HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA TESIS OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA TESIS OLEH"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA TESIS OLEH A G U S R I /AKK 0 OLEH : A G U S R I SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA T E S I S Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Oleh A G U S R I /AKK SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UAPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA Nama Mahasiswa : Agusri Nomor Pokok : Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof.Dr. Erman Munir, MSc) Ketua (Ir. Indra Chahaya, S, MSi) Anggota Ketua Program Studi, Direktur SPs USU, (Dr.Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc) Tanggal Lulus: 29 Mei 2008

4 Telah diuji pada : Tanggal 29 Mei 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Prof.Dr. Erman Munir, MSc : 1. Ir. Indra Chahaya, S, MSi. 2. Drs. Tukiman, MKM. 3. Drs. Amir Purba, MSi

5 PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PETANI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA PEUNAYAN KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA T E S I S Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, April 2008 Agusri

6 ABSTRAK Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Penyakit filariasis menimbulkan gejala berupa demam berulang, peradangan kelenjar/ saluran getah bening, oedema. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan bersifat menahun (kronis) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik masyarakat petani dengan upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Penayan kecamatan Nisam kabupaten Aceh Utara. Jenis penelitian ini adalah survey dengan tipe explanatory research. Metode pengumpulan data adalah dengan daftar pertanyaan, studi dokumentasi, wawancara dan pengamatan. Populasi penelitian adalah masyarakat petani yang berada di desa Peunayan. Sampel penelitian berjumlah 71 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan status sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, sarana prasarana, penyuluhan, dan informasi terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Ada hubungan sikap, keyakinan, dan perilaku petugas terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian selanjutnya menyarankan kepada petugas untuk meningkatkan perilakunya kearah yang lebih baik dalam memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakat, agar lebih yakin terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, memberikan penyuluhan yang kontinyu oleh petugas kepada masyarakat, adanya minat dan motivasi bagi peneliti yang lain untuk mengembangkan hasil penelitian dengan melakukan penelitian lebih mendalam di tempat-tempat yang lain. Kata Kunci : Karakteristik Masyarakat, Filariasis.

7 ABSTRACT The elephantiasis (filariasis) disease is a contagious chronically disease, which caused by filaria worm infection. The disease emerge symptom such as periodic fever, lymph gland chafe, edema. This spread by many kinds of mosquitoes and become chronic. This research is an explanatory survey research, which was done hypothesis examination on the research. The method of collecting the data conducted by questionnaire, by documentasion study, doing interview, and by research perhaps. The research location was held ini Peunayan Village in Nisam region of North Aceh, based on the highest MF-rate endemic area, and population was 71 responden. Based on the research outcome there is no relationship berween social, economic, education, knowledge, infrastructure and manufacture, information status with the prevention program of filariasis desease ini Peunayan village of Nisam region in North Aceh. Suggest to the heath officer to improve their behavior by giving continues counseling, give optimum health service to the society, so that the people become sure on the given health service, and also to give interest and motivation for other researchers to improve the research output by doing deeper research in other place. Keywods : The community Characteristic, Filariasis.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Kecamatan Nisam Kabupaaten Aceh Utara. Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk menyampaikan terima ksih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pasca Sarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 3. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pasca Sarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 4. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis ini. 5. Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku anggota pembimbing dalam penulisan tesis ini. 6. Dr. M. Nahrawi J. Hanafiah, Sp.OG, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara.

9 7. Isteri, anak-anak dan keluargaku yang tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan do a dalam menyelesaikan tesis ini. 8. Rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan USU seangkatan dan semua pihak atas dukungan moril dan material yang diberikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan tesis ini. Medan, April 2008 A g u s r i

10 RIWAYAT HIDUP Nama : Agusri Tempat/ Tanggal Lahir : Kecamatan Jeumpa, 17 Agustus 1968 Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : 1. Dosen FKM Unmuha Aceh 2. Dosen Stikes Mhd Lhokseumawe Nama Isteri Pekerjaan Isteri Nama Anak Nama Ayah Nama Ibu Alamat : Ns. Sri Andala, S.Kep : Pegawai Puskesmas : 1. Naufal Gusti 2. Kaisar Arif : Ismail Husen : Saidah Mahmud : Jl. Darussalam No.4.F - Lhokseumawe Pendidikan : 1. SD Negeri Cot Gadong Bireuen : Tamat Tahun SMP M.6 Lhokseumawe : Tamat Tahun SMA Negeri 1 Lhokseumawe : Tamat Tahun Akper Pemda Lhokseumawe : Tamat Tahun FKM Unmuha Aceh : Tamat Tahun Pasca Sarjana USU : sekarang

11 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian 1.4. Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Filariasis Mekanisme Penyebaran Penyakit Filariasis Agen (Penyebab Filariasis) Hospes Vektor Transmisi Filariasis Topografi Demografi Iklim Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Udara i ii iii v vi ix x

12 2.8. Karakteristik Masyarakat yang berhubungan dengan penyakit filariasis Kerangka Teoritis Model kerangka teori Model kepercayaan kesehatan Kerangka Konsep... BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional Metode Pengukuran Metode Analisis Data... BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Geografi Demografi Sarana Kesehatan Data Univariat BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Status Sosial Ekonomi Pendidikan Pengretahuan Sikap Keyakinan kepada Petugas Sarana Prasarana Penyuluhan Perilaku Petugas

13 5.9. Informasi... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA

14 DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 4.1 Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi, Pendidikan dan Pengetahuan di Desa Peunayan Distribusi Frekuensi Sikap, Keyakinan, Sarana prasarana, Penyuluhan Perilaku Petugas dan Informasi di Desa Peunayan Distribusi Frekuensi Tindakan Upaya Pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Pendidikan dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Sikap dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Keyakinan dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Sarana Prasarana dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel Hubungan Penyuluhan dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Tahun Hubungan Perilaku Petugas dan Tindakan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Hubungan Informasi dan Tindakan Upaya Pencegahan

15 Penyakit Filariasis di Desa Peunayan Koefisien Korelasi Guilford (tingkat hubungan diantara variabel)... 60

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan / Kuesioner. 82 Lampiran 2 : Master Data. 90 Lampiran 3 : Pengujian Data Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 6 : Peta Wilayah Aceh Utara...133

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas Sumber Daya Manusia (SDM), untuk itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dan strategis bagi pembangunan nasional, terutama bagi peningkatan SDM yang sehat, lebih produktif dan berdaya saing. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak terlepas dari faktor tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mendukung terwujudnya perubahanperubahan yang semakin nyata dalam pola hidup sehat bagi masyarakat (Depkes RI,1997) dalam Nuryanti (2005). Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan, mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Dari visi tersebut ada 3 prakondisi yang perlu dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yakni : lingkungan sehat, misalnya ; bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan memadai, perumahan dan pemukiman sehat, dan sebagainya. Perilaku sehat adalah perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan

18 atau kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat. Sedangkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat diartikan masyarakat memperoleh pelayanan dengan mudah dari tenaga kesehatan yang profesional. Untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 tersebut telah ditetapkan 4 misi pembangunan kesehatan, yaitu menegakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Selanjutnya, untuk merealisasi misi ini, jelas tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja, karena masalah kesehatan merupakan dampak dari semua sektor-sektor pembangunan. Oleh sebab itu, masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta (Notoatmodjo, 2005). Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Gejala-gejala berupa ; demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan bersifat menahun (kronis), ini dikarenakan adanya pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelamin, baik pada pria (scrotum) maupun pada wanita, bila tidak mendapat pengobatan dengan baik dapat menimbulkan kecacatan, hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja individu, keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Diperkirakan penyakit tersebut menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis seperti India, Banglades, Taiwan, China, Philipina, Africa,

19 Amerika Latin, daerah Pasifik dan negara-negara di Asia Tenggara. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 10 juta orang sudah terinfeksi penyakit kaki gajah terutama didaerah pedesaan dan sekitar 6500 orang sudah menjadi kronis (elephantiasis) (Depkes RI, 2001). Tingkat endemisitas penyakit kaki gajah hasil survei darah jari pada tahun 1999 masih tinggi dengan rata-rata Mf- rate 3,1% dengan rentangan 0,5 19,64%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat penularan penyakit kaki gajah di Indonesia masih tinggi, karena Mf rate yang dapat memutuskan rantai penularan adalah < 1%. Penyakit kaki gajah umumnya endemis di daerah dataran rendah, terutama di pedesaan di daerah pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan daerah hutan. Secara umum, penyakit kaki gajah brancofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Penyakit kaki gajah brancofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit kaki gajah malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Seram. Penyakit kaki gajah timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timori dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan (Depkes RI, 2001). Dari segi epidemiologi, penyakit ini memerlukan beberapa faktor untuk terjadinya penularan, diantaranya adanya manusia sebagai hospes, nyamuk sebagai vektor dan lingkungan yang mendukung kehidupan vektor. Di Indonesia telah diketahui ada 23 species nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonis, Aedes dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit filariasis. Nyamuk

20 tersebut tersebar luas di seluruh tanah air sesuai dengan keadaan lingkungan fisik dan biologik sebagai habitatnya. Selanjutnya pada tahun 1997 WHO membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah. Pada tahun 2000, WHO menetapkan komitmen global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah, (The Global Goal of Elimination of Limphatic Filariasis as a Public Health Problem By The Year 2020). Menyusul kesepakatan global tersebut, pada tahun 2002 Indonesia mencanangkan gerakan eliminasi penyakit kaki gajah disingkat Elkaga pada tahun Eliminasi Filariasis bertujuan untuk menurunkan prevalensi microfilaria - rate hingga dibawah 1%, sehingga filariasis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat (http :// php?ing=in&pg=3, 2007). Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), terutama di Kabupaten Aceh Utara, dari hasil survei di Kecamatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yaitu Kecamatan Langkahan ; di Desa Simpang Tiga dengan mf-rate 10,6%. Juga di Kecamatan Sawang ; di Desa Kuta Meuligo dengan mf-rate 8%. Serta di Kecamatan Nisam ; di Desa Peunayan, Seuneubok, Jeuleukat, Alue Sijeungkai dan Paloh Mambu dengan mf-rate 10,4% (Dinkes Kabupaten Aceh Utara, 2006). Hal ini menunjukkan prevalens microfilaria-rate filariasis secara umum di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) cukup tinggi, angka ini jauh di atas angka Survei Darah Jari (SDJ) yang telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1999 dengan rata-rata mikro Mf-rate 3,2%. Penelitian

21 terdahulu yang dilakukan di daerah Budong-budong Mamuju Sulawesi Selatan tahun , terhadap anggota masyarakat dari penduduk asli setempat diperoleh data bahwa lingkungan pedesaan mempunyai kecenderungan masyarakatnya mendapatkan mikrofilaria positif dibanding dengan masyarakat yang bermukim di pesisir pantai dimana ditemukan 87 orang penderita filariasis dari 480 orang yang diperiksa, yang terdiri dari laki-laki 22,6%, wanita 15,1% dengan perbandingan 1,5 dibanding 1, hal ini disebabkan laki-laki lebih sering terpapar dibanding dengan kaum wanita, bagi laki-laki lebih sering berada diluar rumah pada malam hari (Parewasi, 2001). Secara umum masyarakat petani di Kecamatan Nisam merupakan penduduk dengan pendidikan dan pengetahuan yang sangat rendah., daerah yang terpencil, ini menjadi hambatan bagi kelangsungan pencegahan penyakit filariasis di masyarakat tersebut. Mengacu pada kondisi masyarakat petani yang telah diuraikan di atas, dan didukung oleh data Mf-rate Filariasis masih tinggi, maka di kabupaten Aceh Utara perlu dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik masyarakat petani terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang penelitian dalam uraian di atas, maka permasalahan penelitian yaitu; sampai sejauh mana hubungan karakteristik masyarakat petani dengan upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan.

22 1.3. Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui hubungan karakteristik masyarakat petani dengan upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan Manfaat Penelitian. 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, sebagai bahan masukan atau informasi untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dimasa mendatang dalam rangka pencegahan penyakit filariasis. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan menambah perbendaharaan perpustakaan yang telah ada yang dapat menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya. 3. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari peneliti dan merupakan proses berfikir ilmiah dalam memahami dan menganalisa serta mengantisipasi masalah kesehatan yang ada Hipotesis Ada hubungan karakteristik masyarakat petani dengan upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Peunayan.

23 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Filariasis Filariasis atau yang disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi jenis parasit nematode atau oleh cacing filaria limfatik yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan merusak jaringan pada manusia yang mengenai kelenjar/saluran getah bening, dengan gejala akut berupa demam berulang, disertai tanda-tanda peradangan kelenjar/saluran getah bening serta pada stadium lanjut berupa cacat anggota tubuh. Cacing tersebut hidup dikelenjar dan saluran getah bening (limfe) sehingga menimbulkan peradangan pada kelenjar dan saluran getah bening (adenolymphangitis) terutama didaerah pangkal paha dan ketiak. Peradangan ini disertai demam yang timbul berulang kali dan dapat berlanjut menjadi abses yang dapat pecah dan menimbulkan jaringan parut. Filariasis dapat menyerang laki-laki dan perempuan untuk semua golongan umur. Apabila tidak mendapatkan pengobatan yang sempurna dapat menimbulkan cacat menetap yang sukar disembuhkan berupa pembesaran pada kaki (seperti kaki gajah), lengan, payudara, buah zakar (scrotum) dan kelamin wanita ( http ://health-irc.or.id/spm, 2004). Penyakit kaki gajah banyak ditemukan di daerah khatulistiwa dan penyakit ini endemis di daerah dataran rendah, terutama di pedesaan, daerah pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan daerah hutan. Secara umum, penyakit kaki gajah

24 bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Penyakit kaki gajah Wuhereria bancrofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Provinsi Irian Jaya dan beberapa daerah lain di Indonesia, sedangkan Wuchereria bancrofti tipe perkotaan dan sekitarnya seperti Jakarta, Bekasi, Semarang, tangerang, Pekalongan dan Lebak (Banten). Penyakit kaki gajah malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Pulau Seram. Penyakit kaki gajah timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timori dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan. Pengetahuan tentang epidemiologi penyakit kaki gajah harus dipahami untuk mencapai keberhasilan upaya pencegahan. Epidemiologi penyakit kaki gajah mencakup pengetahuan tentang penyebab penyakit (agen), (hospes) manusia yang rentan dan beberapa jenis hewan, vektor sebagai penular penyakit, lingkungan yang sesuai untuk tertahannya penyakit ( Achmadi, 2004b, IRc.or.id/SPM, 2004) 2.2. Mekanisme Penyebaran Penyakit Filariasis Agen (Penyebab filariasis) Penyebab filariasis adalah parasit nematode jaringan. Ada tiga jenis nematoda jaringan yang ditemukan di Indonesia sebagai penyebab filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori (Ditjen PPM & PL, 2002). a. Wuchereria bancrofti. Wuchereria bancrofti merupakan parasit manusia yang menyebabkan filariasis bancrofti atau wuchereriais bancrofti. Penyakit ini tergolong ke dalam

25 filariasis limfatik. Parasit ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis. Cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran mmx0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisitas. Pada umumnya mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam hari. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam (paru-paru, jantung, ginjal dan sebagainya). Daur hidup Wuchereria bancrofti memerlukan waktu sangat panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk kira-kira 2 minggu dan masa pertumbuhan parasit didalam tubuh manusia kira-kira 7 bulan. Di daerah perkotaan parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinguefasciatus. Di pedesaan vektor penularannya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes (Ditjen PPM&PL, 2002). b. Brugia malayi Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian yaitu yang hidup pada manusia dan yang hidup manusia dan hewan, misalnya kucing, kera dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi disebut filariasis malayi. Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55 mm x 0,16 mm dan yang jantan mm x 0,09 mm, dan cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung.

26 Ukuran mikrofilaria Brugia malayi adalah mikron x 8 mikron. Perioditas mikrofilaria Brugia malayi adalah periodik nokturna, sub periodik nokturna, atau non periodik mikrofilaria terdapat dalam darah tepi siang dan malam, tetapi jumlahnya lebih banyak pada waktu malam hari. Daur hidup didalam nyamuk kurang dari 10 hari dan pada manusia kurang dari 3 bulan. Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup pada hewan di tularkan nyamuk mansonia (Ditjen PPM&PL, 2002). c. Brugia timori Penyakit yang di sebabkan oleh Brugia timori disebut filariasis timori. Cacing dewasa betina dan jantan hidup di saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran mm x 0,1 mm dan yang jantan mm x 0,08 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria Brugia timori adalah mikron x 7 mikron. Perioditas mikrofilaria Brugia timori adalah periodik nokturna. Daur hidup didalam nyamuk kurang dari 10 hari dan pada manusia kurang dari 3 bulan. Brugia timori yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris Hospes Pada dasarnya semua manusia dapat terjangkit penyakit kaki gajah apabila digigit nyamuk vektor yang infektif (mengandung larva stadium 3). Vektor infektif mendapat mikrofilaria dari orang-orang setempat yang mengidap mikrofilaria dalam darahnya. Pada kenyataannya disuatu daerah endemis tidak semua orang terinfeksi

27 dan semua orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Meskipun tanpa gejala tetapi sudah terjadi perubahan-perubahan patologis. Semakin lama pendatang menempati daerah endemis kaki gajah maka akan lebih besar kemungkinan terkena infeksi (misalnya transmigran) lebih banyak menunjukkan gejala, tetapi pada pemeriksaan darah jari lebih sedikit yang mengandung mikrofilaria atau dengan kata lain biasanya pendatang baru ke daerah endemik lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan infeksi (exposure) sebagai contoh sering melakukan kerja malam atau berkumpul di luar pada waktu tengah malam. Juga gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat dari pada pekerjaan fisik wanita. Tipe Brugia malayi sub periodik yang dapat hidup pada hewan yang dapat hidup di hospes perantara. Hospes perantara yang terpenting adalah kera terutama jenis presbytis, di samping kucing walaupun tingkat prevalensi umumnya rendah (Ditjen PPM&PL, 2002) Vektor Banyak species nyamuk telah ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. Wuchereria bancrofti yang terdapat didaerah perkotaan (urban) ditularkan oleh Cx.quinguefasciatus yang menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya. Sedangkan untuk di daerah pedesaan (rural) dapat ditularkan oleh berbagai macam species nyamuk. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh berbagai species nyamuk

28 mansonia seperti Mn.uniformis, Mn.bonneae, Mn.dives dan lain-lain, yang berkembang didaerah rawa. Brugia timori yang periodik ditularkan oleh An.barbirostis yang memakai sawah sebagai tempat perindukannya. Brugia timori merupakan species baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur, ditularkan oleh An.barbirostis yang berkembang biak di daerah sawah, baik didekat pantai maupun di daerah pedalaman (Ditjen PPM&PL, 2002). a. Daur hidup nyamuk Dalam hidupnya nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, yaitu bentuk telur, larva, pupae dan bentuk nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa hidup di alam bebas, sedangkan ketiga stadium lainnya hidup dan berkembang di dalam air. Telur culex berkelompok membentuk rakit banyak dijumpai pada genangan air kotor (comberan, got, parit, dll). Pada Mansonia telur diletakkan di balik permukaan tumbuhan air dan banyak dijumpai pada genangan air dengan tumbuhan tertentu (pistia, enceng, dll) (Depkes RI, 2001). Setelah satu atau dua hari di dalam air telur akan menetas, keluarlah jentik yang pertumbuhannya mengalami pergantian kulit sebanyak 4 kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik adalah 8 10 hari tergantung pada makanan, suhu serta species nyamuk. Masing-masing stadium larva dari masing-masing genus adalah berbeda. Larva Culicini membentuk sudut permukaan air, Mansonia larvanya tergantung/melekat pada akar tumbuhan air, pada Culicini waktu yang diperlukan sejak telur diletakkan hingga dewasa adalah 1 2 minggu.. Dari stadium jentik

29 kemudian akan tumbuh menjadi kepompong yaitu stadium tidak makan dan pada tingkatan ini dibentuk alat-alat nyamuk dewasa. Jumlah nyamuk jantan dan nyamuk betina yang menetas dari kelompok telur pada umumnya hampir sama banyaknya (1:1). Setelah menetas nyamuk melakukan perkawinan yang biasanya terjadi pada waktu senja. Perkawinan hanya terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah. Nyamuk jantan umurnya lebih pendek dari nyamuk betina dengan jarak terbang tidak jauh dari tempat perindukannya. Nyamuk betina umurnya lebih panjang dari nyamuk jantan, perlu menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Dapat terbang jauh antara 0,5 sampai lebih kurang 2 Km (Depkes RI, 2001). b. Perilaku nyamuk Menurut Depkes RI (2001), perilaku dan hidup nyamuk selalu memerlukan 3 tempat untuk kelangsungan hidupnya, yaitu : (i). Perilaku mencari darah Beberapa species nyamuk aktif mencari darah pada malam hari saja, tetapi ada pula yang aktif mencari darah pada siang hari saja, serta ada pula yang menggigit baik siang maupun malam hari. Keaktifan nyamuk berbeda-beda ada yang aktif mencari darah ketika mulai senja, tetapi ada juga yang aktif mencari darah mulai tengah malam hingga pagi hari. Dihubungkan dengan tempat, ada species nyamuk yang aktifitas menggigit lebih cenderung di dalam rumah (Indofagik), namun ada pula yang cenderung menggigit diluar rumah saja (Eksofagik). Berdasarkan pada macam darah yang disenangi, dapat dibedakan antara nyamuk yang menggigit

30 manusia saja (anthropopilik) dan ada pula yang hanya menggigit hewan (zoopilik). Untuk mempertahankan hidupnya nyamuk betina memerlukan darah bagi proses pertumbuhan telurnya. Tiap beberapa hari secara periodik nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada masing-masing species dan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti suhu dan kelembaban. (ii). Perilaku istirahat Istirahat bagi nyamuk memiliki arti, istirahat yang sebenarnya menunggu proses pematangan telur dan istirahat sementara yaitu pada saat nyamuk masih aktif mencari darah. Pada waktu malam hari ada nyamuk yang masuk ke dalam rumah hanya untuk menghisap darah dan kemudian keluar, ada pula yang sebelum menggigit maupun yang sudah menggigit hinggap pada dinding rumah untuk istirahat. (iii). Perilaku berkembang biak Nyamuk mempunyai kemampuan untuk memilih perindukan atau tempat untuk berkembang biak sesuai dengan kebutuhannya. Ada species yang senang terkena matahari langsung dan ada pula yang memilih pada tempat yang teduh, ada yang senang di air payau, ada yang di air jernih tetapi ada pula yang senang di air kotor. c. Tempat berkembang biak nyamuk Tempat berkembang biak nyamuk adalah pada genangan-genangan air. Pemilihan tempat peletakan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat pembiakan dilakukan secara turun temurun

31 oleh seleksi alam. Satu tempat perindukan Cx.Fatigans, menyukai genangan air dengan populasi tinggi. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi genangan air dibedakan dalam beberapa tipe sebagai berikut : (i). Genangan air yang besar : (a). Genangan air sementara atau tetap, yang terdiri atas tawar atau air payau ; rawa-rawa, danau, kolam ikan, muara sungai, waduk, paya-paya, lagun, sawah. (b). Air mengalir : mata air, anak sungai, terusan atau kanal, sungai. (c). Genangan air sementara : alamiah (air hujan, air ditepi sungai, kubakan), buatan (parit-parit irigasi dari kanal, sawah, got buangan air limbah). (ii). Genangan air yang kecil : (a). Alamiah (lubang dipohon, pelepah daun, tonggak bambu atau kecil). (b). Buatan manusia (tangki air, bak mandi, drum, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, sumur, jamban yang tidak terpakai) (Depkes RI, 2001) Transmisi Filariasis Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk vektor yang mengandung larva infektif atau larva stadium-3 (L3). Nyamuk vektor dapat menjadi infektif apabila nyamuk tersebut menghisap darah dari orang atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria. Dengan demikian, manusia atau hospes reservoir yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya merupakan sumber penularan. Kemampuan nyamuk vektor untuk

32 mendapatkan mikrofilaria saat menghisap darah terbatas. Apabila mikrofilaria terlalu banyak terhisap oleh nyamuk vektor maka dapat menyebabkan kematian nyamuk vektor tersebut. Sebaliknya apabila mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor terlalu sedikit maka kemungkinan terjadinya transmisi menjadi kecil (Ditjen PPM & PL, 2002). Pada saat nyamuk menggigit kulit manusia maka larva L3 akan keluar dari proboscis bersama air liur nyamuk. Pada saat nyamuk menarik probosisnya maka larva L3 akan masuk melalui luka bekas gigitan nyamuk menuju ke system limfe. Untuk Brugia malayi dan Brugia timori dalam kurun waktu lebih 3,5 bulan, larva L3 akan menjadi cacing dewasa, sedangkan untuk Wuchereria bancrofti diperlukan waktu kurang lebih 9 bulan. Bila seseorang yang rentan terhadap penyakit kaki gajah terinfeksi maka orang tersebut akan menunjukkan gejala penyakit kaki gajah. Seseorang dapat terinfeksi penyakit kaki gajah, apabila orang tersebut mendapat gigitan dari nyamuk vektor ribuan kali. Hal ini sangat berbeda dengan transmisi yang terjadi pada penyakit malaria dan demam berdarah. Dengan demikian, kepadatan vektor dalam penularan penyakit kaki gajah sangat berperan. Selain itu pengaruh faktor lingkungan terutama suhu dan kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk dalam vektor. Transmisi tidak dapat terjadi apabila umur nyamuk vektor kurang dari masa inkubasi ekstrinsik dari parasit. Masa inkubasi ekstrinsik yaitu waktu yang diperlukan untuk perkembangan mikrofilaria. Masa inkubasi ekstrinsik untuk Wuchereria bancrofti antara hari sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori antara 8-10 hari (Ditjen PPM & PL, 2002).

33 2.5. Topografi Topografi adalah rata-rata jarak ketinggian (kontur) suatu wilayah yang dihitung dari permukaan laut. Topografi berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk. Setiap kenaikan 100 meter suatu tempat maka selisih suhu udara dengan tempat semula adalah setengah derajat celcius. Bila perbedaan tempat cukup tinggi maka perbedaan suhu udara juga akan cukup banyak dan akan mempengaruhi pula faktor-faktor yang lain, seperti penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasit/larva didalam tubuh nyamuk dan musim penularan. Susunan geologi mempengaruhi kesuburan tanah dan penyerapan air oleh tanah. Kesuburan tanah akan mempengaruhi kehidupan nyamuk seperti tempat hinggap istirahat, sumber makanan serta musuh alami nyamuk. Penyerapan air oleh tanah akan mempengaruhi lama genangan air di tanah, yang berarti dapat tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk (breading places). Jentik-jentik nyamuk Mansonia sp dan Culex sp lebih menyukai genangan air yang sudah lama, tetapi jentik Anopheles ada yang menyukai genangangenangan air yang baru (Depkes RI, 2001) Demografi Pola penyakit di wilayah yang penduduknya belum berkembang secara sosial dan ekonomi, berlainan dengan pola penyakit disuatu wilayah yang penduduknya lebih maju secara sosial dan ekonomi. Perubahan dalam pola penyebaran dan prevalensi penyakit banyak disebabkan oleh pengaruh dan intervensi manusia (Loedin, 1992) dalam Raharjo, 1998).

34 2.7. Iklim Iklim adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya dan angin. Iklim ada dua macam, yaitu iklim makro dan iklim mikro. Iklim makro adalah keadaan cuaca rata-rata di suatu daerah. Sedangkan iklim mikro adalah modifikasi sampai satu tingkat tertentu dari keadaankeadaan iklim makro. Perbedaan suhu dan kelembaban udara dalam beberapa derajat dapat terjadi diantara iklim mikro dan iklim makro. Faktor iklim mempengaruhi kejadian dan penyebaran penyakit infeksi secara langsung maupun tidak langsung baik terhadap mikroorganisme pathogennya, vektor, reservoir dan penjamu seperti malaria, schistosomiasis, filariasis, pes, rift valolley dan DBD. Perubahan iklim dapat berdampak negatif terhadap kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung berakibat pada peningkatan berbagai kejadian penyakit, termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor (Suroso, 2001). Iklim juga berpengaruh terhadap media transmisi penyakit, misalnya vektor akan berkembang biak dengan optimum apabila suhu, kelembaban, zat hara semua semua tersedia dalam jumlah yang optimum untuk kehidupannya. Pada keadaan optimum, nyamuk akan cepat sekali berubah dari fase telur mencapai fase dewasa, misalnya 7 hari atau kurang. Sedangkan apabila lingkungan tidak mengizinkan, maka siklus ini akan sangat berlangsung lama (Sumirat, 2000). Menurut Tjasyono (1995) dalam Setyawati (2004), ada 2 aspek dasar pengaruh iklim pada penyakit, pertama adalah hubungan faktor iklim terhadap organisme penyakit atau penyebarannya dan kedua adalah pengaruh cuaca dan iklim

35 terhadap ketahanan tubuh. Banyak penyakit yang berkaitan dengan iklim dan musim tertentu, terutama dengan suhu dan kebasahan. Sejumlah parasit yang menyerang manusia terbatas pada daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembab. Beberapa penyakit tergantung pada binatang perantara dan terbatas pada lingkungan yang menguntungkan hewan tersebut, seperti demam kuning dan penyakit malaria disebabkan oleh jenis nyamuk tertentu yang berkembang biak dengan pesat didaerah beriklim tropis. Dampak perubahan iklim yang mungkin pada sisi kesehatan adalah pengaruh langsung terhadap fisik dan psikis manusia dan tidak langsung melalui perantara seperti virus, bakteri, nyamuk, lalat dan lain-lain atau kejadian lingkungan yang ekstrem seperti banjir atau kekeringan (Winarso, 2001) Curah Hujan Banyaknya hujan mempengaruhi kelembaban udara dan suhu. Hujan selain menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara juga menambah jumlah tempat perkembangbiakan (breading places). Curah hujan yang lebat menyebabkan bersihnya tempat perkembangbiakan vektor, karena jentiknya hanyut dan mati. Kejadian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk biasanya meningkat beberapa waktu sebelum atau sesudah musim hujan lebat. Curah hujan yang tidak terlalu lebat tetapi dalam jangka waktu lama, akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik (Raharjo, 1998).

36 Suhu udara Nyamuk adalah hewan berdarah dingin dan karenanya proses-proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Suhu ratarata optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah derajat celcius. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai di bawah suhu kritis dan pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologisnya. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 derajat celcius atau lebih dari 40 derajat celcius. Toleransi terhadap suhu tergantung pada species nyamuknya, tetapi umumnya suatu species tidak akan tahan lama bila suhu lingkungan meninggi 5-6 derajat celcius diatas batas dimana species secara normal dapat beradaptasi. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolisme yang sebagian diatur oleh suhu. Suhu yang tetap lebih dari derajat celcius akan mengurangi rata-rata umur populasi nyamuk (Depkes RI, 2001) Kelembaban udara Umur (Longevity) nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kalau dalam udara ada kekurangan air yang besar, maka udara ini mempunyai daya penguapan yang besar. Sistem pernafasan pada nyamuk adalah menggunakan pipa udara yang disebut spiracle. Adanya spiracle yang terbuka tanpa ada mekanisme pengaturnya, pada waktu kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk mengakibatkan keringnya cairan tubuh nyamuk. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan. Kebutuhan kelembaban yang tinggi mempengaruhi nyamuk untuk

37 mencari tempat yang lembab dan basah di luar rumah sebagai tempat istirahat pada siang hari, oleh karena kelembaban yang tinggi tidak terdapat di dalam rumah kecuali di daerah-daerah tertentu. Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk (Achmadi, 2001a) Karakteristik masyarakat yang berhubungan dengan penyakit filariasis Karakteristik yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi, salah satunya penyakit filariasis di samping adanya bibit atau kuman penyakit, dapat juga berhubungan dengan beberapa karakteristik antara lain status sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, sarana prasaran, perilaku petugas, peyuluhan dan informasi Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang makanan, juga semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat (BPS, 2006). Tingkat ekonomi yang mapan memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang bekerja atau penghasilan rendah) yang memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis

38 pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibanding dengan penghasilan rendah, akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Zacler, 1969 dalam Notoatmodjo, 1997). Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan, data survey kesehatan nasional tahun 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2000) Pendidikan Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan. Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku (Notoatmodjo, 1997). Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :

39 a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidikan (pelaku pendidikan). b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain). c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (1996) konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat). Mariani (1998) mengatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan formal serta keikutsertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua dan anak-anak sangat penting dalam menentukan status kesehatan, fasilitas dan status gizi keluarga seperti halnya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Hal ini akan membantu pula memperlancar komunikasi serta mempengaruhi pemberian dan penerimaan informasi tentang kesehatan dan dapat lebih mudah diterima oleh individu dan masyarakat sehingga mereka mampu menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam kehidupan sehari-hari. Koentjoroningrat (1997) mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk dapat menyerap pengetahuan.

40 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Bloom, 1908) dalam Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. a. Proses adaptasi perilaku Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu : (i). Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). (ii). Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

41 (iii).evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. (iv).trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. (v).adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif (i). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. (ii). Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang dilakukan dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap yang dipelajari. (iii). Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini diartikan sebagai

42 penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. (iv). Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. (v). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003) Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

43 tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Newcomb, menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu ; kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Menurut Purwanto (1999) sikap dapat dibedakan dalam : a. Sikap positif, yaitu kecenderungan pendidikan mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. b. Sikap negatif terhadap kecenderungan pendidikan untuk menjalani, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu. Purwanto (1999) juga mengatakan bahwa sikap mempunyai tingkatantingkatannya yakni:

44 a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu-ibu lain untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko, adalah merupakan sikap yang paling tinggi, meski mendapat tantangan dari pihak lainnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, salah satunya adalah pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik adalah penyalit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan berdampak pada kerusakan sistem limfe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis banyak menghadapi masalah kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu penyakit

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Filariasis atau Elephantiasis atau disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular merupakan penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular menjadi masalah kesehatan yang besar hampir di semua negara berkembang

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda, penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah dan di beberapa daerah menyebutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filariasis 2.1.1. Pengertian Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Penyakit Filariasis 2.1.1. Pengertian Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan karena cacing filaria, yang hidup

Lebih terperinci

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008 ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008 Yuanita, 2004, Pembimbing: Felix Kasim, Dr, dr, M.Kes dan Susy Tjahjani, dr, M.Kes Filariasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Konsep kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah. BAB 1 RANGKUMAN 1.1. Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah. 1.2. Pemimpin / Penanggung Jawab Penelitian akan dipimpin langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti dan Aedes

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP PENYAKIT FILARIASIS LIMFATIK DI DESA BONGAS KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 Ayu Faujiah, 2011. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2002 2010 Eko Santoso, 2011; Pembimbing I : Winsa Husin., dr., M.Sc.,M.Kes. Pembimbing II: Rita Tjokropranoto., dr.,m.sc.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 013 Hal : 16-166 Penulis : 1. Juhairiyah. Budi Hairani Korespondensi : Balai Litbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah serangga yang bentuknya langsing, halus, distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari 3.000 spesies, stadium larva dan pupanya hidup di air (Garcia

Lebih terperinci

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN 7 Candriana Yanuarini ABSTRAK Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 2012 Ety Rahmawati 1, Johanis Jusuf Pitreyadi Sadukh 2, Oktofianus Sila 3 1 Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Filariasis 1. Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran

Lebih terperinci

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN SKRIPSI FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Komunitas WELLY BP. 07121017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi klinis yang luas yang menyebabkan angka kesakitan dan kecacatan yang tinggi pada mereka yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Filariasis 1. Pengertian Filariasis Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Filariasis limfatik adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana saat dewasa hanya bisa hidup di sistem limfatik manusia. Penularannya

Lebih terperinci

Prevalensi pre_treatment

Prevalensi pre_treatment Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL Sebanyak 757 responden berpartisipasi pada pemeriksaan darah sebelum pengobatan masal dan 301 responden berpartisipasi pada pemeriksaan darah setelah lima tahun pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes aegypti habitatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : SERI ASTUTI HASIBUAN NIM. 101000322

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE 1999 2010 Prayudo Mahendra Putra, 2011; Pembimbing I : Budi W. Lana., dr., MH Pembimbing II: Freddy T. Andries., dr.,ms Filariasis adalah penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit utama pada negara tropis dan subtropis. DBD terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Insidensi pada negara beriklim hangat lebih tinggi dari negara yang beriklim sedang, kondisi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis 2.1.1 Etiologi dan Penularan Filariasis Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing Filaria. Filariasis di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci