BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)"

Transkripsi

1 93 BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) 6.. TINJAUAN UMUM Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, dermaga yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung kurang memenuhi syarat untuk kondisi saat ini, di mana kapal-kapal yang datang sudah sedemikian meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah atau frekuensi kapal yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung tidak hanya kapal dengan Gross Tonage kecil tapi juga kapal dengan Gross Tonage yang lebih besar. 6.. FAKTOR-FAKTOR PERENCANAAN Dalam perencanaan dermaga kondisi eksisting sangat berpengaruh, sehingga perlu diperhatikan agar pemanfaatannya sesuai dengan kepentingan (perencanaan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tersebut adalah : 6... Kondisi lapangan, yaitu kondisi spesifik alam yang ada seperti topografi, gelombang, angin, pasang surut, kondisi tanah dan sebagainya Karakteristik kapal, yaitu spesifikasi jenis kapal yang akan dilayani yang meliputi : bobot kapal, panjang kapal, lebar kapal dan draft kapal BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (BREAK WATER) Dasar Pertimbangan Dasar-dasar pertimbangan bagi perencanaan pemecah gelombang adalah: a. Kegiatan kapal dalam membongkar muatan dalam kolam yang aman terhadap gelombang AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

2 94 b. Melindungi alur pelayaran dan kolam pelabuhan dari pendangkalan air laut. c. Penempatan arah bangunan pemecah gelombang mempertimbangkan arah datangnya gelombang dan perubahnya. d. Pemecah gelombang harus mampu menahan gelombang yang signifikan. e. Tipe kontruksi mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan bahan dan harga. Breakwater ini direncanakan untuk melindungi kolam Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung dari gelombang dominan. Untuk itu di desain memenuhi kriteria fungsional sebagai berikut : a. Kerusakan maksimum yang diijinkan sebesar 0% selama umur rencana breakwater. b. Tidak diperkenankan terjadi limpasan (overtopping) pada puncak breakwater selama umur rencana kontruksi Data Teknis Breakwater untuk Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung direncanakan menggunakan kontruksi dari tumpukan batu (rubble mounds breakwater), kontruksi sisi miring dengan tipe shore connected breakwater yaitu penahan gelombang yang dihubungkan dengan pantai. Dibuat beberapa lapis, dimana lapis yang paling bawah mempunyai diameter dan berat batu yang lebih kecil dan pada lapisan bagian atas. Hal ini dikarenakan lapisan paling atas yang terkena langsung gelombang/ombak, sehingga harus disusun dari tumpukan batu yang berdiameter besar serta berat. Dalam perhitungan penentuan dimensi kontruksinya diambil pada posisi ujung breakwater dan pada bagian tengah breakwater. Dan data perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan data sebagai pedoman dalam perhitungan perencanaan breakwater ini, yaitu : Tinggi gelombang (Ho) =.08 m Periode gelombang (T) = 5.5 detik Kedalaman = -5,0 m (bagian ujung) - 3,0 m (bagian badan) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

3 95 Elevasi pasang Surut air : HWL = m LWL MWL = m LWL LWL = ± 0.00 m Datum = ± 0.00 m LWL Berat jenis batu pecah (γ r ) =.65 t/m 3 Berat jenis air laut (γ w ) =.03 t/m Perhitungan Perencanaan Langkah langkah perhitungan breakwater dapat dijelaskan sebagai berikut : Elevasi Puncak Breakwater Kemiringan sisi breakwater direncanakan : Panjang gelombang : Lo =.56 x T =.56 x (5.5) = 47.9 m Bilangan Irribaren didapatkan : Ir Tgθ = ( H / Lo) lokasi 0.5 / = (.08/ 47.9) 0.5 = Untuk lapis lindung dengan kontruksi dari batu pecah (quarry stone); pada Ir = didapatkan nilai Run-up sesuai dengan grafik Run-up gelombang (Bambang Triatmodjo, 996) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

4 Gambar 6.. Grafik Run up Gelombang Ru =.4 H Maka Ru =.4 x.08 =.34 m Didapatkan elevasi Puncak pemecah gelombang dengan tinggi kebebasan 0.5 m, yaitu : Elevasi = HWL + Ru = =,63 m Tinggi breakwater : Sebelah Barat Bagian ujung (kepala) : H breakwater = Elv breakwater Elv = +,63 (-5,0) = 7,63 m Bagian lengan (badan) : H breakwater = Elv breakwater Elv = +,63 (-4,0) = 6,63 m dasar laut dasar laut AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

5 97 Sebelah Timur Bagian ujung (kepala) : H breakwater = Elv breakwater Elv dasar laut = +,63 (-4,0) = 6,63 m Bagian lengan (badan) : H breakwater = Elv breakwater Elv dasar laut = +,63 (-3,0) = 5,63 m Berat Butir Lapis Lindung dan Batu Pecah Koefisien Stabilitas : Didapat dari Tabel 6..Koefisien Stabilitas K D untuk Berbagai Jenis Butir yaitu : Tabel 6.. Koefisien Stabilitas K D untuk Berbagai Jenis Butir Batu pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar Bersudut kasar Bersudut kasar Bersudut kasar Paralelepipedum Tetrapod dan Quadripod Tribar Dolos Kubus dimodifikasi Hexapod Tribar (SPM, 984) >3 >3 Acak Acak Acak Acak Acak Khusus* 3 Khusus* 3 Acak Acak Acak Acak Acak Seragam Lengan Bangunan Gelomb. Pecah,,6 * K D Gelomb. Tidak Pecah,4 3,,9,0 4,0, 5,8 7,0-0,0 4,5 7,0 8,5-4,0 7,0 8,0 9,0 0,0 Ujung (kepala) bangunan Gelomb. Pecah,,4 *,9,6,3, 5,3-5,0 4,5 3,5 8,3 7,8 6,0 5,8 3,8 8,0 7,0 6,5 7,5-8,0 9,5 5,0,0 5,0 7,5 K D Gelomb. Tidak Pecah,9,3,3 3,,8,3 4, 6,4-6,0 5,5 4,0 9,0 8,5 6,5 6,0 4,0 5,0 7,0 9,5 Lapis Lindung n Penempatan Kemiringan Cot θ,5-3,0 * *,5,0 3,0 * * -,5,0 3,0,5,0 3,0,0 3,0 * * * AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

6 98 Catatan : n : Jumlah susunan butir batu dalam lapisan pelindung * : Penggunaan n = tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah * : Sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai K D, penggunaan K D dibatasi pada kemiringan :,5 sampai :3 * 3 : Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan Pada bagian ujung atau kepala K D =.8 Pada bagian lengan atau badan K D = 4 Rumus yang dipakai : W = K D γ ( S r r H ) 3 3 cotθ Dimana : W = Berat batu pelindung (ton) (γ r ) = berat jenis batu (t/m 3 ) H = Tinggi gelombang rencana (m) θ = Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang K D = Koefisien Stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi- sisinya, ikatan antar butir dan keadaan pecahnya gelombang. Dari Bab V Analisis Data telah didapatkan H 0 =.08 m Bagian Ujung : 3.65 (.08) W = = t 3.8 Bagian Lengan : [(.65/.03) ] 3.65 (.08) W = = 0. 07t 3 4 [(.65/.03) ] AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

7 99 Berat Butir Batu untuk Pelindung Kaki Break Water : Wk = N γ H r 3 S 3 ( S ) r 3 Dimana : Wk = Berat butir batu pelindung kaki (ton) (γ r ) = berat jenis batu (t/m 3 ) H = Tinggi gelombang rencana (m) N S = Agka stabilitas rencana untuk pelindung kaki bangunan Dari Bab V Analisis Data telah didapatkan H 0 =.08 m 3 N S didapat dari grafik dibawah ini : 300 Gambar 6.. Grafik Angka Stabilitas N S untuk Fondasi dan Pelindung Kaki 0.75 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

8 00 Adapun d diambil pada kedalaman 4 m. d S ds = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi dasar pelindung kaki = 4 m d = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi puncak pelindung kaki = 4 m m = 3 m Maka didapat nilai dari d d S = 4 3 = 0,75, sehingga bisa dicari nilai NS 3 dari grafik di atas yaitu sebesar 300. Berat butir batu pelindung kaki (Wk) break water dapat dicari sebagai berikut : 3.65 (.08) Wk = = 0, 0086 t [(.65/.03) ] Keterangan = dalam penggambaran, Wk (W pelindung kaki) ditulis sama dengan W3 (W lapis Break Water) yaitu sebesar 0,5 t Lebar Puncak Rumus yang dipakai : B = n K W γ r / 3 Dimana : B = Lebar Puncak Breakwater n = 3 (minimum) K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / B = 3.5 =. 35 m.65 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

9 0 Bagian Lengan : / B = 3.5 =. 80 m Tebal Lapis Pelindung t = n K W γ r / 3 Dimana : T = Tebal lapis dinding n = (minimum) K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / t =.5 = 0. 9 m.65 Bagian Lengan : / t =.5 = 0. 8 m Jumlah Batu Lapis Pelindung Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (0 m ) N = A n K γ r P 00 W / 3 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

10 0 Dimana : N = Jumlah butir batu satu satuan luas permukaan A n = Jumlah Lapis batu dalam lapis pelindung K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 A = Luas Permukaan (m ) P = Porositas rerata lapis pelindung = 37 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / N = 0.5 = 98 buah Bagian Lengan : / N = 0.5 = 3 buah Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 53 kg, lapis 35 W = 5,3 kg, 3 lapis 000 DWL HWL MWL LWL ± m Gambar 6.3. Pemecah Gelombang sebelah Barat bagian Kepala/Ujung AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

11 03 Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 07 kg, lapis 80 W = 0,7 kg, 3 lapis DWL +.38 HWL MWL LWL ± m Gambar 6.4. Pemecah Gelombang sebelah Barat bagian Badan/Lengan Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 53 kg, lapis 35 W = 5,3 kg, 3 lapis DWL +.38 HWL MWL LWL ± m Gambar 6.5. Pemecah Gelombang sebelah Timur bagian Kepala/Ujung Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 07 kg, lapis 80 W = 0,7 kg, 3 lapis DWL +.38 HWL MWL LWL ± m Gambar 6.6. Pemecah Gelombang sebelah Timur bagian Badan/Lengan AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

12 PELABUHAN Data Kapal Data kapal yang digunakan dalam perencanaan dermaga ini adalah data kapal terbesar yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, dengan spesifikasi sebagai berikut : - Panjang (Loa) = meter - Lebar = 7 meter - Draft =,5 meter Kedalaman Alur Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal yaitu : H = d + s + c Dimana : H = kedalaman alur pelayaran (m) d = draft kapal (direncanakan d =,5 m) s = gerak vertikal kapal karena gelombang (toleransi maksimal 0,5 m) c = ruang kebebasan bersih minimum 0,5 m Sehingga didapat kedalaman alur : H =,5 + 0,5 + 0,5 =,5 m H =,5 + 3,0 (elevasi dasar laut) = 5,5 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

13 05 7,0 m H=,5m Kapal,0m H =,5m Kapal S=0,5 m c=0,5m d =,5 m Gambar 6.7. Kedalaman Alur Pelayaran Lebar Alur Pelayaran Pada perencanaan dermaga ini lebar alur pelayaran sesuai dengan yang disyaratkan pada Standar rencana Induk dan pokok-pokok desain untuk pelabuhan perikanan di Indonesia yaitu untuk kapal sampai 50 GT berkisar antara 8-0 kali lebar kapal terbesar. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya benturan pada saat kapal yang lewat bersimpangan. Lebar kapal adalah 7 meter, jadi lebar alur yang diperlukan adalah 7 x 7 = 49 meter. Adapun sesuai dengan formula untuk lebar alur untuk satu kapal adalah : W= BC+ML Dimana : W = Lebar alur pelayaran BC = Bank Clearance ( Ruang aman sisi kapal ) =,5B =,5x7 =0,5 ML = Manuevering Lane ( ½ x Lebar kapal ) =,5B =,5x7 =0,5 SC = Ship Clearance ( Ruang aman antar kapal ) minimal 0,5 m Sehingga didapat lebar alur yang direncanakan = x0,5 + 0,5 = 3,5 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

14 Kapal Gambar 6.8. Lebar Alur Pelayaran Kolam Pelabuhan Pada perencanaan dermaga ini luas kolam pelabuhan = A = R + ( 3n x L x B ) Dimana : A = Luas Kolam Pelabuhan (m ) R = Radius Putar (m ) = x LOA (Length Over All) atau x Panjang Kapal = x = 44 m n = Jumlah kapal maksimum yang berlabuh tiap hari = kapal L = Panjang Kapal (m) = m B = Lebar Kapal (m) = 7 m Sehingga di dapat luas kolam pelabuhan yang direncanakan : A = (x) + (3x x x 7) = 5588 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

15 PERHITUNGAN KONTRUKSI DERMAGA Konstruksi dermaga yang direncanakan ini menggunakan konstruksi beton bertulang. Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan lantai dermaga dan perhitungan balok, yaitu balok melintang, balok memanjang dan balok tepi. Pembebanan yang terjadi pada plat lantai dan balok dermaga meliputi beban mati (dead load) yang berupa berat sendiri, beban air hujan dan beban hidup (live load) yang berupa beban orang dan truck (barang). Perencanaan beban tersebut berdasarkan Peraturan Perencanaan Beton Bertulang SKSNI-T Penentuan Elevasi Dermaga Elevasi dermaga diperhitungkan terhadap besarnya DWL (design water level), yaitu untuk mengantisipasi terhadap kenaikan air karena air laut pasang, wave set up dan wave run up. Elevasi lantai dermaga = DWL + tinggi jagaan = + 4,0459 +,0 = + 5,0459 m + 5, m LANTAI DERMAGA HWL MWL LWL PONDASI TIANG PANCANG DASAR KOLAM Gambar 6.9. Rencana Elevasi Dermaga AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

16 Panjang Dermaga Dermaga direncanakan sebagai tempat bersandarnya kapal ukuran maksimal (direncanakan panjang kapal = meter). Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan panjang dermaga ideal yaitu : LD = (MxB) + (M-) x B/W dimana : LD = panjang dermaga (meter) M = frekuensi pendaratan kapal/hari prediksi pendaratan kapal ikan untuk 5 tahun mendatang adalah 0 kapal/ hari ( 400 kapal dibagi 00 hari ) W = Waktu atau periode penggunaan dermaga tiap kapal 4 jam /hari B = Lebar kapal untuk kapal 50 GT adalah 7 meter. Untuk perencanaan 5 tahun ke depan, sehingga di dapat panjang dermaga adalah : LD = (0x7) + (0-) x 7/4 = x,75 = 73,5 m 74 m Lebar Dermaga Lebar dermaga diakomodasikan untuk tempat bongkar muat kapal dan lalu lintas alat angkut (gerobak dan truk) pembawa ikan dari kapal menuju tempat pelelangan ikan. Untuk keperluan tersebut dermaga direncanakan dengan lebar 5 meter, dengan perhitungan sebagai berikut : Lebar truck = m Lebar gerobak = m Lalu lintas orang = m Total lebar = Lalu lintas truk/gerobak + Lalu lintas orang = (+) m + (+) m = 6 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

17 09 Jarak Antar Kapal = m Lebar Kapal = 7 m Panjang Kapal = m PANJANG DERMAGA RENCANA = 74 m KAPAL IKAN 50 GT Dermaga Existing LEBAR DERMAGA = 6 m Gambar 6.0. Kontruksi Bangunan Jetty Perhitungan Plat Lantai Untuk konstruksi plat lantai dermaga dipakai beton bertulang dengan data teknis sebagai berikut : Beton bertulang dengan f c = 300 kg/cm = 30 MPa Tulangan baja dengan fy = 400 kg/cm = 40 MPa Modulus Elastisitas Es =.0 6 kg/cm =.0 5 MPa γ beton bertulang = 400 kg/cm 3 Plat lantai yang dihitung (terlihat pada denah) adalah plat A, B dan C. Sebagai acuan awal untuk penentuan tebal plat, dihitung pada pelat A. Denah rencana plat lantai dapat digambarkan sebagai berikut : AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

18 Penentuan Tebal Plat Lantai Lx Ly Gambar 6.. Skema Plat Lantai β = Ly/Lx Ly/Lx < 3 termasuk konstruksi penulangan arah Gambar 6.. Denah Plat Lantai Menurut skema tersebut di atas plat lantai dianggap terjepit keempat sisinya. Untuk plat solid arah maka tebal plat menggunakan rumus menurut SK. SNI T ( Halaman 8-9 poin ) yaitu : h min = h min = ln ( 0,8 + fy/500) 36+ 9β ( 0,8 + 4/500) (9 *) ( ) ln 0,8 + fy/500 h max = 36 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA = 88,907 mm

19 h max = ( 0,8 4/500) =,33 mm dimana : ln = sisi pelat terpanjang = 4000 mm β = lx/ly = 4000/4000 = Pada perencanaan dermaga ini, tebal plat lantai dermaga direncanakan sebesar = 50 mm. (Menurut SK. SNI T , tebal plat minimum 0 mm) Pembebanan Plat Lantai. Plat Lantai Tengah (Plat A) Beban mati (dead load = DL) Berat sendiri lantai = 0,5 x 400 = 360 kg/m² Beban air hujan = 0,05 x 000 = 50 kg/m² Total beban mati = = 40 kg/m² Beban hidup (life load = LL) Berat orang = 00 kg/ m² Beban Gerobak = 50 kg/m Berat keranjang berisi ikan = 480 kg/m Setiap m lantai dermaga dapat menampung 4 buah keranjang ikan dan 4 tumpukan dengan berat per keranjang ikan 30 kg. Sehingga total berat keranjang ikan = 4x4x30 = 480 kg/m Total beban hidup = = 730 kg/m Beban ultimate (WU) Beban ultimate (WU) yang bekerja pada plat lantai sebesar WU =, DL +,6 LL = (, x 40) + (,6x730) = kg/ m² = 660 kg/m = 6,6 KN/m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

20 Gambar 6.3. Denah Rencana Pembebanan Plat lantai. Momen-Momen yang Menentukan Plat A Lx = 4 m Ly = 4 m Gambar 6.4. Skema Plat A ly/lx= 4000/4000 = Menurut buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang CUR- halaman 90, skema tersebut di atas termasuk skema II pada skema penyaluran beban berdasarkan metode amplop sehingga didapatkan momen per meter lebar yaitu : Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. 4². 5 = 6,64 knm Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. 4². 5 = 6,64 knm Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. 4². 5 = -3,55 knm Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. 4². 5 = -3,55 knm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

21 3 Plat B Lx = m Ly = 4 m Gambar 6.5. Skema Plat B ly/lx= 4000/000 = 4 Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 65 Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 4 Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 83 Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 49 =,08 knm = 0,3 knm = -,38 knm = -0,8 knm Plat C Lx = m Ly = m Gambar 6.6. Skema Plat C ly/lx= 000/000 = Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 5 Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 5 Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 5 Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 5 = 0,4 knm = 0,4 knm = -0,85 knm = -0,85 knm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

22 Perhitungan Tulangan Plat Lantai Tebal plat h = 50 mm Tebal penutup beton p = 40 mm (plat langsung berhubungan dengan cuaca) Diameter tulangan rencana Ø 0 mm untuk arah P h dx dy Øy 0 Øx 0 Gambar 6.7. Tinggi Efektif Plat dx = h p / Øx = = 05 mm dy = h p Øx / Øy = = 95 mm Menurut Buku Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR- halaman 5-5, dengan fy = 40 Mpa dan f c = 30 Mpa untuk plat, didapat : ρ min = 0,005 ρ max = 0,0484 Diperlukan adanya faktor reduksi kekuatan yang besarnya kurang dari sesuai dengan penggunaan konstruksi betonnya (Menghitung Beton bertulang, Ir. Udiyanto halaman ). Diambil faktor reduksi Φ = 0, 8 (Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR- halaman 35). AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

23 5 Plat A Penulangan Lapangan arah X Mlx = 6,64 kn m Mlx 6,64 Mu = = = 8, 3kNm Φ 0,8 Mu 8,3 = b.dx.(0,05) = 75,83 kn/m² Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0040 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,0040 < 0, Ok As = ρ. b. dx = 0, = 4, mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 393 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 6,64 kn m Mly 6,64 Mu = = = 8, 3kNm Φ 0,8 Mu b.dy 8,3.(0,095) = = 99,67kN / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00489 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,00489 < 0, Ok As = ρ. b. dy = 0, = 464,55 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 393 mm² AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

24 6 Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 3,55 kn m Mtx 3,55 Mu = = = 6, 94kNm Φ 0,8 Mu b.dx 6,94.(0,05) = = 536,5kN / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0083 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,0083 < 0, Ok As = ρ. b. dx = 0, = 873,6 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 785 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 3,55 kn m Mty 3,55 Mu = = = 6, 94kNm Φ 0,8 Mu b.dy 6,94.(0,095) kn = = 877,0 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,006 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,006 < 0, Ok As = ρ. b. dy = 0, = 974,7 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 785 mm² AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

25 7 Plat B Penulangan Lapangan arah X Mlx =,08 kn m Mlx,08 Mu = = =, 35kNm Φ 0,8 Mu b.dx,35.(0,05) kn = =,45 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0006 ρ < ρ min 0,0006< 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0, = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,3 kn m Mly 0,3 Mu = = = 0, 9kNm Φ 0,8 Mu b.dy 0,9.(0,095) kn = = 3,3 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0, = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

26 8 Penulangan Tumpuan arah X Mtx =,38 kn m Mtx,38 Mu = = =, 7kNm Φ 0,8 Mu b.dx,7.(0,05) kn = = 56,0 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00078 ρ < ρ min 0,00078 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0, = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 0,8 kn m Mty 0,8 Mu = = =, 0kNm Φ 0,8 Mu b.dy,0.(0,095) kn = =,9 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00056 ρ < ρ min 0,00056 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0, = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

27 9 Plat C Penulangan Lapangan arah X Mlx = 0,4 kn m Mlx 0,4 Mu = = = 0, 5kNm Φ 0,8 Mu b.dx 0,5.(0,05) kn = = 47,6 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0, = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,4 kn m Mly 0,4 Mu = = = 0, 5kNm Φ 0,8 Mu b.dy 0,5.(0,095) kn = = 57,6 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0004 ρ < ρ min 0,0004 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0, = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

28 0 Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 0,85 kn m Mty 0,85 Mu = = =, 06kNm Φ 0,8 Mu b.dx,06.(0,05) kn = = 96,4 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0, = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = kn m Mty 0,85 Mu = = =, 06kNm Φ 0,8 Mu b.dy,06.(0,095) kn = = 7,45 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00059 ρ < ρ min 0,00059 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0, = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

29 Tabel 6.. Hasil Rekap Penulangan Plat Lantai Tulangan Plat A Plat B Plat C Lapangan X Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Lapangan Y Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Tumpuan X Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Tumpuan Y Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Gambar Denah Penulangan Plat AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

30 Perhitungan Pembebanan Struktur Perhitungan Pembebanan Struktur menggunakan program SAP 000 agar didapatkan distribusi beban dan momen yang sesuai untuk masing-masing beban konstruksi. Sebelumnya perlu dihitung terlebih dahulu gaya-gaya yang dipakai sebagai data input untuk program SAP Gaya Vertikal Gaya Vertikal berupa gaya yang dihasilkan oleh distribusi beban plat yang bekerja pada balok. pembebanan pada balok demaga menggunakan sistem amplop yang dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 6.9. Denah Pembebanan Sistem Amplop pada Balok dermaga Perataan Beban dilaksanakan sebagai berikut :. Beban Trapesium qu.lx q R F F R lx (ly - lx) lx ly AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA Gambar 6.0. Beban Trapesium

31 3 F = ½ * (/. qu. lx) * (/. lx) = /8. qu. lx² F = ½ (ly-lx) * ((/. qu. lx) = ¼ qu.lx.ly ¼ qu.lx² R = R = F + F = ¼ qu.lx.ly /8 qu.lx² Mmaks trapesium = R. ½ ly F.X F.X = (/4 qu.lx.ly /8 qu.lx²) ½ ly /8.qu.lx²(/.ly- /3.ly) (/4 qu.lx.ly ¼ qu.lx²).(/4 ly ¼ lx) = /6 qu.lx.ly² - /48 qu.lx³ Mmaks segiempat = /8 q ly² Mmaks trapesium = Mmaks segiempat /6 qu.lx.ly² - /48 qu.lx³ = /8 q ly² q = (/. qu. lx) (/6 qu lx³/ly²) q = ½ qu lx lx / 3 ly. Bentuk Segitiga qu.lx q R R F lx Gambar 6.. Beban Segitiga AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

32 4 F = ½ * (/ qu lx)*(/ lx) = /8 qu lx² R = F Mmaks segitiga = R. / lx F. /3 lx. ½ = /8 qu lx². ½ lx /8 qu lx². /6 lx = /4 qu lx 3 Mmaks segi empat = /8 q lx Mmaks segi empat = Mmaks segi tiga /4 qu lx 3 = /8 q lx q = /3 qu lx Untuk Perhitungan Beban Masing-Masing Balok : a. Dihitung Beban Mati Balok (Q DL total), terdiri dari Beban Sendiri Balok dan Beban Mati plat. b. Dihitung Beban Hidup Balok (Q LL total), dari Beban Merata yang dipikul Balok (beban trapesium atau beban segitiga). Balok A,00 m A B Lk = 4,00 m Gambar 6.. Skema Balok A AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

33 5 Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = x beban segitiga = x (/3 *WU DL *Lx) = x (/3*40 kg/m*4 m) = 093,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 093,4 kg/m = 38,4 kg/m Q LL = x beban segitiga = x (/3 *WU LL *Lx) = x (/3*730 kg/m *4 m) = 946,6 kg/m Balok B A B 0,50 m,00 m 0,50 m 3,00 m 0,50 m Gambar 6.3. Skema Balok B Q balok Q DL = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m = beban segitiga + beban trapesium = (/3 *WU DL *Lx) + ½*WU DL *Lx = (/3*40 kg/m *4 m) + ½*40* lx / 3 ly / 3 4 = (546,7 kg/m + 00,7 kg/m) = 747,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 747,4 kg/m = 035,4 kg/m Q LL = beban segitiga + beban trapesium = (/3 *WU LL *Lx) + ½*WU LL *Lx lx / 3 ly = (/3*730 kg/m*4 m) + ½*730* / 3 4 Q LL Total = (973,3 kg/m + 357,4 kg/m) = 330,7 kg/m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

34 6 Balok C 0,50 m A B Lk =,00 m Gambar 6.4. Skema Balok C Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = x beban segitiga = x (/3 *WU DL *Lx) = x (/3*40 kg/m* m) = 73,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 73,4 kg/m = 56,4 kg/m Q LL = x beban segitiga = x (/3 *WU LL *Lx) = x (/3*730 kg/m * m) = 486,6 kg/m Balok D A B 0,50 m 0,50 m 3,00 m 0,50 m Gambar 6.5. Skema Balok D Q balok Q DL = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m = beban trapesium = ½*WU DL *Lx lx / 3 ly = ½*40* / 3 4 = 00,7 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 00,7 kg/m = 488,7 kg/m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

35 7 Q LL = beban trapesium = ½*WU LL *Lx lx / 3 ly = ½*730* / 3 4 Q LL = 357,4 kg/m Balok E 0,50 m A B Lk =,00 m Gambar 6.6. Skema Balok E Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = beban segitiga = /3 *WU DL *Lx = /3*40 kg/m* m = 36,7 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 36,7 kg/m = 44,7 kg/m Q LL = beban segitiga = /3 *WU LL *Lx = /3*730 kg/m * m = 43,3 kg/m Gaya Horisontal c. Gaya Tarikan pada Bolder Adalah gaya tarikan pada Tambatan/Bolder(Bollard) pada waktu kapal berlabuh. Untuk kapal dengan bobot 50 GT adalah sebesar,5 ton (hasil interpolasi) dari tabel 6.. Gaya Tarikan Kapal (Bambang Triatmodjo, 996). Gaya ini terjadi di samping dermaga. AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

36 8 d. Gaya Benturan Kapal Energi yang terjadi adalah ½ E yang dihitung menggunakan rumus di bawah ini : W. V E = Cm. Ce. Cs. Cc g Dimana : E = Energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton m) W = berat kapal = 50 ton V = kecepatan kapal saat merapat g = gaya grafitasi bumi = 9,8 meter/detik² Cm = Koefisien Massa Cb = Koefisien blok kapal Ce = Koefisien Eksentrisitas Cs = Koefisien Kekerasan (diambil ) Cc = Koefisien Bentuk dari tambatan (diambil ) Mencari Nilai Cm πxd Cm = + Cb. B Dimana: d = draf kapal (m) Cb = koefisien Blok Kapal B = Lebar Kapal (m) dengan Koefisien Blok : Cb = L pp W. B. d. γ 0 dimana : γ o = berat jenis air laut =,05 t/m 3 Lpp= panjang garis air = 0 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

37 9 Cb = ,5.,05 = 0,55 Sehingga didapat nilai : 3,4.,5 Cm = + = 4,56.0,55.7 Mencari Nilai Ce Ce = + ( l / r) Dimana : l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal l = ¼. Loa = ¼. = 5,5 m r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air. Besarnya nilai r didapat dari gambar 6.9 Koefisien Blok dengan jari-jari girasi untuk Cb = 0,57 maka diambil Cb minimum dalam grafik 0,5 didapat : Gambar 6.7. Grafik Nilai r AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

38 30 r =0,05 Loa r = Loa. 0,05 =. 0,05 = 4,5 m Sehingga didapat nilai : Ce = + ( l / r) = + (5,5 / 4,5) = 0,3 Kecepatan merapat kapal dapat dilihat pada tabel Kecepatan merapat kapal pada dermaga yaitu sebesar 0,5 m/dt. Kecepatan merapat kapal diambil dalam arah 0 0 terhadap sisi dermaga. V = 0,5. sin 0 0 V = 0,043 m/dt Menghitung Energi benturan : E W. V = g 50. 0,043 =.9,8 Cm. Ce. Cs. Cc 4,56.0,3.. = 0, ton m Dengan Energi benturan kapal sebesar 6,4575 kg m, maka untuk setiap fender yang dipasang setiap 4 m, menyerap energi sebesar = 6,4575 / 4 =,644 kg. c. Gaya Horizontal Akibat Gempa Gaya Gempa yang terjadi dihitung sesuai dengan rumus dalam buku Desain Struktur Rangka Beton bertulang di Daerah rawan gempa (CUR-3) halaman 3 maka : Hy = Hx = C. I. K. Wt AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

39 3 Dimana : C = Koefisien gempa dasar (CUR-3 halaman 30, dimana Rembang merupakan) wilayah/zona ke-4, maka sesuai dengan Grafik Respon percepatan Struktur (hal 3), maka didapat nilai 0,5 pada grafik Wilayah 4 dengan kondisi tanah lunak. I = Faktor keutamaan (Perubahan periode ulang struktur dermaga adalah,0 kali, maka didapat Faktor Keutamaan adalah ) K = Faktor Jenis Struktur (CUR-3 hal 39) struktur dengan tingkat daktilitas harus direncanakan agar tetap berperilaku elastis saat terjadi gempa kuat. Untuk ini beban gempa rencana harus dihitung berdasarkan jenis struktur dengan K = 4,0. Wt = Terdiri dari beban hidup dan beban mati pada plat dan balok, dengan perhitungan sebagai berikut : Beban Mati (W DL ) Beban Plat = 74 m x 6 m x 0,5 m x 400 kg/m3 = kg Beban Balok Memanjang = (74 m x 4 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 400 kg/m3 = 696 m x 0, m x 400 kg/m3 = kg Beban Balok Melintang = (6m x 46 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 400 kg/m3 = 76 m x 0, m x 400 kg/m3 = kg Total Beban Mati (W DL ) = kg Beban Hidup (W LL ) Beban Hidup Berguna = 50 kg/m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

40 3 Koefisien reduksi beban hidup yaitu 0,3, maka perhitungan Beban Hidup yaitu = 0,3 (74 m x 6 m) x 50 kg/m = 0,3 x 044 m x 50 kg/m = kg Maka Beban Total (Wt) = W DL + W LL = kg kg = kg Maka didapat Gaya Horisontal total akibat Gempa adalah Hy = Hx = C. I. K. Wt = 0,5 x,0 x 4,0 x kg = 440,4456 kg Untuk setiap titik tumpuan (jarak 4m), masing-masing terkena beban 440,4456 sebesar = = 9,788 kg Perhitungan Balok Kombinasi Pembebanan Karena Beban yang bekerja pada dermaga tersebuttidak bersamaan waktunya, untuk itu adanya Kombinasi beban sangat diperlukan. Adapun Kombinasi pembebanan yang digunakan menurut SK SNI T pasal 3.. adalah sebagai berikut :, DL +,6 LL 0,75 (, DL +,6 LL +,6 Tr ) 0,75 (, DL +,6 LL +,6 Btr ),05 ( DL + 0,5 LL + E ) Dimana : DL = Beban Mati LL = Beban Hidup Tr = Gaya Tarikan Kapal AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

41 33 Btr E = Gaya Benturan Kapal = Gaya Horisontal akibat Gempa Pembebanan pada Balok A, B, C, D, E DL = Beban Mati untuk Balok A = 38,4 kg/m untuk Balok B = 035,4 kg/m untuk Balok C = 56,4 kg/m untuk Balok D = 488,7 kg/m untuk Balok E = 44,7 kg/m LL = Beban Hidup untuk Balok A = 946,6 kg/m untuk Balok B = 330,7 kg/m untuk Balok C = 486,6 kg/m untuk Balok D = 357,4 kg/m untuk Balok E = 43,3 kg/m Tr = Gaya Tarikan Kapal = 500 kg Btr = Gaya Benturan Kapal =,644 kg E = Gaya Horisontal akibat Gempa = 9,788 kg Dengan menggunakan Program SAP 000, maka akan didapatkan output berupa Momen dan Shear maksimum yang akan dipergunakan untuk menghitunga tulangan balok. Karena nilai out put dari Kombinasi adalah yang terbesar, maka dalam perhitungan kali ini, digunakan nilai dari Kombinasi (lihat lampiran) Data Teknis Balok Konstruksi direncanakan menggunakan ukuran penampang yaitu b x h = 300 x 400 mm. Mutu Beton f c = 30 Mpa = 300 kg/cm Mutu Baja fy = 40 Mpa = 400 kg/cm Tebal penutup beton p = 40 mm Dipilih tulangan utama = 6 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

42 34 tulangan sengkang = 8 mm Tinggi efektif d = h p - tul sengkang - ½ tul utama d = ½. 6 = 344 mm d = h d = = 56 mm d / d = 56 / 344 = 0,6 Menurut Buku Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang ( Gideon Kusuma, CUR-, Hal. 5-5, Tabel 7 dan 8 ), dengan dengan fy = 40 Mpa dan f c = 30 Mpa untuk balok, didapat : ρ min = 0,0056 ρ max = 0, Perhitungan Tulangan Utama Balok Perhitungan Balok A Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 384 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 57876,48 kg m M Lapangan = 68938,4 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 57876, N mm , Mu = = 57345,6.0 N mm 0,8 Mu b. d 57345,6.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 44,9 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,005 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

43 35 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 4φ 6 dengan As terpasang = 804 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 68938,4.0 4 N mm Mu = Mu b. d , = 7867,8.0 N mm 0,8 7867,8.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = =,45 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,003 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 4φ 6 dengan As terpasang = 804 mm Perhitungan Balok B Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 3 didapatkan Gaya : M Tumpuan = ,8 kg m M Lapangan = 4300,4 kg m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

44 36 Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = ,8.0 4 N mm ,8.0 4 Mu = = N mm 0,8 Mu b. d Nmm 300mm x 344mm 4 = = 30,85 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,007 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 4300,4.0 4 N mm Mu = Mu b. d , = N mm 0, Nmm 300mm x 344mm 4 = = 5,4 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

45 37 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Balok C Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 96 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 44973, kg m M Lapangan = 6796,85 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 44973,.0 4 N mm ,.0 4 Mu = = 5665,75.0 N mm 0,8 Mu b. d 5665,75.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 58,35 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang =603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 6796, N mm Mu = , = 70996,065.0 N mm 0,8 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

46 38 Mu b. d 70996,065.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 76,33 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang =603 mm mm Perhitungan Balok D Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok didapatkan Gaya : M Tumpuan = 3537,94 kg m M Lapangan = 4070,56 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 3537, N mm , Mu = = 9459,95.0 N mm 0,8 Mu b. d 9459,95.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 8,86 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

47 39 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 4070, N mm , Mu = = 4588,.0 N mm 0,8 Mu b. d 4588,.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 40,6 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Balok E Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 8 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 634,5 kg m M Lapangan = 80478,85 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 634,5.0 4 N mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

48 ,5.0 4 Mu = = 5797, N mm 0,8 Mu b. d 5797, Nmm 300mm x 344mm 4 = = 44,48 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 80478, N mm , Mu = = 00598,565.0 N mm 0,8 Mu b. d 00598,565.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 8,34 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0, = 577,9 mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

49 4 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Tabel 6. 3 Hasil Rekap Penulangan Lentur Balok Tulangan Balok A Balok B Balok C Balok D Balok E Tumpuan 4φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 Lapangan 4φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.8.Penulangan Balok A Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.9.Penulangan Balok B AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

50 4 Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.30.Penulangan Balok C Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.3.Penulangan Balok D Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.3.Penulangan Balok E AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

51 43 3Ø6 Ø 8-50 Ø Ø6 Ø 8-50 Ø 8-50 Ø Ø6 Ø 8-50 Ø Ø6 Ø6 Ø6 Ø6 Ø Ø 6 Ø Ø 8-50 Ø Ø Ø 6 POT 5-5 POT Ø 6 Ø Ø 8-50 Ø Ø Ø 6 POT 7-7 POT 8-8 Gambar Potongan Melintang Penulangan Balok Tengah AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

52 Perhitungan Tulangan Geser Dari hasil perhitungan Program SAP 000, pada Balok A, B, C, D, E didapatkan Gaya Lintang sebagai berikut : Tabel Hasil Rekap Gaya Lintang pada Balok Balok A Balok B Balok C Balok D Balok E Gaya Lintang (kn) 88,68 9,00 5,48 34,8, Untuk perhitungan tulangan geser diambil gaya lintang yang terbesar yaitu pada balok A dengan Vu = 88,68 kn Vn = Vu / θ = 88,68/ 0,6 = 34,467 kn Vc = 0,7. f' c. b.d = 0, = 9609,45 N = 96,09 kn ½ Vc = ½ x 96,09 kn = 48,046 kn Vs = (Vn Vc) = (34,467 96,09) kn = 8,375 kn = 8375 N Vs maks = 0,667. f' c.b.d = 0, = 3770,54 N = 377,0 kn AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

53 45 Vs < Vs maks, maka penampang cukup 8,375 kn < 377,0 kn ½Vc < Vn 48,046 kn < 34,467 kn, perlu tulangan geser Dipakai tulangan geser/ sengkang φ 8 mm Av =./4.π.d =./4. π.8 = 00,48 mm Jarak sengkang 00,48* 40* 344 s = ( ) 8375 Av.fy.d = = 37,988 mm Vn - Vc syarat S maks = d / = 344 / = 7 mm s < s max 37,988 mm < 7 mm...ok dipakai sengkang φ 8 mm 50 mm Cek terhadap lebar balok : Jumlah tulangan = 4 x 6 = 64 mm Selimut beton = x 40 = 80 mm Tulangan sengkang = x 8 = 6 mm Jarak antar tulangan = 3 x 40 = 0 mm Total = 80 mm < 300 mm...ok AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

54 Pondasi Tiang Pancang Dalam perencanaan pondasi dermaga digunakan pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau menstransferkan beban-beban konstruksi di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang lebih dalam Data Teknis Pondasi Adapun data teknis perencanaan tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Tiang pancang bulat dengan : diameter luar ( D L ) = 50 cm diameter dalam ( D D ) = 34 cm Panjang total tiang pancang = 8 m f c tiang pancang = 60 MPa Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang a. Berdasarkan Kekuatan Bahan P all = σ b A tiang Dimana :P all = kekuatan tiang yang diijinkan (ton) σ b = tegangan tiang terhadap penumbukan (MPa) A tiang = luas penampang tiang pancang (mm ) Menurut Peraturan Beton Indonesia (PBI), tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu: σ b σ b f c = 0,33 f c = kekuatan karakteristik beton = 60 MPa = 0,33. f c = 0, N/mm = 9,8 N/mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

55 47 A tiang = ¼ π D = ¼.3,4.500 = 96,5 cm² = 9650 mm P all = σ b. A tiang = 9,8 N/mm x 9650 mm = N = 388,575 ton b. Terhadap Pemancangan Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer. Ef x W x H RU = δ + W + (e x x wp) ( C+ C + C3) W + Wp Dimana : Ef = Efisiensi alat pancang = 0,9 Wp = Berat sendiri tiang pancang = 0, ,4 = 8,478 ton W = Berat hammer = 0,5 Wp + 0,6 = (0,5. 8,478) + 0,6 = 4,839 ton e = Koefisien pengganti beton = 0,5 H = Tinggi jatuh hammer = m δ = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir = 0,05 C = Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup = 0,0 C = Simpangan tiang akibat tekanan izin sementara = 0,005 C3 = Tekanan izin sementara = 0,003 Ru = Batas maksimal beban (ton) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

56 48 RU = 0,9 x 4,839 x 0,05 + RU = 6,777 ton 4,839 + (0,5 x 8,478) x ( 0,0+ 0, ,003) 4, ,478 Pa =Batas beban izin yang diterima tiang Pa = /n x Ru (n = angka keamanan) = /,5 x 6,777 = 5,85 ton c. Terhadap Kekuatan Tanah Meyerhof (956) mengusulkan formula untuk menentukan daya dukung pondasi tiang pancang sebagai berikut : P ult = 40 Nb. Ab + 0,. N. As Dimana : P ult = Daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton) Nb = Nilai N-SPT pada elevasi dasar tiang Harga batas untuk Nb adalah 40, sehingga diambil Nb = 40 Ab = Luas penampang dasar tiang (m²) = 0,965 m² N = Nilai N-SPT rata-rata = 5 As = Luas selimut tiang (m²) = 3,4.0,5.8 = 8,6 m² Maka didapat nilai P ult = ( ,965) + (0,. 5. 8,6) = 398,78 ton Perhitungan Efisiensi Tiang Dari perhitungan daya dukung tiang pancang diatas didapatkan nilai terkecil pada daya dukung tiang pancang terhadap pemancangan yaitu sebesar = 5,85 ton AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

57 49 Efisiensi grup tiang pancang : ( ) ( ) θ n - m + m - n Eff = - 90 m.n Dimana : m = jumlah baris = n = jumlah tiang dalam satu baris = θ = arc tan (d/s) = arc tan(50/400) = 7,5 d = diameter tiang s = jarak antar tiang (as ke as) Maka didapat nilai : ( ) ( ) 7, Eff = - = 0, Karena jumlah tiang pancang hanya satu (tidak dalam bentuk grup) maka Eff =. Dengan menggunakan efisiensi, maka daya dukung tiang pancang tunggal menjadi : P all = Eff x Q tiang = x 5,85 = 5,85 ton Gambar Letak Pondasi Tiang AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

58 50 Gambar Potongan Pondasi Tiang Pancang Perhitungan Poer (Pile Cap) dari perhitungan SAP 000 didapatkan ; P = 54,0 t Mx = 445,75 tm My = 5,0 tm Direncanakan Dimensi Poer : B x L x t =, m x, m x 0,8 m P poer =, m x, m x 0,8 m x,4 t/m 3 =,765 t P total = P poer + P =,765 t + 54,0 t = 56,966 t P max = ΣPv ± M y x X max n n x ± y M x Y x max ( x ) nx x ( y ) Dimana : Pmax = beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang ΣPv = jumlah total beban normal M x M y = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

59 5 n X mak Y mak n x n y ( ) = banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang = absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang = ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y x = jumlah kuadrat jarak absis-absis tiang ( y ) = jumlah kuadrat jarak ordinat-ordinat tiang Maka Beban maksimum yang diterima tiang pancang adalah : 56,966 P max = 5,0 x 0 ( ) 445,75 x 0 x 0 x ( 0 ) P = 56, = 56,966 ton P = 56, = 56,966 ton P max = 56,966 ton < P all = 3,8 ton...ok Tulangan Poer direncanakan : f c = 30 Mpa, tebal Poer = 800 mm fy = 40 Mpa Diameter = 6 mm p (selimut beton) = 40 mm dx = h p - ½Dx = = 75 mm dy = h p Dx - ½Dy= = 736 mm Tulangan Arah X Mx = Nmm Mu / b.dy = Nmm / ( 00 mm 75 mm ) = 6,56 N/mm AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

60 5 Mu fy = ρ 0,8 fy 0,588ρ bd f ' c 40 6,56 = ρ 0,8 40x 0,588ρ 30 6,56 = 9ρ 930,68ρ dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,04305 ρ ρ,4,4 = = fy 40 min = mak 0,00583 β 450 0,85 f ' c 0, ,85 30 = = = 0, fy fy r min < r < ρ max maka yang digunakan adalah r = 0,04305 A slx = ρ. b.d = 0, mm 75 mm = 38848,3 mm Dipakai tulangan 6 50 (A s = 40 mm ) Untuk arah x dipilih tulangan: Tulangan atas = D6 50 Tulangan bawah = D6 50 Untuk arah y dipilih tulangan: Tulangan atas = D6 50 Tulangan bawah = D Penulangan Tiang Pancang Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan. Pengangkatan tiang pancang dapat dilaksanakan dengan (dua) cara yang berbeda yaitu dengan dua titik atau satu titik pengangkatan. AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

61 53. Pengangkatan dengan Dua Titik. a L - a L a M M M Gambar Pengangkatan Tiang Pancang dengan Dua Titik M M = = q * a 8 M = M q. * a * q = ( l a) q * a 8 * q ( L a ) q * a 4.a + 4.a.L L = 0 dengan L = 8 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat a = 3,75 meter Berat tiang pancang (q) = (/4.3,4. 0,5 )(,4) = 0,47 ton/m M = M = ½.0,47. 3,75 = 3,68 ton meter AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

62 54. Pengangkatan dengan Satu Titik a L - a M M Gambar Pengangkatan Tiang Pancang dengan Satu Titik M R x Mx M max = = R qx = 0 * q * a q R = q ( L a ) L al = = R * x *q *x dmx = 0 dx ( L a) L al ql = ( L a ) ( L a ) q * a * L M max = M = * L al L al = R q * ( L a) ( L a) ( L al) q ( L a) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

63 55 M * a qa = M = * 4aL + L ( L al) q ( L a) = 0 dengan L = 8 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat a = 5,75 meter M = M = ½.0,47. 5,75 = 6,553 ton meter keterangan : dari nilai nilai momen yang telah diperoleh untuk penulangan tiang, digunakan nilai momen terbesar. Penulangan didasarkan pada Analisa Penampang Momen yang terjadi diambil yang paling besar yaitu : Mu = 445,75 tm = Nmm (perhitungan SAP) Pmax = Pu = 56,966 ton = N a. Data Teknis Tiang pancang direncanakan menggunakan beton prategang dengan datadata teknis sbb : fc fpu Ec D D R L D = 60 Mpa =.860 Mpa = 4700 = 500mm = 340mm = 0,83 Batasan tegangan : fc f'c = 4700 ft = f'c = - 0,5 60 = ,044 Mpa = 60 Mpa f'c ( tekan ) = 3,873 Mpa ( tarik ) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

64 56 b. Properties Penampang Titik berat penampang ( beton ) / cgc Y bwh = Y ats = ½ D = ½ 50 cm = 5 cm X kr = X kn = ½ D = ½ 50 cm = 5 cm Momen inersia dan Statis momen I = (/ 64)πD 4 = (/ 64) π ( ) = mm 4 Sx bwh = Sx ats = I / Y bwh = / 50= ,6 mm 4 c. Mencari Gaya Prategang ( Ti ) Direncanakan : Digunakan 7 wire strand derajat 860 MPa Ø strand = 5,4 mm A strand = 38,7 mm Kekuatan-patah minimum gaya prategang = 00 % Gaya prategang tendon strand dengan 00 % kekuatan patah minimum = 60,7 KN f pu = N / 38,7 mm = 86,43 Mpa T i dicari dengan mengecek beberapa kemungkinan tegangan yang terjadi. Kondisi R Ti + Pu max Mu max + fc A S 0,83xTi MPa π ( ) ,6 4 7,867 x 0-6 Ti + 5, , MPa 7,867 x 0-6 Ti 47,805 MPa Ti ,95 N = 6076,649 kn AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

65 57 Kondisi R Ti + Pu max Mu max ft A S 0,83xTi ,873 MPa π ( ) ,6 4 7,867 x 0-6 Ti + 5,399-6,796-3,873 MPa 7,867 x 0-6 Ti -,476 MPa Ti N = -34,73 kn Keterangan : Untuk kondisi, Ti bernilai negative ( tarik ). Kondisi ini tidak boleh terjadi pada Ti tiang pancang. Berdasarkan kedua nilai Ti tersebut, maka gaya prategang Ti harus diambil sebesar : Ti 6076,649 kn Maka direncanakan menggunakan gaya prategang Ti = 500 KN d. Menghitung Jumlah Tendon Jumlah tendon yang diperlukan = Ti / gaya prategang tendon = 500 KN / 60,7 KN = 5,75 ~ 8 buah tendon Rencana dipakai 8 buah tendon = 8 60,7 KN = 085,6 KN 085,6 KN 6076,649 KN.ok. Jarak antar tendon = [(π x D D ) (8 * Ø tendon)] / 8 = [(3,4 x 340 mm) (8 *5,4 mm)] / 8 = 8, mm Berdasarkan SNI 00, syarat jarak antar tendon > 4 Ø tendon 4 5,4 mm 8, mm > 60,96 mm OK AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

66 58 Dipasang tulangan geser praktis, berupa tulangan geser spiral yang rencana digunakan tulangan geser spiral Ø 6-50 mm Beban Lateral Yang Bekerja pada Tiang Tunggal Hubungan Pembebanan Lateral dan Deformasi Tanah Adapun hubungan antara beban lateral dengan terjadinya deformasi tanah sebagai berikut :. Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan berdeformasi elastis disamping itu terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan tersebut cukup mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari pile ke lapisan tanah yang lebih dalam.. Untuk pembebanan selanjutnya, beban menjadi lebih besar, lapisan tanah akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis tanah yang lebih dalam lagi. 3. Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme keruntuhan yang ada hubungannya dengan kekakuan tiang. Menghitung Beban Lateral (Hu) Untuk menghitung Beban Lateral (Hu) dapat dicari dengan rumus Broooms : Gambar Beban Lateral pada Tiang Tunggal AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

67 59 L R = 3Bγ L Kp =,5 Bγ L Kp ΣH = 0 Hu R + P = 0 Hu = R P ΣM ( A) = 0 R L = Hu ( e + L) 3 RL = Hu ( e + L) 3 RL Hu = 3( e + L) RL R P = 3( e + L) RL P = R 3( E + L) RL,5 Bγ L Kp L Hu = = 3( e + L) 3( e + L) 0,5B γ L Kp L Hu = ( e + L) Dimana : diketahui sesuai data tanah yang diperoleh : ϕ = 7, º γ =,946t / m 3 maka nilai Kp = tan (45 o ϕ + ) = tan (45 o 7, + =,834 o B = lebar tiang pancang (Diameter 0,5 m) L = jarak dari dasar tiang ke permukaan tanah =,4 m e = jarak dari ujung atas tiang ke permukaan tanah = 5,58 m (dilihat dari elevasi dermaga ditambah elevasi dasar laut) ) AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

68 60 Hu = beban lateral ultimate SF = Safety Factor = H = beban kerja Maka didapat nilai : 3 0,5 0,5m,946 t / m (,4) m Hu = (5,58 +,4) m 709,48 = ton 8 = 94,967 ton,834,4 m H Hu 94,967 = = = 47, ton SF 4835 Defleksi Tiang Vertikal Akibat Memikul Beban Lateral Menurut cara Brooms, defleksi yang terjadi dapat dicari dengan rumus : H Yo = L ηh Gambar Defleksi Tiang Pancang dimana : Yo = defleksi tiang yang terjadi akibat beban horizontal H = beban horizontal yang terjadi L = Zf = jarak antara dasar tiang sampai permukaan tanah AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

69 6 η h = Coefisien modulus tanah = 350 kn/m 3 = 35 t/m 3 ( untuk tanah lempung lunak η h = 350 s/d 700 kn/m 3 ) maka : * 47,4835 t Yo = (,4 ) m *35 t / m 94,967 = 5398,974 = 0, m = 7,6 mm Fender Data Kapal Dari perencanaan sebelumnya diketahui data kapal : Bobot Kapal (W) : 50 ton Panjang Kapal (Loa) : m Lebar Kapal (B) : 7 m Draft Kapal (d) :.5 m Perhitungan Fender Panjang garis air (Lpp) Lpp = 0,846 L,093 = 0,846. (),093 = 9,76 m = 0 m Perhitungan besarnya koefisien massa (Cm) π. d Cm = + Cb. B Dimana : γ 0 =,05 ton/m 3 W 50 Cb = = = 0, 55 Lpp B. d. γ 0.7.,5.,05. 0 AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

70 6 π. d 3,4.,5 Jadi : Cm = + = + = 4, 56 Cb. B. 0,55.7 Perhitungan besarnya koefisien eksentrisitas (Ce) Ce = + ( l / r) Dimana : l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air l = ¼. Loa = ¼. m = 5,5 m Besarnya nilai r didapat dari gambar 6.9 Koefisien Blok dengan jari-jari girasi untuk Cb = 0,57 maka diambil Cb minimum dalam grafik 0,5 ) didapat : Gambar Grafik Nilai r r =0,05 Loa r = Loa. 0,05 =. 0,05 = 4,5 m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

71 63 Jadi : Ce = = = 0, 3 + ( l / r) + (5,5/ 4,5) Kecepatan merapat kapal Kecepatan merapat kapal dapat dilihat pada tabel Kecepatan merapat kapal pada dermaga yaitu sebesar 0,5 m/dt. Kecepatan merapat kapal diambil dalam arah 0 0 terhadap sisi dermaga. V = 0,5. sin 0 0 V = 0,043 m/dt Tabel 6.5. Kecepatan Merapat Kapal pada Dermaga Ukuran kapal (DWT) Kecepatan Merapat Pelabuhan (m/d) Laut terbuka (m/d) Sampai 500 0,5 0, ,5 0, ,5 0,5 di atas , 0,5 (Bambang Triadmojo, 996) Energi benturan yang terjadi (E) E W. V = g 50. 0,043 =.9,8 Cm. Ce. Cs. Cc 4,56.0,3.. = 645,75 kgcm = 0, tonm Gaya perlawanan Energi yang membentur dermaga adalah ½ E. Gaya perlawanan yang ada akibat benturan tersebut diberikan oleh dermaga sebesar F.½.d, dengan demikian : AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

72 64 F.½.d = ½ E F.d = E F.d = 645,75 kgcm Fender yang Dipakai Fender yang dipakai adalah fender karet adalah Sumitomo Hyper Ace (V Shape) Type HA 50 H x 000L (CV4), karena dipenuhi persyaratan bahwa : E benturan < E yang diijinkan...ok 0, ton m < 0,34 ton m ( lihat lampiran tabel fender sumitomo ) Dengan data-data sebagai berikut : Rate deflection = 45 % dengan : Energi absortion (E) = 0,34 ton m Reaction Load (R) = 6,8 ton Maximum Deflection = 47,50 % dengan : Energi absortion (E) = 0,37 ton m Reaction Load (R) = 7,8 ton Untuk lebih aman, maka gaya yang diterima dermaga diambil pada saat terjadi maximum deflection (47,50 %) yaitu sebesar 7,8 ton. Cheking terhadap defleksi tidak dihitung karena keterbatasan data. Jarak Maksimum Antar Fender Jarak maksimum antar fender ( L ) bisa dihitung dengan rumus : (New Selection of Fender, Sumitomo Fender) B L 7 L h + h =,075 +, 075 8B 8x7 dimana diketahui : B (lebar kapal) L (panjang kapal) = 7 m = m AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

73 65 H (tinggi fender) = 900 mm + (x87,5) mm = 075 mm =,075 m Maka dapat dicari Jarak Maksimum antar fender (L) yaitu, L L,8948 ( x3,4488) L 6,8977 m, maka diambil jarak antar fender = 4 m 39,5 Gambar 6.4. Fender Type HA 50 H x 000L (CV4) Bolder Fungsi bolder adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami pergerakan yang dapat mengganggu, baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu lintas kapal lainnya. Bolder yang digunakan pada perencanaan dermaga ini adalah bolder beton USULAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS (PIH) DI KABUPATEN REMBANG Konsep Pasar Ikan Higienis (PIH) Untuk mendapatkan alternatif tempat berbelanja, khususnya belanja ikan, keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) sangat diperlukan. Pasar Ikan Higienis (PIH), sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Pasar Ikan Tradisional Sama-sama Pasar Ikan. Barang yang diperjualbelikan juga sama yaitu hasil perikanan. Ada penjualnys, ada pembelinya dan ada kesepakatan jual beli antara keduanya. Hanya saja, yang membedakan adalah konsepnya. Pasar Ikan Higienis (PIH) merupakan tempat yang mempunyai konsep pelayanan dan konsep higienis yang dinilai lebih AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

74 66 daripada Pasar Ikan Tradisional. Pasar Ikan Higienis (PIH) dan Pasar Ikan Tradisional. Berikut penjabarannya : Konsep Higienis Konsep Higienis jelas harus dipaparkan untuk lebih menjelaskan kepada masyarakat mengapa Pasar Ikan Higienis (PIH) perlu ada di tengah-tengah masyarakat. Diantaranya : a. Fasilitas gedung yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang yaitu : ). Fasilitas Pendingin Ruangan (Air Conditioner) yang berfungsi untuk mengatur suhu dalam ruangan yang stabil sehingga dapat menjaga sanitasi dan mutu ikan yang diperdagangkan ). Fasilitas Air Bersih, dipergunakan untuk menunjang segala aktivitas perdagangan hasil perikanan di lingkungan Pasar Ikan Higienis (PIH) b. Alat penjualan dan penyimpanan yang memadai, yaitu dengan adanya Fasilitas Ruang Pendingin (cold room), yang dapat dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai produk perikanan agar tetap segar dan higienis c. Dagangan ikan yang dijual segar dan tidak mengandung obat-obat terlarang. Hal ini dapat ditunjang dengan adanya Fasilitas Laboratorium Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan, yang dapat menguji mutu produk hasil perikanan yang diperdagangkan di lingkungan PIH sehingga semua produk yang diperdagangkan dapat terjamin mutu dan tingkat higienitasnya. d. Limbah yang keluar dari Pasar Ikan Higienis (PIH) tidak mengganggu lingkungan, karena sebuah Pasar Ikan Higienis (PIH) dilengkapi dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan ikan sehingga dapat mencegah dampak negative aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) terhadap lingkungan. AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

75 Konsep Pelayanan Konsep pelayanan merupakan salah satu aspek yang membedakan PIH dengan Pasar Ikan Tradisional. Selain mendapatkan barang yang dibutuhkan (hasil perikanan), pembeli juga mendapatkan kepuasan karena fasilitas-fasilitas yang disediakan. Adapun konsep pelayanan yang dimaksud : a. Menyediakan tempat jualan&belanja hasil perikanan yang representative, baik dari segi tempat, barang yang diperdagangkan, serta pedagang dan pembelinya b. Menyediakan ikan konsumsi yang sehat dan segar, baik itu ikan hidup maupun ikan olahan c. Memberikan pendidikan kepada masyarakat dalam memilih ikan konsumsi yang sehat dan segar. d. Memberikan kenyamanan bagi konsumen dan pedagang dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang antara lain : ). Fasilitas Listrik yang digunakan untuk aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) siang dan malam hari. ). Fasilitas Area parkir yang memadai sehingga dapat menampung parkir kendaraan roda dua maupun roda empat. 3). Fasilitas Tempat Bongkar Muat Ikan untuk menunjang kecepatan bongkar muat ikan yang diperdagangkan 4). Fasilitas Pengamanan dengan menyediakan petugas Satpam (Satuan Pengamanan) yang handal dan terlatih sehingga akan dapat menjaga keamanan, ketertiban, serta kelancaran seluruh aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) 5). Fasilitas Telepon untuk menunjang komunikasi perdagangan ikan antara pelaku usaha di lingkungan Pasar Ikan Higienis (PIH) dengan pelaku bisnis di luar secara luas. Disediakan juga sarana telepon umum agar bisa dimanfaatkan oleh pembeli yang datang (kalau memungkinkan). AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

76 Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) Segala bentuk kegiatan yang akan akan dijalankan harus selalu dipertimbangkan prospek di masa datang. Hal ini berhubungan langsung dengan potensi pendapatan yang akan dihasilkan oleh Pasar Ikan Higienis (PIH). Juga prospek eksistensi keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) di suatu daerah, apakah cukup bermanfaat bagi masyarakat sekitar atau belum. Adapun Peranan Pasar Ikan Higienis (PIH) dalam jangka pendek, menengah maupun panjang diantaranya : Sumber Pendapatan Daerah Keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) tentunya menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah, yaitu dari hasil sewa, antara lain : a). Sewa tempat tiap Los ikan oleh para pedagang grosir maupun eceran b). Sewa tempat untuk usaha restoran (khususnya untuk masakan dari bahan ikan) c). Sewa tempat pertemuan / Hall Pameran oleh para Perusahaanperusahaan yang berminat memenfaatkan area Pasar Ikan Higienis (PIH) untuk ajang promosi / publikasi d). Sewa tempat untuk perusahaan perbankan (pengadaan ATM di area Pasar Ikan Higienis) e). Sewa tempat Papan iklan / reklame yang ada di area Pasar Ikan Higienis (PIH) f). Conter area untuk pelaku usaha kecil diantaranya : cinderamata, produk ikan olahan, dll Pusat Perdagangan Hasil Perikanan Pasar Ikan Higienis (PIH) diperuntukkan sebagai pusat hasil perdagangan dan hasil perikanan terbesar di kabupaten Rembang pada khususnya dan Pulau Jawa pada umumnya. Para pelaku usaha (terutama di bidang perikanan) diharapkan akan siap memanfaatkan fasilitas Pasar Ikan AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

77 69 Higienis (PIH), diantaranya adalah para pedagang ikan baik retail maupun grosir; kelompok nelayan dab pengolah hasil perikanan Basis Informasi dan Barometer Harga Ikan Menjadikan Pasar Ikan Higienis (PIH) sebagai basis informasi dan barometer harga ikan di Kabupaten rembang, Karesidenan Pati, ataupun daerah Jawa Tengah. Para konsumen, masyarakat baik dari kelas bawah, kelas menengah maupun kelas atas tidak mengharapkan adanya monopoli harga ikan di pasaran. Para pelaku usaha terutama usaha kecil juga bisa memanfaaatkan fasilitas ini Pusat Pengembangan Sistem Perdagangan dan Sistem Pengendalian Mutu Pasar Ikan Higienis (PIH) sebagai pusat pengembangan sistem perdagangan dan sistem pengendalian mutu hasil perikanan dimanfaatkan oleh para eksportir hasil usaha perikanan, himpunan pengusaha resto/rumah Makan perorangan (khususnya Sea Food) maupun pengusaha hotel dan restoran Bidang Pendidikan Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di bidang pendidikan yaitu sebagai pusat pembelajaran mengenai berbagai hal tentang hasil perikanan, biota laut,dll untuk anak usia sekolah (penyelengaraan kegiatan sambil menghibur). Penyelenggaraan Lomba dan pameran di Pasar Ikan Higienis (PIH) juga bia menjadi unsur edukasi keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) Bidang Pariwisata Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di bidang pariwisata yaitu sebagai pusat wisata kuliner dan agro wisata di Kabupaten Rembang pada khususnya, AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

78 70 wilayah Karesidenan Pati, Wilayah Pantura dan Pulau Jawa pada umumnya Perencanaan Pasar Ikan Higienis (PIH) Latar Belakang Kabupaten Rembang yang mempunyai sekitar 0 TPI, dengan TPI Tasik Agung adalah yang terbesar, mempunyai potensi yang besar dalam hal produksi ikan tentunya, yaitu sekitar lebih dari ton per tahun. Berkembangnya Tasik Agung dari PPI menjadi PPP dan sekarang merencanakan untuk ke PPN serta keberadaan PPI lainnya membuat citra Rembang sebagai kota Bahari semakin terangkat. Letak Strategis Kabupaten Rembang yang berada pada jalur utama pantura (pantai Utara Jawa) dengan daerah sepanjang 65 km berbatasan langsung dengnan laut, menjadikan kota inimempunyai potensi berkembang sebagai daerah potensial bagi aktivitas industrial, perdagangan dan jasa terutama di bidang perikanan. Hal ini menjadi modal utama untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH). Dimana kita ketahui bahwa produksi ikan yang besar membutuhkan wilayah distribusi yang luas juga. Tidak hanya konsumen / masyarakat pesisir saja yang berhak menikmati, tapi juga masyarakat di daerah pegunungan bahkan masyarakat di kabupaten lain pun bisa menjadi sasaran distribusi Tujuan Mengembangkan pusat perdagangan hasil produksi perikanan bermutu tinggi untuk peningkatan gizi masyarakat Studi Kelayakan Memang untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH) di suatu daerah, membutuhkan suatu perencanaan yang matang baik dari aspek AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

79 7 sosial, ekonomi, lokasi serta prospek ke masa depan. Pada penjabaran kali ini, Kami hanya ingin memaparkan usulan serta langkah-langkah apa yang perlu dikaji untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH) di daerah Rembang ini. Adapun konsep-konsep yang akan Kami paparkan sebelumnya merupakan data- data (baik melaui survey langsung dan wawancara) yang Kami peroleh dari Pasar Ikan Higienis (PIH) yang sudah ada saat ini di Kota Semarang, yaitu Pasar Ikan Higienis (PIH) Mina Rejomulyo yang terletak di Jalan Pengapon Kelurahan Rejomulyo Semarang (lihat lampiran). Gambar 6.4. Pasar Ikan Higienis (PIH) Semarang Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan yang dapat Kami rangkum sebagai usulan perencanaan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Rembang adalah sebagai berikut : a. Studi Sosial Ekonomi Kehidupan masyarakat Rembang pada umumnya akan mempengaruhi demand / permintaan. Kebiasaan / kultur, tingkat ekonomi/pendapatan dan tingkat kesadaran akan pentingnya kehigienis-an pada ikan yang akan dikonsumsi turut juga mempengaruhi bagaimana prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di kota Rembang. Untuk AGUSTIANUR LA FITRIANA IFTATIKA LA

BAB V PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS)

BAB V PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS) BAB V PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS) 5.. Tinjauan Umum Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, dermaga yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Cilacap kurang memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) 6.. TINJAUAN UU Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, untuk kondisi saat ini Tempat Pelelangan Ikan (TPI) enganti Kebumen kurang memenuhi syarat,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN BANGUNAN

BAB V PERENCANAAN BANGUNAN BAB V PERENCANAAN BANGUNAN 5.1.Tinjauan Umum Bangunan yang akan direncanakan adalah bangunan pemecah gelombang dan dermaga serta alur pelayaran 5..Bangunan Pemecah Gelombang Lokasi rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II 2.1 Tinjauan Umum Pada bab ini dibahas mengenai gambaran perencanaan dan perhitungan yang akan dipakai pada perencanaan pelabuhan ikan di Kendal. Pada perencanaan tersebut digunakan beberapa metode

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN

BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN 178 BAB VI 6.1. Faktor - Faktor Perencanaan Faktor-faktor perencanaan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bangunan laut, khususnya pelabuhan perikanan dapat dijelaskan sebagai berikut : 6.1.1.

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR PERHITUNGAN STRUKTUR V-1 BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR Berdasarkan Manual For Assembly And Erection of Permanent Standart Truss Spans Volume /A Bridges, Direktorat Jenderal Bina Marga, tebal pelat lantai

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR 1. Perhitungan Lantai Kendaraan Direncanakan : Lebar lantai 7 m Tebal lapisan aspal 10 cm Tebal plat beton 20 cm > 16,8 cm (AASTHO LRFD) Jarak gelagar

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Dalam perencanaan suatu pekerjaan kontruksi dibutuhkan dasar-dasar perencanaan agar dapat diketahui spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS

BAB V PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS BAB V PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS 5.1 TINJAUAN UMUM Dalam perencanaan dermaga peti kemas Pelabuhan Trisakti yang terletak pada alur sungai Barito, terdapat hal hal khusus yang harus diperhatikan yaitu:

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971 ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-97 Modul-3 Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek berkisar antara,0 s.d. 2,0 sering ditemui. Ada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN 5.1 Perbandingan Deformasi Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR 4.1 Perhitungan Struktur Atas Sebelum menghitung daya dukung dari tanah untuk menghitung berapa banyaknya pondasi yang akan digunakan serta berapa daya dukung yang didapat

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB X PENUTUP KESIMPULAN 300 BAB X PENUTUP 10.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pengembangan PPP Tasik Agung Kabupaten Rembang ini yang meliputi analisis data, perhitungan struktur dermaga serta analisis harga pekerjaan, dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1 Penulangan Pelat Gambar 5.1 : Denah type pelat lantai Ket : S 2 : Jalur Pelat Area yang diarsir : Jalur Kolom Data- data struktur pelat S2 : a. Tebal pelat lantai : 25 cm

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm B. Perhitungan Sifat Penampang Balok T Interior Menentukan lebar efektif balok T B ef = ¼. bentang balok = ¼ x 19,81 = 4,95 m B ef = 1.tebal pelat + b w = 1 x 200 + 400 = 00 mm =, m B ef = bentang bersih

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERLUASAN DERMAGA TALANG DUKU, PROVINSI JAMBI

PERENCANAAN STRUKTUR PERLUASAN DERMAGA TALANG DUKU, PROVINSI JAMBI PERENCANAAN STRUKTUR PERLUASAN DERMAGA TALANG DUKU, PROVINSI JAMBI Dwi Putra, Wardi, Bahrul Anif Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Email:dwiputra38@ymail.com,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM 6 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada bab ini dibahas mengenai gambaran perencanaan suatu pekerjaan konstruksi yang dibutuhkan dasar-dasar perencanaan agar dapat diketahui spesifikasi yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN) BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut

Lebih terperinci

BAB III ANALISA STRKTUR

BAB III ANALISA STRKTUR III- 1 BAB III ANALISA STRKTUR 3.1. DATA YANG DIPERLUKAN Data-data yang digunakan dalam pembuatan dan penyusunan Tugas Akhir secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu data primer

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh BAB V PENULANGAN 5.1 Tulangan Pada Pelat Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh pelat itu sendiri. Setelah mendapat nilai luasan tulangan yang dibutuhkan maka jumlah tulangan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN LANTAI Oleh: Fredy Fidya Saputra I.8505014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL SURAKARTA 009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D) LAMPIRAN 31 Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D) 32 Lampiran 2 Denah Kolom, Balok, Dinding Geser, dan Plat struktur atas 1. Denah Lantai Dasar 2. Denah lantai P2A, P3A,P4A,P5A,P6A (Lantai Parkir) 33

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA Perhitungan tiang pancang dermaga & trestle: Dimensi tiang pancang Berdasarkan dari Technical Spesification of Spiral Welded Pipe, Perusahaan Dagang dan Industri PT. Radjin,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Gemma Duke Satrio NRP: 1021018 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK Whisnu Dwi Wiranata, I Gusti Putu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Prinsip penting di dalam merencanakan pelabuhan adalah perlunya pemikiran jangka panjang mengenai kemungkinan bertambahnya arus muatan dan penumpang yang akan dilayani, sehingga

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN (1) Maria Elizabeth, (2) Bambang Wuritno, (3) Agus Bambang Siswanto (1) Mahasiswa Teknik Sipil, (2)

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,

Lebih terperinci

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m 5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m pagar pengaman kerb 25 cm lantai kendaraan pile tiang pancang poer tunggal 5.5 Perencanaan Plat untuk Bentang 8m pagar pengaman kerb 25 cm lantai kendaraan pile tiang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SKIDWAY UNTUK PELUNCURAN OFFSHORE STRUCTURE DI PT.PAL SURABAYA

PERENCANAAN SKIDWAY UNTUK PELUNCURAN OFFSHORE STRUCTURE DI PT.PAL SURABAYA L/O/G/O PERENCANAAN SKIDWAY UNTUK PELUNCURAN OFFSHORE STRUCTURE DI PT.PAL SURABAYA Oleh :Agnis Febiaswari 3109100106 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi Ir. Fuddoly, M.Sc Latar Belakang Salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... I-1 1.2. Permasalahan... I-2 1.3. Maksud dan tujuan... I-2 1.4. Lokasi studi... I-2 1.5. Sistematika penulisan... I-4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI A. KRITERIA DESIGN 1. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran konstruksi Gedung bangunan ruko yang terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Perencanaan Dalam perencanaan diperlukan asumsi asumsi yang didapat dari referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan sangat menentukan hasil

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG (Design of Perum Perhutani Unit I Central Java Building, Semarang ) Disusun Oleh : ADE IBNU MALIK L2A3 02 095 SHINTA WENING

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 PERHITUNGAN RESERVOIR (ALT.I) Reservoir alternatif ke-i adalah reservoir yang terbuat dari struktur beton bertulang. Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai

Lebih terperinci

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga pemanfaatannya LNG belum optimal khususnya di daerah

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI 7.. Perhitungan Struktur Seawall Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan adalah sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom 64 3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom A. Sambungan pada balok anak melintang ke balok anak memanjang Diketahui: Balok anak memanjang menggunakan profil WF 00.150.6.9, BJ 37 Balok anak melintang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan selalu ada pembangunan.

Lebih terperinci

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7 DAFTAR ISI Lembar Judul I Lembar Pengesahan Motto Kata Pengantar Daftar Isi iii Iv vi DaftarTabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Notasi xiii xv xvi BAB IPENDAHULUAN l.llatarbelakang BAB 1.2 Tujuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

BAB VI USULAN ALTERNATIF

BAB VI USULAN ALTERNATIF BAB VI USULAN ALTERNATIF 6.1. TINJAUAN UMUM Berdasarkan hasil analisis penulis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, debit banjir rencana (Q) sungai Sringin dan sungai Tenggang untuk periode ulang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR VI - BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR 6. Tinjauan Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan struktur bangunan pantai yang direncanakan dalam hal ini bangunan pengaman pantai

Lebih terperinci

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : AULIA MAHARANI PRATIWI 3107100133 Dosen Konsultasi : Ir. KURDIAN SUPRAPTO, MS TAVIO, ST, MS, Ph D I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA

II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II.1 TINJAUAN UMUM Dalam melakukan sebuah proses perencanaan perlu ditetapkan kriteria kriteria yang akan digunakan sebagai tolok ukur kelayakan pelaksanaan pembangunan. Beberapa kriteria yang

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang ABSTRAK Dalam tugas akhir ini memuat perancangan struktur atas gedung parkir Universitas Udayana menggunakan struktur baja. Perencanaan dilakukan secara fiktif dengan membahas perencanaan struktur atas

Lebih terperinci