ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor) SKRIPSI JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM) Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan. Peranan penting peternakan menyebabkan peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi. Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki permintaan ayam broiler tinggi karena jumlah penduduknya yang mencapai 5 juta jiwa dan harga daging ayam di tingkat konsumen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan domba, sehingga ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki masalah-masalah yaitu: (1) Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input dan; (3) Penurunan harga produk. Permasalahan-permasalahan tersebut sering membuat peternakan ayam broiler terutama peternakan ayam broiler rakyat mengalami kerugian bahkan kebangkrutan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama, namun dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Usaha peternakan Agus Suhendar adalah peternakan ayam broiler rakyat di Bogor yang memiliki kapasitas ekor ayam per periodenya. Peternakan Agus Suhendar bergabung dengan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm untuk mengatasi permasalahan persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga produk. Pada sistem kemitraannya, peternakan Agus Suhendar mendapat sistem harga kontrak tetap penjualan ayam. Harga tersebut menghindarkan peternakan Agus Suhendar dari penurunan penerimaan akibat jatuhnya harga di pasar tetapi juga menyebabkan penerimaan tetap. Sementara itu, biaya DOC dan pakan terus meningkat setiap periodenya. Penerimaan tetap tetapi harus menutpi biaya yang terus meningkat setiap periodenya menyebabkan pendapatan peternakan Agus Suhendar menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan pada peternakan Agus Suhendar untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan atau harus dilakukan evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. (2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual.

3 Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret Metode pengumpulan data menggunakan metode study case. Respondennya adalah manajer CV. TMF, pemilik peternakan Agus Suhendar dan karyawan peternakan. Penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Kriteria aspek non finansial berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, dan aspek ekonomi dan sosial. Kriteria aspek finansial yang digunakan adalah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback period, dan analisis sensitivitas deskriptif menggunakan switching value. Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar layak dijalankan. Aspek pasar layak karena peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi masalah distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Aspek teknis dan produksi layak karena peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis. Aspek manajemen dan organisasi layak karena memiliki pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha berjalan dengan baik. Aspek hukum layak karena memiliki ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan sosial layak karena tidak merugikan lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp ,00, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 1,99, IRR lebih besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu sebesar 41,46 persen, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen.

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi kasus plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor) JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). : Juliarti Setyo Murti Karmidi : H Disetujui, Pembimbing Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kursnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2012 Juliarti Setyo Murti Karmidi H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambarawa 04 Juli Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Karmidi dan Ibunda Sunaryati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sasana Wiyata II Bogor pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha secara non finansial dan finansial peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma, studi kasus plasma Agus Suhendar. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, April 2012 Juliarti Setyo Murti Karmidi

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Burhanuddin, MM., yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 3. Orangtua dan adik tercinta Letda Infanteri Deddy Setya Wijaya untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 4. Pihak CV. Tunas Mekar Farm dan Agus Suhendar Farm, terutama Pak Agus atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 5. Fazriah dan Bima, Ima, Ipop, Indra, Choy, Citay, Derry, Intan, Fitria, Ayu dan Saud atas semangat, motivasi dan bantuan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi. 6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan tiga atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, April 2012 Juliarti Setyo Murti Karmidi

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha Peternakan Ayam Broiler Kemitraan Karakteristik Ayam Broiler Faktor-faktor Produksi Bibit Ayam (Day Old Chick) Pakan Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin Tenaga Kerja Bahan Penunjang (sekam, listrik dan bahan Bakar) Hasil Penelitian Terdahulu Kemitraan Analisis Kelayakan Usaha III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Analisis Biaya dan Manfaat Laba Rugi Aspek-aspek Analisis Kelayakan Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif Asumsi-asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN CV. Tunas Mekar Farm iv v i

11 Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm Peternakan Agus Suhendar Sejarah Peternakan Agus Suhendar Lokasi Peternakan Agus Suhendar Sumber Daya Manusia Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar Prosedur Penerimaan Plasma Isi Kontrak Perjanjian VI ANALISIS NON FINANSIAL Aspek Pasar dan Pemasaran Permintaan dan Penawaran Harga Produk Aspek Teknis dan Produksi Lahan dan Kandang Bibit (DOC) Pakan Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin Bahan Penunjang Lainnya (Sekam, Listrik dan Gas) Tenaga Kerja Proses Produksi Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek Hukum Aspek Ekonomi dan Sosial VII ANALISIS FINANSIAL Inflow (Arus Manfaat) Penerimaan Penjualan Ayam Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan Insentif Nilai Sisa Outflow (Arus Biaya) Biaya Investasi Biaya Operasional Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Finansial Analisis Sensitivitas (Switching Value) VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober Produksi Pangan Nasional Tahun Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditikomoditinya Tahun Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm Keperluan Temperatur DOC Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan Insentif Mortalitas Penerimaan Insentif FCR Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar iii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm DOC (Day Old Chick) Pemberian Pakan pada Fase Starter Pemberian Pakan pada Fase Finisher Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum Struktur Organisasi Peternakan Agus Suhendar iv

14 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Tabel FCR Peternakan Peternakan Agus Suhendar Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar Cashflow Peternakan Agus Suhendar Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 Persen Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1 Persen Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2 persen Kuesioner Penelitian v

15 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 No. Lapangan Pekerjaan 2011 Persentase (%) 1. Peternakan dan pertanian Pertambangan ,5 3. Industri pengolahan Listrik, gas dan air ,7 5. Bangunan Perdagangan dan perhotelan Transportasi dan komunikasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan dan sosial Total Sumber: BPS Indonesia (2011) Tabel 1 menunjukkan tenaga kerja yang bekerja di bidang peternakan dan pertanian pada tahun 2011 berjumlah jiwa atau 36 persen dari total tenaga kerja yang bekerja di bidang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternakan merupakan salah satu bidang penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia. Peternakan juga memiliki peranan dalam penyumbang devisa bagi negara Indonesia. Data ekspor pertanian dapat dilihat pada Tabel 2. 1

16 Tabel 2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011 No. Sektor Volume (Kg) Oktober 2011 Nilai (US$) 1. Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Pertanian Sumber: BPS Indonesia (2011) Indonesia melakukan ekspor peternakan pada Oktober 2011 sebesar kg yang bernilai US$ ,00. Nilai tersebut menunjukkan peternakan merupakan salah satu sektor sumber devisa negara yang menghasilkan pemasukan cukup besar bagi Indonesia. Peternakan juga berperan sebagai penghasil produk pangan sumber protein hewani yang berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dari pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia. Jumlah produksi peternakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009 No. Jenis Komoditi Produksi (ton) Persentase (%) 1. Perikanan ,7 2. Sayur-sayuran Buah-buahan Peternakan (daging, telur, susu) Total Sumber: Deptan dan BPS (2009) ,3 Berdasarkan data produksi pangan pada tahun 2009, peternakan menghasilkan produk sebanyak 13,3 persen dari total keseluruhan produksi pangan dan merupakan penghasil protein hewani tertinggi jika dibandingkan dengan produk perikanan. Hal tersebut menunjukkan peternakan adalah salah satu sektor yang berperan penting dalam penyediaan pangan. 2

17 Peranan penting peternakan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan peternakan menjadi salah satu sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Hal tersebut terlihat dari jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 4). Tabel 4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya Tahun No. Komoditi 2008 (ekor) 2009 (ekor) 2010 (ekor) 1. Ayam buras Ayam broiler Ayam petelur Babi Domba Itik Kambing Kerbau Kuda Sapi perah Sapi potong Jumlah Sumber: Departemen Pertanian (2011) Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah populasi ternak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terus meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kegiatan dalam bisnis peternakan. Salah satu komoditi peternakan yang terus meningkat dan memiliki populasi terbanyak berdasarkan data di atas adalah ayam broiler. Hal tersebut dikarenakan permintaan masyarakat akan ayam broiler cukup tinggi di setiap daerahnya. Kota Bogor sebagai daerah yang berpenduduk terbanyak di Jawa Barat menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat yang mencapai kurang lebih 5 juta merupakan salah satu daerah yang memiliki permintaan rata-rata akan ayam 3

18 broiler yang tinggi. Permintaan rata-rata daging kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009 No. Daging Jumlah Permintaan (kg/bulan) 1. Sapi Kerbau Kambing Domba Ayam broiler Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor 2009 Dinas Perikanan dan Peternakan kota Bogor pada tahun 2009 mencatat permintaan rata-rata daging ayam broiler adalah kg/bulan. Harga daging ayam broiler di Bogor juga lebih rendah dari harga daging lainnya (Tabel 6). Tabel 6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor Daging Harga Konsumen (Rp/Kg) Sapi , , ,00 Kerbau , , ,00 Kambing , , ,00 Domba , , ,00 Ayam Broiler , , ,00 Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor Tahun Berdasarkan data diatas ayam broiler memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan daging lainnya. Harga yang lebih rendah, permintaan rata-rata yang tinggi dan jumlah penduduk yang tinggi, menyebabkan usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi bagi berkembangnya usaha ayam broiler. 4

19 Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki permasalahan. Permasalahan dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu : (1) Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input; (3) Penurunan harga produk. Permasalahan-permasalahan di atas sering membuat usaha peternakan terutama peternakan rakyat yaitu peternakan dengan modal kecil yang memiliki populasi ternak sampai dengan ekor mengalami kebangkrutan. Melihat kondisi ini pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan, salah satunya adalah kebijakan mengenai kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama (Suharno, 1999). Kerjasama dalam perusahaan kemitraan dibagi menjadi tiga jenis menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 472/Kpts/TN/330/6/1996 yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma, perusahaan pengelola dan perusahaan penghela. Peternak dapat memilih salah satu jenis pola kemitraan yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk menghindari kerugian dan kebangkutan. Namun apakah peternak yang bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dapat tetap mendapatkan laba yang diinginkan, mengingat dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap, sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak atau melakukan kemitraan mandiri. 5

20 1.2. Perumusan Masalah Peternakan Agus Suhendar adalah usaha peternakan rakyat yang didirikan pada tahun 2004 awal oleh Agus Suhendar di Bogor. Pada awal mulanya peternakan Agus Suhendar berdiri sendiri dengan kapasitas produksi peternakan ekor ayam. Setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan berdirinya usaha peternakan, peternakan Agus Suhendar mengalami permasalahan persaingan pemasaran. Sebagai usaha peternakan rakyat yang baru merintis, peternakan Agus Suhendar belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap. Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan. Akibatnya, pemilik mengalami kerugian penurunan kualitas, karena ayam broilernya tidak dapat segera dipasarkan. Pemilik akhirnya menjual ayam broiler dengan harga yang murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada pengumpul. Masalah juga timbul dari harga input utama yaitu DOC dan pakan yang terus meningkat, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009 DOC (Rp/ekor) Input Periode Ratarata kenaikan Ratarata Harga (Rp) 3.100, , , , , % 3.303,00 Pakan 4.400, , , , ,00 2 % 4.565,00 (Rp/kg) Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2009) Setelah beberapa periode berjalan dan menghadapi permasalahan di atas, peternakan Agus Suhendar memutuskan untuk bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm. CV. TMF adalah perusahaan peternakan pola kemitraan inti plasma yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani dan bimbingan peternakan sambil menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. CV. Tunas Mekar 6

21 Farm juga menetapkan sistem harga kontrak tetap, sehingga peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar. Pada tahun 2009, peternakan Agus Suhendar mulai merasakan penurunan pendapatan. Penetapan sistem harga kontrak tetap pada Rp , ,00/kg yang mencegah usaha peternakan Agus Suhendar mengalami kerugian akibat penurunan harga pasar, seringkali menjadi halangan bagi pemilik untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal saat harga pasar ayam broiler meningkat (Tabel 6). Harga input DOC dan pakan yang terus mengalami peningkatan dan harga kontrak tetap menyebabkan penurunan pendapatan peternakan Agus Suhendar, kenyataan yang cukup membuat pemilik mulai mengkhawatirkan bagaimana kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dengan sistem kemitraan inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm (Tabel 8). Tabel 8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009 No. Keterangan Biaya variabel 1 (000) 2 (000) 3 (000) Periode 4 (000) 5 (000) Jumlah (000) Ratarata (000) Persen (%) 1 DOC ,3 2 Pakan Obat-obatan , , , ,6 4 Sekam Gas ,8 Biaya tetap 1 2 Gaji kepala karyawan Gaji karyawan , ,5 3 Listrik ,3 4 Sewa lahan ,1 Total pendapatan Sumber: CV. TMF 2009 Untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas usaha peternakan Agus Suhendar terhadap kenaikan harga DOC dan pakan perlu dilakukan analisis 7

22 sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga DOC dan pakan karena variabel tersebut merupakan biaya terbesar dari keseluruhan biaya operasional yaitu biaya DOC sebesar 18,3 persen dan pakan pakan sebesar 74 persen (Tabel 8) serta penurunan harga jual ayam. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma dilihat dari aspek-aspek dalam studi kelayakan yaitu aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta ekonomi dan sosial serta aspek finansial? 2) Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. 2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual Kegunaan Penelitian Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak : 1) Perusahaan : sebagai bahan masukan bagi peternakan untuk mengadakan evaluasi dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan kerjasama pola kemitraan atau mandiri. 2) Perusahaan inti : agar tercipta kerjasama yang lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. 3) Investor : sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal dan investasi ke usaha peternakan ayam broiler. 8

23 4) Penulis : sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dalam usaha peternakan ayam broiler. 5) Peneliti selanjutnya : sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji analisis kelayakan non finansial dan finansial peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2009 dan perkiraan 5 tahun ke depan untuk mengetahui apakah kerjasama pola inti plasma yang dilakukan dengan perusahaan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm yang memberlakukan harga kontrak tetap penjualan ayam layak untuk dilanjutkan mengingat harga input utama DOC dan pakan yang terus meningkat. 9

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan bibit/ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Dalam rangka membantu mewujudkan tujuan komersil dari usaha peternakan, pemerintah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Broiler dalam bentuk SK Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, yang isinya antara lain tentang pengelompokan usaha peternakan menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi ekor ayam pedaging per siklus. Pengusaha kecil peternakan adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya tidak melebihi dari per siklus. Pengusaha peternakan adalah perusahaan budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari ekor per siklus Kemitraan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat permasalahanpermasalahan yang seringkali muncul dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler seperti persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input, penurunan harga produk yang menyebabkan usaha peternakan mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, pemerintah banyak mengeluarkan program dan kebijakankebijakan yang isinya mengenai peraturan-peraturan untuk melindungi para peternak terutama peternak usaha kecil. Salah satu program yang telah dikeluarkan pemerintah adalah program pengembangan kemitraan pada usaha perunggasan dan sapi potong. Selain untuk mengatasi permasalahan, program pengembangan kemitraan juga dirancang untuk membantu peternak dalam 10

25 meningkatkan produksi ternak atau daging dan meningkatkan pendapatan peternak. Program tersebut tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yaitu : Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 1 Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Ktps/TN.330/6/1996 membagi tiga jenis perusahaan kemitraan yaitu: 1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani yang dibimbing sambil menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. 2) Perusahaan pengelola, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengelolaan dan pemasaran hasil usahatani yang dibimbingnya tetapi tidak menyelenggarakan usahatani sendiri. 3) Perusahaan penghela yaitu perusahaan yang hanya melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pemasaran hasil. Fadilah (2007) mengartikan kemitraan sebagai usaha beternak ayam dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, maupun perusahaan pembibitan. Beberapa pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai berikut : 1) Pola simpan pinjam yaitu peternak meminjam sejumlah modal untuk usaha budidaya ayam kepada pihak pemodal seperi bank. Pada akhir periode jangka waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan persentase bunga atau persentase keuntungan yang besarnya telah disepakati lebih dahulu Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun

26 2) Pola kemitraan dengan perusahaan pakan yaitu pola kemitraan dimana peternak hanya bermitra sebatas suplai pakan untuk usaha ayam tersebut. Selebihnya peternak yang menyediakan. Peternak memiliki wewenang sepenuhnya untuk mengelola usahanya, tetapi biasanya peternak memberikan jaminan kepada perusahaan pakan senilai pakan yang digunakan. 3) Pola kemitraan bagi hasil yaitu pola kemitraan yang terjadi antara peternak dan pihak lain, seperti pemodal atau perusahaan peternakan dengan sistem sharing. Contohnya peternak hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya operasional dan sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau perusahaan peternakan. 4) Pola kemitraan inti plasma yaitu pola kemitraan dimana peternak bermitra dengan perusahaan peternakan selaku inti. Banyak pola kerjasama yang ditawarkan, seperti bagi hasil atau sistem harga kontrak. Namun, prinsipnya semua sama, yaitu perusahaan peternakan berperan sebagai inti untuk membina peternak yang menjadi plasmanya agar lebih maju dan bisa mandiri. Suharno (1999) menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama. Saragih (1998) mengemukakan syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat keharusan yang menginvestsasikan dalam wujud kebiasaan yang kuat antara mereka yang bermitra dan bersyarat kecukupan berupa adanya peluang saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan Karakteristik Ayam Broiler Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan. Menurut Rasyaf (2004), ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual, dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam broiler yang terlalu berat 12

27 sulit dijual. Ciri khas ayam broiler adalah: (a) Rasanya khas dan enak; (b) dagingnya empuk dan banyak; dan (c) Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur dalam perebusan terlalu lama. Selain itu, Fadillah (2004) menyatakan bahwa keunggulan ayam ras pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan yang cepat. Pertumbuhan berat badan yang cepat tersebut didukung oleh: (a) Temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26 C); (b) Kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (c) Teknik pemeliharaan yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan (d) Kawasan peternakan terbebas dari penyakit Faktor-faktor Produksi Fadilah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar) Bibit Ayam (Day Old Chick) Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam ras yang banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White cornish yang berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari Amerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebut menghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi terutama dalam hal kemampuannya mengubah ransum menjadi daging dengan sangat cepat dan hemat. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan, 13

28 ukuran atau bobot ayam yaitu bobot normal DOC sekitar gram, mata cerah dan bercahaya, aktif dan tampak segar, DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat serta tidak ada lekatan tinja di duburnya. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik. Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging yang berkualitas, yaitu : (a) Anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) Berasal dari induk yang matang umur; (c) Anak ayam yang terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d) Anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) Bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) Keadaan tubuh ayam normal; dan (h) Berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g/ekor. (Rasyaf, 2004) Pakan Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu; (b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan (c) pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Adapun cara penggunaan obatobatan yaitu melalui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004). Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih spesifik meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada 14

29 peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya new castle disease (ND) atau tetelo atau gumboro (Fadilah, 2004) Tenaga Kerja Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja, antara lain : tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni, sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Menurut Fadillah (2004), untuk peternakan dengan skala ekor diperlukan tenaga kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam, membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam dan sebagainya Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar) Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu minyak. Selanjutnya, Fadillah (2004), mengatakan bahwa intensitas cahaya pada malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan satu lampu bohlam 150 watt untuk luas lantai 93 m². Selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg sebanyak 5-7 tabung, minyak tanah liter dan batubara kg. Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem liter), sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat 15

30 beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal Hasil Penelitian Terdahulu Berikut adalah hasil penelitian terdahulu mengenai kemitraan untuk mengetahui bagaimana pola kemitraan pada usaha-usaha lain dan analisis kelayakan usaha, selanjutnya dibandingkan untuk melihat apa saja metode analisis yang digunakan oleh peneliti-peneliti dalam usaha yang berbeda dan bagaimana hasil penelitian terhadap kelayakan usaha yang telah diteliti dilihat dari aspekaspek studi kelayakan untuk menjadi referensi dalam penelitian. Selain itu juga menekankan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya Kemitraan Yustiarni (2011) dalam Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Padi bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang), menggunakan metode IPA dan analisis pendapatan usahatani. Kerjasama kemitraan yang dilakukan pola inti plasma, PT Sang Hyang Seri (SHS) menyediakan lahan sewa untuk digarap oleh petani dengan luas 2 hektar, memberikan modal biaya panen, pinjaman sarana produksi dan benih sedangkan petani berhak mengelola lahan yang disediakan dan berkewajiban menyerahkan hasil panennya kepada PT. SHS, manfaat yang diperoleh bagi inti PT.SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Manfaat yang diperoleh petani mitra mendapatkan bantuan modal dalam panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya. Mekanisme pelaksananaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerkasama yang dapat diperbaharui setiap musim. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat permohonan usulan penggarapan, PT. SHS melakukan evaluasi apakah petani layak, jika layak PT. SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus ditandatangani kepala desa. Kemudian dilakukan penandatangan kerjasama antara PT. SHS dan petani mitra. 16

31 Peraturan terdiri dari peraturan tertulis dan tidak tertulis. Peraturan tertulis tercantum pada Surat Perjanjian kerjasama, yaitu: 1) Pembinaan dan pengawalan teknis yaitu PT. SHS diwajibkan untuk melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi tiap hari. 2) Pembayaran benih pokok dimana petani diwajibkan membeli benih pokok 25 kg per hektar per musim dari PT. SHS. 3) Pembayaran bagi hasil dimana petani mitra diwajibkan untuk membayar bagi hasil sebesar kg per hektar per musim sebagai biaya sewa atas lahan yang digunakan. 4) Pembayaran biaya operasional yang terdiri dari roguing, sanitasi, materai dan PHT, jumlahnya sebesar Rp ,00 per hektar per musim dibayarkan setelah panen. 5) Penjualan hasil panen yaitu petani diharuskan menjual hasil tani pada PT. SHS sesuai kebutuhan PT. SHS. 6) Pengelolaan areal lahan oleh petani mitra tidak boleh dipindah tangankan tanpa prosedur dan harus sepengetahuan PT. SHS. 7) Sanksi terhadap pelanggaran aturan bagi petani adalah diberhentikan kerjasama. Peraturan tidak tertulis yaitu kesepakatan antara PT. SHS dan petani mitra yang tidak tercantum di Surat Perjanjian Kerjasama terdiri dari : 1) Penerapan jadwal tebar, tanam dan panen semuanya ditetapkan oleh PT. SHS. 2) PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obatobatan dalam bentuk pinjaman. 3) Kerjasama pembasmian tikus yang dilakukan 2 kali seminggu. 4) Pembagian resiko budidaya, resiko yang diakibatkan bencana alam, iklim, cuaca dan serangan hama ditanggung bersama. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan terdapat enam poin yang masih menimbulkan masalah yaitu: 1) Penjualan hasil panen; 2) Penyediaan sarana produksi; 3) Kegiatan pembasmian tikus; 4) Respon terhadap keluhan; 5) Pengangkutan hasil panen; 6) Pembayaran hasil panen. Terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama yaitu harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, 17

32 penyediaan sarana transportasi panen, harga beli hasil panen dan dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Secara umum diketahui bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan usahatani sudah layak untuk dijalankan karena nilai R/C petani mitra maupun non mitra lebih besar dari 1. Putra (2011) dalam Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan non finansial menganalisis aspek ekonomi, teknis dan sosial, dan finansial dengan alat analisis NPV. Pola kemitraan yang diterapkan UBH-KPWN dengan petani yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa dan UBH-KPWN yang bertindak sebagai lembaga fasilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara proporsional dan menguntungkan para pihak. UBH-KPWN memiliki hak bagi hasil panen 15 persen dari total pohon yang ditanam, kewajibannya adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN, merencanakan dan melaksanakan kegiatan budidaya JUN, melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap, menarik calon investor, mengelola dana, memasarkan pohon jati siap panen, melaksanakan pembagian hasil. Investor memiliki hak bagi hasil panen 40 persen dari total pohon yang ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian. Kewajibannya adalah menanamkan modal minimal 100 pohon. Pemilik lahan memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian. Kewajibannya adalah memberikan ijin lahannya untuk dikelola selama enam tahun dan turut mengawasi tanaman dari gangguan. Petani penggarap memiliki hak bagi hasil 25 persen dari total jumlah pohon yang ditanam, mendapat bimbingan dan pelatihan. Kewajibannya adalah melaksanakan budidaya JUN, bila terjadi kematian/kehilangan keuntungan petani 18

33 dikurangi 0,5 persen per tanaman yang mati atau hilang. Pemerintah desa memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam. Hasil penelitiannya adalah usaha JUN yang dilaksanakan oleh petani dan UBH-KPWN layak, dengan nilai NPV Rp ,00 dan hubungan kemitraannya termasuk kemitraan prima madya. Saputra (2011) dalam Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor, analisis kepuasan menggunakan importance performance analysis (IPA) dan costumer satisfaction index (CSI). Mekanisme pelaksanaan kemitraan, perusahaan inti menyeleksi petani berdasarkan lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan kandang dengan kapasitas minimal ekor, milik sendiri atau pinjaman, peternak diharuskan memiliki pengalaman dan menyerahkan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah, BPKB atau uang tunai. Pihak inti memiliki hak menentukan harga sapronak dan hasil panen ayam, jadwal pengiriman DOC, pakan dan panen ayam. Kewajiban inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan, memberikan bimbingan teknis, dan memberikan pelayanan kesehatan ternak. Pihak plasma yaitu peternak memiliki hak bantuan modal berupa sapronak, mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan ternak. Kewajiban peternak adalah mengelola usaha ternaknya dengan baik. Peternak tidak diperbolehkan menggunakan sapronak yang berasal dari pihak lain dan juga dilarang menjual hasil panen ke pihak lain, sehingga keuntungan yang diperoleh peternak adalah selisih antara penjualan ayam dengan pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Harga jual ayam adalah harga kontrak tetap yaitu Rp ,00/kg. Hasil penelitian menunjukkan peternak merasa puas dengan pola kemitraan Dramaga Unggas Farm Analisis Kelayakan Usaha Setiawan (2010) dalam Analisis Kelayakan Finansial Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis, menggunakan dua metode analisis yaitu pendapatan dan R/C ratio. Hasil dari 19

34 penelitiannya adalah pola kemitraan Cikahuripan sudah cukup baik, namun tidak tertulis sehingga kekuatan hukumnya lemah. Karakteristik peternak terbanyak berumur tahun (74,07 persen), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah lulusan SD (44,44 persen), pengalaman beternak selama 5-10 tahun (74,07 persen) dan usaha peternakan dijalankan sebagai usaha sampingan (77,78 persen). Kemitraan yang dijalankan berhasil, karena hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan September-Oktober Rp 3.111,92/ekor atau Rp 1.618,34/kg. Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, BCR, PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya adalah usaha peternakan Abdul Djawad Farm tahun bahwa dengan menggunakan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25 persen) maka didapat NPV sebesar Rp ,05, BCR 1,04, dan payback period 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27 persen. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5 persen) maka didapat NPV sebesar Rp ,74 dan BCR 1,03 dan payback period 4 tahun 4 bulan, serta IRR sebesar 29,27 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50 persen (modal sendiri) dan lebih dari 13,04 persen (modal pinjaman), peningkatan harga pakan cateris paribus lebih dari 7,00 persen (modal sendiri) dan lebih dari 4,68 persen (modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari 2,90 persen (modal pinjaman) akan menyebabkan kerugian. Sulaiman (2010) dalam Analisis Kelayakan Pengusaha Ikan Kerapu Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 3 skenario penelitian dengan tingkat suku bunga 6,5 persen dan umur proyek 5 tahun. Skenario 1 (pendederan) adalah benih ikan kerapu macan yang berukuran cm dari benih yang 20

35 berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp ,00/ekor, NPV sebesar Rp ,00, IRR 94 persen, Net B/C 1,06, dan PBP 5 tahun, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu, usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Skenario 2 (pembesaran) produk yang dihasilkan adalah ikan kerapu macan ukuran 0,5 kg (ukuran konsumsi) dari benih yang berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp ,00/kg berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian, NPV sebesar Rp ,00, IRR 54 persen, Net B/C 1,58 dan PBP 3,17, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Skenario 3 adalah pendederan dan pembesaran ikan kerapu macan, NPV sebesar Rp ,00, IRR 72 persen, Net B/C 2,02 dan PBP 2,48, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 21,08 persen, kenaikan harga bibit di atas 32,44 persen dan penurunan SR di bawah 31,61 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 3,43 persen, kenaikan harga bibit di atas 50 persen, dan penurunan SR di bawah 3,5 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 3 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 4,96 persen, kenaikan harga bibit di atas 38,28 persen dan penurunan SR 4,09 persen. Zulfah (2010) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 2 skenario umur proyek 10 tahun. Skenario 1 tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton/bulan, modal menggunakan modal sendiri ditambah bantuan pemerintah Rp ,00, suku bunga deposito 7 persen, NPV Rp ,00, IRR 65 persen, PBP 2,7, Berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan nonfinansial. Skenario 2 dengan kondisi usaha peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton/bulan dan penambahan luas 21

36 bangunan pengomposan dan alat produksi, modal pinjaman dengan suku bunga kredit 16 persen, NPV Rp ,00, Net B/C 4,09, IRR 68 persen PBP 3,18, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,41 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 19,2 persen dan penurunan harga jual di bawah 14,4 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,16 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 17,85 persen dan penurunan harga jual di bawah 11,25 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis kelayakan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama kemitraan pola inti plasma yang memberlakukan harga tetap kontrak. Penelitian dilakukan pada usaha yang sedang berjalan untuk memproyeksi kelayakan usaha lima tahun ke depan sejak tahun 2009 untuk mengetahui apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan layak untuk dilanjutkan. Laba rugi dan cashflow diproyeksikan menggunakan harga DOC dan pakan yang meningkat pada tiap tahunnya masing-masing 4,3 persen dan 2 persen, persentase kenaikan berdasarkan data keuangan usaha pada tahun Analisis sensitivitas switching value menggunakan variabel kenaikan harga DOC dan pakan dan penurunan harga jual ayam. 22

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek juga berarti kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan, dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittingger, 1986). Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut. Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek (Gray, et. al,. 1999) Analisis Biaya dan Manfaat Menurut Gittingger (1986), tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah suatu yang mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis proyek 23

38 adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya operasional dan biaya investasi. Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu, penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biayabiaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya. Menurut Nurmalina et al. (2009), manfaat proyek dapat dibagi menjadi dalam tiga bagian yaitu : Tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, misalnya disebabkan oleh adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri, sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang riil yang ada tetapi sulit diukur, seperti bisnis pertamanan dimana manfaat keindahan kenyamanan dan kesegaran, kesehatan serta pendidikan Laba Rugi Menurut Nurmalina et al. (2009), laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu usaha dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis, meliputi : a) Penerimaan dari penjualan produk dan jasa. b) Beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual. c) Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan operasional. 24

39 d) Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan bank, penyusutan dan lainnya. Adapun laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Studi kelayakan atas suatu proyek harus dilakukan untuk semua aspek yang terkait sehingga penilaian kelayakan terhadap suatu proyek tidak hanya berdasarkan kelayakan finansial saja. Untuk melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Haming dan Basalamah (2010), mengklasifikasikan aspek-aspek tersebut menjadi enam aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek finansial. Menurut Gittinger (1986), aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek finansial. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan proyek terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial. 1) Aspek pasar dan pemasaran Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang : a) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkembanganya di masa yang akan datang. 25

40 c) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat. e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang biasa dikuasai perusahaan. 2) Aspek teknis dan produksi Analisis secara teknis dan produksi berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Input dari usaha peternakan ayam broiler adalah pakan, bibit, obat-obatan, vaksin dan vitamin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku di atas dalam hal kualitas dan kuantitas, dan juga manajemen produksinya agar penggunaan input-input tersebut menghasilkan output yang berkualitas dengan tingkat kuantitas maksimal. Output dari usaha ini adalah ayam broiler dan kotoran ayam, bagaimana peternak dapat menghasilkan produk yang berkualitas yaitu ayam yang bebas penyakit, bersih dan higienis, segar, dan memiliki bobot yang sesuai dengan keinginan konsumen. Analisis secara teknis juga dapat mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. 3) Aspek manajemen dan organisasi Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen dan organisasi mempelajari tentang manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dan organisasi dalam masa operasi. Manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dan organisasi dalam masa operasi, terkait bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha bisnis yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi 26

41 masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Kadariah et al. (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan. 4) Aspek hukum Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan msalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming, 2010). 5) Aspek ekonomi dan sosial Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus difikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak tanggap terhadap sosial. Aspek sosial juga dapat berkenaan dengan kontribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6) Aspek finansial Aspek finansial berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial bisnis terhadap petani sebagai pelaku dalam bisnis tersebut. Husnan dan Suwasono (2000), menyebutkan bahwa analisis terhadap aspek finansial dilakukan untuk melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan keluar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya. Aspek finansial ditentukan berapa jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur 27

42 permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial. Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi, metode tersebut yaitu metode avarage rate of return, payback period, internal rate return, net benefit and cost ratio, dan profitability indeks. Selain itu Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio, dan internal rate of return. a) Net Present Value (NPV) Net present value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dari masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), net present value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi, untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek dapat dilaksanakan tetapi dengan konsekuensi hanya dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b) Net benefit and cost ratio (Net B/C) Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan. Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu : 28

43 i) Net B/C > 1, maka proyek layak atau menguntungkan. ii) Net B/C = 1, maka proyek layak tetapi proyek tidak memberikan keuntungan. iii) Net B/C < 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan. c) Internal rate of return (IRR) Perhitungan internal rate of return (tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. d) Payback period (PP) Menurut Gittinger (1986), payback period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. e) Analisis switching value Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value. Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun kenaikan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba terhadap perubahan terjadi, sehingga 29

44 dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi pada usaha peternakan ayam broiler agar memperoleh keuntungan. Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat maksimum, dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi sama dengan tingkat suku bunga yang ditentukan (IRR=suku bunga) dan Net B/C rasio menjadi sama dengan satu (Net B/C = 1) Kerangka Pemikiran Operasional Usaha peternakan ayam broiler mandiri skala kecil memilih untuk bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dengan harapan bisa mengatasi masalah persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga jual ayam, agar terhindar dari kerugian bahkan kebangkrutan. Dengan bekerjasama dengan perusahaan kemitraan peternak tidak perlu memikirkan bagaimana pemasaran produk dan penurunan harga jual ayam. Namun, sebagai plasma dari sebuah perusahaan kemitraan pun, peternak tetap menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan usahanya. Peternak plasma menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat. Hal tersebut seringkali menyebabkan peternak plasma memperoleh keuntungan tetap bahkan berkurang dari periode sebelumnya, walaupun harga jual di pasar meningkat. Usaha peternakan ayam brolier Agus Suhendar merupakan peternakan ayam broiler skala kecil yang memilih bergabung dengan usaha kemitraan inti plasma untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, peternakan Agus Suhendar bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sejak tahun 2005 hingga sekarang. Sebagai plasma, peternakan Agus Suhendar menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat. Untuk itu dibutuhkan analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola inti plasma untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai dalam usaha 30

45 peternakan ayam broiler, apakah usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan berdasarkan arus penerimaan dan biaya. Kerangka pemikiran operasional digambarkan pada Gambar 1. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar dilakukan berdasarkan aspekaspek studi kelayakan, baik non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek ekonomi dan sosial maupun finansialnya dengan menggunakan perhitungan NPV, Net B/C, IRR, Payback period, dan Switching value untuk menilai apakah usaha peternakan layak dan melanjutkan kerjasama dengan CV. TMF atau melakukan evaluasi. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan Switching value untuk melihat kelayakan usaha ayam broiler dalam menghadapi kenaikan harga DOC dan harga pakan serta penurunan harga jual. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil usaha sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut layak, dan tetap bekerjasama dengan CV. TMF. 31

46 Usaha Peternakan Ayam Broiler: - Persaingan pemasaran produk - Kenaikan harga input - Penurunan harga jual ayam Kemitraan Kemitraan Peternakan Agus Suhendar dengan CV. Tunas Mekar Farm - Harga Sapronak Meningkat - Harga jual ayam tetap Peternakan Agus Suhendar Mengalami Penurunan Pendapatan Akibat Penerimaan Tetap Harus Menutupi Biaya Meningkat Analisis Kelayakan Usaha Analaisis Kelayakan Non Finansial - Aspek pasar dan pemasaran - Aspek teknik dan produksi - Aspek hukum - Aspek manajemen dan organisasi - Aspek ekonomi dan sosial Analisis Kelayakan Finansial - NPV - Net B/C - IRR - Payback period - Switching value Layak Tidak layak Kerjasama Dilanjutkan Evaluasi Kemitraan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 32

47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan berdasarkan data CV. Tunas Mekar Farm, peternakan Agus Suhendar adalah plasma yang mengalami permasalahan penurunan pendapatan akibat penerimaan tetap karena harga kontrak tetap tetapi harus menutupi biaya meningkat karena harga sapronak yang meningkat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2011 hingga Maret Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan manajer CV.Tunas Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar, dan karyawan peternakan dan pengamatan. Data Primer yang diperlukan antara lain penerimaan dan biaya yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan peternakan Agus Suhendar Farm dan CV. Tunas Mekar Farm dan literatur lainnya seperti buku, majalah peternakan, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Perpustakaan IPB, internet dan instansi lainnya. Data sekunder yang diperlukan antara lain keadaan geografis, demografis, dan data lain Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode study case. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam pelaksanaan kegiatan usaha peternakan ayam broiler di usaha peternakan Agus Suhendar yang sedang berjalan. Adapun pihak yang dijadikan responden adalah manajer CV. Tunas Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar dan karyawan peternakan. Pemilihan responden dilakukan dengan alasan bahwa responden tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk 33

48 mendukung penelitian dan wewenang untuk memberikannya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspekaspek berikut : 1) Aspek pasar dan pemasaran Analisis pasar dan pemasaran akan memberikan gambaran mengenai permintaan dan penawaran ayam broiler di Bogor serta bagaimana peternakan Agus Suhendar menghadapi fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar, harga pasar yang sedang terjadi dan harga jual kontrak, dan pemasaran produk yang dihasilkan. 2) Aspek teknik dan produksi Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana lahan dan kandang, pengadaan input, dan proses produksi peternakan Agus Suhendar. 3) Aspek hukum Analisis aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming dan Basalamah, 2010). Penilaian aspek hukum pada penelitian ini difokuskan pada bagaimana hubungan kemitraan antara peternakan Agus suhendar sebagai plasma dengan CV. Tunas Mekar Farm sebagai inti, kesepakatankesepakatan yang dibuat di dalamnya dan status hukum CV. Tunas Mekar Farm. 4) Aspek manajemen dan organisasi Analisis mengenai aspek organisasi dan manajemen dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi organisasi dan manajemen dapat diterapkan dengan baik pada kegiatan operasional usaha peternakan ayam broiler pada usaha peternakan Agus Suhendar. 5) Aspek ekonomi dan sosial Analisis aspek ekonomi dan sosial bertujuan untuk mengemukakan pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar 34

49 proyek, apakah proyek tanggap terhadap keadaan sosial masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, pembangunan jasa-jasa umum seperti jalan raya Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dari aspek finansial. Dalam analisis aspek finansial terdapat beberapa metode yang akan digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan analisis sensitivitas menggunakan metode Switching value. 1) Net present value (NPV) Net present value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara mengurangi nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada waktu sekarang selama waktu tertentu. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV yaitu bila NPV>0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut : Keterangan : = Penerimaan total pada tahun tertentu. Penerimaan didapatkan dari ` perkalian harga ayam broiler dengan jumlah penjualan ayam dijumlahkan dengan penerimaan dari penjualan kotoran ayam dan insentif. = Biaya total pada tahun tertentu, biaya total didapatkan dari jumlah biaya variabel dan biaya tetap. = Waktu (Tahun analisis) = Suku bunga deposito karena menggunakan modal sendiri, yang merupakan Opportunity cost of capital (discount rate) n = Jumlah umur ekonomis Kriteria : NPV > 0, maka usaha peternakan ayam broiler menguntungkan dan layak dilaksanakan. 35

50 NPV < 0, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dilaksanakan. NPV = 0, maka usaha peternakan ayam broiler tidak untung namun tidak juga merugi. 2) Net benefit cost ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif (sebagai penyebut). Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C yaitu semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan. Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) n = Jumlah Tahun Kriteria : Net B/C > 1, maka usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan Net B/C < 1, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dijalankan Net B/C = 1, maka usaha peternakan ayam tidak untung namun juga tidak merugi 3) Internal rate of return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menggunakan IRR adalah sebagai berikut : 36

51 + ( ) Keterangan : = discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilakn NPV negatif = NPV positif = NPV negatif 4) Payback period Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Kriteria investasi semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka investasi tersebut semakin baik dilaksanakan. Payback period dihitung menggunakan metode arus kumulatif (Haming dan Basalamah, 2010). Metode arus kumulatif : Payback period = n + x 1 tahun Keterangan : n = Tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa menutupi investasi mula-mula a = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n+1 Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar memiliki umur proyek 5 tahun. Hal tersebut berdasarkan umur ekonomis bangunan kandang ayam. Apabila selama umur proyek modal kembali sebelum berakhirnya umur proyek maka proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat proyek berakhir modal belum kembali, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan. 5) Switching value Analisis nilai pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel. Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Penelitian ini akan 37

52 menggunakan variabel analisis kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual Asumsi-asumsi Dasar Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Lahan yang digunakan adalah lahan sewa seluas m². 2) Umur proyek adalah lima tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis kandang yang konstruksinya sebagian besar terbuat dari bambu. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang merupakan aset penting dalam usaha peternakan ayam broiler yang memerlukan biaya besar. 3) Sumber modal usaha peternakan Agus Suhendar berasal dari modal sendiri sehingga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata acuan Bank Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6,5 persen. 4) Kapasitas kandang DOC per periodenya. 5) Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini berasal dari penjualan ayam hidup dan kotoran ayam serta insentif sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup ayam jika angka mortalitas sama dengan 4,5 persen, dan Rp 190,00/kg bobot hidup jika angka FCR (feed convertion ratio) sama dengan 1,8. 6) Setiap ayam hidup yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya, hal ini dikarenakan TMF menyalurkan semua hasil penjualan peternakan Agus Suhendar kepada pembeli. 7) Siklus produksi adalah 1,5 bulan per periode, dan hasilnya dijual pada akhir periode. Masa persiapan kandang dua minggu setelah panen. Dalam satu tahun terjadi enam kali panen. 8) Tingkat mortalitas 4,5 persen berdasarkan pengalaman peternakan Agus Suhendar, yang angka mortalitasnya tidak pernah melebihi 4,5 persen dan FCR tidak pernah melebihi 1,8. 9) Rata-rata hasil panen ayam broiler adalah ekor. Angka ini didasarkan pada jumlah DOC yang dipelihara dikurangi angka mortalitas 4,5 persen. 10) Ayam dipanen pada saat umur 4-5 minggu dengan asumsi bobot rata-ratanya adalah 1,6 kg/ekor berdasarkan rata-rata bobot panen pada peternakan Agus Suhendar pada periode tahun ) Harga jual ayam hidup adalah Rp ,00/kg. 38

53 12) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam broiler terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu biaya pembangunan kandang, pembelian peralatan, instalasi listrik dan air, sedangkan biaya operasional per periode seperti pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin, pembayaran gaji, listrik. 13) Harga DOC pada tahun pertama diasumsikan Rp 3.303,00/ekor, meningkat 4,3 persen setiap tahun. Harga pakan diasumsikan Rp 4.565,00/kg pada tahun pertama, meningkat 2 persen setiap tahun. Biaya pakan per DOC diasumsikan Rp ,20, didapatkan dari bobot panen 1,6 kg dikalikan FCR 1,8 dikalikan harga pakan Rp 4.565,00/kg. Biaya obat-obatan diasumsikan tetap yaitu sebesar Rp ,00 per periodenya. Harga dan persentase peningkatan didasarkan pada rata-rata harga yang terjadi pada tahun 2009, karena proyeksi cashflow dibuat sejak tahun 2009 hingga lima tahun ke depan. Biaya lain diasumsikan tetap. 14) Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2b tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 25 persen berlaku sejak tahun

54 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti plasma. Berdasarkan panduan mengenai pola kemitraan Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian (2002) tentang pola kemitraan inti plasma, TMF sebagai inti melakukan kegiatankegiatan menampung hasil produksi, membeli hasil produksi, memberikan bimbingan teknis dan pembinaan manajemen, memberikan pelayanan berupa permodalan atau kredit, menyediakan lahan, sarana produksi dan teknologi bagi plasmanya, serta mempunyai usaha budidaya. TMF didirikan pada tanggal 10 April 2004 oleh Ir. Muslikin dengan kantor pusat terletak di jalan Kenari blok A2, Perum Ciluar Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor. TMF didirikan dengan menggunakan modal milik sendiri. Tujuan didirikan TMF adalah untuk membantu peternak-peternak kecil mengembangkan usahanya dan mendapatkan keuntungan. Pada awal berdirinya TMF hanya memiliki 2 karyawan yaitu pendirinya Bapak Ir. Muslikin dan Bapak Agus. Mereka bekerjasama dan bekerja keras mencari peternakan atau plasma dengan target per minggunya mendapatkan 3-4 peternakan dengan kapasitas ekor ayam selama 7 minggu. Dengan kegigihan mereka berhasil mencapai target tersebut, dalam 7 minggu TMF telah memiliki plasma sekitar 20 peternakan. TMF memastikan peternakanpeternakan tersebut mendapatkan pelayanan terbaik, mendengarkan keluhankeluhan peternak, memberikan solusi, kemudian membantu mewujudkan solusi tersebut. Dedikasi mereka membuat TMF pun berkembang menjadi perusahaan kemitraan yang memiliki reputasi baik di mata plasma-plasmanya. Sebuah perusahaan kemitraan dengan karyawan 2 dan 20 plasma sekarang berkembang menjadi perusahaan kemitraan yang memiliki karyawan sebanyak 100 orang dan 150 plasma yang tersebar hampir di seluruh Kabupaten Bogor dengan kapasitas mulai dari hingga ekor ayam per peternakan. 40

55 TMF pernah mengalami masa-masa sulit pada tahun 2005, isu flu burung merebak di bulan Februari. Isu tersebut menyebabkan tingkat permintaan lebih rendah daripada penawaran sehingga TMF kesulitan dalam memasarkan hasilhasil panen plasmanya, ditambah lagi harga ayam broiler menurun pada titik paling lemah yaitu Rp 6.088,00/ekornya. TMF berhasil mendapatkan cara untuk mencegah terjadinya kerugian besar, yaitu bekerjasama dengan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang memiliki fasilitas cold storage. TMF menyimpan ayam potongnya di cold storage, kemudian baru mendistribusikannya setelah harga ayam membaik Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm Menurut Wibisono (2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa datang. Visi merupakan hal yang sangat krusial dalam menjaga kelestarian kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi untuk jangka panjang. Sedangkan misi adalah apa sebabnya sebuah perusahaan ada. Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004), misi adalah bagaimana cara produk dan jasa dapat dihasilkan oleh perusahaan, kemana pasar sasaran dan teknologi apa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuaskan oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan. TMF memiliki visi membantu mencerdaskan bangsa dengan penyediaan protein hewani dan bersama-sama menjaga kontinuitas pasokan ayam pedaging di pasar. Misi CV. Tunas Mekar Farm adalah menjadi mitra terbaik bagi plasmaplasmanya dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan saling menguntungkan Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm Struktur organisasi sebuah perusahaan merupakan gambaran mengenai prosedur bagaimana perusahaan menata kerja dan tugas karyawannya. Struktur organisasi harus terdefinisi dengan jelas karena menentukan mekanisme pengambilan keputusan, hubungan dengan pihak ketiga, hubungan pimpinan 41

56 perusahaan dengan bawahannya, begitu juga sebaliknya, dan hubungan antar karyawan. Selain itu, struktur organisasi juga menunjukkan hak dan kewajiban setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga tercipta harmoni pelaksanaan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya di dalam perusahaan. Tunas Mekar Farm adalah suatu usaha perorangan yang bergerak dalam bidang peternakan dengan produk ayam broiler. Dalam menjalankan usahanya, TMF memiliki struktur organisasi yang menjadi pedoman pembagian kewajiban, sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi TMF sederhana, sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departemensialisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan dimanapun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak. Struktur organisasi CV. TMF tersaji pada Gambar 2. 42

57 Pimpinan utama Manajer PPL PPL Marketing Administrasi Plasma Plasma Karyawan Gambar 2. Struktur Organisasi CV.Tunas Mekar Farm Sumber: CV. Tunas Mekar Farm (2011) Pimpinan utama CV. Tunas Mekar Farm yang juga adalah pemilik, memegang kendali dalam pengambilan seluruh keputusan penting yang berkaitan dengan kelangsungan usaha. Beliau bermusyarawah dengan Manajer, dan juga menerima masukan dari bagian pemasaran, administrasi serta penyuluh lapangan. Pimpinan menerapkan kepemimpinan yang terbuka terhadap segala ide maupun permasalahan yang dihadapi karyawan-karyawannya. Manajer di TMF adalah tangan kanan dari pimpinan utama. Tugas manajer meliputi seluruh lini dari sistem yang ada di TMF, mulai dari pengadaan input, produksi, distribusi output, dan pemasaran. Memastikan seluruh kegiatan tersebut berjalan lancar, tepat waktu, sesuai dengan target dan berkualitas. Manajer juga sebagai figur yang mendengarkan serta menyampaikan segala keluhan-keluhan dan permasalahan yang dihadapi bawahan maupun plasmanya kepada pimpinan, serta mencari solusi dengan cara bermusyawarah dengan pimpinan dan pihakpihak terkait. Manajer dibantu oleh bagian administrasi yang bertugas mencatat seluruh kegiatan administratif, bagian marketing yang bertugas memasarkan produk dan berhubungan langsung dengan pihak penangkap, serta penyuluh lapangan yang langsung ke peternak untuk mengawasi jalannya proses produksi di setiap peternakan. Karyawan 43

58 5.2. Peternakan Agus Suhendar Sejarah Peternakan Agus Suhendar Berawal dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebuah bank swasta, di pertengahan tahun 2003, Bapak Agus mendirikan peternakan sebagai mata pencaharian utama. Dengan uang pesangon, tabungan dan penjualan aset pribadi, Bapak Agus berhasil mengumpulkan modal untuk mendirikan peternakan yang memiliki dua kandang berkapasitas ekor. Peternakan tersebut berdiri di atas lahan sewa seluas m² yang terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Pengetahuan yang terbatas mengenai peternakan ayam broiler dan pemasarannya, tidak menghentikan langkah Bapak Agus untuk menjalankan peternakan secara mandiri. Keberanian, niat membuka lapangan kerja dan mencapai kesejahteraan menguatkan tekadnya. Prinsipnya adalah kegagalan merupakan hal yang tidak boleh ditakuti tetapi dihadapi dan dipelajari, sehingga ketakutan akan kebangkrutan yang sering menghinggapi pengusaha-pengusaha yang baru merintis menjadi hilang. Dengan semangat di atas, periode pertama pun dimulai pada tahun Seperti burung yang baru belajar terbang, Bapak Agus pun mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha peternakannya, mulai dari pengadaan input, manajemen produksi, distribusi dan pemasarannya. Tetap tegar dan berusaha memperbaiki keadaan dengan belajar dari kesalahan periode pertama, Bapak Agus melanjutkan hingga beberapa periode. Teapi juga tetap tidak memberikan hasil yang memuaskan, bahkan mengalami kerugian. Akhirnya seorang kerabat memberi informasi tentang TMF, perusahaan kemitraan pola inti plasma yang baru berdiri tetapi sudah banyak membantu peternak-peternak kecil. Setelah bertemu dengan pemilik TMF dan membaca kontrak kerjasama, Bapak Agus resmi menjadi plasma TMF di akhir tahun Walaupun dari segi pengembangan usaha peternakan Agus Suhendar belum dapat meningkatkan kapasitas produksinya, tetapi selama menjadi plasma TMF Bapak Agus puas terhadap pelayanan TMF. 44

59 Lokasi Peternakan Agus Suhendar Peternakan Agus Suhendar terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Luas lahannya ± m², merupakan lahan sewa yang dulunya adalah lahan gambut. Lahan tersebut disewa dari penduduk sekitar seharga Rp ,00/tahun selama lima tahun. Sebagian lahan yang tidak digunakan untuk kandang ayam, ditanami tanaman seperti ubi dan jagung Sumber Daya Manusia Pada peternakan Agus Suhendar kepala karyawannya berumur 40 tahun pendidikan terakhir adalah SLTP, ketrampilan dalam usaha peternakan ayam broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di usaha peternakan sejak berumur 25 tahun. Karyawan terdiri dari tiga orang yang berumur 25, 34 dan 24 tahun. Pendidikan terakhir adalah SD, dan tidak tamat SD. Ketrampilan dan pengetahuan dalam usaha peternakan ayam broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di peternakan lain, dan arahan dari kepala kandang. Kepala karyawan bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan yang terjadi di peternakan Agus Suhendar dan memastikan karyawan menjalankan seluruh proses produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan CV. Tunas Mekar Farm. Kepala karyawan juga orang yang mengambil keputusan jika di dalam pemeliharaan terjadi permasalahan seperti jika terjadi angka mortalitas di atas yang ditetapkan (4,5 persen), maka harus segera melapor ke TMF untuk mendapat pelayanan bimbingan kesehatan. TMF biasanya akan mendatangkan petugas penyuluh lapangan dokter hewan. Kepala karyawan juga diwajibkan mencatat seluruh kegiatan produksi dan panen. Karyawan merupakan ujung tombak dari usaha peternakan ayam broiler, karena mereka yang melakukan seluruh proses produksi. karyawan bertugas mengerjakan semua manajemen pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan jadwal, juga melaksanakan perintah dari kepala karyawan. 45

60 5.3. Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar Prosedur Penerimaan Plasma CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sebagai perusahaan kemitraan yang bertindak sebagai inti memiliki prosedur dalam proses penerimaan peternak menjadi plasma. Peternak yang ingin menjadi plasma datang ke kantor TMF, kemudian mendaftarkan diri dan membuat janji dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) TMF untuk melakukan seleksi dan survei lapangan. PPL akan melakukan seleksi terhadap peternak dengan beberapa pertimbangan yaitu: 1) Peternak memiliki pengetahuan mengenai usaha peternakan ayam broiler. 2) Peternak memiliki kandang beserta peralatan dengan kapasitas minimal ekor ayam dengan kepadatan kandang maksimal 10 ekor/m 2 pada lahan yang memiliki radius minimal 200 m dari rumah penduduk. 3) Lokasi kandang harus memiliki akses transportasi dan komunikasi, memiliki sumber air dan listrik, mudah mendapatkan faktor-faktor produksi yang tidak disuplai inti seperti sekam dan gas. 4) Peternak menyediakan karyawan yang memiliki pengalaman. Pada tanggal yang telah disetujui PPL akan melakukan survei dan menyeleksi peternak berdasarkan pertimbangan di atas, hasilnya dicatat dalam bentuk form oleh PPL. Hasil catatan PPL akan diajukan ke Manajer TMF kemudian ditandatangani jika peternak memenuhi persyaratan untuk selanjutnya diminta datang kembali ke kantor TMF untuk membawa persyaratan administratif yaitu KTP, KK, BPKB kendaraan bermotor atau jaminan surat tanah. Langkah selanjutnya adalah tandatangan kontrak perjanjian. Calon plasma dipersilahkan untuk membaca kontrak dan mengajukan secara lisan keinginankeinginannya. Setelah kesepakatan terjadi dan keinginan calon plasma tertampung maka kedua belah pihak menandatangani kontrak perjanjian tersebut, dimulailah kerjasama kemitraan Isi Kontrak Perjanjian Kontrak perjanjian adalah kontrak yang ditandatangani di atas materai Rp 6.000,00 isinya bersifat mengikat dan pelanggar aturan dikenakan sanksi sesuai yang tertulis pada kontrak perjanjian tersebut. Isi kontrak perjanjian terdiri 46

61 dari data TMF sebagai inti dan peternak sebagai plasma, hak dan kewajiban kedua belah pihak dan sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi kewajibannya. Hak dan kewajiban TMF sebagai Inti dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar Pihak No. Hak Kewajiban TMF 1. Menentukan jadwal kedatangan DOC, pakan dan waktu panen. 2. Menentukan besarnya harga jual ayam (harga jual ayam tetap). 3. Jika terjadi kegagalan produksi akibat kelalaian, tetap mendapatkan pembayaran sapronak dari peternak. 4. Mendapatkan catatan data-data harian kandang dan melaporkan seluruh kegiatan pemeliharaan secara benar dan aktual pada form yang telah disediakan TMF. Menyediakan sapronak berkualitas dan mengirimkan sapronak tepat waktu sesuai dengan jadwal. Memberikan bimbingan teknis dan pelayanan kesehatan ternak. Memberikan bantuan permodalan jika dibutuhkan. Menyediakan sarana transportasi dan memasarkan seluruh hasil panen ayam broiler. Agus Suhendar 1. Mendapatkan sapronak berkualitas dan tepat waktu pengirimannya. Membayar sapronak setelah panen selambat-lambatnya sebelum periode baru dimulai. 2. Mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan kesehatan. 3. Jika terjadi kegagalan produksi akibat penyakit yang bukan disebabkan kelalaian dan musibah bencana alam atau pencurian maka kerugian ditanggung bersama. 4. Mendapatkan bantuan permodalan jika dibutuhkan. 5. Mendapatkan penerimaan penjualan ayam setelah dikurangi biaya sapronak selambat-lambatnya sebelum periode baru dimulai. 6. Mendapatkan pelayanan transportasi dan pasar bagi hasil panen ayam broiler. Melaksanakan program pemeliharaan sebaik-baiknya. Tetap membayar biaya sapronak jika terjadi kegagalan produksi akibat kelalaian, pembayaran boleh diangsur. Menanggung biaya untuk bongkar muat, panen dan sarana penunjang. Mencatat data-data harian kandang dan melaporkan seluruh kegiatan pemeliharaan secara benar dan aktual pada form yang telah disediakan TMF. Tidak boleh menjual atau meminjamkan sapronak ke pihak lain dan menjual hasil panen ke pihak lain. Sanksi bagi kedua belah pihak jika tidak memenuhi kewajibannya adalah kerjasama dapat dibatalkan dan pihak yang dirugikan berhak mendapatkan ganti rugi 10 persen dari total biaya penggunaan sapronak per periode dikalikan sisa 47

62 periode yang batal dilakukan akibat pembatalan kontrak. Kontrak perjanjian ini diperbaharui setiap satu tahun sekali atau setelah melakukan 6 kali periode. Peternak dapat memutuskan untuk melanjutkan atau berhenti bekerjasama setelah melakukan 6 periode produksi. Penetapan harga kontrak tetap didasarkan pada rata-rata bobot tubuh ayam pada saat panen. Penetapan harga tetap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009 No. Bobot panen rata-rata (kg) Harga (Rp/kg) 1. 1, , ,10-1, , ,20 1, , ,30 1, , ,40 1, , ,50-1, , ,60 1, , ,70 1, , ,80 1, , ,90 1, , ,00 Sumber: CV. Tunas Mekar Farm 2009 Berdasarkan tabel harga kontrak didasarkan pada bobot saat panen, semakin rendah bobot per ekornya maka harga jualnya semakin tinggi. Harga tetap ini dapat dirubah saat revisi kontrak di akhir periode keenam, harga disesuaikan dengan harga pasar dan kesepakatan kedua belah pihak. Selama kerjasama belum mencapai satu tahun atau telah melakukan enam periode maka kedua belah pihak tidak diperkenankan merubah atau meminta perubahan pada harga tetap tersebut. 48

63 VI. ANALISIS NON FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial dilakukan untuk melihat kelayakan suatu bisnis atau proyek dari segi pasar dan pemasaran, teknik dan produksi, manajemen dan organisasi, hukum, ekonomi dan sosial Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan pertimbangan layak atau tidaknya suatu usaha, karena pasar dan pemasaran adalah tujuan dari hasil produksi. Jika suatu produk yang dihasilkan melimpah dan berkualitas namun tidak memiliki pasar atau daerah pemasaran maka suatu usaha tidak dapat dikatakan layak. Komponen dari aspek pasar dan pemasaran adalah permintaan dan penawaran ayam broiler, harga dan produk Permintaan dan Penawaran Permintaan ayam broiler di daerah Bogor tinggi (Tabel 5), karena ayam broiler merupakan pemenuh kebutuhan protein hewani masyarakat yang cukup diminati, sehingga TMF tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produkproduknya. Penawaran dari luar negeri datang dari negara Brasil yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami kelebihan produksi ayam dan tidak dapat memasuki pasar Eropa yang peraturan impornya sangat ketat. Ekspansi dalam negeri Brasil berjalan lambat dalam mengatasi kelebihan produksi tersebut, sehingga mereka berusaha masuk ke dalam pasar Indonesia dengan menawarkan harga yang kompetitif yaitu unggas hidup Rp 8.500, ,00/kg dan karkas ayam Rp12.250,00/kg. Brasil berusaha memenuhi persyaratan-persyaratan impor Indonesia dan jika Brasil berhasil memasuki pasar Indonesia termasuk daerah Bogor dengan harga tersebut maka peternak Indonesia akan sangat dirugikan karena tidak dapat bersaing dengan harga tersebut. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai 49

64 upaya untuk mencegah Brasil memasukkan produk unggasnya ke pasar Indonesia seperti menekankan bahwa permasalahan flu burung di Indonesia belum selesai 1. Berdasarkan permasalahan penawaran di atas dapat dilihat pemasaran dan pasar merupakan hal yang penting dalam suatu usaha. Keseimbangan penawaran dan permintaan dibutuhkan untuk menjaga harga dan pasokan, sehingga produsen dalam hal ini peternak terlindung dari kerugian dan konsumen mendapatkan produk dengan mudah. Produk yang berlimpah harus diimbangi dengan ekspansi pasar dan kelangkaan produk harus diatasi dengan peningkatan produksi yang cukup. TMF menjaga keseimbangan penawaran produknya dengan melakukan perhitungan periode beternak plasmanya. TMF membuat jadwal masuk DOC yang berbeda setiap peternak, sehingga memiliki masa panen yang berbeda pula. Dengan cara tersebut masalah kelebihan produksi dapat dihindari, turut serta menjaga kestabilan pasokan di pasar, dan mencegah terjadinya kejatuhan harga. Mengenai permintaan, TMF telah memiliki pelanggan tetap yang memesan ayam hidup secara periodik, setiap hari, setiap minggu ataupun setiap bulan. Selain itu, TMF juga memasarkan produknya ke pasar-pasar di daerah Bogor, seperti pasar Ciluar, pasar Anyar, pasar Jambu dua, pasar Kemang, pengiriman ke pasar sekitar Jabodetabek. Dalam memasarkan produknya, sebagai perusahaan kemitraan inti plasma yang bertanggung jawab dalam pendistribusian seluruh produk hasil dari plasmanya, TMF langsung mendatangkan pembeli/penangkap ke peternakan. Namun, bagi pembeli yang ingin produknya diantar, TMF juga menyediakan fasilitas antar dengan tambahan biaya antar yang dibebankan pada pembeli. Keuntungan sebagai plasma dari TMF, peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar, karena TMF yang mengurus penyalurannya, setiap produk yang dihasilkan baik produk utamanya yaitu ayam broiler maupun produk sampingan seperti kotoran ayam seluruhnya disalurkan dengan harga kontrak tetap Dawarni A. Juni Tolak Impor Harga Mati. Trobos 50

65 Pada peternakan Agus Suhendar, pembeli langsung datang ke kandang. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan, karena sebagai plasma perusahaan kemitraan, peternakan Agus Suhendar akan selalu dapat menjual seluruh produknya Harga Selama tahun 2009 hingga tahun 2011 harga ayam di daerah Jabodetabek berkisar Rp , ,00/kg. Rata-rata harga sebesar Rp , ,00/kg. Harga meningkat mencapai Rp ,00 saat hari-hari raya atau pasokan ayam di pasar sedang menurun. Harga turun pada Rp , ,00/kg pada bulan Maret 2009 dan November 2010 sampai Februari Pada bulan Maret 2012 berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Barat harga ratarata daging ayam untuk kota-kota di Jawa Barat adalah Rp ,00, harga terendah ayam Rp ,00, dan tertinggi Rp ,00. Sebagai plasma TMF, peternakan Agus Suhendar mendapatkan harga kontrak yaitu Rp , ,00/kg bobot hidup, penentuan harga didasarkan pada bobot rata-rata saat panen (Tabel 10). Harga kontrak ini memperkecil usaha peternakan Agus Suhendar dari kerugian yang diakibatkan dari penurunan harga di pasar, seperti yang terjadi pada bulan Maret 2009 dan November 2010 hingga Februari 2011, harga Rp , ,00/kg di bawah harga kontrak yang disepakati Agus Suhendar Farm dengan TMF. Harga kontrak hanya bisa dirubah setelah satu tahun kerjasama atau setelah enam periode produksi. Berdasarkan wawancara dengan manajer, TMF menutupi kerugian saat terjadi penurunan harga ayam dengan menyimpan ayamnya di cold storage yang ada di RPU, dan menyalurkannya ketika harga pasar di atas atau minimal mendekati Rp ,00. Selain itu TMF menutupi kerugian akibat harga kontrak ini ketika harga ayam broiler di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak Setiabudi P. 1 Desember Menjadi Pemenang dalam Percaturan Perunggasan. Trobos 51

66 Pada saat harga di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak, peternakan Agus Suhendar tidak dapat ikut menikmati keuntungan maksimal. Walaupun begitu, TMF selalu memberikan pelayanan pengadaan sapronak yang baik, bimbingan teknis dan produksi serta kesehatan sehingga penekanan biaya dapat dilakukan, dengan harga kontrak peternakan Agus Suhendar dapat menutupi biaya dan mendapatkan keuntungan. Dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan, selama dengan harga kontrak Bapak Agus masih mendapatkan keuntungan yang sesuai Produk Produk yang dihasilkan usaha peternakan Agus Suhendar berupa ayam broiler hidup dan kotoran ayam. Ayam broiler hidup langsung diambil oleh pembeli ke peternakan. Pembeli datang saat ayam sudah siap dipanen sesuai dengan bobot hidup dan umur yang ingin mereka beli. Pembeli adalah orang perorang yang memiliki kios atau penyalur, dan perusahaan makanan siap saji atau makanan beku. Ayam broiler hidup yang dipanen pada peternakan Agus Suhendar biasanya memiliki bobot panen rata-rata 1,6 kg per ekornya, dengan umur 4 sampai 6 minggu. Waktu panen ditentukan oleh TMF sesuai dengan permintaan pembeli dan harga ayam broiler di pasar. Untuk menjaga kepercayaan pembeli TMF senantiasa menjaga kualitas ayam broiler hidup yang dihasilkannya. TMF selalu memastikan ayam broiler hidup yang dijual adalah ayam broiler yang berkualitas baik. Setiap waktu panen, perwakilan langsung dari TMF atau PPL akan datang dan ikut mengawasi proses panen. Berikut adalah ciri-ciri fisik ayam broiler yang disyaratkan TMF : (1) Bebas dari penyakit; (2) Mata cerah; (3) Terlihat aktif; (4) Bulu cerah dan penuh. Sementara itu, produk sampingan peternakan yaitu kotoran ayam, diambil oleh pembeli sendiri ketika panen telah usai. Pembeli kotoran ayam adalah penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani. Kotoran ayam ini merupakan salah satu bahan untuk pembuatan pupuk kandang yang mudah didapat, atau bagi sebagian petani pupuk ini langsung digunakan bagi tanaman mereka. 52

67 Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri permintaan dan penawaran pasar, harga dan produk ayam broiler hidup, usaha peternakan yang dilakukan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan, karena sebagai plasma sebuah perusahaan kemitraan yang memiliki kinerja dan manajemen yang baik seperti TMF, peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi permasalahan distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas Aspek Teknis dan Produksi Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Analisis teknis dan produksi meliputi penilaian kelayakan terhadap lahan dan kandang sebagai tempat seluruh proses produksi terjadi, penyediaan input utama yaitu DOC, pakan, obatobatan,vitamin dan vaksin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya serta proses produksi Lahan dan Kandang Lahan dan kandang adalah bagian terpenting dari usaha peternakan ayam broiler, karena tanpa lahan dan kandang usaha tidak dapat dijalankan. Oleh karena itu, lahan dan kandang yang digunakan dalam usaha peternakan ayam broiler harus memenuhi persyaratan standar yang ditentukan TMF ataupun pada umumnya kelayakan sebuah lahan dan kandang sebagai penunjang pertumbuhan yang baik bagi ayam broiler. Lahan yang baik untuk usaha peternakan ayam broiler menurut Fadillah (2007) adalah lahan yang terletak jauh dari pemukiman, tujuannya untuk menghindari konflik dengan lingkungan akibat dari polusi bau atau polusi debu, serta ayam terhindar dari kontaminasi penyakit yang dibawa manusia atau binatang lainnya. Kemudian lahan berada pada areal yang relatif datar agar memudahkan transportasi dan pembangunan kandang. Lahan juga harus dekat dengan atau memiliki sumber air yang memadai, karena air merupakan kebutuhan mutlak bagi ayam. Lahan harus memiliki akses jalan, jaringan listrik dan telepon, dekat dengan tempat pemasaran dan sumber bahan baku. Terakhir, lahan harus 53

68 mendapatkan izin dari lingkungan masyarakat sekitar dan aman dari segala gangguan keamanan kriminal maupun gangguan keamanan lainnya. Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar berada pada radius ± 300 m dari pemukiman. Letaknya yang jauh sengaja dipilih untuk menghindari konflik dengan penduduk sekitar karena usaha peternakan ayam broiler selalu menimbulkan bau yang tidak sedap. CV. Tunas Mekar Farm (TMF) menetapkan persyaratan bagi setiap plasma yang akan bergabung agar lahannya minimal berada di radius 200 m. Desa Patambran, tempat dimana letak lahan berada pada daerah yang relatif datar sehingga memudahkan pembangunan kandang dan memudahkan usaha dari segala akses yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha, terutama akses transportasi untuk pengadaan input maupun distribusi ayam broiler. Selain itu fasilitas telekomunikasi pun mudah, walaupun peternakan Agus Suhendar tidak memiliki telepon rumah, tetapi sinyal bagi telepon selular yang dimiliki oleh kepala karyawan dan karyawan mudah didapat. Ketersediaan listrik dan air pun terjamin, air yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar bersumber pada air tanah atau sumur, tersedia sepanjang tahun. Selain karena curah hujan kota Bogor yang cukup tinggi sebesar mm/tahun, tetapi juga karena sumur sengaja dibuat hingga kedalaman 20 m, dengan menggunakan mesin pompa super jet pump yang dapat menghisap air hingga kedalaman 50 m. Jika tetap terjadi kekeringan biasanya sumur akan digali lagi. Sebelum mendirikan usaha peternakan, Bapak Agus Suhendar telah meminta izin dari RT/RW setempat secara informal, dan beberapa penduduk sekitar yang letaknya terdekat dengan areal peternakan. Dengan pendekatan dan penjelasan yang informatif, Bapak Agus berhasil mendapatkan izin dari RT/RW setempat dan penduduk terdekat areal peternakan. Untuk menjaga peternakan dari gangguan kriminal dan keamanan lainnya Bapak Agus Suhendar mengandalkan siskamling Desa Patambran yang mengadakan ronda setiap malam serta memerintahkan anak kandang untuk bergantian menjaga kandang. Untuk menghalau binatang seperti ayam atau anjing memasuki areal peternakan seluruh lahan dipagari dengan pagar bambu setinggi 1 meter. 54

69 Luas lahan peternakan Agus Suhendar adalah m², yang merupakan lahan sewa bekas lahan gambut. Di atasnya berdiri dua buah kandang. Kandang pertama adalah kandang bertingkat sebagai tempat pemeliharaan, gudang dan juga tempat menginap anak kandang, dan satu buah kandang panggung. Kandang bertingkat luasnya adalah 432 m², dengan ukuran 54x8 m dan kandang panggung 300 m², dengan ukuran 50x6 m, tinggi kaki 1,6 m dan tinggi kandang 1,8 m. Populasi dan ekor per kandang berarti memiliki kepadatan sekitar 10 ekor per meter persegi. Menurut Cahyono (2004), lebar kandang sebuah kandang panggung lebih baik berada pada kisaran 6-8 m dengan kepadatan kandang maksimal 10 ekor/m², dan menurut TMF panjang kandang tidak boleh melebihi dari 100 m agar jangkauan pemanenan tidak terlalu luas. Untuk sirkulasi dan juga kemudahan dalam pemanenan, Fadillah (2007) mengatakan syarat ketinggian kaki dan dinding adalah antara 1,5 hingga 1,8 m. Kandang pada peternakan Agus Suhendar menggunakan atap genting, dinding kawat ram dan bambu dan kayu sebagai kerangka serta lantainya, tirai terpal untuk manajemen buka tutup tirai sebagai usaha untuk menjaga suhu dalam kandang. Menurut Aak (1986), atap genting memiliki kelebihan daya refleksi terhadap sinar matahari yang cukup baik, tahan lama, pertukaran udara cukup baik melalui celah-celah genting dan tidak mudah menjadi sarang tikus. Dinding kawat ram dan bambu sebagai kerangka dipilih agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari segi lahan dan perkandangan, kandang yang dimiliki peternakan Agus Suhendar telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan sehingga layak untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler Bibit (DOC) Usaha peternakan ayam broiler menggunakan bibit ayam berumur 1 hari atau DOC (Day Old Chick). DOC yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar adalah strain Hobb (Gambar 3). Strain tersebut dipilih berdasarkan kualitas yang dinilai dari sejarah penggunaan strain Hobb pada periode sebelumnya baik di peternakan Agus Suhendar maupun plasma-plasma yang lain. Berdasarkan pengalaman pemeliharaan sebelumnya, strain Hobb memiliki tingkat mortalitas yang baik, jarang melebihi 4,5 persen dan FCR ± 1,8, yang artinya strain tersebut cukup baik, memenuhi standar target yang ditetapkan TMF yaitu 55

70 mortalitas maksimal 4,5 persen dari seluruh jumlah bibit dan FCR di bawah 1,8. Suplai Hobb didapatkan dari rekanan CV. Tunas Mekar Farm yaitu PT. Cimanggis. Jika terjadi kelangkaan DOC atau PT. Cimanggis tidak memiliki stok DOC pada saat periode baru akan dimulai, maka TMF akan menghubungi rekanan-rekanan lain yang memiliki stok DOC, seperti PT. Multibreeder Adirama Indonesia, atau PT. Charoen Pokhpand. Untuk mencegah keterlambatan kedatangan DOC, TMF selalu memesan jauh hari sebelum masa periode terakhir berakhir. Peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan tentang pengadaan DOC. Gambar 3. DOC (Day Old Chick) Pakan Pakan adalah asupan atau makanan bergizi yang diberikan kepada hewan ternak. Pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler, yaitu 70 persen dari pengeluaran. Untuk itu manajemen pakan yang baik sangat dibutuhkan supaya dapat menekan biaya yang dikeluarkan sehingga margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar. TMF menetapkan FCR standar bagi setiap plasmanya, kemudian melakukan kontrol melalui PPL secara rutin, memberikan bimbingan agar tingkat FCR bisa sesuai dengan standar (Lampiran 1). Kontrol dilakukan dengan mengecek jumlah pakan yang telah terpakai dengan bobot ayam saat dilakukan pengecekan. Jika terjadi pemberian pakan berlebihan namun bobot tidak sesuai maka dilakukan evaluasi. Apakah dikarenakan panas yang kurang saat periode pemanasan sehingga DOC tidak dapat maksimal mencerna makanannya, atau ada 56

71 faktor-faktor lain. Setelah ditemukan masalahnya, PPL akan memberikan saran dan terus memantau saran untuk diterapkan. Pakan yang digunakan di peternakan Agus Suhendar diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia yang terdiri dari jenis pakan BBR-I fine untuk umur 1-10 hari dan BBR-I untuk umur hari (masa starter, Gambar 4) yaitu pakan yang berbentuk fine crumble dan BR II yang diberikan umur 22 hari sampai panen (masa finisher, Gambar 5). Sama seperti pengadaan bibit, TMF sebagai inti bekerja sama dengan beberapa perusahaan, selain PT. Japfa Comfeed Indonesia, TMF juga bekerjasama dengan PT. Charoen Pokhpand. Untuk pencegahan penumpukan pakan, kekurangan atau keterlambatan pakan, TMF melakukan perencanaan kemudian menentukan kapan pakan habis, kapan pakan harus diganti jenisnya, dan kapan pakan harus datang. Beberapa hari sebelum tanggal pakan habis, TMF menghubungi pihak perusahaan rekanan suplai pakan dan memesan pakan untuk kedatangan dua hari sebelum pakan habis. Gambar 4. Pemberian Pakan Pada Fase Starter Gambar 5. Pemberian Pakan Pada Fase Finisher Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin Obat-obatan dan vaksin merupakan bagian dari pencegahan dan penanggulangan penyakit yang terjadi pada suatu peternakan ayam. Sementara vitamin digunakan untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh ayam dari penyakit, mengurangi tingkat stress pada ayam, dan meningkatkan performa ayam. Pemberian vaksin pada Agus Suhendar Farm terdiri dari 2 macam vaksin yaitu ND (new castle disease) dan gumboro. Pelaksanaan vaksinasi di peternakan menggunakan aturan yang berlaku sesuai dengan kebutuhan. Vaksinasi sudah 57

72 dimulai sejak ayam berumur 4 hari, DOC diberikan vaksin ND dengan cara tetes mata (Gambar 6) dan suntik bawah kulit (subcutaneous) (Gambar 7) pada sore hari dengan suhu ruang 27 o C. Tujuannya agar vaksin yang digunakan tetap hidup karena tidak terkena matahari langsung dan fase ini adalah fase yang menjadi awal dalam keberhasilan terhadap kesehatan ternak dan persentase ayam terkena penyakit relatif rendah. Gambar 6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata Gambar 7. Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous Vaksinasi dilanjutkan pemberian vaksin gumboro pada ayam berumur 14 hari dengan cara memberikannya melalui air minum (Gambar 8). Vaksinasi diberikan melalui air minum pada waktu sore hari yaitu pukul WIB. Gambar 8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum Untuk pengendalian terhadap hama dan ekstoparasit seperti kutu ataupun lalat dilakukan penyemprotan dengan desinfektan setiap harinya. Program vaksinasi dan pemberian obat yang dilakukan pada peternakan ayam broiler ini dapat dilihat pada Lampiran 2. 58

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar MORT (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) 3 1.012 27 1.15 3.8 1.656 36 1.76 4.7 1.843 3 1.062 27 1.16 3.8 1.659

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm 5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik broiler Rasyaf (2002) broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SRI SUGIARTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NON FINANSIAL

VI. ANALISIS NON FINANSIAL VI. ANALISIS NON FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI 6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Menurut Murtidjo (2006), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci