NEUTROSOFIK LIMIT DAN PENGHITUNGANNYA
|
|
- Hartanti Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NEUTROSOFIK LIMIT DAN PENGHITUNGANNYA Suryoto Departemen Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 575 Abstract. Neutrosophic it means the it of a neutrosophic function. This article discusses the neutrosophic it and the algebraic aspects related, including neutrosophic function, neutrosophic mereo-it, neutrosophic it and it s calculation. The rules and the calculation method of neutrosophic it similar to the rules and the method for calculating the classical it, only the role of independent variables in the classical it is taken over by a closed interval which is a subset of the set of real numbers. Keywords : neutrosophic function, neutrosophic mereo-it, neutrosophic it.. PENDAHULUAN Neutrosofik it adalah perluasan dari it klasik, it ini merupakan it dari neutrosofik fungsi. Neutrosifik it ini telah diperkenalkan oleh Smarandache [] pada tahun 5. Jadi konsep it ini relatif masih baru dalam khasanah ilmu matematika, khususnya di bidang kalkulus. Untuk membahas neutrosofik it, perlu diperkenalkan suatu unsur neutrosofik yang dinamakan indeterminasi yang dapat diartikan sebagai suatu ketidak-pastian. Pada [], [3], dan [4] telah diperkenalkan unsur neutrosofik sebagai suatu unsur yang bersifat idempoten terhadap operasi perkalian dan dikenal dengan istilah indeterminate atau indeterminasi. Unsur ini memegang peranan penting dalam pembahasan yang berkaitan dengan konsep ke-neutrosofik-an secara umum. Pada makalah ini unsur neutrosofik sebagai suatu indeterminasi dinotasikan dengan. Pada makalah ini dibahas tentang neutrosofik it dan aspek aljabar yang terkait, terutama yang berkaitan dengan definisi dasar neutrosofik it, analasis it dengan definisi dan penghitungan neutrosofik itnya.. HASIL DAN PEMBAHASAN..Neutrosofik Fungsi Sebagai awal pembahasan berikut ini diberikan pengertian neutrosofik fungsi. Namun sebelumnya diberikan lebih dahulu beberapa definisi dasar sebagai berikut Definisi.[] Suatu neutrosofik relasi himpunan bagian antara dua himpunan dan adalah himpunan semua pasangan terurut,, dengan himpunan bagian dari dan himpunan bagian dari, dengan suatu indeterminate Di dalam suatu neutrosofik relasi selain memuat pasangan terurut, dengan derajat keanggotaan, ada kemungkinan juga memuat pasangan terurut,, dengan himpunan bagian dari dan himpunan bagian dari, yang mungkin menjadi anggota tetapi tidak diketahui berapa derajat keanggotaannya atau menjadi anggota tidak sepenuhnya dengan nilai neutrosofik,,, dimana < adalah derajat keanggotaan di dalam, menyatakan derajat keanggotaan dari indeterminate, dan menyatakan bukan anggota dari. Contoh. Diberikan relasi,3,5,,4,6 dengan,,,3,5,4,6,3,4.,.,.,5,,4? maka dari relasi ini dapat dilihat bahwa,, dan,, adalah anggota tegas dari, sedangkan,3,4 menjadi anggota sebagian di dalam, yaitu 7% menjadi anggota, % 3
2 Suryoto (Neutrosofik Limit dan Penghitungannya) keanggotaan indeterminate, dan % bukan anggota, dan 5,,4 ada kemungkinan menjadi anggota, tetapi tidak diketahui berapa derajat keanggotaannya di dalam. Definisi.3 [] Suatu neutrosofik fungsi himpunan bagian adalah suatu neutrosofik relasi himpunan bagian sedemikian hingga jika terdapat himpunan bagian dari dengan dan, maka. Sebagai bentuk/kejadian khusus dari suatu neutrosofik relasi, suatu neutrosofik relasi tegas antara dua himpunan dan adalah relasi klasik (relasi tegas) yang mempunyai beberapa indeterminate. Suatu neutrosofik relasi tegas dapat memuat pasangan terurut klasik yang pasti,, dengan dan dan pasangan terurut potensial,, dengan dan, yang tidak ada kepastian apakah ada atau tidaknya relasi antara dan, akan tetapi jika ada relasi antara dan, maka prosentasenya senantiasa lebih kecil dari %. Contoh.4 Diberikan neutrosofik relasi :,,3 4,5,6,7 yang didefinisikan sebagai dengan,4,,5,3,6.,.,., 3,7?,,7? maka dapat dilihat bahwa pasangan terurut,4,,5 adalah anggota tegas atau anggota pasti dari (% anggota ), sedangkan pasangan terurut 3,6 hanya 6% menjadi anggota, % keanggotaan indeterminate, dan % bukan anggota, dan pasangan,7 serta 3,7 tidak diketahui berapak derajat keanggotaannya di dalam. Definisi.5 [] Suatu neutrosofik fungsi tegas : adalah neutrosofik relasi tegas sedemikian hingga jika terdapat anggota dengan dan, dengan, maka. Dalam hal ini, neutrosofik fungsi secara umum tidak lain adalah neutrosofik relasi. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh neutrosofik fungsi. Contoh.6 Ditinjau fungsi :,,3 4,5,6,7 yang didefinisikan dengan 4, 5 atau 6, dan 37, atau secara diagram dipunyai 3 Gambar. Diagram Penyajian Garis putus-putus menyatakan bahwa tidak adanya kepastian apakah berelasi dengan 5 ataukah berelasi dengan 6. Dalam bentuk himpunan pasangan terurut, fungsi tersebut dituliskan sebagai,4,,5?,,6?,3,7 Contoh.7 Ditinjau fungsi :,,3 4,5,6,7 yang didefinisikan dengan 4, tetapi 5 dan 6 serta 37, atau secara diagram dipunyai Gambar. Diagram Penyajian Dalam bentuk himpunan diperoleh,4,,5,,6,,7. Contoh.8 Ditinjau suatu neutrosofik fungsi sepotong-sepotong h R (R) dengan h h,h,untuk < h,h,untuk dalam bentuk neutrosofik grafiknya sebagai berikut : 4
3 Jurnal Matematika Vol. 9, No. 3, Desember 6 : 3 - h h Gambar.3 Grafik neutrosofik fungsi h Dari neutrosofik fungsi tersebut diperoleh hh,h yang merupakan sebuah segmen garis vertikal...neutrosofik Limit Fungsi Neutrosofik it fungsi yang diud pada pembahasan ini adalah it dari suatu neutrosofik fungsi. Sebagai awal pembahasan ditinjau grafik dari neutrosofik fungsi R (R) berikut. Gambar.4 Grafik neutrosofik fungsi dengan neutrosofik fungsi -nya adalah,,untuk,,untuk > yang merupakan fungsi sepotongsepotong. Dengan menggunakan metode neutrosofik grafik diperoleh neutrosofik it kiri, dan neutrosofik it kanannya, h h Terkait dengan dua neutrosofik it sepihak tersebut, berikut ini diberikan definisi tentang neutrosofik mereo-it suatu fungsi yang dikarakterisasi oleh irisan kedua neutrosofik it tersebut yang bukan merupakan himpunan kosong. Definisi.9 [] Diberikan neutrosofik fungsi. Neutrosofik mereo-it dari didefinisikan sebagai irisan dari neutrosofik it kiri dan neutrosofik it kanan, bilamana irisan tersebut bukan merupakan himpunan kosong, sedangkan jika irisan kedua neutrosofik it tersebut merupakan himpunan kosong, maka dikatakan neutrosofik mereo-it dari tidak ada. Selanjutnya neutrosofik it dari ada jika neutrosofik it kiri dan neutrosofik it kanannya ada dan sama, jika tidak demikian, maka dikatakan neutrosofik it dari tidak ada. Berikut ini diberikan contoh neutrosofik mereo-it dari suatu neutrosofik fungsi. Contoh. Dari fungsi pada Bagian., diperoleh,,, jadi neutrosofik mereo-it dari ada, akan tetapi karena,, maka tidak mempunyai neutrosofik it, atau dengan kata lain, neutrosofik it dari tidak ada..3.definisi untuk Neutrosofik Limit Sebelum membahas definisi untuk neutrosofik it dari suatu fungsi, diberikan terlebih dulu pengertian norm di dalam pembahasan teori it. Ditinjau fungsi (R) R + dengan R menyatakan himpunan semua bilangan real dan (R) menyatakan himpunan kuasa dari himpunan R. Untuk sebarang himpunan (R), didefinisikan : 5
4 Suryoto (Neutrosofik Limit dan Penghitungannya) dengan menyatakan nilai mutlak dari dan merupakan himpunan batasbatas dari, dengan demikian inf, sup. Definisi untuk Neutrosofik Limit Kiri dan Limit Kanan Misalkan (R) (R) suatu neutrosofik fungsi. Definisi dari neutrosofik it kiri merupakan perluasan dari definisi it kiri klasik, dimana peran nilai mutlak digantikan dengan notasi η, demikian pula peran skalar digantikan dengan himpunan atau dengan kata lain himpunan dapat dipandang sebagai pendekatan dari skalar. Dengan demikian dipunyai definisi berikut ini. Definisi. Suatu neutrosofik fungsi dikatakan mempunyai it kiri di, dituliskan jika untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η, < maka η, <. Sementara itu untuk neutrosofik it kanannya dapat didefinisikan dengan cara serupa, seperti diberikan oleh definisi berikut. Definisi. Suatu neutrosofik fungsi dikatakan mempunyai it kanan di, dituliskan jika untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η, < maka η, <. Selanjutnya, untuk definisi umum neutosofik it diberikan oleh definisi berikut. Definisi.3 Suatu neutrosofik fungsi dikatakan mempunyai it di, dituliskan jika untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η,<. Berikut diberikan contoh terkait dengan definisi untuk neutrosofik it fungsi. Contoh.4 Dari fungsi pada bagian., jika diambil 3, serta diberikan sebarang >, maka η,,, η,3< inf, <3 inf,, sup, sup, η,3<, <3 <. Sementara itu η,3< dapat diartikan sebagai 3 <, sebagaimana dalam kalkulus klasik. Selanjutnya η,3<, < <3 diartikan sebagai < dan <, jika 3 < dan 3. Selanjutnya diberikan contoh analisis untuk neutrosofik it kiri dan it kanan dari suatu neutrosofik fungsi. Contoh.5 Pandang neutrosofik fungsi R (R) yang didefinisikan dengan,,untuk,,untuk > dimana +, untuk,; +4, untuk,;, untuk,; dan 3, untuk,. Grafik dari fungsi neutrosofik adalah : 6
5 Jurnal Matematika Vol. 9, No. 3, Desember 6 : Gambar.5 Grafik neutrosofik fungsi Diambil sebarang >, dari fungsi sepotong-sepotong dan diperoleh + <, bilamana < Dengan demikian dapat dipilih. Selanjutnya <, jika <, sehingga dapat dipilih. Jadi untuk sebarang >, terdapat min, (karena <<), yang memperlihatkan bahwa neutrosofik it kirinya ada. Dengan cara serupa, jika diambil sebarang >, untuk neutrosofik it kanannya diperoleh : η,,,3 η,< inf, > inf,3, sup, sup,3 η,<, 3 > < yang berarti bahwa < dan 3 <, bilamana < dan >. Dengan demikian < sehingga dapat dipilih dan < yang senantiasa benar untuk setiap >. Jadi dalam hal ini dapat diambil dan benar bahwa neutrosofik it kanannya juga ada. Selanjutnya akan diiriskan neutrosofik it kiri dan neutrosofik it kanan tersebut untuk mendapatkan neutrosofik mereo-itnya. Terlihat bahwa neutrosofik mereo-it dari fungsi tidak ada, karena jika diambil.> tidak ada > sedemikian hingga jika < diperoleh η,,,3<. dan η,,,3<., karena pada persekitaran titik nilai mutlak dari lebih besar dari..4.penghitungan Neutrosofik Limit Pada bagian ini akan dihitung (ditentukan) neutrosofik it suatu fungsi dengan memanfaatkan perhitungan it klasik. Contoh.9 Ditinjau neutrosofik it berikut : +, 3, 6 + Dengan mensubstitusikan ke it tersebut diperoleh +, 3, 6 + +, 3, , 3, 6 6,, 6, 6, 6 6, 6 4, 4 yang menghasilkan bentuk tak tentu, karena 4, 4. Selanjutnya dengan cara memfaktorkan suku pada pembilang diperoleh +, 3, 6 +, 3 + +, 3 7
6 Suryoto (Neutrosofik Limit dan Penghitungannya), 3,, 3, +, 3 5, 3. Hasil penghitungan it ini dapat dibuktikan kebenarannya (dibandingkan) dengan penghitungan it secara klasik, yaitu dengan cara menggantikan peranan koefisien bernilai interval dengan koefisien biasa berupa bilangan. Selanjutnya akan diberikan contoh penghitungan neutrosofik it yang memuat bentuk tak rasional. Contoh. Ditinjau it neutrosofik, 5+ Dengan mensubsitusikan nilai ke it tersebut diperoleh, 5+, 5 +, 5 +, + + suatu bentuk tak tentu. Dengan mengalikan faktor sekawan dari pembilangnya, it tersebut menjadi, 5+, 5+, 5+ +, 5+ +, 5+, 5++, 5+, 5+ +, 5, 5+ +, 5, 5++, 5, , 5 5, +, 5,. Dengan cara serupa hasil penghitungan it ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui penghitungan it klasiknya, dengan cara mengambil parameter, 5 dan menghitung itnya dengan mengalikan faktor sekawan dari pembilang diperoleh + 5,,. Berikut ini diberikan contoh penghitungan neutrosofik it dengan jenis yang lain. Contoh. Diberikan neutrosofik fungsi , maka diperoleh , dengan indeterminasi dan bersifat dan..5.sifat-sifat Neutrosofik Limit Serupa dengan konsep it klasik seperti pada [5], sifat-sifat utama yang berlaku pada it juga dipenuhi oleh neutrosofik it, seperti diberikan teorema berikut. Teorema. Misalkan suatu bilangan asli, suatu konstanta dan serta neutrosofik fungsi yang mempunyai it di, maka berlaku.,.. ± ±.
7 Jurnal Matematika Vol. 9, No. 3, Desember 6 : 3 -.,asalkan..., asalkan >. Bukti : Untuk pembuktian sifat-sifat pada teorema ini serupa dengan pembuktian sifat-sifat utama dari it klasik. Berikut ini akan diberikan beberapa bukti dari teorema tersebut. a. Diberikan sebarang ε>, maka terdapat δδ(ε)> sedemikian hingga jika η(x, c)<δ maka η(f(x), k)<ε atau η(k, k)<ε. Karena η(k, k) dan <ε, maka definisi terpenuhi. b. Misalkan dan diberikan sebarang > maka terdapat > sedemikian hingga jika η(x, c)<δ maka η,<ε. Karena maka untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η,<. Dengan demikian η, η,<. c. Bagian (c) hanya dibuktikan untuk + + Misalkan dan. Diberikan sebarang > maka terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η+, + <. Dengan menggunakan ketidaksamaan segitiga diperoleh η+, + η, +η, Karena, maka untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η, <. Selanjutnya karena, maka terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η, <. Terakhir dengan mengambil min,, maka diperoleh η+, + η, + η, < + Sedangkan untuk dapat dibuktikan dengan cara serupa. d. Misalkan dan. Dari ketidaksamaan segitiga diperoleh η, η +, ηη, + η, ηη, ++ η, Selanjutnya untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η, <. Sekali lagi dengan ketidaksamaan segitiga diperoleh η, > η, akibatnya η < atau η< +. Dengan mengambil, maka η< +. Sementara itu untuk sebarang > terdapat > sedemikian hingga jika η,< maka η, <. Dengan mengambil η, < maka diperoleh. Untuk sebarang 3 > terdapat 3 > sedemikian hingga jika η,< 3 maka η, < 3. Dengan mengambil 3 η, < maka diperoleh η, diperoleh. Dengan demikian 9
8 Suryoto (Neutrosofik Limit dan Penghitungannya) < Dengan memilih min,, 3, maka diperoleh jika η,< maka η, <. e. Dibuktikan sejalan dengan pembuktian pada bagian (d). f. Mengingat, sebanyak faktor maka diperoleh Selanjutnya dengan memanfaatkan hasil pada bagian (d) diperoleh. g. Dapat dibuktikan sejalan dengan bukti bagian (f). 3. PENUTUP Dari uraian pada bagian sebelumnya diperoleh hubungan antara it fungsi klasik dan neutrosofik it fungsi sebagai perumuman dari it klasik, diantaranya adalah bahwa keduanya mempunyai kemiripan definisi, tetapi dari sifat-sifat yang berlaku pada umumnya tidak selamanya bersesuaian antara kedua it tersebut. Terutama yang berkaitan dengan pendefinisian neutrosofik fungsi yang dipakai sebagai dasar pembahasan itnya. Dari hasil pembahasan sejauh ini diperoleh bahwa sifat-sifat utama yang berlaku pada it klasik masih berlaku pada neutrosofik it. Berkaitan dengan penghitungan neutrosofik it, dengan memanfaatkan metode baku seperti metode analitik dan metode perasionalan, neutrosofik it fungsi yang mempunyai bentuk tak tentu dapat ditentukan, asalkan it ini ada. 4. DAFTAR PUSTAKA [] Smarandache, Florentin., (5), Neutrosophic Precalculus and Neutrosophic Calculus, Hexis, Phoenix Arizona [] Proceedings of The First International Conference on Neutrosophy, Neutroshopic Logic, Neutroshophic Set, Neutroshopic Probability and Statistics, University of New Mexico, Gallup, 3 Desember, ISBN : [3] Smarandache, Florentin, (3), A Unifying Field in Logics : Neutroshopic Logic. Neutroshopy, Neutroshophic Set, Neutroshopic Probability, American Research Press, Rehoboth, New Mexico. [4] Smarandache, Florentin, (4), Neutroshopic Theory and Its Applications, Collected Papers, Vol.. [5] Varberg, Dale, Purcell & Rigdon, (6), Calculus 9th edition, University Edwardsville Illinois
NEUTROSOFIK BIGRUP DAN SIFAT-SIFATNYA
NEUTROSOFIK BIGRUP DAN SIFAT-SIFATNYA Suryoto Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika UNDIP Semarang Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang 50275 email : suryotomath@gmail.com ABSTRAK.
Lebih terperinciNEUTROSOFIK MODUL DAN SIFAT-SIFATNYA. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
NEUTROSOFIK MODUL DAN SIFAT-SIFATNYA Suryoto 1, Bambang Irawanto 2, Nikken Prima Puspita 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 5275 1 suryoto_math@undip.ac.id
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
SIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL 1 Suryoto, 2 Bambang Irawanto, 3 Nikken Prima Puspita 1, 2, 3 Departemen Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH,
Lebih terperinciSistem Bilangan Real. Pendahuluan
Sistem Bilangan Real Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan real dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan real adalah himpunan bilangan real yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciINTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK
INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 19 Topik Bahasan 1 Sistem Bilangan Real 2 Interval 3
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI ( ) =
II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil
Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil. Pendahuluan
Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciPROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Abstract.
Lebih terperinci3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,
Lebih terperinciLIMIT DAN KEKONTINUAN
LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan berikutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan
Lebih terperinci5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real
5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi
Lebih terperinciB. PENGERTIAN LIMIT FUNGSI
B. PENGERTIAN LIMIT FUNGSI Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kaat-kaat seperti : a. Mobil itu nyaris masuk ke jurang. b. Kita hampir memasuki kota Jakarta. c. Kecantikannya mendekati sempurna.
Lebih terperincikarena limit dari kiri = limit dari kanan
A. DEFINISI LIMIT Istilah it dalam matematika hampir sama artinya dengan istilah mendekati. Akibatnya, nilai it sering dikatakan sebagai nilai pendekatan.. Pengertian Limit secara Intusi Untuk memahami
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil
Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciBAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR
BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif
Lebih terperinciPengertian limit secara intuisi
Pengertian it secara intuisi Perhatikan fungsi f ( ) = Fungsi diatas tidak terdefinisi di =, karena di titik tersebut f() berbentuk 0/0. Tapi masih bisa ditanyakan berapa nilai f() jika mendekati Dengan
Lebih terperinciANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI
34 Jurnal Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017 ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI THE CONVERGENCE ANALYZE ON THE SEQUENCE OF FUNCTION Oleh: Restu Puji Setiyawan 1), Dr. Hartono 2) Program Studi Matematika,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada
BAB II DASAR TEORI Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada pembahasan BAB III, mulai dari definisi sampai sifat-sifat yang merupakan konsep dasar untuk mempelajari Fungsi
Lebih terperinciRestia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP
ENDOMORFISMA DARI BCH-AJABAR Restia Sarasworo Citra 1 Suryoto 1 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto S. H Tembalang Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstract. BCH-algebras is an
Lebih terperinciMATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri
MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri MATEMATIKA LIMIT FUNGSI SMK NEGERI 1 SURABAYA Halaman 1 BAB LIMIT FUNGSI A. Limit Fungsi Aljabar PENGERTIAN
Lebih terperinci3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan
Lebih terperinciFungsi Analitik (Bagian Pertama)
Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu IV) Outline 1 Fungsi Variabel Kompleks 2 Pemetaan/Transformasi/Mappings
Lebih terperinciPENDEKATAN VALUE BILANGAN TRAPEZOIDAL FUZZY DALAM METODE MAGNITUDE
PENDEKATAN VALUE BILANGAN TRAPEZOIDAL FUZZY DALAM METODE MAGNITUDE Lathifatul Aulia 1, Bambang Irawanto 2, Bayu Surarso 3 1,2,3 Departemen Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH Tembalang
Lebih terperinciHimpunan dan Sistem Bilangan Real
Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS
BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan
Lebih terperinciMATHunesa (Volume 3 No 3) 2014
IDEAL FUZZY PADA NEAR-RING Dwi Ayu Anggraini Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : dwiayuanggraini55@gmail.com Dr.Raden Sulaiman M.Si. Matematika,
Lebih terperinciBAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN
BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh
BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu
Lebih terperinciPROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR Shintia Devi Wahyudy 1, Bambang Irawanto 2, 1,2 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH Tembalang Semarang 1 Shintiadevi15@gmailcom,
Lebih terperinciSistem Bilangan Ri l
Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. Q : a q =, a, b Z, b 0 b R = Q Irasional Contoh Bil Irasional,,π
Lebih terperincimatematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran
Kurikulum 6/1 matematika K e l a s XI LIMIT ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat mendeskripsikan konsep it fungsi aljabar dengan
Lebih terperinciFungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka
Contoh 5 Buktikan jika c 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan 0 sedemikian sehingga apabila c untuk setiap 0. 0 c berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c Dapat dipilih c Bukti: c c c Ambil
Lebih terperinciMAT 602 DASAR MATEMATIKA II
MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B
Lebih terperinciMETODE URUTAN PARSIAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINIER FUZZY TIDAK PENUH
METODE URUTAN PARSIAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINIER FUZZY TIDAK PENUH Sesar Sukma Jiwangga 1, Bambang Irawanto 2, Djuwandi 3 1 Program Studi S1, Matematika, Departemen Matematika FSM Universitas
Lebih terperinciKALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan
KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan
Lebih terperinciLIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini:
LIMIT Perhatikan fungsi di bawah ini: f x = x2 1 x 1 Perhatikan gambar di samping, untuk nilai x = 1 nilai f x tidak ada. Tetapi jikakita coba dekati nilai x = 1 dari sebelah kiri dan kanan maka dapat
Lebih terperinciIDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP
Vol 2 No 2 Bulan Desember 2017 Jurnal Silogisme Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya http://journal.umpo.ac.id/index.php/silogisme IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP Info Artikel Article History: Accepted
Lebih terperinciLIMIT FUNGSI. A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.1. Limit x a Contoh A.1: Contoh A.2 : 2 4)
LIMIT FUNGSI A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.. Limit a Contoh A.:. ( ) 3 Contoh A. : 4 ( )( ) ( ) 4 Latihan. Hitunglah nilai it fungsi-fungsi berikut ini. a. (3 ) b. ( 4) c. ( 4) d. 0 . Hitunglah
Lebih terperinci03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa
0/08/015 Sistem Bilangan Riil Simbol-Simbol dalam Matematikaa 1 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa Simbol-Simbol dalam Matematikaa 4 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa 5 Sistem bilangan N :
Lebih terperinciBAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada
BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai
Lebih terperinci-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ
-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks
Lebih terperinci3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,
Lebih terperinciTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep
Lebih terperinciMata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih
Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint
Lebih terperinciPenggunaan Turunan, Integral, dan Penggunaan Integral.
DESKRIPSI MATA KULIAH TK-301 Matematika Dasar: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar yang diberikan pada semester I. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II ini dibahas teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu tentang Persamaan Nonlinier, Metode Newton, Aturan Trapesium, Rata-rata Aritmatik dan
Lebih terperinciFungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c > 0, maka
Contoh 5 Buktikan jika c > 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan δ > 0 sedemikian sehingga apabila c < ε untuk setiap ε > 0. 0 < c < δ berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c c c c Dapat
Lebih terperinciKONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No 1, (2013) 1-6 1 KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK Fikri Firdaus, Sunarsini, Sadjidon Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM KOMPETENSI GANDA DEPAG S1 KEDUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM GANDA DEPAG S1 DUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 1. PROGRAM STUDI : Pendidikan Matematika 2. MATA KULIAH/SEMESTER : Kalkulus/2 3. PRASYARAT : -- 4. JENJANG / SKS
Lebih terperinciMENENTUKAN NILAI EKSTREM SUKU BANYAK TERTENTU DENGAN PERTIDAKSAMAAN RATA-RATA
MENENTUKAN NILAI EKSTREM SUKU BANYAK TERTENTU DENGAN PERTIDAKSAMAAN RATA-RATA Kasiyah M. Junus Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: kasiyah@cs.ui.ac.id Abstrak
Lebih terperinciSilabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.
Silabus 1 2 3 Referensi E. J. Purcell, D. Varberg, and S. E. Rigdon, Kalkulus, Jilid 1 Edisi Kedelapan, Erlangga, 2003. Penilaian 1 Ujian Tengah Semester (UTS) : 30 2 Ujian Akhir Semester (UAS) : 20 3
Lebih terperinciPROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING Mohamad Ervan S 1, Bambang Irawanto 2, Sunarsih 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,
Lebih terperinciSaman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru
HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru E-mail: saman@unlam.ac.id ABSTRAK Dalam
Lebih terperinciSOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini.
SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini. Jawaban: Bentuk-Bentuk persamaan nilai mutlak di atas dapat diselesaikan sebagai berikut.
Lebih terperinciSISTEM BILANGAN REAL
DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............
Lebih terperinciFOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1
FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, 117 132 KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU Malahayati 1 1 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281
Lebih terperinciRING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES
J. Sains Dasar 2016 5(1) 28-39 RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES Rifki Chandra Utama * dan Karyati Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta *email:
Lebih terperinciSUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN FUZZY INTUISIONISTIK
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 47 56 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN FUZZY INTUISIONISTIK NILA SEFRIANA PUTRI Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK
Matematika Peminatan SMA kelas X Kurikulum 2013 BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK I. Pertidaksamaan Rasional (Bentuk Pecahan) A. Pengertian Secara umum, terdapat empat macam bentuk umum
Lebih terperinciCatatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I
Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):
Lebih terperinciKelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.
DESKRIPSI MATA KULIAH TK-... Matematika Dasar: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika
Lebih terperincimatematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA
K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn
Lebih terperinciKalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018
Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 3 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 27 Daftar
Lebih terperinciHUBUNGAN BENTUK-BENTUK KHUSUS K-ALJABAR HIPER IMPLIKATIF
HUBUNGAN BENTUK-BENTUK KHUSUS K-ALJABAR HIPER IMPLIKATIF Ratna Kusuma Ayu, Drs. Djuwandi SU, Suryoto, S.Si, M.Si Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program
BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy
Lebih terperinciBILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE
BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE Riko Andrian 1, Lucia Ratnasari 2, R. Heru Tjahjana 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.
Lebih terperinciKelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.
DESKRIPSI MATA KULIAH TK-301 Matematika: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika dan
Lebih terperinciSISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional
SISTEM BILANGAN REAL Sebelum membahas tentag konsep sistem bilangan real, terlebih dahulu ingat kembali tentang konsep himpunan. Konsep dasar dalam matematika adalah berkaitan dengan himpunan atau kelas
Lebih terperinciKAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 19 28. KAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA Analia Wenda, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti INTISARI
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi: Statistika Fakultas: Sains dan Matematika Mata Kuliah: Kalkulus I Kode: AST21-312 SKS: 3 Sem: I Dosen Pengampu: Drs. Agus Rusgiyono, M.Si., Sutrisno, S.Si,
Lebih terperinciPERTIDAKSAMAAN PECAHAN
PERTIDAKSAMAAN PECAHAN LESSON Pada topik sebelumnya, kalian telah mempelajari topik tentang konsep pertidaksamaan dan nilai mutlak. Dalam topik ini, kalian akan belajar tentang masalah pertidaksamaan pecahan.
Lebih terperincitidak terdefinisi ketika x = 1, tetapi dapat kita peroleh
Lecture 4. Limit A A. Definition of Limit Definisi 4.1 (a). Jika f adalah suatu fungsi, maka kita mengatakan bahwa jika nilai f(x) mendekati L saat x dipilih mendekati a. Dengan kata lain, bilangan L merupakan
Lebih terperinciDINAMIKA KELUARGA FUNGSI KUADRAT TITIK TETAP. Jl. Prof. Soedarto, S.H, Semarang, 50275
DINAMIKA KELUARGA FUNGSI KUADRAT TITIK TETAP BERDASARKAN Rineka Eight Neenty 1, Siti Khabibah 2, YD Sumanto 3 1,2,3 Program Studi Matematika Jl Prof Soedarto, SH, Semarang, 50275 ABSTRAK Sistem dinamik
Lebih terperinciIDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring
Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 41 46 (2013) IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring YOHANA YUNET BAKARBESSY 1, HENRY W. M. PATTY
Lebih terperinciKONSTRUKSI, SIFAT DAN DIMENSI HIMPUNAN CANTOR MIDDLE THIRD. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP
KONSTRUKSI, SIFAT DAN DIMENSI HIMPUNAN CANTOR MIDDLE THIRD Khoiroh Alfiana, Siti Khabibah, Robertus Heri S.U,, Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika
Lebih terperinciBAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi BAB 5 TEOREMA SISA Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian
Lebih terperinciKALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia
KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit
Lebih terperinciTEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Tugas 1
TEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Apa yang dimaksud sukubanyak (polinom)? Ingat kembali bentuk linear seperti 2x + 1 atau bentuk kuadrat 2x 2-3x + 5 dan juga bentuk pangkat tiga 2x 3 x 2 + x 7. Bentuk-bentuk
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MUG1A4 KALKULUS 1 Disusun oleh: Jondri, M.Si. PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR PENGESAHAN Rencana Semester (RPS) ini
Lebih terperinciBab 2 Fungsi Analitik
Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,
Lebih terperinciPembentukan -aljabar Komutatif dan Implikatif dari Sebuah Lapangan. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
Pembentukan -aljabar Komutatif dan Implikatif dari Sebuah Lapangan Mujib Nashikha 1, Suryoto, S.Si, M.Si 2, Farikhin, M.Si, Ph.D 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Fuzzy berarti kabur atau samar-samar. Himpunan fuzzy adalah himpunan yang keanggotaannya memiliki nilai kekaburan/kesamaran antara salah dan benar. Konsep tentang
Lebih terperinciPERBANDINGAN DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA TES KONVERGENSI PADA DERET TAK HINGGA
Eksakta Vol 8 No Oktober 07 http://eksaktappjunpacid E-ISSN : 549-7464 P-ISSN : 4-374 PERBANDINGAN DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA TES KONVERGENSI PADA DERET TAK HINGGA Prodi Matematika Jurusan Matematika FMIPA
Lebih terperinciIDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL
Vol 11, No 1, 71-76, Juli 2014 IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawaty Abstrak Teori gelanggang merupakan salah satu bagian di matematika
Lebih terperinciMENENTUKAN CIRI-CIRI SPESIFIK METODE PENYELESAIAN LIMIT FUNGSI ALJABAR PADA BENTUK TAK TENTU
MENENTUKAN CIRI-CIRI SPESIFIK METODE PENYELESAIAN LIMIT FUNGSI ALJABAR PADA BENTUK TAK TENTU Try Azisah Nurman* *) Dosen Pada Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar e-mail:
Lebih terperinciNilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua
II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai
Lebih terperincimatematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN
K-1 Kelas X matematika WAJIB PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan linear
Lebih terperinciMODEL ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK PERENCANAAN TERKOORDINASI PADA PRODUK DENGAN BACKORDER PARSIAL DAN KOMPONENNYA
MODEL ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ) UNTUK PERENCANAAN TERKOORDINASI PADA PRODUK DENGAN BACKORDER PARSIAL DAN KOMPONENNYA Ayu Oktavia, Djuwandi, Siti Khabibah 3 Program Studi S Matematika, Departemen
Lebih terperinciMatematika I : Limit. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 79
Matematika I : Limit Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 79 Outline 1 limit Introduction to Limit Rigorous Study of Limits Limit Theorem Limit Involving Trigonometric
Lebih terperinciSATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Durasi Pertemuan Pertemuan ke : Kalkulus : TSP-102 : 3 (tiga) : 150 menit : 1 (Satu) A. Kompetensi: a. Umum : Mahasiswa dapat menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang
Lebih terperinci1 Sistem Bilangan Real
Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak
Lebih terperinciANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB
(Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 18, 2011 Kita telah mencatat sebelumnya bahwa supremum dan infimum suatu himpunan tidak harus merupakan anggota himpunan
Lebih terperinciKONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275
KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [,] Abdul Aziz 1, YD. Sumanto 2 1,2 Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang,
Lebih terperinciSUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX
SUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX Kristi Utomo 1, Nikken Prima Puspita 2, R. Heru Tjahjana 3, Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang kristiu24@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab
BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk
Lebih terperinci