IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Semarang 1. Keadaan Alam a. Letak Geografis Penelitian ini dlakukan di Kabupeten Semarang dimana Kabupaten Semarang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak antara ,75 sampai dengan BT dan sampai dengan LS. Kabupaten Semarang mempunyai luas wilayah sebesar ,674 Ha dengan dengan 64% wilayah berupa lahan pertanian dan sisanya lahan non pertanian. Suhu udara di Kabupaten Semarang relatif sejuk. Temperatur udara terendah yaitu 17,63 o C dan temperatur udara tertinggi yaitu 33,45 o C dengan kelembaban udara tertinggi 96,40% dan terendah 40,20%. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kota Semarang Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan Kabupaten Demak Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali Sebelah Barat : Kabupaten Kendal Kabupaten Temanggung Kabupaten Semarang memiliki 19 kecamatan yaitu Getasan, Tengaran, Susukan, Kaliungu, Suruh, Pabelan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bawen, Beringin, Bancak, Pringapus, Bregas, Ungaran Barat dan Ungaran Timur. Setelah itu, Kabupaten Semarang terbagi lagi atas 208 Desa, 27 Kelurahan, RW dan RT. b. Curah Hujan Rata-rata curah hujan di wilayah Kabupaten Semarang selama tahun 2011 cenderung tinggi. Tercatat rata-rata curah hujannya sebesar 42

2 mm, dengan Kecamatan Pringapus dan Bergas sebagai kecamatan bercurah hujan tertinggi (3.236 mm) dan Kecamatan Bancak dan Bringin bercurah hujan terendah (1.584 mm). Banyaknya hari terjadinya hujan selama tahun 2011 terbanyak pada bulan Maret, April dan Desember, sedangkan pada bulan Agustus tidak terjadi hujan. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan April (6.276) dan Maret (6.231) sedangkan terkecil di bulan Agustus (0) dan September (449). Mengingat hampir setiap bulan pada tahun 2011 terjadi turun hujan sehingga tidak terjadi kekeringan/kemarau. c. Keadaan Tanah Kabupaten Semarang memiliki berbagai jenis tanah. Jenis tanah ini nantinya akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah terhadap usaha budidaya tanaman tomat yang dilakukan di Kabupaten Semarang. Jenis tanah yang ada di kabupaten Semarang yaitu yaitu : 1) Aluvial berwarna coklat tua 2) Regusol berwarna kelabu 3) Grumusol berwarna kelabu 4) Androsol berwarna coklat 5) Litosol berwarna coklat kemerahan 6) Latosol berwarna coklat tua dan kemerahan 7) Mediteran berwarna coklat tua Tomat membutuhkan media tanam berupa tanah yang gembur, berpasir, subur dan banyak mengandung humus. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tomat mebutuhkan tanah dengan derajat keasaman (ph tanah) 5,5-6,5. Untuk tanah ber-ph rendah (asam), perlu ditambahkan kapur dolomit (CaCO 3 ) dan diberikan pada saat 3-4 minggu sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas media tanam (Purwati, 2009). d. Topografi Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 meter di atas permukaan laut hingga meter di atas permukaan laut. Desa Cinderejo di Kecamatan Pringapus merupakan desa dengan ketinggian

3 44 terendah sedangkan Desa Batur di Kecamatan Getasan merupakan wilayah desa dengan ketinggian tertinggi. Berikut ini merupakan ketinggian wilayah di atas permukaan laut menurut Kecamatan di Kabupaten Semarang Tahun Tabel 6. Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut Menurut Kecamatan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No. Kecamatan Ketinggian 1. Getasan Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Pringapus Bergas Ungaran Barat Ungaran Timur 318 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Tomat merupakan tanaman yang tumbuh subur dan banyak diusahakan pada dataran tinggi. Sebab kondisi tersebut sangat mendukung dalam pertumbuhan tanaman tomat. Oleh sebab itu, daeah di Kabupaten Semarang yang menjadi sentra penanaman tomat berada di Kecamatan Getasan dan Kecamatan Sumowono. Hal ini dikarenakan kedua kecamatan tersebut mempunyai ketinggian wilayah tertinggi di Kabupaten Semarang.

4 45 e. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan Keadaan tata guna lahan tegalan/kebun di Kabupaten Semarang Tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7. Luas Wilayah Tanah Kering di Kabupaten Semarang (Ha), Tahun Tegal/ Hutan Ladang Perkebunan Kebun Rakyat Lainnya ,00 0, , ,84 41, ,30 0, , ,81 41, ,59 0, , ,44 40, ,42 0, , ,67 40, ,627,26 0, , ,83 185,69 Rata-rata ,33 0, , ,52 69,55 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tegalan/kebun di Kabupaten Semarang dari tahun berfluktuasi yang cenderung menurun hingga tahun 2010, tetapi selanjutnya pada tahun 2011 kembali mengalami peningkatan. Penurunan terbesar yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.009,71 ha. Kecenderungan ini dapat diakibatkan karena Kabupaten Semarang juga merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pariwisata, sehingga dalam rangka mendukung pengembangan sektor pariwisata penggunaan lahan sebagai pekarangan/bangunan semakin meningkat. Penggunaan tanah kering terbesar di Kabupaten Semarang adalah penggunaan tanah untuk tegal/kebun dengan rata-rata sebesar ,33 Ha Berkurangnya penggunaan lahan tegal/kebun akan berpengaruh terhadap luas areal tanam tomat dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi produksi tomat di Kabupaten Semarang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani tomat membudidayakan tomat di areal tegalan/kebun. Sebab lahan pertanian pada dataran tinggi yang digunakan untuk menanam komoditas sayuran, sebagian besar berupa lahan tegalan/kebun.

5 46 Tabel 8. Luas Wilayah Tanah Sawah Berdasarkan Jenis Irigrasi di Kabupaten Semarang Tanah Sawah Tahun Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa Tadah Hujan , , ,00 87, , , , , , , , , ,24 526, , , , ,01 79, , , , ,68 677, ,16 Jumlah , , , , ,46 Rata-rata 5.247, , ,81 476, ,29 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan sawah di Kabupaten Semarang dari tahun cenderung mengalami penurunan. Kecenderungan ini dapat diakibatkan karena Kabupaten Semarang juga merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pariwisata, sehingga dalam rangka mendukung pengembangan sektor pariwisata penggunaan tanah sebagai sawah semakin menurun. Selain itu adanya alih fungsi lahan lain seperti untuk perumahan penduduk dan perkantoran seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk. 2. Keadaan Penduduk a. Perkembangan Penduduk Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, mortalitas dan natalitas. Perkembangan penduduk di Kabupaten Semarang selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:

6 47 Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan Prosentase (%) , , , ,54 Jumlah ,56 Rata-rata 921, ,5 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Semarang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk terbanyak terjadi tahun 2010 yaitu sebesar jiwa (1,74%). Sedangkan pertambahan penduduk terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar atau 0,52%. Penduduk di suatu wilayah dapat dikelompokan menurut komposisi tertentu misalnya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berdasarkan usia dapat dibedakan menjadi kelompok penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur antara tahun. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Semarang Tahun 2011 Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase Umur Laki-laki Perempuan (Jiwa) (%) (Tahun) (Jiwa) (Jiwa) , , ,7 Jumlah ,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012

7 48 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Semarang jumlah golongan umur terbanyak adalah umur tahun atau golongan usia produktif dengan jumlah sebesar jiwa atau 68,4 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Semarang. Golongan usia non produktif untuk umur 0 14 tahun berjumlah jiwa atau 23,9 persen dan untuk umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun berjumlah jiwa atau 7,7 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Semarang. Berdasarkan persentase tersebut berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dan kelompok usia produktif merupakan syarat utama penyelenggaraan kegiatan ekonomi. Selain itu, banyaknya penduduk usia produktif juga memungkinkan penyediaan tenaga kerja yang cukup dalam usaha budidaya tomat. Walaupun pada kenyataannya, usia 65 tahun keatas juga masih mampu terlibat dalam usaha budidaya. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dan tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun) yang harus ditanggung oleh setiap penduduk usia produktif (usia tahun). Untuk menghitung besarnya ABT dapat menggunakan rumus: Jumlah Penduduk Usia Non Produktif ABT = X 100% Jumlah Penduduk Usia Produktif ABT = X 100% = 46,15 % (ABT di Kabupaten Semarang) Berdasarkan perhitungan nilai ABT diketahui bahwa nilai ABT di Kabupaten Semarang sebesar adalah 46,15 %, hal ini berarti bahwa tiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Semarang menanggung 46 orang penduduk usia non produktif. Sedangkan untuk mengetahui

8 49 besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan digunakan rumus: Jumlah Penduduk Laki - Laki SexRatio = X 100% Jumlah Penduduk Perempuan SexRatio = X 100% = 97,14% Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya nilai sex ratio di Kabupaten Semarang adalah 97,14%, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan akan mempengaruhi kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%) Tamat Akademi/ PT Tamat SLTA dan SMK Tamat SLTP Tamat SD Tidak/Belum Tamat SD ,06 19,35 20,16 34,96 20,47 Jumlah ,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012

9 50 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa penduduk di Kabupaten Semarang yang paling banyak yaitu tamatan Sekolah Dasar sebanyak atau 34,96% dan yang paling sedikit adalah tamatan akademik atau perguruan tinggi yaitu sebesar 5,06% atau sebanyak jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Semarang memiliki kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah. c. Ketenagakerjaan Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk di daerah tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Keadaan matapencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Semarang Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%) Pertanian (pemilik penggarap) Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian (buruh tani) Industri Pengolahan Perdagangan Pengusaha Angkutan Lainnya ,25 3,21 0,47 4,15 7,58 22,78 9,35 3,37 4,43 16,41 Jumlah ,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012

10 51 Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Semarang bermata pencaharian di lapangan pekerjaan utama pertanian yaitu sebesar 28,25%. Penduduk yang bermata pencaharian di lapangan pekerjaan bidang peternakan sebesar jiwa atau sebesar 4,15% dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Semarang. Mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh masyarakat di Kabupaten Semarang adalah bidang perikanan yaitu sebesar orang. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Penduduk di Kabupaten Semarang bermata pencaharian di bidang lainnya, terdiri dari bidang pekerjaan PNS, polisi, jasa, pekerjaan lainnya. Data di atas menunjukan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang penting di Kabupaten Semarang sebab dapat menyerap banyak tenaga kerja. Wilayah Kabupaten Semarang yang sebagian besar berupa dataran tinggi tentu sangat mendukung kegiatan pertanian di daerah tersebut. Oleh karena itu, cukup banyak penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai petani sayuran di daerah tesebut, termasuk petani tomat. 3. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian di Kabupaten Semarang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana tersebut digunakan untuk menyalurkan produksi pertanian terutama tomat dari produsen ke konsumen. Pasar dan koperasi merupakan sarana perekonomian yang sangat penting bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Semarang, pasar masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari. Pasar dan koperasi juga merupakan tempat untuk memasarkan produk-produk hasil pertanian dan peternakan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah koperasi, pasar dan minimarket di Kabupaten Semarang.

11 52 Tabel 13. Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 Sarana Perekonomian Koperasi : 1. KUD 2. Koperasi Peternakan/Pertanian 3. KPRI 4. Koperasi Karyawan Pasar 1. Supermarket 2. Minimarket 3. Toko/Warung 4. Pasar Tradisional 5. Pasar Sayur dan Pasar Hewan Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, BPS 2012 Jumlah Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Semarang sudah memadai sehingga akan mempermudah penyaluran tomat yang diperdagangkan, baik untuk konsumsi dalam kabupaten maupun luar kabupaten sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan akan sayuran tomat dengan mudah Selain pasar, terdapat juga transportasi dan sarana pendukung lainnyanya yang memiliki peranan sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi dan meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Adanya sarana prasarana yang baik dan memadai dapat menunjang pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk maupun kegiatan produksi yang dilakukan oleh penduduk. Semakin baik kondisi sarana prasarana yang ada di suatu daerah akan semakin baik pula perputaran roda perekonomian di daerah tersebut. Keadaan sarana dan prasarana perekonomian bagi suatu daerah dapat mempengaruhi keadaan perekonomian di daerah tersebut. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat sebagai saran transportasi utama tiap tahun bertambah jumlahnya. Selama tahun 2011 ada penambahan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat yang terdiri dari kendaraan pribadi, kendaraan dinas dan kendaraan untuk trayek umum. Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Kabupaten Semarang membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam

12 53 melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam penawaran tomat, sarana perhubungan mempunyai peranan penting dalam melakukan pemasaran, dimana dengan adanya sifat tomat yang cepat mengalami penurunan mutu atau busuk maka membutuhkan pengangkutan yang seefektif dan seefisien mungkin sehingga sampai ke konsumen tomat masih dalam keadaan segar. Adanya mobilitas yang baik maka akan semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota untuk membeli. Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No Jenis Sarana Perhubungan Jalan Kabupaten (Km) 1 Jenis Permukaan a. Aspal 714,12 b. Kerikil 4,00 c. Batu 15,50 d. Tanah 0,00 2 Kondisi Jalan a. Baik 262,82 b. Sedang 293,45 c. Ringan 110,04 d. Rusak/rusak berat 67,31 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa dari jenis permukaan jalan di Kabupaten Semarang sudah berupa aspal, sedangkan untuk kondisi jalan di Kabupaten Semarang sebagian besar dapat dikatakan berada dalam kualitas sedang. Kondisi jalan yang baik dan lancar akan memudahkan dalam melakukan pemasaran tomat ke luar kota sehingga resiko penurunan mutu tomat dapat diperkecil. 4. Keadaan Pertanian a. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Semarang dibedakan menjadi dua, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

13 54 Tabel 15. Tata Guna Lahan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2011 No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan 4.265, , , ,16 4,5 5,3 7,7 7,7 2. Tanah Kering a. Pekarangan/ Bangunan b. Tegal/Kebun c. Padang Gembala d. Tambak/ Kolam e. Hutan Negara f. Perkebunan Negara/ Swasta g. Lain-lain , , ,83 25, , , ,89 21,6 29,1 4,0 0,1 9,1 5,1 5,8 Jumlah ,18 100,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa Kabupaten Semarang mempunyai luas lahan sebesar ,18 Ha. Penggunaan lahan terluas di Kabupaten Semarang adalah lahan kering yang berupa tegal atau kebun seluas ,26 Ha atau sebesar 29,1% dari total luas wilayah Kabupaten Semarang. Penggunaan lahan terkecil di Kabupaten Semarang adalah tambak atau kolam dengan luas 25,32 Ha atau sebesar 0,1% dari total luas wilayah Kabupaten Semarang. Lahan yang digunakan untuk daerah penanaman tomat di Kabupaten Semarang adalah lahan kering yaitu di pekarangan dan tegalan. Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik di lahan yang tidak terlalu banyak genangan air. Sebab kelembaban yang tinggi akan merangsang perkembangan berbagai penyakit seperti cendawan/jamur. Keadaan demikian akan berdampak pada jumlah produksi tomat, sehingga juga mempengaruhi perubahan penawaran tomat di Kabupaten Semarang. b. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Semarang memiliki potensi yang baik di bidang pertanian khususnya di subsektor tanaman bahan makanan, sehingga banyak penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian

14 55 khususnya memproduksi tanaman pangan. Subsektor tanaman bahan makanan menghasilkan tanaman pangan yang terdiri dari padi dan palawija serta sayur dan buah-buahan. Jumlah luas panen dan produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No A B Jenis Komoditi Padi dan Palawija Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ketela pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Sayur-sayuran Bawang Merah Bawang Daun Kentang Kubis Petsai/Sawi Wortel Lobak Kacang Panjang Cabe Tomat Terong Buncis Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam Luas Panen (Ha) ,00 247, , ,00 962, ,00 326,00 25, ,00 133,00 743, ,00 500,00 2,00 240, ,00 583,00 144,00 368,00 151,00 134,00 93,00 143,00 Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, 2012 Produktivitas (Kw/Ha) 54,30 41,78 37,94 272,77 309,80 10,61 13,22 73,32 104,98 224,39 282,85 176,38 239,56 212,00 47,38 84,15 214,58 213,20 119,61 151,87 489,62 106,46 37,75 Produksi (Ton) , , , , , ,00 431, , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa komoditi pertanian terbesar di Kabupaten Semarang adalah padi sawah dengan luas panen sebesar Ha dan produksi sebanyak ton. Sedangkan luas panen yang terkecil adalah padi ladang dengan luas panen 247 Ha dan produksi sebanyak ton. Akan tetapi, jumlah produksi terendah

15 56 adalah kedelai yakni 431 ton. Untuk jenis sayur-sayuran, produksi terbesar yang dihasilkan yaitu kobis dengan produksi sebesar ton dan produksi terkecil yaitu lobak dengan produksi sebesar ton. Tabel 17. Jumlah Produksi Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Semarang Tahun 2011 No C Jenis Komoditi Buah-buahan Alpokat Mangga Rambutan Duku Jeruk Manggis Durian Jambu Air Jambu Biji Sawo Papaya Melinjo Pisang Nanas Salak Kelengkeng Sirsat Sukun Sumber : Kabupaten Semarang dalam Angka, 2012 Produksi (Ton) Untuk kategori buah-buahan, produksi yang terbesar adalah alpokat dengan produksi sebesar ton dan produksi terkecil adalah duku dengan produksi sebesar 420 ton.

16 57 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian yang berjudul Analisis Penawaran Tomat di Kabupaten Semarang ini menggunakan data time series bulanan selama 60 bulan, yaitu dari bulan Januari Desember Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan. Penawaran tomat dalam penelitian ini didekati melalui pendekatan produksi. Tomat merupakan salah satu produk hortikultura di Kabupaten Semarang. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayah Kabupaten Semarang yang berupa daerah pegunungan merupakan syarat tumbuh yang cocok untuk budidaya tomat. Variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tomat dalam penelitian ini adalah, produksi tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh data-data sebagai berikut: 1. Produksi Tomat Jumlah produksi merupakan faktor yang sangat penting dalam penawaran. Hal ini dikarenakan jumlah produk merupakan jumlah yang akan ditawarkan kepada konsumen. Jumlah produksi yang tinggi akan membuat penawaran barang tersebut tinggi dan sebaliknya. Penawaran tomat di Kabupaten Semarang dihitung dengan menggunakan pendekatan jumlah produksi. Adapun perkembangan jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang dari bulan Januari Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 18.

17 58 Tabel 18. Produksi Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Jumlah Produksi Tomat (kw) Perkembangan Jumlah Produksi (kw) (%) 2008 Januari Februari ,03 Maret ,42 April ,30 Mei ,17 Juni ,05 Juli ,33 Agustus ,27 Sepetember ,08 Oktober ,26 November ,32 Desember , Januari ,31 Februari ,46 Maret ,69 April ,19 Mei ,17 Juni ,27 Juli ,75 Agustus ,44 Sepetember ,09 Oktober ,01 November ,11 Desember , Januari ,18 Februari ,96 Maret ,08 April ,42 Mei ,44 Juni ,25 Juli ,23 Agustus ,46 Sepetember ,39 Oktober ,02 November ,39 Desember , Januari ,09 Februari ,21 Maret ,28

18 59 April ,18 Mei ,19 Juni ,06 Juli ,05 Agustus ,04 Sepetember ,12 Oktober ,07 November ,20 Desember , Januari ,04 Februari ,07 Maret ,16 April ,38 Mei ,18 Juni ,13 Juli ,01 Agustus ,17 Sepetember ,07 Oktober ,11 November ,15 Desember ,05 Jumlah ,02 Rata-rata 7.593,25 74,49 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang dari bulan Januari Desember 2012 mengalami fluktuasi. Produksi tomat tertinggi terjadi pada bulan Februari tahun 2009 yaitu sebesar kw. Hal ini disebabkan meningkatkannya luasnya areal panen tomat pada bulan tersebut sehingga meningkatkan produksi tomat. Sedangkan produksi terendah terjadi pada bulan Desember tahun 2009 yaitu sebesar kw. Hal ini disebabkan karena rendahnya harga tomat pada beberapa bulan sebelumnya sehingga menyebabkan rendahnya minat petani untuk menanam tomat sehingga menyebabkan produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Produksi tomat di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir dapat dilihat melalui grafik pada Gambar 10.

19 60 Gambar 10. Grafik Produksi Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Gambar 10 menunjukan jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir. Jumlah produksi tomat di Kabupaten Semarang selama 60 bulan cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan produksi tomat terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2009 yaitu sebesar kw atau sebesar -0,69%. Hal ini didasarkan karena petani yang mengurangi luas areal panennya. Sedangkan perkembangan produksi tomat tertinggi terjadi pada bulan Februari tahun 2009 yaitu sebesar kw atau sebesar 2,46%. 2. Produksi Kobis Jumlah produksi kobis yang dihasilkan berpengaruh terhadap jumlah produksi tomat yang ditawarkan di Kabupaten Semarang. Kobis merupakan kompetitor tanaman tomat. Untuk mengetahui jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 19.

20 61 Tabel 19. Produksi Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Jumlah Produksi Kobis (kw) Perkembangan Jumlah Produksi (kw) (%) 2008 Januari Februari ,18 Maret ,34 April ,53 Mei ,76 Juni ,23 Juli ,95 Agustus ,65 Sepetember ,48 Oktober ,43 November ,22 Desember , Januari ,99 Februari ,37 Maret ,90 April ,76 Mei ,71 Juni ,11 Juli ,23 Agustus ,72 Sepetember ,07 Oktober ,06 November ,18 Desember , Januari ,90 Februari ,38 Maret ,62 April ,76 Mei ,37 Juni ,41 Juli ,78 Agustus ,39 Sepetember ,39 Oktober ,65 November ,32 Desember , Januari ,46 Februari ,05 Maret ,65

21 62 April ,97 Mei ,27 Juni ,49 Juli ,85 Agustus ,56 Sepetember ,10 Oktober ,38 November ,22 Desember , Januari ,66 Februari ,26 Maret ,47 April ,70 Mei ,03 Juni ,35 Juli ,72 Agustus ,68 Sepetember ,18 Oktober ,04 November ,04 Desember ,45 Jumlah ,46 Rata-rata ,57 22,42 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 mengalami fluktuasi. Produksi kobis tertinggi terjadi pada bulan Juli tahun 2012 yaitu sebesar kw. Hal ini disebabkan meningkatkanya luas areal panen kobis dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan produksi kobis juga meningkat. Sedangkan produksi terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2008 yaitu sebesar kw. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan luas areal panen kobis pada bulan tersebut yaitu sebesar 85 Ha dari bulan sebelumnya (Februari tahun 2002) sebesar 98 Ha sehingga menyebabkan produksi kobis yang dihasilkan menjadi rendah. Jumlah produksi kobis di Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir dapat dilihat melalui grafik pada Gambar 11.

22 63 Gambar 11. Grafik Produksi Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui perkembangan produksi kobis di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi. Perkembangan produksi kobis tertinggi terjadi pada April tahun 2008 yaitu sebesar kw atau sebesar 4,53%. Sedangkan perkembangan produksi kobis terendah terjadi pada bulan Mei tahun 2008 yaitu sebesar kw atau sebesar -0,76%. Hal ini disebabkan karena terjadi pengurangan luas areal panen kobis dari 93 Ha pada bulan April tahun 2008 menjadi 20 Ha pada bulan Mei tahun Harga Tomat Harga tomat yang digunakan sebagai variabel adalah harga tomat pada tingkat produsen yang sudah dideflasikan, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di dalam pendeflasian tersebut digunakan indeks harga konsumen dengan bulan dasar pada bulan Desember tahun 2007 (Desember 2007=100). Untuk mengetahui perkembangan harga tomat di Kabupaten Semarang mulai dari bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 20.

23 64 Tabel 20. Harga Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) IHK (Desember 2007=100) Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg) 2008 Januari , ,63 Februari , ,10 Maret , ,17 April , ,76 Mei , ,23 Juni , ,93 Juli , ,33 Agustus , ,27 Sepetember , ,37 Oktober , ,06 November , ,05 Desember , , Januari , ,31 Februari , ,61 Maret , ,55 April , ,30 Mei , ,16 Juni , ,21 Juli , ,86 Agustus , ,79 Sepetember , ,37 Oktober , ,06 November , ,04 Desember , , Januari , ,89 Februari , ,42 Maret , ,89 April , ,55 Mei , ,73 Juni , ,50 Juli , ,20 Agustus , ,37 Sepetember , ,11 Oktober , ,68 November , ,32 Desember , , Januari , ,65 Februari , ,95 Maret , ,75

24 65 April , ,84 Mei , ,83 Juni , ,99 Juli , ,23 Agustus , ,61 Sepetember ,05 934,03 Oktober , ,02 November , ,47 Desember , , Januari , ,81 Februari , ,27 Maret , ,21 April , ,86 Mei , ,41 Juni , ,50 Juli , ,00 Agustus , ,41 Sepetember , ,42 Oktober , ,04 November , ,06 Desember , ,33 Jumlah , ,70 Rata-rata 3.160,60 118, ,01 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Tabel 20 menunjukan perkembangan harga tomat di Kabupaten Semarang mulai bulan Januari tahun bulan Desember tahun Harga tomat setelah dideflasi tertinggi yaitu pada bulan Desember tahun 2011 sebesar Rp 7.747,09 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada beberapa bulan menjelang akhir tahun 2011 rata-rata curah hujan tinggi sehingga produksi tomat menjadi menurun dan menyebabkan ketersediaan tomat di pasar sedikit sehingga harga menjadi naik. Sedangkan harga terendah pada bulan September tahun 2011 sebesar Rp 934,03 per kilogram. Hal ini disebabkan karena curah hujan pada bulan Agustus dan September tahun 2011 sangatlah rendah sehingga produksi tomat menjadi meningkat dan menyebabkan harga tomat menjadi rendah. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata harga tomat setelah dideflasi sebesar Rp 2.654,10 per kilogram.

25 Harga Harga sebelum Terdeflasi Harga Sesudah Terdeflasi Tahun Gambar 12. Grafik Harga Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun 2008 Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 12 di atas, dapat diketahui harga tomat di Kabupaten Semarang sebelum dan setelah terdeflasi. Harga tomat di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 60 bulan terakhir cenderung mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun 2012, harga tomat di Kabupaten Semarang sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 924,00 Rp9.790,00 per kilogram. Sedangkan harga tomat setelah terdeflasi berkisar antara Rp 751,00 Rp 7.747,00 per kilogram. 4. Harga Kobis Kenaikan harga produk pertanian dan penurunan harga produk pertanian kompetitor akan berpengaruh tehadap produksi tomat. Jika harga suatu komoditi yang diusahakan oleh petani mengalami penurunan maka petani akan mengurangi luas areal komoditi tersebut dengan komoditi lain yang harganya lebih tinggi. Petani tomat di Kabupaten Semarang menumpangsarikan tanaman tomat dengan tanaman kobis. Hal ini disebabkan karena kobis dan tomat cocok untuk dibudidayakan di daerah yang sama. Harga tomat di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

26 67 Tabel 21. Harga Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) IHK (Desember 2007=100) Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg) 2008 Januari , ,77 Februari , ,51 Maret ,34 755,22 April ,65 957,48 Mei , ,56 Juni ,19 685,83 Juli ,20 769,23 Agustus ,49 812,86 Sepetember , ,17 Oktober , ,76 November , ,64 Desember ,03 999, Januari , ,80 Februari , ,09 Maret , ,96 April , ,46 Mei ,66 676,16 Juni , ,55 Juli ,22 925,86 Agustus ,57 721,33 Sepetember , ,36 Oktober ,27 840,99 November ,98 638,71 Desember , , Januari ,10 641,18 Februari ,63 644,30 Maret , ,69 April , ,18 Mei , ,82 Juni , ,61 Juli , ,19 Agustus , ,17 Sepetember ,67 474,85 Oktober ,72 650,27 November , ,50 Desember , , Januari ,08 693,86 Februari ,94 414,02 Maret ,79 308,66

27 68 April ,12 426,63 Mei ,23 874,58 Juni , ,68 Juli ,88 738,12 Agustus , ,51 Sepetember , ,93 Oktober , ,36 November , ,41 Desember , , Januari , ,64 Februari , ,79 Maret ,81 926,38 April ,97 568,88 Mei ,44 675,02 Juni , ,63 Juli , ,68 Agustus , ,05 Sepetember , ,73 Oktober , ,86 November , ,98 Desember , ,91 Jumlah , ,02 Rata-rata 1.613, , ,48 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Tabel 21 menunjukan perkembangan harga kobis di Kabupaten Semarang mulai bulan Januari tahun bulan Desember tahun Harga kobis setelah dideflasi tertinggi yaitu pada bulan Juni tahun 2010 sebesar Rp 4.318,61 per kilogram sedangkan harga terendah pada bulan Maret tahun 2011 sebesar Rp 308,66 per kilogram. Tingginya harga kobis ini disebabkan karena menurunnya jumlah kobis yang ditawarkan ke pasar. Hal ini disebabkan faktor alam berupa curah hujan yang mengganggu pertumbuhan kobis sehingga menyebabkan penurunan produksi kobis. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata harga kobis setelah dideflasi sebesar Rp 1.358,61 per kilogram.

28 Harga Harga sebelum Terdeflasi Harga Sesudah Terdeflasi Tahun Gambar 13. Grafik Perkembangan Harga Kobis di Kabupaten Semarang Bulan Januar Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 13 di atas, dapat diketahui harga kobis di Kabupaten Semarang sebelum dan setelah terdeflasi. Harga kobis di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 60 bulan terakhir cenderung mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun 2012, harga kobis di Kabupaten Semarang sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 379,00 Rp 5.045,00 per kilogram. Sedangkan harga kobis setelah terdeflasi berkisar antara Rp 308,00 Rp 4.318,00 per kilogram. 5. Harga Pupuk Urea Pupuk Urea merupakan salah satu input dalam budidaya tomat. Hal ini didasarkan karena pupuk urea digunakan sebagai pupuk dasar pada awal penanaman tanaman tomat. Pupuk Urea dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman tomat pada fase awal pertumbuhannya. Adapun harga pupuk Urea di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini:

29 70 Tabel 22. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Harga Sebelum Dideflasi (Rp/Kg) IHK (Desember 2007=100) Harga Setelah Dideflasi (Rp/Kg) 2008 Januari , ,77 Februari , ,48 Maret , ,09 April , ,68 Mei , ,32 Juni , ,16 Juli , ,90 Agustus , ,99 Sepetember , ,42 Oktober , ,25 November , ,03 Desember , , Januari , ,89 Februari , ,18 Maret , ,65 April , ,62 Mei , ,69 Juni , ,77 Juli , ,33 Agustus , ,00 Sepetember , ,83 Oktober , ,14 November , ,82 Desember , , Januari , ,57 Februari , ,79 Maret , ,68 April , ,82 Mei , ,64 Juni , ,22 Juli , ,76 Agustus , ,52 Sepetember ,67 994,45 Oktober ,72 994,04 November ,45 988,06 Desember ,34 980, Januari , ,47 Februari , ,77 Maret , ,16

30 71 April , ,41 Mei , ,38 Juni , ,77 Juli , ,08 Agustus , ,97 Sepetember , ,49 Oktober , ,92 November , ,16 Desember , , Januari , ,99 Februari , ,98 Maret , ,34 April , ,58 Mei , ,43 Juni , ,90 Juli , ,16 Agustus , ,09 Sepetember , ,24 Oktober , ,20 November , ,09 Desember , ,19 Jumlah , ,25 Rata-rata , ,19 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui harga pupuk Urea sebelum dan setelah dideflasikan selama bulan Januari tahun bulan Desember tahun Harga pupuk terendah setelah terdeflasi terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 yaitu sebesar Rp 994,04 per kilogram. Sedangkan harga pupuk tertinggi setelah terdeflasi terjadi pada bulan Januari tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.417,99 per kilogram. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga pupuk Urea sebelum terdeflasi yang dimulai sejak awal tahun Kenaikan harga pupuk Urea ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah terkait pengurangan subsidi pupuk dan sistem baru dalam pembelian pupuk Urea. Pemberlakuan sistem baru ini diterapkan untuk mengantisipasi penyalahgunaan penggunaan pupuk bersubsidi untuk keperluan industri. Sebab harga pupuk Urea untuk keperluan industri jauh lebih mahal daripada harga pupuk bersubsidi untuk keperluan pertanian.

31 Harga Harga sebelum Terdeflasi Harga Sesudah Terdeflasi Tahun Gambar 14. Grafik Harga Pupuk Urea di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 14 di atas, dapat diketahui perkembangan harga pupuk Urea pada bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun 2012 mengalami peningkatan. Perkembangan harga pupuk setelah terdeflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.417,99 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada awal tahun 2012 terjadi pengurangan subsidi pupuk yang menyebabkan harga pupuk menjadi naik. Harga pupuk setelah terdeflasi terendah terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 yaitu sebesar Rp 994,04 per kilogram. Hal ini terjadi karena masih besarnya pemberian subsidi pupuk oleh pemerintah sebagai bantuan kepada petani dalam usahataninya. 6. Luas Areal Panen Tomat Luas areal panen merupakan faktor yang menentukan jumlah produksi tomat yang dihasilkan oleh petani tomat. Untuk mengetahui perkembangan luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang selama bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 23.

32 73 Tabel 23. Luas Areal Panen Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Tahun Bulan Luas Areal Panen (ha) Perkembangan Luas Areal Panen (ha) (%) 2008 Januari 21 Februari ,62 Maret ,5 April ,39 Mei ,53 Juni ,15 Juli ,23 Agustus ,12 Sepetember ,2 Oktober ,42 November ,35 Desember Januari ,30 Februari ,56 Maret ,70 April ,27 Mei ,32 Juni Juli ,11 Agustus ,08 Sepetember ,41 Oktober ,27 November Desember Januari ,34 Februari ,05 Maret ,26 April ,55 Mei ,18 Juni ,23 Juli ,62 Agustus ,5 Sepetember ,55 Oktober ,38 November ,61 Desember , Januari ,42 Februari ,77 Maret ,49 April ,08

33 74 Mei ,05 Juni ,05 Juli ,11 Agustus ,09 Sepetember ,11 Oktober ,03 November ,56 Desember , Januari ,01 Februari ,03 Maret ,23 April ,36 Mei ,10 Juni ,02 Juli ,08 Agustus ,10 Sepetember ,16 Oktober ,04 November ,01 Desember ,05 Jumlah ,26 Rata-rata 44,52 0,98 0,24 Sumber : Analisis Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun 2012 berkisar antara 8 Ha 141 Ha setiap bulannya. Luas areal panen tomat tertinggi di Kabupaten Semarang terjadi pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 141 Ha. Peningkatan luas areal panen ini terjadi karena semakin banyak petani yang mengkonversikan lahan garapan mereka menjadi lahan penanaman tomat. Hal ini terjadi karena usaha budidaya tomat dianggap lebih menguntungkan daripada membudidayakan tanaman sayuran lainnya. Sedangkan luas areal panen terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2008 sebesar 8 Ha. Rendahnya luas areal panen ini disebabkan kurangnya perawatan yang dilakukan petani terhadap tanaman tomat mereka sehingga berpengaruh pada produksi tomat yang menurun. Adapun grafik luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang pada bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 15.

34 75 Gambar 15. Grafik Luas Areal Panen Tomat di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 15. dapat dilihat bahwa perkembangan luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang cukup fluktuatif. Naik turunnya luas areal panen tomat di Kabupaten Semarang dipengaruhi oleh pertimbangan petani dalam hal pembudidayaan tomat. Semakin meningkatnya harga tomat maka akan mempengaruhi petani untuk menambah hasil produksinya melalui peningkatan luas panen mereka. Perkembangan luas areal panen tomat terbesar terjadi pada bulan Desember tahun 2010 sebesar 54 Ha atau 4,15%, sedangkan perkembangan luas areal panen tomat terkecil terjadi pada bulan Juli tahun 2009 sebesar -20 Ha atau - 0,62%. 7. Rata-Rata Curah Hujan Curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air tanah yang diperlukan oleh tanaman tomat. Tanaman tomat adalah jenis tanaman yang membutuhkan curah hujan sedang untuk dapat tumbuh optimal sehingga perubahan curah hujan dapat mempengaruhi kualitas tanaman tomat yang ditanam. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tomat adalah mm/hujan (Purwati, 2009). Adapun rata-rata curah hujan di Kabupaten

35 76 Semarang selama bulan Januari tahun bulan Desember tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 24. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Curah Perkembangan Tahun Bulan Hujan (mm/bulan) mm % 2008 Januari 3680 Februari ,08 Maret ,32 April ,44 Mei ,61 Juni ,67 Juli Agustus Sepetember ,75 Oktober ,91 November ,16 Desember , Januari ,99 Februari ,19 Maret ,59 April ,48 Mei ,11 Juni ,31 Juli ,96 Agustus ,79 Sepetember ,04 Oktober ,74 November ,44 Desember , Januari ,76 Februari ,11 Maret ,28 April ,13 Mei ,09 Juni ,45 Juli ,64 Agustus ,50 Sepetember ,58 Oktober ,04 November ,04 Desember , Januari ,25

36 77 Februari ,22 Maret ,94 April ,01 Mei ,50 Juni ,73 Juli ,27 Agustus Sepetember Oktober ,31 November ,16 Desember , Januari ,45 Februari ,23 Maret ,13 April ,34 Mei ,29 Juni ,23 Juli ,66 Agustus ,24 Sepetember ,21 Oktober ,69 November ,20 Desember ,07 Jumlah ,02 Rata-rata 3.372,95 17,92 0,58 Sumber : BPS Kabupaten Semarang, Berdasarkan Tabel 24 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Curah hujan yang fluktuatif ini disebabkan karena curah hujan merupakan salah satu faktor alam yang sulit dikendalikan oleh manusia sehingga tinggi rendahnya berubah-ubah tergantung pada kondisi alam. Curah hujan terendah di Kabupaten Semarang terjadi pada bulan Juli tahun 2008 dan bulan Agustus tahun 2011 yaitu sebesar 0 mm/thn. Rendahnya curah hujan pada kedua bulan ini terjadi karena adanya musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan musim penghujan. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2009 yaitu sebesar mm/thn. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Semarang sebesar 3.372,95 mm/bulan dengan perkembangan rata-rata 17,92 mm/bulan.

37 78 Adapun grafik perkembangan curah hujan di Kabupaten Semarang pada Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Perkembangan Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Semarang Bulan Januari Tahun Bulan Desember Tahun 2012 Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat terjadi fluktuasi pada ratarata curah hujan selama 60 bulan terakhir. Hal ini disebabkan karena kondisi curah hujan beberapa tahun terakhir sulit diprediksi sebagai akibat adanya alih fungsi lahan di wilayah sekitar dan juga terjadinya pemanasan global. C. Analisis Regresi Penawaran Tomat Penelitian ini dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 60 bulan yaitu dari bulan Januari tahun 2008 bulan Desember tahun Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tomat di Kabupaten Semarang adalah produksi tomat pada bulan sebelumnya, harga tomat pada bulan sebelumnya, produksi kobis pada bulan sebelumnya, harga kobis pada bulan sebelumnya, harga pupuk Urea pada bulan t, luas areal panen pada bulan t dan rata-rata curah hujan pada bulan t, yang dapat dilihat pada Tabel 25.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 7102019.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 No. Katalog : 7102019.3322 No. Publikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SEBANYAK 102.771 RUMAH TANGGA,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Dalam era ali ini situasi moneter. bertindak cep. Ungaran, Desember 2015 BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG Kepala,

KATA SAMBUTAN. Dalam era ali ini situasi moneter. bertindak cep. Ungaran, Desember 2015 BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG Kepala, KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkah dan rahmat-nya sehingga Buku Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. Penyusunan buku ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 40 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Bedono merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang terletak pada posisi 6 0 54 38,6-6 0 55 54,4

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Pituruh 4.1.1 Letak Geografis Secara administratif Kecamatan Pituruh terbagi menjadi 49 desa. Batasbatas wilayah kecamatan adalah sebagai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 32/06/51/Th. VI, 1 Juni 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MEI 2012, NTP BALI MENGALAMI KENAIKAN SEBESAR 0,41 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Luas dan Tata Guna Lahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas 210.974 ha, dengan kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yang diresmikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG Katalog BPS : 7102019.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG No. Katalog : 7102019.3322 No. Publikasi : 33224.14.05 Ukuran Buku : 5,83 inci x 8,27 inci Jumlah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 36/07/51/Th. VI, 2 Juli 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JUNI 2012, NTP BALI MENGALAMI KENAIKAN SEBESAR 0,54 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Alam 4.1.1.1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota di

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian tahun 1996-2000 merupakan kelanjutan dari seri publikasi sebelumnya, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. Mulai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci