BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. TPS Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh jumlah TPS sebanyak 86 buah. TPS tersebut tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Batang. Dari 15 (lima belas) kecamatan tersebut ada beberapa kecamatan yang tidak memiliki fasilitas TPS. Daerah Pelayanan Dalam Kota Luar Kota Tabel 4.1. Persebaran TPS Kabupaten Batang Kecamatan Jumlah Kondisi Kapasitas TPS Bagus Rusak Hancur Batang , Warungasem , Wonotunggal 2 4, Subah Banyuputih 1 7, Gringsing Bandar 1 59, Blado Limpung Tersono 1 54, Bawang Sumber: Hasil Observasi Lapangan (2013) Daerah pelayanan kebersihan di Kabupaten Batang masih terbatas di sebelas kecamatan seperti yang tertera dalam tabel di atas. Empat kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis, Kecamatan Reban, dan Kecamatan Pecalungan belum mendapatkan pelayanan kebersihan dari pemerintah. Pelayanan kebersihan di Kabupaten Batang dibagi menjadi dua daerah pelayanan. Daerah pelayanan utama yaitu daerah pelayanan dalam kota yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang, Kecamatan Warungasem, dan Kecamatan Wonotunggal. Sedangkan untuk pelayanan luar kota terbatas hanya untuk kawasan pasar saja yaitu Kecamatan Bandar, Kecamatan Blado, Kecamatan Subah, Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Gringsing, Kecamatan Limpung, Kecamatan Tersono, dan Kecamatan Bawang. IV-1

2 Buah (satuan) Grafik Persebaran TPS di Kabupaten Batang Kecamatan Gambar 4.1. Persebaran TPS di Kabupaten Batang per Kecamatan Dari grafik di atas diketahui bahwa persebaran TPS di Kabupaten Batang tidak merata, dimana 67,44% berada di Kecamatan Batang dan sisanya berada di luar Kecamatan Batang (Lihat Gambar 4.2). Hal ini menunjukan bahwa timbulan sampah terbesar berada di Kecamatan Batang. Gambar 4.2. Peta Persebaran TPS di Kabupaten Batang IV-2

3 Buah (satuan) Jika dikelompokkan sesuai daerah pelayanannya maka untuk pelayanan dalam kota terdapat 78 buah TPS dan untuk luar kota terdapat 8 buah TPS. Berikut disajikan grafik persebaran TPS berdasarkan daerah pelayanannya Grafik Persebaran TPS di Kabupaten Batang Dalam Kota Luar Kota Daerah Pelayanan Gambar 4.3. Persebaran TPS di Kabupaten Batang per Daerah Pelayanan Analisis Kesesuaian Lokasi TPS Analisis kesesuaian lokasi TPS dilakukan sesuai dengan tabel variabel kesesuain lokasi TPS pada bab 3. Data diperoleh melalui observasi dan pengamatan lapangan. Untuk mengetahui jarak TPS terhadap sumber sampah yaitu pemukiman dilakukan fungsi buffer sesuai ketentuan dalam variabel yaitu sejauh 500 m, 1000 m, 1500 m, dan >1500 m. Dari fungsi tersebut dapat diketahui jarak TPS terhadap sumber sampah. Untuk analisis kondisi jalan, penempatan TPS, dan aktivitas dominan TPS maka dilakukan observasi langsung ke lapangan melalui pengamatan. Berikut disajikan gambar analisis buffer jarak TPS terhadap sumber sampah dalam gambar 4.4 dan tabel kesesuaian lokasi persebaran TPS di Kabupaten Batang. IV-3

4 Gambar 4.4. Buffer Sumber Sampah terhadap TPS Dari tabel kesesuaian lokasi TPS akan diketahui nilai setiap variabel dari masing-masing TPS. Tabel kondisi TPS di lapangan dapat dilihat pada lampiran. Dalam bab ini variabel tersebut dilambangkan sebagai berikut: A = Jarak B = Kondisi Jalan C = Penempatan TPS D = Aktivitas Dominan Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS No. Nama A B C D (4) (3) (2) (1) Keterangan 1. TPS RM Kulu Asri Sesuai 2. TPS SPBE Sesuai 3. TPS Cepokokuning Sesuai 4. TPS SDN 01 Cepokokuning Sesuai 5. TPS Rowobelang Sesuai 6. TPS Perum Pasekaran Sesuai 7. TPS Balai Desa Pasekaran Sesuai 8. TPS SMP 4 Batang Sesuai 9. TPS Gg. Botol Sesuai 10. TPS Reservoir PDAM Sesuai IV-4

5 Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan) No. Nama A B C D (4) (3) (2) (1) Keterangan 11. TPS SMA 2 Batang Sesuai 12. TPS Kalisalak (Kebun) Sesuai 13. TPS Kalisalak (Lapangan) Sesuai 14. TPS Kalisalak (Bupati Bintoro) Sesuai 15. TPS Balai Desa Kauman (depan) Sesuai 16. TPS RSUD Batang (Belakang) Sesuai 17. TPS Kalipucang Kulon Sesuai 18. TPS Indomaret Kalisari (Depan) Sesuai 19. TPS Watesalit Sesuai 20. TPS Watesalit Sesuai 21. TPS Watesalit 3 (BPN) Sesuai 22. TPS Watesalit Sesuai 23. TPS Watesalit Sesuai 24. TPS PDIP Sesuai 25. TPS SMK 1 Batang (Belakang) Sesuai 26. TPS Kecepak Sesuai 27. TPS Sambong Sesuai 28. TPS Pasar Sambong Sesuai 29. TPS Matangan Sesuai 30. TPS RM Padang Sesuai 31. TPS Gedung KORPRI Sesuai 32. TPS Perum Prisma Sesuai 33. TPS Madrasah (Depan) Sesuai 34. TPS Arteri Btg-Pklgn Sesuai 35. TPS Kasepuhan (Perempatan) Sesuai 36. TPS Kasepuhan (Makam) Sesuai 37. TPS Karang Tengah Sesuai 38. TPS SD Kasepuhan Sesuai 39. TPS SMP 6 Batang Sesuai 40. TPS Kantor Lurah Kasepuhan Sesuai 41. TPS SD Kasepuhan 5 (1) Sesuai 42. TPS SD Kasepuhan 5 (2) Sesuai IV-5

6 Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan) No. Nama A B C D (4) (3) (2) (1) Keterangan 43. TPS Gapura Kasepuhan Sesuai 44. TPS Arteri Btg-Pklgn Sesuai 45. TPS Yos Soedarso (Senggol) Sesuai 46. TPS Yos Soedarso Sesuai 47. TPS Pasar Batang (Depo) Sesuai 48. TPS SMP 2 Batang Sesuai 49. TPS Jembatan Klidang Sesuai 50. TPS Kantor Lurah Klidang Wetan Sesuai 51. TPS RE (Jembatan) Sesuai 52. TPS/Depo Pekuncen Sesuai 53. TPS Gg. Kakap Sesuai 54. TPS SMP 9 Batang Sesuai 55. TPS RE Sipung (ke pantai) Sesuai 56. TPS RE (ke pantai) Sesuai 57. TPS TPI Ngebom Sesuai 58. TPS Sigandu Sesuai 59. TPS Pasar Hewan Sesuai 60. TPS Samsat Sesuai 61. TPS Pisma Griya Sesuai 62. TPS Terban Sesuai 63. TPS Puskesmas Warungasem Sesuai 64. TPS Pasar Warungasem Sesuai 65. TPS Warungasem Sesuai 66. TPS Kantor Kades Warungasem Sesuai 67. TPS Warungasem Sesuai 68. TPS KUA Warungasem Sesuai 69. TPS Kantor POS Warungasem Sesuai 70. TPS Masin Sesuai 71. TPS Masin Sesuai 72. TPS Masin Sesuai 73. TPS Cuci Motor Sesuai 74. TPS Mj. Tholabuddin Sesuai 75. TPS Mj. Tholabuddin Sesuai 76. TPS SD Cepagan Sesuai IV-6

7 Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan) No. Nama A B C D (4) (3) (2) (1) Keterangan 77. TPS Kuburan Sesuai 78. TPS SMP 1 Warungasem Sesuai 79. TPS Pasar Bandar Sesuai 80. TPS Pasar Blado Sesuai 81. TPS Pasar Bawang Sesuai 82. TPS Limpung Sesuai 83. TPS Pasar Tersono Sesuai 84. TPS Pasar Subah Sesuai 85. TPS Pasar Banyuputih Sesuai 86. TPS Pasar Gringsing Sesuai Sumber: Hasil Analisis (2013) TPS. Dari tabel tersebut selanjutnya disajikan dalam grafik kesesuaian lokasi Kesesuaian Lokasi TPS Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai 0% 100% Gambar 4.5. Kesesuaian Lokasi TPS Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 100% (86 buah) persebaran TPS di Kabupaten Batang sudah berada di lokasi yang sesuai. Namun perlu ditinjau lagi tidak hanya berdasarkan nilai semata, tapi juga dari variabel tiap TPS IV-7

8 apakah sudah benar 100% sesuai jika dilihat dari tiap paramaternya. Sebagai contoh adalah TPS Yos Sudarso memiliki nilai 26 dimana sudah termasuk kriteria sesuai, tapi juga perlu dilihat kekurangannya untuk perbaikan seperti pada TPS Yos Sudarso tersebut penempatan TPS masih di badan jalan/mengganggu sarana umum. Untuk itu perlu dicarikan lokasi khusus di daerah sekitarnya agar TPS berada pada lokasi khusus untuk TPS. Berikut disajikan Peta Persebaran TPS berdasarkan kondisinya. Gambar 4.6. Peta Persebaran TPS dengan Kondisinya Analisis Kondisi dan Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah TPS merupakan perwadahan sebelum sampah diangkut menuju TPA. Jadi TPS harus mampu menampung sementara sampah-sampah tersebut sebelum dipindahkan ke TPA. TPS minimal harus mampu menampung volume sampah dengan umur 1 hari sebelum dipindahkan ke TPA. Jika kapasitas TPS tidak mampu menampung volume sampah per hari maka TPS tersebut dikatakan tidak memenuhi. Volume sampah di Kabupaten Batang yaitu volume sampah yang masuk ke TPA Randukuning setiap harinya. IV-8

9 Berikut adalah data volume sampah Kabupaten Batang. Tabel 4.3. Volume sampah Kabupaten Batang No. Daerah Layanan Kecamatan Volume/hari (m 3 ) Batang 1. Dalam Kota Warungasem Wonotunggal 121,89 Bandar 2. Luar Kota Blado Subah Banyuputih Gringsing Tersono Limpung Bawang 23,08 Sumber: Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Batang (2013) Volume sampah terdata di Kabupaten Batang merupakan volume sampah yang masuk ke TPA Randukuning setiap harinya. Volume sampah yang masuk ke TPA merupakan sampah yang diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi sesuai daerah pelayanannya. Volume sampah Kabupaten Batang Luar Kota 16% Dalam Kota 84% Gambar 4.7. Volume sampah Kabupaten Batang IV-9

10 Volume (m 3 ) Dari diagram volume sampah di atas diketahui bahwa 86% sampah di Kabupaten Batang berasal dari daerah pelayanan dalam kota yaitu Kecamatan Batang, Kecamatan Warungasem, dan Kecamatan Wonotunggal. Sedangkan 26% sampah berasal dari daerah pelayanan luar kota yaitu Kecamatan Bandar, Blado, Subah, Banyuputih, Gringsing, Limpung, Tersono, dan Bawang. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi lapangan diketahui kapasitas TPS di Kabupaten Batang sebesar 407,29 m 3 untuk daerah pelayanan dalam kota dan 248,25 m 3 untuk daerah pelayanan luar kota. Kapasitas total TPS diperoleh dari penjumlahan kapasitas tiap TPS yang masih memiliki bentuk fisik atau kemampuan untuk menampung sampah. Di bawah ini disajikan grafik kapasitas TPS di Kabupaten Batang berdasarkan daerah pelayanannya. Grafik Kapasitas TPS Kabupaten Batang Dalam Kota Luar Kota Daerah Pelayanan Gambar 4.8. Kapasitas TPS di Kabupaten Batang Berdasarkan grafik tersebut diketahui kapasitas TPS dalam kota lebih besar dari kapasitas TPS luar kota. Hal ini sebanding dengan jumlah timbulan sampah di Kabupaten Batang dimana sebagian besar timbulan sampah berasal dari daerah pelayanan dalam kota. Secara umum kapasitas TPS yang tersedia telah memenuhi kebutuhan untuk menampung sementara sampah yang ada di Kabupaten Batang sebelum diangkut IV-10

11 Volume (m 3 ) ke TPA. Kapasitas yang ada dibandingkan dengan volume sampah harian untuk mengetahui kemampuan daya tampung TPS terhadap timbulan sampah. Berikut penyajiannya dalam bentuk grafik. Grafik Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah Kapasitas Volume Sampah Dalam Kota Luar Kota Daerah Pelayanan Gambar 4.9. Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah Untuk menganalisis kemampuan individu tiap TPS, maka dilakukan pembahasan yang lebih mendetail. Kemampuan perwadahan atau kapasitas penampungan TPS juga dipengaruhi oleh kondisi TPS tersebut. Dari observasi dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa kondisi fisik perwadahan TPS di Kabupaten Batang tidak semuanya dalam kondisi bagus. Ada yang rusak bahkan hancur. Hampir setengah atau 43,02% TPS di Kabupaten Batang dalam kondisi rusak dan hancur. Kondisi perwadahan yang rusak dapat mengurangi kemampuan TPS dalam menampung sampah, sedangkan TPS dengan kondisi hancur maka tidak lagi mampu untuk menampung sampah. Sampah yang tidak tertampung karena perwadahan yang hancur mengakibatkan sampah berserakan sehingga dapat merusak estetika lingkungan. IV-11

12 Satuan (buah) Berikut disajikan diagram kondisi TPS di Kabupaten Batang Grafik Kondisi TPS di Kabupaten Batang Dalam Kota Luar Kota Daerah Pelayanan Bagus Rusak Hancur Gambar Kondisi TPS di Kabupaten Batang Dari data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui rata-rata volume sampah di TPS sebelum diangkut ke TPA. Rata-rata volume sampah per TPS dapat dihitung dengan membagi volume sampah masuk TPA dengan jumlah TPS eksisting. Berikut adalah cara perhitungannya (Hendrawan, 2004) rata rata = volume sampah masuk TPA jumlah TPS eksisting Untuk dalam kota diperoleh rata-rata sampah 1,56 m 3 dan untuk luar kota sebesar 2,88 m 3. Selanjutnya dapat dibandingkan antara kapasitas TPS eksisting dengan volume sampah untuk mengetahui apakah TPS telah memenuhi kebutuhan kapasitas atau tidak. Berikut disajikan tabel analisis kondisi dan kapasitas dari masing-masing TPS terhadap volume sampah di Kabupaten Batang. No. NAMA Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah Daerah Pelayanan Kecamatan Kondisi Kapasitas TPS (m 3 ) Rata-rata Timbunan Sampah (m 3 ) Status 1. TPS RM Kulu Asri 3 Dalam Kota Wonotunggal Rusak 2,52 1,56 Memenuhi 2. TPS SPBE Dalam Kota Wonotunggal Bagus 2,21 1,56 Memenuhi IV-12

13 No. Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan) NAMA Daerah Pelayanan Kecamatan Kondisi Kapasitas TPS (m 3 ) Rata-rata Timbunan Sampah (m 3 ) Status 3. TPS Cepokokuning Dalam Kota Batang Bagus 3,78 1,56 Memenuhi 4. TPS SDN 01 Cepokokuning Dalam Kota Batang Bagus 3,48 1,56 Memenuhi 5. TPS Rowobelang Dalam Kota Batang Rusak 3,696 1,56 Memenuhi 6. TPS Perum Pasekaran Dalam Kota Batang Bagus 5,382 1,56 Memenuhi 7. TPS Balai Desa Pasekaran Dalam Kota Batang Bagus 2,34 1,56 Memenuhi 8. TPS SMP 4 Batang Dalam Kota Batang Bagus 3,74 1,56 Memenuhi 9. TPS Gg. Botol Dalam Kota Batang Rusak 9,9 1,56 Memenuhi 10. TPS Reservoir PDAM Dalam Kota Batang Bagus 7,2 1,56 Memenuhi 11. TPS SMA 2 Batang Dalam Kota Batang Bagus 4,32 1,56 Memenuhi 12. TPS Kalisalak (Kebun) Dalam Kota Batang Rusak 5,28 1,56 Memenuhi 13. TPS Kalisalak (Lapangan) Dalam Kota Batang Rusak 5,06 1,56 Memenuhi 14. TPS Kalisalak (Bupati Bintoro) Dalam Kota Batang Rusak 7,128 1,56 Memenuhi 15. TPS Balai Desa Kauman (depan) Dalam Kota Batang Rusak 8,58 1,56 Memenuhi 16. TPS RSUD Batang (Belakang) Dalam Kota Batang Bagus 9,28 1,56 Memenuhi 17. TPS Kalipucang Kulon Dalam Kota Batang Bagus 4,725 1,56 Memenuhi 18. TPS Indomaret Kalisari (Depan) Dalam Kota Batang Rusak 10,23 1,56 Memenuhi 19. TPS Watesalit 1 Dalam Kota Batang Rusak 3,06 1,56 Memenuhi 20. TPS Watesalit 2 Dalam Kota Batang Bagus 4,5 1,56 Memenuhi 21. TPS Watesalit 3 (BPN) Dalam Kota Batang Bagus 6,21 1,56 Memenuhi 22. TPS Watesalit 4 Dalam Kota Batang Bagus 3,99 1,56 Memenuhi 23. TPS Watesalit 5 Dalam Kota Batang Rusak 5,244 1,56 Memenuhi 24. TPS PDIP Dalam Kota Batang Bagus 6 1,56 Memenuhi 25. TPS SMK 1 Batang (Belakang) Dalam Kota Batang Rusak 5,4 1,56 Memenuhi 26. TPS Kecepak Dalam Kota Batang Bagus 2,43 1,56 Memenuhi 27. TPS Sambong Dalam Kota Batang Bagus 2,28 1,56 Memenuhi 28. TPS Pasar Sambong Dalam Kota Batang Rusak 10,24 1,56 Memenuhi 29. TPS Matangan Dalam Kota Batang Bagus 5,4 1,56 Memenuhi 30. TPS RM Padang Dalam Kota Batang Bagus 2,86 1,56 Memenuhi 31. TPS Gedung KORPRI Dalam Kota Batang Rusak 2,025 1,56 Memenuhi IV-13

14 No. Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan) NAMA Daerah Pelayanan Kecamatan Kondisi Kapasitas TPS (m 3 ) Rata-rata Timbunan Sampah (m 3 ) Status 32. TPS Perum Prisma Dalam Kota Batang Rusak 5,6 1,56 Memenuhi 33. TPS Madrasah (Depan) Dalam Kota Batang Bagus 4,212 1,56 Memenuhi 34. TPS Arteri Btg-Pklgn Dalam Kota Batang Bagus 1,848 1,56 Memenuhi 35. TPS Kasepuhan (Perempatan) Dalam Kota Batang Bagus 4,284 1,56 Memenuhi 36. TPS Kasepuhan (Makam) Dalam Kota Batang Rusak 5,184 1,56 Memenuhi 37. TPS Karang Tengah Dalam Kota Batang Rusak 4 1,56 Memenuhi 38. TPS SD Kasepuhan 6 Dalam Kota Batang Rusak 4,114 1,56 Memenuhi 39. TPS SMP 6 Batang Dalam Kota Batang Bagus 6,318 1,56 Memenuhi 40. TPS Kantor Lurah Kasepuhan Dalam Kota Batang Rusak 5,4 1,56 Memenuhi 41. TPS SD Kasepuhan 5 (1) Dalam Kota Batang Rusak 2,926 1,56 Memenuhi 42. TPS SD Kasepuhan 5 (2) Dalam Kota Batang Rusak 2,926 1,56 Memenuhi 43. TPS Gapura Tidak Dalam Kota Batang Hancur 0 1,56 Kasepuhan Memenuhi 44. TPS Arteri Btg-Pklgn Dalam Kota Batang Rusak 1,805 1,56 Memenuhi 45. TPS Ys Soedarso (Senggol) Dalam Kota Batang Bagus 6 1,56 Memenuhi 46. TPS Yos Soedarso Dalam Kota Batang Bagus 6 1,56 Memenuhi 47. TPS Pasar Batang Dalam Kota Batang Bagus 18 1,56 Memenuhi 48. TPS SMP 2 Batang Dalam Kota Batang Rusak 8,64 1,56 Memenuhi 49. TPS Jembatan Klidang Dalam Kota Batang Rusak 5,04 1,56 Memenuhi 50. TPS Kantor Lurah Klidang Wetan Dalam Kota Batang Bagus 4,092 1,56 Memenuhi 51. TPS RE (Jembatan) Dalam Kota Batang Hancur 0 1,56 Tidak Memenuhi 52. TPS/Depo Pekuncen Dalam Kota Batang Bagus 3 1,56 Memenuhi 53. TPS Gg. Kakap Dalam Kota Batang Rusak 3,3 1,56 Memenuhi 54. TPS SMP 9 Batang Dalam Kota Batang Bagus 1,539 1,56 Tidak Memenuhi 55. TPS RE Sipung (ke pantai) Dalam Kota Batang Bagus 4,5 1,56 Memenuhi 56. TPS RE (ke pantai) Dalam Kota Batang Bagus 4,5 1,56 Memenuhi 57. TPS TPI Ngebom Dalam Kota Batang Bagus 12 1,56 Memenuhi 58. TPS Sigandu Dalam Kota Batang Bagus 8,008 1,56 Memenuhi 59. TPS Pasar Hewan Dalam Kota Batang Rusak 3 1,56 Memenuhi 60. TPS Samsat Dalam Kota Batang Bagus 1,092 1,56 Tidak Memenuhi IV-14

15 No. Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan) NAMA Daerah Pelayanan Kecamatan Kondisi Kapasitas TPS (m 3 ) Rata-rata Timbunan Sampah (m 3 ) Status 61. TPS Pisma Griya Dalam Kota Warungasem Bagus 3,36 1,56 Memenuhi 62. TPS Terban Dalam Kota Warungasem Rusak 5,434 1,56 Memenuhi 63. TPS Puskesmas Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 2,079 1,56 Memenuhi 64. TPS Pasar Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 54 1,56 Memenuhi 65. TPS Warungasem 1 Dalam Kota Warungasem Bagus 2,64 1,56 Memenuhi 66. TPS Kantor Kades Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 5,712 1,56 Memenuhi 67. TPS Warungasem 2 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,4 1,56 Memenuhi 68. TPS KUA Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 5,2 1,56 Memenuhi 69. TPS Kantor POS Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 2,89 1,56 Memenuhi 70. TPS Masin 1 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,89 1,56 Memenuhi 71. TPS Masin 2 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,89 1,56 Memenuhi 72. TPS Masin 3 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,916 1,56 Memenuhi 73. TPS Cuci Motor Dalam Kota Warungasem Bagus 3,24 1,56 Memenuhi 74. TPS Mj. Tholabuddin 1 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,3 1,56 Memenuhi 75. TPS Mj. Tholabuddin 2 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,3 1,56 Memenuhi 76. TPS SD Cepagan 2 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,34 1,56 Memenuhi 77. TPS Kuburan Dalam Kota Warungasem Bagus 2,21 1,56 Memenuhi 78. TPS SMP 1 Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 3,672 1,56 Memenuhi 79. TPS Pasar Bandar Luar Kota Bandar Bagus 59,15 2,88 Memenuhi 80. TPS Pasar Blado Luar Kota Blado Hancur 0 2,88 Tidak Memenuhi 81. TPS Pasar Bawang Luar Kota Bawang Bagus 18 2,88 Memenuhi 82. TPS Limpung Luar Kota Limpung Bagus 54,6 2,88 Memenuhi 83. TPS Pasar Tersono Luar Kota Tersono Bagus 18 2,88 Memenuhi 84. TPS Pasar Subah Luar Kota Subah Bagus 48 2,88 Memenuhi 85. TPS Pasar Banyuputih Luar Kota Banyuputih Rusak 7,5 2,88 Memenuhi 86. TPS Pasar Gringsing Luar Kota Gringsing Bagus 43 2,88 Memenuhi Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar persebaran TPS di Kabupaten Batang telah sesuai (81 buah) atau memenuhi dalam kaitannya untuk IV-15

16 menampung sampah sementara sebelum diangkut ke TPA. Dari beberapa TPS terdapat 5 (lima) TPS yang tidak memenuhi. TPS samsat dan TPS SMP 9 Batang yang kekurangan daya tampung, serta TPS Gapura Kasepuhan, TPS RE (Jembatan), dan TPS Pasar Blado dengan kondisi hancur sehingga TPS tidak berfungsi semestinya untuk menampung sampah. Kondisi TPS yang rusak atau hancur menyebabkan sampah tidak berada pada tempatnya dan berceceran sehingga mengganggu estetika. Untuk TPS yang tidak memenuhi tersebut harus segera dilakukan penambahan kapasitas dan perbaikan. Gambar Peta Persebaran TPS dengan Kapasitasnya TPS yang tidak memenuhi tersebut berasal dari daerah pelayanan dalam kota sebanyak 4 buah yang semuanya terdapat di Kecamatan Batang, sedangkan 1 (satu) buah lagi berasal dari daerah pelayanan luar kota yang terletak di Kecamatan Blado. IV-16

17 Berikut adalah analisis kapasitas TPS terhadap volume sampah yang disajikan melalui grafik. Kondisi Kapasitas TPS Tidak Memenuhi Kapasitas 6% Memenuhi Kapasitas 94% Gambar Kondisi Kapasitas TPS Dari uraian kesesuaian lokasi TPS dan kapasitas TPS dapat diketahui bahwa TPS di Kabupaten Batang telah sesuai namun perlu dilakukan beberapa perbaikan seperti pemindahan lokasi TPS yang berada di badan jalan serta perbaikan untuk TPS yang hancur dan kekurangan daya tampung TPA Penentuan lokasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan regional dan tahapan penyisih (penilaian). Dalam setiap tahapan akan disaring dan dianalisis sehingga terjadi pengurangan daerah yang layak untuk dijadikan lokasi TPA. Dalam tahapan tersebut akan diuraikan mengenai daerah mana yang sesuai untuk dijadikan lokasi TPA sesuai parameter pembatasnya. Dari analisis tersebut nantinya juga dapat digunakan untuk menganalisis keberadaan TPA Randukuning Batang apakah sudah berada pada zona layak TPA atau tidak. Peta Persebaran TPA Kabupaten Batang dapat dilihat dalam gambar IV-17

18 Gambar Peta Persebaran TPA Kabupaten Batang Analisis Tahap Regional Tahap regional ini merupakan penyaringan awal yang akan menghasilkan zona layak dan tidak layak TPA. 1. Geologi Fasilitas pengurugan sampah (TPA) tidak dibenarkan berlokasi di daerah bahaya geologi seperti zona patahan, zona volkanik aktif dan daerah rawan pergerakan tanah (longsor). Untuk mencegah potensi penyebaran lindi dipilih jenis batuan yang mempunyai sifat permeabilitas rendah. Jenis batuan tersebut yaitu batuan lanau atau batuan lempung. Di Kabupaten Batang tidak ditemukan zona patahan aktif dan pergerakan tanah yang terjadi relatif stabil. Daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah dengan formasi batuan pasir dan beku hasil proses pembekuan magma dari gunung berapi. Contoh batuan beku yaitu batu granit, batu andesit, batu gamping atau batuan berongga dan batuan berkekar lainnya. Batuan-batuan tersebut merupakan material kasar hasil rombakan batuan gunung api. Batuan di daerah Kabupaten Batang disusun oleh berbagai macam jenis batuan. Berdasarkan peta geologi Kabupaten Batang terdapat 8 (delapan) formasi IV-18

19 batuan. Berikut adalah jenis batuan tersebut beserta litologi penyusun dari formasi batuan tersebut: Tabel 4.5. Formasi Batuan Kabupaten Batang No. Formasi Litologi 1. Formasi Damar Batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat 2. Alluvium Kerikil pasir, lanau dan lempung, endapan sungai dan rawa 3. Batuan Lava andesit dan andesit kuarsa, serta batuan klastika Gunungapi Dieng gunungapi 4. Batuan Gunungapi Lava andesit dan batuan klastika gunungapi Jembangan 5. Kipas alluvium Bahan rombakan gunung api telah tersayat 6. Endapan danau dan alluvium Pasir, lanau, lumpur dan lempung setempat tufan 7. Kaligetas Breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batu pasir tufan, batu lempung 8. Anggota batu pasir formasi damar Batu pasir tufan, dan konglomerat sebagian kalsit Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang (2013) Berdasarkan tabel di atas daerah yang layak dijadikan lokasi TPA yaitu formasi yang memiliki jenis batuan lempung atau lanau karena mempunyai sifat permeabilitas rendah. Daerah yang termasuk ke dalam kriteria tersebut yaitu: Tabel 4.6. Formasi Batuan Layak Lokasi TPA No. Formasi Litologi 1. Formasi Damar Batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat IV-19

20 Tabel 4.6. Formasi Batuan Layak Lokasi TPA (Lanjutan) No. Formasi Litologi 2. Alluvium Kerikil pasir, lanau dan lempung, endapan sungai dan rawa 3. Endapan danau dan Pasir, lanau, lumpur dan lempung setempat tufan alluvium 4. Kaligetas Breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batu pasir tufan, batu lempung Sumber: Hasil Analisis (2013) Daerah tersebut memiliki luas ,82 Ha atau 45,13% dari luas Kabupaten Batang. Daerah tersebut meliputi wilayah Kabupaten Batang bagian selatan, bagian tengah, dan sedikit di bagian utara. Wilayah administrasi yang masuk ke dalam zona tidak layak lokasi TPA berdasarkan jenis batuannya yaitu berada di Kecamatan Bawang, Blado, Reban, Bandar, Wonotunggal, Limpung, Tersono, dan sebagian kecil di Kecamatan Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih, dan Pecalungan. Gambar 4.14 adalah hasil analisis daerah yang tidak layak dijadikan lokasi TPA terhadap jenis batuan penyusunnya. Gambar Peta Faktor Pembatas Geologi IV-20

21 Dari peta penyisih geologi diketahui bahwa TPA eksisting (Randukuning) berada di zona layak terhadap jenis batuan penyusunnya. TPA Randukuning berada pada Formasi Damar dimana batuan penyusunnya terdapat unsur batuan lempung yang memiliki permeabilitas rendah sehingga tepat untuk dijadikan lokasi TPA. 2. Rawan Bencana Potensi bencana yang berkaitan dengan analisis lokasi TPA sampah adalah bencana banjir dan longsor. Dalam analisis rawan bencana ini masih berkaitan dengan lingkup geologi yaitu berupa daerah volkanik dan rawan gerakan tanah atau longsor. Selain bencana volkanik dan longsor, potensi bencana yang berkaitan dengan analisis lokasi TPA yaitu kawasan rawan banjir dan abrasi. Bencana-bencana tersebut dianggap dapat merusak kontruksi sarana dan prasarana TPA dan menyebabkan terjadinya pencemaran atau penyebaran limbah diakibatkan terbawa oleh air banjir. Daerah layak TPA harus berada di kawasan bebas banjir 25 tahunan. Gambar Peta Faktor Pembatas Rawan Bencana Dari Peta Rawan Bencana Kabupaten Batang terlihat bahwa Kabupaten Batang berada di lingkup aman dari bencana volkanik/gunung api meskipun di IV-21

22 bagian selatan wilayah Kabupaten Batang berdekatan dengan Dataran Tinggi Dieng. Di samping bencana gunung api, terdapat wilayah dengan status rawan longsor yang berada di sebagian Kecamatan Bawang, Kecamatan Tersono, Kecamatan Gringsing, dan Kecamatan Subah. Wilayah dengan daerah rawan longsor tersebut dinilai tidak cocok digunakan sebagai tempat calon lokasi TPA. Secara umum Kabupaten Batang masih termasuk zona aman dari potensi gempa dan memiliki wilayah dengan pergerakan tanah yang relatif stabil. Untuk zona rawan banjir tersebar di sebagian kecil Kecamatan Batang, Kecamatan Tulis, dan Kecamatan Gringsing. Sedangkan zona rawan abrasi berada di sebagian kecil pesisir Kecamatan Batang, Kecamatan Subah, dan Kecamatan Gringsing. Total luas dari faktor pembatas rawan bencana yaitu 4.469,98 Ha atau 5,22% dari luas Kabupaten Batang Dari peta rawan bencana diketahui bahwa TPA Randukuning Batang tidak berada pada daerah rawan bencana baik itu bencana banjir, tanah longsor, maupun abrasi. 3. Hidrologi Fasilitas pengurugan limbah atau sampah tidak diinginkan berada pada suatu lokasi dengan kedalaman air tanah yang dangkal. Permukaan air yang dangkal lebih mudah dicemari lindi. Disamping itu, lokasi sarana tidak boleh terletak di daerah dengan sumur-sumur dangkal yang mempunyai lapisan kedap air yang tipis atau pada batu gamping yang berongga. Lahan yang berdekatan dengan badan air akan lebih berpotensi untuk mencemarinya, baik melalui aliran permukaan maupun melalui air tanah. Lahan yang berlokasi jauh dari badan air akan memperoleh nilai yang lebih tinggi dari pada lahan yang berdekatan dengan badan air. Iklim setempat hendaknya mendapat perhatian juga. Makin banyak hujan, makin besar pula kemungkinan lindi yang dihasilkan, disamping makin sulit pula pegoperasian lahan. Oleh karenanya, daerah dengan intensitas hujan yang lebih tinggi akan mendapat penilaian yang lebih rendah dari pada daerah dengan intensitas hujan yang lebih rendah. IV-22

23 Gambar Peta Faktor Pembatas Kedalaman Air Tanah Dari Peta Kedalaman Air Tanah Kabupaten Batang diketahui kedalaman air tanah paling dangkal berada di kawasan utara atau pesisir Kabupaten Batang yaitu antara 0-5 m. Semakin ke arah selatan kedalaman air tanah semakin dalam. Hal ini berbanding lurus dengan topografi Kabupaten Batang yaitu berupa daerah perbukitan dan pegunungan di bagian tengah sampai ke selatan. Dari kondisi tersebut wilayah yang tidak layak dijadikan lokasi TPA yaitu berada di sebagian besar Kecamatan Batang dan sebagian kecil daerah pesisir di Kecamatan Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih dan Gringing. Total luas dari faktor pembatas kedalaman air tanah yaitu 5.915,78 Ha atau 6,91% dari luas Kabupaten Batang. Selain ditinjau dari air tanah hal yang perlu diperhatikan juga yaitu air permukaan atau badan-badan air. Jarak TPA terhadap sungai ditetapkan sejauh 150 meter dan untuk garis pantai sejauh 250 meter. Jarak atau buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk mencegah pencemaran oleh limbah atau sampah dari TPA. Dari ketentuan tersebut dilakukan buffer terhadap sungai-sungai di Kabupaten Batang. Daerah sempadan sungai tersebut tidak layak dijadikan sebagai TPA, sedangkan untuk buffer garis pantai dilakukan di sepanjang pesisir IV-23

24 Kabupaten Batang dari Kecamatan Batang sampai ke Kecamatan Gingsing. Daerah buffer tersebut tidak layak dijadikan lokasi TPA. Gambar Peta Faktor Pembatas Air Permukaan Total luas dari faktor pembatas badan sungai yaitu ,40 Ha atau 26, 36% dari luas Kabupaten Batang. Sedangkan total luas faktor pembatas dari buffer garis pantai yaitu 944,25 Ha atau 1,10% dari total luas Kabupaten Batang. Peta penyisih kedalaman air tanah ditampilkan pada Gambar 4.16, sedangkan peta penyisih air permukaan ditampilkan pada Gambar Dari peta tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning berada pada lokasi dengan kedalaman air tanah antara m dan berada jauh dari air permukaan baik sungai maupun air laut sehingga kemungkinan pencemaran terhadap air sangat kecil. Potensi pencemaran juga berhubungan dengan intensitas hujan. Faktor curah hujan bukan merupakan pembatas utama. Namun, jika memungkinkan maka dipilih zona layak TPA dengan curah hujan yang paling sedikit di daerah tersebut. Lokasi TPA sebaiknya berada di daerah yang memiliki intensitas hujan paling rendah di suatu wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Hal ini untuk mencegah IV-24

25 penyebaran dan produksi lindi yang berlebihan dari timbunan sampah di lokasi TPA. Gambar Peta Faktor Pembatas Curah Hujan Dari Peta Curah Hujan Kabupaten Batang diketahui terdapat 4 (empat) kelas curah hujan yaitu <13,6 mm/hari, 13,61-20,7 mm/hari, 20,71-27,7 mm/hari, dan 27,31-34,8 mm/hari. Curah hujan terendah berada di bagian utara Kabupaten Batang dan semakin besar di bagian selatan wilayah Kabupaten Batang. Kecamatan Batang, Warungasem, Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih, dan Gringsing dinilai lebih layak untuk dijadikan lokasi TPA berdasarkan intensitas hujan. Total luas dari faktor pembatas curah hujan yaitu ,89 Ha atau 72,67% dari luas Kabupaten Batang. 4. Topografi Tempat pengurukan limbah tidak boleh terletak pada suatu bukit dengan lereng yang tidak stabil. Suatu daerah dinilai lebih bila terletak di daerah landai dengan topografi rendah. Topografi dapat menunjang secara positif maupun negatif pada pembangunan sarana ini. Lokasi yang tersembunyi di belakang bukit atau di lembah mempunyai dampak visual yang menguntungkan karena tersembunyi. Namun suatu lokasi di tempat yang berbukit mungkin lebih sulit untuk dicapai karena adanya lereng-lereng yang curam dan mahalnya IV-25

26 pembangunan jalan pada daerah berbukit. Selain itu kemiringan lereng berkaitan dengan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA. Semakin terjal maka semakin sulit dan mahal kontruksi dan operasionalnya. Gambar Peta Faktor Pembatas Topografi Pada peta kemiringan lereng dapat diketahui bahwa Kabupaten Batang memiliki tiga bagian wilayah secara umum yaitu daerah pesisir di bagian utara, dataran rendah di bagian tengan, dan pegunungan di bagian selatan. Secara terperinci yaitu dearah datar (kemiringan 0-8%) berada di kawasan pesisir Kecamatan Batang, Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih, dan Gringsing. Daerah landai (kemiringan 8-15%) meliputi Kecamatan Batang di bagian selatan, Kandeman, Tulis, Bandar, Subah, Pecalungan, Limpung, Banyuputih, dan sedikit Kecamatan Gringsing dan Tersono. Daerah agak curam (kemiringan 15-25%) berada di Kecamatan Tersono, Kecamatan Bandar di bagian selatan, dan Kecamatan Blado dan Bawang di Bagian utara. Daerah curam (25-40%) tersebar di sebagian kecil wilayah Kecamatan Subah, Pecalungan, Bandar, Blado dan Bawang. Daerah sangat curam (kemiringan > 40%) berada di wilayah Kabupaten Batang bagian selatan yaitu di Kecamatan Blado dan Bawang. Daerah yang sangat curam dinilai memiliki nilai yang lebih rendah karena dikhawatirkan dapat IV-26

27 menyebabkan kelongsoran yang berakibat fatal terutama saat terjadi hujan atau rembesan air yang tinggi. Dari uraian di atas daerah yang tidak layak dijadikan lokasi TPA yaitu wilyah dengan kemiringan yang curam atau memiliki topografi kelerengan lebih dari 20%. Kawasan tersebut sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Batang bagian selatan yaitu Kecamatan Blado, Bawang, Reban Bandar, Tersono, dan sebagian wilayah Subah, Pecalungan, dan Gringsing. Total luas dari faktor pembatas topografi yaitu ,23 Ha atau 35,10% dari luas Kabupaten Batang. Dari peta tersebut menunjukkan bahwa TPA Randukuning berada pada lokasi layak terhadap kondisi topografi yaitu berada pada kelerengan antara 8-15% dimana termasuk ke dalam topografi landai. 5. Penggunaan Lahan TPA tidak diperkenankan berada dalam jarak 3000 meter dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh penerbangan turbo jet atau dalam jarak 1500 meter dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh penerbangan jenis piston. Lokasi pengurugan sampah dapat menarik kehadiran burung sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu lalu lintas penerbangan. Disamping itu, lokasi TPA tidak boleh terletak di dalam wilayah yang diperuntukkan bagi daerah lindung perikanan, satwa liar dan pelestarian tanaman. Jenis penggunaan tanah lainnya yang biasanya dipertimbangkan kurang cocok adalah daerah konservasi dan hutan. Lokasi TPA juga tidak diperkenankan berada di lahan produktif seperti sawah dan sebaiknya jauh dari daerah pemukiman. Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Batang tidak terdapat bandar udara maupun kawasan penerbangan lainnya. Kawasan hutan tersebar di bagian selatan, tengah, timur, dan utara Kabupaten Batang. Kawasan yang masih layak dikonversi atau digunakan sebagai lokasi TPA adalah daerah tegalan dan kebun campur yang tersebar di seluruh Kabupaten Batang. Dalam tahapan penyisih lokasi TPA terhadap penggunaan lahan harus dilakukan dengan cermat untuk mengurangi singgungan dengan masyarakat dan mencegah kerusakan alam sekitar yang mungkin terjadi. Pada tahap ini juga dilakukan buffer sejauh 300 m IV-27

28 dari pemukiman. Total luas dari faktor pembatas penggunaan lahan yaitu ,71 Ha atau 89,07% dari luas Kabupaten Batang. Gambar Peta Faktor Pembatas Penggunaan Lahan Dari peta tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning berada pada lokasi tidak layak terhadap faktor pembatas penggunaan lahan. Lokasi TPA Randukuning terlalu dekat dengan pemukiman yaitu <300 m. Berdasarkan validasi lapangan (perhitungan dapat dilihat dalam lampiran), diperoleh jarak antara pemukiman terdekat dengan TPA Randukuning yaitu 265 m. Jarak yang terlalu dekat dengan pemukiman dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan maupun kenyamanan masyarakat sekitar. Jadi TPA Randukuning tidak layak terhadap penggunaan lahan Hasil Penyaringan Tahap Regional Setelah dilakukan analisis regional seperti yang telah dijelaskan di atas, maka diperoleh zona layak lokasi TPA Kabupaten Batang. Daerah yang layak digunakan sebagai lokasi TPA dapat dilihat dalam Peta Zona Layak Kabupaten Batang pada Gambar Total luas lahan yang dapat digunakan sebagai lokasi TPA yaitu sekitar 1.423,11 Ha atau 1,66% dari total luas wilayah Kabupaten Batang yaitu ,47 Ha. IV-28

29 Gambar Peta Zona Layak TPA Dari zonasi layak TPA dapat digunakan untuk menganalisis keberadaan TPA Randukuning. Berikut adalah kondisi TPA Randukuning terhadap kriteria Regional. Tabel 4.7. Kondisi TPA Randukuning terhadap Kriteria Regional No. Kriteria Kondisi Keterangan 1. Geologi a. Jenis Batuan Berada pada Formasi Damar dengan dengan litologi batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan Layak berlapis silangsiur dan konglomerat b. Garis Patahan Tidak berada pada zona patahan Layak c. Rawan Tidak berada di daerah rawan gempa, Bencana banjir, dan gerakan tanah/longsor Layak 2. Hidrologi a. Muka air Berada pada daerah dengan kedalaman tanah muka air tanah antara m Layak IV-29

30 Tabel 4.7. Kondisi TPA Randukuning terhadap Kriteria Regional (Lanjutan) No. Kriteria Kondisi Keterangan b. Aliran sungai Jauh dari aliran sungai (±1,2 km) Layak c. Garis pantai Jauh dari garis pantai (±4,8 km) Layak 3. Topografi Berada pada kelerengan antara 8-15% Layak 4. Tata guna lahan Jauh dari Bandara (±80 km) Layak Tidak berada pada daerah banjir 25 tahunan Jarak terhadap pemukiman terdekat yaitu < 300 m Layak Tidak Layak Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari tabel tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning tidak layak terhadap kriteria regional dimana letaknya yang terlalu dekat dengan pemukiman. Selanjutnya daerah yang layak digunakan sebagai lokasi TPA dapat dilihat pada tabel 4.8. Sebagian besar daerah yang masih layak digunakan sebagai lokasi TPA yaitu berupa daerah kebun campur dan tegalan. Kedua jenis lahan tersebut masih layak dikonversi menjadi lokasi TPA dengan pertimbangan lahan tersebut dinilai kurang produktif dan mempunyai zona penyangga alami berupa pepohonan. Tabel 4.8. Daerah Zona Layak Lokasi TPA No. Zona Layak TPA Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Ha) 1. Warungasem Lebo, Candiareng 96,64 2. Kandeman Tragung, Juragan 67,01 3. Tulis Ponowareng, Kenconorejo 78,84 4. Subah Kemiri Barat, Kemiri Timur, Gondang, Sengon, Kuripan 186,05 IV-30

31 Tabel 4.8. Daerah Zona Layak Lokasi TPA (Lanjutan) Zona Layak TPA No. Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Ha) Kedawung, Banyuputih, Kalibalik, 5. Banyuputih 559,03 Penundan, Banaran, Timbang Ketanggan, Sawangan, Krengseng, Plelen, 6. Gringsing 420,10 Surodadi, Sentul, Tedunan Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari zona layak TPA yang telah diperoleh tersebut kemudian harus dipertimbangkan lagi beberapa faktor penting lainnya sebagai penyisih seperti lokasi sumber sampah, aksesibilitas menuju lokasi TPA, keberadaan kawasan lindung, dan ketersediaan lahan. Proses ini bertujuan untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa lokasi yang lolos dari tahap regional. Setiap wilayah Kabupaten/Kota pasti memiliki centroid sampah atau daerah timbulan sampah terbesar. Di Kabupaten Batang daerah penghasil sampah terbesar berada di Kecamatan Batang. Kacamatan Batang merupakan salah satu dari 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Batang yang mendapat pelayanan utama untuk kebersihan dari Dinas Kebersihan Kabupaten Batang. Dua Kecamatan yang lainnya yaitu Kecamatan Warungasem dan Kecamatan Wonotunggal. Kecamatan Batang sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan dengan jumlah penduduk yang padat sehingga menjadikannya sebagai pusat timbulan sampah di Kabupaten Batang. Dalam kaitannya dengan penempatan lokasi TPA, hendaknya lokasi TPA berada tidak terlalu jauh dari lokasi pengambilan sampah. Hal ini erat kaitannya dengan faktor biaya operasional untuk pengangkutan sampah menuju lokasi TPA. Semakin jauh lokasi TPA dengan sumber sampah maka semakin besar biaya operasional yang dibutuhkan. Dari hal tersebut lokasi yang dapat dipertimbangkan untuk lokasi TPA yaitu berada di Kecamatan Warungasem. Masih berkaitan dengan aspek operasional, lokasi TPA hendaknya memiliki aksesibilitas yang baik berupa sarana jalan yang memadahi. Untuk lebih IV-31

32 menghemat biaya perencanaan pembuatan TPA sebaiknya memanfaatkan sarana jalan yang sudah ada serta berada pada jalur rute pengangkutan sampah yang telah ada. Daerah seperti wilayah utara Kabupaten Batang bagian timur sebagian besar akses jalannya belum terlalu baik dikarenakan daerahnya yang masih banyak terdapat hutan dengan pemukiman yang sedikit serta letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan. Untuk itu daerah-daerah seperti wilayah utara Kecamatan Subah, Banyuputih, dan Gingsing kurang dipertimbangkan untuk lokasi TPA. Penempatan TPA sebaiknya memudahkan lalu-lalang kendaraan pengangkut sampah tetapi juga tidak mengganggu arus lalu lintas umum. Penempatan TPA diusahakan tidak terlalu dekat dengan jalan raya yaitu dengan batas minimal 500 meter agar tidak menimbulkan gangguan estetika dan kenyamanan lalu lintas umum. Selanjutnya ketersediaan lahan untuk lokasi TPA Rekomendasi merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan lahan TPA sampah di Kabupaten Batang yaitu sekitar 4 Ha untuk masa pelayanan 10 tahun. Lokasi dengan luas yang besar dianggap lebih tepat. Selain itu juga perlu dipertimbangkan keberadaan kawasan lindung. Berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Batang terdapat beberapa cagar alam dan hutan lindung yang tersebar di beberapa daerah seperti Cagar Alam Peson Subah I dan II, Cagar Alam Ulolanang Kecubung yang berada di Kecamatan Subah dan Hutan Lindung yang ada di Kecamatan Reban dan Bawang. Di wilayah tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai lokasi TPA agar tidak mengganggu habitat yang dilindungi. Dari tahapan regional dan pertimbangan faktor-faktor di atas dari sekian banyak lokasi yang layak untuk TPA, maka dipilih 3 zona lokasi TPA rekomendasi. Zona tersebut berada di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem, Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih, dan Desa Banaran Kecamatan Banyuputih. IV-32

33 Berikut adalah peta lokasi TPA Rekomendasi terpilih. Gambar Peta Lokasi TPA Rekomendasi Dari peta di atas lokasi TPA Rekomendasi ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Berikut adalah ketiga lokasi tersebut: 1. Zona 1 Zona 1 terletak di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem. Zona 1 berada pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 1 berada pada kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman muka air tanah antara 5-10 m. Intensitas hujan pada daerah ini antara 13,6-20,7 mm/hari. Lokasi desa Candiareng berada pada jalur angkut sampah dan terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut. Selain itu letak Desa Candiareng dekat dengan sumber sampah yang berada di Kecamatan Batang dan memiliki luas lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10 tahun. IV-33

34 2. Zona 2 Zona 2 terletak di Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih. Zona 2 berada pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 2 berada pada kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman muka air tanah antara m. Intensitas hujan pada daerah ini antara 13,6-20,7 mm/hari. Lokasi desa Kalibalik berada pada jalur angkut sampah dan terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut serta memiliki luas lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10 tahun. 3. Zona 3 Zona 3 terletak di Desa Banaran Kecamatan Banyuputih. Zona 3 berada pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 1 berada pada kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman muka air tanah antara m. Intensitas hujan pada daerah ini antara 13,6-20,7 mm/hari. Lokasi Desa Banaran berada pada jalur angkut sampah dan terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut serta memiliki luas lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10 tahun Penilaian Menggunakan SNI Penilaian TPA menggunakan SNI digunakan untuk memberikan nilai bagi masing-masing calon lokasi TPA. Penilaian ini meliputi banyak kriteria mulai dari kondisi umum lokasi, kondisi fisik, biologis, sosial masyarakat, dan lain-lainnya. Penjelasan deskripsi kondisi diperoleh dari data primer, data sekunder, dan hasil observasi lapangan. Dari penilaian ini nantinya dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing calon lokasi TPA sehingga dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan menghindari IV-34

35 kemungkinan bahaya lingkungan yang akan ditimbulkan. Pada tahap ini juga tetap dilakukan penilaian untuk TPA Randukuning, sehingga dapat dibandingkan nilai TPA Rekomendasi dengan TPA Eksisting di Kabupaten Batang. 1. TPA Randukuning TPA Randukuning berlokasi di Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman dengan luas lahan yaitu 2,5 Ha. TPA Randukuning telah beroperasi sejak tahun 1995 dan direncanakan berakhir masa layanannya sampai tahun Namun, karena perlakuan khusus, yaitu dilakukan pembongkaran sel sampah setiap lima tahun sekali maka sampai saat ini TPA Randukuning masih tetap digunakan sebagai TPA. Meskipun pada analisis regional TPA Randukuning tidak berada pada zona layak TPA, tetapi berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang TPA Randukuning Batang direncanakan masih tetap digunakan sampai tahun Jika berdasarkan sistem pengelolaannya yaitu sistem open dumping, maka TPA Randukuning dianggap tidak layak lagi untuk dioperasikan sebagai TPA. Tabel 4.9. Penilaian SNI TPA Randukuning Batang No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total I. UMUM 1. Batas Administrasi dalam batas administrasi Pemilik hak atas tanah pemerintah daerah /pusat Kapasitas lahan 5 tahun 10 tahun Jumlah pemilik tanah satu (1) kk Partisipasi masyarakat spontan II. LINGKUNGAN FISIK 1. Tanah (di atas muka air tanah) harga kelulusan > 10-6 cm/det Air tanah 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 10-4 cm/det Sistem aliran air Discharge area lokal tanah Kaitan dengan pemanfaatan air tanah diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas IV-35

36 Tabel 4.9. Penilaian SNI TPA Randukuning Batang (Lanjutan) No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total 5. Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir Tanah Penutup tanah penutup tidak ada Intensitas hujan di atas 1000 mm per tahun Jalan menuju lokasi datar dengan kondisi baik Transpot sampah kurang dari 15 menit dari (satu jalan) centroid sampah Jalan masuk truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan sedang ( 300 jiwa / ha ) 11. Lalu lintas terletak < 500 m pada lalu lintas rendah Tata guna tanah mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah sekitar Pertanian tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Daerah tidak ada daerah lindung/cagar lindung/cagar alam alam di sekitarnya Biologis nilai habitat yang rendah Kebisingan, dan bau terdapat zona penyangga Estetika operasi perlindungan tidak terlihat dari luar Jumlah 551 Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari hasil penilaian berdasarkan SNI diketahui bahwa TPA Randukuning memperoleh skor 551 dimana termasuk ke dalam kriteria layak sedang meskipun tidak masuk ke dalam zona layak TPA pada analisis regional. Berikut adalah foto lokasi TPA Candiareng. Gambar Lokasi TPA Randukuning Batang IV-36

37 2. Desa Candiareng Desa Candiareng berlokasi di Kecamatan Warungasem dengan luas potensi untuk lokasi TPA yaitu 36 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian SNI untuk Desa Candiareng. Tabel Penilaian SNI Desa Candiareng No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total I. UMUM 1. Batas Administrasi dalam batas administrasi Pemilik hak atas lebih dari satu pemilik hak dan tanah atau status kepemilikan Kapasitas lahan > 10 tahun Jumlah pemilik tanah lebih dari 10 kk Partisipasi masyarakat negosiasi II. LINGKUNGAN FISIK 1. Tanah (di atas muka air tanah) harga kelulusan > 10-6 cm/det Air tanah 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 10-4 cm/det Sistem aliran air Discharge area lokal tanah Kaitan dengan pemanfaatan air tanah diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir Tanah Penutup tanah penutup cukup Intensitas hujan Di atas 1000 mm per tahun Jalan menuju lokasi datar dengan kondisi buruk Transpot sampah (satu jalan) 10. Jalan masuk kurang dari 15 menit dari centroid sampah truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan sedang ( 300 jiwa / ha ) Lalu lintas terletak < 500 m pada lalu lintas rendah Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar Pertanian tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Daerah tidak ada daerah lindung/cagar lindung/cagar alam alam di sekitarnya Biologis nilai habitat yang rendah IV-37

38 Tabel Penilaian SNI Desa Candiareng (Lanjutan) No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total 16. Kebisingan, dan terdapat zona penyangga yang bau terbatas Estetika operasi perlindungan tidak terlihat dari luar Jumlah 512 Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari hasil penilaian berdasarkan SNI diketahui bahwa Desa Candiareng memperoleh skor 512 dimana termasuk ke dalam kriteria layak sedang. Berikut adalah foto lokasi Desa Candiareng. Gambar Lokasi TPA Rekomendasi Desa Candiareng 3. Desa Kalibalik Desa Kalibalik berlokasi di Kecamatan Banyuputih dengan luas potensi untuk lokasi TPA yaitu 43 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian SNI untuk Desa Kalibalik. Tabel Penilaian SNI Desa Kalibalik No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total I. UMUM 1. Batas Administrasi dalam batas administrasi Pemilik hak atas lebih dari satu pemilik hak dan tanah atau status kepemilikan Kapasitas lahan > 10 tahun Jumlah pemilik tanah lebih dari 10 kk Partisipasi masyarakat negosiasi IV-38

39 Tabel Penilaian SNI Desa Kalibalik (Lanjutan) No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total II. LINGKUNGAN FISIK 1. Tanah (di atas muka air tanah) harga kelulusan > 10-6 cm/det Air tanah 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 10-4 cm/det Sistem aliran air tanah Discharge area lokal Kaitan dengan diproyeksikan untuk pemanfaatan dimanfaatkan dengan batas air tanah Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir Tanah Penutup tanah penutup cukup Intensitas hujan di atas 1000 mm per tahun Jalan menuju lokasi datar dengan kondisi baik Transpot sampah lebih dari 60 menit dari centroid (satu jalan) sampah truk sampah melalui daerah 10. Jalan masuk pemukiman berkepadatan sedang ( 300 jiwa / ha ) 11. Lalu lintas terletak 500 m dari jalan umum Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar Pertanian tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Daerah tidak ada daerah lindung/cagar lindung/cagar alam alam di sekitarnya Biologis nilai habitat yang rendah Kebisingan, dan terdapat zona penyangga yang bau terbatas Estetika operasi perlindungan tidak terlihat dari luar Jumlah 498 Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari hasil penilaian berdasarkan SNI diketahui bahwa Desa Kalibalik memperoleh skor 498 dimana termasuk ke dalam kriteria layak sedang. IV-39

40 Berikut adalah foto lokasi Desa Kalibalik. Gambar Lokasi TPA Rekomendasi Desa Kalibalik 4. Desa Banaran Desa Banaran berlokasi di Kecamatan Banyuputih dengan luas potensi untuk lokasi TPA yaitu 37 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian SNI untuk Desa Banaran. Tabel Penilaian SNI Desa Banaran No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total I. UMUM 1. Batas Administrasi dalam batas administrasi Pemilik hak atas lebih dari satu pemilik hak dan tanah atau status kepemilikan Kapasitas lahan > 10 tahun Jumlah pemilik tanah lebih dari 10 kk Partisipasi masyarakat negosiasi II. LINGKUNGAN FISIK 1. Tanah (di atas muka air tanah) harga kelulusan > 10-6 cm/det Air tanah 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 10-4 cm/det Sistem aliran air Discharge area lokal tanah Kaitan dengan pemanfaatan air tanah diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir Tanah Penutup tanah penutup cukup Intensitas hujan di atas 1000 mm per tahun Jalan menuju lokasi datar dengan kondisi buruk IV-40

41 Tabel Penilaian SNI Desa Banaran (Lanjutan) No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total 9. Transpot sampah lebih dari 60 menit dari centroid (satu jalan) sampah truk sampah melalui daerah 10. Jalan masuk pemukiman berkepadatan sedang ( 300 jiwa / ha ) 11. Lalu lintas terletak 500 m dari jalan umum Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar Pertanian tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Daerah tidak ada daerah lindung/cagar lindung/cagar alam alam di sekitarnya Biologis nilai habitat yang rendah Kebisingan, dan terdapat zona penyangga yang bau terbatas Estetika operasi perlindungan tidak terlihat dari luar Jumlah 473 Sumber: Hasil Analisis (2013) Dari hasil penilaian berdasarkan SNI diketahui bahwa Desa Banaran memperoleh skor 473 dimana termasuk ke dalam kriteria layak sedang. Berikut adalah foto lokasi Desa Banaran. Gambar Lokasi TPA Rekomendasi Desa Banaran Dari parameter dan bobot penilaian SNI dapat dilihat bahwa nilai tertinggi untuk TPA Rekomendasi terletak di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem dengan nilai 512, kemudian Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih dengan nilai 498, dan Desa Banaran Kecamatan Banyuputih dengan nilai 473. Sementara itu TPA Randukuning Batang memperoleh nilai 551. Berdasarkan IV-41

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN.. Diagram Alir Penelitian Perumusan dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang akan menghasilkan data deskriptif. Secara umum diagram

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN-KETENTUAN... 4 3.1 Umum... 4 3.2

Lebih terperinci

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI 03-3241-1994 RUANG LINGKUP : Tata cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi perencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penentuan lokasi untuk TPA sampah. Penentuan lokasi TPA sampah ditentukan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA BAB III METODOLOGI 3.1 Prinsip Pemilihan TPA Salah satu kendala pembatas dalam peneterapan metoda pengurugan sampah dalam tanah, misalnya metoda lahan-urug, adalah pemilihan lokasi yang cocok baik dilihat

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Menurut SNI 19-3241-1994 Dalam rangka Penilaian TPA dengan SK SNI 7-11-1991-03 dari Departemen Pekerjaan Umum meliputi Standar Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Lebih terperinci

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK PLANO MADANI VOLUME 6 NOMOR, APRIL 207, - 4 207 P ISSN 20-878X - E ISSN 24-297 KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA Hamsah, Yohanes Agus Iryawan 2, Nirmawala,2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di Kecamatan Salaman mencapai 68.656 jiwa dengan kepadatan penduduk 997 jiwa/km 2. Jumlah

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Siti Maulidah 1, Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 2 Jl. Semarang 5

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Yeggi Darnas Teknik Lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh e-mail: darnasjunior@gmail.com ABSTRAK Konsep pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014

DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 NO SATUAN KERJA KODE REKENING PROGRAM PAGU ANGGARAN 1 DISDIKPORA 1.1.1 101.1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 24 December 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 DINAS

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dengan Ibukotanya adalah Sumedang, terletak sekitar 45 km Timur Laut kota Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat 1 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5º 4 dan 8º 3 Lintang Selatan dan antara 108º 30 dan 111º 30

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1 FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah dibagi menjadi lima zona yang berarah timur-barat (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 No. 1 Hal. 1-6 Jakarta, April 2008 I SSN 1907-1043 ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) Mardi Wibowo Peneliti Geologi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Batang terletak antara 6 51 46 dan 7 11 47 Lintang Selatan dan antara 109 40 19 dan 110 03 06 Bujur Timur. Batas wilayah

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 13 PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI 1. Pendahuluan Perencanaan tataguna lahan berbasis mitigasi bencana geologi dimaksudkan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015) Tersedia online di: http://ejournal-sundipacid/indexphp/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, 3 (20) PERENCANAAN SITE SELECTION TPA REGIONAL KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG Muhammad Jauhar *), Wiharyanto

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan makin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kota tersebut. Demikian juga dengan volume sampah yang diproduksi oleh kota

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km 2. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat merugikan manusia. Kebencanaan geologi mengakibatkan kerusakan infrastruktur maupun korban manusia,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana

Lebih terperinci

BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA

BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA 4.1. Latar Belakang Pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2011

DAFTAR RENCANA PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2011 DAFTAR RENCANA PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2011 NO PAKET PEKERJAAN LOKASI PEKERJAAN PAGU ANGGARAN SUMBER DANA NAMA DAN ALAMAT PA 1 2 3 4 5 6 I. Kegiatan APBD II Kab. Batang 1 Pengadaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : 11 Tahun 2015 Tanggal : 30 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1 1.01 Urusan Wajib 1.593.047.361.579,00 1.004.816.393.171,00 526.340.097.066,00

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN Kesesuaian lokasi perumahan di Wilayah Gedebage Kota Bandung didasarkan pada hasil evaluasi. Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu evaluasi yang akan memberikan gambaran tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang paling sering mengalami kejadian longsoran di Indonesia. Kondisi iklim tropis yang mempengaruhi tingginya curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, transportasi memiliki peranan yang penting dalam perkembangan suatu negara, sehingga kegiatan perencanaan dalam pembangunan sarana dan prasarana perlu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab 134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kabupaten Batang. Persentase (%)

Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kabupaten Batang. Persentase (%) BAB 2 PROFIL SANITASI KABUPATEN BATANG 2.1. Gambaran Wilayah 2.1.1. Aspek Geografi 2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Batang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

Kabupaten Batang Angka Sementara

Kabupaten Batang Angka Sementara HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Kabupaten Batang Angka Sementara BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BATANG Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah yang diduga memiliki potensi bahan galian bijih besi secara administratif terletak di Desa Aie Sunsang, Kecamatan Alahan Panjang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci