BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan tingginya tingkat pengangguran. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010 adalah 31,02 juta atau 13,33%. Sementara itu dari jumlah angkatan kerja yang mencapai 119,4 juta, jumlah penganggur mencapai 8,32 juta (6,97%) dan tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,14% (Berita Resmi Statistik, No.33/05/Th.XIV, 5 Mei 2011). Berdasarkan survei yang sama, data penduduk Jawa Barat yang berada di bawah garis kemiskinan adalah 4,77 juta atau 11,27% dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 1, 95 juta atau 10,33%, jauh lebih tinggi di banding tingkat pengangguran terbuka nasional. Hal ini berhubungan erat dengan masalah kesempatan kerja, baik sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun sebagai pegawai swasta, yang sangat terbatas. Sementara itu tenaga kerja terdidik lulusan perguruan tinggi juga terjerat oleh persoalan yang sama. Jumlah penganggur berpendidikan diploma dan sarjana relatif masih sangat besar. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) jumlah penganggur

2 2 berpendidikan tinggi di Indonesia dalam lima tahun terakhir adalah seperti tercantum dalam tabel di bawah ini: Sumber: SAKERNAS 2007,2008,2009, 2010 dan Sementara itu, bagi lulusan perguruan tinggi yang terserap oleh dunia kerja, mayoritas di antara mereka bekerja sebagai karyawan dan hanya sedikit sekali yang terjun berwirausaha. Majalah TEMPO edisi Agustus 2007, mengungkapkan bahwa pada tahun 2006 dari seluruh lulusan perguruan tinggi yang terserap dunia kerja, sebanyak 83,1% dari mereka bekerja sebagai karyawan, sedangkan yang berwirausaha hanya 5,8%. Data ini menunjukkan bahwa wirausaha belum menjadi tujuan dan cita-cita lulusan perguruan tinggi kita, dan

3 3 hal ini juga mencerminkan intensi untuk menjadi wirausaha dari para mahasiswa kita masih sangat rendah. Kementerian Pendidikan Nasional mencatat bahwa pada tahun 2010, di Indonesia tercatat ada sekitar 14 juta orang lulusan perguruan tinggi dengan aneka jenjang, dan dari jumlah tersebut sedikitnya 2 juta orang (14,28%) menjadi penganggur (Kompas, 27 September 2010). Mengomentari hal tersebut Razali Ritonga (Kompas, 27 September 2010) menyatakan bahwa gelombang penganggur ini merupakan potensi yang hilang (potential loss) bagi produktivitas bangsa. Jika diperkirakan mereka mendapatkan upah minimum Rp 1 juta per bulan bila bekerja, maka potensi yang hilang itu mencapai Rp 24 trilyun per tahun. Bahkan, potensi yang hilang itu bertambah besar jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan pemerintah dalam menyelenggarakan perguruan tinggi. Menurut beberapa analisis, baik dari para akademisi maupun dari praktisi, kondisi seperti ini terjadi karena rendahnya mentalitas kewirausahaan (entrepreneurship) lulusan perguruan tinggi kita (Ciputra, 2007; Alma, 2006; Wijatno,2009; Hermawan,2003; Astamoen, 2005). Mereka memiliki pola pikir pencari kerja (job seeker) dan bukan pencipta kerja (job creator). Hal ini sejalan dengan temuan Hermawan (2003:16) yang menyatakan bahwa permasalahan utama lulusan pendidikan kita adalah kemandirian. Pendidikan hanya menghasilkan sumberdaya manusia yang bersemangat ambtenaar (karyawan).

4 4 Output-nya diarahkan untuk menjadi pegawai atau bekerja untuk orang lain dan mendapatkan upah. Inilah inti masalah yang menyebabkan kemiskinan dan keterbelakangan bangsa Indonesia. Jumlah wirausahawan di Indonesia masih sangat sedikit dan tentu saja masih sangat jauh dari kebutuhan. Data pada tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan hanya sekitar an atau 0,18% yang benar-benar berprofesi sebagai wirausahawan (Astamoen, 2005:9). Padahal menurut David McClelland (1961) suatu negara hanya akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah wirausahawannya paling sedikit 2% dari total jumlah penduduknya. Di negara maju, pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa. Tahun 1980-an di Amerika Serikat lahir 20 juta wirausahawan baru yang mampu menciptakan lapangan kerja baru. Mereka merupakan faktor penting dalam mendorong ekonomi AS tumbuh sangat pesat (Alma, 2006:5). Keberhasilan pembangunan yang dicapai Jepang juga disponsori oleh wirausahawan. Sebanyak 2% penduduk Jepang adalah wirausahawan skala sedang, sementara 20% penduduknya merupakan wirausahawan skala kecil. Inilah kunci keberhasilan pembangunan Jepang. Sementara Singapura memiliki 4% dari total jumlah penduduknya (Kompas, 9 April 2010). Peranan kewirausahaan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara terlihat dari beberapa temuan empirik. Studi Reynolds (1999) menemukan bahwa kewirausahaan memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi pada

5 5 negara-negara bagian di AS periode tahun Audretsch dan Fritsch (1996) mencatat bahwa munculnya wirausaha-wirausaha baru mampu memimpin pertumbuhan ekonomi Jerman tahun 1990-an. Foelster (dalam Carree & Thurik, 2002) melaporkan bahwa munculnya usaha-usaha kecil memiliki kontribusi besar atas penyerapan tenaga kerja di Swedia pada kurun waktu Hart dan Hanvey (dalam Carree & Thurik, 2002) mencatat hal yang sama di Inggris pada tahun 1980-an. Sementara Carree dan Thurik (1998) menemukan bahwa usahausaha kecil industri manufaktur memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan industri di negara-negara Eropa pada tahun 1990-an. Hubungan antara kewirausahaan dengan pertumbuhan ekonomi digambarkan dengan baik oleh Wennekers dan Thurik yang dikutip oleh Carree dan Thurik (2002:21) sebagai berikut: Level of analysis Conditions for entrepreuneurship Crucial elements of entreupreuneurships Impact of entreupreuneurship Individual level Psychological endowments Culture institutions Attitudes skill ACTIONS Self-realization personal wealth firm level Business culture incentives start-up entry info news markets innovations Firm performance Macro Culture institutions variety compettition selection Competitiveness Economic growth level

6 6 Sumber: Wennekers dan Thurik dalam Carree dan Thurik (2002:21) Gambar 1.1. Hubungan antara Kewirausahaan dengan Pertumbuhan Ekonomi Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya menumbuhkembangkan kewirausahaan di Indonesia. Rendahnya minat para lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi pewirausaha merupakan masalah besar yang harus segera ditemukan jalan keluarnya. Pada tataran kebijakan, upaya untuk mengatasi masalah ini telah banyak dilakukan. Pada tahun 1995 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan Kewirausahaan (GN-MMK). Namun kenyataannya gerakan ini gagal karena memiliki kelemahan konsep yang mendasar, tidak menjangkau akar masalah, dan dukungan dari pemerintah pusat sangat rendah (Syamsuri, 2002:8). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengembangkan berbagai kebijakan dan program dalam upaya untuk merangsang dan menumbuhkan intensi kewirausahaan mahasiswa. Program-program tersebut ada yang masuk dalam kurikulum seperti Kuliah Kewirausahaan (KWU), namun ada juga yang didesain sebagai program ekstrakurikuler seperti: Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Wira Usaha Baru

7 7 (WUB), Inkubator Usaha Baru (INWUB), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK), Wira Usaha Mandiri (WUM), dan Program Hibah Kompetisi (PHK) dalam bentuk pemberian modal awal bagi mahasiswa untuk belajar memulai usaha baru. Semua program tersebut dirancang sedemikian rupa sebagai tahapan-tahapan yang saling terkait yang pada akhirnya diharapkan akan melahirkan seorang pewirausaha baru yang handal. Keterkaitan program-program tersebut dapat digambarkan dalam bagan alur di bawah ini: Magang Kewirausahaan (MKU) Inkubator Wira Usaha Baru (INWUB) Kuliah Kewirausahaan (KWU) Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) Wira Usaha Baru (WUB) Wira Usaha Mandiri Kuliah Kerja Usaha (KKU) Konsultan bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) (Sumber: Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti Edisi VII hal. 224). Gambar 1.2. Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

8 8 Perguruan tinggi dengan otonomi yang sangat luas sekarang ini juga memiliki ruang yang sangat terbuka untuk melakukan berbagai program pengembangan kewirausahaan mahasiswa. Beberapa perguruan tinggi terkemuka di tanah air telah memiliki lembaga khusus yang bertugas menangani pengembangan kewirausahaan mahasiswa. Namun pada kenyataannya program-program tersebut belum sepenuhnya berjalan di lapangan, sehingga secara keseluruhan dampak dari berbagai kebijakan tersebut masih belum sesuai dengan harapan. Data yang ada menunjukkan bahwa alumni perguruan tinggi yang menjadi pewirausaha masih sangat rendah. Kondisi seperti ini apabila tidak segera ditangani, bisa menyebabkan masalah sosial ekonomi yang serius. Mengingat kesempatan kerja yang sangat terbatas, maka maka lulusan perguruan tinggi di Indonesia akan menjadi sarjana-sarjana penganggur yang setiap tahun makin meningkat jumlahnya. Pengangguran tenaga kerja terdidik ini, di samping merupakan pemborosan yang luar biasa karena telah menghabiskan biaya pendidikan yang sangat besar, juga sangat berpotensi menimbulkan masalah sosial-politik yang serius. Sementara itu, secara makro, fenomena ini dapat menyebabkan kemandirian ekonomi bangsa ini menjadi semakin lemah yang pada akhirnya akan menyebabkan kedudukan dan daya saing bangsa ini menjadi semakin rendah dibanding bangsa-bangsa lain di dunia. Karena itu upaya untuk menumbuhkan intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa merupakan masalah penting yang mendesak untuk segera dilakukan.

9 9 Pada tataran akademis, penelitian-penelitian tentang kewirausahaan telah banyak dilakukan para ahli. Beberapa penelitian yang secara khusus dilakukan terhadap mahasiswa menemukan bahwa intensi berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman, et al; 1997; Kourilsky dan Walstad, 1998). Dengan demikian maka penelitian tentang intensi kewirausahaan pada mahasiswa Indonesia menjadi sesuatu yang sangat relevan untuk dilakukan. Secara umum penelitian-penelitian tentang kewirausahaan yang telah dilakukan menemukan bahwa seseorang menjadi wirausahawan karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: karakteristik kepribadian, karakteristik demografis, dan karakteristik lingkungan. Beberapa peneliti menemukan bahwa faktor kepribadian seperti kebutuhan akan prestasi (McClelland, 1961; Sengupta dan Debnath, 1994) dan efikasi diri (Gilles dan Rea, 1999) merupakan sifat-sifat yang melekat pada seorang wirausahawan sehingga bisa menjadi variabel signifikan untuk mendeteksi intensi kewirausahaan. Faktor demografi, seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja seseorang diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang menentukan intensi kewirausahaan seseorang (Sinha, 1996). Sementara itu Kristiansen (2001) menyebut faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional, serta faktor budaya dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha.

10 10 Akan tetapi pendekatan tersebut melahirkan berbagai kritik. Reynolds (1997) misalnya menyatakan bahwa kapasitas prediktif pendekatan tersebut sangat terbatas, karena pada umumnya yang menjadi objek penelitian adalah para wirausahawan yang sudah jadi dan bukan calon wirausahawan. Sementara itu ahli yang lain menyatakan bahwa dari sudut pandang teoritis pendekatan tersebut memiliki kelemahan metodologis dan konseptual serta kemampuan untuk menjelaskan (explanatory capacity) yang rendah (Gartner, 1989; Robinson et al., 1991; Krueger et al., 2000; Linan et al., 2002). Beranjak dari pemikiran itu maka pada dekade terakhir ini muncul perspektif lain yang mencoba menganalisis intensi kewirausahaan melalui pendekatan yang berbeda. Perspektif ini menyatakan bahwa keputusan untuk menjadi wirausaha merupakan keputusan sadar yang diambil seseorang secara sukarela (Krueger et al 2000), maka menjadi sangat beralasan bila menganalisis bagaimana keputusan itu diambil. Menurut perspektif ini intensi kewirausahaan merupakan unsur awal dan menentukan bagi perilaku kewirausahaan (Ajzen, 1991; Fayolle dan Gailly, 2004; Kolvereid, 1996). Sementara itu intensi untuk melakukan perilaku tertentu akan tergantung kepada sikap orang itu terhadap perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Sikap yang lebih menyukai akan lebih meningkatkan intensi untuk melaksanakan hal tersebut. Dalam hal ini, menurut mereka, pendekatan sikap lebih baik digunakan dibandingkan dengan pendekatan kepribadian maupun pendekatan demografi (Robinson et al., 1991; Krueger et al., 2000), karena sikap dipandang lebih

11 11 mampu mengukur sampai di mana seorang individu dapat mengevaluasi sesuatu secara positif atau negatif (Ajzen, 1991; Linan et al., 2002). Kemudian, karena sikap seseorang terhadap sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang hal tersebut (Ajzen, 1991; Linan, 2004), maka terlihat adanya hubungan kausalitas antara pengetahuan, sikap, dan intensi seseorang terhadap sesuatu. Selain faktor-faktor di atas, intensi seseorang akan suatu hal juga dipengaruhi oleh kesadaran dan keyakinan bahwa ia akan mampu melaksanakannya atau mewujudkannya (efikasi diri) serta didukung oleh lingkungan sosial yang kondusif (Linan, 2004). Perspektif di atas menunjukkan bahwa peranan pendidikan kewirausahaan yang secara sadar dirancang untuk menumbuhkan intensi anak didik menjadi wirausahawan merupakan prediktor signifikan untuk mendeteksi intensi kewirausahaan seseorang. Intensi untuk melakukan sesuatu tumbuh didasari oleh sikap orang tersebut terhadap perilaku tersebut. Sementara itu sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang hal tersebut dan keyakinannya akan kemampuannya untuk berhasil. Di sini faktor pendidikan menemukan artinya. Pengetahuan, sikap, dan efikasi diri merupakan produk suatu proses pembelajaran yang efektif. Jadi masalahnya adalah bukan ada atau tidaknya pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi wirausahawan, melainkan apakah pendidikan kewirausahaan yang dilakukan oleh

12 12 perguruan tinggi di Indonesia telah menjalankan suatu proses pembelajaran yang efektif atau belum. Masalah efektivitas pembelajaran merupakan inti dari masalah kualitas pendidikan yang menjadi keprihatinan banyak kalangan di tanah air dewasa ini. Hal ini berkenaan dengan kompetensi dosen, ketersediaan sarana dan sumber pembelajaran, faktor-faktor psikologis mahasiswa, serta lingkungan pembelajaran yang kondusif termasuk dukungan manajemen. Dalam melihat aspek pembelajaran kewirausahaan pada mahasiswa ini, setelah melakukan kajian kepustakaan, penulis berpendapat bahwa pendekatan yang paling tepat adalah pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning). Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru/dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa/mahasiswa dan mendorong mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata (Bern dan Erickson, 2001:2). Menurut hemat penulis, pendekatan pembelajaran ini sangat tepat untuk digunakan dalam pendidikan kewirausahaan, karena tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah membangkitkan intensi untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang kewirausahaan yang diperolehnya di bangku kuliah dalam kehidupan nyata yang mereka hadapi. Melalui pembelajaran kontekstual, para mahasiswa diharapkan mampu melihat hubungan penuh makna

13 13 antara ide-ide abstrak tentang kewirausahaan dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Berdasarkan perspektif itulah Linan (2004) membangun modelnya yang kemudian dinamakan Entrepreneurial Intention-based Models. Model ini dirancang untuk mendeteksi intensi kewirausahaan dengan menggunakan pendekatan pendidikan. Model ini merupakan gabungan dan modifikasi dari dua teori yang relatif telah mapan, yaitu Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen (1991) dan Theory of Entrepreneurial Event (TEE) yang disampaikan Shapero & Sokol (1982). TPB adalah suatu teori yang didesain untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku manusia dalam kasus khusus. Teori ini memosisikan keinginan berperilaku (intention) sebagai penentu utama dari sebuah perilaku (behavior). Keinginan berperilaku dipengaruhi oleh tiga pertimbangan yaitu: 1) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), 2) norma subyektif (subjective norms), dan 3) keyakinan akan pengendalian perilaku (perceived behavioral controll). Sementara TEE, merupakan teori yang menyatakan bahwa pembentukan perilaku kewirausahaan merupakan interaksi dari faktor-faktor kontekstual yang dapat terlihat melalui pengaruhnya terhadap persepsi individual. Menurut teori ini pertimbangan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur merupakan reaksi terhadap kejadian eksternal, kejadian yang dapat terjadi setelahnya (Peterman & Kennedy, 2003). Reaksi orang terhadap kejadian eksternal akan tergantung kepada persepsinya akan alternatif

14 14 yang tersedia. Menurut Shapero dan Sokol (1982) terdapat dua jenis dasar dari persepsi dalam memandang kewirausahaan, yaitu: 1) Perceived desirability, mengacu pada tingkat ketertarikan seseorang terhadap suatu perilaku (untuk menjadi seorang wirausahawan), dan 2) Perceived feasibility, yaitu suatu tingkat perasaan seseorang yang menganggap dirinya secara personal mampu melakukan suatu perilaku. Berdasarkan pada dua teori ini, Linan (2004) menyimpulkan bahwa intensi kewirausahaan mahasiswa dipengaruhi secara langsung oleh sikapnya terhadap kewirausahaan, persepsi tentang norma-norma sosial yang diyakininya, dan efikasi dirinya. Ketiga hal ini terbentuk berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya tentang kewirausahaan yang merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran yang didesain oleh dosen. Menurut hemat penulis, model ini dengan tambahan pengukuran efektivitas pembelajaran sebagai antesenden variabel, bisa menjadi salah satu pendekatan yang bisa melengkapi pendekatan-pendekatan sebelumnya dalam upaya kita mendeteksi intensi kewirausahaan di kalangan mahasiswa di Indonesia. Beranjak dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa walaupun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan para peneliti dalam menumbuhkan intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa, intensi kewirausahaan mahasiswa Indonesia dewasa ini masih belum sesuai dengan harapan. Kenyataan ini memerlukan pengkajian secara mendalam mengenai faktor-faktor apa yang sebenarnya mempengaruhinya. Sehingga dengan demikian

15 15 kita bisa memberikan informasi yang cukup berharga kepada pihak perguruan tinggi untuk mengembangkan suatu model pembelajaran kewirausahaan yang efektif. Dalam hal ini, menurut hemat penulis, Entrepreneurial Intention-based Models yang dikembangkan oleh Linan, dengan beberapa tambahan, sangat relevan untuk dijadikan model penelitian dalam rangka menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. Dalam konteks inilah penelitian ini dilakukan. Wilayah merupakan salah satu wilayah pertumbuhan di Jawa Barat. Wilayah ini terdiri dari 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu: Kabupaten, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kota. Pada wilayah yang sedang tumbuh ini muncul berbagai perguruan tinggi, baik negeri dan swasta. Data terakhir, menunjukkan bahwa di wilayah ini terdapat 51 buah perguruan tinggi yang bila merujuk pada klasifikasi perguruan tinggi dari Linan (2004) termasuk perguruan tinggi yang berlokasi di kota kecil sehingga dapat dikatakan termasuk kategori perguruan tinggi peripheral. Penelusuran terhadap kurikulum yang diterapkan pada perguruan tinggi tersebut memperlihatkan bahwa mereka sudah menerapkan mata kuliah kewirausahaan pada beberapa program studinya. Namun efektivitas pembelajaran kewirausahaan yang dilaksanakan perlu dipertanyakan, mengingat data penelusururan lulusan pada beberapa perguruan tingginya menunjukkan angka jumlah lulusan yang menjadi pewirausaha hanya sekitar 3,4% saja. Faktor

16 16 inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menetapkan wilayah ini sebagai objek kajian dalam penelitian ini Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ini ingin mengkaji masalah intensi kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Fakta yang ada menunjukkan bahwa para mahasiswa Indonesia cenderung tidak berminat untuk menjadi wirausahawan. Setelah lulus, mereka cenderung lebih tertarik untuk mencari pekerjaan pada institusi-institusi yang sudah mapan, ketimbang merintis suatu usaha baru. Gejala ini sangat memprihatinkan, karena dengan terbatasnya kesempatan kerja yang ada, maka pengangguran tenaga kerja terdidik semakin hari akan semakin besar. Hal ini, pada gilirannya, akan menjadi sumber bagi terjadinya masalah-masalah sosial, ekonomi, dan bahkan politik yang serius. Dalam menganalisis gejala tersebut, pendekatan budaya melihat bahwa hal itu terjadi karena mayoritas generasi muda Indonesia tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Mereka lahir di lingkungan pekerja, petani, nelayan, dan pegawai negeri sehingga tidak heran bila kemudian mereka memiliki pola pikir (mindset) pencari kerja dan bukan pencipta kerja. Pendekatan psikologis melihat bahwa hal tersebut terjadi karena lemahnya mentalitas dan kepribadian kalangan generasi muda Indonesia seperti keinginan untuk berprestasi, keberanian untuk mengambil resiko, keuletan, daya juang,

17 17 kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, kreativitas, inovasi, dan lain sebagainya. Sementara itu pendekatan pendidikan melihat bahwa kondisi tersebut terjadi karena lemahnya pendidikan kewirausahaan pada sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Baik dilihat dari aspek kurikulum, pengajar, proses pembelajaran, sarana pembelajaran, sumber-sumber pembelajaran, maupun evaluasinya, pelaksanaan pendidikan kewirausahaan pada sekolah dan perguruan tinggi di sini masih memiliki masalah-masalah yang cukup mendasar. Penulis berpendapat bahwa pendekatan pendidikan merupakan pendekatan yang paling tepat untuk mendekati masalah ini karena melalui pendidikan yang tepat mentalitas dan kepribadian wirausaha (pendekatan psikologis) bisa dibangun dan melalui pendidikan yang bermakna perubahan budaya (pendekatan budaya) bisa terlaksana. Selain itu, penulis melihat relevansi pendekatan ini dalam menganalisis intensi kewirausahaan karena beberapa alasan yang diuraikan di bawah ini. Menurut teori tentang perilaku, diakui bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan oleh intensi (intention) orang tersebut terhadap perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Sementara itu intensi untuk berperilaku akan tergantung kepada sikap orang itu terhadap perilaku tersebut (attitude toward the behavior). Dan sikap seseorang terhadap sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya (knowledge) tentang hal tersebut (Ajzen, 1991; Linan, 2004). Dalam konteks ini,

18 18 maka pembelajaran kewirausahaan menjadi sesuatu yang penting dalam membentuk intensi kewirausahaan, mengingat pengetahuan dan sikap terbentuk terutama oleh proses pendidikan yang mereka alami dan rasakan. Pola pikir yang dibangun oleh teori ini menjadi landasan utama paradigma penelitian yang hendak penulis lakukan. Dalam upaya untuk mengukur pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan para mahasiswa ini penulis menggunakan sebuah model yang dikemukakan oleh Linan (2004) yang kemudian dikenal sebagai Entrepreneurial Intention-based Models. Model ini menyatakan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh langsung terhadap intensi kewirausahaan adalah pengetahuannya tentang kewirausahaan (entrepreneurial knowledge), sikapnya terhadap kewirausahaan (attitude toward entrepreneurship), persepsinya tentang norma-norma sosial yang dirasakan (perceived social norms), dan efikasi diri yaitu keyakinan akan kemampuan untuk mewujudkan harapan tersebut (self efficacy). Dalam perspektif model ini, pengetahuan, sikap, norma sosial yang dirasakan, dan efikasi diri merupakan out put dari suatu proses pembelajaran kewirausahaan yang mereka alami. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kompetensi dosen yang mengajarnya, faktor psikologis para mahasiswanya, dan interaksi pembelajaran yang dirasakannya (Makmun, 2001). Dengan demikian, teridentifikasi ada 8 (delapan) variabel penelitian yang harus diobservasi dalam penelitian ini, yaitu komptensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa,

19 19 pembelajaran yang dirasakan, pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap kewirausahaan, persepsi tentang norma sosial yang dirasakan, efikasi diri, dan intensi kewirausahaan. Menurut hemat penulis, model ini sangat relevan untuk mengkaji pengaruh pendidikan kewirausahaan di Indonesia dan belum banyak dilakukan oleh para peneliti di tanah air. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah Sejauhmanakah efektivitas pembelajaran kewirausahaan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa? Berdasarkan masalah umum di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa, dan kondisi pembelajaran yang dirasakan terhadap pengetahuan kewirausahaan mahasiswa? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap terhadap kewirausahaan pada kalangan mahasiswa? 3. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap persepsi tentang norma-norma sosial yang dirasakan (perceived social norms), pada kalangan mahasiswa? 4. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap efikasi diri untuk berwirausaha pada kalangan mahasiswa?

20 20 5. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap kewirausahaan, persepsi tentang norma-norma sosial yang dirasakan, dan efikasi diri terhadap intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitia ini secara umum bertujuan untuk menguji beberapa teori kecenderungan perilaku manusia dan peranan pendidikan dalam membentuk kecenderungan perilaku tersebut. Teori yang ingin dibuktikan antara lain adalah Theory of Planned Behavior dari Icek Ajzen, dan Theory of Entrepreneurial Event dari Shapero dan Sokol. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan intensi kewirausahaan mahasiswa dengan menggunakan pendekatan Entrepreneurial Intention-based Models. Apabila tujuan ini dirumuskan secara operasional, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: 1. Pengaruh kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa, kondisi pembelajaran yang dirasakan terhadap pengetahuan kewirausahaan mahasiswa. 2. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap terhadap kewirausahaan pada kalangan mahasiswa.

21 21 3. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap persepsi tentang normanorma sosial yang dirasakan (perceived social norms) pada kalangan mahasiswa. 4. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap efikasi diri untuk berwirausaha pada kalangan mahasiswa. 5. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan, sikap terhadap kewirausahaan, persepsi tentang norma-norma sosial yang dirasakan, dan efikasi diri terhadap intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa Manfaat Penelitian Dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dewasa ini, fenomena rendahnya intensi lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha merupakan isu yang sangat relevan untuk diteliti dan dicari solusinya. Dalam konteks ini, maka penelitian ini diharapkan memiliki kadar kebermaknaan yang cukup tinggi. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengembangan pendidikan kewirausahaan yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empirik yang dapat memperkaya dan mengembangkan disiplin ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewirausahaan yang merupakan salah

22 22 satu bagian dari rumpun pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Manfaat untuk pengembangan teori ini terutama berkenaan dengan: 1. Pemahaman terhadap konstruksi teoritik variabel-variabel yang mempengaruhi intensi kewirausahaan, seperti efektivitas pembelajaran yang meliputi kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa, kondisi pembelajaran yang dirasakan; pengetahuan kewirausahaan; sikap terhadap kewirausahaan; persepsi tentang norma sosial yang dirasakan; dan efikasi diri. 2. Hubungan kausalitas antara variabel-variabel tersebut dengan variabel intensi kewirausahaan (entrepreneurial intention). Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perguruan tinggi, khususnya pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dalam upaya untuk: 1. Menentukan kebijakan dan program pengembangan pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa. 2. Memperkuat proses pembelajaran kewirausahaan mahasiswa sehingga bisa mencapai tujuan dengan lebih efektif. 3. Melakukan inovasi dalam praktek pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi.

23 Struktur Organisasi Laporan Penelitian Laporan penelitian dalam bentuk disertasi ini disusun dalam bentuk 5 (lima) bagian yang disebut bab. Bab I Pendahuluan, berisikan: 1) Latar belakang penelitian, yang menguraikan masalah pokok (core problem) penelitian, buktibukti empirik yang mendukung masalah penelitian, pentingnya masalah itu diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut; 2) Identifikasi dan perumusan masalah, yang menguraikan telusuran variabel-variabel penelitian dan keterkaitannya satu sama lain yang kemudian dirumuskan dalam bentuk masalah penelitian; 3) Tujuan penelitian, yang menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian yang dirumuskan secara operasional; 4) Manfaat penelitian, yang menjelaskan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian, baik secara teoritis ntuk memperkaya teori-teori yang sudah ada maupun secara praktis dalam bentuk masukan bagi institusi perguruan tinggi dan pemerintah; dan 5) Organisasi pelaporan, yang menguraikan bagaimana pelaporan hasil penelitian diorganisasikan. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis, berisikan: 1) Kajian teori yang merupakan telusuran teori-teori yang berkenaan dengan variabel penelitian, dari mulai grand theory, midle theory, sampai hasil-hasil penelitian terbaru dan posisi teoritik penulis. Kajian teori ini menguraikan justifikasi teori sebagai landasan perumusan hipotesis penelitian dan penetapan indikatorindikator dari variabel penelitian; 2) Kerangka pemikiran yang menguraikan

24 24 posisi-posisi setiap variabel penelitian dan keterkaitan antar variabel dalam bangunan teori yang dirujuk sehingga melahirkan model penelitian yang ingin dibuktikan; dan 3) Hipotesis penelitian sebagai jawaban tentatif terhadap masalah enelitian yang berasal dari teori. Bab III Metode Penelitian, berisikan : 1) Jenis dan metode penelitian yang menguraikan tentang jenis dan metode penelitian yang digunakan serta justifikasi penggunaan metode tersebut; 2) Sumber data, populasi, dan sampel penelitian yang mengemukakan sumber data yang menjadi unit analisis penelitian ini, populasi penelitian, dan sampel penelitian meliputi ukuran sampel dan cara penentuan sampel; 3) Operasionalisasi variabel yang menguraikan konsep teoritis, konsep empirik, dan konsep operasional dari variabel-variabel penelitian yang akan diukur; 4) Alat pengumpulan data yang menjelaskan tentang instrumen penelitian yang digunakan serta pengukurannya; 5) Uji instrumen yang melaporkan hasil uji coba instrumen; serta 6) Teknik analisis data dan uji hipotesis yang menjelaskan teknik-teknik analisis data dan metode uji hipotesis yang digunakan. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan laporan hasil pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini diuraikan: 1) Deskripsi hasil penelitian yang menguraikan deskripsi responden penelitian dan deskripsi variabel-variabel penelitian; 2) Konversi data ordinal menjadi interval; 3) Uji asumsi statistik yang disyaratkan; 4) Analisis verifikatif

25 25 hasil penelitian dan pengujian hipotesis, meliputi analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur; dan 5) Pembahasan hasil penelitian yang mendiskusikan temuan penelitian dengan landasan teori yang digunakan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi: 1) Kesimpulan yang merupakan penafsiran dan pemaknaan terhadap temuan penelitian dan merupakan jawaban terhadap masalah penelitian; serta 2) Rekomendasi bagi institusi perguruan tinggi, pemerintah, dan penelitian lanjutan berdasarkan temuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2015 Indonesia harus menghadapi persaingan global yang semakin terbuka, kerjasama Indonesia dengan negara-negara Association South Each Asia Nation (ASEAN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penelitian mengenai minat berwirausaha tengah berkembang. Berbagai variabel dimasukkan untuk memprediksi minat berwirausaha. begitupun, metodologi yang digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi zaman globalisasi, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi seperti sekarang ini, suatu negara harus mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

The Psychology of Entrepreneurship

The Psychology of Entrepreneurship The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk diperkirakan sebesar 231 juta jiwa pada tahun 2009 menurut perkiraan Badan Pusat Statistik Indonesia,

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta entrepreneur, mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya. Generasi muda sebagai garda depan pembangunan dimasa depan dan estafet kepemimpinan akan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena empiris yang terjadi di Indonesia. Tarbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia telah meningkatkan jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang hanya menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya masyarakat yang sulit menemukan lapangan pekerjaan menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah pencari kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesepakatan untuk menjadi bagian dari MEA atau masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh banyaknya jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang tengah berkembang, saat ini sedang menuju suatu modernisasi. Hal ini terlihat dari adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara berubah, tentunya kehidupan masyarakat juga akan berubah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dalam bangsa dan Negara tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk di Indonesia yang tercatat pada tahun 2015 adalah sebanyak 259.940.857 jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh: NANANG SHOLIKHIN SURYA PRATAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan terbatas, kondisi tesebut menuntut mahasiswa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terus melanda Indonesia sampai saat ini memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan ekonomi serta keadaan hidup masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen. Diajukan Oleh :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen. Diajukan Oleh : PENGARUH KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN, MOTIVASI BERPRESTASI DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEINGINAN BERWIRAUSAHA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Ekonomi Manajemen UPN VETERAN Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, baik dalam bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan perekonomian di Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah khususnya lulusan SMK. Menurut Direktur Pembinaan SMK Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pada suatu negara yang saat ini sedang di alami adalah mengenai pengangguran. Jumlah pengangguran semakin mengkhawatirkan pertahunnya terus bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara akan berhasil dan mempunyai perekonomian yang baik apabila sebagian dari jumlah penduduknya menjadi seorang wirausaha serta didukung dengan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu mengenai pengembangan kewirausahaan menjadi kajian yang hangat karena kewirausahaan perannya sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki

Lebih terperinci

Bab V PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA KEWIRAUSAHAAN

Bab V PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA KEWIRAUSAHAAN Bab V PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA KEWIRAUSAHAAN 1. Umum Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi pada hakekatnya merupakan tindak lanjut dari program Penelitian (seperti Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sumber daya manusia merupakan tolok ukur suatu bangsa, maksudnya adalah bahwa suatu bangsa dapat dikatakan baik apabila memiliki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia, saat ini sudah mencapai lebih dari 230 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035 memperlihatkan susunan umur penduduk yang memberikan harapan positif sebagai modal pembangunan, yaitu jumlah penduduk kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan adalah sebuah fenomena yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena tidak seimbangnya antara lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara ini pemimpin bagi negara-negara lain terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community

Lebih terperinci

Kiat BISNIS Volume 5 No2 Juni 2013

Kiat BISNIS Volume 5 No2 Juni 2013 Pengembangan Kewirausahaan Yang Didukung Penelitian Di Bidang Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Sebagai Cara Alternatif Mengurangi Tingkat Pengangguran Terdidik Abstrak Pengangguran terdidik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan berkembang pesat bersamaan dengan ditetapkannya arah pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu negara bisa makmur apabila minimal 2% penduduknya menjadi pengusaha (Faozi, 2008). Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual

Lebih terperinci

IRRA MAYASARI F

IRRA MAYASARI F HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : IRRA MAYASARI F 100 050 133

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , , BAB I PENDAHULUAN NO 1.1 Latar Belakang Masalah Penggangguran di Indonesia termasuk masalah yang masih sulit untuk diatasi oleh pemerintah. Banyaknya jumlah lulusan baik dari sekolah menengah maupun perguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kewirausahaan tidak harus selalu dikaitkan dengan perilaku dan watak pengusaha, karena sifat ini juga dimiliki oleh mereka yang bukan pengusaha. Kewirausahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era globalisisasi yang penuh dengan tantangan, dan persaingan yang dimana dalam mengatasi berbagai tantangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian    Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap lulusan perguruan tinggi mempunyai harapan dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat selama studi sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia, sementara dengan semakin meningkatnya biaya hidup dengan tingkat penawaran kerja yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini dan beberapa tahun kedepan. Tingginya angka pengangguran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin bertambah. Hal ini menyebabkan setiap pribadi manusia berusaha untuk mencari solusi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menuturkan bahwa dalam pandangan Bung Hatta, ekonomi kerakyatan

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menuturkan bahwa dalam pandangan Bung Hatta, ekonomi kerakyatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para founding father bangsa Indonesia telah sejak lama menggagas ekonomi kerakyatan, yaitu roda perekonomian yang digerakkan oleh seluruh rakyat. Baswir (2006) menuturkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dewasa ini masih banyak lulusan perguruan tinggi yang masih berstatus sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta lapangan kerja (job creator). Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Universitas Telkom Seperti yang tertulis dalam website Universitas Telkom, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Institut Manajemen Telkom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak serta memiliki sumber kekayaan alam yang sangat melimpah. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam suatu negara merupakan suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan upaya untuk memakmurkan masyarakat. Karena pentingnya suatu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pengetahuan dan globalisasi adalah kekuatan yang mendorong perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan ini, kreativitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Tentunya fenomena ini menjadi sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi wirausaha di Indonesia, berdasarkan informasi dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ternyata masih kurang diminati oleh sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah wirausaha berkisar 1,65% dari jumlah penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam Purnomo (2013:1) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka pengangguran

Lebih terperinci