BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Industri Peta Proses Operasi Definisi Peta Proses Operasi Peta proses operasi (Sutalaksana, p21) merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai Kegunaan Peta Proses Operasi Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya : Dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. Dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan). Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai Sebagai alat untuk latihan kerja

2 Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi Untuk bisa menggambarkan Peta Proses Operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikuti sebagai berkut : o Pertama-tama, pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar. o Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses. o Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses. o Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. o Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. Agar diperoleh gambar Peta Proses Operasi yang baik, produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertikal di sebelah kanan kertas.

3 Peramalan Definisi Peramalan Peramalan (bp1.blogger.com) dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai dimasa yang akan datang. Untuk membuat peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan Januari menurun drastis bila di bandingkan dengan sebelas bulan yang lain. Berdasarkan pola tersebut perusahaan mestinya dapat meramalkan bahwa pada bulan Januari tahun berikutnya akan terjadi penurunan pendapatan. Peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan / organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan memberikan dasar dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian pemasaran, peramaln penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk baru, kompensasi tenaga penjual, dan beberapa keputusan penting lainnya. Selanjutnya, pada bagian produksi dan operasi menggunakan data-data peramalan untuk perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan, dan pengendalian persediaan.

4 Jenis Peramalan Jenis Peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu peramalan dapat dibedakan menjadi : Peramalan Jangka Panjang Biasanya dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, yang berfungsi sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang. Peramalan Jangka Pendek Biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional. Perlu diketahui bahwa tidak ada batasan yang baku mengenai panjang atau pendeknya waktu tersebut. Berdasarkan ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi : Peramalan Mikro Peramalan kondisi perusahaan dalam 5 tahun yang akan datang. Peramalan Makro Peramalan kondisi perekonomian dalam 5 tahun yang akan datang.

5 20 Berdasarkan Metode yang digunakan : Metode Kualitatif (non-statistik) Peramalan ini didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang dilakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat (pengolahan dan analisis data historis yang tersedia), metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik pada metode ini yang digunakan adalah Teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, Marketing Research, dll. Metode Kuantitatif (statistik) Berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Menurut Makridakis, Wheelwright, dan Mc.Gee(1983:8-9) diterapkan 3 kondisi berikut pada peramalan kuantitatif : Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia, Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik(angka), Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).

6 Metode Peramalan Metode Kualitatif (Non-Statistik) Metode ini digunakan dimana tidak ada model matematik, biasanya dikarenakan data yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan datang. Peramalan ini menggunakan pertimbangan pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Teknik model peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan. Analisis kualitatif dapat menjadi teknik peramalan yang sangat berguna jika memungkinkan pengumpulan dan organisasi yang sistematis untuk data yang diturunkan dari opini yang tidak terbias dan terinformasi tetapi, metode-metode kualitatif dapat memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi stategis dalam organisasi Metode Kuantitatif (Statistik) Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu dan untuk berbagai maksud. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat, ketepatan, tingkat kesulitan dan biaya tersendiri yang harus dipertimbangkan. Dalam melakukan peramalan dengan metode Kuantitatif terdapat beberapa tahapan dalam peramalan sebagai berikut : 1. Definisikan Tujuan Peramalan

7 22 2. Membuat Diagram Pencar (Plot Data) 3. Memilih Model Peramalan yang tepat 4. Lakukan Peramalan 5. Hitung Kesalahan Ramalan 6. Pilih Metode Peramalan dengan Kesalahan terkecil 7. Lakukan Verifikasi Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992) menjelaskan bahwa pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : 1. Tersedia informasi tentang masa lalu (data historis) 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Peramalan dengan menggunakan metode deret waktu didasarkan pada pendugaan masa depan yang dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan peramalan di masa lalu. Tujuan metode peramalan deret waktu seperti itu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut ke masa depan.

8 23 Menurut Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992), langkah penting dalam memilih suatu metode deret waktu yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola datanya. Pola data dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Pola horisontal, terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan atau stasioner terhadap nilai rata-ratanya. 2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret data dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan atau hari pada minggu tertentu) 3. Pola siklis, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis atau ekonomi. 4. Pola tren, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data. Gambar 2.1 Pola Data

9 Linear Programming Definisi Linear Programming Linear Programming ( adalah suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas. Dalam model Linear Programming dikenal 2 (dua) macam fungsi, yaitu : 1. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan sasaran di dalam permasalahan Linear Programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdayasumberdaya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. 2. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan Asumsi-asumsi Dasar Linear Programming Terdapat 4 asumsi dasar dalam Linear Programming, yaitu : 1. Proportionality Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat kegiatan.

10 25 2. Additivity Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam Linear Programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. Divisibility Keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan. 4. Deterministic (Certainty) Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model Linear Programming (a ij, b i C j ) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat Model Linear Programming Gambar 2.2 Model Linear Programming Secara Umum

11 26 Gambar 2.3 Model Matematika Linear Programming Metode Simpleks Karena kesulitan menggambarkan grafik berdimensi banyak, maka penyelesaian masalah Linear Programming yang melibatkan lebih dari dua variabel menjadi tak praktis atau tidak mungkin. Dalam keadaan ini kebutuhan metode solusi yang lebih umum menjadi nyata. Metode umum itu dikenal dengan nama algoritma Simpleks yang dirancang untuk menyelesaikan seluruh masalah, baik yang melibatkan dua variabel atau lebih. Informasi yang dapat diperoleh dari metode simpleks jauh lebih besar daripada sekedar menentukan nilai-nilai optimum dari variabel dan fungsi tujuan. Pada kenyataannya, metode simpleks juga dapat memberikan interpretasi ekonomi. Metode Simpleks (Taha,p61) merupakan prosedur aljabar yang bersifat iteratif, yang bergerak selangkah demi selangkah, dimulai dari suatu titik ekstrim pada daerah fisibel (ruang solusi) menuju ke titik ekstrim yang optimum.

12 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas (Taha,p23) dirancang untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model Linear Programming terhadap pemecahan optimum. Analisis seperti ini dipandang sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah LP. Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang memungkinkan seorang analis untuk mempelajari prilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter model. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dan yang dimungkinkan (yang bersesuaian dengan perubahan dalam parameter tersebut) dengan perhitungan tambahan yang minimal. Analisis sensitivitas terutama sangat sesuai untuk mempelajari pengaruh variasi dalam koefisien biaya/laba dan jumlah sumber daya yang tersedia terhadap pemecahan optimum Safety Stock Pengujian Kecukupan Data Menurut Sutalaksana (1979, p.134), uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah sebagai berikut : N ' = 40 N X 2 X ( X ) 2 2 Dimana: N ' = Jumlah data yang diperlukan N = Jumlah data yang digunakan

13 28 X i = Data pengamatan Analisa kecukupan data : Apabila N N, maka jumlah data sudah cukup Apabila N > N, maka jumlah data belum cukup Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari data pengukuran sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak Perhitungan Safety Stock Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut sebagai buffer stock, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba. Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah: Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = (x-x) n 2 Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan, x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,

14 29 n = jumlah periode data permintaan. Tabel 2.1 Safety Factor Service Level (%) Safety Factor 50 0, , , , , , , , , , , , , Sistem Persediaan Sistem persediaan (Baroto, 2002, p54) adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan. Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif diartikan bahwa berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan, berapa jumlah persediaan pengaman, dan bagaimana mengendalikan persediaan. Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang

15 30 akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah jenis barang apa yang dimiliki, dimana barang tersebut tersedia, berapa jumlah barang yang sedang dipesan, dan siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item Tipe Persediaan Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori (Baroto, 2002, p52), yaitu : 1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksinya sendiri. 2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi. 3. Barang setengah jadi (work in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi. 4. Barang jadi (finished goods) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen. 5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.

16 Karakteristik Permintaan dan Model Persediaan Permintaan dan lead time merupakan hal yang tidak pasti dalam sistem persediaan. Klasifikasi model persediaan yang berkaitan dengan permintaan adalah sebagai berikut : (Elsayed, 1994, p69) 1. Static deterministic inventory model (model persediaan statis deterministik). Model ini mempunyai ukuran permintaan yang deterministik karena ukuran permintaan dalam suatu periode diketahui dan konstan, dan laju permintaannya sama untuk setiap periode. 2. Dynamic deterministic inventory model (model persediaan dinamis deterministik). Model ini ukuran permintaannya untuk setiap periode diketahui dan konstan, tetapi laju permintaannya bervariasi (dinamis). 3. Static probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model ini, ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang sama untuk setiap periodenya. 4. Dynamic probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model ini ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang berbeda dan bervariasi untuk setiap periodenya Model EOQ Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. (Baroto, 2002, p57)

17 32 EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi : 1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui, dan bersifat konstan. 3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu. 4. Tidak mungkin diberikan diskon. 5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu. 6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. 7. Harga per unit produk adalah konstan. 8. Satuan barang merupakan produk tunggal; tidak ada interaksi dengan produk lain.

18 Sistem Informasi Sistem Sistem menurut O Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan suatu kesatuan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses transformasi yang terorganisir. Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi : 1. Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data, usaha manusia. 2. Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya. 3. Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh mencakup jasa, produk dan informasi. Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan yaitu : 1. Feedback : data mengenai performa sistem. 2. Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan Informasi Untuk memahami konsep informasi, perlu untuk terlebih dahulu memahami konsep data. Data adalah kenyataan atau observasi mengenai fenomena tertentu atau transaksi bisnis tertentu yang merupakan pengukuran objektif dari karakteristik dari suatu objek pengamatan tertentu.

19 34 penggunanya. Informasi adalah data yang telah diolah sehingga memiliki makna tertentu bagi Sistem Informasi Sistem Informasi adalah sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya yang mengumpulkan, memproses dan menyalurkan informasi dalam suatu organisasi. Pengertian lainnya dari sistem informasi adalah sebagai suatu sistem yang menerima data sebagai input dan kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya. Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem informasi berbasis komputer dimana sistem disini menyangkut kombinasi dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, jaringan dan data yang berfungsi untuk melakukan kegiatan input, proses, output, penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber daya data menjadi produk berupa informasi. Sumber daya sistem informasi menurut O Brien (2003, p11-14) mencakup : 1. Sumber daya manusia Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi dalam melaksanakan kegiatan dan tugas mereka. Spesialis IS mencakup system analyst, pengembang software dan orang yang mengoperasikan sistem tersebut. 2. Sumber daya perangkat keras (hardware) Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang digunakan dalam mengolah informasi termasuk di dalamnya mesin seperti komputer (baik itu merupakan komputer desktop, laptop, mainframe, dan lain sebagainya) serta semua perlengkapan lainnya seperti media penyimpanan, media untuk input dan output.

20 35 3. Sumber daya perangkat lunak (software) Software mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perintah yang mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian instruksi untuk mengolah informasi seperti prosedur input data, prosedur untuk mengoreksi kesalahan. 4. Sumber daya data Data disini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka, alfabet maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan kejadian lainnya. Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan data seperti database. 5. Sumber daya jaringan Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi komunikasi wireless, microwave kabel serat optik dan lain sebagainya serta dukungan untuk jaringan seperti modem. Sistem Informasi menurut O Brien (2003, p24) terbagi atas tiga kategori yaitu : 1. Operations Support Systems Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam operasi bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal maupun eksternal tanpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya adalah untuk mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol proses bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi serta update database. Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah : a. Transaction Processing Systems Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate database operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis.

21 36 b. Process Control Systems Memonitor dan mengontrol proses industri. c. Enterprise Collaboration Systems Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam kegiatan perusahaan, tim dan kelompok kerja. 2. Management Support Systems Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif bagi para manager. Yang termasuk dalam Management Support Systems adalah : a. Management Information Systems Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang mendukung proses pembuatan keputusan bisnis. b. Decision Support Systems Menyediakan dukungan ad hoc untuk proses pengambilan keputusan bagi manager dan profesional bisnis lainnya. c. Executive Information Systems Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan. 3. Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan manajemen seperti: a. Expert Systems Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan masukan atau nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.

22 37 b. Knowledge Management Systems Sistem berbasis knowledge yang mendukung penciptaan, pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam perusahaan. c. Strategic Information Systems Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan bersaing. d. Functional Business Systems Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk fungsi bisnis mendasar dalam suatu perusahaan Sistem Informasi Manajemen McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki kepentingan yang saman yaitu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan. Output dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan khusus dan perhitungan matematis. Model SIM dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. Dimana ditunjukkan bahwa data dan informasi didapat dari lingkungan. Database digunakan oleh software untuk menghasilkan laporan dan model matematis juga digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dalam organisasi baik itu berupa manager maupun non manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk menunjukkan yang mana yang merupakan input dan output dari komponen system.

23 38 (Sumber : McLeod, 2000, p240) Gambar 2.4 Model Sistem SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua cara: 1. Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para manager dalam organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama untuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi. 2. Pemahaman dan identifikasi masalah Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus bagi manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila keputusan lebih lanjut tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal pemahaman penyebab dari masalah tersebut.

24 Daur Hidup Sistem (System Life Cycle) Daur Hidup Sistem adalah pengaplikasian pendekatan sistem untuk pengembangan sistem informasi dan subsistem berbasis komputer. Daur hidup sistem terdiri dari rangkaian tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan secara top-down sehingga dikenal dengan pendekatan air terjun (waterfall approach). Daur hidup sistem menurut McLeod (2001, p123) terdiri dari lima fase dimana empat fase pertama berkaitan dengan upaya pengembangan sistem sehingga dikenal dengan sebutan System Design Life Cycle (SDLC). Keempat fase tersebut adalah planning (perencanaan), analysis (analisa), design (perancangan) dan implementation (implementasi). Fase yang kelima adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung hingga sistem perlu untuk dirancang ulang atau dihentikan Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and Design) Analisa dan perancangan berorientasi objek (OOAD) menggunakan objek dan kelas sebagai konsep kunci dalam melakukan analisa dan perancangan. Objek sendiri adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behaviour. Dalam kegiatan analisa objek digunakan untuk mengelola pemahaman akan konteks sistem. Dalam perancangan objek digunakan untuk memahami dan mendefinisikan sistem. Kelas menurut Mathiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi struktur, behavioral pattern dan attributes yang sama. Kelas berguna untuk memahami dan menggambarkan objek dimana daripada mendeskripsikan masing-masing objek yang ada, akan lebih baik untuk membuat kelas yang berisi objek-objek dengan deskripsi yang sama.

25 40 Penganalisaan objek mendeskripsikan fenomena yang terjadi diluar sistem yang umumnya berdiri sendiri. Walaupun fenomena tersebut tidak dapat diatur namun tetap perlu diakui keberadaannya yang akan mempengaruhi sistem. Perancangan objek mendeskripsikan fenomena yang berada dalam sistem yang dapat dikendalikan. Keunggulan dalam OOAD menurut Mathiassen (2000, p5-6) adalah : a. Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem. Dimana OOAD memfokuskan dengan kejelasan yang sama antara sistem dan konteksnya. b. Hubungan yang erat antara analisa berorientasi objek dengan perancangan berorientasi objek, antar muka pengguna yang berorientasi objek dan programming yang berorientasi objek. Dalam kegiatan analisa, objek digunakan untuk menentukan system requirements dan dalam perancangan, objek digunakan untuk mendeskripsikan sistem. Objek juga digunakan untuk menggambarkan dan sebagai model dari situasi dalam organisasi mauun situasi di luar organisasi. c. Objek memungkinkan pemahaman dengan cara yang alami terhadap masalah yang dihadapi. Aktivitas dalam OOAD mencakup kegiatan utama yaitu problem domain analysis, application domain analysis, architecture design dan componen design. Selain itu terdapat juga kegiatan tambahan yaitu preliminary analysis yang dilakukan sebelum keempat aktivitas tersebut yang bertujuan untuk menentukan sistem yang dibutuhkan dengan cara memahami situasi yang ada mengumpulkan ide-ide.

26 41 Sumber: Mathiassen et al (2000, p15) Gambar 2.5 Aktivitas Utama dalam OOAD System Choice Perancangan sistem dimulai dengan mengumpulkan ide-ide mengenai sistem yang dibutuhkan serta mengumpulkan informasi mengenai situasi yang sedang dihadapai. Kegiatan ini merupakan preliminary analysis dimana pada tahap ini dilakukan perembukan demi tujuan pengumpulan ide mengenai sistem atau keadaaan yang ada saat ini dari berbagai sudut pandang pihak-pihak yang terlibat di dalamnya serta ide-ide berkaitan dengan sistem yang diinginkan dan dibutuhkan. Hasil dari preliminary analysis ini adalah system definition yang menggambarkan pilihan sistem yang akan dikembangkan. System definition menjelaskan konteks sistem, informasi yang

27 42 harus dikandung dalam sistem, fungsi-fungsi dalam sistem, penggunaan serta batasan-batasan yang harus diperhatikan. Dalam kegiatan preliminary analysis juga ditentukan FACTOR yang mana seperti dinyatakan oleh Mathiassen (2000, p39-40) merupakan enam kriteria : a. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application domain. b. Application domain : Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan mengontrol problem domain. c. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. d. Technology : Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem. e. Objects : Objek utama dalam problem domain f. Responsibility : Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteksnya. Mathiassen (2000, p40) juga menyatakan bahwa FACTOR dapat digunakan dalam dua cara. Yang pertama adalah FACTOR dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembuatan system definition, dimana keenam kriteria FACTOR dipertimbangkan formulasinya. Pada tahap ini, FACTOR terlebih dahulu didefinisikan baru kemudian ditentukan system definitionnya. Cara kedua adalah dengan mendefinisikan terlebih dahulu system definition dan kemudian menggunakan keenam kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system definition yang dibuat telah memenuhi keenam faktor tersebut.

28 Problem Domain Analysis Problem domain analysis berfokus pada upaya untuk mengetahui apa-apa saja informasi yang perlu untuk ditangani oleh sistem. Kegiatan dalam problem domain analysis mencakup aktivitas kelas berupa penentuan objek, kelas dan event yang dirangkum dalam event table. Kelas dan objek tersebut kemudian dibuat modelnya berdasarkan relasi struktural antara kelas dan objeknya, untuk kemudian dilakukan pendeskripsian dari atribut dan behavior dari kelas dan objek tersebut Aktivitas Kelas Aktivitas kelas dalam problem domain analysis merupakan kegiatan abstraksi, klasifikasi, dan pemilihan. Abstraksi merupakan kegiatan dimana problem domain diabstraksikan dalam bentuk objek dan kelas. Objek dan kelas tersebut kemudian diklasifikasikan dan kemudian dilakukan pemilihan kelas dan event yang digunakan untuk memodelkan problem domain. Konsep kelas dan event ini merupakan upaya untuk mendifinisikan dan membatasi problem domain. Event table merupakan tabel yang merangkum kelas dan event dimana dalam event table akan ditunjukkan event dimana objek tertentu terlibat di dalamnya dan juga event apa saja yang mempengaruhi objek tersebut Aktivitas Struktural Bila dalam aktivitas kelas, kelas dan objek dikarakterisasi berdasarkan eventnya maka pada aktivitas struktural hal ini dikembangkan dengan menambahkan pendeskripsian hubungan struktural antara kelas dan objek tersebut. Sruktur ini kemudian digambarkan dalam suatu class

29 44 diagram (diagram kelas). Struktur menurut Mathiassen (2000, p72-77) terbagi atas dua yaitu struktur antar objek dan struktur antar kelas : 1. Struktur antar kelas, yaitu: Generalisasi Merupakan hubungan struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan adalah dimana subclass (kelas yang khusus) juga adalah superclass (kelas yang umum). Contohnya adalah antara kendaraan dengan truk dimana kendaraan adalah superclass dan truk adalah subclass dimana dapat dinyatakan bahwa truk adalah kendaraan. Dalam konsep generalisasi ini segala yang merupakan property dari superclass juga berlaku bagi subclassnya. 2. Struktur antar objek a. Agregasi Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan bahwa salah satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek keseluruhan. Hubungan asosiasi dapat dinyatakan sebagai hubungan bagian dari. Contohnya adalah pada objek mobil dan roda dimana roda dapat dinyatakan sebagai bagian dari mobil. b. Asosiasi Hubungan asosiasi merupakan hubungan antara dua atau beberapa objek yang tidak mengimplikasikan adanya peringkat antar objek yang dihubungkannya tersebut. Asosiasi tidak memiliki nama, dimana bila tampak perlu untuk pemberian nama maka itu menandakan adanya kelas penghubung yang belum didefinisikan untuk hubungan tersebut.

30 Aktivitas Behavior Pada aktivitas ini dilakukan pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola behavior) dari setiap kelas. Pola behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan event traces untuk semua objek dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event yang melibatkan onjek tertentu. Mathiassen (2000, p93) menyatakan bahwa behavioral pattern memiliki tiga bentuk yaitu sequence (urutan), selection (pemilihan) dan iteration (perulangan). Sequence merupakan pola dimana event terjadi setelah event tertentu diselesaikan. Selection merupakan pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa kemungkinan event yang dapat terjadi. Iteration merupakan pola event yang dapat terjadi berulang-ulang. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan behavioral pattern adalah event yang menyebabkan tebentuknya objek dalam sebuah problem domain dan event yang menyebabkan hilangnya objek tersebut. Hal lainnya adalah bahwa behavioral pattern harus mampu menggambarkan event traces yang diperbolehkan dan yang tidak legal. Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas tersebut diterminasi Application Domain Analysis Application domain analysis berfokus pada upaya untuk menjawab pertanyaan bagaimana sistem akan digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan pendefinisian use cases, actor, function dan interface dari system. Kegiatan analisa dapat dimulai baik dari analisa problem domain maupun pada analisa application domain masing-masing dengan titik berat yang

31 46 berbeda. Dimana bila diawali dengan application domain analysis maka fokus akan terletak pada pekerjaan pengguna sementara dengan memulai dari problem domain analysis fokus terletak pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya pada antarmuka sistem tersebut. Dengan memulai dari problem domain analysis yang walaupun lebih sulit dibandingan dengan application domain analysis terdapat kelebihan berupa pendeskripsian object oriented yang lebih baik. Sementara problem domain lebih stabil sementara application domain lebih rentan terhadap perubahan. Bila terdapat perubahan pada problem domain maka fungsi dan antarmuka pasti berubah namun perubahan pada application domain dapat tidak menyebabkan perubahan pada problem domain Usage Dalam aktivitas ini dilakukan pendefinisian bagaimana pengguna (user) berinteraksi dengan sistem. Hal ini dilakukan dengan pendefinisian use case dan actor. Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Actor adalah abstraksi dari pengguna ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Use case memungkinkan suatu pemahaman atas sistem dari sudut pandang pengguna dan menyediakan dasar bagi pendefinisian dan pengevaluasian fungsi dan antarmuka. Hasil dari aktivitas ini adalah use case diagram yang menggambarkan nteraksi antara actor dan use case.

32 Functions Function (fungsi) adalah fasilitas yang memungkinkan model agar berguna bagi para actors. Aktivitas ini berguna untuk menentukan kapabilitas dari pemrosesan sistem informasi dimana function yang kompleks perlu untuk diberikan perhatian lebih. Mathiassen (2000, p138) menyatakan bahwa terdapat empat tipe function yaitu : 1. Update : fungsi yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan menghasilkan perubahan di status dari model. 2. Signal : diaktifkan oleh perubahan status dari model dan mengakibatkan reaksi baik berupa tampilan bagi para aktor yan menyatakan hal tersebut atau intervensi langsung dalam problem domain. 3. Read : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian tertentu dari model yang berhubungan. 4. Compute : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors yang perlu melibatkan komputasi dari informasi yang disediakan oleh para actos ataupun model. Hasilnya adalah berupa hasil komputasi tersebut Antarmuka Antarmuka merupakan fasilitas yang memungkinkan model sistem dan function dari sistem agar dapat digunakan oleh para actors. Antarmuka sendiri dapat dibedakan atas antarmuka pengguna dengan antarmuka sistem. Hasil dari kegiatan analisa antarmuka adalah navigation diagram yang menggambarkan setiap windows dan bagaimana hubungan antara setiap windows dan bagaimana mengakses setiap windows tersebut. Hasil lainnya adalah berupa sequence diagram dimana pada diagram ini

33 48 dijelaskan interaksi antar objek-objek melalui pesan-pesan yang disampaikan antar objek tersebut Architecture Design Perancangan arsitektur merupakan suatu usaha untuk menstrukturisasi sistem berdasarkan bagian-bagiannya untuk memenuhi kriteria perancangan tertentu. Kegiatan perancangan arsitektur terbagi atas dua kegiatan yaitu arsitektur komponen dan arsitektur proses. Arsitektur komponen berfokus pada aspek yang lebih stabil (kelas) dan merupakan struktur untuk keperluan deskripsi. Arsitektur proses lebih berfokus pada aspek yang dinamis (objek) dan menstrukturisasi proses dalam sistem agar terkoordinasi dan efisien. Arsitektur proses lebih berhubungan dengan pertimbangan fisikal dibandingkan dengan arsitektur komponen yang lebih berhubungan dengan aspek logikal. Kegiatan dalam perancangan arsitektur menurut Mathiassen (2000, p176) adalah: Prioritas perancangan (kriteria) Kriteria merupakan kondisi atau sifat yang lebih diutamakan dalam suatu arsitektur. Perancangan yang baik perlu untuk menyeimbangkan antara berbagai kriteria dan karena kriteria-kriteria ini bisa jadi saling bertentangan maka prioritas dari kriteria tersebut menjadi penting. Kriteria-kriteria tersebut adalah : 1. Usable : Kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan kerja dan konteks teknis dalam organisasi tersebut. 2. Secure : Pencegahan terhadap akses yang tidak diijinkan terhadap data dan fasilitas sistem.

34 49 3. Efficient : Eksploitasi ekonomis dari fasilitas teknis sistem. 4. Correct : Pemenuhan kebutuhan sistem. 5. Reliable : Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi - fungsi sistem. 6. Maintainable : Biaya untuk memperbaiki defect dari sistem. 7. Testable : Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi sesuai sebagaimana mestinya. 8. Flexible : Biaya untuk mengubah sistem yang dibuat. 9. Comprehensible : Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman atas sistem. 10. Reuseable : Potensi untuk menggunakan bagian dari sistem dengan sistem terkait lainnya. 11. Portable: Biaya untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain. 12. Interoperable : Biaya untuk penggunaan sistem dengan sistem yang lain. Perancangan yang baik umumnya memiliki kriteria usable, flexible dan comprehensible. Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem dengan penerapannya dalam pekerjaan user. Flexible dan comprehensible membantu dalam perancangan dan pengimplementasian kegiatan Pendefinisian komponen Komponen adalah kumpulan dari bagian program dengan tanggung jawabnya masingmasing. Arsitektur komponen adalah struktur sistem dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Arsitektur komponen yang baik akan membantu pemahaman sistem, pengaturan perancangan dan menunjukkan kestabilan dari sistem tersebut.

35 50 Komponen sistem memiliki tiga bagian yaitu : 1. User interface : bertanggung jawab untuk membaca perintah dari tombol dalam tampilan, dan mengupdate tampilan yang memungkinkan interaksi antara pengguna dengan sistem. 2. Model : bertanggung jawab dalam menampung objek. 3. Function : bertanggung jawab dalam menyediakan fungsi dari sistem. Terdapat tiga pola arsitektur yaitu : 1. The layered architecture pattern Arsitektur ini memiliki beberapa komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-lapisan dimana terdapat antarmuka atas dan bawah. Antarmuka atas mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan atas sementara antarmuka bawah mendeskripsikan operasi yang dapat diakses oleh komponen dari lapisan dibawahnya. 2. The generic architecture pattern Arsitektur ini terdiri model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan dengan function diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas. Perangkat teknis bisa diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini terhubung dengan model dan interface. 3. The client-server architecture pattern Dikembangkan untuk sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang berbeda. Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan beberapa klien dimana klien-klien ini menggunakan server secara independen satu sama lainnya.

36 Pendefinisian Proses Arsitektur proses merupakan struktur pengeksekusian sistem yang terdiri dari prosesproses yang interdependent. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisik dari sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram. Deployment diagram menjelaskan konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang terkait dengan processor dimana processor adalah unit yang melakukan proses Component Design Sistem komponen yang umum terdiri atas komponen fungsi dan komponen model. Perancangan komponen terdiri dari kegiatan untuk mendefinisikan kedua komponen tersebut dan bagaimana menghubungkan komponen-komponen. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan penerapan kebutuhan dalam kerangka kerja arsitektur Model Component Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Tujuan dari model component adalah untuk mengantarkan data historis dan masa kini ke functions, antarmuka dan juga bagi pengguna serta sistem lain yang menggunakannya. Hasil dari kegiatan ini adalah revised class diagram dari hasil analisa event dan struktur kelas yang ada Function Component Funciton component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan apa yang menjadi keperluan fungsional. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan akses terhadap model kepada antarmuka pengguna dan sistem lainnya. Dengan demikian function component

37 52 adalah penghubung antara model dan penggunaannya. Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Spesifikasi bagi operasi yang kompleks dapat digambarkan dalam bentuk operation specification, sequence diagram atau statechart diagram.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang akan dibuat agar penelitian dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari penelitian. 2.1.Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas et al. (2005, p.15), Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang 127 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 The Task 4.1.1 Purpose Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang dimulai dari pendataan bahan yang baru, bahan masuk yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Laudon dan Laudon (2002, p7) menyatakan sistem informasi dapat didefinisikan secara teknik sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah dan sistematis, maka digunakan flowchart sebagai pedoman dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 78 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah produk unit karoseri yang pernah diproduksi oleh PT. Karyatugas Paramitra dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil Kisi- kisi BINUS 2011 1. Jelaskan apa yg anda ketahui tentang Good Design? Desain yang baik memiliki sedikit kelemahan utama Sebuah desain yang baik bertujuan untuk mecapai properti yang bagus dan pada

Lebih terperinci

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang L8 Gambar Window Laporan Fisik Persediaan L9 Gambar Window Laporan Status Persediaan L10 Gambar Window Laporan Management by Exception L11 L12 Descriptions

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007 / 2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN PADA NOTEBOOK88

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM

OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM Niken Parwati¹, Erwin Kurnia Iwan¹ ¹Program Studi Teknik Industri Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Data historis penjualan yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Dalam ISO 9000:2005, kualitas didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Diagram alir dibawah ini menunjukkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan sesuatu, sedangkan proses adalah suatu metode atau cara yang dilakukan. Menurut Assauri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem pemesanan makanan dan minuman yang saat ini sedang berjalan pada Rumah Makan Dapur Runi masih menggunakan cara manual

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Mulai Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Diagram alir untuk memecahkan permasalahan di PT. Krakatau Steel yang digunakan adalah sebagai berikut : Mulai Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu 6 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Proses analisis dengan perhitungan untuk suatu proyek kontraktor secara manual terasa kurang efektif, oleh sebab itu diperlukan alternatif penyelesaiannya

Lebih terperinci

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa 162 5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis dan perancangan sistem informasi berikut menggunakan alat bantu yang dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa permodelan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mampu memperkirakan dan merincikan seluruh dokumen ataupun prosedur yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mampu memperkirakan dan merincikan seluruh dokumen ataupun prosedur yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis terhadap sistem yang berjalan dimaksudkan untuk mempelajari terhadap suatu sistem yang sedang dijalanakan oleh suatu organisasi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

Menurut Arsyad (2001: 7), peramalan menunjukkan perkiraan yang. akan terjadi pada suatu keadaan tertentu. Ramalan menjadi input bagi proses

Menurut Arsyad (2001: 7), peramalan menunjukkan perkiraan yang. akan terjadi pada suatu keadaan tertentu. Ramalan menjadi input bagi proses 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka sudah semestinya setiap organisasi perusahaan mempersiapkan sebuah sistem yang baik agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005: 116) definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut George H. Bodnar (2000, p6), sistem informasi akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI PENJUALAN JASA DAN

Lebih terperinci

BINUS UNIVERSITY. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BINUS UNIVERSITY. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 BINUS UNIVERSITY Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PEMESANAN BAHAN BAKU

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis melakukannya pada Rental Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2 sebanyak 92% pada incident bisnis kritis pada tahun 2003. Dari beberapa fakta di atas terbukti bahwa ITIL framework dapat memberikan solusi penanganan incident di perusahaan. Pada penelitian ini, ITIL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 6 METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM

BAB 6 METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM BAB 6 METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM Konsep siklus hidup cocok dengan segala sesuatu yang lahir, tumbuh berkembang menjadi matang dan akhirnya mati. Pola ini juga berlaku untuk berbasis komputer seperti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah.

penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah. Untuk lebih memahami langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Herlambang (2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Skripsi Sarjana Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Semester Ganjil 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Management ( hal.18 bag.1 konsep dasar SIM ). Bahwa sistem adalah kumpulan dari subsistem/ komponen/ bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan 199 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 Component Design 4.1.1 Model Component Berikut ini merupakan analisis terhadap classes dan behaioral pattern yang diperoleh pada tahap Problem Domain Analysis

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 3 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Agregat

Lebih terperinci

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama BAB 4 Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian bahan baku PT. Siaga Ratindotama 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu kita menganalisis sistem yang sedang berjalan di perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf dan Tambunan (2000, p4), sistem informasi adalah penggunaan teknologi komputer dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan dalam memperoleh berbagai data untuk diproses menjadi informasi yang lebih akurat sesuai permasalahan yang akan diteliti.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN Level Sistem Informasi pada Perusahaan Sistem dalam suatu perusahaan terbagi menjadi empat level, yaitu: Operasional ( Operational-level Systems ) Pengetahuan ( Knowledge-level

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. Jenis program ini mempunyai sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. Jenis program ini mempunyai sifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Aplikasi Menurut Supriyanto (2005: 117) aplikasi adalah software program yang memiliki aktifitas pemrosesan perintah yang diperlukan untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda 2006-2007 Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PT. SINAR SOSRO Jennifer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Menurut Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc; 2011:1. Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

Tujuan 04/07/ :01

Tujuan 04/07/ :01 Sistem Basis Data : Perancangan Perangkat Lunak Tujuan Mahasiswa mampu memahami analisis dan desain model database Mahasiswa paham dan mengerti konsep desain database Mahasiswa mengerti desain arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup kegiatannya diantaranya adalah melakukan pemesanan barang,

Lebih terperinci

FASE PENGEMBANGAN. MPSI sesi 7 & 8

FASE PENGEMBANGAN. MPSI sesi 7 & 8 FASE PENGEMBANGAN MPSI sesi 7 & 8 Fase Pengembangan Pelaksanaan pekerjaan pengembangan ini pada dasarnya adalah membangun sistem informasi dengan deliverables berupa software dan bagianbagian pendukungnya,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1.

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1. 74 BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN 4.1. Analysis 4.1.1. Rich Picture Rich Picture yang menggambarkan proses Sistem Informasi Manejemen Persediaan yang baru ditampilkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Penulis mengadakan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA 4.1. The Task 4.1.1. Purpose Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung kegiatan dari setiap pengguna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Menurut (Soemarso, 2009) akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi,semua sistem pada bidangbidang tersebut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN PADA PT KEBAYORAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sekarang ini memberi pengaruh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sekarang ini memberi pengaruh yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sekarang ini memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat. Mulai dari pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Heizer dan Render (2006:4) manajemen operasi (operation management-om) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem yang telah ada, dimana analisis sistem merupakan proses mempelajari suatu

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem yang telah ada, dimana analisis sistem merupakan proses mempelajari suatu BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Tahapan yang diperlukan didalam pembuatan suatu progaram yaitu menganalisis sistem yang telah ada, dimana analisis sistem merupakan proses mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam pembuatan tugas akhir Sistem Informasi Administrasi Salon SN berbasis desktop ini dilakukan beberapa tinjauan sumber pustaka, dan berikut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 60 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Tugas Akhir 61 Gambar 3.1 Flow Chart Tugas Akhir (Lanjutan) Wawancara dan Observasi Lapangan Wawancara dilakukan untuk mengetahui alur proses bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membangun sebuah perangkat lunak merupakan sebuah proses yang rumit, dan pada 25 tahun terakhir, para peneliti telah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan. atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.

BAB II LANDASAN TEORI. harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan. atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjualan Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh

Lebih terperinci