UNIVERSITAS INDONESIA REPRESENTASI ABAD PERTENGAHAN DALAM ALBUM VON DEN ELBEN (DELUXE EDITION) KARYA FAUN MAKALAH JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA REPRESENTASI ABAD PERTENGAHAN DALAM ALBUM VON DEN ELBEN (DELUXE EDITION) KARYA FAUN MAKALAH JURNAL"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA REPRESENTASI ABAD PERTENGAHAN DALAM ALBUM VON DEN ELBEN (DELUXE EDITION) KARYA FAUN MAKALAH JURNAL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora CLARA CITRA MUTIARASARI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JERMAN DEPOK JULI 2014

2 Representasi Abad Pertengahan dalam Album Von den Elben (Deluxe Edition) Karya Faun Clara Citra Mutiarasari, Lilawati Kurnia Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Abstrak Makalah ini mengangkat tema representasi abad pertengahan dalam karya-karya Faun. Faun adalah band asal Jerman beraliran Pagan-Folk yang banyak menampilkan tema dan suasana abad pertengahan dalam karya-karya mereka, yang membuat mereka berbeda dari musisi-musisi pop Jerman lainnya. Analisis secara deskriptif dan argumentatif pada karya-karya mereka dalam album Von den Elben (Deluxe Edition) memperlihatkan bentuk representasi abad pertengahan yang sangat berbeda dengan abad pertengahan yang tercatat dalam sejarah, yang bercirikan dominasi gereja dan bangsawan. Abad pertengahan yang direpresentasikan oleh Faun menggambarkan zaman yang identik dengan masyarakat pagan Eropa, yaitu masyarakat nonkristen yang masih memegang tradisi, percaya akan mitos-mitos, dan dekat dengan alam. Representasi tersebut membentuk identitas budaya Faun sebagai penganut nilai-nilai paganisme yang berseberangan dengan institusi gereja. Identitas budaya tersebut sesungguhnya menunjukkan sikap kritis mereka terhadap kebudayaan material perkotaan yang disimbolkan oleh gereja. Representation of Medieval Era in Faun s Album Von den Elben (Deluxe Edition) Abstract This paper placed its focus on the representation of medieval era in Faun s works. Faun is a German Pagan-Folk band which often features medieval themes and context in their works, which makes them different from other German pop musicians. Descriptive and argumentative analysis on their works in their latest album, Von den Elben (Deluxe Edition), showed that their representations of medieval era is very different from the medieval times recorded by the historical sources, which is characterized by the dominance of the church and nobility. The medieval era is represented by Faun as an era identical to European pagan society, which refers to the people in Middle Ages who had not been christened, still hold their old tradition, believe in myths and live close to nature. This representation shaped Faun s cultural identity as followers of paganism values which seem to stand in opposition to the church. Cultural identity; Medieval era; Paganism; Pop music; Representation Pendahuluan Tidak dapat dipungkiri bahwa reputasi Jerman di bidang musik masih didasarkan pada karya-karya komposer musik klasik seperti Johann Sebastian Bach dan Ludwig van Beethoven. Meskipun demikian, fakta tersebut bukan berarti musik pop di Jerman tidak berkembang. Dalam beberapa dekade terakhir, Jerman telah menyumbang beberapa musisi pop dari berbagai genre bagi industri musik pop, di antaranya Nena, Herbert Grönemeyer, Rammstein dan Tokio Hotel. Belakangan ini, industri musik pop Jerman tengah didominasi oleh aliran-aliran musik yang berasal dari Amerika seperti rap yang merupakan bagian dari budaya hiphop. Selain itu, aliran musik lain yang masih populer di dunia musik pop Jerman 1

3 adalah rock dan schlager 1. Hal ini terlihat dari banyaknya musisi dengan genre-genre tersebut yang menempati tangga lagu dan memperoleh nominasi dalam ajang ECHO Deutsche Musikpreis Sebagai mahasiswi Program Studi Jerman, penelitian terhadap berbagai aliran musik yang membentuk wajah industri musik pop Jerman merupakan hal yang sangat menarik karena mampu memberikan pengetahuan mengenai budaya Jerman yang tengah berkembang pada saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Program Studi Jerman Universitas Indonesia telah mengangkat genre-genre musik di atas sebagai objek penelitian mereka. Saat ini saya tertarik untuk mengangkat sebuah band bernama Faun sebagai objek penelitian saya. Faun merupakan band yang terbentuk di Grafelfing bei München pada tahun 1999 dan saat ini beranggotakan tujuh orang. Mereka telah menghasilkan tujuh album dan menuai prestasi melalui album terbarunya yang berjudul Von den Elben (2012) dengan memperoleh dua nominasi dalam ajang ECHO Deutsche Musikpreis dan menempati posisi 10 besar dalam tangga album media control 4 di negara-negara berbahasa Jerman. Ketertarikan saya tersebut didasarkan pada keunikan mereka jika dibandingkan dengan musisi-musisi pop Jerman lainnya. Faun menciptakan sebuah genre sendiri yang mereka sebut Pagan Folk atau Heidnisch Folk, serta menampilkan tema-tema abad pertengahan dalam karya-karya mereka. Tema-tema abad pertengahan yang banyak muncul dalam lagu-lagu Faun tidak dapat dilepaskan dari sejarah terbentuknya band ini. Faun adalah sebuah band yang lahir dari fenomena budaya yang populer di Jerman sejak akhir tahun 70 an, yaitu Mittelalterszene. Fenomena budaya ini melahirkan festival-festival rakyat bernama Mittelaltermarkt yang dibangun dalam venue yang menyerupai kota abad pertengahan dengan pasar, kedai, bengkel pengrajin dan panggung hiburan. Di atas panggung tersebut ditampilkan berbagai musisi yang berpenampilan seperti masyarakat abad pertengahan dan menyanyikan lagu-lagu abad pertengahan. Faun adalah salah satu band yang sering tampil dan mengisi panggung hiburan di Mittelaltermarkt. 1 Aliran musik di Jerman yang merujuk pada musik yang bertema ringan dan populer hanya untuk waktu yang singkat. ( diakses tanggal 11 April 2014 pukul 13.08) 2 Penghargaan di bidang musik di Jerman yang setara dengan Grammy Awards di Amerika Serikat. 3 Penghargaan di bidang musik di Jerman yang setara dengan Grammy Awards di Amerika Serikat. 4 Proyek yang dikembangkan oleh perusahaan asal Jerman bernama media control GfK International GmbH yang mencatat perubahan dan perkembangan aneka media seperti musik pop, film, dvd, buku, dsb dengan menerbitkan chart atau daftar bagi masing-masing media yang paling laku pada setiap minggunya. 2

4 Sementara itu, istilah Pagan Folk mereka gunakan untuk menyebut genre mereka yang pada intinya menggambarkan kebebasan dan kecintaan mereka terhadap alam. 5 Hal ini juga sesuai dengan makna dari istilah tersebut. Menurut Dowden (3), istilah pagan berasal dari kata bahasa Latin Paganus yang berarti penduduk suatu wilayah yang melestarikan tradisi lokalnya. Istilah Jerman untuk pagan adalah die Heide yang bermakna tanah hijau liar yang tidak dipenuhi bangunan dan terletak di dekat hutan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah pagan digunakan oleh kaum kristiani untuk menyebut orang-orang yang bukan penganut Kristen, termasuk juga masyarakat Eropa yang masih mengikuti tradisi yang hidup sebelum ajaran Kristen menyebar di Eropa dan kebanyakan tinggal di dekat alam. Sementara itu, Folk adalah jenis musik yang menggunakan unsur-unsur musik rakyat tradisional dan liriknya kritis terhadap situasi zaman sekarang. Dengan genre Pagan Folk dan tema-tema abad pertengahan, Faun menjadi agensi dalam budaya populer. Konsep agensi dalam budaya populer mendefinisikan suatu perubahan tindakan audiens atau konsumen budaya populer dari pasif menjadi aktif. Mereka turut menjadi partisipan dan produsen makna yang didasari oleh pilihan atau selera yang kemudian membentuk suatu medan makna. Perlu diketahui sebelumnya bahwa kebudayaan dalam konsep ini dipahami sebagai suatu proses produksi dan interaksi makna. Jika dilihat dari sudut pandang struktur ini, Faun dapat dipandang sebagai agensi yang mengembangkan musiknya sekaligus memproduksi makna. Makna ini kemudian kita kenali sebagai suatu ideologi yaitu kebebasan dari norma dan nilai yang ternyata masih mengikat masyarakat bahkan sampai abad 21 ini. Ideologi yang mereka bawa ini ditampilkan dalam genre Pagan Folk dan tema-tema abad pertengahan. Untuk mengetahui bagaimana mereka menyampaikan ideologi tersebut dalam karya-karya mereka, perlu dilakukan suatu analisis terhadap representasi abad pertengahan sebagai tema sentral dalam karya-karya mereka. Representasi tersebut akan membentuk identitas budaya yang membedakan Faun dari musisi-musisi lainnya, yang juga akan menunjukkan ideologi yang mereka bawa tersebut. Sebagai korpus data yang akan dianalisis, penulis memilih sebuah poster Faun karya Michael Wilfling yang berjudul Faun Bandpic 2013 dan tiga buah lirik lagu mereka dalam album Von den Elben (Deluxe Edition) yang berjudul Diese kalte Nacht, Schrei es in die Winde dan Tanz mit mir. Tinjauan Teoretis a. Representasi Konstruksionis 5 Michael Zirnstein. Nibelungen-Balladen und Minnesang. diakses tanggal 11 April 2014 pukul

5 Representasi didefinisikan oleh Stuart Hall (17) sebagai proses produksi makna dari konsep-konsep yang ada di dalam pikiran melalui bahasa. Bahasa yang dimaksud di sini bukanlah bahasa menurut sudut pandang linguistik melainkan juga meliputi berbagai macam tanda seperti kata, warna, suara, gambar, dan sebagainya yang dapat menyampaikan makna. Ada tiga konsep representasi, yaitu representasi reflektif, intensional dan konstruksionis. Dalam analisis ini, representasi yang digunakan adalah representasi konstruksionis. Representasi konstruksionis memahami bahwa makna suatu objek tidak berada pada objek tersebut sejak awal, tetapi dikonstruksi dan dibentuk oleh pihak yang memberi makna. Dengan demikian, makna suatu objek bersifat tidak tetap dan dapat berubah atau berbedabeda tergantung dari siapa yang memaknai dan tujuannya. Proses representasi merupakan proses memaknai suatu objek dengan cara menghubungkannya dengan konsep-konsep mengenai objek tersebut yang ada di kepala kita, kemudian menyampaikan atau mempertukarkan makna tersebut kepada orang lain melalui sistem tanda atau bahasa yang sudah disepakati maknanya terlebih dahulu melalui konvensi suatu masyarakat budaya. b. Identitas Budaya Representasi merupakan salah satu cara untuk membentuk identitas budaya. Sebelum membahas mengenai identitas budaya lebih lanjut, perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan identitas itu. Stuart Hall mengatakan bahwa ada dua sudut pandang yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai identitas budaya. Sudut pandang pertama dikenal dengan istilah identity as being, yang beranggapan bahwa identitas adalah kebudayaan yang dimiliki bersama, bentuk asli seseorang yang juga terdapat dalam diri banyak orang yang memiliki kesamaan sejarah dan leluhur (Hall, 223). Dengan kata lain, identitas merupakan sesuatu yang sudah ada sejak awalnya dan bersifat tetap. Identitas adalah sesuatu yang dimiliki bersama-sama oleh banyak orang dan diperoleh kembali melalui penemuan dan warisan. Sementara itu, sudut pandang yang kedua dikenal dengan istilah identity as becoming. Sudut pandang ini menjelaskan identitas sebagai sesuatu yang tidak esensial, tetapi terus berubah dan dikonstruksi dalam wacana sejarah dan kebudayaan. Hal ini seperti yang dikatakan Hall (225): Identitas budaya berasal dari suatu tempat dan memiliki sejarah. Akan tetapi, sebagaimana semua hal yang historis, ia mengalami perubahan yang konstan. Identitas budaya tidak selamanya menetap di masa lalu melainkan selalu berada dalam permainan sejarah, kebudayaan dan kekuasaan. Identitas budaya juga tidak terpaku pada penemuan kembali masa lalu yang menunggu untuk ditemukan, dan yang saat ditemukan, akan mengunci pengertian kita mengenai diri kita selamanya. Identitas merupakan nama-nama yang kita berikan pada berbagai cara kita ditempatkan dan menempatkan diri kita di dalam wacana masa lalu. 4

6 Cultural identity as becoming memahami identitas sebagai sesuatu yang sifatnya individual dan dibentuk berdasarkan keinginan masing-masing orang. Dalam analisis ini, identitas budaya merupakan bentuk identitas yang dilihat dari sudut pandang identity as becoming, karena ia dapat dibentuk dan dikonstruksi menggunakan representasi-representasi. Sebagai agensi, Faun membentuk identitasnya untuk membedakan diri mereka dari yang kolektif. Menurut Storey (79), identitas dibentuk atas dasar memori dan keinginan. identitas kita terbentuk dari percampuran antara memori yang kita cari untuk menempatkan diri kita di masa lalu dan keinginan yang menggerakkan kita dari masa kini ke masa depan. Memori yang berperan tidak hanya memori individual seseorang, tetapi juga memori kolektif suatu masyarakat budaya yang tersimpan dalam artefak-artefak seperti monumen dan patung, yang disebut situs memori (Storey, 81). Salah satu contoh situs memori adalah industri memori, yaitu bagian dari industri budaya yang berfokus pada produksi memori yang menggunakan unsur-unsur dari dunia modern. c. Abad Pertengahan dan Mittelalterszene Abad pertengahan atau Mittelalter berlangsung pada rentang waktu abad ke-5 sampai 15 M. Sejarah mencatat abad pertengahan sebagai abad kegelapan, seperti yang dinyatakan oleh seorang humanis bernama Francesco Petrarca (Saltzwedel, 18). Penyebutan abad pertengahan sebagai abad kegelapan dilandasi oleh situasi pada masa itu yang ditandai dengan kekuasaan dominan oleh gereja dan kaum bangsawan. Selain itu, masyarakat yang memang belum maju secara teknologi, kualitas hidup yang buruk, serta ilmu pengetahuan yang belum berkembang seperti di zaman Renaissance dan Aufklärung, turut membentuk pandangan negatif terhadap abad pertengahan. Gereja Katolik menanamkan pengaruh dan dominasinya yang sangat kuat di tengah masyarakat. Ajaran-ajaran Kristiani memasuki setiap pikiran dan tindakan manusia (Saltzwedel, 20). Hal tersebut membentuk semangat zaman yang hidup di tengah masyarakat abad pertengahan, yang dikenal dengan viator mundi. Viator mundi berarti manusia hanya sebagai peziarah di dunia ini dan memiliki tujuan akhir sesungguhnya yaitu surga 6. Semangat zaman ini menolak dan mengutuk kesenangan duniawi seperti seks, pesta pora dan tari-tarian. Selain itu, rasa penasaran dan akal budi dianggap berbahaya, sebaliknya rasa takut dan penyerahan diri kepada Tuhan sebagai hal yang baik (Saltzwedel, 20). 6 Reformation und Gegenreformation. diakses tanggal 29 Maret 2014 pukul

7 Sebaliknya, fenomena budaya Mittelalterszene menggambarkan abad pertengahan dalam nada yang positif. Dalam penelitiannya mengenai Mittelaltermusik, Iwen Schmees (15) mewawancarai beberapa musisi Mittelaltermarkt berkaitan dengan suasana abad pertengahan yang dihadirkan di dalamnya. Dalam wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa abad pertengahan ditampilkan sebagai dunia dongeng yang bahagia dalam Mittelaltermarkt, serta dihubungkan dengan usaha untuk menyelami kebudayaan dan sejarah Eropa. Menurut Schmees (17), representasi positif abad pertengahan dalam Mittelaltermarkt bertujuan dua hal, yaitu membuat para pengunjungnya dapat menyelami sebuah dunia dongeng yang menyenangkan dan merasakan kedekatan dengan akar budaya mereka. Representasi abad pertengahan dalam Mittelalterszene tersebut tidak lagi identik dengan kekuasaan gereja dan bangsawan atau masyarakat yang berhierarki dan kaku, tetapi dengan kebahagiaan dan kebebasan yang berlawanan dengan semangat zaman Viator Mundi. Abad pertengahan menjadi semacam dunia dongeng tempat semua orang dari berbagai kalangan dapat ikut serta di dalamnya. Hal lain yang menarik adalah penampilan para musisi Mittelaltermarkt yang sering merepresentasikan diri mereka sebagai pihak yang termarjinalkan dan berseberangan dari gereja pada masa abad pertengahan yang sesungguhnya. Banyak musisi yang menampilkan diri mereka sebagai Spielmann atau Spielleute, yaitu para musisi keliling pada masa abad pertengahan yang oleh gereja dan masyarakat dianggap tercela dan tidak memperoleh perlindungan hukum karena dianggap sebagai sisa-sisa paganisme (Schmees, 34). Selain melalui penampilan fisik ketika di panggung, representasi sebagai pihak yang berseberangan dengan gereja juga ditunjukkan melalui pemilihan nama band atau nama panggung para musisinya. Melalui representasi tersebut, para musisi Mittelaltermusik menampakkan ideologi ateisme atau paganisme, dengan menampilkan dua bentuk elemen religius yang berbeda. Beberapa musisi terkesan menolak nilai-nilai kristiani dan gereja melalui humor, sementara yang lain mengangkat sisi spiritual abad pertengahan yang dekat dengan alam melalui mitologi, agama alam dan saga yang ada pada zaman tersebut (Schmees, 62-63). Representasi ini juga menunjukkan perbedaan dari abad pertengahan yang tercatat dalam sejarah sebagai masa yang didominasi oleh gereja dan semangat viator mundi. d. Album Von den Elben (Deluxe Edition) Album Von den Elben yang dirilis pada tahun 2012 merupakan hasil kerjasama Faun dengan label rekaman Universal Music Group GmbH dan produser Valicon. Kedua perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai pelaku dalam industri musik pop Jerman yang sering menangani musisi-musisi mainstream. Hal tersebut memunculkan reaksi dari publik 6

8 yang mengatakan bahwa Faun mulai terjun ke dunia musik mainstream, yang turut didukung oleh penggunaan bahasa Hochdeutsch dan lirik-lirik lagu yang didominasi kisah percintaan dalam album tersebut, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh Faun. Kritik ini kemudian ditanggapi oleh Oliver sa Tyr di laman Facebook resmi Faun 7 yang menjelaskan bahwa seperti album-album Faun sebelumnya yang selalu mengangkat tema tertentu yang berbeda-beda, album Von den Elben juga mengangkat sebuah tema khusus, yaitu lagu-lagu romantis yang berbahasa Jerman. Salah satu alasan mengapa album Von den Elben menggunakan Hochdeutsch untuk seluruh lagunya, yaitu karena berkaitan dengan tema tersebut. Selain itu, kerjasama dengan label rekaman mainstream bukan berarti Faun telah mengikuti aliran mainstream, melainkan hanya sebuah langkah baru yang mereka coba dalam perjalanan karier musik mereka. Langkah ini diambil oleh Faun sebagai hal baru yang ingin mereka coba untuk menyebarkan ide-ide dalam karya-karya mereka kepada massa yang lebih luas lagi. Mereka memanfaatkan label mainstream tersebut dan juga meningkatnya minat masyarakat terhadap cerita-cerita fantasi dan agama-agama alam. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kepustakaan kualitatif. Penulis menganalisis korpus data yang diperoleh dengan bantuan teori-teori pendukung yang didapat dari sumber-sumber pustaka yang sesuai. Penelitian terbagi dalam lima tahap. Pertama, penulis memilih beberapa bagian dari album Von den Elben (Deluxe Edition) yang akan menjadi korpus data. Korpus data terdiri dari satu poster karya Michael Wilfling berjudul Faun Bandpic 2013 dan dua buah lirik lagu yang berjudul Schrei es in die Winde dan Tanz mit mir. Selanjutnya, pada tahap yang kedua, penulis mencari latar belakang dari korpus data tersebut, misalnya berbagai informasi mengenai abad pertengahan dan Mittelalterszene, biografi band Faun dan genre Pagan Folk yang mereka ciptakan serta teori-teori yang diperlukan. Pada tahap ketiga, penulis mencari dan menganalisis representasi abad pertengahan yang dihadirkan oleh Faun dalam album Von den Elben (Deluxe Edition) dan menjelaskan identitas budaya yang terbentuk. Selanjutnya, penulis akan menganalisis ideologi atau pesan yang tersembunyi di balik representasi tersebut. Sebagai tahap terakhir, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 7 Persönliches Statement zu VON DEN ELBEN: Oliver s. Tyr &type=3, diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul

9 Hasil Penelitian a. Representasi Abad Pertengahan dalam Poster Faun Bandpic 2013 Dalam poster karya Michael Wilfling ini dapat terlihat representasi-representasi dalam bentuk gambar yang terbagi dalam tiga lapisan. Lapisan pertama adalah gambar berbentuk kepala hewan bertanduk yang menyerupai rusa. Lapisan kedua adalah jajaran personil band dengan posisi berdiri dari kiri ke kanan: Rüdiger Maul, Niel Mitra, Fiona Rüggeberg, Oliver sa Tyr, Katja Moslehner dan Stephan Groth. Lapisan ketiga adalah latar belakang yang berwarna campuran antara warna coklat, hijau dan putih gading dengan hiasan ornamen dedaunan yang berwarna hijau dan membentuk bingkai di sekitar personil band yang berdiri di tengah. Gambar kepala rusa yang ada pada lapisan pertama adalah logo dari band Faun. Faun memilih kepala rusa ini karena berkaitan dengan filosofi penamaan band mereka. Dalam wawancara dengan NecroWeb 8, Oliver sa Tyr menjelaskan bahwa nama Faun berasal dari mitologi Romawi Kuno pada zaman Antike. Faun atau Faunus adalah dewa hutan dalam mitologi Romawi yang sepadan dengan Pan dalam mitologi Yunani. Faunus atau Pan juga identik dengan cinta, tari-tarian, musik dan seksualitas yang bebas. Dalam perkembangan selanjutnya, Faunus dipandang secara negatif dan disamakan dengan Lucifer 9 oleh penganut Kristiani. Sebagai dewa hutan, Faunus atau Pan memiliki sebuah seruling yang digunakan untuk melindungi benda-benda yang ada di alam seperti hewan dan tumbuhan, misalnya dengan memberi tanda bagi mereka jika ada bahaya. Faunus juga memiliki pengikut, yaitu makhluk-makhluk yang disebut Satyr, yang juga digunakan oleh sang vokalis sebagai nama panggungnya, yaitu Oliver sa Tyr. Padanan bagi dewa Faunus dalam mitologi Celtic adalah Cernunnos yang berwujud dewa bertanduk atau seekor rusa. 10 Wujud rusa inilah yang digunakan oleh Faun sebagai logo mereka. Representasi abad pertengahan melalui logo tersebut sesungguhnya tidak tepat, karena seperti yang telah Faun jelaskan, logo tersebut bukan berasal dari abad pertengahan melainkan dari masa Romawi Kuno, yang berlangsung sebelum abad pertengahan. Pemilihan logo dari masa yang berbeda tersebut sesungguhnya merepresentasikan sesuatu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa abad pertengahan identik dengan kekuasaan dan dominasi gereja dalam kehidupan masyarakat. Dalam wawancara tersebut, Faun menyebutkan bahwa 8 Faun (Interview) diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul Nama malaikat yang jatuh dalam dosa dalam keyakinan Kristiani. Salah satu sebutan bagi iblis atau setan. 10 Faun (Interview) diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul

10 kepercayaan terhadap mitologi Eropa kuno, dalam hal ini Faunus, memperoleh citra negatif dari kaum Kristiani dalam perkembangan selanjutnya. Jika melihat pada fakta sejarah bahwa agama Kristen mulai berkuasa di Eropa pada masa abad pertengahan, dapat disimpulkan bahwa citra negatif terhadap Faunus juga muncul pada masa abad pertengahan. Faunus mewakili kebebasan, kedekatan dengan alam dan bentuk kehidupan manusia yang alami, yang melibatkan tari-tarian, musik, cinta dan seks. Menurut Faun, hal-hal tersebut telah menghilang seiring dengan kekuasaan agama Kristen di Eropa. Berdasarkan pada penjelasan ini, dapat disimpulkan logo kepala rusa yang tidak cocok dengan abad pertengahan tersebut sesungguhnya ingin menggambarkan bagaimana keadaan masyarakat abad pertengahan Eropa jika seandainya tidak ada pemberian citra negatif oleh gereja, atau jika kekuasaan gereja tidak begitu dominan. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Eropa abad pertengahan yang seharusnya adalah yang dekat dengan alam dan bebas. Kehidupan masyarakat abad pertengahan Eropa yang demikian juga terlihat pada representasi ketiga dan keempat, yaitu warna latar belakang dan hiasan ornamen tumbuhtumbuhan. Warna hijau dan coklat sering diidentikkan dengan warna-warna alam, karena dianggap menyimbolkan tumbuh-tumbuhan dan tanah. Selain itu, hiasan ornamen berbentuk tumbuh-tumbuhan yang membingkai para personil Faun juga menggambarkan kedekatan manusia dengan alam. Jika diperhatikan lebih lanjut, hiasan ornamen berbentuk tumbuhtumbuhan tersebut seolah tersambung dengan ornamen tanduk rusa pada logo Faun. Hal ini merepresentasikan alam yang seolah-olah melingkupi dan melindungi mereka. Melalui representasi ini, mereka juga digambarkan sebagai bagian dari alam tersebut. b. Representasi Abad Pertengahan dalam Lirik Lagu Schrei es in die Winde Lirik lagu Schrei es in die Winde menampilkan salah satu elemen dalam masyarakat pedesaan abad pertengahan, yaitu wanita-wanita yang dianggap memiliki keahlian di bidang obat-obatan herbal (krauterkundige Frau) dan meramalkan cuaca dengan cara yang tidak masuk akal, misalnya dengan mengamati bagaimana laba-laba membuat sarang mereka. 11 Dengan keahliannya ini, mereka sering diminta bantuannya oleh masyarakat. Akan tetapi, jika mereka gagal, mereka akan dengan cepat dijadikan kambing hitam dan dituduh sebagai penyihir lalu diusir oleh masyarakat. 12 Lirik lagu Schrei es in die Winde menggambarkan bagaimana seorang wanita dengan keahlian tersebut diusir dari desanya setelah dituduh sebagai penyihir sebagai akibat dari kegagalannya dalam membantu masyarakat. 11 Faun. Von den Elben: Deluxe Edition Universal Music GmbH/Germany 12 Faun. Von den Elben: Deluxe Edition Universal Music GmbH/Germany 9

11 Abad pertengahan dalam lirik lagu ini direpresentasikan sebagai zaman yang masyarakatnya masih banyak yang mempercayai Aberglaube. Representasi ini tampak pada latar belakang cerita yang ada dalam lirik lagu tersebut. Aberglaube merujuk pada kepercayaan masyarakat dan wanita dalam lirik lagu Schrei es in die Winde terhadap obatobatan herbal dan ramalan cuaca menggunakan fenomena alam yang tidak masuk akal. 13 Aberglaube didefinisikan sebagai kepercayaan yang dianggap salah terhadap kekuatan supernatural yang terdapat pada manusia dan benda-benda. 14 Istilah ini digunakan pada abad pertengahan untuk merujuk pada pola pikir atau tindakan masyarakat yang dianggap menyimpang dari ajaran Kristiani, mengajarkan kepercayaan palsu yang dirayakan dalam bentuk ritual-ritual tertentu. 15 Oleh kaum rohaniwan, Aberglaube dipandang sebagai sesuatu yang hina dan diidentikkan dengan kekafiran dan kesesatan. 16 Aberglaube banyak ditemukan pada masyarakat petani di pedesaan pada masa abad pertengahan, karena seperti yang dikatakan oleh Margaret Murray, masyarakat petani di berbagai wilayah hanya mengalami kristenisasi di permukaan saja sehingga kebanyakan dari mereka masih melestarikan kebiasaan dan tradisi prakristen (Frenschkowski, 86). Apa yang dilakukan oleh masyarakat ini identik dengan ciri-ciri kaum Pagan yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan. Selanjutnya, abad pertengahan kembali direpresentasikan sebagai zaman yang yang masyarakatnya masih dekat dan bergantung dengan alam. Hal ini terlihat dari penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman atau Krauter oleh wanita itu dan masyarakat di sekitarnya serta penggunaan fenomena alam untuk meramalkan cuaca. Lebih lanjut, representasi ini terlihat sangat jelas dari dua baris dalam bait kedua yang berbunyi Die Waldluft hüllt dich tröstend ein (Udara hutan menenangkan dirimu) dan Sie scheint dir Freund und Schutz zu sein (Ia tampak seperti teman dan perlindungan bagimu). Melalui kedua baris tersebut, alam digambarkan sebagai teman dan pelindung bagi manusia. Selanjutnya diceritakan bagaimana wanita tersebut belum kalah dalam perjuangannya dan bersumpah bahwa ia akan kembali dan membalas dendam. Hal ini tampak pada baris-baris selanjutnya yang berbunyi Du kommst zurück // hast du geschworen // und wenn die Hexe wiederkehrt // dann bleibt kein Rechter unversehrt. Dari penggambaran tersebut terlihat bahwa wanita itu seolah-olah memperoleh semangat dan kekuatan kembali setelah ia memasuki hutan dan berkontak dengan alam. Dari representasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu ini, abad pertengahan diidentikkan dengan kedekatan antara alam dan 13 Faun. Von den Elben: Deluxe Edition Universal Music GmbH/Germany 14 Aberglaube. diakses tanggal 6 Mei 2014 pukul Was ist Aberglaube. diakses tanggal 6 Mei 2014 pukul Ibid 10

12 manusia yang tidak hanya sebatas pemanfaatan melainkan bahwa alam dapat menjadi sumber kekuatan dan pelindung bagi para manusia. Tokoh wanita dalam lirik lagu ini digambarkan tidak menyerah oleh tuduhan masyarakat, melainkan bertekad dan berani melawan. Tidak hanya itu, ia bahkan bersumpah untuk membalas dendam. Selain itu, pada setiap akhir bait dan bagian refrain terdapat baris yang terus mendapat pengulangan. Baik bait pertama maupun kedua diakhiri dengan dua baris yang berbunyi keine wollte deine Tat verstehen // deine Wörte niemand hören (tidak ada yang mau mengerti apa yang kau perbuat // kata-katamu tak didengar siapapun) yang menjelaskan penyebab penderitaan wanita tersebut. Kedua baris tersebut kemudian diikuti oleh seruan yang berbunyi Schrei es in die Winde // Schrei es in die Ferne (serukan kepada angin // serukan pada kejauhan) yang diulang berkali-kali. Seruan tersebut merupakan ajakan untuk menyebarkan berita mengenai perlakuan tidak adil yang dialami oleh wanita tersebut. Seluruh representasi di atas membentuk identitas budaya Faun sebagai musisi yang berusaha mengangkat kembali paganisme yang dulu pernah ada sebelum Eropa menjadi Kristen. Usaha ini dilakukan dengan menghadirkan sisi spiritual abad pertengahan melalui mitologi dan agama alam yang pernah hidup di tengah masyarakat Eropa abad pertengahan. Dalam lirik tersebut, Faun menempatkan tokoh wanita yang mewakili masyarakat pagan yang masih mempercayai Aberglaube sebagai protagonis yang menjadi korban ketidakadilan. Seruan yang seolah-olah mereka sampaikan pada wanita tersebut agar bersaksi atas ketidakadilan yang dialaminya menunjukkan dukungan Faun terhadap paganisme yang telah memperoleh stigma negatif sejak kekuasaan otoriter gereja pada masa abad pertengahan. c. Representasi Abad Pertengahan dalam Lirik Lagu Tanz mit mir Lirik lagu Tanz mit Mir merupakan sebuah dialog antara seorang pria dan wanita dan mengangkat tema sebuah pesta yang disertai dengan anggur, tarian dan aktivitas seksual. Dalam lirik lagu Tanz mit mir, anggur digambarkan menjadi salah satu unsur dalam suasana pesta pora dan kesenangan. Anggur adalah minuman yang berharga mahal dan umumnya hanya dinikmati oleh kaum bangsawan pada abad pertengahan. Anggur yang digabungkan dengan suasana pesta pora berasosiasi dengan kemabukan dan kemewahan. Gambaran akan pesta pora ditunjukkan dari kegiatan yang tengah dilakukan oleh pria dan wanita dalam lirik lagu tersebut, yaitu menari. Tari-tarian ini tampak pada judul lagu, yaitu Tanz mit mir (Menarilah Denganku) dan permintaan tokoh wanita agar tokoh pria menari bersamanya, yaitu pada bait kedua yang berbunyi Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir (Saya berikan anggur padamu hanya jika kau menari denganku). Selain itu, gambaran akan pesta pora dan kesenangan ini juga tampak dari aktivitas seksual yang digambarkan dalam lirik 11

13 lagu ini. Aktivitas seksual yang terdapat dalam lagu ini direpresentasikan dalam bait keempat, yaitu pada baris Ich komm hinauf für einen Küss von dir // einen Küss von dir, ja den wünsch ich mir dan pada bait kelima yang berbunyi Und später Schöne teil das Bett mit mir. Kedua baris tersebut berisi permintaan akan sebuah ciuman dan ajakan untuk tidur bersama. Hal-hal yang tergolong kesenangan jasmani tersebut juga dianggap sebagai hal yang alami dan biasa. Hal ini terlihat pada bagian refrain yang berbunyi die Sünde lockt und das Fleisch ist schwach // So wird es immer sein. Pada baris tersebut dikatakan bahwa hal-hal yang tergolong dosa selalu menggoda dan tubuh itu lemah. Kata Fleisch atau tubuh ini merujuk pada sisi jasmani manusia. Sisi jasmani manusia yang lemah dan mudah tergoda untuk melakukan dosa ini dianggap hal yang biasa dan memang akan selalu demikian adanya. Kalimat tersebut merupakan sebuah sindiran terhadap gereja. Faun menggambarkan bahwa manusia tidak dapat melakukan apa-apa untuk menghindari godaan tersebut. Penggunaan kata Sünde atau dosa untuk merujuk pada kesenangan-kesenangan di atas berkaitan dengan semangat viator mundi pada masa abad pertengahan yang cenderung merepresi dan melarang kesenangan-kesenangan duniawi, termasuk tari-tarian, kemabukan, kemewahan, pesta pora dan seks. Kesenangan-kesenangan duniawi dianggap sebagai dosa karena tujuan utama manusia harus selalu kepada Tuhan atau surga, hal-hal yang sifatnya rohani dan suci. Faun justru meniadakan makna kata Sünde ini, karena merepresentasikan hal-hal yang tergolong di dalamnya sebagai sesuatu yang lumrah dan alami. Bahkan terdapat ajakan untuk melanjutkan dan menikmatinya, seperti yang terdapat pada bagian refrain yang berbunyi die Nacht ist jung und der Teufel lacht // Kommt beschenken uns jetzt ein. Pada bagian tersebut digambarkan tentang malam yang masih belum larut (yang dapat pula berarti bahwa kesenangan dan pesta tersebut belum mencapai puncaknya) dan iblis yang sedang tertawa. Jika dikaitkan semangat viator mundi yang bersumber dari dominasi gereja pada abad pertengahan, gambaran akan iblis yang sedang tertawa berasosiasi dengan perbuatan dosa yang sedang terjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap semangat tersebut serta sikap gereja yang otoriter pada masa itu. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan penyamaan Faunus atau Faun dengan Lucifer atau iblis oleh kaum Kristiani pada masa abad pertengahan, frasa der Teufel lacht dapat juga menggambarkan kebebasan dalam hidup yang ingin mereka kemukakan. Pembahasan Jika dilihat secara keseluruhan, abad pertengahan direpresentasikan oleh Faun sebagai masa yang identik dengan masyarakat pagan Eropa. Representasi ini sesungguhnya tidak 12

14 tepat, karena apa yang masyarakat Jerman ketahui mengenai abad pertengahan di Eropa melalui catatan sejarah adalah sebuah zaman yang identik dengan dominasi gereja Katolik. Masyarakat pagan yang menjadi representasi abad pertengahan tersebut digambarkan memiliki beberapa ciri-ciri atau nilai-nilai yang mereka anut dalam kehidupan mereka. Pertama, mereka digambarkan sebagai masyarakat yang masih menjalankan tradisi prakristen dan mitologi Eropa kuno. Selain itu, mereka juga digambarkan memiliki kehidupan yang dekat dengan alam dan memiliki kebebasan, termasuk dalam menikmati kesenangan duniawi yang dilarang oleh semangat viator mundi yang berakar pada kekuasaan gereja di masa abad pertengahan. Di dalam kesenangan duniawi tersebut termasuk juga cinta, musik, tari-tarian dan seks bebas. Representasi abad pertengahan sebagai masa yang identik dengan masyarakat pagan yang memiliki ciri-ciri di atas membentuk identitas budaya Faun sebagai penganut ideologi paganisme beserta nilai-nilai yang dilekatkan kepadanya seperti dalam penjelasan di atas. Apakah kaum pagan Eropa yang hidup pada masa prakristen memang menganut nilai-nilai yang direpresentasikan oleh Faun tidak dapat dipastikan. Seperti yang dikatakan oleh Dowden (xv), sejarah tidak berpihak pada kaum pagan sehingga masyarakat Eropa sendiri mengalami kesulitan untuk dapat memahami siapakah mereka dan apa yang mereka lakukan. Istilah Paganisme sendiri diciptakan oleh kaum Kristiani abad ke-4 agar mereka bisa membicarakannya sebagai suatu sistem seperti agama-agama lainnya, meskipun pada kenyataannya yang didefinisikan sebagai paganisme tersebut bukanlah sebuah sistem yang teratur (Dowden, 3). Mereka mendefinisikan kaum pagan sebagai orang-orang yang makan, minum, bersenang-senang dan menari. Mereka menyembah berhala di kuil-kuil. Mereka berbicara tentang pertanda dan ramalan dari hewan ternak. Mereka melakukan ritual di pemakaman dan mungkin berpesta di makam yang sama. Dan mereka memiliki hari raya yang berbeda dari hari raya orang Kristen (Dowden, 157). Selain itu, dalam salah satu khotbahnya, seorang uskup pada masa abad pertengahan bernama Eligius juga mengidentikkan kaum pagan dengan kebiasaan mendatangi orangorang yang dianggap memiliki kemampuan meramal atau berobat ke orang-orang tersebut ketika sakit (Dowden, 158). Perbuatan yang diidentikkan dengan kaum pagan menurut sumber-sumber Kristiani ini merupakan gambaran akan masyarakat pagan yang direpresentasikan dalam karya-karya Faun sebagai representasi abad pertengahan. Jika dilihat dari sudut pandang pembentukan identitas sebagai memori kolektif, identitas Faun yang dibentuk dari gambaran akan masyarakat pagan yang menjadi representasi abad pertengahan dalam karya-karya mereka merupakan salah satu bentuk identitas yang berasal dari memori 13

15 kolektif. Hal ini disebabkan karena Faun menyajikan gambaran masyarakat pagan yang berasal dari penafsiran atau bentukan kaum Kristiani abad pertengahan. Unsur lain yang terdapat dalam abad pertengahan yang direpresentasikan oleh Faun adalah perlawanan terhadap otoritas. Representasi unsur perlawanan terhadap otoritas sesungguhnya sudah tampak dari keseluruhan representasi abad pertengahan sebagai masa yang identik dengan masyarakat pagan Eropa dengan segala nilai-nilainya. Melalui representasi tersebut, Faun membentuk identitas mereka sebagai penganut nilai-nilai paganisme yang seolah-olah menempatkan di posisi yang berseberangan dengan gereja. Akan tetapi, hal ini bukan berarti mereka melawan gereja sebagai institusi yang dipandang sebagai pihak otoriter seperti pada masa abad pertengahan. Hal ini tampak dalam salah satu wawancara 17 mereka yang menyebutkan bahwa mereka mengadakan konser di gedung gereja dengan tujuan membangun suasana spiritual bagi para penonton mereka. Oliver sa Tyr juga mengatakan dalam wawancara tersebut, bahwa Faun tidak memusuhi institusi gereja. Mereka hanya mencari alternatif lain sebagai jalan untuk menemukan kebenaran dan kedamaian spiritual, yaitu alam dan kehidupan manusia yang masih asli, yang dikatakan pernah hidup di masyarakat Eropa sebelum masuknya agama Kristen. Pembentukan identitas sebagai penganut paganisme yang diposisikan berseberangan dengan gereja pada masa abad pertengahan sesungguhnya ingin menggambarkan pertentangan antara kebudayaan desa dan kota. Kaum pagan, yang pada definisi awalnya merujuk pada masyarakat yang tinggal di alam bebas dan di wilayah pedesaan, mewakili bentuk kehidupan yang masih alami dan dekat dengan alam, seperti yang dihadirkan oleh Faun dalam karya-karyanya sebagai representasi abad pertengahan. Sebaliknya, agama Kristen adalah agama yang berakar dan bertumbuh di perkotaan, yang dalam perkembangannya dan penyebarannya memberlakukan pengendalian diri yang menjadi ciri khas di perkotaan (Dowden, 163). Oleh karena itu, berbagai bentuk kehidupan yang bebas seperti yang ada pada kaum pagan diidentikkan dengan budaya pedesaan yang berkelas rendah (Dowden, 163). Menurut Dowden (4), masyarakat modern yang mengaku sebagai pagan cenderung menampakkan persoalan yang sama, yaitu keterasingan dan rasa muak terhadap aspek-aspek tertentu dari kebudayaan material dan institusi-institusi yang berkuasa yang tidak mampu menerima perubahan 17 diakses tanggal 13 Mei 2014 pukul

16 besar. (...) penduduk perkotaan semakin bersimpati pada alam yang belum tercemar dan makhluk-makhluk di dalamnya yang terancam punah. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, terlihat latar belakang keinginan yang menjadi pembentuk identitas budaya Faun. Faun membentuk identitas sebagai penganut nilai-nilai paganisme karena ingin menggambarkan keinginan dan menyampaikan ide-ide mereka untuk mendekat pada alam dan kehidupan alami manusia. Usaha untuk kembali ke alam dan kehidupan alami tersebut merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa keterasingan sekaligus kemuakan terhadap kebudayaan material dan institusi-institusi yang berkuasa. Berbagai representasi yang seolah-olah menunjukkan adanya perlawanan terhadap gereja dan semangat viator mundi sesungguhnya merupakan gambaran akan penolakan mereka terhadap kebudayaan material yang identik dengan perkotaan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa gereja dan agama Kristen berakar dan bertumbuh di perkotaan. Maka dari itu, representasi abad pertengahan yang di dalamnya terdapat pertentangan antara masyarakat pagan Eropa dan gereja merupakan gambaran dari penolakan terhadap budaya perkotaan dan keinginan untuk kembali ke alam. Semangat untuk kembali pada alam menjadi salah satu alternatif yang mereka tawarkan melalui karya-karya mereka sebagai cara memenuhi keinginan untuk kembali pada apa yang dikatakan oleh Lacan sebagai keutuhan imajiner. Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan oleh Storey, cara yang seseorang lakukan untuk mengalihkan diri dari keinginan tersebut hanya bersifat temporer. Akan tetapi, jika melihat situasi zaman sekarang, ketika manusia banyak mengalami keterasingan akibat kehidupan perkotaan yang serba cepat, ide-ide yang Faun hadirkan dalam karya-karya mereka menjadi relevan. Semangat kebebasan dan kembali ke alam sebagai solusi atas keterasingan dan hingar-bingar kehidupan perkotaan yang Faun bawa membuat mereka menjadi berbeda dari musisi-musisi pop Jerman lainnya, yang masih cenderung berfokus pada tema-tema dan suasana kehidupan urban. Faun membawa unsur alam dan kehidupan masyarakat pedesaan dalam karya-karyanya, yang menjadikan mereka sebagai agen yang melawan mainstream dalam khazanah musik pop Jerman. Kesimpulan Jika dilihat dari sudut pandang konsep budaya populer sebagai agen yang dikemukakan Gramsci, Faun merupakan contoh agen yang melawan mainstream dalam industri musik pop Jerman. Hal ini terlihat dari genre Pagan Folk yang mereka bawa dan tema-tema abad pertengahan dalam karya-karya mereka. Untuk mengetahui ideologi apa yang berada di balik genre dan tema-tema tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap 15

17 representasi abad pertengahan dalam tiga buah elemen dari album terbaru mereka, Von den Elben (Deluxe Edition), yaitu sebuah poster dan dua buah lirik lagu. Representasi abad pertengahan dalam album tersebut dikonstruksi hingga diperoleh suatu hasil bahwa abad pertengahan yang direpresentasikan oleh Faun tidak sesuai dengan yang digambarkan oleh sumber-sumber sejarah. Oleh Faun, abad pertengahan direpresentasikan sebagai masa yang identik dengan masyarakat pagan Eropa yang dekat dengan alam, hidup bebas dan senantiasa melakukan perlawanan terhadap pihak dominan pada masa itu, yaitu gereja. Representasi ini membentuk identitas budaya Faun sebagai penganut nilai-nilai paganisme, yang uniknya, diperoleh dari sumber-sumber dan definisi yang dikonstruksi oleh kaum Kristiani abad pertengahan. Hal ini menunjukkan identitas Faun dibentuk melalui memori kolektif. Dengan identitas budaya tersebut, Faun seolah berdiri berseberangan dan melawan institusi gereja. Hal tersebut tidak benar, karena Faun menyatakan sendiri bahwa mereka hanya menawarkan alternatif lain bagi generasi muda yang mencari kedamaian hidup dan spiritual melalui semangat kembali ke alam. Identitas sebagai masyarakat pagan tersebut mewakili posisi Faun sebagai kelompok yang muak dengan kebudayaan material perkotaan yang diwakili oleh institusi gereja, sedangkan mereka sebagai pemeluk kebudayaan pedesaan yang cenderung alami. Abad pertengahan dijadikan branding oleh mereka sebagai alat untuk menyampaikan ideologi tersebut. Dengan identitas budaya ini, Faun menjadi agen yang melawan mainstream dalam industri musik pop Jerman, yaitu dengan membawa ideologi yang mendekat pada alam, di tengah dominasi musik-musik hiphop dan schlager yang cenderung dekat dengan kehidupan urban. Daftar Referensi Korpus Data Poster Wilfling, Michael, FAUN Bandpic 2013, Bandpic-2013.zip, diakses tanggal 13 Maret 2014, 22:05 Lirik lagu dan video klip Faun. Von den Elben: Deluxe Edition Universal Music GmbH / Germany Publikasi cetak Buku 16

18 Dowden, Ken. European Paganism: The Realities of Cult from Antiquity to the Middle Ages. London: Routledge, 2000 Frenschkowski, Marco, Die Hexen: eine kulturgeschichtliche Analyse. Wiesbaden: marixverlag GmbH, 2012 Hall, Stuart, ed. Representation: Cultural Representation and Signifying Practice. London: Sage Publication, Cultural Identity and Diaspora, dalam Jonathan Rutherford, ed. Identity, Community, Culture, Difference. London: Lawrence & Wishart, Parry, Christoph. Menschen Werke Epochen: Eine Einführung in der deutsche Kulturgeschichte. Ismaning: Max Hueber Verlag, Schmees, Iwen. Musik in der Mittelalterszene: Stilrichtungen, Repertoire und Interpretation. Hamburg: Diplomica Verlag GmbH, Storey, John. Inventing Popular Culture: From Folklore to Globalization. Malden: Blackwell Publishing, Artikel dalam majalah Saltzwedel, Johannes. Faszinierende Ferne. Der Spiegel GESCHICHTE Nr. 4/2013, Publikasi elektronik Artikel surat kabar online Zirnstein, Michael. Nibelungen-Balladen und Minnesang. 14 Maret < (11 April 2014, 15:50) Artikel di website Reformation und Gegenreformation. < (29 Maret 2014, 14:31). Persönliches Statement zu VON DEN ELBEN: Oliver s. Tyr. < &type=3>, (1 Mei 2014, 21:45). Faun (Interview), < ( 8 Mei 2014, 19:26) Was ist Aberglaube. < (6 Mei 2014, 01:07) 17

19 Ludger, Faun: die Leute mögen die außergewöhnliche Konzertorte, < (13 Mei 2014, 19.05). Kamus online Schlager, < ( 11 April 2014, 13:08). 18

20 Lampiran Poster FAUN Bandpic 2013 Lirik Lagu Schrei es in die Winde Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Der Wind ist schwach, die Vögel still Dein Atem flach, das Herz pocht wild Der Boden nass, der Morgen kalt Was suchst du hier allein im Wald Dein Kleid ist schön, die Haut ist zart Du fürchtest dich, der Blick erstarrt

21 Was hat dich hergetrieben, sprich Wie kam den Schmerz in dein Gesicht Keiner wollte deine Tat verstehen Deine Worte niemand hören Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Du bist verstoßen aus der Welt Du bist auf dich allein gestellt Die Waldluft hüllt dich tröstend ein Sie scheint dir Freund und Schutz zu sein Du hast den Kampf noch nicht verlorn Du kommst zurück Hast du geschworn Und wenn die Hexe wiederkehrt Dann bleibt kein Rechter unversehrt Keiner wollte deine Tat verstehen Deine Worte niemand hören Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Keiner wollte deine Tat verstehen Deine Worte niemand hören Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne Schrei es in die Winde Schrei es in die Ferne

22 Lirik Lagu Tanz Mit Mir Ach komm du Schöne bring den Wein zu mir Bring den Wein zu mir, ich verdurste hier Ach komm du Schöne bring den Wein zu mir Denn ist mir nach Wein und Weib Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Wenn du tanzt mit mir dann komm ich zu dir Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Dann bekommst du Wein und Weib Oh komm du Schöne auf den Tisch hinauf Auf den Tisch hinauf komm wir tanzen drauf Oh komm du Schöne auf den Tisch hinauf Denn es soll uns jeder sehn Ich komm hinauf für einen Küss von dir Einen Küss von dir, ja den wünsch ich mir Ich komm hinauf für einen Küss von dir Will ich oben bei dir stehn Die Sünde lockt und das Fleisch ist schwach so wird es immer sein Die Nacht ist jung und der Teufel lacht komm wir schenken uns jetzt ein Und später Schöne teil das Bett mit mir Teil das Bett mit mir dass ich nicht so frier Und später Schöne teil das Bett mit mir Es soll nicht dein Schaden sein Doch nur wenn du heut keine andere Küss Keine andere Küss, wenn du treu mir bist

23 Doch nur wenn du heut keine andere Küss Sonst schläfst du wohl allein Die Sünde lockt und das Fleisch ist schwach so wird es immer sein Die Nacht ist jung und der Teufel lacht komm wir schenken uns jetzt ein Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Wenn du tanzt mit mir und zwar jetzt und hier Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Ich will tanzen Leib an Leib Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Wenn du tanzt mit mir dann komm ich zu dir Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Dann bekommst du Wein und Weib Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Wenn du tanzt mit mir und zwar jetzt und hier Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Ich will tanzen Leib an Leib Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Wenn du tanzt mit mir dann komm ich zu dir Ich schenk dir ein nur wenn du tanzt mit mir Dann bekommst du Wein und Weib

24 Bukti izin penggunaan korpus data dari pemegang hak cipta

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan mempunyai kesenian sendiri-sendiri berdasarkan ciri khas dari

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan mempunyai kesenian sendiri-sendiri berdasarkan ciri khas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan berbagai suku, bahasa, dan adat istiadat. Salah satunya adalah seni. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan Pelajaran 26 Perpisahan Satu kabar sedih: harus meninggalkan rekan-rekan kerjanya karena ia akan pindah ke Turki. Walaupun teman kerja membuat satu pesta, namun suasana tetap muram. Ketika tiba di kantor,

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.

Lebih terperinci

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ. Pelajaran 21 Ikan Hiu di Hamburg Cuaca hari ini sangat panas. Untung ada suatu kesempatan bagi dan untuk jalan ke kota Hamburg, di dekat laut. Mereka mendapat perintah untuk menyelidik munculnya ikan hiu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diterima oleh masyarakat tanpa ada batasan ruang dan waktu. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. mudah diterima oleh masyarakat tanpa ada batasan ruang dan waktu. Hal ini tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa (media cetak, media elektronik, dan media bentuk baru) sangat berperan penting dalam terjadinya proses komunikasi massa dalam masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Dari mana sebenarnya nama berasal?, dan menyelidiki arti dan langsung mendapat beberapa jawaban. Seorang teman kerja Spanyol, yang mendengar kehadiran burung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar Reaksi terhadap gairah karnaval terbagi dalama redaksi Radio D. Compus menugaskan kedua redaktur berangkat ke Schwarzwald (Blackforest), pusat Karnaval di Jerman. Namun, tidak

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar Pelajaran 12 Surat Pendengar Kalau Anda tidak mengerti sesuatu, bertanya kembali adalah pemecahan terbaik. Profesor menjawab pertanyaan pendengar tentang cerita sebelumnya: ini kesempatan yang baik sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana mengutip pernyataan Tubbs dan Moss yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penerima pesan dengan maksud tertentu. Everett M. Rogers berpendapat,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penerima pesan dengan maksud tertentu. Everett M. Rogers berpendapat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan melakukan komunikasi antar sesama. Dalam proses komunikasi manusia menuangkan pesan

Lebih terperinci

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI Oleh: Novi Seliyana (070915066) ABSTRAK Penelitian Gambaran Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Black Metal dikenal sebagai salah satu aliran musik yang mempunyai ciri khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black Metal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Sesampainya di Radio D, para redaktur langsung mendapat tugas: Almahum Raja Ludwig dari Bavaria, dikabarkan masih hidup. Penyelidikan langsung dari tempat harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum dan Philipp merencanakan menyelidiki bundaran misterius di tengah-tengah ladang gandum. Apakah ini cerita tentang tempat landasan pesawat UFO ataukah seseorang akan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Tabel Personifikasi Album tahun 1970an,,Ich hab die Liebe geseh n (Vicky Leandros)

BAB 4 KESIMPULAN. Tabel Personifikasi Album tahun 1970an,,Ich hab die Liebe geseh n (Vicky Leandros) BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis metafora dari keseluruhan lirik lagu cinta tahun 1970an yang dinyanyikan Vicky Leandros yang berjudul,,ich hab die Liebe geseh n, dan tahun 2000an yang dinyanyikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal?

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Di istana Schloss Neuschwanstein dan bertemu dengan orang misterius yang memakai mantel Raja Ludwig. Mereka melakukan penyelidikan, apa hubungannya dengan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng dan Philipp menampilkan raja romantis Ludwig dari Bavaria dan kegemarannya. Perjalanan dengan kereta salju di malam hari, acara pesta-pora, serta penemuan-penemuan aneh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. dikemukakan Sharon Helmer Pogenpohl (http://www.aiga.org)

BAB 4 KONSEP. dikemukakan Sharon Helmer Pogenpohl (http://www.aiga.org) BAB 4 KONSEP 4.1. Landasan Teori dan Komunikasi. A. Desain Komunikasi Visual Salah satu fungsi Desain Komunikasi Visual itu sendiri seperti yang pernah dikemukakan Sharon Helmer Pogenpohl (http://www.aiga.org)

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari dan mencoba menguak dengan lengkap tentang rahasia bundaran gandum. Mereka mengamati lapangan. Temuan mereka tidak membuktikan bahwa yang membuat bundaran aneh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu dari bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan komunikasi kepada khalayak yang bersifat massal. Majalah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah satu bidang linguistik yang mengkaji tentang makna adalah semantik. Menurut Pateda (2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Musik juga memberi ketenangan ketika seseorang sedang mengalami permasalahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun 70-an, yang kemudian dikenal dengan nama Yusuf Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka Ada sebuah lagu klise yang sudah lama bergema di Indonesia. Wanita dijajah pria sejak dulu kala 1, begitu penggalan liriknya. Saat

Lebih terperinci

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 7 Tabel kerangka berpikir II 6 4. Mengamati kekurangan & kelebihan penyanyi rohani lain. Antara lain, Nikita, Finna Arifin, Martha, Dhemy & Stacie Orrico Tabel kerangka berpikir I 5 1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Musik adalah salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam elemen kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat menghipnotis, membawa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya keinginan untuk hidup mandiri. Ketika anak mulai memasuki usia remaja, tidak jarang orang tua mulai membebaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. waktu). Tetapi, ternyata terdapat hal lain yang membuat gig itu menjadi sebuah

BAB V KESIMPULAN. waktu). Tetapi, ternyata terdapat hal lain yang membuat gig itu menjadi sebuah 125 BAB V KESIMPULAN Pada mulanya saya hanya memahami gig sebagai sebuah pertunjukan musik independen yang berskala kecil dan diadakan pada satu malam saja (sekali waktu). Tetapi, ternyata terdapat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2 REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1 Oleh: Sulis Triyono 2 Abstrak Tulisan ini merupakan pengantar untuk memahami tingkah laku berbahasa masyarakat tutur. Berdasarkan kajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia boleh berbangga karena sudah memiliki gedung konser yang megah bertaraf internasional bernama Aula Simfonia Jakarta, sebuah gedung konser musik yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dewasa ini musik telah menjadi budaya pop Jepang yang tak tergantikan. Industri

Bab 1. Pendahuluan. Dewasa ini musik telah menjadi budaya pop Jepang yang tak tergantikan. Industri Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini musik telah menjadi budaya pop Jepang yang tak tergantikan. Industri musik telah menjadi salah satu yang paling berpengaruh di dunia. Di Jepang sendiri musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi huruf, kata, frasa dan kalimat. Kata merupakan bagian yang penting dalam suatu tulisan dan lisan (percakapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa manusia mengkomunikasikan pengalaman, pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Punk lahir di Inggris pada pada akhir 70an sebagai budaya tandingan dari budaya mainstream pada zamannya. Dipicu sebuah perasaan yang menjadi rahasia umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Kantor Redaksi D menunggu. dan, calon teman kerja, bersantai mengisi waktu. Tetapi tidak muncul. Komunikasi lewat telpon juga gagal. Karena udara jelek, tiba sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig menemui aktor yang pemeran Raja Ludwig ke-2 dalam pertunjukkan musikal. Tiba-tiba mengenali suara aktor itu. Sementara itu, di redaksi Radio D datang seorang tamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan mutlak yang dilakukan seluruh umat manusia selama mereka masih hidup di dunia, karena manusia sebagai makhluk sosial perlu saling melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS

BAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS BAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS Seluruh dunia sejak tahun 1970an sedang mengalami sebuah tren baru di bidang musik, tren tersebut dikenal dengan musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Artinya, hampir semua kajian sosial selalu melibatkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Artinya, hampir semua kajian sosial selalu melibatkan komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir semua studi tantang manusia dan kehidupan, selalu berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi memang selalu ada pada setiap kegiatan manusia. Banyak ahli yang membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek Rumah Kaca adalah nama sebuah band indie pop yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Efek Rumah Kaca adalah nama sebuah band indie pop yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efek Rumah Kaca adalah nama sebuah band indie pop yang cukup terkenal dengan lirik-lirik lagunya yang kritis atas fenomena sosial yang terjadi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan indera pendengaran manusia. Musik mampu menggambarkan suasana yang disampaikan lewat lirik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam dan sumber daya manusia harus maksimal agar bisa menyejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam dan sumber daya manusia harus maksimal agar bisa menyejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek Dalam era pembangunan seperti sekarang ini, sebuah negara diharuskan untuk bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, pengelolaan sumber daya alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dilakukan manusia dalam menyampaikan pendapatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dilakukan manusia dalam menyampaikan pendapatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai cara dilakukan manusia dalam menyampaikan pendapatnya. Komunikasi dapat disampaikan dapat dalam bentuk apa saja. Namun, pesan yang disampaikan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal pokok bagi kehidupan setiap manusia, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal pokok bagi kehidupan setiap manusia, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok bagi kehidupan setiap manusia, baik dalam pertumbuhannya maupun dalam memertahankan kehidupannya. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Michael L. Brown, Melawan Godaan Dosa. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001), Korintus 6:9-10 (Lembaga Alkitab Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Michael L. Brown, Melawan Godaan Dosa. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001), Korintus 6:9-10 (Lembaga Alkitab Indonesia) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Brown, mengutip pendapat John Bunyan mengatakan, dosa adalah tindakan perlawanan terhadap keadilan Allah, pemerkosaan terhadap belas Kasih-Nya yang besar, pelecehan

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam hidup ini setiap manusia selalu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi, baik itu kebutuhan secara jasmani ataupun secara rohani. Salah satu

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI Pertemuan 4 MODUL Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN SURAT KABAR DESKRIPSI Pokok bahasan perkembangan surat kabar. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai musik, disadari atau tidak, siapapun dan dimanapun setiap orang selalu menikmati sebuah musik. Musik dapat didefinisikan secara luas oleh

Lebih terperinci

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci