Pembangunan Pulau Reklamasi dan Perubahan Sosial pada Masyarakat Perikanan di Teluk Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembangunan Pulau Reklamasi dan Perubahan Sosial pada Masyarakat Perikanan di Teluk Jakarta"

Transkripsi

1 Pembangunan Pulau Reklamasi dan Perubahan Sosial pada Masyarakat Perikanan di Teluk Jakarta disampaikan pada kegiatan Learning Session Hasil Penelitian BRSDKP Jakarta, 14 Juni 2017, Armen Zulham Zahri Nasution Maulana Firdaus Hikmah Sapto A. Pranowo Bayu Vita Indah Yanti Nurlaili

2 Studi Pustaka dan Diskusi Tentang Reklamasi di Teluk Jakarta Bio fisik, dan Lingkungan Anita (2014), Banjir Jakarta Zaenuddin (2013), Banjir Jakarta Gunawan (2010), Banjir Jakarta Wasilah (2017), kerusakan ekosistem Teluk Jakarta Hartati et al., (2014) perikanan & lingkungan Teluk Jakarta Kusuma et al., (2014) Polutan & Sedimen Teluk Jakarta Kusmana (2014), Mangrove di Pesisir Teluk Jakarta Ekonomi & Bisnis Suwitno (2016), Nilai Ruang Pusat Bisnis Ikan Ikawati (2017), hilangnya pendapatan Zulham et al.,(2014), hilangnya potensi ekon masrkt perikanan Zulham et al., (2014) transformasi ekonomi rumahtangga perikanan Zulham (2015) Reklamasi Teluk Jakarta bermanfaatkah untuk Nelayan Suryawati et al., (2016), perekonomian nelayan, valuasi ekonomi Zulham (2016). Rente Ekonomi Reklamasi Teluk Jakarta Sosial, Hukum & Tenaga Kerja (TK) UPT PPMA (2015), Kebutuhan Tenaga Kerja Perikanan Muara Angke. Angelia et al., (2006),: Arus Migrasi TK di Kawasan Teluk Jakarta Luthfi (2017), hak warga tanah timbul Teluk Jakarta Tim Advokasi Tl. Jakarta (2017) advokasi hukum warga XX XX

3 Studi Pustaka dan Diskusi Reklamasi di Teluk Jakarta (Lanjutan) Biofisik, dan Lingkungan Pranowo et al., (2014) Karakteristik ekoregion laut Teluk Jakarta Arifin dan Mustikasari (2014), Pasut, arus & Gelombang Teluk Jakarta Windupranata dan Ikhsani, 2014), Analisis faktor fisik daratan untuk pembangunan GSW untuk mengendalikan banjir. Muin (2014) pola arus dan gelombang perairan Teluk Jakarta Hadi (2014), pola arus dan gelombang perairan Teluk Jakarta Ekonomi & Bisnis XX XX XX XX XX Sosial, Hukum & Tenaga Kerja (TK) XX XX XX XX XX

4 Simpulan Studi Pustaka dan Diskusi Biofisik, dan Lingkungan Permasalahan banjir di Jakarta saat itu diatasi dengan relokasi armada perikanan dari berbagai muara sungai di Jakarta ke Muara Angke, melakukan penghijauan kembali. Kerusakan ekosistem pada Pesisir dan perairan Teluk Jakarta telah berlangsung lama. Kerusakan tersebut disebabkan oleh limbah domestik dan industri (termasuk logam berat), sedimentasi, konversi lahan untuk perumahan dan komersial. Kerusakan tersebut ditunjukkan oleh abrasi pantai, rusaknya spawning ground dan fishing ground Ekonomi & Bisnis Implementasi tata ruang pada pusat bisnis perikanan harus diwujudkan, agar potensi ekonomi dapat dikembangkan Tindakan yang dilakukan pemerintah dalam membangun Jakarta melalui pengusuran mengancm hilangnya sumber pendapatan masyarakat nelayan Sosial, Hukum & Tenaga Kerja (TK) Kebutuhan TK pada kegiatan perikanan sangat tinggi terutama pada pusat perikanan di Teluk Jakarta Permintaan TK tersebut mendorong terjadinya migrasi TK dari pusat perikanan di Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan serta Banten dan Lampung ke sentra perikanan di Teluk Jakarta. Sehingga terjadilah migrasi TK permanen dan migrasi TK sirkulasi

5 Simpulan Studi Pustaka dan Diskusi (Lanjutan) Biofisik, dan Lingkungan Ekoregion laut, pola pasang surut, arus serta gelombang laut di Teluk Jakarta serta kondisik fisik daratan di Jakarta harus dipertimbangkan. Saat ini banjir di Jakarta pengaruh land subsidence > dari pengaruh kenaikan permukaan laut. Dengan Simulasi pembangunan pulau reklamasi akan mengubah pola arus dan gelombang laut di Teluk Jakarta Ekonomi & Bisnis Terganggunya bisnis masyarakat perikanan di Teluk Jakarta karena pengaruh kegiatan pembangunan pulau reklamasi. Rusaknya jaringan sosial yang telah berkembang untuk menjaga bisnis masyarakat perikanaan. Besaran rente ekonomi karena pembangunan pulau reklamasi, yang dieksploitasi pengusaha dan perlu aturan agar rente tersebut dapat diperoleh pemerintah dan digunakan untuk kesejahteraan nelayan Sosial, Hukum & Tenaga Kerja (TK) Masyarakat perikanan migrasi permanen di Teluk Jakarta sebagian menimbulkan masalah karena mengokupasi tanah timbul dan bantaran Muara Sungai dan membangun rumah dan berinvestasi.

6 Pengantar dan Pertanyaan Penelitian ❶ Perubahan sosial apa yang terjadi sehingga aktivitas bisnis perikanan di Teluk Jakarta tidak berkurang?. Padahal beberapa pulau reklamasi di Teluk Jakarta telah ada. ❷ Perubahan sosial apa yang terjadi sehinga rumah tangga perikanan di Teluk Jakarta tetap bertahan, padahal beberapa pulau reklamasi telah ada di Teluk Jakarta?

7 Metoda Penelitian Perubahan sosial merupakan upaya untuk mengubah kebiasaan, pandangan dengan inovasi (pendekatan baru), gagasan gagasan baru dan kebijakan terhadap individu atau kelompok sosial tertentu. Sasaran perubahan sosial adalah individu, kelompok masyarakat tertentu, atau masyarakat secara keseluruhan. Keterbatasan Penelitian????

8 1 METODA PENELITIAN Kamal Muara (FGD & Wawancara) 2 Muara Angke (FGD & Wawancara) Kali Baru (FGD) Cilincing (FGD & Wawancara) Marunda (FGD & Wawancara)

9 HASIL PENELITIAN Pasar Tenaga Kerja di Muara Angke 2016 Jenis Usaha Jumlah (Unit)a) Perkiraan TK (orang) b) Kapal GT Kapal > 30 GT Pengolah Tradisional UPI Cold Storage Pujaseri Grosir Ikan Pasar Eceran Transit/Pengemasan Perkiraan Kebutuhan TK Sumber: a). Laporan Tahunan 2016 UPT Pengelola Pelabuhan Perikanan Muara Angke b). Hasil estimasi berdasarkan rata-rata jumlah pekerja pada setiap unit

10 T o n Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Bulan Perdagangan Ikan di Muara Angke 2016 Volume Perdagangan Ikan (Ton) TPI M. Angke Pasar ikan M. Angke Total Perdagangan Ikan Januari Febrari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan UPT Pelabuhan Perikanan Muara Angke, T o n

11 Ciri Demografi Masyarakat Perikanan Ciri Demografi Etnis dominan Status Kependudu kan Pekerjaan Utama K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda Bugis KTP DKI Jakarta nelayan, Pembudidaya, pedagang Cirebon, Tegal, Indramayu (P)ermanen: Non Prosedur (S)irkulasi: KTP daerah asal (P): nelayan, Pengolah, Pedagang ikan (S): ABK kapal PPI M. Angke Bugis KTP DKI Nelayan, pedagang ikan Bugis, Indramayu, Brebes, Pemalang (P). KTP DKI (S). KTP daerah asal (P). Nelayan, Pengolah, Pembudidaya (S): nelayan Betawi KTP DKI Nelayan, Pembudidaya

12 Ciri Demografi Masyarakat Perikanan (Lanjutan) Ciri Demografi Status Tempat Tinggal Umur Kepala Keluarga K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda Rumah permanen/semi permanen pada tanah girik atau tanah milik 30 Tahun 65 tahun (P). Rumah semi permanen atau gubuk pada tanah timbul & bantaran sungai (S). Pada kapal ikan di PPI dan rumah kos Rumah permanen & Semi permanen pada lahan milik PT. Pelindo (P). 30 tahun 60 tahun 30 tahun (S). 20 tahun 65 tahun 40 tahun (P). Rumah permanen / Semi permanen pada tanah girik, garapan KBN dan bantaran kanal (S). Rumah kontrakan Rumah permanen pada lahan milik atau garapan (P). 25 tahun 60 tahun 30 tahun 65 (S). 20 tahun tahun 45 tahun

13 Ciri Demografi Masyarakat Perikanan (Lanjutan) Ciri Demografi Pendidikan Kepala Keluarga K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda 17% tidak lulus SD, 17% tidak lulus SMP, 33% lulus SMP, 17% tidak lulus SMP dan 17% lulus SMA (P). 13,3% tidak lulus SD, 33,3 lukus SD, 23,3% tidak lulus SMP, 13,3 lulus SMP, 16,7 tidak lulus SMA. (S). Umumnya lulus SMP 38% SD, 54% SMP dan 8% SMA (P). 16,7% lulus SD, 66,7% tidak lulus SD; 16,7% PT (S). SMP 33,3% tidak sekolah; 50% tidak lulus SD, 16,7 % lulus SD Karakteristi k rumah tangga Rata-rata 5 orng / KK (P). Rata-rata 5 orng /KK + 2 kerabat dari desa Rata-rata 5 (S). Di M. Angke orang /KK tidak ada anggota keluarga (P). Rata-rata 4 org /KK (S). Rata-rata 4 org /KK Rata-rata 5 org /KK

14 Struktur Sosial Struktur sosial merupakan fenomena sosial tentang keragaan kelembagaan sosial yang sengaja dibentuk oleh masyarakat untuk menciptakan suatu keteraturan sosial di wilayah itu dengan mengatur hubungan antar masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Kelembagaan Sosial Relasi dengan lingkungan sekitar Kamal Muara AdaTomas perkuat relasi Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda (P). Tomas tidak berperan, sehingga relasi longgar (S). Ada pengurus kapal memperkuat relasi Terdapat Tomas yang memperk uat relasi (P). Tomas & Koperasi perkuat relasi (S). Pemilik kapal memperkua t relasi Tomas memperkuat relasi

15 Struktur Sosial (lanjutan) Kelembagaan Sosial Difrensiasi peran dalam masyarakat Komunikasi Kamal Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda Pembagian peran jelas, relatif tidak berubah Mudah dilakukan melalui tomas (P) Peran sering berubah (S). Peran jelas dan tidak berubah (P). Sulit dilakukan (S). Mudah dilakukan melalui pengurus Pembagai an peran jelas dan tidak berubah Mudah dilakukan melalui Tomas (P). Peran jelas relatif tidak berubah (S). Peran jelas dan tidak berubah (P). Mudah dilakukan melalui tomas (S) Mudah dilakukan melalui pemilik kapal Peran jelas dan relatif belum berubah Mudah dilakukan melalui tomas

16 Struktur Sosial (lanjutan) Kelembagaan Sosial Tujuan Ketaatan terhadap aturan Kamal Muara Untuk mendapat pendapatan dan kebutuhan hidup Taat terhadap aturan Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda (P) bervariasi, termasuk pengakuan status dari Pemda DKI Jakarta (S). Mencari pekerjaan dan pendapatan (P). Tidak taat aturan & berkonflik (S). Taat aturan mengikuti pengurus Mendapat kan pendapata n dan kebutuhan hidup Taat terhadap aturan (P). Mendapat pekerjaan, dan pendapatan (S). Mendapat pekerjaan dan pendapatan (P). Taat terhadap aturan (S). Taat terhadap aturan Mencari kebutuhan hidup Taat terhadap aturan

17 Struktur Sosial (lanjutan) Kelembagaan Sosial Sosialisasi & akses terhadap program pemerintah Kamal Muara Mudah dilakukan dan dapat diakses Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda (P). Sulit dilakukan dan tidak dapat diakses (S). Mudah dilakukan dan tidak dapat diakses Mudah dilakukan dan dapat diakses (P). Mudah dilakuan dan dapat diakses (S). Mudah dilakukan dan tidak dapat diakses Mudah dilakukan dan dapat diakses

18 % Responden Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Persentase Penguasaan Aset Responden M. Angke (Feb Maret 2017) Feb - Maret 2017 Jenis Aset

19 % responden Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Persentase Penguasaan Aset (Feb Maret 2017) Kamal Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda Jenis aset produktif

20 % dari Total Ongkos Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke 2013 Feb-Maret Rp. 2,8 Juta Rp. 3,5 Juta Rp. 4,6 Juta Rp. 5,0 Juta Rp. 3,9 Juta Rp. 4,3 Juta Jenis Ongkos

21 Biaya (Rp.000) Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Rata-Rata Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke, K. Muara, Cilincing & Marunda (Feb Maret 2017) Penangkapan Ikan Pengolah Pedagang 6, , , , , , M. Angke K. Muara Cilincing Marunda

22 % Biaya Total Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke, K. Muara, Cilincing & Marunda (Feb Maret 2017) M. Angke K. Muara Cilincing Marunda Jenis biaya menurut usaha

23 % sumber Pendapatan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Pendapatan Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke Usaha Istri Anggota keluarga lain Sumber lain Rp Rp Rp Rp Rp Rp Feb Maret 2017

24 % Sumber Pendapatan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Pendapatan Rumah Tangga per Bulan (Feb Maret 2017) Usaha Istri Anggota keluarga lain Sumber lain Rp Rp Rp Rp M. Angke K. Muara Cilincing Marunda

25 % Pengeluaran Rumah Tangga Rp Rp Rp Rp Rp Rp Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke Modal usaha Konsumsi dalam RT 40 Konsumsi di Luar RT Air Minum 30 Sewa Rumah Pendidikan Anak 20 Transportasi Kesehatan 10 Rekreasi Tabungan - Arisan Bayar Hutang 2013 Feb- Maret 2017

26 % dari Total Pengeluaran Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke, K. Muara, Cilincing, Marunda Rp Modal usaha Konsumsi dalam RT 35.0 Konsumsi di Luar RT Rokok Rp Rp Rp Air Minum Sewa Rumah/listrik & Perawatan Pendidikan Anak Transportasi Kesehatan 15.0 Rekreasi Tabungan 10.0 Arisan 5.0 Bayar Hutang 0.0 M. Angke K. Muara Cilincing Marunda

27 Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Kesimpulan: Intervensi pemerintah dalam pembangunan di Teluk Jakarta medorong perubahan sosial pada masyarakat perikanan. Perubahan sosial tersebut terjadi pada kebijakan: 1. Kebijakan pengendalian banjir di Jakarta dengan merelokasi nelayan pada berbagai muara sungai di Teluk Jakarta ke Muara Angke dan meresmikan Muara Angke sebagai Pusat Perikanan dan pemukiman nelayan tradisional, pada Tahun Tetapi karena infrastruktur pemukimam nelayan tidak mencukupi, maka kebijakan ini mendorong munculnya nelayan andon di Muara Angke dan beberapa nelayan kembali lagi ke tempat asal di Teluk Jakarta. 2. Muara Angke ditetapkan sebagai PPI Daerah dan Pusat Pembinanan Kegiatan Perikanan DKI Jakarta dengan PerGub DKI Jakarta No: 598 tahun Infrastruktur dibangun, sehingga M. Angke menjadi pusat perdagangan ikan armada perikanan tradisional terbesar di Jakarta. Kebijakan ini mendorong defisit tenaga kerja di Muara Angke. Deisit ini menjadi pull factor nelayan di daerah surplus TK. Infrastruktur dan kesempatan kerja menjadi push factor nelayan di daerah surplus TK, sehingga mendorong migrasi TK nelayan ke Jakarta.

28 Akibatnya di Pesisir Teluk Jakarta terdapat nelayan migrasi permanen (M. Angke, K. Muara, Kalibaru, Cilincing & beberapa di Marunda) & nelayan migrasi sirkulasi (M. Angke dan Cilincing). Nelayan migrasi permanen di Muara Angke merupakan penduduk non prosedural, mengokupasi tanah timbul dan bantara kali untuk tempat tinggal dan usaha. Nelayan ini, kontra dengan berbagai program pemerintah, sehingga mereka mudah dimanfaatkan kelompok lain untuk kepentingan mereka. Nelayan migrasi permanen K. Muara, Kalibaru, Cilincing dan Marunda (KTP DKI Jakarta) membangun tempat tinggal dan usaha pada lahan dengan status tanah girik dan tanah garapan (milik pemerintah, swasta dan yayasan). 3. Kebijakan pembangunan Industri, infrastruktur dan properti di pesisir Jakarta kebijakan ini menyebabkan konversi lahan, dan limbah. Konversi lahan menyebabkan hilangnya lokasi mencari rajungan dan ikan dipesisir (M. Angke, K. Muara, Kalibaru, Cilincing dan Marunda). Limbah menyebabkan kerugian pada tambak dan nelayan rajungan di Marunda. Kebijakan ini mendorong rumah tangga meningkatkan peran gender dan diversivikasi sumber pendapatan di Marunda.

29 4. Kebijakan pembangunan pulau reklamasi. Pada proses awal material reklamasi mengganggu ekosistem perairan (karena tidak menggunakan teknologi). Akibatnya pendapatan dari usaha perikanan rakyat berkurang. Pada daerah yang ekosistemnya telah stabil (seperti Cilincing) peluang mendapatkan ikan akan pulih kembali. Pada berbagai lokasi rumah tangga perikanan rakyat melakukan diversifikasi sumber pendapatan agar usaha perikanan tetap bertahan (K. Muara, M. Angke, Marunda, Kalibaru, termasuk juga Cilincing). Implikasi Kebijakan: A. Sosialisasi & Kerja Sama 1. - Sosialisasi kependudukan kepada nelayan migrasi permanen Muara Angke agar mereka bisa diakses dan mengakses program pembangunan. - Sosialisasi pulau reklamasi kepada nelayan dan pembudidaya pada 5 lokasi di Teluk Jakarta tentang kondisi & peluang pada tahap pembangunan, tahap pemanfaatan, dan tahap pengembangan oleh stakeholder terkait. 2. Kerja sama pembangunan ekonomi pesisir antara Pemda DKI Jakarta dengan Pemda asal nelayan migrasi (CTI) untuk mengendalikan arus migrasi ke pusatpusat perikanan Jakarta.

30 Implikasi Kebijakan (lanjutan) B. Aturan dan Monitoring 1. Melakukan monitoring tentang kondisi IPAL pada industri yang berada di sekitar K. Muara, M. Angke, Kalibaru, Cilincing dan Maruda. 2. Menyusun aturan dan jadwal pembuangan limbah oleh industri sehingga diketahui periode pembuangan limbah diketahui nelayan dan pembudidaya. 3. Memperketat aturan penggunaan teknologi dalam proses pembuatan pulau reklamasi. Terima Kasih

31 A B C D E F G H I J L M N O P Q K Kamal Muara Muara Angke Sunda Kelapa Kalibaru Cilincing Marunda

PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL: BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN?

PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL: BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN? Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 3, Desember 014: 19-134 ISSN : 355-66 PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL: BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN? Armen Zulham Balai Besar Penelitian Sosial

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No.27 tahun 2007, tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di I. PENDAHULUAN Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di wilayah pesisir pantai dan berkaitan dengan kenaikan muka air laut. Dampak banjir pasang dirasakan oleh masyarakat, ekosistem

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pendekatan Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa meningkatnya persepsi masyarakat yang melihat adanya hubungan tidak searah antara keberhasilan

Lebih terperinci

Pengembangan Pantura Jakar ta

Pengembangan Pantura Jakar ta Pengembangan Pantura Jakar ta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Pada FGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA

PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA Diskusi Reklamasi Jakarta Utara Forum Guru Besar ITB Tanggal 28 Mei 2016 Di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Bandung PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA Indratmo Soekarno KK- Teknik Sumber Daya

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil dari pemekaran Provinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan melalui Undang-undang No. 23 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 103 V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata tujuh meter di atas permukaan laut. Terletak pada posisi 6 12 LS dan 106 48 BT. Luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial. Salah satu ekosistem

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

Oleh. Firmansyah Gusasi

Oleh. Firmansyah Gusasi ANALISIS FUNGSI EKOLOGI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Biologi Pada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 kilometer. Wilayah pantai (pesisir) ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Drainase merupakan prasarana suatu kawasan, daerah, atau kota yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Panjang garis pantai di Indonesia adalah lebih dari 81.000 km, serta terdapat lebih dari 17.508 pulau dengan luas

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Jakarta merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang di dalamnya banyak terdapat kegiatan, seperti pemukiman, perkotaan, transportasi, wisata, dan industri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum pantai didefenisikan sebagai daerah di tepi perairan (laut) sebatas antara surut terendah dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah pesisir adalah daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan laut yang memiliki potensi sumberdaya alam tinggi. Salah satu sumberdaya wilayah pesisir adalah hutan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Roisul Ma arif, Zulkarnain, Sulistiono P4W LPPM IPB

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan luas daratan ± 1.900.000 km 2 dan laut 3.270.00 km 2, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan ditinjau dari luasnya terdiri atas lima pulau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun dokumen ini disampaikan terima kasih. Pangkalan Balai, November 2013

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun dokumen ini disampaikan terima kasih. Pangkalan Balai, November 2013 KATA PENGANTAR Menyikapi kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) yang diharapkan mampu menjadi penghela kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai lebih dari 8.100 km serta memiliki luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan memiliki lebih dari 17.508 pulau, sehingga

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara Keadaan umum Kota Jakarta Utara dikemukakan dalam subbab 4.1.1 sampai dengan 4.1.3 di bawah ini ; meliputi keadaan geografis, keadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di ambil beberapa kesimpulan terkait dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Studi Kasus : Kabupaten Pangandaran 7-8 November 2016 Outline Adaptasi

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR

PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR OUTLINE: 1. 2. 3. 4. Isu-isu di Kawasan Pantura Jabodetabekpunjur Kronologis Kebijakan Penataan Ruang Konsep Penataan Ruang Konsep substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim dengan luas wilayah laut

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pantai adalah suatu wilayah yang mengalami kontak langsung dengan aktivitas manusia dan kontak dengan fenomena alam terutama yang berasal dari laut. Fenomena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Teluk Bone yang terajut oleh 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan membentang sepanjang kurang lebih 1.128 km garis pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan, demikian pula dengan manusia tak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang cukup banyak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove di DKI Jakarta tersebar di kawasan hutan mangrove Tegal Alur-Angke Kapuk di Pantai Utara DKI Jakarta dan di sekitar Kepulauan Seribu. Berdasarkan SK Menteri

Lebih terperinci