BAB II PUISI, PENERJEMAHAN PUISI DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PUISI, PENERJEMAHAN PUISI DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS"

Transkripsi

1 BAB II PUISI, PENERJEMAHAN PUISI DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS 2.1. Puisi Pengertian Puisi Puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poet yang berarti mencipta (Supendi, 2008:8). Definisi puisi ini juga tercantum dalam situs sebagai berikut. «Le mot «poésie» vient du grec ποιεν (poiein) qui signifie «faire, créer» : le poète est donc un créateur, un inventeur de formes expressives, ce que révèlent aussi les termes du Moyen Âge, comme trouvère et troubadour. Le poète, héritier d'une longue tradition orale, privilégie la musicalité d'où, dans la plupart des textes poétiques, le recours au vers qui apporte aussi la densité»(2011) Pengertian puisi tersebut diterjemahkan bebas sebagai berikut. Kata puisi berasal dari bahasa Yunani ποιεν (poiein) yang berarti membuat, mencipta : sedangkan penyair adalah seorang pencipta, seorang penemu bentuk-bentuk eskspresif yang juga mengungkapkan istilah-istilah pada Abad Pertengahan, seperti trouvère dan troubadour (penyair dari Prancis Utara). Puisi mewariskan bahasa tutur tradisional, yang mengutamakan irama dalam beberapa teks puisi, juga menggunakan kepadatan makna Menurut istilah, pengertian puisi mengalami perubahan dalam beberapa aspek. Dahulu orang Indonesia menganggap bahwa puisi adalah karya sastra yang terikat oleh banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, rima dan irama (Wirjosoedarmo dalam Pradopo, 2009 :5) yang disebut dengan puisi lama. Contoh puisi lama yang mempunyai aturan baku adalah pantun, syair dan gurindam. 9

2 10 Pengertian tersebut sudah tidak relevan lagi digunakan saat ini karena sejak tahun 1940-an, puisi mengalami perubahan bentuk. Perubahan tersebut dapat terlihat dari puisi-puisi baru yang lahir sekitar tahun 1940-an. Seperti yang nampak dalam puisi Chairil Anwar berikut ini. Kesabaran Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing menggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Maret 1943 (Aku ini Binatang Jalang, Ed. Pamusuk Erneste) Jelas sekali terlihat bahwa puisi di atas tidak terikat dengan jumlah kata dalam baris dan jumlah baris dalam bait. Adapun Atmazaki (1991 :7) menukil pendapat Kleden (1983) bahwa hakikat puisi bukanlah susunan kata-kata yang membentuk baris dan bait, melainkan sesuatu yang terkandung di dalam kata, baris dan bait itu. Tegasnya, puisi adalah keindahan dan suasana tertentu yang tekandung di dalam kata-kata. Dari penjelasan puisi di atas, terlihat beberapa persamaan mengenai karakteristik sebuah puisi. Priyanti (2010 : 65) menyampaikan keempat persamaan tersebut sebagai berikut. a. Menggunakan persajakan yang estetis. b. Menggunakan diksi yang padat makna. c. Fungsi utama puisi adalah mengekspresikan ide-ide pengarang bukan menceritakan sesuatu.

3 11 d. Bahasa yang digunakan bersifat monolog, artinya hanya ada satu pembicara atau pencerita yang membawakan seluruh teks Unsur Pembangun Puisi Puisi sebagai sebuah karya sastra mempunyai unsur-unsur pembangunnya. Unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra namun tetap mempengaruhi karya sastra sebagai karya seni (Priyatni, 2010) Unsur Intrinsik Priyatni (2010 :67) menyebutkan bahwa unsur intrinsik puisi terdiri dari judul, diksi, imaji, bahasa figuratif, bunyi, rima, ritme dan tema. Atmazaki (1991 : 70) dan Pradopo (2009 :100) menambahkan aspek tata bahasa dan tipografi dalam sajak sebagai salah satu unsur intrinsik puisi. Berbeda dengan Waluyo (dalam Supendi, 2008 :12) yang berpendapat bahwa puisi dibangun oleh unsur pokok yakni unsur batin dan unsur fisik. Unsur batin puisi terdiri dari tema, nada, perasaan dan amanat sedangkan unsur fisik terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, versifikasi dan tipografi puisi. Berikut ini adalah pengertian mengenai unsur-unsur tersebut. a. Tema : gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo dalam Supendi, 2008 : 13). b. Judul : pokok pikiran yang mewakili keseluruhan isi puisi dan terletak pada bagian awal puisi.

4 12 c. Diksi : pemilihan kata yang tepat dan mengandung arti yang dimaksud dalam membuat puisi untuk dapat mengekspresikan pengalaman jiwa dan mencurahkan perasaan penyair (Pradopo, 2009 : 54). d. Imaji : pencitraan atau cara penyair menggambar sesuatu dalam puisi karyanya. Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan Alterbernd dalam Pradopo (2009 : 79) bahwa citraan (imagery) adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedang setiap gambar pikiran disebut citra (image). e. Bahasa figuratif/ Majas : bahasa kiasan yang timbul dan menyebabkan puisi menjadi indah dan menarik serta mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungannya dengan sesuatu yang lain (Alterbernd dalam Pradopo, 2009 : 62). f. Rima : persamaan bunyi akhir kata dalam puisi. Abraham dalam Pradopo (2009:81) mengatakan bahwa rima menyangkut bunyi vokal-huruf hidupyang diberi tekanan dan bunyi yang mengikuti vokal itu. g. Ritme : irama yang menyebabkan pergantian turuan naik, panjang pendek, keras lembut ucapan yang teratur tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya nyanyian jiwa penyairnya (Pradopo, 2009:40). h. Aspek tata bahasa : dalam puisi terdapat istilah licentia poetica atau kebebasan sastrawan untuk memanipulasi penggunaan bahasa agar menimbulkan efek tertentu dalam karyanya.

5 13 i. Tipografi : Atmazaki (1991:23) menyampaikan bahwa tipografi puisi adalah penyusunan baris dan bait sajak atau puisi dengan mempertontonkan aspek visualnya, atau sering disebut ukiran bentuk yang tersusun kata, frase, dan bait. j. Nada atau tone : sikap penyair terhadap pembaca atau terhadap penikmat karyanya pada umumnya, apakah menggurui, menasehati, menyindir, dll (Situmorang dalam Supendi, 2008 : 14). k. Perasaan : sikap penyair terhadap subject-matter atau pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya (Situmorang dalam Supendi, 2008: 13). l. Amanat atau tujuan : tujuan penyair dalam menciptakan puisi karyanya, biasanya bergantung pada pekerjaan, cita-cita, haru pandangan hidup dan keyakinan penyair (Supendi, 2008:14) Unsur Ekstrinsik Priyatni (2010: 74-78) mengungkapkan bahwa unsur ekstrinsik puisi terdiri dari aspek historis, aspek psikologis, aspek filsafat, aspek sosiologis dan aspek religius. Wellek dan Warren (1989: ) yang telah membahas unsur ekstrinsik jauh sebelumnya, menambah aspek biografi sebagai unsur ekstrinsik sebuah karya Ketidaklangsungan Ekspresi Puisi Puisi mengandung makna yang sering kali tersembunyi dalam setiap kata maupun ekspresi bentuknya. Riffaterre dalam Pradopo (2009 : 209) menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga penyebab ketidaklangsungan ekspresi

6 14 puisi tersebut. Ketiga penyebab tersebut adalah pergantian arti (displacing), penyimpangan arti (distrorting) dan penciptaan arti (creating of meaning). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga penyebab tersebut Penggantian Arti (Displacing) Pergantian arti sering kali terjadi pada bahasa kiasan atau bahasa yang mengkiaskan sesuatu. Hal ini berarti suatu kata (kiasan) menunjukkan hal lain (tidak menunjukkan makna aslinya). Misalnya metafora dan metonimi, yang terdapat dalam sajak Chairil Anwar ini. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda (Anwar, 2004: 42) Kata mawar dan melati dalam puisi tersebut, tidak benar-benar menunjukkan mawar dan melati dalam arti sesungguhnya, yakni nama bunga. Tetapi menunjukkan sesuatu yang indah dan cinta yang suci (Pradopo, 2009: 212) Penyimpangan Arti (Distrosting) Raffaterre (dalam Atmazaki, 1991 :49) menyampaikan bahwa penyimpangan arti akan terjadi apabila terdapat ambiguitas, kontradiksi ataupun nonsense dalam puisi. Ambiguitas artinya terdapat makna ganda, tafsiran yang lebih dari satu. Sedangkan kontradiksi maksudnya adalah makna yang berlawanan dari makna aslinya. Biasanya penyair menggunakan majas ironi bahkan sarkasme untuk

7 15 menyindir kalangan tertentu. Adapun nonsense adalah bentuk kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, misalnya gabungan dari dua kata Penciptaan Arti (Creating of Meaning) Penciptaan arti terjadi karena adanya pemanfaatan terhadap ruang tertentu. Misalnya simitri, rima, enjembement, homologue, dll. Homologue atau persamaan posisi yang biasanya terdapat pada pantun. salah satu contohnya adalah makna yang menguat dan kejelasan karena pengulangan bunyi dan parallelisme. Misalnya bait puisi Rendra (dalam Pradopo, 2009 :220). Elang yang gugur tergeletek Elang yang tergugur terebah Satu harapku pada anak Ingatkan pulang pabila lelah Bait puisi di atas menunjukkan pensejajaran bentuk membuat pensejajaran arti. Setinggi apapun elang terbang akan hinggap pula bila hendak istirahat, begitu pula si anak, ia akan pulang bila lelah Penerjemahan Puisi Hakikat Penerjemahan Puisi Penerjemahan merupakan kegiatan mengalihkanbahasakan suatu teks bahasa sumber (BSu) ke dalam teks bahasa sasaran (BSa) dalam padanan yang sesuai. Machali (2009 :30) menyebutkan bahwa penerjemahan merupakan sebuah produk dan proses. Disebut produk karena merupakan hasil dari pekerjaan seorang penerjemah sedangkan disebut proses karena penerjemahan dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu. Penerjemahan puisi termasuk ke dalam penerjemahan yang sulit seperti halnya yang diungkapkan Newmark (1988 :162) sebagai berikut.

8 16 the translation of serious literature and authoritative statements is the most testing type of translation, because the first, basic articulation of meaning (the word) is as important as the second (the sentence or, in poetry, the line) and the effort to make word, sentence and text cohere requires continuous compromise and readjustment. Kutipan di atas diterjemahkan bebas sebagai berikut. penerjemahan karya sastra tertentu dan pernayataan seseorang adalah hal yang tersulit dalam terjemahan karena, alasan pertama adalah artikulasi dasar makna (kata) yang sama pentingnya dengan alasan kedua yaitu kalimat atau lirik dalam puisi dan usaha untuk membuat kata, kalimat, dan teks yang sesuai yang kemudian bisa dipahami dan dipertanggungjawabkan Sekaitan dengan hal itu, Pardede (2009) juga menyampaikan bahwa puisi mempunyai nilai-nilai estetik dan nilai-nilai ekspresif. Nilai estetik atau nilai keindahan sebagai sarana yang digunakan penyair untuk menyampaikan keindahan puisi melalui penggunaan diksi (pemilihan kata), metafora, imageri dan bahasa figuratif. Sedangkan nilai ekspresif sebagai sarana penyampaian pikiran dan emosi pengarang melalui struktur, rima, dan pelafalan. Kesulitan penerjemahan puisi terletak pada bagaimana menghadirkan kembali nilai-nilai estetik dan ekspresi pada puisi terjemahan tersebut sehingga keindahan puisi tersebut tidak hilang. Namun, Suryawinata dan Hariyanto (2007 : 163) berpendapat bahwa sekuat apapun nilai-nilai estetik sebuah puisi, pasti puisi itu mengandung makna yang tertata rapi dalam setiap pilihan katanya. Sehingga penekanan-penekanan tertentu dalam penerjemahan, misalnya pada gaya atau lirik tidak perlu terjadi karena keindahan dalam puisi adalah keberhasilan penyair dalam menghadirkan makna yang ingin disampaikannya dengan kata-kata yang indah. Begitu pula seorang penerjemah puisi dikatakan berhasil bila mampu

9 17 menghadirkan kembali makna yang terkandung dalam puisi tersebut dengan padanan yang sesuai. Sekaitan dengan hal tersebut, Machali (2009: 140) menegaskan bahwa kesepadanan (equivalence) bukan berarti kesamaan. Kesepadanan pada zaman sekarang dikaitkan pada fungsi teks dan metode atau teknik yang digunakan dan sesuai dengan fungsi teks tersebut. Sehingga kesepadanan diukur secara menyeluruh, artinya perubahan apaun yang terjadi yang sifatnya lokal, yakni menyangkut kata, frase dan kalimat harus dilihat dari fungsinya yang lebih tinggi. Sejauh fungsi teks dalam bahasa sasaran tidak bergeser dari fungsi aslinya, maka teks tersebut sepadan dengan aslinya Metode Penerjemahan Puisi Suryawinata dan Hariyanto (2007) merangkum beberapa pendapat ahli, yakni Nida dan Taber, Larson dan Newmark mengenai klasifikasi terjemahan umum berdasarkan metode atau proses penerjemahannya. Klasifikasi terjemahan tersebut adalah sebagai berikut. a. Terjemahan Harfiah Menurut Nida dan Taber (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 40), penerjemahan harfiah adalah penerjemahan yang mempertahankan struktur kalimat BSu-nya walaupun strukturnya tidak berterima dalam Bsanya. Hal ini sama dengan pendapat Larson (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 40). Jika penerjemahan itu menggunakan struktur yang berterima dalam Bsa, maka disebut terjemahan harfiah yang dimodifikasi.

10 18 Adapun Newmark (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 41) berpendapat bahwa terjemahan harfiah harus menggunakan struktur kalimat yang berterima dengan Bsa-nya. Jadi, terjemahan harfiah versi Newmark sama dengan terjemahan harfiah yang dimodifikasi versi Larson. b. Terjemahan Dinamis Nida dan Taber dalam Suryawinata dan Hariyanto (2007: 41) berpendapat bahwa terjemahan yang berpusat pada konsep tentang padanan dinamis dan menjauhi konsep padanan formal atau bentuk yang dekat dekali dengan konsep terjemahan harfiah. c. Terjemahan Idiomatis Larson (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 45) mengkontraskan terjemahan idiomatis dengan terjemahan harfiah. Bertolak belakang dengan terjemahan harfiah yang berusaha meniru bentuk BSu, maka terjemahan idiomatis adalah terjemahan yang menggunakan kata-kata dan struktur yang luwes dalam BSa. Sehingga hasil terjemahan idiomatis tidak akan terasa sebagai hasil terjemahan, tetapi seperti tulisan asli dalam BSa. d. Terjemahan Semantis dan Terjemahan Komunikatif Kedua konsep terjemahan ini merupakan pendapat Newmark sebagai kontribusi yang besar terhadap konsep penerjemahan (Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 48). Terjemahan semantis adalah terjamahan yang mempertahankan struktur semantik dan sintaksis serta makna kontekstual dari teks BSu. Oleh karena itu nilai-nilai budaya dalam teks BSu harus tetap hadir dalam BSa. Salah satu contohnya adalah terjemahan Kitab Al-Qur`an.

11 19 Adapun terjemahan komunikatif adalah terjemahan yang berusaha menciptakan efek BSu yang sama dalam terjemahan BSa. Oleh karena itu, terjemahan BSa tidak boleh kaku dan mudah dimengerti oleh pembaca.newmark memperkenalkannya dalam bentuk bagan berikut ini. Gambar 2.1 Jenis-Jenis Terjemahan Menurut Newmark Berpihak pada BSu harfiah (literal) setia (faithful) semantis Berpihak pada BSa bebas (free) idiomatik (idiomatic) komunikatif Adapula Andcare Lefevere (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007 :160) mencatat tujuh metode penerjemahan puisi yang biasa dilakukan penerjemah Inggris untuk menerjemahkan puisi-puisi karya Catullus. Ketujuh metode itu adalah sebagai berikut : a. Terjemahan fonetik Metode penerjemahan ini beusaha untuk menghasilkan kembali suara dari BSu ke dalam BSa. Dalam waktu bersamaan penerjemah mengalihkan makna puisi asal BSu ke dalam BSa. b. Terjemahan literal Metode ini adalah metode penerjemahan puisi dengan menekankan pada proses penerjemahan yaitu penerjemahan kata per kata ke dalam BSa. Namun, penerjemahan literal ini mempunyai kelemahan-kelemahan yang fatal, yakni sering kali makna hasil terjemahan tersebut tidak berhasil

12 20 dihadirkan dalam BSu. Selain itu, sruktur frase dan bentuk akan melenceng jauh dalam BSu. c. Terjemahan irama Terjemahan dengan metode ini menekankan pada penerjemahan yang berusaha memproduksi irama dalam BSu. Penerjemahan dengan metode ini mengacaukan makna dan memporak-porandakan sturktur hasil terjemahan dalam BSu. d. Terjemahan puisi ke prosa Yaitu metode penerjemahan dengan menerjemahkan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa. Penerjemahan ini mempunyai beberapa kelemahan, yakni hilangnya makna, musnahnya nilai komunikatif penyair dan pembaca serta hilangnya keindahan puisi. e. Terjemahan bersajak Dalam metode penerjemahan bersajak ini, penerjemahan dilakukan dengan mengutamakan pemindahan rima akhir larik puisi ke dalam puisi terjemahannya. Walaupun secara fisik kelihatan sama, tetapi jika dilihat maknanya, belum tentu hasil penerjemahan ini memuaskan. f. Terjemahan puisi bebas Penerjemahan ini memungkinkan penerjemah untuk mendapatkan ketepatan padanan kata dalam BSa dengan baik, dan kadar kesastraannya pun bisa dipertanggungjawabkan. Di sisi lain, masalah rima dan irama sering kali diabaikan. g. Interpretasi

13 21 Lefevere mengajukan dua jenis terjemahan yang masing-masing disebut sebagai versi dan imatasi. Suatu versi puisi dalam BSa mempunyai isi atau makna yang sama bila dibandingkan dengan puisi aslinya namun bentuknya telah berbeda sama sekali. Sedangkan imitasi puisi, penerjemah betul-betul telah menuliskan puisinya sendiri, tetapi dengan judul dan topik serta titik tolak yang sama dengan puisi aslinya. Metode-metode penerjemahan di atas mempunyai kelemahan-kelemahan masing-masing. Anne Cluysenaar (dalam Suryawinata dan Haryanto, 2007: 161) berpendapat bahwa kelemahan-kelemahan itu disebabkan oleh adanya penekanan terhadap elemen-elemen tertentu dalam penerjemahannya. Namun, apapun metodenya yang terpenting adalah keberhasilan menghadirkan kembali makna puisi dalam BSa Teknik Penerjemahan Puisi Teknik penerjemahan adalah pekerjaan atau cara kerja dalam segala tindakan atau proses penerjemahan yang berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase dan kata. Beberapa peneliti menyebutnya strategi penerjemahan. Teknik-teknik yang digunakan dalam penerjemahan puisi ini dilakukan agar terjadi kesepadanan (equivalence) kata atau kalimat dalam bahasa sasaran. Suryawinata dan Hariyanto (2007 : 92) membagi dua teknik penerjemahan; teknik penerjemahan yang berkenaan dengan struktur dan yang berkenaan dengan semantik atau makna. Sedangkan Machali (2009: ) menyampaikan beberapa teknik penerjemahan yang berbeda diantaranya adaptasi,

14 22 pemadanan berkonteks dan pemadanan bercatatan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa teknik penerjemahan tersebut Teknik Struktural Teknik penerjemahan strutural dibagi menjadi tiga, yaitu penambahan, pengurangan dan transposisi. a. Penambahan (Addition) Penambahan yang dimaksud adalah menambahkan elemen tertentu dalam kalimat yang tidak terdapat dalam BSu tetapi berterima dalam BSa secara struktur. Contoh : BSu BSa : Saya guru.(ind) : Je suis professeur.(prc) Kata suis harus ditambahkan demi keberterimaan dalam struktur BSa, yakni bahasa Prancis. b. Pengurangan (Substraction) Pengurangan adalah pengambilan elemen tertentu dalam BSa. Seperti halnya penambahan, pengurangan juga harus dilakukan demi keberterimaan dalam BSa.Contoh : BSu BSa : Il est un médecin (Prc) : Dia seorang dokter (Ind) Kata est yang berarti adalah dalam BSu harus dihilangkan karena tidak biasa dipakai dalam BSa, yakni bahasa Indonesia. c. Pergeseran bentuk (Transposition) Pergeseran bentuk atau transposisi adalah suatu teknik penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk struktur dari BSu ke BSa.

15 23 Contoh: Bahasa Prancis Étudiante française Nominal + Adj. Bahasa Indonesia mahasiswi Bahasa Prancis Nominal + Nominal Gabungan nominal dan adjektif dalam bahasa Prancis (BSu) menjadi gabungan nominal dan nominal dalam bahasa Indonesia (BSa). Perubahan bentuk ini dimaksudkan untuk mendapatkan padanan kata yang tepat dalam BSa Teknik Semantis Berikut ini beberapa teknik semantis yang dikemukan Suryawinata dan Hariyanto, yaitu : a. Pergeseran makna (Modulasi) Modulasi adalah teknik untuk menerjemahkan frase, klausa atau kalimat dengan memandang pesan dalam BSu dengan sudut pandang yang berbeda (Newmark dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007: 75).Contoh : BSu BSa : Tu me manque.(prc) : Aku rindu kamu.(ind) Jika diartikan secara harfiah, artinya akan menjadi Kamu membuatku rindu, tetapi kalimat tersebut tidak lazim dalam BSa, sehingga menjadi Aku rindu kamu. Menurut Newmark (dalam Machali, 2009 : 99), modulasi dibagi dua yakni modulasi wajib dan modulasi bebas. Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata, frase atau struktur tidak ada padanannya dalam BSa sehingga

16 24 perlu dimunculkan. Sedangkan modulasi bebas adalah teknik penerjemahan yang dilakukan karena alasan nonlinguistik, misalnya untuk memperjelas makna, menimbulkan kesetalian dalam BSa dan mencari padanan yang terasa alami dalam BSa. Misalnya kata sentiment dalam bahasa Inggris yang berarti ungkapan perasaan, setelah dipungut dalam bahasa Indonesia ia mengalami gaya bahasa peyoratif. Maknanya bukan lagi mengungkapkan perasaan, tetapi bermakna kebencian. b. Pemungutan (Borrowing) Pungutan adalah teknik penerjemahan dengan mengambil kata secara utuh dari BSu ke dalam BSa. Pungutan terdiri dari transliterasi dan naturalisasi. Transliterasi adalah pemungutan kata dari BSu ke BSa dengan tetap mempertahankan bunyi dan tulisannya. Adapun naturalisasi adalah proses selanjutnya, yakni pungutan itu disesuaikan dengan bunyi dan tulisan dalam BSa. Naturalisasi sering disebut adaptasi. Menurut Hoed dalam Machali (2009:102), adaptasi adalah pengupayaan padanan kultural antara dua situasi tertentu yang mempunyai konsep yang berbeda dalam BSu dan BSa. Contoh: BSu BSa : Dear Sir (Ing) : Dengan Hormat (Ind) c. Padanan Budaya Padanan budaya merupakan teknik penerjemahan untuk kata yang khas dalam BSu dengan mencari kata yang khas juga dalam BSa.Contoh: BSu : Jaksa Agung (Ind)

17 25 BSa : Attourney General (Ing) d. Padanan Deskriftif Penerjemah terkadang menemukan kata yang menunjukkan budaya dalam BSu dan kurang pas jika diterjemahkan secara harfiah dalam BSa, sehingga dengan padanan yang mendeskripsikan kata tersebut dalam BSa baru bisa dipahami dan sesuai dengan makna yang diinginkan. Contoh : BSu BSa : Gadis itu menari dengan luwesnya.(ind) : The girl is dancing with great fluidity and grace (Ing) e. Sinonim Sinonim yang dimaksud adalah penggunaan kata yang umum digunakan dalam BSa dan mempunyai makna yang hampir sama dengan kata dalam BSu. Hal ini dilakukan jika penerjemah tidak ingin menggunakan padanan deskriptif. Contoh : BSu BSa : Quelle grande ta soeur!(ing) : Betapa tingginya suadarimu!(prc) f. Terjemahan resmi Terjemahan resmi adalah terjemahan yang mengacu pada terjemahan yang telah dibakukan. Biasanya masing-masing bahasa (BSa) mempunyai pedoman penerjemahan yang telah dibakukan. g. Penyusutan dan Perluasan Teknik penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan komponen BSu dan perluasan yang dimaksudkan adalah perluasan BSa. Misalnya penyusutan dari kata automobile menjadi mobil, perluasan arti kata whale menjadi ikan paus.

18 26 h. Penambahan dan Penghapusan (Omission/Deletion) Penambahan disini berbeda dengan penambahan dalam teknik struktural. Pada teknik semantis, penambahan dilakukan dengan memasukan informasi tambahan dalam BSa. Adapun penghapusan yang berarti penghapusan teks BSu di dalam BSa, dilakukan karena penerjemah menganggap tidak terlalu penting bagi keseluruhan teks atau sulit untuk diterjemahkan.contoh penghapusan : BSu BSa : Sama dengan raden ayu ibunya. (Ind) : C`est comme sa mère (Prc) i. Pemadanan Berkonteks Pemadanan berkonteks adalah penempatan suatu informasi dalam konteks agar maknanya jelas bagi penerima informasi berita. Dengan lebih memperhatikan konteks atau tema dari suatu teks sumber (TSu) akan lebih mudah menerjemahkan dan lebih jelas maknanya bagi pembaca atau penerima informasi. j. Pemadanan Bercatatan Pemadanan bercatatan dapat dilakukan apabila semua teknik penerjemahan itu tidak dapat menghasilkan padanan yang diharapkan. Hal ini berlaku misalnya pada kata atau leksikal yang tidak ada padanan katanya dalam BSa seperti kata sarung, batik dan gado-gado dalam bahasa Indonesia Penelitian Terjemahan Terjemahan dengan fungsinya sebagai hasil dari proses yang dilewati penerjemah dan sebagai alat yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran

19 27 bahasa dapat dianalisis dan dikaji secara ilmiah. Oleh karena itu, banyak peneliti yang sudah melakukan penelitian atau analisis terhadap penerjemahan baik terhadap proses penerjemahan maupun hasil terjemahannya. Adapun metode yang dapat digunakan dalam penelitian diantaranya adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif, tergantung pada tujuan pembahasannya. Berikut ini adalah pembahasan mengenai macam-macam pnerjemahan berdasarkan topik bahasannya Macam-Macam Penelitian Terjemahan Suryawinata dan Hariyanto (2007:173) membagi tiga penelitian terjemahan berdasarkan topik bahasannya. Berikut ini adalah ketiga macam penelitian terjemahan tersebut Penelitian Proses dan Hasil Terjemahan Penelitian mengenai proses penerjemahan berarti peneliti meneliti objek penelitian yang melakukan proses penerjemahan secara langsung. Peneliti melihat langsung bagaimana prosedur penerjemahan yang dilakukan dan mencatat kegiatan dari awal sampai akhir penerjemahan. Penelitian terhadap proses penerjemahan ini sangat penting karena dengan melihat hasil penelitian, para penerjemah dapat bercermin dari cara penerjemah lain dan komentar para ahli mengenai penerjemahkan tersebut. Berbeda dengan penelitian terhadap proses penerjemahan, penelitian terhadap hasil atau kualitas terjemahan dapat dilakukan dengan banyak cara (Suryawinata dan Hariyanto, 2007:177), diantaranya (1) membandingkan teks

