MODEL PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG DALAM TEMBANG SUNDA CIANJURAN. Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG DALAM TEMBANG SUNDA CIANJURAN. Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang 2010"

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG DALAM TEMBANG SUNDA CIANJURAN Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang 2010 Abstract Kacapi Indung merupakan salah satu alat kesenian tradisional Sunda yang telah banyak mendapat perhatian untuk dipelajari baik di lingkungan sendiri maupun di luar negeri. Dalam cara pengajarannya, sejak zaman dahulu dilakukan dengan metode oral tradisi tanpa menggunakan sistem notasi. Karena cara tersebut dianggap telah berhasil dalam melakukan regenerasi tabuhan kacapi indung dari generasi ke generasi. Seiring perkembangan zaman, metode pengajaran kacapi indung pun mulai mendapat perhatian khususnya dalam dunia pendidikan formal. Karena waditra (instrumen) tersebut telah menjadi salah satu waditra yang wajib dipelajari terutama dalam perguruan tinggi yang bergerak dalam bidang seni. Sehingga, berbagai metode pun dilakukan untuk mengajarkan waditra tersebut, salah satunya yang sekarang penulis tawarkan yakni sebuah model untuk pengajaran kacapi indung dalam tembang sunda cianjuran. Model yang dibuat berbeda dengan model yang telah ada. Karena biasanya pembelajaran kacapi indung menggunakan notasi Sunda tanpa menggunakan ilustrasi kawat kacapinya yang berjumlah 18 kawat. Ada juga yang menggunakan notasi barat, yakni seperti notasi untuk instrumen piano. Sehingga arah tinggi-rendahnya nada pada notasi berlawanan dengan tinggi-rendahnya nada yang terdapat dalam kacapi indung. Oleh sebab itu, penulis mencoba membuat model dengan memperhatikan kedua hal tersebut, yaitu dengan menggunakan notasi barat pada diagram kawat kacapi indung yang berjumlah 18 kawat. Sehingga terdapat kesesuaian antara arah tinggi-rendahnya nada pada notasi dan pada kacapi indung. Dengan demikian, diharapkan akan mempermudah peserta didik dalam mempelajari waditra kacapi indung. Key Words: Method, Learning Model, Instrument Kacapi Indung A. PENGANTAR Metode merupakan cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip, dan praktik-praktik pengajaran (KLBI, 2006:380). Dalam dunia pendidikan, metode telah menjadi sesuatu hal yang mutlak 1

2 diperlukan, terutama metode dalam aktivitas pembelajaran. Karena, dalam aktivitas pembelajaran, menyangkut pencarian, pembentukan, dan transfer ilmu pengetahuan, atau yang biasa disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan dalam kegiatan tersebut, di dalamnya melibatkan dua pihak utama, yaitu pihak pendidik dan peserta didik. Para pendidik, dalam melaksanakan tugasnya disamping menguasai bahan atau materi ajar, tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara materi ajar itu disampaikan, serta bagaimana karakteristik peserta didik yang menerima pelajaran tersebut. Biasanya, kegagalan dalam pembelajaran terjadi apabila pendidik kurang menguasai bahan, dan yang paling parah lagi adalah pendidik tidak tahu bagaimana cara menyampaikan materi ajar dengan baik dan tepat. Sehingga, tidak memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan suasana menyenangkan, serta materi ajar mudah dipahami dan dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Seperti yang dikemukakan oleh Georgi Lozanov, bahwa pemercepatan belajar dapat dilakukan dengan metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan (DePorter & Hernacki, 2005:14). Oleh karena itu, dengan adanya metode pengajaran, diharapkan kegiatan belajar mengajar tersebut dapat berjalan dengan lancar, serta tujuannya dapat tercapai dengan baik. Meskipun dalam kenyataannya, tidak sedikit berbagai macam metode pengajaran yang diciptakan, kurang efektif bahkan dapat membuat peserta didik tidak dapat belajar dengan baik. Karena, peserta didik tidak merasa tertarik atau tertantang dengan pelajaran yang diberikan. Salah satunya sebagai akibat dari 2

3 kurang ampuhnya metode pengajaran yang digunakan. Berdasarkan permasalahan tersebut, tampaknya tepat untuk memperhatikan pandangannya Win Wenger, bahwa salah satu pemakain metode yang lebih baik adalah pada masalah, artinya bagaimana menciptakan metode-metode yang lebih baik untuk memecahkan masalah (Wenger, 2000:387). Dalam hal ini, Wenger lebih menekankan pada proses dengan sasaran membangun alat (toolbuilding). Artinya, menggunakan suatu metode atau proses khusus, untuk menciptakan alat atau sarana, metode atau proses yang baru dan lebih baik. Di sinilah perlu adanya investasi ulang metode untuk metode yang lebih baik, tidak ada batas yang jelas mengenai seberapa jauh dan seberapa tinggi batas itu. Berkaitan dengan metode pengajaran tersebut, permasalahannya tidak hanya terjadi pada pendidikan ilmu-ilmu alam atau pendidikan ilmu-ilmu sosial, akan tetapi juga terjadi pada pendidikan seni, terutama seni tradisi. Sebagai seni yang merupakan akar dan khazanah dari budaya bangsa, seni tradisi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Namun dalam pendidikan seni tradisi, permasalahan metode pengajaran cenderung kurang diperhatikan, karena sampai saat ini metode yang telah ada yaitu metode oral tradisi (ngabeo), masih dianggap metode yang paling ampuh dalam hal pengajaran. Namun hal tersebut tidak terjadi pada semua cabang seni tradisi, terutama seni tradisi yang telah lama diajarkan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Seperti halnya pembelajaran gamelan degung di Jawa Barat, telah menggunakan metode-metode pengajaran yang cukup baik. 3

4 B. METODE ORAL TRADISI Salah satu cabang dari seni tradisi yang telah diajarkan di dunia pendidikan, khususnya di sekolah kejuruan atau perguruan tinggi yang ada di Jawa barat adalah Tembang Sunda Cianjuran. Kesenian tersebut merupakan salah satu jenis kesenian tradisi hasil karya local genius yang memiliki nilai adiluhung. Dalam penyajiannya, terdapat penembang (penyanyi) dan pamirig (pengiring). Penembang dipirig (diiringi) dengan menggunakan waditra (instrument) kacapi indung, kacapi rincik, suling atau rebab. Sedangkan yang menjadi waditra pokoknya adalah Kacapi Indung. Selama ini, pengajaran kacapi indung sebagai waditra pokok dilakukan dengan metode oral tradisi tanpa menggunakan sistem notasi atau partitur, karena waditra tersebut lebih berkembang di luar dunia pendidikan atau sekolah-sekolah. Sehingga, metode oral tradisi menjadi warisan dari generasi ke generasi. Tentu saja metode itu pun dapat diakui berhasil dalam proses pengajaran di luar dunia pendidikan, karena materi ajar kacapi indung memiliki kompleksitas tersendiri yang sangat sulit untuk dinotasikan. Akan tetapi, lain hal dengan dunia pendidikan, dimana diperlukan adanya suatu pengembangan pemikiran bahwa sesulit apapun materi ajar, harus dapat diajarkan dengan menggunakan notasi. Bahkan diharapkan, dengan pengembangan metode peserta didik dapat belajar sendiri di luar proses pengajaran meskipun akhirnya harus tetap bertatap muka demi kesempurnaan materi ajar. Kelemahan yang ditemukan dalam metode oral tradisi, pertama, memungkinkan terjadinya pengurangan dan menghilangnya karya-karya yang 4

5 terdahulu disebabkan tidak adanya dokumentasi yang jelas. Artinya, dengan oral tradisi hanya mengandalkan memori manusia untuk mengingatnya. Mengenai hal ini, kita dapat mengambil contoh dengan karya-karya dari barat yang dibuat pada zaman renaissance, zaman barok, zaman klasik dan zaman romantik sampai sekarang, masih ada dokumentasinya sehingga banyak orang dapat mempelajarinya, bahkan sampai mendunia. Meskipun memiliki perbedaan dalam hal sejarah dan budaya, tidak ada salahnya apabila kita pun mencoba untuk mendokumentasikan karya-karya Tembang Sunda Cianjuran, dengan cara menotasikannya yang juga digunakan untuk model pengajarannya, demi kelestarian karya-karya dalam kesenian tersebut. Kedua, metode oral tradisi dalam pelaksanaannya hanya dapat dilakukan oleh beberapa kalangan saja, sehingga waditra kacapi indung kurang diminati oleh banyak orang. Hal tersebut, merupakan salah satu hal yang telah menyebabkan waditra kacapi indung menjadi waditra yang minoritas. Padahal, dalam permainan kacapi indung terdapat keistimewaan tersendiri seperti teknikteknik yang cukup sulit dikuasai, sehingga dapat bersaing dengan instrumeninstrumen barat. Oleh karena itu, di zaman yang telah mengglobal ini, sebagai salah satu upaya pelestarian diperlukan adanya metode lain agar waditra kacapi indung dapat dipelajari oleh semua kalangan. Ketiga, metode oral tradisi juga dapat dinilai kurang efektif dan efisien. Artinya memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai kepada tahap peserta didik dapat memainkan waditra kacapi indung, sedangkan zaman sekarang orangorang cenderung berkeinginan untuk mempelajari instrumen secara cepat dan 5

6 praktis. Dalam permainan kacapi indung, tentu saja terdapat tahapan-tahapan untuk mencapai kepada tingkat yang paling tinggi, akan tetapi dalam proses pembelajaran bukan berarti harus langsung menuju tingkatan tersebut, namun proses awalnya yang sangat perlu untuk diperhatikan agar peserta didik dapat belajar secara cepat sehingga akhirnya akan mempermudah untuk mencapai tingkatan tinggi. Hal lainnya yang juga perlu diperhatikan adalah sudah saatnya pembelajaran waditra kacapi indung menggunakan sistem notasi yang dapat dipahami olah semua kalangan. Tujuannya, dengan adanya sistem notasi diharapkan waditra kacapi indung dapat lebih dikenal oleh banyak orang, tidak hanya satu daerah tapi secara nasional bahkan internasional. Seperti pengaruh musik tradisi barat yang cukup kuat di negara Indonesia, di antaranya dengan banyaknya partitur-partitur musik barat yang dapat dipelajari oleh banyak kalangan. Terakhir, dalam perkembangannya sampai sekarang, dinilai kurangnya referensi tentang metode pembelajaran waditra kacapi indung. Oleh karena itu, untuk menambah referensi tersebut maka diperlukan adanya metode-metode lain yang dapat memperkaya, mempercepat, serta membantu mempermudah pembelajaran waditra kacapi indung, khususnya di kalangan dunia pendidikan dan umumnya di semua kalangan. Setelah memperhatikan beberapa permasalahan tersebut, maka penulis mencoba untuk menggunakan metode pengajaran dengan membuat sebuah model pembelajaran kacapi indung menggunakan sistem notasi. 6

7 C. LANDASAN TEORETIS Dalam proses pembelajarannya, teori yang digunakan adalah teori belajar konstruktivisme, khususnya konstruktivisme radikal. Dalam hal ini, seperti yang dikemukakan oleh Von Glasersfeld, konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksi oleh pikiran kita (Suparno, 1997:26). Artinya, pembelajaran lebih menitik beratkan pada keaktifan peserta didik, dengan mengutamakan pengalaman sebagai salah satu cara untuk memperoleh atau membentuk perkembangan pengetahuannya. Oleh karena itu, dalam cara ini pengetahuan dapat lebih cepat dikonstruksi oleh penerima yang aktif, dan akan berbeda apabila ditransfer kepada penerima yang pasif. Sedangkan pendidik, merupakan mediator dalam proses mentransmisikan pengetahuan. Dalam hal ini, Jean Piaget mengemukakan, karena pendidikan merupakan suatu proses yang menghubungkan dua sisi, di satu sisi, individu yang sedang tumbuh, dan di sisi lain, nilai sosial, intelektual, dan moral. Maka, menjadi tanggung jawab pendidiklah untuk mendorong individu pada sisi kedua tersebut (Palmer, 2006:75). Oleh karena itu, pendidik memiliki peran yang cukup kompleks dalam proses pembelajaran. Selain sebagai pentransmisi pengetahuan, juga berperan sebagai pengubah perilaku (behaviour changes) peserta didik, dan pemelihara sistem nilai atau nilai-nilai dari pengetahuan (Makmun, 2000:23). Proses pembelajaran ini, dalam pelaksanaannya juga didasarkan pada cara belajar cepat (accelerated learning). Artinya, dalam proses pembelajaran tersebut peserta didik dituntut untuk lebih cepat memahami dan menguasai materi ajar. Seperti yang dikemukakan oleh Colin Rose & Malcolm J. Nicholl, untuk 7

8 menguasai perubahan yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, yakni kemampuan menyerap dan memahami informasi baru dengan cepat, serta menguasai informasi tersebut (Rose & Nicholl, 2006:35). Dalam hal ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan gaya belajar para peserta didik, yaitu belajar dengan cara yang paling alamiah. Karena, belajar dengan cara yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat. D. TAHAPAN PEMBELAJARAN Berkaitan dengan tahapan-tahapan pembelajaran, dalam pelaksanaannya peserta didik belajar melalui beberapa fase. Secara global, pembelajaran terbagi ke dalam tiga fase, yaitu: 1. Fase eksplorasi. 2. Fase pengenalan konsep. 3. Fase aplikasi konsep. Menurut Dimyati & Mudjiono, dalam fase eksplorasi siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Sedangkan dalam aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut (Dimyanti & Mudjiono, 2006: 14). Dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk dapat menguasai konsep, serta memiliki kepekaan dalam menemukan gejala-gejala yang terjadi dalam proses pembelajaran. 8

9 Sedangkan langkah-langkah pembelajarannya, penulis mencoba untuk menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang ditawarkan oleh Piaget 1, yaitu: 1. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik. 2. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. 3. Mengetahui adanya kesempatan bagi pendidik untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. 4. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. Setelah melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan peserta didik dapat membentuk pengetahuan secara cepat, efektif, dan efisien, serta memiliki pengalaman tersendiri, yakni pengalaman estetis. Karena, pada dasarnya dalam pendidikan seni khususnya seni musik, peserta didik dituntut agar dapat memiliki pengalaman estetis. Seperti yang dikemukakan oleh Keith Swanwick, bahwa pendidikan musik adalah pendidikan estetik, dan mendengarkan musik adalah suatu bagian dari pengalaman estetik (Ellliot, 1995:28). Oleh karena itu, pengalaman estetik merupakan suatu hal yang mutlak didapatkan oleh para peserta didik sebagai bagian dari pendidikan musik. Bahkan, Bennett Reimer berpandangan bahwa musik sama dengan kumpulan objek atau kerja seni. Ikhwal rhythm, melodi, harmoni, warna suara (termasuk dinamika), tekstur dan bentuk merupakan estetik atau elemen ekspresi dari musik (Elliot, 1995: 28). 1 Lihat Dimyanti & Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran (2006:14). 9

10 E. SISTEM SOSIAL Dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pengetahuan, tentu saja tidak terlepas dari konteks sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Sagala, bahwa sistem sosial mengandung konsep eksistensi individu di masyarakat dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat sekitarnya (Sagala, 2006:257). Artinya, lingkungan tempat peserta didik bersosialisasi, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kontruksi pengetahuan mereka, baik lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Sehingga, pengetahuan yang mereka dapatkan tidak hanya sebatas apa yang diberikan di sekolah saja, tapi juga bergantung kepada lingkungan keseharian mereka di luar sekolah. Dalam hal ini Adler 2 mengemukakan, bahwa lingkungan membentuk orang. Percakapan yang sangat singkat pun memiliki tenaga untuk mengikis atau memperkuat pemahaman seseorang atas dirinya sendiri (Johnson, 2006:227). Bahkan dalam pendidikan musik, kontruksi pengetahuan yang mempengaruhi tindakan bermusik ditentukan oleh beberapa hal. Seperti yang dikemukakan oleh David J. Elliot, music making is essentially a matter of prosedural knowledge (Elliot, 1995: 53). Dalam hal ini, Elliot 3 berpandangan bahwa tindakan bermusik dipengaruhi oleh empat jenis pengetahuan, yakni formal musical knowledge, informal musical knowledge, impressionistic musical knowledge, dan supervisory musical knowledge. Dari pandangan tersebut, dapat diketahui bagaimana pengetahuan seseorang diperoleh, yaitu dari berbagai lingkungan yang berbeda, baik lingkungan formal maupun nonformal. Oleh sebab 2 Lihat Elaine B. Johnson. Contextual Teaching & Learning. (2006:227). 3 Lihat David J. Elliot. Music Matters. (1995:53). 10

11 itu, sistem sosial tidak dapat lepas dari proses kontruksi pengetahuan peserta didik. Artinya, sistem sosial berpengaruh terhadap keberhasilan dalam proses pembentukan pengetahuan. Setelah memperhatikan beberapa pandangan di atas, maka dalam proses pembelajaran kacapi indung pun, keberhasilannya juga dipengaruhi oleh lingkungan formal dan nonformal peserta didiknya. Sebagai gambarannya, peserta didik yang memiliki latar belakang serta hidup dalam dunia karawitan, tidak menutup kemungkinan akan lebih cepat mengkontruksi pengetahuan tentang kacapi indung. Apalagi, jika mereka memang memiliki ketertarikan atau kepentingan tersendiri terhadap kacapi indung. Misalnya, dalam kehidupannya kacapi indung merupakan instrumen yang dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup, atau biasa manggung dengan memainkan kacapi indung. F. PRINSIP REAKSI Dalam hal ini, prinsip reaksi diartikan sebagai pola kegiatan yang memperlihatkan hubungan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pola kegiatan tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti yang dikemukakan oleh Dimyanti & Mudjiono, yakni dilihat dari perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (2006:42). 1. Perhatian dan Motivasi Perhatian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena, tanpa perhatian dari peserta didik proses pembelajaran 11

12 akan berjalan secara semu. Artinya, materi ajar tidak akan tersampaikan dengan baik dan tuntas. Seperti yang dikemukakan oleh Stern dan dikutip oleh Bigot, pertama, perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada suatu objek. Kedua, perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Sagala, 2006:130). Oleh karena itu,, keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perhatian peserta didik. Jika tidak ada perhatian, jangankan mengkontruksi pengetahuan, memahami materi ajarnya saja akan sulit. Sedangkan motivasi lebih berkaitan dengan minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Artinya, peserta didik akan lebih cepat membentuk pengetahuan jika mereka memiliki motivasi yang besar dalam mengikuti pembelajaran. Biasanya, dalam hal motivasi tergantung kepada kebutuhan, suka dan tidak suka, faktor pengajar, dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi psikologi peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Dalam hal ini, Dimyanti & Mudjiono membaginya ke dalam dua motif, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik (2006:43). Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai cara untuk membangkitkan motivasi tersebut, maka dalam proses pembelajarannya akan mencoba menggunakan cara seperti yang ditawarkan oleh Sagala. Pertama, mempersiapkan untuk menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Kedua, merencanakan dan memilih bahan yang 12

13 menarik minat dan dibutuhkan siswa. Ketiga, memberikan sasaran antara, sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses, artinya materi ajar disesuaikan dengan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dengan suasana familiar. Keenam, adakan persaingan sehat, atau kompetisi sehat yang dapat membangkitkan motivasi belajar (Sagala, 2006:153). 2. Keaktifan Sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menuntut adanya keaktifan dari peserta didik, maka dalam proses pembelajaran kacapi indung peserta didik dituntut untuk lebih aktif. Karena pembelajaran kacapi indung berbentuk praktek, maka keaktifan peserta didik dapat terlihat dalam mempelajari dan mempraktekan kacapi indung tersebut. Dalam hal ini, meskipun keaktifan praktek terletak pada aspek fisik, namun secara psikis juga sangat diperlukan. Seperti memecahkan masalah dalam menyatukan tangan kanan dan tangan kiri dalam bermain kacapi indung. Jika peserta didik kurang aktif dalam kedua aspek tersebut, maka proses pembelajaran akan berlangsung lebih lama. 3. Keterlibatan Langsung Maksud dari keterlibatan langsung adalah bahwa peserta didik langsung mengalami dalam hal proses pembelajaran. Karena pembelajarannya kacapi indung, maka peserta didik harus memainkan atau mempraktekan secara langsung bagaimana mempelajari dan memainkan instrumen tersebut. Seperti yang telah disebutkan, dari pengalaman inilah peserta didik mendapatkan pengalaman estetik, dan justru hal inilah yang paling penting dan mendasar 13

14 dalam pendidikan musik. Jadi, peserta didik tidak hanya melihat, mendengarkan, atau mengamati saja, tapi langsung ikut terlibat. 4. Pengulangan Berdasarkan pada teorinya Thordike tentang psikologi asosiasi atau koneksionisme, bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon yang benar. Seperti kata pepatah latihan menjadikan sempurna (Dimyanti & Mudjiono, 2006:46). Maka, dalam pembelajaran kacapi indung peserta didik dikondisikan untuk terus melakukan latihan dan pengulangan, agar materi yang dipelajari bertambah sempurna. Namun, hal tersebut disesuaikan dengan waktu pembelajaran yang telah direncanakan, dan yang lebih tepat untuk banyak melakukan latihan dan pengulangan adalah di luar waktu pembelajaran formal. 5. Tantangan Untuk membantu menumbuhkan motif pada peserta didik, maka diperlukan materi ajar yang menantang, namun tetap disesuaikan dengan kemampuan para peserta didik. Karena, terlalu menantang tidak baik terhadap psikologi peserta didik. Artinya, jika materi yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuannya, maka dapat menimbulkan perasaan frustasi dalam mempelajari kacapi indung, yang akhirnya menimbulkan rasa malas. Begitupun sebaliknya, jika materi yang diberikan terlalu mudah dan statis, artinya yang diberikan hanya itu-itu saja, maka peserta didik akan merasa bosan. 14

15 6. Balikan dan Penguatan Dalam hal ini, balikan dan penguatan dapat menjadi dorongan bagi peserta didik. Sebagai contoh, mendapatkan hasil yang baik dalam mempelajari kacapi indung dapat menjadi balikan yang menyenangkan, dan dapat berpengaruh baik terhadap usaha belajar selanjutnya. Sedangkan penguatan, dapat berupa penguatan positif dapat juga berupa penguatan negatif. Misalnya, dengan hasil belajarnya peserta didik mampu memainkan kacapi indung dengan baik, sehingga mendapatkan nilai ujian yang bagus. Maka, nilai bagus tersebut dapat menjadi penguatan yang positif. Sebaliknya, jika mendapatkan hasil ujian yang tidak bagus, maka dapat menjadi penguatan yang negatif. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan Dimyanti & Mudjiono, kegiatan balikan dan penguatan dapat dilakukan dengan cara tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya (2006:49). Sehingga, peserta didik akan terdorong kembali untuk lebih giat dan bersemangat. 7. Perbedaan Individual Dalam upaya menanggulangi perbedaan kemampuan pada peserta didik, maka guru dapat memberikan tambahan atau pengayaan pelajaran bagi peserta didik yang pandai. Sedangkan untuk anak-anak yang kurang pandai, dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan belajar, dengan demikian, mereka dapat terus terdorong untuk lebih berpikir optimis, dan tetap bersemangat dalam mempelajari kacapi indung. 15

16 G. SISTEM PENDUKUNG Selain faktor peserta didiknya sendiri yang dapat menentukan keberhasilan, dalam proses pembelajaran keberhasilan juga dipengaruhi oleh sistem pendukungnya. Beberapa faktor yang dapat menjadi pendukung dalam pembelajaran adalah guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. 1. Guru Jika materi ajarnya adalah tentang kacapi indung, maka gurunya harus seorang yang ahli dalam bidang tersebut. Karena, proses transmisi pengetahuan yang tidak sesuai dengan keahliannya, dapat menyebabkan peserta didik tidak termotivasi, dan dapat menyebabkan kesalahan dalam penyampaian pengetahuan. Hal tersebut merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal dalam dunia profesional pendidikan. Bahkan, Sudarwan Danim mengemukakan, ada tiga pilar pokok yang ditujukan untuk suatu profesi, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik (Danim, 2002:22). 2. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Jika yang diajarkannya adalah instrumen kacapi indung, maka media pembelajarannya adalah harus menggunakan kacapi indung. Karena, jika instrumen yang digunakan dalam pembelajaran berbeda, misalnya dengan menggunakan kacapi kawih, maka materi ajar tidak akan tersampaikan dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan secara bentuk dan karakter bunyi di antara keduanya. 16

17 Kemudian, pembelajaran kacapi indung lebih tepat dilakukan dalam ruangan tertutup yang jauh dari kebisingan. Karena, kacapi indung memiliki karakter bunyi yang lembut. Sehingga, apabila diajarkan dengan suasana yang bising, tentu akan sangat mengganggu, atau tidak kondusif. Oleh karena itu, ruangan belajar kacapi indung merupakan salah satu prasarana yang mutlak harus lebih diperhatikan. Selain itu, diperlukan juga peralatan elektronik audio visual sebagai media pembelajaran. Karena, pembelajaran kacapi indung memerlukan apresiasi secara audio dan visual, untuk lebih memantapkan peserta didik dalam memahami teknik-teknik, atau hal-hal yang berkaitan dengan musikalitas kacapi indung. Hal ini disebabkan pula oleh sulitnya menuliskan irama pada tabuhan kacapi indung, sehingga sangat diperlukan apresiasi secara audio visual. 3. Kebijakan Penilaian Kebijakan penilaian ada pada guru yang bersangkutan. Sedangkan yang namanya penilaian, biasanya berbeda-beda tergantung dari standar guru dalam memberikan nilai, yang juga ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu dari peserta didik. Oleh karena itu, di sinilah diperlukan kehati-hatian guru dalam memberikan penilaian, agar peserta didik dapat terus termotivasi dan tetap bersemangat dalam mempelajari materi ajar. Jika yang diajarkan adalah kacapi indung, maka guru kacapi indung harus berhati-hati dalam memberikan penilaiannya. 4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Menurut Dimyanti & Mudjiono, pengaruh lingkungan sosial dapat berupa hal-hal seperti berikut: Pertama, pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau 17

18 menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar. Kedua, lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan damai. Namun, dapat juga sebaliknya sehingga suasana kejiwaan tersebut dapat menghambat proses belajar. Ketiga, semangat belajar juga dapat ditentukan oleh kewibawaan guru. Jika guru menegakkan kewibawaan, maka ia akan dapat mengelola kelas dengan baik. Tetapi, jika guru tak berwibawa, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengelola proses belajar (2006:253). 5. Kurikulum Sekolah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2006:46). Oleh karena itu, kurikulum dapat dikatakan sebagai seperangkat aturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh komponen utama pendidikan. Perubahan kurikulum dapat berimplikasi pada terganggunya proses pembelajaran di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyanti & Mudjiono, pertama, perubahan kurikulum mungkin dapat merubah tujuan yang akan dicapai. Kedua, isi pendidikan berubah, maka akibatnya buku pelajaran, buku bacaan, dan sumber yang lain akan berubah. Ketiga, kegiatan belajar berubah, maka guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar yang baru. Keempat, evaluasi berubah, maka guru harus mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru (2006:254). 18

19 H. MODEL PEMBELAJARAN Menginat perkembangan zaman yang begitu pesat, metode pembelajaran kacapi indung dalam tembang cianjuran memang sudah saatnya diluncurkan, disosialisasikan, serta diuji coba, terutama dalam mengantisipasi paradigma pembelajaran yang baru, yang memiliki indikasi sifat-sifatnya yang efektif dan efisien dalam prosesnya (Herdini, 2003). Oleh sebab itu, penulis mencoba membuat metode yang diharapkan memiliki efektifitas dan efisiensi waktu dalam proses pembelajarannya. Sedangkan untuk mendukung metode yang akan digunakan, maka model pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan metode tersebut. Oleh karena itu, penulis mencoba membuat sebuah model pembelajaran kacapi indung dengan menggunakan sistem notasi. Namun, karena lagu-lagu tembang sunda cianjuran tergolong jenis lagu polymetraschemantica, maka penotasian iringannya pun sangat sulit untuk menggunakan birama. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan media pembelajaran secara audio. Karena itu, model pembelajaran yang dibuat harus disertai dengan CD Audio. Model pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Diagram Kawat Kacapi Indung Garis yang digunakan berjumlah 11 (sebelas) garis, terdiri dari dua bagian yaitu garis dan spasi. Garis dan spasi tersebut dibagi menjadi empat kelompok, dengan jumlah tiga kelompok masing-masing memiliki tiga garis dan dua spasi, satu kelompok memiliki dua garis dan satu spasi. diantara kelompok yang satu 19

20 dengan yang lainnya terdapat satu spasi, namun spasi tersebut tidak difungsikan hanya sebagai pembatas saja. Secara keseluruhan, tanpa menghitung spasi pembatas garis dan spasi tersebut berjumlah 18 (delapan belas). Hal ini sesuai dengan jumlah kawat Kacapi Indung yang berjumlah 18 (delapan belas). Oleh karena itu, sistem pengelompokan garis dan spasi tersebut digunakan untuk penulisan notasi pada Kacapi Indung. Cara penerapannya, setiap kelompok terdiri dari nada 1 (da), 2 (mi), 3 (na), 4 (ti) dan 5 (la), dengan dimulai dari bawah, kecuali kelompok keempat hanya sampai nada 3 (na). Secara keseluruhan nada dimulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah, hal ini sesuai dengan urutan nada pada Kacapi Indung. Kelompok paling bawah disebut dengan gembyang petit (nada tinggi), kelompok kedua disebut gembyang tengah, kelompok ketiga disebut gembyang bass dan kelompok keempat juga disebut gembyang bass. Untuk setelan laras, yang berubah hanya urutan nadanya saja. Contohnya, untuk surupan madenda 4 = Tugu maka nada paling tinggi (bawah) dimulai dari nada 3(Na). 20

21 Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 1: Wilayah nada Urutan nada Ciri-Pengelompokan Spasi batas Garis Spasi 2. Teknik Penggunaan Jari Dalam Membaca Notasi Dalam metode pembelajaran Kacapi Indung ini, tidak menggunakan istilah Kanan (Ka) dan Kiri (Ki) untuk keterangan penggunaan jari. Tapi dengan menggunakan perbedaan warna pada not nya. Untuk tangan kanan menggunakan warna hitam, dan untuk tangan kiri menggunakan warna merah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam teknik membaca notasi. Apabila dalam satu partitur hanya terdapat not yang berwarna hitam, maka partitur tersebut hanya dimainkan oleh tangan kanan. Apabila dalam satu partitur terdapat not yang berbeda warna, maka partitur tersebut dimainkan oleh dua tangan. Perhatikan gambar 2: 21

22 Jika membaca partitur seperti di atas, maka hanya dibuyikan dengan tangan kanan. Perhatikan gambar 3: Jika membaca partitur seperti di atas, maka dibunyikan dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Khusus untuk wanda panambih, sistem penulisan notasinya sedikit berbeda. Karena menggunakan tiga jari yaitu Jempol, Telunjuk, dan Ibu jari. Oleh karena itu, dalam penulisannya diberikan tanda J (Jempol), T (Telunjuk), dan I (Ibu jari) pada awal not, artinya tanda tersebut berlaku untuk not yang sejajar. Ketiga tanda tersebut digunakan untuk tangan kiri, sedangkan tangan kanan hanya menggunakan dua jari dengan dua tanda, yaitu J (Jempol) dan T (Telunjuk). 22

23 Apabila terdapat perubahan dalam penggunaan jari, maka tanda nya pun akan berubah. Untuk warna not prinsipnya tetap sama. Perhatikan gambar 4: Tanda J (Jempol) dan T (Telunjuk) mewakili garis dan spasi selanjutnya yang sejajar. Begitu juga dengan tangan kiri, prinsip penulisan tandanya sama dengan penulisan tanda untuk tangan kanan. Hanya warna not nya yang berbeda. Perhatikan gambar 5: Gabungan dari tangan kanan dan tangan kiri adalah seperti contoh berikut: Perhatikan gambar 6: 23

24 3. Contoh Bahan dalam Penerapan Model Pembelajaran (Teknik Pasieupan) 24

25 Tabuhan Bubuka Laras Pelog 25

26 Tabuhan Gelenyu Udan Mas Laras Sorog Keterangan: Model pembelajaran dilengkapi dengan CD Audio 26

27 Bibliografi Bakir, Suyoto & Sigit Suryanto. (2006). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing Group. DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (2005). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Dimyanti dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Elliot, David J. (1995). Music Matters. New York: Oxford University Press. Herdini, Heri. (2003). Metode Pembelajaran Kacapi Indung Dalam Tembang Sunda Cianjuran. Bandung: STSI Press. Johnson, Elaine B (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC. Makmun, Abin Syamsuddin. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Palmer, Joy. A. (2006). Fifty Modern Thinkers On Education. Yogyakarta: IRCiSoD. Rose, C and Malcolm J. Nicholl. (2006). Accelerated Learning. Bandung: Nuansa. Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Sa ud, Syaefudin dan Abin S. Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sudarwan, Danim. (2002). Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Wenger, Win. (2004). Beyond Teaching and Learning. Bandung: Nuansa. 27

Abstrak. Key Words: Learning Method, Instrument, Kacapi. METODE PEMBELAJARAN KACAPI MELALUI PENERAPAN SISTEM NOTASI

Abstrak. Key Words: Learning Method, Instrument, Kacapi. METODE PEMBELAJARAN KACAPI MELALUI PENERAPAN SISTEM NOTASI METODE PEMBELAJARAN KACAPI MELALUI PENERAPAN SISTEM NOTASI Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Kacapi merupakan salah satu alat kesenian tradisional Sunda yang telah banyak mendapat perhatian

Lebih terperinci

Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate)

Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate) Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate) Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Tulisan ini merupakan

Lebih terperinci

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karawitan Sunda merupakan istilah untuk seni musik yang lahir dan berkembang di tatar Sunda. Dilihat dari bentuk pertunjukannya, karawitan Sunda dapat dibagi

Lebih terperinci

Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran

Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran RITUAL merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus (O'Dea, 1995). Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

SISTEM NOTASI UNTUK PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG TEMBANG SUNDA CIANJURAN

SISTEM NOTASI UNTUK PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG TEMBANG SUNDA CIANJURAN 27 RITME Volume 2 No. 1 Februari 2016 SISTEM NOTASI UNTUK PEMBELAJARAN KACAPI INDUNG TEMBANG SUNDA CIANJURAN Oleh Julia juli@upi.edu Departemen Pendidikan Seni Musik-FPSD Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih kepekaan dan keterampilan melalui media suara. Unsur-unsur musik menurut Jamalus (1998 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gamelan telah menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia, karena telah hidup membudaya dan menjadi tradisi pada kehidupan masyarakat dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan

Lebih terperinci

Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi

Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291765638 Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi CONFERENCE PAPER

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. yang berpindah-pindah kemungkinan memberikan mereka inspirasi untuk

`BAB I PENDAHULUAN. yang berpindah-pindah kemungkinan memberikan mereka inspirasi untuk `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik diperkirakan telah lahir sejak kehadiran manusia modern homo sapien yaitu sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Kehidupan mereka yang berpindah-pindah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam album rekaman Pupuh Raehan volume 1 sanggian Yus Wiradiredja. Pupuh Balakbak Raehan mulai diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN oleh Engkur Kurdita. Abstrak

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN oleh Engkur Kurdita. Abstrak 1 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN oleh Engkur Kurdita Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, peneliti menyimpulkan bahwa bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan Karawitan, Sejarah Karawitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat diantaranya : suling, tarompet, toleat, taleot, elet, sarawelet, tarawelet, dan sondari (1989 : 17).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

RUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN MUSIC)

RUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN MUSIC) See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291957830 RUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah turun temurun sejak jaman dahulu, dan dipandang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat memotivasi siswa menjadi

Lebih terperinci

SILABUS INOVASI PENDIDIKAN

SILABUS INOVASI PENDIDIKAN 1 SILABUS INOVASI PENDIDIKAN A. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan Nomor Kode : IP303 Jumlah SKS : 2 (dua) SKS Semester : 1 (satu) Kelompok Mata Kuliah : Mata Kuliah Keahlian Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan cabang dari seni. Seni musik juga termasuk salah satu media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat Jawa Barat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat Jawa Barat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi masyarakat Jawa Barat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 10 Bandung bukan hal yang asing, karena beberapa tahun yang lalu sekolah ini sangat populer dan familier

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia 1 Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang ju82li@upi.edu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nanda Ahya Halim, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nanda Ahya Halim, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN Bab pertama berisi tentang latar belakang topik yang dipilih dalam penelitian, beserta argumen subjektif peneliti mengenai urgensi dari penelitian ini. Lalu bagian berikutnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PROSES PEMBELAJARAN BASS ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN MINUS ONE DI SWARA HARMONY MUSIC SCHOOL BANDUNG

BAB I PROSES PEMBELAJARAN BASS ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN MINUS ONE DI SWARA HARMONY MUSIC SCHOOL BANDUNG BAB I PROSES PEMBELAJARAN BASS ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN MINUS ONE DI SWARA HARMONY MUSIC SCHOOL BANDUNG A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, maka perkembangan

Lebih terperinci

itu terkait dengan tujuan pendidikan yang menitik beratkan pada pembentukan

itu terkait dengan tujuan pendidikan yang menitik beratkan pada pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat fenomena perkembangan dunia pendidikan yang kian hari semakin berkembang dengan pesat pada masa sekarang ini, banyak hal yang dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, maka perkembangan dalam pembelajaran musik pun bertambah maju. Salah satunya dengan menggunakan media elektronik

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO... ix DAFTAR NOTASI... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR PARTITUR... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik gamelan merupakan salah satu seni tradisional di Indonesia yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan musikal. Didalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil analisis bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan umum sebagai berikut: SG Sunda yang dibelajarkan di JKSB merupakan produk

Lebih terperinci

Bagian Satu. Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran

Bagian Satu. Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran Bagian Satu Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran 2 G a y a P e t i k a n K a c a p i T e m b a n g Bab 1 S ekilas Tentang Tembang Sunda Cianjuran Tembang Sunda Cianjuran merupakan salah satu jenis kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi seperti saat sekarang ini berdampak pada semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu manusia modern saat ini

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berstruktur dan berprogram, di mulai dari pendidikan dasar,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berstruktur dan berprogram, di mulai dari pendidikan dasar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama pelaksanaan penelitian,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama pelaksanaan penelitian, 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama pelaksanaan penelitian, peneliti merasa perlu untuk menarik kesimpulan tentang pembelajaran gamelan Degung Tingkat

Lebih terperinci

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang telah banyak dikenal oleh masyarakat baik secara lokal di Indonesia maupun di Mancanegara. Khususnya di Indonesia kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh Warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang mewajibkan pemerintah menyediakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya SMK Negeri 11 Medan yang sebelumnya disebut Sekolah Menengah Musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sekarang ini. Penerapan pendidikan dalam kehidupan masyarakat yaitu agar terciptanya manusia yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan yaitu 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta sosial budaya. tinggi. Bentuk pendidikan informal ialah pendidikan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta sosial budaya. tinggi. Bentuk pendidikan informal ialah pendidikan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu meningkatkan dan mengembangkan kualitas hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan keterampilan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN. Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn. Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk

PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN. Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn. Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn Abstrak Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk pembentukan sikap dan watak yang baik. Pembelajaran musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapakan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik,

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN PADA MATAA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN PADA MATAA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN PADA MATAA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD Siti Napfiah IKIP Budi Utomo Malang napfiahsiti@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mensejahterakan kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kelebihan yang tentunya

Lebih terperinci

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN Rita Istiana 1), dan Muhammad Taufik Awaludin 1), 1) Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar Yulisetiana Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Seni Budaya Universitas Negeri Surabaya Yulisetiana73@yahoo.com Abstrak Melihat pentingnya pendidikan seni musik untuk siswa Sekolah Dasar, maka guru musik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 300 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab V ini merupakan penutup dari keseluruhan bab. Dalam bagian ini akan dikemukakan 3 (tiga) hal, yakni simpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan salah satu segi terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembelajaran Layeutan Suara Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smp Pasundan Katapang Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembelajaran Layeutan Suara Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smp Pasundan Katapang Kabupaten Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kesenian merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa keindahan dari perasaan manusia, salah satu bentuk ekspresi seni manusia diantaranya diungkapkan melalui bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya dibidang seni musik, baik sebagai seorang seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran BAB II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Teori 1. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) Menurut buku panduan PPL FKIP UNPAS (2017, h. 1) PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan kegiatan akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang terus menerus berkembang membawa manusia pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus mengembangkan diri agar

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Musik juga memberi ketenangan ketika seseorang sedang mengalami permasalahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan rasa estetik sehingga tumbuh sikap apresiatif dalam jiwa siswa. Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah

Lebih terperinci

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi kesenian yang tersebar di seluruh Indonesia merupakan kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya, karena kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globalisasi yang berkembang dengan pesat, mendorong perlunya perubahan paradigma pendidikan. Salah satu upaya

Lebih terperinci

Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya

Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya Oleh: S. Kari Hartaya ABSTRAK Makalah ini bertujuan untuk mengupas efektifitas alat musik angklung pada pembelajaran seni

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : salah satu watak pupuh Kinanti : salah satu cara menyuarakan sebuah nyanyian : istilah ornamentasi dalam tembang Sunda

GLOSARIUM. : salah satu watak pupuh Kinanti : salah satu cara menyuarakan sebuah nyanyian : istilah ornamentasi dalam tembang Sunda 91 GLOSARIUM A Akulturasi B Beluk Bener jeung merenah Buhun Buntut D Deudeupeun Didangdingkeun Dongkari E Embat G Galasar Gamelan Pelog Gamelan Pelog Degung Gamelan Salendro Gedag Gelenyu : perpaduan kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawih wanda anyar merupakan salah satu genre kesenian. yang salah satu bentuk sajiannya menggunakan kacapi 1 sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Kawih wanda anyar merupakan salah satu genre kesenian. yang salah satu bentuk sajiannya menggunakan kacapi 1 sebagai alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyajian Kawih wanda anyar merupakan salah satu genre kesenian yang salah satu bentuk sajiannya menggunakan kacapi 1 sebagai alat musik pendukungnya. Kawih wanda anyar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seni Budaya merupakan satu mata pelajaran yang dituntut oleh kurikulum untuk diajarkan atau diberikan kepada peserta didik mulai tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, lembaga-lembaga musik di Indonesia pada saat ini mengalami berbagai kemajuan yang cukup signifikan, terbukti dengan menjamurnya sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas. Susunan bunyi atau nada yang tercipta dalam suatu karya musik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. luas. Susunan bunyi atau nada yang tercipta dalam suatu karya musik mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik adalah salah satu seni yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Susunan bunyi atau nada yang tercipta dalam suatu karya musik mempunyai karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu rumusan nasional tentang istilah Pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkna suasana belajar dan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKALAH Oleh Ricky Firmansyah 1021.0875

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003: 288). Musik

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru siswa, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru siswa, kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran disuatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru siswa, kurikulum, lingkungan sosial

Lebih terperinci