BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT
|
|
- Yenny Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT Dalam pelaksanakan suatu proyek perancangan arsitektur diperlukan adanya pedoman pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan perancangan. Pedoman pelaksanaan ini biasanya berupa kerangka acuan kerja (KAK). KAK ini merupakan petunjuk bagi perancang yang memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan tugas perancangan. KAK pada kasus proyek perancangan arsitektur 6 dilatarbelakangi oleh permasalahan revitalisasi kawasan muka sungai yang kumuh dan terlantar di pusat kota. Revitalisasi yang telah banyak dilakukan belum menemukan model penerapan ideal yang dianggap berhasil dalam mengakomodasi berbagai kepentingan dari pihak-pihak pemangku kepentingan yang terkait. Maka dari itu, pihak Pemerintah Kota (Pemko) Medan sebagai pemilik bekerja sama dengan PT Twin Rivers Development dalam pembangunan rumah susun pada kawasan tepi Sungai Deli segmen jalan Ir. H. Juanda - Jalan Multatuli (Gambar 1.1) dan telah menunjuk Studio PA6 Design Group sebagai konsultan perencana yang mengerjakan rancangan arsitektural proyek revitalisasi kawasan tepi Sungai Deli. Perancangan arsitektural yang dilakukan konsultan perencana dalam prosesnya tetap mendapat arahan dan pengawasan dari konsultan ahli yang merupakan representasi dari pihak pemilik. 5
2 6 Gambar 1.1. Peta Lokasi Proyek Sumber: KAK PA6 Kasus Proyek E (2014) Untuk tahap awal perancangan, pemilik proyek telah memiliki studi pendahuluan terhadap kawasan proyek. Beberapa hal ini harus dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan revitalisasi kawasan tepi Sungai Deli. Hasil studi lapangan ini menyangkut pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada proyek. Penghuni lama menjadi prioritas pada kepemilikan unit hunian yang baru dengan harga sesuai perhitungan ekonomis dan ganti rugi yang ditetapkan oleh pengembang. Fungsi hunian yang direncanakan berbentuk rumah susun dengan besaran fungsi dan harga unit mengacu pada perhitungan ekonomis serta tingkat ekonomi calon pemilik. Fungsi-fungsi baru dirancang dengan memperhitungkan
3 7 kelayakan nilai ekonomi dengan tidak membebani keuangan Pemko Medan. Beberapa fungsi yang dianggap sebagai karakteristik kawasan akan tetap dipertahankan. Dalam rangka mewujudkan suatu rancangan arsitektur ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang perancang atau arsitek. Begitu juga kasus Perancangan Arsitektur 6 ini, dalam mewujudkan model penataan kawasan permukiman tepi sungai, perancang harus melalui berbagai tahap perancangan. Pada kasus ini tahap-tahap perancangan tersebut terdiri dari studi lapangan, inventarisasi data, pemrograman, pengembangan tema dan konsep, rancangan konseptual, rancangan skematik, pengembangan rancangan, dan presentasi akhir (Gambar 1.2).. Studi Lapangan Inventarisasi Data Pemrograman Rancangan Skematik Rancangan Konseptual Pengembangan Tema dan Konsep Pengembangan Rancangan Presentasi Akhir Gambar 1.2. Skema proses perancangan arsitektur 6 Untuk memahami permasalahan yang ada, perancang membutuhkan datadata yang berkaitan dengan kondisi realitas kawasan. Data ini dapat diperoleh dalam dua cara, yaitu studi lapangan, dan studi literatur.
4 8 Studi lapangan sangat penting dilakukan untuk mengumpulkan data dalam lingkup permukiman, Loeckx menganjurkan agar melakukan kunjungan ke lokasi secara intensif (Loeckx, 1988 dalam Rudito, 2008). Selanjutnya Loeckx menambahkan bahwa kunjungan ke lokasi dibedakan dalam dua macam kegiatan, yaitu: pertama, berjalan menyusuri kawasan permukiman untuk mengenal kawasan secara sistematik, melakukan pengamatan, dan mencatat berbagai elemen yang dijumpai dalam jaringan/jalinan beberapa jalan yang membentuk konfigurasi yang spesifik. Kedua, identifikasi secara sistematik, sekali lagi melakukan pengamatan dan mencatat dan melihat adanya keterkaitan dalam jaringan/jalinan beberapa jalan dengan diikuti beberapa kunjungan tempat tinggal secara komprehensif. Hal ini menjadi dasar kegiatan studi lapangan yang dilakukan perancang dalam memulai proses perancangan (Gambar 1.3). Gambar Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan cara bergerak di dalam kawasan layaknya masyarakat setempat sambil memetakan kondisi yang dialami dalam pikiran maupun rekaman foto (Gambar 1.3). Kegiatan ini sejalan dengan Lynch
5 9 dalam bukunya yang berjudul "Managing the Sense of a Region", memperkenalkan beberapa cara yang dilakukan dalam mengupas arti sebuah kawasan atau lingkungan (Lynch, 1975). Teknik pengumpulan data ini merupakan kegiatan yang sekuensial dengan cara bergerak di dalam satu kawasan atau lingkungan. Dalam buku yang sama, Lynch juga membahas pemahaman arti sebuah kawasan sebagai awal dari proses pengumpulan data. Perancang berperan sebagai anggota masyarakat yang mendiami kawasan. Dengan cara ini perancang dapat melihat kondisi realitas kawasan melalui sudut pandang masyarakat penghuni suatu kawasan Sungai Deli Sungai Deli merupakan salah satu sungai yang melewati Kota Medan. Sungai Deli mengalir melalui tiga wilayah daerah aliran sungai (DAS) yaitu, Kabupaten Karo dan Simalungun di hulu, Deli Serdang dan Sergai di tengah serta Kota Medan di hilir hingga bermuara ke laut Belawan (Gambar 1.4). Sayangnya, sepanjang DAS, sungai ini sudah tercemar. Dimulai dari hulu, air yang keruh menandakan sungai tercemar tanah dan unsur hara yang erosi, tergerus dari hutan dan lahan-lahan di sepanjang DAS. Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Di tengah dan di hilir, limbah industri dan rumah tangga menambah kadar kerusakan ekosistem air sungai.
6 10 Gambar 1.4. Aliran Sungai Deli Sumber: (2014) Perlahan namun pasti, eksploitasi DAS tanpa terkendali dan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan mulai merambah ke tengah dan hulu. Pencemaran sungai meluas, seiring meningkatnya aktivitas yang mendukung perkembangan wilayah dan pertambahan jumlah penduduk. Penebangan hutan di wilayah penyangga dan sumber air di DAS, memperburuk kondisi sungai dan mencemari sungai mulai dari wilayah hulu.
7 11 Gambar 1.5. Kondisi Sungai Deli Pencemaran Sungai Deli ini sudah terlihat saat perancang melakukan studi lapangan di wilayah Kelurahan Hamdan melalui airnya yang kecokelatan (Gambar 1.5). Pencemaran Sungai Deli, diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Dengan tebaran sampah yang menumpuk, dari bagian pinggir sampai ke aliran sungai yang bisa diketahui dari pendangkalan yang terjadi di beberapa titik. Pada kondisi normal, menurut warga setempat, ketinggian muka air sungai hanya mencapai lima puluh sentimeter. Saat perancang melakukan studi lapangan pada kondisi cuaca hujan lebat, ketinggian muka air sungai mencapai satu setengah meter. Dalam kondisi musim hujan antara bulan September-Desember muka air sungai dapat mencapai ketinggian tiga meter. Hal ini yang menyebabkan terjadinya banjir di wilayah Kelurahan Hamdan. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas MCK ( mandi, cuci, kakus) di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar (Gambar 1.6). Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai ini memiliki pola hidup yang kurang bersih dan sehat, dimana susunan dari pemukiman mereka sangat rapat dan lahan
8 12 di sekitarnya yang semakin sempit menjadikan mereka kekurangan sarana untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga mereka lebih memilih untuk membuangnya ke sungai. Gambar 1.6. Aktivitas MCK Di Sungai Apabila air sungai telah tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Karena hampir semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, tanpa air tiada kehidupan di muka bumi ini. Dampak pencemaran air dapat berupa air tidak menjadi bermanfaat lagi dan menjadi timbulnya penyakit. Pencemaran air di sungai yang diakibatkan oleh limbah, tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Sebab jika hal ini tidak ditangani dengan segera maka limbah-limbah yang ada di sungai akan memberikan dampak negatif yang sangat fatal bagi kelangsungan hidup manusia. Pencemaran air Sungai Deli dan Belawan diakibatkan oleh kegiatan industri, lingkungan pemukiman, pasar, rumah sakit dan berbagai kegiatan lain disepanjang sungai tersebut. Saat ini, rendahnya kesadaran lingkungan dan kebiasaan buruk warga serta pengusaha yang membuang limbah di sungai, kian
9 13 memperburuk kondisi sungai. Sampah rumah tangga dan limbah industri, hotel, rumah sakit dan limbah lain, campur aduk (Gambar 1.7). Gambar Pembuangan Limbah Padat Pada Tepi Sungai Pemukiman liar yang tumbuh di sepanjang DAS terutama pada bagian pusat kota Medan, termasuk wilayah Kelurahan Hamdan juga menyebabkan lebar sungai mengalami pengurangan. Hal ini disebabkan tidak sedikit pemukiman liar ini yang mengambil badan sungai sebagai lahan pemukiman. Menurut warga setempat, lebar Sungai Deli saat ini hanya sekitar sepuluh meter, padahal lebar Sungai Deli dulunya sekitar m. Pemerintah dari struktur terendah hingga pemerintah pusat tak mampu menegakkan supremasi hukum dalam melindungi lingkungan di sekitar DAS. Penebangan hutan yang dilakukan dengan berbagai alasan tanpa diikuti tindakan konservasi, atau bahkan kebijakan yang dengan sengaja memberi efek buruk bagi lingkungan, mempercepat proses kerusakan ekosistem Sungai Deli.
10 Kelurahan Hamdan Lokasi proyek terletak di jalan Ir. H. Juanda - Jalan Multatuli, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Aktivitas pada tapak kebanyakan berupa hunian dan komersial. Fungsi hunian dan komersial ini tersebar pada tapak secara tidak beraturan. Area tepian tapak yang berbatasan langsung dengan jalan Multatuli dan Ir. H. Juanda berfungsi sebagai area komersial sekaligus hunian (Gambar 1.8). Pada wilayah tapak bagian tengah sampai ke tepi Sungai Deli merupakan hunian dan beberapa diantaranya juga berfungsi sebagai komersial. Gambar 1.8. Fungsi Hunian Dan Komersial Di Tepian Jalan Demi mendapatkan data yang rinci mengenai kondisi kawasan, studi lapangan dilakukan dalam beberapa waktu yang berbeda. Studi lapangan yang dilakukan berulang menghasilkan pemahaman yang mendalam mengenai arti kawasan dalam sudut pandang masyarakat, yang nantinya berkaitan dengan rancangan yang akan di usulkan.
11 Aspek Fisik Kondisi kawasan Kelurahan Hamdan secara keseluruhan merupakan kawasan dengan kepadatan penduduk sedang (Gambar 1.9), terlihat dari jarak antar rumah yang sangat berdekatan tanpa adanya pagar pembatas, bahkan tidak jarang ditemukan rumah-rumah yang menempel satu sama lain. Sehingga tipologi rumah yang ada pada kawasan adalah rumah deret, rumah tunggal dan rumah kopel. Rumah deret merupakan deretan beberapa rumah yang menempel satu sama lain (Gambar 1.12). Rumah tunggal adalah rumah yang berdiri sendiri, terpisah dengan bangunan di sampingnya (Gambar 1.11). Sedangkan rumah kopel adalah dua rumah yang menempel satu sama lain (Gambar 1.10). Tipe rumah permanen bervariasi antara tipe 50, 75, dan 100. Gambar1. 9. Peta Kepadatan Penduduk Sumber: RTRW Kota Medan
12 16 Gambar Rumah Kopel Gambar Rumah Tunggal Gambar Rumah Deret Material yang digunakan setiap bangunan bervariasi, untuk konstruksi rumah banyak menggunakan beton dan kayu, dinding bangunan menggunakan batu bata dan kayu, untuk bahan atap menggunakan seng sebagai penutup bangunan (Gambar 1.13). Pada kawasan proyek terlihat kondisi rumah berdasarkan kenyamanan termal tidak memenuhi standar rumah yang seharusnya. Akibat rumah-rumah yang menempel satu sama lain, sirkulasi udara dan cahaya pada rumah tidak baik.
13 17 Gambar Material Bangunan Pada Tapak Kondisi utilitas pada tapak belum memadai. Kondisi saluran drainase yang berupa selokan tidak memiliki penutup, sehingga menjadi tempat menumpuknya sampah. Hal ini menyebabkan pemandangan pada tapak tidak menyenangkan dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat. Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat dari kebiasaan warga yang menggunakan kabel listrik sebagai tempat menjemur pakaian. Beberapa penerangan jalan dibuat sendiri oleh warga dengan menggantung lampu pada kabel listrik (Gambar 1.14). Gambar Penerangan Jalan Gambar Tumpukan Sampah Pada Tapak
14 18 Kondisi yang sama mengkhawatirkannya juga terlihat pada tapak yang tidak memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sehingga di beberapa titik pada tapak menjadi tempat menumpuknya sampah warga (Gambar 1.15) termasuk di pinggiran Sungai Deli, bahkan ironisnya tidak hanya di pinggiran tetapi badan sungai juga menjadi tepat pembuangan sampah warga sekitar. Akses menuju tapak hanya bisa melalui jalan Multatuli dan Ir. H. Juanda. Sirkulasi pada tapak yang tidak beraturan dan memiliki banyak gang-gang kecil menjadi karakteristik tapak. Sirkulasi pada tapak umumnya hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua dan kendaraan roda tiga. Kondisi koridor jalan cukup memprihatinkan karena lebar jalan yang terlalu kecil dan tidak adanya pemisah antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor (Gambar 1.17). Trotoar yang terdapat di pinggiran tapak berubah fungsi menjadi tempat usaha. Sehingga tidak jarang pejalan kaki mengambil badan jalan untuk jalur sirkulasi yang tentunya hal ini sangat membahayakan keselamatan (Gambar 1.16). Gambar Kondisi Jalur Pejalan Kaki Gambar Kondisi Sirkulasi Pada Tapak
15 Aspek Sosial-Ekonomi Pengamatan langsung terhadap perilaku sosial masyarakat juga dilakukan dalam studi lapangan. Hal ini dilakukan karena masalah sosial yang muncul pada kawasan tidak dapat dipahami dari sudut pandang perancang dari luar masyarakat. Rubito dan Famiola (2013) menyebutkan bahwa untuk dapat memahami pola-pola yang berupa sosial dalam masyarakat perlu bagi orang luar (dalam hal ini khususnya perancang) untuk dapat hidup dan tinggal bersama masyarakat yang ditelitinya (pada kawasan proyek) agar makna dari sosial yang berlaku dapat dipahami dengan mudah. Kehidupan sosial merupakan bagian kebudayaan, di mana kehidupan sosial meliputi interaksi sosial yakni kelakuan manusia dengan manusia lain di sekelilingnya yang akan menghasilkan tingkatan-tingkatan sosial tertentu dan stratifikasi sosial. Kegiatan sosial pada tapak tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan ekonomi, karena kebanyakan interaksi sosial yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan ekonomi. Hal ini terlihat di beberapa warung kopi dan warungwarung jajanan yang tersebar pada tapak kebanyakan menjadi tempat berkumpul warga (Gambar 1.18). Gambar Tempat Interaksi Sosial
16 20 Pada kegiatan studi lapangan yang dilakukan perancang, terlihat suasana tapak yang tidak begitu ramai. Interaksi sosial banyak dilakukan di teras rumah yang saling berhadapan. Warga saling berkomunikasi dari teras rumah masingmasing tanpa meninggalkan pekerjaan rumah tangganya. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya pagar pembatas antar rumah dan jarak rumah-rumah yang saling berdekatan (Gambar 1.19). Sungai juga menjadi tempat interaksi sosial warga, mulai dari pinggiran sampai badan sungai. Warga melakukan aktivitas mencuci, memancing bersama-sama di pinggiran sungai, sedangkan anak-anak bermain di daerah badan sungai yang dangkal. Untuk kegiatan olahraga, warga menggunakan lahan kosong pada malam hari karena menghindari panas sinar matahari (Gambar 1.20). Gambar Interaksi Sosial Gambar Kegiatan Olahraga Di Malam Hari Pola- pola kehidupan warga yang masih menganut pola perkampungan menjadikan wilayah tapak ini menjadi sebuah perkampungan yang berada di kota yang disebut sebagai Kampung Kota. Menurut Heryati (2011), Kampung kota
17 21 merupakan suatu bentuk pemukiman perkotaan yang memiliki ciri khas Indonesia dengan sifat dan perilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat,kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, kerapatan bangunan dan penduduk tinggi, sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lainnya Aspek Manusia Manusia dalam kasus perancangan arsitektur merupakan pertimbangan utama yang sangat menentukan hasil rancangan. Begitu juga dalam kasus proyek rancangan rumah susun ini, manusia menjadi penentu dalam rancangan. Banyaknya jumlah penduduk yang berada pada tapak proyek menentukan berapa unit hunian rumah susun yang akan dibangun. Perancang berusaha melakukan pendataan penduduk melalui instansi pemerintah yang berwenang yaitu Kantor Kelurahan Hamdan. Tetapi dikarenakan berbagai hal teknis, data kependudukan tidak berhasil didapatkan sehingga perancang berusaha mengambil solusi lain dengan melakukan perhitungan unit rumah pada lokasi proyek. Jumlah unit rumah disumsikan sebanyak seratus unit. Dengan perhitungan ini jumlah keluarga pada tapak proyek berjumlah seratus keluarga dengan jumlah masing-masing anggota keluarga berkisar antara dua sampai enam orang. Mayoritas dari agama warga sekitar adalah agama islam. Tingkat sosial ekonomi warga rata-rata menengah ke bawah. Kebanyakan warga berprofesi sebagai pedagang. Hal ini yang menyebabkan banyaknya unit-unit usaha komersial yang tersebar pada tapak.
18 Kasus proyek sejenis Data-data mengenai kasus proyek sejenis diperoleh melalui studi literatur. Pencarian studi literatur dilakukan untuk mendapatkan perbandingan gambaran kondisi proyek sejenis yang sudah terlaksana sebagai bahan acuan dalam perumusan konsep yang direncanakan. Hal ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam merancang kasus proyek sejenis. Studi literatur yang dilakukan ialah mengenai rumah susun yang telah dibangun dan program pengembangan kawasan pinggir sungai. Studi literatur dilakukan melalui proyek yang telah terlaksana di dalam maupun luar negeri dengan menggunakan media internet dalam pencarian kasus proyek. Data studi literatur dipelajari dengan melihat kondisi-kondisi yang sesuai dengan kasus proyek, lalu melihat permasalahan-permasalahan yang ada dan solusi pemecahan masalah melalui perancangan arsitektur. Studi literatur dengan proyek rumah susun di kota besar seperti Jakarta, yang sudah banyak dibangun rumah susun untuk solusi pemukiman yang kumuh dan padat penduduk. Dari proyek ini diperoleh pengetahuan bagaimana rancangan bangunan rumah susun yang baik, yang mampu memenuhi segala kebutuhan penghuni yang terdiri dari berbagai macam ras, agama dan kepercayaan (Gambar 1.21). Dari studi literatur ini juga diperoleh bagaimana cara menyatukan berbagai macam perbedaan dalam satu bangunan rumah susun sehingga tidak terjadi masalah antar warga.
19 23 Gambar Rumah Susun Sumber: (2011) Desain bangunan sangat menentukan bagaimana nantinya kehidupan warga setelah dipindahkan ke bangunan rumah susun. Hal ini dapat dipelajari dari studi literatur mengenai kehidupan warga setelah berada di bangunan rumah susun. Apabila kehidupan warga semakin meningkat, maka rancangan bangunan dinilai berhasil dan bisa diaplikasikan kembali. Apabila kehidupan warga semakin menurun maka, rancangan bangunan dinilai tidak berhasil dan tidak bisa dijadikan acuan dalam merancang Revitalisasi Pemukiman Tepi Sungai Pengetahuan rancangan juga diperoleh dari jurnal-jurnal yang terkait dengan kasus proyek. Jurnal-jurnal ini diharapkan dapat membantu dalam memperoleh ide perancangan yang akan diterapkan sebagai tema pada kasus proyek ini. Dari pemahaman mengenai jurnal akan membuka wawasan akan permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada kasus proyek sejenis. Jurnal
20 24 ini memberikan gambaran permasalahan-permasalahan yang sering muncul dan menjadi permasalahan yang layak diangkat sebagai dasar ide perancangan kawasan. Permasalahan-permasalahan ini sering timbul dari, kondisi pemukiman, kondisi sosial, kondisi ekonomi maupun kondisi lingkungan sekitar yang mempengaruhi keadaan kawasan. Wawasan dan pengetahuan yang diperoleh dari jurnal akan mempengaruhi pemikiran dalam penentuan tema. Pengetahuan mengenai permasalahan pemukiman tepi sungai yang ditemukan dalam salah satu jurnal antara lain memaparkan secara umum beberapa permasalahan sungai di kota-kota besar yaitu: Pemukiman yang dibangun di sepanjang sungai umumnya mengambil bagian bantaran sungai sehingga alur sungai semakin menyempit dan tidak dapat lagi menampung deras aliran air sehingga setiap kali hujan deras di pegunungan, air meluap menggenangi pemukiman. Kondisi kawasan pada umumnya pemukiman padat dan kumuh, sarana dan prasarana tidak tertata dan tidak memadai. Air yang mengalir melalui sungai-sungai tidak langsung dialirkan ke laut karena tertahan di kawasan reklamasi. Kondisi ini senantiasa mengakibatkan terbentuknya genangan-genangan air. Pembuangan limbah padat maupun cair ke badan air dan bantaran sungai di berbagai ruas sungai mencemari air dan menghambat aliran air sungai. Orientasi terhadap sungai masih menjadikan "river back".
21 25 Dengan adanya permasalahan-permasalahan ini, maka didapat solusi penyelesaian masalah dengan suatu pendekatan menggunakan model penataan kawasan tepi sungai, seperti: Menghidupkan kawasan atau vitalisasi yaitu: pendekatan penanganan dengan meningkatkan kinerja dan dinamika fungsi kawasan, baik melalui optimasi pemanfaatan potensi dan sumberdaya lokal, menambahkan sarana dan prasarana kawasan maupun membuka akses dan mengintegrasikan kawasan terhadap pusat-pusat pelayanan/kegiatan kota yang telah berkembang. Menghidupkan kembali kawasan yang surut atau revitalisasi yaitu: ditujukan pada kawasan yang menurun fungsi sosial ekonominya melalui usaha menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan yang layak huni, mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota. Pembangunan kembali atau redevelopment yaitu: pendekatan penanganan melalui cara membangun kembali kawasan dengan fungsi baru yang dinilai memiliki potensi dan prospek yang lebih baik lagi dari fungsi sebelumnya. Peningkatan Kualitas Lingkungan melalui peremajaan atau renewal yaitu: pendekatan menata kembali kawasan dengan mengganti sebagian atau seluruh unsur-unsur lama dengan unsur-unsur baru untuk tujuan
22 26 mendapatkan nilai tambah yang lebih memadai sesuai dengan potensi dan nilai ekonomi kawasan tersebut. Intensifikasi Pembangunan yaitu: pendekatan penanganan dengan memanfaatkan ruang-ruang yang tersedia seoptimal mungkin. Rehabilitasi Kawasan yaitu: pendekatan penanganan dengan cara memperbaiki lingkungan kawasan yang telah terjadi degradasi sehingga dapat berfungsi kembali seperti sedia kala. Peningkatan kualitas lingkungan melalui peningkatan sarana dan prasarana. 1 Dari jurnal ini diperoleh pengetahuan mengenai solusi atas permasalahanpermasalahan pemukiman tepi sungai, sehingga informasi ini dapat digunakan dalam proses perancangan kawasan pada kasus proyek ini. Informasi-informasi yang diperoleh dari berbagai jurnal memudahkan untuk dilakukan analisa permasalahan yang ada pada kawasan perancangan. Tahap selanjutnya adalah inventarisasi data yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan tema dan kasus proyek. Penyusunan data dilakukan setelah data yang dibutuhkan benar-benar mencukupi. Inventarisasi data dilakukan dengan menyusun data-data yang berkaitan terhadap rancangan. Data yang telah diperoleh dari observasi dan dari peraturan-peraturan yang berlaku serta jurnal-jurnal terkait kasus proyek dikumpulkan dan disusun dengan format penyajian laporan data proyek yang baik. Penyajian laporan data proyek juga disertai dokumentasi hasil 1 Rahmadi, D.K., Pemukiman Bantaran Sungai: Pendekatan Penataan Kawasan Tepi Air. Staf Perencanaan Teknis dan Pengaturan Direktorat Pengembangan Pemukiman Ditjen. Cipta Karya.
23 27 observasi lapangan yang memperlihatkan keadaan tapak proyek. Inventarisasi data ini dilakukan untuk memudahkan proses perancangan. Penyusunan data hasil observasi lapangan dibuat dalam format penyajian data proyek. Informasi yang didapat dari observasi lapangan adalah mengenai data kondisi lingkungan tapak proyek yang mencakup hal-hal mengenai batas-batas tapak, kondisi jalan di sekitar tapak, tipologi rumah pada kawasan, kondisi sarana dan prasarana yang tersedia, kondisi sosial masyarakat,dll. Dari data-data ini nantinya akan dianalisis permasalahan-permasalahan ataupun potensi yang terdapat pada kawasan. Dalam penyajian data observasi lapangan, banyak menggunakan media gambar untuk memperlihatkan kondisi pada tapak proyek.
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI
BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini
Lebih terperinciBAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini
BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciBAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,
BAB 2 ANALISA KAWASAN Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut. Data kawasan
Lebih terperinciBAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront
BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciBAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN
BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian
Lebih terperinciCONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)
Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS
BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Judul RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA
PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
9 BAB II ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN 2.1. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalan perencanaan perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun Sumatera Utara ini adalah: 1. Bagaimana merancang suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban
Lebih terperinciBAB 1. Langkah Awal. Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk
BAB 1 Langkah Awal Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk penduduknya, bagaimana tidak dengan rata-rata suhu bisa mencapai 32 derajat celcius 5 dapat dibayangkan seberapa
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE
BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga
Lebih terperinciBAB II MENGENAL LEBIH DEKAT
BAB II MENGENAL LEBIH DEKAT Meski tidak semua aspek kehidupan di lingkungan tapak proyek dipengaruhi oleh keberadaan sungai Deli, namun bagi beberapa pihak sungai ini telah menjadi bagian dari hidup mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciSabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN
Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan
Lebih terperinciBAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan
BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN 1.1 Deskripsi Proyek dan Lokasi Tapak Skripsi dan perancangan arsitektur 6 menjadi bahan "tugas akhir" bagi mahasiswa semester 8. Format nya cukup berbeda dengan mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.
BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi
Lebih terperinciBAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN
BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN 2.1 Apartemen Dan Rumah Susun Apa itu hunian? Defenisi hunian atau rumah adalah tempat tinggal atau kediaman, yang berarti bahwa hunian itu merupakan tempat berlindung,
Lebih terperinciBAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK
BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya air sangat terkait dengan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tertanda. Penulis
KATA PENGANTAR AssalamuAlaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerahnya kepada penulis yang telah menyelesaikan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Bagian terpenting dalam merumuskan tahap-tahap metode yang terdiri dari rangkaian studi arsitektur, yang dilakukan secara runtut dan sistematis dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mendorong kebutuhan akan hunianpun semakin meningkat, Pesatnya jumlah penduduk di perkotaan akan berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
Lebih terperinciBAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI
63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN
BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya
Lebih terperincikuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu
Lebih terperinci2015 DAMPAK BANJIR CILEUNCANG TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah salah satu bencana yang cukup populer di Indonesia pada musim hujan karena beberapa wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir. Dibanding dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Belik merupakan anak Sungai Gajahwong yang mengalir melintasi tiga pedukuhan, yaitu Pedukuhan Karangwuni, Pedukuhan Karanggayam, dan Pedukuhan Kocoran. Sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan
Lebih terperinciBAB IV PANDUAN KONSEP
BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Badur merupakan permukiman yang berada di pinggiran sungai Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun, Medan. Daerah pinggiran sungai, umumnya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinci