PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : BUNTHAS PERMANA SAKTI ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

2 ii

3 iii

4 PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Bunthas Permana Sakti NIM : Program Studi : Pendidikan IPS Fakultas : Ilmu Sosial Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Yogyakarta, 1 September 2012 Yang menyatakan, Bunthas Permana Sakti iv

5 MOTTO Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-nya segala sesuatu. (QS. Al-Ikhlas:2) Hari yang telah lalu, Hari ini, dan Hari Esok adalah suatu rangkaian, Namun hari ini akan mengubah hari esok jadi lakukanlah yang terbaik yang bisa kamu lakukan hari ini dan jadikan hari yang telah lalu sebagai pembelajaran ataupun pengalaman. v

6 PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ini kupersembahkan untuk: Bapak, Ibu, Nenek dan seluruh keluargaku yang senantiasa mencurahkan seluruh kasih sayang, perhatian dan do anya untukku. Kubingkiskan untuk : Untuk semua sahabat-sahabatku, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. vi

7 PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL Oleh: Bunthas Permana Sakti ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh motivasi belajar dan kreativitas siswa SMP N 3 Gedangsari kelas VII A yang masih perlu ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Card Sort dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Gedangsari. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini berlangsung selama 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengambilan data melalui lembar observasi motivasi belajar dan kreativitas siswa siswa, angket respon siswa, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Penelitian ini menggunakan analisis datakuantitatif dan analisis data kualitatif. Adapun data yang diperoleh dari lembar observasi dan angket respon siswa yang dianalisis dengan menghitung persentase dari keseluruhan indikator yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar dan kreativitas siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Card Sort menunjukkan bahwa rata-rata seluruh indikator baik dari aspek motivasi belajar maupun kreativitas siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata persentase lembar observasi untuk pra tindakan dan tiap siklus, yaitu motivasi belajar pada pra tindakan sebesar 47 % meningkat menjadi 81% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 91% pada siklus 2 dengan hasil angket pada pra tindakan sebesar 67%, siklus 1 sebesar 76% dan menjadi 80% pada siklus 2. Pada aspek kreativitas siswa pada siklus 1 sebesar 66% dan meningkat menjadi 73% pada siklus 2. Dari hasil angket respon siswa, kreativitas siswa pada pra tindakan yaitu sebesar 51%, pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 62%, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 67%.Adapun kendala dalam penerapan pembelajaran model Card Sort ini adalah membutuhkan kecermatan dan waktu yang lama untuk menilai kemunculan kreativitas siswa. Kata kunci: Model Card Sort, Pembelajaran IPS, Motivasi Belajar, Kreativitas Siswa vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan petunjuk serta kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Penerapan Model Card Sort untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Gedangsari. Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, inspirasi, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:. 1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk menyelesaiakan studi pada Program Studi Pendidikan IPS FIS UNY. 2. Prof. Ajat Sudrajat, selaku Dekan FIS Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian. 3. Bapak Sugiharyanto, M.Si., Koordinator Program Studi Pendidikan IPS atas, dorongan dan kerjasamanya yang baik. 4. Drs. Saliman, M.Pd., Penasehat Akademik yang terus memberikan dorongan dan bimbingan selama masa studi. 5. Bapak Sardiman A.M., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. viii

9 6. Ibu Harianti, M.Pd., Narasumber yang telah memberikan arahan - arahan dan penguji dalam skripsi ini. 7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY yang telah memberikan ilmu selama kuliah. 8. Segenap staf UNY yang banyak membantu penyelesaian skripsi ini. 9. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Gedangsari yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. 10. Bapak Rudi Purnama, S. Pd. selaku guru IPS SMP Negeri 3 Gedangsari yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 11. Siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari atas kerjasamanya selama ini. 12. Sahabat dan teman yang senantiasa memberi motivasi. 13. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Yogyakarta, 19 September 2012 Penulis Bunthas Permana Sakti ix

10 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah.. C. Pembatasan Masalah.... D. Rumusan Masalah. E. Tujuan Penelitian.. F. Manfaat Penelitian.... II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS 1. Hakikat Belajar. 2. Pembelajaran IPS di SMP/MTS IPS Materi Sejarah B. Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar.. 2. Manfaat Motivasi Belajar. 3. Bentuk Motivasi Belajar Indikator Motivasi Belajar C. Kreativitas Pengertian Kreativitas Ciri Kreativitas.. 3. Faktor Pengaruh Kreativitas. 4. Indikator Kreativitas. D. Model Pembelajaran Card Sort Pembelajaran Aktif Model Card Sort... E. Penelitian yang Relevan... F. Kerangka Berpikir. G. Hipotesis... III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. B. Tempat dan Waktu C. Desain Penelitian.. D. Definisi Operasional Variabel.. E. Subjek dan Objek Penelitian... F. Instrumen Penelitian. x vii ix x xii xiii xiv

11 G. Teknik Pengumpulan Data H. Teknik Analisis Data.... I. Validitas Data... J. Indikator Keberhasilan. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Pra Tindakan. B. Deskripsi Hasil Penelitian. 1. Siklus Siklus 2. C. Pembahasan... D. Keterbatasan Penelitian E. Pokok Pokok Temuan V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... B. Saran. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Materi Sejarah Halaman SMP Kelas VII Semester II... Tabel 2. Rencana Kegiatan Penerapan Model Card Sort... Tabel 3. Kisi Kisi Observasi Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa... Tabel 4. Penskoran Butir Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa... Tabel 5. Kisi Kisi Angket Motivasi Belajar dan Kretaivitas Siswa... Tabel 6. Kriteria Pencapaian... Tabel 7. Jadwal Pelajaran IPS Kelas VII A... Tabel 8. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan... Tabel 9. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1.. Tabel 10. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus Tabel 11. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 1... Tabel 12. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus 1... Tabel 13. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 2... Tabel 14. Hasil Angket Respon Siswa Siklus 2... Tabel 15. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 2... Tabel 16. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus 2. Tabel 17. Hasil Keseluruhan Observasi Motivasi Belajar Siswa. Tabel 18. Hasil Keseluruhan Observasi Kreativitas Siswa abel 19. Kriteria Nilai Kreativitas Siswa xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir Model Spiral dari Kemmis dan Taggart Diagram Jumlah Siswa Sesuai Nilai Kreativitas Siklus Diagram Jumlah Siswa Sesuai Nilai Kreativitas Siklus Diagram Motivasi Belajar Siswa 6. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Diagram Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa.. 8. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1... Lampiran 1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2... Lampiran 1.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3... Lampiran 1.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4... Lampiran 2.1. Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa. Lampiran 2.2. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Lampiran 2.3. Pedoman Observasi Kreativitas siswa... Lampiran 2.4. Lembar Observasi Kreativitas Siswa Lampiran 2.5. Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan Lampiran 2.6. Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan... Lampiran 3.1. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan. Lampiran 3.2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1.. Lampiran 3.3. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 2.. Lampiran 3.4. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 1... Lampiran 3.5. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus Lampiran 3.6. Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan Lampiran 3.7. Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Siklus xiv

15 Lampiran 3.8. Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Siklus 2... Lampiran 3.9. Format Catatan Lapangan Lampiran 4. Media Kartu Materi Triangulasi Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian (Foto) Lampiran 7. Surat Izin Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut Dwi Siswoyo, dkk. (2008: 79), pendidikan memiliki fungsi menyiapkan sebagai manusia, menyiapkan tenaga kerja dan menyiapkan warga negara yang baik. Oleh karena itu, pada suatu negara, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk membangun bangsanya. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 7). Oleh karena itu, bicara soal pendidikan selalu dekat dengan pembelajaran. Dengan belajar diharapkan manusia berubah menjadi lebih baik khususnya dalam perbuatannya. Belajar dilakukan dengan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman sehingga di sekolah ada istilah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai 1

17 2 pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya (Sardiman A.M., 2004: 14). Proses belajar mengajar yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan siswa tersebut dapat merumuskan sendiri suatu konsep yang sedang dipelajari. Di sekolah, siswa dikondisikan oleh sistem pendidikan untuk belajar sejumlah mata pelajaran. Sesuai dengan Pasal 37 UU SISDIKNAS tahun 2003 bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang merupakan ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Menurut M.N. Somantri (2001: 45), pendidikan IPS di sekolah hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, analitis dan kreatif serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan sosial dan proses pengambilan keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan yang sudah disederhanakan. Oleh karena itu, dari adanya mata pelajaran IPS ini diharapkan siswa menjadi kritis, analits dan kreatif dalam menyikapi masalah sosial yang ada dan mampu mengidentifikasi upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan arahan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang penting

18 3 sebagai fasilitator dan moderator dalam proses belajar siswa. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak hambatan untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan. Para pendidik masih terus dalam proses penyesuaian dengan KTSP. Strategi pembelajaran duduk tenang, mendengarkan ceramah dari guru sepertinya harus diminimalkan demi perkembangan potensi peserta didik, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan sangat diperlukan. Melalui pembelajaran yang menggali kreativitas siswa akan membantu siswa untuk bisa berfikir kreatif. Seperti yang diungkapkan Elaine B. Johnson (2009: 214), bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, memungkapkan kemungkinan kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangun ide ide yang tidak terduga. Dengan demikian, salah satu yang diharapkan dari pembelajaran IPS, yakni siswa mampu berpikir kreatif dapat diwujudkan. Strategi yang variatif juga akan memotivasi siswa dalam belajar. Seperti yang diutarakan oleh Oemar Hamalik (2002: 182), bahwa cara mengajar yang bervariasi akan memelihara minat siswa karena menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan. Siswa yang berminat terhadap pelajaran maka akan selalu termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan motivasi sendiri menurut Hamzah B. Uno (2008: 1), adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Jadi

19 4 dapat dikatakan motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Siswa yang termotivasi akan mengikuti pelajaran dengan baik sehingga memunculkan potensinya secara maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi yang dapat memotivasi siswa. Salah satu upaya yang dapat untuk memotivasi belajar dan memunculkan kreativitas siswa ialah dengan penerapan metode pengajaran yang variatif. Metode atau model pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Model pengajaran ini penting karena merupakan kegiatan menunjukan dan memperlihatkan komunikasi antara guru dan murid. Banyak variasi model yang telah diciptakan dalam dunia pendidikan. Pengembangan variasi terus dilakukan agar proses belajar mengajar lebih baik dan dapat mencapai tujuan. Contoh dari sekian banyak model pembelajaran ialah card sort atau memilah dan memilih kartu. Gambaran yang diberikan oleh Mel Silbermen ( 2009: 46), card sort dapat menimbulkan gerakan fisik yang dapat membantu untuk sumber energi kepada kelas yang telah letih. Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Apabila menemui kondisi kelas dengan siswa yang hanya pasif dan mudah melupakan pelajaran dan siswa tersebut tidak berminat pada suatu proses belajar mengajar maka dibutuhkan kreativitas seorang pendidik untuk bisa mengkondisikan kelas agar siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran. Kreativitas seorang pendidik ini bisa dituangkan dengan membuat variasi

20 5 tehadap model pembelajaran yang telah digunakan. Model pembelajaran card sort yang seperti diuraikan di atas bisa diterapkan sebagai model pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Seperti yang ditemui dalam pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP 3 Gedangsari, khususnya kelas VII A, diperoleh informasi bahwa metode yang digunakan guru ialah ceramah karena dengan materi yang banyak dan jumlah jam yang pendek, metode ini masih dianggap efektif. Pada saat proses pembelajaran dengan metode ceramah tanya jawab ini terlihat siswa kurang berani untuk bertanya kepada guru. Jika diberi pertanyaan siswa hanya berbisik bisik bahkan sebagian besar hanya diam. Siswa masih terkesan malu malu untuk berpendapat di kelas. Beberapa siswa kadang sibuk dengan aktifitasnya sendiri untuk mengatasi kebosanan. Siswa kurang terbiasa untuk menuangkan pendapatnya baik kepada teman maupun kepada guru. Akibatnya kreativitas siswa tidak muncul. Wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran IPS, meunjukan bahwa seringkali siswa melupakan tentang materi yang baru saja disampaikan. Guru sering memberi pertanyaan diakhir menerangkan namun kebanyakan siswa tidak bisa menjawab. Seperti yang terlihat saat observasi, ketika guru selesai menerangkan tentang proses masuknya agama Hindhu dan Budha di Indonesia seperti biasa guru memberi pertanyaan tentang materi yang baru saja disampaikan dengan maksud mengetahui paham tidaknya siswa. Ketika itu, guru mencoba bertanya kepada siswa tentang bagimana proses masuknya kebudayaan Hindhu-Budha menurut teori waisya dan yang

21 6 terjadi ialah sebagian besar siswa terkesan gugup tidak menjawab sehingga guru melempar pertanyaan kepada siswa yang aktif. Terlebih lagi jika dicermati, siswa hanya ingat tentang istilah istilah yang berhubungan dengan materi tetapi tidak dapat mejelaskan maksud dari istilah tersebut. Cotohnya ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan apa yang mereka ketahui tentang Hindhu Budha setelah materi tersebut diterangkan, siswa hanya menjawab dengan menyebutkan istilah seperti Tri Murti, moksa, kasta dan sebagainya, namun ketika diminta untuk mengutarakan apa maksud dari istilah tersebut tidak ada yang menjawab. Apabila diberi pertanyaan dengan maksud yang lebih luas lagi. Misalnya guru bertanya kepada siswa dengan pertanyaan apa hubungan agama Hindhu dengan India. Siswa terlihat semakin tidak siap sehingga terlihat masih kurang paham. Contoh kasus di atas menunjukan sebagian anak langsung melupakan apa materi yang baru saja disampaikan. Sebagian besar siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal materi seperti fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan. Selain itu, kreativitas siswa juga belum muncul karena siswa begitu pasif. Untuk mengatasi kepasifan siswa, guru pernah menggunakan metode diskusi dalam mengajar namun diskusi tidak berjalan maksimal karena siswa masih belum terdorong untuk berdiskusi. Hal itu ditunjukan

22 7 antara lain dengan siswa masih mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugas diskusi, banyak siswa yang melakukan aktifitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran seperti bermain dan bercanda dengan temannya sehingga kelas menjadi gaduh. Kondisi kelas seperti di atas menunjukan bahwa siswa kurang tertarik untuk belajar IPS. Pandangan siswa yang ada tentang mata pelajaran IPS lebih bersifat hafalan dan kurang berarti, mematahkan antusias siswa itu sendiri terhadap pelajaran. Selain itu, dari apa yang dijumpai dari pengamatan dapat juga diindikasikan bahwa kreativitas siswa saat mengikuti pelajaran sangat kurang terlihat karena siswa begitu pasif yang sangat tergantung kepada guru. Dengan melihat permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran seperti yang telah digambarkan, maka sudah selayaknya diupayakan suatu tindakan guru untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih variatif. Oleh karena itu, bertolak dari permasalahan tersebut maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas guna meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Gedangsari kelas VII A semester 2 tahun ajaran 2011/2012.

23 8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPS belum banyak menggunakan variasi model pembelajaran. 2. Metode ceramah masih dirasa efektif untuk menyampaikan materi yang banyak dengan waktu yang terbatas sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran IPS kurang dipertimbangkan. 3. Siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. 4. Kurangnya minat siswa tentang materi sejarah dalam pembelajaran IPS. 5. Motivasi siswa yang kurang karena tidak variatifnya model pembelajaran. 6. Pembelajaran IPS khususnya pada materi sejarah masih belum bisa melatih siswa untuk berpikir kreatif. 7. Siswa tidak aktif sehingga dominasi peran guru sangat terlihat. 8. Munculnya kendala dalam menciptakan pembelajaran IPS yang efektif. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya memfokuskan pada permasalahan pada nomor dua dan enam dari identifikasi masalah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan terhadap masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan motivasi belajar

24 9 dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS kelas VII A SMP Negri 3 Gedangsari? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari. F. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas diharapkan: 1. Bagi Guru Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan pembelajaran dalam hal ini meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dengan menerapkan model card sort. 2. Bagi Siswa Dengan penerapan model pembelajaran card sort diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam belajar IPS siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut. 3. Bagi Sekolah

25 10 Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai model pembelajaran card sort dan sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. 4. Bagi Peneliti Sebagai pengetahuan bagaimana penerapan model pembelajaran card sort untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dan dapat memberikan inspirasi serta referensi untuk penelitian yang sejenis.

26 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS 1. Hakikat Belajar Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Hamzah B. Uno (2008:3), belajar menunjukan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu. Hal senada juga diungkapkan Sardiman A.M. (2004:20), bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Oleh karena itu, siswa atau seorang yang belajar akan berhasil jika terjadi proses perubahan tingkah laku dan ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Ada pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Dimyati dan Mudjiono (2002, 38), Skinner misalnya, memandang perilaku belajar dari segi teramati sehingga perlu adanya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal dan eksternal belajar yang bersifat interaktif. Oleh karena itu, guru seyogyanya mengatur acara pembelajaran yang sesuai dengan fase fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki. Piaget memandang belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu 11

27 12 dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam pembelajaran. Prinsip itu adalah bahwa pebelajar memiliki kekuatan menjadi manusia, belajar hal bermakna, menjadi bagian yang bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi secara bertanggung jawab, belajar mengalami secara berkesinambungan dan dengan penuh kesungguhan. Ia menyarankan agar dalam acara pembelajaran, siswa memperoleh kepercayaan diri untuk mengalami dan menemukan secara bertanggung jawab. Hal itu terjadi bila guru bertindak sebagai fasilitator. Di Sekolah, pembelajaran erat kaitannya dengan kegiatan guru bersama siswa. Sardiman A. M. (2004: 47) mengutarakan bahwa belajar mengacu pada kegiatan siswa dan mengajar mengacu pada kegiatan guru. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Wina Sanjaya (2005: 87) menyebutkan bahwa tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama siswa adalah belajar. Lebih lanjut Wina Sanjaya (2005: 87) menyampaikan bahwa keterkaitan antara belajar dan mengajar itulah yang disebut sebagai pembelajaran. Pembelajaran berlangsung dengan adanya dua kegiatan yakni belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru yang mengajar agar tujuan siswa yang belajar tersebut dapat tercapai.

28 13 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang di dalamnya terdapat siswa yang belajar dan dibantu oleh guru yang menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung untuk berlangsungnya proses belajar. Di sekolah, siswa merupakan penentu terjadinya atau tidak terjadinya pembelajaran dan guru sebagai fasilitator siswa belajar. 2. Pembelajaran IPS di SMP/MTS Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang ada di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hal ini seperti yang dikemukakan M.N. Somantri (2001: 101): Di Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. Istilah IPS mulai muncul pada tahun , yaitu pada saat penyusunan kurikulum Pendidikan PSP, yaitu sebuah label untuk mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan mata pelajaran ilmu sosial lainnya untuk pendidikan dasar dan menangah. Sedangkan di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, para pakar ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial dalam wadah National Council for Social Studies (NCSS) dan Social Science Education Consortium (SSEC) sudah sejak tahun 1920-an memikirkan masalah pendidikan ilmu ilmu sosial pada tingkat pendidikan dasar menengah ini Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penyederhanaan dari konsep ilmu ilmu sosial yang ada. M.N. Somantri (2001: 74), mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu ilmu

29 14 sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah. Ditingkat SMP ilmu ilmu sosial yang dimaksud ialah geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Udin Saripudin (1989: 38), bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu unsur kurikulum pendidikan yang secara formal dan material menjabarkan esensi Tujuan Pendidikan Nasional. Untuk itu, merupakan suatu keharusan bagi bidang studi ini untuk menjabarkan tujuan tersebut dalam wawasan dan perspektif keilmuan sosial. Tujuan dari bidang studi ini esensinya yaitu untuk menciptakan karakter pada setiap siswa sesuai dengan materi- materi yang terkait dan dapat sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional. Muhamad Dimyati (1989: 90), menyatakan bahwa secara umum tujuan pengajaran ilmu ilmu sosial, khususnya dalam arti social studies atau IPS, adalah meliputi tiga segi pendidikan seperti humanistic education, socio-civic education, dan intellectual education (pendidikan kemanusiaan, kemasyarakatankenegaraan, dan pendidikan intelektual. Awan Mutakin (1998) menjelaskan tujuan dari ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan sisiwa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

30 15 menimpa masyarakat. Jelas bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang penting untuk dipelajari karena diharapkan dengan mempelajari IPS, siswa akan mengetahui bagaimana menjadi manusia yang mampu memecahakan masalah sosial dan menjadi warga negara yang baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan di tingkat sekolah dasar dan menengah, yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep konsep esensial dari ilmu ilmu sosial dan humaniora. Sedangkan ilmu ilmu sosial yang diambil dan disederhanakan untuk dipelajari oleh siswa di tingkat SMP ialah geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi. IPS terus dikembangkan untuk kepentingan pencapaian tujuan pendidikan. Dengan adanya mata pelajaran IPS di sekolah diharapkan siswa dapat mengerti dan mengamalkan makna dari belajar IPS sehingga memiliki karakter dan menjadi warga negara yang baik. 3. IPS Materi Sejarah Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang muatannya menjadi salah satu konsep dasar IPS di SMP. Sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang bararti pohon. Menurut Moh Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, pengertian sejarah adalah sebagai berikut: a. Jumlah perubahan perubahan, kejadian kejadian dan peristiwa peristiwa dalam kenyataan sekitar kita;

31 16 b. Cerita tentang perubahan perubahan itu dan sebagainya; c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan dan sebagainya tersebut (Moh. Ali, 2005:12). Sedangkan Sardiman A.M. (2004: 9), merumuskan pengertian sejarah sebagai suatu cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa lampau. Peristiwa tersebut dikaji tentunya akan bermanfaat sebagai pembelajaran dikehidupan selanjutnya. Tujuan pengajaran sejarah meliputi beberapa aspek, yakni; aspek pengertian, aspek pengembangan sikap, aspek keterampilan. Hal ini membuktikan bahwa sejarah memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda dan mental bangsa. Misalnya pada aspek pengembangan diri, melalui pembelajaran sejarah dapat ditanamkan pada siswa mengenai ( I Gde Widja, 1989: 28) : a. Penumbuhan kesadaran sejarah (historical coniosness) pada murid terutama dalam artian agar mereka mampu berfikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa tenggung-jawab sejarah sesuai dengan tuntutan jaman pada waktu mereka hidup). b. Penumbuhan sikap menghargai kepentingan atau kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa.

32 17 c. Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup sebagai hasil dari pertumbuhan diwaktu yang lampau. d. Penumbuhan kesadaran akan perubahan perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik diwaktu yang akan datang. Oleh karena itu, materi sejarah menjadi materi yang penting dalam pelajaran IPS. Dengan belajar sejarah, siswa dapat mengambil hikmah dari peristiwa masa lampau. Pembelajaran sejarah tidak hanya dengan mengetahui peristiwa peristiwa masa lalu, tetapi juga mengambil hal hal positif dari pembelajaran agar menjadi lebih bijaksana. Adapun SK-KD IPS-Sejarah kelas VII semester 2, tahun ajaran 2011/2012 sebagai berikut: Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS materi Sejarah SMP Kelas VII Semester II NO SK KD Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu-Budha Sampai Masa Kolonial Eropa 5.1. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan-peninggalannya.

33 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeninggalannya Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi menurut Hamzah B. Uno (2008: 3), berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang dapat menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat sedangkan menurut Mc. Donald dalam Oemar Hamalik (2007: 173) motivation is a energy change within the person characterized by effective arousal and anticipatory goal reactions. Dengan kata lain, motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. M. Ngalim Purwanto (2007: 71), berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan suatu usaha yang disadari untuk memengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat juga

34 19 dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang (Sardiman A.M., 2004: 75). Oleh karena itu, motivasi seseorang dapat dipacu dan dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajaran, guru dapat memotivasi siswanya agar terdorong untuk belajar dengan baik. Dalam pembelajaran motivasi siswa mempengaruhi ketercapaian tujuan belajar sehingga ada istilah motivasi belajar. Hamzah B. Uno (2008: 23), menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan indikator atau unsur yang mendukung. Sedangkan menurut Sardiman A.M. (2004: 75), motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam atau luar individu yang yang mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

35 20 2. Manfaat Motivasi Belajar Motivasi belajar penting baik bagi siswa maupun guru dan juga bagi proses belajar dan pembalajaran itu sendiri. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 82), bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya. c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar. e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela selanya ada waktu istirahat dan bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Manfaat bagi guru yang mengetahui motivasi siswanya ialah sebagai berikut: membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, mengetahui dan memahami motivasi belajar di kelas bermacam ragam, meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik, memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogik.

36 21 Adapun beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut Hamzah B. Uno (2008: 27), antara lain sebagai berikut: menentukan hal hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kembali terhadap rangsangan belajar, menentukan ketekunan belajar. 3. Bentuk Motivasi Belajar Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas (Sardiman A.M., 2007: 92-95) : a. Memberi angka Angka yang dimaksudkan adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil belajar anak didik. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka / nilai yang baik. Kebanyakan siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai- nilai pada raport yang angkanya baik. Angka- angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang kuat. Namun demikian semua itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah bagaimana cara - cara memberikan angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan afeksinya. b. Hadiah

37 22 Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut. c. Saingan / kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. d. Ego-involvment Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan memepertahankan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga arntuk siswa sebagai subyek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e. Memeberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh guru, adalah jangan terlalu

38 23 sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka maksudnya, kalau akan ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya akan terus meningkat. g. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaiakan tugas dengan baik, perlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip - prinsip pemberian hukuman. i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri

39 24 anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. j. Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. 4. Indikator Motivasi Belajar Hamzah B. Uno (2008: 23), menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita cita masa depan, adanya harapan penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Dalam penelitian ini motivasi yang dimaksud ialah motivasi belajar siswa. Berdasarkan uraian mengenai motivasi di atas maka dapat

40 25 dirumuskan indikator indikator motivasi belajar ialah memiliki keinginan menyelesaikan tugas dengan baik, berusaha menghadapi kesulitan, ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari, menunjukan minat terhadap pelajaran, selalu aktif dalam pelajaran. B. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dalam sikap yang timbul dari ide ide baru. Dedi Supriadi (1994: 7) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun hasil nyata, yang relativ berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya sedangkan dalam Utami Munandar (Nana Syaodih, 1990: 47) kreativitas adalah: a. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada. b. Berdasarkan data atau unsur yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. c. Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas berupa orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Oleh karena itu, kreativitas seseorang tergantung bagaimana seseorang bisa berpikir kreatif. Menurut Elaine B.

41 26 Johnson (2002: 214), berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan keinginan keinginan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti: a. Mengajukan pertanyaan. b. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka. c. Membangun keterkaitan, khusunya di antara hal hal yang berbeda. d. Menghubungkan hubungkan berbagai hal dengan bebas. e. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. f. Mendengarkan intuisi. Kreativitas merupakan suatu hal yang baru dari seseorang bukan bagi orang lain. Bisa jadi sesuatu yang baru itu menjadi hal yang biasa bagi orang lain, namun bagi orang yang bertindak atau pun mempunyai ide dan terwujud dalam sikap yang baru sudah merupakan bentuk kreativitas bagi orang tersebut. Moreno yang dikutip oleh Slameto (2003: 146), menyatakan bahwa: yang terpenting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahuai orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan suatu hal yang baru bagi dri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan siswa atau orang lain.

42 27 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu sikap atau gagasan individu dalam menghadapi suatu masalah dan mencoba untuk mencari solusinya. Dengan adanya kreativitas ini maka diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai pada dirinya. 2. Ciri Kreativitas Kreativitas tentunya memiliki ciri ciri, menurut Oemar Hamalik (2002: 145), ciri ciri kreativitas ialah sebagai berikut: mengamati dan menilai dengan tepat apa yang diamatinya, melihat hal hal seperti orang lain tetapi juga sebagai orang orang lain yang tak melakukannya, bebas dalam pengenalan dan menilainya dengan jelas, didorong terhadap nilai dan terhadap latihan untuk mengembangkan bakatnya, kapasitas otaknya lebih besar, kemampuan kogniktif, cakrawala yang lebih kompleks, kontaknya lebih luas dengan dunia imajinasi, kesadarannya lebih luas dan lues, dan kebebasan yang obyektif untuk mengembangkan potensi kreatifnya. Sedangkan menurut Sund yang dikutip oleh Slameto (2003: 147), menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri ciri berikut : hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, panjang akal, keinginan untuk menemukan dan meneliti, cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, memiliki

43 28 dedikasi bergairah serta aktif dalam melakasanakan tugas, berpikir fleksibel, menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak, kemampuan membuat analisis dan sintesis, memiliki semangat bertanya serta meneliti, memiliki daya abstraksi yang cukup baik, dan memiliki latar belakang membaca yang luas. Pendapat lain seperti Guilford yang dikutip oleh Buchori Alma (2007: 69) mengungkapkan bahwa kemampuan kreatif dapat melalui masalah yang memicu pada lima macam perilaku kreatif, yaitu : a. Fluency (Kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah. b. Fleksibility (keluesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa. c. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa. d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarah ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Guilford dalam Mohammad Ali (2005: 41), menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri ciri orang kreatif. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2007: 147), ciri ciri orang kreatif anatara lain: lancar berbicara dan kaya akan ide, fleksibel dan

44 29 adaptatif, bersifat inventif dan berpikir divergen, memiliki ingatan yang baik dan berpikir asosiatif, cenderung memiliki sifat sifat humor dan melucu, sering tidak menyukai hal hal yang lazim, dan memiliki pandangan yang baik tentang dirinya. 3. Faktor Pengaruh Kreativitas Kreativitas tidak hanya muncul begitu saja pada seseorang tetapi tentunya ada faktor yang mempengaruhinya. Kreativitas siswa juga dapat digerakkan melalui motivasi. Hal ini sejalan dengan apa yang telah diungkapkan Oemar hamalik (2002: 183), bahwa dengan menerapkan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan kegiatan kreatif. Kreativitas muncul dari kemampuan berpikir kreatif. Paul Torrance dalam Oemar Hamalik (2002: 146), menyelidiki faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif anak-anak. Hasil penelitianaya adalah sebagai berikut: a. Faktor faktor dari alam dan masyarakat yang terdiri atas: 1) Tingkat pendidikan. 2) Differencial treatment antara anak laki laki dan anak perempuan. 3) Usaha usaha prematur untuk menghilangkan fantasi. 4) Restrikasi pada manipulasi dan keingintahuan. 5) Kondisi kondisi yang menimbulkan kecemasan. 6) Kurang dapat menggunakan keterampilan keterampilan verbal. 7) Terlalu menekankan pencegahan dan keberhasilan.

45 30 8) Kurang sumberi bagi penggunaan ide. b. Variabel variabel yang dimanipulasi dalam eksperimen yeng mempengaruhi produksi ide atau kemampuan berpikir kreatif antara lain adalah sebagai berikut: 1) komposisi kelompok (homogen atau heterogen). 2) Persaingan. 3) pengajaran prinsip prinsip berpikir. 4) hakikat the ware up instruction. 5) penghargaan terhadap pemikiran kreatif. 6) kegiatan yang membantu untuk menilai ide idenya sendiri. Torrence dalam Mohammad Ali (2005: 43), menyatakan bahwa agar potensi kreativitas dapat dimunculkan diperlukan kekuatan kekuatan pendorong dari luar yang didasari atas potensi dalam diri individu itu sendiri. Oleh karena itu, guru dapat mendorong agar kreativitas siswanya terwujud. 4. Indikator Kreativitas Tidak dapat dipungkiri bahwa kreativitas itu penting dimiliki oleh seseorang. Bagi seorang siswa atau peserta didik yang memiliki kreativitas akan dapat memecahkan kesulitan yang ia hadapi saat belajar. Kretaivitas seorang siswa dapat dibina terus oleh drinya sendiri dengan mengusahakan adanya kondisi yang merangsang dirinya untuk berpikir kreatif. Pengembangan kretaivitas akan melibatkan pengembangan pikiran, perasaan, penginderaan, dan firasat intuisi yang semuanya akan

46 31 membangun kemampuan kreatif. Oleh karena itu di dalam kelas, pentng bagi seorang guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang mengasah kreativitas. Kreativitas merupakan suatu ide ataupun tindakan. Kreativitas dalam penelitian ini ialah kreativitas belajar seorang siswa yang tentunya berada saat proses pembelajaran. Berdasarkan ciri ciri kreativitas dan orang yang berpikir kreatif maka Indikator kretaivitas siswa yang dapat diamati meliputi : a. Keterampilan berpikir lancar Contoh berpikirmengajukan pertanyaan terhadap suatu permasalahan, menjawab pertanyaan dengan sejumlah jawaban, mempunyai banyak gagasan terhadap suatu permasalahan. b. Keterampilan berpikir luwes Contoh : Memberikan penafsiran tehadap suatu permasalahan, memberikan pertimbangan terhadap suatu permasalahan, mampu mengubah arah pikir secara spontan. c. Keterampilan berpikir orisinil Contoh: Melahirkan ungkapan baru terhadap suatu permasalahan, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, lebih senang mesintesis dari pada menganalisa suatu permasalahan d. Keterampilan memperinci

47 32 Contoh : Memecahkan masalah secara terperinci, mengemukakan atau memperkaya gagasan, menambah detil detil terhadap gagasan sendiri maupun orang lain. e. Keterampilan menilai diri Contoh : mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya, mempertimbangkan pertimbangan atas dasar sudut pandangya sendiri. C. Model Pembelajaran Card Sort 1. Pembelajaran Aktif Tidak sedikit guru di Indonesia yang memilih untuk mengajarkan materi dengan ceramah karena masih dianggap efektif untuk mengejar tercapainya suatu materi. Dengan terus menerus menggunakan ceramah, semua materi akan tersampaikan namun minat dan keterbatasan daya dengar dan daya ingat siswa menjadi terabaikan. Oleh karena itu, seharusnya dalam proses KBM tidak terus menerus menggunakan ceramah. Proses KBM harus membuat siswa berperan aktif sehingga siswa dapat belajar kreatif dan mampu memecahkan masalah. Rojer Johnson & Kal Smith ( Melvin L. Silberman, 1996: 3), beberapa permasalahan KBM antara lain : a. Perhatian siswa kurang bersamaan dengan lalunya waktu. b. Ini hanya terjadi pada siswa yang mengandalkan pendengaran.

48 33 c. Ini cenderung mengarah pada pembelajaran rendah dan informasi factual. d. Ini mengasumsikan bahwa semua siswa memerlukan informasi yang sama dan pada langakah yang sama. e. Siswa cenderung tidak menyukainya. Mengingat pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa, maka belajar aktif merupakan suatu alternativ yang dapat menghilangkan kejenuhan dalam KBM. Seperti yang diungkapkan oleh Melvin L. Silberman (1996: 19), bahwa belajar tidak terwujud tanpa ada partisipasi siswa atau peserta didik. Pengajar seharusnya mengembangkan model model belajar aktif ini, karena dengan belajar aktif dapat mengetahui potensi yang dimiliki setiap siswa. Terdapat tiga tujuan penting dalam pembelajaran aktif, yakni (Melvin L. Silberman, 1996: 40) : a. Membangun Tim (Team Building): bentuklah peserta didik menjadi kenal satu sama lain dan diciptakan semangat kerjasama dan saling tergantung. b. Penegasan: pelajarailah sikap, pengetahuan, dan pengalaman para peserta didik. c. Kegiatan belajar seketika : bangkitkan minat awal pada mata pelajaran. Semua tujuan di atas, dapat tercapai apabila dapat melibatkan setiap peserta didik untuk berperan aktif. Selain itu diperlukan lingkungan belajar yang mengembangkan minat dan menciptakan norma norma yang positif di dalam kelas. Salah satu contoh pembelajaran aktif adalah

49 34 model Card Sort yang dapat diterapakan dalam KBM untuk mengembangkan motivasi belajar siswa. 2. Model Card Sort Menurut Melvin L. Silberman ( 2009: 157), Model Card Sort atau memilih dan memilah kartu, merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu unuk member energi kepada kelas yang telah letih. Selanjutnya Melvin L. Silberman (2009: 157), memaparkan prosedur pelaksanaan Model Card Sort ini sebagai berikut: a. Berilah masing masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh dengan satu atau lebih kategori. Contohnya, Informasi yang cocok dengan bagian bagian yang bervariasi tentang satu tugas resume. b. Mintalah peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang miliki kartu dengan kategori sama (Anda bisa mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau biarkan peserta mencarinya. c. Biarkan peserta didik dengan kartu kategorinya yang sama menyajikan sendiri pada orang lain. d. Selagi masing masing kategori dipresentasikan, buatlah beberapa poin mengajar yang anda rasa penting.

50 35 Variasi yang dapat dilakukan misalnya: a. Mintalah setiap kelompok untuk membuat presentasi mengajar tentang kategori tersebut. b. Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berilah masing masing tim satu set kartu yang lengkap. Pastikan kartu tersebut dikocok, sehingga kartu kategori yang mereka sortir tidak jelas. Mintalah setiap tim untuk menyortir kartu ke dalam kategori. Setiap tim bisa memperoleh nilai untuk nomor yang disortir dengan benar. Card Sort atau juga bisa disebut dengan sortir kartu dapat digunakan untuk menguji kepahaman siswa. Cara ini juga efektif untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Caranya cukup sederhana dan dapat dilakukan berkali kali. Card Sort dapat dilakukan pada awal materi, tengah, maupun akhir materi sesuai tujuan guru menggunakan model ini. Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah (Melvin L. Silberman, 1996: 101): a. Mengajak siswa untuk belajar diskusi yang menyenangkan (Stimulating Discussion). b. Mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok ( Colaborative Learning ). c. Mengajak siswa untuk belajar dengan teman sebaya atau teman satu kelas (Peer Teaching) d. Mengajak siswa untuk belajar mandiri (Independent Learning).

51 36 Card sort berbentuk permainan menggunakan kartu yang dapat melibatkan gerakan fisik. Adanya gerakan aktif pada dasarnya disukai oleh remaja atau dalam penelitian ini siswa SMP yang selanjutnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik (2002: 179), bahwa hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan, hal ini dapat dilihat anak kecil biasanya suka bermain, membangun; remaja belajar berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi, dan membuat rencana. Dengan demikian, diharapkan model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa karena pada dasarnya berbentuk permainan yang mengajak untuk berdiskusi yang menyenangkan. Kegiatan dalam model pembelajaran Card Sort ini berupa kegiatan kolaboratif yang dilakukan siswa berupa mempelajari kosep, menggolongkan sifat dari kategori yang berbeda, mengungkap fakta dari suatu obyek dan mengulangi informasi yang pernah didapat oleh siswa. Dengan kondsi tersebut maka siswa akan terdorong untuk berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2002: 183), dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan kegiatan kreatif. Dalam hal ini, teknik yang dilakukan oleh guru yaitu dengan penerapan model card sort dalam pembelajaran. Melihat kelebihan dan prosedur yang dimiliki model ini cocok diterapkan kedalam model pembelajaran IPS muatan ilmu sejarah yang banyak dijumpai materi pengkategorian dan memerlukan banyak hafalan.

52 37 Contoh kompetensi dasar IPS SMP kelas VII semester 2 yang relevan untuk diterapkan model card sort, yaitu: a Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan - peninggalannya. b Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggala - peninggalannya. D. Penelitian yang Relevan Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran diantaranya yaitu: 1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Nur Eti Rahmawati yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Teams Game Tournament (TGT) Dalam Proses Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Motiovasi Berwiraswasta Siswa Kelas X Di SMK N 1 Jatinegoro Tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini terdiri dari empat siklus dengan empat pertemuan. Subyek penelitian ini ialah siswa kelas X 2 Program Keahlian Penjualan di SMKN 1 Jatirejo, Mojokerto yang berjumlah 38 siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan, setiap siklus terdapat peningkatan kreativitas dan motivasi berwiraswasta siswa pada mata pelajaran kewirausahaan. Hal ini terlihat dari peningkatan kreativitas siswa untuk siklus IV, rata rata kreativitas siswa pada siklus IV berada kategori

53 38 yang sangat tinggi yaitu sebesar 39, 47 %. Sedangkan untuk motivasi berwirausaha siswa pada siklus IV berada pada kategori tinggi yaitu sebesar %. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Resthie Paramitha Hapsari yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi Melalui Pedekatan Konstruksivisme di Kelas X Adminstrasi Perkantoran 3 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman Tahun Ajaran 2009/ Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa melalui pendekatan kontruksivisme. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik pengumpulan data teknik analisis observasi partisipan, tes hasil belajar, kajian dokumen, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Terdapat kenaikan keaktifan siswa dari siklus I dan II dengan kategori sangat tinggi sebesar 10, 81 % dan kategori tinggi 21, 62 %, sedangkan pada kreativitas terdapat kenaikan dari siklus I ke siklus II dengan kategori sangat tinggi sebesar 8, 10 % dan kategori tinggi 37, 84 %. Jumlah siswa yang memiliki keaktifan dan kreativitas pada siklus II dengan kategori sangat tinggi dan tinggi mencapai 28 siswa atau 75, 67 % dari seluruh siswa di kelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yang sudah di tentukan.

54 39 F. Kerangka Berpikir Siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari memiliki motivasi belajar yang masih rendah dan juga kreativitasnya masih kurang. Hal ini seperti yang terlihat saat mengikuti pembelajaraan IPS. Kurangnya antusias siswa mengikuti pelajaran, siswa kurang merespon pertanyaan yang diberikan guru, siswa enggan untuk bertanya atau berpendapat, kurangnya interaksi siswa dengan siswa lain berkaitan dengan pembelajaran IPS, siswa begitu pasif dan tidak mau belajar untuk menyumbangkan ide atau gagasan mengenai pembelajaran, serta kurangnya keikutsertaan siswa dalam membuat kesimpulan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu, diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa saat pembelajaran IPS. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran aktif menekankan keaktifan siswa dan bagaimana untuk menumbuhkan motivasi siswa dengan memberikan model model pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu tipe pembelajaran aktif adalah model card sort, di mana dalam proses pembelajarannya menggunakan permainan kartu untuk membuat siswa senang mempelajari IPS. Dengan menggunakan model card sort ini, siswa lebih banyak belajar bersama teman sebaya. Siswa dapat saling mengungkapkan ide dengan temannya, melakukan diskusi dan mengerjakan tugas bersama, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran card sort ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas A SMP Negeri 3 Gedangsari. Berikut bagan kerangka fikir dalam penelitian ini:

55 40 Pembelajaran konvensional dengan ceramah masih dirasa paling efektif untuk pembelajaran IPS dengan materi yang padat Motivasi belajar siswa menjadi terabaikan Kreativitas siswa tidak muncul Pembelajaran IPS dengan Penerapan Model Card Sort Motivasi Belajar Siswa dan kreativitas siswa meningkat Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir G. Hipotesis Berdasarkan kerangka fikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS materi sejarah kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari semester 2 tahun ajaran 2011/2012.

56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hoopkins mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 11). Penelitian ini biasa digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Rochiati Wiriaatmaja (2005: 11), bahwa guru ataupun peneliti dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata upaya itu. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Dengan mengacu pada materi yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan, maka penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Maret 2012 menyesuaikan jadwal mata pelajaran IPS kelas VII A di sekolah. C. Desain Penelitian Pada model Kemmis & Mc Taggart, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mencakup empat langkah, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) 41

57 42 tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Menurut Kemmis & Mc Taggart dalam Rochiati Wiriaatmadja (2005: 66), alur-alur tahapan dalam penelitian tindakan kelas tampak seperti gambar berikut: Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari beberapa komponen yaitu; perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan evaluasi atau refleksi. Adapun rencana penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Siklus 1 a. Perencanaan tindakan, meliputi: 1) Peneliti dan guru menyusun RPP dengan model card sort. Peneliti mempersiapkan insturmen penelitian yang meliputi; lembar observasi, lembar wawancara dan angket. 2) Membuat media kartu card sort. 3) Melakukan koordinasi dengan guru. b. Pelaksanan tindakan

58 43 Penelitian berkolaborasi dengan guru mengajar dan juga meneliti, Pelaksanaan dilakukan dalam 2 pertemuan yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Tabel 1. Rancangan Kegiatan Penerapan Model Card Sort No Kegiatan Waktu 1. Kegiatan awal : a. Salam pembuka dan do a b. Perkenalan yang dilanjutkan presensi c. Apersepsi 2. Kegiatan inti (model card sort) a. Penyampaian tujuan dan motivasi b. Menyampaikan informasi c. Pembagian siswa dalam kelompok d. Membimbing kelompok kerja dan belajar (Secara berkelompok siswa menyususn kartu, menambahkan keterangan dalam tugas resume dan presentasi) e. Evaluasi f. Memberi penghargaan 3. Penutup : Kegiatan belajar mengajar ditutup dengan kegiatan : a. Menyimpulkan dan merefleksi pelajaran b. Doa dan salam ±10 menit ±70 menit ±10 menit c. Observasi Pengamatan/observasi dilakukan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk mengamati motivasi belajar dan

59 44 kreativitas siswa selama penerapan model card sort dengan indikator yang telah ditentukan. d. Refleksi Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Seluruh data yang telah diperoleh dianalisis sebagai bahan refleksi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Hasil refleksi kemudian digunakan sebagai acuan dalam rangka memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. 2. Siklus II, dan Seterusnya Hasil refleksi pada siklus I sangat menentukan perencanaan tindakan siklus berikutnya. Jika sudah terdapat peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan, siklus selanjutnya adalah dalam rangka pemantapan siklus I. Namun jika peningkatan belum sesuai dengan indikator keberhasilan maka akan dilaksanakan siklus II, dan seterusnya. Peneliti dapat membuat perbaikan proses pembelajaran dengan memberikan variasi model yang diterapkan sehingga ada sedikit perbedaan dalam proses pembelajaran tanpa mengubah model pembelajarannya. Variasi yang dapat dilakukan misalnya pada saat pemebentukan kelompok siswa diberi kartu sendiri sendiri dan membentuk kelompok seseuai kategori kartu yang sejenis dan memberikan bentuk kartu yang lebih menarik. Apabila sudah terjadi peningkatan sesuai indikator keberhasilan maka siklus ini dihentikan.

60 45 D. Definisi Operasional Variabel 1. Model Card Sort Model Card Sort Adalah kegiatan kolaboratif yang dilakukan siswa berupa mempelajari kosep, menggolongkan sifat dari kategori yang berbeda, mengungkap fakta dari suatu obyek dan mengulangi informasi yang pernah didapat oleh siswa dengan permainan. Adapu langkah langakahnya ialah sebagai berikut: a. Penyampaian tujuan dan motivasi. b. Menyampaikan informasi. c. Pembagian siswa dalam kelompok. Pembagian kelompok dapat dibagi sebelumnya oleh guru atau siswa mencari sesuai kesamaan kategori kartunya. d. Membimbing kelompok kerja dan belajar. Tugas kelompok ialah menyususn kartu secara sistematis berdasarkan materi yang sedang dipelajari, dan menambahkan keterangan dalam tugas resume. e. Evaluasi (siswa melakukan presentasi, guru memberi penguatan) f. Memberi penghargaan 2. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun indikator motivasi belajar adalah keinginan menyelesaikan tugas dengan baik, berusaha menghadapi kesulitan, ingin mendalami lebih jauh materi menunjukan minat terhadap pelajaran, dan selalu aktif dalam pelajaran.

61 46 3. Kreativitas siswa Kreativitas siswa ialah suatu sikap atau gagasan individu dalam menghadapi suatu masalah dan mencoba mencari solusinya. Kreativitas siswa diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun indikator kreativitas ialah memiliki keterampilan - keterampilan berpikir kreatif yaitu sebagai berikut: a. Keterampilan berpikir lancar. Contoh keterampilan berpikir lancar adalah mau mengajukan pertanyaan terhadap suatu permasalahan yang dihadapinya, menjawab pertanyaan yang diterima dari guru atau teman dengan sejumlah jawaban dan mempunyai banyak gagasan. b. Keterampilan berpikir luwes Contoh keterampilan berpikir luwes ialah memberikan penafsiran tehadap suatu permasalahan, memberikan pertimbangan terhadap suatu permasalahan, dan mau menerima kritik dan saran secara sepontan apabila kritik dan saran itu benar. c. Keterampilan berpikir orisinil Contoh keterampilan berpikir orisinil ialah melahirkan ungkapan baru terhadap suatu permasalahan, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, dan memberikan gagasan yang berbeda dengan alasan yang benar dan rasional. d. Keterampilan memperinci

62 47 Contoh dari keterampilan memperinci ialah memecahkan masalah atau materi secara terperinci, mengemukakan atau memperkaya gagasan secara sistematis dan terperinci, dan menambah detil detil terhadap gagasan sendiri maupun orang lain e. Keterampilan menilai diri Contoh keterampilan menilai diri ialah tidak mudah terpengaruh terhadap orang lain berdasarkan sudut pandangnya dengan alasan rasional dan jelas. E. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari. Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran card sort untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Peneliti Peneliti merupakan instrumen dalam penelitian kualitatif karena peneliti sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (L. Moleong, 2002: 121). Peneliti juga ikut membantu guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian. Peneliti langsung mengamati bagaimana motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap pembelajaran.

63 48 b. Lembar Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar dan kreativias siswa. Lembar observasi motivasi belajar dan kreativias siswa merupakan lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada saat pembelajaran di dalam kelas dan kelompok. Peneliti menetapkan indikator ketercapaian untuk mengetahui motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Setiap indikator diberikan nilai sesuai dengan pengamatan observer. Adapun kisi kisi lembar observasi sebagai berikut: Tabel 3. Kisi kisi Observasi Motivasi Belajar ASPEK INDIKATOR NO Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran 1 Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 2 Selalu aktif dalam pelajaran 3 Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 4 Berusaha menghadapi kesulitan 5 Kreativitas siswa Keterampilan berpikir lancar 1 Keterampilan berpikir luwes 2 Keterampilan berpikir orisinil 3 Keterampilan memperinci 4 Keterampilan menilai diri 5

64 49 c. Angket Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Angket terdiri dari 20 butir pernyataan. Butir pernyataan angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Siswa mengisi angket dengan memberikan tanda sesuai kondisi yang dialaminya pada setiap pernyataan. Pedoman penskoran untuk setiap kriteria adalah Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (SR) dan Selalu (SL). Contoh pedoman penskoran butir angket dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. Penskoran Butir Angket Alternatif Jawaban selalu sering jarang tidak pernah Pertanyaan positif Pertanyaan negatif Adapun kisi kisi angket pembelajaran dengan teknik card sort: Tabel 5. Kisi kisi Angket Motivasi Belajar dan Kretaivitas Siswa NO Aspek Indikator Jum No. 1 Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 2 1(+),2(+) 2 18(-),19(+) Selalu aktif dalam pelajaran 2 6(-),7(+) Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 2 13(+),14(+) Berusaha menghadapi kesulitan 2 8(+),9(+)

65 50 2. Kreativitas belajar siswa Keterampilan berpikir lancar 2 3(+),5(+) Keterampilan berpikir luwes 2 10(-),11(+) Keterampilan berpikir orisinil 2 12(+),15(+) Keterampilan memperinci 2 16(+),17(+) Keterampilan menilai diri 2 4(-),20(+) d. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (L. Moleong, 2002: 186). Pedoman wawancara berisi tentang petunjuk wawancara. Menurut L. Moleong (2002: 187), petunjuk wawancara berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok pokok wawancara dapat seluruhnya tercakup. Petunjuk wawancara dalam penelitian ini disusun untuk menanyakan dan megetahui hal-hal yang tidak dapat/kurang jelas diamati saat observasi. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah langkah yang penting dalam suatu penelitian. Dengan mengetahui teknik pengumpulan, kita akan memperoleh data yang sesuai standar data yang ditetapkan. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran card sort untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi siswa.

66 51 2. Wawancara Denzim (Goetz dan Le Compte, 1984) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2005: 117), menjelaskan bahwa wawancara merupakan pertanyaan - pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang - orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru dan beberapa siswa. Wawancara untuk mengungkap data yang sulit dicari/ ditemukan pada saat observasi serta untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model card sort. Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Dokumentasi Dokumen yang digunakan berupa hasil kerja siswa dalam menyelesaikan soal dalam metode, daftar nilai motivasi belajar dan kreativitas siswa yang diobservasi, foto kegiatan pembelajaran, dan rekaman. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi foto dan rekaman untuk memberikan gambaran secara lebih nyata mengenai kegiatan siswa baik saat sendiri maupun berkelompok dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung. 4. Angket Angket dibagikan kepada semua siswa setiap siklus berakhir. Data dari angket ini untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi.

67 52 5. Catatan Lapangan Sumber informasi yang juga penting dalam penelitian ini adalah catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti. Berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan kegiatan penelitian semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini. Fungsi catatan lapangan adalah untuk melakukan cross check dengan data-data yang telah didapatkan. H. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis data kuantitatif dan kualitatif. 1. Analisis Data Kuantitatif Lembar observasi dan angket digunakan untuk menghitung rata rata motivasi belajar dan kreativitas siswa. Data yang telah diperoleh kemudian dihitung, setelah itu dipresentase. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar peningkatan kreativitas dan motivasi siswa dalam belajar. Hasil analisis kemudian disajikan secara deskriptif. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 209) yang mengemukakan selanjutnya data kuantitatif yang berwujud angka angka hasil pengukuran dapat diproses dengan dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah dan diperoleh presentase. Presentase perolehan skor pada lembar observasi dikelompokan sesuai indikator untuk mennetukan tingkat motivasi belajar dan kreativitas siswa. Cara

68 53 menghitung persentase motivasi belajar dan kreativitas berdasarkan lembar observasi dan angket untuk setiap pertemuan dengan langkah langkah sebagai berikut : a. Analisis Data Hasil Observasi Data hasil observasi motivasi belajar dan kreativitas siswa dianalisis dengan langkah langkah sebagai berikut: 1) Berdasar pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor keseluruhan untuk kelas VII A sesuai observasi. 2) Skor keseluruhan untuk setiap observer dikumulatifkan kemudian dicari rata - ratanya. 3) Skor rata-rata tersebut dipersentase dan dikualifikasi dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. b. Analisis Data Hasil Angket Data hasil angket motivasi belajar dan kreativitas siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor tiap- tiap butir pernyataan untuk masing-masing siswa. 2) Skor masing-masing siswa dikomulatifkan dan dicari rata-ratanya. 3) Hasil rata-rata dipersentase dan dikualifikasikan untuk membuat kesimpulan mengenai motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap pembelajaran. Analisis lembar observasi dan angket menggunakan presentages correction. Besarnya nilai yang diperoleh siswa adalah presentase dari

69 54 skor maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika test tersebut dikerjakan dengan hasil 100% betul. Rumus penilaian adalah sebagai berikut: NP = x 100% Keterangan : NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari test yang bersangkutan 100% = bilangan tetap Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 210), data kuantitatif tersebut dapat ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hasil data di atas dapat dianalisis dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 6. Kriteria Pencapaian Kategori Presentasi Baik sekali Jika Mencapai % Baik Jika mencapai 61 80% Sedang Jika mencapai % Kurang Jika mencapai % Kurang Sekali Jika mencapai 0 20 % ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 18). 2. Analisis Kualitatif Analisi data kualitatif adalah bersifat reduksi data, meliputi penyelesaian data melalui ringkasan atau uraian singkat, dan pengolahan data ke dalam pola yang lebih terarah. Teknik analisis ini seperti yang

70 55 diungkapkan Milles dan Hubberman (1992: 16-17), yang mana menjelaskan tentang tiga komponen berurutan, yaitu: a. Reduksi data Reduksi data dijelaskan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul di lapangan. Ketika pengumpulan data model ini, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data sampai penyusunan kesimpulan. Maksudnya data yang didapat di lapangan kemudian disusun pemahaman arti di segala peristiwa reduksi data. Maka reduksi data merupakan suatu analisis yang menyamakan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan sehingga kesimpulan data finalnya dapat diarik dan diverivikasi. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari analisis interaktif. Suatu penyajian, merupakan kumpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan setelah data yang berupa cerita yang sudah tersusun secara sitematis, data siap untuk disajikan dan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian. c. Penarikan kesimpulan Pada tahap ini berarti menarik kesimpulan atau verifikasi. Pengumpulan data yang terakhir mulai dilakukan dengan usaha menarik kesimpulan dengan menarik verifikasi berdasarkan reduksi data dan sajian data.

71 56 I. Validitas Data Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Untuk tujuan itu, dapat digunakan berbagai teknik salah satunya triangulasi (Suhardjono, 2009: 78). Triangulasi adalah pemerikasaan keabsahan data di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (L. Moleong, 2005: 331). Ada beberapa macam triangulasi diantaranya yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Menurut Patton dalam L. Moleong (2005: ) meyatakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda sedangkan triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dengan demikian, dalam penelitian ini triangulasi dengan sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan/observasi, angket dengan wawancara dan triangulasi dengan menggunakan metode dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam hal ini penelitian membandingkan informasi yang diperoleh dari sumber data informan yang satu dengan yang lain. Adapun informan yang digunakan ialah guru mata pelajaran dan siswa. J. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya motivasi belajar dan kreativitas siswa dengan penerapan model pembelajaran card sort

72 57 yang ditunjukan pada setiap aspek yang diamati menunjukan kriteria baik dengan persentase minimal 61%. Peningkatan motivasi belajar dan kreativitas siswa dapat dilihat dari hasil analisis data.

73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Pra Tindakan Kegiatan pra penelitian tindakan kelas diawali dengan mengamati pembelajaran IPS di kelas. Pada pertemuan pertama, peneliti diberi kesempatan oleh guru untuk mengamati proses pembelajaran IPS di kelas VII B. Selanjutnya peneliti mengadakan pengamatan di kelas VII A pada hari yang berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, guru menggunakan model ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Peneliti juga melihat bahwa pembelajaran IPS cenderung didominasi oleh guru. Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa hanya diam. Siswa akan menjawab pertanyaan dari guru jika ditunjuk oleh guru. Siswa hanya berbisik - bisik jika diberi kesempatan bertanya ataupun memberikan pendapat tentang materi yang disampaikan. Hal ini menunjukan bahwa motivasi siswa masih kurang. Siswa membutuhkan variasi model pembelajaran yang dapat memotivasi sekaligus memunculkan kreativitas mereka. Selanjutnya peneliti memfokuskan pengamatan pra penelitian pada kelas VII A untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan wawancara dengan guru IPS kelas VII A terkadang keaktifan siswa tidak tersalur pada pelajaran karena hanya ramai sendiri dengan temannya dan jika diberi kesempatan untuk bertanya atau berpendapat mereka hanya diam. Kemudian peneliti menanyakan kepada beberapa siswa kelas VII A mengapa mereka hanya diam jika 58

74 59 guru bertanya atau memberi kesempatan bertanya tetapi mereka ramai saat guru menerangkan atau diberi tugas menyelesaikan soal. Beberapa siswa tersebut menjawab bahwa mereka takut salah jika bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru secara langsung. Ketika mereka diminta mengerjakan soal, mereka berusaha bertanya kepada teman yang lain sehingga kelas menjadi gaduh. Berdasar observasi awal tersebut, peneliti melihat bahwa siswa kelas VII A masih kurang aktif sehingga perlu motivasi agar lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang aktif akan mencurahkan pemikirannya dalam pelajaran. Sehingga siswa cenderung mengikuti pelajaran dengan baik. Selain itu kreativitas siswa dalam belajar perlu ditingkatkan sehingga siswa tidak hanya sangat bergantung pada guru untuk memperkaya pengetahuan tetapi mampu berpikir kreatif dalam mengikuti pelajaran dan dapat memecahkan masalah dalam belajar. Dengan begitu, siswa akan mudah dalam mengikuti pembelajaran dan guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Menindaklanjuti hal tersebut, peneliti berniat untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian bermaksud untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang belum pernah diterapkan di kelas VII A yaitu card sort. Untuk menerapkan model pembelajaran tersebut, peneliti bersama guru mata pelajaran IPS kelas VII A bersepakat untuk berkolaborasi. Akan tetapi, peneliti harus mengurus perizinan terlebih dahulu. Kenudian peneliti mengurus perizinan sehingga penilitian sudah dapat dimulai pada pertengahan Februari 2012.

75 60 Berdasarkan kesepakatan dengan guru, pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran IPS kelas VII A. Secara rinci jadwal pelajaran IPS kelas VII A adalah sebagai berikut: Tabel 7. Jadwal Pelajaran IPS Kelas VII A Hari Perteman ke- Waktu Selasa Rabu Kegiatan pra penelitian tindakan kelas selanjutnya dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Februari 2012 dengan mengamati pembelajaran yang dilakukan di kelas sesuai dengan model yang biasa dilakukan yaitu ceramah dan tanya jawab. Pelajaran dimulai pada pukul Guru menerangkan materi yang dipelajari pada kesempatan itu yaitu tentang proses awal masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia. Sedangkan peneliti mengamati jalannya pembelajaran. Peneliti mefokuskan pengamatan pada motivasi belajar dan kreativitas siswa yang muncul. Sekitar sepuluh menit kegiatan pembelajaran akan selesai peneliti diberi kesempatan oleh guru untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya. Setelah itu, peneliti membagikan angket sebelum tindakan untuk memperkuat data pengamatan. Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada beberapa pertemuan selanjutnya pembelajaran akan dipandu oleh guru yang berkolaborasi dengan peneliti.

76 61 Pengambilan data pada pra tindakan kelas ini dimaksudkan untuk mengetahui data motivasi dan kreativitas siswa sebelum tindakan dilaksanakan. Hasil pengamatan menunjukan data sebagai berikut: Tabel 8. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan Indikator Hasil Observasi Persentase Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran 53% Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 50% Selalu aktif dalam pelajaran 16% Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 53% Berusaha menghadapi kesulitan 63% Rata - rata 47% Tabel tersebut menunjukan bahwa rata rata tiap indikator motivasi yang diamati masih dalam kriteria kurang yaitu pada angka 47%. Pada pra tindakan ini, untuk kreativitas siswa belum diberikan penilaian. Peneliti hanya mengamati secara langsung dengan menggunakan catatan lapangan. Siswa kelas VII A pada umumnya masih kurang aktif untuk mengikuti pelajaran. Siswa juga hanya mengikuti semua perintah guru saja tanpa ada inisiatif untuk bertanya. Tanya jawab hanya berjalan dari guru ke siswa saja dan pertanyaan siswa mengenai pelajaran masih sangat minim. Siswa juga tidak mengajukan pendapat jika diberi kesempatan. Cara belajar siswa pun sangat tergantung pada guru.

77 62 Dari hasil respon siswa yang didapat dari angket menunjukan bahwa motivasi belajar siswa pada angka 67% namun pada saat pengamatan setiap indikator motivasi siswa tersebut kurang terlihat. Sedangkan respon siswa terhadap kreativitasnya saat pembelajaran masih kurang, yaitu pada angka 51%. A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Siklus 1 a. Perencanaan Perencanaan dibuat dengan melalui konsultasi guru mata pelajaran. Berdasarkan perencanaan, materi pelajaran yang akan diterapkan model card sort ialah melanjutkan pada materi pada pertemuan pra tindakan, yaitu pada pokok bahasan kerajaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Hal hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini antara lain sebagai berikut: a) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b) Menyiapkan pokok pokok bahasan yang telah ditentukan. c) Menyiapkan media kartu yang disesuaikan dengan materi untuk penerapan model card sord. d) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi. e) Menyusun dan menyiapkan angket motivasi belajar dan kreativitas siswa. f) Menyusun dan menyiapkan pedoman wawancara. g) Menyiapkan peralatan untuk dokumentasi seperti kamera.

78 63 b. Tindakan Sesuai dengan rencana yang telah dibuat, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran card sort. Guru berkolaborasi dengan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Peneliti membantu penerapan model pembelajaran dan juga melakukan pengamatan. Peneliti membantu guru dalam mengkoordinir jalannya pembelajaran sambil mengamati motivasi belajar dan kreativitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Deskripsi pelaksanan pembelajaran IPS dengan menggunakan model card sort di kelas VII A adalah sebagai berikut: a) Pertemuan 1 (1) Penyampaian tujuan dan motivasi Sebelumnya dalam kegiatan awal ini guru memberi salam kepada para siswa, dilanjutkan dengan absensi, menanyakan kabar siswa dan menanyakan pelajaran sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menerangkan model yang akan digunakan. Pada tahap apersepsi, guru memberikan stimulus dengan mengajak siswa mengingat kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia yang kemudian dikaitkan dengan pelajaran yang akan dipelajari. (2) Menyampaikan informasi

79 64 Siswa diberi tahu bahwa pada pembelajaan kali ini dan beberapa pertemuan selanjutya, model pembalajaran yang digunakan berbeda seperti biasa. Siswa diterangkan tentang bagaimana jalannya pembelajaran dengan menggunakan model card sort. Guru meminta agar siswa aktif mengikuti pelajaran dan tidak segan untuk bertanya apabila tidak mengerti. Siswa dapat menyampaikan pendapatnya kepada guru atau kepada teman saat belajar kelompok. Pada pertemuan pertama ini, guru masih perlu banyak memandu siswa. Guru menerangkan terlebih dahulu tentang materi pembelajaran sekitar 10 menit. Siswa diterangkan mengenai kerajaan bercorak Hindu Budha. Siswa diajak untuk mempelajari tentang keraaan Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno. Setelah guru memberikan sedikit kilasan tentang kerajaan kerajaan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri dengan membaca buku reverensi dan jika ada kesulitan diminta untuk bertanya. (3) Pembagian siswa dalam kelompok Sejak awal siswa telah dibagi kedalam kelompok kemudian baru diberikan tugas kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk belajar bersama sebelum diberikan tugas untuk menyusun kartu. Dalam kelompoknya siswa akan saling membantu,

80 65 bertanya jawab, bertukar pikiran untuk menguasi materi dan bertugas untuk merangkum. Pada siklus pertama ini siswa dibagi kedalam 8 kelompok berdasarkan tempat duduknya. Sebagian besar siswa merasa keberatan karena mereka merasa masih kurang akrab dengan teman kelompoknya. Alasan mereka ialah merasa canggung untuk bekerja sama dengan teman yang kurang akrab. Siswa laki laki dan siswa perempuan akan malu jika berkelompok. (4) Membimbing kelompok kerja dan belajar Tugas kelompok yang paling utama ialah menyusun kartu dengan media yang telah disiapkan. Selain itu siswa juga diberi tugas resume atau meringkas apa yang telah mereka temukan mengenai pokok pokok materi yang dianggap penting saat melaksanakan tugas. Siswa bekerja sama untuk melengkapi catatan mereka. Pada pertemuan pertama siklus pertama, siswa diberikan tugas kelompok untuk menyusun kartu yang berisi kata kata yang berhubungan dengan kerajaan Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno. Setiap kelompok yang beranggotakan 4 orang mendapat satu set kartu yang berisi materi tersebut. Setiap set kartu berisi 25 kartu. Saat kelompok dihadapkan pada kartu, masih ada siswa yang bekerja secara individual karena masih belum terbiasa

81 66 bekerjasama dengan temannya. Hanya beberapa kelompok saja yang terlihat anggotanya saling bertanya jawab dengan temannya. Namun demikian, antusias siswa sudah sangat baik, hal ini ditunjukan dengan keseriusan mereka saat menyusun kartu. Semua kelompok tidak mau ketinggalan dengan kelompok lain untuk menyelesaikan tugasnya. Selain itu, siswa juga lebih aktif bertanya kepada guru jika mereka mendapatkan kesulitan saat mengerjakan tugas. (5) Evaluasi Setelah mereka meyusun kartu dengan benar maka kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Ketika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, hanya 3 kelompok saja yang bersedia. Hal ini mengindikasikan siswa masih sungkan untuk berbicara di depan kelas. Saat peneliti menanyakan pada salah satu kelompok yang tidak mau mempresentasikan hasil kerjanya, jawabannya karena malu dan takut salah dengan hasil kerja mereka. Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi. Ada 3 kelompok yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya. Masing masing kelompok mempresentasikan materi kerajaan yang berbeda. Setelah selesai presentasi, salah seorang siswa dari perwakilan kelompok yang presentasi memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya

82 67 dan menanggapi hasil diskusi kelompoknya dan hanya beberapa siswa yang berani bertanya atau menanggapi sehingga guru berinisiatif untuk bertanya kepada kelompok 6 yang cenderung pasif. Guru bertanya apakah kelompok tersebut mendapat kesulitan namun jawabannya tidak ada, hanya saja mereka belum merasa siap untuk berbicara di depan teman teman mereka yang lain. (6) Memberi penghargaan Fase terakhir atau penutup dalam model card sort ialah memberi penghargaan. Di dalam kegiatan penutup ini guru bersama siswa melakukan refleksi terlebih dahulu dan memberikan pengayaan kepada siswa jika diperlukan. Pada pertemuan pertama waktu lebih banyak dihabiskan untuk kegiatan kelompok dan presentasi karena siswa perlu banyak melakukan bimbingan. Refleksi dilakukan dengan singkat. Saat penutupan, guru bertanya kepada siswa, Bagaimana apakah ada kesulitan dalam belajar dengan model card sort? Siswa secara bersamaan menjawab, Tidak Pak. Guru bertanya lagi, Coba kalau ada yang merasa kesulitan yang bagian mana, acungkan tangan?, Belum ada yang mengacungkan tangan, maka guru melontarkan pertanyaan itu kepada salah seorang siswa yang nampak ingin menjawab pertanyaan. Kemudian siswa yang ditunjuk bernama Agus itu menjawab, Saat

83 68 berdiskusi masih belum terbiasa Pak. Ada temannya yang bernama Aziz menyahut, Malu Pak saat mau presentasi. Mendengar jawaban dari kedua siswanya tersebut, guru memotivasi siswa agar pada pertemuan selanjutnya lebih aktif dan kreatif untuk bisa menyusun kartu sehingga dapat mempresentasikannya dengan baik. Guru menjelaskan bahwa setiap teman di kelas ini ialah sama sama belajar. Oleh karena itu, tidak perlu malu untuk belajar berasama khususnya saat berpendapat dan tidak perlu takut salah. Guru juga meminta siswa untuk melengkapi catatan masing masing dengan melihat dari berbagai reverensi yang lain. Setelah itu, guru juga menyinggung 3 kelompok yang tadi sudah mau presentasi dengan baik. Tiga kelompok tersebut diberikan tepuk tangan bersama sama seluruh siswa. Kemudian siswa diingatkan bahwa kreatifitas siswa yang ditunjukan dengan partisipasinya dalam belajar itu dinilai. Terakhir guru bertanya pada siswa, Apakah kalian senang dengan cara belajar seperti ini? Siswa menjawab, Senang Pak. Kemudian guru mengakhiri pelajaran dengan salam. b) Pertemuan 2 (1) Penyampaian tujuan dan motivasi Guru mengawali pembelajaran dengan salam kepada para siswa, dilanjutkan dengan absensi, dan menanyakan kabar

84 69 siswa, menanyakan pelajaran sebelumnya. Guru menanyakan apakah pada pelajaran sebelumnya ada yang perlu dibahas lagi. Beberapa siswa tidak ada yang menjawab. Nampak bahwa siswa masih enggan bertanya kepada guru di awal pembelajaran. Kemudian guru berbalik bertanya tentang materi terdahulu agar siswa mengingat pelajaran sebelumnya. Beberapa siswa bersahut sahutan untuk menjawab. Ada beberapa siswa yang asal menjawab dan hanya mengikuti jawaban teman yang terlontar. Untuk mengatasi hal tersebut, guru meminta jika ada yang ingin memberi jawaban agar mengacungkan jari, maka siswa akan diberi kesempatan dan jika jawaban salah maka siswa lain akan membenarkan atau melengkapinya. (2) Menyampaikan informasi Pada pertemuan kedua, pemberian informasi tentang jalannya pembelajaran sudah tidak terlalu memakan waktu karena siswa sudah mengerti tentang jalannya pembelajaran dengam model card sort. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kajian pustaka. Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari siswa pada kajian pustaka kemudian merangkum sekaligus memberikan penegasan dan informasi tentang materi pelajaran. Setelah tanya jawab tentang materi sebelumnya selesai, guru memandu siswa untuk masuk ke pelajaran selanjutnya

85 70 yaitu mengenai Kerajanan Sriwijaya, Kediri, Singosari dan Majapahit. Untuk mengetahui apakah siswa belajar di rumah tentang materi pelajaran yang akan dipelajari, guru bertanya kepada siswa, Siapa raja dari kerajaan Sriwijaya yang masih keturunan dari raja kerajaan yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu? Sebagian siswa mengacungkan jari tanganya. Kemudian guru menlanjutkan bertanya, Dari kerajaan manakah raja tersebut? Siswa menjawab dengan bersahut-sahutan sehingga kelas menjadi agak gaduh. Guru menenangkan siswa dan mempertegas jawaban siswa. (3) Pembagian siswa dalam kelompok Sama dengan pertemuan pertama, siswa dibagi kedalam 8 kelompok berdasarkan tempat duduknya. Sejak awal siswa telah dibagi kedalam 8 kelompok kemudian baru diberikan tugas kelompok. Siswa diberi kesempatan untuk belajar bersama sebelum ditugasi untuk menyusun kartu. Dalam kelompoknya siswa akan salng membantu, bertanya jawab, bertukar pikiran untuk menguasi materi dan bertugas untuk merangkum dari reverensi yang didapat. (4) Membimbing kelompok kerja dan belajar Pada pertemuan kedua, penugasan kelompok masih sama dengan pertemuan pertama. Hanya saja materinya berbeda. Pada pertemuan kedua siswa berkelompok untuk menyusun satu set

86 71 kartu dan merangkum apa yang mereka pelajari tentang Kerajanan Sriwijaya, Kediri, Singosari dan Majapahit. Saat diberi tugas kelompok, siswa sudah mulai menikmati jalannya pembelajaran dengan keaktifan mereka. Ketika kelompok telah terbentuk, siswa tidak sabar untuk segera diberi tugas. Saat guru menanyakan apakah perlu lagi untuk diterangkan mengenai cara menyelesaikan tugas, siswa menjawab tidak perlu bahkan meminta guru untuk segera memberikan tugas. Antusias siswa terhadap pelajaran sangat baik, siswa sudah tidak canggung lagi terhadap teman kelompoknya. Peneliti berkeliling untuk mengamati jalannya diskusi masing masing kelompok dan hampir semua siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang suka memanfaatkan kegiatan kelompok ini dengan bermain dan bercanda dengan temannya yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran. Peneliti bertanya mengapa melakukan hal demikian. Siswa tersebut menjawab karena sudah dikerjakan dengan teman lainnya. Kemudian peneliti membimbing siswa tersebut untuk ikut berperan dalam kelompoknya. (5) Evaluasi Pada pertemuan kedua, setelah sekitar 45 menit mengerjakan tugas kelompok, nampak seluruh kelompok sudah

87 72 selesai mengerjakan. Guru pun segera meminta perwakilan kelompok untuk berpresentasi. Pada pertemuan kedua ini, sudah lebih banyak kelompok yang mau presentasi. Pertemuan yang lalu hanya 3 kelompok saja yang ingin presentasi dan sekarang sudah 5 kelompok yang berebut untuk presentasi. Kelompok kelompok tersebut ingin mendapat nilai yang terbaik. Untuk memilih kelompok kelompok saling berebut mendapat kesempatan presentasi, guru menunjuk kelompok yang pertemuan sebelumnya belum presentasi untuk mempresentasikannya terlabih dahulu. Setelah siswa menyelesaikan presentasinya, kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan berpendapat. Pada kesempatan kedua ini, presentasi siswa sudah tidak terlalu banyak mendapat bimbingan dari guru. Tanpa terlalu banyak medapat arahan, presentasi siswa sudah berjalan dengan baik. Sedangkan guru lebih fokus untuk mengawasi siswa yang terkadang gaduh karena kebanyakan bercanda dengan temannya. Pada sesi tanya jawab berlangsung, sudah ada tambahan siswa yang mau bertanya. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya bertanya, diminta hanya menanggapi atau memberi komentar terhadap jawaban temannya yang masih dirasa kurang memuaskan. Dalam sesi tanya jawab ini, guru memandu siswa untuk menyeleksi si penanya dan membantu siswa yang

88 73 menjawab pertanyaan dengan memberi kata kunci jawaban agar tidak terjadi jeda yang lama. (6) Memberi penghargaan Pada pertemuan kedua, seperti sebelumnya guru bartanya kepada siswa apakah mereka senang dengan pelajaran kali ini dan semua siswa menjawab secara bersamaan yang menunjukan mereka senang. Ada beberapa siswa yang protes karena mereka tidak ditunjuk saat ingin bertanya dan berpresentasi. Guru menjawabnya karena untuk memberi kesempatan yang lain dan keterbatasan waktu. Meskipun demikian, semua siswa yang berpartisipasi akan dinilai. Pada pertemuan kedua guru mengumumkan bahwa kali ini motivasi siswa dalam belajar sudah semakin baik. Hal ini ditunjukan siswa yang berpartisipasi semakin terlihat. Guru menunjukan kelompok yang bekerja dengan baik dan siswa yang terlihat paling menonjol dalam kreativitasnya untuk diberi tepuk tangan bersama sama. Meskipun demikian, guru mengatakan masih melihat siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran. Guru tidak menunjukan nama siswa tersebut akan tetapi hanya mengingatkan yang sering ditegur dalam pelajaran tadi agar lebih serius dalam belajar. Siswa diminta untuk melengkapi dan membaca catatan mereka di rumah. Guru menjelaskan catatan mereka penting

89 74 karena merupakan point point penting dalam pelajaran. Guru akan selalu mengecek catatan mereka. Sebelum mengakhiri pelajaran guru juga mengatakan akan masih menggunakan model pembelajaran yang sama dengan sedikit variasi. Untuk itu, agar lebih menguasai materi siswa dianjurkan untuk banyak membaca. Guru juga mengatakan materi pertemuan sebelumnya masih mengulang beberapa kerajaan yang telah dipelajari pada dua pertemuan sebelumnya yang masih belum tuntas. c. Pengamatan 1) Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa secara umum sudah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi sebagai berikut: Tabel 9. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Aspek Indikator Hasil Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran 94% Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 88% Selalu aktif dalam pelajaran 66% Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 69% Berusaha menghadapi kesulitan 88% Rata - rata 81% Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata rata persentase setiap indikator motivasi belajar siswa sebesar 81%. Ini menunjukan kriteria motivasi belajar siswa sangat baik. Semua

90 75 indikator telah mencapai kriteri keberhasilan yang ditentukan, yaitu 61% hanya saja beberapa indikator masih barada pada angka di bawah rata rata. Indikator motivasi yang di bawah rata - rata tersebut ialah keaktifan siswa dalam pelajaran dan keinginan siswa mendalami lebih jauh materi yang dipelajari. Sedangkan pada angket respon siswa, menunjukan data sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ASPEK INDIKATOR HASIL Menunjukan minat terhadap pelajaran 84% Motivasi Belajar Siswa Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik Selalu aktif dalam pelajaran 70% 72% Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 72% Berusaha menghadapi kesulitan 69% Rata - rata 73% Presentase 76% Berdasarkan tabel hasil angket tersebut, rata rata persentase motivasi belajar siswa ialah 76%. Hal ini menunjukan respon siswa menunjukan motivasi belajarnya baik. 2) Kreativitas Siswa Kreativitas siswa dihitung dengan lembar penilaian berdasarkan observasi peneliti. Kreativitas terlihat dari keaktifan siswa mengikuti pembelajaran. Hal yang begitu terlihat membedakan ialah dengan sendirinya siswa bertanya dan berpendapat baik dengan guru ataupun dengan temannya tentang

91 76 pelajaran. Data observasi kreativitas siswa pada siklus 1 ini ialah sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 1 Aspek Indikator Hasil Keterampilan berpikir lancar 57% Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir luwes 70% Keterampilan berpikir orisinil 60% Keterampilan memperinci 71% Keterampilan menilai diri 71% Rata - rata 66% Tabel tersebut menunjukan rata rata persentase tiap indikator kreativitas ialah 70%. Hal ini menunjukan bahwa kreativitas siswa saat mengikuti pembelajaran dengan model card sort pada siklus 1 dalam kriteria baik namun beberapa indikator masih belum mencapai kriteria keberhasilan 61% yang harus menjadi bahan perbaikan siklus berikutnya. Kreativitas siswa jika dilihat dengan diagram digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Diagram Jumlah Siswa Sesuai Nilai Kreativitas Siklus 1

92 77 Diagram tersebut menunjukan bahwa 9% siswa nilai kreativitasnya sudah dalam kategori baik sekali, 44% siswa dalam kategori baik dan 41% siswa masih dalam kategori sedang dan 3% masih dalam kategori kurang. Pada siklus pertama ini sudah tidak ada siswa yang memiliki nilai dengan kriteria kurang sekali. Berdasarkan angket respon siswa, kreativitas siswa menunjuk kriteria baik. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 12. Angket Kreativitas Siswa Siklus 1 ASPEK INDIKATOR HASIL Keterampilan berpikir lancar 45 Keterampilan berpikir luwes 69 Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir orisinil 59 Keterampilan memperinci 61 Keterampilan menilai diri 64 Rata rata 60 Rata rata dalam persentase 62% Dari tabel di atas menunjukan bahwa persentase rata rata kreativitas siswa sudah dalam kriteria baik, yaitu 62%. 3) Hasil wawancara a) Hasil Wawancara kepada Siswa (1) Siswa merasa terarik dan senang dengan model pembelajaran yang telah digunakan. (2) Siswa merasa dapat berdiskusi dengan temannya. (3) Siswa termotivasi untuk menyelesaikan tugas.

93 78 (4) Siswa mempunyai keinginan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. (5) Ada beberapa siswa merasa tidak nyaman dengan anggota kelompoknya karena merasa kurang akrab dan belum terbiasa berdiskusi dengan temannya tersebut. b) Hasil Wawancara kepada Guru (1) Guru pernah menggunakan model yang mirip dengan card sort tapi di kelas sebelumnya dan siswa masih kurang aktif. (2) Menurut guru, pembelajaran seperti model card sort yang menyenangkan perlu digunakan karena dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. (3) Dengan model card sort, kreativitas siswa dapat dilihat dari keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran. (4) Untuk siklus selanjutnya, model card sort yang telah diterapakan, perlu lebih memunculkan kreativitas individu. d. Refleksi Berdasarkan refleksi yang dilakukan terhadap siklus I, pembelajaran dengan model card sord sudah berjalan sesuai prosedur yang telah direncanakan. Pada motivasi belajar dan kretaivitas siswa masing masing rata rata setiap indikator yang diamati ialah 81% dan 66%. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar sudah dalam kriteria sangat baik sedangkan kreativitas siswa dalam kriteria baik. Walaupun demikian masih terdapat beberapa permasalahan yang harus

94 79 diselesaikan supaya pada siklus II dapat diperbaiki. Permasalahan tersebut antara lain: 1) Kegiatan kelompok dan presentasi masih didominasi oleh beberapa siswa sehingga siswa yang berada pada kelompok yang terdapat anak yang terlalu menonjol akan memilih untuk pasif. 2) Pada tahap penugasan kelompok menyusun kartu, masih dapat dikerjakan kelompok dengan terlalu cepat sehingga perlu variasi agar lebih memunculkan kreativitas siswa. 3) Sebagian siswa masih belum berani untuk bertanya jawab baik dengan teman ataupun dengan guru selain itu masih ada beberapa kelompok yang saling tunjuk untuk mewakilkan anggotanya berpresentasi di depan kelas. 4) Kerjasama dalam kegiatan belajar kelompok belum terbangun dengan baik. Dari permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I, peneliti bersama guru merencanakan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II. 2. Siklus 2 a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, perencanaan yang disusun untuk siklus II dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Adanya variasi kegiatan pada tahap pembentukan kelompok untuk lebih meningkatkan kreativtas individu siswa dan juga untuk

95 80 meminimalisir peran yang berlebih pada siswa yang keaktifannya menonjol dalam kelompok. 2) Selalu mengingatkan siswa bahwa kreativitasnya akan dinilai dari keaktifan mereka mengikuti pembelajaran. 3) Memberikan perhatian lebih pada siswa yang sering melakukan kegaduhan. 4) Guru mengingatkan pada siswa bahwa dalam mempelajari materi, siswa boleh menggunakan buku sumber reverensi yang lain. 5) Pada perencanaan siklus II juga disusun Rencana Pembelajaran, lembar observasi, angket respon siswa dan pedoman wawancara. 6) Menyiapkan peralatan dokumentasi. b. Tindakan 1) Pertemuan 1 a) Penyampaian tujuan dan motivasi Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru memberi salam kepada siswa. Seperti biasa guru mengabsen dan meminta siswa untuk menyiapkan kelengkapan belajar. Guru juga memotivasi siswa agar lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya. Guru tidak akan menertawakan ataupun marah walaupun pendapat atau jawaban siswa salah, bahkan guru akan bangga dengan keberanian siswa. b) Menyampaikan informasi

96 81 Siswa yang sebelumnya sudah mengetahui tentang model card sort tidak lagi mendapat banyak pengertian. Guru hanya menjelaskan bahwa kali ini pada pembagian kelompok dan penyusunan kartu terdapat variasi. Setiap siswa diberikan satu kartu secara acak dan mereka harus mencari kelompoknya yang memiliki kategori yang sama. Guru memberitahukan bahwa materi yang dipelajari pada pertemuan ini masih mengulang tentang beberapa kerajaan yang sebelumnya belum tuntas karena memiliki muatan materi yang lebih banyak dari yang lain untuk dipelajari sehingga perlu dikaji ulang. Untuk itu, materi dalam kartu masih seputar beberapa kerajaan yang pernah dipelajari. Namun kerajaan mana yang akan dipelajari lagi, guru masih merahasiakan. Setelah pendahuluan sudah cukup, guru segera membagikan kartu kepada siswa satu persatu. c) Pembagian siswa dalam kelompok Sesuai dengan rencana pada waktu pembagian kelompok, siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang sama kategorinya sehingga kartu yang memiliki kategori yang sama akan membentuk satu kelompok. Untuk membedakan kartu kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, bentuk dan warna kartu dibuat agak berbeda.

97 82 Pada pertemuan pertama ini nampak siswa merasa kebingungan mencari kelompoknya. Mereka berkeliling untuk mendapatkan kelompok sesuai dengan kategorinya. Keadaan lebih gaduh dari pertemuan sebelumnya. Guru dan peneliti mengontrol agar kegaduhan siswa sebatas kegiatan siswa terhadap pembelajaran. Setelah siswa membentuk kelompok dan sudah merasa lengkap anggotanya, maka guru akan memberikan kertas tempat menempel kartunya untuk dipresentasikan. Proses pembentukan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya berlangsung tidak bersamaan. Kelompok yang terlebih dahulu terbentuk akan mendapatkan kertas untuk menempel kartu. d) Membimbing kelompok kerja dan belajar Berbeda pada siklus pertama, kerja kelompok pada siklus yang kedua ini dapat dimulai apabila kelompok sudah terbentuk. Seperti yang tergambar pada saat pembentukan kelompok, bahwasanya kelompok yang terlebih dahulu terbentuk akan memulai kerja kelompok. Oleh karena itu, sebelumnya masing masing anggota kelompok telah diberi tanggung jawab untuk segera menyusun kelompoknya. Kelompok yang terbentuk lebih dahulu akan dapat memulai kerja kelompok lebih awal.

98 83 Pada pertemuan pertama ini ada 2 kelompok yang lebih awal terbentuk sehingga mendapat tugas kelompok lebih dulu. Siswa menjadi tertarik untuk membentuk kelompok lebih awal. Dalam pembentukan kelompok ini terjadi cukup lama dari yang diperhitungkan pada saat perencanaan. Meskipun demikian, semua kelompok terbentuk dengan benar. Tugas kelompok pada siklus kedua ini ialah menyusun kartu dengan menempelkannya pada kertas yang telah disediakan. Kartu kartu merupakan sub pokok dalam sebuah materi yang nantinya akan digunakan untuk presentasi. Sehingga penyusunan kartu itu pun harus terstruktur agar dapat mempresentasikan materi dengan sistematis. Selain itu, setiap anggota harus membuat ringkasan mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Selanjutnya kelompok akan mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada pertemuan pertama terlihat semua anggota dalam kelompok sudah berperan dalam menyusun kartu. Dominasi siswa sudah tidak terlihat mencolok. Siswa dapat berinteraksi dengan baik. Beberapa siswa menanyakan bagaimana cara menyusun kartu tersebut kepada guru dan guru memperjelas apa yang telah diterangkannya. Peneliti ikut membantu dengan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain.

99 84 Semua siswa terlihat dapat bekerjasama meski kelompok tersebut beranggotakan acak. Siswa dapat menuangkan idenya dalam menyusun kartu sesuai petunjuk guru. Terlihat ada yang secara bersama sama menyusun kartu baru kemudian meringkas materi untuk dipresentasikan. Ada juga kelompok yang membagi tugas dengan sebagian menyusun kartu yang telah terkumpul dan sisanya menyiapkan resume yang nantinya anggota yang lain hanya menyalin ringkasan tersebut. Semua kelompok saling berebut untuk dapat selesai dan mempresentasikannya. e) Evaluasi Kelompok yang merasa telah meyusun kartu dengan benar dan sesuai kreasi mereka, diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kerjanya. Presentasi diwakili oleh beberapa anggota dari kelompok kemudian yang lain membantu untuk menjawab pertanyaan ketika tiba sesi tanya jawab. Kelompok bergiliran sesuai waktu penyelesaian yang berbeda beda. Materi yang dipelajari pada kesempatan itu ialah pengulangan dari materi sebelumnya yaitu kerajaan Mataram Kuno, Sriwijaya, dan Majapahit. Keterampilan untuk presentasi sudah bertambah baik. Terlihat dengan cara bicara di depan kelas dan penguasaan materinya sudah lebih baik dari

100 85 sebelumnya. Guru hanya mengamati jalannya diskusi dari belakang sesekali membantu berperan sebagai moderator. f) Memberi penghargaan Seperti pada siklus pertama guru bersama siswa melakukan refleksi terlebih dahulu dan memberikan pengayaan kepada siswa jika diperlukan. Pada pertemuan pertama, siswa tidak lagi memerlukan banyak kritik oleh guru untuk jalannya penugasan kelompok dan presentasi. Guru mengajak untuk menyimpulkan secara bersama sama tentang pelajaran yang didapat. Setelah itu, guru menanyakan kepada siswanya bagaimana perasaan mereka pada hari ini, apakah senang dengan pembelajaran pada kali ini. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang selesai terlebih dahulu dalam mengerjakan tugas dan dapat mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik. Guru memberikan semangat bagi siswa lain yang kelompoknya belum mendapat kesemptan untuk berpresentasi karena besok masih ada lagi. 2) Pertemuan 2 a) Penyampaian tujuan dan motivasi Pada pertemuan kedua, Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan menanyakan kabar kepada siswa. Setelah itu siswa diajak untuk mengingat materi sebelumnya. Guru

101 86 meminta salah satu siswa untuk mengulas tentang pelajaran yang telah lalu dengan mengacungkan tangan. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa putri yang pertama mengacungkan tangan. Siswa tersebut segera mengulas pelajaran yang telah lalu. Setelah itu guru sedikit mengulas pelajaran yang telah lalu dengan memberi penguatan pendapat dari siswa tersebut. b) Menyampaikan informasi Guru menunjukan kebanggaannya karena muridnya sudah banyak yang berani untuk bertanya dan berpendapat. Setelah itu, guru menjelaskan bahwa pada kesempatan kali ini siswa akan belajar tentang peninggalan peninggalan masa Hindu Budha di Indonesia. Siswa masih akan menggunakan model card sort yang sama pada pertemuan sebelumnya. Siswa menunjukan rasa senang dan tidak sabar untuk mendapat kartu. c) Pembagian siswa dalam kelompok Pada pertemuan kedua siswa sudah tidak begitu kebingungan dalam membentuk kelompok. Dengan pengalaman yang didapat dari pertemuan sebelumnya siswa sudah lebih cepat membentuk kelompok. Kondisi kelas tidak begitu gaduh lagi dan semakin terkendali. Pada pertemuan kedua ini, jumlah anggota kelompok sengaja ada yang dibuat berbeda. Siswa yang berada pada kelompok yang lebih banyak bertanya kepada guru kenapa

102 87 anggota kelompoknya lebih banyak. Sambil memberikan kertas kerja guru menjawab bahwa jika memang kategori kartunya sama maka memang begitu. Kemudian kelompok tersebut melanjutkan tugasnya. Saat membentuk kelompok terlihat siswa yang memiliki ide ide kreatif yang dapat mempengaruhi temannya. Kreativitasnya menemukan kelompok ditiru teman yang lainnya. Setelah terbentuk, siswa tersebut akan lebih aktif dan menjadi pemimpin anggota lain dari kelompok tersebut. d) Membimbing kelompok kerja dan belajar Pada pertemuan kedua siklus kedua ini berjalan seperti pada pertemuan pertama. Siswa dapat lebih menikmati kerja mereka. Seluruh siswa nampak serius dengan kegiatannya. Dominasi siswa dalam kelompok sudah tidak begitu terlihat lagi. Ada beberapa siswa yang masih sering asik dengan kegiatannya sendiri tapi dapat dikontrol dengan baik. Keseriusan siswa sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya. e) Evaluasi Pada peretemuan kedua, presentasi juga berjalan lancar. Siswa yang sejak awal sudah aktif tetap aktif hingga pertemuan itu. Teman temannya kurang berpartisipasi sebelumnya ikut terdorong aktif. Guru selalu memberikan kesempatan pada pertemuan kedua bagi mereka yang kemarin belum sempat

103 88 bertanya atau berpendapat sehingga dominasi siswa dapat berkurang. Pada sesi presentasi ini siswa tidak hanya berdiskusi kelompok lagi tapi dapat mengutarakan pendapatnya pada semua teman di kelas. Guru memberi penguatan dengan memberikan contoh penyusunan kartu yang benar. Materi tentang peninggalan Hindu Budha diterangkan lagi dengan menggunakan media kartu card sort yang telah tersusun. Guru juga memperlihatkan contoh contoh peninggalan dengan media gambar. Salah satunya ialah Candi Prambanan dan candi candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno yang terjadi perpecahan. Siswa juga diberikan tambahan pengetahuan tentang perbedaan struktur candi antara candi Hindu dan Budha. f) Memberi penghargaan Terlebuh dahulu guru mengajak siswa mengambil nilai apa yang dapat dimbil dari mempelajari peninggalan peninggalan Hindu Budha pada masa lampau. Guru memberikan kesempatan bagi siswanya untuk memberikan pendapat. Salah seorang siswanya menjawab secara sepontan bahwa nilai yang dapat dimbil ialah cinta tanah air. Kemudian guru memberi penguatan bahwa memang benar bangsa Indonesia sejak dulu sudah memiliki peradaban yang maju. Orang Indonesia sudah

104 89 dapat membangun Candi Borobudur yang begitu megahnya. Untuk itu, peninggalan peninggalan tersebut harus dilestarikan kerena merupakan kekayaan bangsa dan merupakan peninggalan penting untuk mempelajari masa lampau. Jangan biarkan orang orang merusaknya bahkan mencurinya hanya untuk kepentingan pribadi. Guru memberikan mengumumkan dan mengucapan selamat bagi siswa yang mendapat nilai maksimal. Guru menjelaskan bahwa hasil tersebut berasal dari hasil pengamatan selama dua pertemuan terakhir dalam mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan tugas rumah bagi siswa untuk mengerjakan soal pada buku pelajaran mereka dan menjelaskan bahwa peda pertemuan itu pelajaran tentang masuknya Hindu Budha beserta peninggalannya sudah selesai sehingga pada pertemuan selanjutnya mereka akan belajar tentang masuknya Agama Islam di Indonesia. c. Pengamatan 1) Motivasi Belajar Siswa Pada siklus kedua motivasi belajar siswa terlihat baik. Untuk lebih jelasnya, berikut gambaran hasil pengamatan motivasi belajar siswa:

105 90 Tabel 13. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 Aspek Indikator Hasil Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik Selalu aktif dalam pelajaran Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari Berusaha menghadapi kesulitan 94% 94% 81% 88% 97% Rata - rata 91% Hasil di atas menunjukan bahwa motivasi belajar siswa masuk pada kriteria sangat baik dengan rata rata persentase tiap indikatornya 91%. Hal ini menunjukan peningkatan dibanding dengan siklus pertama yang rata rata indikatornya 81%. Dari hasil angket siklus 2, motivasi belajar siswa menunjukan respon yang baik yang dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 14. Hasil Angket Respon Siswa Siklus 2 ASPEK INDIKATOR HASIL Menunjukan minat terhadap pelajaran 84 Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 75 Motivasi Belajar Siswa Selalu aktif dalam pelajaran 74 Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 76 Berusaha menghadapi kesulitan 75 Rata - rata 77 Presentase 80%

106 91 Berdasarkan data tabel tersebut menunjukan bahwa persentase motivasi belajar siswa tiap indikatornya ialah sebesar 80%. Hal ini menunjukan berdasarkan respon siswa, motivasi belajar sudah masuk kriteria sangat baik. 2) Kreativitas Siswa Berdasarkan pengamatan peneliti, kreativitas siswa pada siklus 2 semakin baik. Data observasi kreativitas siswa siklus 2 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 15. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 2 ASPEK INDIKATOR Hasil Keterampilan berpikir lancar 74% Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir luwes 71% Keterampilan berpikir orisinil 69% Keterampilan memperinci 81% Keterampilan menilai diri 72% Rata - rata 73% Tabel tersebut menunjukan rata rata persentase tiap indikator kreativitas ialah 73%. Hal ini menunjukan bahwa kreativitas siswa saat mengikuti pembelajaran dengan model card sort pada siklus 2 masuk dalam kriteria baik. Apabila dibandingkan dengan siklus pertama kreativitas siswa mengalami kenaikan persentase. Dengan diagram, pencapaian nilai siswa berasarkan kriterianya digambarkan sebagi berikut:

107 92 Gambar 4. Diagram Jumlah Siswa Sesuai Nilai Kreativitas Siklus 2 Diagram tersebut menunjukan bahwa 19% siswa nilai kreativitasnya sudah dalam kategori baik sekali, 72% siswa dalam kategori baik dan 9% siswa masih dalam kategori sedang. Pada siklus kedua ini sudah tidak ada siswa yang memiliki nilai dengan kriteria kurang. Sedangkan berdasarkan angket respon siswa, kreativitas siswa pada siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 16. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus 2 ASPEK INDIKATOR HASIL Keterampilan berpikir lancar 56 Keterampilan berpikir luwes 70 Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir orisinil 64 Keterampilan memperinci 67 Keterampilan menilai diri 66 Rata rata 64 Rata rata dalam persentase 67%

108 93 Berdasarkan tabel di atas rata rata kreativitas siswa sudah dalam kategori baik yaitu 67%. 3) Hasil Wawancara a) Hasil Wawancara kepada Siswa (1) Model pembelajaran yang telah diterapkan menarik dan menyenangkan. (2) Siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan temannya. (3) Siswa ingin menyelesaikan tugas dengan baik dan lebih cepat dari temannya. (4) Siswa merasa ingin menpresentasikan hasil kerjanya. (5) Siswa dapat bekerjasama dan bertukar pikiran dengan teman temannya. b) Hasil Wawancara kepada Guru (1) Siswa sudah mulai terbiasa dengan diskusi dan presentasi namun perlu kontrol yang lebih. (2) Menurut guru, pembelajaran seperti model card sort yang telah digunakan lebih menarik dan memotivasi siswa. (3) Kreativitas siswa lebih nampak dari sebelumnya. (4) Guru merasa perlu untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif. d. Refleksi Pada pembelajaran IPS dengan model card sort siklus II, Rata-rata yang diperoleh dari lima indikator motivasi belajar pada siklus I

109 94 sebesar 81% meningkat menjadi 91% dan lima indikator kreativitas siswa pada siklus I sebesar 66% meningkat menjadi 73 % pada siklus II. Semua Indikator baik dari aspek motivasi balajar maupu kreativitas siswa telah mencapai kriteria keberhasilan, yakni lebih dari 61%. Peningkatan pada siklus 2 menunjukan adanya keberhasilan melaksanakan rencana perbaikan yang disusun berdasarkan refleksi pada siklus 1. Respon siswa terhadap peningkatan motivasi belajar dan kreativitas yang ditunjukan dengan menggunakan angket memperlihatkan bahwa kedua hal tersebut masing masing dalam kreteria sangat baik dan baik di setiap siklus. Wawancara yang dilakukan baik dengan guru maupun dengan siswa juga memperlihatkan adanya peningkatan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model card sort pada siklus 2 ini sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan. Dikarenakan pada siklus 2 telah mengalami peningkatan baik motivasi belajar maupun kreativitas siswa maka penelitian tindakan kelas sudah dirasa cukup. Meskipun demikian, masih ada kendala dalam setiap siklus, antara lain ialah dalam penataan ruang dan tidak sepenuhnya dapat mengontrol siswa agar tidak melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.

110 95 B. Pembahasan Penelitian penerapan model card sort untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS di SMP negeri 3 Gedangsari kelas VII A dilaksanakan sesuai rencana. Pengambilan data dimulai dari saat pra tindakan, siklus I, hingga siklus II yang masing masing dilaksanakan dua kali pertemuan. Pada saat pra tindakan, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan pada saat pembelajaran sedangkan pertemuan berikutnya pada setiap siklus, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model card sort sesuai tahap pelaksanaannya, yaitu penyampaian tujuan dan motivasi, menyampaikan informasi, pembagian siswa dalam kelompok, membimbing kelompok kerja dan belajar, evaluasi, dan memberi penghargaan. Pra tindakan dilaksanakan dengan pembelajaran konvensional atau model ceramah dan tanya jawab. Melalui observasi pada saat pra tindakan ini, yang terlihat siswa kurang berminat dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukan dengan siswa cenderung pasif dan sering bergurau sendiri dengan temannya untuk mengusir kejenuhan sehingga konsentrasi terhadap pelajaran pun kurang. Ada juga beberapa siswa yang terlihat mengantuk. Selain siswa kurang bersemangat dan kurang antusias, kreativitas siswa juga sangat minim. Guru terkesan mendominasi proses pembelajaran karena keaktifan siswa sangat kurang. Hampir tidak ada siswa yang bertanya dan berpendapat. Ketika diberi pertanyaan siswa tidak dapat menjawab. Hal ini terlihat saat berlangsung ceramah tanya jawab mengenai masuknya

111 96 kebudayaan Hindhu-Budha di Indonesia. Meskipun dapat menjawab, siswa hanya menjawab dengan seadanya, secara bersamaan, dan tanpa disertai alasan yang jelas. Ironisnya setelah proses pembelajaran berlangsung siswa lupa dengan apa yang dipelajarinya karena saat diberi post test untuk mengetahui kepahaman siswa, siswa tidak dapat menjawab dengan lancar pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang baru saja dipelajari. Seperti yang terlihat saat observasi, ketika guru selesai menerangkan tentang proses masuknya agama Hindhu dan Budha di Indonesia seperti biasa guru memberi pertanyaan tentang materi yang baru saja disampaikan. Guru bertanya tentang teori waisya dengan maksud mengetahui paham tidaknya siswa dan yang terjadi sebagian besar siswa gugup tidak bisa menjawab. Terlebih lagi siswa hanya ingat tentang istilah istilah yang berhubungan dengan materi tapi tidak dapat menjelaskan maksud dari istilah tersebut. Contohnya ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan apa yang mereka ketahui tentang Hindhu Budha, siswa hanya menjawab dengan menyebutkan istilah seperti Tri Murti, moksa, kasta dan sebagainya, namun ketika diminta untuk mengutarakan apa maksud dari istilah tersebut tidak ada yang menjawab. Selanjutnya guru memberi kesempatan siswa menyimpulkan pembelajaran namun siswa tidak ada yang berani sehingga guru harus sedikit mengulang penyampaian materi.

112 97 Dari hasil observasi yang dilakukan saat pra tindakan, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa yang dilihat melalui observasi terstruktur dengan 5 indikator yang diamati menunjukkan hasil sebagai berikut; minat siswa terhadap pelajaran sebesar 53%, yang berarti dalam kategori sedang. Terlihat siswa kurang antusias terhadap materi yang diampaikan oleh guru. Raut muka mereka yang terlihat kurang bersemangat dan sedikit acuh terhadap pelajaran. Beberapa siswa tidak menyiapkan buku catatan dan reverensi akibatnya waktu di awal pembelajaran tersita untuk mengingatkan siswa tersebut. Keinginan siswa melaksanakan tugas/instruksi guru sebesar 50 % yang berarti sedang, hal ini ditunjukan dengan siswa kurang merespon apa yang diinstruksikan guru, seperti malas mencatat dan kurang memperhatikan sehingga jika diberi pertanyaan siswa masih terlihat gugup karena kurang menyimak. Contohnya ketika guru memberi pertanyaan tentang teori waisya, siswa tersebut tidak dapat menjawab sehingga siswa tersebut diminta untuk meperlihatkan hasil catatannya, namun kelihatan tidak mencatat sedangkan siswa yang lain sibuk mengolak - ailk buku untuk menemukan jawaban. Keaktifan dalam pelajaran sebesar 16% yang berarti sangat kurang. Ini terjadi karena siswa terlihat pasif yang hampir tidak pernah bertanya ataupun memberikan pendapat jika diberi kesempatan oleh guru. Selama ceramah berlangsung tidak ada siswa yang bertanya atupun berpendapat padahal jika diberi pertanyaan secara lisan, siswa tidak dapat menjawab. Namun demikian, ada sekitar empat anak yang terlihat menonjol keaktifannya.

113 98 Indikator ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari sebesar 53% yang menunjukakan kategori sedang hal ini dilihat dari aktifitas menyimak, berinteraksi dengan temannya, dan hanya sebagian siswa yang benar benar siap menerima pelajaran yang diperlihatkan dengan kesiapan buku reverensi dan catatan. Indiktor berusaha menghadapi kesulitan sebesar 63%, memperlihatkan metode ceramah dapat diikuti siswa dengan baik, meskipun demikian dominasi guru sangatlah terlihat, misalnya saat harus memandu siswa untuk mencatat, menggarisbawahi materi yang penting, dan seringkali harus mengulang materi yang belum jelas. Secara keseluruhan diperoleh rata rata motivasi belajar siswa ialah 47 %. Dengan kata lain hanya 47 % siswa dari 32 siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik. Hasil observasi pada pra tindakan tersebut menunjukan bahwa rata rata setiap indikator yang diamati masih dalam kriteria sedang dengan indikator motivasi yang berada pada kriteria kurang sekali ialah pada keaktifan siswa pada pembelajaran. Sedangkan pada angket respon siswa, motivasi belajar siswa menunujukan angka 67%. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu pada pra tindakan, peneliti juga mengambil data dari angket respon siswa tentang kreativitas siswa dan hasilnya menunjukan rata rata kreativitas siswa yang muncul kurang dari 50%. Kreativitas siswa yang kurang terlihat berbanding lurus dengan motivasi belajar dengan indikator keaktifannya yang kriterianya sangat kurang. Hal ini memperlihatkan bahwa

114 99 selama mengikuti pelajaran, siswa masih merasa kreativitasnya belum sepenuhnya tersalurkan. Sedangkan dari pengamatan peneliti, model ceramah dan tanya jawab yang biasa diterapkan oleh guru memang belum bisa memunculkan ide ataupun gagasan siswa. Seringkali guru melemparkan pertanyaan kepada siswa tentang materi saat ceramah. Siswa terlihat lancar menyebutkan istilah istilah yang berhubungan dengan materi seperti istilah moksa, Tri Murti, kasta, dan sebagainya. Namun itu dijawab secara bersamaan dan jika diberi kesempatan salah seorang siswa untuk mengartikannya, siswa tersebut tidak bisa. Saat diberi pertanyaan secara individual oleh guru, hanya beberapa siswa dapat menjawab dengan lancar. Sangat jarang bahkan tidak ada yang berani apabila siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dengan sendiri tanpa ditunjuk. Terkadang siswa hanya menjawab pertanyaan dengan asal tanpa diikuti alasan yang jelas, misalnya hanya mengikuti temannya saja. Apabila diberi pertanyaan dengan maksud yang lebih luas lagi. Siswa semakin gugup dan kurang siap. Sehingga terlihat pemahaman siswa masih kurang. Misalnya guru bertanya kepada siswa setelah selesai menerangkan dengan pertanyaan apa hubungan agama Hindhu dengan India, apa pengaruh letak Indonesia yang strategis terhadap masuknya Hindu-Budha atau mengapa dengan perdagangan dapat terjadi penyebaran kebudayaan Hindhu-Budha di Indonesia.

115 100 Oleh karena itu, dari hasil observasi awal yang memfokuskan motivasi belajar dan kreativitas siswa maka dapat dilihat bahwa motivasi belajar dan kreativitas siswa masih perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya ialah dengan memberikan sesuatu yang berbeda pada proses pembelajaran agar lebih memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa. Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (2002:183), bahwa dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan kegiatan kreatif. Hal yang dapat dilakukan salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran active learning. Contoh model yang dapat diterapkan ialah model card sort. Oleh karena itu, pada pertemuan selanjutnya peneliti bersama guru menerapkan model pembelajaran card sort. Di mana model card sort berbentuk permainan menggunakan kartu dapat melibatkan gerakan fisik yang pada dasarnya disukai oleh remaja. Melvin L. Silberman (2009: 157), menggambarkan bahwa gerakan fisik yang diutamakan dalam model card sort dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. Model card sort diharapkan mampu memotivasi belajar siswa karena menciptakan proses pembelajaran di kelas yang menyenangkan. Selain itu, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa yang muncul dari model ini dapat diarahkan kedalam kreativitas siswa. Misalnya aktif dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, memusatkan perhatian pada saat pembelajaran, mendorong siswa menemukan caranya sendiri, memecahkan masalah dan memproses pembelajaran dengan lebih efektif.

116 101 Pembelajaran IPS dengan menggunakan model card sort di SMP Negeri 3 Gedangsari kelas VII A telah dilakukan sesuai tahapan pelaksanaannya. Peneliti bersama guru mata pelajaran IPS di SMP tersebut melakukan kolaborasi. Dengan berbagai pertimbangan, maka penelitian pada siklus pertama ini berlangsung dua pertemuan. Penerapkan model card sort dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Pada Siklus 1 pertemuan pertama, siswa masih memerlukan banyak bimbingan dari guru tentang tahap pelaksanaan pembelajaran dengan model card sort. Guru masih banyak memberikan improvisasi untuk memberikan motivasi agar siswa aktif. Siswa juga masih memerlukan bimbingan tentang bagaimana presentasi yang baik. Sedangkan pada pertemuan 2, siswa sudah mulai membiasakan tentang bagaimana harus berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa untuk belajar. Tahap pembelajaran sudah terlaksana dengan baik tanpa banyak bimbingan dari guru. Siklus 2 dilaksanakan setelah melaksanakan refleksi terhadap siklus 1. Siklus 2 dilakukan dengan maksud untuk perbaikan terhadap kekurangan ataupun pemantapan apabila pada siklus pertama telah mengalami peningkatan motivasi dan kreativitas siswa. Penelitian diakhiri apabila siklus 2 sudah sesuai harapan. Pada siklus 2, mulai tampak lingkungan belajar yang lebih kondusif yang terlihat pada raut muka siswa yang lebih antusias dan lebih ceria, lebih menyukai proses berlangsungnya pembelajaran sehingga mewujudkan

117 102 pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Siswa menyimak instruksi guru dengan penuh antusias dan saat melaksanakan tugas sebagian besar siswa melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakseriusan saat belajar seperti bermain dan bercanda dengan temannya sudah tersalur kedalam permainan card sort yang mengarahkan siswa untuk aktif. Semua kelompok sudah sudah mau mempresentasikan pekerjaannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2, motivasi belajar dan kreativitas siswa mengalami peningkatan. Berikut hasil pengamatan motivasi belajar dan kreativitas siswa: 1. Motivasi Belajar Siswa Melalui pengamatan pada siklus pertama, motivasi siswa sudah mulai mengalami penigkatan. Hal ini ditunjukkan dengan rasa penasaran mereka disaat guru menyampaikan informasi, raut muka mereka yang ceria pada saat bekerja kelompok, siswa belajar saling membutuhkan untuk memecahkan masalah, belajar menuangkan gagasannya saat belajar kelompok ataupun presentasi, dan saat mendapat penghargaan bagi kelompok yang paling baik. Dari kelima indikator motivasi yang diteliti, semua telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan saat pra tindakan dengan rata rata 81%. Pada siklus 1, motivasi belajar siswa sudah dalam kriteria baik sekali. Hal itu terlihat dari bagaimana siswa mengikuti pembelajaran mulai dari penyampaian informasi hingga selesainya pembelajaran.

118 103 Indikator menunjukan minat terhadap pelajaran dari 53% meningkat menjadi 94%, yang diunjukan dengan antusias dan raut muka mereka yang senang. Hampir semua siswa menjalankan tugas sesuai petunjuk sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan model card sort berjalan dengan baik. Keinginan menyelesaikan tugas atau perintah guru dengan baik menigkat dari 50% menjadi 88%. Indikator ini dilihat bagaimana siswa menyimak dan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan baik, seperti mengerjakan tugas menyusun kartu, mengajukan pertanyaan jika kurang mengerti, dan berusaha berpresentasi dengan baik. Pada indikator berusaha menghadapi kesulitan juga mengalami peningkatan dari 63% menjadi 88%. Pada indikator ini mengalami peningkatan cukup besar karena tugas dalam model card sort berbentuk permainan yang mendorong siswa untuk mengatasi kesulitannya dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat saat bekerja sama dengan teman melalui caranya sediri, dan bagaimana siswa memeperbaiki presentasinya. Meskipun mengalami peningkatan, masih terdapat dua indikator yang masih berada pada persentase paling rendah dari indikator yang lainnya yaitu indikator ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari dan keaktifan siswa yang masing masing meningkat dari 59% menjadi 69% dan dari 16% menjadi 66%. Ini terjadi karena siswa sulit untuk diajak memperdalam materi yang mereka pelajari. Hal itu terlihat dari sumber

119 104 reverensi siswa yang masih mengandalkan satu buku, sedikit siswa yang mempunyai inisiatif untuk mencatat materi baik setelah selesai presentasi atau dalam belajar kelompok. Siswa masih menunggu instruksi guru untuk mencatat materi penting. Sebagian besar siswa hanya mengandalkan temannya saja untuk disalin catatannya. Terlihat juga saat siswa menunjukan catatannya, ternyata masih banyak yang belum lengkap. Meskipun masih pada presentase yang paling rendah, keaktifan siswa mengalami peningkatan yang sangat besar jika dibanding dengan saat pra tindakan. Model card sort dapat mendorong siswa untuk lebih berinteraksi dengan guru dan temannya, lebih mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, sebagian siswa sudah berani untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. Namun demikian, keaktifan siswa berada jauh di bawah rata rata. Dari hasil observasi motivasi belajar yang diperoleh pada siklus 1 dijadikan refleksi yang kemudian menjadi reverensi untuk siklus selanjutnya. Berdasarkan pengamatan pada siklus 1, peneliti ingin lebih meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya dalam indikator keaktifan dan keinginan siswa untuk memperdalam materi pada siklus 2. Dari penerapan model card sort pada siklus 2, motivasi belajar siswa pada umumnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi motivasi yang menunjuk pada rata rata setiap indikator yang diamati adalah 91 % yang mengalami peningkatan dari rata rata

120 105 sebelumnya dari 81 %. Dengan perincian minat terhadap pelajaran masih tetap yaitu 94%, keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 94 %, selalu aktif dalam pembalajara 81%, mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 88%, dan berusaha menghadapi kesulitan yaitu 97%. Observasi pada siklus 2 menunjukan beberapa indikator tidak mengalami penigkatan yang besar dibanding siklus 1. Indikator yang sangat kelihatan mengalami peningkatan yaitu keaktifan siswa saat mengikuti pelajaran. Hal ini dikarenakan sudah banyak siswa yang aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada tahap pembagian kelompok yang divariasikan ternyata dapat menambah keaktifan siswa dan pada tahap kerja kelompok sampai dengan presentasi dominasi siswa yang aktif sudah dapat dikurangi. Berikut tabel hasil observasi motivasi siswa: Tabel 17. Hasil Keseluruhan Observasi Motivasi Belajar Siswa ASPEK Motivasi Hasil Observasi INDIKATOR Pra 1 2 Menunjukan minat terhadap pelajaran 53% 94% 94% belajar siswa Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 50% 88% 94% Selalu aktif dalam pelajaran 16% 66% 81% Ingin mendalami lebih jauh materi 53% 69% 88% yang dipelajari Berusaha menghadapi kesulitan 63% 88% 97% Rata rata 47% 81% 91%

121 106 Sedangkan jika dilihat menggunakan bagan, perbandingan persentase motivasi belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 5. Diagram Motivasi Belajar Siswa Bagan di atas menunjukan perbandingan motivasi siswa dari pra siklus/ pra tindakan hingga siklus ke-2. Dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa meningkat dari pra siklus hingga siklus ke Kreativitas Siswa Pada siklus pertama, kreativitas siswa sudah mulai muncul. Berdasarkan hasil observasi siklus 1, empat indikator yang diamati sudah menunjukan kriteria baik namun masih ada satu indikator berada pada kriteria sedang yaitu pada keterampilan berpikir lancar. Dari data penilaian pada dua pertemuan di siklus pertama ini, keterampilan berpikir lancar menujukan angka 57%. Kemunculan berpikir lancar siswa dilihat dengan siswa sudah terpancing untuk bertanya baik pada guru maupun pada temannya sendiri. Model card sort secara sendirinya mendorong siswa

122 107 untuk bertanya kepada temannya, misalkan saat menyusun kartu kartu yang berisikan materi kerajaan kerajaan Hindhu-Budha, siswa berdiskusi pada teman kelompokya agar materi tersusun dengan baik. Pada saat presentasi, siswa sudah banyak yang bertanya dan mengajukan pendapat meskipun pada pertemuan pertama masih ada dominasi siswa dalam keaktifan berdiskusi. Namun kemunculan indikator ini sudah terlihat signifikan pada pertemuan kedua. Pada saat kerja kelompok semua siswa sudah dapat saling bekerjasama dengan baik untuk menuangkan gagasan dan bertukar informasi dengan temannya. Keterampilan berpikir luwes sudah menunjukan kriteria baik yaitu 70%. Keterampilan berpikir luwes muncul ketika siswa menafsirkan instruksi guru dengan tindakan, keikutsertaannya dalam kelompok maupun dalam presentasi dengan memberi pertimbangan, spontanitasnya dalam mengerjakan tugas, memberi gagasan untuk temannya, dan bagaimana siswa menerima gagasan dari teman dengan alasan yang benar. Berbeda pada saat pra siklus, dengan metode ceramah tanya jawab, kebanyakan siswa hanya menjawab pertanyaan dengan terkesan asal sedangkan dengan model card sort, siswa sudah mulai memberi maksud dan alasan dari tiap jawabannya. Misalkan saat diminta memberi contoh kerajaan yang bercorak Hindhu-Budha siswa dapat memberkan contoh Kerajaan Kutai dengan menambahkan keterangan keterangan penting di dalamnya yaitu kerajaan Hindu tertua, dan menyebutkan raja rajanya secara urut.

123 108 Keterampilan berpikir orisinil siswa sudah baik dengan nilai yang pas, yaitu 60%. Indikator ini terlihat ketika siswa menuangkan ide atau gagasan kreatifnya, baik saat mengerjakan tugas individu maupun saat bekerja kelompok. Siswa dapat menyusun kartu dengan pemikirannya sendiri dan menambahkan keterangan keterangan yang sebelumnya belum mereka lakukan. Keorisinalitas yang dimaksud bukan hanya sesuatu yang baru dan belum pernah ditemukan oleh orang lain, namun juga sesuatu yang baru untuk diri seseorang yang dalam hal ini siswa sudah dianggap mamiliki kreativitas yang orisinil bagi siswa itu sendiri. Hal ini seperti diungkapkan Moreno yang dikutip oleh Slameto (2003: 146), bahwa dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahuai orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan suatu hal yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Kemunculan yang terlihat sangat nampak yaitu pada indikator keterampilan memperinci dengan kriteria baik yaitu 71%. Keterampilan memperinci ini muncul disaat observasi, siswa terlihat memperinci materi yang masih berbentuk kartu untuk dapat dipresentasikan. Keterampilan ini nampak pada saat presentasi dengan cara mempresentasikan satu persatu subab yang ada pada kartu secara rinci dan terstruktur sesuai dengan kreasi kelompoknya, misalnya dalam menyampaikan materi kerajaan Hindhu- Budha dapat menghubungkan secara kronologis berdasarkan waktu berdirinya yaitu dalam siklus 1 siswa menyusun kartu dari materi kerajaan

124 109 Kutai, Tarumanegara, Mataram kuno yang disertai penjelasan dan dapat membedakan ciri kerajaan satu dengan yang lainnya. Sedangkan pada indikator keterampilan menilai diri lebih cendrung terlihat dari bagimana siswa mempertahankan pendapatnya dengan alasannya yang jelas berdasar sudut pandangnya. Keterampilan ini dinilai dari hasil kerja meringkas siswa dan berpresentasi. Contohnya ketika siswa belajar kelompok, siswa telah dapat bekerja sama dengan baik sesuai perannya sehingga tidak hanya mengandalkan teman. Selain itu, siswa mau mendengarkan kritik dan saran dari temannya. Pada siklus1, indikator ini dalam kriteria baik dengan persentase 71%. Pada siklus 2, terjadi peningkatan nilai kreativitas siswa. Hal ini dapat dilihat dengan nilai observasi pada siklus 1 rata rata setiap indikator kreativitasnya sebesar 66% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 73%. Secara rinci nilai indikator kreativitas siswa pada siklus 2 yaitu keterampilan berpikir lancar dari 57% menjadai 74%, keterampilan berpikir luwes dari 70% menjadi 71%, keterampilan berpikir orisinil dari 60% menjadi 69%, keterampilan memperinci dari 71% menjadi 81%, dan keterampilan menilai diri dari 71% menjadi sebesar 72%. Peningkatan kreativitas siswa yang paling banyak terjadi pada siklus kedua yaitu pada indikator keterampilan berpikir lancar yang dari kriteria sedang dengan persentase 57% menjadi baik dengan persentase 74%. Hal ini terjadi karena variasi pada fase pembentukan kelompok

125 110 menjadikan setiap siswa lebih aktif dan dapat mengeluarkan ide ide kreatifnya sehingga dalam mengerjakan tugas kelompok, dominasi pengerjaan tugas oleh siswa sudah berkurang. Pada presentasi pun sudah banyak siswa yang mengeluarkan gagasannya. Jika dilihat dengan tabel kreativitas siswa pada tiap siklus yaitu sebagai berikut: Tabel 18. Hasil Keseluruhan Observasi Kreativitas Siswa Hasil Observasi Siklus Aspek Indikator 1 2 Keterampilan berpikir lancar 57% 74% Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir luwes 70% 71% Keterampilan berpikir orisinil 60% 69% Keterampilan memperinci 71% 81% Keterampilan menilai diri 71% 72% Rata - rata 66% 73% Sedangkan dengan diagram kreativitas siswa, perbandingan kreativitas siswa pada siklus 1 dengan siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut:

126 111 Gambar 6. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Diagram tersebut menunjukan bahwa kreativitas mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini menunjukan perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 telah berhasil. Sedangkan jika dilihat dari nilai tiap siswa, presentase frekuensi kreativitas siswa dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 19. Kriteria Nilai Kreativitas Siswa ASPEK KRITERIA Hasil Observasi Siklus Siklus 1 Siklus 2 Frek Pers Frek Pers Baik Sekali 3 9% 6 18% Kreativitas Siswa Baik 14 43% 23 71% sedang 13 40% 3 9% kurang 1 3% 0 0 kurang sekali

127 112 Dari hasil angket menujukan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan model card sort sesuai dengan yang diharapkan karena dapat menunjukan peningkatan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Pembagian angket dilakukan pada pra tindakan dan akhir tiap siklus. Angket bertujuan untuk membandingkan hasil observasi peneliti dengan apa yang dialami siswa dengan sudut pandangnya sendiri. Dengan angket, peningkatan motivasi dapat dilihat dari pra tindakan hingga siklus ke-2. Rata rata keseluruhan nilai tiap indikator mengalami peningkatan meskipun peningatan tersebut tidak selalu terjadi pada tiap indikatornya. Pada pra tindakan, rata rata motivasi belajar siswa menunjukan angka 67%, siklus 1 76%, dan siklus ke 2 80%. Peningkatan paling signifikan terjadi pada pra tindakan ke siklus 1. Hal ini memperlihatkan perbedaan motivasi belajar siswa dengan model ceramah tanya jawab dan dengan model card sort. Melihat hasil angket repon siswa, pada saat pra tindakan yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab, motivasi belajar siswa sudah menunjukan kriteria baik, namun pada kenyataannya menurut pengamatan, siswa tidak menunjukan motivasi dalam dirinya tersebut ke dalam tindakan seperti yang ditemui dalam observasi dengan kurang seriusnya siswa, raut muka yang jenuh, dan tidak tertarik untuk menjawab dan berpendapat. Jika dilihat dengan diagram angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

128 113 Gambar 7. Diagram Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Diagram tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dengan menggunakan angket respon siswa dari pra tindakan hingga siklus 2. Hal senada juga terlihat pada kreativitas siswa yang mengalami peningkatan. Kreativitas siswa berdasarkan respon siswa masih kurang pada saat pra tindakan dengan angka 51%. Pada siklus 1 mengalami peningkatan dengan rata rata menjadi 62%. Sedangkan pada siklus 2, meningkat menjadi 67%. Hal ini menunjukan bahwa model card sort yang telah diterapkan berhasil memunculkan kreativitas siswa. Apabila dilihat dengan diagram angket kreativitas siswa ialah sebagai berikut:

129 114 Gambar 8. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa Berdasarkan diagram di atas, angket respon siswa menunjukan bahwa kreativitas siswa mengalami peningkatan dilihat dari pra tindakan hingga siklus ke-2. Berdasarkan data empiris dan hasil analisis dapat diambil sebuah kesimpulan. Penerapan model card sort terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Gedangsari kelas VII A. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan di kelas VII A SMP N 3 Gedangsari masih memiliki beberapa keterbasan antara lain: 1. Keadaan ruang kelas kurang mendukung untuk penerapan model pembelajaran active learning yang mengandung unsur permainan,

130 115 interaksi dan kerjasama siswa seperti model card sort sehingga demi terlaksananya pembelajaran yang efektif harus memakan waktu untuk penataan meja kursi. 2. Keterbatasan waktu di tiap pertemuan menjadikan pengamatan terhadap kreativitas siswa memerlukan dua pertemuan agar kemunculan dari tiap aspek kreativitas dapat diamati dengan baik. D. Pokok pokok Temuan Data-data dari lapangan diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, angket dan catatan lapangan. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh beberapa pokok temuan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Penerapan model card sort dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa kelas VII A SMP Negeri Gedangsari tahun ajaran 2011/ Diperlukan kecermatan dan waktu yang lama untuk menilai kreativitas siswa sehingga memerlukan dua kali pertemuan pelajaran. Fase pemebentukan kelompok pada penerapan model card sort lebih dapat memperlihatkan kreativitas individu siswa jika dibentuk oleh siswa sendiri dibanding dibentuk oleh guru sejak awal.

131 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, maka dalam pembahasan bab terakhir ini peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Gedangsari mengalami peningkatan setelah dilakukan penerapan model card sor. 2. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari penelitian penerapan model card sort untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Gedangsari, aspek motivasi belajar yang diamati mengalami peningkatan motivasi belajar dengan rata-rata yang diperoleh dari lima indikator motivasi belajar pada pra tindakan sebesar 47 % meningkat menjadi 81% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 91% pada siklus 2. Sedangkan aspek kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dengan rata-rata yang diperoleh dari lima indikator kreativitas siswa pada siklus 1 sebesar 66% dan meningkat menjadi 73% pada siklus 2. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, perlu kiranya peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 116

132 Siswa kelas VII A SMP N 3 Gedangsari menunjukan tanggapan yang baik setelah dilaksanakan model pembelajaran card sort. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran tersebut pada pembelajaran selanjutnya. 2. Model pembelajaran card sort dapat diterapkan sebagai salah satu strategi untuk memotivasi belajar dan memunculkan kreativitas siswa khususnya pada pembelajaran IPS. 3. Peneraan model card sort dalam pembelajaran hendaknya direncanakan dengan baik dan dilakukan dengan pengelolaan waktu yang tepat sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai tahapan.

133 116 DAFTAR PUSTAKA Buchori Alma. (2007) Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta. Dedi Supriyadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembanagan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dwi Siswoyo, dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Hamzah B. Uno. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi aksara Hisyam Zaini, Bambang Munthe, Sekar Ayu Aryani. (2004). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga. I Gede Widja. (1988). Dasar Dasar Pengembangan Strategi Serta Model Pengajaran Sejarah. Jakarta : Dekdikbud Johnson, Elaine, B. (2009). Contextual Teaching & Learning ; Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakana. (Alih Bahasa: Ibnu Setiawan). Bandung: Mizan Learning Centre. Lexy J. Moleong. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Milles, Mathew B. dan Hubberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Tentang Metode Metode Baru. Penerjemah, Tjetjep Rohidin. Jakarta: UI-Press. Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 1998/1999. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Dekdikbud. Ditjen. Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. M. N. Somantri. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Rosda Karya. Moh. Ali (2005). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakrta: LKIS Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara.

134 117 Muhammad Dimyati. (1989). Pengajaran Ilmu Ilmu Sosial Di Sekolah : Bagian Integral Sistem Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Depdikbud. Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslimin Ibrahim dan Muhammad Nur. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Nana Syaodikh Sukmadinata. (1990). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Ngalim M. Purwanto, (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Nur Eti Rahmawati. (2009). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Teams Game Tournament (TGT) dalam Proses Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Motiovasi Berwiraswasta Siswa Kelas X Di SMK N 1 Jatinegoro Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi: FISE UNY. Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Resthie Paramitha Hapsari. (2009). Peningkatan Keaktifan dan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi Melalui Pedekatan Konstruksivisme di Kelas X Adminstrasi Perkantoran 3 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman Tahun Ajaran 2009/ Skripsi: FISE UNY. Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman, A. M.. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers (2004). Mengenal Sejarah. Yogyakarta: BIGRAF Publishing. Silberman, Melvin. (2009). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.(Alih Bahasa: Sarjuli). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

135 118 Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta , Suhardjono, & Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Udin Saripudin. (1989). Konsep Dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial Di Sekolah Menengah. Jakarta: LPTK. Undang - Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Utami Munandar. (1997). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

136 121

137 122 Lampiran 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi : Ilmu Pengetahuan Sosial : VII/2 : 2 x 40 menit : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaandan pemerintahan Hindu-Buddha serta peninggalan peninggalannya Indikator : Mendeskripsikan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Asia Mendeskripsikan Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Hindu-Buddha di Indonesia Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan tindakan rasa kebersamaan dalam menyebarkan agama. A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat : 1. Mendeskripsikan proses masuk agama Hindu-Budha 2. Mendeskribsikan berkembangnya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia; 3. Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan tindakan rasa kebersamaan dalam menyebarkan agama. B. Materi Pembelajaran 1. Daerah yang di pengaruhi unsur Hindu dan Buddha.

138 Perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya. C. Model Pembelajaran 1. Card Sort D. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan 1) Apersepsi : guru menanyakan pelajaran yang telah lalu mengenai perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Asia. 2) Motivasi : guru menjelaskan arti pentingnya mempelajari topik ini dengan menjelaskan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Waktu 10 menit 2. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi : Guru memberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran. Guru memberi penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran, yaitu Kronologi perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno. Siswa diberi penjelasan mengenai model pembelajaran yang akan diterapkan, yaitu model Card Sort. 2) Elaborasi : Guru membagi siswa dalam kelompok belajar, setiap kelompok 4 siswa. Siswa dibagikan lembaran kartu secara acak kepada siswa dan memberikan penjelasan cara menyusun atau mengelompokkan kartu yang di dalamnya terdapat kata kunci materi kronologi perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno (Card Short). 5 menit 50 menit

139 124 Guru membimbing kelompok belajar pada saat berdiskusi, mengamati dan melakukan penilaian minat belajar dan kreativitas siswa yang muncul dari keaktifanya. Siswa bertanya jawab dengan temannya, bagaimana cara mengurutkan kartu dengan benar Siswa dibimbing untuk menyajikan hasil kerjanya didepan kelas secara kelompok. Antara kelompok saling menanggapi. 3. Penutup 3) Konfirmasi : Guru memberikan komentar hasil presentasi dan member penguatan. Bersama siswa meluruskan, dan memberikan kesimpulan terkait setiap materi yang dibahas. Pertanyaan kepada siswa sebagai penguatan dari hasil pembelajaran. 1) Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran yang telah berjalan. 10 menit 5 menit E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Muh. Nurdin, S.W. Warsito, Muh. Nursa ban. (2008). Mari Belajar IPS 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 2. Buku sejarah lain yang relevan. 3. Media kartu materi model pembelajaran Card Sort 4. Gambar candi, arca, stupa, prasasti, lingga yoni 5. Internet F. Penilaian Penilaian kreativitas siswa

140 125 Lampiran 1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi : Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah : VII/2 : 2 x 40 menit : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaandan pemerintahan Hindu-Buddha serta peninggalan - peninggalannya Indikator : Menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya Dengan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia medeskripsikan kejayaan bangsa Indonesia dengan peradaban yang sangat tinggi. A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat : 1. menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha diindonesia dan peninggalan sejarahnya; 2. Mengidentifikasi raja-raja Sriwijaya, Singosari, Majapahit. 3. Dengan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia medeskripsikan kejayaan bangsa Indonesia dengan peradaban yang sangat tinggi B. Materi Pembelajaran 1. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya. C. Model Pembelajaran

141 126 Model Card Sort D. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Inti 1) Apersepsi : Guru menanyakan pelajaran yang lalu tentang kerajaan Mataram Kuno yang terjadi perang saudara yang akhirnya Balaputradewa pergi ke Sumatra dan menjadi raja kerajaan Sriwijaya. 2) Motivasi : siswa dijelaskan arti pentingnya mempelajari topik ini dengan menjelaskan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. 4) Eksplorasi : Guru memberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran Siswa dijelaskan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan. 5) Elaborasi : Guru membagi siswa dalam delapan kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat orang. Setiap kelompok membaca buku sumber. Siswa dibagikan kartu materi. Kelompok menyusun kartu sesuai kategori kerajaan kerajaanya. Bersamaan dengan menyusun kartu, setiap kelompok mendiskusikan kerajaan Sriwijaya, Singasari dan berdirinya kerajaan Majapahit;. Guru memantau jalannya diskusi sambil memberi arahan. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjaannya dengan ditanggapi kelompok lain. 6) Konfirmasi : Guru memberikan komentar hasil presentasi dan memberi Waktu 10 menit 5 menit 50 menit 10

142 Penutup penguatan. Bersama siswa meluruskan, dan memberikan kesimpulan terkait setiap materi yang dibahas. Pertanyaan kepada siswa sebagai penguatan dari hasil pembelajaran. 1) Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi hasil diskusi dan menyimpulkan diskusi kelompok. 2) Guru memberikan tugas untuk membaca di rumah tentang peninggalan peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu Budha. menit 5 menit E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Muh. Nurdin, S.W. Warsito, Muh. Nursa ban. (2008). Mari Belajar IPS 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 2. Buku sejarah lain yang relevan. 3. Media kartu materi model pembelajaran Card Sort 4. Gambar candi, arca, stupa, prasasti, lingga yoni F. Penilaian 1. Penilaian proses Melakukan penilaian aktivitas secara individual dan kelompok.

143 128 Lampiran 1.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi : Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah : VII/2 : 2 x 40 menit : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaandan pemerintahan Hindu-Buddha serta peninggalan - peninggalannya Indikator : Menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya Dengan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia medeskripsikan kejayaan bangsa Indonesia dengan peradaban yang sangat tinggi. A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat : Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat : 1. Menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha diindonesia dan peninggalan sejarahnya; 2. Dua Wangsa yang sangat berpengaruh pada masa Mataram Lama. 3. Memperdalam materi tentang Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. 4. Mengungkapkan pendapat dengan rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki rasa toleransi tinggi terhadap penganut agama. 5. Mendeskripsikan kegigihan Putri Pramodhawardani dalam menyatukan kekuasaan dan masyarakat Mataram Kuno.

144 129 B. Materi Pembelajaran 1. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya. C. Model Pembelajaran Model Card Sort D. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan 3) Apersepsi : Guru mengajak siswa mengingat pelajaran yang telah lalu dengan melihat ringkasan salah seorang siswa. 4) Motivasi : Guru menjelasan model card sort yang sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya yang menyenangkan untuk diikuti pada pembelajaran. Waktu 10 menit 2. Kegiatan Inti 7) Eksplorasi : Guru memberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran Siswa dijelaskan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan. 8) Elaborasi : Siswa diberi kartu yang berbeda - beda. Setiap siswa yang mendapat kartu membaca buku sumber. Setiap siswa membentuk kelompok sesuai kategorinya. Bersamaan dengan menyusun kartu, setiap kelompok mendiskusikan materi yang dipresentasikan. Guru memantau jalannya diskusi sambil memberi arahan. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjaannya dengan ditanggapi kelompok lain. 9) Konfirmasi : 5 menit 50 menit 10

145 130 Guru memberikan komentar hasil presentasi dan memberi penguatan. menit Bersama siswa meluruskan, dan memberikan kesimpulan terkait setiap materi yang dibahas. Pertanyaan kepada siswa sebagai penguatan dari hasil pembelajaran. 3. Penutup 3) Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi hasil diskusi dan menyimpulkan diskusi kelompok. 4) Guru memberikan tugas untuk membaca di rumah tentang peninggalan peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu Budha. 5 menit E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Muh. Nurdin, S.W. Warsito, Muh. Nursa ban. (2008). Mari Belajar IPS 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 2. Buku sejarah lain yang relevan. 3. Media kartu materi model pembelajaran Card Sort F. Penilaian 1. Penilaian proses Melakukan penilaian kreativitas secara individual dan kelompok.

146 131 Lampiran 1.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi : Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah : VII/2 : 2 x 40 menit : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaandan pemerintahan Hindu-Buddha serta peninggalanpeninggalannya Indikator : A. Tujuan Pembelajaran Menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan sejarah bercorak Hindu- Buddha di berbagai daerah berdasarkan bukti arkeologis Dengan rasa penuh tanggung jawab dan rasa nasionalisme menjaga serta melestarikan peradaban bangsa yang sangat tinggi nilainya. Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu 1. Menyusun kronologi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha diindonesia dan peninggalan sejarahnya. 2. Mengidentifikasi ciri-ciri peninggalan sejarah becorak Hindu-Buddha diberbagai daerah berdasarkan bukti arkeologis. 3. Dengan rasa penuh tanggung jawab dan rasa nasionalisme menjaga serta melestarikan peradaban bangsa yang sangat tinggi nilainya. B. Materi Pembelajaran 1. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan sejarahnya.

147 Ciri-ciri peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha di berbagai daerah berdasarkan bukti arkeologis. C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah bervariasi 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Inquiri 5. Penugasan D. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Inti Apersepsi : guru menanyakan ringkasan pelajaran dan meminta seseorang siswa untuk membacakanya. Motivasi : guru menampilkan gambar-gambar candi atau miniatur candi, baik Hindu maupun Buddha. Guru membagi peserta didik kartu media, masing - masing mendapatkan satu kartu. Siswa diminta untuk mencermati isi dalam kartu tersebut dengan mencari informasi di buku pelajaran.. Setelah membaca dan mencari informasi di buku pelajaran, kemudian siswa diminta membentuk kelompok sesuai kategori kartu, menurut persepsi masing - masing. Kelompok yang terbentuk lebih cepat akan mendapat kertas untuk media menyusun kartu. Kelompok yang merasa telah menyusun kartu dengan benar diberi kesempatan untuk persentasi. Persentasi diikuti dengan diskusi tanya jawab. Guru memberi penguatan terhadap hasil persentasi siswa. Waktu 10 menit 60 menit

148 Penutup Guru memberikan komentar, meluruskan, dan menambahkan hal - hal yang penting serta memberikan kesimpulan. Siswa dimina untuk memberi kesimpulan dan refleksi. Guru memberikan memberikan penghargaan terhadap kelompok dan siswa yang tinggi kreativitasnya. 10 menit E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Muh. Nurdin, S.W. Warsito, Muh. Nursa ban. (2008). Mari Belajar IPS 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 2. Buku sejarah lain yang relevan. 3. Media kartu materi model pembelajaran Card Sort 4. Gambar candi, arca, stupa, prasasti, lingga yoni 5. Internet F. Penilaian 1. Penilaian proses Melakukan penilaian Kreativitas secara individual dan kelompok. 2. Penilaian hasil Penugasan

149 134 Lampiran 2.1. Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa No Indikator yang Diamati Pengamatan ya tidak 1 Menunjukan minat terhadap pelajaran 2 Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 3 Selalu aktif dalam pelajaran 4 Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 5 Berusaha menghadapi kesulitan

150 135 Lampiran 2.2. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa NO NIS NAMA AGUS RIYANTO Motivasi JUM Pers Sis (%) ANGGI KUSUMAWARDHANI ANNISA KUSUMA WATI ASTIN NURHAYATI ASTUTIK AZIZ BAYU AJI BENI APRILIYAN DESSY NOVITASARI DEWI LARASATI DUNI ELSA FIRGIN DWI PRASETYO DWI UMIYATI FREDI HERMAWAN HENDRIAN PAMUNGKAS INDAH NURAINI ISMU NURQOLIS ITA PUSPITAHAPSARI JOKO DWI NURCAHYANTO LIA NOVITASARI LUSI SINDI PUSPITASARI NIDA URROHMAH NUR KHASANAH RAFIKHOMSURI FURKHON ROHMADI SATRIA PAMUNGKAS SURANTO SUTARMI TIANFE PUTRI KATAMI TIYAN WIBOWO TRI MARJOKO WIDIA AYU SITI UMAIYAH ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM JUMLAH PERSENTASE (Dalam %)

151 136 Lampiran 2.3. Pedoman Observasi Kreativitas Siswa Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa No. Indikator 1 Keterampilan berpikir lancar 2 Keterampilan berpikir luwes 3 Keterampilan berpikir orisinil 4 Keterampilan memperinci Nilai 0 Tidak Muncul Penilaian Kemunculan Kreativitas 1 Mengajukan pertanyaan terhadap suatu permasalahan 2 Menjawab pertanyaan dengan sejumlah jawaban Mempunyai banyak gagasan terhadap suatu 3 permasalahan 0 Tidak sama sekali 1 Memberikan penafsiran tehadap suatu permasalahan 2 Memberikan pertimbangan terhadap suatu permasalahan 3 Mampu mengubah arah pikir secara spontan dengan alasan rasional 0 Tidak sama sekali 1 Melahirkan ungkapan baru terhadap suatu permasalahan 2 Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain 3 Memberikan gagasan yang berbeda dengan alasan benar dan rasional 0 Tidak sama sekali 1 Dapat memperinci masalah atau materi 2 Memperinci materi disertai penjelasan yang benar 5 Keterampilan menilai diri 3 Menambah detil detil terhadap gagasan sendiri maupun orang lain. 0 Acuh dengan pendapat orang lain 1 Terpengaruh terhadap orang lain 2 Tidak mudah terpengaruh terhadap orang lain 3 Tidak mudah terpengaruh atas dasar sudut pandangya sendiri disertai alasan jelas dan rasional

152 137 Lampiran 2.4.Lembar Observasi Kreativitas Siswa Lembar Observasi Kreativitas Siswa NO NIS NAMA AGUS RIYANTO Motivasi JUM Pers Sis (%) ANGGI KUSUMAWARDHANI ANNISA KUSUMA WATI ASTIN NURHAYATI ASTUTIK AZIZ BAYU AJI BENI APRILIYAN DESSY NOVITASARI DEWI LARASATI DUNI ELSA FIRGIN DWI PRASETYO DWI UMIYATI FREDI HERMAWAN HENDRIAN PAMUNGKAS INDAH NURAINI ISMU NURQOLIS ITA PUSPITAHAPSARI JOKO DWI NURCAHYANTO LIA NOVITASARI LUSI SINDI PUSPITASARI NIDA URROHMAH NUR KHASANAH RAFIKHOMSURI FURKHON ROHMADI SATRIA PAMUNGKAS SURANTO SUTARMI TIANFE PUTRI KATAMI TIYAN WIBOWO TRI MARJOKO WIDIA AYU SITI UMAIYAH ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM JUMLAH PERSENTASE (Dalam %)

153 138 Lampiran 2.5. Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan Nama : No. Absen : Berilah tanda pada jawaban yang sesuai dengan apa yang kamu lakukan saat belajar IPS dengan menggunakan model Card Sort. Jangan khawatir jawaban kalian tidak akan mempengaruhi nilai! Keterangan: SL : Selalu J : Jarang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Pernyataan SL SR J TP 1. Saya tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan saat pembelajaran IPS 2. Saya berminat untuk mengikuti pembelajaran dengan model klasikal atau ceramah yang tidak bervariasi 3 Saya dapat menjawab dengan benar setiap ditanya guru atau pun teman saat pembelajaran IPS 4 Saya langsung menyetujui terhadap pendapat teman yang tidak sesuai dengan pemikiran saya mengenai materi pelajaran 5. Saya dapat menyampaikan banyak gagasan yang perlu disampaikan kepada teman atau guru 6. Saya tidak memperhatikan saat guru menerangkan 7. Saya rajin mencatat pembahasan materi pelajaran 8. Saya akan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan benar 9. Saya akan bertanya pada teman atau guru jika tidak paham terhadap pelajaran 10. Saya kesulitan untuk melaksanakan tugas dari guru dan tidak mampu mengatasinya 11. Saya mudah untuk bekerja sama dengan teman untuk memahami materi pelajaran 12. Saya merasa memiliki cara baru untuk belajar dengan lebih baik dan menyenangkan 13. Saya akan mencari di buku atau sumber lain untuk memahami materi 14. Saya ingin memperbanyak pengetahuan tentang materi IPS 15. Ide ide baru saya muncul ketika memecahkan soal IPS yang

154 139 menjadi tugas kelompok 16. Saya dapat membedakan suatu hal yang memiliki ciri ciri yang berbeda dalam materi pelajaran, misalnya perbedaan ciri agama Hindu dan Budha 17. Saya bisa bertukar pikiran dengan teman tentang pelajaran 18. Saya menyelesaikan soal dengan asal asalan 19. Saya terdorong untuk memahami materi pelajaran 20. Saya ingin mempresentasikan hasil kerja saya jika diberi tugas kelompok dari guru ***Terima kasih***

155 140 Lampiran 2.6. Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Lembar Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Nama : No. Absen : Berilah tanda pada jawaban yang sesuai dengan apa yang kamu lakukan saat belajar IPS dengan menggunakan model Card Sort. Jangan khawatir jawaban kalian tidak akan mempengaruhi nilai! Keterangan: SL : Selalu J : Jarang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Pernyataan SL SR J TP 1. Saya merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran Card Sort 2. Saya berminat untuk memilih dan memilah kartu untuk memahami materi pelajaran 3 Saya dapat menjawab dengan benar setiap ditanya guru atau pun teman saat pemeblajaran IPS 4 Saya langsung menyetujui pendapat teman yang tidak sesuai dengan pemikiran saya saat pembelajaran 5. Saya dapat menyampaikan banyak gagasan yang perlu disampaikan kepada teman atau guru saat pembelajaran 6. Saya tidak memperhatikan saat guru menerangkan 7. Saya rajin mencatat pembahasan materi pelajaran yang penting 8. Saya akan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan benar 9. Saya akan bertanya pada teman atau guru jika tidak paham terhadap pelajaran 10. Saya kesulitan untuk melaksanakan tugas dalam model Card Sort dan tidak mampu mengatasinya 11. Saya mudah untuk bekerja sama dengan teman untuk memahami materi pelajaran saat menyusun kartu 12. Saya merasa memiliki cara baru untuk belajar dengan lebih baik dan menyenangkan ketika belajar dengan Card Sort 13. Saya akan mencari di buku atau sumber lain untuk memahami materi 14. Saya ingin memperbanyak pengetahuan tentang materi IPS 15. Ide ide baru saya muncul ketika memecahkan soal IPS yang

156 141 menjadi tugas kelompok 16. Saya dapat membedakan ciri ciri kerajaan Hindhu Budha yang satu dengan yang lain 17. Saya bisa bertukar pikiran dengan teman tentang pelajaran dengan model pembelajaran Card Sort 18. Saya menyelesaikan soal dengan asal asalan 19. Saya terdorong untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan tidak tertinggal dengan teman atau kelompok lain 20. Saya ingin mempresentasikan hasil kerja saya jika diberi tugas kelompok dari guru ***Terima kasih***

157 142 Lampiran 3.1. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan NO NIS NAMA Motivasi JUM AGUS RIYANTO ANGGI KUSUMAWARDHANI ANNISA KUSUMA WATI ASTIN NURHAYATI ASTUTIK AZIZ BAYU AJI BENI APRILIYAN DESSY NOVITASARI DEWI LARASATI DUNI ELSA FIRGIN DWI PRASETYO DWI UMIYATI FREDI HERMAWAN HENDRIAN PAMUNGKAS INDAH NURAINI ISMU NURQOLIS ITA PUSPITAHAPSARI JOKO DWI NURCAHYANTO LIA NOVITASARI LUSI SINDI PUSPITASARI NIDA URROHMAH NUR KHASANAH RAFIKHOMSURI FURKHON ROHMADI SATRIA PAMUNGKAS SURANTO SUTARMI TIANFE PUTRI KATAMI TIYAN WIBOWO TRI MARJOKO WIDIA AYU SITI UMAIYAH ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM JUMLAH PERSENTASE (Dalam %)

158 143 Lampiran 3.2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 NO NIS NAMA Motivasi JUM AGUS RIYANTO ANGGI KUSUMAWARDHANI ANNISA KUSUMA WATI ASTIN NURHAYATI ASTUTIK AZIZ BAYU AJI BENI APRILIYAN DESSY NOVITASARI DEWI LARASATI DUNI ELSA FIRGIN DWI PRASETYO DWI UMIYATI FREDI HERMAWAN HENDRIAN PAMUNGKAS INDAH NURAINI ISMU NURQOLIS ITA PUSPITAHAPSARI JOKO DWI NURCAHYANTO LIA NOVITASARI LUSI SINDI PUSPITASARI NIDA URROHMAH NUR KHASANAH RAFIKHOMSURI FURKHON ROHMADI SATRIA PAMUNGKAS SURANTO SUTARMI TIANFE PUTRI KATAMI TIYAN WIBOWO TRI MARJOKO WIDIA AYU SITI UMAIYAH ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM JUMLAH Persentase (Dalam %)

159 144 Lampiran 3.3. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 NO NIS NAMA Motivasi JUM AGUS RIYANTO ANGGI KUSUMAWARDHANI ANNISA KUSUMA WATI ASTIN NURHAYATI ASTUTIK AZIZ BAYU AJI BENI APRILIYAN DESSY NOVITASARI DEWI LARASATI DUNI ELSA FIRGIN DWI PRASETYO DWI UMIYATI FREDI HERMAWAN HENDRIAN PAMUNGKAS INDAH NURAINI ISMU NURQOLIS ITA PUSPITAHAPSARI JOKO DWI NURCAHYANTO LIA NOVITASARI LUSI SINDI PUSPITASARI NIDA URROHMAH NUR KHASANAH RAFIKHOMSURI FURKHON ROHMADI SATRIA PAMUNGKAS SURANTO SUTARMI TIANFE PUTRI KATAMI TIYAN WIBOWO TRI MARJOKO WIDIA AYU SITI UMAIYAH ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM JUMLAH Persentase (Dalam %)

160 145 Lampiran 3.4. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 1 Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 1 NO NIS NAMA JUM Kreativitas JUM Per (%) Kriteria AGUS RIYANTO Baik ANGGI KUSUMAWARDHANI Sedang ANNISA KUSUMA WATI Baik ASTIN NURHAYATI Baik ASTUTIK Sedang AZIZ BAYU AJI Sedang BENI APRILIYAN Kurang DESSY NOVITASARI Baik Sekali DEWI LARASATI Baik DUNI ELSA FIRGIN Baik DWI PRASETYO Sedang DWI UMIYATI Baik FREDI HERMAWAN Sedang HENDRIAN PAMUNGKAS Baik Sekali INDAH NURAINI Sedang ISMU NURQOLIS Sedang ITA PUSPITAHAPSARI Sedang JOKO DWI NURCAHYANTO Baik LIA NOVITASARI Baik LUSI SINDI PUSPITASARI Sedang NIDA URROHMAH Sedang NUR KHASANAH Baik RAFIKHOMSURI FURKHON Baik ROHMADI Baik Sekali SATRIA PAMUNGKAS Baik SURANTO Baik SUTARMI Sedang TIANFE PUTRI KATAMI Sedang TIYAN WIBOWO Sedang TRI MARJOKO Baik WIDIA AYU SITI UMAIYAH Baik Sekali ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM Baik JUMLAH Persentase (Dalam %)

161 146 Lampiran 3.5. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 2 NO NIS NAMA Hasil Observasi Kreativitas Siswa Siklus 2 Kreativitas JUM Skor Per (%) Kriteria AGUS RIYANTO Sedang ANGGI KUSUMAWARDHANI Baik ANNISA KUSUMA WATI Baik ASTIN NURHAYATI Baik Sekali ASTUTIK Baik AZIZ BAYU AJI Baik BENI APRILIYAN Sedang DESSY NOVITASARI Baik Sekali DEWI LARASATI Baik DUNI ELSA FIRGIN Baik DWI PRASETYO Sedang DWI UMIYATI Baik FREDI HERMAWAN Baik HENDRIAN PAMUNGKAS Baik Sekali INDAH NURAINI Baik ISMU NURQOLIS Baik ITA PUSPITAHAPSARI Baik JOKO DWI NURCAHYANTO Baik LIA NOVITASARI Baik LUSI SINDI PUSPITASARI Baik NIDA URROHMAH Baik NUR KHASANAH Baik RAFIKHOMSURI FURKHON Baik Sekali ROHMADI Baik Sekali SATRIA PAMUNGKAS Baik SURANTO Baik SUTARMI Baik TIANFE PUTRI KATAMI Baik TIYAN WIBOWO Baik TRI MARJOKO Baik WIDIA AYU SITI UMAIYAH Baik Sekali ERNI ARDIAN WAHYUNINGRUM Baik JUMLAH Persentase (Dalam %)

162 147 Lampiran 3.6. Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pra Tindakan N o Nomor Butir Jum

163 JU M

164 149 Lampiran 3.7. Daftar Nilai Observasi Motivasi dan Kreativitas Siswa Siklus 1 Daftar Nilai Observasi Motivasi dan Kreativitas Siswa Siklus 1 No 1 Nomor Butir Jum

165 Jum

166 151 Lampiran 3.8. Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Siklus 2 Hasil Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa Setelah Tindakan Siklus 2 No Nomor Butir Jum

167 Jum

168 153 Lampiran 3.9. Format Catatan Lapangan Hari/Tanggal : Siklus/Pertemuan ke- : Note :

169 154 Lampiran 4. Materi Media Card Sort Pertemuan 1 siklus 1 Kerajaan tertua di Indonesia, berdiri sekitar tahun masehi Raja Mulawarman Kudungga Penganut Hindu Syiwa Yupa Sebagai persinggahan kapal-kapal yang menempuh perjalanan melalui selat makassar Asmawarman

170 155 Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Koleangkak atau Prasasti Jambu, Prasasti Kebon Kopi Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, dan Prasasti Cidanghiang /Lebak To-lo-mo Purnawarman penggalian Sungai Candrabaga Penggalian Sungai Gomati Raja Panangkaran Balaputradewa (Pewaris tahta simaratungga yg kalah perang saudara)

171 156 Terjadi perpecahan, menjadi Dinasti Syailendra dan Sanjaya Raja Samaratungga, memerintah kerajaan ini yang bagian selatan Candi Borobudur dibangun pada saat pemerintahan Raja Samaratungga Rakai Pikatan (dibawahnya kerajaan ini disatukan kembali) Candi Prambanan (Candi Hindu yg didirikan Rakai Pikatan) Candi Prambanan (Candi Hindu yg didirikan Rakai Pikatan)

172 157 Pertemuan 2 Siklus 1 Kedukan Bukit, Talang Tuo, Palas Pasemah, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Nalanda (India). Balaputradewa Berhasil di bidang Maritim Menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan sebagainya. Menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara Menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia Tenggara Masa Kejayaan Pada abad 7 & 8 Masa Keruntuhan Abad ke 12 Diserang kerajaan Golamandala dari India, Terdesak dari dua jurusan, yaitu Kerajaan Thailand dan Kerajaan Singosari Banyak raja-raja taklukan yang melepaskan diri, kemunduran ekonomi

173 158 Kertanegara Pemberontakan Jayakatwang Pada Kejayaanya berhasil menguasai seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu, dan Semenanjung Malaya. Anusopati Ken Arok Runtuh sekitar tahun 1292 Tohjaya Ranggawuni/ Wisnuwardhana

174 159 Raden Wijaya Jayanegara Patih Gajah Mada Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani Kitab Negarakertagama Hayam Wuruk

175 160 Pertemuan 1 Siklus 2 Raja Sanjaya Raja Panangkaran Candi Borobudur dibangun pada saat pemerintahan Raja Samaratungga Balaputradewa (Pewaris tahta simaratungga yg kalah perang saudara) Terjadi perpecahan, menjadi Dinasti Syailendra dan Sanjaya Raja Samaratungga, memerintah kerajaan ini yang bagian selatan Rakai Pikatan (dibawahnya kerajaan ini disatukan kembali) Candi Prambanan (Candi Hindu yg didirikan Rakai Pikatan)

176 161 Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, (India) Raja Balaputradewa Berhasil di bidang Maritim Menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia Tenggara Menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara Masa Kejayaan Pada abad 7 & 8 Prasasti Palas Pasemah, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Nalanda Penyebab keruntuhanya antara lain; Diserang kerajaan Golamandala dari India, Terdesak dari dua jurusan, yaitu Kerajaan Thailand dan Kerajaan Singosari

177 162 Raden Wijaya Jayanegara Berhasil di bidang Maritim Patih Gajah Mada Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani Kitab Negarakertagama Kitab Sutasoma Hayam Wuruk Candi Penataran, Sawentar, Sumber Jati Tikus, Jabung, Tlagawangi dan

178 163 Pertemuan 2 Siklus 2 Peninggalan Hindu Budha tersebut sangat berharga, karena hanya dari peninggalan itu kita semua dapat mempelajari apa yang sebenarnya terjadi, kapan, di mana, siapa yang berkuasa waktu itu, dan sebagainya. PENINGGALAN SEJARAH BERUPA KITAB Peninggalan sejarah berupa prasasti Candi di Jawa Tengah Selatan dan Utara Candi-candi di Jawa Timur Candi-candi di luar Jawa Ket: Dibuat 6 salinan dengan warna kotak yang berbeda

179 164 Lampiran 5. Triangulasi Triangulasi A. Tema : kegiatan Pra Tindakan 1. Berdasarkan Observasi Observasi pada pra tindakan dilakukan dua kali pertemuan. Peneliti memfokuskan pengamatan pada kelas VII A dan diperoleh hasil sebagai berikut: a. Motivasi Belajar Indikator Hasil Observasi Persentase Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran 53% Keinginan menyelesaikan tugas dengan 50% baik Selalu aktif dalam pelajaran 16% Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 53% Berusaha menghadapi kesulitan 63% Rata - rata 47% Tabel tersebut menunjukan bahwa rata rata tiap indikator motivasi yang diamati masih dalam kriteria kurang yaitu pada angka 47%. b. Kreativitas Siswa Pada pra tindakan ini, untuk kreativitas siswa belum diberikan penilaian. Peneliti hanya mengamati secara langsung dengan menggunakan catatan lapangan. Siswa kelas VII A pada umumnya masih kurang aktif untuk mengikuti pelajaran. Siswa juga hanya mengikuti semua perintah guru saja tanpa ada inisiatif untuk bertanya. Tanya jawab hanya berjalan dari guru ke siswa saja dan pertanyaan siswa mengenai pelajaran masih sangat minim.

180 165 Siswa juga tidak mengajukan pendapat jika diberi kesempatan. Cara belajar siswa pun sangat tergantung pada instruksi guru. 2. Berdasarka Angket Respon Siswa Dari hasil respon siswa yang didapat dari angket menunjukan bahwa motivasi siswa sudah cukup baik yaitu pada angka 67%. Namun demikian, pada kenyataanya saat pengamatan setiap indikator motivasi siswa tersebut kurang terlihat. Sedangkan respon siswa terhadap kreativitasnya yang muncul saat pembelajaran masih dalam kriteria kurang, yaitu pada angka 51%. 3. Refleksi Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan diskusi terlebih dahulu mengenai permasalahan dalam pembelajaran IPS. Dari pernyataan yang disampaikan oleh guru mata pelajaran IPS di SMP N 4 Gedangsari, diketahui bahwa masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VII A adalah masih kurangnya motivasi belajar siswa. Selain itu kreativitas siswa juga tidak muncul karena siswa cenderung pasif dan sangat tergantung instruksi guru. Guru juga menyampikan selama ini proses pembelajaran IPS didominasi dengan ceramah. B. Tema : Hasil Penelitian Siklus I 1. Berdasarkan Observasi a. Motivasi Belajara Siswa Indikator Hasil Observasi Persentase Motivasi belajar siswa Menunjukan minat terhadap pelajaran 94% Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik 88% Selalu aktif dalam pelajaran 66% Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari 69% Berusaha menghadapi kesulitan 88% Rata - rata 81%

181 166 b. Kreativitas Siswa ASPEK INDIKATOR PERSENTASE Keterampilan berpikir lancar 57% Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir luwes 70% Keterampilan berpikir orisinil 60% Keterampilan memperinci 71% Keterampilan menilai diri 71% Rata - rata 66% 2. Hasil Wawancara a. Hasil Wawancara kepada Siswa 1) Siswa merasa terarik dan senang dengan model pembelajaran yang telah digunakan. 2) Siswa merasa dapat berdiskusi dengan temanya. 3) Siswa termotivasi untuk menyelesaikan ugas 4) Siswa mempunyai keinginan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 5) Ada beberapa siswa merasa tidak nyaman dengan anggota kelompoknya karena merasa kurang akrab dan belum terbiasa berdiskusi dengan temannya tersebut. b. Hasil Wawancara kepada Guru 1) Guru pernah menggunakan model yang mirip dengan card sort tapi di kelas sebelumnya dan siswa masih kurang aktif. 2) Menurut guru, pembelajaran seperti model card sort yang menyenangkan perlu digunakan karena dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. 3) Dengan model card sort, kreativitas siswa dapat dilihat dari keaktifanya dalam mengikuti pembelajaran. 4) Untuk siklus selanjutnya, model card sort yang telah diterapakan, perlu lebih memunculkan kreativitas individu siswa.

182 Berdasarkan Angket Respon Siswa a. Motivasi Belajar Siswa Rata rata persentase motivasi belajar siswa ialah 76%. Hal ini menunjukan respon siswa menunjukan motivasi belajarnya baik. b. Kreativitas Siswa Hasil dari angket siklus I, rata rata kreativitas siswa yang diamati sudah dalam kriteria baik, yaitu 62%. 4. Refleksi Berdasarkan triangulasi metode diatas, maka dapat disimpulkan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus I, siswa sudah mengalami peningkatan motivasi belajar. Hal ini ditunjukan dengan minat dan keantusiasan siswa saat mengikuti pembelajaran. Selain itu, dengan penerapan model card sort, kemunculan kreativitas siswa dapat terlihat dibanding dengan pertemuan saat pratindakan. Keaktifan siswa tersalur kedalam kreativitas saat mengikuti pembelajaran. Namun demikian, berdasar observasi dan angket respon siswa baik motivasi dan kreativitas siswa masih perlu ditingkatkan. Untuk itu, dilakukan perbaikan tindakan pada siklus 2. C. Tema : Hasil Penelitian Siklus II 1. Berdasarkan Observasi a. Motivasi Belajar Aspek Indikator Persentase Menunjukan minat terhadap pelajaran 94% Motivasi belajar siswa Keinginan menyelesaikan tugas dengan baik Selalu aktif dalam pelajaran Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari Berusaha menghadapi kesulitan 94% 81% 88% 97% Rata - rata 91%

183 168 Hasil di atas menunjukan bahwa motivasi belajar siswa masuk pada kriteria sangat baik dengan rata rata persentase tiap indikatornya 91%. b. Kreativitas Siswa ASPEK INDIKATOR SIKLUS 2 Keterampilan berpikir lancar 74% Kreativitas Siswa Keterampilan berpikir luwes 71% Keterampilan berpikir orisinil 69% Keterampilan memperinci 81% Keterampilan menilai diri 72% Rata - rata 73% Berdasarkan tabel di atas rata rata kreativitas siswa dalam kategori baik yaitu 73%. 2. Hasil Wawancara a. Hasil Wawancara kepada Siswa 1) Model pembelajaran yang telah diterapkan menarik dan menyenangkan. 2) Siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan temanya. 3) Siswa ingin menyelesaikan tugas dengan baik dan lebih cepat dari temanya. 4) Siswa merasa ingin menpresentasikan hasil kerjanya. 5) Siswa dapat bekerjasama dan bertukar pikiran dengan teman temanya. b. Hasil Wawancara kepada Guru 1) Siswa sudah mulai terbiasa dengan diskusi dan presentasi namun perlu kontrol yang lebih. 2) Menurut guru, pembelajaran seperti model card sort yang telah digunakan lebih menarik dan memotivasi siswa. 3) Kreativitas siswa lebih nampak dari sebelumnya.

184 169 4) Guru merasa perlu untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif. 3. Hasil Angket Respon Siswa a. Motivasi Belajar Siswa Hasil angket yang menunjukan respon siswa pada siklus 2, menunjukan rata rata motivasi belajar siswa tiap indikatornya ialah sebesar 80% b. Kreativitas Siswa Rata rata kreativitas siswa berdasarkan angket sudah dalam kategori baik yaitu 67%. 4. Refleksi Berdasarkan triangulasi metode diatas, maka dapat disimpulkan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II, telah terjadi peningkatan baik motivasi belajar dan kreativitas siswa dari siklus sebelumnya. Tidak terdapat indikator dalam kriteria kurang. Sedangkan berdasarkan triangulasi sumber dari wawancara baik dengan siswa maupun dengan guru, menurut pendapat semuanya, penerapan model card sort dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Oleh karena, kriteria keberhasilan telah tercapai pada siklus ini sehingga tindakan dihentikan.

185 170 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian (Foto) Dokumentasi Foto Siklus 1

186 171 Dokumentasi Foto Siklus 1 Pertemuan 2

187 172 Dokumentasi Foto Siklus 2 Pertemuan 1

188 173 Dokumentasi Foto Siklus 2 Pertemuan 2

189 174 Dokumentasi Foto Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Hamzah B. Uno

BAB II KAJIAN TEORI. belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Hamzah B. Uno BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS 1. Hakikat Belajar Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang

Lebih terperinci

Disusun oleh : Ika Candra Nugraheni

Disusun oleh : Ika Candra Nugraheni UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SIKAP MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN MELALUI TEKNIK GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 SAPTOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Dian Puspita Cahyaningsih

SKRIPSI. Disusun Oleh: Dian Puspita Cahyaningsih UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII B MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP N 2 MREBET PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI SISWA KELAS VIII C MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 4 KALASAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI PENGGUNAAN METODE COLLEGE BALL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIIIB SMP N 1 REBAN BATANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS) PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN MENINGKATAN MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPA 2 SMA N 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2011/2012 MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna serta mandiri. Selain itu, pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas pengetahuan. Selain itu pendidikan merupakan proses bagi setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Anisa Septi Edi Riandani

SKRIPSI. Oleh: Anisa Septi Edi Riandani PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS VIII A SMP NEGERI 2 KALORAN TEMANGGUNG DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN IPS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 12 Bandung Jalan Dr. Setiabudhi No. 195 untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses jangka pendek dan jangka panjang. Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan pertahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model pembelajaran Menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2010: 131) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

2016 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 dijelaskan bahwa, Pendidikan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia karena belajar mempengaruhi perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan berlangsung

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas menjadi sesuatu hal yang begitu sangat penting yang harus dimiliki manusia, karena dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari hampir semua manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP)

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106 PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional, terampil, kreatif dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL THROWING DI SMP N 4 SATUATAP BAWANG BANJARNEGARA SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL THROWING DI SMP N 4 SATUATAP BAWANG BANJARNEGARA SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL THROWING DI SMP N 4 SATUATAP BAWANG BANJARNEGARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MELAKSANAKAN KOMUNIKASI BISNIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PERMAINAN KAPAL PERANG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE PERMAINAN KAPAL PERANG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE PERMAINAN KAPAL PERANG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO IMPLEMENTASI TEKNIK PEMBELAJARAN TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: Esti Wulandari

SKRIPSI. Disusun oleh: Esti Wulandari PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI KEGIATAN POKOK EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII F DI SMP NEGERI 2 NGEMPLAK SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK

PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK (GEODe) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KONSEP LITOSFER DI SMA NEGERI 1 PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di indonesia senantiasa tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem. Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem. Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang cocok dan relevan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas

Lebih terperinci