20 28 BSu dengan BSa, (2) terjemahan balik dari BSa ke BSa, (3) prosedur Cloze, yakni mengambil sepenggal teks BSa dan menyuruh subjek penelitian untuk mengisi penggalan teks dan membandingkannya dengan teks BSa yang sudah selesai (4) pengujian pemahaman dan kesan oleh pembaca teks BSa dan (5) membandingkan pemahaman dan kesan yang didapat pembaca BSu dan BSa Penelitian Pengajaran Penerjemahan Penelitian mengenai pengajaran penerjemahan merupakan penelitian terhadap pendidik, peserta didik dan proses pengajaran penerjemahan. Penelitian terhadap peserta didik dapat dilakukan dengan cara meneliti pengaruh latar belakang peserta didik terhadap pembelajaran penerjemahan. Sedangkan penelitian terhadap pendidik, bisa dilakukan dengan meneliti apakah keberhasilan pendidik dipengaruhi oleh pengalaman menerjemahkan sebelumnya atau kedalaman ilmu yang dimilikinya. Adapula penerjemahan terhadap proses pengajaran, yakni penelitian mengenai metode pengajaran yang digunakan atau media apa yang digunakan dalam penerjemahan Penelitian dengan Terjemahan sebagai Instrumen Penelitian yang menggunakan terjemahan sebagai instrument atau alat penelitian biasanya digunakan dalam penelitian bahasa asing.objek penelitian diminta untuk menerjemahkan teks BSu. Hasil dalam teks BSa yang berupa kesalahan-kesalahan digunakan sebagai bukti ketidakpahaman objek terhadap suatu materi dalam ilmu kebahasaan.

21 Analisis Puisi Terjemahan Penelitian mengenai puisi terjemahan merupakan penelitian mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam puisi. Suryawinata dan Hariyanto (2007 :167) mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat dianalisis dari terjemahan puisi tersebut. Ketiga faktor tersebut adalah (1) faktor kesastraan dan estetika (2) faktor kebahasaan dan (3) faktor sosial budaya yang terkadang menjadi masalah dalam penerjemahan puisi. Pada faktor kesastraan dan estetika, peneliti mengkaji tentang makna dan gaya yang indah dari sebuah puisi. Sedangkan dalam faktor kebahasaan, peneliti dapat mengkaji tentang strukur, padanan kata, kalimat dalam bahasa sasaran. Halhal yang menyangkut latar belakang sosial budaya termasuk ke dalam faktor sosial budaya. Sebelum meneliti terjemahan puisi tersebut, peneliti harus menginterpretasi terlebih dahulu puisi BSu untuk mengetahui makna atau pesan yang terkandung.interpretasi yang didasari pada teori pola makna dalam puisi akan sangat membantu penelitian terjemahan puisi. Kedua faktor di atas dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan berikut ini Pendekatan Struktural Pendekatan struktural dapat disebut sebagai pendekatan instrinsik karena pendekatan strukutral menunjukkan bahwa karya sastra adalah suatu dunia yang terlepas dari dunia luar. Karya sastra mempunyai struktur atau sistem sendiri yang mempunyai unsur-unsur yang penting. Seperti halnya yang diungkapkan Abrams dalam Nurgiyantoro (2010: 36) bahwa struktur karya sastra menunjukkan pada pengertian hubungan antara unsur instrinsik yang bersifat timbal balik, saling

22 30 memperngaruhi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Fungsi analisis struktural adalah untuk mengetahui hubungan antar unsur-unsur tersebut. Sehingga struktur lebih dari sekedar unsur-unsur dan keberadaanya, karya sastra lebih dari sekedar pemahaman bahasa sebagai alatnya atau sekedar bentuk dan isinya. Unsur-unsur karya sastra pada dasarnya tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur tersebut (Hawks dalam Pradopo, 2009: 120). Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsurunsur karya sastra merupakan bagian dari struktur. Dan setiap unsur mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan karya sastranya. Priyatni (2010 :67) menyebutkan bahwa unsur intrinsik puisi terdiri dari judul, diksi, imaji, bahasa figuratif, bunyi, rima, ritme dan tema. Atmazaki (1991 : 70) dan Pradopo (2009 :100) menambahkan aspek tata bahasa dan tipografi dalam sajak sebagai salah satu unsur intrinsik puisi. Adapula Waluyo (dalam Supendi, 2008 :12) menambah aspek nada tema, nada, perasaan dan amanat. Analisis stuktur bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiantoro, 2007: 37). Oleh karena itu, analisis struktur merupakan tugas prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah pada analisis lain. Berdasarkan pendapat tersebut, maka analisis struktural dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur

23 31 tersebut. Hal tersebut bertujuan agar analisis struktur dapat memaparkan seluruh unsur-unsur yang saling berkaitan Pendekatan Linguistik Pendekatan linguistik dalam analisis puisi menekankan pada aspek kebahasaan puisi tersebut. Penyair mempunyai kebebasan tersendiri dalam memanipulasi bahasa yang digunakan dalam puisi. Manipulasi ini digunakan untuk menimbulkan efek tertentu, misalnya penyair menciptakan anarkronisme untuk menunjukkan sesuatu hal yang seolah-olah terjadi padahal belum terjadi. Kebebasan ini sampai kepada kebebasan memilih bahasa yang tidak sesuai dengan tata bahasa. Kebebasan ini disebut dengan licentia poetica atau poetic license (Atmazaki, 1993 :70). Pada dasarnya, puisi tetap mematuhi kaidah tata bahasa karena seperti karya sastra lainnya, puisi menggunakan bahasa sebagai alatnya. Sebuah pemikiran atau ide penyair tidak akan menjadi sesuatu yang utuh jika tidak disajikan dalam bahasa yang tepat. Oleh karena itu, faktor kebahasaan dalam puisi ini sangat penting untuk diperhatikan. Adapun pelanggaran-pelanggaran bahasa yang dilakukan penyair biasanya didasarkan pada alasan-alasan tertentu, misalnya untuk menimbulkan emosi dan perasaan yang mendalam serta untuk menunjukkan efek kedekatan penyair dengan pengalaman yang terdapat dalam puisi tersebut. Aspek kebahasaan atau linguistik dalam puisi terjemahan menjadi lebih penting lagi karena puisi tersebut hadir dalam bahasa lain yang mempunyai kaidah atau tata bahasanya sendiri. Penerjemah tidak hanya menerjemahkan secara

24 32 makna saja tetapi juga bagaimana keindahan yang timbul dalam bahasa puisi aslinya dapat muncul kembali dalam bahasa yang lain. Oleh karena itu, menganalisis puisi dengan pendekatan linguistik atau kebahasaan sangatlah penting. Analisis puisi dengan menggunakan pendekatan linguistik dilakukan dengan menguraikan puisi baris per baris dan membedahnya berdasarkan struktur bahasa yang digunakan. Pendekatan linguistik ini juga berguna untuk mengetahui sejauh mana perubahan atau pergeseran yang terjadi dalam penerjemahan. Sehingga akan terlihat bagaimana kesepadanan (equivalence) dan kesejajaran (correspendance) kedua puisi tersebut, baik dari segi bentuk maupun maknanya Hubungan Penerjemahan Puisi dengan Pembelajaran Bahasa Prancis Pembelajaran bahasa merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seorang manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan kesuksesan seseorang dapat dilihat dari bagaimana proses komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka pembelajaran bahasa dalam dunia pendidikan formal menjadi salah satu pembelajaran yang harus diperhatikan. Pembelajaran bahasa asing, termasuk pembelajaran bahasa Prancis mempunyai kesamaan dengan pembelajaran bahasa ibu. Pembelajaran bahasa Prancis menitikberatkan pada empat keterampilan berbahasa, yakni keterampilan

25 33 menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Adapula materi grammaire atau tata bahasa untuk menyokong keempat keterampilan berbahasa tersebut. Pada dasarnya, tujuan pembelajaran bahasa Prancis adalah bagaimana peserta didik dan mahasiswa mampu mengungkapkan kata, frase atau kalimat bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Sehingga secara tidak sadar, kegiatan mengalihbahasakan atau menerjemahkan dari BSu ke BSa merupakan kegiatan yang paling dekat dengan pembelajaran bahasa Prancis. Setiap kali peserta didik dan mahasiswa berusaha untuk mengungkapkan sebuah kalimat dalam bahasa Prancis, maka saat itu pula ia sedang melakukan proses penerjemahan. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pembelajaran penerjemahan (traduction) dalam pembelajaran bahasa Prancis untuk diperhatikan. Sehubungan dengan hal tersebut, penerjemahan puisi dapat memberikan kontribusi terhadap pembelajaran bahasa Prancis pada mata kuliah Traduction. Penerjemahan puisi yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik dan mahasiswa dapat membantu memahami bahasa Prancis, tidak hanya dari segi kebahasaannya saja tetapi juga keindahan bentuk puisinya. Peserta didik dan mahasiswa yang mempunyai ketertarikan pada puisi akan lebih mempermudah proses pembelajarannya.

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo dan Perbandingannya, Belum pernah diteliti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1. Puisi Pengertian puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sangat komunikatif, mengandung banyak arti tambahan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

Strukturalisme Genetik

Strukturalisme Genetik Strukturalisme Genetik Prinsip Dasar Strukturalisme Genetik Strukturalisme genetik (Genetic Strukturalism) adalah cabang penelitian sastra secara struktural yang tak murni. Kemunculannya sebagai reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli P U I S I A. PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) Pengertian Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra serta

Lebih terperinci

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku atau literatur 1 asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang banyak diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI PUISI MELALUI KEGIATAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Puisi Puisi dalam sastra Jawa mencakup beberapa jenis, salah satunya adalah geguritan. Geguritan memiliki ciri yang sama dengan puisi dalam bahasa Indonesia, yakni tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan pengarang sebagai penghasil imajinasi dan kreativitas sastra secara individual dan pembaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pemakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan media yang berbeda-beda. Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stilistika merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang aspek gaya atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci