HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Iis Purwanti NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015 i

2

3

4

5 MOTTO Keyakinan anda menentukan tindakan anda, dan tindakan anda menentukan hasil anda, tetapi pertama-tama anda harus yakin. (Mark Victor Hansen) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison) v

6 PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak, Ibu dan kakak tercinta, terimakasih atas kasih saying dan segalanya yang telah diberikan untukku. 2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa dan Bangsa vi

7 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA Oleh : Iis Purwanti NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat dukungan sosial pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta, 2) tingkat efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta, dan 3) hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja asuh dengan usia berkisar antara 10 tahun sampai dengan 20 tahun di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Total seluruh subjek sebanyak 52 remaja. Metode pengumpulan data menggunakan skala. Teknik analisis data menggunakan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, uji linieritas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment tingkat signifikansi hasil analisis ditentukan sebesar 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1) Tingkat dukungan sosial yang dirasakan oleh remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dalam penelitian ini mayoritas berada dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (53,8%). 2) Tingkat efikasi diri dalam menyelesaikan masalah remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori tinggi sebanyak 29 orang (55,8%). 3) Terdapat hubungan positif antara dukungan social dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Analisis data dengan product moment menggunakan SPSS 16,0 for Windows dengan nilai r tabel 0,621 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 (p<0,05). Artinya hipotesis diterima dan menunjukkan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri remaja di panti asuhan. Dengan demikian semakin tinggi dukungan social pada remaja asuh, maka semakin tinggi pula efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Kata kunci : dukungan social dan efikasi diri vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, serta kasih sayang yang berlimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah Pada Remaja Asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, do a dan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat meminimalisir segala keterbatasan, kekurangan dan memperlancar penulisan. Oleh karena itu penulis haturkan terimakasih setulusnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberi kesempatan bagi peneliti untuk menempuh dan menyelesaikan studi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas kemudahan dan izin penelitian. 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan saran dan masukan terutama dalam pemilihan judul penelitian. 4. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si dan Bapak Agus Triyanto, M.Pd, dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta masukan yang sangat berarti terhadap penelitian ini. 5. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si dosen pembimbing akademik yang penuh kesabaran mendampingi dan membimbing menjalani masa studi. 6. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan. viii

9

10 DAFTAR ISI Hal. JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Batasan Masalah... 9 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Sumber-sumber Dukungan Sosial Bentuk Dukungan Sosial Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial B. Kajian Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah 1. Pengertian Efikasi Diri Aspek-aspek Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah x

11 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri Pengaruh Eikasi Diri dalam Memecahkan Masalah C. Kajian Masa Remaja 1. Pengertian Remaja Ciri-ciri Remaja Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja Perkembangan Masa Remaja D. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah E. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel 1. Dukungan Sosial Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Pengembangan Instrumen Penelitian G. Uji coba Instrumen 1. Uji Validitas Uji Reliabilitas H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskripsi Uji Prasyarat Analisis Uji Hipotesis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Panti Asuhan Sinar Melati xi

12 2. Deskripsi Data Penelitian a. Variabel Dukungan Sosial b. Variabel Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah B. Analisis Data 1. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian Hipotesis C. Pembahasan D. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Skala Dukungan Sosial sebelum Ujicoba Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Skala Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah sebelum Ujicoba Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Skala Dukungan Sosial setelah Ujicoba Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Skala Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah setelah Ujicoba Tabel 5. Panduan Penskoran Tabel 6. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Tabel 7. Hasil Uji Kategorisasi Variabel Dukungan Sosial Tabel 8. Data Sumber Dukungan Sosial Tabel 9. Hasil Uji Kategorisasi Variabel Efikasi Diri Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Tabel 12. Tabulasi Dukungan Sosial dan Efikasi Diri Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi X dan Y Tabel 14. Data Sumber Dukungan Sosial xiii

14 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Hubungan antar Variabel Gambar 2. Diagram Pie Uji Kategorisasi Variable Dukungan Sosial Gambar 3. Diagram Pie Data Sumber Dukungan Sosial Gambar 4. Diagram Pie Uji Kategorisasi Variabel Efikasi Diri Dalam Menyelesaikan Masalah Gambar 5. Diagram Pie Data Sumber Dukungan Sosial xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1. Instrumen Penelitian Sebelum UjiCoba Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 3. Instrumen Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Linearitas Lampiran 6. Hasil Deskripsi data Lampiran 7. Hasil Uji Kategorisasi Lampiran 8. Uji Korelasi Product Moment Lampiran 9. Tabulasi Silang Dukungan Sosial dan Efikasi Diri Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, tedapat sejumlah anak yang kurang beruntung dalam menapaki hidupnya. Anak-anak yang kurang beruntung ini dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim, piatu atau bahkan yatim piatu, tidak memiliki sanak keluarga yang mau atau mampu mengasuh, dan terlantar. Hal ini mengakibatkan kebutuhan psikologis anak menjadi kurang dapat terpenuhi dengan baik, terutama jika tidak adanya orang yang dapat dijadikan panutan atau untuk diajak berbagi, bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah. Anak-anak ini kemudian dirawat oleh pemerintah maupun swasta dalam suatu lembaga yang disebut panti asuhan. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak dapat tinggal dengan keluarganya. Kehidupan anak di panti asuhan berbeda dengan kehidupan anak di keluarga yang normal. Panti asuhan sebagai pengganti keluarga, anak-anak yang tidak memiliki keluarga lagi atau karena orang tuanya meninggal dunia. Anakanak yang tinggal di panti asuhan berasal dari latar belakang yang berbeda serta usia yang berbeda-beda. Data yang diperoleh dari Ketua Panti Asuhan Sinar Melati menyebutkan bahwa alasan utama anak-anak tinggal di Panti Asuhan Sinar Melati adalah karena faktor ketidakmampuan ekonomi keluarga dan karena tidak memiliki sanak saudara lagi. Di dalam panti asuhan, anak-anak di asuh secara 1

17 masal. Pengasuh yang seharusnya diharapkan mampu menggantikan peran orangtua dalam mengasuh anak, justru tidak bisa menjalankan perannya secara maksimal karena harus mengasuh banyak anak yang hidup di panti. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab anak di panti asuhan menderita tekanan sosial, emosional, dan fisik karena trauma pengalaman, kekacauan, dan stress dalam hidup. Pengalaman traumatis tersebut dapat menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan merasa takut akan ditinggalkan, yang kemudian terwujud dalam kemarahan dan agresi. Anak-anak merasa kurang memperoleh kasih sayang, perhatian, dan pengawasan dari pengurus panti karena keterbatasan jumlah pengurus panti, anak-anak kurang memperoleh kesempatan melihat sendiri berbagai model dari orang tua atau orang dewasa lainnya, dan pengasuh di panti asuhan biasanya kurang dapat berperan sebagai orang tua atau keluarga pengganti dalam menggantikan fungsi keluarga, dengan demikian anak-anak tersebut sebisa mungkin untuk dapat memenuhi dukungan social untuk dapat membangun efikasi dirinya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu pengurus Panti Asuhan Sinar Melati Sleman menyatakan bahwa masih banyak anak-anak panti asuhan yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, terutama anak-anak yang baru tinggal di panti asuhan. Anak-anak yang berada di panti cenderung banyak pendiam, tidak suka berkumpul dengan teman-teman yang lain, dan sering bersembunyi jika ada orang asing yang datang bertamu. Seorang anak juga bahkan penah diberitakan kabur dari Panti Asuhan Sinar Melati Sleman. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 06 Oktober 2011, pengurus panti tersebut mengungkapkan 2

18 bahwa AP (nama samaran) melakukan kabur dari panti asuhan karena takut meminta ijin keluar kemungkinan AP tidak betah tinggal di panti asuhan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena anak tersebut kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan sekitarnya dan kemungkinan merasa kurang diperhatikan sehingga muncul rasa kurang percaya diri dan anak tersebut merasa hidupnya berada dalam aturan yang membuat anak merasa terkekang. Akibat dari perasaan dikekang ini bisa membuat anak menjadi membangkang atau sebaliknya menjadi tertutup dan membatasi dirinya dengan dunia luar dan menganggap dirinya berbeda dari individu seusiannya, hal ini tentu akan mempengaruhi psikologinya dan penerimaan diri individu yang nantinya akan berunjung pada ketidakyakinan diri untuk mencapai tujuan dan menatap masa depan. Lingkungan panti asuhan merupakan lingkungan sosial utama yang dikenal dan merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi anak-anak yang berada di panti asuhan. Dukungan sosial tersebut anak-anak dapatkan dari pengurus panti dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Panti asuhan inilah yang selanjutnya juga dianggap sebagai keluarga oleh anak-anak panti karena dapat memberikan dukungan bagi anak-anak di panti asuhan. Oleh karena itu dukungan sosial dibutuhkan oleh anak-anak di panti asuhan untuk meningkatkan dan mengembangkan efikasi diri untuk mencapai tujuan serta dalam menyelesaikan masalahnya. Dukungan sosial diberikan agar anak-anak di panti asuhan merasa diperhatikan dan merasa dimiliki oleh orang lain khususnya keluarga di panti. Di samping adanya perhatian, terpenuhinya berbagai kebutuhan anak-anak asuh akan dapat mendorong terbentuknya rasa keyakinan yang tinggi 3

19 dengan demikian anak-anak mampu menumbuhkan rasa yakin pada dirinya dan lebih percaya diri dalam mencapai apa yang diinginkan. Keyakinan dan rasa percaya diri yang rendah sama halnya dengan memiliki efikasi diri yang rendah. Dimana efikasi diri merupakan keyakinan akan seluruh kemampuan yang meliputi kepecayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, evaluasi terhadap kompetensi untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan menghadapi masalah. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan peneliti kepada sejumlah anak asuh disana, 88% menunjukkan efikasi diri yang tinggi, 9,33% menunjukkan tingkat efikasi diri sedang, dan 2,66% rendah. Data tersebut menunjukan bahwa adanya ketidaksamaan tingkat efikasi diri pada anak-anak di panti asuhan tersebut. Anak-anak yang memiliki tingkat efikasi diri tinggi dan sedang dirasa tidak merasakan kesulitan yang berarti, anak-anak dengan efikasi diri tinggi dan sedang dapat dikatakan bahwa anak-anak tersebut merasa mendapatkan cukup dukungan sosial sesuai dengan yang dibutuhkannya sehingga mampu menumbuhkan efikasi dirinya, dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki efikasi diri rendah, anak-anak tersebut merasa bahwa mereka kurang mendapatkan dukungan sosial sesuai apa yang diharapkan dan dibutuhkan anakanak tersebut. Anak-anak dengan efikasi rendah menunjukkan rasa kurang percaya diri, mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, lebih pendiam dan merasa kurang diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya. Anak-anak dengan efikasi diri rendah tersebut cenderung lebih menghindar ketika dihadapkan dengan masalah baru dan sedikit tertutup dan pemalu, hal tersebut didapat berdasarkan penjelasan 4

20 dari beberapa anak panti. Beberapa anak panti mengungkapkan bahwa pengurus panti juga kurang memperhatikan anak-anak panti, terlebih masalah kesulitan belajar, pengurus panti sedikit cuek, selain pengurus panti teman-teman sebayanya atau sesama penghuni panti juga suka mengejek dan bersikap dingin. Masalah yang terjadi pada anak-anak di panti asuhan tersebut menunjukkan bahwa sebagian anak-anak tersebut memiliki efikasi diri yang rendah, dimana ciri-ciri individu yang memiliki efikasi rendah dapat yaitu individu merasa tidak yakin akan berhasil (tidak mampu), tidak mempunyai kegigihan dalam mencapai tujuan, kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan kurang menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya (tergantung pada orang lain), kurang mampu mengontrol stres dan kecemasan (mudah tertekan), dan kurang kreatif dan inovatif (pasif). Ciri-ciri tersebut dapat dilihat juga pada dunia pendidikan yang menunjukkan bahwa anak-anak memiliki efikasi diri rendah. Salah satu bentuk bahwa remaja memiliki efikasi diri yang rendah dapat dilihat dari fakta yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia dimana fenomena mencontek yang telah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Praktik mencontek mulai disoroti pada tahun 2006 lalu saat pelaksanaan Ujian Nasional. Di Garut, Jawa Barat seorang siswa dari SMP Daya Susila membeberkan bocoran jawaban ujian mata pelajaran matematika sehingga mendapatkan nilai yang tinggi, yaitu 9,33. Menelaah lebih jauh praktik mencontek ini telah berkembang menjadi kebiasaan. Hal ini terbukti dengan data survey mahasiswa UPI terhadap siswa kelas IX SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 5

21 2010/2011 berada dalam kategori 17,07%, sedang 65,04% dan rendah 17,89%. (yani asiyah, 2012). Fakta tersebut menunjukkan bahwa perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa-siswa di Indonesia merupakan salah satu bukti rendahnya efikasi diri pada siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswi tersebut kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan kurang menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya (tergantung pada orang lain). Hal tersebut terjadi pula pada anak-anak yang tinggal di panti asuhan, anakanak panti menunjukkan perasaan cemas merasa tertekan, bergantung pada orang lain, dan merasa tidak mampu menghadapi setiap masalah yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prika Putri Kemalasari (2009) memperkuat bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin baik efikasi diri dalam memecahkan masalahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa agar seseorang memiliki keyakinan akan kemampunannya dalam memecahkan masalah membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial yang diperoleh anakanak panti asuhan tidak hanya berasal dari pengurus panti saja tetapi dari temanteman sesama penghuni dan masyarakat sekitar. Anak-anak dengan efikasi diri tinggi mereka merasa cukup dengan dukungan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya, berbeda halnya dengan anak-anak dengan efikasi diri yang rendah mereka merasa kurang mendapat dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Perbedaan anak yang memiliki efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah terlihat dari bagaimana mereka menghadapi suatu masalah dan bersikap. Anak-anak dengan efikasi diri tinggi lebih mampu menyelesaikan masalahnya dan lebih 6

22 percaya diri dilihat dari cara mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya dan cara mereka berbicara dengan orang lain serta berbicara dengan lawan jenisnya. Anak-anak dengan efikasi diri rendah cenderung mudah menyerah ketika dihadapkan dengan masalah baru dan kurang percaya diri serta lebih pemalu. Bandura (Feist, 2011: 213) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan bahkan diturunkan melalui salah satu atau kombinasi dari empat faktor yang mempengaruhi, yaitu: pengalaman menguasai sesuatu yakni performa masa lalu yang berhasil akan meningkatkan ekspektasi efikasi. Sedangkan, kegagalan cenderung akan menurunkan hal tersebut. Modeling sosial yakni efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain. Persuasi sosial yakni pada kondisi yang tepat, persuasi dapat mempengaruhi efikasi diri, bahwa orang tersebut harus mempercayai pihak yang melakukan persuasi. Kondisi fisik dan emosional yakni keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi diri di bidang tersebut. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Niken (2002) bahwa dukungan sosial yang berupa saran, nasihat dan bimbingan merupakan bentuk dari faktor persuasi sosial yang berpengaruh terhadap efikasi diri remaja. Bandura (Feist, 2011: 213) juga berpendapat bahwa individu yang diarahkan dengan nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kemampuannya sehingga membantu individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Dukungan secara verbal dari orang lain atau pujian-pujian secara verbal dapat bersifat mendorong individu untuk lebih berusaha dan mencapai keberhasilan. Dukungan yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan 7

23 sangat penting dan bermanfaat bagi mereka ketika sedang menghadapi suatu masalah, sehingga merasa nyaman, didukung, dicintai, dihargai dan diperhatikan. (Smet, 1994: 135). Fenomena di lapangan dan hasil penelitian sebelumnya dapat menjelaskan bahwa efikasi diri erat kaitannya dengan dukungan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena penelitian lebih menitikberatkan hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dimana anak-anak panti memiliki permasalahan yang terkait psikologinya dengan keterbatasan pengasuh sebagai sumber dukungan sosial mereka. Peneliti melakukan penelitian ini karena adanya fenomena lain yang dirasa unik yang perlu diteliti terkait dengan ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri serta seberapa erat hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati sleman Yogyakarta dengan segala keterbatasan yang ada dan berbagai permasalahan yang ada di panti. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan permasalahan khusus yang terkait dengan masalah yang dicari pemecahannya melalui penelitian ini, yaitu: 1. Sebagian remaja asuh kurang yakin akan kemampuan dirinya dalam memecahkan masalah. 8

24 2. Sebagian remaja asuh memilih menghindari masalah daripada memecahkannya. 3. Sebagian remaja asuh merasa dukungan social yang dimiliki rendah 4. Remaja asuh kurang perhatian dari pengurus panti, dikarenakan jumlah pengurus panti yang terbatas. 5. Remaja asuh memiliki berbagai masalah terkait perkembangannya, sehingga membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya. 6. Sebagian remaja asuh memiliki rasa percaya diri yang rendah C. Batasan Masalah Permasalahan yang muncul pada indentifikasi masalah tidak semua peneliti akan bahas. Masalah yang akan diteliti terkait dengan keyakinan remaja akan kemampuan yang dimilikinya, dan rasa percaya diri yang rendah serta dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati sleman Yogyakarta dengan keterbatasan jumlah pengurus panti. Dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian dengan mengambil judul hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas rumusan masalah yang peneliti ajukan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Seberapa besar tingkat dukungan sosial pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta? 9

25 2. Seberapa besar tingkat efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta? 3. Bagaimanakah hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ditetapkan diri untuk menjawab masalah penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui tingkat dukungan sosial pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. 2. Mengetahui tingkat efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakrta. 3. Mengetahui bagaimana hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan keilmuan psikologi pendidikan dan bimbingan konseling bidang sosial dan pribadi khususnya tentang masalah dukungan sosial dan efikasi diri dalam memecahkan masalah. b. Menambah Khasanah keilmuan untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan penelitian-penelitian ilmiah lainnya dengan topik yang sama maupun berbeda. 10

26 2. Manfaat Praktis a. Bagi pengurus panti agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya dukungan sosial dalam proses memecahkan masalah remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati. b. Bagi remaja asuh diharapkan dapat meningkatkan dan menumbuhkan self efficacy dalam memecahkan masalahnya. 11

27 BAB II KAJIAN TEORI A. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Ada beberapa definisi dukungan sosial yang telah dikemukakan para ahli. Menurut Sarafino (Tarmidi & Ade Riza 2010: 217) dukungan sosial adalah dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain. Hubungan yang akrab sangat berpengaruh dalam penerimaan dukungan sosial. Individu yang memiliki hubungan yang akrab akan sangat memahami dan mengenali dukungan yang diberikan oleh sekitarnya. Akan tetapi pada individu yang tidak memiliki hubungan yang akrab akan sangat sulit mengetahui dan merasakan dukungan dari lingkungan sosialnya, sehingga mereka akan merasa kesepian. Sarafino (Smet, 1994: 136) dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Sedang kan Rook (Smet, 1994: 134) beranggapan bahwa dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal. Menurut Effendi dan Tjahjono (1999: 218) dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang ditujukan dengan memberi bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperolah dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Oleh karena itu dukungan sosial sangat 12

28 dipengaruhi oleh kemampuan interpersonal individu tersebut dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, saudara, dan teman. Sedangkan menurut Schwarzer & Leppin (Smet, 1994: 135) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support). Gottlieb (Smet, 1994: 135) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang lain atau didapat karena hubungan mereka dengan lingkungan dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi dirinya, sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya. Gottlieb lebih menekankan bahwa dukungan sosial mengacu pada bantuan informasi secara verbal maupun non verbal yang dapat memberikan manfaat serta memberikan dampak perilaku bagi yang menerima dukungan tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain yang memiliki hubungan seperti keluarga, saudara, teman, atau orang yang berpengaruh dalam hidupnya, dukungan yang diberikan berupa materi, emosi, 13

29 informasi. Dimana dengan pemberian dukungan ini dapat membantu individu dalam menyelesaikan suatu masalah atau kesulitan karena individu akan merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari lingkungan sosialnya. 2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial Dalam kehidupan sehari-hari pemberian dukungan sosial menjadi hal yang sangat penting. Dukungan sosial sendiri dapat bersumber dari mana saja, dapat diperoleh dari keluarga, saudara, tetangga, teman dekat, teman sekolah dan lingkungan terdekat dimana kita tinggal. Dari beberapa sumber tersebut menurut Rodin & Salovey (Smet, 1994: 133) pernikahan dan keluarga merupakan sumber utama dalam dukungan sosial, dukungan sosial yang utama didapatkan individu dari sebuah perkawinan dan keluarga. Sehingga keluarga menjadi bagian terpenting dalam pemberian bantuan dan pemberian dukungan. Coyne & Downey (Smet, 1994: 133) menjelaskan bahwa dukungan sosial berkaitan dengan keintiman suatu hubungan, selain itu hubungan yang kurang baik antar individu akan lebih banyak mempengaruhi kekurangan dukungan yang dirasakan dibandingkan dengan dukungan yang berasal dari tidak ada hubungan sama sekali. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Sarason (Kuntjoro, 2002: 45) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai 14

30 dan menyayangi kita. Sarason (Kuntjoro, 2002: 46) berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu : a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas). b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas). Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin memberikan dukungan sosial karena menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan sosial bagi seseorang. Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan. Pendapat berbeda diungkapkan oleh Rook & Dooley (Smet, 1994: 103) yang menjelaskan bahwa ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber natural dan sumber artifisial yakni: a. Sumber Natural Merupakan dukungan sosial yang diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Dukungan sosial natural ini bersifat non-formal, 15

31 apa adanya dan tanpa dibuat-buat, serta bersifat spontan. Sumber dukungan ini berasal dari hubungan yang telah dijalin lama. b. Sumber Artifisial Dukungan artifisial merupakan dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial yang diberikan akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sumber dukungan sosial ini berasal dari hubungan yang telah terjalin lama dan secara spontan dan dapat pula dari lingkungan sosial. Berdasarkan uraian diatas, maka dukungan sosial yang diterima seseorang dapat bersumber dari hubungan yang memiliki keakraban dan kedekatan, dukungan itu dapat berasal dari anggota keluarga, teman dekat dan lingkungan sosial terdekat individu tersebut. Dalam konteks penelitian ini maka dukungan sosial bagi remaja yang tinggal di panti asuhan adalah dukungan yang berasal dari pengasuh panti asuhan dan dari teman- teman sebayanya yang juga tinggal di panti asuhan tersebut serta masyarakat disekitar panti asuhan. 3. Bentuk Dukungan Sosial Dukungan sosial dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Menurut Caplan (Suseno & Sugiyanto, 2010: 97) dukungan sosial mempunyai tiga bentuk yaitu perhatian emosional, informasi, dan penilaian. a. Perhatian emosional yaitu individu merasa bahwa orang-orang yang ada disekitarnya memberikan perhatian pribadi pada dirinya dan membantu memecahkan masalah. 16

32 b. Informasi yaitu individu mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan juga menyampaikan informasi tersebut pada orang lain. c. Penilaian atau umpan balik yaitu individu mendapatkan perhatian, dorongan umpan balik atau penilaian yang mendukung atas pekerjaannya yang telah dilakukannya. Berbeda dengan pendapat House (Smet, 1994: 136) yang menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari empat jenis yaitu: a. Dukungan emosional Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empti, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta. b. Dukungan penghargaan Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dn merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya. 17

33 c. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugastugas tertentu untuk membantu meringankan tugas seseorang yang memerlukan bantuan. d. Dukungan informasi Orang-orang yang berada disekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres. Dukungan ini terdiri dari nasehat, arahan, saran taupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis dukungan yang diterima dan diperlukan seseorang tergantung pada keadaankeadaan yang dialami seseorang itu sendiri. Bentuk dukungan sosial dibagi menjadi dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi, dimana dukungan emosional merupakan dukungan yang paling penting bagi penerima dukungan. Dukungan emosional ini akan membuat seseorang merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu sedangkan dukungan penghargaan akan menjadikan individu tersebut merasa percaya diri dan berharga, dukungan ini dapat dilihat dari ungkapan hormat secara positif terhadap orang tersebut, dan dukungan instrumental dapat 18

34 berupa bantuan secara langsung seperti berupa bantuan finansial dan dalam bentuk membantu menyelesaikan tugas-tugas si penerima, dan dukungan informasi mencakup nasehat, petunjuk atau arahan, dan bahkan saran. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Dukungan sosial sangat berhubungan dengan bagaimana seseorang berinteraksi pada masyarakat atau lingkungan sekitarnya, terlebih saat individu tersebut sedang mengalami permasalahan yang harus dihadapi. Tidak semua orang mendapatkan dukungan sosial seperti apa yang diharapkannya. Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan (Smet, 1994: 138) : a. Potensi penerima dukungan Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkannya jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan. Karakteristik penerima dukungan akan menentukan keefektifan dukungan. a. Potensi penyedia dukungan Dukungan sosial yang diterima melalui sumber kedekatan akan lebih efektif dan memiliki arti daripada yang tidak ada kedekatan lebih. Terkadang penyedia dukungan tidak sadar bahwa dia dapat memberikan dukungan kepada penerima dukungan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. 19

35 b. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan kedekatan hubungan. Berbeda dengan pendapat diatas, menurut Kartika Sari (2011: 33-34) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, beberapa faktor tersebut seperti kebutuhan fisik, sosial, dan psikis yaitu: b. Kebutuhan fisik Kebutuhan fisik mempengaruhi dukungan sosial. Kebutuhan fisik ini meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak terpenuhi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial. c. Kebutuhan sosial Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih dikenal oleh masyarakat daripada yang tidak pernah beraktualisasi di masyarakat. Orang yang memiliki aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan. 20

36 d. Kebutuhan psikis Kebutuhan psikis ini didalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius. Kebutuhan ini tidak akan mungkin terpenuhi tanpa adanya bantuan dari orang lain, apalagi saat seseorang mengalami masalah maka ia akan mencari dukungan dari orang disekitarnya, sehingga ia merasa dicintai dan diperhatikan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utamanya adalah orang yang memberikan dukungan, dukungan akan bermakna jika ada kedekatan yang baik antara penyedia dukungan dan penerima dukungan, serta pemberian dukungan yang sesuai dengan kondisi yang dirasakan dan dibutuhkan oleh si penerima dukungan, sehingga dukungan sosial yang diberikan akan lebih bermanfaat dan lebih tepat. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan yaitu faktor kebutuhan fisik, sosial dan psikis. B. Kajian Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah 1. Pengertian Efikasi Diri Individu yang memiliki mental yang sehat mampu melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam perilakunya secara efektif. Menurut Bandura (Smet, 1994: 189) untuk mengatur perilaku akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugian, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauhmana individu mampu mengatur perilaku tersebut. Kemampuan ini disebut dengan efikasi diri. 21

37 Bandura (Feist, 2006: 415) mengartikan efikasi diri sebagai keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan Caprara, Scabini, dan Regalia (2006: 182) mengemukakan bahwa efikasi diri tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil dari berbagai pengetahuan dan tanggung jawab, hubungan yang beragam, tugas-tugas yang bermanfaat, dan interaksi dengan orang lain. Bagaimana individu itu bersikap, bertingkah laku, dan memotivasi diri dapat menjadi salah satu sumber kekuatan individu dalam memunculkan efikasi diri. Menurut Bandura (Myers, 2011: 133) efikasi diri merupakan perasaan akan kemampuan diri dalam mengerjakan suatu tugas dengan rasa percaya pada kompetensi diri sendiri dan efektivitas sebagai hasil dari pemberian grativikasi. Seseorang yang memiliki perasaan yang kuat akan efikasi diri lebih pantang menyerah, tidak terlalu cemas, dan tertekan. Seseorang yang memiliki efikasi diri baik akan menjalani hidup dengan lebih sehat dan lebih berprestasi secara akademik. Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri mengarahkan seseorang pada sekumpulan target yang menantang dan untuk tidak pantang menyerah mendapatkannya. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang baik ketika dihadapkan pada sebuah masalah akan lebih tenang dalam mencari solusi daripada menggerutu akan ketidakmampuannya. Bandura (Feist, 2011: 211) seseorang dikatakan memiliki efikasi diri tinggi ketika orang tersebut lebih mungkin terlibat dalam perilaku tertentu 22

38 ketika mereka yakin bahwa mereka mampu menjalankan perilaku tersebut dengan sukses. Seseorang akan merasa mampu ketika mereka memiliki keyakinan yang tinggi atau besar bahwa dirinya mampu untuk menghadapi atau bahkan menyelesaikan masalah ataupun hambatan yang dihadapinya. Zarina (Fitriyanti, 2011: 23), mengemukakan ciri-ciri self efficacy rendah antara lain: individu merasa tidak yakin akan berhasil (tidak mampu), kinerja lemah dalam mengerjakan tugas (hasil lama didapat), tidak mempunyai kegigihan dalam mencapai tujuan, kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan kurang menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya (tergantung pada orang lain), kurang mampu mengontrol stress dan kecemasan (mudah tertekan), menganggap tugas sebagai pekerjaan yang tidak menarik (beban), kurang kreatif dan inovatif (pasif). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri dalam memecahkan masalah adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan tugas dan memecahkan masalah secara efektif guna mencapai tujuan yang diinginkannya. 2. Aspek Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah Bandura (1997: 42-43) menyebutkan bahwa efikasi diri terdiri atas tiga aspek, antara lain sebagai berikut. a. Dimensi besaran (magnitude) Dimensi besaran berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Derajat kesulitan tugas yang beragam mulai dari yang paling mudah hingga yang paling sulit. Seseorang cenderung memilih tingkat 23

39 kesulitan tugas dari yang paling mudah, sedang atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya. Seorang yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung akan melaksanakan tugas yang tingkat kesulitannya diluar batas kemampuan yang dimilikinya. b. Dimensi generalisasi (generality) Dimensi generalisasi berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang diyakini seseorang tentang kemampuannya. Seseorang dapat merasa yakin akan kemampuannya yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas, yaitu dimana setiap orang berbeda. Kemampuan seseorang yang beragam seperti terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi bervariasi. Efikasi diri seseorang tidak terbatas pada situasi spesifik saja. c. Dimensi kekuatan (strength) Dimensi kekuatan erat kaitannya dengan tingkat kekuatan keyakinan atau penghargaan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas. Seseorang yang memiliki efikasi diri rendah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak sesuai harapannya. Sebaliknya seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi mendorongnya tetap berusaha, meskipun kerap menemui pengalaman yang tidak sesuai harapannya. Dimensi ini berkaitan langsung dengan dimensi besaran yakni terdapat hubungan negatif antara dimensi kekuatan dan dimensi besaran. Semakin tinggi taraf 24

40 kesulitan tugas maka semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikan tugasnya. Pendapat lain tentang aspek-aspek efikasi diri diungkapkan oleh Corsini. Corsini (1994: ) berpendapat bahwa aspek-aspek efikasi diri adalah sebagai berikut. a. Kognitif Kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan dan merancang tindakan yang akan dilakukan untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan yang diambil dipengaruhi oleh penilaian terhadap kemampuan diri sehingga semakin kuat efikasi diri yang dimiliki individu maka semakin tinggi pula tujuan yang dietapkan oleh individu tersebut. b. Motivasi Motivasi merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikirannya agar dapat melakukan suatu tindakan dan keputusan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam efikasi diri digunakan untuk memprediksikan kesuksesan atau kegagalan yang akan dicapai seseorang. c. Afektif Efikasi diri dapat mempengaruhi sifat dan intensitas pengalaman emosional, sehingga terdapat aspek afektif. Afektif merupakan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri demi mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi digunakan untuk mengontrol 25

41 kecemasan dan perasaan depresi seseorang dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. d. Seleksi Seleksi merupakan kemampuan untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Seseorang akan cenderung untuk menghindari kegiatan atau situasi yang mereka yakini diluar kemampuan mereka, tetapi mereka akan mudah melakukan kegiatan atau tantangan yang dirasa sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Berdasarkan uraian di atas efikasi diri dalam penelitian ini diungkap berdasarkan ketiga aspek yang diuraikan oleh Bandura dan 4 aspek yang diuraikan oleh Corsini. 3 dimensi dari efikasi yaitu magnitude, generality dan strength. Magnitude suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau tindakan yang dapat ia lakukan. Strength suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu. Generality sebagai keleluasaan dari bentuk efikasi diri yang dimiliki seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang berbeda. Semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin tinggi tingkat penyesuaian diri individu pada situasi yang dihadapi. Pendapat dari Corsini yang mengatakan bahwa terdapat empat aspek efikasi diri yaitu kognitif, motivasi, afektif, dan seleksi. Penelitian ini menggunakan aspek efikasi diri yang dipaparkan oleh Albert Bandura yang 26

42 terdiri dari tiga aspek yaitu, tingkat kesulitan, generalisasi, dan tingkat kekuatan. 3. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri Feist J. dan Gregory J. F. (2011: 213) menyebutkan bahwa perkembangan efikasi diri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut. a. Pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences) Menurut Bandura (Feist, 2011: 214) pengalaman menguasai sesuatu adalah faktor yang paling mempengaruhi efikasi diri pada diri seseorang. Keberhasilan akan mampu meningkatkan ekspektasi tentang kemampuan, sedangkan kegagalan cenderung menurunkan hal tersebut. Pernyataan tersebut memberikan enam dampak. 1) Keberhasilan akan mampu meningkatkan efikasi diri secara proposional dengan kesulitan dari tugas. 2) Tugas yang mampu diselesaikan oleh diri sendiri akan lebih efektif diselesaikan oleh diri sendiri daripada diselesaikan dengan bantuan orang lain. 3) Kegagalan dapat menurunkan efikasi diri ketika seseorang merasa sudah memberikan usaha yang terbaik. 4) Kegagalan yang terjadi ketika tekanan emosi yang tinggi tidak terlalu berpengaruh daripada kegagalan dalam kondisi maksimal. 27

43 5) Kegagalan sebelum memperoleh pengalaman lebih berdampak pada efikasi diri daripada kegagalan setelah memperoleh pengalaman. 6) Kegagalan akan berdampak sedikit pada efikasi diri seseorang terutama pada mereka yang memiliki ekspektasi kesuksesan yang tinggi. b. Permodelan sosial (social modelling) Kesuksesan atau kegagalan orang lain sering digunakan sebagai pengukur kemampuan dari diri seseorang. Efikasi diri dapat meningkat saat mengobservasi keberhasilan seseorang yang mempunyai kompetensi setara, namun efikasi diri dapat berkurang ketika melihat orang lain yang setara gagal. Secara umum, permodelan sosial tidak memberikan dampak yang besar dalam peningkatan efikasi diri seseorang, tetapi permodelan sosial dapat memberikan dampak yang besar dalam penurunan efikasi diri, bahkan mungkin dampaknya dapat bertahan lama. c. Persuasi sosial (social persuasion) Dampak dari persuasi sosial terhadap meningkatnya atau menurunnya efikasi diri cukup terbatas, dan harus pada kondisi yang tepat. Kondisi tersebut adalah bahwa seseorang haruslah mempercayai pihak yang melakukan persuasi karena kata-kata dari pihak yang terpercaya lebih efektif daripada kata-kata dari pihak yang tidak terpercaya. Persuasi sosial paling efektif ketika dikombinasikan 28

44 dengan performa yang sukses. Persuasi mampu meyakinkan seseorang untuk berusaha jika performa yang dilakukan terbukti sukses. d. Kondisi fisik dan emosional (physical and emotional states) Ketika seseorang mengalami ketakutan, kecemasan yang kuat dan stres yang tinggi memungkinkan seseorang akan memiliki efikasi diri yang rendah, sehingga emosi yang kuat cenderung untuk mengurangi performa seseorang. Berdasarkan uraian tentang faktor yang mempengaruhi efikasi diri dapat disimpulkan bahwa ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang yaitu 1) Pengalaman menguasai sesuatu, 2) Permodelan sosial, 3) Persuasi sosial, 4) Kondisi fisik dan emosional. 4. Pengaruh Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah Tinggi rendahnya efikasi diri yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang tersebut. Ormrod (2008: 21-23) menyebutkan terdapat empat perilaku yang dapat dipengaruhi oleh efikasi diri seseorang sebagai berikut. a. Pilihan aktivitas Seseorang akan cenderung memilih aktivitas, kegiatan, atau tugas yang mereka yakini akan berhasil dan cenderung menghindari aktivitas, kegiatan, atau tugas yang diyakini akan gagal. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya efiksi diri seseorang dapat mempengaruhi aktivitas maupun tugas yang akan mereka ambil. 29

45 b. Tujuan Seseorang akan lebih cenderung menentukan tujuan yang lebih tinggi pada bidang yang mereka yakini dapat mereka kuasai. Kesimpulannya, seseorang dengan efikasi diri yang tinggi pada suatu bidang tertentu akan mampu menentukan tujuan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri di bidang tersebut. c. Usaha dan presistensi Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi akan lebih mungkin mengerahkan segenap usahanya ketika mendapatkan tugas baru. Selain itu, mereka juga akan lebih gigih dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki efiksi diri yang rendah akan cenderung bersikap setengah hati pada suatu tugas dan mudah menyerah menghadapi kesulitan. d. Pembelajaran dan prestasi Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung lebih banyak belajar dan berprestasi daripada seseorang yang memiliki efikasi diri yang rendah. Bandura (Ormrod 2008: 22) menegaskan bahwa hal tersebut benar bahkan ketika tingkat kemampuan aktualnya sama. Dengan kata lain bahwa ketika beberapa individu yang memiliki kemampuan sama, mereka yang memiliki keyakinan dapat menyelesaikan tugas lebih mungkin menyelesaikan tugas dengan sukses daripada mereka yang tidak memiliki keyakinan mampu menyelesaikan tugas. 30

46 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku yang dapat dipengaruhi oleh efikasi diri yaitu meliputi pilihan aktivitas, tujuan, usaha dan presistensi, dan pembelajaran dan prestasi. C. Kajian Masa Remaja 1. Pengertian Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Menurut Hurlock (1980: 206) istilah remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Sedangkan menurut bahasa aslinya, remaja sering dikenal dengan istilah adolescence. Menurut Piaget, Istilah adolescence yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Sofyan S. Willis (2014: 1), masa remaja merupakan masa yang baik untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya, seperti bakat, kemampuan, dan minat. Pada masa remaja, individu bisa lebih mengeksplor minat serta bakatnya sebagai bekal di masa mendatang, masa-masa dimana individu dapat mengaktualisasikan dirinya. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa, oleh Erikson (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 139) disebut dengan identitas ego (ego identity), dimana masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada pencarian tentang dirinya sendiri, remaja dihadapkan banyak peran, sehingga menurut Erikson dikenal dengan krisis identitas, jika remaja berhasil melewati krisis 31

47 identitas tersebut, maka akan berpengaruh pada kesuksesan dalam komitmen dasar kehidupan, pekerjaan, ideology, social, agama, etika dan seksual (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 140). Sebaliknya, remaja yang tidak dapat menjalankan perannya sesuai dengan harapan, dapat menimbulkan masalah dalam pengembangan identitasnya. keberhasil seorang remaja menjalankan tugasnya dipengaruhi juga seberapa besar dukungan yang diberikan oleh orang sekitar dan seberapa besar efikasi dirinya sendiri. Papalia dan Olds (Yudrik Jahja, 2011: 220), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan berakhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. 2. Ciri-ciri Masa Remaja Hurlock (1980: ) menyebutkan ciri-ciri remaja sebagai berikut: a. Masa remaja dianggap sebagai periode penting Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan psikologis yang kedua-duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang 32

48 cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. b. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanakkanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa. c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajr dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu : 1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. 33

49 2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesatkan menimbulkan masalah baru. 3) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah, apa yang dianggap pada masa kanak-kanak penting setelah hampir dewasa tidak penting lagi. 4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan untuk menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu: 1) Sepanjang masa kanak-kanan masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah. 2) Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan teman-temannya. Seperti yang 34

50 dijelaskan oleh Erickson : Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau apakah dia orang dewasa? Apakah nanti akan menjadi seorang suami atau ayah? Apakah mampu percaya diri sekalipun latar belakng ras, agama atau kebangsaanya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau gagal? f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Majeres menunjukkan bahwa banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja, bersikap simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip popular juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. g. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kahidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari awal masa remaja, semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. 35

51 h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa. 3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja Pada jenjang kehidupan remaja, seseorang telah berada pada posisi yang cukup kompleks, di mana telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti misalnya mengatasi sifat tergantung pada orang lain, memahami norma pergaulan dengan teman sebaya, dan lain-lain. Tugas perkembangan pada masa remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan. Havighurst (Sunarto, 2002: 44) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu: a. Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang b. Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial c. Menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif d. Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa e. Mencapai kebebasan ekonomi f. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan g. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 36

52 h. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang kompeten i. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial j. Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku Tugas-tugas tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan secara pilah, karena remaja itu adalah pribadi yang utuh. Bukan saja menghadapi tugas yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, sosial, dan ekonomi, tetapi juga menghadapi tugas yang berkaitan dengan faktor psikologis, seperti pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, persaingan, kekecewaan, dan perang batin. 4. Perkembangan Masa Remaja perkembangan pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu adalah sebagai berikut: a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan biologis pada masa kanak-kanak menuju masa remaja. Perubahan-perubahan biologis yang ada adalah pertambahan tinggi tubuh yang cepat, perubahan hormonal, dan kematangan seksual yang muncul ketika seseorang memasuki masa pubertas. Menurut Santrock (2007: 20) masa remaja dimulai sekitar usia 10 tahun hingga 13 tahun dan 37

53 berakhir pada sekitar usia 18 tahun hingga 22 tahun. Rentang usia remaja dapat bervariasi tergantung dari faktor lingkungan budaya dan historisnya. Menurut Papalia & Olds (2008: 536) perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan pertumbuhan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanan yang ciri-cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. b. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Papalia dan Olds (Yudrik Jahja, 2011: 232), mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak). Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. 38

54 Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2007: 126). c. Perkembangan emosi dan sosial Ditinjau dari perkembangan emosi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 135) pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut sebagai masa badai dan topan (storm and stress), yaitu masa yang menggambarkan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil, dan meledak-ledak. Kepekaan emosi remaja yang meningkat sering diwujudkan dalam bentuk nervous, seperti gelisah, cemas, sentimen, menggigit kuku, dan garuk-garuk kepala. Pada aspek ini, remaja sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, untuk remaja yang berada di panti asuhan interaksi yang utama adalah dengan pengurus panti dan teman sesama panti. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Emosi pada remaja juga seringkali berubah-ubah dan sedikit lebih negatif dibandingkan praremaja. Pengalaman lingkungan juga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan hormonal. 39

55 Meskipun meningkatnya kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja dapat mempersiapkan mereka untuk dapat mengatasi stres dan fluktuasi emosional secara lebih efektif, banyak remaja tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Akibatnya, remaja rentan untuk mengalami depresi, kemarahan, yang dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat. Hal-hal tersebut perlu perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat agar remaja dapat mengelola emosinya dengan wajar. Ditinjau dari perkembangan sosial, pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja dalam perkembangan sosialnya juga tak lepas dari berbagai permasalahan. Ketika remaja tidak diterima dalam kelompok membuat percaya diri remaja berkurang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: ) mengenai perkembangan sosial remaja yang menyatakan bahwa keberhasilan sosial akan menambah rasa percaya diri pada diri remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja. Beberapa hal yang perlu menjadi benteng bagi remaja dalam mengisi masa muda agar mengarah pada pembentukan sikap dan karakter yang positif dan kondusif. Perlu adanya kegiatan kegiatan 40

56 positif lain seperti kegiatan sosial, olah raga, kegiatan ilmiah dan keagamaan. Kontrol yang paling penting dari keluarga dan lingkungan bukanlah pengekangan namun dorongan dan motivasi secara positif agar remaja tidak merasa terkekang namun tetap merasa diperhatikan. D. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri Dalam Memecahkan Masalah Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Banyaknya perubahan dan penyesuaian diri yang harus dialami remaja membuat remaja sangat membutuhkan adanya dukungan dari lingkungan sosialnya. Dukungan yang diberikan pada remaja akan membuat remaja tersebut merasa diperhatikan, dihargai, dicintai dan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial tertentu, sehingga dengan dukungan sosial yang diterimanya seorang remaja akan merasa lebih mampu dan yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik dan kepercayaan diri yang sehat. Dukungan sosial ini tidak hanya dibutuhkan oleh remaja yang tinggal dalam keluarga yang utuh saja melainkan juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti memiliki tugas yang jauh lebih berat dari pada remaja yang tinggal bersama keluarganya. Remaja yang tinggal di panti asuhan harus dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya sendiri, sehingga tak heran jika pada remaja yang tinggal di panti asuhan sering mengalami masalah psikologis. Remaja yang tinggal di panti asuhan mempunyai kebutuhan psikologis untuk mendapatkan dorongan dan dukungan dari lingkungannya, pemberian dukungan pada remaja yang tinggal di panti 41

57 asuhan akan berdampak terhadap kondisi psikologisnya. Menurut Smet (1994: 133) jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan. Sementara itu, ketidakadaan dukungan sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, kehilangan, ketidak berdayaan diri dan rasa kurang percaya diri yang dapat berpengaruh pada efikasi diri remaja tersebut. Tinggi dan rendahnya dukungan sosial yang diterima akan membuat warna dalam kehidupan seorang remaja. Remaja dengan dukungan sosial rendah akan merasa tidak diperhatikan, tidak mendapat kasih sayang dan merasa tidak percaya diri dalam lingkungannya. Kondisi tersebut akan membuat seorang remaja merasa dirinya tidak berguna dan merasa kehilangan kepercayaan diri serta merasa tidak mampu dalam segala hal, sehingga akan mudah lari dari keadaan yang dirasanya baru dan sulit untuk dijalani. Sebaliknya jika dukungan sosial yang diperoleh tinggi, rasa dicintai, dihargai, merasa lebih mampu dan yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik, kepercayaan diri yang sehat dan lebih yakin dengan hubungan sosial yang dibentuknya. Minimnya dukungan sosial yang didapatkan remaja yang tinggal dipanti asuhan akan sangat berimbas pada munculnya masalah pada diri remaja terkait efikasi diri yang rendah. Begitu sebaliknya, apabila remaja asuh mendapat dukungan sosial yang tinggi maka mereka akan merasa dicintai, dihargai, sehingga mereka akan merasa mampu untuk menyelesaikan segala tugas dan mampu memecahkan masalah yang ada. 42

58 E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan paparan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. 43

59 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini dirancang sebagai penelitian korelasi. Suharsimi Arikunto (2010: 4) menjelaskan penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Data yang terkumpul berupa angka-angka, selanjutnya data yang sudah terkumpul dianalisis dan analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 14) penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif/statistika dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, yaitu variabel dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Sinar Melati yang beralamat di Jalan Sedan RT 01 RW 33 Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta. Alasan 44

60 pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan sebagian remaja asuh merasa dukungan sosial yang dimiliki rendah dan memilih menghindari masalah daripada memecahkannya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September Penentuan tentang waktu didasarkan atas perkiraan penyusunan proposal, pengmbangan instrumen penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan hasil penelitian. C. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana objek/subjek pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Menurut Sugiyono (2012: 215), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anak asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta sebanyak 52 orang yang tergolong usia remaja yaitu usia antara tahun. Penentuan usia tersebut berdasarkan teori dari Santrock yang menyebutkan bahwa usia remaja di mulai dari usia tahun. Pemilihan subjek dalam penelitian ini di lihat berdasarkan tingkat usia bukan berdasarkan kematangan psikologis anak. Jumlah remaja asuh tersebut diperoleh dari data yang diberikan oleh pengurus panti yang bersangkutan. 45

61 D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdapat dua macam variabel pokok yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Rincian masing-masing variabel tersebut sebagai berikut ini. 1. Variabel bebas (independent variable) yaitu dukungan sosial (X). 2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu efikasi diri dalam menyelesaikan masalah (Y). Selanjutnya keterkaitan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) akan digambarkan pada skema berikut: X Y Keterangan: X Y E. Definisi Operasional Variabel 1. Dukungan Sosial Gambar 1. Hubungan antar Variabel : variabel dukungan sosial : variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah : hubungan antara variabel X dengan Y Dukungan sosial merupakan dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain yang memiliki hubungan seperti keluarga, saudara, teman, atau orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Adapun bentuk dukungan sosial yang mengindikasikan variabel tersebut terdiri atas. a. Dukungan emosional dan dukungan penghargaan Dukungan emosional terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empti, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan 46

62 penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta. Sedangkan dukungan penghargaan berupa pemberian penghargaan positif kepada orang lain, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dn merasa bernilai. b. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu untuk membantu meringankan tugas seseorang yang memerlukan bantuan. c. Dukungan informasi Dukungan ini terdiri dari nasehat, arahan, saran taupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi. 2. Efikasi diri dalam memecahkan masalah Efikasi diri dalam memecahkan masalah merupakan keyakinan remaja asuh akan kemampuannya dalam melakukan tugas dan memecahkan masalah secara efektif guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Adapun aspek-aspek yang mengindikasikan variabel tersebut terdiri atas. 47

63 a. Dimensi besaran (magnitude) Dimensi besaran berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Derajat kesulitan tugas yang beragam mulai dari yang paling mudah hingga yang paling sulit. Seseorang cenderung memilih tingkat kesulitan tugas dari yang paling mudah, sedang atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya. Seorang yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung akan melaksanakan tugas yang tingkat kesulitannya diluar batas kemampuan yang dimilikinya. b. Dimensi generalisasi (generality) Dimensi generalisasi berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang diyakini seseorang tentang kemampuannya. Seseorang dapat merasa yakin akan kemampuannya yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas, yaitu dimana setiap orang berbeda. c. Dimensi kekuatan (strength) Dimensi kekuatan erat kaitannya dengan tingkat kekuatan keyakinan atau penghargaan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas. Seseorang yang memiliki efikasi diri rendah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak sesuai harapannya. Sebaliknya seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi mendorongnya tetap berusaha, meskipun kerap menemui pengalaman yang tidak sesuai harapannya. Dimensi ini berkaitan langsung dengan dimensi besaran yakni terdapat hubungan negatif 48

64 antara dimensi kekuatan dan dimensi besaran. Semakin tinggi taraf kesulitan tugas maka semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikan tugasnya. F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk skala. Teknik pengumpulan data dengan skala sangat efisien digunakan jika sampel cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2006:199). Teknik ini untuk memperoleh data langsung dari responden masing-masing variabel. Skala ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kemudian dikembalikan lagi ke pihak peneliti setelah pertanyaan atau pernyataan tersebut selesai dijawab. Penelitian ini menggunakan skala tertutup dalam arti jawaban dari skala sudah disediakan sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk skala yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu model skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi terhadap suatu fenomena yang terdiri atas empat jawaban alternatif yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Alasan peneliti dalam menggunakan empat pilihan jawaban adalah karena kebanyakan 49

65 masyarakat Indonesia cenderung memilih netral dan menghindari pilihanpilihan tertentu dan dapat lebih menghemat waktu dan tenaga karena dapat digunakan serentak serta lebih efisien untuk mengetahui variabel yang akan diukur. 2. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk pengumpulan data agar pekerjaan peneliti lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Dalam penyusunan instrumen, peneliti mengikuti langkah-langkah yaitu, menjabarkan variabel ke dalam aspek, menjabarkan aspek ke dalam indikator, lalu membuat kisi-kisi instrumen dan menjabarkan indikator menjadi pernyataan-pernyataan. Kisi-kisi instrumen skala dukungan sosial sebelum uji coba instrumen disajikan pada tabel 1 halaman 53. Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari 4 aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi dengan jumlah item sebanyak 33 item. Selanjutnya kisi-kisi instrumen skala efikasi diri dalam memecahkan masalah sebelum uji coba disajikan pada tabel 2 pada halaman 54. Terdiri dari 3 aspek yaitu aspek besaran (magnitude)/tingkat kesulitan dalam memecahkan masalah, aspek generalisasi /tingkat kemampuan memecahkan masalah sesuai bidang dan di luar bidangnya, dan aspek kekuatan (strength)/tingkat kekuatan remaja dalam memecahkan masalah dengan jumlah item sebanyak 30 item. 50

66 Setiap instrumen tersebut dilakukan validitas isi oleh judgemen ahli dan dilakukan ujicoba sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba instrumen dilakukan di panti asuhan sinar melati Bantul Yogyakarta dengan jumlah subjek 30 anak. Penentuan lokasi dalam uji coba instrumen ini dengan alasan bahwa panti asuhan sinar melati bantul merupakan panti asuhan/yayasan yang sama dan memiliki karaktristik yang sama pula. Setelah dilakukan uji coba instrumen dan dinyatakan valid dan layak untuk diujikan maka instrumen tersebut sudah dapat digunakan dalam melakukan penelitian. Kisi-kisi instrumen skala dukungan sosial setelah uji coba dapat dilihat pada halaman 55 dengan jumlah item sebanyak 30 item. Sedangkan untuk kisi-kisi instrumen efikasi diri dalam memecahkan masalah setelah uji coba dapat dilihat pada halaman 56 dengan jumlah item sebanyak 26 item. Instrumen dalam penelitian ini dibuat tertutup menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan sangat tidak sesuai. Skala ini menilai tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan jawaban dengan skala ukur yang telah disediakan. Jawaban dari responden ditulis dengan cara memberi tanda cek ( ) pada jawaban skala yang disediakan, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden dapat memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disesuaikan dengan keadaan subjek. Skor untuk setiap alternatif jawaban pada 51

67 pernyataan positif (+) dan pernyataan negatif ( ). Dalam angket penelitian tersebut disajikan dengan empat alternative jawaban, yaitu sebagai berikut. Alternatif Respon Tabel 5. Panduan Penskoran Kode Skor Pernyataan positif Skor Pernyataan negatif Sangat Sesuai SS 4 1 Sesuai S 3 2 Kurang Sesuai KS 2 3 Sangat Tidak Sesuai STS 1 4 G. Uji Coba Instrumen Pelaksanaan ujicoba instrumen digunakan untuk mengetahui kesahihan butir (validitas) dan konsistensi (reliabilitas) instrumen. Uji coba instrument dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dibuat peneliti memenuhi syarat atau tidak (Sugiyono, 2013: 363). Dalam penelitian ini uji coba instrumen dilakukan di panti asuhan Sinar Melati Bantul dengan jumlah anak sebanyak 30 anak alasan melakukan uji coba di panti asuhan Sinar Melati Bantul karena panti tersebut merupakan panti asuhan/yayasan yang sama dan memiliki karaktristik yang sama pula. 1. Uji Validitas Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006: 121). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi/ konten dan uji validitas item. 52

68 Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Skala Dukungan Sosial sebelum Uji Coba Aspek Indikator Deskriptor No Item Favorable Unfavorable 1. Dukungan Emosional dan penghargaan 2. Dukungan instrumental 3. Dukungan informasi a. Remaja asuh merasa memperoleh dukungan dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalah b. Remaja asuh merasa mendapatkan apresiasi dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat mengalami keberhasilan c. Remaja asuh merasa mendapatkan respon dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat melanggar peraturan a. Remaja asuh merasa mendapatkan bantuan finansial dari pengurus panti dan orang lain b. Remaja asuh merasa mendapatkan bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu Remaja asuh merasa mendapatkan informasi dan solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah 1) Dukungan dari pengurus panti saat nilai akademik jatuh 2) Dukungan dari teman panti saat gagal menjalin hubungan sosial Dukungan dari pengurus panti dan teman panti saat mencapai prestasi akademik Respon dari pengurus panti dan teman panti saat melanggar peraturan Dukungan finansial dari pengurus panti dan orang lain 1,2 5,6 3,4 7,8 Jumlah Item 9,10,13 11,12, ,16 17,18, ,21,22,23 24,25 6 Dukungan dari teman panti saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas 26,27 28,29 4 Dukungan 30,31 32,33 4 informasi dari pengurus panti dan teman panti saat membutuhkan informasi dalam memecahkan masalah Total

69 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Skala Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah sebelum Uji Coba 1. Aspek besaran (magnitude)/ tingkat kesulitan dalam memecahkan masalah Jumlah Item Aspek Indikator Deskriptor No Item Favorable Unfavorable Yakin dapat 1,2,3 4,5,6 6 mengatasi kesulitan belajar 2. Aspek generalisasi /tingkat kemampuan memecahkan masalah sesuai bidang dan di luar bidangnya 3. Aspek kekuatan (strength) / tingkat kekuatan remaja dalam memecahkan masalah a. Yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas b. Yakin tidak akan mudah putus asa Yakin akan ketahanan diri sebagai anak panti Remaja asuh memiliki keyakinan dapat mengatasi kesulitan belajar Remaja asuh memiliki keyakinan dapat mengerjakan tugas sekolah dengan kemampuannya Remaja asuh memiliki keyakinan tidak mudah putus asa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya Remaja asuh yakin memiliki kekuatan /ketahanan diri yang baik sebagai anak panti asuhan 7,8,9 10,11,12, ,14,15 16,17,18, , 21, 22, 23,29 24,25,26,27, 30 Total

70 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Skala Dukungan Sosial setelah Uji Coba Aspek Indikator Deskriptor No Item Favorable Unfavorable 1. Dukungan Emosional dan penghargaa n 2. Dukungan instrumental 3. Dukungan informasi a. Remaja asuh merasa memperoleh dukungan dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalah b. Remaja asuh merasa mendapatkan apresiasi dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat mengalami keberhasilan c. Remaja asuh merasa mendapatkan respon dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat melanggar peraturan a. Remaja asuh merasa mendapatkan bantuan finansial dari pengurus panti dan orang lain b. Remaja asuh merasa mendapatkan bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu Remaja asuh merasa mendapatkan informasi dan solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah 3) Dukungan dari pengurus panti saat nilai akademik jatuh 4) Dukungan dari teman panti saat gagal menjalin hubungan sosial Dukungan dari pengurus panti dan teman panti saat mencapai prestasi akademik Respon dari pengurus panti dan teman panti saat melanggar peraturan Dukungan finansial dari pengurus panti dan orang lain 1,2 5,6 3,4 7,8 Jumlah Item 9,10,13 11, ,15 16, ,19,20 21,22 5 Dukungan dari teman panti saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas 23,24 25,26 4 Dukungan 27,28 29,30 4 informasi dari pengurus panti dan teman panti saat membutuhkan informasi dalam memecahkan masalah Total

71 Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Skala Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah setelah Uji Coba 4. Aspek besaran (magnitude)/ tingkat kesulitan dalam memecahkan masalah Jumlah Item Aspek Indikator Deskriptor No Item Favorable Unfavorable Yakin dapat 1,2 3,4,5 5 mengatasi kesulitan belajar 5. Aspek generalisasi /tingkat kemampuan memecahkan masalah sesuai bidang dan di luar bidangnya 6. Aspek kekuatan (strength) / tingkat kekuatan remaja dalam memecahkan masalah c. Yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas d. Yakin tidak akan mudah putus asa Yakin akan ketahanan diri sebagai anak panti Remaja asuh memiliki keyakinan dapat mengatasi kesulitan belajar Remaja asuh memiliki keyakinan dapat mengerjakan tugas sekolah dengan kemampuannya Remaja asuh memiliki keyakinan tidak mudah putus asa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya Remaja asuh yakin memiliki kekuatan /ketahanan diri yang baik sebagai anak panti asuhan 6,7 8,9,10, 5 11,12,13 14,15,16, , 19, 20, 25 21,22,23,24, 26 Total 26 9 Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan teori. Validitas isi dilakukan dengan cara melibatkan ahli (judgement experts) yaitu dosen pembimbing. Teknik pengujian validitas instrumen adalah mengkorelasikan antara nilai-nilai tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total. Uji validitas 56

72 dilaksanakan dengan rumus korelasi dari Pearson yang terkenal dengan rumus korelasi Product Moment. Adapun rumusnya sebagai berikut: r ix n i 2 n ix i X 2 2 ( i) n X ( X ) 2 Keterangan: r xy n i X ix i 2 X 2 = Koefisien korelasi item-total = Jumlah sampel ujicoba = Jumlah skor item = Jumlah skor total = Jumlah perkalian skor item dan skor total = Jumlah kuadrat skor butir = Jumlah kuadrat skor total (Saifuddin Azwar, 2012: 81) Adanya penghitungan dengan rumus korelasi Product Moment ini masih ada pengaruh kotor dari butir, oleh karena itu perlu dikoreksi dengan rumus Part Whole Correlation, ( Saifudin Azwar, 2012: 84) yaitu: r i( X i) s 2 X r ix s s 2 i X s i 2r ix s X s i s X 1 n 1 X X 2 s i 1 n 1 i i 2 Keterangan: r i(x-i) = Koefisien korelasi item total dengan koreksi r ix = Koefisien korelasi item-total sebelum koreksi 57

73 s X s i = Simpangan baku skor faktor = Simpangan baku skor butir Suatu butir pernyataan dikatakan sahih atau valid apabila harga r xy lebih besar atau sama dengan r tabel (Suharsimi Arikunto, 2010: 75). Berdasarkan hasil uji validitas pada skala dukungan sosial menunjukkan bahwa dari 33 butir pernyataan terdapat 30 butir pernyataan yang valid dan 3 butir pernyataan yang tidak valid (gugur) diantaranya no 14, 17 dan 21. Sementara pada skala efikasi diri dalam memecahkan masalah menunjukkan bahwa dari 30 pernyataan terdapat 26 butir pernyataan yang valid dan 4 butir pernyataan yang tidak valid (gugur) yaitu no 1, 8, 23 dan 28. Butir pernyataan yang valid selanjutnya digunakan dalam penelitian. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Di dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach (α). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa skala dukungan sosial memperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,925. Sementara pada skala efikasi diri dalam memecahkan masalah memperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,922. Berdasarkan nilai tersebut, maka kedua skala dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. 58

74 H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskripsi Menurut Sugiyono (2013: 199) teknik analisis data kuantitatif dilakukan setelah semua data telah terkumpul. Data dalam penelitian ini berbentuk angka (kuantitatif), sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik. Langkah-langkah pengkategorian tiap variabel adalah sebagai berikut (Saifuddin Azwar, 2012: ): 1. Menentukan skor tertinggi dan terendah Skor tertinggi = 4 x jumlah item Skor terendah = 1 x jumlah item 2. Menghitung mean ideal (M) M = ½ (skor tertinggi skor terendah) 3. Menghitung standar deviasi (SD) SD = 1/6 (skor tertinggi skor terendah) Hasil penghitungan tersebut digunakan untuk menentukan kategorisasi pada tiap-tiap variabel dengan menggunakan ketentuan menurut Saifuddin Azwar (2012: 108) sebagai berikut: Kategorisasi Tinggi Kategori Sedang Kategorisasi Rendah : Mi + Sdi : Mi - Sdi X < Mi + Sdi : X < Mi Sdi Keterangan: X Mi = Jumlah skor nilai tes = mean ideal 59

75 Sdi = standar deviasi Analisis ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian sehingga diketahui sebaran data analisis yang dipakai adalah nilai ratarata (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Simpangan Baku (SB). Atas dasar analisis di atas dapat diketahui tingkat kecenderungan responden terhadap variabel yang diteliti. Kriteria yang digunakan untuk menentukan skor rata-rata yaitu dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh masing-masing variabel. Apabila skor rata-rata yang diperoleh berada di atas skor harapan maka tingkat kecenderungan responden terhadap suatu variabel dapat dikatakan tinggi sedangkan apabila skor rata-rata yang diperoleh berada di bawah skor harapan maka kecenderungan responden terhadap suatu variabel rendah. 2. Uji Prasyarat Analisis Sesuai dengan hipotesis penelitian maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment. Namun sebelum melakukan pengujian korelasi data perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknik statistik yang dipilih. Uji prasyarat itu sendiri meliputi uji normalitas dan uji linearitas. a. Uji Normalitas Distribusi normal pada sebaran data akan meyakinkan bahwa analisis korelasi linear (parametrik) cocok untuk dilakukan. Untuk mengetahui distribusi data yang dihasilkan normal atau tidak, digunakan 60

76 statistik uji Kompogorov Smirnov Z (KS-Z) dengan memanfaatkan komputasi program SPSS Kriteria dinyatakan berdistribusi normal apabila KS-Z hitung < Z tabel (1.960) atau p > b. Uji Linearitas Uji linearitas dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat memiliki suatu hubungan yang bersifat linear atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan garis regresi. Sugiyono (2006: 162) menjelaskan uji linearitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut: F RKreg RK TC Keterangan: F = Harga F untuk garis linear RK reg = Rerata kuadrat regresi RK TC = Rerata kuadrat tuna cocok Selanjutnya harga F yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga F tabel. Jika harga F hitung lebih kecil atau sama dengan harga F tabel, maka korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linear. Sebaliknya, jika harga F hitung lebih besar dari harga F tabel maka korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak linear. Analisis data dapat dilanjutkan apabila data tersebut linear. 61

77 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan oleh peneliti. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Teknik analisis data dalam dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik product moment. Untuk menguji koefisien antara variabel bebas dengan variabel terikat ini Suharsimi Arikunto (2010: 217) menyatakan rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment untuk populasi (ρ xy ) dengan bantuan software SPSS xy N X 2 N XY X Y 2 2 ( X ) N Y ( Y ) 2 Keterangan: ρ xy N X Y XY X 2 Y 2 = Koefisien korelasi variabel bebas dengan terikat = Jumlah populasi = Jumlah skor variabel bebas = Jumlah skor variabel terikat = Jumlah perkalian variabel bebas dengan terikat = Jumlah kuadrat skor variabel bebas = Jumlah kuadrat skor variabel terikat Untuk menguji ada atau tidaknya korelasi yang positif yaitu dengan melihat koefisien korelasi populasi ρ xy, jika di atas 0 (nol) maka positif dan berarti berhasil menolak Ho atau dapat menerima Ha. Apabila ρ xy di bawah 0 (nol) maka negatif dan berarti tidak berhasil menolak Ho atau menolak Ha. 62

78 Koefisien korelasi populasi ρ xy = 0 berarti tidak terdapat korelasi. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta digunakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Antara 0,800 1,000 Antara 0,600 0,799 Antara 0,400 0,599 Antara 0,200 0,399 Antara 0,000 0,199 Interpretasi Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 63

79 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta yang berjumlah 52 orang. 1. Gambaran Umum Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Sinar Melati yang beralamat di Jalan Sedan RT 01 RW 33 Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta. Panti Asuhan Sinar Melati adalah sebuah Panti Asuhan yang membina anak-anak yatim, piatu, dan anak anak dari keluarga ekonomi lemah. Panti Asuhan ini berdiri dibawah managemen Yayasan Sinar Melati Yogyakarta. Panti Asuhan Sinar Melati memiliki visi yaitu: Mengantarkan anak-anak kurang mampu menjadi pribadi unggul berakhlak mulia yang mampu hidup mandiri dan dapat berperan aktif dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Metode Pengasuhan dan Pendidikan Anak-anak di Panti Asuhan Sinar Melati yaitu diasuh dalam sebuah asrama dengan suasana kekeluargaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis dan agama. 64

80 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Deskripsi data penelitian ini berdasarkan jawaban kuesioner yang didapat dari responden kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Berikut ini akan disajikan data penilaian terhadap masing-masing variabel penelitian: a. Variabel Dukungan Sosial Data variabel dukungan sosial diperoleh melalui skala variabel dukungan sosial dengan 30 butir pernyataan dan jumlah responden 52 orang. Berdasarkan data dukungan sosial yang diolah menggunakan program SPSS, maka diperoleh skor tertinggi sebesar 107,00 dan skor terendah sebesar 50,00. Hasil analisis menunjukkan rerata (mean) sebesar 86,90, median 87,50, modus 86,00 dan standar deviasi sebesar 13,29. Penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 30 dan 120, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max -X min ). Berdasarkan acuan norma di atas, mean variabel dukungan sosial adalah 75, dan standar deviasi ideal adalah 15. Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut: Tinggi = Mi + 1Sdi = Sedang = Mi 1SDisampai dengan < Mi + 1SDi 65

81 = 60 sampai dengan < 90 Rendah = < Mi 1SDi = < 60 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi uji kategorisasi variabel dukungan sosial sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Uji Kategorisasi Variabel Dukungan Sosial No Kategori Frekuensi Frekuensi Persentase % 1 Tinggi 21 40,4% 2 Sedang 28 53,8% 3 Rendah 3 5,8% Total ,0% Berdasarkan distribusi uji kategorisasi variabel dukungan sosial di atas dapat digambarkan diagram pie sebagai berikut: Dukungan Sosial 53.80% 5.80% 40.40% Tinggi Sedang Rendah Gambar 2. Diagram Pie Uji Kategorisasi Variabel Dukungan Sosial Tabel 7 dan gambar 2 menunjukkan variabel dukungan sosial pada sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (53,8%). 66

82 Sementara sisanya berada dalam kategori tinggi sebanyak 21 orang (40,4%) %), dan dalam kategori rendah sebanyak 3 orang (5,8%). Dengan demikian dari hasil yang diperoleh dari tabel dan diagram di atas dapat dikatakan bahwa dukungan sosial di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dalam penelitian ini mayoritas berada dalam kategori Sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa remaja asuh yang tinggal di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta memiliki dukungan sosial yang cukup baik dalam aspek emosional, penghargaan, instrumental dan informasi dari pengurus panti dan sesama remaja panti asuhan. Hal ini berarti saat remaja asuh mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalah, maka pengurus panti dan sesama remaja panti asuhan memberikan dorongan semangat, memberikan respon yang membangun, memberikan informasi dan solusi serta remaja asuh mendapatkan bantuan finansial dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bagi anak-anak panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan lingkungan sosial utama yang dikenalnya dan merupakan sumber dukungan sosial yang utama. Dukungan sosial tersebut anak-anak dapatkan dari pengurus panti dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Panti asuhan inilah yang selanjutnya juga dianggap sebagai keluarga oleh anakanak tersebut karena dapat memberikan dukungan bagi anak-anak di panti asuhan. Dukungan sosial diberikan agar anak-anak di panti asuhan merasa diperhatikan dan merasa dimiliki oleh orang lain khususnya keluarga di 67

83 panti. Di samping adanya perhatian, terpenuhinya berbagai kebutuhan anakanak asuh akan dapat mendorong terbentuknya rasa keyakinan yang tinggi. Sumber dukungan sosial yang diukur dalam penelitian ini berasal dari pengurus panti dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Sumber dukungan sosial yang dihayati remaja sebagai dukungan yang tinggi berasal dari dukungan teman-teman sesama penghuni panti asuhandihayati sebagai dukungan sosial. Berikut disajikan tabel dan diagram pie sumber dukungan sosial pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati. Tabel 8. Data Sumber dukungan sosial Sumber dukungan social Frekuensi Persentase Pengurus panti % Teman Sebaya % Jumlah % Sumber Dukungan Sosial 59.62% 40.38% Pengurus Panti Teman Sebaya Gambar 3. Diagram Pie Data Sumber dukungan sosial Berdasarkan tabel 8 dan gambar diagram pie di atas, menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan teman sebaya lebih besar daripada 68

84 pengurus panti. Hal ini dikarenakan remaja asuh merasa lebih nyaman menanyakan tugas sekolah atau mengungkapkan masalah pada teman sesama panti daripada pengurus panti. Teman sesama panti dianggap lebih fleksibel oleh remaja asuh untuk dimintai bantuan dibandingkan pengurus panti. b. Variabel Efikasi Diri Dalam Menyelesaikan Masalah Data variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah diperoleh melalui angket dengan 26 butir pernyataan dan jumlah responden 52 orang. Berdasarkan data efikasi diri dalam menyelesaikan masalah yang diolah menggunakan program SPSS, maka diperoleh skor tertinggi sebesar 102,00 dan skor terendah sebesar 45,00. Hasil analisis menunjukkan rerata (mean) sebesar 77,04, median 78,50, modus 83,00 dan standar deviasi sebesar 12,31. Penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 26 dan 104, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max -X min ). Berdasarkan acuan norma di atas, mean variabel efikasi diri dalam memecahkan masalah adalah 85, dan standar deviasi ideal adalah 17. Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut: Tinggi = Mi + 1SDi = Sedang = Mi 1SDisampai dengan < Mi + 1SDi 69

85 = 52 sampai dengan < 78 Rendah = < Mi 1SDi = < 52 Berdasarkan perhitungan kategorisasi tersebut dapat dibuat tabel distribusi uji kategorisasi pada tabel 9 halaman 67. No Tabel 9. Hasil Uji Kategorisasi Variabel Efikasi Diri dalam Menyelesaikan Masalah Skor Frekuensi Frekuensi Persentase % Kategori , 8% Tinggi ,5% Sedang 3 < ,8% Rendah Total ,0 - Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah sebagian besar pada kategori tinggi sebanyak 29 orang (55,8%). Selanjutnya yang kedua variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang (38,5%), dan pada kategori rendah sebanyak 3 orang (5,8%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori tinggi. Uji kategorisasi variabel efikasi diri dalam memecahkan masalah pada tabel 9 dapat digambarkan menggunakan diagram pie pada halaman 70. Berdasarkan tabel 9 dan gambar diagram pie tersebut menunjukkan 70

86 bahwa efikasi diri di panti asuhan Sinar Melati sangat baik. Hal ini berarti remaja asuh yang tinggal di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengatasi kesulitan belajar, memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas, tidak akan mudah putus asa dan memiliki keyakinan ketahanan diri yang baik sebagai anak panti asuhan. Efikasi Diri 5.80% 38.50% 55.80% Tinggi Sedang Rendah Gambar 4. Diagram Pie Uji Kategorisasi Variabel Efikasi Diri Dalam Menyelesaikan Masalah Efikasi diri pada diri remaja asuh sangat penting dalam memecahkan masalah. Remaja yang tinggal di panti memiliki tugas yang jauh lebih berat dari pada remaja yang tinggal bersama keluarganya. Dengan efikasi diri yang tinggi menjadikan remaja asuh memiliki perasaan yang kuat, tidak mudah menyerah, tidak tertekan dan tenang dalam mencari solusi dalam menyelesaikan masalah. 71

87 B. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Analisis yang dilakukan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment. Analisis korelasi product moment digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh karena itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empirik. Hasil analisis setelah dilakukan uji prasyarat analisis yang hasilnya variabel normal dan linear, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis keuda menggunakan korelasi product moment. Model ini dipilih untuk mengetahui besarnya hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta.. Sebelum dilakukan analisis hipotesis korelasi product moment, dilakukan pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu. Berikut ini hasil uji prasyarat analisisnya. 1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Kriteria penerimaan normalitas adalah jika nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka distribusinya dikatakan normal, sebaliknya jika lebih kecil dari α = 72

88 0,05 maka distribusinya dikatakan tidak normal. Di bawah ini disajikan hasil perhitungan uji normalitas untuk semua variabel: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas No Data Sig (p) Keterangan 1 Dukungan Sosial 0,803 Signifikansi > 0,05 = normal 2 Efikasi Diri dalam Menyelesaikan Masalah 0,507 Signifikansi > 0,05= normal Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pada tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa sebaran data normal. Dari hasil perhitungan normalitas sebaran data variabel dukungan sosial dan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian ini berdistribusi normal, karena mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (p>0,05). Jadi, data ini telah memenuhi syarat untuk dianalisis. b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai hubungan linier atau tidak dan merupakan syarat digunakannya analisis regresi dan korelasi. Kriteria yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran adalah nilai F yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan nilai F tabel dengan taraf signifikansi 5% jika F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka pengaruh variabel linier. Hasil uji linieritas pada variabel dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: 73

89 Tabel 11. Hasil Uji Linieritas Korelasi F hitung Signifikansi Keterangan X 2 Y 1,186 0,347 Linier Hasil uji linieritas pada tabel 11 dapat diketahui bahwa variabel independen terhadap variabel dependen mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), hal ini menunjukkan bahwa semua variabel penelitian adalah linier. Hubungan dukungan sosial (X) dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah (Y) bersifat linier, karena signifikasinya sebesar 0,347. Selanjutnya apabila harga F yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga F tabel, dimana harga F hitung lebih kecil atau sama dengan harga F tabel pada taraf signifikansi 5%, maka korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Hasil uji linieritas pada penelitian ini juga menunjukkan untuk dukungan sosial (X) dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah (Y) bersifat linier karena nilai F hitung lebih kecil dari harga F tabel (1,186<2,00). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat linier. 2. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dapat dilihat tabel berikut: 74

90 Tabel 12. Tabulasi Dukungan Sosial * Efikasi Diri dalam Menyelesaikan Masalah Dukungan Sosial Efikasi Diri dalam Menyelesaikan Masalah Tinggi Sedang Rendah Total F % F % F % F % Tinggi 18 34,6% 3 5,8% 0 0% 21 40,4% Sedang 11 21,2% 16 30,8% 1 1,9% 28 53,8% Rendah 0 0% 1 1,9% 2 3,8% 3 5,8% Total 29 55,8% 20 38,5% 3 5,8% % Tabel tabulasi silang pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki dukungan sosial dalam kategori tinggi memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori tinggi sebanyak 18 orang (34,6%), efikasi diri dalam menyelesaikan masalah sedang sebanyak 3 orang (5,8%), efikasi diri dalam menyelesaikan masalah rendah tidak ada. Sementara responden yang dukungan sosial dalam kategori sedang memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori tinggi sebanyak 11 orang (21,2%), efikasi diri dalam menyelesaikan masalah sedang sebanyak 16 orang (30,8%), dan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (1,9%). Responden yang memiliki dukungan sosial kategori rendah memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori tinggi tidak ada, efikasi diri dalam menyelesaikan masalah sedang sebanyak 3 orang (1,7%), dan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah rendah sebanyak 2 orang (3,8%). 75

91 Hipotesis dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan dengan analisis korelasi product moment. Dengan menggunakan taraf signifikansinya 0,05. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka signifikan, sebaliknya bila nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka tidak signifikan. Ringkasan hasil korelasi product moment dapat dilihat dalam tabel 13: Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi X dengan Y Variabel r-hit r-tab sig dukungan sosial (X) dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah (Y) 0,621 0,279 0,000 Berdasarkan tabel 13, maka dapat diketahui bahwa nilai r hitung sebesar 0,621 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Hasil analisis korelasi product moment menunjukkan terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. C. Pembahasan 1. Tingkat dukungan sosial pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial pada sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (53,8%). Sementara sisanya berada dalam kategori tinggi sebanyak 21 orang 76

92 (40,4%) %), dan dalam kategori rendah sebanyak 3 orang (5,8%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dukungan sosial di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dalam penelitian ini mayoritas berada dalam kategori Sedang. Hal ini berarti remaja asuh merasa memiliki dukungan sosial yang cukup baik dalam aspek dukungan emosional, penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi dari pengurus panti dan sesama remaja panti asuhan. Kondisi tinggal satu atap dengan pengurus panti asuhan memungkinkan tingginya intensitas interaksi dan cairnya hubungan antara remaja asuh dengan pengurus panti asuhan. Kebutuhan maupun keluhan dapat langsung diutarakan remaja asuh pada pengurus panti sehingga mampu dengan cepat disikapi. Selain dengan pengurus panti, remaja asuh juga tinggal bersama dengan teman sebayanya sehingga terjalin keakraban sosial. Berada dalam kondisi yang sama yaitu berpisah dengan orang tua bahkan tidak memiliki orang tua mampu menimbulkan terciptanya satu rasa dan solidaritas antar remaja asuh meskipun para reamaja asuh itu sendiri seringkali menjadi teman bersaing dalam pencapaian prestasi akademik. Dukungan sosial yang diukur dalam penelitian ini bersumber pada pengurus panti dan teman sesama panti. Berikut disajikan tabel dan gambar pie sumber dukungan sosial pada remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati. 77

93 Tabel 14. Data Sumber dukungan sosial Sumber dukungan social Frekuensi Persentase Pengurus panti % Teman Sebaya % Jumlah % Sumber Dukungan Sosial 59.62% 40.38% Pengurus Panti Teman Sebaya Gambar 5. Diagram Pie Data Sumber dukungan sosial Berdasarkan tabel 14 dan gambar diagram pie di atas, hasil analisis terhadap item-item skala menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan teman lebih besar daripada pengurus panti. Hal ini dikarenakan remaja asuh merasa lebih nyaman menanyakan tugas sekolah atau mengungkapkan masalah pada teman sesama panti daripada pengurus panti. Teman sesama panti dianggap lebih fleksibel oleh remaja asuh untuk dimintai bantuan dibandingkan pengurus panti. Dukungan sosial pada remaja asuh diperoleh dari hubungan sosial yang akrab dengan pengurus panti dan sesama anak panti, sehingga membuat remaja asuh merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Kondisi 78

94 saling membantu saat menghadapi kesulitan juga menjadikan remaja asuh merasa tidak sendiri dan bersemangat dalam mengatasi hambatan yang ada baik hambatan akademik maupun non akademik. Dengan dukungan emosional dan dukungan penghargaan yang baik, maka remaja asuh akan merasa memperoleh dukungan dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalah, mendapatkan apresiasi saat mengalami keberhasilan. Selain itu, remaja asuh akan merasa mendapatkan respon yang membangun dari pengurus panti dan sesama penghuni panti saat melanggar peraturan. Dalam hal dukungan instrumental yang baik, remaja asuh akan merasa mendapatkan bantuan finansial dari pengurus panti dan orang lain serta mendapatkan bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Sementara dukungan informasi yang baik, maka remaja asuh akan merasa mendapatkan informasi dan solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah. Dukungan yang diberikan pada remaja akan membuat remaja tersebut merasa diperhatikan, dihargai, dicintai dan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial tertentu. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Sarafino (Smet, 1994: 136) bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Pendapat tersebut juga dikuatkan dengan pendapat (Kuntjoro, 2002: 45) bahwa dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten. 79

95 Dukungan sosial ini sangat penting bagi remaja yang tinggal di panti asuhan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh House (Smet, 1994: 136) bahwa dukungan sosial sangat penting bagi individu dan dukungan sosial tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Dengan demikian, remaja asuh yang mendapatkan dukungan sosial yang baik maka remaja tersebut akan merasa lebih mampu dan yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik dan kepercayaan diri yang sehat. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial pada sebagian besar dalam kategori sedang. Hal ini berarti pengurus panti dan sesama remaja asuh di panti asuhan dapat memberikan dukungan sosial yang cukup baik bagi remaja asuh. Dukungan sosial dari berbagai pihak sangat penting bagi remaja asuh baik aspek emosional, penghargaan, instrumental dan informasi. Dengan dukungan sosial yang tinggi, maka remaja asuh merasa diperhatikan, dihargai, dicintai dan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial serta memiliki kepercayaan diri dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian dukungan sosial dapat mencegah efek negatif bagi remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. 2. Tingkat efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah sebagian besar pada kategori tinggi sebanyak 29 80

96 orang (55,8%). Selanjutnya yang kedua variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang (38,5%), dan pada kategori rendah sebanyak 3 orang (5,8%). Dengan demikian variabel efikasi diri dalam menyelesaikan masalah remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori tinggi. Hal ini berarti remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengatasi kesulitan belajar, memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas, tidak akan mudah putus asa dan memiliki keyakinan ketahanan diri yang baik sebagai anak panti asuhan. Remaja asuh dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan remaja asuh dengan efikasi diri yang rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, remaja asuh dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Sementara dengan remaja asuh dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. Selain itu, remaja asuh yang memiliki efikasi yang tinggi akan mendorong dirinya untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada merenungi ketidakmampuannya. Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau sel-knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu 81

97 dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, efikasi diri pada diri remaja asuh sangat penting dalam memecahkan masalah. Hal ini sebagaimana dengan pendapat Bandura (Feist, 2011: 211) bahwa seseorang dikatakan memiliki efikasi diri tinggi ketika orang tersebut lebih mungkin terlibat dalam perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa mereka mampu menjalankan perilaku tersebut dengan sukses. Seseorang akan merasa mampu ketika mereka memiliki keyakinan yang tinggi atau besar bahwa dirinya mampu untuk menghadapi atau bahkan menyelesaikan masalah ataupun hambatan yang dihadapinya. Remaja yang tinggal di panti memiliki tugas yang jauh lebih berat dari pada remaja yang tinggal bersama keluarganya. Remaja yang tinggal di panti asuhan harus dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya sendiri, sehingga tak heran jika pada remaja yang tinggal di panti asuhan sering mengalami masalah psikologis khususnya dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, efikasi diri pada diri remaja asuh menjadi sangat penting dalam memecahkan masalah. Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat Zarina (Fitriyanti, 2011: 23) bahwa seseorang yang memiliki perasaan yang kuat akan efikasi diri lebih pantang menyerah, tidak terlalu cemas, dan tertekan. Seseorang yang memiliki efikasi diri baik akan menjalani hidup dengan lebih sehat dan lebih berprestasi secara akademik. Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri mengarahkan seseorang pada 82

98 sekumpulan target yang menantang dan untuk tidak pantang menyerah mendapatkannya. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang baik ketika dihadapkan pada sebuah masalah akan lebih tenang dalam mencari solusi daripada menggerutu akan ketidakmampuannya. Dengan demikian, efikasi diri sangat penting bagi remaja asuh dalam memecahkan masalah. Dengan efikasi diri yang tinggi menjadikan remaja asuh memiliki perasaan yang kuat, tidak mudah menyerah, tidak tertekan dan tenang dalam mencari solusi dalam menyelesaikan masalah. 3. Hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan nilai signifikansi sebesar 0,347 yang kurang dari 0,05 (p<0,05). Selain itu, nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,621>0,279). Dengan demikian terdapat hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah. Hasil uji kategorisasi juga menunjukkan bahwa dukungan sosial remaja asuh sebagian besar dalam kategori sedang, sedangkan efikasi diri remaja asuh dalam memecahkan masalah sebagian besar dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan dukungan sosial bukan merupakan satusatunya faktor yang mempengaruhi efikasi diri remaja asuh dalam 83

99 memecahkan masalah. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri remaja asuh dalam memecahkan masalah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Feist J. dan Gregory J. F. (2011: 213) yang menyebutkan bahwa perkembangan efikasi diri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pengalaman menguasai sesuatu, pemodelan sosial, persuasi sosial, dan kondisi fisik dan emosional. Hasil temuan lainnya menunjukkan sebagian besar remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta yang memiliki dukungan sosial dalam kategori tinggi juga sebagian besar memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori tinggi sebanyak 18 orang (34,6%). Remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta yang sebagian besar memiliki dukungan sosial dalam kategori sedang juga sebagian besar memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori sedang sebanyak 16 orang (30,8%). Kemudian remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta yang sebagian besar memiliki dukungan sosial dalam kategori rendah juga sebagian besar memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan masalah dalam kategori rendah sebanyak 2 orang (2,8%). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah. Semakin tinggi dukungan sosial pada remaja asuh, maka semakin tinggi pula efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh. 84

100 Banyak faktor yang berhubungan dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja diantaranya adalah dukungan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Feist J. dan Gregory J. F. (2011: 213) yang menyebutkan bahwa perkembangan efikasi diri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh sosialnya. Remaja dengan dukungan sosial rendah akan merasa tidak diperhatikan, tidak mendapat kasih sayang dan merasa tidak percaya diri dalam lingkungannya, dengan kondisi tersebut akan membuat seorang remaja merasa dirinya tidak berguna dan merasa kehilangan kepercayaan diri serta merasa tidak mampu dalam segala hal, sehingga akan mudah lari dari keadaan yang dirasanya baru dan sulit untuk dijalani. Sebaliknya jika dukungan sosial yang diperoleh tinggi, rasa dicintai, dihargai, merasa lebih mampu dan yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik, kepercayaan diri yang sehat dan lebih yakin dengan hubungan sosial yang dibentuknya. Minimnya dukungan sosial yang didapatkan remaja yang tinggal dipanti asuhan akan sangat berimbas pada munculnya masalah pada diri remaja terkait efikasi diri yang rendah. Begitu sebaliknya, apabila remaja asuh mendapat dukungan sosial yang tinggi maka mereka akan merasa dicintai, dihargai, sehingga mereka akan merasa mampu untuk menyelesaikan segala tugas dan mampu memecahkan masalah yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Smet (1994: 133) bahwa jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan. 85

101 Sementara itu, ketidakadaan dukungan sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, kehilangan, ketidak berdayaan diri dan rasa kurang percaya diri yang dapat berpengaruh pada efikasi diri remaja tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Semakin tinggi dukungan sosial kepada remaja asuh, maka semakin tinggi pula efikasi diri pada remaja asuh dalam menyelesaikan masalah. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diusahakan sebaik-baiknya agar mendapatkan hasil yang maksimal, namun tidak dipungkiri bahwa dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah 1) ketika pengambilan data penelitian di lapangan, peneliti hanya mengambil data tentang persepsi remaja terbatas hanya pada remaja asuh di panti asuhan bukan persepsi remaja secara umum tentang dukungan sosial. 2) Persepsi remaja tentang dukungan sosial yang diberikan pengurus panti belum sampai mendetail dan bentuk nyata misalnya seberapa besar jumlah bantuan finansial yang diberikan pada remaja asuh. 3) peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri remaja asuh dalam memecahkan masalah. 86

102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat dukungan sosial di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta dalam penelitian ini mayoritas berada dalam kategori Sedang sebanyak 28 orang (53,8%). Hal tersebut berarti remaja asuh merasa memiliki dukungan sosial yang cukup baik dalam aspek dukungan emosional, penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi dari pengurus panti dan sesama remaja panti asuhan. Kondisi tinggal satu atap dengan pengurus panti asuhan memungkinkan tingginya intensitas interaksi dan cairnya hubungan antara remaja asuh dengan pengurus panti asuhan. Selain dengan pengurus panti, remaja asuh juga tinggal bersama dengan teman sebayanya sehingga terjalin keakraban sosial. Hal ini menjadikan remaja asuh merasa dukungan sosial yang diberikan cukup baik. 2. Tingkat efikasi diri dalam menyelesaikan masalah remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori tinggi sebanyak 29 orang (55,8%). Hal tersebut berarti remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengatasi kesulitan belajar, memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas, tidak akan mudah 87

103 putus asa dan memiliki keyakinan ketahanan diri yang baik sebagai anak panti asuhan. Dalam situasi yang sulit, remaja asuh dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Sementara dengan remaja asuh dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. 3. Terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam menyelesaikan masalah pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Maka semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan oleh pengurus panti dan atau teman sesama penghuni panti maka akan semakin tinggi pula efikasi diri remaja asuh dalam memecahkan masalahnya, dan sebaliknya jika semakin rendah dukungan sosial yang diterima oleh remaja asuh maka semakin rendah pula efikasi diri remaja asuh dalam memecahkan masalah. Hal ini dibuktikan dengan nilai r sebesar 0,621 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 (p<0,05) ). B. Saran Berdasarkan pembahasan, kesimpulan di atas maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi pihak panti asuhan Pengurus panti hendaknya dapat meningkatkan dukungan sosial kepada remaja asuh dengan cara mengadakan acara kumpul bersama setiap makan malam, menonton acara TV bersama, menyediakan waktu untuk konsultasi atau sharing bagi anak panti asuhan, serta mengadakan doa 88

104 bersama untuk saling menguatkan remaja asuh dalam menghadapi setiap hambatan atau cobaan hidup. 2. Peneliti selanjutnya disarankan dalam pengambilan data di lapangan tidak hanya data persepsi remaja di panti asuhan Sinar Melati tentang dukungan sosial dan efikasi diri dalam memecahkan masalah, tetapi dapat mengambil data persepsi remaja tentang dukungan sosial dan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja yang tinggal di pondok pesantren atau remaja yang orang tuanya mengalami broken home. Hal ini dikarenakan setiap kondisi yang ada di lingkungan remaja memiliki keunikan tersendiri dalam hal dukungan sosial dan efikasi diri dalam memecahkan masalah. 89

105 DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. (1997). Self Efficacy The of Control. New York: W.H Freeman and Company. Caprara, G.,Scabini & Regalia. (2006). The Impact of Perceived Family Efficacy Beliefs on Adolescent Development. Connecticut: Information Age Publishing, Inc. Corsini, Raymond, J. (1994). Encyclopedia of Psychology. No 2. Vol. 3. New York: John Wiley & Sins, Inc. Papalia, Diane E. & Sally Wendkos Old. (2008). Human Develompment ( Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Effendi & Tjahjono. (1999). Hubungan antara Perilaku Coping dan Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama. Jurnal ANIMA. Vol 14. No 54. Hal Feist, Jess & Gregory J. (2011).Teori Kepribadian Theories of Personality. Buku 2 Edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.. (2006). Theories of Personality. Edisi 6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fitriyanti. (2011). Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self Efficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal INSAV. Vol. 13. No 2. Agustus Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Isti widayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Kartika Sari. (2011). Konsep Dukungan Sosial. Jurnal Psikologika. No. 2. Vol. 1. Hal Kuntjoro Z. S. (2002). Dukungan Sosial pada Lansia. Jurnal Psikologika. Vol 1. No 4. Hal Myers, G. David. (2011). Psikologi Sosial. Edisi ke 10. Jakarta: Salemba Humanika. 90

106 Niken. (2002). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Efficacy pada Remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. No. 2. Hal Ormord, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan. Edisi 6. Jilid 2. Alih bahasa: Amitya Kumara. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prika Putri Kemalasari. (2009). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya-UII. Rita EkaIzzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Saifuddin Azwar. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, John W. (2007). Remaja. Edisi 11. Alih bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Penerbit Erlangga. Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo. Sofyan S. Willis Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sunarto & Agung Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Suseno dan Sugiyanto. (2010). Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator Motivasi Kerja. Jurnal Psikologi. Vol 37. No 1. Juni 2010: Sutrisno Hadi. (2001). Statistik Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Offset. 91

107 Tarmidi & Ade Riza Rahman Rambe. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Self Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi. Vol 37. No 2. Hal Yudrik Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Yani Asiyah. (2012). Fenomena Mencontek. Artikel. Diunduh melalui http// Diunduh tanggal 20 Januari 2015 pukul 15:18 WIB. 92

108 LAMPIRAN 93

109 Lampiran 1 Instrumen Penelitian Kepada PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN Yth. Remaja Asuh Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh derajat Srata-1 Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta maka yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Iis Purwanti NIM : Judul Penelitian : Hubungan antara Dukundan Sosial dengan Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah pada Remaja Asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta. Saya mohon dengan sangat kepada saudara untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Saudara tidak perlu takut atau ragu- ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap jawaban yang saudara berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi penelitian ini, atas perhatian dan bantuannya saya mengucapkan terima kasih. Yogyakarta, September 2015 Peneliti Iis Purwanti 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA REMAJA ASUH DI PANTI ASUHAN SINAR MELATI SLEMAN YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Iis Purwanti NIM. 11104244018 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Dukungan Sosial Orang Tua a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2009 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND DENGAN SIKAP TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SD DI KELAS SE-GUGUS KALITIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki beberapa masa perkembangan dalam hidupnya. Salah satu masa perkembangan yang dialami yaitu masa remaja. Mengenai masa remaja, Zulkifli (2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Nova Handayani F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM PENGARUH MINAT MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN PADA SISWA KELAS V SD SE GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakulltas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA S K R I P S I Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Tri Zahrotul Jannah NIM

SKRIPSI. Oleh Tri Zahrotul Jannah NIM HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU - SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SOKANEGARA II PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

Halaman a. Definisi Pengetahuan b. Tingkat Pengetahuan c. Pengukuran Pengetahuan d. Pengetahuan Dasar Pemesinan

Halaman a. Definisi Pengetahuan b. Tingkat Pengetahuan c. Pengukuran Pengetahuan d. Pengetahuan Dasar Pemesinan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SKRIPSI Diajukan Oleh : Benazir Hardiyanti F 100 070 118 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Tri Puspita Ratih A. F 100 020 125 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM PENGARUH PERHATIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGISEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PEMAHAMAN KTSP TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TEMPEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TEMPEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TEMPEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh Pungky Kumala Anindya Kusuma Dewi NPM. 14144200140

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

: SRI HARTANTI A

: SRI HARTANTI A PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARTASURA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DAN KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A.

Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A. MOTO Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A. Edison) Kalau anda ingin menempuh jarak yang jauh dengan cepat, ringankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH 2 MOYUDAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A.

Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A. MOTO Banyak orang yang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah (Thomas A. Edison) Kalau anda ingin menempuh jarak yang jauh dengan cepat, ringankanlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

SRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Puput Kurniawati A

SRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Puput Kurniawati A EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 SMP MUHAMMADIYAH 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Rino

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SMP NEGERI 2 SRANDAKAN SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SMP NEGERI 2 SRANDAKAN SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SMP NEGERI 2 SRANDAKAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci