BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 413 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN Dalam bab akhir disertasi ini dikemukakan tiga hal utama, yaitu (1) kesimpulan dari keseluruhan temuan penelitian sesuai dengan fokus masalah dan pertanyaan penelitian, (2) implikasi hasil penelitian, dan (3) rekomendasi yang berkenaan dengan temuan penelitian. Secara rinci kesemuanya diuraikan menjadi sebagai berikut. A. Kesimpulan 1. Kondisi Pembelajaran IPS SMP di Surakarta Di Surakarta mata pelajaran IPS yang dipahami sebagai IPS Terpadu diampu oleh satu guru IPS, karena itu guru harus mengajar semua sub bidang studi dalam IPS. Hal ini menjadi salah satu penyebab bahwa pembelajaran IPS selama ini hanya mendasarkan pada buku paket yang digunakan di sekolah. Pembelajaran IPS selama ini kurang memanfaatkan lingkungan sosial budaya peserta didik sebagai sumber dan media pembelajaran. Hal itu berakibat IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi peserta didik, kurang mendorong peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Sebagian besar peserta didik tidak pernah membuat karangan sederhana tentang IPS atau mengeksplorasi keunggulan budaya daerah sebagai wujud kebanggaan peserta didik terhadap kekayaan daerahnya. Kondisi ini berdampak pada munculnya stigma bahwa IPS kurang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan. Tujuan pembelajaran belum secara komprehensif

2 414 mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Inovasi pengembangan sumber dan media yang terbatas juga menyebabkan pelaksanaan pembelajaran tidak beranjak dari tradisi transfer of knowledge. Demikian pula dengan evaluasi pembelajaran masih mengutamakan evaluasi hasil dan sebagian besar hanya pada aspek kognitif. Studi pendahuluan mengungkap bahwa pembelajaran IPS selama ini telah menggunakan RPP yang dibuat oleh MGMP IPS SMP di Surakarta. Ini berarti, langkah-langkah pembelajaran sudah mengacu pada Permen Diknas Nomor 41 tahun 2007, yakni meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan kegiatan penutup. Namun demikian pada umumnya langkah-langkah model pembelajaran selalu sama meski guru mencantumkan model pembelajaran yang bervariatif. Ketersediaan RPP dari MGMP menjadikan guru kurang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan materi dan model-model pembelajaran, pembelajaran IPS berjalan monoton karena dominasi guru dalam pembelajaran. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya kompetensi peserta didik, proses belajar hanya sebatas pada bagaimana belajar bukan belajar bagaimana membelajarkan sehingga kebermaknaan belajar belum menjadi kenyataan yang aktual dalam setiap diri peserta didik. Pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh gaya, tingkat pengetahuan, pengalaman, dan persepsi yang dimiliki guru terhadap pembelajaran IPS. Berkenaan dengan salah satu tujuan IPS, yakni agar peserta didik memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial budayanya, tidak merasa asing dengan

3 415 lingkungannya, bahkan dapat berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhurnya sangat dipahami oleh guru IPS. Batik Klasik menjadi salah satu keunggulan budaya Surakarta meskipun demikian selama ini mereka belum mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal Surakarta dalam pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap nilai-nilai edukatif yang bersumber dari simbolisme motif-motif batik klasik. Guru kurang memahami bahwa pembelajaran IPS menjadi powerfull dan meaningfull apabila terpadu, berbasis nilai, menantang, aktif, dan bermakna. Keberhasilan pembelajaran IPS sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas guru dalam memahami dan mengembangkan kurikulum IPS, yakni kurikulum berdasar pada apa yang dibutuhkan peserta didik bukan apa yang berharga bagi peserta didik. Kurikulum berpusat pada peserta didik, yakni memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat secara sistematis dalam pengambilan keputusan mengenai masalah sosial, ekonomi, politik, dan masalah pribadi. Latar belakang, pengalaman, dan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam setiap pembelajaran di kelas. Kurikulum transmisi sebagai dokumen kurikulum yang resmi, buku teks yang digunakan di sekolah, dan sumber-sumber lainnya dapat dikembangkan, ditransformasikan atau diubah lebih lanjut oleh para guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. 2. Dasar Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK Tujuan pendidikan IPS adalah menyampaikan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan keterampilan sosial (skill), bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan

4 416 intelektual. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal batik klasik dalam pembelajaran IPS. Pengalaman belajar yang menunjukkan adanya kaitan unsur-unsur konseptual dari dalam maupun antar mata pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning). Pengembangan model IBNBBK menggunakan paradigma Postmodern dengan mendekonstruksi nilai-nilai filosofi batik klasik menjadi penciptaan realitas baru (Batik Klasik) sebagai salah satu jati diri bangsa Indonesia di tengah dunia yang mengglobal. Perspektif Postmodern digunakan untuk mendekonstruksi, pertama, pembelajaran IPS yang saat ini, yang kental dengan pandangan modernisme. Format reproduktif pendidikan modernitas ini telah membuat pembelajaran IPS menjadi salah satu pelajaran yang tidak menarik dan membosankan bagi peserta didik SMP. Kedua, perspektif pendidikan Postmodernism relevan dengan misi dan tujuan pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang diharapkan berperan dalam pembentukan sikap kewarganegaraan yang baik. Konteks lingkungan sosial budaya, latar belakang pengalaman, dan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam pembelajaran IPS di kelas. Oleh karena itu kurikulum, buku teks yang digunakan di sekolah, dan lingkungan sosial budaya Surakarta perlu dikembangkan dan ditransformasikan lebih lanjut oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran IPS menjadi kontekstual dan bermakna. Untuk mengkonstruksi model pembelajaran IPS

5 417 berbasis pada nilai budaya lokal batik klasik dalam pandangan postmodernism mengenai kurikulum sebagai sebuah praksis digunakan empat unsur R, yaitu richness, recursions, relations, and rigor dalam kurikulum Postmodern. Karakteristik utama model pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal batik klasik untuk meningkatkan kompetensi dan jati diri bangsa merupakan kombinasi model pembelajaran Kooperatif dan Klarifikasi Nilai dikemas dalam suatu kompetisi (tournament). Penggabungan model pembelajaran cooperative learning dan value clarification technique ini disebabkan karena pertama. perkembangan moral peserta didik terkait erat dengan perkembangan kognitif dan hasil dari interaksi sosialnya. Melalui proses tersebut, peserta didik akan memiliki pemahaman moral yang sangat bermanfaat bagi moral judgment dan moral reasoning yang akan mempengaruhi perilakunya. Kedua, secara teoritis peserta didik yang memahami hubungan antara diri sendiri dan masyarakat akan lebih bersikap bijaksana, berfikir positif, mempunyai tujuan yang jelas, antusias, bangga dan konsisten sehingga memiliki kepribadian kuat dan berkarakter. Ketiga, makna IPS sebagai synthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. 3. Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK Pendidikan IPS sebagai kelompok bahan ajar sangat terikat oleh nilai-nilai sosial budaya bangsa, karena itu pendidikan IPS tidak dapat lepas dari tata nilai dan norma yang ada dalam suatu bangsa. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama

6 418 pendidikan IPS adalah mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara agar dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasif dalam kehidupan sosialnya baik sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa maupun warga dunia. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran kooperatif yang digabungkan dengan model pembelajaran Klarifikasi nilai dan dikemas dengan turnamen. Penggabungan dua model pembelajaran dalam pelaksanaannya mengacu pada model pembelajaran menurut Permen Diknas No.41 tahun 2007, terdiri dari tiga tahap, yakni (1) apersepsi, (2) inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan (3) penutup. Pada implementasi uji terbatas ke-2, komponen desain model mengalami perubahan pada langkah-langkah pembelajaran Klarifikasi Nilai. Pada pengujian model siklus ke-2, ketujuh langkah klarifikasi nilai disederhanakan menjadi tiga langkah. Hal ini dimaksudkan agar guru mudah dalam mengevaluasi dan memberi penguatan pada setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Langkah pertama sampai ketiga termasuk dimensi kognitif (menekankan kemampuan rasional). Langkah keempat dan kelima mencerminkan dimensi efektif (penghargaan dan rasa bangga). Langkah keenam dan ketujuh mencerminkan dimensi psikomotorik (tindakan konkrit yang terus menerus dan terpola). Pada implementasi model langkah-langkah pembelajaran (Permendiknas, 2007) setelah uji coba luas mengalami penambahan, yakni tahap orientasi. Tahap ini menyatu dengan tahap apersepsi. Dengan demikian langkah-langkah model pembelajaran IBNNBK menjadi orientasi termasuk di dalamnya apersepsi, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan Penutup.

7 419 Karakteristik utama dari model pembelajaran ini adalah integrasi nilai-nilai budaya lokal batik klasik dalam pembelajaran IPS di SMP untuk meningkatkan kompetensi dan jati diri bangsa. Implementasi model pembelajaran ini tetap mengacu pada Permendiknas No. 41 tahun 2007, yakni pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), dan penutup. Setelah uji coba implementasi terbatas ke-3 maka langkah-langkah pembelajaran dapat dipahami dan diimplementasikan oleh guru dan peserta didik sesuai dengan model yang dikembangkan. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan uji coba pengembangan model melalui penelitian tindakan kelas di SMPN (A), SMPN (B), dan SMP Swasta di Surakarta ternyata mampu meningkatkan skor karakter dan skor sikap terhadap batik sebagai jati diri bangsa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor sebesar 80%. Adanya peningkatan kompetensi IPS yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 75% peserta didik kelas VIII semester I sebagai subjek penelitian memperoleh nilai 70 sebagai batas tuntas pembelajaran IPS. Dengan demikian pelaksanaan model pembelajaran IBNBBK di SMPN (A), SMPN (B) dan SMP Swasta telah berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan dan mampu meningkatkan skor karakter dan skor sikap peserta didik terhadap batik sebagai jati diri bangsa. 4. Efektivitas Model Pembelajaran IBNBBK Melalui tahapan pengujian model secara statistik diketahui keefektifan model pembelajaran IBNBBK. Dari uji efektivitas model secara keseluruhan di kelompok SMP Negeri (A) dan SMP Negeri (B) serta SMP Swasta (S) menunjukkan bahwa model pembelajaran IBNBBK terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap

8 420 peningkatan prestasi belajar, penguatan karakter dan jati diri bangsa dibandingkan dengan pembelajaran IPS dengan model kooperatif. Model pembelajaran IBNBBK ternyata sesuai untuk diterapkan pada kategori sekolah apapun dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap semua komponen, yakni kompetensi, penguatan karakter dan jati diri bangsa. Hasil uji efektivitas model memberikan gambaran bahwa model IBNBBK mampu meningkatkan penguasaan kompetensi dan penguatan sikap peserta didik terhadap batik sebagai jati diri bangsa pada semua kelompok sekolah. Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Melalui proses inkuiri nilai maka kepribadian peserta didik tetap terjaga di tengah perubahan pemaknaan nilai yang semakin kompleks. 5. Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan Model Pembelajaran IBNBBK Model pembelajaran IBNBBK yang dikembangkan mulai dari draf awal model, uji coba terbatas, uji coba luas hingga uji validasi terbukti telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang digunakan untuk menilai model pembelajaran yang dikembangkan adalah validitas (kevalidan), praktikabilitas (kepraktisan), dan efektivitas (keefektifan). 6. Dampak Pengiring Penerapan Model Pembelajaran IBNBBK a. Kepercayaan Diri Model pembelajaran IBNBBK dikembangkan dengan pendekatan humanistik yang menempatkan dasar pendidikan adalah apa yang menjadi dunia, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik (the learners-centered teaching).

9 421 Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya. Dengan demikian peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif, dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Pendekatan Learner-Centered, yakni pendidikan yang memberdayakan memungkinkan peserta didik lebih percaya diri untuk mengekspresikan pendapat mereka. Pendekatan berpusat pada keterlibatan peserta didik akan mendorong keberhasilan dan kesuksesan peserta didik. b. Sikap Toleransi Terhadap Keragaman Implementasi model mengajarkan kepada peserta didik pada keterampilan kerjasama dan kolaborasi, membantu peserta didik belajar keterampilan sosial, dan secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. Pembelajaran disetting dalam bentuk kelompok kecil, problem-solving, pencarian jawaban dan prinsip-prinsip demokrasi dengan interaksi satu sama lain dan merupakan lingkungan belajar sebagai sebuah karakter sistem sosial dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Karena itu akan mendorong peserta didik dalam berpikir dan bertindak, belajar aktif, berperilaku kerjasama, dan tanggap pada kemajemukan dalam masyarakat multikultur. c. Keaktifan Belajar Implementasi model pembelajaran IBNBBK akan memfasilitasi peserta didik dalam berinkuiri untuk memahami hakekat masalah dan menemukan kemungkinan pemecahannya. Melalui proses inquiry peserta didik tidak hanya menemukan kemungkinan pemecahan masalah tetapi juga menemukan nilai-nilai

10 422 moral dalam konteks pembelajarannya. Kegiatan ini dapat menjadi media sikap peserta didik terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi core values pendidikan karakter. Dengan demikian model IBNBBK sejalan dengan tujuan pendidikan IPS, yakni dapat dijadikan sebagai kritik terhadap kehidupan sosial (social studies as social criticism), kemampuan berfikir kritis (critical thinking) dengan berbagai metode pemecahan masalah (problem solving). Pendidikan IPS juga sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual. d. Sikap Positif Terhadap IPS Karakteristik model IBNBBK adalah pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog. Pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri. Sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktulisasi diri). Dengan demikian pendidik sebagai fasilitator yang membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Melalui proses ini peserta didik akan menemukan kebermaknaan pembelajaran IPS dengan realitas sosial yang dihadapi. B. Implikasi Hasil Penelitian Dari temuan hasil penelitian terhadap model IBNBBK untuk peningkatan kompetensi dan penguatan jati diri bangsa diharapkan model ini akan membawa pembaharuan bagi para guru IPS dalam menjalankan tugas keseharian. Implikasi

11 423 hasil penelitian ini terhadap pembelajaran IPS SMP di Surakarta dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagi Guru Pendidikan IPS Perlu dilakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran IPS, bukan hanya sebagai transfer of knowledge. Guru perlu mengubah tradisi pembelajaran yang berorientasi pada hasil menjadi berorientasi pada proses berfikir kritis dan proses penemuan nilai-nilai dari materi pembelajaran. Pembelajaran harus mampu mengembangkan aspek pengetahuan, berfikir rasional, mengembangkan dimensi efektif (penghargaan dan rasa bangga terhadap pilihan nilai), mengembangkan dimensi psikomotorik (tindakan konkrit yang terus menerus dan terpola relevansinya dengan pilihan nilai. Kegiatan tersebut dilakukan melalui proses berfikir rasional dan dalam interaksi sosialnya dengan kelompok diskusi. Dengan mengubah paradigma tersebut diharapkan pembelajaran IPS menjadi lebih menantang, menarik, dan bermakna. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran IBNBBK dirancang melalui langkah-langkah yang mengutamakan aktivitas peserta didik dan mengurangi dominasi guru. Karena itu dibutuhkan kesadaran guru untuk menjadi pemandu bukan sebagai pemateri. Dalam konteks pembelajaran IBNBBK, murid dan guru berinkuiri bersama untuk memahami hakekat masalah yang dihadapi dan menemukan kemungkinan pemecahannya. Pada saat yang sama perlu ditanamkan pada peserta didik tentang nilai-nilai dasar yang menjadi core values pendidikan karakter, yakni integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian bertindak benar, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan, kesopanan, dan ketaatan.

12 Aktivitas Belajar Siswa Melalui proses inkuiri nilai peserta didik akan menemukan nilai-nilai moral dalam konteks pembelajaran, bersamaan itu sekolah menciptakan lingkungan kondusif bagi penanaman tentang nilai-nilai dasar yang menjadi core values pendidikan karakter. Budaya sekolah ini akan terinternalisasi dalam kepribadian peserta didik dan pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian peserta didik, sehingga menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter diawali dengan pengetahuan. Pengetahuan (teori) tersebut bisa bersumber dari pengetahuan agama, sosial, budaya, dalam konteks ini bersumber dari nilai-nilai budaya batik klasik. Pengetahuan itu diharapkan dapat membentuk sikap atau akhlak yang mulia, yang mendorong peserta didik mengamalkan apa yang diketahui itu. Dengan demikian akan terjadi proses internalisasi nilai-nilai luhur secara berkelanjutan dalam konteks lingkungan sosialnya. 3. Sumber dan Media Belajar Pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal batik klasik dapat menggunakan berbagai sumber dan media pembelajaran. Meskipun demikian motif-motif batik dan makna filosofis menjadi komponen yang harus ada dalam pembelajaran model IBNBBK. C. Rekomendasi Berdasar simpulan hasil penelitian tentang gambaran model pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal untuk peningkatan kompetensi dan penguatan jati diri bangsa maka dikemukakan rekomendasi sebagai berikut. 1. Bagi Guru IPS

13 425 Model pembelajaran IBNBBK yang dikembangkan dengan unsur 4 R dari kurikulum Postmodern mampu menciptakan pembelajaran IPS yang bermakna dan menyenangkan, karena itu guru perlu mengembangkan materi pembelajaran dengan konteks sosial budaya peserta didik. Salah satu ciri pembelajaran model pembelajaran IBNBBK adalah student centered, makin besar keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran makin besar pula untuk melakukan aktivitas belajar. Karena itu guru perlu mendesain ruang kelas dalam situasi proses inquiry sehingga peserta didik tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri. Prosedur pelaksanaan model IBNBBK dirancang melalui langkah-langkah yang mengutamakan aktivitas peserta didik dan mengurangi dominasi guru. Karena itu dibutuhkan kesadaran guru untuk menjadi pemandu bukan sebagai pemateri. Implikasi dari prosedur penilaian pada model pembelajaran IBNBBK mensyaratkan guru untuk mengembangkan instrumen evaluasi dengan mempertimbangkan aspek pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan peserta didik dalam mengaktualisasi nilai-nilai pembelajaran di sekolah dengan konteks kedirian dan lingkungan sosialnya. 2. Bagi Sekolah Sekolah sebagai tempat berkumpulnya peserta didik dari berbagai golongan, ras, budaya, dan gender diharapkan mampu mentransformasikan nilai-nilai luhur

14 426 agama yang dianggap absolute dan nilai-nilai budaya yang bersifat relative menjadi core values pendidikan karakter yang terpancar dari nilai altruistic dalam keberagamaan. Dampaknya, akan menumbuhkembangkan nilai-nilai fundamental lain, yakni simpati, empati, loyalitas dan toleransi terhadap berbagai jenis perbedaan dan mutual trust antar berbagai kelompok kepentingan yang berbasis agama, etnis, dan ras. Meningkatnya aktivitas positif peserta didik pada model pembelajaran IBNBBK dapat menghilangkan kesan bahwa pelajaran IPS sebagai pelajaran yang membosankan dan kurang menarik. Kondisi ini dipengaruhi oleh variasi tahapan dalam pembelajaran model pembelajaran IBNBBK yang memberi kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk menemukan nilai dan merealisasikan nilai dalam bentuk tindakan bermoral kaitannya dengan kedirian peserta didik dan dalam interaksi sosialnya. 3. Bagi Siswa Salah satu ciri pembelajaran model pembelajaran IBNBBK adalah student centered. Semakin besar keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran makin besar pula peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Guru perlu mendesain ruang kelas dalam situasi proses inquiry sehingga peserta didik tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip tetapi peserta didik juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi soal. 4. Bagi Peneliti Berikutnya

15 427 Bagi para peneliti, khususnya para dosen pengelola program studi IPS dan PIPS hendaknya dapat mengembangkan lebih lanjut melalui penelitian yang lebih komprehensif, melibatkan para guru secara langsung dalam proses penelitian sejak proses awal. Para dosen hendaknya berkolaborasi dengan guru-guru IPS melalui model penelitian tindakan kelas atau model penelitian lain yang ditujukan untuk inovasi pembelajaran IPS di sekolah. Dari proses penelitian ini sesungguhnya nampak dan terasa adanya keinginan kuat dari para guru IPS untuk melakukan inovasi pembelajaran, namun pada umumnya mereka mengaku masih mengalami kesulitan terutama karena kurang percaya diri. Dengan berkolaborasi, keinginan para guru tersebut diharapkan akan dapat terpenuhi, di samping sebagai wujud sinergi akademis, antara pakar dan praktisi pendidikan IPS. 5. Bagi Perguruan Tinggi Bagi perguruan tinggi yang mengelola program studi PIPS dan rumpun PIPS dapat mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran melalui penelitan yang didasarkan pada kebutuhan nyata pembelajaran di sekolah. Untuk itu diperlukan jaringan kerjasama yang baik, antara kampus dan sekolah. Apabila dimungkinkan melalui penelitian, kunjungan dosen/guru tamu, Program Pengalaman Lapangan (PPL), serta kegiatan-kegiatan insidental lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era global sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia. Untuk menyiapkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan Merujuk pada hipotesis penelitian yang sebelumnya diajukan, maka kesimpulan penelitian dan pengembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah, I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran PAI saat ini Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah baik di tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Di tingkatan sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama,

Lebih terperinci

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) Oleh: Muhamad Fatih Rusydi Syadzili I Pendidikan esensinya bukan sebagai sarana transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak terlepas dari pendidikan. Peran pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Metro merupakan sekolah yang memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, administrasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemampuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendidikan terjadi perubahan paradigma dari pengajaran tradisional menuju pengajaran baru dapat berupa perubahan fokus pendidikan dari pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai pelaksana pendidikan guru memiliki tanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Quisumbing (Kunandar, 2011:10), pendidikan memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural sangat dibutuhkan dalam dalam mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bab ini difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bagian pendahuluan ini mencakup pada beberapa hal pokok yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION Siti Syahraini Harahap Universitas Negeri Medan Corresponding author: sitisyahrainihrp@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting di berbagai sektor kehidupan. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan tersendiri, namun memberi sumbangannya agar tercapai tujuan lembaga pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan dikatakan berhasil manakala hasil dari proses pembelajaran itu sendiri bermutu. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa. Pada dasarnya, pembelajaran menulis tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut. I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Pembelajaran pada hakekatnya adalah prosedur yang sistematis dalam pelaksanaan pengajaran yang merupakan pengejawantahan dari pemahaman pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al Qur an dan As Sunnah. Konsep operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendididikan dasar dan menengah, Geografi merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus dan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Di Indonesia, semua orang tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini merupakan bagian penutup yang menjelaskan hasil penelitian yang terdiri atas bagian a). Simpulan; b). Implikasi; dan c) Rekomendasi. A. Simpulan Setelah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013 pengembangan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP, SMA dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum bukan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting bagi semua manusia. Pendidikan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia mulai dari lahir hingga ke liang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci