BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu tentang gender belakangan ini sering diperbincangkan, terutama tentang kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Diskriminasi gender masih berlangsung diberbagai aspek kehidupan di seluruh dunia walaupun ditemukan banyak sekali kemajuan dalam kesetaraan gender pada beberapa dekade terakhir ini (Worldbank, 2005). Isu perempuan adalah isu yang setua isu kemanusiaan itu sendiri. Para pemimpin agama terdahulu telah menyuarakan isu perempuan sebagai bagian dari misi kebangkitan agamanya. Isu perempuan menjadi semakin kuat dan massif bersamaan dengan isu demokratisasi dan tuntutan persamaan hak sipil dan politik pada awal abad ke 19, utamanya di Eropa. Pada awalnya, isu perempuan dimunculkan dalam apa yang disebut dengan emansipasi perempuan dengan tuntutan pendidikan, hak politik dan perlakuan yang lebih manusiawi dari kungkungan norma keluarga yang feudal yang bersifat male property owner (Ruhaini, 2014). Pembangunan berprespektif gender mengandung pengertian sebagai upaya mengintegrasikan masalah gender dalam pembangunan melalui pemenuhan hak-hak dasar seperti pendidikan, kesehatan, kredit, pekerjaan, dan peningkatan peran serta dalam kehidupan publik (Worldbank, 2005). United Nation Development Program (UNDP) kemudian menyusun tolok ukur keberhasilan pembangunan melalui formula Human Development Index (HDI), yaitu indikator komposit/gabungan yang terdiri dari tiga ukuran : kesehatan, pendidikan, dan tingkat pendapatan riil. UNDP kemudian menyusun formula baru yang mengakomodasi perspektif gender, yaitu Gender-related Develoment Index (GDI). GDI mempunyai indikator yang sama dengan HDI, namun memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara perempuan dan laki-laki. Selisih semakin kecil antara GDI dan HDI menyatakan semakin rendahnya kesenjangan Gender. UNDP menyusun juga formula Gender Empowerment Measurenment (GEM) yang menitikberatkan pada partisipasi, dengan cara mengukur ketimpangan gender dibidang ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan. 1

2 Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya patriarkhi. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah daripada laki-laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas perempuan diberbagai bidang kehidupan. Menurut sejarah, patriarchy private muncul pada waktu agama di Eropa menentukan bahwa kawin somab (satu istri, satu suami) merupakan perkawinan yang diakui oleh gereja. Aturan ini meresmikan domestisitas perempuan (Nunuk, 2004). Perempuan dibeberapa belahan dunia dan diberbagai lingkungan tertentu di Indonesia, masih terlihat minor. Kaum perempuan tidak mendapat perhatian sebagaimana mestinya, bahkan terkadang tidak diberi kesempatan untuk berkembang seperti kaum laki-laki. Hal ini tidak hanya terjadi dalam skala makro saja, tetapi juga dirasakan dalam skala mikro, seperti dalam rumah tangga. Dalam rumah tangga akan banyak sekali masalah yang timbul sehingga dituntut adanya sosok yang dapat berkuasa dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam upaya kesetaraan gender maka muncul ideologi feminisme yang muncul dibarat. Dalam feminisme, ideologi gender dipakai untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan kelompok (perempuan) yang termarjinalisasi dan memiliki posisi subordinasi dalam masyarakat yang dominan (laki-laki). Feminisme menurut Dzuharyantin, adalah sebuah ideologi yang berangkat dari suatu kesadaran akan suatu penindasan dan pemerasan terhadap wanita dalam masyarakat, apakah itu ditempat kerja ataupun dalam konteks masyarakat secara makro, serta tindakan sadar baik oleh wanita maupun pria untuk mengubah keadaan tersebut. Gerakan feminis mencoba untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang harmonis tanpa pengisapan dan diskriminasi, demokratis, dan bebas dari pengkotakan berdasarkan kelas, kasta, dan bias jenis kelamin (Widiastuti, 2005). Rosemary Tong, dalam bukunya yang berjudul Feminist Thought: A Comprehensive Introduction (1989), menunjukan beberapa perspektif yang berkembang dibarat. Menurut perspektif feminisme sosialis, kapitalisme patriarki merupakan ideologi yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap kaum perempuan. Rumah adalah tempat dimana sosialisasi awal konstruksi patriarki itu terjadi. Para orang tua memberlakukan bias gender pertama-tama pada saat memberi perlakuan aturan dan jenis mainan yang berbeda kepada anak laki-laki dan anak perempuan. Mobil-mobilan dan robot untuk anak-anak laki-laki, dan boneka serta bunga untuk perempuan. Konstruksi peran berdasarkan jenis kelamin kemudian menciptakan dikotomi sifat yang diletakkan pada laki-laki dan perempuan, yaitu Feminin dan maskulin (Widiastuti, 2005). 2

3 Feminin meliputi sifat emosional, lemah lembut, tidak mandiri, dan pasif. Sedangkan maskulin mencakup sifat rasional, agresif, mandiri dan eksplosif. Sifat-sifat tersebut mengkonstruksikan pemilahan kerja domestik dan publik. Pemilahan sifat dan peran tersebut mengakibatkan terjadinya dominasi dan subordinasi. Karena sifat perempuan yang feminin maka membutuhkan perlindungan dari laki-laki yang maskulin. Maka muncul dominasi laki-laki terhadap perempuan, baik dalam kehidupan domestik maupun di ranah publik. Dalam kehidupan rumah tangga, laki-laki atau suami ditempatkan oleh budaya pada posisi sebagai kepala rumah tangga, sedang perempuan atau istri sebagai orang kedua. Istri digambarkan sebagai pendamping suami, bahkan pendamping yang pasif (Widiastuti, 2005). Berdasarkan kecenderugan masyarakat pada umunya, citra seorang perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Banyak fakta yang memperlihatkan bahwa kebanyakan seorang perempuan selalu diposisikan di bawah kaum laki-laki. Perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam kebebasan bersuara, berpendapat, dan mengaktualisasikan dirinya sehingga tercipta sebuah kesinergisan yang saling menguntungkan. Dalam sebuah Negara hendaknya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki diperlukan karena kesetaraan akan meningkatkan kemampuan Negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan menjalankan pemerintahan lebih efektif (Worldbank, 2005). Kecenderungan masyarakat yang menempatkan seorang perempuan lebih rendah daripada laki-laki terjadi dalam masyarakat Yogyakarta. Yogyakarta yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa khususnya pada wilayah yang dekat dengan Kraton Kesultanan Yogyakarta yang merupakan pusat dari kebudayaan Yogyakarta. Kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Yogyakarta salah satunya adalah kebudayaan patriarkhi. Pada mulanya perempuan di posisikan pada ranah domestik saja, atau lebih dikenal dengan kanca wingking : manak, masak, macak (melahirkan anak, memasak, dan berdandan) yang ruang geraknya hanya ada di sumur, dapur, dan kasur. Namun dengan berkembangnya zaman persepsi terhadap perempuan mulai berubah khususnya di wilayah Kraton sendiri. Perempuan sudah mulai berperan di ranah publik, perempuan mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan, banyak perempuan yang sudah bekerja, dan lain-lain. Walaupun demikian dalam masyarakat persepsi tentang peran perempuan yang hanya berperan dalam ranah domestik atau budaya patriarkhi masih kental. 3

4 Penelitian ini untuk melihat bentuk peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga, dimana dengan perkembangan Teknologi dan Informasi, berpengaruh atau tidak terhadap pergeseran peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga dari sektor domestik ke sektor publik ataupun sebaliknya. Penelitian ini menggunakan disiplin ilmu Geografi, dimana geografi mempelajari hubungan kasual gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional unruk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1986). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari aspek fisik saja namun mempelajari aspek non-fisik juga yaitu aspek sosial yang berupa kependudukan dan segala interaksinya. Penelitian aspek sosial yang dikaji adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu rumah tangga. Disiplin ilmu Geografi menggunakan tiga pendekatan utama untuk melakukan suatu kajian yaitu pendekatan Keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah. Penelitian ini akan digunakan pendekatan keruangan, dengan melihat aspek keruangan dari lokasi penelitian. Aspek keruangan yang dimaksud adalah kondisi sosial budaya masyarakat di lokasi penelitian. Kebudayaan yang berpengaruh atau tidak terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. 4

5 1.2 Perumusan Masalah Kraton Kesultanan Yogyakarta adalah salah satu kerajaan yang masih hidup dan berpengaruh dimasa kini. Kraton Kesultanan Yogyakarta merupakan pusat dari kebudayaan Yogyakarta, dimana budaya dalam Kraton menjadi contoh dan ditiru oleh masyarakat. Salah satu kebudayaan yang masih membudaya dalam masyarakat adalah budaya Patriarkhi. Budaya patriarkhi adalah budaya yang menempatkan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Menempatkan fungsi perempuan sebagai pelapis atau peran pengganti. Dalam kehidupan rumah tangga terdapat interaksi antara laki-laki dan perempuan yang telah terjadi ikatan pernikahan menjadi suami dan istri. Dalam membangun suatu rumah tangga yang harmonis dan sejahtera, terdapat berbagai permasalahan yang harus diputuskan dengan bijak dan tidak ada keterpaksaan diantara suami dan istri. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga sering terjadi ketidakadilan, dimana yang paling berwenang mengambil keputusan publik adalah hanya pihak laki-laki, dan acapkali laki-laki yang mengambil keputusan ranah publik maupun domestik. Sedangkan peran perempuan dalam rumah tangga masih pada pengambilan keputusan domestik. Pengambilan keputusan domestik diantaranya adalah menentukan menu masakan, mencuci, memasak, mengurus anak, dan lain sebagainya. Penelitian ini untuk melihat peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga di Kecamatan Kraton, masih dalam pengambilan keputusan rumah tangga di ranah domestik atau perempuan sudah dapat berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di ranah publik. Dengan melihat hubungan karakteristik perempuan terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Karakteristik perempuan yang dimaksud yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, usia kawin pertama, dan selisih umur suami dan istri. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, a. Bagaimana karakteristik perempuan di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta? b. Bagaimana peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta? c. Bagaimana hubungan karakteristik perempuan terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta? 5

6 1.3 Tujuan Penelitian a. Mengetahui karakteristik perempuan di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta. b. Mengetahui peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan karakteristik perempuan terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga di Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian a. Dalam pembangunan dapat memberikan konstribusi dengan pembangunan berpersepektif gender dan pemberdayaan perempuan. Tidak ada kesenjangan antara pemenuhan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan. Hak perempuan untuk dapat mengaktualisasikan diri ditengah masyarakat dengan dapat ikut berperan diranah publik. b. Untuk pencapaian MDG s terdapat tujuan untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Dengan melihat kesetaraan gender dalam unit terkecil dalam masyarakat yaitu rumah tangga, antara suami dan istri. 6

7 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1 Nama peneliti dan judul penelitian Maria Kaban, 2005, Kesetaraan Perempuan Dalam Pengambilan keputusan Dalam Keluarga Pada Masyarakat Hukum Adat Karo (Studi di Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo), Pendekatan Lokasi penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Juridis Sosiologis Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Metode sampling, wawancara, deskriptif analitif, analisis data dengan metode induktif dan deduktif. Kesetaraan perempuan dalam bidang produksi,penyediaan kebutuhan pokok, bidang pembentukan keluarga, dan aktivitas sosial. 2 Rita Dewi S., 2008, Peran Suami dan Istri dalam Pengambilan Keputusan Rumah Tangga (Kasus Kelurahan Cilacap dan Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap) Keruangan Kelurahan Cilacap dan Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap Metode Wawancara, dengan metode pengambilan sample systematic random sampling Pengambilan keputusan rumah tangga di Kelurahan Cilacap didominasi oleh istri, sedangkan keputusan rumah tangga di kelurahan Tegalreja dilakukan secara bersama-sama dan tanpa dominasi 3 Fakhrul Razi, 2009, Faktorfaktor Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga (Studi perbandingan antara rumah type < 45 m2 dengan rumah 45 m2 di RW 22 PERUMNAS Condong Catur) Keruangan Kecamatan Depok, Perumnas Condong Catur D.I.Y Metode Wawancara dengan metode pengambilan sample systematic random sampling Pengambilan keputuan pada rumah type < 45 m2 dilakukan secara bersama-sama tetapi lebih besar suami, sedangkan di type 45 m2 dilakukan secara bersamasama tanpa dominasi 7

8 Perbedaan penelitian ini dengan Maria Kaban (2005) adalah penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan sedangkan Maria kaban menggunakan pendekatan Juridis Sosiologis. Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta sedangkan Maria Kaban berlokasi di Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Perbedaan penelitian ini dengan Rita Dewi Setyaningrum (2008) adalah Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta, sedangkan Rita Dewi Setyaningrum berlokasi di Kelurahan Cilacap dan Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga dan berstatus kawin, sedangkan Rita Dewi Setyaningrum populasinya adalah suami dan istri. Perbedaan penelitian ini dengan Fakhrul Razi (2009) adalah lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta, sedangkan Fakhrul Razi berlokasi di Kecamatan Depok, Perumnas Condong Catur, DIY. Terkait dengan populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang masih berstatus kawin, sedangkan Fakhrul Razi adalah suami dan istri. 8

9 1.6 Tinjauan Pustaka A. Konsep gender Dasar dari penelitian ini adalah gender. Masih ada sebagian dari masyarakat yang belum mengetahui apa itu gender dan perbedaan dengan seks. Seks adalah pembagian jenis kelamin berdasarkan fakta biologisnya, sedangkan gender adalah pembagian yang didasarkan pada perbedaan seksual biologi, tetapi termasuk didalamnya karakteristik yang dianggap khas perempuan dan laki-laki (Sadli, 2010). Defini tersebut menjelaskan bahwa seks dibagi berdasarkan kondisi biologis dari perempuan maupun laki-laki, bahwa kondisi biologis laki-laki itu berpenis, dada bidang, hormon yang paling dominan adalah Testoteron, sedangkan kondisi biologis pada perempuan adalah bervagina, mempunya payudara, dan hormon yang dominan adalah Estrogen dan Progesteron. Gender pembagiannya berdasarkan sifat yang khas pada laki-laki maupun perempuan, dimana laki-laki khas dengan maskulin, sedangkan perempuan khas feminin. Gender yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Semua hal yang yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu kewaktu, serta berbeda dari tempat-ketempat lainya maupun berbeda dari suatu kelas kekelas lainnya disebut konsep gender (Fakih, 1996). Fakih mendifinisikan gender berdasarkan sifat yang ada pada laki-laki maupun perempuan, sifat tersebut dibentuk oleh masyarakat dan telah membudaya. Sifat tersebut dapat dipertukarkan, sesuai dengan tempat masyarkatnya dan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Gender adalah perbedaan status, peran, pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Ada bentuk-bentuk perbedaan yang lain, misalnya perbedaan berdasarkan kelas, kasta, warna kulit, etnis, agama, umur, dan lain sebagainya. Tiap-tiap perbedaan ini seringkali menimbulkan ketidakadilan, tidak terkecuali perbedaan gender (Simatauw dkk, 2001). Simatauw mendefinisikan gender berdasarkan perbedaan status, peran, dan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, misalkan laki-laki sebagai suami lebih berperan sebagai kepala rumah tangga, dan berkewajiban untuk bekerja untuk menafkahi keluarga, sedangkan perempuan sebagai istri lebih berkewajiban untuk mengurus urusan rumah tangga. 9

10 Gender yaitu perbedaan peran, atribut, dan sikap tindak atau perilaku, yang dianggap masyarakat pantas untuk pria dan wanita. Membedakan gender pria dan gender wanita bukan kodrati, melainkan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, seperti pria itu perkasa, bekerja diranah publik, sebaliknya wanita itu lemah lembut, bekerja mengurus rumah tangga. Dikatakan bukan kodrati, karena ada wanita yang juga dapat perkasa, bekerja diranah publik, demikian pula pria pun dapat lemah lembut, bekerja mengurus rumah tangga dan sebagainya (Luhulima, 2006). Luhulima mendefinisikan gender adalah berdasarkan peran yang di anggap pantas untuk lakilaki maupun perempuan. Bahwa laki-laki itu harus maskulin, perkasa, dan bekerja diranah publik, sedangkan wanita itu feminine, lemah lembut, dan bekerja di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga. Identitas gender adalah definisi seseorang tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, yang merupakan interaksi kompleks antara kondisi biologisnya sebagai perempuan atau laki-laki. Berbagai pereilakunya ini ia kembangkan sebagai hasil proses sosialisasinya sejak lahir. Identitas gender mulai berkembang karena pengalaman interaksi bayi dengan orang-orang tertentu (ibu, ayah, pengasuh). Cara orang dewasa berinteraksi dengannya, secara tidak disadarinya, akan berpengaruh oleh stereotip yang berlaku (Sadli, 2010). Definisi tersebut bahwa identitas diri seseorang atau memandang diri seseorang tersebut dapat dipengaruhi oleh interaksi seseorang dengan orang-orang disekitarnya. Perbedaan gender tersebut menyebabkan adanya ketidakadilan dalam kesetaraan gender. Budaya patriarkhi yang membudaya dalam masyarakat telah menempatkan perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Masyarakat patriarkhi yang memandang perempuan harus menikah dan dalam pernikahan itu lakilaki adalah kepala keluarga. Menyebabkan perempuan janda atau perempuan kepala keluarga itu nyaris tidak memiliki akses kontrol terhadap sumberdaya ekonomi (Irianto, 2006). 10

11 B. Konsep rumah tangga Rumah tangga yaitu seluruh urusan (keluarga) untuk hidup bersama, dikerjakan bersama dibawah pimpinan seseorang yang ditetapkan menurut tradisi (Nunuk dan Murniati, 2004). Rumah tangga adalah pusat dimana orang membesarkan dan mengasuh anak, memperoleh penghasilan (atau memenuhi kebutuhan dasar), dan membekali generasi berikutnya agar dapat berperan produktif dimasyarakat. Untuk semua tugas itu, anggota rumah tangga, secara bersama ataupun sendiri-sendiri, memutuskan bagaimana alokasi sumberdaya (yang biasanya kurang) untuk berbagai keperluan termasuk konsumsi, produksi dan investasi. Namun bentuk dan karakteristik sebuah rumahtangga sering bergantung pada konteks, yakni perpaduan antara norma social-budaya serta insentif ekonomi. Cara mengelola rumahtangga juga berubah mengikuti perubahan demografi, ekonomi maupun norma-norma sosial (World bank, 2005). Beberapa survei ekonomi dinegara berkembang biasanya mendefinisikan rumah tangga sebagai Kelompok manusia yang tinggal bersama, menyatukan dana, dan makan bersama sedikitnya sekali setiap hari (PBB, 1989 dalam World Bank, 2005). Rumah tangga sebagai unit sosial kecil adalah representase dari masyarakat yang lebih luas dan heterogen. Dari sisi organisasi rumah tangga adalah organisasi kecil yang tetap memerlukan pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen modern, agar efisien dan efektifvitas seluruh aktivitas rumah tangga dapat dilaksanakan dengan baik (Surbakti, 2008) Rumah tangga adalah tempat pertama sosialisasi gender, melalui pewarisan pengetahuan, keterampilan, dan harapan masyarakat. Anak memperoleh identitas gender yang membentuk seperangkat aktifitas yang dinilai pantas bagi perempuan dan laki-laki, dan relasi antara kedua gender (World bank, 2005). Dalam rumah tangga setiap hal yang menyangkut kepentingan keluarga atau bahkan pribadipribadi anggota memiliki cara tertentu untuk mengambil keputusan. Ada keluarga yang mengambil keputusan tertinggi adalah ayah, ada yang bersama-sama, ada pula yang ibu. Kadangkala pengambilan-pengambilan keputusan memiliki jenjang berdasarkan umur dan kelamin. Pada beberapa tempat anak tertua laki-laki memiliki pengaruh besar dibandingkan kakaknya yang perempuan, meski sang kakak perempuan ini lebih tua atau anak paling tua (Simatauw dkk, 2001). 11

12 C. Konsep pengambilan keputusan dalam rumah tangga Secara sederhana pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai kegiatan seleksi atau memilih dan memilah alternatif yang ada untuk dilaksanakan. Meskipun tampaknya sederhana, namun sebenarnya pengambilan keputusan tidaklah sekedar memilih dan memilah belaka, melainkan sebuah tindakan proses rumit yang melibatkan banyak aspek (Surbakti, 2008). Perlu diperhatikan keputusan-keputusan apa yang berhak diambil secara sepihak dan keputusan-keputusan yang diambil melalui musyawarah keluarga. Keputusan jual beli tanah, pernikahan misalnya diambil berdasarkan musyawarah keluarga, sementara untuk membeli baju, atau jajan adalah keputusan masingmasing (Simatauw dkk, 2001). Pengambilan keputusan adalah perwujudan proses yang terjadi dalam keluarga dan merupakan hasil interaksi antara peran anggota keluarga untuk saling mempengaruhi (Scanzoni dalam Setyaningrum 2008). Sajogyo telah melakukan penelitian tentang peranan wanita dalam pengambilan keputusan rumah tangga di desa jawa. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat dominasi relatif dari lakilaki dan perempuan dalam pengambilan keputusan menyangkut kesejahteraan rumah tangga. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan faktor pendidikan, pengalaman dan kekayaan yang dibawa berumah tangga memeiliki hubungan positif dengan peningkatan peran wanita dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Sajogyo, 1983 dalam Setyaningrum 2008). Faktor demografis turut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam rumah tangga, seperti pendidikan, usia kawin pertama, dan tingkat mobilitas perempuan berhubungan positif dalam peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga sedangkan selisih umur suami dan istri memiliki hubungan negatif dalam peningkatan peran wanita dalam pengambilan keputusan rumah tangga sedangkan selisih umur suami dan istri memiliki hubungan negatif dalam peningkatan peran wanita dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Singarimbun, 1996 dalam Setyaningrum 2008). Sajogyo melihat empat pola pengambilan keputusan rumah tangga yaitu, pengambilan keputusan suami-istri dibidang produksi, pengambilan keputusan suami-istri dibidang pengeluaran kebutuhan pokok, tingkat keputusan dihubungkan dengan pembentukan keluarga, dan tingkat keputusan dalam rumah tangga 12

13 dihubungkan dengan kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat (Sajogyo, 1983 dalam Setyaningrum 2008). 1.7 Landasan Teori Gender pada dasarnya adalah pembagian peran berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran ini berdampak tidak menguntungkan bagi perempuan, karena seolah-olah perempuan hanya berada di ruang domestik dan lakilaki di ruang publik, karena dengan kemampuan laki-laki memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkembang daripada perempuan. Karena itu, dibutuhkan kesetaraan gender dalam keluarga sebagai awal untuk kesetaraan gender di ruang lingkup yang lebih luas (Cholil, 2007). Peran gender itu adalah faktor sosial budaya saja. Kalau kesepakatanya berubah, peran antara laki-laki dan perempuan pun bisa berubah. Dengan adanya kesepakatan yang didasari oleh cara pandang yang benar, maka pembagian peran dengan mempertimbangkan kesetaraan gender akan menghasilkan keluarga yang harmonis. Perempuan dengan segala kekurangan dan kelebihannya seharusnya berperan optimal melalui sudut pandang yang jelas untuk meletakkan pada posisi yang paling memungkinkan untuk bisa mengembangkan potensinya secara optimal (Cholil, 2007). Keluarga sebagai sebuah unit masyarakat terkecil, maka didalamnya perlu adanya pembagian peran sehingga satu dengan yang lainnya saling mengokohkan. Tidak hanya suami saja yang berkontribusi, perempuan juga berkonstribusi. Dalam keluarga, bagaimanapun perlu ada sinergi konstribus suami istri. Pertempuan adalah pilar rumah tangga, bukan hanya konco wingking, teman untuk urusan belakang, tetapi berperan menjadi pengelola yang mumpuni dan berkemampuan. Perempuan harus memiliki kemampuan untuk mengelola rumah tangga. Mulai dari kemampuan untuk mengelola keuangan, aktivitasnya sendiri, suami dan anak-anak, hingga mengelola aktivitas yang dibutuhkan untuk mengokohkan keluarga (Cholil, 2007). Peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman perempuan (umur), pendidikan yang ditamatkan oleh perempuan, pekerjaan perempuan, kekayaan yang dibawa oleh perempuan memiliki hubungan positif dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga, sedangkan usia kawin pertama kali perempuan, dan selisih umur suami dan 13

14 istri memiliki hubungan negatif dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga (Sajogyo 1983; Singarimbun 1996). 1.8 Kerangka pemikiran Rumah tangga yang harmonis hendaknya perempuan mempunyai andil dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Perempuan hendaknya tidak hanya berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di ranah domestic saja, tetapi juga dapat berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di ranah publik. Terdapat faktorfaktor yang dapat mempengaruhi seorang perempuan untuk dapat berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga di ranah publik yaitu Umur perempuan, pendidikan yang ditamatkan oleh perempuan, pekerjaan perempuan, usia kawin pertama perempuan, dan selisih umur suami dan istri. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran perempuan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga. a. Umur seorang perempuan/istri b. Pendidikan yang ditamatkan perempuan / istri. c. Pekerjaan perempuan / istri. d. Usia kawin pertama perempuan / istri. e. Selisih Umur suami dan istri a. Pengambilan keputusan dalam ranah Domestik. b. Pengambilan keputusan dalam ranah Publik. (Sajogyo 1983; Singarimbun 1996) Peran perempuan dalam Pengambilan Keputusan dalam rumah tangga Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 14

PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KRATON KOTA YOGYAKARTA Iqbal Ardianto

PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KRATON KOTA YOGYAKARTA Iqbal Ardianto PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KRATON KOTA YOGYAKARTA Iqbal Ardianto iqbal.putra.riasdianto@gmail.com Umi Lisyaningsih listyaningsih_umi@yahoo.com Abstract Patriarchy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem nilai, norma, stereotipe, dan ideologi gender telah lama dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Masa dewasa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan pembangunan di setiap

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB IV. Refleksi Teologis BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan

Lebih terperinci

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya partisipasi aktif segenap komponen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender? Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender? o o o o o Kesenjangan jender di berbagai bidang pembangunan itu misalnya dapat dilihat dari : Masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani Abstrak Isu gender tidak hanya merupakan isu regional ataupun nasional, tetapi sudah merupakan isu global. Isu yang menonjol

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampaknya rekayasa sosial yang berkembang di masyarakat mengenai pemahaman tentang pembagian kerja seperti perempuan menjadi pengurus dapur dan memasak, serta

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia yang membahagiakan bagi anak (Christiyati Ariani, 2006: 40). Anak-anak akan memainkan permainannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN

BAB II TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN BAB II TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN A. Gender dan Kajian tentang Perempuan Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati*

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati* PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER Erniati* Abstract This writing intends to explain the role (the right and duty) of woman in gender perspective development. Gender perpective development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis didalam keluarga dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa memainkan peran dan fungsinya dengan baik

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Contohnya, perubahan kebudayaan, adat istiadat, peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci