ANALISIS KINERJA TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG Roni Yudha Pranata Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Abstrak Untuk mengantisipasi kebutuhan terminal barang di masa mendatang melalui layanan pelabuhan, PT Pelindo III (Persero) mempercepat realisasi Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang berlokasi di Teluk Lamong, Gresik - Jawa Timur. Hal ini diharapkan menjadi salah satu cara mengurangi stagnasi arus kapal maupun barang di Pelabuhan Tanjung Perak. Fasilitas Terminal Multipurpose Teluk Lamong pada awal pengoperasian sebagai berikut: 1 dermaga petikemas internasional, 3 dermaga petikemas domestik, 1 dermaga curah kering, Container yard, Stockpile, 5 unit Container Crane (CC), 1 unit Shipunloader, 1 unit Conveyor, dan 10 unit Automatic Stacking Crane (ASC), dan 30 unit Headtruck. Permasalahan yang diangkat dalam studi ini adalah bagaimana kinerja pelayanan Terminal Multipurpose Teluk Lamong jangka panjang dan bagaimana pengembangan pelabuhan untuk mengantisipasi peningkatan arus barang di masa datang terpenuhi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simulasi model skenario yang menggunakan software ARENA 5.0. Sedangkan untuk meramalkan arus petikemas dan arus curah kering menggunakan metode analisis regresi linier. Indikator kinerja pelayanan operasional pelabuhan seperti nilai Berth Occupancy Ratio (BOR), Yard Occupancy Ratio (YOR), dan Utilitas peralatan akan digunakan untuk menilai Kinerja Pelayanan Operasional Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Keywords: Simulasi Terminal, BOR, YOR, ARENA PENDAHULUAN Untuk mengantisipasi kebutuhan terminal barang di masa mendatang melalui layanan pelabuhan, Pelindo III (persero) mempercepat realisasi Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang diperkirakan beroperasi awal Hal ini diharapkan menjadi salah satu cara mengurangi stagnasi arus kapal maupun barang di Pelabuhan Tanjung Perak. Dari kajian internal PT Pelindo III, pada tahap awal yang mulai dioperasikan tahun 2014, Terminal Multipurpose Teluk Lamong akan dioperasikan untuk melayani bongkar muat petikemas internasional maupun domestik sebanyak TEU s, serta curah kering sebanyak ton. Adapun fasilitas dan sarana pada operasional bongkar muat di Terminal Multipurpose Teluk Lamong sebagai berikut: pada dermaga internasional akan tersedia dermaga sepanjang 500x80 meter yang terdiri dari dermaga internasional di sisi luar dan dermaga domestik di sisi dalam, lapangan curah kering (stockpile) seluas 6 Ha dan lapangan petikemas (container yard) seluas 15 Ha. Fasilitas peralatan di dermaga internasional pada tahap awal direncanakan tersedia 5 unit Container Crane (CC), 30 unit Headtruck, dan 10 unit Automatic Stacking Crane (ASC) untuk bongkar muat petikemas, 1 unit Shipunloader dan 1 unit Conveyor untuk bongkar muat curah kering. Dengan permintaan arus barang baik petikemas maupun curah kering yang pasti akan mengalami kenaikan setiap tahunnya, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap kinerja pelayanan operasional pada bongkar muat petikemas maupun curah kering pada kondisi fasilitas Existing dan bagaimana pengembangan pelabuhan dengan berbagai model skenario sampai 20 tahun kedepan. TINJAUNAN PUSTAKA Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar atau berlabuh, naik/ turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapai dengan fasilitasnya dan/atau pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

2 perpindahan intra dan antar moda transportasi. Secara umum fasilitas pokok yang harus dipunyai pelabuhan terdiri dari: Fasilitas tambat Fasilitas penumpukan dan penyimpanan Peralatan Yard Occupancy Ratio (YOR) Perbandingan yang dinyatakan dalam prosentase antara jumlah pemakaian ruang penumpukan petikemas yang dihitung dengan satuan TEU s dengan kapasitas lapangan penumpukan petikemas. Indikator Kinerja Pelayanan Pelabuhan a. Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal (Indikator Service) b. Perhitungan Utilitas Peralatan Bongkar Muat (Indikator Utilitas) Utilitas peralatan adalah suatu ukuran waktu dari suatu peralatan dimana peralatan tersebut benar-benar melakukan kegiatan sesuai dengan fungsinya dan dinyatakan dalam persen. c. Perhitungan Produkvitas Bongkar Muat (Indikator Output) Berth Occupancy Ratio (BOR) Perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu siap operasi dermaga selama periode waktu tertentu, yang dinyatakan dengan prosentase (%).BOR hanya dihitung untuk kapal yang bertambat secara merapat di dermaga.untuk dermaga yang terbagi menjadi beberapa tambatan, maka pemakaian dermaga tidak dipengaruhi oleh panjang kapal.dermaga yang tidak terbagi menjadi beberapa tambatan, perhitungan pemakaian dermaga didasarkan pada panjang kapal ditambah 5 meter sebagai factor pengaman. (( ) ) (( ) ) ( ) Simulasi Simulasi sistem adalah teknik pemecahan problema melalui pengantar penampilan model dinamik dari sistem yang dikaji. Klasifikasi simulasi sistem dibagi menjadi 2 yaitu: sistem kontinu dan sistem diskrit. (Dwitagama, 2001). Simulasi sistem kontinu adalah simulasi suatu sistem yang aktivitas utamanya menyebabkan perubahan yang halus pada data dari elemen-elemen yang disimulasikan pada sistem. Variabelvariabel model yang berubah secara kontinu berdasarkan waktu. Model simulasi diskrit event adalah pemodelan dari suatu sistem yang berubah menurut waktu yang diwujudkan dengan perubahan pada waktu-waktu yang diwujudkan dengan perubahan pada waktuwaktu tertentu atau dengan kata lain sistem yang berubah terhitung pada skala waktu tertentu. Metode Peramalan Berikut ini merupakan penjelasan dari regresi linier. a. Regresi Linier Regresi linier merupakan model regresi yang paling sering digunakan karena mudah digunakan dan diinterprestasikan hasilnya. Ada dua jenis model regresi linier yaitu model regresi linier tunggal dan regresi linier berganda. - Regresi Linier Tunggal secara matematis dapat dirumuskan seperti dalam persamaan berikut: Y = variabel tak bebas X = variabel bebas b0 = konstanta regresi untuk X=0 b1= konstanta arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan X sebesar satu unit.

3 - Regresi Linier Berganda secara matematis dapat dirumuskan seperti dalam persamaan berikut: Y = variabel tak bebas X = variabel-variabel bebas b0 = parameter-parameter dari persamaan regresi b. Uji Statistik Dalam Analisis Regresi Pengujian yang diperlukan dalam analisis regresi dapat dibagi menjadi uji parameter, uji keberartian regresi, dan uji ketidakpasan model. Uji parameter berdasarkan uji t atau uji F-parsial, uji keberartian model regresi dengan uji F keseluruhan, persentase keragaman yang dijelaskan dengan Fi, dan uji ketidakpasan model dengan analisis sisaan dan uji Durbin- Watson. (Arianto, 2010). - Uji parameter Uji-t: untuk menguji independen/ keterikatan antar variabel atau uji keberartian koefisien regresinya dengan menggunakan statistic uji t (tstudent). - Uji Keberartian Regresi: Pengujian ini berguna untuk melihat apakah terdapat hubungan regresi antara variabel-variabel bebas (independent) X1, X2, X3,, Xn dengan variabel tak bebasnya (dependent) Y, yang juga disebut uji signifikasi regresi, dengan menggunakan statistic uji F, yaitu: Untuk tingkat kepercayaan sebesar (1- α), maka Ho akan diterima apabila F hitung F tabel, dengan: R2: koefisien determinasi N: jumlah data X: kumpulan data variabel bebas Y: kumpulan variabel tak bebas R 2 dapat mengambil nilai maksimum 1 (atau 100%) bila semua nilai X berbeda. Bila dalam datanya ada runtutan yang diulang, maka nilai R 2 tidak mungkin mencapai 1, secocok apapun modelnya bagi data tersebut. - Uji Durbin Watson Uji ini dibutuhkan untuk mendeteksi korelasi serial dari sisaan yang diperoleh. Seperti yang diasumsikan, sisaan harus bersifat bebas dan menyebar, yang berarti semua korelasi serial ρs = 0. METODOLOGI Penelitian tugas akhir ini meliputi tiga tahap yaitu tahap awal berupa identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan tema penelitian, penentuan maksud dan tujuan, dan studi literature berkaitan dengan materi atau tema penelitian.tahap pertengahan berupa pengumpulan data baik primer maupun sekunder, pemrosesan data, dan pembuatan model simulasi dengan software arena.tahap terakhir berupa analisis dan penarikan kesimpulan. Gambaran secara umum mengenai tahaptahap pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar berikut: Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Mean Square Error (MSE): dihitung untuk mengetahui besarnya tingkat kesalahan/ penyimpangan. Di samping uji F, statistik yang penting dalam analisis regresi adalah R 2, yaitu menyatakan tingkat hubungan linier antara variabel tak bebas dengan variabel-variabel bebasnya. Suatu model dianggap mempunyai kedekatan dengan data jika nilai R 2 -nya besar atau mendekati nilai 1. Sebaliknya suatu model dianggap tidak represensatif jika nilai R 2 semakin kecil atau mendekati 0. Berikut ini merupakan persamaan dari Koefisien Determinasi (R 2 ) Pengumpulan Data dan Informasi Pembuatan Model Simulasi pada Software ARENA 5.0 Verifikasi dan Validasi Tidak Sesuai kondisi Real? Ya Proyeksi Arus Barang 20 tahun kedepan Skenario A Skenario B (Skenario Penambahan Alat) (Skenario Pengembangan Dermaga) Analisa Hasil Simulasi Kesimpulan dan Rekomendasi Selesai Diagram Alur Metodologi

4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, analisa akan dilakukan sesuai dengan metodologi serta disesuaikan dengan tersedianya data dan informasi. Adapun analisa akan dibagi ke dalam beberapa bagian yang merupakan urutan-urutannya, yaitu sebagai berikut: Pembuatan Simulasi pada ARENA Pada beberapa proses pada model simulasi menggunakan model-model distribusi. Karena terminal ini belum beroperasi maka untuk setiap distribusi waktu di setiap proses menggunakan pendekatan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan proses bongkar muat di pelabuhan. Apabila tingkat kedatangan bersifat random karena tergantung dari fasilitas lainnya, maka menggunakan distribusi poisson, sedangkan untuk distribusi antar waktu kedatangan menggunakan distribusi eksponensial. Penjelasan dari modul-modul yang berhubungan dengan model simulasi adalah sebagai berikut ini: - Kedatangan kapal Menggunakan modul create, mewakili waktu antar kedatangan kapal yang akan melakukan bongkar/muat di TMTL. Untuk ekspresi distribusinya menggunakan poisson. - Proses antri Menggunakan modul hold, mewakili proses antri jika dermaga penuh. Untuk type-nya menggunakan scan for condition yang berarti jika dermaga ada yang kosong maka kapal bisa ke proses selanjutnya. - Proses pemilihan dermaga Menggunakan modul decide, mewakili proses memilih dermaga yang kosong. Untuk type-nya menggunakan N-way by condition yang artinya apabila salah satu dermaga tidak ada proses bongkar muat, maka dermaga tersebut bisa di sandari kapal berikutnya. - Proses tunda kapal Menggunakan modul route, mewakili waktu proses kapal ditunda oleh tugboat untuk bersandar di dermaga. Untuk route time-nya menggunakan distribusi eksponensial. - Proses persiapan bongkar muat di dermaga Menggunakan modul process, mewakili waktu persiapan proses bongkar/muat di dermaga. Untuk Logic menggunakan action delay, sedangkan untuk delay type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial. - Proses stevedoring Menggunakan modul process, mewakili waktu memindahkan petikemas/curah kering dari kapal ke headtruck/hopper. Untuk logic menggunakan action seize delay release, sedangkan delay release-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial. - Proses haulage Menggunkan modul transporter, mewakili proses memindahkan petikemas dari dermaga ke container yard. Jarak lintasan haulage 2 km dan kecepatan headtruck beroperasi 35 km/jam. - Proses persiapan bongkar muat di container yard Menggunakan modul process, mewakili waktu persiapan bongkar/muat di container yard. Untuk logic menggunakan action delay, sedangan delay type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial. - Proses stacking di container yard Menggunakan modul process, mewakili waktu proses stacking di container yard. Untuk logic menggunakan action seize delay release, sedangakan delay type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial. - Proses conveyor Menggunakan modul conveyor, mewakili proses pemindahan curah kering dari dermaga ke lapangan penumpukan. Panjang conveyor 1500 m dengan kecepatan 3 m/s. Membandingkan Model Dengan Real System Membandingkan hasil model simulasi dengan real system bertujuan untuk mengetahui apakah model yang dibuat sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan atau tidak. Ada dua cara untuk menyatakan model dikatan valid atau tidak, yaitu dengan Verifikasi dan Validasi. Verifikasi merupakan membandingkan sistem tanpa uji statistik, yaitu hanya dengan melakukan pengecekan ada tidaknya error dalam model ARENA 5.0. Sedangakan validasi yakni membandingkan antara model yang telah dibuat apakah sudah sesuai dengan kondisi real system. Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode Welch confidence interval. Dari proses ini

5 diketahui bahwa model yang ada sudah verify dan valid. Peramalan Arus Barang Untuk meramalkan arus petikemas dan curah kering yang akan dibongkar dan muat di Terminal Multipurpose Teluk Lamong digunakan Model Regresi Linier. Sebagai variabel bebannya atau variabel prediktornya adalah PDRB Propinsi Jawa Timur. Karena PDRB digunakan sebagai variabel bebas dalam meramalkan arus barang, maka PDRB perlu diramalkan terlebih dahulu. Untuk meramalkan PDRB digunakan regresi linier sederhana dengan Tahun sebagai variabel bebasnya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program komputer SPSS ver 17, didapatkan fungsi untuk meramalkan PDRB, yaitu sebagai berikut: Y = X Y: PDRB X: Tahun Dengan nilai R 2 = dan nilai signifikan model (significan F) = Hasil peramalan PDRB Jawa Timur tahun adalah sebagai berikut: PDRB Jawa Timur Tahun Tahun PDRB 2014 Rp 400,907, Rp 416,380, Rp 431,854, Rp 447,327, Rp 462,800, Rp 478,274, Rp 493,747, Rp 509,220, Rp 524,694, Rp 540,167, Rp 555,641, Tahun PDRB 2025 Rp 571,114, Rp 586,587, Rp 602,061, Rp 617,534, Rp 633,007, Rp 648,481, Rp 663,954, Rp 679,427, Rp 694,901, Rp 710,374, Dari peramalan PDRB kemudian digunakan untuk meramalkan arus barang di kawasan Pelaabuhan Tanjung Perak. dari perhitungan diperoleh model peramalannya adalah sebagai berikut: Untuk Petikemas Y = X Y: Arus Petikemas X: PDRB Dengan nilai R 2 = dan nilai signifikan model (significant F) = Untuk Curah Kering Y = X Y: Arus Curah Kering X: PDRB Dengan nilai R 2 = dan nilai signifikan model (significant F) = Pada peramalan arus petikemas dan curah kering diatas nilainya sangat tidak signifikan semua, Hal ini dapat dilihat dari uji regresi yang menunjukan bahwa nilai keberartian R 2 yang sangat beragam dan nilai significant F yang jauh dari signifikan antara variabel bebasnya (PDRB) dengan variabel terikatnya (arus Barang). Ini dikarenakan variabel bebas atau prediktor yang digunakan untuk meramalkan arus barang di wilayah Tanjung Perak hanya menggunakan satu variabel yakni nilai PDRB saja. Apabila dengan menggunakan variabel tambahan lagi seperti jumlah penduduk, produksi industri, produksi pertanian kawasan hinterland dan metode yang digunakan peramalan regresi lainya yang memiliki tingkat ke-error-an yang lebih rendah mungkin hasilnya akan lebih signifikan. Arus Barang Pelabuhan Tanjung Perak Tahun Arus Petikemas (Teus) ARUS Curah Kering (Ton)

6 Dari hasil peramalan arus petikemas dan curah kering di wilayah Tanjung Perak akan digunakan untuk menentukan prosentase kenaikan arus petikemas dan curah kering yang akan digunakan untuk memprediksi kenaikan arus petikemas di Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Prediksi arus petikemas dan curah kering di TMTL dikondisikan menjadi tiga kondisi, yaitu Kondisi moderat, optimis 25 % dan Optimis 50%. Prediksi arus petikemas dan curah kering kondisi moderat diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan peramalan prosentase kenaikan arus petikemas/curah kering di wilayah Tanjung Perak. Prediksi kondisi optimis 25% diperoleh dari kondisi moderat ditambah 25%. Sedangkan kondisi optimis 50% diperoleh dari kondisi moderat ditambah 50%. Analisis Kinerja Pelabuhan Kondisi Existing Sampai 20 Tahun Dari hasil simulasi kinerja pelayanan operasional Kondisi fasilitas Existing Terminal Multipurpose Teluk Lamong menunjukan bahwa: Dermaga Petikemas Berdasarkan Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan yang menetapkan standar untuk Berth Occupancy Ratio(BOR) sebesar 70%, maka untuk kondisi moderat pada tahun 2026 diprediksikan nilai BOR-nya akan mencapai 71%. Untuk kondisi Optimis 25% maka pada tahun 2021 diprediksikan nilai BOR-nya akan mencapai 73%. Untuk kondisi optimis 50% maka pada tahun 2016 diprediksikan nilai BOR-nya mencapai 71%. Untuk menurunkan nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) menjadi dibawah standar ideal yang ditetapkan pemerintah maka harus dilakukan pengembangan pelabuhan dengan jalan menambahan container crane atau menambahan panjang dermaga. Prediksi nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dermaga petikemas kondisi existing sampai 20 tahun ke depan dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut. Grafik BOR Dermaga Petikemas Fasilitas Existing Sedangkan batas standar untuk Yard Occupancy Ratio (YOR) yang ditetapkan SKPOP wilayah tanjung perak sebesar 80%, maka container yard pada kondisi moderat dan optimis 25% diprediksi masih mampu menampung kenaikan arus barang sampai 20 tahun kedepan (tahun 2034). Untuk kondisi optimis 50% maka pada tahun 2031 diprediksi YOR container yard akan mencapai 81% oleh karena itu perlu dilakukan penambahan luas container yard guna menurunkan kepadatan arus petikemas di container yard. Grafik YOR Container Yard Fasilitas Existing Dermaga Curah Kering Pada dermaga curah kering diprediksi nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dan pada stockpile nilai Yard Occupancy Ratio (YOR) sampai 20 tahun kedepan (tahun 2034) masih bisa menampung kenaikan kapal curah kering dan arus curah kering. Nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dan Yard Occupancy Ratio (YOR) di dermaga curah kering dan stockpile sangat rendah dan jauh dari batas standar yang ditetapkan pemerintah. Hal ini menunjukan peningkatan jumlah arus kapal dan curah kering berdasarkan peramalan diatas sangat rendah, sedangkan kapasitas dermaga maupun stockpile sangat besar. Grafik BOR Dermaga Curah Kering Fasilitas Existing Grafik YOR Stockpile Fasilitas Existing

7 Utilitas Peralatan Selain kinerja dermaga juga dianalisis kinerja dari peralatan bongkar muat baik petikemas maupun curah kering sampai 20 tahun kedepanya. Dari hasil simulasi kinerja pelayanan operasional Terminal Multipurpose Teluk Lamong Kondisi fasilitas Existing menunjukan bahwa: Utilitas atau tingkat penggunaan peralatan bongkar muat untuk kondisi moderat diprediksi akan mencapai over capacity (melebihi 100%) pada tahun 2028 untuk Container Crane, sedangkan untuk ASC, Headtruck, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalamai over capacity sampai tahun Untuk kondisi optimis 25% diprediksi Container Crane akan mengalami over capacity pada tahun 2023, Headtruck pada tahun 2033, sedangkan untuk ASC, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalami over capacity sampai tahun Untuk kondisi optimis 50% diprediksi Container Crane akan mengalami over capacity pada tahun 2018, Headtruck pada tahun 2028, sedangkan untuk ASC, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalami over capcity sampai tahun Over capacity terjadi jika arus barang yang dilayani oleh peralatan melebihi dari kapasitasnya. Apabila ini terjadi maka akan terjadi stagnasi arus barang, dan nilai utilitas peralatan yang rendah juga tidak diharapkan karena banyak peraltan yang idle ini menunjukan adanya pemborosan dalam pengadaan peralatan. Analisa Kinerja Simulasi Skenario Perbaikan Simulasi perbaikan dilakukan hanya pada dermaga Petikemas karena dermaga ini yang mengalami kepadatan arus kapal. Berikut ini skenario-skenario perbaikannya: a. Skenario Perbaikan Pertama Skenario perbaikan pertama adalah dengan menambah jumlah container crane. Berikut ini model skenario-skenario perbaikan pertama: - Skenario 1 yaitu melakukan penambahan 1 unit container crane. Jadi jumlah total container crane sebanyak 6 unit. - Skenario 2 yaitu melakukan penambahan 2 unit container crane. Jadi jumlah total container crane sebanyak 7 unit. - Skenario 3 yaitu melakukan penambahan 3 unit container crane. Jadi jumlah total container crane sebanyak 8 unit. - b. Skenario Perbaikan Kedua Setelah skenario perbaikan pertama sudah tidak bisa dilakukan lagi untuk menurunkan Berth Occupancy Ratio (BOR) maka dilakukan skenario perbaikan kedua yaitu dengan penambahan jumlah dermaga. Berikut ini model skenarioskenario perbaikan kedua: - Skenario 4 yaitu menambah 1 dermaga dengan panjang dermaga 200 m dan menambah 1 unit container crane. Jadi total dermaga sebanyak 5 dermaga dengan panjang dermaga menjadi 932 m dan total container crane 9 unit. - Skenario 5 yaitu sama seperti skenario 4, namun dilakukan penambahan 2 unit container crane, tambahan satu dermaga di layani oleh 2 unit container crane. Jadi total dermaga sebanyak 5 dermaga dengan panjang dermaga menjadi 932 m dan total container crane 10 unit. - Skenario 6 yaitu menambah 2 dermaga dengan panjang dermaga masingmasing 200 m dan menambah 1 unit container crane, tambahan satu dermaga lagi dilayani satu unit container crane. Jadi total dermaga sebanyak 6 dermaga dengan panjang menjadi 1132 m dan total container crane 11 unit. - Skenario 7 yaitu sama seperti skenario 6 namun dilakukan penambahan 2 unit container crane, tambahan satu dermaga lagi dilayani dua unit container crane. Jadi total dermaga sebanyak 6 dermaga dengan panjang panjang dermaga menjadi 1132 m dan total container crane 12 unit. Dari hasil running simulasi model skenario perbaikan didapatkan analisis sebagai berikut: Kondisi Moderat Nilai Berth Occupancy Ratio (pada fasilitas existing) pada tahun 2026 sudah melebihi standar ideal, oleh karena itu perlu

8 dilakukan skenario perbaikan pertama yaitu skenario penambahan peralatan, skenario 1 yaitu dengan menambah 1 unit Container Cranes pada dermaga petikemas. Pada tahun 2029 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 1 kembali melebihi batas, maka dilakukan skenario 2 yaitu menambah 1 unit Container Cranes kembali. Pada tahun 2034 nilai BOR skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan skenario 3 dengan menambah 1 unit Container Cranes lagi. Jadi perbaikan kinerja pelabuhan sampai tahun 2034 berdasar nilai Berth Occupancy Ratio yang melebihi standar ideal yaitu dengan cara menambah jumlah unit Container Crane sebanyak 1 unit pada tahun 2026, tahun 2029, dan tahun Total penambahan Container Crane selama 20 tahun sebanyak 3 unit. Kinerja dermaga Petikemas Hasil Simulasi Skenario Perbaikan Kondisi Moderat dapat dijelaskan dengan Gambar berikut Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Moderat pengembangan dermaga, skenario 4 yaitu menambah satu dermaga dengan panjang 200 m dan 1 unit Container Crane. Namun pada tahun 2032 skenario 4 kembali melebihi standar Berth Occupancy Ratio, maka dilakukan skenario 5 yaitu sama seperti skenario 4 tetapi jumlah Container Crane ditambah 1 unit lagi. Jadi perbaikan kinerja pelabuhan sampai tahun 2034 berdasar nilai Berth Occupancy Ratio dengan cara menambah jumlah unit Container Crane sebanyak 5 unit dengan rincian 1 unit Container crane pada tahun 2021, tahun 2024, tahun 2028, tahun, 2031, dan tahun Penambahan 1 dermaga dengan panjang dermaga sepanjang 200 m pada tahun Berikut ini gambar grafik perubahan nilai BOR pada kondisi optimis 25%. Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Optimis 25% Kondisi Optimis 25% Nilai Berth Occupancy Ratio (pada fasilitas existing) sudah melebihi standar ideal pada tahun 2021, oleh karena itu perlu dilakukan skenario pertama, skenario 1 yaitu menambah 1 unit Container Crane. Pada tahun 2024 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 1 kembali melebihi batas, maka dilakukan skenario 2 yaitu menambah 1 unit Container Crane. Pada tahun 2028 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan skenario 3 dengan menambah 1 unit Container Crane lagi. Pada tahun 2031 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 3 kembali melebihi batas, karena keterbatasan tempat jika dilakukan penambahan Container Crane lagi maka pada tahun ini harus dilakukan skenario kedua yaitu Kondisi Optimis 50% Nilai Berth Occupancy Ratio (pada fasilitas existing) sudah melebihi standar ideal pada tahun 2016, oleh karena itu perlu dilakukan skenario pertama, skenario 1 yaitu menambah 1 unit Container Crane. Pada tahun 2020 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 1 kembali melebihi batas, maka dilakukan skenario 2 yaitu menambah 1 unit Container Crane. Pada tahun 2024 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan skenario 3 dengan menambah 1 unit Container Crane lagi. Pada tahun 2026 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 3 kembali melebihi batas, karena keterbatasan tempat jika dilakukan penambahan Container Crane lagi maka pada tahun ini harus dilakukan skenario kedua yaitu

9 pengembangan dermaga, skenario 4 yaitu menambah satu dermaga dengan panjang 200 m dan 1 unit Container Crane. Pada tahun 2028 skenario 4 kembali melebihi standar ideal nilai Berth Occupancy Ratio, maka dilakukan skenario 5 yaitu sama seperti skenario 4 tetapi jumlah Container Crane ditambah 2 unit. Pada tahun 2032 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 5 melebihi batas kembali, maka dilakukan skenario 6, namun skenario 6 masih belum mampu menurunkan Berth Occupancy Ratio di bawah 70%, maka dilakukan skenario 7 yaitu dengan melakukan penambahan 2 dermaga dengan panjang masing-masing 200 m dan menambah 2 unit Container Crane disetiap dermaga tambahan. Jadi perbaikan kinerja terminal sampai tahun 2034 berdasar nilai Berth Occupancy Ratio dengan cara menambah jumlah unit Container Crane sebanyak 7 unit dengan rincian penambahan 1 unit Contaner Crane pada tahun 2016, tahun 2020, tahun 2024, 2026, 2028 dan 2 unit Container Crane pada tahun Untuk penambahan 1 dermaga sepanjang 200 pada tahun 2026, dan tahun Pada Gambar berikut dapat dilihat perubahan nilai Berth Occupancy Ratio dari skenario perbaikan untuk kondisi optimis 50%. Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Optimis 50% KESIMPULAN Dari hasil analisis di dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja pelayanan operasional Terminal Multipurpose Teluk Lamong pada kondisi fasilitas existing. Berdasarkan standar ideal yang ditetapkan pemerintah melalui Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan (SKPOP), untuk nilai Berth Occupancy Ratio sebesar 70%, nilai Yard Occupancy Ratio sebesar 80%, serta utilitasnya maka: - Untuk kondisi moderat: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 71% pada tahun 2026 yang berarti sudah melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering, nilai Yard Occupancy Ratio container yard, dan Yard Occupancy Ratio stockpile sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, headtruck, shipunloader, dan conveyor sampai tahun 2034 tidak mengalami over capacity. Sedangkan untuk container crane mengalami over capacity pada tahun Untuk kondisi optimis 25%: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 73% pada tahun 2021 yang berarti melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering, nilai Yard Occupancy Ratio container yard, dan Yard Occupancy Ratio stockpiles sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, shipunloader, dan conveyor tidak mengalami over capacity sampai pada tahun Container crane mengalami over capacity pada tahun Sedangkan untuk headtruck mengalami over capacity pada tahun Untuk kondisi optimis 50%: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 71% pada tahun 2016 yang berarti sudah melebihi standar ideal. Nilai Yard Occupancy Ratio container yard mencapai 81% pada tahun 2031 yang berarti melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering dan Yard Occupancy Ratio stockpile sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, shipunloader, dan conveyor tidak mengalami over capacity sampai pada tahun Container crane

10 mengalami over capacity pada tahun Sedangkan untuk headtruck mengalami over capacity pada tahun Pengembangan fasilitas Terminal sampai tahun 2034 melalui berbagai skenario: - Untuk kondisi moderat: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2026, tahun 2029, dan tahun Sedangkan untuk fasilitas lainya belum perlu dilakukan penambahan. Jadi sampai tahun 2034 dilakukan penambahan 3 unit container crane. - Untuk kondisi optimis 25%: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2021, tahun 2024, tahun 2028, tahun 2031, dan pada tahun Selain itu juga dilakukan penambahan 1 dermaga sepanjang 200 m pada tahun Sedangkan untuk penambahan headtruck dilakukan penambahan sebanyak 5 unit pada tahun Untuk kondisi optimis 50%: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2016, tahun 2020, tahun 2024, tahun 2026, tahun 2028, dan 2 unit Container Crane pada tahun Penambahan 1 dermaga sepanjang 200 m dilakukan pada tahun 2008 dan tahun Untuk menjaga nilai Yard occupancy Ratio container yard maka luas container yard perlu diperluas pada tahun Sedangkan headtruck perlu dilakukan penambahan sebanyak 5 unit pada tahun 2028 dan tahun SARAN Saran yang dapat diajukan dibawah ini merupakan rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya: 1. Penelitian ini merupakan penelitian terhadap Terminal Multipurpose Teluk Lamong sebelum beroperasi. Penelitian ini menggunakan metode Discreate Event Simulation pada software ARENA 5.0 yang berguna untuk memprediksi kinerja fasilitas dan peralatan yang akan digunakan pada awal operasi di Terminal tersebut serta memprediksi pengembangan fasilitas dan peralatan pada tahun-tahun kedepanya. Sehingga keluaran dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak PELINDO III dalam pengembangan fasilitas dan peralatan Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang efektif. 2. Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan yang menyebabkan ketidaksempurnaan. Kekurangan tersebut antara lain: - Data arus barang dan arus kapal pada penelitian ini menggunakan data asumsi sesuai kondisi saat ini dikarenakan Terminal ini belum beroperasi. Arus barang diasumsikan berdasarkan luas maksimum lapangan penumpukan, sedangkan arus kapal diasumsikan berdasarkan kapasitas dan dimensi kapal yang dapat melalui Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). - Penelitian ini menggunakan metode discreate event simulation yang di dalamnya terdapat ekspresi distribusi untuk waktu kedatangan dan pelayanan. Karena terminal ini belum beroperasi, maka data waktu dan distribusinya untuk kedatangan dan pelayanan dalam penelitian ini menggunakan data asumsi. - Peramalan arus barang di Terminal Multipurpose Teluk Lamong pada penelitian ini menggunakan pendekatan data arus barang di wilayah Tanjung Perak, dan untuk variabel prediktornya hanya menggunakan satu variabel yaitu nilai Product Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur. Sedangkan untuk metode yang digunakan adalah Metode Rgresi Linier sederhana. Sehingga hasil yang didapatkan tidak signifikan. 3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis memberikan rekomendasi agar dicapai

11 penelitian yang lebih sempurna sebagai berikut: - Data arus barang dan arus kapal yang digunakan pada penelitian selanjutnya harap disesuaikan dengan arus barang dan arus kapal yang masuk ke Terminal Multipurpose Teluk Lamong apabila terminal ini sudah beroperasi. - Data waktu kedatangan kapal dan waktu setiap proses pelayanan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data sesuai dengan survey dilapangan apabila terminal ini sudah beroperasi. Untuk distribusi waktunya berdasarkan uji distribusi yang paling mendekati kebenaran. - Peramalan arus barang untuk penelitian selanjutnya menggunakan data arus barang yang masuk ke Terminal Multipurpose Teluk Lamong, sedangkan untuk variabel prediktornya menggunakan variabel-variabel yang mempengaruhi terhadap kenaikan arus barang seperti nilai PDRB, jumlah penduduk, potensi industri, potensi hasil pertanian, serta pengaruh dari pelabuhan yang ada disekitarnya. Metode peramalan yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan metode yang memiliki tingkat ke-error-an paling kecil, misalnya metode regresi nonlinier. 4. Selain penelitian mengenai kinerja terminal melalui metode simulasi, masih banyak penelitian-penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan pada Terminal Multipurpose Teluk Lamong seperti: - Hubungan kinerja Terminal Multipurpose Teluk Lamong dengan masalah kemacetan lalulintas daerah sekitarnya. - Optimasi proses bongkar muat dengan menggunakan pendekatan biaya minimum. - Analisis mengenai tata letak petikemas dengan metode parrarel layout maupun perpendicular layout. Arianto Dedy, Penelitian Optimalisasi dan Pengembangan 25 Pelabuhan Strategis, Program Intensif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Jakarta, Aviva Darma, Analisa Optimasi Dermaga Di Pelabuhan Samarinda Dengan Pendekatan Model Antrian Untuk Mengantisipasi Kenaikan Permintaan, Jurnal, Jurusan Maritim Politeknik Negeri Samarinda, Dwitagama Dedi, Simulasi Model Pelayanan Bongkar Muat Di Terminal Petikemas Internasional I Tanjung Priok Jakarta, Tesis, Jurusan Statistika, ITS Surabaya, Haryanto, Analisis Sistem Pelayanan Bongkar Muat Petikemas Dengan Menggunakan Model Antrian, Tesis, Program Magister Teknik Sipil, UNDIP Semarang, Hidayat A. Edy, Referensi Kepelabuhanan Edisi II Seri 05 Peralatan Pelabuhan, Jakarta, Hidayat A. Edy, Referensi Kepelabuhanan Edisi II Seri 06 Pengoperasian Pelabuhan, Jakarta, Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Jakarta, Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri, Modul I Responsi Simulasi Sistem Industri 2009, Jurusan Teknik Industri, ITS Surabaya, Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri, Modul Training With ARENA 2013, Jurusan Teknik Industri, ITS Surabaya, Pengembangan 25 Pelabuhan Strategis, Program Intensif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Jakarta, PT. Pelindo III, Data dan Informasi Pembangunan, Surabaya, Jurusan Statistika, Modul Ajar Teknik Simulasi, ITS Surabaya. Siswadi, Kajian Kinerja Peralatan Bongkar Muat Petikemas Di Terminal Petikemas Semarang, Tesis, Program Magister Teknik Sipil, UNDIP Semarang, DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-11 Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR EVALUASI LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PERAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR EVALUASI LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PERAK PRESENTASI TUGAS AKHIR EVALUASI LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PERAK Oleh: Tettuko W. Adhiyakso (4106100 020) A. LATAR BELAKANG I. Pendahuluan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebagai pelabuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

Ringkasan : ANALISIS KINERJA TERMINAL PETIKEMAS DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA (Studi Kasus Di PT.Terminal Petikemas Surabaya) Oleh : SUPRIYONO

Ringkasan : ANALISIS KINERJA TERMINAL PETIKEMAS DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA (Studi Kasus Di PT.Terminal Petikemas Surabaya) Oleh : SUPRIYONO Ringkasan : ANALISIS KINERJA TERMINAL PETIKEMAS DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA (Studi Kasus Di PT.Terminal Petikemas Surabaya) Oleh : SUPRIYONO Kinerja Terminal Petikemas Surabaya Hasil pengolahan

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KENERJA DERMAGA PELABUHAN RAKYAT PAOTERE SULAWESI SELATAN

ANALISA KENERJA DERMAGA PELABUHAN RAKYAT PAOTERE SULAWESI SELATAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA KENERJA DERMAGA PELABUHAN RAKYAT PAOTERE SULAWESI SELATAN Lukman Bochary dan Misliah Idrus Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh ANDY FERDIAN NIM : 15098105 PEMBIMBING Dr.Ir.Ade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Antara Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan dengan Daya Lalu (Throughput), Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya

Analisis Hubungan Antara Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan dengan Daya Lalu (Throughput), Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya 1 Analisis Hubungan Antara Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan dengan Daya Lalu (Throughput), Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Nina Oktaviani,Tri Achmadi, Irwan Tri Yunianto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Henriette Dorothy Titaley 1

Henriette Dorothy Titaley 1 Penggunaan Regresi untuk Memprediksi Arus Lalu Lintas Laut yang Berdampak pada Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan (Studi Kasus : Pelabuhan Yos Sudarso Ambon) Henriette Dorothy Titaley 1 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK Aris Purnomo 1) Slamet Widodo 2)., Komala Erwan 2) Abstrak sebagai gerbang perekonomian di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai dermaga dan terminal

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PELABUHAN Di TELUK BINTUNI (PAPUA BARAT)

STUDI PENGEMBANGAN PELABUHAN Di TELUK BINTUNI (PAPUA BARAT) STUDI PENGEMBANGAN PELABUHAN Di TELUK BINTUNI (PAPUA BARAT) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : DANIEL YOWEI No. Mahasiswa

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, surat Gubernur OKI Jakarta Nomor 3555/1.711.531 tanggal 29 Oesember 2006

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil pengamatan yang dilakukan penulis tentang prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment)

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada Untuk Memenuhi Persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan evaluasi masterplan pelabuhan maumere, maka dapat diambil kesimpulan berikut ini. 1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN BONGKAR MUAT DI KADE TERMINAL OPERASI II PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG TANJUNG PRIOK

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN BONGKAR MUAT DI KADE TERMINAL OPERASI II PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG TANJUNG PRIOK OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN BONGKAR MUAT DI KADE 13-15 TERMINAL OPERASI II PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG TANJUNG PRIOK Getsha Nagista Program Sarjana Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA.

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. PRESENTASI UJIAN TUGAS AKHIR Kamis, 10 Juli 2014 Nina Oktaviani 4110100005

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN 2337-3539 (2301-9271 Printed) E-16 Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU Octareza Siahaan dan Prof. Hang Tuah Salim Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan Pendapatan yang diterima Pelabuhan Sunda Kelapa sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 RAHASIA SDT16 - PELABUHAN Triwulan - 2016 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 Tujuan Survei : Memperoleh informasi tentang perkembangan waktu lamanya petikemas / barang berada

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Jln. Raya Merak Km. 3, Merak Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada

BAB III METODE PENELITIAN. di Jln. Raya Merak Km. 3, Merak Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah salah satu terminal di Merak-Banten yakni PT. X. Penelitian ini akan dilakukan di Departemen Operasional yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG Jembris Sagisolo Theo K. Sendow, J. Longdong, Mecky R. E.Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado email: jembris_sagisolo@yahoo.com

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA 1 OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Richson Lamron P Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG Cherryl Clinda Rumambi T. K. Sendouw, Mecky R. E. Manoppo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Pelabuhan Laut Bitung

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pelabuhan L. Say Maumere, merupakan simpul utama perekonomian dan

BAB V PENUTUP. Pelabuhan L. Say Maumere, merupakan simpul utama perekonomian dan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pelabuhan L. Say Maumere, merupakan simpul utama perekonomian dan sebagai jalur masuk keluarnya barang lintas Flores dalam fungsinya sebagai Pelabuhan Konvensional dan Petikemas.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

BAB 3 DESAIN PENELITIAN BAB 3 DESAIN PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Data Data yang dibutuhkan sebagai bahan yang akan dipakai oleh penulis adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah : 1) Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI 3.1 Sistem Antrian Incoming Call THE TEMPO GROUP Gambar 3.1 Telepon Operator Secara umum Sistem Antrian Incoming Call di THE TEMPO GROUP dapat digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia

Lebih terperinci

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) Amar Rachman 1, Dwi Laras Pristiwati 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan diberlakukannya UU No. 17/2008 tentang Pelayaran yang mengatur tentang penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan mengakibatkan tumbuh pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Balai Karimun. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pelabuhan merupakan tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Rahayu Widhiastuti 1), Eka Priyadi 2), Akhmadali 2) Abstrak Penelitian ini meneliti kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan

Lebih terperinci

STUDI PELAYANAN PELABUHAN BATU AMPAR BATAM Errina Cintia, Pengkuh Budi Purwanto, Slamet Hargono *), Salamun *)

STUDI PELAYANAN PELABUHAN BATU AMPAR BATAM Errina Cintia, Pengkuh Budi Purwanto, Slamet Hargono *), Salamun *) , Halaman 50-63 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts STUDI PELAYANAN PELABUHAN BATU AMPAR BATAM Errina Cintia, Pengkuh Budi Purwanto, Slamet Hargono *), Salamun *) Departemen Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) *Muhammad Imam Wahyudi,**Setyo Nugroho. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan *Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA Hasan Iqbal Nur 1) dan Tri Achmadi 2) 1) Program Studi Teknik Transportasi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Judul Tugas Akhir Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Ni Luh Putu Pratidinatri, S.T.,

Lebih terperinci

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA Mareta Uci Kartika Indrawati 1, Hera Widyastuti 2 dan Wahju Herijanto 3 1 Mahasiswa Program Magister, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM Tebiary LEPINUS 1 *, Setijo PRAJUDO 2 dan Edwin MATATULLA 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI BERBASIS DATABASE PADA PENJADWALAN PENAMBATAN KAPAL UNTUK MENDUKUNG TERCAPAINYA ZERO WAITING TIME

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI BERBASIS DATABASE PADA PENJADWALAN PENAMBATAN KAPAL UNTUK MENDUKUNG TERCAPAINYA ZERO WAITING TIME PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI BERBASIS DATABASE PADA PENJADWALAN PENAMBATAN KAPAL UNTUK MENDUKUNG TERCAPAINYA ZERO WAITING TIME DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Disusun Oleh : Tita Sarilia Ramadhani NRP.

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya) Studi Penentuan Draft dan Lebar Ideal Kapal Terhadap Alur Pelayaran STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN Putu Angga Bujana, Yuwono Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz

Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi Zakariya Amirudin Al Aziz 2509 100 130 Peningkatan volume bongkar muat Overview Kondisi sungai & jalur sempit

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat negara Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, Dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM Refina Anandya Syahputri 1 dan Prof. Ir. Hangtuah Salim, MocE, Ph.D. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci