BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Umum Industri konstruksi memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara. Agar industri konstruksi memberikan nilai tambah bagi pembangunan maka sistem pengelolaan industri harus dilakukan secara profesional dan tepat pada semua aspek yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi. Oleh karena itu diperlukan beberapa kajian terhadap industri konstruksi yang dapat meningkatkan pertumbuhan pembangunan. Kajian yang akan penulis lakukan yaitu tentang potensi terjadinya tuntutan penyedia jasa pada proyek konstruksi, khususnya pada proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran. Berikut ini penulis uraikan beberapa teori yang akan mendukung penulis dalam melakukan kajian terhadap potensi terjadinya tuntutan penyedia jasa pada proyek tersebut. 2.2 Kontrak Kontrak adalah suatu perjanjian atau persetujuan tertulis antara dua pihak secara sukarela. Syarat-syarat suatu kontrak adalah (Benny, 1998) : 1. Pihak yang terlibat harus kompeten. Maksudnya, pihak-pihak yang terlibat harus dapat dipercaya dan memenuhi syarat-syarat seperti sudah dewasa (berumur minimum 21 tahun), sehat mental, tidak terlibat kriminal saat penandatanganan kontrak, dan lain-lain. 2. Proper subject matter. Artinya, tujuan kontrak tidak boleh melawan atau bertentangan dengan kebijakan publik. 3. Meeting of the mind. Artinya, adanya suatu penawaran dan penerimaan. II-1

2 4. Consideration. Artinya, adanya suatu persetujuan untuk melakukan tindakan 5. Tertulis (Form). Artinya, kontrak harus dilakukan secara tertulis. Jika kontrak tersebut telah memenuhi syarat-syarat di atas dan disepakati, akan timbul suatu perikatan yang memiliki kekuatan hukum yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hukum yang mengatur tentang kontrak adalah Hukum Perdata. Hukum Perdata adalah hukum privat atau hukum sipil yang mengatur hubungan antar warga negara. Di Indonesia, Hukum Perdata diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang terdiri dari empat bagian, yaitu: I. Hukum Perorangan II. Hukum Kebendaan III. Hukum Perikatan IV. Pembuktian dan Daluarsa Keberadaan kontrak itu sendiri diatur dalam bagian III KUH Perdata pasal 1320 dan Pihak-Pihak Yang Terlibat Perjanjian (Kontrak) Suatu industri konstruksi biasanya terdiri dari proses yang relatif cukup panjang sebelum mendapatkan hasil yang diinginkan, mulai dari tahap pra-studi kelayakan sampai dengan penyerahan bangunan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (Benny, 1998), antara lain : 1. Pemilik atau pengguna jasa yaitu individu atau badan hukum yang memiliki ide atau modal untuk membangun suatu proyek. Di Indonesia, yang bertindak sebagai pengguna jasa adalah pemerintah Indonesia, badan swasta, atau individu. 2. Konsultan yaitu institusi atau badan usaha yang memiliki keahlian atau bakat khusus dalam menangani masalah perencanaan, membantu pengelolaan, atau II-2

3 mengawasi pelaksanaan proyek. Konsultan ini terdiri dari konsultan perencana, konsultan pengawas atau supervisi, dan konsultan manajemen konstruksi. 3. Penyedia jasa dan subpenyedia jasa yaitu pihak yang melaksanakan kegiatan fisik proyek. Berdasarkan kemampuannya dan kualitasnya, pemerintah Indonesia mengklasifikasikan penyedia jasa yang ada di Indonesia menjadi 4 kelas, yaitu: a. Kelas A yaitu penyedia jasa yang mampu menangani proyek dengan persyaratan teknis sangat tinggi/tinggi dan nilai proyek di atas 1 milyar rupiah. b. Kelas B yaitu penyedia jasa yang mampu menangani proyek dengan persyaratan teknis tinggi/madya dan nilai proyek 500 juta s/d 1 milyar rupiah. c. Kelas C1 yaitu penyedia jasa yang mampu menangani proyek dengan persyaratan teknis madya/sederhana dan nilai proyek 200 juta s/d 500 juta rupiah. d. Kelas C2 yaitu penyedia jasa yang mampu menangani proyek dengan persyaratan sederhana dan nilai proyek 15 juta s/d 200 juta rupiah. 4. Pihak-pihak lain yaitu pihak-pihak yang tidak terkait langsung dalam kontrak seperti pihak penjamin (contohnya bank, perusahaan asuransi), pemasok atau supplier, pemberi izin, dan lain-lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam industri konstruksi di atas diikat oleh suatu kontrak. Hubungan yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak disebut hubungan kontraktual. Berdasarkan hubungan kontraktual, ada 4 jenis kontrak, yaitu: 1. Kontrak Perencanaan yaitu kontrak yang dibuat antara pemilik dan konsultan perencana. Hubungan ini biasanya terjadi pada tahap perencanaan. 2. Kontrak Manajemen Konstruksi yaitu kontrak yang dibuat antara pengguna jasa dan konsultan manajemen konstruksi. 3. Kontrak Pengawasan yaitu kontrak yang dibuat antara pengguna jasa dan konsultan pengawas (supervisi). II-3

4 4. Kontrak Konstruksi yaitu kontrak yang dibuat antara pemilik dan penyedia jasa atau kontrak antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. Kontrak Manajemen Konstruksi, Kontrak Pengawasan, dan Kontrak Konstruksi ini terjadi pada tahap pelaksanaan. Hubungan kontraktual maupun fungsional dapat dilihat dari organisasi proyek secara keseluruhan. Bentuk-bentuk organisasi proyek pada dasamya ada empat macam (Benny, 1998), yaitu : 1. Organisasi Proyek Tradisional Yaitu organisasi proyek yang memperlihatkan adanya hubungan dan tanggung jawab langsung (hubungan kontraktual) baik konsultan perencana maupun penyedia jasa dengan pengguna jasa. Bentuk organisasinya ini biasanya dipakai pada jenis kontrak fixed-price atau unit-price. Keuntungan bentuk organisasi proyek ini adalah minimnya keterlibatan pengguna jasa dan bentuknya yang sederhana sehingga hubungan kerja atau hubungan fungsional lebih mudah. Kerugiannya adalah sering terjadi sikap yang bertentangan atau berlawanan antara pengguna jasa dan penyedia jasa serta sering terjadi perubahan pekerjaan khususnya untuk fixed price atau lump-sum. Gambar 2.1 Organisasi Proyek Tradisional II-4

5 2. Organisasi Proyek Pengguna jasa (owner)-builder Yaitu organisasi proyek di mana pemilik, perencana, dan pelaksana dilakukan oleh satu badan yang dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian perencanaan, pelaksanaan, dan pemasaran. Dalam industri konstruksi Indonesia, bentuk ini dikenal sebagai developer (pengembang). Keuntungan organisasi proyek jenis ini adalah dapat menentukan sendiri waktu atau lama pengerjaan, biaya yang dikeluarkan, dan metode yang akan digunakan karena tidak perlu tergantung dari orang lain atau badan lain. Kerugiannya adalah kerugian finansial harus ditanggung sendiri. Gambar 2.2. Organisasi Proyek Pengguna jasa (owner)-builder 3. Organisasi Proyek Turn-Key Yaitu organisasi proyek di mana terdapat pengguna jasa dan satu orang atau badan usaha atau perusahaan yang bertanggung jawab baik dalam perencanaan maupun konstruksi. Keuntungan dari bentuk organisasi proyek ini adalah kontrak yang terjadi hanya ada satu sehingga perencanaan dan konstruksi dilaksanakan langsung oleh satu badan atau perusahaan dan mempermudah bila terjadi perubahan perencanaan II-5

6 atau pekerjaan. Kerugiannya antara lain kontrolnya biasanya kurang ketat karena hanya ada dua pihak yang saling mengawasi. Gambar 2.3. Organisasi Proyek Turn-Key 4. Organisasi Proyek Manajemen Proyek Yaitu organisasi proyek yang pihak-pihaknya seperti pihak-pihak dalam organisasi proyek tradisional hanya ditambah dengan konsultan manajemen konstruksi sehingga hubungan fungsional pengguna jasa dan penyedia jasa dialihkan menjadi hubungan fungsional penyedia jasa dan konsultan manajemen konstruksi. Hubungan kontraktual yang terjadi tetap hubungan yang terjadi antara pengguna jasa dengan masing-masing konsultan perencana dan penyedia jasa ditambah hubungan fungsional dan kontraktual dengan konsultan manajemen konstruksi. Keuntungan dari organisasi proyek jenis ini antara lain adanya kontrol dan koordinasi yang lebih baik dibandingkan dengan organisasi proyek tradisional, Kerugiannya adalah bila ada masalah di lapangan, waktu penyelesaian biasanya lebih lama karena birokrasi yang mengharuskan segala hubungan antara pemilik dan konsultan perencana dengan penyedia jasa harus melalui konsultan manajemen konstruksi. II-6

7 Pengguna Jasa (Owner) KETERANGAN : Hubungan Fungsional Hubungan Kontraktual Konsultan MK Konsultan Perencana Penyedia Jasa Gambar 2.4. Organisasi Proyek Manajemen Proyek Bagian-Bagian Kontrak Kontrak diadakan untuk mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak yang mengadakan perjanjian atau persetujuan agar suatu pekerjaan atau proyek dapat berjalan dengan baik dan benar. Hal-hal yang diatur dalam kontrak (Benny, 1998). antara lain: 1. Persetujuan Yaitu perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan nilai kontrak. 2. Persyaratan-persyaratan Kontrak Yaitu bagian dari kontrak yang mengatur tentang hak-hak dan kewajibankewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa. Pada umumnya terdiri dari dua bagian: a. Persyaratan-Persyaratan Umum Kontrak berisikan tentang : definisi dan pengertian istilah-istilah dalam kontrak. asuransi dan jaminan. hak dan kewajiban pengguna jasa, penyedia jasa, dan subpenyedia jasa. hak dan wewenang pengawas pengguna jasa. pengadaan material, peralatan, dan jasa termasuk mutu pekerjaan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. II-7

8 penundaan dan penghentian pekerjaan. ketentuan pembahan pekerjaan. ketentuan permulaan dan perpanjangan waktu pekerjaan, cara dan waktu pembayaran. ketentuan sehubungan dengan uang yang ditahan. ketentuan perubahan kontrak dengan perubahan biaya tenaga kerja dan bahan-bahan. prosedur yang digunakan jika penyedia jasa mengalami kebangkrutan. prosedur yang digunakan jika terjadi tuntutan dan perselisihan. b. Persyaratan-persyaratan khusus/tambahan yaitu persyaratan-persyaratan tambahan yang bersifat khusus dan berfungsi untuk melengkapi persyaratanpersyaratan umum, seperti denda yang harus dibayarkan jika terjadi keterlambatan dalam penyelesaian kontrak, masa pemeliharaan sesudah kontrak, pengadaan item-item khusus oleh pemilik, dan lain-lain. 3. Spesifikasi Yaitu bagian yang menerangkan tentang metode pelaksanaan dan mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan secara garis besar. Bagian ini berisikan antara lain: ruang lingkup pekerjaan. jenis dan kualitas material dan peralatan yang digunakan. kualitas tenaga kerja yang diperlukan. cara pengerjaan atau pelaksanaan (metode pelaksanaan) dari suatu bentuk atau hasil pekerjaan. pengujian-pengujian yang diperlukan. standar satuan atau ukuran peralatan yang digunakan. fasilitas-fasilitas yang harus disediakan seperti direksi kit, workshop (tempat fabrikasi, pemotongan material, dan lain-iain), gudang material dan peralatan, dan Iain-Iain. standar upah dan harga satuan. 4. Gambar Yaitu penjelasan secara visual mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. 5. BQ (Bil of Quantity) II-8

9 Yaitu daftar volume pekerjaan yang harus dilaksanakan beserta harga satuannya dalam suatu proyek. 6. Lain-lain Yaitu hal-hal lain sebagai tambahan dari kontrak seperti addenda atau addendum (perjanjian tambahan), instruksi, perubahan pekerjaan, dan lain-lain Jenis-Jenis Kontrak Berbagai jenis kontrak dalam industri konstruksi berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna jasa dan penyedia jasa. Dalam kontrak konstruksi, secara garis besar ada dua jenis kontrak (Benny, 1998), yaitu: 1. Competitive-Bid Contract atau Fixed-Price Contract yaitu jenis kontrak yang berdasarkan perkiraan harga proyek yang pasti dan tetap termasuk keuntungan penyedia jasa. Kontrak jenis ini digunakan jika kondisi keuangan pengguna jasa sedikit tetapi membutuhkan waktu perencanaan yang cukup lama untuk menghindari kesalahan dalam memperkirakan harga dan volume pekerjaan. 2. Cost-Pius Contract atau Cost-Reimbursement Contract yaitu jenis kontrak yang berdasarkan harga sebenarnya dari proyek ditambah dengan keuntungan dan bonus bagi penyedia jasa. Kontrak jenis ini digunakan jika jumlah atau volume proyek tidak dapat dipastikan karena ruang lingkup dan sifat pekerjaan tidak jelas sebelum konstruksi dilaksanakan. Jenis-jenis kontrak yang banyak digunakan dalam industri konstruksi indonesia sekarang ini adalah Lump sum Contract, Unit-Price Contract, dan Cost-Plus Fee Contract. Berdasarkan Keppres No. 16 tahun 1994, jenis kontrak yang dapat digunakan untuk proyek-proyek pemerintah hanya Fixed-Price Contract Conditions Of Contract Dalam Industri Konstruksi Indonesia Dalam industri konstruksi terdapat beberapa conditions of contract yang dapat digunakan dalam pembuatan suatu kontrak untuk jasa konstruksi. Conditions of contract yang digunakan bisa berupa conditions of contract internasional ataupun conditions of contract nasional. Conditions of contract konstruksi yang digunakan dalam industri konstruksi Indonesia antara lain. II-9

10 1. AV-41 AV-41 merupakan produk kolonial Belanda yang ditetapkan pada tanggal 28 Mei 1941 oleh Pemerintah Hindia Belanda. AV-41 dikenal juga dengan nama Syarat- Syarat Umum untuk pelaksanaan pembangunan bangunan umum yang dilelangkan (SU-41). Di Indonesia masih banyak proyek yang mempergunakan conditions of contract ini sebagai acuan untuk kontrak. Conditions of contract ini lebih cocok digunakan untuk proyek-proyek dengan struktur organisasi proyek sederhana, yaitu organisasi proyek yang terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Jika digunakan untuk proyek dengan struktur organisasi yang lebih kompleks, yang melibatkan konsultan perencana, konsultan manajemen konstruksi, dan konsultan pengawas, maka conditions of contract ini tidak cocok. Ketidakcocokan ini karena tidak adanya pasal yang mengatur tentang konsultan-konsultan tersebut. Ditinjau dari pasal-pasal tentang tuntutan, conditions of contract ini juga tidak memuat tentang peraturan dan tata cara melakukan tuntutan. Hal ini terjadi karena peraturan ini dibuat pada masa kolonial Belanda yang tidak menginginkan adanya kerugian pada pihak pengguna jasa saat itu yaitu Pemerintah Hindia Belanda, meskipun kesalahan ada pada pihak pengguna jasa. Dengan demikian, conditions of contract ini sebenamya sudah tidak dapat digunakan lagi karena tidak sesuai dengan perkembangan industri konstruksi saat ini (Benny, 1998). 2. FIDIC FIDIC merupakan singkatan dari Federation Internationale Des Ingenieurs Conseils atau dalam bahasa Indonesia adalah Federasi Internasional Dewan Insinyur. Federasi ini mengeiuarkan beberapa peraturan sebagai standar yang dapat digunakan oleh para praktisi industri konstruksi, antara lain: Catatan tentang dokumen-dokumen untuk kontrak teknik sipil Prosedur tender Asuransi dan hukum dalam konstruksi Persyaratan-persyaratan kontrak untuk pekerjaan konstruksi teknik sipil Standar yang dikeluarkan oleh FIDIC ini sering digunakan sebagai kontrak standar internasional. Di Indonesia, conditions of contract FIDIC biasanya dipakai II-10

11 pada proyek-proyek pemerintah yang menggunakan dana pinjaman luar negeri atau bank dunia. Hal-hal yang diatur dalam persyaratan-persyaratan umum FIDIC sebagai berikut: 1. Interpretasi isi kontrak sehubungan dengan cara penulisan, bahasa, dan hukum yang dipergunakan. 2. Kewajiban dan hak serta tanggung jawab dan wewenang pemilik, konsultan, dan penyedia jasa. 3. Penjelasan tentang gambar kerja dan gambar tambahan. 4. Jaminan pelaksanaan dan penerimaan pekerjaan. 5. Hal-hal yang dilingkupi asuransi. 6. Hubungan kontraktual antara pemilik, konsultan, dan penyedia jasa termasuk masalah asuransi (pekerjaan, manusia, dan tenaga kerja). 7. Masalah jenis dan mutu material, perlatan, dan tenaga kerja termasuk pengujian yang diperlukan. 8. Masalah perintah perubahan dan penetapan harga untuk pekerjaan tambahan. 9. Masalah keterlambatan dan perpanjangan waktu. 10. Masalah keadaan kahar. 11. Masalah penundaan pekerjaan. 12. Masalah tentang tuntutan dan perselisihan dalam industri konstruksi 13. Program dan jadwal cash-flow. 14. Cara dan waktu pembayaran. 15. Masalah resiko. 16. Perlindungan dan keselamatan para pekerja dan manusia di lokasi proyek. Hal-hal yang diatur dalam persyaratan-persyaratan khusus FIDIC adalah penjelasan tambahan atau penjelasan lebih lanjut dari pasal-pasal tertentu dalam persyaratan-persyaratan umum. Dari hal-hal yang diatur dalam conditions of contract FIDIC, terlihat adanya pasal-pasal yang mengatur tentang tuntutan dan perselisihan. Hal itu membuktikan bahwa conditions of contract FIDIC dibuat relatif seimbang antara kepentingan pengguna jasa, konsultan, maupun penyedia jasa sehingga tidak II-11

12 merugikan atau menguntungkan salah satu pihak yang justru merupakan kelemahan yang ada pada kebanyakan conditions of contract di Indonesia sekarang ini. 3. Conditions of Contract Hasil Modifikasi (Benny, 1998) Selain conditions of contract yang resmi, beberapa instansi pemerintah dan pihak swasta membuat conditions of contract sebagai hasil modifikasi conditions of contract yang sudah baku dan banyak digunakan. Conditions of contract yang sering dimodifikasi tersebut antara lain AV-41 dan FIDIC. Beberapa instansi dan pihak swasta yang melakukan modifikasi itu antara lain PU-Bina Marga yang mengeluarkan conditions of contract PU-Bina Marga untuk proyek-proyek jalan, PU-Cipta Karya yang mengeluarkan Standar Teknis Tata Bangunan Cipta Karya, Jaya Konstruksi yang mengeluarkan conditions of contract untuk proyek-proyek di lingkungannya, dan lain-lain. Conditions of contract hasil modifikasi ini sebenarnya tidak menjadi masalah selama ada keseimbangan pasal-pasalnya dalam memperhatikan kepentingan pengguna jasa dan penyedia jasa. Sayangnya, modifikasi yang terjadi di Indonesia justru kurang memperhatikan kepentingan pengguna jasa dan penyedia jasa, seperti tetap lemahnya pasal-pasal yang mengatur tuntutan dan perselisihan, adanya pembatasan hak penyedia jasa dalam meminta kompensasi tetapi kewajiban penyedia jasa dalam membayar denda jika melakukan kesalahan tidak diubah. Akibatnya, banyak tuntutan yang diajukan oleh penyedia jasa tidak terakomodasi oleh conditions of contract. Selain conditions of contract yang telah disebutkan di atas, ada juga conditions of contract yang dirancang sendiri. Conditions of contract ini biasanya dibuat tanpa mengacu ataupun memodifikasi dari conditions of contract yang sudah ada dan hanya digunakan pada proyek yang bersangkutan. Karena itu, conditions of contract ini tidak akan digunakan lagi pada proyek lain meskipun proyek yang lain itu sejenis dengan proyek tempat conditions of contract itu digunakan. II-12

13 2.3 Tuntutan Para ahli telah mengemukakan definisi mengenai tuntutan tetapi tidak ada satu definisi yang diterima secara universal. Setiap penulis memberikan definisinya sendiri bergantung pada sudut pandang masing-masing. Di bawah ini adalah beberapa definisi tuntutan yang dikemukakan beberapa pakar. 1. Gilbreath (1995) mendefinisikan tuntutan adalah penyedia jasa meminta biaya, waktu atau ganti-rugi terhadap pelaksanaan pekerjaan, kompensasi lain yang disetujui dari satu pihak penguna jasa sesuai kontrak. 2. Soeharto (1995) mendefinisikan tuntutan adalah permintaan kompensasi atas biaya dan/atau waktu karena adanya perubahan atau perbedaan yang telah dijanjikan atau disetujui dalam kontrak. 3. Edward (1997) mendefinisikan tuntutan adalah permohonan akan tambahan uang, tambahan waktu pelaksanaan, atau perubahan metode pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya dibuat dokumen tuntutan untuk diajukan ke salah satu pihak. Pengertian tuntutan yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah permintaan kompensasi yang timbul dari pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi dari penyedia jasa ke pengguna jasa karena adanya perubahan atau perbedaan apa yang dijanjikan atau disetujui dalam kontrak dengan apa yang terjadi di lapangan Landasan Hukum Tuntutan Peraturan dan perundangan-undangan yang digunakan sebagai pedoman pengadaan dan pelaksanaan jasa konstruksi yang berlaku adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pada bab 3 bagian 3 pasal 22 butir 2 dijelaskan bahwa kontrak kerja kontruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian tentang (a) cidera janji, (b) tanggung jawab, jika salah satu pihak (pengguna jasa atau penyedia jasa) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan. Dari isi bab 3 di atas cidera janji adalah suatu keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja konstruksi tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan dalam kontrak, II-13

14 sedangkan tanggung jawab adalah suatu keadaan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan, maka pihak lain berhak mendapat kompensasi waktu, penggantian biaya dan perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan. 2. Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pada bab 3 pasal 23 dijelaskan bahwa kontrak kerja konstruksi harus memuat uraian mengenai hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa dan ketentuan mengenai cidera janji. Yang dimaksud cidera janji penyedia jasa adalah tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu dan kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan. Sedangkan cidera janji pengguna jasa adalah terlambat membayar, tidak membayar, terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan. 3. Keputusan Presiden No.18 tahun 2000 tentang pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Instansi Pemerintah. Pada bab 4 bagian 4 pasal 39 disebutkan bahwa : a. Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan karena kelalaian penyedia jasa, maka penyedia jasa dikenakan denda keterlambatan tersebut sekurangkurangnya satu per seribu per hari dari nilai kontrak atau bagian kontrak tertentu berkenaan dengan sifat pekerjaannya dan maksimum sebesar jaminan pelaksanaan. b. Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan biaya dari konsultan bersangkutan dan atau tuntutan ganti rugi. c. Bila terjadi keterlambatan pekerjaan atau pembayaran karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna jasa maka pengguna jasa harus memberikan kompensasi waktu atau membayar kerugian yang ditanggung penyedia jasa yang besarannya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. II-14

15 Dari peraturan dan perundang-undangan yang telah diuraikan di atas, hak dan kewajiban pengguna jasa, penyedia jasa dan konsultan pelaksana jasa konstruksi telah diatur dengan baik. Bila hal tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak tersebut akan mendapat sanksi sesuai ketentuan yang telah diatur Penyebab Terjadinya Tuntutan Penyebab timbulnya tuntutan dalam suatu kontrak konstruksi bisa terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Tuntutan baru diketahui setelah pekerjaan dilaksanakan. Dengan mengetahui sebab timbulnya tuntutan para pihak selaku pelaksana industri jasa konstruksi dapat menempatkan masalah tuntutan secara wajar dan proposional. Secara garis besar faktor-faktor penyebab tuntutan dapat dikelompokkan menjadi sembilan faktor (Herry, 2005) Keterlambatan Akibat Pengguna Jasa Kebanyakan tuntutan melibatkan paling tidak beberapa faktor penyebab Keterlambatan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tuntutan keterlambatan dapat dikategorikan menjadi: a. Nonexcusable (tidak diijinkan atau tidak beralasan) Keterlambatan yang terjadi disebabkan oleh faktor yang masih dalam tanggung jawab penyedia jasa (kesalahan penyedia jasa) sehingga penyedia jasa tidak mendapatkan kompensasi waktu. b. Excusable (diijinkan) Keterlambatan yang disebabkan faktor di luar jangkauan penyedia jasa, tetapi bukan disebabkan oleh tindakan pengguna jasa. Biasanya penyedia jasa akan memperoleh kompensasi waktu. c. Compensable (mendapat kompensasi) Keterlambatan yang disebabkan faktor kesalahan pengguna jasa sehingga penyedia jasa memperoleh kompensasi waktu. II-15

16 Keterlambatan dianggap dapat diganti apabila pengguna jasa gagal memenuhi kewajiban yang dinyatakan dalam kontrak. Berdasarkan keterlambatan itu, penyedia jasa dapat meminta perpanjangan waktu kepada pengguna jasa Perubahan Jadwal Oleh Pengguna Jasa Hal ini menyebabkan penyedia jasa harus menghitung penjadwalan proyek dan membutuhkan tambahan waktu sehingga penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan Perbedaan Kondisi Lapangan Tuntutan ini terjadi karena kondisi lapangan yang berbeda dengan dokumen. Pada umumnya terjadi pada pekerjaan tanah dan substruktur karena keadaan tanah suatu tempat dengan tempat lain berbeda. Penyelidikan tanah yang dilakukan pengguna jasa mungkin tidak menggambarkan kondisi tanah proyek karena sifat tanah yang sulit untuk diperkirakan. Penyedia jasa berkewajiban mengantisipasi perubahan sifat tanah tersebut dengan melakukan inspeksi lapangan dan menggunakan data yang disediakan oleh pengguna jasa. Biasanya waktu yang diberikan untuk melakukan inspeksi lapangan tersebut terlalu singkat. Karena itu, penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan atas perbedaan kondisi tanah tersebut Kondisi Cuaca yang Tidak Biasa Penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan atas kondisi cuaca tidak biasa yang terjadi pada waktu dan tempat proyek dilaksanakan. Hal ini disebabkan penyedia jasa tidak mempunyai kewajiban untuk mengantisipasi atau meramal cuaca tersebut sebelumnya. Kewajiban penyedia jasa hanyalah mengantisipasi cuaca normal dan musim yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek tersebut. Hujan deras yang terus menerus atau kondisi cuaca sejenis yang menyebabkan pekerjaan tidak dapat atau terlambat dilaksanakan biasanya termasuk keterlambatan yang diijinkan (excusable) sehingga penyedia jasa bisa mengajukan tuntutan Percepatan Kerja Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan percepatan kerja. Percepatan II-16

17 kerja ini dikenal sebagai waktu lembur. Produktivitas dengan waktu lembur tidak selalu lebih besar dari waktu normal karena semakin lama produktivitas dengan waktu lembur akan menurun sedangkan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari waktu normal. Kehilangan produktivitas itu dapat diajukan sebagai tuntutan oleh penyedia jasa jika percepatan kerja tersebut merupakan perintah pengguna jasa, bukan karena keterlambatan penyedia jasa. Dalam hal ini, penyedia jasa dapat menyatakan produktivitasnya terganggu karena harus mengeluarkan sumber daya dan waktu yang lebih banyak untuk menghasilkan keluaran yang sama Penundaan Pekerjaan Dan Penghentian Pekerjaan Oleh Pengguna Jasa Pekerjaan proyek dapat ditunda atau bahkan dihentikan sama sekali oleh pengguna jasa karena berbagai alasan. Pada umumnya penundaan atau penghentian proyek oleh pengguna jasa karena pengguna jasa mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, pengguna jasa akan menghentikan pembayaran semua kegiatan yang dipengaruhi oleh penundaan atau penghentian pekerjaan tersebut. Jika pengguna jasa menghentikan atau menunda proyek ini, penyedia jasa dapat mengajukan tuntutan kepada pengguna jasa karena penyedia jasa kehilangan waktu dan kesempatan mengerjakan proyek lain selama penundaan atau penghentian itu. Penyedia jasa juga dirugikan atas pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya seperti pekerjaan pembongkaran, mobilisasi, demobilisasi, biaya langsung, dan lain-lain Kegagalan Kesepakatan Harga Perubahan Pekerjaan Pada saat berlangsungnya pekerjaan konstruksi, pengguna jasa ataupun perencana sering melakukan perubahan pekerjaan. Perubahan pekerjaan itu biasanya tidak menyebabkan perubahan pada biaya total pengguna jasa tetapi mempengaruhi biaya total penyedia jasa. Keadaan ini seringkali diabaikan oleh pengguna jasa sehingga penyedia jasa mengajukan tuntutan. II-17

18 Perbedaan Pada Gambar Rencana dan Spesifikasi Gambar rencana dan spesifikasi merupakan bagian dari kontrak yang penting sebagai acuan pelaksanaan di lapangan. Kesalahan ataupun perbedaan pada gambar rencana dan spesifikasi dapat menyebabkan gangguan atau hambatan terhadap kinerja penyedia jasa di lapangan. Misalnya, adanya ketidakcocokan antara gambar yang satu dengan yang lain, penggunaan standar spesifikasi yang lama sehingga produk yang bersangkutan sudah tidak ada lagi di pasaran untuk, dan lain-lain. Kejadian di atas dapat menyebabkan timbulnya tuntutan penyedia jasa Masalah Keuangan Kondisi keuangan suatu negara sering mempengaruhi keuangan proyek. Hal ini terutama terjadi pada proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Walaupun demikian, sektor swasta juga tidak lepas dari pengaruh keuangan suatu negara karena kebanyakan proyek dibiayai oleh pinjaman-pinjaman dari luar negeri yang secara otomatis mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi keuangan negara saat itu. Secara garis besar kondisi keuangan negara yang ada saat itu merupakan cerminan kondisi perekonomian suatu negara Jenis-Jenis Tuntutan Tuntutan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Benny, 1998) : 1. Tuntutan Akibat Keterlambatan Tuntutan akibat keterlambatan biasanya terjadi bila terdapat suatu keterlambatan pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia jasa dari waktu yang telah direncanakan atau bila terdapat keterlambatan dalam penyediaan material, peralatan, pengambilan keputusan, ataupun pembayaran oleh pengguna jasa. Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan ini antara lain: pertambahan biaya proyek kekurangan material sistem pengiriman atau transportasi yang baru, termasuk dalam paket pekerjaan teknologi baru yang memperhatikan gambar dan spesifikasi II-18

19 2. Tuntutan Akibat Ruang Lingkup Pekerjaan Tuntutan akibat ruang lingkup pekerjaan terjadi karena masalah teknis. Sumber penyebabnya adalah kesalahan atau kelalaian perencana pada tahap perencanaan proyek sehingga penyedia jasa perlu waktu tambahan untuk melakukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kesalahan atau kelalaian tersebut pada tahap pelaksanaan proyek. 3. Tuntutan Akibat Percepatan Tuntutan akibat percepatan biasanya terjadi bila penyedia jasa harus melaksanakan pekerjaan dalam waktu lebih cepat dari waktu yang ditentukan. 4. Tuntutan Akibat Perubahan Kondisi Lapangan Tuntutan ini terjadi karena kondisi lapangan yang berbeda dengan dokumen kontrak. Tuntutan ini berhubungan dengan pekerjaan tanah. Penyelidikan tanah untuk suatu proyek hanya dilakukan pada sejumlah titik yang dianggap perencana mewakili keadaan tanah keseluruhan proyek. Karena itu, ada kemungkinan terjadi perbedaan antara asumsi keadaan tanah pada tahap perencanaan proyek dengan keadaan tanah sebenarnya pada tahap pelaksanaan proyek sehingga penyedia jasa perlu waktu tambahan untuk melakukan inspeksi lapangan. Selain jenis-jenis tuntutan yang disebutkan di atas, beberapa jenis tuntutan lain berdasarkan kompensasi yang diterima adalah (Nengah, 2007) : 1. Tuntutan tambahan biaya dan waktu; Tuntutan jenis ini biasanya mengenai permintaan tambahan waktu dan tambahan biaya. 2. Tuntutan biaya tak langsung Tuntutan ini muncul bila pengguna jasa memperlambat pekerjaan, biaya overhead berjalan terus. 3. Tuntutan tambahan waktu (tanpa tambahan biaya). Tuntutan ini muncul bila penyedia jasa hanya diberikan tambahan waktu pelaksanaan tanpa tambahan biaya karena alasan-alasan tertentu. 4. Tuntutan kompensasi lain. II-19

20 Tuntutan ini muncul bila penyedia jasa mendapatkan tambahan waktu dan mendapatkan kompensasi lain Dokumen-Dokumen Pendukung Pengajuan Tuntutan Hal-hal pokok yang diperlukan untuk mengajukan tuntutan, yaitu : ( 1. Dokumen tender Menjaga semua dokumentasi beserta rekaman prapenandatanganan kontrak dan mampu telusur yang dimilikinya, permasalahan yang ditemui selama ini seringnya dokumen tender hilang atau tidak lengkap. Setiap dokumen yang dimiliki harus dipastikan dan terekam kepada siapa dan kapan mendistribusikan rekamannya. Dokumen ini meliputi dokumen permintaan penawaran, dokumen proposal penawaran jasa pelaksana/jasa perencana/pengawas dan pemasok, berita acara aanwijzing dan peninjauan lapangan. 2. Dokumen Kontrak Kerja Kontruksi Memastikan dokumen lelang yang menjadi dokumen kontrak kerja konstruksi yang sudah di tanda tangani tersedia lengkap. Tersedianya data tentang rekaman dokumen tersebut kepada siapa dan kapan distribusikan. Memastikan bahwa segala sesuatu telah tersedia dalam kontrak dan mampu mengendalikan pada tahap pelaksanaan. Dokumen kontrak ditinjau kembali pada saat potensi tuntutan teridentifikasi. 3. Schedule Memiliki penjadwalan awal yang mampu mengendalikan, memelihara pembahuruannya secara reguler. Merekam setiap kejadian keterlambatan dan penyebab beserta dampak dari keterlambatan tersebut. II-20

21 Untuk memberlakukan tuntutan keterlambatan harus dibuktikan bahwa memang ada ketertundaan waktu yang excusable, compensable and critical. Memelihara dokumen rencana penjadwalan dan pembahuruan penjadwalan secara periodik berdasarkan kurva S 4. Gambar Rencana, Spesifikasi, Shop-drawing, Permintaan Informasi Setiap dokumen desain dan korespondensi terkait harus dikaji. Perlu membuat daftar catatan pengiriman terutama tanggal terima/ respon/ komentar. 5. Catatan Harian Memelihara catatan harian proyek yang minimum berisikan antara lain cuaca setiap hari, tentang pemakaian sumber daya alat, material dan tenaga kerja di lapangan, pendatangangan material kritis, kunjungan lapangan oleh pihak ke-3, penemuan-penemuan kondisi yang tidak terlihat jelas, penyimpangan rencana atau konflik, pertanyaan-pertanyaan penting, setiap kejadian yang patut bagi keterlambatan, perbedaan pendapat yang muncul. Memelihara laporan berisikan penemuan dan penyelesaian masalah. Setiap kejadian dipastikan selalu mengedepankan fakta dari pada opini. 6. Korespondensi Proyek Selalu mengirim balasan korespondensi/ surat-menyurat. Korespondensi disimpan secara kronologis. Bila diidentifikasi adanya perubahan, salinan korespondensi terkait kasus tersebut dibuatkan berkas khusus dan terpisah. 7. Foto dan Video Mengambil foto dan video setiap tahapan/kejadian proyek atau setiap akhir minggu Ini penting untuk menentukan persentase kemajuan proyek setiap saat pada waktu tertentu. II-21

22 8. Miscellaneous Merekam setiap pembicaraan rapat dalam Minutes Of Meeting (MOM) dan membuat arsip khusus untuk itu, bila digunakan digital maka harus selalu membuat salinan arsip dan disimpan dilain tempat. Menetapkan pelaku-pelaku pencegahan tuntutan yang disepakati dalam kondisi kontrak Menghubungi penasehat hukum/ahli kontrak kerja konstruksi bila dianggap perlu 9. Perubahan Pekerjaan Setiap proyek pasti akan menghadapi perubahan-perubahan. Nilai perubahan 5% sampai 15% nilai kontrak awal adalah hal yang lumrah/normal. Merekam semua perubahan pekerjaan. Menyepakati semua perubahan beserta dampaknya sedini mungkin dengan menggunakan segala macam cara pencegahan tuntutan Memelihara setiap dokumen menyangkut tambahan biaya akibat perubahan 10. Financial Statement Melaksanakan proses pembayaran sesuai ketentuan kontrak. Mencatat semua proses permintaan pembayaran dan realisasinya Membuat amendemen kontrak bila diharuskan prosedur yang berlaku, untuk perubahan nilai kontrak akibat perubahan Menyicil kesepakatan laporan akhir dan menyelesaikan sebelum serah terima proyek Penyebab Kegagalan Tuntutan Ada kalanya tuntutan yang sudah disiapkan mengalami kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Herry, 2005) : Permohonan pengajuan tuntutan terlambat Penyedia jasa tidak megikuti prosedur kontrak Kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan II-22

23 Tuntutan yang diajukan tidak mempunyai dasar yang kuat Informasi yang dibutuhkan untuk menguji kebenaran tuntutan tidak tersedia Prosedur Tuntutan Prosedur tuntutan berdasarkan Conditions of Contract FIDIC sebagai berikut: Pasal 20.1 Jika penyedia jasa menganggap dirinya berhak atas perpanjangan waktu penyelesaian dan/atau pembayaran tambahan, menurut klausul manapun dari persyaratan ini atau yang lainnya dalam kaitannya dengan kontrak, penyedia jasa harus menyampaikan pemberitahuan kepada konsultan, menyebutkan kejadian atau keadaan yang menimbulkan tuntutan. Pemberitahuan harus disampaikan segera mungkin, dan tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah penyedia jasa menyadari atau seharusnya telah menyadari akan kejadian atau keadaan tersebut. Jika penyedia jasa gagal menyampaikan pemberitahuan suatu tuntutan dalam jangka waktu 28 hari, waktu penyelesaian tidak akan diperpanjang, penyedia jasa tidak berhak atas pembayaran tambahan, dan pengguna jasa akan dibebaskan dari semua kewajiban yang berkaitan dengan tuntutan. Sebaliknya, ketentuan klausul berikut ini akan berlaku. Penyedia jasa juga harus menyampaikan pemberitahuan lain yang disyaratkan oleh kontrak dan data pendukung tuntutan, yang berkaitan dengan kejadian atau keadaan tersebut. Penyedia jasa harus menyimpan catatan lengkap (sesuai dengan waktunya) yang mungkin diperlukan untuk mendukung tuntutan, baik di lapangan maupun di lokasi lain yang dapat diterima oleh konsultan. Tidak dibatasi kewajiban, pengguna jasa, konsultan, setelah menerima pemberitahuan menurut sub-klausul ini, dapat memantau penyimpanan catatan dan/atau memerintahkan penyedia jasa untuk menyimpan catatan kontemporer lebih lanjut. Penyedia jasa harus mengizinkan konsultan untuk menginspeksi seluruh catatan, dan akan (bila diperintahkan) menyampaikan salinan kepada enjinir. Dalam jangka waktu 42 hari setelah penyedia jasa menyadari (atau seharusnya II-23

24 telah menyadari) akan kejadian atau keadaan yang menimbulkan tuntutan, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan, penyedia jasa harus menyampaikan kepada konsultan suatu tuntutan secara detail disertai oleh data pendukung mengenai dasar tuntutan dan perpanjangan waktu dan/atau pembayaran tambahan yang dituntut. Jika kejadian atau keadaan yang menimbulkan tuntutan memiliki suatu efek berkelanjutan: (a) Tuntutan yang terinci ini harus dianggap bersifat sementara; (b) Penyedia jasa harus menyampaikan tuntutan sementara lebih lanjut secara berkala setiap bulan, menyatakan akumulasi keterlambatan dan/atau jumlah yang dituntut, dan data pendukung lebih lanjut yang mungkin diperlukan konsultan; dan (c) Penyedia jasa harus mengirimkan tuntutan akhir dalam jangka waktu 28 hari setelah efek yang diakibatkan oleh kejadian atau keadaan tersebut berakhir, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan. Dalam jangka waktu 42 hari setelah menerima suatu tuntutan atau data pendukung lebih lanjut untuk mendukung tuntutan sebelumnya, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh konsultan dan disetujui oleh penyedia jasa, enjinir harus menanggapi dengan persetujuan, atau penolakan dengan komentar secara rinci. Konsultan juga dapat meminta data pendukung lebih lanjut yang diperlukan, namun tetap memberikan tanggapannya atas prinsip tuntutan dalam jangka waktu yang ditetapkan di atas. Dalam jangka waktu 42 hari yang ditetapkan di atas, konsultan harus menindaklanjuti sesuai dengan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk menyetujui dan menetapkan: (i) perpanjangan (jika ada) waktu penyelesaian (sebelum atau sesudah berakhir) sesuai dengan Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan/atau (ii) pembayaran tambahan (jika ada) yang berhak diterima penyedia jasa menurut kontrak. II-24

25 Jika konsultan tidak menanggapi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam klausul ini, salah satu pihak dapat menganggap bahwa tuntutan ditolak oleh konsultan dan pihak tersebut dapat merujuk pada Dewan Sengketa sesuai dengan Sub-Klausula 20.4 [Memperoleh Keputusan Dewan Sengketa] Ketentuan Sub-Klausula ini merupakan tambahan atas ketentuan Sub-Klausula lain yang mungkin digunakan untuk suatu tuntutan. Jika penyedia jasa gagal memenuhi Sub-Klausula ini atau Sub-Klausula lain dalam kaitannya dengan tuntutan, perpanjangan waktu dan/atau pembayaran tambahan harus memperhitungkan sejauh mana (jika ada) kegagalan telah menghambat atau merugikan penyelidikan tuntutan secara layak, kecuali bila tuntutan tidak termasuk menurut paragraf kedua Sub-Klausula ini Penyelesaian Tuntutan Tuntutan dapat diselesaikan melalui claim settlement (FIDIC, 2008). Claim settlement merupakan penyelesaian suatu tuntutan mengikuti cara yang ditempuh. Jika melalui claim settlement tersebut ternyata menemui perbedaan interpretasi yang cukup besar, tuntutan tersebut akan berkembang menjadi perselisihan. Perselisihan ini harus diselesaikan melalui penyelesaian perselisihan. Ada 6 cara yang termasuk dalam penyelesaian perselisihan (Herry, 2005), yaitu: 1. Engineering Judgement Di mana konsultan desain yang ditunjuk pemilik bangunan bertanggung jawab untuk mengambil keputusan akhir penyelesaian tuntutan dan mengikat semua pihak. 2. Negosiasi atau Musyawarah Negosiasi atau musyawarah adalah salah satu cara penyelesaian perselisihan dengan pendekatan langsung melalui dialog di antara pihak-pihak yang terlibat sehingga tercapai suatu kesepakatan. Penyelesaian dengan cara ini merupakan penyelesaian yang paling diinginkan oleh semua pihak karena tidak memakan banyak biaya dan waktu serta keputusan yang diambil pada umumnya saling II-25

26 menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Di Indonesia, cara ini paling umum ditempuh jika terjadi kasus tuntutan. 3. Melalui Pihak Penengah atau Mediasi Melalui pihak penengah atau mediasi adalah salah satu cara penyelesaian perselisihan dengan bantuan pihak ketiga atau pihak lain sebagai penengah yang dipilih dan disetujui oleh kedua belah pihak. Pihak ketiga (mediator) ini berfungsi membantu pihak-pihak yang terlibat mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima, dijalankan, dan ditaati oleh masing-masing pihak. Proses mediasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pihak-pihak yang terlibat dalam tuntutan bertemu dengan mediator, dan menyampaikan perrmasalahan yang terjadi dengan mediator dan pihak lain. b. Setelah itu, masing-masing pihak melakukan pertemuan terpisah dengan mediator. c. Mediator mencoba merumuskan permasalah utama yang terjadi. d. Mediator mencoba mencari kemungkinan-kemungkinan kesamaan pendapat yang dapat dijadikan dasar persetujuan masing-masing pihak. 4. Juri Di Bidang Perdagangan atau Arbitrasi Melalui juri atau hakim di bidang perdagangan atau arbitrasi adalah salah satu cara penyelesaian perselisihan melalui badan yang dikenal dengan 'hakim di bidang perdagangan dan industri' yaitu arbitrase yang dibentuk atau dipilih oleh pihak-pihak yang terlibat dalam tuntutan. Keputusan yang dibuat oleh badan arbitrase ini merupakan hukum yang harus ditaati oleh pihak-pihak yang terlibat tuntutan yang menyebabkan perselisihan. Di Indonesia badan arbitrase ini dikenal dengan nama BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) yang didirikan pada tanggal 3 Desember 1997 oleh KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia). 5. Jalan Pengadilan atau Litigasi Jalan pengadilan atau litigasi adalah penyelesaian perselisihan melalui proses II-26

27 pengadilan apabila ketiga cara yang telah disebutkan sebelumnya telah ditempuh tetapi belum menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak. 6. Mini-trial Di mana pihak yang berselisih diwakili oleh masing-masing manajer proyek dan adanya pihak ketiga sebagai penasehat Cara Menghindari Tuntutan dan Pengendalian Resiko Untuk menghindari tuntutan dan mengendalikan resiko, dapat dilakukan beberapa cara (Nursyam, 2007), yaitu : Pihak yang terkait mempelajari kontrak sebaik-baiknya Gambaran yang jelas tentang perubahan order Memeriksa program kerja pelaksanaan konstruksi sebelum masa penawaran Memilih tim konstruksi yang cakap Menerapkan sistem informasi manajemen untuk mengenali permasalahan yang potensial. II-27

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Anwar, (1996), Tugas Akhir : Analisa Dampak Penerapan Percepatan Durasi Proyek Atas Permintaan Owner. Bandung, ITB. 2. Chandra, P, Herry, (2004), Jurnal Studi Tentang Pengajuan Klaim

Lebih terperinci

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN : BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SURAT PERINTAH KERJA (SPK) SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL SURAT PERMINTAAN PENAWARAN: PAKET PEKERJAAN : NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN SYARAT UMUM SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 1. LINGKUP PEKERJAAN Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan, sesuai dengan volume, spesifikasi teknis

Lebih terperinci

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:

Lebih terperinci

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 Untuk PENGADAAN BAHAN MAKAN TARUNA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN TAHUN 2013 BAB I BAB II BAB

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA a. 2.1 Umum Industri konstruksi memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara. Agar industri konstruksi memberikan nilai tambah bagi pembangunan maka

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK TCE-06 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat Tlp.

Lebih terperinci

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG DOKUMEN KONTRAK NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG Instansi : Pengadilan Agama Bantaeng Nama Paket : Pengadaan Gorden Nilai Kontrak : Rp

Lebih terperinci

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 408 H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENGAWASAN Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN ANGGARAN 2013 Gedung LPSE Kabupaten Kepulauan Meranti Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Klaim Konstruksi Sebelum membahas tentang definisi klaim konstruksi, ada baiknya dibahas definisi klaim itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, klaim berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 355 C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7. : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools ANTARA SKK MIGAS DENGAN

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7. : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools ANTARA SKK MIGAS DENGAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7 TANGGAL : PEKERJAAN LOKASI NILAI KONTRAK (SPK) : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools : SKK Migas - Jakarta : Rp876.700.000,00

Lebih terperinci

KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila.

KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila. KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila Abstrak Klaim merupakan bentuk atau cara permohonan atau permintaan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR PENGADILAN AGAMA MUARA BULIAN NOMOR DAN TANGGAL SPK : Nomor : W5-A2/401.a/PL.08/V/2013 Tanggal 08 Mei 2013 NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN ANGGARAN 2013 Gedung LPSE Kabupaten Kepulauan Meranti Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

Owner (Pemilik Proyek)

Owner (Pemilik Proyek) Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... 367 D. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencana dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sebuah proyek konstruksi diperlukan suatu bentuk perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek/pemberi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi PROSES TENDER KONTRAKTOR Kontrak kerja konstruksi dibuat sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja konstruksi juga dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III KLAIM KONSTRUKSI

BAB III KLAIM KONSTRUKSI BAB III KLAIM KONSTRUKSI Peristiwa Penyebab Klaim Konstruksi Keunikan dan tingkat kompleksitas tinggi merupakan ciri yang membedakan industri konstruksi dengan industri lainnya. Substansi-substansi yang

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan kontrak, dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan,

Lebih terperinci

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Mukhamad Afif Salim, Agus Bambang Siswanto Program Studi Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email : afifsalim@untagsmg.ac.id 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI

PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI I. PENDAHULUAN Pesatnya pembangunan di segala bidang di Indonesia termasuk didalamnya pembangunan di bidang infrastruktur dalam beberapa dekade terakhir telah mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-jenis Kontrak Dalam suatu pekerjaan kita lazim mendengar istilah kontrak. Kontrak adalah kesepakatan antara dua belah pihak yang secara hukum mengikat (Zaini et al, 2009).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK)

RANCANGAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK) PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN Jln. Suroto No. 9 Yogyakarta 55212 Telepon (0274) 511314, e-mail : kap@jogjakota.go.id; HOT LINE SMS: 08122780001; HOTLINE EMAIL: upik@jogjakota.go.id

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, 2

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, 2 TANGGUNGJAWAB PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA KONSTRUKSI MENURUT SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO. 07/PRT/M/2011 & MENURUT GENERAL CONDITION FIDIC RED BOOK Yefta Gavra Garland

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA ( KONTRAK)

SURAT PERJANJIAN KERJA ( KONTRAK) PEMERINTAH KABUPATEN PASER SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PASER Jl. R.M. Notosunardi No. 01 Tanah Grogot SURAT PERJANJIAN KERJA ( KONTRAK) Nomor : 027/03-SPK/Pem.3/IX/2012 Tanggal : 12 SEPTEMBER 2012 UNTUK

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) 1. Ruang Lingkup 2. Metode Pemilihan Penyedia 3. Proses Lelang RUANG LINGKUP Pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,,

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan Konstruksi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan Konstruksi PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan

Lebih terperinci

Kajian Potensi Terjadinya Tuntutan Penyedia Jasa Pada Proyek Konstruksi BAB I PENDAHULUAN

Kajian Potensi Terjadinya Tuntutan Penyedia Jasa Pada Proyek Konstruksi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi semakin hari semakin kompleks sehubungan dengan adanya standar-standar baru yang dipakai, teknologi yang semakin canggih, dan keinginan pemilik bangunan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA PENGAWASAN GEDUNG DAN BANGUNAN KANTOR DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROPINSI SUMATERA SELATAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi Pembangunan

Lebih terperinci

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 419 I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI PERENCANAAN Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN ANGGARAN 2013 Jalan Pelabuhan Perikanan No. 01 Selatpanjang ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak)

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI - 2016 Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah jika nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan gambar sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya. Selain itu diperparah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (UU 2/2017 & PP 29/2000 Jo PP 54/2016) admikon2@gmail.com MODUL BIMBINGAN TEKNIS ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI Modul 1 : Kebijakan Penyusunan Dok. Kontrak

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan apabila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Bangunan Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal

Lebih terperinci

3.1 STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN Gambar.3.1 Struktur Organisasi Lapangan (Sumber : Proyek Lexington Residence PT. PP (Persero), Tbk) III -1 3.1.1 Project Manager (PM) Project manager adalah pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Proyek konstruksi semakin hari semakin kompleks sehubungan dengan adanya standard-standard baru yang dipakai, teknologi yang semakin canggih, dan keinginan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN DINAS PEKERJAAN UMUM, PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SURAT PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI «REKANAN»

PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN DINAS PEKERJAAN UMUM, PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SURAT PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI «REKANAN» PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN DINAS PEKERJAAN UMUM, PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan Baru Nomor 2 Telp/Fax (0265) 631171 PANGANDARAN 46396 SURAT PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI NOMOR TANGGAL

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Umum... 1 1.2 Pengertian Isilah... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 3 III. PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN DAN ETIKA

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 8.1. SYARAT SYARAT UMUM 8.1.1 Ketentuan Umum Pasal 1 Definisi Dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak ini kata-kata dan ungkapan-ungkapan harus mempunyai arti seperti

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KOMITE PEMBANGUNAN SMA KEBERBAKATAN OLAHRAGA Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 35, Telepon 0431-863487, 852240, 862485, 863184 Facsimile 862485, 863184

Lebih terperinci

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bengkulu, 12 Mei 2016

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bengkulu, 12 Mei 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I BENGKULU Jl. Depati Payung Negara KM 14 No.4 Pekan Sabtu Selebar Bengkulu Telp/Fax : (0736) 53066, 52045, 51607 Kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN i P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B E N G K A L I S U N I T L A Y A N A N P E N G A D A A N ( U L P ) K E L O M P O K K E R J A I I ( P O K J A I I ) Jl. Pertanian Nomor..., Bengkalis Riau. Kode

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 391 F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

Lebih terperinci

E. Kontrak Pengadaan Jasa Lainnya dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

E. Kontrak Pengadaan Jasa Lainnya dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 377 E. Kontrak Pengadaan Jasa Lainnya dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... SURAT

Lebih terperinci

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA KELURAHAN DUKUH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2013

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA KELURAHAN DUKUH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2013 PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA KELURAHAN DUKUH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN PENYEDIA BARANG/JASA Pengadaan Langsung Pekerjaan Belanja Hibah Barang atau Jasa yang Diserahkan kepada Pihak

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT BAB VIII RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT 8.1. SYARAT SYARAT UMUM 8.1.1 Ketentuan Umum Pasal 1 Definisi Dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak ini kata-kata dan ungkapan-ungkapan harus mempunyai arti seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Pemilihan Kontraktor Dalam industri konstruksi, ada dua pihak yang sangat berperanan penting, yaitu owner dan kontraktor. Dimana owner adalah orang atau badan hukum

Lebih terperinci

TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin

TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin PENGANTAR Dalam dunia internasional dikenal beberapa standar/sistim kontrak konstruksi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL NOVEMBER MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management

SEMINAR NASIONAL NOVEMBER MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management SEMINAR NASIONAL 2014 6 NOVEMBER 2014 MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management PERMASALAHAN LUMP SUM KONTRAK DARI SISI PANDANG SEKTOR SWASTA/PENGUNA JASA KONSTRUKSI PEMBAHASAN PENYEBAB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M.

MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M. MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M. Abstrak Pengadaan barang dan jasa pemerintah untuk paket pekerjaan dengan nilai di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perlindungan Konsumen Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan bukan Undang-Undang tentang Konsumen. menyebutkan pengertianpengertian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA 1 KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA oleh : Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum. (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga) Disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undnag dan Peraturan Bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT PERJANJIAN : SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK)

LAMPIRAN SURAT PERJANJIAN : SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK) A. Ketentuan Umum LAMPIRAN SURAT PERJANJIAN : SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK) 1. Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak ini harus mempunyai arti atau tafsiran seperti

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING). PENDAHULUAN A. Umum. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan oleh kontraktor

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA

Lebih terperinci