PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 43 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT (PT. BPR) BAKTI ARTHA SEJAHTERA SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dengan diundangkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sampang sebagai dasar pemberlakuan secara efektif atas Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat (PT. BPR) Bakti Artha Sejahtera Sampang, maka perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat (PT. BPR) Bakti Artha Sejahtera Sampang dengan Peraturan Bupati Sampang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2. Undang-Undang..

2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang..

3 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 11. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3504); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); 16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;

4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah; 22. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah; 23. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat (PT. BPR) Bakti Artha Sejahtera Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2009 Nomor 12); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI SAMPANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT (PT. BPR) BAKTI ARTHA SEJAHTERA SAMPANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sampang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Kecamatan adalah Kecamatan di wilayah Kabupaten Sampang. 4. Bupati adalah Bupati Sampang. 5. Dewan..

5 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sampang. 6. Badan Usaha Milik Daerah adalah suatu Badan Usaha Milik Daerah yang dibentuk dan didirikan oleh Pemerintah Daerah, dengan Bentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT). 7. Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Bakti Artha Sejahtera Sampang yang selanjutnya disebut PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang adalah Badan Usaha Milik Pemerintah Kabupaten Sampang yang bergerak dibidang perbankan, yang modalnya baik seluruh maupun sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. 8. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. 9. Direksi adalah Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. 10. Pegawai adalah Pegawai PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. 11. Modal Dasar adalah Modal yang jumlahnya ditetapkan dalam Anggaran Dasar PT BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 12. Modal Disetor adalah Modal yang telah disetor oleh Pemilik secara tunai sebagai pemenuhan Modal Dasar kepada Perusahaan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Bakti Artha Sejahtera Sampang. 13. Tahun Buku PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang adalah tahun takwim yang dilakukan sampai akhir bulan Desember. 14. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat RUPS adalah rapat umum pemegang saham BPR daerah yang berbentuk perseroan terbatas. 15. Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggungjawab langsung kepada Direksi Bank atau perusahaan atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional bank atau perusahaan. 16. Satuan pengawas intern adalah satuan pengawas intern PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. 17. Gaji pokok adalah gaji pokok yang ditentukan dalam daftar skala gaji pegawai PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. 18. Gaji adalah penerimaan gaji pokok, tunjangan istri/suami dan anak. 19. Penghasilan adalah gaji ditambah dengan tunjangan-tunjangan yang sah. 20. Daftar penilaian kerja adalah daftar penilaian prestasi kerja yang ditetapkan oleh Direksi. 21. Ijazah adalah surat tanda tamat belajar sekolah/pendidikan negeri/swasta yang disamakan atau ditetapkan sederajat oleh Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama Republik Indonesia.

6 Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang pegawai dalam rangkaian susunan kepegawaian. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 (1) Kantor Pusat PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang berkedudukan di Kabupaten Sampang. (2) PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dapat membuka Kantor Cabang, Cabang Pembantu, Kantor Kas Pembantu atau Unit Pelayanan di Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sampang dan atau di wilayah Kabupaten/Kota lainnya sesuai ketentuan yang berlaku dan ditetapkan melalui RUPS. (3) Dalam hal pelaksanaan pembukaan Kantor Cabang PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. mendapat ijin dari Direksi Bank Indonesia; b. tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT); c. memenuhi persyaratan Tingkat Kesehatan Bank selama 12 (dua belas) bulan; d. memenuhi modal disetor. (4) Untuk pembukaan pelayanan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. menyampaikan rencana pembukaan pelayanan kas secara tertulis kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya sebelum pembukaan Pelayanan Kas; b. menyampaikan laporan-laporan pelaksanaaan pembukaan pelayanan kas kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal pembukaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b; d. memenuhi persyaratan Tingkat Kesehatan Bank dengan Tingkat Cukup Sehat. BAB III..

7 - 7 - BAB III KEGIATAN USAHA Pasal 3 Kegiatan usaha PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang meliputi: a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka dan tabungan; b. memberikan kredit dan sekaligus melaksanakan pembinaan terhadap pengusaha mikro kecil menengah; c. melakukan kerjasama antar BPR atau dengan lembaga keuangan/lembaga lainnya; d. menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka dan/atau tabungan di bank lainnya; e. membantu Pemerintah Daerah melaksanakan sebagian fungsi pemegang kas daerah sesuai peraturan perundang-undangan; f. menjalankan usaha perbankan berdasarkan prinsip-prinsip konvensional dan/atau syariah; g. menjalankan usaha perbankan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB IV BENTUK BADAN HUKUM DAN PENDIRIAN Pasal 4 Bentuk badan hukum PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang adalah Badan Usaha Milik Daerah yang berupa Perseroan Terbatas. BAB V MODAL Pasal 5 (1) Modal dasar dan modal disetor PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dapat diperbesar lagi maupun diperkecil sesuai perundang-undangan yang berlaku dan/atau kebutuhan manajemen dan ditetapkan oleh RUPS. (2) Untuk...

8 - 8 - (2) Untuk memperbesar ataupun memperkecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPRD untuk ditetapkan dan dianggarkan pada APBD atau dari pihak ketiga. Pasal 6 (1) Perubahan modal dasar sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Daerah melalui penyertaan modal daerah. (2) Penambahan modal disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan sebanyak 4 (empat) kali tahun anggaran sebesar Rp (sepuluh milyard) per tahun anggaran sampai dengan terpenuhinya modal dasar sebesar Rp (empat puluh milyard) dan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 7 (1) Jumlah saham dari PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sebanyak Rp ,- (empat puluh milyard rupiah) 99 % dikuasai oleh Pemerintah Daerah atau senilai Rp ,- (tiga puluh sembilan milyard enam ratus juta rupiah) dan 1% dikuasai pihak ketiga atas nama R. Jusuf Chandra atau senilai Rp ,- (empat ratus juta rupiah). (2) Saham Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikurangi untuk dijual minimal kepemilikannya menjadi 51 % dan pihak ketiga menjadi 49 % setelah ditetapkan melalui RUPS dan mendapat persetujuan DPRD dan wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak perubahan dilakukan. (3) Pengurangan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan karena kebutuhan Pemerintah Daerah yang sangat mendesak dan untuk lebih memacu kinerja PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. (4) Naiknya kepemilikan saham dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk perbaikan manajemen PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang yang lebih profesional. (5) Bupati karena kedudukannya bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah. Pasal 8..

9 - 9 - Pasal 8 (1) Yang dapat menjadi pemilik BPR adalah pihak-pihak yang : a. tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan/atau pengurus BPR, BPRS dan/atau bank umum dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; b. menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas, antara lain : 1. memiliki akhlak dan moral baik; 2. bersedia mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan 3. bersedia mengembangkan operasional BPR secara sehat. (2) Bagi pemegang saham pengendali, selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib memenuhi persyaratan kelayakan keuangan sesuai dengan ketentuan mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) BPR. BAB VI RUPS Pasal 9 RUPS merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dan segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan Komisaris. Pasal 10 (1) Bupati mewakili daerah selaku pemegang saham PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dalam RUPS. (2) Bupati dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada pejabat pemerintah daerah untuk mewakilinya sebagai pemegang saham. (3) Pihak yang menerima kuasa dengan hak substitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan Bupati untuk mengambil keputusan mengenai : a. perubahan anggaran dasar; b. perubahan jumlah modal; c. pengalihan aset tetap;

10 d. penggunaan laba; e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerjasama BPR antar daerah dan/atau lembaga keuangan/lembaga lainnya; g. pengesahan rencana kerja dan anggaran tahunan; dan h. penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. BAB VII SUSUNAN ORGANISASI Pasal 11 (1) Susunan Organisasi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang terdiri dari : a. Dewan Komisaris; b. Direksi; c. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI); d. Kepala Bagian Operasional membawahi petugas : 1. Tabungan/Deposito; 2. Kasir/Teller; 3. Pembukuan (Accounting); 4. Customer Service (CSR); 5. Umum. e. Kepala Bagian Pemasaran membawahi petugas : 1. Marketing Funding (Dana)/Lending (Kredit); 2. Remedial/Penagihan: 3. Administrasi Kredit; 4. Dokumentasi Kredit. (2) Bagan Struktur Organisasi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran. Bagian Kesatu...

11 Bagian Kesatu Dewan Komisaris Paragraf 1 Syarat-syarat Pengangkatan Dewan Komisaris Pasal 12 (1)Dewan Komisaris adalah pengurus perusahaan yang keanggotaannya sebagai wakil atau kuasa dari Bupati dan pihak ketiga. (2) Pada awal pembentukan Dewan Komisaris diangkat oleh Bupati dan untuk selanjutnya melalui RUPS. (3) Pengangkatan dilakukan untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan setelah berakhir masa jabatan yang bersangkutan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode. (4) Jumlah Dewan Komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) orang, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dan seorang diantaranya ditunjuk sebagai Komisaris Utama. (5) Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman dibidang perbankan. (6) Dewan Komisaris PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang hanya dapat merangkap jabatan sebagai Dewan Komisaris sebanyak-banyaknya pada 2 (dua) BPR. (7) Dewan Komisaris dilarang menjabat anggota Direksi pada Bank Umum dan BPR lainnya. (8) Dewan Komisaris wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. mempunyai pengetahuan dibidang perbankan, dedikasi, akhlak dan moral yang baik serta mampu menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan Bupati dalam melakukan pembinaan dan pengawasan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. bersedia mengembangkan dan melakukan kegiatan usaha PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang secara sehat; c. tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap setiap kegiatan pengkhianatan kepada Negara; d. sehat jasmani dan rohani; e. tidak pernah melakukan kegiatan atau tindakan yang tercela; f. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan; g. Dewan Komisaris diutamakan bertempat tinggal di wilayah PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Pasal 13..

12 Pasal 13 (1) Antara sesama Anggota Dewan Komisaris dan/atau antara Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi, tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis ke samping termasuk menantu dan ipar. (2) Apabila hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi setelah pengangkatan, maka salah satu diantaranya wajib mengundurkan diri. (3) Dewan Komisaris tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung kepada pihak yang diberi pembiayaan oleh PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Paragraf 2 Tata Cara Pengangkatan Dewan Komisaris Pasal 14 (1) Proses pengangkatan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2) dilakukan setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia. (2) Sebelum menjalankan tugas, Dewan Komisaris dilantik dan diambil sumpah jabatannya oleh Bupati. (3) Pengangkatan Anggota Dewan Komisaris PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang harus dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dengan tembusan kepada Departemen Dalam Negeri selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah ditetapkan. Paragraf 3 Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggungjawab Dewan Komisaris Pasal 15 (1) Dewan Komisaris mempunyai tugas : a. mengawasi, memeriksa pelaksanaan tugas-tugas yang dilakukan Direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan nasehat kepada anggota Direksi untuk kemajuan perseroan; b. menyetujui rencana yang diajukan Direksi; c. membuat..

13 c. membuat laporan secara periodik 6 (enam) bulan sekali tentang hasil pengawasan yang dilakukan kepada Bank Indonesia sesuai Peraturan Bank Indonesia dan kepada RUPS; d. menyetujui laporan tahunan yang disampaikan Direksi kepada RUPS dan Bank Indonesia; e. tugas-tugas lain sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan. (2) Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris bertanggungjawab kepada Bupati selaku pemegang saham. (3) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh Komisaris Utama. Pasal 16 Tata cara dan tata tertib menjalankan tugas Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS, dengan ketentuan : a. Dewan Komisaris mempunyai wewenang melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan pelaksanaan tugas PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris mengandung pengertian pengendalian dan pembinaan; c. pengawasan sebagaimana dimaksud pada huruf b, merupakan pengawasan kedalam tanpa mengurangi kewenangan pengawasan dari luar PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; d. pengendalian sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan dalam bentuk petunjuk dan pengarahan kepada Direksi dalam pelaksanaan tugasnya; e. pembinaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan dalam bentuk meningkatkan kinerja dan menjaga kelangsungan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; f. pengawasan oleh Dewan Komisaris dapat dijalankan secara periodik sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pasal 17 (1) Dewan Komisaris mempunyai fungsi : a. penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. pengawasan atas pengurusan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; c. membuat kebijakan anggaran dan keuangan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang;

14 d. membantu mendorong usaha pembinaan dan pengembangan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. (2) Dewan Komisaris mempunyai wewenang : a. meneliti Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi yang disampaikan Direksi untuk mendapat pengesahan RUPS; b. memberikan pertimbangan dan saran baik diminta atau tidak diminta kepada Bupati untuk perbaikan dan pengembangan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; c. meminta keterangan kepada Direksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengurusan dan pengelolaan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; d. mengusulkan pemberhentian sementara Direksi kepada RUPS; e. menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas tertentu atas biaya PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Paragraf 4 Pembagian Tugas Dewan Komisaris Pasal 18 (1) Komisaris Utama mempunyai tugas : a. memimpin semua kegiatan Dewan Komisaris; b menyusun program kerja pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh RUPS; c. memimpin Rapat Dewan Komisaris; d. menetapkan pembagian tugas Dewan Komisaris. (2) Anggota Dewan Komisaris mempunyai tugas : a. membantu Komisaris Utama dalam melaksanakan tugasnya menurut pembidangan yang telah ditetapkan oleh Komisaris Utama; b. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Komisaris Utama. (3) Apabila dipandang perlu pemilik dapat membentuk Sekretariat Dewan Komisaris untuk kelancaran tugas Dewan Komisaris atas PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Paragraf 5...

15 Paragraf 5 Rapat Dewan Komisaris Pasal 19 (1) Untuk menyelenggarakan fungsi, wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, Dewan Komisaris sewaktu-waktu dapat mengadakan rapat atas permintaan Komisaris Utama. (2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Komisaris Utama dan/atau Anggota yang ditunjuk oleh Komisaris Utama. (3) Keputusan dapat ditetapkan atas dasar prinsip musyawarah dan mufakat. (4) Apabila dalam rapat tidak diperoleh kata mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pimpinan rapat menunda rapat tersebut paling lama 3 (tiga) hari. (5) Penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dilakukan paling banyak 2 (dua) kali. (6) Apabila setelah ditunda sampai 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud pada ayat (5) masih belum dapat kata mufakat, maka keputusan diambil oleh Komisaris Utama setelah berkonsultasi dengan pemegang saham untuk dilakukan RUPS. (7) Dewan Komisaris dapat menyelenggarakan rapat setiap tahun dua kali dan/atau karena mendesak. Paragraf 6 Laporan Dewan Komisaris Pasal 20 (1) Dewan Komisaris harus memberikan laporan berkala kepada pemegang saham dan Bank Indonesia setempat mengenai pelaksanaan tugasnya sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan yaitu : a. setiap bulan Juni dan bulan Desember; b. laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib dilaporkan selambat-lambatnya pada akhir bulan Agustus untuk laporan bulan Juni dan pada akhir bulan Pebruari untuk laporan bulan Desember. (2) Laporan...

16 (2) Laporan pelaksanaan rencana kerja, yaitu : a. penilaian terhadap pelaksanaan rencana kerja yang disertai dengan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target; b. uraian mengenai permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran operasional bank serta upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mengatasinya. Paragraf 7 Hak, Hasil dan Penghargaan Pasal 21 (1) Komisaris Utama dan Anggota Komisaris karena jabatannya diberikan honorarium yang besarnya sebagai berikut : a. Komisaris Utama paling tinggi 40% dari penghasilan Direktur Utama PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. Anggota paling tinggi 80% dari honorarium Komisaris Utama. (2) Honorarium Dewan Komisaris berasal dari PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang yang dianggarkan dalam RKAT yang telah ditetapkan dalam RUPS. (3) Setiap akhir masa jabatan, Komisaris Utama dan Anggota Komisaris mendapat uang jasa pengabdian secara bersama-sama dari laba sebelum dipotong pajak setelah di audit dari tahun akhir masa jabatan paling tinggi sebesar 40% dari yang diterima oleh anggota Direksi dengan perbandingan seperti penerimaan honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Bagi Komisaris Utama dan Anggota Komisaris yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir, mendapat uang jasa pengabdian dengan syarat menjalankan tugasnya selama minimal 1 (satu) tahun dan besarnya uang jasa pengabdian yang diterima didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi dengan masa jabatan yang ditentukan. (5) Komisaris Utama dan Anggota Komisaris mendapat pembagian jasa produksi sesuai dengan perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Paragraf 8..

17 Paragraf 8 Pemberhentian Komisaris Pasal 22 (1) Dewan Komisaris berhenti karena : a. masa jabatannya berakhir; b. mengundurkan diri; c. meninggal dunia. (2) Dewan Komisaris dapat diberhentikan melalui RUPS, karena : a. permintaan sendiri; b. alih tugas jabatan/reorganisasi; c. melakukan tindakan yang merugikan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; d. melakukan tindakan yang bersikap bertentangan dengan kepentingan Pemerintah atau Negara; e. sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar; f. tidak memenuhi syarat sebagai Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 23 (1) Dewan Komisaris yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b, c dan d, diberhentikan sementara oleh Bupati. (2) Bupati memberitahukan kepada yang bersangkutan secara tertulis pemberhentian sementara Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai alasan-alasannya. (3) Pelimpahan wewenang dan pemberhentian Dewan Komisaris ditetapkan dan ditandatangani oleh Bupati. Pasal 24 (1) Paling lambat 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Bupati selaku pemegang saham sudah melakukan sidang yang dihadiri oleh seluruh Dewan Komisaris untuk menetapkan apakah yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitir kembali.

18 (2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati belum melaksanakan, maka keputusan pemberhentian sementara dapat diperpanjang 1 (satu) bulan berikutnya. (3) Apabila dalam sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan tidak hadir, maka dianggap menerima keputusan yang ditetapkan Bupati. Pasal 25 (1) Dewan Komisaris yang diberhentikan, paling lambat 15 (limabelas) hari sejak diterimanya Keputusan Bupati tentang pemberhentian, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati. (2) Paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati mengambil keputusan apakah menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka Keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum. Bagian Kedua Direksi Paragraf 1 Syarat-syarat Pengangkatan Direksi Pasal 26 (1) Untuk dapat diangkat menjadi Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang harus memenuhi beberapa persyaratan umum yaitu : a. tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; b. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah; c. tidak terlibat langsung maupun tidak langsung dalam setiap pengkhianatan negara; d. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan; e. berdasarkan..

19 e. berdasarkan hasil penilaian pihak yang berwenang, yang bersangkutan memiliki integritas antara lain : 1. mempunyai akhlak dan moral yang baik serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. bersedia mengembangkan dan melakukan kegiatan usaha PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang secara sehat. f. sehat jasmani dan rohani. (2) Persyaratan khusus pengangkatan Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang adalah : a. memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya setingkat dengan Diploma III atau Sarjana Muda, diutamakan Sarjana (S1) dibidang ekonomi, keuangan atau hukum; b. sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari Direksi wajib berpengalaman operasional dibidang perbankan konvensional dan/atau syariah minimal 2 (dua) tahun sebagai pejabat di bidang pendanaan dan atau pembiayaan; c. Direksi yang belum berpengalaman sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib mengikuti latihan perbankan konvensional dan/atau syariah. Pasal 27 (1) Direksi bertanggungjawab kepada Bupati melalui Dewan Komisaris. (2) Direksi merupakan jabatan karier bagi pegawai BPR dan bila tidak tersedia dapat direkrut dari lembaga lain. (3) Direksi bertempat tinggal di tempat kedudukan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Pasal 28 (1) Antara sesama Anggota Direksi dan/atau antara Anggota Direksi dengan Anggota Dewan Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis ke samping termasuk menantu dan ipar. (2) Apabila hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi setelah pengangkatan, maka salah satu diantaranya wajib mengundurkan diri. (3) Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai Direksi atau Pejabat Ekskutif pada lembaga perbankan, perusahaan dan atau lembaga lain.

20 (4) Direksi dapat memberikan kuasa hukum baik kepada pihak internal maupun eksternal tanpa mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang serta tanggung jawab secara permanen dan jangka panjang setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris. (5) Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik langsung kepada pihak yang diberi pembiayaan oleh PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Paragraf 2 Pengangkatan Direksi Pasal 29 (1) Jumlah Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sekurang-kurangnya 2 (dua) orang. (2) Apabila Direksi terdiri atas 2 (dua) orang Direktur, salah seorang diantaranya ditunjuk sebagai Direktur Utama. (3) Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang untuk pertama kali diangkat oleh Bupati dan untuk selanjutnya ditetapkan oleh RUPS untuk masa jabatan paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatan tersebut berakhir. (4) Sebelum dikeluarkan Keputusan Bupati tentang pengangkatan Anggota Direksi, terlebih dahulu harus mendapatkan pertimbangan dari Bank Indonesia. (5) Pimpinan Bank Indonesia berdasarkan data yang ada, memberikan persetujuan tentang layak atau tidaknya calon Direksi yang diusulkan tersebut. (6) Bupati setelah menerima pertimbangan dari Pimpinan Bank Indonesia segera menerbitkan keputusan tentang Pengangkatan Direksi. (7) Keputusan tentang Pengangkatan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditandatangani oleh Bupati. Paragraf 3 Tata Cara Pengangkatan Direksi Pasal 30 (1) Proses pengangkatan Direksi, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

21 (2) Proses pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang yang lama berakhir. Pasal 31 Laporan pengangkatan Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang wajib disampaikan oleh PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pengangkatan dimaksud yang disahkan oleh Bupati. Pasal 32 (1) Sebelum menjalankan tugas, Direksi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang mengadakan serah terima jabatan dan dilantik diambil sumpah jabatan oleh Bupati. (2) Pelantikan dan Pengambilan sumpah jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari sejak dikeluarkannya Keputusan tentang Pengangkatan Direksi. Paragraf 4 Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi Pasal 33 (1) Direksi mempunyai tugas pokok menyusun perencanaan, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan operasional PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. (2) Direksi merupakan satu kesatuan pimpinan atau bersifat kolektif. Pasal 34 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Direksi mempunyai fungsi sebagai berikut : a. memimpin PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang berdasarkan Kebijakan Umum yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris;

22 b. penetapan kebijaksanaan untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris; c. penyusunan dan penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang kepada Bupati melalui Dewan Komisaris yang meliputi kebijaksanaan dibidang organisasi, perencanaan, pembiayaan, keuangan, kepegawaian, umum, dan pengawasan untuk mendapatkan pengesahan; d. penyusunan dan penyampaian laporan perhitungan hasil usaha berkala dan kegiatan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati melalui Dewan Komisaris; e. penyusunan dan penyampaian Laporan Tahunan yang terdiri atas Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi kepada Bupati melalui Dewan Komisaris untuk mendapatkan pengesahan. Pasal 35 Direksi mempunyai wewenang sebagai berikut : a. mengurus dan mengelola kekayaan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. mengangkat dan memberhentikan pegawai berdasarkan peraturan kepegawaian yang ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris; c. menetapkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang atas pertimbangan Dewan Komisaris; d. mewakili PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang di dalam dan di luar pengadilan; e. apabila dipandang perlu untuk mewakili PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang sebagaimana dimaksud pada huruf d, Direksi dapat menunjuk seorang kuasa atau lebih; f. membuka kantor cabang atau pelayanan kas berdasarkan persetujuan Bupati atas pertimbangan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan/atau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; g. menjual atau melepaskan hak atas barang milik PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang berdasarkan persetujuan Bupati atas pertimbangan Dewan Komisaris; h. menggadaikan barang-barang milik PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang berdasarkan persetujuan dan/atau pertimbangan Dewan Komisaris. Pasal 36..

23 Pasal 36 (1) Direksi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, bertanggungjawab kepada Bupati melalui Dewan Komisaris. (2) Pertanggungjawaban Direksi dilakukan secara tertulis yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Direktur apabila Direktur terdiri dari 2 (dua) orang. Paragraf 5 Pembagian Tugas Direksi Pasal 37 (1) Direktur Utama mempunyai tugas : a. bertanggungjawab terhadap bidang pemasaran produk, baik produk penghimpunan sumber dana dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka maupun produk kredit; b. mengkoordinir dan mengarahkan bagian-bagian yang terkait dengan aktifitas penghimpunan dana dan penyaluran kredit; c. mengkoordinir dan mengarahkan bagian-bagian yang berhubungan dengan penanganan kredit bermasalah; d. merencanakan penyaluran kredit melalui keputusan kredit yang diputuskan dalan Rapat Komite Kredit; e. bersama-sama dengan dengan anggota Direksi lainnya bertanggungjawab untuk mengemban tugas memajukan perseroan; f. bertanggungjawab terhadap stake holder, yaitu tanggung jawab kepada pemegang saham, Bank Indonesia, Pegawai dan masyarakat yang menggunakan jasa bank. (2) Direktur mempunyai tugas : a. bertanggungjawab terhadap bidang operasional bank; b. mengkoordinir dan mengarahakan bagian-bagian yang bertugas untuk membuat Laporan, baik laporan intern maupun laporan yang diwajibkan oleh Bank Indonesia; c. menerapkan mekanisme kerja sesui dengan yang ditetapkan dalam Standart Operasional Prosedur (SOP) bank; d. melakukan evaluasi kinerja bank dan membuat penilaian tingkat kesehatan bank secara periodik;

24 e. bersama-sama dengan dengan anggota Direksi lainnya bertanggungjawab untuk mengemban tugas memajukan perseroan; f. bertanggung jawab terhadap stake holder, yaitu tanggung jawab kepada pemegang saham, Bank Indonesia, Pegawai dan masyarakat yang menggunakan jasa bank. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), masing-masing Direksi mempunyai kewenangan yang diatur dalam AD/ART PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. (4) Apabila semua Direksi terpaksa tidak berada ditempat/berhalangan, maka Ketua Dewan Komisaris segera menunjuk seorang atau 2 (dua) orang Kepala Bagian sebagai pelaksana tugas Direksi yang dituangkan dalam Keputusan Dewan Komisaris. (5) Direksi dapat mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam upaya pengembangan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dengan persetujuan Dewan Komisaris. Paragraf 6 Rapat Direksi Pasal 38 (1) Rapat Direksi bagi PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang yang diselenggarakan secara periodik minimal sekali dalam 1 (satu) bulan. (2) Dewan Komisaris memimpin Rapat Direksi. Paragraf 7 Laporan Direksi Pasal 39 Direksi wajib membuat laporan tahunan perkembangan usaha PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang yang telah disahkan oleh Bupati untuk disampaikan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. Paragraf 8...

25 Paragraf 8 Hak, Penghasilan dan Penghargaan Pasal 40 (1) Direksi karena jabatannya diberikan gaji sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, yang meliputi : a. Direktur Utama menerima gaji paling tinggi 10 (sepuluh) kali gaji pegawai terendah atau 3 (tiga) kali gaji tertinggi pegawai PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang ditambah dengan tunjangan lainnya sesuai kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dan atas persetujuan Dewan Komisaris; b. Direktur menerima gaji paling tinggi 9 (sembilan) kali gaji terendah atau 2,5 (dua setengah) kali gaji tertinggi pegawai PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang ditambah dengan tunjangan lainnya sesuai kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang dengan persetujuan Dewan Komisaris. (2) Direksi mendapat fasilitas sesuai dengan ketetapan RUPS diantaranya : a. perawatan kesehatan yang layak termasuk istri dan anak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direksi, sesuai dengan kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; b. Rumah Dinas lengkap dengan perabotan yang standar atau pengganti sewa rumah sesuai dengan kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; c. Kendaraan Dinas sesuai dengan kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; d. penghasilan lainnya berupa tunjangan-tunjangan yang lazim diberikan sesuai dengan kemampuan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; e. Direksi memperoleh jasa produksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. (3) Pelaksanaan pemberian gaji dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), harus didasarkan pada ketentuan bahwa dasar penentuan Honorarium untuk Dewan Komisaris dan gaji Direksi, gaji pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya, tidak boleh melebihi jumlah 30% dari total pendapatan atau 40% dari total biaya berdasarkan realisasi tahun anggaran yang lalu. Pasal 41..

26 Pasal 41 (1) Direksi memperoleh hak cuti, yang pelaksanaannya diatur sebagai berikut : a. cuti tahunan diberikan selama 12 (duabelas) hari kerja; b. cuti besar/panjang diberikan selama 2 (dua) bulan untuk setiap akhir masa jabatan Direksi. (2) Apabila karena alasan dinas cuti besar tidak dapat dijalankan, kepada Direksi yang tidak dapat melaksanakan cuti besar dimaksud diberikan pengganti dalam bentuk uang sebesar 2 (dua) kali penghasilan bulan terakhir. (3) Direksi yang menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap diberikan penghasilan penuh dari PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang. Pasal 42 (1) Setiap akhir masa jabatan, Direksi mendapat uang jasa pengabdian sebesar 5% dari laba sebelum dipotong pajak setelah diaudit dari tahun sebelum berakhir masa jabatannya itu dengan perbandingan Direktur mendapat 80% dari Direktur Utama. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilaksanakan apabila akumulasi cadangan dari laba yang tidak dibagikan memungkinkan. (3) Direksi yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir, mendapat uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat telah menjalankan tugasnya selama minimal 1 (satu) tahun dengan perhitungan lamanya bertugas dibagi dengan masa jabatan kali 5% dari laba sebelum di potong pajak setelah diaudit dari tahun sebelum tugasnya berakhir dan atau minimum 1 (satu) bulan gaji terakhir. Paragraf 9 Pemberhentian Direksi Pasal 43 (1) Direksi berhenti karena : a. masa jabatannya berakhir; b. mengundurkan diri; c. meninggal dunia.

27 (2) Direksi dapat diberhentikan melalui RUPS, karena : a. permintaan sendiri; b. alih tugas jabatan/reorganisasi; c. melakukan tindakan yang merugikan PT. BPR Bakti Artha Sejahtera Sampang; d. melakukan tindakan yang bersikap bertentangan dengan kepentingan Pemerintah atau Negara; e. sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar; f. tidak memenuhi syarat sebagai Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 44 (1) Direksi yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b, c, dan d, diberhentikan sementara oleh Bupati atas usul Dewan Komisaris. (2) Bupati memberitahukan secara tertulis pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya. Pasal 45 (1) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) Dewan Komisaris belum melakukan persidangan, maka keputusan tentang pemberhentian sementara kepada yang bersangkutan dilakukan oleh Bupati. (2) Apabila dalam persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Anggota Direksi tidak hadir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris. (3) Keputusan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (4) Apabila perbuatan yang dilakukan Direksi merupakan tindakan pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat. Pasal 46..

28 Pasal 46 (1) Direksi yang diberhentikan paling lambat 15 (limabelas) hari sejak diterimanya Keputusan Bupati tentang pemberhentiannya, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati. (2) Apabila Direksi mengajukan keberatan terhadap pemberitahuan tersebut, paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati harus sudah mengambil keputusan apakah menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota Direksi tidak mengajukan keberatan, Keputusan Bupati mempunyai kekuatan hukum yang tetap. (4) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua), Bupati belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka Keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum dan yang bersangkutan dapat melaksanakan tugasnya kembali sebagaimana mestinya. Bagian Ketiga Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Pasal 47 Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) mempunyai fungsi sebagai satuan kerja yang melakukan audit intern atas kinerja perseroan dan merupakan representasi kepentingan Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. Pasal 48 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) mempunyai tugas : a. melakukan pemeriksaan internal terkait kepatuhan terhadap prosedur dan mekanisme kerja sesuai yang ditetapkan Direksi (management audit); b. melakukan pemeriksaan internal terhadap kepatuhan peraturan perundang-undangan tentang perbankan dan Peraturan Bank Indonesia; c. melakukan pemeriksaan internal terhadap prosedur transaksi keuangan (financial audit); d. melakukan pemeriksaan internal terhadap risiko perbankan (risk audit); Bagian Keempat..

29 Bagian Keempat Kepala Bagian Operasional Pasal 49 Kepala Bagian Operasional mempunyai fungsi sebagai koordinator petugas operasional bank. Pasal 50 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Kepala Bagian Operasional mempunyai tugas : a. mengkoordinir pelaksanaan operasional pada masing-masing petugas yang berada dibawah koordinasinya, yaitu Tabungan/Deposito, Kasir/Teller, Pembukuan, Customer Service (CSR) dan Umum; b. mengkoordinir dan mengarahkan petugas yang terkait dengan pembuatan laporan baik laporan intern maupun laporan yang diwajibkan oleh Bank Indonesia, yaitu Laporan Bulanan, Laporan Triwulan, Laporan Semester dan Laporan Tahunan; c. menyimpan kunci kombinasi, membuka brankas utama dan seluruh isinya, memeriksa dokumen dan uang tunai yang disimpan; d. memberikan persetujuan transaksi tunai dan non tunai yang menjadi kewenangannya; e. memberikan laporan kepaa Direksi tentang semua kegiatan yang berada dibawah koordinasinya; f. memberikan informasi tunggakan pembayaran angsuran kredit kepada bagian penagihan. Paragraf 1 Petugas Tabungan/Deposito Pasal 51 Petugas Tabungan/Deposito mempunyai tugas : a. menyimpan semua berkas administrasi tabungan/deposito, seperti formulir permohonan pembukaan rekening, buku tabungan, bilyet deposito dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan bagiannya; b. mencatat..

30 b. mencatat semua pemakaian berkas administrasi, seperti formulir permohonan pembukaan rekening, buku tabungan, bilyet deposito dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan bagiannya; c. memberikan pelayanan kepada penabung/deposan yang akan menabung/menarik/ mencairkan deposito; d. menghubungi deposan untuk mengkonfirmasi pencairan/perpanjangan deposito; e. menghitung biaya bunga/pajak atas bunga tabungan/deposito; f. menghitung dan membuat laporan pembayaran fee dana pihak ketiga kepada Lembaga Penjamin Simpanan; g. membuat laporan daftar nominative simpanan pihak ketiga untuk laporan Bank Indonesia; h. menghubungi nasabah dalam rangka pengkinian data. Paragraf 2 Petugas Kasir/Teller Pasal 52 Petugas Kasir/Teller mempunyai tugas : a. membawa kunci, membuka dan menutup brankas; b. membuat berita acara pembukaan dan perhitungan uang tunai; c. memberikan pelayanan terhadap setiap transaksi keuangan; d. mencatat seluruh transaksi tunai, baik karena setoran Tabungan/Deposito, penarikan Tabungan, pencairan Deposito, Pencairan Kredit, Penerimaan Angsuran, dan transaksi tunai lainnya; e. membuat laporan mutasi harian kas dan membuat berita acara pemeriksaan uang tunai (cash opname/cash count). Paragraf 3 Petugas Pembukuan (Accounting) Pasal 53 Petugas Pembukuan (Accounting) mempunyai tugas : a. mencatat dalam buku besar (general ledger) seluruh aktivitas keuangan dan harta milik bank;

31 b. mencatat penempatan dana pada bank lain dan membukukan pendapatan bunga atas penempatan tersebut serta melakukan rekonsiliasi; c. mencatat seluruh pendapatan bank, baik pendapatan bunga maupun pendapatan lainnya; d. mencatat seluruh biaya yang dikeluarkan oleh bank,baik karena biaya bunga dana pihak ketiga maupun biaya operasional lainnya; e. menghitung amortisasi atas inventaris bank dan membuat rekapitulasi laporan penyusutan harta bank; f. menghitung Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) atas penempatan dana antar bank (PPAP Umum); g. menghitung amortisasi terhadap biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh bank; h. membuat laporan neraca harian, bulanan dan/atau tahunan beserta laporan neraca laba rugi; i. membuat laporan bulanan ke Bank Indonesia baik secara on line ke Bank Indonesia Pusat maupun hard copy ke Bank Indonesia Surabaya; j. melakukan pemeriksaan atas transaksi-transaksi non tunai yang dilakukan antar bank. Paragraf 4 Petugas Customer Service (CSR) Pasal 54 Petugas Customer Service (CSR) mempunyai tugas : a. melaksanakan pelayanan nasabah baik penabung maupun debitur; b. menjaga hubungan baik dengan nasabah individual dan lembaga dan instansi pemerintah. Paragraf 5 Petugas Umum Pasal 55 Petugas Umum mempunyai tugas : a. menyiapkan sarana kantor dalam hal kebersihan kantor,kesiapan penerangan dan sumber daya listrik, sarana kendaraan operasional; b. memelihara kebersihan, keamanan dan keberadaan seluruh harta yang dimiliki oleh bank;

32 c. membuat daftar rincian harta dan inventaris yang dimiliki oleh bank; d. menyiapkan daftar presensi karyawan; e. ikut menjaga kedisiplinan karyawan. Bagian Kelima Kepala Bagian Pemasaran Pasal 56 Kepala Bagian Pemasaran mempunyai fungsi sebagai koordinator petugas pemasaran produkproduk bank. Pasal 57 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Kepala Bagian Pemasaran mempunyai tugas : a. mengkoordinir kegiatan pelaksanaan pemasaran produk BPR pada masing-masing petugas yang berada dibawah koordinasinya, yaitu Account Officer Funding (dana)/lending (kredit), Remedial/ Penagihan, Administrasi Kredit dan Dokumentasi Kredit; b. mengkoordinir dan mengarahkan perugas yang terkait dengan pemasaran produk-produk BPR; c. memberikan rekomendasi permohonan kredit dan/atau persetujuan Kredit sesuai dengan batasan kewenangannya; d. memberikan laporan kepada Direksi tentang semua kegiatan yang berada dibawah koordinasinya; e. bertanggungjawab terhadap penanganan, penagihan dan penyelesaian kredit-kredit yang bermasalah. Paragraf 1...

33 Paragraf 1 Petugas Marketing Funding (Dana)/Lending (Kredit) Pasal 58 Petugas Marketing Funding (Dana)/Lending (Kredit) mempunyai tugas : a. memasarkan seluruh produk bank dalam rangka menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan/deposito dan menyalurkan dalam bentuk kredit sesuai dengan target yang dibebankan kepadanya; b. membuat jadwal kunjungan kepada para nasabah; c. menjaga hubungan yang baik antar bank dengan para nasabahnya, dengan melakukan kunjungan kepada para penabung/deposan; d. melakukan survey dan membuat proposal atas permohonan kredit yang diajukan kepada bank untuk marketing kredit; e. melakukan kunjungan kepada debitur dalam rangka melakukan monitoring terhadap kredit yang diberikan; f. melakukan penagihan khusus kepada para debitur yang terlambat atau menunggak dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau pembayaran bunga; g. membuat laporan hasil penanganan terhadap kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas kurang lancer sampai dengan macet. Paragraf 2 Petugas Remidial/Penagihan Pasal 59 Petugas Remidial/Penagihan mempunyai tugas : a. membuat rekapitulasi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga kepada bank; b. menghubungi debitur yang terlambat dalam membayar angsuran pokok dan/atau bunga; c. memberikan surat teguran dan atau surat peringatan kepada debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bank; d. melakukan kunjangan (visiting) kepada debitur dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEGAL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 17 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN GARUT HASIL KONSOLIDASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KULON PROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 28 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 33 TAHUN 2003 SERI : E. 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 33 TAHUN 2003 SERI : E. 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG Salinan NO.28/2003/E.6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 33 TAHUN 2003 SERI : E. 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BKPD KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BKPD KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BKPD KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa pengaturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 20 TAHUN 2011 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BHAKTI SUMEKAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA SUKABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG ORGAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SURYA GALUH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 11TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 03 TAHUN 2005 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa Bank Pembangunan Daerah sebagai Bank Umum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, SALINAN WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - FINAL BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK BOYOLALI

- 1 - FINAL BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK BOYOLALI - 1 - FINAL BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH PATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang.

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KULON PROGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 09 TAHUN 2007 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 15

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 15 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 4 30 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 4 30 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 4 30 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2011.... TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SOLO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MINYAK DAN GAS BUMI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : a. Bahwa dengan diberlakukannya,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SERANG (PD. BPR SERANG)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SERANG (PD. BPR SERANG) Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SERANG (PD. BPR SERANG) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENT ANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 826 Tahun 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PERKREDITAN KECAMATAN (PD. PK) CIOMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TANJUNG JABUNG NOMOR 11

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR SELAPARANG KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AGRO SELAPARANG KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JOGJA KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JOGJA KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JOGJA KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN STATUS BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT TANGGO RAJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT TANGGO RAJO PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT TANGGO RAJO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN 7 (TUJUH) PERUSAHAAN DAERAH PERKREDITAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D =================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D ================================================================= LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D ================================================================= PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG S A L I N A N Nomor : 01/E, 2005 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARI AH RENGGALI KABUPATEN ACEH TENGAH

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARI AH RENGGALI KABUPATEN ACEH TENGAH QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARI AH RENGGALI KABUPATEN ACEH TENGAH DENGAN RAHMAT ALLAH MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 2011 PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 33 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEWAN PENGAWAS PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 20168 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) LANGKAT BANK PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa pembangunan

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 21 TAHUN 2007 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PERCETAKAN DAN PENERBITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2004 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2004 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2004 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH (PD. BPRS) KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MERGER DAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PUSAT PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN UTAMA KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1969;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1969; PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 2003 (5/2003) TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR JOGJA KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 5 Tahun 2014 SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 04

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1991 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 05 Tahun 2006 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 No. Urut: 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci