Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 LAMPIRAN

2

3

4

5

6 ********** SEARCH / MATCH RESULT **********

7 Group Name :KENSA Data Name :Fauzi_Ahmad File Name :Fauzi_Ahmad.PKR Sample Name :standard Comment :Tanah lempung <Entry Card> No. Card Chemical Formula S L d I R Chemical Name (Mineral Name) Dx WT% S.G TiC ( 5/10) Titanium Carbide ( Khamrabaevite, syn ) Au ( 4/ 9) Gold ( Gold, syn ) CrN ( 4/10) Chromium Nitride ( Carlsbergite, syn ) CrN ( 4/10) Chromium Nitride ( Carlsbergite, syn ) Cr3Ni (10/12) Chromium Nickel Zr ( 4/10) Zirconium MnO (14/14) Manganese Oxide Al2Si2O5(OH) ( 7/ 7) Aluminum Silicate Hydroxide ( Halloysite BaZrO (10/17) Barium Zirconium Oxide SiC ( 5/10) Silicon Carbide ( Moissanite-3\ITC\RG, syn ZrO ( 6/ 8) Zirconium Oxide Si ( 5/11) Silicon ( Silicon, syn ) MoB ( 8/12) Molybdenum Boride Pd ( 3/ 8) Palladium ( Palladium, syn ) Pd ( 3/ 8) Palladium ( Palladium, syn ) Cu ( 3/ 8) Copper ( Copper, syn ) FeFe2O (10/10) Iron Oxide Mn2O ( 8/ 8) Manganese Oxide ZrO ( 6/13) Zirconium Oxide CrB (14/15) Chromium Boride ********** SEARCH / MATCH RESULT ********** Group Name :KENSA

8 Data Name :Fauzi_Ahmad File Name :Fauzi_Ahmad.PKR Sample Name :standard Comment :Tanah lempung <Card List> No. Card Chemical Formula S L d I R Chemical Name (Mineral Name) Dx WT% S.G TiC ( 5/10) Titanium Carbide ( Khamrabaevite, syn ) Au ( 4/ 9) Gold ( Gold, syn ) CrN ( 4/10) Chromium Nitride ( Carlsbergite, syn ) CrN ( 4/10) Chromium Nitride ( Carlsbergite, syn ) Cr3Ni (10/12) Chromium Nickel Zr ( 4/10) Zirconium MnO (14/14) Manganese Oxide Al2Si2O5(OH) ( 7/ 7) Aluminum Silicate Hydroxide ( Halloysite Al2Si2O5(OH) ( 7/ 7) Aluminum Silicate Hydroxide ( Halloysite BaZrO (10/17) Barium Zirconium Oxide SiC ( 5/10) Silicon Carbide ( Moissanite-3\ITC\RG, syn ZrO ( 6/ 8) Zirconium Oxide Si ( 5/11) Silicon ( Silicon, syn ) MoB ( 8/12) Molybdenum Boride Pd ( 3/ 8) Palladium ( Palladium, syn ) Pd ( 3/ 8) Palladium ( Palladium, syn ) Cu ( 3/ 8) Copper ( Copper, syn ) FeFe2O (10/10) Iron Oxide Mn2O ( 8/ 8) Manganese Oxide ZrO ( 6/13) Zirconium Oxide ********** SEARCH / MATCH RESULT ********** Group Name :KENSA Data Name :Fauzi_Ahmad

9 File Name :Fauzi_Ahmad.PKR Sample Name :standard Comment :Tanah lempung <Card List> No. Card Chemical Formula S L d I R Chemical Name (Mineral Name) Dx WT% S.G CrB (14/15) Chromium Boride WC ( 8/14) Tungsten Carbide ( Unnamed mineral, syn [N (Fe,C) ( 3/ 6) Iron (Fe,C) ( 3/ 6) Iron ZnMnO ( 8/ 8) Zinc Manganese Oxide ZrO ( 5/11) Zirconium Oxide ZrO ( 5/11) Zirconium Oxide MnO (13/13) Manganese Oxide BeO ( 6/18) Beryllium Oxide ( Bromellite, syn ) (Ba,K)Al2(Si3Al)O10(OH) (23/24) Potassium Barium Aluminum Silicate Hydroxi SiC ( 9/17) Silicon Carbide ( Moissanite-6\ITH\RG, syn Ta ( 3/ 8) Tantalum Ta ( 3/ 8) Tantalum ZrO (12/12) Zirconium Oxide Fe3Sn (19/20) Iron Tin Al2Si2O5(OH) (11/16) Aluminum Silicate Hydroxide ( Halloysite NiS (17/31) Nickel Sulfide ( Millerite ) SnO (15/36) Tin Oxide ( Romarchite, syn ) FeC ( 7/12) Iron Carbide CaSiO (35/36) Calcium Silicate ********** SEARCH / MATCH RESULT ********** Group Name :KENSA Data Name :Fauzi_Ahmad File Name :Fauzi_Ahmad.PKR

10 Sample Name :standard Comment :Tanah lempung <Card List> No. Card Chemical Formula S L d I R Chemical Name (Mineral Name) Dx WT% S.G Ag ( 4/ 9) Silver ( Silver-3\ITC\RG, syn ) SiO (38/42) Silicon Oxide ( Tridymite-20\ITH\RG, syn ) CrB ( 8/20) Chromium Boride NaMg3Cr6(BO3)3Si6O18(OH) (28/28) Sodium Magnesium Chromium Borate Silicate FeO ( 4/ 8) Iron Oxide ( W\PIustite, syn ) Mg3Si2O5(OH) (26/27) Magnesium Silicate Hydroxide ( Antigorite TiO ( 5/ 9) Titanium Oxide Sn (11/29) Tin ( Tin, syn ) TiN ( 5/10) Titanium Nitride ( Osbornite, syn ) PdO ( 9/24) Palladium Oxide Al2Si2O5(OH) (41/42) Aluminum Silicate Hydroxide ( Kaolinite-1\ Al2Si2O5(OH) (41/42) Aluminum Silicate Hydroxide ( Kaolinite-1\ Al ( 4/ 9) Aluminum ( Aluminum, syn [NR] ) NiO ( 5/10) Nickel Oxide ( Bunsenite, syn ) Zr3O1-x (21/21) Zirconium Oxide Fe2O (11/11) Iron Oxide AlSb ( 9/21) Aluminum Antimony Zr ( 8/18) Zirconium Zr (12/12) Iron Chromium Oxide FeFe2O (13/26) Iron Oxide ( Magnetite, syn )

11 Dikutip dari buku Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Joseph E.Bowles 1991) terdapat beberapa jenis mineral lempung yaitu montmorillonite, illite, kaolinite dan halloysite. Dari hasil uji mineral yang telah dilakukan di laboratorium terpadu Universitas Diponegoro Semarang di dapatkan mineral lempung berupa 6,09% Halloysite dan 19,59% Kaolinite. Untuk mineral kaolinite kombinasi rekatan antar lapisannya menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang cukup besar, serta cenderung sedikit dalam menyerap air dan mengembang. Kaolinite adalah mineral lempung yang paling tidak aktif. Untuk mineral halloysite sedikit berbeda bila dibandingkan dengan kaolinite, karena tertumpuk secara lebih acak sehingga air masih dapat masuk. Mineral halloysite strukturnya mirip kaolinit, perbedaan dengan kaolinit terletak pada susunan yang tidak beraturan dari lapisan-lapisan dan terdapatnya dua atau lebih antar lapisan air (water interlayer). Molekul-molekul air terikat bersamasama menurut pola heksagonal, molekul air ini selanjutnya terikat dengan lapisanlapisan kristal melalui ikatan H. Haloisit dilaporkan cepat berubah menjadi metehaloisit jika suhu menjadi 50 C. Haloisit umumnya berbentuk pipa (tubular) jika dilihat melalui mikroskop elektron, bentuk ini berbeda dengan kaoilinit yang berbentuk heksagonal. Proses pembentukan dan kemantapan haloisit di dalam tanah diketahui dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Kondisi tanah lembab diperlukan untuk perkembangan mineral itu. Terdapat indikasi bahwa haloisit dipercaya sebagai bahan asal dari kaolinit. Sifat-sifat teknis dari halloysite sangat berbeda jika dibandingkan dengan kaolinite, dan karena pengeringan udara dapat mempengaruhi reaksi-reaksi kimia yang secara tidak langsung diukur dengan batas Atterberg. Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi kemampuan mengembang dari suatu tanah lempung. Berikut adalah nilai dari aktivitas untuk berbagai mineral lempung. Kaolinite 0,4 0,5 Illite 0,5 1 Montmorilonite 1,0 7,0

12 Mineral kaolinite memiliki nilai aktivitas lebih rendah bila dibandingkan dengan mineral montmorilonite dan illite. Nilai A > 1,25 digolongkan aktif dan bersifat ekspansif tinggi, dimana nilai tersebut masuk kedalam nilai aktivitas montmorilonite. Untuk nilai A yaitu 1,25 > A > 0,75 digolongkan normal dan bersifat ekspansif sedang, nilai tersebut masuk kedalam nilai aktivitas illite. Sedengkan nilai A < 0,75 maka digolongkan bersifat ekspansif rendah, nilai tersebut masuk kedalam nilai aktivitas kaolinite. Nilai aktivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : A = Untuk nilai aktivitas tanah pada penelitian ini sebagai berikut : A = A =, A = 0,48 Dari nilai A yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 0,48, nilai tersebut lebih kecil dari 0,75 maka dapat dikatakan tanah pada penelitian ini bersifat ekspansif rendah. Untuk mengetahui tingkat ekspansif dari suatu tanah dapat juga ditinjau dari nilai uji Atterberg Limit. Dari hasil uji Atterberg didapatkan nilai Batas Susut sebesar 11,16 %, Batas Plastis sebesar 25%, Batas Cair sebesar 50,10%, Indeks Plastis sebesar 25,10%. Berikut merupakan hasil uji atterberg limit. Shrinkage (%) Liquid Limit (%) Plastic Limit (%) Potential > < 18 Low Medium High < 11 > 70 > 35 Very High

13 Dari tabel di halaman sebelumnya, tanah pada penelitian ini tergolong ke dalam tanah dengan potensi mengembang yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa hasil dari aktivitas tanah dan hasil uji atterberg limit tidak berada pada kondisi yang sama, dimana menurut hasil aktivitas tanah menunjukan kondisi ekspansif yang rendah, sedangkan menurut hasil uji atterberg limit menunjukan potensi mengembang yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mineral halloysite dan kaolinite lebih stabil dan memiliki tingkat pengembangan lebih rendah bila dibandingkan mineral lempung jenis lainnya.

14 DATA HASIL UJI INDEX PROPERTIES No. Uji 1 2 Picnometer 1 2 Berat tanah kering (gr) Berat air (gr) Berat pic kosong (gr) berat pic + aquades (gr) Temperatur, T1 ( ) Berat pic + tanah kering (gr) Berat pic + aquades + sample tanah (gr) Temperatur, T2 ( ) Faktor koreksi berat jenis air, (Gt) Gs (spesifiec gravity) Gs (spesifiec gravity) rata-rata 2.42 No. Uji 1 2 No.Ring 1 2 Tinggi Ring (cm) Diameter Ring (cm) Volume Ring (cm 3 ) Berat Ring (gr) Berat Ring + tanah bsh (gr) Berat Ring + tanah krg (gr) Berat Tanah basah (gr) Berat Tanah kering (gr) Berat Air (gr) Kadar Air (%) Volume tanah basah (cm 3 ) Berat Piring (gr) Berat Piring + Air Raksa (gr) Berat Air Raksa Tumpah (gr) ɣ Air Raksa (gr/cm 3 ) Volume Tanah kering (cm 3 ) Batas Susut, ws (%) Batas Susut, ws (%) Rata- Rata Berat Susut, Ws (%) Kesalahan Relative (%) Shrinkage Ratio, SR Gs 2.42

15 CONTOH PERHITUNGAN PICNOMETER 1 Berat tanah kering (a) = 36,1 gr Berat pic + aquades (b) = 139,6 gr Berat pic + tanah kering (c) = 75,4 gr Berat pic kosong (d) = 39,3 gr Berat pic + aquades berat pic (e) = 100,3 gr Berat pic + aquades + sample tanah (f) = 160,5 gr T1 ( 27º ), faktor koreksi (g) = 0,9965 T2 ( 28º ), faktor koreksi (h) = 0,9968 Spesific Grafity (G s ) = = ( ) {( )} h 75,4 39,3 (100,3 0,9965) {(160,5 75,4) 0,9968} = 2,39 CONTOH PERHITUNGAN DATA BERAT ISI TANAH DAN KADAR AIR ALAMI No. Uji =1 No. Ring =1 Berat Ring, W1 = 17,30 gr Berat Tanah Basah+ Ring, W2 = 51,40 gr Berat Tanah Kering + Ring, W3 = 44,40 gr Berat Tanah Basah, W = W2- W1 = 51,40 17,30 = 34,10 gr

16 Berat Tanah Kering, Ws = W3 - W1 = 44,40 17,30 = 27,10 gr Berat air, Ww = W-Ws = 34,10 27,10 = 7 gr Kadar air, w = 100% = 25,83 % γ Basah γw = = =,,, 100% = 2,084 gr/cm 3 γ Kering γd = =,, = 1,656 gr/cm 3

17 No Gambar Keterangan 1 Proses memasukan aquades ke dalam picnometer (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses pengukuran suhu aquades di dalam picnometer (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses memasukkan tanah ke dalam picnometer (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 4 Hasil proses uji index propertis (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

18 DATA HASIL UJI ATTERBERG LIMIT (BATAS SUSUT) No. Uji 1 2 No. Ring 1 2 Tinggi Ring (cm) Diameter Ring (cm) Volume Ring (cm^3) Berat Ring (gr) Berat Ring + tanah bsh (gr) Berat Ring + tanah krg (gr) Berat Tanah basah (gr) Berat Tanah kering (gr) Berat Air (gr) Kadar Air (%) Volume tanah basah (cm 3 ) Berat Piring (gr) Berat Piring + Air Raksa (gr) Berat Air Raksa Tumpah (gr) ɣ Air Raksa (gr/cm 3 ) Volume Tanah kering (cm 3 ) Batas Susut, ws (%) Batas Susut, ws (%) Rata- Rata Berat Susut, Ws (%) Kesalahan Relative (%) Shrinkage Ratio, SR Gs 2.42 Contoh Perhitungan Batas Susut Berat ring, W1 = 17,30 gr Berat tanah basah+ ring, W2 = 51,40 gr Berat tanah kering+ ring, W3 = 44,40 gr Volume ring V = 16,36 cm 3 Berat tanah basah, W4 = W2 - W1 = 51,40 17,30 = 34,10 gr

19 Berat tanah kering, W5 = W3 - W1 = 44,40 17,30 = 27,10 gr Berat air, W6 = W4 - W5 = 34,10 27,10 = 7 gr Kadar air, w = 100% =, 100% = 25,83% Volume tanah basah, V0 = 16,36 cm 3 Berat piring, W7 = 67,70 gr Berat piring + air raksa, W8 = 238,90 gr Berat air raksa, W9 = 171,20 gr Volume tanah kering, Vf = Batas susut, ws = w - =,, = 12,63 cm 3 100% = 0,2583 ( 16,36 12,36) 1 100% 27,10 = 12,06% Berat susut, Ws = x 100%, =, = 5,27%, x100%

20 Kesalahan relatif, = berat susut-batas susut = 6,80% Shrinkage ratio, SR = =,, = 2,15 DATA HASIL UJI ATTERBERG LIMIT (BATAS CAIR) No. Uji No. Container Berat Container, W1 (gr) Berat tanah basah + Container, W2 (gr) Berat tanah kering + Container, W3 (gr) Berat tanah basah, W4 = W2 - W1 (gr) Berat tanah kering, W5 = W3 - W1 (gr) Berat air, W6 = W4 - W5 (gr) Kadar air, w = (W6/W5) X 100% (%) Banyak ketukan, N Batas cair, LL (%) Contoh Perhitungan Batas Cair No uji = 1 No.Container = 1 Berat Container, W1 = 4,80 gr Berat Tanah Basah+ Container, W2 = 13,10 gr Berat Tanah Kering + Container, W3 = 10,50 gr Berat Tanah Basah, W4 = W2 - W1 = 13,10 4,80 = 8,30 gr

21 Berat Tanah Kering, W5 = W3 - W1 = 10,50 4,80 = 5,70 gr Berat air, W6 = W4-W5 = 8,30 5,70 = 2,60 gr Kadar air, w = 100% =,, 100% Banyak ketukan, N = 44 = 45,61 % Batas Cair WL = 50,10% (lihat grafik) GRAFIK HASIL UJI ATTERBERG LIMIT (BATAS CAIR)

22 DATA HASIL UJI ATTERBERG LIMIT (BATAS PLASTIS) No. Uji No. Container Tetap Kering Basah Berat Container (gr) Berat Container + Tanah Basah (gr) Berat Container + Tanah Kering (gr) Berat Tanah Basah (gr) Berat Tanah Kering (gr) Berat Air (gr) Kadar Air (%) Plastis Limit (PL) Contoh Perhitungan Batas Plastis No uji = 1 No.Container = 1 Berat Container, W1 = 4,70 gr Berat Tanah Basah+ Container, W2 = 5,20 gr Berat Tanah Kering + Container, W3 = 5,10 gr Berat Tanah Basah, W4 = W2 - W1 = 5,20 4,70 = 0,50 gr Berat Tanah Kering, W5 = W3 - W1 = 5,10 4,70 = 0,40 gr Berat air, W6 = W4 - W5 = 0,50 0,40 = 0,10 gr Kadar air, w = 100% =,, 100% = 25 %

23 Batas Plastis Wp = = = 25 % Perhitungan Plasticity Index (IP)Dan Liquidity Index (IL) Dari perhitungan di atas diperoleh hasil : o Batas Susut / Shrinkage Limit (Ws) = 11,16% o Batas Plastis / Plastic Limit (Wp) = 25% o Batas Cair / Liquid Limit (WL) = 50,10% Plasticity Index (IP) : = = 50,10% 25% = 25,10% Liquidity Index (IL) = 25,83% 25% = 50,10% 25% = 0,83% 25,10% = 0,125 IL = 0 (Tanah keras), IL = 1 (Tanah lembek)

24 No Gambar Keterangan 1 Proses pengeringan sampel tanah pada batas susut (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses memasukan sampel tanah kedalam air raksa pada batas susut (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses memasukan tanah kedalam cawan casgrande pada batas cair (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

25 No Gambar Keterangan 5 Proses penggulungan sampel tanah pada batas plastis (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 6 Hasil sampel tanah setelah digulung pada batas plastis (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

26 No. Saringan Diameter Saringan (mm) DATA HASIL UJI SARINGAN Berat Saringan (gram) Berat Tanah dan Saringan (gram) Berat Tertahan (gram) % Tertahan % Lolos 4 4, ,6 440,6 0,0 0,00 100, , ,0 317,0 0,0 0,00 100, , ,2 315,8 0,6 0,60 99, , ,2 419,6 0,4 0,40 99, , ,0 304,4 0,4 0,40 98, , ,8 407,2 0,4 0,40 98, , ,0 289,6 0,6 0,60 97, , ,8 401,2 0,4 0,40 97, , ,2 284,8 0,6 0,60 96,60 Pan ~ 471,2 567,8 96,6 96,60 0,00 Jumlah 100,0 100,00 DATA HASIL UJI HIDROMETER Elapsed I II III Average Time Temp Actual Temp Actual Temp Actual Temp Actual Hyd. Hyd. Hyd. Hyd. t Reading Reading Reading Reading (minute) ( C) Ra ( C) Ra ( C) Ra ( C) Ra ,00 60, , , ,33 58,42

27 Elapsed Time t (minute) Temp. ( C) DATA HASIL UJI HIDROMETER Actual Hyd. Reading Ra Corr. Hyd. Reading Rc % Finer Hyd. Corr. Only for Meniscus R L cm L/t cm/mnt K Diameter D (mm) ,50 63,16 60,1 6,5-0, ,50 63,16 60,1 6,5 6,5 0, , ,50 63,16 60,1 6,5 3,25 0, , ,50 62,06 59,1 7,3 1,825 0, , ,50 60,97 58,1 8,1 1,0125 0, , ,50 58,77 56,1 14 0,875 0, , ,50 57,67 55,1 14,3 0, , , ,50 56,57 54,1 14,8 0, , , ,50 55,47 53,1 15 0, , , ,20 52,95 52,1 15,3 0, , , ,50 51,08 49,1 15,5 0, , , ,20 47,45 47,1 15,6 0, , ,0014 GRAFIK ANALISA BUTIR TANAH

28 Contoh Perhitungan Analisis Butiran Tanah Persentase Gravel = Persentase lolos No.4 Persentase min. gravel = 100% - 100% = 0% Persentase Sand = Persentase min. gravel Persentase min. sand = 100% - 96,60% = 3,40% Persentase Silt = Persentase min. sand persentase min. silt = 96,60% - 52% = 43,4% Persentase Clay = 52%

29 No Gambar Keterangan 1 Proses penyaringan tanah pada uji saringan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses penyaringan tanah pada uji saringan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses mixer tanah untuk persiapan uji hidrometer (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

30 No Gambar Keterangan 4 Proses uji hidrometer (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

31 HASIL UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN 0% GIPSUM GRAFIK UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 0%

32 HASIL UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN 15% GIPSUM GRAFIK UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 15%

33 HASIL UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN 20% GIPSUM GRAFIK UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 20%

34 HASIL UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN 25% GIPSUM GRAFIK UJI PROKTOR (KOMPAKSI) DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 25%

35 GRAFIK GABUNGAN UJI PROKTOR SELURUH SAMPEL 1,60 Kadar Gipsum 0% Dry Density (t/m3) 1,50 1,40 1,30 1,20 1,10 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 Water Content (%) Kadar Gipsum 15% Kadar Gipsum 20% Kadar Gipsum 25% Poly. (Kadar Gipsum 0%) Poly. (Kadar Gipsum 15%) Poly. (Kadar Gipsum 20%) Poly. (Kadar Gipsum 25%)

36 No Gambar Keterangan 1 Proses pencampuran tanah ditambah gipsum (0%) dan air pada uji kompaksi (proctor) (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses pencampuran tanah ditambah gipsum (15%) dan air pada uji kompaksi (proctor) (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses pencampuran tanah ditambah gipsum (20%) dan air pada uji kompaksi (proctor) (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

37 No Gambar Keterangan 4 Proses pencampuran tanah ditambah gipsum (25%) dan air pada uji kompaksi (proctor) (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 5 Proses penumbukan tanah kedalam mold pada uji kompaksi (proctor) (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

38 Persen gipsum Tanah Asli (0%) Nomo r Mold DATA HASIL UJI SWELL SWELLING POTENTIAL Pembacaan Dial (div) % % % HARI KE Persen gipsum Tanah Asli (0%) Nomor Mold Tinggi benda uji setelah perendaman Tinggi Tanggal Benda Uji 19 Juli 20 Juli 21 Juli (mm) '16 '16 '16 22 Juli ' % % % HARI KE h (%) GRAFIK UJI SWELL DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 0% Peningkatan Tinggi Benda Uji (mm) 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Uji Swell Tanah Asli 0,64 0,6056 0,55 0, Hari Ke Data Nilai Swell

39 Peningkatan Tinggi Benda Uji (mm) GRAFIK UJI SWELL DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 15% 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Uji Swell 15% Gipsum 0,101 0,14 0,18 0, Hari Ke Data Nilai Swell Peningkatan Tinggi Benda Uji (mm) GRAFIK UJI SWELL DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 20% 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Uji Swell 20% Gipsum 0,128 0,16 0,18 0, Hari Ke Data Nilai Swell

40 Peningkatan Tiinggi Benda Uji (mm) GRAFIK UJI SWELL DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 25% 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Uji Swell 25% Gipsum 0,18 0,23 0,25 0, Hari Ke Data Nilai Swell GRAFIK UJI PERSENTASE SWELLING Hasil Persentase Swelling Nilai Swell 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 0,36 0,157 0,101 0, Presentase Swell

41 No Gambar Keterangan 1 Proses curing sebelum dilakukan proses uji swell (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses uji swell (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses penirisan setelah uji swell (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

42 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 5 KG KADAR 0% Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= kg/div Kecepatan Peralihan= mm/div Tegangan Normal= kg/cm 2 Kalibrasi Dial= 0.01 mm

43 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 10 KG KADAR 0% Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas) d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi Dial= 0.01 mm Kalibrasi= kg/div Kecepatan Peralihan= mm/div Tegangan Normal= kg/cm2 MAX

44 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 15 KG KADAR 0% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX

45 d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= kg/div Kecepatan Peralihan= mm/div Tegangan Normal= kg/cm2 Kalibrasi Dial= 0.01 mm GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 0%

46 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 0%

47 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 5 KG KADAR 15% Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX

48 d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= kg/div Kecepatan Peralihan= mm/div Tegangan Normal= kg/cm 2 Kalibrasi Dial= 0.01 mm DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 10 KG KADAR 15% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas)

49 Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi Dial= Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= 0.01 mm kg/div mm/div kg/cm2 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 15 KG KADAR 15% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas)

50 Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MA

51 d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= Kalibrasi Dial= kg/div mm/div kg/cm mm GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 15%

52 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 15%

53 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 5 KG KADAR 20% Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= kg/div Kecepatan Peralihan= mm/div Tegangan Normal= kg/cm2 Kalibrasi Dial= 0.01 mm MA

54 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 10 KG KADAR 20% Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas)

55 Peralihan Horisontal (div) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi Dial= Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= 0.01 mm kg/div mm/div kg/cm2 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 15 KG KADAR 20% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas)

56 Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= Kalibrasi Dial= kg/div mm/div kg/cm mm

57 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 20%

58 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 20%

59 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 5 KG KADAR 25% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= Kalibrasi Dial= kg/div mm/div kg/cm mm

60 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 10 KG KADAR 25% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 )(Beban Horisontal/Luas) MA

61 d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi Dial= Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= 0.01 mm kg/div mm/div kg/cm2 DATA UJI DIRECT SHEAR BEBAN 15 KG KADAR 25% Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas)

62 Peralihan Horisontal (mm) Load Dial Reading (div) Beban Horisontal (kg) (Kalibrasi x Load Dial Reading) Tegangan Geser (kg/cm 2 ) (Beban Horisontal/Luas) MAX d= 6 cm H= 2 cm A= cm 2 V= cm 3 Kalibrasi= Kecepatan Peralihan= Tegangan Normal= Kalibrasi Dial= kg/div mm/div kg/cm mm

63 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 25%

64 GRAFIK UJI DIRECT SHEAR DENGAN KADAR PENAMBAHAN GIPSUM 25%

65 HASIL UJI DIRECT SHEAR Nilai Kohesi (c) 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 GRAFIK KOHESI UJI DIRECT SHEAR Hasil Nilai Kohesi (c) Uji DS 0,23 0,38 0,33 0,35 0 Tanah % 203 % 25 4 % 5 Asli (0% Gipsum Gipsum Gipsum Gipsum) Sampel Tanah Nilai Kohesi (c)

66 GRAFIK SUDUT GESER UJI DIRECT SHEAR Hasil Nilai Sudut Geser (φ) Uji DS Nilai Sudut Geser (φ) ,56 29,74 36,11 27,34 0 Tanah % 20 3 % 425 % 5 Asli (0% Gipsum Gipsum Gipsum Gipsum) Nilai Sudut Geser (φ) Sampel Tanah

67 GRAFIK GABUNGAN HASIL UJI DIRECT SHEAR

68 No Gambar Keterangan 1 Contoh sampel tanah yang sudah diswell dan akan diuji direct shear (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 2 Proses pengambilan sampel untuk uji direct shear (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016) 3 Proses pengeluaran sampel tanah untuk uji direct shear (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

69 No Gambar Keterangan 4 Kondisi sampel tanah setelah uji direct shear (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

L 01 UJI KLASIFIKASI

L 01 UJI KLASIFIKASI L 01 UJI KLASIFIKASI L 01 1 UJI INDEX PROPERTIES BERAT JENIS TANAH No. Uji 1 2 Picnometer Kecil Kecil Berat pic kosong (gr) (A) 37,5 39,3 berat pic + aquades (gr) (B) 138,6 139,7 Temperatur, T1 ( ) 28

Lebih terperinci

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63 ATTERBERG LIMIT BATAS SUSUT Nama Instansi : Unika Soegijapranata Kedalaman Tanah : 1.5 meter Nama Proyek : Praktikum Mektan Nama Operator : Lokasi Proyek : Lab Mektan Unika Nama Engineer : Deskripsi tanah

Lebih terperinci

4. ANALISA UJI LABORATORIUM

4. ANALISA UJI LABORATORIUM 4. ANALISA UJI LABORATORIUM 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini akan di bahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium. Secara garis besarnya, pengujian laboratorium yang dilakukan yaitu untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di III. METODE PENELITIAN Pekerjaan Lapangan Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di lapangan. Sampel tanah diambil pada beberapa titik di lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan sampel tanah dapat

Lebih terperinci

PENGARUH KAPUR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN KUAT GESER TANAH EKSPANSIF

PENGARUH KAPUR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN KUAT GESER TANAH EKSPANSIF LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH KAPUR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN KUAT GESER TANAH EKSPANSIF Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH 4.1. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang digunakan untuk semua pengujian dalam penelitian ini adalah tanah di sekitar jalan dari Semarang menuju Purwodadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Tanah merah diambil dari sebuah lokasi di bogor, sedangkan untuk material agregat kasar dan

Lebih terperinci

Grafik Kalibrasi Erlenmeyer

Grafik Kalibrasi Erlenmeyer LAMPIRAN 85 Weight Bottle + Water ; W 2 ( gram ) Lampiran L1 Berat Jenis Tanah (kalibrasi Erlenmayer) ERLENMEYER CALIBRATION Erlenmeyer Data Erlenmeyer No : 5 Form No. : Wt. of bottle ; W b : 193 gr Test

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Uraian Umum

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Uraian Umum BAB IV METODE PENELITIAN A. Uraian Umum Data hasil penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan melakukan berbagai macam percobaan sehubungan dengan data-data yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km. BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi : 1. Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. B. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Mengumpulkan literatur dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan sample tanah : Tanah dari Kecamatan Pamotan Jawa Tengah Kapur,

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

UJI BATAS BATAS ATTERBERG ASTM D-4318-00

UJI BATAS BATAS ATTERBERG ASTM D-4318-00 1. LINGKUP Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg yang meliputi Batas Susut, Batas Plastis, dan Batas Cair. 2. DEFINISI a. Batas Susut (Shrinkage Limit), w S adalah batas kadar air dimana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98)

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98) ANALISIS HIDROMETER ASTM D-442-63 (98) 1. LINGKUP Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No. 200 2. DEFINISI Silt/lanau adalah tanah dengan ukuran butir antara

Lebih terperinci

Kalibrasi Erlenmeyer

Kalibrasi Erlenmeyer Kalibrasi Erlenmeyer Nama Instalasi : Universitas Kristen Maranatha Kedalaman Tanah : Nama Proyek : Praktikum Tugas Akhir Nama Operator : Jemmy Lokasi Proyek : Nama Engineer : Deskripsi Tanah : Pasir Tanggal

Lebih terperinci

PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT GESER SAMPEL DRYSIDE OF OPTIMUM (KERING OPTIMUM) DAN WETSIDE OF OPTIMUM (BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG

PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT GESER SAMPEL DRYSIDE OF OPTIMUM (KERING OPTIMUM) DAN WETSIDE OF OPTIMUM (BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT GESER SAMPEL DRYSIDE OF OPTIMUM (KERING OPTIMUM) DAN WETSIDE OF OPTIMUM (BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG Lusmeilia Afriani 1) Iswan 1) Armen Febri 2) Abstract Clay is a type

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer). 27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium. Lampiran A

DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium. Lampiran A LAMPIRAN DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium Lampiran A Model Penurunan Pondasi Konstruksi Sarang Lab-Laba Dimodifikasi dengan Perkuatan Tanah Lunak Menggunakan Pasir Padat Nurdin 0815011075 S0IL MECANICS

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 2 SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Sifat-sifat indeks (index properties) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram alir penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Mengumpulkan literature dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan contoh tanah : Tanah lempung dari ruas jalan Berau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai Bagan Alir Penelitian : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Pengambilan sampel tanah dan abu vulkanik Persiapan bahan : 1. Tanah 2. Abu vulkanik Pengujian kadar material abu vulkanik Pengujian sifat dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Mengumpulkan literature dan referensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan sampel tanah dan bahan stabilisasinya. Penelitian laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH

LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH Kalibrasi Piknometer (P1) No. Uraian Satuan 1 2 3 4 5 1 Berat piknometer kosong (w p) g 23,69 23,69 23,69 23,69 23,69 2 Berat piknometer

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan 38 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang diambil dari 3 lokasi yaitu 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan Koordina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. B. Pelaksanaan Pengujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan

Lebih terperinci

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I KOMPOSISI TANAH 2 MEKANIKA TANAH I UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI NORMA PUSPITA, ST. MT. Komposisi Tanah Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara 1 Komposisi Tanah Sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi: BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi: 1. Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, 30 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, Lampung Timur 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : GIOVANNI RAMADHANY GINTING

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : GIOVANNI RAMADHANY GINTING KAJIAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ABU VULKANIK DAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) DAN DITINJAU DARI NILAI CBR TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN Abstraksi untuk memenuhi sebagian persyartan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh :

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung) KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung) TUGAS AKHIR Oleh : I GEDE PUTU SUGALIH ARTA 1104105057 JURUSAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa yosomulyo, Kota Metro Timur. Sampel tanah yang diambil adalah tanah terganggu (disturbed soil)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur B. Metode Pengambilan Sampel Pada saat pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Dalam perencanaan pekerjaan, diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada, bagaimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO... DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii PERNYATAAN... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan secara umum adalah eksperimen di laboratorium dengan penyajian data secara deskriptif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode analisis yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo, III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada cuaca cerah, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir Gedong Kelurahan Benteng Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan titik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang diberi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL

LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL Sebelum melakukan uji tarik pondasi model tiang pipa tertutup pada pasir diperlukan data-data parameter dari tanah pasir. Untuk mencari parameter tersebut dilakukan percobaan

Lebih terperinci

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF Tanah ekspansif atau tanah kembang susut adalah tanah yang mempunyai potensi swelling yang tinggi, sehingga sering menimbulkan masalah pada struktur bangunan di atasnya. Hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Lokasi pengambilan sampel tanah organik ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak tiga buah

Lebih terperinci

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( ) PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI BAHAN KIMIA (FLY ASH, KAPUR DAN BIO-BAKTERI) TERHADAP PARAMETER FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK AKIBAT SIKLUS PEMBASAHAN-PENGERINGAN PADA TANAH RESIDUAL DI DAERAH LERENG Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sistematika Bagan Alir Penelitian Start Mengumpulkan literature dan referensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan contoh tanah : Tanah lempung dari ruas jalan berau

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No. 910/TA/FTS/UKM/III/2005, dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pegujian yang telah dilakukan terhadap tanah yang berasal dari proyek jalan tambang di Berau Kalimantan Timur,maka pada kesempatan ini penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung ` III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I 1 Pembagian Kelompok Tanah Tanah Khusus: Quick Clay: Tanah yang sangat peka terhadap gangguan. Apabila terganggu kekuatannya berkurang drastis. Kadar kepekaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Penelitian yang dilakukan di laboratorium secara garis besar adalah untuk mengetahui

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Penelitian yang dilakukan di laboratorium secara garis besar adalah untuk mengetahui BAB IV HASIL DAN ANALISIS Penelitian yang dilakukan di laboratorium secara garis besar adalah untuk mengetahui sifat sifat fisik dan mekanis pada tanah dalam kondisi asli, pada bab ini akan di bahas hasil

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA Handy Dewanto NRP:9621037 NIRM: 41077011960316 Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir.,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing III. METODE PENELITIAN A. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji batasbatas konsistensi, uji proctor modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak terganggu

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN KOMPOSISI TANAH DARI HASIL UJI TINGGI JATUH KERUCUT (FALL CONE TEST)

STUDI PERKIRAAN KOMPOSISI TANAH DARI HASIL UJI TINGGI JATUH KERUCUT (FALL CONE TEST) STUDI PERKIRAAN KOMPOSISI TANAH DARI HASIL UJI TINGGI JATUH KERUCUT (FALL CONE TEST) OLAND MUSTAFA NRP : 0121073 Pembimbing : IBRAHIM SURYA, Ir., M. Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung lunak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanah ekspansif tanpa campuran bahan gypsum atau arang, serta tanah ekspansif yang telah diberi campuran bahan gypsum atau

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN Parea Russan Ranggan 1, Hendrianto Masiku 2, Marthen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK UNTUK STABILITAS LERENG

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK UNTUK STABILITAS LERENG Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014 PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK UNTUK STABILITAS LERENG Endang Setyawati Hisyam Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Email: hisyam.endang@gmail.com

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun ketika

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO Arie Wahyu Aprilian, Yulvi Zaika, Arief Rachmansyah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. melongsorkan lereng tanah tersebut setelah diberi perkuatan. Besarnya beban

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. melongsorkan lereng tanah tersebut setelah diberi perkuatan. Besarnya beban 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil pengujian longsoran didapat peningkatan beban maksimum

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dasar Tanah dasar merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lainlain. Tanah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik yang berasal dari Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Dan Cornice

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG Frengky Alexander Silaban 1, Roesyanto 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi 2 Beny Ariyanto 3 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Lokasi Penelitian...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 39 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak terganggu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Pengujian Berat Jenis Tanah

Pengujian Berat Jenis Tanah Pengujian Berat Jenis Tanah PERALATAN Alat-alat yang digunakan 1. Botol Erlenmeyer 2. Aquades 3. Timbangan digital dengan ketelitian,1 gr 4. Termometer 5. alat pemanas berupa kompor 6. Oven 7. Pipet 8.

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, yang telah diolah dan dianalisis tentang pengaruh geotekstil terhadap kuat geser

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian Metodepenelitianpadadasarnyamerupakankegiatanpenelitanuntukmendapa tkan data dengantujuantertentu.kegiatanpenelitiandidasarkanpadaciricirikeilmuanyaiturasional,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak (soft clay) yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak (soft clay) yang diambil dari daerah Rawa Sragi, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sample Penelitian Metodologi penelitian tugas akhir ini bersifat eksperimen (research) yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium dengan cara memperbaiki sampel tanah dasar yang diambil dari lapangan, dengan bahan perbaikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil pengujian dan analisis dari penelitian yang telah dilakukan, terlihat adanya perubahan peningkatan tanah dari daya dukung dan penurunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah Rawa Sragi, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan

Lebih terperinci