BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
|
|
- Yenny Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Tempurung kelapa merupakan salah satu bahan yang baik dijadikan arang, karena memiliki sifat keras oleh kandungan silikat (SiO 2 ) yang tinggi, kadar karbon terikat tinggi, dan kadar abu mineral rendah. Arang tempurung kelapa adalah produk utama dari proses porolisis tempurung kelapa dan hasil sampingnya yaitu komponen volatil, air dan abu (Palungkun, 1992; Woodroof, 1970). Komponen penyusun arang terdiri dari karbon terikat, abu, air, nitrogen dan sulfur. Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup dengan hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain (Marsh dan Reinoso, 2005; Bansal dan Goyal, 2005). Arang hasil proses pirolisis tersebut sangat potensial diolah menjadi karbon aktif. Produk karbon aktif yang dihasilkan dari arang tempurung kelapa memiliki mikropori yang banyak, luas permukaan besar dan daya adsorpsi yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan nilai komersialnya tinggi, sehingga memiliki peranan penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Karbon aktif tersebut dapat dimanfaatkan antara lain untuk pemurnian cairan dan gas, pemisahan campuran, dan sebagai pengemban katalis logam karena mempunyai luas permukaan yang besar dengan aktivitas katalitik intrinsiknya yang rendah (Kenneth, 2002; Fraga dkk., 2002; Manocha, 2003). Konsumsi karbon aktif dunia semakin meningkat setiap tahunnya, misalnya pada tahun 2007 mencapai ton per tahun. Negara besar seperti Amerika Serikat kebutuhan perkapitanya mencapai 0,4 kg per tahun dan Jepang berkisar 0,2 kg per tahun. Sementara itu kebutuhan karbon aktif untuk Indonesia lebih dari 200 ton per bulan atau ton per tahun, yang sebagian besar diantaranya masih diimpor untuk keperluan seperti industri farmasi dan industri lainnya (Bansal dan Goyan, 2005). Kebutuhan karbon aktif meningkat sejalan dengan perkembangan dunia industri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kebutuhan karbon aktif di dalam negeri mencapai ton per tahun (Anonim, 2012).
2 Pada dasarnya proses pembuatan karbon aktif berlangsung dalam dua tahap, yaitu proses karbonisasi dan aktivasi. Produk utama yang dihasilkan pada proses karbonisasi adalah arang dengan hasil samping berupa tar dan asap cair. Arang yang dihasilkan tersebut mempunyai sifat lentur seperti karbon aktif, akan tetapi luas permukaannya masih rendah dan daya adsorpsi sangat kecil. Oleh karena itu proses aktivasi perlu dilanjutkan untuk membangun porositas dan memperbesar luas permukaan (Rodenas dkk., 2003; Cuhadaroglu dan Uygun, 2008). Metode aktivasi yang umum digunakan pada pembuatan karbon aktif adalah aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Proses aktivasi fisika adalah aktivasi yang dilakukan untuk pengembangan pori dari karbon aktif dengan bantuan uap panas dan gas pengaktif inert pada kondisi temperatur yang tinggi antara C (Teng dkk.,1998; Hong dkk., 2000; Lee dan Lee, 2001; Rodenas dkk., 2003). Temperatur aktivasi merupakan salah satu variabel yang sangat mempengaruhi karakteristik karbon aktif. Pada kondisi operasi temperatur tinggi tanpa udara akan menghasilkan kualitas karbon aktif bermutu tinggi yang komponen-komponen volatil akan hilang, sehingga kadar karbon terikat juga menjadi tinggi. Namun demikian proses aktivasi fisika yang dilakukan pada kondisi temperatur tinggi harus membutuhkan energi listrik yang cukup besar dan juga gas pengaktif. Hal ini menyebabkan proses aktivasi karbon tersebut sulit dilakukan, biaya pembuatan karbon aktif menjadi tinggi dan tidak ekonomis khususnya untuk skala industri kecil, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya. Yang dkk. (2003); Sanchez dkk. (2002) telah melakukan penelitian terhadap bahan yang mengandung karbon menggunakan metode aktivasi fisika dua tahap dengan gas pengaktif CO 2 pada rentang temperatur C. Penelitian tersebut menemukan bahwa variabel temperatur merupakan parameter yang mempengaruhi kualitas karbon aktif yang dihasilkan. Proses aktivasi fisika sangat efektif jika dilakukan pada temperatur tinggi, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan struktur karbon karena pembakaran berlebihan yang dapat menurunkan luas permukaan (Guo dan Lua, 2000). Oleh karena itu untuk mengatasi
3 masalah tersebut, maka aktivasi karbon dapat dilakukan pada temperatur yang relatif rendah melalui aktivasi kimia dengan menggunakan aktivator. Proses aktivasi kimia pada pembuatan karbon aktif dengan menggunakan aktivator dapat memberikan keuntungan, antara lain aktivasi karbon dapat berlangsung pada kondisi temperatur dan tekanan operasinya relatif rendah. Selain itu efek penggunaan aktivator kimia mampu meningkatkan jumlah pori-pori dalam karbon aktif hasil aktivasi (Lillo-Rodenas dkk., 2004; Suzuki, 2007). Di samping itu juga pada kondisi tersebut dapat menghambat pembentukan tar, dan mengurangi bahkan menghilangkan produk volatil lainnya. Selain itu, pengunaan aktivator dapat berfungsi sebagai jembatan pembentukan polimer, mempersingkat waktu perlakuan dan aktivator yang digunakan dapat dihilangkan pada akhir proses aktivasi. Namun di sisi lain pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia saja, ternyata memiliki beberapa kelemahan, antara lain terjadi proses korosi karena adanya tahap pencucian dan tidak dapat mengatur pembentukan pori karbon aktif yang dihasilkan (Lozano-Castello, 2001; Balci dkk., 1994; Sricharoenchaikul, 2008; Timur dkk., 2006; Su-Ling Liu dkk., 2014). Pembuatan karbon aktif jika dilakukan dengan aktivasi fisika, maka akan berlangsung pada temperatur tinggi tetapi dapat mengatur pengembangan pori. Sementara itu, jika hanya dilakukan dengan aktivasi kimia, maka dapat berlangsung pada temperatur relatif rendah tetapi tidak dapat mengatur pembentukan pori. Oleh karena itu salah satu solusi mengatasi hal tersebut yaitu dengan melakukan proses pembuatan aktif melalui metode kombinasi aktivasi kimia dan fisika. Penggunaan aktivator kimia dalam aktivasi kimia, maka akan tercapai temperatur aktivasi yang relatif rendah dan kemudian dikombinasikan dengan aktivasi fisika akan dapat mengatur pembentukan pori. Penelitian tentang karbon aktif telah banyak dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang mengandung karbon, jenis aktivator, dan gas pengaktif berbeda. Beberapa peneliti (Sricharoenchaikul dkk., 2008; Kennedy dkk., 2004; Tawalbeh dkk., 2005), telah menggunakan antara lain KOH, NaOH, ZnCl 2, KCl, H 3 PO 4, dan
4 HCl sebagai aktivator dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia. Ternyata penggunaan aktivator-aktivator tersebut memberikan efek yang berbeda-beda terhadap luas permukaan maupun volume pori karbon aktif yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena kondisi, prosedur dan karakteristik sifat kimia-fisika yang dilakukan berbeda. Pengaruh konsentrasi dan rasio impregnasi H 3 PO 4 dan KOH pada batubara bitumen (Jibril dkk., 2007) dan ZnCl 2 pada kraft lignin, batubara bitumen, dan date stone (Serrano dkk., 1997; Teng dan Yeh, 1998; Alhamed, 2006), merupakan metode yang relatif sederhana dan cukup efektif. Hasil pengamatan menunjukkan variasi konsentrasi aktivator-aktivator dapat meningkatkan luas permukaan dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi karbon aktif. Proses aktivasi tersebut menyebabkan dehidrasi dan dehidrogenasi, sehingga terjadi pembentukan ikatan silang dan polimerisasi molekul dengan sifat fisik yang kaku. Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan di atas, kajian aspek metode kombinasi aktivasi kimia dan fisika dengan menggabungkan beberapa variabel antara lain konsentrasi, lama perendaman aktivator, temperatur, dan lama aktivasi masih sangat terbatas. Penelitian tentang karbon aktif yang terbuat dari arang tempurung kelapa melalui aktivasi kimia atau aktivasi fisika sudah dilaporkan. Namun demikian, untuk preparasi karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan melakukan kombinasi aktivasi kimia dan fisika dengan aktivator KOH, H 3 PO 4, dan ZnCl 2 pada variasi konsentrasi, lama perendaman, temperatur aktivasi, dan pengujiannya untuk adsorpsi BM belum dilakukan dan dilaporkan. Sementara itu juga kajian terhadap kinetika adsorpsi belum dibahas secara mendalam. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dilakukan preparasi dan karakterisasi karbon aktif dari arang tempurung kelapa serta aplikasinya sebagai adsorben biru metilena. Kajian terhadap kondisi optimum preparasi karbon aktif dipelajari melalui aktivasi kimia dengan menggunakan aktivator KOH, H 3 PO 4, dan ZnCl 2 dengan variasi konsentrasi, lama perendaman, serta aktivasi fisika meliputi variasi temperatur dan lama aktivasi.
5 Pemilihan H 3 PO 4 dan ZnCl 2 sebagai aktivator, karena keduanya bersifat asam yang dapat bereaksi dengan oksigen melalui gugus fungsi yang terikat pada material karbon aktif (Teng, 2000). Selain itu kedua aktivator tersebut merupakan oksidator yang mampu mengoksidasi dan mengikis permukaan karbon aktif, sehingga dapat membuka pori yang mula-mula tertutup serta memperbesar pori yang ada pada karbon aktif (Allwar dkk., 2008). Sementara itu, KOH yang bersifat basa kuat mempunyai keuntungan sebagai aktivator. Kalium hidroksida dapat bereaksi dengan matriks karbon suatu bahan baku menyebabkan pembentukan situs aktif -OK dan terjadi ikatan silang di dalam lamelar, sehingga membentuk pori yang baru. Selain itu pada permukaan karbon dihasilkan CO 2 yang berdifusi ke permukaan karbon, sehingga dapat mnghilangkan pengotor berupa hidrokarbon dan memperbesar pori karbon aktif (Marsh dan Reinoso, 2005; Rodenas dkk., 2003). Aktivator-aktivator yang digunakan dalam aktivasi kimia berperan untuk mengeluarkan hidrokarbon, pengotor dan membuka struktur pori yang terbentuk dari hasil proses karbonisasi. Hal ini mampu meningkatkan struktur kisi kristal karbon, sehingga semakin banyak struktur karbon aktif yang terbentuk dan semakin meningkatkan luas permukaan (Manocha, 2003; Abechi dkk., 2013). Dengan melibatkan aktivasi kimia menggunakan aktivator sebagai zat pengaktif, maka dapat mempermudah proses aktivasi fisika untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap yang masih tertinggal melalui pemanasan. Proses aktivasi fisika tersebut bertujuan untuk memperbesar volume pori, memperbesar diameter pori yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menghasilkan pori yang baru (Balci, 1992; Bansal dan Goyal, 2005; Ngernyen dkk., 2006). Selain itu kehadiran gas CO 2 dapat membantu pengembangan struktur rongga yang ada pada arang dengan menghilangkan hidrokarbon atau zat-zat sukar menguap yang menutupi pori-pori karbon aktif, sehingga memperbesar permukaan karbon aktif sekaligus menata strukturnya (Sudaryanto, 2006).
6 Proses pembuatan karbon aktif dengan metode kombinasi aktivasi, maka dapat menurunkan temperatur aktivasi yang diharapkan pembuatan karbon aktif akan lebih mudah dengan biaya murah tapi nilai komersialnya tinggi. Hal tersebut dapat memberikan sumbangan ilmu dan teknologi pembuatan karbon aktif bermanfaat bagi dunia industri di masa depan yang dapat mengembangkan secara optimal distribusi ukuran pori sesuai dengan kebutuhan industri. Karbon aktif yang dihasilkan tersebut memenuhi persyaratan industri, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Kontrol kondisi dalam proses adsorpsi suatu adsorben dapat diprediksi dengan parameter konsentrasi adsorbat terhadap perubahan waktu. Salah satu sifat karakteristik dari permukaan suatu zat adalah dapat diaplikasikan untuk adsorpsi. Karbon aktif dari tempurung kelapa memenuhi persyaratan sebagai adsorben yang baik karena mempunyai luas permukaan dan volume mikropori banyak serta ukuran pori yang besar untuk perpindahan molekul di dalam adsorben tersebut. Oleh karena itu karbon aktif dari arang tempurung kelapa akan diuji kemampuannya mengadsorpsi partikel dengan berat molekul lebih rendah seperti iodium (Cheremisinoff, 1978). Selain itu dapat mengevaluasi kapasitas karbon aktif sebagai adsorben yang dapat diaplikasikan untuk pemurnian suatu campuran, di mana mengunakan salah satu adsorbat yaitu senyawa biru metilena sebagai model senyawa penyerap zat warna (Ghosh dan Bhattacharyya, 2002). Pengujian karbon aktif yang dihasilkan dilakukan analisis yaitu Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi yang menyusun struktur karbon aktif, X-Ray Diffraction (XRD) untuk identifikasi kekristalan material karbon, Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui morfologi perubahan struktur permukaan, Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk mengetahui struktur mikro terutama keseragaman pori yang terbentuk. Metode adsorpsi gas Brunauer-Emmet-Teller (BET) untuk menentukan luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jari-jari pori, Thermogravimetry/Differential Thermal Analysis (TG/DTA). Uji aktivitas karbon aktif untuk mengadsorpsi biru metilena dengan cara
7 menentukan kondisi optimum adsorpsi meliputi ph, waktu kontak, konsentrasi biru metilena. Efektivitas adsorpsi dapat ditentukan isoterm adsorpsi, kinetika adsorpsi, kapasitas adsorpsi. Analisis larutan biru metilena dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang optimum. 1.3 Kebaruan Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, pembuatan karbon aktif dari material yang mengandung karbon dengan aktivasi fisika dilakukan pada temperatur tinggi dengan gas pengaktif, sedangkan aktivasi kimia menggunakan aktivator sebagai zat pengaktif. Ngernyen, dkk. (2006) meneliti pengaruh temperatur dan waktu aktivasi terhadap luas permukaan dan volume pori karbon aktif dari jenis kayu Eucalyptus dan wattle melalui aktivasi fisika dengan gas CO 2. Fan dkk. (2003) melaporkan bahwa pembuatan karbon aktif dari sekam gandum dan tongkol jagung melalui aktivasi fisika dengan steam. Girgis dkk. (2002) mempelajari pengaruh konsentrasi aktivator dan temperatur aktivasi terhadap luas permukaan BET karbon aktif dibuat dari date pits menggunakan aktivator H 3 PO 4. Begitu pula Foo dan Lee (2010) meneliti karbon aktif yang dibuat dari polong kacang petai dengan menggunakan aktivator yang sama. Jibril dkk. (2007) mempelajari pengaruh H 3 PO 4 dan KOH pada tahap pirolisis karbon aktif dari batubara bitumen terhadap luas permukaan. Guo dan Lua (2000) telah mengkarakterisasi karbon aktif dari biji kelapa sawit dengan menggunakan variasi konsentrasi aktivator ZnCl 2, H 3 PO 4 dan KOH menggunakan CO 2 dengan variasi temperatur C. Sricharoenhaikul dkk. (2008), telah melakukan pembuatan karbon aktif dari limbah buah jarak (Jatropha curcas L.) menggunakan aktivator KOH dan H 3 PO 4 dan aktivasi fisika menggunakan gas CO 2.
8 Zang dkk. (2009) melaporkan bahwa telah dilakukan pembuatan karbon aktif dari batubara tar-pitch melalui metode kombinasi aktivasi kimia dan fisika menggunakan aktivator KOH dengan gas pengaktif CO 2. Dari penelitian-penelitian tersebut, diketahui bahwa karbon aktif dapat dibuat dari berbagai bahan baku mengandung karbon. Sepanjang penelusuran pustaka yang dilakukan, ternyata belum ada publikasi hasil penelitian yang mempelajari secara detail penelitian tentang karbon aktif untuk preparasi karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan melakukan kombinasi aktivasi kimia dan fisika dengan aktivator KOH, H 3 PO 4, dan ZnCl 2 pada variasi konsentrasi, lama perendaman, temperatur aktivasi, dan pengujiannya untuk adsorpsi biru metilena belum dilakukan dan dilaporkan. Sementara itu, kajian terhadap kinetika adsorpsi belum dibahas secara mendalam Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian 1. Mengkombinasikan metode aktivasi kimia dan fisika untuk menurunkan temperatur proses aktivasi fisika menggunakan aktivator kimia KOH, H 3 PO 4 dan ZnCl 2 pada pembuatan karbon aktif 2. Mengetahui karakter karbon aktif sebagai adsorben hasil aktivasi kimia dan fisika meliputi sifat kimia-fisika yaitu analisis makro dan mikro yang terdiri dari analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-ray diffraction (XRD), luas permukaan spesifik BET, Scanning Electron Microscope (SEM), Transmission Electron Microscopy (TEM), dan Diffrential Thermal Analysis- Thermogravimetry Analysis (DTA-TG). 3. Mengetahui aktivitas adsorpsi karbon aktif terhadap biru metilena meliputi kapasitas, energi, dan kinetika adsorpsi karbon aktif Manfaat Penelitian 1. Pembuatan karbon aktif dengan temperatur relatif rendah, sehingga mempermudah masyarakat melakukannya dalam skala yang besar, biaya murah
9 tapi nilai komersialnya tinggi karena karbon aktif yang dihasilkan berkualitas baik. 2. Dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk aplikasi pemurnian cairan dan gas, pemisahan campuran, dan juga sebagai pengemban katalis logam. 3. Dapat dimanfaatkan untuk penyaringan dan penghilangan bau, warna, rasa yang tidak enak pada makanan dan zat cair serta pembersih air buangan dan pencemar logam berat.
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Produksi singkong di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 21.801.415 ton pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +
6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silika merupakan senyawa yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, katalisator dan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi kinetika adsorpsi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia industri selain kondisi kesetimbangan (isoterm adsorpsi) dari proses adsorpsi. Kinetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Tempurung Kelapa Sawit Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah biomassa yang berbentuk curah yang dihasilkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era industrialisasi di Indonesia, kebutuhan arang aktif semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang dibangun, baik industri pangan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yang salah satu hasil utamanya berasal dari sektor pertanian berupa tebu. Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :
Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya
Lebih terperinciPengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air
Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air Erlinda Sulistyani, Esmar Budi, Fauzi Bakri Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jenis akasia (Acacia mangium Willd) yang sebagian besar berasal dari areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu gergajian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinciITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH
ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH Futri Wulandari 1*), Erlina 1, Ridho Akbar Bintoro 1 Esmar Budi
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :
Pengaruh Konsentrasi Aktivator Kalium Hidroksida (KOH) terhadap Kualitas Karbon Aktif Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Fe pada Air Gambut Ririn Apriani 1), Irfana Diah Faryuni 1), Dwiria Wahyuni 1)
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X
KARAKTERISTIK ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN PENGAKTIVASI H 2SO 4 VARIASI SUHU DAN WAKTU Siti Jamilatun, Intan Dwi Isparulita, Elza Novita Putri Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vii viii x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karbon aktif (AC) telah diakui sebagai salah satu adsorben yang paling populer dan banyak digunakan untuk pengolahan air minum dan pengolahan air limbah diseluruh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciMETODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI
METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciPROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN DIUSULKAN OLEH : Sigit Purwito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengurangan kadar sulfur (desulfurisasi) dari minyak bumi diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia karena dampak buruk oksida sulfur bagi lingkungan. Pengurangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Arang Aktif Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi oleh sebagian masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Tamiang adalah ketidaktersediaannya air bersih. Kendala itu terjadi karena
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Menentukan Suhu dan Waktu Karbonisasi Pada penentuan suhu dan waktu karbonisasi yang optimum, dilakukan pemanasan sampel sekam pada berbagai suhu dan waktu pemanasan. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi
Lebih terperinciPEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI
C7 PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis L.f) DAN TONGKOL JAGUNG (Zea mays LINN) SEBAGAI ADSORBEN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) Oleh : J.P. Gentur
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma
PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN Fitri, Rakhmawati Farma Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.
5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban
5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Natrium oksida (Na 2 O) merupakan salah satu senyawa penting dalam ilmu material karena dibutuhkan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan material, antara lain sebagai
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE
10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit adalah salah satu jenis tumbuhan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai jenis industri, seperti industri kosmetik, industri pangan, industri margarin,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada era industrialisasi. Terdapat puluhan ribu industri beroperasi di Indonesia, dan dari tahun
Lebih terperinciBENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan gel cincau. Namun, ada tiga tumbuhan populer yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kebutuhan material dengan kombinasi sifat-sifat mekanis yang tidak ditemukan pada material konvensional seperti metal, keramik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung
Lebih terperinciAKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN
C8 STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Veronika Yuli K. Alumni Fakultas Kehutanan Universitas
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No.1, Juni 2010 : 21 26 PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA EFFECT OF ACTIVATOR IN THE MAKING OF ACTIVATED CARBON FROM COCONUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.
Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat
Lebih terperinciPEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT (Activated Carbon Production from Peanut Skin with Activator Sulphate Acid) Diajukan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT
PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT Ellis Fitriyani 1, Rakhmawati Farma 2 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 1 Dosen Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan di pasar-pasar setiap saat, tanpa mengenal musim. Menurut sejarahnya, tanaman alpukat berasal dari
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain
Lebih terperinciSUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA
SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang mana peduduknya sebagian besar bekarja di bidang pertanian sehingga hasil pertanian Indonesia melimpah walaupun terkadang masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi beberapa tahun terakhir ini menyebabkan peningkatan jumlah limbah, baik itu limbah padat, cair maupun gas. Salah satunya adalah pencemaran
Lebih terperinciPemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif
Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 lat dan Bahan lat yang digunakan pada pembuatan karbon aktif pada penilitian ini adalah peralatan sederhana yang dibuat dari kaleng bekas dengan diameter 15,0 cm dan
Lebih terperinciPemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 11-19 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Data & Informasi Energi Sumber Daya Mineral (2010) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia cenderung menurun. Penurunan cadangan minyak bumi diakibatkan oleh
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Limbah Padat Agar-agar Limbah hasil ekstraksi agar terdiri dari dua bentuk, yaitu padat dan cair. Limbah ini mencapai 65-7% dari total bahan baku, namun belum
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG
RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini dikarenakan sifatnya yang ramah terhadap lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Bentuk Fisik Sekam Padi dan Arang Aktif Hasil karakterisasi sekam padi arang aktif secara fisika ditunjukkan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI
PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI Landiana Etni Laos 1*), Masturi 2, Ian Yulianti 3 123 Prodi Pendidikan Fisika PPs Unnes, Gunungpati, Kota Semarang 50229 1 Sekolah Tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbon mesopori merupakan material berpori yang menarik perhatian peneliti karena keteraturan geometrinya dan memiliki potensi yang besar untuk berbagai aplikasi,
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Saat ini nanomaterial seperti nanotubes, nanowires, nanofibers, dan nanobelts banyak mendapatkan perhatian karena nanomaterial tersebut dapat diaplikasikan di berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang
Lebih terperinciKarakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri
EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciHafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi
PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN H 2 O SEBAGAI AKTIVATOR UNTUK MENGANALISIS PROKSIMAT, BILANGAN IODINE DAN RENDEMEN Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi Jurusan
Lebih terperinciPenurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch
F324 Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch Nikmatul Rochma dan Harmin Sulistyaning Titah Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA
PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA Firdhauzi Kusuma Rachmani 1, Mahmud Sudibandriyo 2 1. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF
PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF J. P. Gentur Sutapa 1 dan Aris Noor Hidayat 2 1 Dosen Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS
Lebih terperinci