BAB II KAJIAN TEORI. Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24) sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24) sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13)."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Klasifikasi Cacing Lumbricus rubellus Kingdom Phylum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Annelida : Oligochaeta : Haplotaxida : Lumbricidae : Lumbricus Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24) Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas atau bergelang-gelang. Cirinya yaitu tubuh simetris bilateral, silindris memanjang, bersegmen-segmen (sekitar segmen), dan pada bagian permukaan tubuh terdapat sederetan sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13). Filum Annelida, terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan Oligochaeta. Polychaeta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak seta atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola. Sedangkan contoh dari kelompok Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalis dan 1

2 Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta dimana cacing tanah termasuk di dalamnya lantaran jumlah seta (rambut berukuran pendek) pada tubuh cacing tanah sangat sedikit (Sugiantoro, 2012: 14). Cacing tanah juga bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu epigeic, endogeic, dan anecic. Perbedaan pada ketiganya adalah ukuran dan warna tubuh.cacing tanah epigeic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan sampah.contoh dari cacing tanah jenis ini adalah Lumbricus rubellus, Dendobraena octaendra. Cacing tanah jenis endogeic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di dalam tanah bermineral, namun sesekali naik ke atas permukaan tanah bilamana tanah permukaan atas sedang basah terkena air, seperti pada saat musim penghujan. Contoh cacing tanah jenis ini adalah Aporrectodea caliginosa. Sedangkan cacing tanah jenis anecic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal pada liang tanah yang dalam hingga kedalaman 2 meter. Contoh dari jenis ini adalah Lumbricus terrestris (Sugiantoro, 2012: 14-15). Selain itu, cacing tanah oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan berdasarkan warnanya, yakni kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red worm), L. terrestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Daendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Sugiantoro, 2012: 15). 2

3 1. Anatomi Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Gambar 1.Bagian-bagian tubuh Cacing Tanah (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008: 16) Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan binatang, dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari tubuhnya. Adanya lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar. Lendir itupun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat lubang di tanah sehingga cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang. Selain fungsi tersebut, lendir pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena tubuhnya licin, cacing tanah sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya Pada tubuhnya, terdapat organ yang disebut seta.seta yang terdapat pada setiap segmen ini berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya lekat organ ini sangat kuat sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan 3

4 benda. Daya lekat ini akan melemah saat cacing akan bergerak maju. Seta ini pun dapat membantu cacing tanah saat melakukan perkawinan. Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat prostomium. Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir.organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya.itulah sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak memiliki mata. Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut sangat berguna bagi tanaman karena sangat kaya dengan unsur hara.kotoran tersebut dikenal dengan istilah kascing. Cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya untuk bernafas karena tidak memiliki alat pernapasan. Oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang terdapat di bagian bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi melepaskan karbondioksida (CO 2 ) sebagai sisa hasil metabolisme. Namun, agar proses bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik, kelembaban lingkungannya harus cukup tinggi. Cacing tanah dewasa memiliki klitelum yang merupakan alat yang dapat membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang dari warna tubuhnya. Pada cacing yang masih 4

5 muda, organ ini belum tampak karena hanya terbentuk saat cacing mencapai dewasa kelamin, sekitar 2-3 bulan (Yusuf Kastawi, 2001: 28) 2. Kandungan Cacing Tanah Cacing tanah mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama protein yang mencapai 64-76%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 7-10%, kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08%. Selain itu, cacing tanah mengandung auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh untuk tanaman. Selain itu cacing tanah mengandung asam arhidonat yang dapat menurunkan panas tubuh akibat infeksi. Cacing tanah dapat membantu proses daur ulang limbah karena sebagai binatang pengurasi atau perombak bahan organik (Palungkun, 1999: 18). 3. Sistem Pencernaan Makanan Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah lengkap dan terpisah dari sistem cardiovasculare. Saluran pencernaan ini terdiri atas : mulut, pharinx, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin, dan anus. Mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga bucacale.pharynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terleatk di ujung pharynx memanjang dari segmen ke-6 sampai segmen ke-14.proventriculus merupakan bagian ujung esophagus yang membesar dan di bagian ini makanan disimpan; dinding proventriculus tipis.ventriculus merupakan lanjutan ke arah belakang dari proventriculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-18, bersifat musculer dan berguna untuk mencernakan makanan. Intestin adalah merupakan 5

6 lanjutan ke ujung dari ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk ke dalam lumen intestin dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah bangunan sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole.typhlosole ini berguna untuk memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengabsorbsi sarisari makanan lebih banyak. Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang; pada saat malam hari. Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercamput dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu.cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat belum diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat asam. Dari esophagus, makan terus masuk ke dalam proventriculus yang merupakan tempat penyimpanan makanan yang bersifat sementara. Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan dicernakan menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, kemudain partikelpartikel makanan ini masuk ke dalam intestin. Di dalam intestin, partikel-partikel makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang lebih kecil, yang dapat di absorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding intestin mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim.karena pengaruh enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk diabsorbsi. Senyawa-senyawa inilah yang diabsorbsi oleh dinding intestin dan selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah diangkut ke seluruh bagian- 6

7 bagian tubuh.pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah, kemudian sisa-sisa makanan beserta partikel-partikel tadi dikeluarkan melalui anus dan diletakkan di atas permukaan tanah di dekat lubang dari luang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini berbentuk kelompok-kelompok kecil dari partikel-partikel tanah (Yusuf Kastawi, 2001). 4. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculer) cacing tanah adalah sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovasculer meliputi : (a) benda yang diedarkan, yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah ialah pembuluhpembuluh darah; (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; dan (e) Lympha. Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula.korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung hemoglobin (haima = darah; globus = butir); yang mempunyai kemampuan mengikat oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas : aorta dorsalis, aorta ventralis. Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit transparan. Di daerah esophagus 5 pasang cabang-cabang aorta dorsalis membesar dan berfungsi sama dengan cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung cacing ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis, yang terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan di sebelah dorsal truncus nervosus. Dikedua aorta tersebut masih ada 3 pembuluh darah, ialah 2 pembuluh 7

8 yang masing-masing terletak di lateral truncus nervosus dan 1 pembuluh di sebelah ventral truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak cabang-cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem cardiovasculare cacing tanah. Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontrkasi dinding aorta itu. Di dalam aorta ini terrdapat valvula yang berfungsi untuk mencegah mengalirnya kembali darah itu dari jantung anterior. Dari aorta dorsalis darah mengalir ke dalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO 2 dikeluarkan dan O 2 diambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit dari dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke dalam aorta dorsalis. Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke kulit hemoglobin mengikat CO 2.CO 2 keluar melalui kulit sedangkan O 2 dari udara masuk ke dalam tubuh acing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin, membentuk oxyhemo-globin. Dalam proses respirasi, jaringanjaringan memerlukan adanya O 2. Darah mengalir dari dinding tubuh ke kapilerkapiler dalam jaringan-jaringan.pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan terjadi di dalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut substansi-substansi lain, seperti : sekresi kelenjar-kelenjar. 8

9 Plasma darah dan beberapa corpuscula membentuk lympha, yang keluar dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan.lympha mengangkut O 2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO 0 dan sisa-sisa metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah (Yusuf Kastawi, 2001: 153). 5. Sistem ekskresi Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupakanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Kecuali tiga segmen yang pertama dan segmen yang terakhir tidak ada (Yusuf kastawi,2001;154). Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom).rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus 9

10 sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Gambar 2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah (Sumber :Rahmat Rukmana, 2008: 25) Inilah salah satu alasan mengapa cacing tanah memiliki habitat di lingkungan yang lembab karena cacing tanah mendifusikan sisa amoniaknya pada tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. 6. Sistem Respirasi Cacing bernafas menggunakan kulit. Tubuh cacing tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Melalui selaput inilah terjadi difusi oksigen dan CO 2 yang kemudian diteruskan kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi. Karena ternyata dibawah kulit itu terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan 10

11 oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Maka Cara respirasi cacing ini berbeda dengan serangga karena pada serangga oksigen bisa langsung menuju ke sel-sel tubuh, Sedang pada cacing harus masuk ke pembuluh darah sehingga pengangkutan oksigen secara tertutup mengingat peredarannya oksigen berada di dalam pembuluh darah, Kulit yang digunakan untuk proses difusi yaitu bagian dorsal / sisi punggung. Gambar3. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 1 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 28) Gambar4. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 2 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 29) 7. Sistem Reproduksi 11

12 Cacing tanah bereproduksi secara seksual dan bersifat hermafrodit, tetapi cacing tidak melakukan pembuahan sendiri melainkan secara silang. Sebagai ilustrasi: 2 cacing yang melakukan kawin silang menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelium cacing pasangannya. Pada saat bersamaan klitelium mengeluarkan mukosa kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan dibuahi oleh sperma. Setelah itu, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon. Telur bersama kokon akan keluar dari tubuh cacing dan menjadi individu yang baru. Telur menetas setelah tiga minggu dan dapat menghasilkan 2-20 lebih secara sekaligus anak cacing. 8. Habitat Gambar 5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah Sumber : (HendraDwi Prasetyo, 2015) Habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembangbiak di dalam tanah yang lembab dengan suhu sekitar o C. Cacing tanah merupakan hewan nokturnal yakni aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat.cacing tanah juga hewan fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar setiap ada cahaya, dan segera menutup lubang sarang. 12

13 Tindakan ini bertujuan untuk menghalangi masuknya udara dingin dan air ke dalam lubang, dan sekaligus menyamarkan keberadaannya di dalam tanah dari pemangsa. Cacing tanah senang tinggal di tanah lembab, namun cacing tanah tidak suka tinggal di tempat yang terlalu banyak air karena ketersediaan oksigen di dalamnya sangat sedikit (anaerob). Karena itulah, di saat curah hujan sedang tinggi, cacing tanah akan banyak berada di lapisan tanah paling atas. Cacing tanah pada keadaan yang sangat dingin atau sangat kering mereka akan masuk ke dalam liang, seringkali sampai sedalam 8 kaki, dan dalam keadaan ini beberapa cacing seringkali terdapat melingkar bersama sama, dengan di atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir. Cacing tanah hidup pada habitat alami dan habitat buatan manusia.ada beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya (Agus Dharmawan, 2005: 21). a. Habitat Alami Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang baik dalam tanah.menurut Rukmana (1999), Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah dihabitat alami adalah sebagai berikut. 1) Suhu (Temperatur) Suhu atau temperature tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokonya berkisar antara 15 o C 25 o C.suhu tanah yang lebih tinggi dari 25 o C masih cocok untk cacing tanah, tetapi harus diimbangi dengan kelembaban yang memadai dan naungan yang cukup. Oleh karena 13

14 itu, cacing tanah biasanya ditemukan hidup dibawah pepohonan atau tumpukan bahan organic. 2) Kelembaban (rh) Kelembaban tanah mempengaruhi pertumbuhan dan daya reproduksi cacing tanah.kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-50% namun kelembaban optimumnya pada rh 42%- 60%.Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya akan mati. 3) Keasaman Tanah (ph) Cacing tanah tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada tanah yang bereaksi sedikit asam sampai netral. Keasaman tanah (ph) yang ideal untuk cacing tanah adalah ph 6-7,2. Tanah pertanian di Indonesia umumnya bermasalah karena ph-nya asam. Tanah yang ph-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya berkembang biak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organic dan unsure hara (pakan) cacing tanah relative terbatas. Disamping itu, tanah yang ber ph asam kurang mendukung percepatan proses pembuskan (fermentasi) bahan-bahan organic. Oleh karena itu, anah tanah pertanian yang mendapat perlakuan perlakuan pengapuran sering banyak dihuni 14

15 cacing tanah.pengapuran berfungsi meningkatkan ph tanah sampai mendekati ph netral. 4) Ketersediaan Bahan Organik Bahan organik umumnya mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral, sehingga merupakan bahan utama makanan cacing tanah.bahan organik tanah dapat berupa kotoran ternak, sersah atau daundaun yang gugur dan melapuk dan hewan-hewan yang mati.makin kaya kandungan organik dalam tanah, makin banyak dihuni oleh mikroorganisme tanah, termasuk cacing tanah. Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya, bahkan mampu memusnahkan bahan organic 2 kali lipat berat badannya selama 24 jam.oleh karena itu cacing tanah yang hidup dalam tanah yang kaya bahan organik dapat berfungsi sebagai pemusnah bahan organik (decomposer) dan kascingnya berguna untuk pupuk organik penyubur tanah. b. Habitat Buatan Habitat buatan adalah lingkingan hidup yang dimodifikasi untuk budidaya cacing tanah.pada prinsipnya cacing tanah dapat dibudidayakan dengan mudah apabila persyaratan hidupnya terpenuhi. Habitat buatan untuk budidaya cacing tanah dapat dilakukan dalam ruangan atau bangunan yang dilengkapi pelindung. Hal yang penting diperhatikan dalam menciptakan (modifikasi) habitat untuk hal budidaya 15

16 cacing tanah adalah : terlindung dari sinar matahari langsung, terlindung dari curahan air hujan secara langsung, tempat harus strategis atau mudah dalam pemeliharaan, dan terjaga dari keamanan serta gangguan terhadap cacing tanah. Tempat budidaya cacing tanah biasanya berupa kandang yang dilengkapi atap pelindung.bahan-bahan pembuatan kandang dapat disiapkan yang harganya murah dan sederhana sampai yang mahal, tergantung pada tujuan dan kondisi keuangan. Fasilitas budidaya cacing tanah terdiri atas rakrak atau tempat penempatan wadah pemeliharaan, medium tumbuh, pakan, dan perangkat wadah pemeliharaan berupa bak, kotak plastik, kotak kayu, kotak anyaman bambu, dan lain-lain. Dasar-dasar yang harus diperhatikan dalam menyiapkan habitat buatan untuk budi daya cacing tanah sebagai berikut : 1) Lingkungan teduh dan nyaman 2) Keadaan suhu tanah dan suhu udara antara 15 o C 25 o C 3) Kelembaban tanah dan kelembaban udara antara 15% - 30% 4) Keasaman medium hidup ber-ph 6,0 7,2 5) Tersedia bahan organic untuk pakan cacing tanah dalam jumlah yang memadai(rahmat Rukmana, 1999). 9. Perkembangbiakan Cacing Tanah 16

17 Hewan ini bersifat hermafrodit atau biseksual.artinya, pada tubuhnya terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina. Namun, untuk pembuahan cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi harus dilakukan oleh sepasang cacing tanah. Dari perkawinan tersebut, masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan satu kokon yang di dalamnya terdapat beberapa butir telur. Cacing tanah berkembang mulai dari telur yang disimpan dalam kokon.kokon yang dihasilkan dari perkawinan sepasang cacing tanah dapat diletakkan di permukaan tanah bila keadaan tanahnya lembab. Namun, kalau tanahnya kering, kokon akan diletakkan dalam tanah. Kokon yang baru keluar dari tubuhnya berwarna kuning kehijauan dan akan berubah kemerahan saat akan menetas. Kokon akanmenetas sekitar hari setelah terlepas dari tubuh cacing tanah. Cadangan makanan yang mencukupi, dan faktor lingkungan lain sangat mendukung maka cacing tanah akan menghasilkan kokon sepanjang tahun. Namun, jumlah kokon yang dihasilkan tergantung pada perubahan suhu. Bila suhu rendah atau sekitar 3 o C, kokon yang dihasilkan sangat sedikit. Sebaliknya kalau suhunya dinaikkan maka cacing tanah akan menghasilkan kokon lebih banyak. Suhu ideal untuk keperluan ini adalah 6 o -16 o C. Kokon biasanya dihasilkan pada kondisi iklim yang sesuai. Di negara beriklim dingin dengan empat musim, umumnya cacing tanah menghasilkan kokon pada pertengahan Maret hingga awal Juli dan pada awal Oktober hingga November. Di negara subtropis seperti India, cacing tanah dapat menghasilkan kokon sepanjang tahun. 17

18 Sepasang cacing tanah akan melekat di bagian depannya dengan posisi saling berlawanan Saat melakukan perkawinan. Dengan bantuan seta, sepasang cacing tanah akan mengeluarkan lendir melalui klitelum. Lendir ini digunakan untuk melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh alat kelamin jantanmasing-masing cacing tanah. Setelah itu, sel sperma akan bergerak ke arah belakang dan masuk ke kantung penerima sperma (ovarium). Kantung ini banyak mengandung sel telur. Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa jam. Setelah keduanya menerima sperma maka cacing akan saling berpisah. Setelah masing-masing cacing tanah berpisah, klitelum akan membentuk selubung kokon dan bergerak ke arah mulut. Saat bergerak itulah selubung kokon akan bertemu sel telur yang telah dibuahi sel sperma pada lubang saluran telur. Akibatnya sel telur akan terselubung menjadi kokon. Selanjutnya kokon yang berisi sel telur ini bergerak ke arah mulut dan keluar dari tubuh cacing tanah (Rahmat Rukmana, 1999). 10. Siklus Hidup Cacing Tanah Siklus hidup cacing tanah mulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing produktif, dan cacing tua. Lama siklus hidup ini tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Dari berbagai penelitian diperoleh lama siklus hidup cacing tanah L. rubellus hingga mati mencapai 1-5 tahun(pangkulun, 2011). Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu 2,5-3 bulan. Cacing tanah muda akan 18

19 tumbuh dengan cepat, dan mencapai dewasa kelamin dalam waktu hari. Setelah itu pertumbuhannya menjadi sangat lambat (Minnich, 1977). Saat dewasa kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinannya yang berlangsung 6-10 hari.masa produktif aktif cacing tanah akan berlangsung selama 4-10 bulan dan akan menurun hingga cacing mengalami kematian(pangkulun, 2011). 11. Sarana Budi Daya Cacing Tanah Kegiatan yang terpenting dalam budi daya cacing tanah adalah menciptakan suasana atau kondisi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya di alam. Hal ini dimaksudkan agar cacing tanah dapat beradaptasi dan berkembang dengan baik. Cacing tanah menghendaki suasana lingkungan yang teduh, lembab dan terhindar dari sinar matahari langsung.untuk itulah lokasi pembudidayaannya harus mendukung. Adapun sarana pembudidayaan yang dapat menciptakan lingkungan yang teduh, lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung adalah bangunan pelindung, wadah pemeliharaan, serta sarang atau media hidupnya (Rahmat Rukmana, 1999). a. Menyiapkan Bibit Untuk Ditebar 1) Pemilihan jenis cacing tanah yang akan digunakan Budi daya cacing tanah bisa dengan menggunakan jenis cacing tanah apapun.namun, untuk hasil yang lebih optimal, sebagian besar petani cacing tanah yang ada saat ini lebih suka membudidayakan cacing tanah dari jenis 19

20 Lumbricus rubellus karena tingkat percepatan tumbuhnya yang sangat tinggi dibandingkan cacing tanah jenis lokal. 2) Seleksi bibit cacing tanah unggulan Penebaran bibit cacing tanah, juga mempertimbangkan kualitas dari bibit yang akan digunakan. Bibit yang bagus akan memberikan hasil produksi dengan tingkat percepatan tumbuh yang optimal sehingga waktu pemanenan bisa lebih cepat dan hasil produksinya lebih banyak. Bibit yang bagus adalah bibit yang ukuran tubuhnya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil sewaktu akan ditebar. Apabila terlalu kecil, maka bibit tersebut sangat rentan dan butuh waktu yang lama untuk memanennya. Sedangkan bibit yang terlalu besar akan memperbanyak beban biaya sewwaktu pembelian bibit (apabila bibit didapatkan dengan cara membeli dari peternak bibit cacing tanah). Selain itu, bibit yang baik adalah bibit yang mempunyai ukuran tubuh seragam sehingga nantinya bisa dipanen dalam waktu yang bersamaan. 3) Alternatif pengadaan bibit Apabila akan menggunakan bibit cacing tanah unggulan seperti jenis Lumbricus rubellus yang memang mempunyai tingkat percepatan tumbuh sangat tinggi, maka bisa dengan cara membelinya dari peternak cacing tanah yang menggunakan jenis cacing tanah tersebut dan memang menyediakan bibit pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain itu, pengadaan bibit dengan cara membeli akan sangat memungkinkan dan memudahkan bagi pemula yang membutuhkan bibit dalam jumlah banyak dan juga memiliki ukuran tubuh yang seragam untuk dibudidayakan. 20

21 4) Menyiapkan Media Pemeliharaan Media hidup atau media pemeliharaan yang juga sekaligus sarang cacing tanah sebenarnya adalah sekumpulan bahan-bahan organik yang sudah terfermentasi sempurna sehingga bisa memberikan tempat bagi cacing tanah untuk hidup dan bereproduksi secara optimal. Media hidup tersebut nantinya sekaligus menjadi sumber makanan bagi cacing tanah yang dibudidayakan. b. Jenis Cacing Tanah Untuk Dijadikan Media Pemeliharaan Bahan organik yang bisa digunakan untuk dijadikan media hidup atau media pemeliharaan antara lain adalah kotoran hewan ternak (ayam, kelinci, kambing, dll), ampas tahu, ampas singkong, ampas sagu, kompos, jerami padi, sekam padi, kulit pisang, bubur kertas, bubur kayu, enceng gondok, rumput, serbuk gergaji, rumen (kotoran yang masih berada di perut hewan ternak ruminansia seperti sapi ketika dipotong), dan sebagainya. Beberapa pertimbangan penting dalam pemilihan bahan organik untuk dijadikan media pemeliharaan adalah sebaik mungkin mudah didapatkan, murah harganya, dan tersedia dalam jumlah bannyak.sebaik mungkin bahanbahan organik tersebut juga mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh cacing tanah. c. Syarat Media Pemeliharaan Media pemeliharaan untuk cacing tanah tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai atau kurang lebih sama dengan habitat maupun lingkungan tempat tumbuhnya di alam bebas. Menurut Palungkun (1999), 21

22 Untuk mendukung hal tersebut, media pemeliharaan setidaknya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Media pemeliharaan harus menggunakan bahan organik berserat yang sudah terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan yang jelas tidak disukai cacing tanah. Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi memang bervariasi bergantung pada jenis bahannya, biasanya antara 7-35 hari. 2) Kaya bahan organik dan unsur hara Media hidup cacing tanah harus kaya bahan-bahan organik dan unsur hara lantaran bahan organik tersebutlah yang menjadi makanan pokok dari cacing tanah. 3) Gembur, lunak, tidak panas, dan tidak mudah menjadi padat Cacing tanah sangat membutuhkan media hidup sekaligus makanan yang lunak, gembur, dan tidak panas supaya lebih mudah dicerna atau terurai oleh alat cerna di tubuhnya.media hidup yang gembur juga bisa menjaga porositas sarang, menjaga ketersediaan oksigen, dan menjaga sirkulasi udara di dalamnya. 4) Mempunyai daya serap air yang tinggi Media hidup yang digunakan sebaik mungkin mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan juga kehilangan tingkat kelembaban. 5) Steril dari zat-zat yang mengganggu pencernaan cacing tanah 22

23 Media pemeliharaan harus bebas atau steril dari zat atau bahan-bahan yang bisa mengganggu pencernaan cacing tanah. Antara lain adalah sabun dan bahan kimia. 6) Media harus mudah terdekomposisi atau terurai oleh cacing tanah. 7) Media tersebut harus mampu menahan kestabilan kelembaban dengan tingkat kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah sekitar 35-50%. 8) Suhu media harus sekitar o C. 9) Tingkat keasaman media (ph) sekitar 6,5-7,2. d. Syarat Kandang Kandang yang ideal, setidaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Memberi rasa aman dan memudahkan pemeliharaan Kandang harus dibuat dengan konstruksi yang memudahkan bagi peternak untuk melaksanakan tata laksana pemeliharaan.untuk itu, lokasi kandang sebaik mungkin berada di tempat yang aman, dan jauh dari gangguan orang yang tidak berkepentingan. 2) Melindungi dari curah hujan dan sinar matahari langsung Untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan yang menerpa ke dalam media pemeliharaan, maka kandang dilengkapi dengan bangunan atau atap pelindung. 3) Murah dan tidak memerlukan banyak biaya 23

24 Pembangunan kandang harus mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan.untuk itulah, sebaik mungkin kandang dibuat dengan biaya yang seminim mungkin (Rahmat Rukmana, 1999). e. Pembuatan Wadah Pemeliharaan Wadah pemeliharaan merupakan tempat atau wadah yang ke dalamnya akan dimasukkan media hidup atau sarang cacing tanah, dan selanjutnya ke media hidup tersebut akan dimasukkan bibit cacing tanah. Untuk modelnya, memang sesuka hati, mulai dari model permanenseperti bak batu bata plester semen/bak beton, rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat, atau pancing berjajar. Bahan yang dipergunakan pun sangat variatif, tergantung keinginan dan ketersediaan bahan, mulai dari bahan bambu, papan kayu, ataupun juga berbahan plastik. f. Penebaran Bibit Cacing Tanah Media pemeliharaan yang dianggap sudah layak untuk dipergunakan, maka bibit cacing tanah sudah bisa segera ditebarkan. Langkah-langkah penebaran bibit cacing tanah adalah sebagai berikut. 1) Bibit cacing tanah yang telah dipersiapkan ditebarkan sedikit demi sedikit ke atas permukaan wadah pemeliharaan secara merata. 2) Amati dengan seksama apakah bibit yang ditebarkan tersebut mau masuk ke dalam media pemeliharaan ataukah hanya berkeliaran di bagian permukaan saja. 3) Apabila bibit cacing tanah terlihat mau beradaptasi dengan media hidupnya yang baru tersebut, masukkan bibit cacing tanah yang lainnya 24

25 hingga mencapai batas tingkat kepadatan sesuai dengan ukuran wadah dan media hidup yang ada. Perlakuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penebaran bibit pada wadah pemeliharaan yang lainnya. Mengingat cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya, maka penebaran bibit harus dilakukan di tempat yang tidak mendapatkan cahaya atau sedikit gelap. g. Perawatan Perawatan media bertujuan agar kondisi media selalu sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah.kegiatan perawatan media ini meliputi pengadukan, penyiraman, pengukuran suhu dan ph serta penggantian media. 1) Pengadukan Cacing tanah pun membutuhkan oksigen yang cukup. Oleh sebab itu, media sebagai tempat tinggalnya harus selalu gembur agar peredaran udara di dalamnya tetap terjamin. Kegiatan pengadukan media ini sekaligus untuk mencampur bahan makanan yang tersisa.pengadukan dilakukan dengan tangan. Sebaiknya pengadukan dilakukan setiap 3-4 hari sekali. 2) Penyiraman Apabila pada saat pengadukan medianya tampak kering, harus dilakukan pemberian air dengan cara penyiraman. Penyiraman ini dilakukan sambil diaduk. Jumlah air yang diberikan hannya secukupnya saja, jangan berlebihan karena penyiraman hanya untuk melembabkan 25

26 media. Media yang terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat. Bahkan pada keadaan sangat berlebihan air, cacing tanah bisa mati. 3) Pengukuran suhu dan ph Media perlu dilakukan pengecekan suhu dengan menggunakan termometer. Bila suhu lebih tinggi, pencegahannya dilakukan dengan cara media disemprotkan air. Namun jumlahnya jangan berlebihan. Derajat keasaman (ph) media yang dibutuhkan oleh cacing tanah adalah sekitar 6,5-7,2. Dengan kondisi itu bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan.oleh karena itu, dalam kegiatan perawatan pun perlu dilakukan pengecekan terhadap ph media. Bila ditemukan kondisi asam atau ph kurang dari 6 maka pencegahannya adalah dengan pemberian segenggam kapur tembok yang dicampur segelas air dan disiramkan ke media. Bersamaan dengan penyiraman ini, media diaduk agar air kapur tercampur merata. 4) Penggantian media Sirkulasi udara ke dalam media akan terhambat bila medianya mudah memadat. Pemadatan ini terjadi karena partikel-partikel bahan media mengecil atau menjadi halus. Pada kondisi ini biasanya media harus 26

27 segera diganti karena tidak berfungsi optimal sebagai media atau tempat tinggal cacing tanah. Media yang harus segera diganti adalah yang secara fisik, bentuk, warna, dan sifatnya telah berubah menjadi seperti tanah atau kotoran cacing (kascing).warnanya sudah berubah menjadi hitam, bersifat lengket, dan mudah memadat bila dalam keadaan basah atau lembab. Biasanya penggantian media ini dilakukan detelah dipakai selama 2-2,5 bulan. Media yang sudah tidak terpakai ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman. B. Pohon Aren (Arenga pinnata Merr.) Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Begitu banyak ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang berasal dari bahan bakupohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri semakin meningkat. Hampir semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya berupa gula aren. Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palmayang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi hasil produksi aren 27

28 yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren(sapari, 1994). Aren merupakan salah satu sumber daya alam di daerah tropis, distribusinya tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan untuk keperluan seharihari oleh masyarakat setempat sebagai sumber daya yang berkesinambungan. Di Indonesia pohon aren sebagian besar secara nyata digunakan untuk bahan bangunan, keranjang, kerajinan tangan, atap rumah, gula, manisan buah dan lain sebagainya. 1. Klasifikasi Tanaman Aren Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Arecales : Aracaceae : Arenga Spesies : Arenga pinnata Merr (Sapari, 1994). 2. Morfologi Tanaman Aren a. Biji Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). b. Batang 28

29 Batang aren bisa mencapai tinggi 20 m dengan diameter cm. Tanaman ini adalah palem besar, tidak bercabang dengan batang tebal, berserat dan berbulu hitam.batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak serabut kasar dan berkayu. Struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air.lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada A. pinnata, kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel).bagian sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh yang biasa disebut ikatan pembuluh. Tanaman aren jika sudah tua dapat tumbuh besar dan memiliki garis tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Batang pohon aren padat, berambut, dan berwarna hitam. Secara morfologi tanaman tanaman aren hamper mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya adalah tanaman kelapa batang bawahnya bersih sedangkan batang aren terbalut ijuk.jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa sampai 20 meter.waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling bawahnya sudah gugur maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang sampai 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas yang paling bawah. c. Akar Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi 29

30 pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 %. d. Daun Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang hingga 7 x 145 cm. Daunnya hijau gelap di atas dan hijau keputihan dibawah karena lapisan lilin disisi bawahnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata dan tangkai pendek. e. Bunga Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk pohon akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit di bawah tempat tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi makin tua pohon itu, keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah bawah. Kira-kira 2 bulan kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut ubas, Selanjutnya disusul oleh bunga-bunga jantan lainnya, yang disebut adik ubas, penyadapan nira sudah bisa dilakukan ketika itu. Bunga jantannya muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak daun daerah bawah.bunga aren jantan duduk berpasangan pada untaian yang berjumlah sekitar 25, pangkalnya melekat pada sebuah tandan.jika bunga betina berbentuk butiran (bulat) berwarna hijau dan duduk sendiri-sendiri pada untaian, sedangkan bunga jantan berbentuk bulat panjang cm berwarna ungu.bunga jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan tepung sari berwarna kuning.bila pohon aren sudah berumur 12 tahun, dan 30

31 makin banyak membentuk tongkol bunga betina, biasanya pemiliknya membiarkannya membentuk buah, dan niranya tidak disadap lagi. f. Buah Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning, setelah tua (masak). 2) Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. 3) Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak. 3. Kandungan Serbuk Gergaji Aren Menurut hasil penelitian Firdayanti dan Handajani (2005), kandungan yang terdapat pada serbuk gergaji aren diantaranya yaitu : Tabel 1. Kandungan serbuk gergaji aren (Firdayanti dan Handajani,2005:3) Jenis nutrisi Komposisi (%) Selulosa Protein kasar Serat kasar Lemak kasar Karbohidrat 95,34 2,63 15,90 0,48 37,00 4. Penyebaran Tanaman Aren 31

32 Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India, Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991: 16). Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan Nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan. C. Rumput Zoysia matrella 1. Rumput Zoysia Rumput zoysia termasuk dalam family Poaccac (Graminae), Ordo Poales Subklas Glumiflora, Kelas Monocotyledon, cabang Angiospermae, subdivisi Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard, 1973: 5). Rumput zoysia termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai pertumbuhan optimum pada suhu C dan beradaptasi di daerah tropic dan subtropik.rumput zoysia memiliki batang dan daun yang kaku dank eras sehingga relatif sulit dipotong(beard, 1973: 5). 2. Deskripsi tanaman 32

33 Rumput zoysia mempunyai daun berbentuk jarum dengan permukaan rata lebar 2-4 mm dan panjangnya 3-11 mm. panjang rambut rambut halusnya 0,02 cm yang terdapat pada ligula (Beard, 1973: 6). Perbungaan pendek, diujung (terminal) dan berbentuk paku. Batang bulat, banyak menghasilkan stolon dan rhizon untuk berkembang biak secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif dengan biji. 3. Adaptasi Rumput zoysia toleran terhadap naungan bila ditumbuhkan di daerah lembab dan panas. Daya tahannya sangat baik terhadap kekeringan dan panas. Rumput ini mempunyai daya adaptasi terhadap tanah yang berdrainase baik, bertekstur halus dan subur dengan ph 67-7 serta mempunyai toleransi terhadap berbagai tipe tanah. Rumput zoysia mempunyai pertumbuhan yang merunduk dan membentuk rumput yang kompak dan tegar. Laju pembentukan dan laju penyembuhan rumput zoysia lambat karena laju pertumbuhannya juga lambat, terutama pucuk-pucuk lateralnya (Beard, 1973: 6). Lambatnya pemulihan recuperative bila terjadi pelukan pada rumput zoysia disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan, terutama pucuk-pucuk lateralnya. Tabel 2.Karakteristik rumput Zoysia matrella (Beard, 1973: 6) Karakteristik Warna daun Lebar dain (mm) Kerapatan tajuk Pertumbuhan Zoysia Matrella Hijau muda 1,5 Baik sangat lambat 33

34 Kebutuhan nutrisi Perbanyakan sedang secara vegetative 4. Kandungan Rumput Zoysia matrella Kandungan nutrisi yang terdapat pada rumput manila (Zoysia matrella) antara lain yaitu : Tabel 3. Kandungan nutrisi rumput manila (Zoysia matrella) (Gartesiasih dan Nina Herlina, 2005:6) Jenis nutrisi Kadar air Protein Serat kasar Lemak Fosfor 64,20 11,38 32,11 0,40 0,61 Komposisi (%) D. Ampas Tahu 4.1. Definisi Ampas Tahu Ampas Tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari kedelai. Sedangkan yang dibuat tahu adalah cairan atau susu kedelai yang lolos dari kain saring. Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan, yaitu kandungan protein yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna itik dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya 34

35 simpannya menjadi lebih pendek (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000) Kandungan Gizi Ampas Tahu Komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Prabowo dkk.,(1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe ppm, Mn ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5 % dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu basah tidak tahan disimpan dan akan cepat menjadi asam dan busuk selama 2-3 hari, sehingga ternak tidak menyukai lagi. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5 % sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar (Widjatmoko, ). Tabel 4.Komposisi nutrisi / kimia ampas tahu (Suprapti, 2005: 4) Nutrisi Ampas tahu Basah (%) Kering (%) 35

36 Bahan Kering Protein Kasar Serat kasar Lemak Kasar Abu BETN 14,69 2,91 3,76 1,39 0,58 6,05 88,35 23,39 19,44 9,96 4,58 30,48 Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan bersamaandiseluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terkumpul di dalamnya. Pengeluaran air yang terkumpul tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang disebut dengan tahu (Suprapti,2005:4). Sebagai akibat proses pembuatan tahu, sebagian protein terbawa atau menjadi produk tahu, sisanya terbagi menjadi dua, yaitu terbawa dalam limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. E. Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi dan Sumber Daya Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di sekitar hewan dan dapat mempengaruhinya. Setiap hewan hanya dapat lulus hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok baginya dan sumberdaya yang diperlukannya, serta terhindar dari faktor - faktor abiotik maupun biotik lingkungan yang membahayakannya kelulusan hidupnya. Lingkungan abiotik hewan meliputi faktor faktor medium atau substrat (tanah, perairan) tempat hidup, serta faktor faktor cuaca dan iklim 36

37 (suhu, kelembaban, udara, intensitas cahaya). Lingkungan biotic hewan meliputi hewan lain sesama spesies, yang berlainan spesies, tumbuh tumbuhan dan mikroba. Hubungan antara hewan dan lingkungannya bersifat timbal balik. Keberhasilan hidup hewan sangat ditentukan oleh kondisi dan sumberdaya yang terdapat di lingkungan itu pun dapat berubah oleh kehadiran dan dampak aktivitas hewan hidup. Faktor faktor lingkungan hewan, baik yang bersifat abiotik maupun biotik, dapat ditinjau sebagai dua aspek fungsional yang berbeda. Meskipun dalam hal hal tertentu perbedaan kedua aspek itu tidak begitu tegas. Kedua aspek itu ialah lingkungan sebagai kondisi dan sumberdaya. Istilah kondisi lingkungan terutama digunakan untuk menunjukkan suatu besaran, kadar ataupun intensitas faktor faktor abiotik lingkungan. Faktor abiotik sebagai kondisi ketersedianya tidak berkurang karena kehadiran individu atau spesies lain. Sebagai contoh, suhu lingkungan dan cahaya bagi hewan.kehadiran suatu jenis hewan disuatu lingkungan tersebut. Istilah sumberdaya digunakan untuk menunjukkan sesuatu faktor abiotik maupun biotik yang diperlukan oleh hewan, yang kuantitas ketersediaanya di lingkungan akan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan itu. Sebagai contoh, rerumputan disuatu padang rumput yang dihuni oleh populasi rusa yang beranggotakann seratus ekor, jika suatu saat ditambah lima puluh ekor rusa lagi, maka kehadiran rusa baru tersebut akan mengurangi jumlah rumput sebagai sumberdaya makanan rusa (Agus dharmawan, 2005: 14). 37

38 F. Pengolah Sampah dan Penghasil Kascing Menurut Khairulman dan Amri (2009), 1 kg cacing tanah mampu mengolah 1 kg sampah dapur setiap hari, serta menghasilkan 0,5 kg limbah cacing tanah. Hal ini dimungkinkan karena pencernaan cacing tanah berisi berbagai macam jenis enzim yang mampu mengurai sampah, bahkan menghilangkan zat beracun.namun perlu ditegaskan, limbah yang dapat diurai oleh cacing tanah hanya limbah organik yang tidak mengandung garam dapur, deterjen, atau insektisida.bukan juga limbah plastik, karet, kaca, logam, dan besi. Selain itu, berdasarkan hasil uji laboratorium oleh pembudidaya cacing tanah di Bandung diketahui, kandungan mikroorganik pada kascing lebih baik 3-4 kali lipat dibandingkan dengan pupuk kandang biasa. Proses pengomposan menjadi kascing merupakan kerjasama antara cacing dengan mikro organisme lain. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan mikroorganisme, kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut, karena bahan-bahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai terlebih dahulu oleh cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme menjadi lebih efektif dan lebih cepat. Fungsi lain dari cacing tanah yaitu: 1. Pakan Ayam 2. Pakan Ikan Konsumsi dan Ikan Hias 3. Pakan Burung Berkicau 4. Umpan Pancing 38

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3).

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini paling sering dijumpai di tanah dan tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC) 1. Klasifikasi cacing Eudrilus eugeniae Kingdom Phylum Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Annelida :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah mempunyai potensi memberi keuntungan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Selama ini cacing tanah dianggap hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk)

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Christmas tree fanworm LANGKAH KERJA Ambil cacing yg paling besar Letakkan cacing di bak parafin Kedua ujung di tahan dengan jarum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Berikut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Berikut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tanah Lumbricus rubellus Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cacing tanah merupakan hewan yang cepat berkembangbiak, mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga dapat berkesinambungan ketersediaannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Ciri-ciri Annelida : ⱷ Tubuhnya tersusun atas cincin-cincin (gelang-gelang)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo: Liliaceae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan berbagai produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler).

BAB II KAJIAN TEORI. eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler). BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing tanah Eudrilus eugeniae 1. Klasifikasi Cacing tanah Eudrilus eugeniae tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang belakang (avertebrata). Eudrilus

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dystrudepts Jenis tanah Kebun percobaan Fakukas Pertanian Universitas Riau adalah Dystmdepts. Klasifikasi tanah tersebut termasuk kedalam ordo Inceptisol, subordo Udepts, great

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang Tanaman bawang sabrang TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bawang sabrang menurut Gerald (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sirih Merah Tanaman sirih merah ini merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh di daerah tropis (khususnya daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan tersuspensi telah digunakan secara luas diseluruh dunia untuk pengolahan air

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci