TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
|
|
- Surya Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penyuluhan Pertanian Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita, kita tidak dapat menghentikannya, tetapi kita dapat memecahkan masalah tersebut dengan mencari jalan keluar melalui pengembangan pertanian Indonesia yang kurang diperhatikan selama ini. Salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan suatu modal dasar yang perlu diketahui dan dimiliki oleh mereka sebagai tenaga penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat, seorang penyuluh berdasarkan fungsinya harus berhubungan langsung dengan petani, ia harus dikenal oleh para petani, dan demikian juga sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh (Sastraadmadja, 1993). Menurut Kartasapoetra (1994) Sifat-sifat yang harus dimiliiki seorang penyuluh itu harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Rasa cinta akan tugas yang diembannya, dengan demikian maka ia akan menunjukkan rasa tanggung jawabnya. 2. Rasa cinta dan kasih terhadap sesama terutama terhadap petani di desa yang umumnya masih berada pada tingkatan yang masih rendah.
2 3. Keyakinan bahwa apa yang disuluhkannya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani. 4. Penguasaan ilmu dan teknologi pertanian yang mampu menjelaskan, memperagakan, dan memberikan contoh-contoh dalam praktek dan hal-hal yang berkaitan dengan budidaya tanaman usahatani. 5. Luwes menarik penampilannya, dan cepat beradaptasi terhadap situasi dan kondisi perdesaan, khususnya wilayah pekerjaan. 6. Beritikad baik, sabar dan tekun dalam mengemban tugasnya. 7. Pandai menyelami jiwa dan perasaan serta keinginan petani selalu siap memberi bantuan dalam berbagai masalah yang menyangkut bidang pertanian yang tengah dihadapi para petani. 8. Jiwa mendidik dan tidak mudah putus asa, tidak bersikap masa bodoh dengan apa yang sedang dialami petani. 9. Dinamis, progresif, dan demokratis. 10. Mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan praktis sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan. Fungsi seorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan adalah mendidik, bukan sebagai penyalur sarana produksi, bukan petugas koperasi, bukan juga sebagai penagih kredit. Seorang penyuluh pertanian dalam menjalankan perannya sebagai pendidik hendaknya melihat petani sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Petani sebagai orang yang dididik mempunyai pikiran, pandangan, keinginan dan masalah serta kebiasaan atau budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, spiritual, dan material. Penyuluhan pertanian sebagai dinamisator berfungsi untuk
3 mengubah sikap dan perilaku petani agar lebih respon untuk mewujudkan pertanian yang tangguh ( Nuryanto, dkk, 2000). Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan penyuluh pertanian sebagaimana dimaksud adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan penyuluh pertanian untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan ( Anonimus a, 2012 ). Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengubah sikap para petani agar mampu menolong dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bantuan secara terus menerus dilakukan para penyuluh. Pola penyuluhan adalah dengan sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) yang dalam kegiatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Peningkatan sarana penyuluhan dengan menambahkan jumlah tenaga PPL demonstrater, PPL laboratorium diagnostik, peningkatan produksi ternak memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi (Cahyono, 1983). Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi bukan hanya dipengaruhi oleh bakat, tetapi dapat tumbuh dari pengalaman hidup seseorang, di samping itu juga sejumlah prinsip komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penyuluh/komunikator dalam komunikasi penyuluhan dapat berupa individu, kelompok ataupun lembaga. Selain memiliki kecakapan, kredibilitas yang tinggi. Kecakapan untuk mempengaruhi orang lain, mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki kharisma atau daya tarik, seorang penyuluh harus
4 melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan penelitian tentang sasaran/khalayak. Dengan demikian penyuluh dapat mengetahui latar belakang pendidikan, agama, bahasa, adat, kebiasaan, norma, usia, pekerjaan, jabatan, pengetahuan. selain dari hal-hal yang harus diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin terjadi seperti engineering noise (ganguan yang timbul akibat dari kurang sempurnanya medium yang digunakan baik oleh komunikan atau penyuluh) dan semantic noise (gangguan yang timbul dari susunan kata-kata, lambang sehingga tidak dipahami oleh komunikan), selanjutnya yang harus diperhatikan penyuluh adalah berkenaan audience coverage (berapa besar dan macam audiens yang dapat dicapai ), audience response (apakah audiens dapat mengerti pesan-pesan yang disampaikan), communication impact (apa efek yang tampak dari penyampaian pesan) dan procces of influence (bagaimana proses penyuluhan mempengaruhi seseorang) (Rachman, dkk, 1995 ). Sementara fasilitas yang diterima penyuluh sangat tidak memadai. Alat penyuluhan dan pengangkutan sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang sangat rendah dan lain-lain. Keadaan itu sangat bertentangan dengan harapan yang dipikulkan pada pundak penyuluh atau petugas penyuluh lapangan. Sehingga tidak heran bila ada hasil penelitian atau survei yang menyatakan bahwa sebagian besar petani kita belum pernah berjumpa penyuluh, anggota kelompok tani dan tidak tahu siapa petugas penyuluh yang bertugas di desanya, atau petani belum pernah menerima masukan dari penyuluh, dan lain sebagainya. Keadaan ini sudah bisa dimaklumi dengan mengetahui keadaan Penyuluh kita yang sebenarnya ( Daniel, dkk, 2005 ).
5 Tujuan penyuluhan pertanian masa lalu adalah untuk mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Tujuan penyuluhan pertanian sekarang adalah menghasilkan pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin masyarakatnya, manusia guru dalam masyarakatnya dari petani lain yang bersifat mandiri dan independen. Sifat mandiri meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan (Daniel dkk, 2005). Landasan Teori Tugas pokok penyuluh Profesionalisme PPL berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok penyuluh secara garis besar adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan, kegiatan penyuluhan pertanian. Setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai guru, penganalisa, konsultan dan organisator. Peran penyuluh berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh (Nuryanto, dkk, 2000). Menurut Padmowiharjo (2001) mengatakan Adapun misi dan pesan penyuluh pertanian mencakup : 1. Bertani lebih baik (better farming). 2. Berusahatani lebih menguntungkan (better bussines). 3. Hidup Lebih Sejahtera (better living). 4. Membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better Community).
6 Faktor internal (seperti tingkat pendapatan) maupun faktor eksternal (seperti citra penyuluh sebagai pelaksana) dapat mempengaruhi kemampuan penyuluh secara profesionalis (Nuryanto, dkk, 2000). Penyuluhan diartikan sebagai proses penyebar-luasan informasi, penyebarluasan dalam hal ini merupakan penyebarluasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto, 2009 ). Peneliti, tenaga pengajar maupun penyuluh sama-sama merupakan tenaga fungsional yang seharusnya bertanggung jawab pada bidang keahlian dan kemampuan profesionalnya. Pertanggungjawaban penyuluh dalam melaksanakan profesinya akan dinilai oleh petani (Slamet, 2003). Kelompok jabatan fungsional (KJF) mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional ketrampilan. Jabatan fungsional ketrampilan dibagi ke dalam empat (4) jenjang jabatan yaitu jenjang pelaksana pemula (golongan II/a), jenjang pelaksana ( II/b-II/d ), jenjang pelaksana lanjutan (golongan III/a-III/b) dan jenjang penyelia (golongan III/c-III/d). Jabatan fungsional keahlian dibagi ke dalam 4 jenjang jabatan pertama (golongan III/a-III/b ), jenjang muda (golongan III/c-III/d), jenjang madya ( golongan IV/a- IV/e ). Penyuluh memegang jabatan fungsional keahlian disebut Penyuluh Pertanian Ahli (PPA) dengan pendidikan minimal S-1/D-IV. Penyuluh yang memegang jabatan fungsional ketrampilan disebut penyuluh pertanian terampil (PPT) dengan pendidikan minimal sarjana muda/d-iii ( Hamdani, dkk, 1999 ).
7 Tunjangan operasional/fungsional penyuluh yang tidak dibayarkan atau tidak sebesar sebagaimana seharusnya menyebabkan kurangnya motivasi penyuluh untuk bekerja lebih baik. Besarnya tujuan fungsional seorang penyuluh bergantung pada jabatan fungsional penyuluh. PNS yang berhak mendapatkan tunjangan fungsional penyuluh pertanian adalah PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional penyuluh (Anonimus a, 2012 ). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1. Tingkat upah dan gaji ( tingkat pendapatan) 2. Sifat tugas yang dilakukan 3. Kemampuan organisasi dalam memberikan penghargaan yang wajar 4. Iklim kerja yang terdapat dalam organisasi 5. Syarat kerja; kondisi kerja, hubungan kerja dan manajemen organisasi 6. Keselamatan kerja. Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit, yaitu hanya sampai pada tingkat desa. Saat ini satu penyuluh lapangan membawahi satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang umumnya meliputi satu desa. Bahkan dibeberapa daerah ada satu penyuluh untuk tiga desa. Berarti satu orang penyuluh akan membina minimal 1000 warga atau paling tidak 800 petani ( Daniel, 2002). Menurut Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian Ato Suprapto dalam acara raker antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian di gedung DPR RI Jakarta mengungkapkan "diharapkan
8 pada akhir tahun 2014, jumlah desa yang tersebut semua sudah memiliki tenaga penyuluh pertanian". Sehingga untuk menambah kekurangan penyuluh, telah diangkat penyuluh bantu atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak orang, namun jumlah tersebut ternyata masih kurang sehingga dalam beberapa tahun berikutnya semua yang berjumlah desa itu dapat terpenuhi. Sebagai gambaran di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sendiri THL-TBPP Deptan memiliki 8 (delapan) personil yang terdiri dari angkatan I, II dan III yang tersebar di beberapa (WKPP) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ( Harian Analisa, 2010 ). Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya pada tingkat kecamatan yang masing-masing seorang mantra untuk kurang lebih sepuluh ribu orang penduduk tani. Alat-alat penyuluhan dan pengangkutan yang sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang rendah dan lain-lain lebih menyulitkan lagi pencapaian-pencapaian tujuan penyuluhan tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Mubyarto (1989) penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau : 1. Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna. 2. Ada penerimaan adopsi petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh. 3. Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh. 4. Petani bersedia memberi suatu balas jasa kepada penyuluh. 5. Penyuluh dapat mengubah sikap petani yang merugikan. 6. Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah.
9 Karakteristik Sosial dan Ekonomi 1. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Penggolongan umur produktif kerja berada pada tahun (BPS, 2006). Sorenson (1964) menyatakan bahwa terdapat banyak bukti dimana perkembangan mental individu berjalan parallel dengan perkembangan fisik. Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001). 2. Tingkat Pendidikan Apabila tingkat pendidikan formal Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mayoritas tamatan SPP dibandingkan sarjana, ini sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Jika pendidikan penyuluhnya tinggi maka akan proses penyampaian informasi mengenai adopsi inovasi akan lebih baik dan apabila tingkat pendidikan penyuluh rendah maka proses penyampaian informasi akan sulit, namun ada beberapa faktor selain tingkat pendidikan dapat juga mempengaruhi proses adopsi inovasi seperti bidang keahlian dan materi penyuluhan ( Anonimus b, 2012 ). 3. Jumlah tanggungan Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanda yang dimiliki oleh petani terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Demikian juga halnya dengan penyuluh tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak dapat bekerja (Syafrudin, 2003 ).
10 4. Lama bekerja Pengalaman menyuluh mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh ini berarti bahwa semakin lama seseorang menjadi penyuluh belum tentu akan membuat seseorang penyuluh menjadi lebih paham terhadap tugas pokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhada, 2008 yang menyatakan lama bekerja penyuluh memberi efek positif bagi penyuluh yang masih baru. Sementara kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah ( Briawan, dkk, 2008 ). Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah ( Soehardiyono, 1992 ). 5. Frekuensi Kunjungan Penyuluh. Frekuensi kunjungan penyuluh adalah banyaknya atau jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seorang penyuluh terhadap kelompok tani binaannya. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompok tani binaannya maka akan semakin besar peluang untuk membangkitkan kemauan petani terhadap teknologi baru yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh. Agar pelaksanaan kunjungan berjalan dengan baik, setiap penyuluh diwajibkan untuk mempersiapkan jadwal kunjungan yamg harus disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada dalam satu wilayah kelompok ( Anonimus b, 2012 ). 6. Fasilitas penyuluhan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh organisasi dalam hal ini untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan tugas penyuluh berdasarkan hasil penelitian yang diberikan oleh pemerintah kepada penyuluh untuk
11 memperlancar tugasnya berupa kendaraan bermotor, biaya operasional penyuluh dan koran sinar tani ( Briawan, dkk 2008 ). 7. Jarak rumah dengan wilayah kerja. Jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari rumah dimana dia tinggal dengan tempat dia bekerja. Dengan adanya fasilitas yang dimiliki seperti kendaraan akan memudahkan penyuluh untuk sampai ke tempat pekerjaaanya (Anonimous, 2012). 8. Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan meningkat maka bertambah juga pengeluaran kepala rumah tangga untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja salah satunya yaitu tingkat upah dan gaji (tingkat pendapatan). Kerangka Pemikiran Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari penyuluh perlu diadakan motivasi dan etos kerja, perlu dilaksanakan semacam penyegaran terhadap tenaga penyuluh yaitu mungkin dengan memberikan pelatihan ataupun sertifikasi seperti halnya dengan petani. Dalam mendukung keberhasilan penyuluhan maka penyuluh tersebut harus melaksanakan program penyuluh pertanian yang akan dikerjakan yaitu : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN ( Peningkatan Produksi Beras Nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik.
12 Dimana penyuluh pertanian memiliki karakteristik yaitu : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah tanggungan 7. Fasilitas yang diperoleh 8. Tingkat pendapatan Karakteristik penyuluh pertanian dapat mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan. Keberhasilan program penyuluhan dapat dikategorikan berdasarkan : 1. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai 50 % maka tin gkat keberhasilan tinggi. 2. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL secara aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang. 3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi 25% maka tingkat keberhasilan rendah. Karakteristik tersebut dapat kita lihat dalam kerangka pemikiran dibawah ini.
13 Skema Kerangka Pemikiran Skema Program kerangka penyuluhan pemikiran pertanian Penyuluh Pertanian Lapangan Karakteristik PPL : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah Tanggungan 7. Tingkat pendapatan 8. Fasilitas yang diperoleh Program penyuluhan di BPP Medan krio : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN(Peningkatan Produksi beras nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Tingkat keberhasilan Pengaruh Karakteristik PPL programp penyuluhan Terhadap pertanian Keberhasilan Program penyuluhan. Keterangan : Mempengaruhi. Tinggi Sedang Rendah Ket : Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan Mempengaruhi
PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU/KHUSUS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI
BADAN PUSAT STATISTIK PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI (Berdasarkan : SK MenPAN Nomor 66/Kep/M.PAN/7/2003 (Perka BPS Nomor 16 Tahun 2008) Bagian Jabatan Fungsional TUJUAN PENETAPAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus
Lebih terperinci5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer
PENDAHULUAN Tujuan dan Keuntungan Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer Pengertian, Rumpun Jabatan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Jenjang Jabatan Tujuan dan Keuntungan 1.1. Tujuan Penetapan Jabatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.
PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, dan gairah kerja bagi Pegawai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian,
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN
IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh: Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN TUGAS
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN
IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh : Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya. bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata pencaharian petani. Secara otomatis peranan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang
Lebih terperinciBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 051 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta
TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya
Lebih terperinci2012, No
2012, No.882 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENGAWAS KUALITAS
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008
PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA
Lebih terperinciBAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR
BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,
Lebih terperinciCatatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia
Catatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia Oleh : Rusidi * Arsip sebagai rekaman informasi aktivitas seseorang, kegiatan pemerintahan dan pembangunan, dan rekaman kejadian atau peristiwa. Perjalanan hidup
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 051 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : a b bahwa dalam
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan sistem
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI D NOMOR SERI 2 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 00 NOMOR SERI D NOMOR SERI PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR TAHUN 00 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANGKA KREDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciTINJAUAN PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN PETANI PADI SAWAH DI WKPP SEI BERAS SEKATA, KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG
TINJAUAN PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN PETANI PADI SAWAH DI WKPP SEI BERAS SEKATA, KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH RINI ARDA SARI 040309007/PKP DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan
TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN RESCUER, KEAGAMAAN,
Lebih terperinciURAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER BERDASARKAN POSISI DAN KEDUDUKAN
URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER BERDASARKAN POSISI DAN KEDUDUKAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2015 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan keniscayaan dalam
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan keniscayaan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha serta mengentaskan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme
Lebih terperinciXXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM
XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997
Lebih terperinciPEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN
5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 71/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan
Lebih terperinci2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia
No.553, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Penandatanganan Keputusan dan Surat. Pemberian Kuasa. Pendelegasian Wewenang. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
- - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 0 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL, GURU DAN AUDITOR SERTA JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi isu yang sering dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan dianggap tidak mampu bersaing karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan
Lebih terperinciPengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pamong Budaya Melalui Penyesuaian/Inpassing
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pamong Budaya Melalui Penyesuaian/Inpassing Bahwa dalam rangka pengembangan karier, profesionalisme dan peningkatan kinerja organisasi, serta
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1
No.84,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Instruktur. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSTRUKTUR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi
TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah
Lebih terperinciDAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA
DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA ( Studi kasus di kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung) Oleh : Nataliningsih Abstrak Penyuluhan pertanian
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG
KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinci16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSINKRONISASI SKP DAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL NON PENELITI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017
SINKRONISASI SKP DAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL NON PENELITI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017 DASAR JABATAN FUNGSIONAL Undang-Undang NO. 5 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN NOMOR SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR TAHUN T E N T A N G PERUMUSAN BEBAN KERJA APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Lebih terperinci2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5
No.2075, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Jabatan Fungsional. AnalisPasir Hasil Perikanan. Pedoman Formasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PERMEN-KP/2016
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu
20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan Cross Sectional dengan metode survei yang menggunakan kuesioner, lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian atau sering disebut usahatani pada awalnya merupakan usaha yang bersifat mandiri ( subsistance farm), yaitu usaha yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciKep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI
Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI DISAMPAIKAN OLEH: KEDEPUTIAN BIDANG SDM APARATUR, KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REPORMASI BIROKRASI
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Deskripsi Singkat Instansi Biro Umum Sekretariat Daerah (SETDA) Provinsi Jawa Timur terdiri dari beberapa biro, salah satunya adalah biro umum. Kantor SETDA ini terletak
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang selanjutnya disebut dengan PUAP adalah bagian dari pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT-SURAT DI BIDANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad XXI yang dikenal sebagai abad informasi, teknologi, komunikasi, dan globalisasi di mana persaingan antar bangsa semakin ketat, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pada masa pembangunan seperti ini, Pemerintah sangat memperhatikan pendidikan bagi petani. Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran
No.1689, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. DosenUNHAN. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER -1005/K/SU/2010 TENTANG PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan
TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010
PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DASAR HUKUM 1. UU Nomor 8 Tahun 1974
Lebih terperinci2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege
No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Kepegawaian dan Diklat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Badan Kepegawaian dan Diklat Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu lembaga teknis daerah yang dibentuk
Lebih terperinciXV. PRANATA KOMPUTER
XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea
TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinci