Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 METODE GROUTING UNTUK PENANGGULANGAN GERAKAN TANAH BERDASARKAN JENIS GERAKAN TANAH DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA PERUMAHAN BUKIT MANYARAN PERMAI, KELURAHAN SADENG, KECAMATAN GUNUNG PATI, SEMARANG JAWA TENGAH Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Teknik Geologi Universitas Diponegoro Semarang yanuardy_am@ymail.com ABSTRAK Salah satu bencana geologi yang sering terjadi di Indonesia adalah gerakan tanah. Secara kuantitas, gerakan tanah akan sering terjadi pada musim hujan terutama pada daerah yang memiliki beda ketinggian dengan kondisi tanah/batuan yang labil. Penelitian dilakukan di Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe gerakan tanah, faktor penyebab terjadinya serta metode yang paling efektif untuk menanggulangi permasalahan gerakan tanah di daerah penelitian. Peneletian dilakukan dengan metode deskriptif dan eksperimental. Sementara itu analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan metode Bishop dengan penghitungan secara komputasi menggunakan software Geostudio Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, terdapat tiga tipe gerakan tanah yaitu tipe rayapan (Creep), longsoran rotasi (Rotation Slide) dan tipe aliran (Flows), yang disebabkan oleh kondisi tanah/batuan yang tidak stabil, infiltrasi air hujan dan aktivitas manusia. Hasil analisis terhadap kestabilan lereng didapatkan nilai faktor keamanan (Fs) sebesar sehingga lereng dikategorikan tidak aman. Dan berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa perubahan dari parameter kohesi tersebut dapat mencapai nilai faktor keamanan lebih dari 1,5 (Fs 1,5), yaitu sebesar 1,532 dengan peningkatan nilai kohesi sebesar 5,5 kpa. Metode yang paling efektif untuk menanggulangi gerakan tanah di lokasi penelitian. Pertama, dengan metode injeksi semen (Grouting), dengan kedalaman 14m, lebar 5m dan volume Grouting adalah 1.867m 3. Dengan perbandingan campuran semen dan air adalah 1:1. Kemudian metode selanjutnya adalah dengan pembuatan saluran air permukaan dengan membuat gorong-gorong yang dibuat secara horizontal memotong lereng. Kata kunci: gerakan tanah, kestabilan lereng, Grouting 1. PENDAHULUAN Gerakan tanah merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, ehingga dikategorikan sebagai salah satu negara yang rawan akan terjadinya gerakan tanah, sehingga kejadian gerakan tanah yang terus menerus tersebut memerlukan upaya penanggulangan bencana (disaster management). Maksud dari penelitian ini adalah menentukan tipe gerakan tanah di daerah penelitian dengan melakukan pemetaan, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah dan membuat rekomendasi untuk menanggulangi gerakan tanah di daerah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona ketidak stabilan tanah di daerah penelitian sehingga dapat deketahui metode yang cukup efektif dalam upaya menanggulangi gerakan tanah yang terjadi di daerah penelitian. Dengan manfaat yaitu diharapkan mendapatkan suatu informasi mengenai metode yang cukup efektif dalam menanggulangi gerakan tanah yang terjadi di lokasi penelitian sehingga diharapkan dari hasil yang didapatkan gerakan tanah tersebut dapat segera ditanggulangi agar bahaya yang akan ditimbulkan dapat segera teratasi. 2. KAJIAN PUSTAKA Karnawati (1997) mengatakan bahwa gerakan tanah adalah suatu gerakan massa tanah atau batuan ke arah bawah lereng sebagai akibat tidak mempunyai kuat geser tanah atau batuan penyusun lereng untuk mengatasi gerakan massa tersebut. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, menyebutkan terdapat 4 (empat) faktor penyebab terjadinya gerakan tanah, yaitu topografi lereng, keadaan tanah dan batuan, keairan termasuk curah hujan dan tata penggunaan tanah. Konsep dasar mekanika dalam melakukan analisis kestabilan lereng terdiri dari beberapa hal yang menjadi dasar untuk diketahui, diantaranya tegangan efiktif, kekuatan geser tanah dan faktor keamanan. Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 41

2 Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Nilai faktor keamanan (F) ini ditentukan pada banyak lingkaran sampai terdapat nilai F terkecil. Lingkaran dengan nilai F paling kecil ini disebut lingkaran kritis (critical circle). Jika perhitungan akan dilakukan secara undrained maka nilai s di atas diganti dengan rumus kekuatan geser, sehingga : Penanggulangan yang baik adalah penanggulangan yang dapat mengatasi masalah secara tuntas dengan biaya yang relatif murah dan mudah pelaksanaannya. Cara-cara penanggulangan gerakan tanah dengan mengurangi gaya pendorong dan menambah gaya penahan antara lain dengan pengendalian air rembesan dan penambatan. Sebagai contoh beberapa metoda penanggulangan yang dapat dilakukan terdiri dari pembuatan drainase bawah permukaan dan injeksi semen (grouting). Menurut Direktorat Bina Teknik (1998) drainase bawah permukaan dibuat untuk menurunkan muka air tanah di daerah gerakan tanah. Dalam memilih cara yang tepat perlu dipertimbangkan jenis dan letak muka air tanah. Usaha mengeringkan dan atau menurunkan muka air tanah dalam lereng dengan mengendalikan air rembesan, umumnya cukup sulit dan memerlukan penyelidikan yang ekstensif. Menurut Dwiyanto (2005), grouting merupakan metode untuk memperkuat tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan tanah/batuan. Perencanaan grouting untuk kestabilan lereng, dasar penentuan lokasi dan kedalaman grouting menurut X.L. Chen, Y.H. Liu dan Z.D. Zhang (dalam Dwiyanto, 2005) menggunakan rumus: H = Keterangan : H = kedalaman grouting h = tinggi tebing k = konstanta, besarnya 0,8 sampai dengan 1,2 Lebar yang terkena sementasi adalah 0,6 sampai dengan 0,8 h. 3. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data permukaan dan data bawah permukaan. Data permukaan diperoleh melalui survei langsung ke lapangan dengan melakukan pemetaan yaitu pemetaan geologi dan pemetaan geoteknik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode eksperimental dan metode analisis kestabilan lereng. Metode deskriptif ini digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai situasi, kondisi dan kejadian pada daerah penelitian dengan cara melakukan survey ke lapangan secara langsung. Metode eksperimental ini digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar pengaruh sebab akibat tersebut. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada suatu objek penelitian dengan menggunakan parameter kontrol untuk perbandingan. Metode analisis kestabilan lereng ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesetabilan suatu lereng dan mendapatkan nilai faktor keamanan yang terdapat di lokasi penelitian. Metode ini dengan cara menggunakan metode Bishop yang dihitung secara komputasi dengan software GeoStudio Hipotesis Dari hasil studi tehdap penelitian terdahulu dan geologi daerah penelitian, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : 1. Berdasarkan Peta zona Kerentanan Gerakan tanah Lembar Semarang, tepatnya di lokasi Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Semarang, Jawa Tengah ini diduga mengalami gerakan tanah secara kontinyu dan rentan terjadi gerakan tanah dan longsor, karena daerah tersebut berada pada zona kerentanan gerakan tanah yang tinggi 2. Berdasarkan dari kondisi geologi pada daerah penelitian, gerakan tanah yang terjadi di lokasi Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Semarang, Jawa Tengah ini disebabkan oleh material penyusun yang berupa lempung yang tidak stabil 3. Berdasarkan jenis material yang terdapat pada daerah penelitian, daerah tersebut dapat dikategorikan aman jika memiliki nilai faktor keamanan (Fs) > 1,5 4. Kedalaman dari bidang gelincir maka akan menentukan suatu metode penanggulangan yang efektif dan efisien dalam menanggulangi gerakan tanah yang terjadi di daerah penelitian yakni Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati, Semarang. G - 42 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

3 Metode Grouting Untuk Penanggulangan Gerakan Tanah Berdasarkan Jenis Gerakan Tanah Dan Analisis Kestabilan Lereng Pada Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang Jawa Tengah 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (ANALISIS) Gerakan tanah Daerah penelitian yakni Perumahan Bukit Manyaran Permai merupakan salah satu daerah yang mengalami gerakan tanah yang cukup menimbulkan dampak-dampak yang sangat merugikan bagi penduduk yang berada pada daerah tersebut. Tipe gerakan tanah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada daerah penelitian yakni Perumahan Bukit Manyaran permai ini tipe yang terjadi merupakan tipe gerakan tanah yang kompleks yang terdiri dari tiga tipe gerakan tanah yaitu tipe rayapan (creep), tipe longsoran rotasi dan tipe aliran. Tipe rayapan pada daerah penelitian, tidak dapat dikenali dengan jelas akan tetapi terlihat beberapa gejalagejala yang tampak, misalnya bentuk tiang dan bangunan yang miring. Tipe longsoran rotasi ciri-ciri yang tampak pada daerah penelitian yaitu nendatan yang sepanjang bidang longsoran berbentuk melengkung ke atas dan retakan-retakannya berbentuk konsentris dan melengkung ke arah gerakan dan apabila dilihat dari atas berbentuk sendok. Tipe aliran pada daerah penelitian tipe aliran ini juga di jumpai di sebelah utara perumahan dengan luasan yang relatif kecil dan masih sama terjadi pada lempung dengan keadaan lempung yang relatif lembab apabila di bandingkan dengan lempung pada tip longsoran rotasi (Rotasional slide). Faktor Penyebab Gerakan tanah Berdasarkan kenampakan yang terdapat di lapangan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah yang berada di daerah penelitian. Selain adanya faktor gaya gravitasi itu sendiri, gerakan tanah material batuan atau tanah yang terletak di atas lereng dipengaruhi oleh faktor, diantaranya sebagai berikut : 1. Kondisi tanah/batuan pada daerah penelitian Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan litologi atau material penyusun yang berada di daerah penelitian, yaitu berupa lempung dan pasir lempungan. Lempung tersebut merupakan hasil lapukan dari batulempung dan pasir lempungan. Kedua material tersebut merupakan tanah residual hasil pelapukan dari batupasir yang memiliki sifat yang cenderung lepas-lepas dan dapat menyimpan air. Hal ini yang mengindikasikan menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian 2. Infiltrasi air hujan ke dalam lereng Daerah penelitian merupakan salah satu daerah yang memiliki intensitas hujan termasuk ke dalam kategori cukup tinggi. Menurut Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes (2009), gerakan tanah yang terjadi di Bukit Manyaran Permai Rt.07/V Kelurahan Sading Kec.Gunungpati ini terjadi pada tanggal 12 Januari 2009 pukul WIB. Jika dilihat dari grafik pada bulan januari februari memiliki rata-rata curah hujan termasuk kategori hujan deras sehingga cukup jelas hal ini menjadi salah satu faktor penyebab gerakan tanah. Kemudian di dukung dengan data curah hujan tahunan terlihat pada tahun 2008 mengalami peningkatan, yaitu sekitar 165 mm/bulan (lihat tabel 1 dan gambar 1) 3. Pola penggunaan lahan dan tanaman sekitar Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki tata guna lahan berupa pemukiman penduduk, yaitu berupa perumahan dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Dengan adanya hal tersebut maka akan terjadi pembebanan yang kemudian akan menyebabkan adanya penambahan beban dan meningkatkan tegangan vertikal lereng ke arah bawah yang mengkibatkan gaya penggerak lebih besar di bandingkan gaya penahan sehingga hal ini dapat mendorong terjadinya gerakan tanah. Kemudian adanya rumput-rumput liar tersebut dari segi akar memiliki akar yang cenderung bersifat serabut. Menurut Karnawati (2005), tanaman yang bersifat serabut akan mengakibatkan tanah menjadi gembur. Peningkatan kegemburan tanah ini akan menambah daya resap tanah terhadap air, akan tetapi air yang meresap ke dalam tanah tidak dapat banyak terserap oleh akar-akar tanaman serabut, akibatnya air hanya akan terakumulasi dalam tanah dan akhirnya menekan dan melemahkan ikatan-ikatan antar butir tanah. Tabel 1. Curah hujan tahunan di Kota Semarang ( ) Tahun Hujan (mm) (Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang) Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 43

4 Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Gambar 1. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Semarang (Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang) Kondisi Geoteknik Dari Segi Aspek Material Batuan/tanah Dari hasil pemetaan geoteknik yang dilakukan pada daerah Perumahan Bukit Manyaran Permai, Gunungpati, Semarang ini, berdasarkan dari sifat keteknikan dan karakteristik dari batuan terdiri dari beberapa lapisan batuan, diantaranya sebagai berikut : 1. Pasirlempungan Berwarna coklat keabu-abuan, bersifat setengah lepas sampai padat. Satuan ini merupakan hasil dari pelapukan batuan dasar berupa batupasir tufaan. Ketebalan dari lapisan batuan ini berkisar antara 1 sampai 8 meter dan lapisan batuan ini tersebar meliputi hamper seluruh dari Perumahan Bukit Manyaran Permai dari bagian utara (Blok O) sampai bagian selatan Blok N. 2. Pasir Berwarna coklat keabu-abuan, bersifat padat sampai setengah padat. Ketebalan lapisan batuan ini berkisar antara 3 sampai 5 meter. Satuan ini berada di sebelah selatan dari Blok N. 3. Lempung kuning kecoklatan Berwarna kuning kecoklatan, bersifat teguh sampai sangat kaku. Terdapat sisipan pasir lempungan dengan ketebalan sebesar 0.5 meter pada kedalaman 2 meter dan bersifat lepas. Kemudain ketebalan dari lempung itu sendiri berkisar antara 5 sampai 8 meter. Satuan lapisan batuan ini tersebara dan berada di sebelah utara Perumahan Bukit Manyaran Permai, dimulai dari batas perumahan sampai dengan Kali Kreo. 4. Lempung hitam kecoklatan Berwarna hitam kecoklatan, bersifat kaku sampai sangat kaku. Ketebalan lapisan ini berkisar antara 2 sampai 3,5 meter. Kemudian satuan batuan ini tersebar di lahan kosong (tegalan/semak), tepatnya berada di sebelah timurlaut Perumahan Bukit Manyaran Permai dan berbatasan dengan Kali Kreo. Berikut gambar Peta Geoteknik daerah penelitian : Gambar 2. Peta geoteknik daerah penelitian G - 44 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

5 Metode Grouting Untuk Penanggulangan Gerakan Tanah Berdasarkan Jenis Gerakan Tanah Dan Analisis Kestabilan Lereng Pada Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang Jawa Tengah Analisis Kestabilan Lereng Analisis yang dilakukan pada daerah penelitian meliputi kondisi sebelum terjadi gerakan tanah dan setelah terjadi gerakan tanah (existing). Kemudian juga menggunakan dua lapisan tanah/batuan. Kedua yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng, dengan sifat geoteknis diantaranya sebagai berikut : 1. Pasir lempungan: Sudut geser dalam (Φ) = 22,3 0 Kohesi (c) = 2,3 kpa Berat isi = 16 kn/m 3 2. Batulempung: Sudut geser dalam (Φ) = 26 0 Kohesi (c) = 40 kpa Berat isi = 17 kn/m 3 Berikut hasil kestabilan lereng tersebut dengan menggunakan software Geoslope 2004 : Analisis Kestabilan Lereng Sebelum Terjadi Gerakan tanah Gambar 3. Analisis kestabilan lereng sebelum gerakan tanah (Model penampang D-D kontur lama fokus) Dari hasil analisis kestabilan lereng yang dilakukan di daerah penelitian yaitu Perumahan Bukit Manyaran Permai, dengan menggunakan software Geoslope 2004 dan dengan Metode Bishop di dapatkan angka faktor keamanan (Fs) sebesar 1,006. Hal ini menunjukan bahwa kondisi lereng kritis terjadinya gerakan tanah. Analisis Kestabilan Lereng Setelah Terjadi Gerakan tanah Gambar 4. Analisis kestabilan lereng setelah gerakan tanah (Model penampang D-D kontur baru fokus) Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 45

6 Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Dari hasil analisis kestabilan lereng yang dilakukan di daerah penelitian yaitu Perumahan Bukit Manyaran Permai, dengan menggunakan software Geoslope 2004 dan dengan Metode Bishop pada penampang setelah terjadi gerakan tanah di dapatkan angka faktor keamanan (Fs) sebesar 1,000. Hal ini menunjukan bahwa kondisi lereng belum mencapai titik aman, sehingga perlu dilakukan perkuatan lereng dengan meningkatkan nilai kohesi untuk mencapai nilai dari faktor keamanan (Fs) yang bisa di kategorikan kedalam titik aman yaitu > 1,5. Simulasi Perkuatan Lereng Dalam simulasi ini parameter yang diubah adalah nilai dari kohesi. Pengubahan parameter kohesi dilakukan dengan memvariasi (menambah) nilai kohesi dari kondisi awalnya dari lapisan tanah atas yaitu berupa pasir lempungan, sehingga didapatkan peningkatan nilai faktor keamanan (Fs). Tabel 2. Perubahan Nilai Faktor Keamanan pada Pengubahan Parameter Kohesi dari Kondisi Awal No Nilai Kohesi (c) Pasir Lempungan (kpa) Nilai Faktor Keamanan (Fs) kondisi kritis kondisi aman 1 1,3 0, ,8 0, ,3 1, ,8 1, ,3 1, ,8 1, ,3 1, ,8 1, ,3 1, ,8 1, ,3 1, ,8 1, ,3 1, ,8 1, ,3 1,580 Gambar 5. Grafik Hubungan Kohesi (c) dengan Faktor Keamanan (Fs) Penentuan Metode Penanggulangan Gerakan tanah Dalam upaya penanggulangan gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian yakni Perumahan Bukit Manyaran Permai ini, akan dilakukan beberapa perbandingan mengenai metode-metode penanggulangan berdasarkan kelebihan dan kekuranagan dari beberapa parameter dari masing-masing metode tersebut. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode yang paling efektif dan tepat dalam penanggulangan gerkantanah yang terjadi di daerah penelitian. Berikut adalah pemaparan mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode yang akan direkomendasikan untuk daerah penelitian dilihat dari perameter biaya, waktu, daya tahan dan efektifitas pekerjaan. 1. Mengubah Geometri lereng Upaya penanggulangan dengan metode ini terdiri dari dua cara yaitu dengan melandaikan kemiringan lereng dan pembuatan trpa-trap/teras. Kekurangan dari penelitian ini yaitu dari segi biaya, waktu dan efektiitas pekerjaan. Dalam pelaksanaanya metode ini memerlukan biaya yang cukup besar sehingga tidak bersifat ekonomis karena daerah penelitian memiliki tata guna lahan yang berupa perumahan akibatnya untuk merubah geometri lereng untuk pelandaian lereng harus dilakukan perobohan seluruh ataupun sebagian bangunan terlebih dahulu, dengan kata lain harus dilakukan pemindahan penduduk secara lokal yang terdapat di daerah penelitian ke suatu tempat. Kemudian setelah geometri diatur sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan, baru kemudian bangunan-bangunan tersebut di bangun kembali. Kemudian dari segi waktu juga membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga G - 46 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

7 Metode Grouting Untuk Penanggulangan Gerakan Tanah Berdasarkan Jenis Gerakan Tanah Dan Analisis Kestabilan Lereng Pada Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang Jawa Tengah efektifitas pekerjaan menjadi kurang, akan tetapi kelebihan dari parameter ini yaitu memiliki daya tahan yang permanen atau tahan lama. 2. Pengendalian Air Metode ini terdiri dari dua cara yaitu dengan pengendalian air permukaan dan air bawah permukaan. Pada pengendalian air permukaan erat kaitanya dengan aliran parit yang terdapat pada suatu lokasi. Parit permukaan yang terdapat di daerah penelitian telah ada sebelumnya, akan tetapi telah tersumbat oleh hancuran bangunan rumah akibat longsoran sehingga air yang mengalir tersumbat. Untuk itu diperlukan perbaikan sehingga aliran air tidak tersumbat yaitu dengan cara membuat gorong-gorong yang di arahkan ke Kali Kreo yang berada di sebelah utara dari perumahan dengan memotong lereng. Kemudian untuk pengendalian air bawah permukaan yaitu dengan pembuatan sumur vertikal dan horizontal dengan tujuan mengurangi kejenuhan air yang terdapat pada suatu lokasi atau lereng. Pada daerah penelitian untuk pembuatan sumur vertikal akan sangat memakan biaya yang cukup besar dan waktu yang lama karena dalam menurunkan muka airtanah harus dilakukan pemompaan secara berkala pada setiap jangka waktu tertentu serta pada pelaksanaanya membutuhkan tenaga ahli tambahan. Hal ini menjadi kurang efektif dalam hal pengerjaan yang akan dilakukan. Pada sumur horizontal horizontal pada dasarnya dapat dilaksanakan yaitu dengan membuat sumur-sumur tersebut pada lereng-lereng yang terjadi gerkantanah akan tetapi sekalipun pada pelaksanaanya tidak melakukan pemompaan secara berkala, maka dengan sistem sumur horizontal ini pun dalam hal penanggulangan memerlukan waktu yang cukup lama karena air mengalir dan keluar lewat sumur tersebut bersifat secara alami. 3. Vegetasi Berdasarkan dengan melihat luasan dari lokasi penelitian yang cukup luas, maka dibutuhkan penanaman vegetasi yang cukup banyak. Akan tetapi penanaman pohon dalam jumlah banyak justru akan menambah beban yang berlebih pada lereng, yang pada akhirnya dikhawatirkan hal ini dapat memicu terjadinya gerakan tanah. Selain itu juga waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penanaman vegetasi ini disepanjang lereng ini, dimulai dari penngalian tanah sampai penempatan pohon yang benar-benar tepat membutuhkan waktu yang cukup lama. Seperti contoh tanaman mangga dalam pertumbuhanya sampa memiliki akar yang cukup kuat membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu antara 4 5 tahun, pada saat mangga tersebut dapat berbuah. Kemudian dalam hal pengangkutan tanaman dengan jumlah yang banyak dan besar membutuhkan truk pengangkut dan jumlah pekerja yang banyak. Hal ini juga dikhawatirkan akan memicu terjadinya gerakan tanah. Dengan demikian metode inipun menjadin kurang efektif dalam hal menanggulangi gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian. 4. Sementasi (Grouting) Menurut Dwiyanto (2005), grouting merupakan metode untuk memperkuat tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan tanah/batuan. Kelebihan dari grouting ini adalah mudah dilakukan dalam ruang terbatas bahkan sempit skalipun, serta wktu pelaksanaan yang relatif lebih cepat. Pekerjaan grouting ini dapat meningkatkan kekuatan tanah dan kestabilan lereng yang terdapat di daerah penelitian dalam jangka waktu yang lama. Hal ini di karenakan secara langsung grouting ini dapat merubah sifat tanah/batuan yaitu dengan meningkatnya nilai kohesi tanah. Pekerjaan grouting inpun tidak memerlukan alat-alat berat karena hanya membutuhkan bor, mixer dan pompa. Jumlah pekerja yang dibutuhkan pun tidak terlalu banyak sehingga aktifitas dari penduduk sekitar perumahan tidak terganggu dan geometri lereng yang berada di atasnya tidak ada yang berubah sehingga luas bagian atas tidak aberubah pula. Kekurangan dari metode grouting ini hanya terletak dari pembiayaan, karena dalam pelaksanaan pekerjaan grouting ini membutuhkan biaya yang besar, semakin banyak titik yang akan dilaksanakan penyuntikan maka semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi jika melihat hasilnya yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak memerlukan perwatan sehingga pembiayaan untuk jangka waktu yang panjang menjadi lebih murah bila di bandingkan dengan metode drainase. Berdasarkan pemaparan mengenai metode penanggulangan gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian yakni Perumahan Bukit Manyaran Permai ini, didapatkan kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masingmasing metode yang akan dilaksanakan. Kesimpulan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 47

8 Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Tabel 3. Evaluasi Penanggulangan Gerakan tanah untuk lokasi penelitian : Parameter Positif : Parameter Negatif Berdasarkan evaluasi yang dihasilkan, maka gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian yakni daerah Perumahan Bukit Manyaran Permai, Semarang, metode yang paling efektif dalam penanggulangan gerakan tanah tersebut yaitu dengan metode sementasi (Grouting) dan sebagai metode pembantu yaitu dengan pengendalian air permukaan. Untuk pengendalian air permukaan yaitu dengan memperbaiki parit yang tersumbat dengan membuat saluran air permukaan (gorong-gorong) dengan tujuan air tidak langsung terjun bebas pada tebing sehingga tidak menimbulkan erosi yang berlebihan mengingat kecepatan air yang relatif tinggi pada tebing dan mengurangi rembesan air pada lereng. Gorong-gorong tersebut dibuat secara horizontal dengan memotong lereng, yang kemudian aliran tersebut di arahkan ke sebuah bak penampungan air yang telah dibuat dan kemudian di salurkan ke Kali Kreo yang berada di sebelah utara dari daerah penelitian. Gambar 6. Skema Rekomendasi Pelaksanaan Pembuatan Saluran Air Permukaaan (Gorong-gorong) Kemudian untuk metode sementasi (Grouting), menjadi suatu metode yang paling efektif karena bila dibandingkan dengan metode yang lain, metode ini memiliki kelebihan dan nilai keefektifan yang lebih banyak dalam hal waktu, daya tahan dan efektifitas pekerjaan. Sementasi (Grouting) ini juga dapat meningkatkan nilai kohesi tanah yang merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah pada daerah penelitian tersebut. Dari pemilihan metode tersebut maka berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng dapat diketahui bidang gelincir dari gerakan tanah yang terjadi di daerah penelitian. Dari data bidang gelincir di ketahui titik terdalam berada pada kedalaman 6 m dengan tinggi lereng 7 m sedangkan panjang lereng 12,5 meter dan lebar 200 meter. Dalam pelaksanaan sementasi (Grouting) deperlukan perhitungan untuk mengetahui kedalaman, lebar, jalur dan volume grouting. Berikut adalah perhitungan tersebut : a. Kedalaman grouting = h + kh G - 48 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

9 Metode Grouting Untuk Penanggulangan Gerakan Tanah Berdasarkan Jenis Gerakan Tanah Dan Analisis Kestabilan Lereng Pada Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang Jawa Tengah = 7 + (7 x 0.8) = 12,6 m = 7 + (7 x 1.2) = 15,4 m Ket : h = Tinggi lereng k = Konstanta Maka kedalam grouting berkisar antara 12,6 m sampai 15,4 m. Jika diambil rata-rata yaitu berada pada kedalaman 14 m. b. Lebar yang terkena grouting = 0.6 x 7 = 4,2 m = 0.8 x 7 = 5,6m Maka lebar yang terkena grouting berkisar antara 4.2 m sampai 5,6 m. Jika diambil rata-rata yaitu 5 m. c. Untuk mencapai lebar grouting sebesar 5 m diperlukan 2 jalur grouting yang jaraknya masing 3 m. d. Volume grouting = (200/3) x 2 jalur x 14 m = 1867 m. Berikut gambar : Gambar 7. Skema Rekomendasi Pelaksanaan Sementasi (Grouting) Kemudian untuk rekomendasi masalah perbandingan campuran jumlah semen dan air, dalam masalah perbandingan campuran dipilih berdasarkan kondisi yang terdapat di daerah penelitian. Maka berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan untuk rekomendasi perbandingan campuran semen air adalah menggunakan perbandingan campuran 1:1. Perbandingan ini dipilih karena kondisi lapangan yang jenuh air dan adanya retakan maupun rekahan setelah terjadinya gerakan tanah. Apabila campuran tersebut terlalu encer, maka pada saat injeksi dilakukan ke dalam tanah akan lolos dengan mudah sehingga tidak dapat mengeraskan tanah dan mengisi ruang pori serta rekahan dengan sempurna. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik, didapatkan beberapa kesimpulan mengenai kajian penanggulangan gerakan tanah yang terdapat di daerah Perumahan Bukit Manyaran Permai, Semarang, diantaranya sebagai berikut: 1. Kondisi geoteknik dari segi aspek material batuan/tanah yang terdapat di daerah penelitian terdiri dari pasir lempungan, pasir, lempung berwarna kuning kecoklatan dan lempung berwarna hitam. 2. Gerakan tanah yang terjadi pada lokasi penelitian tergolong ke dalam tipe gerakan tanah yang kompleks yang terdiri dari tiga tipe gerakan tanah diantaranya yaitu berupa rayapan (Creep), longsoran rotasi (Rotational slide) dan tipe aliran (Flows). 3. Nilai kohesi saat terjadi gerakan tanah pada lapisan pasir lempungan sebesar 2,3 kpa dengan sudut geser dalam (Φ) sebesar 22,3 0 dan pada lapisan batulempung sebesar 40 kpa dengan sudut geser dalam (Φ) sebesar Kemudian dengan nilai faktor keamanan (Fs) sebesar 1, Dari hasil simulasi yang dilakukan menunjukan bahwa perubahan dari parameter kohesi tersebut dapat mencapai nilai faktor kemanan lebih dari 1,5 (Fs > 1,5), yaitu sebesar 1,532 dengan peningkatan nilai kohesi sebesar 5,5 kpa. 5. Bidang gelincir yang terdapat di daerah penelitian berada pada kedalaman 6 m. 6. Berdasarkan penentuan metode penanggulangan gerakan tanah dan kedalaman bidang gelincir, maka metode yang paling efektif untuk menanggulangi gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian yaitu dengan menggunakan metode sementasi (Grouting). Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 49

10 Berri Ardiaristi dan M. Aditya Yanuardy Saran Untuk menanggulangi gerakan tanah yang terdapat di daerah Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati, Semarang ini, yaitu yang pertama dengan menggunakan metode sementasi (Grouting) dengan kedalaman 14 m dan dengan 2 jalur spasi yang masing-masing jaraknya 3 m. Kemudian perbandingan campuran semen dan air yaitu mnggunakan perbandingan 1:1. Untuk penanggulangan yang kedua yaitu dengan pembuatan saluran irigasi atau air permukaan dengan cara membuat gorong-gorong yang dibuat secara vertical memotong lereng. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. bencana gerakan tanah zona indonesia. Anonim, Rawan Bencana Gerakan Tanah Zona Indonesia. tanah_zona_indonesia. Dwiyanto JS Kestabilan Lereng. Semarang: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata, Pelatihan Grouting. Semarang: Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air. Karnawati, D Prediksi Longsoran Tanah Berdasarkan Curah Hujan dan Kondisi Geologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Arief, S Dasar-dasar Analisis Kestabilan Lereng. Sorowako: 0Lereng.zip. Suryolelono, K.B Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Sutikno, Geomorfologi dan Prospeknya di Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Thanden, R.E., Sumardja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., Amin, T.C Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa Skala 1: Bandung : Dit. Geologi Bandung Bemmelen R.W., Van The Geology of Indonesia. Netherlands : Vol IA Direktorat Bina Teknik Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran. Bandung: Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Teknik Dunn, I.S., Anderson, L.R., Kiefer, F.W Dasar-dasar Analisis Geoteknik. Semarang: IKIP Semarang Press. Nugroho, Hadi Pengaruh Gerakan Tanah terhadap Lahan Pemukiman, Studi Kasus : Lahan Pemukiman Jatisari, Kelurahan Pongangan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Semarang : Universitas Diponegoro. G - 50 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR M1O-03 INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Rizky Teddy Audinno 1*, Muhammad Ilham Nur Setiawan 1, Adi Gunawan

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA Disampaikan pada Workshop Mitigasi dan Penanganan Gerakan Tanah di Indonesia 24 Januari 2008 oleh: Gatot M Soedradjat PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI Jln.

Lebih terperinci

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah. DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah. Disusun Oleh : 1. Luh Juita Amare Putri 22020112120009 2. Meiriza Ida W.

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula dikarenakan pengaruh gravitasi, arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Sebagai kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa, Semarang mempunyai kondisi topografi berupa daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor Longsor adalah gerakan tanah atau batuan ke bawah lereng karena pengaruh gravitasi tanpa bantuan langsung dari media lain seperti air, angin atau

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah TINJAUAN PUSTAKA Longsor Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran

Lebih terperinci

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung V.1. Hasil Metoda Geolistrik Tahanan Jenis Hasil penelitian geolistrik yang dilakukan oleh Badan Vulkanologi dan Mitigasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki tingkat kerawanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas

Lebih terperinci

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Longsorlahan Menurut Suripin (2002) dalam (Anjas. A, 2012) Longsor lahan merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh 13 titik lokasi longsor dengan lokasi disajikan pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG HENNY JOHAN, S.Si Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNIB ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Novie N. AFATIA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeologiJl. Diponegoro No. 57 Bandung Pendahuluan Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang cukup banyak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK September 2011 SUPANDI, ST, MT supandisttnas@gmail.com GEOTEKNIK TAMBANG Jurusan : Teknik Geologi

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa

Lebih terperinci

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO Peristilahan & Pengertian Longsor = digunakan untuk ketiga istilah berikut : Landslide = tanah longsor Mass movement = gerakan massa Mass wasting = susut massa Pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi, khususnya bencana gerakan tanah. Tingginya frekuensi bencana gerakan tanah di Indonesia berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara terus menerus, yang

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR DI DUSUN LANDUNGAN DESA GUNTUR MACAN KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT Khosiah & Ana Ariani Dosen Universitas Muhammadiyah Mataram Email: osynasdem01@gmail.com

Lebih terperinci

Bab IV STABILITAS LERENG

Bab IV STABILITAS LERENG Bab IV STABILITAS LERENG PENDAHULUAN Permukaan tanah tidak horisontal gravitasi enderung menggerakkan tanah kebawah >>> perlawanan geseran tidak mampu menahan longsor. Analisis stabilitas pada permukaan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI 1) Ika Meviana; 2) Ulfi Andrian Sari 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) imeviana@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cara Analisis Kestabilan Lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL...xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah yang cukup tinggi karena memiliki batu lempung mengembang formasi jatiluhur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada tahun 2008. Bendungan jenis urugan batu (rockfill) ini memiliki tinggi 110 m dan kapasitas tampung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami bencana gerakan tanah adalah Provinsi Jawa Barat. Dari data survei yang dilakukan pada tahun 2005 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi

Lebih terperinci

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 IDENTIFIKASI ZONA BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR HASIL PROSES TEKTONISME KOMPLEKS DI DISTRIK NAMROLE, KABUPATEN BURRU SELATAN, PULAU BURRU, MALUKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kemudian diolah dan dianalisis, ada beberapa yang dapat disimpulkan:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kemudian diolah dan dianalisis, ada beberapa yang dapat disimpulkan: BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, kemudian diolah dan dianalisis, ada beberapa yang dapat disimpulkan: 1. Beban maksimal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh iklim sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan tanah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh iklim sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan tanah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh iklim sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan tanah, khususnya dalam masalah perubahan kandungan air, perubahan yang cukup banyak dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yulianto (2013) dalam penelitiannya Analisis Dinding Penahan Tanah Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pengertian Geografi Bintarto (1968: 11) mendefinisikan geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN RELOKASI

BAB V ARAHAN RELOKASI BAB V ARAHAN RELOKASI 5.1 Arahan Relokasi Permukiman Arahan relokasi permukiman kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Pasirjambu di dasarkan analisa bab IV, Berdasarkan gambaran hasil analisis fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat merugikan manusia. Kebencanaan geologi mengakibatkan kerusakan infrastruktur maupun korban manusia,

Lebih terperinci

PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA Oleh: Subagyo Pramumijoyo dan Dwikorita Karnawati Jurusan Teknik Geologi, Fakulta Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Bencana alam seperti gerakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 2 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR Rahma Hi. Manrulu 1, Aryadi Nurfalaq 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 rahma_manrulu@yahoo.com 1 Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran pantai. Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Longsoran ( landslide ) merupakan bencana alam yang sering terjadi pada daerah berbukit bukit atau pegunungan, seperti di wilayah Sumatera Barat. Material yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Sigar Bencah merupakan daerah perbukitan yang terletak di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah. Pada daerah ini terdapat

Lebih terperinci

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan Standar Nasional Indonesia Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iv 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan, meliputi proses-proses yang bekerja terhadap batuan induk dan perubahanperubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air merupakan salah satu kebutuhan setiap makhluk hidup khususnya manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan air semakin meningkat sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. TINJAUAN UMUM Perencanaan suatu pekerjaan perlu tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas mulai dari cara memperoleh data masukan dan pengolahannya hingga menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Longsor dalam kajian Geografi Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal dari bahasa Yunani Geographia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi, pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan atau sering disebut jalan tol yang menggabungkan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB IV STUDI LONGSORAN BAB IV STUDI LONGSORAN A. Teori Dasar Fell drr. (2008) mendefinisikan longsoran sebagai pergerakan massa batuan, debris, atau tanah ke bawah lereng. Pergerakan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU SYAFRIANTO 1 ANTON ARIYANTO, M.Eng 2 dan ARIFAL HIDAYAT MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland) ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland) Violetta Gabriella Margaretha Pangemanan A.E Turangan, O.B.A Sompie Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PENELITIAN

BAB II RUANG LINGKUP PENELITIAN DAFTAR ISI iv Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... x ABSTRACT... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1.

Lebih terperinci

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSLOPE/W Tri Handayani 1 Sri Wulandari 2 Asri Wulan 3

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSLOPE/W Tri Handayani 1 Sri Wulandari 2 Asri Wulan 3 PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSLOPE/W 7.12 Tri Handayani 1 Sri Wulandari 2 Asri Wulan 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Salah satu bencana alam tersebut adalah longsor atau gerakan tanah. Iklim Indonesia yang tropis menyebabkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan yang terjadi meliputi infrastruktur hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

TINJAUAN LONGSORAN PADA RUAS JALAN AKSES - PELABUHAN GORONTALO

TINJAUAN LONGSORAN PADA RUAS JALAN AKSES - PELABUHAN GORONTALO TINJAUAN LONGSORAN PADA RUAS JALAN AKSES - PELABUHAN GORONTALO Fadly Achmad Kepala Laboratorium Teknik Sipil Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan oleh alam. Alam sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI LONGSORAN

SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI LONGSORAN SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI ABSTRAK LONGSORAN Dian Hastari Agustina (Pengajar pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan) Longsoran merupakan salah satu bencana

Lebih terperinci

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah Wasior terletak di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK VOLUME 9 NO.2, OKTOBER 2013 IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS Farah Sahara 1, Bambang Istijono 2, dan Sunaryo 3 ABSTRAK Banjir bandang

Lebih terperinci