JST Kesehatan, April 2017, Vol. 7 No. 2 : ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JST Kesehatan, April 2017, Vol. 7 No. 2 : ISSN"

Transkripsi

1 JST Kesehatan, April 2017, Vol. 7 No. 2 : ISSN PERBANDINGAN UKURAN STRUKTUR CARPAL TUNNEL MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAFI FREKUENSI TINGGI PADA ORANG NORMAL DAN ORANG YANG DIDIAGNOSIS CARPAL TUNNEL SYNDROME The Comparison of Structural Measurement of Carpal Tunnel Using the High Frequency Ultrasonography on Normal People and People Diagnosed Carpal Tunnel Syndrome 1 Martini Lilisantosa, 2 Muhammad Ilyas, 3 Nikmatia Latief 1 Bagian Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar ( veronikamartini@yahoo.com) 2 Bagian Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar ( ilyasrad@yahoo.com) 3 Bagian Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar ( nikmatialatief@yahoo.com) ABSTRAK Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan bentuk neuropati kompresi fokal kronik pada saraf perifer yang paling sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ukuran struktur carpal tunnel pada orang normal dan yang didiagnosis carpal tunnel syndrome.metode penelitian yang digunakan adalah studi perbandingan menggunakan uji t- tidak berpasangan. Penelitian dilakukan di bagian Radiologi RS Wahidin Sudirohusodo dan RSP Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian berlangsung selama Maret-September Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan pada 65 sampel penelitian yang terdiri atas 29 pergelangan tangan orang normal dan 36 pergelangan tangan orang yang didiagnosis klinis CTS dengan rentang usia tahun. Hasil penelitian menunjukkan baik ukuran CSA nervus medianus pada level sendi radioulnar (10,24+2,71 vs 6,69+1,47 mm 2 ); pada level carpal tunnel proksimal (14,24±4,25 vs 7,14±1,40 mm 2 ); pada area didalam carpal tunnel (13,72±4,83 vs 7,64±1,71 mm 2 ); pada level carpal tunnel distal (13,17±5,05 vs 7,81±1,43 mm 2 ); diameter anteroposterior (AP) carpal tunnel (11,53±1,29 vs 0,95±1,15 mm); dan jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium hamatum line (TmH) (6,19±1,05 vs 5,00±1,13 mm) lebih besar secara bermakna pada kelompok CTS dibandingkan kelompok orang normal (p<0,05). Sementara ukuran FR, baik pada level carpal tunnel proksimal (2,85±0,64 vs 2,70±0,47); pada area didalam carpal tunnel (2,92±0,55 vs 2,83±0,44); dan pada level carpal tunnel distal (2,97±0,77 vs 2,75±0,40) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok CTS dan kelompok orang normal (p>0,05). Kata kunci: Carpal tunnel syndrome; nervus medianus; ultrasonografi ABSTRACT Carpal tunnel syndrome (CTS) is the most common chronic focal compressive neuropathy in the peripheral nerves. The research aimed to compare the structural measurement of carpal tunnel on the normal people and people diagnosed the carpal tunnel syndrome. The research was carried out in the Radiological Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital and Hasanuddin University Teaching Hospital, Makassar. The research used the comparative study and impaired t-test from March to September The ultrasonographic examination was conducted on 65 samples comprising 29 wrists of the normal people and 36 wrists of the people diagnosed the clinical CTS of years old. The research result indicates the CSA mean of the median nerve in the radioulnar joint level (10,24+2,71 vs 6,69+1,47 mm 2 ), the proximal carpal tunnel level (14,24±4,25 vs 7,14±1,40 mm 2 ), in the median area of the carpal tunnel (13,72±4,83 vs 7,64±1,71 mm 2 ), and in the distal carpal tunnel level (13,17±5,05 vs 7,81±1,43 mm 2 ), anteroposterior (AP) diameter of the carpal tunnel (11,53±1,29 vs 0,95±1,15 mm), and the distance of the carpal transversal ligament from the trapezium-hamate (TmH) line (6,19±1,05 vs 5,00±1,13 mm) are significantly bigger in the CTS group than the normal people group (p<0,05). Whereas FR mean either the proximal carpal tunnel level (2,85±0,64 vs 2,70±0,47); the median carpal tunnel level (2,92±0,55 vs 2,83±0,44) and the distal carpal tunnel level (2,97±0,77 vs 2,75±0,40) do not indicate the significant difference between CTS and the normal people group (p>0,05). Keywords: Carpal tunnel syndrome, median nerve, ultrasonography 197

2 Martini Lilisantosa ISSN PENDAHULUAN Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan bentuk neuropati kompresi fokal kronik pada saraf perifer yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 3.8 % dari populasi, dan merupakan salah satu penyebab disabilitas. Insidens CTS meliputi 276: 100,000 per tahun. CTS lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan seringkali terjadi bilateral dengan angka kejadian meningkat pada usia tahun (Ibrahim et al., 2012). CTS disebabkan oleh kompresi nervus medianus akibat peningkatan tekanan pada struktur anatomi yang tidak fleksibel didalam ruang carpal tunnel. Patofisiologi CTS merupakan kombinasi trauma mekanik, peningkatan tekanan dan iskemik nervus medianus didalam ruang carpal tunnel. Pergerakan pergelangan tangan yang repetitif (fleksi-ekstensi) dapat menyebabkan peningkatan tekanan cairan dan penebalan jaringan sinovial yang membungkus tendon pada ruang carpal tunnel yang menyebabkan kompresi nervus medianus. Kompresi tersebut akan menyebabkan demielinasi nervus yang dapat menyebar ke seluruh segmen internodal sehingga terjadi neuroapraxia. Jika kompresi terus berlanjut, maka aliran darah ke sistem kapiler endoneural terganggu dan terjadi kerusakan pada sawar darah-saraf sehingga menyebabkan edema endoneural. Degenerasi aksonal, aktivasi makrofag, pelepasan sitokin inflamasi, nitric oxide, dan terjadinya neuritis kimia yang kronik menyebabkan fibrosis yang menghambat pergerakan saraf dan terjadinya skar mesoneurium pada nervus medianus (Ibrahim et al., 2012; Klauser et al., 2011). Secara umum, diagnosis CTS ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan elektrofisiologi. Pemeriksaan elektroneuromyografi dan konduksi saraf masih merupakan prosedur diagnostik utama untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis dari carpal tunnel syndrome. Namun untuk membedakan carpal tunnel syndrome dari penyakit jebakan saraf lainnya, seperti cervical root compression, thoracic outlet syndrome, atau jebakan saraf pada lengan ( anterior interosseus nerve syndrome), tidak selalu dapat dilakukan hanya berdasarkan gambaran klinis, dan hasil pemeriksaan konduksi saraf dapat memberikan hasil equivocal. Beberapa studi mengatakan bahwa pemeriksaan konduksi saraf memiliki spesifitas yang tinggi, namun angka negatif palsu pada pemeriksaan ini masih mencapai 15% atau lebih jika pemeriksaan hanya dilakukan pada daerah pergelangan tangan. Sedangkan angka positif palsu didapatkan sekitar 15% - 18% pada beberapa populasi. Selain itu, pemeriksaan ini hanya dapat mengevaluasi fungsi saraf perifer, dan tidak dapat memperlihatkan data morfologi maupun patomorfologi dari struktur disekitarnya (Azman et al., 2009; Marciniak et al., 2013). Beberapa pemeriksaan radiologi telah dapat memperlihatkan struktur normal dari carpal tunnel, meliputi CT Scan, MRI, dan ultrasonografi. CT Scan dapat memperlihatkan batasan struktur carpal tunnel dan mengidentifikasi tendon flexor didalam carpal tunnel. Namun, attenuasi pada berbagai struktur pada daerah carpal tunnel relatif sulit dibedakan dan resolusi kontras terbatas sehingga CT scan hanya digunakan jika terdapat kondisi patologik pada tulang disekitar carpal tunnel. MRI merupakan modalitas pencitraan yang telah terbukti memiliki nilai diagnostik pada kondisi CTS karena dapat memperlihatkan batasan dan struktur yang terdapat pada daerah carpal tunnel. Namun, pemeriksaan MRI mahal, membutuhkan waktu yang lebih lama, dan ketersediaan alat yang kurang (Deniz et al., 2012). Penelitian sebelumnya oleh Azman et al (2009); Liao et al (2015); Marciniak et al (2013), yang menunjukkan bahwa pemeriksaan ultrasonografi dengan frekuensi lebih dari 10 MHz telah dipakai sebagai langkah awal dalam prosedur diagnostik klinis pada CTS karena dapat memperlihatkan struktur anatomi nervus medianus dan variasi anatominya, dapat mengevaluasi jaringan baik dalam keadaan statis maupun dinamik secara real time. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi mudah didapatkan, tidak invasif, portable, dan prosedurnya lebih cepat dibandingkan MRI. Pemeriksaan ultrasonografi pada kondisi CTS dapat membantu menegakkan diagnosis jika didapatkan setidaknya 1 dari 3 gambaran, meliputi (1) peningkatan ukuran cross-sectional area nervus medianus pada level os pisiformis dan/atau os hamatum, (2) peningkatan flattening ratio nervus medianus pada level os hamatum, atau (3) fleksor retinaculum yang melengkung ke anterior. 198

3 Carpal tunnel syndrome; nervus medianus; ultrasonografi ISSN Sejauh ini, terdapat beberapa artikel baik mengenai nilai normal dari nervus medianus dan carpal tunnel yang bervariasi maupun teknik pengukuran menggunakan ultrasonografi dalam mendiagnosis carpal tunnel syndrome. Sedangkan untuk orang Indonesia, penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan analisis pengukuran dimensi nervus medianus yang meliputi cross-sectional area dan flattening ratio, diameter anteroposterior carpal tunnel, dan jarak ligamentum carpalia transversal dari garis hayal trapezium-hamatum dengan pemeriksaan ultrasonografi baik pada orang normal dan orang yang menderita carpal tunnel syndrome yang didiagnosis secara klinis. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ukuran struktur carpal tunnel pada orang normal dan yang didiagnosis carpal tunnel syndrome. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan data penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSP Universitas Hasanuddin Makassar dengan waktu penelitian dari bulan Maret 2016 sampai jumlah sampel terpenuhi. Desain dan Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi perbandingan ( comparative study). Variabel penelitian terdiri atas: variabel bebas ( orang normal dan orang dengan carpal tunnel syndrome yang didiagnosis secara klinis), dan variabel tergantung (CSA nervus medianus, flattening ratio nervus medianus, diameter anteroposterior carpal tunnel, jarak flexor retinaculum dari garis hayal trapezium-hamatum (TmH)). Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua pergelangan tangan pada orang normal tanpa gejala carpal tunnel syndrome usia > 18 tahun dan orang dengan gejala carpal tunnel syndrome usia > 18 tahun yang diperiksa dengan ultrasonografi di bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSP Universitas Hasanuddin Makassar. Sampel adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode concecutive sampling yaitu semua pergelangan tangan pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi. Metode Pengumpulan Data Peneliti melakukan pendataan identitas subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan memberikan penjelasan lengkap mengenai apa yang akan dilakukan, dan apabila setuju mereka akan mengisi dan menandatangani informed consent. Peneliti melakukan pemeriksaan tes Phalen dan tes Tinel yang dikonfirmasi oleh ahli neurologi. Pasien yang akan menjalani pemeriksaan ultrasonografi yang dilakukan oleh peneliti kemudian dikonfirmasi oleh ahli radiologi untuk menilai CSA dan FR nervus medianus, diameter anteroposterior carpal tunnel, dan PD flexor retinaculum dari garis hayal trapeziumhamatum (TmH). Data yang dihasilkan kemudian dipindahkan ke komputer untuk diolah lebih lanjut. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam format penelitian. Data dikumpulkan dan dilakukan analisis data. Teknik Analisis Data Pengolahan data statistik menggunakan software Statistical Programme Social Science (SPSS) melalui tahapan editing, coding, entry serta analisis data akan dilakukan secara analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan tabel dan grafik. HASIL Telah dilakukan penelitian studi perbandingan ( comparative study) untuk membandingkan ukuran struktur carpal tunnel pada orang normal dan yang didiagnosis carpal tunnel syndrome. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSP Universitas Hasanuddin Makassar dengan waktu penelitian dari bulan Maret 2016 sampai jumlah sampel terpenuhi. Perbandingan cross-sectional area (CSA) nervus medianus antara kelompok bukan CTS dan kelompok CTS menunjukkan bahwa ukuran CSA pada kelompok CTS lebih besar secara bermakna (p < 0,05) daripada kelompok bukan CTS; masing-masing ukuran CSA pada level sendi radioulnar distal (10,24±2,71 vs 6,69±1,47) mm 2, CSA pada level carpal tunnel proksimal (14,24±4,25 vs 7,14±1,40) mm 2, CSA pada area 199

4 Martini Lilisantosa ISSN didalam carpal tunnel (13,72±4,83 vs 7,64±1,71) mm 2, dan CSA pada level carpal tunnel distal (13,17±5,05 vs 7,81±1,43) mm 2 (lampiran, Tabel 1). Rerata CSA pada kelompok CTS lebih besar daripada rerata CSA pada kelompok bukan CTS (Gambar 1). Tabel 1. Perbandingan Cross-Sectional Area (CSA) Nervus Medianus antara Kelompok Bukan CTS dan Kelompok CTS Variabel CTS (n=29) Bukan CTS (n=36) Nilai p CSA sendi radioulnar distal (mm 2 ) 10,24 (2,71) 6,69 (1,47) <0,001 CSA carpal tunnel proksimal (mm 2 ) 14,24 (4,25) 7,14 (1,40) <0,001 CSA area didalam carpal tunnel (mm 2 ) 13,72 (4,83) 7,64 (1,71) <0,001 CSA carpal tunnel distal (mm 2 ) 13,17 (5,05) 7,81 (1,43) <0,001 Keterangan : nilai p (uji Mann-Whitney) Gambar 1. Grafik Boxplot CSA Nervus Medianus Level Sendi Radioulnar Distal pada Kelompok Bukan CTS dan Kelompok CTS Analisis perbandingan diameter anteroposterior (AP) carpal tunnel antara kelompok bukan CTS dan kelompok CTS dilakukan pada level area didalam carpal tunnel, sedangkan analisis perbandingan jarak line (TmH) antara kelompok bukan CTS dan kelompok CTS dilakukan pada level carpal tunnel distal menunjukkan bahwa bahwa diameter AP pada kelompok CTS lebih besar secara bermakna (p<0,05) daripada kelompok bukan CTS (11,53±1,29 vs 0,95±1,15) mm. Begitupula jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium-hamate line (TmH) (6,19±1,05 vs 5,00±1,13) mm (Tabel 3). Tabel 3. Hasil Analisis Perbandingan Diameter Anteroposterior Carpal Tunnel dan Jarak Ligamentum Carpalia Transversal dari Trapezium-Hamate Line (TmH) antara Kelompok Bukan CTS dan Kelompok CTS Variabel CTS (n=29) Bukan CTS (n=36) Nilai p Diameter AP (mm) 11,53 (1,29) 9,95 (1,15) <0,001 Jarak flexor retinaculum dari TmH (mm) 6,19 (1,05) 5,00 (1,13) <0,001 Keterangan : nilai p (uji Mann-Whitney) Analisis perbandingan FR antara kelompok bukan CTS dan kelompok CTS menunjukkan bahwa bahwa tidak ditemukan perbedaan FR yang bermakna (p>0,05) antara kelompok bukan CTS dan kelompok CTS; baik FR pada level carpal tunnel proksimal (2,85±0,64 vs 2,70±0,47); FR pada area didalam carpal tunnel (2,92±0,55 vs 2,83±0,44) dan FR pada level carpal tunnel distal (2,97±0,77 vs 2,75±0,40) (Tabel 2). Rerata jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium-hamate line (TmH) pada kelompok CTS lebih besar dibandingkan rerata jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium-hamate line (TmH) pada kelompok bukan CTS (Gambar 2). Gambar 2. Grafik Boxplot Jarak Ligamentum Carpalia Transversal dari Trapezium-Hamate Line (TmH) pada Kelompok Bukan CTS dan Kelompok CTS Tabel 2. Hasil Analisis Perbandingan Flattening Ratio (FR) antara Kelompok Bukan CTS dan Kelompok CTS Variabel CTS (n=29) Bukan CTS (n=36) Nilai p FR carpal tunnel 2,85 (0,64) 2,70 (0,47) 0,476 proksimal FR area didalam carpal 2,92 (0,55) 2,83 (0,44) 0,741 tunnel FR carpal tunnel distal 2,97 (0,77) 2,75 (0,40) 0,588 Keterangan : nilai p (uji Mann-Whitney) 200

5 Carpal tunnel syndrome; nervus medianus; ultrasonografi ISSN PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa baik ukuran CSA nervus medianus pada level sendi radioulnar, pada level carpal tunnel proksimal, pada area didalam carpal tunnel, pada level carpal tunnel distal, diameter anteroposterior (AP) carpal tunnel dan jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium hamatum line (TmH) lebih besar secara bermakna pada kelompok CTS dibandingkan kelompok orang normal. Sedangkan ukuran FR baik pada level carpal tunnel proksimal; pada area didalam carpal tunnel dan pada level carpal tunnel distal tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok CTS dan kelompok orang normal. Sebanyak 21 orang pasien CTS dan 20 orang normal ikut serta dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, CTS didiagnosis berdasarkan anamnesis dimana semua pasien CTS mengalami nyeri dan gangguan sensorik pada area yang dipersarafi nervus medianus, dan pemeriksaan fisik dimana semua pasien CTS yang menjadi sampel penelitian didapatkan tes Tinel dan tes Phalen positif. Pada penelitian ini ditemukan jenis kelamin perempuan (73,2%) lebih banyak dibandingkan laki-laki (26,8%) dengan kelompok usia terbanyak tahun (52,4%) pada orang normal dan tahun (75,0%) pada pasien CTS dengan diagnosis terbanyak CTS kanan dan CTS bilateral (38,1%). Gambaran perbedaan jenis kelamin pada pasien CTS yang menjadi kelompok penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2014), dimana CTS lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki, seringkali terjadi bilateral dengan angka kejadian meningkat pada usia tahun. Sedangkan pada kelompok orang normal, kelompok usia terbanyak pada usia tahun (75,0%) disebabkan oleh pasien yang datang ke bagian radiologi RS. Universitas Hasanuddin untuk dilakukan pemeriksaan USG pergelangan tangan sebagian besar pada rentang umur tahun. Pada penelitian ini, pemeriksaan ultrasonografi dilakukan oleh 1 orang pemeriksa untuk menghindari adanya bias. Pada ultrasonografi potongan transversal, struktur carpal tunnel meliputi keempat tendon yaitu flexor digitorum superficialis dan profundus, tendon flexor pollicis longus dan nervus medianus. Nervus medianus terletak tepat dibawah lapisan profunda flexor retinaculum, pada aspek radial flexor digitorum superficialis. Nervus medianus berbentuk fasiculus dengan bintik-bintik hiperechoic didalamnya dan relatif tidak bergerak pada saat jari-jari difleksikan. Carpal tunnel merupakan terowongan osteofibrous pada aspek volar pergelangan tangan yang berisi 9 tendon dan 1 nervus meliputi flexor pollicis longus, 4 flexor digitorum superficialis, 4 flexor digitorum profundus, dan nervus medianus. Flexor pollicis longus memiliki selubung synovial tersendiri, sedangkan flexor digitorum superficialis dan profundus terbungkus dalam satu selubung synovial (Presazzi et al., 2011). Identifikasi nervus medianus lebih mudah dilakukan pada level carpal tunnel proksimal dibandingkan dengan carpal tunnel distal. Nervus medianus terletak lebih proksimal pada level carpal tunnel proksimal, sedangkan pada level carpal tunnel distal, nervus medianus terletak lebih dalam, oblik terhadap transduser, disertai signal to noise ratio yang buruk. Pengukuran ultrasonografi baik pada kelompok orang normal maupun kelompok orang yang didiagnosis klinis CTS meliputi CSA dan FR nervus medianus pada beberapa level area carpal tunnel, diameter AP carpal tunnel dan jarak line (TmH). Peningkatan ukuran CSA pada kondisi CTS diakibatkan oleh pembengkakan nervus medianus terutama pada bagian proksimal. Ambang batas kriteria diagnostik CTS pada pengukuran CSA adalah > 10,5 mm 2 pada level carpal tunnel proksimal (level os pisiformis). Pembengkakan nervus medianus pada beberapa level pengukuran area carpal tunnel dan proksimal atau distal dari area carpal tunnel tersebut dapat diakibatkan oleh ruang didalam carpal tunnel yang menyempit akibat edema didalam carpal tunnel, tendon flexor yang mengisi ruang carpal tunnel atau pergeseran otot lumbricalis ke ruang carpal tunnel (Roll et al., 2011). Sedangkan hasil analisis perbandingan FR pada level carpal tunnel proksimal, area didalam carpal tunnel dan carpal tunnel distal menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p 201

6 Martini Lilisantosa ISSN > 0,05) antara kelompok CTS dan kelompok bukan CTS. Penelitian ini juga menunjukkan diameter anteroposterior carpal tunnel dan jarak line (TmH) yang lebih besar secara bermakna pada kelompok CTS dibandingkan kelompok bukan CTS. Ukuran jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium-hamate line (TmH) yang lebih besar pada pasien CTS dapat disebabkan oleh peningkatan volume struktur didalam carpal tunnel. Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al (2014), yang menyatakan ukuran palmar bowing memiliki sensitivitas 87,2% dengan nilai cut-off 3.0 mm dalam mendiagnosis CTS. Ukuran rata-rata diameter anteroposterior (AP) carpal tunnel pada penelitian ini 9,95 + 1,15 mm pada kelompok bukan CTS dibandingkan dengan penelitian Mani et al (2011), dimana ratarata diameter AP carpal tunnel 10,4 + 1,1 mm. Sedangkan untuk diameter AP carpal tunnel pada kelompok CTS pada penelitian ini yaitu 11,53 + 1,29 mm tidak ditemukan pembanding dengan penelitian lainnya. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan ukuran struktur carpal tunnel pada kelompok orang normal tanpa gejala CTS. Berdasarkan uji one-way anova, didapatkan perbedaan yang signifikan ukuran CSA pada level carpal tunnel proksimal (p=0,025), area di dalam carpal tunnel (p=0,002), dan carpal tunnel distal (p=0,008) antara rentang umur tahun dan > 60 tahun. Demikian pula, didapatkan perbedaan yang signifikan pada ukuran diameter anteroposterior carpal tunnel (p = 0,009) dan jarak ligamentum carpalia transversal dari trapezium-hamate line (TmH) (p< 0,001) antara rentang umur tahun dan tahun. Sedangkan pada analisis menggunakan uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada ukuran struktur carpal tunnel, baik CSA, FR, diameter anteroposterior carpal tunnel dan jarak line (TmH) antara laki-laki dan perempuan. KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti menyimpulkan bahwa ukuran CSA nervus medianus berdasarkan ultrasonografi lebih besar secara bermakna pada kelompok orang yang didiagnosis klinis CTS dibandingkan kelompok orang normal. Ukuran FR nervus medianus berdasarkan ultrasonografi walaupun lebih besar pada kelompok orang yang didiagnosis klinis CTS, namun tidak bermakna dibandingkan kelompok orang normal. Ukuran diameter anteroposterior carpal tunnel dan jarak line (TmH) lebih besar secara bermakna pada kelompok orang yang didagnosis klinis CTS dibandingkan kelompok orang normal. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat direkomendasikan untuk menilai struktur anatomi pada daerah carpal tunnel dan menjadi alat untuk mengkonfirmasi diagnosis carpal tunnel syndrome (CTS) secara klinis. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui nilai cut off CSA dan FR nervus medianus, serta jarak jarak line (TmH) berdasarkan cara pengukuran area carpal tunnel yang terstandarisasi menggunakan USG pada penderita CTS dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan rentang umur yang lebih bervariasi sehingga deteksi dini bisa ditentukan dan terapi medikamentosa dapat dioptimalkan. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dalam penggunaan ultrasonografi untuk meningkatkan skrining penderita CTS, meliputi morfologi nervus medianus dan struktur disekitarnya serta penggunaan Doppler untuk menilai kejadian CTS. DAFTAR PUSTAKA Azman et al. (2009). Median Nerve Imaging Using High-Resolution Ultrasound in Healthy Subjects. Acta Clin Croat. 48: Deniz et al. (2012). Comparison of the Diagnostic Utility of Electromyography, Ultrasonography, Computed Tomography, and Magnetic Resonance Imaging in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome Determined by Clinical Findings. Neurosurgery. 70(3): Ibrahim et al. (2012). Carpal Tunnel Syndrome: A Review of the Recent Literature. The Open Orthopaedics Journal. 6 (Suppl 1: M8):

7 Carpal tunnel syndrome; nervus medianus; ultrasonografi ISSN Kim et al. (2014). Value Severity. J Korean Neurosurg Soc. 56: Klauser et al. (2011). Bifid Median Nerve in Carpal Tunnel Syndrome: Assessment with US Cross-sectional Area Measurement. Radiology. 259(3): Liao et al. (2015). Carpal Tunnel Syndrome: US Strain Imaging for Diagnosis. Radiology. 275(1): Mani et al. (2011). Review of the Dimensions of the Median Nerve and Carpal Tunnel Using Sonography in Asymptomatic Adults. Journal of Medical Imaging and Radiation Oncology. 55: Marciniak et al. (2013). High-Resolution Median Nerve Sonographic Measurements: Correlations with Median Nerve Conduction Studies in Healthy Adults. J Ultrasound Med. 32: Presazzi et al. (2011). Carpal Tunnel: Normal Anatomy, Anatomical Variants and Ultrasound Technique. Journal of Ultrasound. 14: Roll et al. (2011). Screening for Carpal Tunnel Syndrome Using Sonography. J Ultrasound Med. 30(12):

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon fleksor

Lebih terperinci

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI CARPAL TUNNEL SYNDROME OLEH : AMANDA KRISTIN SEMBIRING PEMBIMBING : DR. ANTUN SUBONO, SP.S FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2014 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan terdiri dari persendian ujung distal radius dengan deretan proksimal tulang-tulang karpal. Stabilitas pergelangan tangan disebabkan oleh ligamen-ligamen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) N.Medianus dpt tertekan/terdesak swkt melalui bag.bawah retinakulum flexor menuju telapak tangan sebabkan G/sensorik sampai kelemahan ibu jari. Etiologi dan Patologi Terowongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari anak-anak, ibu rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Status kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan tangan kanannya terasa nyeri dan terasa kaku pada 3 jari, juga terasa kebal dan kesemutan pada malam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Pratiwi TN, Saftarina F, Wahyuni A Faculty Of Medicine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL

PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Etiologi: 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4. Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Variabel Terikat Masa Kerja Carpal Tunnel Syndrome Lama Kerja Sikap Kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep 31 32 B. Hipotesis 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau disebut juga Sindrom Terowongan Karpal (STK) adalah kumpulan gejala akibat terjadi penekanan pada nervus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME CARPAL TUNNEL SYNDROME I. PENDAHULUAN Carpal Tunnel Syndrome (Tardy Median Palsy) adalah suatu keadaan dimana terjadi kompresi nervus medianus dalam terowongan carpal. Carpal Tunnel Syndrome merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Mar atus Sholikhah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome CTS merupakan suatu penyakit yang timbul dari kompresi intermiten atau terus menerus atau terjadi karena saraf median terjebak saat melewati terowongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Pengertian CTS Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan pada anggota tubuh bagian tangan yang menyebabkan rasa sakit dan mati rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri di masa globalisasi saat ini merupakan salah satu faktor penting dari perekeonomian suatu negara. Baik sektor industri formal dan informal dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan berfungsi sebagai instruksi gerakan tubuh dan pergelangan tangan sangat sering beraktifitas oleh karena itu perlu diperhatikan kondisi tangan dan pergelangan

Lebih terperinci

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi radiocarpal, sendi intercarpal dan sendi radioulnar distal. Persendian antara lengan bawah dan tangan terutama melalui sendi radiocarpal dan sendi radioulnar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal ABSTRAK Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal Hendrik Sutopo L., 2005 Pembimbing : Winsa Husin, dr., MSc, M.Kes; Bing Haryono, dr., Sp.S Sindrom Terowongan Karpal (STK) merupakan suatu kelainan terjepitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan akibat disfungsi dari saraf medianus yang terjadi karena peninggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang terbentuk oleh otot, tendon, persendian, dan persarafan. Berdasarkan penyusunan tersebut, pergelangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Vega Indra Utama 1 Nur Susanti 2 (1) Program Studi D

Lebih terperinci

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Oleh: RIYADI J110050041 DIPLOMA

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome Carpal Tunnel Syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri pada pergelangan tangan terutama 3 jari pertama yaituibu jari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA [VOLUME: 01 NOMOR 01 OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684 HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA Dyah Wulaningsih Retno Edi, Rizaldy Taslim Pinzon, Esdras

Lebih terperinci

KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) YANG TINGGI SEBAGAI PENANDA TERJADINYA OSTEOARTHRITIS LUMBAL PENDERITA NYERI PINGGANG BAWAH BERUMUR DIATAS 55 TAHUN

KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) YANG TINGGI SEBAGAI PENANDA TERJADINYA OSTEOARTHRITIS LUMBAL PENDERITA NYERI PINGGANG BAWAH BERUMUR DIATAS 55 TAHUN TESIS KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) YANG TINGGI SEBAGAI PENANDA TERJADINYA OSTEOARTHRITIS LUMBAL PENDERITA NYERI PINGGANG BAWAH BERUMUR DIATAS 55 TAHUN Dewa Gede Kurnia Pratama PEMBIMBING : Prof.DR.dr Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. SINDROM CARPAL TUNNEL Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. Seorang Wanita pensiunan berumur 64 tahun, kinan (tangan kanan), mengeluhkan mati rasa yang hilang timbul, terasa geli dan nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam melakukan berbagai aktivitas baik ringan maupun berat. Aktivitas tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang menghubungkan seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, merasakan, memanipulasi, dan mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

INSIDEN CARPAL TUNNEL SYNDROME BERDASARKAN ANAMNESIS PADA KARYAWAN BANKDI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA

INSIDEN CARPAL TUNNEL SYNDROME BERDASARKAN ANAMNESIS PADA KARYAWAN BANKDI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 INSIDEN CARPAL TUNNEL SYNDROME BERDASARKAN ANAMNESIS PADA KARYAWAN BANKDI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA 1 Denniel Saerang 2 Mieke Kembuan 2 Winifred

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Uleng Bahrun 1, Besse Rosmiati 1, Wildana 1, Mansyur Arif 1, Ruland DN. Pakasi 1,

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA

HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA MOCHAMMAD IRFAN SAZALI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

2. KLARIFIKASI ISTILAH

2. KLARIFIKASI ISTILAH 1. SKENARIO Linda, seorang wanita berusia 28 tahun, sedang hamil dengan usia kehamilan 5 bulan, mengeluhkan rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah tangan kanannya sejak 2 bulan yang lalu.

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun 1 RANGKUMAN Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun skrotum yang dapat menyebabkan rasa nyeri, atrofi testis dan menyebabkan infertilitas. 5 Anatomi dan Histologi a. b. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, akan terjadi perubahan-perubahan yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hal ini didukung dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan MemenuhiSebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Berulang a. Pengertian Gerakan Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan. (Budiono,

Lebih terperinci

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Jenis-Jenis Neuropati Tambahan Joint Charcot Joint Charcot, atau sering juga disebut arthropathy neuropatik,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSU AISYIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSU AISYIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSU AISYIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Fleksor Tendon 1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya Carpal tunnel Merupakan ruang yang terletak antara tulang carpalia dan transverse

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

Lebih terperinci

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan. Al-Sihah : Public Health Science Journal 19-25 Gambaran Faktor Pekerjaan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Batu Tatakan di Desa Lempang Kec.Tanete Riaja Kabupaten Barru Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita

BAB I PENDAHULUAN. umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Abstrak Segmentasi citra merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan citra yang penting, terutama dalam dunia medis. Apabila seorang dokter

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN GUNA MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI. Disusun Oleh : Husna Mufidati NIM.

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN GUNA MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI. Disusun Oleh : Husna Mufidati NIM. EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI ULTRASOUND DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DENGAN ULTRASOUND DAN MOBILISASI SARAF TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PRAKATA. iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN. x DAFTAR SINGKATAN... xi INTISARI xii BAB

Lebih terperinci

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION Problems in temporomandibular joint, can be a pain and clicking mostly called by temporomandibular

Lebih terperinci

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR.

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR. HUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR 1 Grace Pandiangan, 2 Ari Wibawa, 3 Indah Adiputra, 4 I Putu Gede Adiatmika 1,2 Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Level Kompetensi Alokasi Waktu : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat sekarang ini ternyata membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif bagi manusia. Lama dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang untuk menghasilkan suatu gerakan, salah satunya adalah gerakan tangan.tangan adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG American Thyroid Association (2014) mendefinisikan nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena pertumbuhan abnormal jaringan tiroid. Nodul tiroid merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronik yang terjadi pada arteri akibat adanya disfungsi endotel. Proses ini ditandai oleh adanya timbunan plak yang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RS AL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RS AL dr. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL dr. RAMELAN SURABAYA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar

Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar ARDYAN PRAJAWAN MUKTI R0211007 PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis (OA), atau yang biasa dikenal. dengan penyakit sendi degeneratif, merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis (OA), atau yang biasa dikenal. dengan penyakit sendi degeneratif, merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Osteoarthritis (OA), atau yang biasa dikenal dengan penyakit sendi degeneratif, merupakan penyakit dengan kerusakan sendi diarthrodial (sendi yang dapat bergerak

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Lebih terperinci