UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Titik Sri Haryanti, Junaidi, dan Parijo Program Studi Pendididkan Ekonomi FKIP Untan titiksrih@yahoo.com Abstrak : Judul penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B di SMP Negeri 5 Ketapang?. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Ketapang. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpul data yang digunakan adalah pengukuran dan observasi dengan alat pengumpul data yaitu seperangkat soal evaluasi mengenai materi kewarganegaraan setelah penelitian untuk penskoran hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pokok bahasan suasana kebatinan konstitusi pertama dan hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 pada siswa kelas VII B SMP Negeri 5 Ketapang tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 67,50 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 62,50% dan pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 96,88% dengan nilai ratarata 75,06 sehingga standar yang ditargetkan telah tercapai. Kata kunci : Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar Abstract: The title of the study is "Effort to Improve Student Learning Outcomes In Subjects PKN Through Cooperative Learning Jigsaw Type". This study aims to answer the question Is Cooperative Learning Model Application Type Jigsaw Lesson In Civics Education to Improve Learning Outcomes Seventh Grade Students of SMP Negeri 5 in Ketapang? '. The hypothesis of this research is the application of Model Jigsaw Cooperative Study Lesson In Civics Education to Improve Learning Outcomes Seventh Grade Students of SMP Negeri 5 B Ketapang. This research method is Classroom Action Research (CAR). Data collection techniques used are the measurement and observation data collection tool is a set of evaluation questions regarding citizenship after the study material for scoring learning outcomes. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model jigsaw type in

2 the subject of civic education subject mystical atmosphere of the first constitution and the relationship between the proclamation of independence and the 1945 class VII B at SMP Negeri 5 Ketapang school year 2012/2013 to improve outcomes student learning. The increase can be seen from the average grades of students in the first cycle of with student mastery of 62.50% and in the second cycle with mastery learning of 96.88% with an average value of so that standards target has been reached. Keywords : Jigsaw Cooperatif Study, Learning Outcomes M asalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya (Kasihani Kasbolah E.S, 2001: 1). Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dalam pembelajaran selama program pendidikan dilaksanankan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan khususnya materi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama di SMP Negeri 5 Ketapang adalah masih rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses kegiatan pembelajaran yang mempengaruhi rata-rata hasil belajar siswa yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan pengamatan dalam kegiatan proses pembelajaran disebabkan masih banyaknya guru yang menggunakan model konvensional sehingga membuat siswa bosan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian di kelas VII B SMPN 5 Ketapang dengan suatu pertimbangan bahwa pada kelas VII B ternyata masih banyak siswa yang tidak tuntas hasil belajarnya, dari 32 siswa 17 orang tidak tuntas. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional. Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa.

3 Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalahmasalah tersebut dengan temannya. Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, peserta didik harus bekerja dengan lembar kerja yang berisi pertanyaan dan tugas yang telah direncanakan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman. Maka dari uraian permasalahan di atas peneliti bermaksud mengadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada kelas VII B di SMP Negeri 5 Ketapang. Ada beberapa pendapat mengenai metode pembelajaran kooperatif, Roger dan David Johnson Roger (A. Lie, 2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok merupakan Cooperative Learning. Lima unsur model pembelajaran kooperatif agar hasil yang diperoleh maksimal, yaitu : (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota (5) Evaluasi proses kelompok. Anita Lie (2010:39) menyebutkan ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif, antara lain: (a) Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dengan siswa lain. (b) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan. (c) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. (d) Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif. (e) Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri) (f)meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok heterogen (kelompok asal) yang terdiri atas 5 atau 6 orang dan setiap siswa dalam kelompok asal bergabung dengan setiap siswa kelompok lain untuk membentuk tim ahli guna membahas materi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, setelah itu setiap siswa kembali lagi ke kelompok asal. Jigsaw merupakan sebuah teknik yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu kepada peserta didik lainnya. Jigsaw adalah alternatif yang menarik dalam proses pembelajaran yakni ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, sehingga terbentuk sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian. Menurut Anita Lie (2004: 69) Teknik mengajar Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, IPS, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Menurut Saptono (Ikah Apriyani, 2007: 31), Metode Jigsaw terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

4 Kelompok Asal X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Kelompok Ahli Gambar 1. Kerangka Pembelajaran Jigsaw Keterangan : Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada kelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis atau evaluasi secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran tipe Jigsaw menurut Johnson and Johnson (1993) seperti dikutip Zakaria (2011 : 20) mengemukakan tentang pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu antara lain meningkatkan hasil belajar. Sedangkan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli di antaranya menurut Bahriyatul Azizah (2006: 1), Hasil belajar merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan guru. Oleh karena itu, hasil belajar merupakan faktor paling penting dalam proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2003: 240), Hasil belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa mencapai materi pelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran. Jadi, hasil belajar pada penelitian ini adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menjawab soal evaluasi atau ulangan harian yang dinyatakan dengan nilai. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan usaha tertentu sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas secara professional (Wibawa, 2004 : 3). Dalam PTK ini guru bertindak sebagai peneliti,

5 yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya, serta mampu menemukan dan mencari alternatif penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi, terkait usaha peningkatan mutu pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Susilo (2009: 19) menyatakan bahwa, PTK dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama yang saling berkaitan dalam pelaksanaannya dan disebut sebagai satu siklus yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan (Observing) dan merefleksi hasil pengamatan (Reflecting). Secara visual, langkahlangkah (siklus) dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Permasalahan baru hasil refleksi Refleksi Perbaikan Perencanaan SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Dilanjutkan ke siklus berikutnya? Gambar 2. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Iskandar, 2009: 49) Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan subjek penelitian ini adalah siswasiswi SMP Negeri 5 Ketapang sebanyak 32 siswa. Adapun jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif (Hasil belajar siswa) yang diperoleh dari tes pada tiap siklus melalui hasil evaluasi dengan menggunakan tes yang telah disiapkan dengan menilai kemampuan dasar yang dimiliki dengan target ketuntasan dalam pembelajaran untuk masing-masing

6 kompetensi dasar pada tiap siklus. Untuk mengetahui ketuntasan belajar masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut : jumlah skor yang didapat Nilai = X 100 jumlah skor maksimal (Depdiknas, 2004: 54) Seorang siswa dianggap tuntas apabila siswa tersebut mendapat nilai minimal 70 dan mencapai 75 % secara klasikal untuk tiap-tiap kompetensi dasar, untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut : jumlah siwa yang tuntas Persentase ketuntasan = X 100 % jumlah siswa Sedangkan rata-rata diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Rata-rata = jumlah nilai siswa banyaknya siswa Data tentang rencana pembelajaran diperolah dari rencana pembelajaran yang dibuat guru yang diobservasi, rencana pembelajaran tersebut dianggap baik apabila rencana pembelajaran tersebut telah mencerminkan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan beberapa dari tujuh komponen Kooperatif tipe jigsaw. Sebagai indikator dalam penelitian ini adalah jika siswa yang mendapat nilai minimal 70 adalah 75 % pada tes yang diberikan pada tiap siklus maka belajar dinyatakan tuntas. Selanjutnya jika siswa yang mendapat nilai minimal 70 lebih kecil dari 75 % maka akan dilakukan perbaikan dan pengujian pada siklus berikutnya hingga mencapai ketuntasan belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Dibawah ini adalah data sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu data hasil evaluasi ulangan harian kelas VII B. Adapaun data hasil belajar sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel 1sebagai berikut: Tabel 1 Hasil evaluasi ulangan harian kelas VII No Kode Siswa Nilai Ketuntasan 1 B Belum Tuntas 2 B Belum Tuntas 3 B Tuntas

7 4 B Belum Tuntas 5 B Tuntas 6 B Tuntas 7 B Tuntas 8 B Belum Tuntas 9 B Belum Tuntas 10 B Belum Tuntas 11 B Tuntas 12 B Belum Tuntas 13 B Belum Tuntas 14 B Tuntas 15 B Tuntas 16 B Belum Tuntas 17 B Belum Tuntas 18 B Tuntas 19 B Tuntas 20 B Belum Tuntas 21 B Tuntas 22 B Tuntas 23 B Belum Tuntas 24 B Belum Tuntas 25 B Belum Tuntas 26 B Belum Tuntas 27 B Tuntas 28 B Tuntas 29 B Tuntas 30 B Tuntas 31 B Tuntas 32 B Tuntas Sedangkan data hasil belajar setelah dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Data hasil belajar pada siklus I dan siklus II No Kode Siklus Siklus I Ketuntasan Siswa II Keterangan Ketuntasan 1 B Tuntas 75 Meningkat Tuntas 2 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 3 B Tuntas 80 Meningkat Tuntas 4 B Tidak Tuntas 70 Meningkat Tuntas 5 B Tuntas 70 Menurun Tuntas 6 B Tidak Tuntas 70 Meningkat Tuntas

8 7 B Tuntas 75 Menurun Tuntas 8 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 9 B Tidak Tuntas 80 Meningkat Tuntas 10 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 11 B Tidak Tuntas 85 Meningkat Tuntas 12 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 13 B Tidak Tuntas 70 Meningkat Tuntas 14 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 15 B Tidak Tuntas 70 Meningkat Tuntas 16 B Tuntas 75 Meningkat Tuntas 17 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 18 B Tidak Tuntas 80 Meningkat Tuntas 19 B Tuntas 70 Tetap Tuntas 20 B Tuntas 75 Meningkat Tuntas 21 B Tidak Tuntas 57 Meningkat Tidak Tuntas 22 B Tidak Tuntas 70 Meningkat Tuntas 23 B Tidak Tuntas 80 Meningkat Tuntas 24 B Tuntas 75 Meningkat Tuntas 25 B Tidak Tuntas 75 Meningkat Tuntas 26 B Tidak Tuntas 80 Meningkat Tuntas 27 B Tuntas 85 Menurun Tuntas 28 B Tuntas 95 Meningkat Tuntas 29 B Tuntas 80 Tetap Tuntas 30 B Tidak Tuntas 80 Meningkat Tuntas 31 B Tuntas 80 Menurun Tuntas 32 B Tuntas 80 Tetap Tuntas Adapun hasil rekapitulasi dari kedua data diatas dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Rekapitulasi Data Sebelum dan Setelah PTK (Siklus I dan Siklus II ) No Uraian Sebelum Setelah PTK PTK Siklus I Siklus II 1 Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata 70,5 67,50 76,05 4 Jumlah peserta tes Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tak tuntas Persentase siswa tuntas 53,13% 62,5% 96,88% 8 Persentase siswa tidak tuntas 46,88% 37,5% 3,13%

9 Grafik Hasil Data Sebelum dan Setelah PTK ( Siklus I dan Siklus II ) Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah peserta tes Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tak tuntas % Siswa tuntas % Siswa tidak tuntas 20 0 SEBELUM PTK SIKLUS I SIKLUS II Berdasarkan tabel 1 dimana dalam hasil proses pembelajaran secara konvensional atau sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas setelah diadakan evaluasi ulangan harian pada 32 siswa kelas VII B menunjukkan siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 53,13%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase 46,88%. Hal ini menunjukkan belum tercapainya target yang telah ditentukan oleh kurikulum yaitu nilai KKM adalah minimal 70 dan ketuntasan belajar 75% secara klasikal. Berdasarkan tabel 2 perubahan hasil belajar terhadap 32 orang siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa mengalami perubahan hasil belajar siswa, namun hanya satu siswa yang tidak mengalami ketuntasan pada siklus II yaitu siswa dengan kode B-21. Berdasarkan tabel 3 dan gambar 3, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum PTK mendapatkan nilai tertinggi sebesar 82, nilai terendah sebesar 65 dari skor maksimal 100, dengan rata-rata 70,5, dari jumlah siswa sebanyak 32 orang jumlah diketahui bahwa siswa yang tuntas sebanyak 17 orang atau sebesar 53,13 % dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 orang atau sebesar 46,88 %. Sedangkan pada siklus I mendapatkan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 45 dari skor maksimal 100, dengan rata-rata 67,50. Dari jumlah siswa sebanyak 32 orang dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas sebanyak 20 orang atau sebesar 62,50 % dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 orang atau sebesar 37,50 %. Kemudian pada siklus II mendapatkan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 57 dari skor maksimal 100, dengan rata-rata 76,05. Dari jumlah siswa sebanyak 32 orang dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas sebanyak 31 orang atau sebesar 96,88% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 1 orang atau sebesar 3,13%. Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 5 Ketapang tahun pelajaran 2012/2013 pada bidang studi pendidikan kewarganegaraan pokok bahasan suasana kebatinan konstitusi pertama dan hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 setelah diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I (dalam hal ini pada sub pokok suasana kebatinan konstitusi pertama) diberikan ringkasan terkait materi yang diberikan, yang harus dibaca atau diselesaikan secara individu atau kelompok, siswa mencoba menyelesaikan soal-soal secara diskusi

10 melalui bimbingan guru dan setelah itu dilakukan evaluasi ulangan harian siklus 1 dan diperoleh hasil evaluasi yang menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 67,50 dengan persentase ketuntasan 62,5%, sehingga dapat dikatakan bahwa pada siklus I mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 9,37% dari hasil evaluasi ulangan harian ketika diberi pembelajaran secara konvensional yaitu dengan persentase ketuntasan 53,13 %. Namun demikian, pada siklus I masih menunjukkan belum tercapainya target yang telah ditentukan oleh kurikulum yaitu nilai KKM adalah minimal 70 dan ketuntasan belajar 75% secara klasikal. Oleh karena belum mencapai ketuntasan maka dilanjutkan ke siklus II dengan beberapa perbaikan terkait strategi mengajar, serta adanya koordinasi dengan guru mitra. Siklus II ini merupakan perbaikan pada siklus I untuk mendapat hasil yang diinginkan.pada siklus II ini, peneliti lebih menekankan strategi dalam membimbing siswa dalam memahami dan menjawab soal-soal yang berhubungan demgan materi tersebut. Hasil evaluasi setelah diadakan ulangan harian pada siklus II menunjukkan persentase ketuntasan sebesar 96,88 %, dari hasil ini dapat diketahui adanya peningkatan ketuntasan belajar sebesar 34,38 % dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 8,55. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pokok bahasan suasana kebatinan konstitusi pertama dan hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 pada siswa kelas VII B SMP Negeri 5 Ketapang tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil belajar siswa dapat diketahui sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) nilai yang tertinggi dari evaluasi atau ulangan harian adalah 82 dan setelah PTK nilai tertinggi meningkat menjadi 95, serta persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan. Sebelum Penelitian Tindakan Kelas ketuntasan belajar siswa adalah 53,13% dan setelah PTK meningkat menjadi 62,5% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 96,88% pada siklus II. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Emildadiany, N Cooperative Learning - Teknik Jigsaw. (Online). ( diakses 15 Januari 2012). Hamalik, O Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Depdiknas. Ibrahim, M Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Kunandar Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lie, A Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

11 Muchith, S Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group. Nawawi, H Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Metode Penelitian Bidang Sosial. Edisi Revisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sugiono, (2010). Metode Penelitian Untuk Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta Susilo Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidarjo: Masmedia Busana Pustaka. Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.