ANALISIS SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN PRESIDEN JOKOWI PADA ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH GATRA TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN PRESIDEN JOKOWI PADA ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH GATRA TAHUN 2015"

Transkripsi

1 ANALISIS SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN PRESIDEN JOKOWI PADA ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH GATRA TAHUN 2015 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Ahmad Faathir NIM: KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

2

3

4 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil kaya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salahsatu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, September 2016 Ahmad Faathir iii

5 ABSTRAK Ahmad Faathir ANALISIS SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN PRESIDEN JOKOWI PADA ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH GATRA TAHUN 2015 Tahun 2015 merupakan tahun pertama masa jabatan Presiden Jokowi sejak dilantik pada Oktober Berbagai permasalahan dialami oleh Jokowi pada masa awal pemerintahannya. Mulai dari kabinet kerja, kisruh KPK dengan Polri serta pelambatan pertumbuhan ekonomi negara. Dengan berbagai permasalahan tersebut Jokowi menjadi sorotan diberbagai media nasional maupun internasional, tak terkecuali majalah mingguan Gatra yang kerap menampilkan ilustrasi sampul majalah dengan nyentrik bahkan menyindir dengan khasnya. Seorang pemimpin layaknya terlihat gagah karena memiliki kekuasaan tertinggi, namun pada beberapa sampul majalah Gatra sosok seorang Presiden Jokowi digambarkan tidak seperti seorang pemimpin seperti selayaknya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotika Charles Sanders Pierce. Pada hasil temuan, terdapat delapan ilustrasi sampul majalah yang menampilkan sosok seorang Presiden Jokowi dengan berbagai macam tema yang diangkat. Gambarkan bagaimana representasi seorang Presiden sebagai pemimpin negara dalam sampul dan isi pemberitaannya. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: bagaimana representasi Presiden Jokowi yang terdapat pada ilustrasi sampul majalah Gatra pada tahun 2015? Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah semiotika menurut Charles Sanders Pierce, yaitu dengan teori segitiga maknanya atau triangle meaning. Peirce melihat makna atas sign atau tanda (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan, sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi sampul majalah Gatra selama tahun 2015 yang menampilkan Presiden Jokowi. Juga ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi. Setelah melihat delapan ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulannya, kepimpinan Presiden Jokowi pada ilustrasi sampul Majalah Gatra adalah sebagai pemimpin yang bekerja keras dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagai presiden. Hal ini terlihat dari setiap edisi majalah Gatra yang menampilkan sosok Jokowi dengan berbagai macam perihal pekerjaannya sebagai presiden. Kata Kunci: Kepemimpinan, Semiotika, Majalah Gatra, Sampul, dan Presiden iv

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarukatuh Alhamdulilahirobbil alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia yang begitu banyak sehingga dengan ridho-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada umatnya, dari zaman penuh ilmu seperti yang kita rasakan sekarang. Alhamdulilah peneliti telah menyelesaikan skrispsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi in tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed Ph.D., M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membnatunya menyelsaikan kuliah. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing peneliti v

7 sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama mengerjakan skripsi. 4. Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini, yaitu Drs. Jumroni, M.Si dan H. Zakaria, MA. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang namanya tidak dapat penulis sebukan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. 6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Mardiana Maulani, dan Ayahanda Fathi, serta Kakak Achmad Furqon, yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dukungan dan semangat, yang takhenti-hentinya memberikan doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini selesai. 8. Segenap teman terdekat peneliti, Grup Penuh Berkah, Lukman Hakim, Anisa Indriani, Dwinda Nur Oceani, Annisa Rahmah, Rizky Ananda, dan Indah Permata Sari, terima kasih telah memberikan semangat dan perhatian yang penuh terhadap peneliti, semoga kalian selalu diiringi keberkahan, aamiin. 9. Teman satu komunitas Prayudi Sucipto dan Yody Ibram Julianto terima kasih telah memberi motivasi dan dukungan, semoga kita selalu dalam lingkup pertemanan yang positif. vi

8 10. Teman-teman KKN Sigma, terkhusus Lilik Nur Cholilah, dan Achmad Syahri, terima kasih telah berbagi tentang pelajaran hidup saat KKN. 11. Orang paling dekat peneliti, Fiany Intan Vandini, yang selalu memberi semangat dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini selesai, terima kasih. 12. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2012, terimakasih waktu yang telah kita habiskan bersama, semoga bermanfaat dan sukses masing-masing. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh Ciputat, September 2016 Ahmad Faathir vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vii x xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 D. Tinjauan Pustaka... 6 E. Metodologi Penelitian Paradigma Penelitian Pendekatan Penelitian Metode Penelitian Subjek dan Objek Penelitian Teknis Analisis Data Teknik Pengumpulan Data F. Sistematika Penulisan TINJAUAN TEORITIS A. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah Majalah Sampul Majalah B. Teori Semiotika C. Semiotika Charles Sanders Pierce D. Kepemimpinan Dalam Pandangan Islam Teori Kepemimpinan Kepemimpinan Dalam Islam viii

10 BAB III BAB IV BAB V GAMBARAN UMUM A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra B. Visi dan Misi Majalah Gatra C. Realitas Kepemimpinan dalam Majalah Gatra TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Objek Semiotika dalam Sampul Majalah Gatra B. Hasil Temuan dalam Majalah Gatra Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi Februari Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi Mei Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi 30 April-6 Mei Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi Juni Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi Agustus Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra edisi 29 Oktober-4 November C. Interpretasi Sampul Majalah Gatra PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Segitiga Semiotika Charles Sanders Pierce Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari Gambar 4.2 Sampul Majalah Gatra edisi Februari Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei Gambar 4.4 Sampul Majalah Gatra edisi Mei Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra edisi 30 April-6 Mei Gambar 4.6 Sampul Majalah Gatra edisi Juni Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra edisi Agustus Gambar 4.8 Sampul Majalah Gatra edisi 29 Oktober-4 November x

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Trikotomi Model Semiotik Peirce Tabel 4.1 Sampul Majalah Gatra yang diteliti Tabel 4.2 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.3 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.4 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.5 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.6 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.7 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.8 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.9 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.10 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.11 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.12 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.13 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.14 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.15 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.16 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.17 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.18 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.19 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.20 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.21 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.22 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.23 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.24 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.25 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.26 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.27 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.28 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.29 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.30 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.31 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.32 Tanda Dalam Gambar Tabel 4.33 Hasil Temuan Sampul Majalah Gatra Tabel 4.34 Hasil Analisis Semiotika Sampul Majalah Gatra Tahun xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2015, menjadi tahun yang cukup fenomenal bagi Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Tahun pertama menjabat sebagai Prresiden Republik Indonesia sejak dilantik Oktober Berbagai permasalahan telah dilalui pada tahun 2015, mulai dari masalah kabinet kerja, kisruh KPK dan Kapolri, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan lainnya. Pada tahun pertama menjabatnya Jokowi sebagai Pemimpin negara, Jokowi menjadi sorotan di berbagai media nasional, tak ketinggalan majalah Gatra. Majalah Gatra dengan gaya dan khasnya yang tersendiri menggambarkan seorang pemimpin negara pada sampul majalah dengan ilustrasi desain yang menarik bahkan kerap sedikit menyindir sosok Jokowi sebagai seorang pemimpin negara. Dalam suatu pengertian pemimpin, Pemimpin adalah seorang pribadi yang meiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai satu sasaran tertentu. Jadi pemimpin itu harus memiliki satu atau beberapa kelebihan, sehingga dia mendapat pengakuan dan respek dari para pengikutnya, serta dipatuhi perintahnya. 1 Dalam beberapa terbitan majalah Gatra tahun 2015, sosok seorang Presiden digambarkan pada sampul majalah dengan beragam, mulai dari Jokowi terlihat 1 Kartini Kartono, pemimpin dan kepeminpinan apakah kepemimpinan abnormal itu? (Jakarta: Rajagrafindo Persada), h

14 2 sedang bermain kartu, menjadi pekerja bangunan, sampai sedang menjadi petugas kebersihan. Majalah merupakan salah satu hasil karya jurnalistik yang berkembang sampai saat ini. Dengan perkembangan zaman, majalah seringkali menjadi bahan rujukan oleh para pembaca karena majalah dianggap lengkap yakni berisi artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi, dan kanal lainnya yang disajikan dalam suatu terbitan majalah. Majalah adalah media komunikasi yang menyajikan informasi secara dalam, tajam, dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar dan tabloid, serta menampilkan gambar/foto yang lebih banyak. 2 Meski sering disamakan dengan surat kabar, namun majalah dianggap menjadi salahsatu bahan bacaan yang dianggap berbeda karena majalah mempunyai segmentasi yang beragam dibandingkan surat kabar, majalah tersebut disajikan untuk khalayak tertentu seperti olahraga, kuliner, wanita, anak-anak, dan lainnya. Perbedaan antara surat kabar dan adalah majalah dapat diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan dwi atau triwulan, sedangkan surat kabar diterbitkan setiap hari. Namun majalah mempunyai cara dan strategi dalam menyajikan suatu berita yang ingin disuguhkan, salahsatunya majalah berita yang diterbitkan secara mingguan. Majalah berita mempunyai segmentasi umum sehingga semua bisa menikmati dan membaca majalah dengan beritaberita yang umum dan aktual. 2 Indah Suryawati, Jurnalisik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 42.

15 3 Di Indonesia, ada banyak majalah berita yang terbit di pasaran, salahsatunya majalah Gatra, Tempo, dan Sindo. Pada setiap terbitan majalah berita, majalah berita mengangkat tema/isu yang sedang berkembang pada saat itu. Seringkali tentang isu politik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Hal lain yang menjadi nilai lebih dari majalah adalah majalah mempunyai elemen visual/grafis yang banyak seperti ilustrasi, foto, tipografi, warna, dan lainnya. Elemen ilustrasi dan foto merupakan materi umum yang sering digunakan pada sampul majalah, karena dari ilustrasi dan foto dapat menggambarkan suatu tema/isu yang sedang dibahas dalam satu terbitan majalah tersebut. Ilustrasi dan foto dapat membantu para pembaca untuk mengerti sebuah judul tentang tema/isu yang sedang dibahas, sehingga dapat mengomunikasikan sebuah pesan dengan cepat kepada para pembaca. Sampul majalah menjadi gerbang untuk para pembaca untuk membeli suatu majalah, karena sampul menjadi halaman paling depan yang paling terlihat pada sebuah majalah. Sehingga sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk membeli dan membacanya. Sampul menjadi faktor penting bagi nilai jual suatu majalah, apakah majalah tersebut laku atau tidak di pasaran salahsatu faktornya dari sampul tersebut. Salahsatu majalah di Indonesia yang kerap menggunakan ilustrasi dan foto pada sampulnya adalah ajalah Gatra, majalah Gatra meruapakan salahsatu majalah yang besar di Indonesia dan diperhitungkan kalangan majalah berita yang ada di Indonesia yaitu dengan jumlah oplah sampai dengan setiap terbitnya. Majalah Gatra mempunyai cara dan gaya tersendiri dalam membuat ilustrasi dan foto pada sebuah sampul di setiap terbitannya. Tak terkecali dalam

16 4 menggambarkan suatu sosok tertentu, Majalah Gatra mempunyai gaya tersendiri untuk menggambarkannya, salahsatunya sosok seorang pemimpin negara, yaitu Presiden Republik Indonesia yakni Joko Widodo. Untuk merepsentasikan sosok seorang Presiden di sampul majalah Gatra tahun 2015 maka peneliti berusaha menjawab tersebut menggunakan pendekatan teori semiotika yakni semiotika Charles Sanders Pierce, dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce yang terdri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretan (interpretant). Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkadang dalam ilustrasi sampul majalah Gatra tahun 2015 yang menyajikan sosok seorang pemimpin, yaitu pemimpin negara Republik Indonesia yakni Joko Widodo, dan bagaimana representasi seorang Presiden yang tergambar dari ilustrasi sampul majalah Gatra tahun Dari uraian latar belakang di atas, peneliti terterik meneliti dengan judul Analisis Semiotika Kepemipinan Presiden Jokowi pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra Tahun B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Mengingat majalah Gatra adalah majalah mingguan, maka untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti analisis semiotika pada beberapa ilustrasi sampul majalah Gatra tahun 2015 yang menyajikan sosok Presiden Republik Indonesia, yaitu pada edisi 5-11

17 5 Februari 2015, Februari 2015, Mei 2015, Mei 2015, Mei 2015, Juni 2015, Agustus 201, dan November Rumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana sign / representamen representasi presiden pada ilustrasi sampul majalah Gatra pada tahun 2015? b. Bagaimana object representasi presiden pada ilustrasi sampul majalah Gatra pada tahun 2015? c. Bagaimana interpretant representasi presiden pada ilustrasi sampul majalah Gatra pada tahun 2015? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum pada penelitian ini adalah memberi pengetahuan mengenai makna pemimpin dalam majalah Gatra dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari sebuah ilustrasi sampul majalah. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi informasi awal dan menjadi kontribusi positif dalam penelitian berita dan penelitian yang serupa. Selain itu, penelitian ini dapat memberi masukan akademis bagi para tim produksi majalah.

18 6 b. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam penelitian media massa melalui majalah, khususnya ilustrasi sampul majalah untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan jurnalistik. D. Tinjauan Pustaka Peneliti belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini, Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa tinjauan pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis. Beberapa diantaranya yaitu: Representasi Suap Daging Sapi Impor Pada Sampul Majalah Tempo karya Eko Ramanudin, Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo pada Tahun 2013 karya Athifa Rahmah, dan Analisis Semiotik Korupsi terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM karya Yunus Priyonggo Kartiko. Dengan begitu, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Kepemimpinan Presiden Jokowi Pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra Tahun 2015 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis yang bersifat subjectivist. Paradigma ini memiliki posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan.

19 7 Rancangan konstruktivis melihat pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial. 3 Dalam hal ini, peneliti meletakkan penafsiran terhadap pemberitaan yang dikonstruksi oleh majalah Gatra berdasarkan data-data yang didapat pada sampul majalah Gatra. Data yang didapat menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk menyatakannya dengan penafsiran atau konstruksi makna. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan lebih mendalam melalui pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan analisis data visual dan verbal yang merefleksikan pengalaman sehari-hari. 3. Metode Penelitian Penelitian pada kesempatan ini menggunakan metode analisis semiotika yang bersifat kualitatif deskriptif sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan sejumlah data, baik yang tertulis maupun lisan dari orangorang serta tingkah laku yang diamati. Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan yang penting dalam penyelesaian suatu kekuatan penelitian ilmiah. Perspektif subjektif melalui metode penelitian beragam terdapat deskriptif (wawancara tak berstruktur/mendalam, pengamatan berperan 3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 3, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h.204.

20 8 serta), analisis dokumen, studi kasus, studi kasus, studi historis-kritis, penafsiran sangat ditekankan alih-alih pengamatan objektif. 4 Analisis semiotika memberi penekanan pada pencarian makna melalui relasi-relasi tanda yang ada dalam teks itu sendiri (bukan relasi teks dengan pengarangnya, pembacanya, atau konteksnya). 5 Pendekatan teori semiotika yang peneliti lakukan memakai pendekatan teori semiotik Charles Sanders Pierce. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah majalah Gatra. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah beberapa ilustrasi dari sampul majalah Gatra tahun 2015 yang menyajikan sosok Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan pengamatan peneliti, selama tahun 2015 ada delapan edisi di majalah Gatra yang menyajikan sosok seorang Presiden. Berikut adalah judul pada ilustrasi sampul majalah Gatra yang akan diteliti: a. Memperkuat Ekonomi Rakyat (Edisi 5-11 Februari 2015) b. Ujung Dilema Jokowi (Edisi Februari 2015) c. Titian Terjal Semseter Awal (Edisi 7-13 Mei 2015) d. Reshuffle... Reshuffle... Reshuffle... (Edisi Mei 2015) e. Lembaga Donor Sudah Usang (Edisi 30-6 Mei 2015) f. Jalan Tol Jalan Kemakmuran (Edisi Juni 2015) g. Kerja Inovatif Layanan Publik (Edisi Agustus 2015) 4 Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet ke- 4, 2004), h M, Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.63.

21 9 h. Kerja Belum Selesai Belum Apa-Apa (Edisi 29-4 November 2015) 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan semiotika model Charles Sanders Pierce. Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik, gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. 6 Teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce yang terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretan (interpretant). Menurut Pierce, salahsatu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. 7 Dalam ilmu tanda, untuk menelaah dan menemukan makna tanda yang ada dalam gambar sampul Majalah Gatra dapat dilakukan penelaahan melalui pembagian klasifikasi dari sign, object, dan interpretant yang ada dalam sampul tersebut. Dengan klasifikasi dari sign yaitu qualisign, sinsign, dan legisign, akan diketahui kualitas pada tanda, eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, dan norma yang dikandung oleh tanda. Dari klasifikasi object yaitu icon, index, dan symbol, dapat diketahui makna hubungan antara tanda dan objek, hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau sebab akibat, dan tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan tanda yang 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), h Alex Sobur, Analisis Teks Media, h

22 10 menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandannya, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Dan berdasarkan klasifikasi interpretant yaitu rheme, dicent sign, dan argument, dapat diketahui penafsiran makna tanda sesuai pilihan, kenyataan tanda dan alasan tentang sesuatu yang ada pada tanda. Sebuah makna dari tanda-tanda dalam sampul Majalah Gatra akan dapat diketahui jika ketiga klasifikasi dari sign, object, dan interpretant sudah bisa diketahui atau diinterpretasikan kebenerannya serta dipahami apa maksud dari tanda-tanda yang ada dalam gambar tersebut. 6. Teknik Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode mengumpulkan majalah dan pengamatan secara menyeluruh dari semua sampul majalah maupun isi teks. a. Observasi Observasi adalah metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi pada penelitian ini diartikan sebagai mengamati subjek (majalah Gatra) dan objek (ilustrasi sampul majalah Gatra tahun 2015 yang menyajikan sosok pemimpin/presiden) secara langsung. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian. Dokumen yang

23 11 digunakan adalah majalah Gatra tahun 2015 yang menyajikan sosok pemimpin/presiden. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. F. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN Latar belakang masalah, Batasan dan Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II: TINJAUAN TEORITIS Peran Sampul pada Majalah, Konsep Kepemimpinan dalam Pandangan Islam, dan Semiotika Charles Sanders Pierce. BAB III: PROFIL MAJALAH GATRA Gambaran umum dan Sejarah Singkat Majalah Gatra, Perkembangan Sirkulasi/Distribusi, Perkembangan Perusahaan Gatra, Visi dan Misi Majalah Gatra, Realitas Objektif Sosok Presiden.

24 12 BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA Objek Semiotik dalam Sampul Majalah Gatra, Hasil Temuan dalam Sampul Majalah Gatra, dan Interpretasi dalam Sampul Majalah Gatra Edisi 5-11 Februari 2015, Februari 2015, Mei 2015, Mei 2015, Mei 2015, Juni 2015, Agustus 2015, dan November BAB V: PENUTUP Kesimpulan dan Saran.

25 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah 1. Majalah Majalah yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan peristiwa) secara lebih medalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama. Majalah dapat diterbitkan secara mingguan dwi mingguan, bulanan, bahkan dwi/triwulanan. Majalah terdiri atas: majalah umum (untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu). Majalah dapat menjalani fungsi memberi informasi, menghibur, atau mendidik. Halaman muka (cover) dan foto dalam majalah diupayakan sebagai daya tarik. 1 Sedangkan menurut Marcel Danesi dalam Pengantar memahami semiotika media, sebuah majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan secara berkala. Di dalam sebagian besar majalah terdapat ilustrasi. Mereka menampilkan berbagai informasi, opini, dan hiburan konsumsi massa. Sebagai contoh, majalah akan meliput pelbagai peristiwa dan mode mutakhir, membahas masalah luar negeri, atau membahas cara memperbaiki alat-alat rumah tangga atau menyiapkan makanan. Beberapa majalah hanya bertujuan untuk menghibur para pembacanya dengan kisah fiksi, puisi, fotografi, kartun, atau artikel tentang siaran televisi atau bintang-bintang film; yang lain memberikan informasi dan panduan 1 Syafrudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h

26 14 profesional kepada orang-orang yang bekerja di bidang-bidang tertentu (dari mekanik mobil sampai praktik kedokteran). 2 Sebagai salah jenis media massa, media cetak memiliki 5 (lima) orientasi yang perlu ada dalam setiap penyajian berita. Kelima orientasi media cetak adalah (1) aktualitas, yang mengacu pada keadaan yang sebenarnya; (2) publisitas, yang mengacu pada penyampaian informasi kepada publik; (3) periodesitas, yang mengacu pada konsistentsi jadwal penerbitan; (4) universalitas, yang mengacu pada keberagaman isi berita; dan (5) dokumentatif, yang mengacu pada dokumentasi konkret dan dapat didokumentasikan. 3 Majalah adalah media yang paling sederhana organisasinya, relatif lebih muda mengelolanya, dan tidak membutuhkan modal yang banyak. Ini karena majalah terbit secara berkala dibandingkan dengan surat kabar yang harus terbit setiap harinya. Sehingga, dari segi jumlah, orang yang terlihat dalam dalam penyajian informasi di surat kabar jauh lebih banyak dibandingkan dengan majalah. Bila dilihat dari segi kategorisasinya, majalah terbagi menjadi majalah umum (untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu). Sebenarnya, tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang hendak dituju, artinya redaksi sudah menentukan sebelumnya siapa yang akan menjadi sasaran pembacanya, seperti majalah untuk anak, majalah untuk remaja pria, majalah untuk gadis, 2 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h Syafrudin Yunus, Jurnalistik Terapan, h

27 15 majalah untuk wanita pekerja, majalah untuk ibu dan anak, majalah untuk pria dewasa, majalah untuk fashion, majalah untuk masak, dan masih banyak lagi. Dominick (1999) mengklasifikasikan, majalah ke dalam lima kategori, yaitu: 1) general consumer magazines (majalah konsumen umum); 2) bussines publication (majalah bisnis); 3) literacy review and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah); 4) newsletter (majalah khusus terbitan berkala); dan 5) public relations magazines (majalah humas) Sampul Majalah Cover atau halaman muka majalah adalah daya tarik utama sebuah majalah. Cover adalah lembaran bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Biasanya lebih tebal daripada kertas isi, dibuat berwarna-warni, dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca. Karena orang tidak membaca seluruh isinya pada saat membeli, maka peranan cover sering dianggap menampilkan citra dan karakter perusahaan bersangkutan. 5 Sebuah sampul terdiri dari beberapa unsur diantaranya adalah ilustrasi gambar, fotografi, headline, topik unggulan majalah, warna dasar, log majalah, dan informasi pendukung seperti barcode dan tanggal terbit. 4 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2011), h Yohanna Amanda, Citra Perempuan dalam Sampul Majalah Popular Pada No.310 Edisi November 2013, Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNRI, Vol 2-No.1 Februari 2015, h.3-4.

28 16 Menurut Ellen McCracken dalam buku Turning It On, A Reader in Women and media. Ia menyebutkan bahwa kebanyakan sampul mencoba untuk membentuk representasi pembaca yang ideal, yang ingin disasar oleh pemasang iklan. Selain itu yang sering juga dilakukan adalah sebuah ikon yang berfungsi sebagai penanda, ataupun konotasi lain pada sebuah kasus tertentu. Tanpa terkecuali, teks verbal pada sampul yang terdiri dari nama majalah dalam huruf yang besar dan rangkaian topik utama didesain untuk menarik pembaca dengan tulisan tertentu yang ada di dalam majalah. 6 McCracken juga menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah yaitu membaca apa yang dibangun majalah tersebut dengan meletakkan definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan foto atau ilustrasi. Kalimat, penekan, warna, gambar visual, gambaran tersembunyi dari karya yang dinikmati sampai pada posisi pada isi sebuah majalah. Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari sampulnya, tapi model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari simbol yang ada pada sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat. Sampul adalah hal yang paling penting dalam beriklan di dunia majalah, dan lalu melalui perannya sebagai identitas gaya, sistem semiotik, dan kerangka. Hubungan saling mempengaruhi dari fotografi, kata verbal, dan teks yang berwarna dalam tiap sampul majalah menciptakan nilai yang dimuat dalam pengertian kebudayaan tetapi bermaksud untuk menarik pengiklan dan meningkatkan penjualan. Sampul 6 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h.98, dikutip dari Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.13, Oktober 2013.

29 17 majalah menjalankan peran sebagai pengenal aliran, sistem tanda, dan kerangka untuk meraih hasil. Setiap peran yang dimainkan sangat dekat hubungannya dengan struktur komersial dari industri majalah dan akan menjadi berbeda dengan tujuan majalah lain yaitu melakukan perubahan. 7 Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampulnya atau halaman 1. Berbeda dengan koran siswa, yang biasanya menampilkan tiga atau lebih berita di halaman 1, majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus harus seperti itu, sebab jika dimuati tiga atau empat berita, maka halaman itu akan tampak penuh dan padat. Sampulnya mungkin berupa foto atau gambar lainnya. Sampul juga sering dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di dalam publikasi. Sering kali berita sampul (cover story) diletakkan di halaman tengah atau dalam beberapa halaman liputan khusus yang tidak berada di halaman awal. Pengenalan dan pengembangan berita sampul dan fokus berita sebagai feature berita adalah dua ciri terpenting yang membedakan majalah berita dengan media berita lainnya. Dengan hanya judul majalah dan headline teaser disampulnya, desainer bisa menata banyak ruang kosong di sampul itu secara lebih kreatif. 7 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h.98, dikutip dari Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.14, Oktober 2013.

30 18 Desainer bisa menggunakan foto atau karya seni dengan satu headline, atau kombinasi lainnya. Pastikan semua unsur yang ada di sampul adalah bagus dan menarik. Bagaimanapun, sampul memberi kesan pertama bagi pembaca. Foto atau gambar lainnya harus sangat menarik. Gambar harus disunting untuk menghasilkan dampak maksimal bagi pembaca dan tidak mengandung kelemahan dalam hal ketajaman dan kontrasnya. Jika menggunakan karya seni, ia harus direproduksi dengan kualitas yang tinggi. Entah menggunakan foto atau karya seni, perlunya headline teaser dan teller. Sebuah foto orang yang beraksi juga membutuhkan caption, yang bisa dimuat di halaman 1 atau di dalam halaman sampul. Berita berawal di sampul dapat diteruskan di tengah halaman dalam atau bagian lain dari majalah itu. Banyak majalah berita membagi ruang sampul menjadi ruang foto atau headline teaser atau rujukan (yang menunjukan isi di dalam majalah). Headline ringkas ini harus menarik dan mengesankan atau mengejutkan, sehingga memicu pembaca untuk melongok ke isi beritanya. Karya seni, foto-foto kecil dan grafik dapat dipakai bersama dengan headline untuk menambah daya tarik. 8 Sebagai sarana komunikasi, ilustrasi gambar baik itu karikatur maupun fotografi menyimpan makna yang lebih mendalam dibandingkan tulisan. Ilustrasi merupakan pesan non-verbal yang mampu menjelaskan dan 8 Tom E. Rolnicki, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism) (Jakarta: Kencana, 2008), h

31 19 memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Ilustrasi gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata sehingga cepat diterima khalayak. Media gambar atau visual mampu mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan. Sebuah gambar mampu menjelaskan ribuan kata. 9 Dengan pemaparan di atas, dalam mengungkap sebuah makna dibalik gambar atau ilustrasi pada sampul majalah memerlukannya analisis dengan pendekatan teori semiotika yakni semiotika Charles Sanders Pierce. B. Teori Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). 10 Semiotika adalah ilmu tanda-tanda. Studi tentang tanda dan gejala yang berhubungan dengannya. Ilmu semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bertanggung pada pengguna tanda tersebut. 9 Syarifa Larasati, Sosok Perempuan Pelaku Kejahatan Pada Sampul Majalah Detik (Analisis Semiotika), Jurnal UNDIP, Oktober Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h.15.

32 20 Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada. 11 Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Pierce ( ) dan Ferdinand de Saussure ( ) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Pierce dan yang satu menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan itu mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika. C. Semiotika Charles Sanders Peirce Menurut Charles Sanders Pierce semiotika adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda. Bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari ilmu filsafat. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah 11 Rahmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h

33 21 semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam. 12 Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik, gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggambungkan kembali ke semua komponen dalam struktur tunggal. Semiotik ingin membongkar bahasa secara keseluruhan seperti ahli fisika membongkar suatu zat dan kemudian menyediakan model teoritis untuk menunjukan bagaimana semuanya bertemu di dalam sebuah struktur. 13 Menurut Charles Sanders Pierce, semiotika berangkat dari tiga elemen utama tersebut, yang disebut Pierce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning. a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat diungkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuau yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.acuan tanda ini disebut objek. b. Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. 12 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), h.97.

34 22 c. Pengguna Tanda (Interpretant) Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Yang dikupas teori segitiga, maka adalah persoalan makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan antara tanda, objek, dan interpretant digambarkan Peirce pada gambar. 14 Gambar 2.1 Hubungan tanda, objek, dan interpretan (Triangle of Meaning) 15 Sign Interpretant Object Teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce yang terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretan (interpretant). Menurut Pierce, salahsatu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga 14 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, cet. 2, h Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, cet. 2, h.263.

35 23 makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. 16 Bagi Peirce, tanda is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda; misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang besifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tandanya api. Tanda dapat 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h

36 24 pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering tejadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. 17 Peirce melihat subjek sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses signifikasi. Meodel triadik Peirce (representamen + objek + interpretan = tanda) memperlihatkan peran besar subjek dalam proses transformasi bahasa. Tanda dalam pandangan Peirce selalu berada di dalam proses perubahan tanpa henti, yang disebut proses semiosis tak terbatas 17 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h

37 25 (unlimited semiosis), yaitu proses penciptaan rangkaian interpretan yang tanpa akhir. 18 Pada tahap pertama, semiosis melibatkan hubungan antara tanda dengan objek. Tahap ini untuk mengetahui bagaimana representasi sebuah objek melalui tanda. Selanjutnya pada tahap kedua, terjadi hubungan antara tanda dengan interpretan pada subjek. Representasi objek melalui tanda (dalam tahap satu) kemudian menimbulkan pemaknaan atau pemahaman di benak subjek, sehingga menimbulkan beberapa interpretasi. Dan terakhir, terjadi hubungan tanda dengan pemahaman. Pada tahap ini, beberapa interpretasi yang dilakukan oleh subjek ditampilkan sesuai dengan konteks, sehingga sebuah interpretasi kemudian muncul sesuai dengan situasi maupun keadaan di mana tanda tersebut berada. 19 Model triadik Peirce ini memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu representamen (sesuatu yang merepresentaikan sesuatu yang lain), objek (sesuatu yang direpresentasikan) dan interpretan (interpretasi seseorang tentang tanda). Model triadik ini diuraikan elemen-elemennya secara lebih detail sebagai berikut 20 : 18 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna, (Jalasutra: Yogyakarta, 2003), h Indah Prastika, Analisis Semiotika Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil di Harian Umum Media Indonesia Edisi Disapu Banjir, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2013, h Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna, h.267.

38 26 Tabel 2.2 Tiga Trikotomi Model Semiotik Peirce Trikotomi Kategori Firstness Otonom atau berdiri sendiri Representamen Objek Interpretan Qualisign - Proper sign - Tanda potensial - Kepertamaan - Apa adanya - Kualitas Ikon - Kopi - Tiruan - Keserupaan - Kesamaan Rheme - Class name - Proper name - Masih terisolasi dari konteks Secondness Dihubungkan dengan realitas Thirdness Dihubungkan dengan aturan, konvensi, ata kode Sinsign - Token - Pengalaman - Prilaku - Perbandingan Legisign - Tipe - Memori - Sintesis - Mediasi - Komunikasi Indeks - Penunjukan - Kausal Simbol - Konvensi - Kesepakata n Dicent Tanda eksistensi aktual Argument Gabungan dan dua premis Kategori-kategori dan pembedaan-pembedaan trikotomis yang dibuat oleh Peirce mengenai tanda mau tidak mau merupakan pintu masuk yang terelakan bagi hampir setiap teori tanda yang muncul lebih kemudian dan menjadi sumber bagi salahsatu tradisi utama didalam semiotika. Peirce mengembangkan seluruh klasifikasinya itu berdasarkan tiga kategori universal berikut: a. Kepertamaan (firstness) adalah mode berada (mode of being) sebagaimana adanya, positif, dan tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Ia adalah kategori dari perasaan yang tak-terefleksikan

39 27 (unreflected feeling), semata-mata potensial, bebas, dan langsung; kualitas yang tak-terbedakan (undifferentiated quality) dan taktergantung. 21 Dilihat dari sudut pandang representamen, Peirce membedakan tanda-tanda menjadi qualisign, sinsign dan legisign. Pembedaan ini berdasarkan hakikat tanda itu sendiri, entah sebagai sekedar kualitas, sebagai suatu eksistensi aktual, atau sebagai kaidah umum. Pertama, qualisign, tanda yang berkaitan dengan kualitas, walaupun pada dasarnya tanda tersebut belum dapat menjadi tanda sebelum memwujud (embodied). Tanda ini biasanya berdisi sendiri dalam artian belum dikaitkan dengan tanda lainnya. Contohnya hawa panas yang kita rasakan saat berada di dalam ruangan ketika siang hari bolong, merupakan qualisign sejauh ia hanya terasa, tidak atau belum direpresentasikan dengan apa pun. Kedua, sinsign, adalah suatu hal yang ada secara aktual yang berupa tanda tunggal. Ia hanya dapat menjadi tanda melalui kualitas-kualitasnya sehingga melibatkan sebuah atau beberapa qualisign. Sinsign pada umumnya merupakan perwujudan dari qualisign. Hawa panas yang dirasakan tadi apabila dikatakan dengan kata panas, maka kata tersebut adalah sinsign. Sambil mengucapkan kata panas, secara spontan, tangan kita mungkin mengibaskan tangan untuk merepresentaikan hawa panas yang kita rasakan. Maka gerakan tangan itulah yang kemudian menjadi sinsign. Ketiga, legisign adalah suatu hukum atau 21 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, h.77.

40 28 kaidah yang merupakan tanda. Setiap tanda konvensional kebahasaan adalah legisign. Misalnya ungkapan suatu hari yang cerah adalah legisign karena hanya dapat tersusun berkat adanya tatabahasa, khususnya kaidah stuktur frase, di dalam bahasa Indonesia yang mengharuskan kata benda (nomina) diletakkan mendahului kata sifat (adjekif) (N=Adj). 22 b. Kekeduaan (secondness) mencakup relasi pertama dengan yang kedua. Ia merupakan kategori perbandingan (comparison), faktisitas (facticity), tindakan, realitas, dan pengalaman dalam ruang dan waktu. 23 Dipandang dari sisi hubungan representamen dengan objeknya, yakni hubungan menggantikan atau the standing for relation, tanda-tanda diklasifikasikan oleh Peirce menjadi ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Pertama ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Sultan adalah ikon dari ibu jari Sultan. Kedua indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut 22 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, h Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, h.77.

41 29 juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap dan api, asap menunjukan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Ketiga, simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti apa yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang eskimo, misalnya Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung biasa. 24 c. Keketigaan (thirdness) menghantar yang kedua kedalam hubungannya dengan yang ketiga. Ia adalah kategori mediasi, kebiasaan (habit), ingatan, kontinuitas, sintesis, komunikasi (semiosis), representasi, dan tanda-tanda. 25 Pembagian terakhir yakni menurut hakikat interpretannya, Pierce membedakan tanda-tanda mejadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign atau dicisign), dan argumen (argument). Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apa pun yang tidak betul dan tidak salah. Sebuah huruf atau fonem yang berdiri sendiri adalah rema, bahkan nyaris semua kata tunggal dari kelas kata apa Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, h

42 30 pun, entah kata kerja, kata benda, kata sifat, dan lain sebagainya adalah rema pula, kecuali kata ya dan tidak atau benar atau salah. Tanda berupa rema biasanya memunculkan beragam pilihan makna, misalnya seseorang bermata merah bisa menandakan dia sakit mata, baru bangun tidur, atau akibat menangis. Kedua, tanda disen atau dicisign adalah tanda eksistensi aktual, suatu tanda faktual (a sign of fact), yang biasanya berupa ungkapan yang dapat dipercaya, disangkal, atau dibuktikan kebenarannya. Jadi tanda ini telah berupa pernyataan atau sesuatu sudah nyata maknanya. Misalnya seperti pernyataan Tom adalah seekor kucing. Dari pernyataan tersebut mungkin saja salah, namun juga bisa benar jika dikaitkan dengan sebuah film kartun anak-anak. Ketiga, argumen adalah tanda hukum atau kaidah yang didasari oleh prinsip yang mengarah kepada kesimpulan tertentun yang cenderung benar. Apabila tanda disen cuma menegaskan eksistensi sebuah objek, maka argumen mampu membuktikan kebenarannya. Contoh yang paling jelas dari sebuah argumen bisa dibaca pada silogisme: Semua kucing bermusuhan dengan tikus. Tom adalah seekor kucing. Maka, Tom kucing bermusuhan dengan Jerry tikus Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, h.81.

43 31 D. Kepemimpinan dalam Pandangan Islam 1. Teori Kepemimpinan Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecapakan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu. Pemimpin adalah seorang pribadi yang meiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai satu sasaran tertentu. Jadi pemimpin itu harus memiliki satu atau beberapa kelebihan, sehingga dia mendapat pengakuan dan respek dari para pengikutnya, serta dipatuhi perintahnya. 27 Sedangkan menurut Thohlah Hasan pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dan hak untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya. Sedangkan pengertian kepemimpinan dapat dibedakan antara kepemimpinan sebagai status dan kepemimpinan sebagai proses sosial. Kepemimpinan sebagai status, merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban, yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Dan kepemimpinan sebagai proses sosial, mencakup segala tindakan yang dilakukan seseorang atau Kartono Kartini, Pemimpin dan kepeminpinan apakah kepemimpinan abnormal itu?, h.

44 32 suatu badan, yang dapat menggerakan tindakan warga masyarakat atau pengikutnya Kepemimpinan Dalam Islam Kepemimpinan Islam adalah pemegang prinsip-prinsip yang bersumber dari sejumlah konsep yang apabila dianggap remeh atau dilupakan maka akan sia-sia atau hilang. Sebaliknya apabila dipegang dan dijadikan acuan maka akan membawa kebaikan dan berarti da wah telah ditegakkan berdasarkan pada kemurnian aqidah dan akhlaq yang mulia. 29 Istilah yang sering dihubungkan dengan konsep negara dan pemerintahan adalah khilafah dan imamah. Dua istilah yang terkait erat dengan persoalan kepemimpinan, pertama, imamah yang kemudian popular di kalangan syi ah, dan kedua, khilafat yang terkenal di kalangan sunni. Walaupun demikian, kedua konsep yang menjadi ciri khas masing-masing sunni dan syi ah mengandung prinsip yang berbeda. Khilafat dalam perspektif sunni didasarkan pada dua rukun utama, yaitu konsensus (ijma) dan pemberian legitimasi (bai ah). Sedangkan imamah dalam persepektif syi ah menekankan dua rukun lain, yaitu: kekuasaan imam (wilayah) dan kesucian imam (ismah). Konsep imamah dan khilafah memiliki akar kata dalam al-qur an. Tidak lebih 12 kali dalam al-qur an kata-kayta imam disebutkan. Pada 28 Muhammad Tholhah Hasan, Islam & Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h Musthafa Muhammad Thahhan, Model kepemimpinan dalam amal islami, (Jakarta: Robbani Press, 1985), h.21.

45 33 umumnya kata-kata imam menunjukan kepada bimbingan kepada kebaikan, meskipun kadang-kadang dipakai untuk seorang pemimpin suatu kaum dalam arti yang tidak baik, seperti: Artinya: Maka perangilah pemimpin-peminmpin orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti. 30 Ayat yang menunjukan imam sebagai ikutan yang baik disebut dalam: Artinya: Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (laukh makhfudz). 31 (Yasin (36): 12) Di dalam hadis pun, istilah imam itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan imam yang baik adalah imam yang mencintai dan mendoakan rakyatnya serta dicintai dan didoakan oleh rakyatnya, sedangkan imam yang buruk adalah imam yang membenci rakyatnya dan dibenci serta dilaknat oleh rakyatnya. Istilah Imamah dalam bahasa Arab dan kepemimpinan dan bahasa Indonesia merupakan kata yang erat kaitannya dengan persoalan politik pemerintahan. Dalam bahasa Arab kata Imamah yang berasal dari kata 30 Al-Qur an dan Terjemahannya, Surat At-Taubah (9): Al-Qur an dan Terjemahannya, Surat Yasin (36):12.

46 34 imam berarti pemimpin, dan pemuka atau orang menjadi pimpinan. Sejak awal istilah imam digunakan guna menyebut seseorang yang memimpin (amma) shalat berjamaan di antara para partisan (ma;maum). Pada saat itu, tidak sedikit pun pola pemikiran kaum muslimin tentang keterkaitan istilah imam dengan kepemimpinan negara. Namun dalam perjalanan historisnya, ketika khulafaurrasyidin memegang tampuk kepemimpinan, mereka tidak hanya berperan sebagai tokoh agama, ahli hukum dan imam shalat, tetapi juga kepala negara yang bertugas mengatur dan mengurus persoalan-persoalan pemerintahan, maka sejak itu pula gelar imam tidak lagi khusus bagi para imam shalat, tetapi juga kata imam sering dikonotasikan sebagai pemimpin kenegaraan atau presiden. Dari kenyataan historis tersebut, istilah imam kemudian sering diidentikkan dengan khalifah, sultham amir, kepala negara, dan presiden. Oleh karenanya, imam adalah seorang yang diikuti oleh suatu kaum. Kata imam lebih banyak digunakan untuk orang yang membawa kepada kebaikan, seperti pemimpin shalat, pemimpin agama. Dalam Islam, imamah berfungsi sebagai institusi yang menggantikan peran kenabian Nabi Muhammad SAW dalam melindungi agama Islam dan mengatur kemaslahatan dunia. Hal ini bertolak dari cara atau gaya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang tidak hanya mengatur persoalan-persoalan keagamaan tapi juga menyangkut persoalan politik. Oleh karena itu, setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Allah mestilah mengangkat seorang pemimpin bagi ummat-nya sebagai pengganti Nabi, pelindung, agama, dan pemegang mandat politik.

47 35 Ar-Razi berpendapat bahwa pengangkatan seorang imam adalah wajib, kewajiban itu bukan hanya datang dari Allah SWT, melainkan karena kebutuhan manusia itu sendiri. Argumentasi yang dikemukakan adalah pengangkatan imam itu meruapakan usaha untuk menolak mudarat/kejahatan, dan kejahatan itu tidak mungkin tertolak tanpa adanya imam. Menolak kejahatan demi keselamatan jiwa, menurutnya adalah wajib. Oleh karenanya, merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang yang waras untuk mengangkat seseorang imam bagi mereka. Kewajiban mengangkat imam tersebut dipikul oleh rakyat secara bersama-sama, dalam bentuk kewajiban kifayah (kolektif). Karenanya, sumber kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Argumentasi tentang pengangkatan imam sesungguhnya lebih bersifat pertimbangan rasional (aqli) dari pada pertimbangan normatif sebagaimana biasanya terdapat dalam doktrin al-qur an dan al-sunah. Secara umum, baik al-qur an maupun al-sunah hanya menjelaskan hal-hal yang berkaitan persoalan politik, tetapi secara eksplisit menjelaskan persoalan penangkatan imam. Walaupun demikian ada beberapa ayat yang sering dijadikan para ulama dalam menjelaskan persoalan imam. 32 Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa (4) ayat 59: Mufid Moh, Politik dalam Persepektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h. 31-

48 36 Artinya: Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu sekalian kepada Allah dan rasul-nya serta ulil amri di antara kamu 33 Al-Qur an dan as-sunnah sebagai rujukan pertama dan utama umat Islam telah menampilkan lima terminologi tentang kepemimpinan yaitu: a. Al-Imam (perhatikan QS. 25: 74), bentuk jamaknya adalah al-aimmah sebagaimana disebutkan dalam hadits Shahih Bukhari dan Muslim. Imam artinya pemimpin yang berada di depan (amam). Istilah ini juga sangat populer dipergunakan selain untuk kepemimpinan politik dan intelektual, ia juga populer dipakai untuk kepemimpinan dalam shalat berjama ah. Ungkapan ini dalam bahasa Arab tampil dengan bentuk isim fa il (subjek). Tetapi dalam bahasa Arab ungkapan ini juga berarti objek (makmum). Oleh karenanya mengomentari ayat 25:74 itu, Imam Ibnul Qayyim menyampaikan dengan ungkapan, Ya Allah jadikanlah kami makmum bagi orang-orang yang bertakwa. Karena seorang pemimpin berada dalam posisi imam, maka dari itu haruslah bersiap berada di depan atau di belakang bersama orang-orang bertakwa, dan bahkan ia harus siap untuk menjadi imam maupun makmum dalam shalat dengan segala hikmah yang terkandung dalamnya. b. Al-Khalifah bermakna pemimpin yang mewakili, menggantikan, dan siap diganti oleh pelanjutnya (QS. 2:30). Karenanya para Khulafa ar- Rasyidun selain menggantikan Rasulullah s.a.w sebagai pemimpin, mereka juga menlanjutkan risalah beliau, bahkan siap dan rela bila kepemimpinannya dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berikutnya. 33 Al-Qur an dan Terjemahannya, Surat An-Nisa (4):59.

49 37 Dalam terminologi ini, seorang pemimpin haruslah dalam posisi tidak melanggengkan kekuasaannya, melainkan ia selalu beraktifitas bijak termasuk mempersiapkan keberlanjutan kepemimpinan berikutnya. c. Al-Malik artinya raja. Hanya saja Al-Qur an sekaligus mengaitkan status ini dengan hakikat kerajaan yang sepenuhnya adalah milik Allah saja. Sementara kekuasaan kerajaan yang diberikan kepada manusia hanyalah bersifat nisbi yang semestinya digunakan untuk merelisir kemaslahatan kehidupan. Di antara kemaslahatan tersebut adalah memunculkan kesentausaan bagi sang Raja dan bagi rakyatnya dengan sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah SWT. Karenanya Allah menegaskan bahwa Dia-lah Raja dari para raja. Oleh karenanya para raja di dunia itu haruslah menselaraskan diri dengan hakikat kekuasaan yang mereka miliki dan tidak melampauinya agar tidak muncul kehinaan dan kezaliman bagi kemanusiaan. d. Al-Amir artinya seorang pemimpin yang dapat memerintah. Ia pun berarti ism maf ul (objek) sehingga bermakna pemimpin yang dapat dikoreksi oleh rakyatnya atau diperintah untuk memperbaiki diri oleh rakyatnya. Seorang pemimpin dalam terminologi ini adalah seorang pemberani dan berwibawa, sehingga ia dapat efektif memerintah melalui perintahnya yang ditaati rakyat, ketika perintah itu benar. Ia dapat berlapang dada untuk menerima perintah dari rakyat melalui koreksi mereka. Dengan cara ini, kehidupan kepemimpinan di suatu negeri akan membawa manfaat yang besar bagi kehidupan bangsa dan efektifnya penyelenggaraan negara.

50 38 e. Ar-Ra i artinya adalah pemimpin yang senantiasa memberikan perhatian kepada ra iyah (rakyat) (HR.Bukhari Muslim). Dalam hadits Rasulullah s.a.w sering mengingatkan bahwa peran kepemimpinan yang selalu peduli kepada rakyatnya itu ada di seluruh level kepemimpinan. Beliau pun mengaitkan secara langsung korelasi positif timbal balik antara ra i dan ra iyyah-nya. Keakraban semacam ini lah yang bila dilakukan seorang pemimpin tentu akan menciptakan iklim kepemimpinan yang penuh empati, keperdulian dan kedekatan dengan rakyat. 34 Pemimpin Islam harus menjadi model keteladanan dalam segala hal, dimana kekuatannya lebih banyak diperoleh dari jati dirinya daripada dari keputusan-keputusan di atas kertas. Pemimpin harus memiliki daya penalaran kuat, pengetahuan luas, dan berani. Rasulullah saw adalah seorang pemberani dan paling kuat mentalnya. Para sahabat apabila perang berkecamuk berlindung pada Rasulullah saw. Pemimpin juga harus bertutur kata yang baik dan berbudi pekerti luhur, tidak berbicara kotor dan tidak mengikuti hawa nafsu. Kerusakan yang sering dialami oleh berbagai jama ah adalah karena adanya orang-orang yang melukai orang dengan kata-katanya yang pedas. Pemimpin harus bersifat bijak. Sifat bijak tidak tampak dalam waktu-waktu santai dan senang melainkan akan tampak ketika seseorang dapat mengendalikan diri pada saat emosi. Pemimpin harus memiliki sifat pemaaf, lembut, dna 34 Hidayat Nur Wahid, Mengelola Masa Transisi menuju masyarakat madani, (Ciputat: Fikri, 2004), h

51 39 bertenggang rasa. Dengan sifat ini ia mendapat teman karib dan merangkul orang jauh. Pemimpin harus menetapi perjanjian yang telah disepakati, baik perjanjian dengan sang penciptanya untuk menjadi manusia yang dapat dipercaya dalam da wahnya maupun terhadap dirinya sendiri; hanya mencari ridha Allah ta ala dalam pekerjaannya. Pemimpin harus bersifat cerdas dan berwawasan luas, dadanya bersih dari kedengkian, kezaliman, dan kesombongan. Pempimpin harus tidak terpengaruh oleh perbuatan adu domba, sifat ini mempunyai makna penting bagi pemimpin. 35 Pemimpin Islam bertanggung jawab menghidupkan dan menyebarluaskan prinsip syura dalam semua pengambilan keputusan sebab syura merupakan satu kewajiban syar i. Ibnu Arabi berkat: Musyawarah itu pokok agama dan sunatullah dalam alam. Musyawarah adalah kesepakatan pada suatu masalah di mana masing-masing mengemukakan pendapatnya. Kata ini berasal dari kata dasar isyarat. Dalam tafsir fiman Allah ta ala: Dan urusan mereka adalah dimusyawarahkan sesama mereka. Ibnu Arabi mengemukakan, syura ialah tidak bersikukuh pada satu pendapat dan tidak langsung menyalahkan pendapat mereka sehingga meminta bantuan orang lain yang dipandang mempunyai pengetahuan tentang maksudnya Musthafa Muhammad Thahhan, Model kepemimpinan dalam amal islami, (Jakarta: Robbani Press, 1985), h Musthafa Muhammad Thahhan, Model kepemimpinan dalam amal islami, h.25.

52 40 Veitzal Rivai menyebutkan sekurangnya ada enam ciri kepemimpinan dalam Islam, yaitu: 1. Setia kepada Allah Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah, artinya bahwa kepemimpinan yang dijalankan itu adalah merupakan perwujudan dari pada kesetiaan seseorang kepada Allah SWT, bukan karena ambisi ingin menjadi pemimpin, jadi semua prilaku kepemimpinannya itu adalah tunduk terhadap semua aturan hukum atau aturan syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT. 2. Tujuan Islam secara menyeluruh Pemimpin harus mampu melihat bahwa tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, apalagi kepentingan orang perorang, akan tetapi disampingkan untuk kepentingan kelompok, orang perorangan juga dalam rangka memenuhi kepentingan dalam lingkup yang lebih luas yaitu kepentingan Islam secara keseluruhan. 3. Menjunjung tinggi syariat dan akhlak Islam Pemimpin itu sangat terikat dengan peraturan yang terkandung di dalam syariat Islam, oleh karenanya seseorang boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada aturan-aturan yang terkandung di dalam syariat Islam. Dalam kondisi tertentu di mana pemimpin itu tidak memperhatikan dan mengabaikan aturan-aturan yang terkandung di dalam syariat Islam maka pada saat itu ia harus dimaksulkan, karena ia justru orang yang akan membahayakan Islam itu sendiri. Kecuali itu seorang pemimpin di dalam upaya mengendalikan urusannya itu ia

53 41 harus menjunjung tinggi akhlak Islam, baik ketika ia berurusan dengan orang-orang yang sefaham apalagi ketika ia berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham. 4. Pengemban amanat Pemimpin adalah seseorang yang menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah SWT.oleh karena itu ia memiliki sebuah tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukan sikap yang baik kepada para pengikutnya atau para pahlawan atau para bawahannya. Dalam Al- Quran, Allah SWT berfirman: ال ذ ين إ ن م ك ن اه م ف ا ل ر ض أ ق ام وا الص ل ة و آت و ا الز ك اة و أ م ر وا ب ال م ع ر وف و ن ه و ا ع ن ال م ن ك ر و ل ل ه ع اق ب ا ل م و ر Artinya: (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan Bermusyawarah dan tidak sombong Merupakan prinsip dasar kepemimpinan Islam adalah terlaksananya musyawarah sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah dalam kepemipinan. Dengan prinsip dasar ini akan memunculkan sikap adil dan memberikan kebebasan berfikir kepada semua pihak dalam lingkup kepemipinannya. Oleh karena itu pemimpin Islam bukanlah 37 Al-Qur an dan Terjemahannya, Surat Al-Hajj (22):41.

54 42 kepemipinan tirani yang mengabaikan proses koordinasi. Namun bermusyawarah dengan pihak terkait yang dilaksanakan secara terbuka dan obyektif dengan menjunjung tinggi rasa saling menghormati merupakan prinsip yang harus dipertahankan. Dengan melaksanakan prinsip musyawarah ini akan menghasilkan keputusan yang lebih adil seadil-adilnya, karena melalui prinsip ini akan mampu menciptakan kebebasan berfikir, menciptakan keterbukaan dan kebesaran hati untuk saling menerima adanya pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, walaupun, kemungkinan munculnya saling kritik dan saling menasihati satu sama lain sedemikian rupa. Akibat menggunakan prinsip inilah maka para pengikut atau para bawahan merasa senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama. 6. Disiplin, konsisten, dan konsekuen Disiplin, konsisten, dan konsekuen merupakan ciri kepemimpinan dalam Islam. Sikap dan sifat ini tentunya akan diwujudkan dalm semua tindakan atau perbuatan dalam melaksanakan kepemiminannya, ia akan selalu memegang janji, ucapan dan perbuatannya, karena ia yakin benar bahwa Allah SWT melihat semua apa yang diucapkan yaitu, yang ia tidak mampu melanggarnya Mulkanasir, Kepemimpinan Dakwah, (Ciputat: Dakwah Press, 2015), h

55 BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra Diawali dengan pembredelan Majalah Tempo, April 1994, awak Tempo yang ada dihadapkan pada pilihan yang bagaikan buah simalakama. Pertama, menerima pembredelan tersebut, dengan konsekuensi mencari perahu masing-masing. Atau, kedua, menerima pembredelan, sebagai konsekuensi menerima Majalah Gatra. Setelah dilakukan semacam memorandum, maka waktu itu sebagian besar awak Tempo, memilih alternatif kedua, yaitu menerbitkan Majalah Gatra. 1 Majalah Gatra terbit pertama kali pada 19 November Lahir dari tuntutan akan sebuah media informasi di tengah kawasan pembangunan Asia Pasifik yang bergejolak saat itu. Tidak mudah dalam memilih nama media yang kelak menjadi Gatra tersebut. Nama Gatra sendiri dipilih melalui pikiran yang cukup panjang. Gatra diangkat dari khazanah bahasa bangsa. Dipilih dengan maksud tidak mencerminkan simbol golongan, mudah diingat, mulus diucapkan, singkat ditulis dan lancar dilisankan. Gatra sendiri memiliki makna kata, wujud, sudut pandang. Tokoh-tokoh yang berada dibalik berdirinya Gatra sekaligus merupakan eks wartawan Tempo, antara lain Hery Komar, Mahtum 1 Noman Sanjaya, Strategi Redaksi Majalah Gatra dalam Proses Pembuatan berita pada Rubrik Laporan Khusus edisi 34 (Periode 2-8 Juli 2009), skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,Universitas Mercu Buana 2009, h,62. 43

56 44 Mastum, Lukman Setiawan, Harijoko Trisnadi dan Budiono Kartohadiprojo. 2 Kini, Gatra menjadi salah satu majalah berita terbesar di Indonesia. Gatra diolah dan dikemas oleh tangan-tangan profesional yang mempunyai sejarah panjang di ladang jurnalistik. Para penggerak Gatra adalah pekerjapekerja pers yang telah menjalani spesialisasi majalah berita lebih dari dua dasawarsa. Oplah Gatra saat ini eksemplar setiap terbit, ditambah dengan Gatra dalam format digital yang bisa dibaca via website, maupun piranti tablet Apple dan Android, yang bisa diunduh dari berbagai toko buku digital. Gatra cetak saat ini bisa diperoleh di semua kota besar di Indonesia, hingga sejumlah kota di mancanegara. Dari hasil survei tim Gatra, readership Gatra mencapai 1.000,000 orang. Mayoritas pembaca Gatra adalah dari sekelompok usia produktif antara 20 sampai 50 tahun sebesar 71,5% sementara pembaca di atas usia 50 tahun sebesar 28,9%. Mayoritas pembaca Gatra, ternyata, adalah kalangan berpendidikan tingkat sarjana hingga doctoral sebesar (67,2%). Gatra juga dipilih sebagai oleh pemasang iklan di Indonesia selama bertahun-tahun sebagai media yang efektif untuk berpromosi dan mengiklankan produknya. Mulai dari bisnis otomotif, properti, 2 Majalah Gatra, Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan Gatra (Jakarta: PT Linarasmekar, 1999), h.20, dikutip dari Fauziah Mursid, Analisis Wacana Teun A Van Dijk Dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Tentang Seruan Boikot Israel dari Newyork, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.34.

57 45 telekomunikasi, elektronik, perbankan, penerbangan sampai perusahaan BUMN dan institusi pemerintah. 3 B. Visi dan Misi Majalah Gatra Visi majalah Gatra adalah menjadi bacaan yang cerdas, bermanfaat, dan menghibur. Menjadi sumber refrensi yang jernih, dalam, luas, lengkap dan tuntas. Melakukan fungsi kontrol sosial dengan tajam tanpa menikam, hangat tanpa membakar, menggigit tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam, mengkritik tanpa menghasut. Dan, membangun industri informasi menuju masyarakat yang cerdas, berakhlak, dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong tegaknya hukum yang berkeadilan; menjadi rujukan informasi bagi masyarakat global. Misi majalah Gatra adalah menyajikan produk informasi yang terpercaya, mencerdaskan, objektif, akurat, jujur, berakhlak dan berimbang. Meningkatkan hasil usaha dengan cara nyang sehat, adil, efisien & efektif, inovatif, tumbuh dan disegani dalam bisnis global. Meninggikan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasaan dan loyalitas pembaca. 4 3 Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group, dikutip dari Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.42, Oktober Noman Sanjaya, Strategi Redaksi Majalah Gatra dalam Proses Pembuatan berita pada Rubrik Laporan Khusus edisi 34 (Periode 2-8 Juli 2009), skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,Universitas Mercu Buana 2009, h,63.

58 46 C. Realitas Objektif Kepemimpinan dalam Majalah Gatra Tahun 2015 merupakan tahun Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak Oktober Berbagai spekaluasi bermunculan saat Jokowi terpilih menjadi Presiden, apakah Jokowi berhasil menjadi Presiden yang baik seperti saat menjabat sebagai walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Kepemipinan Jokowi mulai dipertanyaan. Dalam kepemimpinan politik, sumber daya insaninya bisa dari partai politik, bisa pula dari calon independen. Baik dari partai politik yang mengusung maupun dari melalui jalur independen, begitu seseorang ditetapkan sebagai pemenang dan menduduki suatu jabatan, maka ia adalah pemimpin untuk rakyat yang dipimpinnya, jika ia seorang Presiden Republik Indonesia. Ketika sumpah jabatan diucapkan, ia adalah seorang presiden untuk rakyatnya. Sekat-sekat ideologis dan kepartaian tak lagi berlaku. Ia berjalan dalam koridor konstitusi di mana ia diberi amanah. 5 Oleh sebab itu, kepentingan partai tidak boleh dinomorsatukan. Yang dinomorsatukan adalah kepentingan rakyat yang dipimpinnya. Sebaliknya rakyat, begitu Komisi Pemilihan Umum menetapkan seseorang yang jadi pemenangnya, ia mesti menerima pemimpin baru itu, dan bekerja sama untuk terlaksananya program-program yang merujuk kepada konstitusi dan perundang-undangan yang berlaku. Begitu pula untuk kalangan dewan perwakilan rakyat, sepanjang program pemerintah itu prorakyat, mestinya mendapat dukungan sepenuh hati. 5 Majalah Gatra Edisi 29 Oktober-4 November 2015, h.76.

59 47 Inilah problema awal pemerintahan Jokowi-Kalla, setahun lalu. Ketika akan dilantik sebagai presiden RI, Jokowi dihadapkan pada kenyataan adanya dua kubu: Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). KIH adalah partai yang mengusung Jokowi-Kalla mengantarkannya menjadi Presiden-wakil presiden yang dimotori oleh Paratai Demokrasi Indonesia Perjuangan, sedangkan KMP yang beroposisi yang dimotori oleh Gerindra. Melihat kondisi seperti itu, Jokowi tak tinggal diam. Ia mendatangi Prabowo Subianto rivalnya dalam pemilu predisen sekaligus mengundang dalam pelantikannya, 22 Oktober 2014, kehadiran Prabowo Subianto dala acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden itu, menurut banyak pengamat, sebagai bentuk dukungan kepada pemerintahan yang baru itu. Dan, secara politik, sebenarnya, memudarnya hasrat sebagai oposisi. Dalam perjalanannya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tak lagi bisa bersatu, terpecah jadi dua: kubu Rommahurmuzy yang mendukung Jokowi-Kalla berhadapan dengan kubu Djan Faridz yang di KMP. Begitu pula di Golkar, kubu Agung Laksono merapat ke KIH, sedangan kubu Aburizal Bakrie bertahan di KMP. Dalam proses peradilan yang berliku selama setahun, akhirnya, pada 20 Oktober lalu, Mahkamah Agung, dalam putusan kasasinyam memenangkan Aburizal Bakrie dan Djan Faridz. Apa makna dibalik kemenangan Aburizal Bakrie dan Djan Faridz? Pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi, tek hendak ikut campur dalam

60 48 putusan peradilan, semua mekanisme sepenuhnya diserahkan kepada peradilan yang berlaku tanpa ada unsur intervensi dari pihak penguasa. Dalam konteks itulah hendaknya kita angkat topi pada Presiden Jokowi. Ia tak hendak menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan diri dan, apalagi untuk kepentingan partainya. Presiden Jokowi, dalam keputusan politiknya, tidak selalu linear dengan keinginan partai. Dan itu mesti dimaklumi. Salah satu contohnya adalah gagalnya Komjen Polisi Budi Gunawan mejadi Kapolri. Padahal, sejak awal pihak PDI-P memberikan restu kepada jenderal polisi bintang tiga itu. Oleh KPK, Budi Gunawan diduga telah menerima hadiah atau janji, dan karena itu ditetapkan sebagai tersangka, paruh Januari Akhirnya, Badrodin Haiti diangkat jadi Kapolri, dan Budi Gunawan, setelah memnangkan praperadilan, diangkat menjadi Waka Polri. Kita mencatat bahwa dalam kasus-kasus politik, Presiden Jokowi cukup piawai mengelolanya. Hujatan di sana-sini hanya dijawab dengan rapopo.., sambil menyunggingkan senyum. Sebagai Presiden, ia tidak pernah curhat apalagi mengeluh kepada rakyatnya. Ia tampil sebagai pemimpin yang selalu berusaha mengayomi rakyatnya, meskipun dirinya sendiri mungkin cukup menderita atas berbagai hal yang menimpa negeri ini. Begitulah pemimpin. Ia harus tampil tegar dan senyum kepada rakyatnya, sambil terus memperbaiki kinerjanya; juga kinerja pembantunya. Satu tahun pemerintahan Jokowi-Kalla, baru membangun fondasinya, baik

61 49 politik, ekonomi, meupun hukum. Di bidang politik menunjukan kemajuan yang cukup siginifikan, walaupun di bidang ekonomi dan hukum terasa lamban. Sebagai pemimpin, Presiden Jokowi memang harus jadi pengayom bagi semua anak bangsa, meskipun dirinya, boleh jadi, menderita karenanya. 6 6 Majalah Gatra Edisi 29 Oktober-4 November 2015, h.77.

62 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Pada bab hasil temuan dan analisis data ini peneliti akan menguraikan berbagai hal mengenai hasil dan analisis peneliti. Hasil dari penelitian ini peneliti peroleh melalui proses terhadap tanda-tanda yang ada pada sampul Majalah Gatra kemudian mendeskripsikannya ke dalam suatu bentuk analisis yang tersistematis. Bab ini mengacu kepada identifikasi masalah penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan dengan menggunakan metode analisis semiotika yang merupakan begian dari metode analisi data dalam penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti memfokuskan penelitian ini pada tanda-tanda yang terdapat dalam sampul Majalah Gatra dengan menggunakan teori segitiga semiotik Charles Sanders Pierce berdasarkan Sign (qualisign, sinsign, dan legisign), Object (icon, index, dan symbol), dan Interpretant (rheme, dicent sign atau dicisign dan argument). Selain itu dalam bab ini peneliti juga menambahkan beberapa tabel agar memudahkan pembaca mengerti apa yang diteliti. Peneliti juga menambahkan gambar agar pembaca dapat melihat dan mengetahui apa saja yang diteliti dan dapat juga melihat tanda-tanda yang ada dalam sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari 2015, Februari 2015, Mei 2015, Mei 2015, Mei 2015, Juni 2015, Agustus 2015, dan November

63 51 A. Objek Semiotika dalam Sampul Majalah Gatra Majalah Gatra merupakan majalah yang kerap kali mengulas berita-berita nasional baik itu isu sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Majalah Gatra mempunyai sampul yang kritis dan kontroversial dalam pembuatan objek gambar beserta teks dalam judul utamanya. Tak jarang pula Majalah Gatra menampilkan sosok elite politik tertentu dalam sampul majalah terbitannya. Dalam sampul Majalah Gatra yang peneliti jadikan bahan untuk di analisis adalah sampul yang menggambarkan sosok seorang Presiden RI yaitu Joko Widodo pada tahun Di tahun 2015 merupakan tahun pertama Presiden Joko Widodo menjabat sebagai pemimpin negara yang telah dilantik sejak Oktober Pada tahun pertama masa jabatannya berbagai permasalahan telah dilalui oleh Presiden Joko Widodo, mulai dari masalah kabinet kerja, kisruh KPK dan Kapolri, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan lainnya. Maka dari itu peneliti ingin melihat secara keseluruhan bagaimana rangkaian kasus ini terjadi dan Majalah Gatra mengemasnya sebagai suatu berita yang utuh dengan melihat dari sampul yang dibuatnya. Tabel 4.1 Sampul Majalah Gatra yang diteliti Judul 1. Memperkuat Ekonomi Rakyat 2. Ujung Dilema Jokowi 3. Titian Terjal Semester Awal 4. Reshuffle.. Reshuffle... Reshuffle Lembaga Donor Sudah Usang 6. Jalan Tol Jalan Kemakmuran 7. Kerja Inovatif Layanan Publik 8. Kerja Belum Selesai Belum Apa- Apa Edisi 1. Edisi 5-11 Februari Edisi Februari Edisi 7-13 Mei Edisi Mei Edisi 30-6 Mei Edisi Juni Edisi Agustus Edisi 29-4 November 2015

64 52 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Sampul Majalah Gatra Sampul Majalah Gatra Edisi 5-11 Februari 2015 Edisi Februari 2015 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Sampul Majalah Gatra Sampul Majalah Gatra Edisi 7-13 Mei 2015 Edisi Mei 2015

65 53 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Sampul Majalah Gatra Sampul Majalah Gatra Edisi 30-6 Mei 2015 Edisi Juni 2015 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Sampul Majalah Gatra Sampul Majalah Gatra Edisi Agustus 2015 Edisi 29-4 November 2015

66 54 B. Hasil Temuan dalam Sampul Majalah Gatra 1. Sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari 2015 dengan judul Memperkuat Ekonomi Rakyat. Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari 2015 Sampul tersebut (Gambar 4.1) dapat dideskripsikan dua orang sedang menyusun kartu menjadi sebuah menara. Kedua orang tersebut digambarkan sebagai Presiden Joko Widodo (Selanjutnya peneliti menyebutnya Jokowi) dan Prabowo Subianto (Mantan rival Jokowi saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014). Terlihat di dalam sampul

67 55 tersebut Jokowi dan Prabowo Subianto sedang bekerja sama membuat menara dari susunan kartu. Di dalam kartu tersebut terlihat gambar berbagai sektor pemerintahan, mulai dari sektor pertanian yang digambarkan dengan gambar jagung, sektor minyak bumi yang digambarkan mesin SPBU, serta gambar yang lainnya. Di tengah sampul terdapat judul Memperkuat Ekonomi Rakyat. a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign pada sampul Gatra edisi ini tampak pada teks dalam judul (Kode F) Memperkuat Ekonomi Rakyat. Dalam judul tersebut, kata Memperkuat dituliskan dengan menggunakan warna hitam yang menunjukan adanya penjelasan dari judul tersebut, dua kata selanjutnya dalam judul tersebut yaitu Ekonomi Rakyat dituliskan dengan menggunakan warna merah. Kata Memperkuat yang menandakan adanya penambahan kekuatan dalam pemerintahan Jokowi yang ditandai dengan diberikannya dukungan terbuka dari Ketua Umum Partai Gerindra dan ikon Koalisi Merah Putih (KMP) yaitu Prabowo Subianto yang notabene adalah mantan rival Presiden Jokowi saat pemilu presiden dan wakil presiden 2014 lalu. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Tanda yang merupakan dasar tampilannya dalam kenyataan. Seperti pada

68 56 kata mendarat, yang berarti tanda berhenti dari sebuah perjalanan. Sinsign pada sampul Gatra edisi ini adalah gambar yang terdapat di dalam kartu (Kode C) yang sedang disusun oleh dua orang yaitu Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto (Kode A dan B). Gambar yang terdapat didalam kartu berupa gambar berbagai sektor pemerintahan, yaitu sektor pertanian yang digambarkan oleh jagung, sektor minyak bumi yang digambarkan olleh mesin SPBU, dan lain-lainnya. 3. Legisign Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk yang berarti ya, mengerutkan alis, cara berjabatan tangan. Pada sampul edisi kali ini, legisign terlihat pada gerakan tangan (Kode D) dari Prabowo Subianto (Kode A). Prabowo nampak membuka tangannya lebar-lebar kepada orang yang ada di depannya yaitu Presiden Jokowi (Kode B), seolah Prabowo memberikan gesture penyambutan/penerimaan terhadap Jokowi dalam memperkuat pemerintahan kabinet Jokowi. Terbukanya tangan Prabowo juga menampakan adanya dukungan yang diberikan terhadap Jokowi dan pemerintahannya. Tabel 4.2 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Kekuatan F Sinsign Gambar Kartu C Legisign Gerakan Tangan D

69 57 b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon adalah tanda yang megandung kemiripan rupa sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon pada Sampul Majalah Gatra edisi 5-11 Februari 2015 menampilkan dua orang yang sedang menyusun menara dari kartu yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto (Kode A dan B). Kedua orang tersebut nampak sedang menyusun menara dari kartu, di dalam kartu tersebut terdapat gambar dari sektor-sektor pemerintahan (Kode C). Kemudian terdapat teks Memperkuat Ekonomi Rakyat (Kode F). 2. Index Index adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Index pada sampul ini adalah gerakan tangan menyusun kartu (Kode E) dari Presiden Jokowi (Kode B) dan gerakan tangan terbuka (Kode D) dari Prabowo Subianto (Kode A). Kedua objek (Kode A dan B) berdiri berhadapan sedang menyusun menara dari kartu. Masih terkait dengan index, judul Memperkuat Ekonomi Rakyat (Kode F) juga merupakan index yang berkaitan dengan adegan Presiden Jokowi dan Prabowo menggambarkan sedang berusaha menyusun menara dari kartu yang bergambar sektor pemerintahan. Hal ini menandakan adanya dukungan secara terbuka dari Prabowo terhadap pemerintahan Jokowi.

70 58 3. Symbol Symbol adalah tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Symbol yang muncul adalah terkait adanya usaha penguatan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dengan mulai membuka kerjasama positif dengan Prabowo Subianto yang notabene sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan ikon Koalisi Merah Putih sekaligus mantan rival Jokowi saat Pemilu Presiden 2014 silam. Prabowo Subianto memberikan dukungan terbuka pada pemerintahan Jokowi, sepanjang pemerintahan Jokowi prorakyat. Ilustrasi pada sampul majalah adalah menggambarkan dua orang sedang menyusun menara dari kartu, dan di dalam kartu berisi gambar yang melambangkan sektor pemerintahan, seperti sektor pangan. pertanian, maritim, minyak bumi, dan lain-lain. Dua orang tersebut adalah Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dengan saling menggunakan kemeja putih. Tabel 4.3 Tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Dua orang pria A, B Index Gerakan kedua tangan D, E, F pria yang sedang menyusun menara dari kartu, dan kalimat dalam judul sampul Symbol Penguatan kerjasama pemerintah A, B, C, D, E

71 59 c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Pada sampul Gatra edisi 5-11 Februari 2015 Presiden Jokowi yang sedang menyusun menara kartu bersama Prabowo Subianto. Seseorang bisa saja menafsirkan bahwa Jokowi sedang bekerja sama dalam menyusun menara kartu yang bergambar sektor pemerintahan, ini bisa ditafsirkan bahwa terbukanya kerjasama dan dukungan Prabowo Subianto terhadap pemerintahan yang di pimpin Jokowi. Gerakan tangan Prabowo yang membuka tangannya mengisyaratkan adanya terbukanya dukungan terhadap apapun keputusan Presiden yang prorakyat. Namun gambar tersebut bisa saja ditafsirkan sebagai persaingan dalam pemerintahan Jokowi, seperti diketahui Prabowo Subianto merupakan adalah rival tunggal Jokowi saat pemilu Presiden 2014 lalu, ia juga menjadi ikon Koalisi Merah Putih yang merupakan kelompok oposisi dalam kabinet kerja pemerintahan Jokowi. 2. Dicent Sign Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Pada kode A dan B, terdapat gambar Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto yang masing-masing menggunakan kemeja berwarna putih. Kemeja putih adalah pakaian yang digunakan Jokowi dan Prabowo saat menjadi rival pada masa-masa kampanye pemilu Presiden 2014 lalu. Pada sampul ini adegan yang dilakukan Jokowi dan Prabowo terlihat sedang bekerja sama menyusun menara dari kartu, hal ini menafsirkan walaupun mereka menjadi rival namun tetap bisa dalam bekerja sama demi kepentingan negara.

72 60 3. Argument Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Argument pada sampul Gatra yang berjudul Memperkuat Ekonomi Rakyat terdapat pada gerakan tangan Jokowi dan Prabowo Subianto (Kode D dan E). Gerakan tangan keduanya memperlihatnya adanya kerjasama dalam menyusun menara kartu yang bergambar sektor pemerintahan. Hal ini diperkuat dengan judul majalah yaitu memperkuat yang menjelaskan adanya penguatan kerjasama dan dukungan Prabowo Subianto terhadap pemerintahan Jokowi. Tabel 4.4 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Menyusun menara D, E dari kartu Dicent Sign Dua pria A, B, D, E menggunakan kemeja putih Argument Gerakan tangan dan judul sampul majalah D, E, F Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.1 Tabel 4.5 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi 5-11 Februari 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Memperkuat berwarna hitam yang dimaksudkan untuk memperjelas. Sinsign pada sampul ini adalah gambar yang terdapat pada kartu yang berisi gambar sektor-sektor pemerintahan yaitu gambar jagung, kapal laut, mesin SPBU, dan lain-lain. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan terbuka dari Prabowo subianto mengisyaratkan dukungan secara terbuka terhadap pemerintahan Jokowi.

73 61 Object Interpretant Icon pada sampul majalah edisi ini adalah dua orang pria yang sedang menyusun menara dari kartu, dua orang pria tersebut adalah Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. Index pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan kedua pria tersebut yang sedang menyusun menara dari kartu serta judul pada sampul majalah tersebut. Symbol pada sampul majalah edisi ini adalah usaha penguatan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dengan mulai membuka kerjasama positif dengan Prabowo Subianto. Rheme pada sampul ini, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa adanya penguatan kerjasama antara Prabowo Subianto dengan memberi dukungan secara terbuka terhadap pemerintahan Jokowi, namun bisa saja seseorang menafsirkan bahwa masih adanya persaingan antara Jokowi dan Prabowo dalam pemerintahan Jokowi. Dicent Sign pada sampul ini adalah kedua pria menggunakan kemeja putih yang berada pada sampul tersebut yaitu Jokowi dan Prabowo yang dahulunya adalah rival saat Pemilu Presiden lalu. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini gerakan tangan kedua pria dalam ilustrasi sampul yang menggambarkan sedang bekerja sama.

74 62 2. Sampul Majalah Gatra edisi Februari 2015 dengan judul Ujung Dilema Jokowi Gambar 4.2 Sampul Majalah Gatra edisi Februari 2015 Gambar 4.2 dapat dideskripsikan seorang pria (Kode A) yang sedang mengangkat sebuah foto seorang Polisi (Kode B) dihadapan para demonstran (Kode C). Pria yang mengangkat sebuah foto digambarkan dengan menggunakan kemeja putih yang identik dengan Presiden Joko Widodo yang menghadap kepada para demostran, seorang pria terlihat didalam foto yang

75 63 diangkat oleh Jokowi adalah Komisaris Jendral Budi Gunawan, yang saat itu digadang-gadang menjadi calon Kapolri. Kisruh calon Kapolri saat itu membuat Jokowi dilema, berawal dari keputusan Presiden Jokowi membawa nama Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri saat itu. Namun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meresponnya dengan menetapkan Komjen Budi sebagai tersangka dengan dugaan menerima suap dan gratifikasi. Hal ini membuat Jokowi cukup dilematis, karena jika Jokowi tetap melantik Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri maka bangsa Indonesia mempunyai Kapolri dengan status tersangka. Kisruh Kapolri semakin rumit dengan adanya balasan dari Polri terhadap KPK dengan adanya drama penangkapan yang mengejutkan, Badan Reserse Kriminal Polri menetapkan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sebagai tersangka. Bambang disangkakan memberikan keterangan palsu kepada saksi saat sidang sengketa Pemilukada Kotawaringin Barat di Mahkamah Konstitusi pada Setelah itu secara beruntun pimpinan KPK yang lain dilaporkan ke Bareskrim dengan berbagai latar belakang kasus. Kisruh KPK dan Kapolri pun semakin rumit dan semakin membuat Presiden Jokowi berada di situasi dilematis. 1 a. Hasil Analisis Berdasarkan Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign pada gambar 4.2 tampak pada judul (Kode F) yang bertuliskan Ujung Dilema Jokowi. Kata Ujung menandakan bahwa 1 Majalah Gatra, edisi Februari, h.12.

76 64 dilema Jokowi sudah berada diposisi akhir atau mendekati batas akhir, dilema Jokowi sudah meruncing dan berada di tahap penghabisan. Dilema Presiden Jokowi terjadi karena adanya kisruh antara KPK dan Polri, Komjen Budi Gunawan yang saat itu menjadi calon tunggal Kapolri ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK setelah nama Komjen Budi diusung menjadi calon Kapolri oleh Presiden Jokowi. Tak hanya itu, Polri merespon hal ini dengan menetapkan para petinggi KPK menjadi tersangka dengan beberapa dugaan kasus. Jika Presiden Jokowi tetap melantik Komjen Budi sebagai Kapolri, maka bangsa Indonesia memiliki Kapolri dengan status tersangka, namun desakan untuk segera melantik diperoleh Presiden Jokowi dari berbagai pihak, mulai dari partai pengusung sampai DPR RI. 2. Sinsign Sinsign pada sampul edisi kali ini menurut peneliti adalah bingkai foto (Kode E) yang diangkat oleh Presiden Jokowi. Dalam bingkai foto tersebut terdapat foto seorang Komjen Budi Gunawan menggunakan seragam lengkap Kepolisian. Bingkai foto tersebut menandakan bahwa sosok yang berada didalam bingkai tersebut meupakan orang penting dan mempunyai jabatan yang tinggi di Polri dengan atribut lengkap kepolisian yang digunakan. 3. Legisign Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk yang berarti ya, mengerutkan alis, cara berjabatan tangan. Pada sampul edisi kali ini,

77 65 legisign terlihat pada kode D yaitu gerakan tangan Presiden Jokowi (Kode A). Gerakan tangan Jokowi mengangkat bingkai foto menandakan pengangkatan Komjen Budi Gunawan yang merupakan Calon tunggal Kapolri. Tabel 4.6 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Ujung Dilema F Sinsign Bingkai Foto E Legisign Gerakan tangan mengangkat bingkai foto. D b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon pada sampul Gatra edisi Februari 2015 menampilkan seorang pria berkemeja putih (Kode A) yaitu Presiden Joko Widodo yang sedang mengangkat bingkai foto yang bergambar Komjen Budi Gunawan (Kode B) yang lengkap menggunakan seragam Polisi dan atributnya sebagai Komisaris Jendral. Icon lain pada sampul majalah adalah para demonstran (Kode C) yang menjadi latar belakang dalam sampul, para demostran yang memegang spanduk Save KPK, hal ini berawal dari kisruh Polri dan KPK yang saling menetapkan para petinggi kedua institusi tersebut menjadi tersangka. 2. Index Index pada sampul majalah Gatra edisi kali ini adalah dengan pengangkatan bingkai foto yang berisi foto Komjen Budi Gunawan (Kode B) yang diangkat oleh sosok Presiden Jokowi (Kode A) di depan para

78 66 demonstran (Kode C). Hal ini menandakan Komjen Budi Gunawan akan diangkat menjadi Kapolri oleh Presiden karena Komjen Budi menjadi calon tunggal dalam bursa pencalonan Kapolri saat itu. 3. Symbol Symbol pada sampul edisi kali ini adalah pengangkatan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri yang diusung oleh Presiden Jokowi. Gambar ilustrasi pada sampul menggambarkan Presiden Jokowi mengangkat bingkai foto (Kode D) yang yang bergambar Komjen Budi Gunawan (Kode B), ini menandakan Jokowi akan mengangkat Calon tunggal Kapolri yaitu Komjen Budi Gunawan, namun hal tersebut tertunda karena ditetapkannya Komjen Budi sebagai tersangka oleh KPK dengan dugaan menerima suap dan gratifikasi. Kisruh KPK dan Polri semakin meruncing karena dengan adanya balasan dari Polri dengan menangkap para petinggi KPK dengan berbagai kasus. Hal ini diperjelas dalam sampul majalah, terlihat para demonstran pendukung KPK dengan memegang spanduk Save KPK. Tabel 4.7 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Pria mengangkat A, B, C bingkai foto, pria di dalam bingkai foto, demonstran. Index Bingkai foto diangkat A,B, D oleh seorang pria Symbol Pengangkatan Kapolri A, B, C, D

79 67 c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme pada sampul majalah edisi kali ini adalah gerakan tangan Presiden Jokowi (Kode D) yang sedang mengangkat Bingkai Foto (Kode E) yang berisi sosok pria petinggi Polri (Kode B). Gambar tersebut mempunyai makna yang bercabang, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa Presiden Jokowi akan mengangkat Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, hal ini karena Komjen Budi adalah calon tunggal sebagai Kapolri. Namun, dari gambar tersebut bisa ditafsirkan sebagai pencopotan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, karena terlihat bingkai foto (Kode D) seperti di copot dari dinding dan akan diturunkan, itu ditafsirkan bahwa Komjen Budi akan dilengserkan sebagai calon Kapolri karena dilema seorang Jokowi untuk melantik atau tidaknya Komjen Budi sebagai Kapolri yang berstatus sebagai tersangka. 2. Dicent Sign Dicent Sign pada sampul edisi kali ini, adalah seragam lengkap yang digunakan pada seorang pria yang berada di dalam bingkai foto (Kode B). Pria yang berada di dalam bingkai foto tersebut adalah Komjen Budi Gunawan. Komjen Budi Gunawan merupakan salah seorang perwira tinggi yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu sebagai calon tunggal Kapolri yang diusung langsung oleh Presiden Jokowi saat itu. 3. Argument Argument pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan dari Presiden Jokowi (Kode A) yang sedang mengangkat Bingkai foto berisi

80 68 gambar Komjen Budi Gunawan (Kode B). Hal ini menandakan Presiden Jokowi akan mengangkat Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri. Komjen Budi merupakan calon tunggal Kapolri yang namanya diusung langsung oleh Presiden saat itu. Tabel 4.8 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Mengangkat bingkai D, E foto Dicent Sign Seragam pria di dalam bingkai foto B Argument Gerakan tangan A, B, D, E mengangkat bingkai foto dan pria yang berada di dalam bingkai foto Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.2 Tabel 4.9 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi Februari 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Ujung dalam judul Ujung Dilema Jokowi yang dimaksudkan dengan sudah berada di posisi batas akhir dilema yang dialami Jokowi. Sinsign pada sampul ini adalah bingkai foto yang diangkat oleh Jokowi, bingkai foto tersebut menandakan orang yang berada di bingkai foto tersebut adalah orang penting. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan Jokowi mengangkat bingkai foto. Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang sedang mengangkat bingkai foto, dan pria yang berada di bingkai foto, serta para demonstran yang berada di latar belakang sampul majalah. Index pada sampul majalah edisi ini adalah pengangkat bingkai foto yang berisi gambar calon Kapolri oleh Presiden Jokowi. Symbol pada sampul majalah edisi ini adalah pengangkatan calon tunggal Kapolri.

81 69 Interpretant Rheme pada sampul ini, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa pengangkatan Kapolri baru oleh Presiden Jokowi, namun bisa saja seseorang menafsirkan bahwa pencopotan Komjen Budi dari nama calon Kapolri, karena tersandung kasus. Dicent Sign pada sampul ini adalah seragam lengkap kepolisian yang digunakan pria dalam bingkai foto yaitu Komisaris Jendral Budi Gunawan. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini gerakan tangan Jokowi mengangkat foto Komjen Budi yang menandakan Jokowi akan mengangkat Komjen Budi sebagai Kapolri. 3. Sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei 2015 dengan judul Titian Terjal Semester Awal. Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei 2015

82 70 Sampul tersebut (Gambar 4.3) dideskripsikan sebagai seorang pria (Kode A) yang sedang menunduk dan mengusap kepala bagian belakangnya dengan menggunakan jas lengkap beserta dasi. Pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo. Dalam latar belakang sampul majalah terdapat grafik menurun dengan tanda panah turun kebawah sampai membuat lubang karena terjalnya penurunan pada grafik tersebut. Terdapat pula judul sampul majalah Titian Terjal Semester Awal. Pada saat majalah tersebut diterbitkan yaitu Mei 2015, merupakan semester awal masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Semester awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla tak berjalan mulus, pertumbuhan ekonomi negara tidak mencapai target. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2015 mengalami perlambatan, hanya mencapai 4,71%. Capaian ini masih jauh dari asumsi pemerintah, yang mengharapkan pertumbuhan tiga bulan pertama bisa mencapai sekitar 5,2% atau mendekati seperti yang diamanatkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan, yang mematok pertumbuhan hingga 5,7%. 2 a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign pada sampul Gatra edisi ini tampak pada teks dalam judul (Kode C) Titian Terjal Semester Awal. Dalam judul tersebut kata Terjal menandakan adanya turunan yang curam hampir tegak lurus ke bawah. Hal tersebut menjelaskan enam bulan pertama atau pada judul sampul 2 Majalah Gatra, edisi 7-13 Mei 2015, h.12.

83 71 yaitu Semester Awal masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Tanda yang merupakan dasar tampilannya dalam kenyataan. Seperti pada kata mendarat, yang berarti tanda berhenti dari sebuah perjalanan. Sinsign pada sampul Gatra edisi ini adalah gambar latar belakang sampul majalah yaitu gambar grafik yang menurun (Kode B). Grafik digambarkan dengan tanda panah menurun dengan terjal bahkan sampai membuat lubang dibawah grafik. Hal ini menjadi penanda adanya penurunan grafik atau perlambatan pertumbuhan ekonomi pada masa awal pemerintahan Jokowi. 3. Legisign Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk yang berarti ya, mengerutkan alis, cara berjabatan tangan. Pada sampul edisi kali ini, legisign terlihat pada gerakan tangan dari Presiden Jokowi (Kode A) yang berada di belakang kepalanya (Kode E). Hal ini menggambarkan situasi kebingungan Jokowi yang sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada masa awal pemerintahannya yang belum mencapai target. Tabel 4.10 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Terjalnya penurunan B, C tanda panah pada grafik Sinsign Grafik penurunan B

84 72 Legisign Gerakan tangan pria di belakang kepalanya E b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon adalah tanda yang megandung kemiripan rupa sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon pada Sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei 2015 menampilkan seorang pria dengan menggunakan jas lengkap dengan dasi (Kode A) yaitu Presiden Joko Widodo yang sedang terlihat mengusap kepala dan menunduk. Icon selanjutnya pada sampul majalah edisi ini adalah Grafik (Kode B) yang berada di belakang Presiden Jokowi, grafik tersebut adalah grafik pertumbuhan ekonomi negara. 2. Index Index adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Index pada sampul ini adalah grafik yang menunjukan penurunan yang sangat terjal (Kode B). Pertumbuhan ekonomi negara tidak mencapai target yang telah ditentukan dikarenakan melemahnya kinerja beberapa komponen permintaan domestik, seperti konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah, dan investasi pada sektor infrastruktur. Masih terkait dengan index, judul pada sampul majalah (Kode C) menjelaskan bahwa penurunan yang dialami negara sangat terjal dan berdampak signifikan bagi perekonomian negara.

85 73 3. Symbol Symbol adalah tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Symbol yang muncul adalah penurunan ekonomi negara yang dialami masa pemerintahan awal Presiden Jokowi. Pertumbuhan ekonomi negara pada kuartal I 2015 mengalami perlambatan dan tidak mencapai target, hanya mencapai 4,71% dengan target sebelumnya yaitu 5,2%. Penurunan digambarkan pada sampul majalah jelas tergambar dari grafik (Kode B) yang menurun dengan terjal sampai membuat lubang dibawah grafik (Kode F). Tabel 4.11 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Pria menggunakan jas dan dasi serta grafik A, B yang berada di belakang. Index Grafik dan tanda B, C, F panah yang turun terjal serta judul pada sampul Symbol Penurunan ekonomi B, F c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Pada sampul Gatra edisi 7-13 Mei 2015 Presiden Jokowi yang sedang meletakkan tangannya di belakang kepala atau terlihat mengusap kepalanya (Kode E) dan Presiden Jokowi terlihat menundukan kepalanya (Kode D). Ini bisa saja ditafsirkan sebagai situasi kebingungan yang sedang dirasakan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi pada semester awal

86 74 pemerintahannya mengalamai perlambatan. Namun bisa saja ditafsirkan Presiden Jokowi malu karena ia terlihat menunduk, Presiden Jokowi malu karena pada semester awal pemerintahannya tidak mencapai target yang telah ditentukan. 2. Dicent Sign Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicent Sign pada sampul majalah edisi ini adalah terlihat pada gambar grafik yang menurun (Kode B). Pada saat majalah edisi ini diterbitkan merupakan semester awal masa pemerintahan Presiden Jokowi, pada enam bulan pertama masa pemerintahannya pertumbuhan ekonomi negara tidak mencapai target bahkan cenderung melambat. Target awal yang ingin dicapai berada diangka 5,2% namun pertumbuhan ekonomi negara nyatanya hanya berada di angka 4,71%. 3. Argument Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Argument pada sampul Gatra yang berjudul Titian Terjal Semeter Awal terdapat pada gambar grafik yang menurun dengan terjal atau curam (Kode B dan F). Menurut peneliti, hal itu menunjukan bahwa adanya penurunan yang tidak mencapai targetnya. Perlambatan ekonomi yang dirasakan pemerintahan Presiden Jokowi pada semester awal cukup membuat Presiden kewalahan dengan digambarkan seperti orang kebingungan (Kode D dan E ) pada sampul majalah Gatra edisi ini.

87 75 Tabel 4.12 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Mengusap dan D, E menundukan kepala Dicent Sign Grafik yang menurun B, F Argument Pria yang sedang B, D, E, F kebingungan karena penurunan pada grafik Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.3 Tabel 4.13 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi 7-13 Mei 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Interpretant Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Terjal dalam judul Titian Terjal Semester Awal yang dimaksudkan adanya turunan yang curam hampir tegak lurus ke bawah. Sinsign pada sampul ini adalah gambar grafik yang menurun yang menandakan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan Presiden Jokowi berada di belakang kepala atau terlihat mengusap kepalanya menandakan ia sedang berada di situasi kebingungan Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang menggunakan jas dan dasi, serta gambar grafik yang berada di belakang pria tersebut. Index pada sampul majalah edisi ini adalah Presiden yang sedang megusap kepalanya terlihat kebingungan karena penurunan grafik ekonomi. Symbol pada sampul majalah edisi ini adalah penurunan ekonomi negara. Rheme pada sampul ini, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa Presiden Jokowi terlihat kebingungan dengan situasi ekonomi yang berjalan lamban namun bisa saja ditafsirkan bahwa ia terlihat malu karena pada sampul majalah terlihat menundukan kepala. Dicent Sign pada sampul ini adalah Grafik yang menurun cukup terjal atau curam. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini penurunan ekonomi negara pada masa pemerintahan Presiden Jokowi yang tidak mencapai target.

88 76 4. Sampul Majalah Gatra edisi Mei 2015 dengan judul Reshuffle... Reshuffle... Reshuffle.... Gambar 4.4 Sampul Majalah Gatra edisi Mei 2015 Gambar 4.4 dapat dideskripsikan seorang pria (Kode A) menggunakan kemeja putih sedang berdiri di depan papan catur beserta bidak catur putih dan hitam. Namun bidak catur hitam terlihat berjatuhan (Kode B) di atas papan caturnya, sedangkan bidak catur putih terlihat berdiri berjajar (Kode C) rapih sesuai urutannya. Jika dilihat dengan seksama, bidak catur putih tidak terlihat Raja pada barisan, hanya ada ratu yang berdiri paling depan. Pria yang sedang

89 77 berdiri tersebut adalah Presiden Joko Widodo. Dengan raut wajah terlihat sedang berfikir dan melihat ke arah bidak catur yang ada di depannya. Isu reshuffle kabinet kerja Jokowi santer terdengar berawal dari pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ia menyatakan perlunya reshuffle adalah untuk meningkatkan kinerja kabinet. Yang menjadi sorotan publik saat isu reshuffle ini bergulir adalah masalah kinerja tim ekonomi di kabinet. Menurut data survei pada triwulan pertama 2015, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7%, ini merupakan penurunan terburuk ketimbang triwulan keempat tahun Tak pelak, Rini M. Soemarno, Menteri BUMN, yang dianggap sebagai arsitek ekonomi Jokowi masuk dalam daftar reshuffle. Partai pengusung Jokowi yaitu PDIP menegaskan hal tersebut, Menteri Rini dianggap tidak paham dengan visi Nawa Cita Jokowi yang berbasiskan ekonomi kerakyatan. Selain Rini, PDIP juga membidik Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto karena dianggap menghalangi komunikasi Jokowi dengan PDIP. 3 Namun tidak semua Menteri punya rapot buruk di semester awal pemerintahan,beberapa kementrian yang diisi oleh orang yang tepat dan terpublikasi bagus, seperti Menteri Sosial Khofifah dan Menteri Pendidikan Anies Baswedan. Perombakan kabinet adalah hak prerogatif seorang Presiden, hanya Presiden yang memiliki kuasa yang berhak merombak kabinet yang ia miliki. Seorang Wakil Presiden pun tak memiliki kewenangan untuk reshuffle kabinet. Dalam sampul Majalah Gatra edisi ini, terlihat Presiden Jokowi dengan raut wajah sedang berfikir di depan bidak catur, ini menampakan bahwa Jokowi 3 Majalah Gatra, edisi Mei 2015, h.17.

90 78 sedang berfikir langkah baik dalam merombak kabinet kerja yang ia miliki, bidak catur dapat ditafsirkan sebagai Menteri yang dimiliki oleh Jokowi. a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign pada sampul majalah edisi ini adalah terlihat padajudul sampul majalah yang bertuliskan Reshuffle... Reshuffle... Reshuffle... (Kode E). Kata Reshuffle ditulis secara berulang tiga kali dan berwarna hitam. Ini menandakan adanya penjelasan dan perhatian yang lebih terhadap isu perombakan Menteri yang sedang berkembang. Isu reshuffle adalah kewenangan penuh seorang Presiden, maka publik tidak mengetahui siapa yang akan diganti siapa, hanya ada dugaan spekulatif yang berkembang. 2. Sinsign Sinsign pada sampul Majalah Gatra edisi kali ini nampak pada bidak catur yang berwarna putih. Bidak catur putih (Kode C) ini menandakan Menteri baru yang akan dimasukan ke dalam daftar kabinet kerja edisi revisi, bidak catur putih terlihat berdiri rapih dan sejajar berbeda dengan bidak catur hitam yang terlihat terjatuh di atas papan catur. Ini menandakan adanya kesiapan untuk bermain atau siap untuk menjadi Menteri pembantu Presiden. Dalam barisan bidak catur putih tidak terlihat Raja, menurut peneliti Raja dalam bidak catur tersebut digantikan oleh sosok seorang pria yang berada pada sampul majalah (Kode A) yaitu Presiden Jokowi, raja dan Presiden mempunyai kesamaan yaitu pemimpin.

91 79 3. Legisign Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah pada raut wajah (Kode D) yang ditampilkan oleh Presiden Jokowi. Raut wajah Jokowi terlihat sedang berfikir sambil memandangi bidak catur yang ada di depannya. Permainan catur adalah permainan yang mengandalkan konsentrasi dan strategi, ini menandakan reshuffle kabinet kerja Jokowi juga membutuhkan berfikir matang-matang agar langkah yang dilakukan tepat dan dapat mendongkrak kinerja kabinet agar lebih baik lagi. Tabel 4.14 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Perhatian lebih pada E isu reshuffle Sinsign Bidak catur putih C Legisign Raut wajah pria D b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria menggunakan kemeja putih (Kode A) yang sedang berdiri sambil terlihat berfikir memandangi papan dan bidak catur yang ada di hadapannya. Pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo yang memandangi papan dan bidak catur dengan raut wajah berfikir, seolah berfikir untuk melakukan reshuffle pada kabinet kerjanya. Icon lain pada sampul majalah ini adalah bidak catur hitam dan putih (Kode B dan C), bidak catur menggambarkan Menteri yang akan diganti oleh Presiden, bidak catur hitam menggambarkan Menteri yang diganti, dan bidak catur putih menggambarkan Menteri baru.

92 80 2. Index Index pada sampul majalah edisi ini terlihat pada bidak catur hitam dan putih. Bidak catur hitam (Kode B) terlihat terjatuh, ini menandakan bidak catur hitam adalah menteri yang diganti dan mengalami perombakan pada reshuffle kabinet kerja Presiden Jokowi. Dan bidak catur putih (Kode C) terlihat berdiri rapih dan sejajar, ini menandakan bidak catur putih adalah Menteri baru yang menggantikan Menteri yang dicopot pada reshuffle kabinet dan siap mendongkrak kinerja kabinet. 3. Symbol Symbol pada sampul majalah edisi ini adalah adanya resuhffle atau perombakan kabinet kerja oleh Presiden Jokowi. Hal ini ditunjukkan pada bidak catur hitam dan putih (Kode B dan C), bidak catur hitam terlihat berantakan sedangkan bidak catur putih terlihat berdiri rapih dan sejajar. Ini menandakan bidak catur hitam merupakan Menteri yang dicopot dan bidak catur yang putih adalah Menteri yang baru. Reshuffle adalah kuasa seorang Presiden seorang, maka dalam perombakan Menteri yang akan membantu kinerjanya, seorang Presiden harus memikirkan secara matang siapa yang diganti siapa, hal ini terlihat pada raut wajah Jokowi yang terlihat sedang berfikir dan berkonsentrasi menyusun strategi (Kode D). Tabel 4.15 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Seorang pria dan bidak A, B, C catur yang sedang dipandanginya.

93 81 Index Bidak catur hitam dan B, C putih Symbol Perombakan Menteri B, C, D c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme pada sampul majalah edisi ini adalah Presiden Jokowi dengan raut wajah yang sedang berfikir (Kode D) sambil memandangi bidak catur di hadapannya. Ini bisa saja ditafsirkan bahwa Jokowi sedang menyusun strategi dalam bermain catur atau menyusun strategi dalam reshuffle kabinet kerja yang ia miliki. Namun bisa saja ditafsirkan bahwa Jokowi sudah selesai dalam menyusun strategi dalam reshuffle kabinet kerja, ini terlihat pada bidak catur putih (Kode C) yang sudah berdiri rapih dan sejajar, ini menandakan bahwa Menteri baru yang diusung oleh Jokowi sudah siap dan akan segera menjabat. 2. Dicent Sign Dicent sign pada sampul majalah edisi ini terdapat pada bidak catur hitam (Kode B) yang terlihat jatuh dan tertidur. Bidak catur hitam digambarkan sebagai Menteri yang diganti pada reshuffle kabinet kerja Presiden Jokowi. Terlihat bidak catur hitam terjatuh dan berantakan, ini menandakan bahwa kinerja Menteri yang diganti sudah tidak sesuai dengan visi Presiden dan tidak memberikan kinerja yang baik. 3. Argument Argument pada sampul majalah edisi ini adalah pada bidak catur warna putih (Kode B) yang tidak menampakan sosok Raja di dalam barisannya. Menurut peneliti sosok seorang raja digantikan oleh sosok seorang pria (Kode

94 82 A) yaitu Joko Widodo yang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Raja dan Presiden mempunyai kesamaan yaitu berperan sebagai pemimpin. Tabel 4.16 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Menyusun strategi C, D Dicent Sign Bidak catur hitam yang jatuh B Argument Sosok seorang A, B pemimpin Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.4 Tabel 4.17 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi Mei 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Interpretant Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Reshuffle.. yang diulang sebanyak tiga kali ini menandakan adanya penekanan dan diberikannya perhatian lebih terhadap isu yang sedang dibicarakan. Sinsign pada sampul ini adalah bidak catur putih yang terlihat berdiri rapih dan sejajar ini menandakan bidak caur putih adalah Menteri baru yang disiapkan untuk reshuffle di kabinet. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah raut wajah Presiden Jokowi yang sedang berfikir dan berkonsentrasi, permainan catur adalah permainan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan strategi, sama halnya dengan mempertimbangkan reshuffle kabinet. Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang menggunakan kemeja putih dan bidak catur putih dan hitam. Index pada sampul majalah edisi ini adalah bidak catur hitam dan putih, bidak catur hitam terlihat terjatuh ini menandakan bidak catur hitam adalah Menteri yang diganti. Sedangkan bidak catur putih terlihat berdiri rapih dan sejajar, ini menandakan bidak catur putih adalah Menteri baru pada reshuffle kabinet. Symbol pada sampul majalah edisi ini adalah perombakan Menteri pada kabinet. Rheme pada sampul ini, seseorang bisa saja menafsirkan bahwa Presiden Jokowi terlihat sedang berfikir dan berkonsentrasi dalam reshuffle kabinet, atau Presiden

95 83 Jokowi sudah selesai dalam menyusun kabinet keja yang baru. Dicent Sign pada sampul ini adalah bidak catur hitam yang terlihat terjatuh dan berantakan. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini Raja yang hilang pada barisan bidak catur warna putih yang digantikan oleh sosok Presiden Jokowi, karena Raja dan Presiden memiliki kesamaan. 5. Sampul Majalah Gatra edisi 30 April - 6 Mei 2015 dengan judul Lembaga Donor Sudah Usang. Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra edisi 30 April 6 Mei 2015

96 84 Gambar 4.5 dapat dideskripsikan seorang pria (Kode A) yang menggunakan baju layaknya seorang petugas kebersihan, menggunakan sepatu boots dan memegang sapu (Kode E). Terlihat keranjang sampah (Kode D) sedang terjatuh sehingga sesuatu didalamnya berjatuhan. Di dalam keranjang sampah terdapat mata uang dollar dan juga terdapat logo Asian Development Bank, logo World Bank, dan logo Dana Moneter Internasional (IMF) (Kode C). Pria yang terlihat sedang menyapu tersebut adalah Presiden Joko Widodo yang hendak membersihkan keranjang sampah yang jatuh. Dalam keranjang sampah tersebut terdapat mata uang dollar dan beberapa logo lembaga keuangan dunia. Hal ini menandakan bahwa Presiden Jokowi ingin membuang atau menghilangkan lembaga donor dunia tersebut dari Indonesia. Hal ini bermula dari pidato Presiden Jokowi saat pembukaan Asia Africa Businesss Summit. Jokowi mengajak bangsa-bangsa Asia dan Afrika meninggalkan lembaga-lembaga donor yang tak lagi bermakna bagi kemajuan ekonomi dunia. Jokowi dengan tegas mengajak koleganya membangun tatanan ekonomi baru dengan langkah konkret yaitu melepaskan ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan dunia. Jokowi menilai pandangan yang menyebut persoalan ekonomi hanya dapat diselesaikan melalui lembaga-lembaga donor adalah pandangan usang dan harus ditinggalkan. 4 4 Majalah Gatra, edisi 30 April-6 Mei 2015, h.13.

97 85 a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign pada sampul Gatra edisi ini tampak pada teks dalam judul Lembaga Donor Sudah Usang, terdapat kata Usang (Kode F) yang mempunyai arti sudah lama atau sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini menandakan lembaga donor dunia sudah tidak dibutuhkan lagi bagi negara, negara berusaha melepaskan ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan dunia tersebut, negara harus membangun tatanan ekonomi yang baru. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Sinsign pada sampul edisi kali ini menurut peneliti adalah keranjang sampah (Kode D) yang ada pada ilustrasi sampul. Ini menandakan adanya sesuatu yang ingin dibuang dari sebuah tindakan pembersihan. Pada sampul majalah edisi ini terlihat adanya sapu (Kode E) yang sedang digunakan seorang pria, ini memperjelaskan bahwa keranjang sampah tersebut merupakan tempat untuk membuang sampah yang sedang dibersihkan. 3. Legisign Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk yang berarti ya, mengerutkan alis, cara berjabatan tangan. Pada sampul edisi kali ini, legisign terlihat pada gerakan tangan seorang pria yang sedang menyapu (Kode B). Ini menenadakan adanya upaya pembersihan, pembersihan yang dilakukan

98 86 Presiden Jokowi adalah dengan meminggirkan peran lembaga donor, dan menggantikannya dengan usaha membangun tatanan ekonomi baru. Tabel 4.18 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Sesuatu yang sudah F lama atau sudah rusak Sinsign Keranjang sampah D, E Legisign Gerakan tangan pria sedang menyapu B b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon adalah tanda yang megandung kemiripan rupa sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon pada Sampul Majalah Gatra edisi ini adalah sosok seorang pria yang menggunakan baju hitam tampak seperti petugas kebersihan lengkap dengan sapu dan sepatu bootsnya (Kode A). Pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo, ini menandakan bahwa Jokowi sedang hendak membersihkan sesuatu, atau dalam hal ini adalah lembaga donor. Icon lain pada sampul edisi ini adalah nampak pada mata uang dollar yang sedang berada di dalam keranjang dan berjatuhan (Kode C), ini menandakan bahwa mata uang dollar adalah mata uang yang digunakan lembaga keuangan dunia. 2. Index Index adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Index pada sampul ini terdapat pada gambaran Presiden Jokowi yang sedang menyapu (Kode B) uang dollar beserta

99 87 logo-logo yang terdapat di dalam keranjang sampah (Kode C dan D), hal ini menandakan Presiden Jokowi akan membersihkan lembaga donor dari negara Indonesia. Ini dikarenakan Presiden Jokowi ingin menghilangkan ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan dunia. 3. Symbol Symbol adalah tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Symbol yang muncul adalah pembersihan lembaga donor yang sudah dianggap usang oleh Presiden Jokowi. Hal ini terlihat dari gambaran Presiden Jokowi yang sedang menyapu mata uang dollar dan logo-logo lemabaga keuangan dunia yang berjatuhan dari keranjang sampah. Menurut Presiden Jokowi, pandangan yang menyebut persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan melalui lembagalembaga donor adalah pandangan usang dan harus ditinggalkan. Tabel 4.19 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Seorang pria dan Mata A, C uang Dollar Index Dollar dan logo-logo lembaga dunia yang B, C, D sedang dibersihkan /disapu Symbol Pembersihan lembaga donor B, C, D, E c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Pada sampul Gatra edisi ini Presiden Jokowi terihat sedang menyapu

100 88 mata uang dollar dan beberapa logo keuangan dunia. Seseorang bisa saja menafsirkan bahwa logo-logo keuangan dunia yang ada sampul yaitu Asian Development Bank, World Bank, dan IMF akan dibersihkan dari Indonesia, Indonesia sudah tidak membutuhkan lembaga keuangan dunia tersebut, terhitung sejak 2003 Indonesia sudah tidak meminjam uang pada IMF. Namun, gambaran dollar dan logo keuangan dunia yang sedang jatuh dari keranjang sampah tersebut bisa saja ditafsirkan bahwa lembaga-lembaga keuangan dunia tersebut sudah jatuh pamornya dan tidak menjadi acuan utama dalam mengatasi kelamahan ekonomi dunia. Hal ini ditunjukkan dari hadirnya beberapa alternatif yang bisa menggantikan badan keuangan dunia sebagai pemberi pinjaman, wacana dibentuknya Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) menjadi salah satu jalan lain untuk bisa mengganti peran lembaga donor yang utamanya ditujukan untuk kepentingan negara maju. 2. Dicent Sign Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Pada sampul majalah edisi ini Dicent Sign ditunjukan pada logo-logo lembaga keuangan dunia yang berada di dalam keranjang sampah (Kode C). Logo-logo tersebut adalah logo Asian Development Bank, logo World Bank, dan logo Dana Moneter Internasional (IMF). Ketiga lembaga tersebut merupakan lembaga donor keuangan dunia yang besar, mereka berperan aktif untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi yang dialami oleh negara-negara miskin. 3. Argument Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Argument pada sampul majalah edisi ini terdapat pada gambaran Presiden

101 89 Jokowi yang terlihat sedang menyapu atau membersihkan mata uang dollar dan logo-logo lembaga keuangan dunia yang terjatuh dari keranjang sampah. Ini menandakan Jokowi akan meninggalkan lembaga donor dunia karena menurutnya jika negara hanya bergantung pada lembaga donor tersebut merupakan ide usang dan harus ditinggalkan. Presiden Jokowi mengajak untuk membangun tatanan ekonomi baru dengan cara meninggalkan ketergantungan pada lembaga donor dunia. Tabel 4.20 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Menyapu dollar dan B, C logo lembaga donor Dicent Sign Logo lembaga donor C Argument Membersihkan lembaga donor B, C, E Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.5 Tabel 4.21 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi Mei 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Usang yang mempunyai arti sudah lama atau rusak ini menandakan lembaga donor dunia sudah tidak lagi dibutuhkan bagi negara. Sinsign pada sampul ini adalah keranjang sampah, ini menandakan bahwa akan adanya pembersihan yaitu pembersihan lembaga donor dari negara. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan sedang menyapu ini menandakan Presiden Jokowi sedang membersihkan sesuatu yaitu membersihkan lembagalembaga donor dunia yang menurutnya sudah tak bermakna lagi bagi kemajuan ekonomi dunia.

102 90 Object Interpretant Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang menggunakan baju petugas kebersihan lengkap dengan sapu dan sepatu boots serta terlihat mata uang dollar di dalam keranjang. Index pada sampul majalah edisi ini adalah gambaran Preiden sedang menyapu dollar dan logo lembaga keuangan dunia. Symbol pada sampul majalah edisi ini menurut peneliti adalah pembersihan lembaga donor dunia. Rheme pada sampul ini terlihat pada dollar dan logolembaga keuangan dinia yang berjatuhan dari keranjang sampah, seseorang bisa saja menafsirkan lembaga donor tersebut akan dibersihkan dan ditinggalkan oleh Indonesia, atau lembaga keuangan tersebut sudah jatuh pamornya dan akan tergantikan oleh lembaga donor alternatif lain. Dicent Sign pada sampul ini adalah logo-logo keuangan dunia yang berada di keranjang sampah. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini pembersihan lembaga donor dunia yang dianggap merupakan pandangan usang jika hanya bergantung pada lembaga donor tersebut yang tak lagi bermakna bagi kemajuan ekonomi dunia.

103 91 6. Sampul Majalah Gatra edisi Juni 2015 dengan judul Jalan Tol Jalan Kemakmuran Gambar 4.6 Sampul Majalah Gatra edisi Juni 2015 Pada sampul majalah Gatra edisi ini (Gambar 4.6) terlihat sosok pria menggunakan kemeja putih dan celana hitam nampak sedang menunjukan sesuatu. Pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo, sesuatu yang sedang tunjuk adalah latar belakang sampul majalah tersebut yaitu jalan tol. Tidak diperlihatkan jalan tol yang ada pada sampul jalan tol di bagian daerah mana. Terdapat pula judul sampul

104 92 majalah yaitu Jalan Tol Jalan Kemakmuran yang dituliskan dengan warna kuning dan terlihat kata Jalan pada baris ketiga terlihat lebih besar. Pemerintah tengah menggenjot pembangunan tol di berbagai daerah yang diharapkan dapat memicu perekonomian di masing-masing wilayah. Presiden Jokwo Widodo memiliki target ambisius dalam menyambung simpul-simpul ekonomi di berbagai daerah melalui jalan tol, Presiden Jokowi bertekad membangun jalan tol dari ujung ke ujung atau di setiap kawasan di Indonesia, sepert pembangunan jalan tol trans-sumatera (Lampung-Aceh), jalan tol trans Jawa (Merak-Banyuwangi), jalan tol Kalimantan (Samarinda-Balikpapan), jalan tol Sulawesi (Manado-Bitung), bahkan sampai Papua. Presiden Jokowi menegaskan, pembangunnnan jalan tol yang sedang digeber pemerintah diharapkan dapat memberikan efek positif bagi semua pihak, diharapkan dapat meningkatkan daya saing masyarakat. Pembangunan jalan tol akan menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, karena dapat mempercepat perpindahan barang dan jasa. Selain itu, pembangunan jalan tol juga akan menciptakan lapangan kerja. Diperkirakan, proses pembangunan jalan tol trans-jawa akan menciptakan lebih dari pekerja di tiga kelompok pekerja. Pembangunan jalan tol tak hanya dapat mempermudah mobilitas namun juga sebagai jalan kemakmuran pihak yang terkait. 5 5 Majalah Gatra, edisi Juni 2015, h

105 93 a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign pada sampul majalah edisi terlihat pada salah satu kata dalam judul sampul majalah yaitu Jalan Tol Jalan Kemakmuran pada kata Jalan kedua (Kode D) yang dituliskan lebih besar daripada kata Jalan tol. Ini menandakan adanya penekanan pada kata tersebut. Jalan yang mempunyai arti perlintasan dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut peneliti, kata Jalan ini mempunyai arti bahwa jalan tol adalah suatu alat untuk menghubungkan seseorang dari suatu daerah ke daerah lain. Pembangunan jalan tol yang sedang dibangun oleh pemerintah dapat menghubungkan ujung daerah sampai ujung lainnya, seperti jalan tol Cikopo-Palimanan (Cikapali) yang dapat menhubungkan Jakarta sampai Surabaya. 2. Sinsign Sinsign pada sampul majalah edisi ini menurut peneliti adalah gambaran jalan tol (Kode C) yang terlihat sebagai sampul majalah. Jalan tol terlihat sepi ini menandakan merupakan jalan yang sedang dibangun oleh pemerintah di berbagai daerah yang diharapkan dapat memicu perekonomian di masingmasing wilayah dengan lebih cepat dan kencang. 3. Legisign Legisign pada sampul majalah edisi ini terdapat pada gerakan tangan Presiden Jokowi (Kode B) yang sedang terlihat menunjuk ke arah jalan tol. Presiden Jokowi memiliki target ambisius dalam menyambung simpul-simpul ekonomi di berbagai daerah melalui jalan tol. Karena menurutnya pembangunan jalan bebas hambatan yang bisa mempercepat perpindahan

106 94 barang dan jasa dapat memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian. Jokowi memiliki tekad membangun jalan tol dari ujung ke ujung atau di setiap kawasan Indonesia. Tabel 4.22 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Jalan sebagai D penghubung Sinsign Jalan tol C Legisign Gerakan tangan menunjuk B b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon pada sampul majalah Gatra edisi ini adalah seorang pria yang menggunakan kemeja putih dan celana hitam (Kode A) yang sedang terlihat menunjuk sesuatu. Pria tersebut adalah Presiden Jokowi yang sedang menunjuk jalan tol (Kode C). Jalan tol tesebut merupakan proyek yang sedang digarap pemerintah di berbagai daerah yang diharapkan dapat memicu perkenomian di masing-masing wilayah. 2. Index Index pada sampul majalah Gatra edisi kali ini adalah gambaran jalan tol yang terdapat pada sampul, jalan tol merupakan jalanan yang menghubungkan seseorang dari suatu daerah ke daerah lain. Jalan tol juga merupakan jalan bebas hambatan yang dapat membuat mobilitas seseorang lebih cepat sampai ke tujuan. Ini menandakan pembangunan jalan tol dapat membuat sektor ekonomi lebih meningkat karena mudahnya mobilisasi.

107 95 3. Symbol Symbol dalam sampul majalah Gatra edisi ini menurut peneliti adalah pembangunan jalan tol merupakan suatu jalan menuju kemakmuran untuk berbagai pihak. Diketahui dalam pembangunan jalan tol, misalnya pembangunan jalan tol trans-jawa diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja, diperkirakan sebanyakm136 juta jam kerja untuk tiga kelompok pekerja, yaitu kelompok pekerja biasa, pekerja terampil, dan koordinator. Diperkirakan, jumlah pekerja per tahun yang dibutuhkan untuk ketiga kelompok ini lebih dari pekerja. Ini berdampak positif mengurangi jumlah pengangguran, dan dapat mensejahterakan berbagai pihak terkait. Tabel 4.23 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Seorang pria yang A, C sedang yang berdiri sambil menunjuk jalan tol. Index Jalan tol yang terlihat C panjang tanpa ujung Symbol Pembangunan jalan tol membuat kemakmuran A, B, C c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme pada sampul majalah Gatra edisi kali ini menurut peneliti terlihat pada gerakan tangan Presiden Jokowi yang sedang menunjuk ke arah jalan tol. Ini bisa saja ditafsirkan bahwa Presiden Jokowi ingin menunjukan bahwa jalan tol yang dibangun pemerintah di berbagai daerah telah rampung dan siap digunakan untuk membantu mobilitas semua pihak dan dapat membantu

108 96 perekonomian di masing-masing wilayah. Namun, bisa ditafsirkan bahwa Presiden ingin menunjukan bahwa jalan tol yang dibangun merupakan jalan penghubung untuk masyarakat menuju jalan kemakmuran, karena dengan dibangunnya jalan tol, akan berdampak positif bagi perekonomian dan meningkatkan konektivitas yang memegang peran penting pada percepatan arus barang dan jasa dan pemerataan ekonomi. 2. Dicent Sign Dicent sign pada sampul majalah Gatra edisi kali ini menurut peneliti adalah gambaran jalan tol pada latar belakang sampul majalah. Jalan tol merupakan jalan bebas hambatan yang dilalui hanya kendaraan roda empat dan lebih. Jalan tol yang dibangun pemerintah salah satunya jalan tol trans-jawa, jalan tol Cikopo-Palimanan (Cikapali) menghubungkan Jakarta sampai Surabaya. Jarak Jakarta-Surabaya yang panjangnya 857 kilometer bisa ditempuh dalam waktu 10 jam dengan menggunakan jalan tol Cikapali. 3. Argument Argument pada sampul majalah Gatra edisi ini menurut peneliti terdapat pada gambaran jalan tol pada latar belakang sampul. Jalan tol memberikan argumen mengenai seluruh isi gambar, terdapat jalan tol menandakan jalan tol dapat membuat ekonomi tambah kencang. Dengan jalan tol perekonomian dapat melaju dengan cepat, karena jalan tol dapat menghubungkan dari suatu daerah ke daerah lain. Pemerintah sedang menggenjot pembangunan jalan tol di berbagai daerah, Presiden Jokowi bertekad membangun jalan tol dari ujung ke ujung atau di setiap kawasan di Indonesia.

109 97 Tabel 4.24 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Menunjuk jalan tol B, C Dicent Sign Jalan tol, jalan bebas C hambatan Argument Pembangunan jalan tol C, D Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.6 Tabel 4.25 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi Juni 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Interpretant Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Jalan yang dituliskan lebih besa ini mempunyai arti adanya penekanan dan arti kata Jalan tersebut merupakan sebagai suatu penghubung menuju sebuah kemakmuran. Sinsign pada sampul ini adalah jalan tol, ini menandakan jalan tersebut merupakan jalan yang sedang dibangun pemerintah di berbagai daerah. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan sedang menunjuk ke arah jalan tol. Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang sedang menunjuk jalan tol yang ada di sampingnya, dan jalan tol tersebut juga merupakan icon yang ada pada sampul. Index pada sampul majalah edisi ini adalah jalan tol sebagai penghubung dari daerah satu ke daerah lain. Symbol pada sampul majalah edisi ini menurut peneliti adalah pembangunan jalan tol di berbagi daerah yang diharapkan dapat memicu perkonomian di setiap wilayah. Rheme pada sampul ini terlihat pada gerakan tangan Presiden Jokowi yang sedang menunjuk ke arah jalan tol, ini bisa ditafsirkan Jokowi ingin menunjukan bahwa beberapa jalan tol telah rampung, tapi bisa ditafsirkan bahwa Jokowi ingin menunjukan dengan adanya jalan tol dapat mempermudah mobilitas. Dicent Sign pada sampul ini adalah jalan tol merupakan jalan bebas hambatan. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini pembangunan jalan tol di berbagai daerah dapat memicu perekonomian

110 98 di wilayah masing-masing, karena dengan adanya jalan tol dapat menyambung simpul-simpul ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di setiap pembangunan jalan tol. 7. Sampul Majalah Gatra edisi Agustus 2015 dengan judul Kerja Inovatif Layanan Publik Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra edisi Agustus 2015 Pada sampul majalah Gatra edisi kali ini (Gambar 4.7) terlihat seorang pria menggunakan kemeja putih (Kode A) dan helm proyek atau safety helmet (Kode C), pria tersebut juga menggunakan lencana di dada kirinya (Kode D) dan

111 99 sambil memegang selembar kertas (Kode E). Pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo yang terlihat sedang mengawasi sebuah kerja proyek yang berjalan, proyek yang sedang berlangsung merupakan kerja yang di lakukan di berbagai daerah Indonesia, hal itu diperjelas dari gerakan tangan menunjuk (Kode F) ke arah peta Indonesia (Kode B). Pada judul sampul majalah terdapat teks Kerja Inovatif Layanan Publik ini menjelaskan bahwa kinerja elemen pemerintahan di daerah bekerja dengan inovasinya masing-masing dan memprioritaskan bagi layanan masyarakat di daerahnya masing-masing. Inovasi yang dilakukan meliputi berbagai bidang, dari bidang kesehatan, pendidikan, kebudayaan, perekonomian, serta inovasi dalam birokrasi, transparansi, dan integrasi data. a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, lembut, lemah, dan merdu. Qualisign pada sampul Gatra edisi ini tampak pada judul sampul majalah Kerja Inovatif Layanan Publik terdapat kata Inovatif (Kode G) ini menandakan kinerja pemerintah yang melakukan inovasi dan kreasi dalam melayani masyarakat agar masyarakat dipermudah dengan adanya kreasi-kreasi di berbagai bidang pemerintahan. 2. Sinsign Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Tanda yang merupakan dasar tampilannya dalam kenyataan. Sinsign pada sampul Gatra edisi ini tampak pada sampul ini terlihat pada helm proyek yang

112 100 digunakan Presiden Jokowi (Kode C) dan selembar kertas yang sedang ia pegang (Kode E) ini menandakan bahwa Jokowi sedang memantau proyek yang sedang dijalankan diberbagai daerah di Indonesia. 3. Legisign Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar sebuah peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi. Hal itu juga dapat dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk yang berarti ya, mengerutkan alis, cara berjabatan tangan. Pada sampul edisi kali ini, legisign terlihat pada gerakan tangan menunjuk (Kode F) oleh Presiden Jokowi (Kode A). Tangan yang menunjuk ke arah peta Indonesia, ini menandakan bahwa kinerja pemerintah diberbagai wilayah tengah mengalami banyaknya inovasi, inovasi semata-mata hanya untuk kepentingan layanan publik. Tabel 4.26 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Inovasi dan Kreasi G Sinsign Helm proyek dan C, E kertas yang dipegang Legisign Gerakan tangan pria sedang menunjuk peta F b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon adalah tanda yang megandung kemiripan rupa sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon pada Sampul Majalah Gatra edisi ini adalah gambaran seorang Presiden Jokowi (Kode A) yang menggunakan kemeja putih dan helm proyek sambil memegang selembar kertas. Terlihat pula

113 101 gambar peta Indonesia (Kode B) ini menunjukan bahwa Indonesia merupakan objek yang sedang Presiden Jokowi tunjuk. 2. Index Index adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Index pada sampul ini adalah helm proyek (Kode C) yang sedang digunakan Presiden Jokowi dan selembar kertas (Kode E) yang sedang dipegang. Presiden Jokowi terlihat sedang mengawasi proyek yang sedang berjalan di berbagai daerah Indonesia, berbagai proyek berjalan dengan penuh inovasi dan kreasi untuk melayani publik. Masih terkait dengan index, judul pada sampul majalah (Kode G) menjelaskan bahwa inovasi merupakan kinerja yang tengah dilakukan di berbagai daerah. 3. Symbol Symbol adalah tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Symbol yang muncul menurut peneliti adalah kerja inovatif yang dilakukan berbagai daerah merupakan hasil positif bagi pemerintahan Presiden Jokowi. Dalam sampul terlihat Presiden Jokowi memakai helm proyek dan menunjuk peta Indonesia, ini menunjukan Jokowi sedang memantau berbagai inovasi yang dilakukan oleh daerah-daerah di Indonesia. Inovasi yang dilakukan meliputi berbagai hal, mulai dari birokrasi, integrasi data, tranparansi, dan lain-lain. Tabel 4.27 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Seorang pria yang A, B sedang yang berdiri

114 102 sambil menunjuk peta Indonesia Index Helm proyek dan kertas, serta judul pada sampul Symbol Inovasi kerja yang dilakukan di daerah C, E, G A, B, G c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Pada sampul Gatra edisi ini Presiden Jokowi terlihat menggunakan helm proyek dan sedang menunjuk peta Indonesia, ini bisa saja ditafsirkan bahwa Presiden Jokowi sedang memantau inovasi layanan publik yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, tapi ini bisa saja ditafsirkan bahwa Jokowi ingin menunjukan bahwa diberbagai daerah telah melakukan inovasi dalam pelayanan publik. 2. Dicent Sign Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicent sign pada sampul majalah edisi menurut peneliti adalah pada lencana yang digunakan di dada kiri Presiden Jokowi (Kode D). Lencana tersebut adalah lencana yang kerap digunakan Presiden Jokowi di berbagai kesempatan. Pada pelaksanaan tugasnya ke beberapa kota, Jokowi kerap menggunakan lencana tersebut yang selalu menempel di dada kirinya. 3. Argument Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Argument pada sampul majalah Gatra edisi ini terdapat pada teks dalam judul Kerja Inovatif Layanan Publik menurut interpretasi peneliti inovasi yang

115 103 dilakukan beberapa pihak di daerah memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan publik. Berbagai inovasi dan kreasi dilakukan agar masyarakat mendapat kemudahan, inovasi yang dilakukan pun dilakukan di berbagai hal, baik itu inovasi birokrasi, transparansi, integrasi data dan lain-lain. Tabel 4.28 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Menunjuk peta B, C, F, G Indonesia Dicent Sign Lencana Presiden D Argument Inovasi Kerja B, G Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.7 Tabel 4.29 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi Agustus 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Interpretant Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Inovatif yang ini mempunyai arti adanya inovasi dan kreasi dalam kinerja di berbagai daerah untuk demi pelayanan publik. Sinsign pada sampul ini adalah jalan tol, ini menandakan jalan tersebut merupakan jalan yang sedang dibangun pemerintah di berbagai daerah. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gerakan tangan sedang menunjuk ke peta Indoneisia, ini menandakan bahwa Presiden Jokowi melakukan inovasi dalam pelayanan publik di berbagai daerah di Indonesia. Icon pada sampul majalah edisi ini adalah seorang pria yang menggunakan helm proyek dan memegang kertas serta peta Indonesia yang ditunjuknya. Index pada sampul majalah edisi ini adalah helm proyek dan kerta yang dipegang serta teks pada judul sampul majalah. Symbol pada sampul majalah edisi ini menurut peneliti adalah kerja inovatif yang dilakukan di berbagai daerah merupakan hasil positif pemeritahan Jokowi. Rheme pada sampul ini terlihat pada gerakan tangan Presiden Jokowi yang sedang menunjuk ke peta Indonesia,

116 104 ini bisa ditafsirkan Jokowi sedang memantau inovasi yang dilakukan di berbagai daerah atau Jokowi ingin menunjukan di berbagai daerah telah melakukan inovasi demi pelayanan publik. Dicent Sign pada sampul ini adalah lencana yang tertempel di dada kiri Presiden Jokowi. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini adalah inovasi yang dilakukan beberapa pihak di daerah memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan publik. 8. Sampul Majalah Gatra edisi 29 Oktober 4 November 2015 dengan judul Kerja Belum Selesai Belum Apa-Apa Gambar 4.8 Sampul Majalah Gatra edisi 29 Oktober 4 November 2015

117 105 Pada sampul majalah Gatra edisi 29 Oktober-4 Oktober 2015 terlihat dua orang pria yang sedang gotong royong bekerja, dengan menggunakan helm dan rompi proyek kedua pria tersebut sedang mengangkut batu dengan skop dan troli. Kedua pria tersebut adalah Presiden Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kalla (Kode A dan B), ini diperjelas dengan helm proyek yang mereka gunakan, terlihat tulisan RI 1 dan RI 2 pada helm mereka masing-masing (Kode C dan D). Di belakang mereka terlihat adanya konstruksi bangunan yang belum rampung (Kode E), bangunan tersebut membentuk susunan kata yang menyebutkan sektor-sektor pemerintahan seperti, pembangunan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan juga terdapat kata kemandirian dan efesiensi. Ini menandakan pekerjaan Presiden Jokowi dan Wakilnya Jusuf Kalla masing banyak yang belum selesai dan harus segera diselesikan, tergambar dari susunan kata yang terlihat seperti bangunan belum rampung. Satu tahun pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla rupanya belum terlalu banyak hasil yang cukup siginifikan, masih banyak pekerjaan pemerintah yang masih bolong-bolong. Masih banyak permasalahan di berbagai bidang yang harus dibenahi oleh Jokowi dan Jusuf Kalla. a. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign 1. Qualisign Qualisign pada sampul majalah edisi terlihat pada kata Belum apa-apa pada teks sampul majalah Kerja Belum Selesai Belum Apa-Apa (Kode F). Ini menandakan bahwa kerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla masih banyak yang belum selesai dan masih banyak yang perlu dibenahi. Berbagai sektor masih

118 106 mengalami kesulitan di masa satu tahun menjabat, sektor perekonomian menjadi sorotan karena masih belum mencapai target yang telah ditentukan. 2. Sinsign Sinsign pada sampul majalah Gatra edisi ini adalah terlihat pada gambaran bangunan yang belum selesai dibangun dan yang menyerupai kata Kesehatan, Pangan, Ekonomi, Pembangunan, Kemandirian, dan Efiensi (Kode E). Kata-kata tersebut menandakan beberapa sektor yang mesti diselesaikan dan dibenahi pada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang baru melewati masa satu tahun. 3. Legisign Legisign pada sampul majalah Gatra edisi ini menurut peneliti adalah gambaran Presiden Jokowi (Kode A) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kode B) yang terlihat sedang bekerja sama mengangkut batu dengan menggunakan skop dan troli. Ini menandakan bahwa Jokowi dan Jusuf Kalla saling bekerja sama dalam membangun negeri, satu tahun pemerintahan rupanya belum berdampak signifikan bagi negara, masih banyak yang belum selesai dan masih banyak yang harus dibenahi. Tabel 4.30 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Sign Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Qualisign Kerja yang belum F berdampak signifikan Sinsign Bangunan yang E menyerupai kata Legisign Bekerja sama mengangkut batu A, B

119 107 b. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object 1. Icon Icon pada sampul majalah Gatra edisi ini adalah sosok dua orang pria yaitu Presiden Jokowi danwakil Presiden Jusuf Kalla (Kode A dan B). Keduanya terlihat sedang bekerja sama membangun gedung yang belum selesai di belakangnya (Kode E), gedung-gedung tersebut menyerupai kata-kata yang merupakan sektor-sektor pemerintahan yang masih perlunya pembenahan dari pemerintah. 2. Index Index pada sampul majalah Gatra edisi ini menurut peneliti adalah helm dan rompi proyek yang digunakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kode B). Terlihat Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah pekerja proyek yang bekerja membangun gedung-gedung di belakangnya yang masih belum selesai, ini menandakan Jusuf Kalla dan Jokowi merupakan pelaku utama dalam pembangunan negeri ini, berbagai sektor masih banyak yang belum selesai dan perlu dibenahi. Sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mereka berdua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembangunan negeri. 3. Symbol Symbol pada sampul majalah Gatra edisi ini menurut peneliti adalah masih banyaknya pekerjaan rumah dari pemeritahan Jokowi-Jusuf Kalla yang harus diselesaikan. Satu tahun pemerintahan belum cukup untuk membenahi berbagai masalah di berbagai sektor pemerintahan. permasalahan ekonomi, kesehatan, pangan, pembangunan, efisiensi, dan kemandirian merupakan beberapa masalah yang belum terselesaikan pada kurun waktu satu tahun pemerintahan

120 108 Jokowi-Jusuf Kalla, permasalahan tersebut digambarkan sebagai bangunan yang belum selesai di bangun (Kode E). Tabel 4.31 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Object Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Icon Dua orang pria yang sedang bekerja dan A, B, E gedung yang menyerupai kata-kata Index Helm proyek dan dan rompi proyek B, D Symbol Masih banyak A,B,E, F pekerjaan yang belum selesai c. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant 1. Rheme Rheme pada sampul majalah Gatra edisi ini adalah terlihat Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang bekerja sama membangun gedung yang belum selesai yang terlihat dibelakangnya, ini bisa tafsirkan bahwa Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tengah bekerja sama menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai selama masa pemerintahannya yang baru berjalan selama setahun, tapi ini bisa saja ditafsirkan bahwa pekerjaan pemerintah yang belum selesai selama setahun dilakukan secara kooperatif antara Presiden dan Wakil Presiden, tidak bisa dilakukan secara individual oleh Presiden Saja tetapi dengan bantuan Wakil Presidennya.

121 Dicent Sign Dicent Sign pada sampul majalah Gatra edisi ini terlihat pada teks yang tertulis di helm yang digunakan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pada helm Jokowi terdapat teks RI 1 (Kode C) ini menandakan bahwa Jokowi merupakan orang nomor satu di Republik Indonesia atau sebagai Presiden. Pada helm Jusuf Kalla terdapat teks RI 2 (Kode D) ini menandakan bahwa Jusuf Kalla merupakan orang nomor dua di Republik Indonesia atau sebagai Wakil Presiden. 3. Argument Argument pada sampul majalah Gatra edisi ini terdapat pada teks dalam judul Kerja Belum Selesai Belum Apa-Apa menurut interpretasi peneliti pekerjaan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakilnya Jusuf Kalla dalam kurun waktu satu tahun belum berdampak signifikan, ini ditandai dengan masih banyaknya sektor-sektor pemerintahan yang dikritisi karena belum maksimal atau tidak mencapai target. Sektor perekonomian yang cukup menjadi sorotan, karena satu tahun menjabat, Presiden Jokowi tidak dapat mendongkrak perekonomian negara. Tabel 4.32 Tanda dalam gambar berdasarkan klasifikasi Interpretant Jenis Tanda Contoh Tanda Kode Rheme Kerja sama dua orang A, B, E pria Dicent Sign Teks pada helm C, D Argument Kinerja Jokowi-JK F

122 110 Berikut tabel untuk mempermudah pembaca memahami hasil temuan peneliti pada gambar 4.8 Tabel 4.33 Hasil temuan sampul Majalah Gatra Edisi 29 Oktober-4 November 2015 Menggunakan Teori Semiotik Peirce Sign Object Interpretant Qualisign pada sampul edisi kali ini terdapat pada teks dalam judul sampul majalah, terdapat kata Belum Apa- Apa ini mempunyai arti masih banyak pekerjaan Presiden Jokowi dan Wakilnya Jusuf Kalla yang harus diselesaikan. Sinsign pada sampul ini adalah gamabaran bangunan yang belum selesai dan menyerupai kata-kata, seperti kata Kesehatan, Pangan, dll, ini menandakan sektor-sektor yang tergambarkan pda bangunan tetsebut merupakan pekerjaan rumah pemerintahan Jokowi yang harus diselesaikan. Legisign pada sampul majalah edisi ini adalah gambaran Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terlihat sedang bekerja sama mengangkut batu dengan skop dan troli, ini menandakan keduanya tengah bekerja sama dalam membangun negeri. Icon pada sampul majalah edisi ini adalah dua orang pria yang sedang bekerja dan gedung yang menyerupai katakata. Index pada sampul majalah edisi ini adalah helm proyek dan rompi proyek yang digunakan oleh Jusuf Kalla, ini menandakan bahwa ia merupakan pekerja yang bertugas membangun negeri. Symbol pada sampul majalah edisi ini menurut peneliti adalah masih banyak pekerjaan rumah pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang belum selesai dalam kurun masa jabatannya yang telah satu tahun. Rheme pada sampul ini terlihat pada kerjasama antara Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ini bisa ditafsirkan mereka berdua sedang bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan pemerintah yang masih banyak belum selesai atau bekerja secara kooperatif antara Presiden dan Wakil Presiden. Dicent Sign pada sampul ini adalah teks helm yang digunakan Jokowi dan Jusuf Kalla, tertulis RI 1 pada helm Jokowi, dan RI 2 pada helm Jusuf Kalla. Argument pada sampul Gatra edisi kali ini adalah pekerjaan masa Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dalam kurun waktu satu tahun belum berdampak signifikan.

123 111 C. Interpretasi Sampul Majalah Gatra Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka analisis yang digunakan yaitu analisis semiotika kepemimpinan Presiden Jokowi dalam sampul majalah Gatra. Dalam sampul tersebut terdapat tanda dan makna. Dari tanda, objek dan interpretan yang ada pada gambar berhasil diidentifikasi kemudian dianalsis dan memiliki maksud tertentu, serta makna tersembunyi dan mendalam seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Metode yang dapat digunakan untuk menelaah makna dan maksud dari sebuah tanda dan objek yang terdapat dalam sebuah gambar yaitu metode analisis semiotika. Untuk mengetahui makna sebenarnya yang terkandung dalam sampul Majalah Gatra tersebut terlebih dahulu diungkap makna terdalam dari gambar tersebut melalui tanda yang diperlihatkan. Untuk itu dalam penelitian ini diuraikan makna yang terdapat dalam sampul tersebut melalui pembagian suatu tanda yang terdapat pada gambar kedalam tiga klasifikasi berdasarkan Sign, Object, dan Interpretant. Dalam ilmu tanda, untuk menelaah dan menemukan makna tanda yang ada dalam gambar sampul Majalah Gatra dapat dilakukan penelaahan melalui pembagian klasifikasi dari sign, object, dan interpretant yang ada dalam sampul tersebut. Dengan klasifikasi dari sign yaitu qualisign, sinsign, dan legisign, akan diketahui kualitas pada tanda, eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, dan norma yang dikandung oleh tanda. Dari klasifikasi object yaitu icon, index, dan symbol, dapat diketahui makna hubungan antara tanda dan objek, hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau sebab akibat, dan tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi,

124 112 kesepakatan, atau aturan, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandannya, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Dan berdasarkan klasifikasi interpretant yaitu rheme, dicent sign, dan argument, dapat diketahui penafsiran makna tanda sesuai pilihan, kenyataan tanda dan alasan tentang sesuatu yang ada pada tanda. Sebuah makna dari tanda-tanda dalam sampul Majalah Gatra akan dapat diketahui jika ketiga klasifikasi dari sign, object, dan interpretant sudah bisa diketahui atau diinterpretasikan kebenerannya serta dipahami apa maksud dari tanda-tanda yang ada dalam gambar tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis sampul Majalah Gatra sebanyak delapan edisi yang secara kongkrit memvisualisasikan sosok seorang pemimpin negara yaitu Presiden Joko Widodo dengan berbagai macam isu utama yang diangkat pada setiap edisinya. Dengan menggunakan analisis semiotika ini, banyak tanda-tanda yang mengandung makna dan isi pesan yang merepresentasikan kepemimpinan Presiden Jokowi sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis semiotika. Untuk lebih memudahkan dalam memaparkan hasil analisis, peneliti membuat tabel hasil analisis pada sampul majalah Gatra yang diteliti. Tabel 4.34 Tabel hasil analisis semiotika Majalah Gatra tahun 2015 Sampul Majalah Gatra Analisis Semiotika Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasikan sign berupa penguatan kerjasama, gambar pada kartu, dan gerakan tangan. Dari sign yang sudah di identifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yakni object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa dua orang pria, kartu bergambar, kalimat pada sampul, dan penyimbolan penguatan kerjasama

125 113 Sampul Majalah Gatra Edisi Februari 2015 Edisi Februari 2015 Analisis Semiotika pemerintah. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah Gatra edisi ini adalah menyusun menara dari kartu, dua pria menggunakan kemeja putih, dan gerakan tangan kedua pria. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul majalah Gatra edisi Februari 2015 adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang melakukan kerjasama dengan pihak lain demi kemakmuran rakyatnya. Gerakan tangan Presiden Jokowi dan mantan rivalnya Prabowo yang sedang bekerja sama dalam membangun menara dari kartu bergambar sektor pemerintahan merupakan penggambaran dari kerjasama Jokowi dengan Prabowo yang notabene merupakan rivalnya saat Pemilu 2014, Prabowo memberikan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi sepanjang prorakyat. Pada sampul Majalah Gatra peneliti mengidentifikasikan sign berupa penghujung dilema, bingkai foto dan gerakan tangan mengangkat bingkai. Dari sign yang di identifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yakni object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa pria yang mengangkat bingkai foto, pria yang berada di dalam bingkai foto, demonstran, bingkai foto dan penyimbolan pengangkatan Kapolri. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul edisi ini adalah bingkai foto yang diangkat, seragam pria dalam bingkai serta pria yang berada dalam bingkai. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul majalah Gatra edisi Februari 2015 adalah Presiden Jokowi sebagai sosok seorang pemimpin pengambil keputusan. Keputusan yang diambil Presiden Jokowi yaitu keputusan dalam membawa nama Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri namun belum lama dicalonkan Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa tanda panah yang turun pada grafik, grafik penurunan, dan gerakan tangan pria di belakang kepala. Dari sign yang diidentifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yakni object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa pria menggunakan jas dan dasi, grafik, tanda panah yang turun pada grafik, serta penyimbolan penurunan ekonomi. Dari identifikasi sign dan object maka

126 114 Sampul Majalah Gatra Edisi 7-13 Mei 2015 Edisi Mei 2015 Analisis Semiotika menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah edisi ini adalah mengusap dan menundukan kepala serta pria yang nampak kebingungan karena grafik yang turun. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi 7-13 Mei 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang tengah mengemban beban negara yang sedang tertimpa penurunan ekonomi Seorang pemimpin negara juga bisa mengalami kebingungan karena banyaknya permasalahan yang dialami terhadap negaranya, pada sampul majalah edisi ini sosok seorang pemimpin direpresentasikan sedang mengalami penurunan ekonomi negara yang terjal sampai-sampai membuatnya kebingungan. Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa perhatian lebih pada isu reshuffle, bidak catur putih, dan raut wajah pria. Dari sign yang diidentifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yaitu object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa seorang pria, bidak catur putih dan hitam, serta penyimbolan perombakan menteri. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah edisi ini adalah penyusunanan strategi, bidak catur hitam yang jatuh, dan sosok seorang pemimpin. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi Mei 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai seorang pemimpin yang memiliki wewenang. Reshuffle merupakan wewenang mutlak yang dimiliki seorang presiden, presiden memiliki hak prerogatif untuk merombak menteri untuk membantunya dalam kabinet kerja yang dimilikinya. Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa sesuatu yang sudah rusak, keranjang sampah, dan gerakan tangan sedang menyapu. Dari sign yang diidentifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yaitu object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa seorang pria berseragam petugas kebersihan, keranjang sampah, dollar dan logo lembaga keuangan dunia, serta penyimbolan pembersihan lembaga donor. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah edisi ini

127 115 Sampul Majalah Gatra Edisi 30 April-6 Mei 2015 Analisis Semiotika adalah logo lembaga donor dan membersihkan lembaga donor yang telah usang. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi 30 April-6 Mei 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin pekerja keras, pemimpin yang biasanya menggunakan setelan jas dan pakaian rapih tetapi pada sampul edisi ini digambarkan sebagai petugas kebersihan. Presiden Jokowi membersihkan lembaga-lembaga donor dunia dari bangsa Indonesia yang dianggapnya sudah tidak bermakna lagi bagi kemajuan ekonomi dunia. Edisi Juni 2015 Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa pembangunan jalan, jalan tol, dan gerakan tangan menunjuk. Dari sign yang diidentifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yaitu object. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa seorang pria sambil menunjuk jalan tol, jalan tol tanpa ujung, dan penyimbolan pembangunan jalan tol membuat kemakmuran. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah edisi ini adalah pembangunan jalan tol serta jalan tol merupakan jalan bebas hambatan. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi Juni 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang giat membangun. Presiden Jokowi pada masa pemerintahannya gencar melakukan pembangunan infrastruktur, salahsatunya pembangunan jalan tol. Jokowi bertekad membangun jalan tol dari ujung ke ujung atau di setiap kawasan di Indonesia. Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa inovasi dan kreasi dalam bekerja, selembar kertas, dan gerakan tangan menunjuk peta. Dari sign yang sudah di identifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yakni objectnya. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa seorang pria, peta indonesia, helm proyek dan selembar kertas, judul sampul, serta penyimbolan inovasi kerja di berbagai daerah. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul

128 116 Sampul Majalah Gatra Edisi Agustus 2015 Edisi 29 Oktober-4 November 2015 Analisis Semiotika majalah edisi ini adalah menunjuk peta Indonesia, lencana presiden dan inovasi kinerja. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi Agustus 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang dapat memerintah. Presiden Jokowi sebagai orang nomor satu di Republik Indonesia digambarkan sedang mengawasi proyek yang sedang berjalan di berbagai daerah di Indonesia, dengan gerakan tangan menunjuk ke peta Indonesia ini menandakan bahwa ia sebagai pemimpin mempunyai hak untuk memerintah elemen pemerintahan yang bekerja di seluruh daerah di Indonesia. Kerja inovatif di berbagai daerah tak bisa dilepaskan dari sosok seorang pemimpin yang memerintahnya. Pada sampul Majalah Gatra edisi ini peneliti mengidentifikasi sign berupa kerja yang belum signifikan, bangunan yang menyerupai kata, dan mengangkut batu. Dari sign yang sudah di identifikasikan tersebut menunjukan sesuatu yakni objectnya. Untuk itu, peneliti mengidentifikasikan object berupa dua orang pria, helm dan rompi proyek, serta penyimbolan masih banyak pekerjaan yang belum selesai. Dari identifikasi sign dan object maka menghasilkan interpretant. Interpretant pada sampul majalah edisi ini adalah kerja sama dua orang pria, teks pada helm, serta kinerja Jokowi dan Jusuf Kalla. Dari pengidentifikasian sign, object, dan interpretant maka menghasilkan interpretasi peneliti pada sampul Majalah Gatra edisi 29 Oktober-4 November 2015 ini adalah Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Presiden Jokowi sudah melewati masa satu tahun menjabat sebagai presiden, namun satu tahun masih belum cukup berdampak signifikan, masih banyak pekerjaan pemerintah yang harus diselesaikan. Pada sampul majalah Gatra edisi ini menggambarkan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang bekerja sama membangun gedung di belakangnya yang belum rampung, ini menandakan bahwa adanya rasa tanggung jawab dari Jokowi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dari klasifikasi sign, object, dan interpretant, kepemimpinan dalam sampul Majalah Gatra secara keseluruhan gambar yang diteliti memunculkan bahwa sign

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Media massa merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

Lebih terperinci

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG ALFIAN NUR 41807056 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG LATAR BELAKANG Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, actual, informative dan lain sebagainya. Sebuah foto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana eksistensi manusia direpresentasikan melalui penggambaran dalam film Life

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu bagaimana komunikasi narsisme agnezmo direpresentasikan dalam akun instagram @Agnezmo. Maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Denzin & Lincoln (1998:105) mendefinisikan paradigma sebagai sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti, tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualtatif.penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir berdasarkan fakta atau gejala hasil interpretasi. Kuhn mendefinisikan paradigma merujuk pada teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat dihadapkan pada banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat Kualitatif. Metode ini adalah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain komunikasi visual merupakan disiplin ilmu yang berperan dalam penyampaian informasi, ide, konsep, ajakan dan sebagainya kepada khalayak dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai saat akan kembali tidur kita pasti akan menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan informasi bagi masyarakat. Pesatnya

Lebih terperinci

PEMAKNAAN COVER MAJALAH TEMPO. (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 15 Agustus 2010) SKRIPSI.

PEMAKNAAN COVER MAJALAH TEMPO. (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 15 Agustus 2010) SKRIPSI. PEMAKNAAN COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 15 Agustus 2010) SKRIPSI Oleh : Wicaksono Harumbintoro NPM. 0643010211 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode Analisis Semiotik dengan paradigma konstruktivitis. Yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon ( dalam Moleong, 2004: 49 ), Paradigma adalah cara mendasar untuk persepsi berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Semenjak tumbangnya rezim orde baru media massa terus berkembang hingga di era demokrasi saat ini. Berbagai jenis media massa telah tumbuh dan berkembang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Paradigma Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce) Istilah Semiotik yang dikemukakan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Foto jurnalistik sangat penting dalam menunjang pemberitaan dalam sebuah situs media online maupun surat kabar dan media lainnya. Seorang fotografer mempunyai

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah sebuah hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini pun menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Korupsi adalah suatu perbuatan untuk menguntungkan diri sendiri, dan secara tidak langsung dapat merugikan negara dan orang banyak. Korupsi menurut Mahzar

Lebih terperinci

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya imajinasi yang menggambarkan kehidupan bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat. Hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa, sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan ketrampilan kreatif, seperti copywriting, layout, ilustrasi, tipografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak

Lebih terperinci

REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API. (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi

REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API. (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi 1 REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi Secangkir Semangat Untuk Indonesia di Televisi Swasta ) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disini dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah 46 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Yang merupakan suatu bentuk penelitian untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti

BAB III METODELOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti 3.1. Paradigma Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Peneliti memakai paradigma konstruksionis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu dari bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan komunikasi kepada khalayak yang bersifat massal. Majalah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan kelonggaran dalam pendirian perusahaan pers, serta dihapusnya penyensoran, pembredelan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARIKATUR CLEKIT JAWA POS EDISI MEI-JUNI 2012

KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARIKATUR CLEKIT JAWA POS EDISI MEI-JUNI 2012 KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARIKATUR CLEKIT JAWA POS EDISI MEI-JUNI 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Oleh: ALEK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma kontruktivist sebagai interpretatif menolak obyektifitas. Obyektifitas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci