BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. novel ini. Kemudian novel KEI juga sama sekali belum pernah diteli oleh para mahasiswa dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. novel ini. Kemudian novel KEI juga sama sekali belum pernah diteli oleh para mahasiswa dalam"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada orang yang membicarakan atau mengkaji novel ini. Kemudian novel KEI juga sama sekali belum pernah diteli oleh para mahasiswa dalam bentuk skripsi ataupun artikel. Akan tetapi, resensi-resensi tentang novel KEI yang bersifat kritikan dan saran ada ditemukan dalam blog-blog peresensi (pembaca) karena novel ini adalah pemenang unggulan dalam Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta Rizky, dalam sebuah blog yang berjudul GoodReads Indonesia, diakses tanggal 16 Januari Goodreads Indonesia merupakan blog yang dipergunakan untuk menampung berbagai macam apresiasi peresensi, baik dalam bentuk kritikan maupun saran yang ditujukan terhadap sebuah karya sastra yang dibaca. Sudah berbagai macam novel yang dibahas dalam blog ini, salah satunya adalah novel KEI. Rizky adalah salah satu peresensi yang memberikan komentarnya terhadap novel KEI. Dalam blog tersebut, Rizky menyebutkan bahwa novel KEI adalah sebuah novel yang menceritakan tentang kerusuhan di salah satu pulau di Maluku, yaitu pulau Kei. Pulau Kei merupakan pulau yang terkena dampak kerusuhan di Ambon. Sebenarnya pulau ini begitu damai dengan masyarakatnya yang menjungjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan mengutamakan kehidupan yang rukun. Perang tersebut memang menghancurkan segalagalanya yang ada di pulau Kei, tempat tinggal yang dibakar, perkebunan yang hancur, nyawa yang melayang, dan masih banyak lagi. Namun, perang itu tidak dapat menghancurkan persaudaraan yang sudah terjalin begitu lama di pulau Kei.

2 Pengarang tidak hanya menyuguhkan konflik, tetapi pengarang juga menggambarkan bagaimana kerukunan yang dibangun dalam diri masyarakat di pulau Kei. Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya, seperti bagaimana menyikapi sebuah perbedaan, hidup bertoleransi, saling menghormati dan menyayangi, dan sebagainya. Kelebihan dari novel ini adalah kemampuan pengarang dalam mengkombinasikan antara konflik yang terjadi dengan nilai-nilai kerukunan yang ada pada masyarakat Kei, salah satunya dari persahabatan Mery dan Namira yang berbeda agama. Konflik ini merupakan perang agama, namun persahabatan Mery dan Namira tidak menjadi retak karena konflik yang terjadi. Begitu juga dengan kehidupan masyarakatnya. Walaupun masyarakat di pulau Kei hidup dalam berbagai macam perbedaan, namun kerukunan dalam masyarakat tersebut tetap dijunjung tinggi Ariansyah, dalam sebuah blog pribadinya yang berjudul Book Review, diakses tanggal 03 Oktober Ariansyah adalah salah satu pembaca yang sudah membaca secara keseluruhan novel KEI. Menurutnya novel KEI memiliki banyak typo di dalamnya. Pengarang tidak hanya mengangkat cerita tentang konflik yang terjadi, namun pengarang juga menyuguhkan cerita tentang percintaan dan persahabatan yang saling berbeda agama atau kenyakinan. Dalam novel KEI, pengarang juga bercerita tentang masyarakat di desa Kei yang dikenal hidup saling bertoleransi, menghargai, dan saling menolong. Kei adalah pulau yang terdapat diantara laut Banda dan laut Arafuru, Maluku Tenggara. Daerah-daerah yang berada di pulau Kei ini jarang terlibat konflik, walau masyarakatnya hidup dalam kemajemukan. Perbedaan agama, ras, dan suku tidak menjadi penghalang untuk dapat menciptakan kehidupan yang rukun di dalam bermasyarakat. Masyarakat di pulau Kei memang sudah seperti satu keluarga dengan satu

3 nenek moyang yang sama. Kerukunan yang sudah lama tercipta merupakan budaya leluhur yang selalu diingat oleh setiap anggota masyarakat di pulau Kei. Kebiasaan orang Kei yang selalu mengingat kebudayaan leluhur ternyata menjadi senjata yang kuat untuk meredakan konflik perang saudara pada saat itu Elfa, dalam sebuah blog pribadinya yang berjudul Aplaus Home Celeblizt Trendfeed, diakeses tanggal 31 Agustus Elfa menyebutkan dalam blognya bahwa novel KEI adalah salah satu novel terbaik yang pernah dibacanya. Alasan yang mendasari anggapan tersebut karena pengarang memiliki ide-ide segar tentang kisah cerita cinta yang dipadu dengan konflik yang ada dalam ceritanya. Cinta yang dipertemukan dalam suatu peperangan mungkin sudah biasa, namun peperangan yang diangkat dalam novel KEI bukanlah perang antar Negara melainkan perang saudara yang melibatkan perseteruan antar agama, suku, dan ras. Cinta Namira dan Sala pada saat itu dapat dikatakan cinta yang terlarang karena mereka berdua berbeda keyakinan. Pengarang juga memperlihatkan bagaimana cinta, kesetiaan, kasih, dan sikap toleransi yang ditinggi di tengah konflik yang terjadi, walaupun perbedaan diantara masyarakatnya jelas tidak memungkinkan hal itu. Novel ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Membangun persatuan dalam kekompleksitasan masyarakatnya hingga dapat mewujudkan sebuah kerukunan hidup bermasyarakat merupakan cita-cita masyarakat yang sangat sulit untuk diciptakan, namun dalam novel KEI hal ini dapat diwujudkan. Pengarang merangkainya dengan baik dan menggunakan tata bahasa yang baik pula Yuska, dalam sebuah blog pribadinya yang berjudul Gagas Debut Book Info, diakses tanggal 05 November 2013.

4 Novel KEI bukan hanya bercerita tetang peperangan dan pembunuhan, namun jauh dari itu novel KEI bercerita tentang persaudaraan yang diikat dengan persahabatan, cinta kasih, kekeluargaan, dan dibumbuhi dengan kebudayaannya yang kental. Banyak typo-typo yang terdapat dalam novel ini. Kata-kata yang dirangkai dalam ceritanya sangat sederhana tetapi memberi pelajaran yang begitu berharga. Novel KEI bercerita tentang kerukunan masyarakatnya, tentang persaudaraan, kekeluargaan, sikap toleransi, kedamaian, falsafah adat, dan masih banyak lagi. Kepulauan Kei dengan masyarakatnya bukanlah asal dari konflik yang terjadi, melainkan dampak dari konflik yang terjadi. Pada saat itu, konflik menghancurkan segala-galanya yang ada di pulau Kei, namun konflik tidak berhasil mengadu domba masyarakat Kei. Dinding kerukunan masyarakat Kei yang sudah lama tercipta, dibingkai dalam bentuk persahabatan, kasih dan kekeluargaannya tidak dapat ditembus konflik yang terjadi pada saat itu. 2.2 Konsep Penelitian ini akan menggunakan sebuah konsep guna mendapatkan gambaran yang jelas dengan hal-hal yang berkaitan terhadap penelitian. Konsep penlitian bertujuan untuk memahami istilah-istilah atau kata yang digunakan sebagai acuan yang berhubungan tentang permasalahan yang dianalisis. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Sosiologi Menurut William (dalam Idianto, 2006: 8) mendefenisikan sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. Kondisi ini dapat dilihat dari keberadaan masyarakat dengan sistem sosialnya yang mencakup kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, lapisan-lapisan sosial, dan sebagainya serta pengaruh faktor ekonomi,

5 politik, faktor geografis, ideologi, budaya, yang semuanya itu dapat mempengaruhi keberadaan masyarakat tersebut Sastra Endraswara (2008: 28) mengatakan bahwa sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Dialektik yang dimaksudkan merupakan kebenaran tentang suatu kehidupan dari perjalanan sejarah masyarakatnya. Dalam hal ini, Luxemburg, dkk (1992: 2) mengatakan bahwa sastra meneliti sifat-sifat yang terdapat dalam teks-teks sastra, lagi pula bagaimana teks-teks tersebut berfungsi di dalam masyarakat Sosiologi Sastra Ratna (2003: 25) mengatakan sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan sturktur sosialnya. Dalam hal ini, seorang pengarang membutuhkan pengetahuan tentang sosiologi agar dapat mengungkapkan masalah-masalah sosial yang ada di dalam karya sastranya Kerukunan Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005) menyebutkan bahwa rukun adalah baik, damai, dan tidak bertengkar, sedangkan kerukunan adalah perihal hidup rukun, rasa rukun, kesepakatan. Kerukunan merupakan usaha untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam diri setiap anggota masyarakat dan lebih mengutamakan kesepakatan-kesepakatan bersama demi kepentingan bersama. Darmaputera (dalam Yewangoe 2002: 33) mengatakan bahwa kerukunan sejati terwujud ketika semua pihak secara bersama-sama secara interaktif mencari kebenaran bersama yang lebih tinggi.

6 2.3 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar dari sebuah penelitian. Mustahil sebuah penelitian tidak memiliki landasan atau kerangka penelitian. Landasan teori juga diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang dibahas agar tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai Sosiologi Sastra Dilihat dari sejarahnya, keberadaan teori sosiologi sastra dalam dunia sastra masih terbilang muda jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya. Kendati begitu, penelitian terhadap karya sastra dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sudah banyak dihasilkan. Ratna (2003: 7), mengatakan bahwa sosiologi sastra pertama kali diperkenalkan kelompok Milton C. Albercht, tahun 1970 dalam buku yang berjudul The Sociology of Art and Literature: a Reader. Jika dilihat dari tahun terbitnya buku tersebut, kehadiran sosiologi sastra sebagai ilmu ilmiah masih seumuran jagung jika dibandingkan dengan sosiologi agama, sosiologi pendidikan, sosiologi politik, sosiologi ideologi, dan sebagainya. Masih menurut Kutha Ratna, menyebutkan bahwa teori sosiologi sastra di Indonesia pertama kali diperkenalkan melalui ceramah Harsya W. Bachtiar dalam sebuah penataran Filologi Untuk Penelitian Sejarah, yang diselenggarakan oleh Konsorsium Sastra dan Filsafat bekerja sama dengan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang penelitian, bahwa sosiologi sastra merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Namun, dalam praktiknya kedua ilmu ini sering berjalan bersamaan. Dalam bukunya, Idianto Muin (2006: 7) menjelaskan bahwa sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis, dan sekaligus sosiolog berkebangsaan prancis, yaitu Auguste Comte. Masih dalam buku yang sama, Comte berpendapat bahwa sosiologi berasal dari bahasa latin, yaitu socius, yang artinya teman atau sesama, dan logos dari

7 bahasa yunani yang artinya cerita. Jadi pada awalnya, sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawan (masyarakat). Banyak batasan makna yang sudah diberikan oleh para pakar mengenai sosiologi, diantaranya sebagai berikut : Sorikin (dalam soekanto, 1982: 17) mengatakan bahwa: Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, serta politik); hubungan timbal balik antara gejala sosial dan nonsosial (seperti gejala geografis dan politik, biologi, ekonomi, dan sebagainya). Mayor (dalam Elly dan Usman, 2011: 3) menjelaskan bahwa : Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan di antara manusia dan kelompok, kelompok dan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok material atau kelompok statis maupun kelompok dinamis. Batasan mengenai sosiologi juga diutarakan oleh Emile Durkheim (dalam Kamanto, 2004: 11) yang berpendapat bahwa Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara bertindak, berfikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Masih berhubungan dengan hal ini, Allan (dalam Idianto, 2006: 8) mengatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya memengaruhi sistem. Pendapat para pakar ini mengindikasikan bahwa wilayah sosiologi cukup luas karena mencakup hubungan masyarakat dengan segala aspek-aspek kehidupannya. Pada dasarnya, kehidupan masyarakat dengan kelompoknya telah diatur dengan sistem sosial yang berlaku dan disepakati bersama. Sistem sosial yang diciptakan masyarakat dengan kelompoknya bertujuan agar setiap individu dalam kelompok masyarakat tersebut memperoleh kehidupan yang lebih

8 layak dalam konteks kebersamaan, saling menghargai, menolong, dan menyayangi. Koteks dalam hal kebersamaan akan mengarahkan masyarakat itu sendiri untuk membentuk kehidupan yang rukun. Namun, di sisi lain, masyarakat kerap dihadapkan pada situasi yang sulit di dalam membangun kehidupan yang rukun. Alasan yang muncul karena adanya perbedaan yang dimiliki setiap individu dalam kelompok masyarakatnya. Perbedaan kerap menjadi penghalang bagi kelompok masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang damai, nyaman, tentram dan sejahtera dengan sesama anggotanya. Dilain pihak, sastra merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat secara subjektif dan evaluatif. Dalam bukunya, Ratna (2003: 1) menjelaskan dengan baik tentang asal usul sastra itu. Sastra berasal dari bahasa sansekerta, akar kata dari sas- yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran dari kata tra berarti alat atau sarana. Jadi, sastra diartikan sebagai kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna sastra itu akan lebih spesifik lagi jika sudah membentuk kata jadian yaitu kesusasteraan, yang dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya tulis. Lebih jelasnya lagi, Ratna (2003: 1) menyebutkan Sastra adalah hasil karya manusia berdasarkan kreatifitas dalam mengungkapkan apa yang dialami, dan direnungkan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Sejatinya, hasil dari seni kreatif ini disebut karya sastra. Sebuah karya sastra selalu menyajikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud dengan apa yang dialami dan dituangkan pengarang dalam karyanya merupakan masalah-masalah sosial, seperti masalah ekonomi, politik, agama, budaya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, karya sastra juga disebut sebagai dokumentasi sosial karena di dalamnya menceritakan refleksi kehidupan manusia. Sastra sering disebut sebagai pencerminan kehidupan masyarakat. Hal ini dapat diterima karena sebuah karya sastra umunya menggambarkan tentang perjalanan

9 hidup seorang tokoh. Walau hanya berbentuk cerita rekaan, namun pengarang mampu menyajikan perjalanan hidup tokoh dalam sebuah cerita dengan dibumbuhi fakta-fakta sosial yang seakan-akan nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan dari kedua ilmu tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi dan sastra memiliki objek yang sama dan dalam praktiknya dapat saling berdampingan. Jadi, sosiologi dan sastra bukanlah perpaduan dua ilmu yang tanpa sebab, namun keduanya saling menopang dan memiliki hubungan yang saling melengkapi. Oleh Damono (1984: 3-4) mengungkapkan bahwa : Pendekatan sosiologi ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu, namun semua pendekatan ini menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat. Kemampuan seorang pengarang untuk mengungkapkan fenomena-fenomena sosial dalam karya yang diciptakannya sudah tidak diragukan lagi. Pengarang memilki hubungan yang erat dengan masyarakat atau dengan kata lain bahwa pengarang itu sendiri adalah masyarakat. Berhubungan dengan hal ini, Laurenson dan Swingewood (dalam Endraswara 2008: 79), berpendapat bahwa ada tiga presfektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: pertama, penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Kedua, penelitian yang mengungkap sastra sebagai cerminan situasi sosial penulisnya. Ketiga, penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Tujuan dilakukannya penelitian sosiologi sastra terhadap sebuah karya sastra sesungguhnya ingin mengarahkan pemahaman atau membangun paradigma berpikir tentang aspek-aspek sosial yang diangkat pengarang dalam karya-karyanya. Dalam bukunya, Ratna (2003: 11), berpendapat bahwa tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman

10 terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan keyataan atau karya sastra jelas dekonstruksi secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sosiologi sastra tidak semata-mata melihat karya sastra sebagai bentuk yang abstrak atau kabur, namun sosiologi sastra lebih melihat aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalam karya sastra tersbut. Sosiologi dan sastra memiliki dua teori yang berbeda, sehingga penerapannya untuk mengkaji sebuah objek adalah dominasi teori tersebut terhadap objek yang diteliti. Ratna (2003: 18) mengatakan bahwa dalam sosiologi sastra yang mendominasi jelas teori-teori yang berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan sosiologi berfungsi sebagai komplementer. Lebih jelas lagi, Ratna (2003: 18) mengatakan bahwa : Kerukunan Sosial Teori-teori yang dapat menopang analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti: kelompok sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial, institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial, konflik sosial, kesadaran sosial, mobilitas sosial, dan sebagainya. Kerukunan hidup membicarakan tentang hubungan keharmonisan antar setiap anggota masyarakat. Menciptakan kehidupan yang rukun setidaknya membutuhkan upaya yang nyata dari setiap anggota masyarakat. Upaya itu dapat dimulai dari hal-hal yang kecil seperti saling menghormati, bergotong-royong, melakukan musyawarah untuk perbaikan kampung, dan sebagainya. Berkaitan dengan hal ini Darmaputera (dalam Yewangoe, 2002: 34), mengatakan : Kerukunan ada dua bentuk, yaitu kerukunan yang autentik dan kerukunan yang dinamis. Kerukunan autentik artinya kerukunan itu sungguh-sungguh keluar dari hati yang tulus dan murni. Sedangkan kerukunan dinamis

11 artinya kerukunan di mana orang hidup tidak sekedar hidup berdampingan (ko-eksisten) secara damai, kerukunan yang dinamis berarti, kerukunan di mana di dalamnya kelompok-kelompok yang berbeda secara proaktif, dinamis serta kreatif terlibat dalam interaksi yang intens dan terus menerus untuk merumuskan kesepakatan-kesepakatan bersama yang lebih berkualitas Jenis-Jenis Kerukunan Sosial Adapun jenis-jenis kerukunan sosial antara lain: 1) Kerukunan Antar Umat Beragama Pada dasarnya agama merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia karena doktrin agama dipercaya tidak hanya menjanjikan kehidupan di dunia, namun juga kehidupan yang abadi disurga. Dalam kehidupan manusia di dunia, peran agama secara keseluruhan sangatlah besar, salah satunya adalah untuk menciptakan perdamaian dan diharapkan mampu menularkan moral yang baik dalam pikiran manusia sehingga keharmonisan untuk hidup bersama-sama dapat diwujudkan. Hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Durkheim (dalam Kamanto, 2004: 67) bahwa agama adalah suatu sistem-sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci, dan bahwa kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Oleh sebab itu, agama seharusnya mampu menjadi pondasi dasar yang kokoh untuk menyokong kehidupan masyarakat yang rukun, adil dan bermartabat. Dewasa ini, diskusi mengenai kerukunan antar umat beragama semakin sering dilakukan, mengingat keberagaman agama di Indonesia begitu sensitif sehingga dapat dijadikan alat oleh oknum-oknum tertentu untuk memecah belah kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Hal ini sudah direalisasikan baik melalui forum ibadah, seminar keagamaan, dan sebagainya. Diskusidiskusi tersebut dinilai begitu penting karena dapat mempengaruhi pandangan masyarakat dalam

12 menyikapi perbedaan yang ada. Perbedaan bukan berarti menjadi penghambat atau penghalang untuk dapat hidup bersama-sama dalam kondisi keyakinan yang berbeda-beda. 2) Kerukunan Antar Etnis Kerukunan antar etnis merupakan bentuk keharmonisan sosial yang tercipta antar dua kelompok yang berbeda atau lebih. Etnis adalah istilah kesukuan yang digunakan untuk menunjukkan identitas diri. Indonesia menjadi salah satu Negara terbesar dalam jumlah populasi yang diisi dari berbagai macam etnis yang berasal dari berbagai-bagai wilayah. Maka dari itu, di tengah kemajemukan etnis yang ada di Indonesia, peran pemerintah semakin diharapkan untuk menjaga kerukunan tersebut. Francis (dalam kamanto, 2004: 145) mengatakan bahwa kelompok etnis merupakan sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap, dan sistem politik. 3) Kerukunan Antar Ras Kerukunan antar ras adalah kerukunan yang tercipta dalam kelompok masyarakat tanpa memperhitungkan perbedaan fisik pada setiap anggota masyarakatnya. Cuvier (dalam Dwi dan Bagong, 2007: 196), membedakan ras ke dalam tiga kelompok besar yang dilihat dari letak geografisnya, yaitu : Ras Putih (Kaukosoid), Ras Kuning (Mongoloid dan orang Amerika), Ras Hitam (Etiopoid, Australia, dan Melanesia). Indonesia memiliki ras mongolaid dengan warna kulit agak kekuningan. Ras juga membedakan ciri fisik secara umum, seperti warna mata, warna rambut, bentuk rambut, bentuk kepala dan sebagainya. Oleh Horton dan Hunt (dalam Dwi dan Bagong 2007:195) mengatakan ras adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya selain dalam segi ciri-ciri fisik bawaan, dalam banyak hal juga ditentukan oleh pengertian yang digunakan oleh masyarakat.

13 4) Kerukunan Antargolongan Kerukunan antargolongan merupakan suatu bentuk kerukunan yang tercipta dalam kehidupan masyarakat di tengah-tengah perbedaan yang ada, baik dari bentuk kelompok, profesi, batas wilayah, jenis kelamin (gender), dan sebagainya. Berkaitan dengan hal ini, Sumner (dalam Kamanto, 2004: 151) bahwa hubungan antarkelompok merupakan suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan yang menilai kelompok lain dengan memakai kelompok sendiri sebagai acuan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek yang menyangkut masalah yang akan diteliti sehingga ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik menurut Webster,dalam bahasa aslinya berarti suatu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik menurut Webster,dalam bahasa aslinya berarti suatu BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Konflik Sosial Konflik menurut Webster,dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi

Lebih terperinci

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu hal yang bersifat indah. Keindahan yang terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang disusun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL. Dilihat dari sifatnya :

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL. Dilihat dari sifatnya : JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL A. Pengertian dan ciri Struktur Sosial Pengertian Struktur Sosial :Struktur sosial adalah tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Karya sastra merupakan suatu hasil cipta sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Nilai Pendidikan Salah satu karya sastra seperti novel terdapat di dalamnya nilai pendidikan yang dapat dipetik oleh pembaca melalui

Lebih terperinci

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli:

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: 1. Soerjono Soekanto : sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris yang menganalisis atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang dituangkan dalam bentuk bahasa dan dilukiskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Kemanusiaan Menurut Clarry Sadadalam http://jhv.sagepub.com&http://www.globalresearch. ca/index.php?contex =view Article)nilai adalah ide atau gagasan, konsep seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat karena karya sastra lahir ditengah-tengah masyarakat dari hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII Oleh: Alif Nurcahyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu karya manusia yang menarik untuk dikaji adalah sastra, karena dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas sosial. Dalam pengertian ini, keterlibatan pengarang dalam menciptakan karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140). II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu objek kajian yang selalu menarik untuk diteliti karena karya sastra mengisyaratkan gambaran hidup dan kehidupan manusia yang luas dan kompleks.

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh karena itu, walaupun suatu karya sastra itu berbentuk fiksi, namun persoalan yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra lisan atau disebut juga sastra tradisi yang wujudnya sebagai bagian dari istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd.

Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd. A. Pengertian Sastra Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd. Banyak ahli yang mendefenisikan pengertian sastra dapat kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah ideologi bangsa Indonesia, tentu tidak terlepas dari Pancasila. Sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila

Lebih terperinci

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H.

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. SOSIOLOGI Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. Bacaan a.l. : 1. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto Sosiologi ; Teks Pengantar & terapan (2004) 2. Soeryono Soekanto Sosiologi ; Suatu Pengantar ( 2006) 3. Kamanto

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci