PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL SKRIPSI DIAN FIRDAUZI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL SKRIPSI DIAN FIRDAUZI F"

Transkripsi

1 PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL SKRIPSI DIAN FIRDAUZI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL Sam Herodian and Dian Firdauzi Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia Phone , dian.firdauzi@gmail.com ABSTRACT Products resulting from the fisheries sector is a good source of animal protein to meet the Indonesian people s needs of nutritional and health. Some products that have a high protein value are shrimp and fish. The need for ease of getting farmed shrimp and fish in a pond increased, also include the harvesting results. Problems faced in fisheries harvesting is too much needed for resources and still lack of harvesting knowledge and skills. One way to minimize these problems is the use of mechanical harvester in harvesting pond. Another problems is that yields are still experiencing disability and high mortality rate. Design approach that taken are functional and structural design approach. From the results of the design will be carried out modeling and functional testing. Functional design is the design that has aspects related to the function and usefulness of each constituent element model of the commodities to be processed. Making models were created to test the success of harvesting systems that work in semi-continuous by vacuum suction mechanism. Because the model harvester shrimp / fish designed aiming to produce a work harvesting semi-continuous by vacuum suction mechanism. Measurements made in the form of rate water, time and speed of shrimp / fish down from the suction tank to the harvesting tank, the ratio number of the shrimp / fish in harvesting tank with shrimp / fish that are still left in the suction tank and pass rates of shrimp / fish alive. From the results obtained it can be seen the amount of shrimp that fell from suction tank to harvesting tank will vary for each time harvesting. The number of commodities that fall will be less and it could be more, depending on the time of harvesting. And the length of harvesting will make this harvester run semi-continuous. Keywords: model, design, harvesters, semi-continuous, vaccum, shrimp and fish

3 Dian Firdauzi. F Perancangan Mekanisme Hisap Vakum Pada Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi Kontinyu Tipe Vertikal. Di bawah bimbingan Sam Herodian RINGKASAN Produk yang dihasilkan dari sektor perikanan merupakan sumber protein hewani yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa produk yang mempunyai nilai protein tinggi adalah udang dan ikan. Kebutuhan akan kemudahan mendapatkan hasil budidaya udang dan ikan dalam tambak semakin bertambah, termasuk dalam hal pemanenan hasilnya. Dalam pemanenan hasil perikanan, alat pemanenan yang ada di Indonesia cukup beragam. Kendala yang dihadapi dalam pemanenan hasil perikanan ini adalah banyaknya membutuhkan sumber daya dan masih minimnya ilmu dan keterampilan dalam memanen. Salah satu cara untuk meminimalisir kendala tersebut adalah penggunaan mesin pemanen secara mekanis dalam pemanenan hasil tambak. Kendala lain yang dihadapi adalah hasil panen yang masih mengalami kecacatan dan tingkat mortalitas yang tinggi. Meskipun sudah mempergunakan mesin pemanen mekanis, namun kendala ini masih belum dapat secara sepenuhnya teratasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan alat dan mesin pemanen yang memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas dalam pemanenan, namun hasil yang dicapai belum dapat dikatakan maksimal. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan mengenai alat dan mesin pemanenan untuk perikanan tambak. Penelitian ini bertujuan untuk merancang mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan agar bekerja semi kontinyu dengan tingkat kemudahan yang cukup tinggi dalam pengoperasiannya, sehingga menghasilkan sistem pemanenan baru yang lebih efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil pemanenan dengan tingkat kelulusan hidup yang tinggi. Penelitian dilakukan di laboratorium teknik mesin dan otomatisasi pada bulan Maret hingga Oktober Pendekatan rancangan secara umum, yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan rancangan struktural. Dari hasil rancangan ini akan dilakukan pembuatan model, dan uji fungsional. Rancangan fungsional yaitu rancangan yang menyangkut segi fungsi dan kegunaan dari setiap elemen penyusun model tersebut terhadap komoditi yang akan diproses. Pembuatan model dibuat untuk menguji keberhasilan sistem pemanenan. Pengukuran yang dilakukan berupa debit air, waktu dan kecepatan udang/ikan turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan, perbandingan jumlah udang/ikan di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) dengan udang/ikan yang masih tertinggal di tangki hisap dan tingkat kelulusan hidup udang/ikan. Pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal yang dirancang vakum ini memiliki nilai debit sebesar liter/detik. Nilai debit ini sudah mampu untuk menghisap komoditas yang akan dipanen. Dari hasil debit aliran air, dapat diperoleh kecepatan alirannya yaitu m/detik. Hasil kecepatan rata-rata turunnya udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan diperoleh sebesar m/detik. Sedangkan kecepatan rata-rata turunnya ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan sebesar m/detik. Selisih rata-rata kecepatan turunnya juga tidak berbeda jauh. Namun dari hasil ini menunjukkan udang lebih cepat turun dari pada ikan mas. Oleh karena itu, ikan mas memiliki naluri untuk turun lebih lama daripada udang dan sebaliknya udang memiliki naluri untuk turun berdiam diri di dasar air lebih cepat dari pada ikan mas. Setelah melihat semua waktu dan kecepatan turunnya seekor udang dan ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan ada

4 yang lebih cepat dan ada juga yang lebih lambat. Maka setiap ekor komoditas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan tersebut tidak akan seragam. Hasil rata-rata jumlah udang dan ikan mas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan masing-masing mencapai % dan %. Hasil jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan sudah cukup bagus, karena dengan waktu yang cukup singkat jumlah udang yang turun ke tangki pemanenan sudah mencapai setengahnya dari jumlah udang yang masih tertinggal di tangki hisap. Sedangkan jumlah ikan mas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan sangat sedikit, tidak mencapai setengahnya dari jumlah udang yang masih tertinggal di tangki hisap Tingkat kelulusan hidup kedua komoditas yang dipanen dalam mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu sudah hampir mendekati sempurna, yaitu udang mencapai %, dan ikan mas mencapai %.

5 PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : DIAN FIRDAUZI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Judul Skripsi Nama NIM : Perancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal : Dian Firdauzi : F Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik (Dr. Ir. Sam Herodian. MS). NIP Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (Dr. Ir. Desrial. M. Eng) NIP Tanggal lulus: ii

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Perancangan Mekanisme Hisap Vakum Pada Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi Kontinyu Tipe Vertikal merupakan proyek dosen pembimbing akademik dan belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Yang membuat pernyataan Dian Firdauzi F iii

8 Hak cipta milik Dian Firdauzi, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya. iv

9 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Banjar Lawas pada tanggal 18 Juli 1989 sebagai putra kedua dari empat bersaudara pasangan Lukman dan Khaidaresmi. Penulis telah menjalani pendidikan mulai dari SD Negeri 09 Kubang, SMP Negeri 01 Situjuah Limo Nagari, SMA Negeri 02 Payakumbuh, dan kemudian melanjutkan pendidikan di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Selama menjalani pendidikan, penulis merupakan anggota HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian). Selain itu penulis juga aktif mengikuti PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) dan lulus dibidang kewirausahaan yang berjudul Aestro Alat Pengusir Burung di Sawah, tahun Pada tahun 2011, penulis melaksanakan praktek lapangan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, dengan judul laporan Aspek Ergonomika dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada Hutan Tanaman Industri di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Pelalawan Riau. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Mekanisme Hisap Vakum Pada Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi Kontinyu Tipe Vertikal. v

10 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta ala karena atas pertolongan dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Mekanisme Hisap Vakum Pada Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi Kontinyu Tipe Vertikal. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan semangat, dan dorongan dari berbagai macam pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen pembimbing penulis Dr. Ir. Sam Herodian MS, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penyusunan skripsi ini. Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga beliau. 2. Dosen penguji skripsi penulis Ir. Mad Yamin MT, dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib M.Agr, yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk menguji skripsi penulis. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan beliau. 3. Ayahanda tercinta Bapak Lukman, Ibunda tercinta Khaidaresmi, kakak dan adik-adik penulis yang selalu dan senantiasa memberikan doa serta semangat dan dukungan baik secara moral maupun material. Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga mereka. 4. Teman-teman penulis satu bimbingan, Rizki Maulaya, Kurnia Ayu Putrianti, Abdul Hafis, dan Diza Puspa Arista, yang telah memberikan bantuan, dan dukungan selama penelitian. Mudahmudahan Allah membalas kebaikan mereka. 5. Teman-teman penulis, A Tri Setiawan M., Arif Rahmat, Gita Puja Sari, Panji Laksamana, yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam penelitian ini. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mereka. 6. Rekan-rekan Wisma Al-Furqon dan Wisma At-Tauhid yang tidak segan-segan untuk membantu dan berbagi ilmu. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mereka. 7. Bapak Ahmad, yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam penggunaan laboratorium. 8. Semua pihak lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu dan telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang ingin memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pelajaran bagi penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan bermanfaat. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi pertanian. Bogor, Januari 2013 Dian Firdauzi vi

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Gambaran Umum Udang... 3 B. Gambaran Umum Ikan... 4 C. Pemanenan... 5 D. Tingkat Kelulusan Hidup... 7 E. Penelitian Sebelumnya... 8 F. Aliran Fluida... 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Tahapan Penelitian IV. ANALISIS RANCANGAN A. Kriteria Rancangan B. Rancangan Fungsional C. Rancangan Struktural V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konstruksi Unit Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi kontinyu Tipe Vertikal Dengan Mekanisme Hisap Vakum B. Cara Kerja Mesin Pemanen Udang/Ikan Semi kontinyu Tipe Vertikal Dengan Mekanisme Hisap Vakum C. Debit, Jenis Aliran, Tekanan dan Headloss Yang Terjadi Disepanjang Pipa D. Waktu Dan Kecepatan Komoditas Pindah Dari Tangki Hisap Ke Tangki Pemanenan E. Perbandingan Jumlah Komoditas Yang Pindah Dari Tangki Hisap Ke Tangki Pemanenan F. Tingkat Kelulusan Hidup Komoditas vii

12 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perkembangan volume ekspor hasil perikanan menurut komoditi utama... 1 Tabel 2. Nilai koefisien gesekan untuk sambungan pipa Tabel 3. Uraian fungsi mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal Tabel 4. Waktu dan kecepatan turun udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan Tabel 5. Waktu dan kecepatan turun ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan ix

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Morfologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man)... 3 Gambar 2. Prayang atau bubu udang yang dibuat dari iratan bambu... 6 Gambar 3. Jaring penadah yang berbentuk kantung dipasang di depan pintu air Gambar 4. Jaring listrik yang dioperasikan oleh seorang operator... 7 Gambar 5. Skema mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang/ikan... 9 Gambar 6. Diagram moddy Gambar 7. Flow chart tahapan penelitian Gambar 8. Sketsa rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal Gambar 9. Sketsa pengujian waktu dan kecepatan udang/ikan turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan Gambar 10. Sketsa pengujian perbandingan jumlah udang/ikan di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) dengan udang/ikan yang masih tertinggal di tangki hisap Gambar 11. Bagian-bagian model rancangan mesin pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum Gambar 12. Tangki hisap Gambar 13. Jaring Gambar 14. Kran penghubung antara tangki hisap dengan tangki pemanenan Gambar 15. Tangki pemanenan vakum tampak depan dan tampak samping Gambar 16. Model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum tampak depan (a), dan tampak samping (b) Gambar 17. Tangki hisap vakum tampak depan (a) dan tampak atas (b) Gambar 18. Jaring tampak depan (a) dan tampak samping (b) Gambar 19. Kran penghubung tampak depan (a) dan tampak samping (b) Gambar 20. Tangki pemanenan vakum tampak depan (a) dan tampak samping (b) Gambar 21. Model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum Gambar 22. Skema rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal Gambar 23. Alur kerja mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum untuk komoditas udang Gambar 24. Alur kerja mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum untuk komoditas ikan mas Gambar 25. Udang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan Gambar 26. Ikan mas turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan x

15 Gambar 27. Persentase jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan Gambar 28. Kondisi udang di dalam tangki hisap (a) dan di dalam tangki pemanenan (b) Gambar 29. Persentase jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki Gambar 30. Kondisi ikan mas di dalam tangki hisap (a) dan di dalam tangki pemanenan (b) Gambar 31. Ukuran udang yang diujikan Gambar 32. Kondisi udang yang masih hidup setelah pemanenan Gambar 33. Kondisi udang yang cacat saat pemanenan Gambar 34. Ukuran ikan yang diujikan Gambar 35. Kondisi ikan mas yang masih hidup di tangki isap (a), dan tangki pemanenan (b) xi

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil pengujian tingkat kelulusan udang Lampiran 2. Tingkat kelulusan komoditas jenis ikan mas Lampiran 3. Debit air pada mesin pemanen udang/ikan tipe vertikal Lampiran 4. Kecepatan aliran yang terjadi pada saluran hisapan dan pada tangki hisap Lampiran 5. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik Lampiran 6. Tekanan yang terjadi pada saluran hisapan dan pada tangki hisap Lampiran 7. Kehilangan tekanan (head loss) disepanjang pipa pengeluaran Lampiran 8. Kapasitas unit pemanen udang/ikan Lampiran 9. Contoh perhitungan kapasitas pemanenan Lampiran 10. Perbandingan jumlah udang yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan Lampiran 11. Tingkat kelulusan hidup udang Lampiran 12. Perbandingan jumlah ikan mas yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan Lampiran 13. Tingkat kelulusan hidup ikan mas Lampiran 13. Gambar teknik rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal xii

17 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Luas laut Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total luas laut Indonesia adalah 3,544juta km 2 (Perikanan dan kelautan dalam angka, 2010). Dalam sektor perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi sumberdaya perikanan baik perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai US$ 15.1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Sektor perikanan Indonesia juga memiliki potensi sebagai pengekspor. Menurut data statistik volume ekspor, hasil perikanan terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Berikut ini disajikan data perkembangan volume ekspor hasil perikanan di Indonesia bulan januari hingga bulan maret Data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perkembangan volume ekspor hasil perikanan menurut komoditi utama, 2012 Tahun 2012 Rincian Januari Februari Maret Volume (Ton) 40,248 91,61 131,851 Udang 2,518 5,237 8,309 Tuna, Cakalang, Tongkol 13,423 24,494 34,253 Ikan Lainnya (termasuk darat) 17,051 45,487 63,131 Kepiting 2,072 4,113 6,559 Lainnya 5,185 12,278 19,598 Sumber : Hasil-Perikanan Produk yang dihasilkan dari sektor perikanan merupakan sumber protein hewani yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa produk yang mempunyai nilai protein tinggi adalah udang dan ikan. Udang dan ikan merupakan komoditas hasil perikanan yang memiliki posisi penting bagi perekonomian Indonesia dengan pemasaran di dalam maupun luar negeri. Permintaan konsumen akan udang dan ikan semakin meningkat, baik dari segi mutu maupun dari segi kualitasnya. Mutu tertinggi dari produk udang dan ikan berasal dari kesegaran produk dalam keadaan hidup. Kebutuhan akan kemudahan mendapatkan hasil budidaya dalam tambak semakin bertambah, termasuk dalam hal pemanenan hasilnya. Sejauh ini mekanisme pemanenan udang dan ikan khususnya masih menggunakan cara tradisional, meskipun ada yang sudah menggunakan cara modern. Cara yang paling modern untuk memanen udang dan ikan sudah menggunakan mesin pemanen, akan tetapi masih adanya kekurangan dalam mekanisme pemanen itu sendiri seperti masih bekerja untuk sekali pemanenan. Walaupun sebagian mesin pemanen sudah bekerja secara kontinyu, namun masih tetap membutuhkan tenaga pengoperasian yang tinggi kerena banyaknya komponen-komponen yang harus dioperasikan

18 dalam waktu bersamaan. Cara lain adalah dengan menggunakan jaring (trawl) yang bagian mulutnya dialiri listrik dan ditarik oleh 3-4 orang dengan mengelilingi tambak. Hal ini selain dapat mengakibatkan udang stress yang akhirnya berdampak pada kematian, juga beresiko bagi pemanen yang harus masuk ke dalam tambak (Suyanto dan Takarina, 2009). Dalam pemanenan hasil perikanan, alat pemanenan yang ada di Indonesia cukup beragam. Kendala yang dihadapi dalam pemanenan hasil perikanan ini adalah banyaknya membutuhkan sumber daya dan masih minimnya ilmu dan keterampilan dalam memanen. Salah satu cara untuk meminimalisir kendala tersebut adalah penggunaan mesin pemanen secara mekanis dalam pemanenan hasil tambak. Kendala lain yang dihadapi adalah hasil panen yang masih mengalami kecacatan dan tingkat mortalitas yang tinggi. Meskipun sudah mempergunakan mesin pemanen mekanis, namun kendala ini masih belum dapat secara sepenuhnya teratasi. Penelitian tentang hal ini sudah lama dilakukan, dimulai dari penelitian Hamdani (2005) yang kemudian dilanjutkan oleh Kharim (2006) yang keduanya meneliti pemanenan udang dengan melewatkan udang ke dalam aliran pompa. Hasilnya belum bisa dikatakan sempurna, karena masih banyaknya komoditas yang cacat saat dipanen. Kemudian dilanjutkan lagi oleh Gumilang (2011) yaitu perancangan mekanisme baru dengan sistem pengisap pada mesin pemanen udang/ikan. Pada perancangan ini sistem penghisap yang terjadi pada tabung hanya bisa digunakan untuk sekali pemanenan, kemudian dibuat dua tabung silinder agar mesin pemanen dapat bekerja secara kontinyu. Hasil tingkat kelulusan hidup komoditas hampir mendekati sempurna. Namun masih adanya kekurangan pada mesin pemanen tersebut yaitu tingkat kesulitan yang cukup besar dalam pengoperasian saat pemanenan. Kesulitan pengoperasiannya yaitu pada pemanenan pertama, sistem penghisap akan bekerja pada tangki yang pertama, setelah tangki pertama ini sudah penuh dengan komoditas maka pemanenan dilakukan pada tangki kedua. Setelah tangki kedua sudah penuh, pemanenan akan dilanjutkan lagi dengan tangki pertama. Dimana komoditas yang ada di tangki pertama sudah dipindahkan ke dalam bak penampung. Begitu seterusnya pemanenan dilakukan dengan mesin ini. Pada saat pemanenan banyak sekali komponen-komponen yang dioperasikan. Oleh karena itu, mesin ini cukup mempersulit untuk pemanenan udang/ikan. Dalam penelitian ini akan merancang mekanisme hisap vakum pada mesin pemanenan udang/ikan agar bekerja semi kontinyu dengan tingkat kemudahan yang cukup tinggi dalam pengoperasian mesin pemanen. Sistem penghisap dirancang satu tangki. Agar bekerja secara semi kontinyu, tangki hisap ini dihubungkan dengan tangki pemanenan yang dirancang vakum dengan posisi vertikal. Oleh karena itu, dengan solusi ini berharap mampu membuat modifikasi sistem yang akan dipergunakan dalam memanen hasil udang/ikan dengan tetap mempertahankan tingkat efisiensi dan efektivitas mesin pemanenan dan tingkat kelulusan hidup produk hasil panen udang/ikan yang tinggi. B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk merancang mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan agar bekerja secara semi kontinyu dengan tingkat kemudahan yang cukup tinggi dalam pengoperasiannya, sehingga menghasilkan sistem pemanenan baru yang lebih efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil pemanenan dengan tingkat kelulusan hidup yang tinggi.

19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBARAN UMUM UDANG Udang memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas, kaki bersambungan, tubuh terdiri dari kepala, thoraks dan abdomen. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Seluruh tubuh udang tertutup oleh kerangka luar yang disebut eskoskeleton, yang terbuat dari chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak lebih fleksibel. Secara nyata, tubuh udang dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kepala-dada (cephalothorax) yang tertutup oleh sebuah kelopak yang disebut karapas atau dinamakan dengan cangkang kepala atau kelopak kepala (Carapae). Karapas mempunyai tonjolan yang meruncing kearah depan yaitu cucuk kepala (rostrum). Kemudian, bagian belakang cephalothorax ada badan (abdomen) dan ekor. Dan bagian dada, disetiap ruas terdapat sepasang anggota badan yang disebut pereopoda (Suyanto dan Takarina, 2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dengan morfologi udang galah berikut ini. Keterangan: 1. Rostrum; 2. Kepala+dada (cephalothorax); 3. Badan (abdomen); 4. Ekor (uropoda); 5. Mata; 6-7. Antena, antenula; 8. Capit (ukuran besar/panjang pada jantan); 9. Kaki jalan (pleopoda); 10. Kaki renang (peripoda), Sumber : Gambar 1. Morfologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man). Menurut Suyanto dan Takarina (2009), beberapa jenis udang laut yang hidup di tambak kebanyakan dari famili Penaeidae, yakni udang windu (Penaeus monodon), udang putih (P. Merguiensis dan P. indicus), dan udang api-api dari marga Metapenaeus yang spesiesnya ada beberapa macam maka disebut dengan Metapenaeus spp. Disamping itu terdapat juga jenis udang-udang dari keluarga lain, tetapi umumnya kurang populer dan memiliki harga pasaran yang lebih rendah. Sebagian kecil terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Secara keseluruhan, udang mempunyai sifat nokturnal, artinya udang aktif bergerak dan mencari makan pada suasana yang gelap atau redup. Bila sinar terlalu cerah, udang akan diam

20 berlindung di dasar perairan. Udang lebih suka tinggal di dasar perairan (bentik), menempel pada sesuatu benda di dalam air (Suyanto dan Takarina, 2009). Udang pada umumnya terangsang oleh gerakan air. Apabila ada air masuk, mereka akan aktif bergerak, berenang mengelilingi tambak, dan kemudian mengerombol di dekat pintu air. Mereka akan lebih aktif lagi bergerak pada waktu pasang purnama dan pasang purbani. Puncak gerakan terjadi beberapa saat setelah matahari dan beberapa saat sebelum matahari terbit. Udang besar cenderung untuk lari ke laut, sehingga mereka akan lolos bila air keluar (Manurung, 2006). Dalam kondisi air yang diam, udang cenderung berada di dasar permukaan. Sistem pancaindera udang memberi petunjuk bagi pergerakannya (Hasler, 1996, vide Cobb and Phillips, 1980, diacu dalam Anwar 2001). Walaupun penglihatan secara langsung tidak penting untuk pergerakan udang, akan tetapi sebagai tambahan untuk pergerakanya pada jarak yang pendek (Herrnkind and Mclean, 1971 vide Cobb and Phillips, 1980, diacu dalam Anwar 2001). B. GAMBARAN UMUM IKAN Ikan merupakan salah satu mahluk hidup bertulang belakang (vertebrata) yang termasuk ke dalam kelompok poikililotermik (berdarah dingin), hidup di dalam air dan pergerakan serta keseimbangan tubuh di dalam air diatur oleh sirip. Sebagian besar ikan bernafas dengan menggunakan insang. Namun beberapa spesies ikan, alat pernapasannya dibantu oleh organ pernafasan lain seperti labirin. Ikan dapat dibagi menjadi ke dalam beberapa golongan berdasarkan lokasi budidayanya, yaitu ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthfes), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat menunjang untuk penangkapannya. Tingkah laku yang menunjang tersebut antara lain adalah tingkah laku berkelompok, kebiasaan renang, kebiasaan makan, pola penyelamatan diri, serta berbagai pola tingkah laku lainnya yang memungkinkan ikan dapat tertangkap ataupun meloloskan diri dari alat tangkap. Dalam setiap aktivitas hidupnya, ikan tidak terlepas dari kemampuan gerak. Kemampuan ikan melakukan gerak menyebabkan ikan dapat berenang untuk bermigrasi baik untuk mencari makan, memijah ataupun untuk menghindari predator. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan renang yang berbeda-beda, tergantung dari bentuk tubuh dan pola renangnya. Pola tingkah laku renang ikan adalah gambaran gerakan ikan ketika berenang yang dipengaruhi oleh sirip dan bentuk tubuh ikan. Kecepatan dan ketahanan renang ikan merupakan faktor mendasar yang perlu diketahui baik untuk meningkatkan efisiensi ataupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang selektif terhadap spesies dan ukurannya. Pada penelitian sebelumnya (Gumilang, 2011) penentuan posisi optimum untuk sistem penghisap baru bukan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dicari seperti bilangan Reynold yang relatif nilai turbulensinya kecil, kecepatannya optimum dan sebagainya Melainkan juga dipengaruhi oleh tingkah laku komoditas itu sendiri. Pada pengujian debit, bukan hanya fluida saja namun ditambahkan juga dengan mempergunakan komoditas, dalam hal ini ikan, tingkah laku komoditas cenderung berkumpul dibagian bawah fish trap (perangkap ikan).

21 C. PEMANENAN Alat pemanenan udang dan ikan hampir sama. Alat yang digunakan untuk memanen udang juga dapat digunakan untuk memanen ikan. Untuk pemanenan udang, seperti udang windu dilakukan setelah pemeliharaan selama 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya menggunakan waring sebagai alat untuk memanen. Sebelumnya waring dipasang di dekat pintu tambak, pemasangan waring sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari udang windu aktif bergerak mengelilingi tambak untuk mencari makan. Panen dilakukan dengan mengeringkan tambak dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa, kemudian waring ditaruh di dekat pintu tambak, pada saat air terbuang maka, udang akan ikut masuk ke dalam waring. Apabila pada saat dilakukan panen masih ada udang windu di tambak maka, udang windu tersebut diambil dengan menggunakan tangan. Survival Ratenya adalah 49.95% (Agustina (2006), diacu dalam Manurung (2006)). Secara umum, pemanenan udang dapat dilakukan dengan pemanenan sebagian dan pemanenan total. Pemanenan sebagian biasanya hanya dilakukan pada pemeliharaan ekstensif atau tradisional, atau penangkapan secara selektif. Pada penangkapan selektif, hanya udang yang sudah besar siap untuk dipanen. Udang yang masih standar ukurannya dikembalikan lagi ke dalam tambak agar dapat tumbuh lebih besar. Alat yang biasa atau yang paling umum dipergunakan untuk pemanenan sebagian adalah prayang atau bubu. Bentuk alat yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 2. Menurut Adisukresno (1978), diacu dalam Karim (2006), pemanenan sebagian mempunyai beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Membutuhkan banyak tenaga kerja musiman untuk menarik jaring. 2. Jika di kolam ini terdapat ikan liar seperti lele, gabu, mujahir, dan sebagainya, maka mereka tidak bisa dibersihkan dari kolam. 3. Penguraian bahan organik di dasar kolam berlangsung terus hingga suatu saat dapat membahayakan kehidupan udang. Pemanenan total adalah pemanenan terhadap semua udang di dalam tambak, banyak dilakukan di tambak semi-intensif atau intensif yang umumnya ukuran udang lebih seragam. Sebelum pemanenan, biasanya air tambak harus disurutkan sampai ke dalaman tertentu, yaitu cm. Penyusutan dapat dilakukan dengan pompa air yang pada bagian ujung penghisapnya diberi kasa untuk mencegah udang ikut terhisap bersama air atau dengan memanfaatkan pasang surut air laut. Jika kolam memiliki pengeluaran air dengan sistem monik atau pintu air untuk mengeringkan kolam maka udang dapat dipanen dengan memasang jaring penadah pada bukaan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir perlahan-lahan agar udang tidak banyak yang tertinggal atau bersembunyi di dalam lumpur. Udang akan keluar bersama dengan air dan tertadah didalam jaring yang terpasang itu. Bentuk alat yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Alat pemanen udang yang lebih modern adalah jaring (trawl) listrik. Jaring itu berbentuk dua buah kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulut kantung yang posisinya di bawah, dipasang pemberat agar tenggelam lumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar dapat mengambang dipermukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang dapat dialiri listrik dari sebuah aki berkekuatan 3-12 Volt. Aki ditaruh di atas rakit kecil atau waskom plastik yang ringan agar saat digunakan dapat mengapung dan tidak terkena air. Jaring dipegangi 3-4 orang yang berjalan di dalam petakan

22 tambak (Suyanto dan Takarina, 2009). Jaring (trawl) listrik dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini. Menurut Adisukresno (1978), diacu dalam Karim (2006), pemanenan secara total mempunyai beberapa kerugian diantaranya : 1. Udang-udang yang masih berukuran kecil akan ikut terpanen. Udang tersebut harganya lebih murah padahal kalau belum dipanen mereka mempunyai kesempatan untuk tumbuh mencapai ukuran konsumsi yang harganya lebih tinggi. 2. Air yang sudah kaya dengan berbagai jenis mineral dan organisme yang merupakan makanan alami udang terpaksa harus dibuang. Padahal untuk membuat air menjadi kaya akan mineral dan organisme dibutuhkan waktu berbulan-bulan. A B A = lubang atau celah tempat udang masuk dan terjebak; B = lubang yang diberi tutup dari kayu untuk mengeluarkan udang yang telah terperangkap (Suyanto dan Takarina, 2009) Gambar 2. Prayang atau bubu udang yang dibuat dari iratan bambu (Suyanto dan Takarina, 2009)

23 Gambar 3. Jaring penadah yang berbentuk kantung dipasang di depan pintu air (Suyanto dan Takarina, 2009) Gambar 4. Jaring listrik yang dioperasikan oleh seorang operator (Suyanto dan Takarina, 2009) D. TINGKAT KELULUSAN HIDUP Tingkat kelulusan hidup udang/ikan dalam suatu pemanenan merupakan suatu parameter alat atau mesin yang digunakan efisien atau tidak untuk diterapkan. Subani dan Barus (1988), diacu dalam Soraya (2006) menyatakan bahwa dalam pemilihan alat tangkap atau alat pemanen ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu alat tersebut dapat digunakan secara efektif, efisien terhadap sasaran yang akan ditangkap agar memperoleh hasil semaksimal mungkin.

24 E. PENELITIAN SEBELUMNYA 1. Mesin pemanen udang, Hamdani Pada penelitian ini dirancang mesin pemanen udang dengan berbagai komponen. Komponen yang digunakan dalam merancang berupa : 1) casing input yang berbentuk penampang potongan kerucut dengan lobang input 6 inchi dan panjang 200 mm ; 2) casing output yang dibuat agar berbentuk mekanisme sentrifugal dengan lubang keluaran sebesar 4 inchi ; 3) penutup casing output yang berfungsi juga sebagai dudukan poros yang terbuat dari besi poros 3 inchi ; 4) pemegang poros dan flens yang digunakan untuk menstabilkan putaran poros ; 5) poros dengan diameter 1 inchi dan panjang 300 mm yang berfungsi sebagai tempat terpasangnya sudu pompa ; 5) sudu pompa dengan bentuk ulir yang mengkerucut yang terbuat dari plat 2 mm dan ; 7) rangka pompa yang tebuat dari besi siku. Sebagai tenaga penggerak digunakan motor listrik dengan daya 3 HP, 1 phase dengan putaran 1400 rpm. Dimensi (p x l x t) dari pompa pemanen udang dari hasil pembuatan adalah 1000x450x650 mm dan berat pompa 74 kg. Mekanisme dari alat ini adalah dengan cara menghisap udang secara langsung yang menyebabkan komoditas bergesekan langsung dengan impeler pompa yang mengakibatkan kecacatan pada komoditas hasil panen. Pengujian pemanenan udang dilakukan sebanyak 4 kali ulangan dengan jumlah sempel masing-masing ulangan adalah 30 ekor udang. Tingkat kelulusan berdasarkan jumlah udang yang hidup dan tidak cacat adalah sebesar 75%, dalam keadaan mati sebesar 3.3%, cacat sebesar 19.2%, dan tidak terhisap sebesar 2.5% dengan waktu perjalanan (travel time) rata-rata yang dibutuhkan 1 ekor udang dari kolam sampai lubang keluaran adalah 7.23 detik. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Lampiran Sistem penghisap pada mesin pemanen udang/ikan, Gumilang Peneliti telah merancang mekanisme sistem pengisap pada mesin pemanen udang/ikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kelulusan komoditas dalam kondisi hidup sangat besar bahkan hampir mendekati sempurna yaitu sebesar 98.9%, komoditas dengan kondisi mati sebesar 0.4%, dan komoditas dengan kondisi cacat sebesar 0.7%. Hasil pengujian tingkat kelulusan komoditas ini hampir mendekati sempurna yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Skema dari mekanisme kerja sistem peghisap ini disajikan pada Gambar 5 berikut ini :

25 c d 5 b e a Keterangan : a : kolam penampungan komoditas dan air (diasumsikan seperti tambak). b : tabung vakum. c : jaring perangkap. d : pompa. e : penampungan air. Gambar 5. Skema mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang/ikan (Gumilang, 2011) Mekanisme kerja dari sistem penghisap ini adalah air dan komoditas yang akan di panen dihisap menggunakan tenaga yang berasal dari arus listrik yang memutar pompa. Air dan komoditas tersebut berada dalam kolam penampungan (1) dan akan terhisap ke dalam saluran penghisap (2) selanjutnya akan masuk ke dalam fish trap yang terdiri dari tabung vakum yang telah dilengkapi dengan jaring yang berfungsi untuk memerangkap komoditas supaya tidak terhisap dan masuk ke dalam pompa (3). Komoditas yang berada di dalam fish trap akan terus bertambah dengan bertambahnya waktu. Sedangkan air terus mengalir ke dalam pompa (4) dan dibuang ke penampungan yang lain (5) sedangkan fish trap kembali diisi oleh air dan komoditas. Setelah fish trap terisi penuh oleh komoditas yang dipanen maka katup manual diputar untuk menukarkan mekanisme pemanenan ke fish trap yang satunya lagi dan mekanisme berjalan seperti pada fish trap yang pertama. Komoditas yang terjebak pada fish trap dikeluarkan untuk dipindahkan ke wadah penampungan hasil pemanenan. Mekanisme ini berjalan terus menerus secara kontinyu hingga komoditas panen semuanya terambil. F. ALIRAN FLUIDA Aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida inkompresibel, fluida dalam keadaan steady dan seragam. Incompressible fluid adalah fluida yang tingkat kerapatannya tidak berubah atau perubahannya kecil sekali dan dianggap tidak ada (ρ konstan). (1) dimana: Q = laju aliran (m3/s) A = luas penampang aliran ( m2) v = kecepatan aliran ( m/s )

26 Untuk aliran steady dalam pipa dengan diameter pipa konstan pada waktu yang sama berlaku (2) Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperiman yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran 3 jenis. Jika air mengalir melalui sebuah pipa berdiameter d dengan kecepatan rata-rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarkan eksperimen tersebut maka didapatkan bilangan Reynold dimana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter. Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan persamaan: (3) dimana: Re = Reynold number ρ = massa jenis fluida (kg/m3) d = diameter dalam pipa (m) v = kecepatan aliran fluida (m/s) μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s) Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas kinematik ( ) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan: sehingga (4) dimana : = viskositas kinematik (m 2 /s) Ada dua kerugian head yang terjadi disepanjang saluran perpipaan, yaitu : a) Kerugian head mayor Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus berikut, yaitu: 1. Persamaan Darcy Weisbach untuk head loss disepanjang pipa lateral, yaitu: (5) dimana: h f = Head loss akibat gesekan pipa (m) f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)

27 D = diameter pipa (mm) L = panjang pipa (m) Q = Debit (liter/jam) Pada pipa lateral tidak mungkin didapatkan tekanan yang sama, karena ukuran pipa yang dipakai sehingga tekanan total bervariasi karena adanya gesekan dan kemiringan. Untuk pipa-pipa licin, koefisien gesekan (f) ditentukan berdasarkan persamaan Blasius (Howel et.al, 1980 dalam Mecram 2008) sebagai berikut : a. Untuk aliran turbulen : Untuk Re = 4000 < Re < b. Untuk aliran transisi Untuk Re = 2000 < Re < 4000 c. Untuk aliran laminer Untuk Re 2000 Dengan Re adalah bilangan Reynold. Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy Weisbach. Diagram moody dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini. (6) (7) (8) Gambar 6. Diagram moody (

28 2. Persamaan Hazen Williams Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum. Bentuk umum persamaan Hazen Williams, yaitu: (9) dimana: hf = kerugian gesekan dalam pipa (m) Q = laju aliran dalam pipa (m3/s) L = panjang pipa (m) C = koefisien kekasaran pipa Hazen Williams d = diameter pipa (m) b) Kerugian Head Minor Kerugian yang kecil akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada komponenkomponen tambahan seperti katup, sambungan, belokan, reduser, dan lain-lain disebut dengan kerugian head minor (minor losses). Kehilangan tekanan yang terjadi pada sambungan dan klep dihitung dengan persamaan (Keller dan Bliesner, 1980 dalam Mecram 2008) ( ) (10) dimana: hf = Kehilangan tekanan yang disebabkan oleh sambungan pada pipa (m) g = percepatan gravitasi (9.81 m 2 /s) v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s) k = koefisien gesekan untuk sambungan Nilai dari koefisien gesekan (Kr) untuk macam-macam jenis sambungan pada pipa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Nilai koefisien gesekan untuk sambungan pipa Sambungan Kr Stop kran (Globe Valve Open) 7.8 Elbows Standart 0.9 Sambungan / socket 0.04 R Sock (Sudden Contractionas) 1"-3/4" /4"-1/2" Tee fitting, flow 90 degrees 1 Sumber : McNally Institute, 2003 dalam Mechram 2008

29 III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Oktober Pembuatan model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin dan Otomatisasi, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. B. ALAT DAN BAHAN Alat yang akan digunakan untuk membuat model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini adalah sebagai berikut : a) Peralatan perbengkelan pada umumnya yang terdiri dari gergaji besi, gergaji kayu, palu, pisau, penggaris, tools box, dan lain-lain. b) Ember c) Gelas Ukur d) Stopwatch untuk pengambilan data waktu, e) Camera digital, f) Seperangkat software AUTO CAD. Bahan yang akan digunakan untuk membuat model mesin pemanennya adalah: a) Pompa air, digunakan untuk menghisap udang/ikan dari tambak. b) Selang berserat yang berdiameter 1 inchi, digunakan sebagai saluran air untuk menghisap udang/ikan, dan sebagai saluran pembuangan air hasil hisapan. c) Ring selang 1 inchi, digunakan untuk mengencangkan sambungan selang dengan pipa. d) Pipa PVC dan sambungan pipa yang berdiameter ¾, 2, dan 4 inchi. e) Lem pipa, f) Tabung Plastik yang berdiameter 35 dan 25 cm, digunakan untuk membuat tangki hisap dan tangki pemanenan, g) Plat besi, yang digunakan untuk pembuatan corong bawah tangki, h) Karet seal, i) Jaring, j) Kran, k) Kayu sebagai kerangka, l) Udang dan ikan. C. TAHAPAN PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan rancangan secara umum, yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan rancangan struktural. Dari hasil rancangan ini akan dilakukan pembuatan model, dan uji fungsional. Rancangan fungsional yaitu rancangan yang menyangkut segi fungsi dan kegunaan dari setiap elemen penyusun model tersebut terhadap komoditi yang akan diproses. Pembuatan model dibuat

30 untuk menguji keberhasilan sistem pemanenan. Diagram alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Mulai Identifikasi Permasalahan Desain dan Analisis Rancangan Pembuatan Model N Uji Fungsional Y Mekanisme pemanenan udang/ikan semi kontinyu Selesai Gambar 7. Flow chart tahapan penelitian 1. Identifikasi Permasalahan Perkembangan budidaya udang dan ikan yang cukup pesat harus diiringi dengan penggunaan teknologi yang dapat mendukung proses pengolahan komoditi tersebut. Sejauh ini, teknologi dalam proses pemanenan udang dan ikan sudah mendapatkan perhatian khusus yaitu dengan memanfaatkan mesin pemanen. Akan tetapi, masih sedikit mesin pemanen yang bekerja secara kontinyu atau semi kontinyu. Walaupun sebagian mesin pemanen sudah bekerja secara kontinyu, namun tingkat kemudahan dalam pengoperasian masih rendah saat pemanenan dilakukan. Hal ini menyebabkan pemakaian mesin pemanen udang/ikan belum efisien dan efektif. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pemanenan, cara yang dilakukan adalah dengan memodifikasi mekanisme sistem pemanenan udang/ikan agar bekerja semi kontinyu dengan memanfaatkan sifat dan perilaku gerak udang/ikan. Perancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini memanfaatkan sifat dan perilaku gerak udang/ikan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dan beberapa literatur tentang udang/ikan, menunjukkan

31 tingkah laku sebagian komoditas udang/ikan lebih cenderung bergerak atau lebih aktif di bawah permukaan. Mekanisme pemanen dimodifikasi dengan cara membuat dua tangki yang dipasang secara vertikal. Tangki pertama digunakan untuk sistem penghisap dan tangki kedua digunakan untuk memanen udang/ikan. Rancangan dibuat vertikal agar pemanenan udang/ikan dapat berjalan dengan lancar, dimana udang/ikan diharapkan turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan. Untuk memudahkan komoditas dalam hal ini, derajat kemiringan landasan permukaan pada kedua tangki juga harus diperhatikan, khususnya untuk komoditas udang. Hal ini bertujuan agar udang dapat berjalan di bawah permukaan menuju tangki pemanenan. 2. Desain dan Analisis Rancangan Desain model dilakukan dengan menggunakan bantuan Computer Aided Design (CAD). Analisis rancangan terdiri dari rancangan fungsional dan rancangan struktural. Secara fungsional perancangan mekanisme hisap vakum untuk pemanenan pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini menggunakan elemen-elemen yang mempunyai fungsi masing-masing. Elemen-elemen yang bekerja antara lain: a. Pompa air, berfungsi untuk memindahkan fluida inkompresibel dari kolam penampung. Daya yang dimiliki oleh pompa merupakan pendorong yang efektif bagi fluida air. b. Selang berserat, berfungsi sebagai konektor antara sistem penghisap dengan komoditas yang akan dipanen. c. Pipa PVC dan sambungan pipa, berfungsi sebagai tempat aliran fluida air, dan penyambung dengan komponen lain. d. Tangki hisap, dan tangki pemanenan, berfungsi sebagai tempat terjadinya mekanisme sistem penghisap, dan tempat pemanenan komoditas yang dalam kondisi vakum. e. Jaring, berfungsi sebagai penahan komoditas yang dipanen sehingga tidak terhisap oleh pompa. f. Karet seal, berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi kebocoran antara dua bagian sambungan agar kondisi tetap vakum. g. Kran, berfungsi untuk mengisi tangki hisap dan tangki pemanenan, menutup dan membuka saluran masuknya komoditas ke dalam tangki pemanenan, dan saluran untuk mengeluarkan komoditas. Secara struktural perancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini memiliki rancangan yang terdiri dari komponen utama yaitu tangki hisap, tangki pemanenan, saluran penghubung kedua tangki dan saluran pemanenan yang masing-masing memiliki katup. Mesin ini dirancang vakum dengan media air hampa udara. Dalam analisis struktural menentukan bentuk dan ukuran komponenkomponen yang sesuai dengan fungsi dan kapasitas yang diinginkan. Adapun sketsa rancangan pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.

32 2 d 3 e 1 b c 4 a g 5 f h i Keterangan : : aliran air pada sistem : aliran ikan saat dipanen Dimana: a: kolam penampungan komoditas dan air (diasumsikan seperti tambak). b: pipa penyaluran udang/ikan. c: tangki hisap. d: jaring perangkap. e: pompa. f: kolam penampungan air (air dari tambak dikembalikan lagi ke tambak). g: kran penghubung tangki hisap dengan tangki pemanenan. h: tangki pemanenan udang/ikan. i : bak penampung udang/ikan. Gambar 8. Sketsa rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal Mekanisme kerja dari mesin pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum tersebut adalah komoditas yang ada di tambak (a) dihisap oleh tangki hisap dengan kemampuan hisap pompa. Komoditas yang terhisap akan masuk dan terperangkap di dalam tangki hisap (c). Dengan memanfaatkan sifat dan tingkah laku komoditas yang cenderung bergerak kebawah, maka komoditas yang ada di dalam tangki hisap akan turun ke dalam tangki pemanenan (h) melalui saluran penghubung antara tangki hisap dengan tangki pemanenan yang berupa kran (g). Air yang terhisap akan dikembalikan lagi ke dalam tambak (f) melalui pompa (e).

33 3. Pembuatan Model Setelah semua analisis rancangan diselesaikan maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan model mesin pemanen udang/ikan agar mekanisme hisap vakum untuk pemanenan tersebut dapat bekerja secara semi kontinyu. Mekanisme pengambilan udang/ikan tetap menggunakan rancangan yang dirancang oleh Gumilang, (2011). Perancangan model pemanenan pada mesin pemanen udang/ikan ini dirancang agar hasil panen mudah dipindahkan dan mengalami kerusakan seminimal mungkin. Bagianbagiannya adalah: a. Pompa air sentrifugasi dengan Q maksimum 30 liter/menit. Hal ini didasarkan pada ukuran pompa standart yang beredar di pasaran. b. Selang berserat dengan diameter 1 inch dan pipa PVC dengan diameter ¾ inch. Pemilihan ini berdasarkan pada ukuran komoditas yang akan diujikan pada permodelan yaitu dengan diameter berkisar ½ inchi hingga ¾ inch. Untuk pipa sambungan menggunakan ukuran diameter 2 inch dan 4 inch. c. Tangki hisap dan tangki pemanenan, dengan masing-masing diameter 35 cm dan 25 cm. Pemilihan jenis dan ukuran disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan mempergunakan ukuran standart yang cukup besar yang beredar di pasaran. d. Jaring kawat, dengan mesh berukuran 0.25cm. pemilihan jaring kawat dengan ukuran yang rapat disesuaikan dengan ukuran komoditas yang diujikan supaya dengan ukuran tersebut komoditas tidak dapat meloloskan diri. e. Kran untuk mengisi tangki, kran untuk saluran penghubung tangki hisap dengan tangki pemanenan dan kran untuk mengeluarkan komoditas. Ukuran kran masingmasing terdiri dari ¾, 2, dan 4 inchi. 4. Uji Fungsional Metode pengujian yang dipergunakan adalah metode uji fungsional dari masingmasing elemen model yang telah digabungkan. Elemen model tersebut akan diuji apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Apabila tidak berfungsi dengan baik maka akan dilakukan analisis rancangan kembali. Pengujian fungsional mekanisme pemisah ini dilakukan dengan beberapa perlakuan, yaitu : a. Udang dengan perbandingan 1 : 4 liter dengan air. b. Ikan yang diujikan yaitu ikan mas. Masing-masing berbanding 1 : 4 liter dengan air. Pengukuran dan pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin pemanen udang/ikan yang telah dibuat. Pengukuran dan pengujian yang dilakukan adalah : a. Debit Air Pengukuran debit air dilakukan dengan menjalankan pompa pada tambak untuk mengangkut air. Air ditampung pada wadah yang sudah diketahui volumenya. Ketika menampung air, diukur waktu untuk mengisi wadah sampai penuh. Debit air diketahui dengan membagi volume dengan waktu yang dibutuhkan. (11) Dimana : Q = Debit air (m 3 /detik) V = Volume air (m 3 ) t = Waktu yang dibutuhkan (detik)

34 Untuk mendapatkan nilai debit air yang akurat, dilakukan beberapa kali pengulangan. Nilai debit didapat dari rata-rata debit air hasil pengukuran. Debit air dilakukan untuk mendapatkan hasil hisapan yang sesuai dengan kemampuan hisap pompa yang tertera pada pompa tersebut. Hal ini dilakukan agar hisapan dapat berjalan dengan baik saat memanen dan digunakan juga untuk membandingkan dengan kecepatan renang komoditas yang diujikan. b. Waktu dan Kecepatan Udang/Ikan Turun Dari Tangki Hisap Ke Tangki Pemanenan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keseragaman udang/ikan pada saat turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan. Kemudian juga untuk mengetahui lama pemanenan udang/ikan atau lama turunnya komoditas tangki hisap ke tangki pemanenan. Waktu dan kecepatan udang/ikan yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan ini dilakukan dengan cara menghisap udang/ikan dengan satu sempel ekor komoditas. Kemudian mengukur waktu perjalanan komoditas yang turun dari lubang masuknya komoditas sampai melewati kran hingga masuk ke dalam tangki pemanenan dan menghitung kecepatan yang dihasilkan dengan jarak dari tempat masuknya komoditas yaitu tangki hisap sampai ke tangki pemanenan. Pengambilan data ini dilakukan 15 kali ulangan. Adapun sketsa pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 9. Sempel seekor komoditas dari tambak Waktu dan kecepatan komoditas turun Gambar 9. Sketsa pengujian waktu dan kecepatan udang/ikan turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan c. Perbandingan Jumlah Udang/Ikan Di Tangki Pemanenan (Yang Turun /Dipanen) Dengan Udang/Ikan Yang Masih Tertinggal Di Tangki Hisap Metode ini dilakukan dengan cara yaitu, udang/ikan di dalam tambak dipanen dengan cara dihisap oleh pompa. Udang/ikan akan masuk ke dalam tangki hisap. Dalam hal ini mesin pemanen dirancang dengan tipe vertikal, jadi udang/ikan masuk ke dalam tangki pemanenan dengan memanfaatkan karakteristik/tingkah laku komoditas yang cenderung berada di bawah. Udang/ikan turun ke bawah dari tangki hisap ke tangki pemanenan. Udang/ikan yang ada di dalam tangki hisap dan tangki pemanenan masing-masing dihitung jumlahnya. Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan jumlah udang/ikan di tangki hisap dan tangki pemanenan. Hasil ini digunakan untuk mengetahui kinerja dari rancangan mesin pemanen udang/ikan tipe vertikal ini yang telah dibuat untuk memanen udang/ikan secara semi kontinyu.

35 Jumlah komoditas yang dimasukkan sebanyak 250 ekor dengan pengambilan data 10 kali ulangan. Adapun sketsa pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 10. Jumlah komoditas di tangki hisap Sempel 250 ekor komoditas dari tambak di hisap semua Jumlah komoditas di tangki pemanenan Gambar 10. Sketsa pengujian perbandingan jumlah udang/ikan di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) dengan udang/ikan yang masih tertinggal di tangki hisap d. Tingkat Kelulusan Hidup Udang/Ikan Pengujian rancangan juga dilakukan untuk memperoleh tingkat kelulusan komoditas dalam kondisi hidup. Tingkat kelulusan hidup komoditas ditentukan dengan cara menjalankan model rancangan mesin pemanen secara langsung. Komoditas yang terhisap dalam tangki hisap dan tangki pemanenan dilihat dan dihitung jumlahnya. Komoditas yang didata yaitu dalam kondisi hidup dan dalam keadaan baik. Komoditas yang hidup diprosentasekan jumlahnya. Prosentase komoditas dihitung dengan persamaan : Dimana : M : Tingkat kelulusan hidup komoditas (%) N t : Jumlah komoditas hidup setelah dipanen N o : Jumlah komoditas yang dipanen (12) Komoditas yang mengalami kecacatan saat pemanenan dan komoditas yang mati juga didata untuk menunjukkan hasil seluruh kinerja mesin pemanen. Jumlah komoditas yang dimasukkan sebanyak 250 ekor dengan pengambilan data 10 kali ulangan.

36 IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum yang dirancang merupakan inovasi dari sistem pemanen yang telah ada. Konstruksi pemanenan pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini merupakan inovasi dari rangkaian mesin pemanen yang telah dirancang oleh Gumilang (2011). Bagian utama dari konstruksi mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini adalah kran pemasukan air ke dalam tangki, tangki hisap vakum dengan selang hisap, tangki pemanenan vakum, kran pemisah tangki hisap dan tangki pemanenan. Pompa yang digunakan untuk memanen udang/ikan yang ada di tambak dengan cara dihisap. Mesin pemanen ini dirancang untuk bekerja secara semi kontinyu. Untuk memanen udang/ikan agar tingkat kelulusannya tinggi, maka udang/ikan yang terhisap akan melalui saluran selang berserat yang langsung masuk ke tangki hisap, dan dari tangki hisap udang/ikan akan turun untuk dipanen sesuai dengan tingkah lakunya yang cenderung berada di bawah yaitu ke tangki pemanenan yang berada di bawah tangki hisap. B. RANCANGAN FUNGSIONAL Mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertical dengan mekanisme hisap vakum ini merupakan perkembangan dari penelitian sebelumnya gumilang (2011), yang menggunakan sistem penghisap pada mesin pemanen udang dengan tingkat kelulusan komoditas panen yang hampir mendekati sempurna yaitu hampir mencapai 100%. Agar mesin pemanen ini dapat berfungsi sesuai dengan rancangan fungsionalnya maka diperlukan penjabaran fungsi-fungsi dari rancangan struktural yang direncanakan. Untuk lebih memudahkan dalam penjabaran fungsionalnya, maka model rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini.

37 Keterangan : 1 : Kran pemasukan air pada tangki hisap 2 : Kran pembuangan udara pada tangki hisap 3 : Tangki hisap vakum 4 : Jaring 5 : Kran pemisah udang/ikan 6 : Saluran pemasukan air pada tangki pemanenan 7 : Saluran pembuangan udara pada tangki pemanenan 8 : Tangki pemanenan vakum 9 : Kran pengeluaran udang/ikan 10 : Selang penghisap 11 : Saluran pengeluaran air 12 : Rangka 13 : Pompa Gambar 11. Bagian-bagian model rancangan mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum

38 Uraian fungsi dari model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Uraian fungsi mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum. No Nama Komponen Fungsi 1 Kran pemasukan air pada tangki hisap 2 Kran pembuangan udara pada tangki hisap Sebagai saluran untuk mengisi tangki hisap dengan air. Sebagai saluran pembuangan udara agar tabung menjadi vakum saat pengisian air. 3 Tangki hisap vakum Sebagai tempat terjadinya kondisi vakum dan berlangsungnya mekanisme sistem penghisap udang/ikan. 4 Jaring Sebagai penghalang untuk komoditas yang dipanen agar tidak terhisap pompa. 5 Kran pemisah udang/ikan Sebagai saluran turunnya udang/ikan dari tangki hisap ke tangki pemanenan untuk dipanen. 6 Saluran pemasukan air pada tangki pemanenan 7 Saluran pembuangan udara pada tangki pemanenan Sebagai saluran untuk mengisi kembali tangki pemanenan dengan air setelah pemanenan selesai (air dan komoditas dikeluarkan). Sebagai saluran pembuangan udara agar tangki pemanenan menjadi vakum. 8 Tangki pemanenan vakum Sebagai tempat terjadinya kondisi vakum dan berlangsungnya mekanisme sistem pemanenan udang/ikan yang turun dari tangki hisap menuju tangki pemanenan. 9 Kran pengeluaran udang/ikan Sebagai tempat keluarnya udang/ikan pada saat dipanen. 10 Selang penghisap Sebagai saluran tempat masuknya komoditas saat dihisap dari tambak. 11 Saluran pengeluaran air Sebagai saluran pembuangan air yang telah terpisah dari komoditas panen yang berasal dari tabung vakum yang dihisap oleh pompa. 12 Rangka Sebagai penyanggah mesin pemanen udang/ikan secara kontinyu dengan tipe vertikal agar berdiri dengan kuat. 13 Pompa Sebagai daya hisap untuk menghisap udang/ikan yang akan dipanen.

39 C. RANCANGAN STRUKTURAL Bagian utama yang dibuat modelnya adalah tangki hisap vakum, tangki pemanenan vakum. Tangki hisap dan tangki pemanenan vakum ini dihubungkan oleh kran, dimana komponen dipasang dalam posisi vertikal. 1. Tangki Hisap Vakum Tangki hisap ini dibuat sebagai tempat terjadinya mekanisme sistem penghisap. Komoditas yang dipanen dari tambak terperangkap di dalam tangki ini dengan cara dihisap oleh pompa. Tangki ini dibuat vakum agar dapat lebih kuat untuk menghisap komoditas yang ada di tambak. Tangki ini dilengkapi dengan saluran penghisap ke pompa, dimana lubang saluran yang ada di dalam tangki dibuat jaring untuk menghindari masuknya komoditas ke dalam pompa. Tangki hisap ini terbuat dari tabung plastik dengan ukuran diameter 35 cm dengan tinggi 41 cm. Ukuran tangki yang digunakan merupakan ukuran yang digunakan oleh peneliti sebelumnya, agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Udang/ikan yang masuk ke dalam tangki hisap melalui tambak akan turun ke dalam tangki pemanenan. Dasar tangki hisap dibuat miring agar udang dapat turun dan meluncur dengan lancar menuju tangki pemanenan. Kemiringan dasar tangki hisap ditentukan dari hasil simulasi yang dilakukan oleh Thoriq (2006). Dari hasil data dan dengan mempertimbangkan rancangan ketinggian hopper bagian utama dan konstruksi rangka dipilih sudut kemiringan Bagian bawah tangki terbuat dari plat seng yang dibuat berbentuk corong dengan diameter atas 30 cm, diameter bawah cm atau 4 inchi. Bahan plastik yang dipergunakan untuk tangki hisap memiliki warna yang cukup transparan dengan tujuan agar mekanisme sistem penghisap dapat terlihat apakah berjalan dengan baik atau tidak dan juga dapat melihat komoditas yang tersangkut pada jaring lubang hisapan pompa. Bentuk dari tangki hisap vakum ini dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini. Tangki hisap dilengkapi dengan jaring yang memiliki panjang 15 cm dan lebar 8 cm. Jaring terbuat dari bahan kawat mesh 0.25 cm. Jaring digunakan untuk menghalangi komoditas agar tidak masuk terhisap oleh pompa. Jaring juga berfungsi untuk meminimalisir kematian pada komoditas. Bentuk dari jaring dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini.

40 Keterangan : 1 : saluran masuknya air 2 : saluran keluarnya udara, agar tabung menjadi vakum 3 : saluran masuknya komoditas dan air saat pemanenan dilakukan 4 : saluran keluarnya air menuju tambak melalui hisapan pompa, sedangkan komoditas terperangkap di dalam tangki karena adanya jaring yang dperlihatkan pada gambar 11. Gambar 12. Tangki hisap 1 2 Keterangan : 1 : Tutup tangki hisap 2 : Jaring penghalang masuknya komoditas ke dalam pompa Gambar 13. Jaring 2. Kran Penghubung Tangki Hisap Dengan Tangki Pemanenan Kran ini dioperasikan dengan cara buka tutup kran. Pada saat pemanenan pertama kran dibuka agar komoditas yang terhisap di tangki hisap dapat langsung pindah ke tangki pemanenan agar dapat dipanen. Jika komoditas sudah terlihat penuh di tangki pemanenan

41 maka kran ditutup. Pemanenan tetap diteruskan oleh tangki hisap dengan menghisap komoditas dari tambak, karena pemanenan harus bekerja secara semi kontinyu. Komoditas dapat langsung dipanen dalam tangki pemanenan. Sedangkan komoditas yang dihisap oleh tangki hisap berjalan terus sampai komoditas yang dipanen dalam tangki pemanenan selesai. Kran penghubung ini memiliki ukuran diameter 4 inchi atau cm. Bentuk dari krannya dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini. Gambar 14. Kran penghubung antara tangki hisap dengan tangki pemanenan 3. Tangki Pemanenan Vakum Tangki pemanenan ini dibuat sebagai tempat untuk memanen komoditas yang sudah berpindah dari tangki hisap melewati kran penghubung. Tangki ini juga dibuat vakum agar mekanisme sistem penghisap pada tangki hisap dapat berjalan dengan baik. Tangki pemanenan ini terbuat dari tabung plastik dengan ukuran diameter 25 cm dengan tinggi 30 cm, dan dasar bawahnya dari plat seng yang dibuat berbentuk corong dengan diameter atas 22 cm, diameter bawah 5.08 cm atau 2 inchi dan sudut kemiringan Ujung corong ini dipasang kran dengan ukuran 2 inchi, agar tangki pemanenen tetap vakum dan sebagai saluran untuk memanen komoditas. Bentuk dari tangki pemanenan vakum ini dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.

42 Keterangan : 1 : saluran masuknya air saat pengisian ulang setelah pemanenan dilakukan 2 : saluran keluarnya udara saat pengisian air, agar tangki pemanenan menjadi vakum 3 : kran pemanenan 4 : saluran keluarnya komoditas Gambar 15. Tangki pemanenan vakum tampak depan dan tampak samping Ukuran tangki pemanenan dirancang lebih kecil dari tangki hisap. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pengisian air kembali pada tangki pemanenan. Pada saat komoditas dan air dikeluarkan dari tangki pemanenan, penghisapan komoditas dari tambak tetap terus terjadi. Setelah tangki pemanenan kosong, maka harus diisi oleh air kembali untuk pemanenan berikutnya. Oleh karena itu tangki hisap dirancang lebih kecil dari tangki hisap, agar komoditas yang terperangkap di dalam tangki hisap tidak terlalu padat. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari volume air yang terlalu banyak saat pemanenan, sehingga transportasi komoditas setelah pindah ke tempat penampungan lebih mudah dilakukan. 4. Tangki Hisap dan Tangki Pemanenan Yang Dihubungkan Oleh Kran. Mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu dengan mekanisme hisap vakum dirancang dalam posisi vertikal, dengan tangki hisap berada di atas dan tangki pemanen berada di bawah. Karena disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku komoditas yang biasa bergerak ke bawah. Kedua tangki ini dihubungkan oleh kran yang berfungsi sebagai buka tutup saluran untuk turunnya komoditas. Bentuk rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini.

43 1 2 3 a b Keterangan : 1 : Tangki hisap 2 : Kran penghubung 3 : Tangki pemanenan Gambar 16. Model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum tampak depan (a), dan tampak samping (b)

44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONSTRUKSI UNIT MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL DENGAN MEKANISME HISAP VAKUM Mesin pemanen udang/ikan dengan mekanisme hisap vakum ini dirancang agar bekerja secara semi kontinyu, oleh karena itu mesin pemanen ini mempunyai dua tangki yang dirancang secara vertikal yaitu tangki hisap yang bekerja secara semi kontinyu dalam memanen komoditas dari tambak dengan cara dihisap dan tangki pemanenan tempat pengeluaran komoditas. Kedua tangki ini terhubung oleh kran yang mempunyai fungsi sebagai saluran turunnya komoditas yang dipanen. Kran ini juga bekerja secara buka tutup, apabila komoditas yang dihisap yang kemudian turun ke tangki pemanenan telah penuh maka kran ditutup. Sedangkan penghisapan komoditas masih terus berjalan. Oleh karena itu mesin pemanen ini bekerja secara semi kontinyu dengan memanfaatkan sifat komoditas yang cenderung bergerak ke bawah. Berikut hasil pembuatan model dari masing-masing komponen yaitu tangki hisap dapat dilihat pada Gambar 17, jaring pada Gambar 18, kran penghubung tangki hisap dengan tangki pemanenan pada Gambar 19, dan tangki pemanenan yang dapat dilihat pada Gambar 20. Sedangkan hasil model yang telah dirangkai menjadi satu kesatuan dapat dilihat pada Gambar 21. a b Gambar 17. Tangki hisap vakum tampak depan (a) dan tampak atas (b) Pada tangki hisap ini komoditas yang dipanen akan terperangkap. Karena di dalam tangki ini dilengkapi jaring yang berfungi untuk menghalangi komoditas agar tidak terhisap masuk ke dalam pompa. Kemungkinan komoditas yang hidup hasil hisapan tidak akan mengalami stress yang cukup tinggi, dan mampu meminimalisir tingkat kecacatan dan kematian. Hal ini disebabkan tidak adanya kontak fisik antara komoditas dengan dinding tangki, karena kondisi tangki yang vakum oleh air.

45 a b Gambar 18. Jaring tampak depan (a) dan tampak samping (b) Jaring yang dibuat memiliki mesh yang cukup rapat yaitu 0.25 cm sehingga mampu menghalangi komoditas yang masuk terhisap oleh pompa agar tidak masuk ke dalam pompa. Adanya jaring ini akan terjadi kontak fisik antara komoditas dengan dinding jaring, namun tidak terlalu membahayakan komoditas itu sendiri, karena jaring terbuat dari aluminium yang cukup lunak. a b Gambar 19. Kran penghubung tampak depan (a) dan tampak samping (b) Kran penghubung antara tangki hisap dengan tangki pemanenan ini merupakan saluran turunnya komoditas hasil hisapan dari tambak. Kran ini difungsikan seperti katup yang dapat membuka dan menutup. Jika dalam kondisi terbuka proses turunnya komoditas dari tangki hisap ke dalam tangki pemanenan sedang berlangsung. Dan jika dalam kondisi tertutup proses pemanenan atau pengeluaran komoditas sedang berlangsung pada tangki pemanenan, dan proses penghisapan masih terus berjalan. Oleh karena itu dengan adanya kran ini membuat proses pemanenan dapat berlangsung secara semi kontinyu.

46 a b Gambar 20. Tangki pemanenan vakum tampak depan (a) dan tampak samping (b) Komoditas yang turun dari tangki hisap melalui kran akan masuk ke dalam tangki pemanenan. Tangki pemanenan ini juga dirancang vakum sehingga dilengkapi dengan kran yang dapat membuka dan menutup. Proses pemanenan atau pengeluaran komoditas akan terjadi pada tangki pemanenan ini melalui kran saluran pengeluaran.

47 Kran pemasukan air Kran pembuangan udara Tangki hisap Jaring Kran saluran turunnya komoditas Saluran hisapan komoditas dan air Saluran pembuangan udara pada tangki pemanenan Saluran pembuangan air ke tambak Rangka Saluran pengisi air ke tangki pemanenan Tangki pemanenan Pompa listrik Kran saluran pemanenan akhir Gambar 21. Model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum

48 Adapun spesifikasi mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini adalah : Dimensi : 190 x 46 x 34 cm Lubang pemasukan dan pengeluaran : ¾ inchi / cm Diameter dan tinggi tangki hisap : 35 cm dan 41 cm Kapasitas tangki hisap : liter (Lampiran 7) Diameter dan tinggi tangki pemanenan : 25 cm dan 30 cm Kapasitas tangki pemanenan : 11.7 liter (Lampiran 7) Kran saluran penghubung tangki hisap dan tangki pemanenan : 4 inchi / 10.2 cm Kran saluran pengeluaran hasil panen : 2 inchi / 5.08 cm Kapasitas pompa : 30 liter/menit Total head maksimum pompa : 30 m Daya hisap pompa : 9 m B. CARA KERJA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL DENGAN MEKANISME HISAP VAKUM Cara pengoperasian mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dapat diuraikan dalam skema yang disajikan pada Gambar 22 berikut ini. d b 4 c a g 5 e f h Gambar 22. Skema rancangan mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal

49 Keterangan : : aliran air : aliran ikan Dimana: a: kolam penampungan komoditas dan air (diasumsikan seperti tambak). b: pipa penyaluran udang/ikan. c: tangki hisap. d: jaring perangkap. e: pompa. f: kolam penampungan air (air dari tambak dikembalikan lagi ke tambak). g: kran penghubung tangki hisap dengan tangki pemanenan. h: tangki pemanenan udang/ikan. Mekanisme kerja dari sistem penghisap ini adalah air dan komoditas yang akan di panen dihisap menggunakan tenaga yang berasal dari arus listrik yang memutar pompa. Air dan komoditas yang dipanen tersebut berada dalam kolam penampungan (a) dan akan terhisap ke dalam saluran penghisap (b). Selanjutnya air dan komoditas akan masuk ke dalam tangki hisap yang terbuat dari tabung plastik (c) yang telah dilengkapi dengan jaring (d) yang berfungsi untuk menghalangi komoditas supaya tidak terhisap dan masuk ke dalam pompa. Komoditas yang berada di dalam tangki hisap akan terus bertambah sampai pemanenan selesai dilakukan. Sedangkan air terus mengalir ke dalam pompa (e) dan dibuang kembali ke penampungan yang awal (f). Dengan menggunakan perilaku gerak ikan yang cenderung ke bawah, maka komoditas masuk ke dalam saluran melewati kran (g) yang dibuka kemudian menuju tangki pemanenan komoditas (h). Setelah terisi penuh oleh komoditas yang dipanen maka kran ditutup. Kemudian komoditas dipanen. Kondisi pada tangki pemanenan akan kosong dan harus diisi oleh kembali air hasil pembuangan air dari hisapan pompa, jika pemanenan masih tetap berlangsung. Mekanisme ini berjalan terus menerus secara semi kontinyu hingga komoditas panen semuanya terambil. Untuk lebih jelasnya alur kerja sistem pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini dapat dilihat pada hasil pengujian yang terlihat pada Gambar 23 untuk komoditas udang dan Gambar 24 untuk komoditas ikan mas.

50 Air terhisap oleh pompa dan di buang kembali ke dalam wadah. Udang dan air berada dalam satu wadah penampungan. Udang dan air terhisap ke dalam tangki hisap. Kran untuk berpindahnya udang. Udang pindah ke tangki pemanenan. Udang dipanen dari tangki hisap dan dipindahkan ke dalam wadah penampungan. Saluran pengisi tangki pemanenan setelah udang dipanen. Gambar 23. Alur kerja mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum untuk komoditas udang

51 Air terhisap oleh pompa dan di buang kembali ke dalam wadah. Ikan dan air terhisap ke dalam tangki hisap. Ikan dan air berada dalam satu wadah penampungan. Kran untuk berpindahnya ikan. Ikan pindah ke tangki pemanenan. Ikan dipanen dari tangki pemanenan dan dipindahkan ke dalam wadah penampungan. Saluran pengisi tangki pemanenan setelah ikan dipanen. Gambar 24. Alur kerja mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum untuk komoditas ikan mas

52 C. DEBIT, JENIS ALIRAN, TEKANAN DAN HEADLOSS YANG TERJADI DISEPANJANG PIPA Pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini memiliki nilai debit sebesar liter/detik. Nilai tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode volumetrik. Nilai debit ini sudah mampu untuk menghisap komoditas yang akan dipanen. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa debit yang terjadi relatif kurang stabil. Nilai debitnya sering kali naik turun. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran yang terjadi antara sambungan tangki hisap dengan kran penghubung, dan sambungan antara kran penghubung dengan tangki pemanenan. Kebocoran juga sering terjadi pada sambungan perpipaan dan sambungan selang, sehingga kondisi sistem tidak 100% dalam kondisi vakum. Debit yang diukur dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil debit aliran air, dapat diperoleh kecepatan alirannya yaitu m/detik. Nilai kecepatan yang terjadi dalam sistem pemanen terbagi menjadi dua, yaitu kecepatan pada penampang hidraulik pertama yang berbentuk lingkaran dengan diameter cm dan kecepatan pada penampang hidraulik kedua yang berbentuk trapesium dengan diameter atas 35 cm, diameter alas 30 cm, dan tinggi 35 cm. Dalam kondisi vakum kecepatan yang terjadi pada aliran air saat masuk ke dalam tangki sama dengan kecepatan yang keluar dari tangki. Karena dengan penampang yang sama debit yang masuk sama dengan debit yang keluar. Oleh karena itu, kecepatan maksimum pada penampang hidraulik pertama adalah sebesar m/detik. Dari kecepatan yang dihasilkan pada penampang hidraulik pertama maka kecepatan maksimum pada penampang hidraulik kedua dapat diperoleh dengan persamaan : Dengan : Maka : Dari hasil perhitungannya diperoleh kecepatan sebesar m/detik. Kecepatan pada penampang hidrolik kedua ini menjadi sangat kecil, karena adanya perubahan ukuran penampang yang besar. Dari hasil kecepatan yang sangat kecil ini dapat memberi keuntungan pada mesin pemanen udang/ikan saat pemanenan. Karena komoditas yang terhisap dari tambak yang kemudian terperangkap di dalam tangki tidak akan terhisap lagi menuju saluran pompa.. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Model mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini memiliki dua jenis aliran, yaitu turbulen dan laminar. Aliran turbulen terjadi di dalam saluran hisapan dengan ukuran diameter 1,905 cm, karena bilangan Reynold dari aliran yang terjadi lebih besar dari 2300 yaitu sebesar Sedangkan aliran laminar terjadi di dalam tangki hisap dengan ukuran diameter atas 35 cm, diameter alas 30 cm, dan tinggi 35 cm, karena bilangan Reynold dari aliran yang terjadi lebih kecil dari 2300, yaitu sebesar Secara lengkap nilai bilangan Reynold yang diperoleh, baik pada penampang hidraulik pertama maupun pada penampang hidraulik kedua, disajikan pada Lampiran 5. Nilai bilangan Reynold yang mengalami perubahan sangat besar ini mengakibatkan kondisi turbulen pada penampang pipa menjadi laminar terjadi pada saat peningkatan ukuran penampang hidraulik pada sistem, perubahan dari diameter yang berukuran kecil menuju diameter yang berukuran besar.

53 Tekanan yang terjadi di dalam sistem akan mengalami perubahan, hal ini dikarenakan adanya perubahan penampang hidraulik, yaitu pembesaran yang terjadi dari penampang hidraulik dengan ukuran diameter ¾ inchi atau cm menjadi penampang hidraulik dengan ukuran diameter 35 cm. Dalam kondisi vakum tekanan akan berkurang pada penampang hidraulik yang memiliki ukuran diameter yang lebih besar. Nilai tekanan ini dapat diketahui dengan mempergunakan persamaan: Pada kondisi vakum gaya-gaya yang bekerja yang terjadi di dalam sistem cenderung sama, oleh karena itu berlaku persamaan : Dengan : Maka :, Nilai tekanan yang diperoleh pada kedua penampang hidraulik tersebut adalah pada penampang hidraulik yang berukuran kecil dihasilkan tekanan sebesar Pa, dan pada penampang hidraulik yang berukuran besar dihasilkan tekanan sebesar Pa. Dilihat dari perubahan tekanan yang sangat besar, membuktikan kehilangan tekanan yang terjadi di dalam penampang yang berukuran besar sangat tinggi sekali yaitu berkisar Pa. Hasil ini memberi keuntungan pada kondisi komoditas yang dipanen agar tidak terlalu mengalami strees yang dapat mengurangi tingkat kelulusan hidup komoditas. Secara lengkap nilai tekanan yang diperoleh, baik pada penampang hidraulik pertama(kecil) maupun pada penampang hidraulik kedua (besar), disajikan pada Lampiran 6. Disepanjang aliran air terjadi kehilangan tekanan atau disebut dengan headloss. Headloss yang terjadi terdiri dari dua saluran yaitu saluran disepanjang pipa dari pompa menuju tambak dan saluran disepanjang pipa dari pompa menuju tangki pemanenan. Adapun headloss yang terjadi disepanjang pipa dari pompa menuju tambak yaitu mencapai m. Dan headloss yang terjadi pada saluran disepanjang pipa dari pompa menuju tangki pemanenan yaitu m. Hasil headloss dapat dilihat pada lampiran 7. Pompa yang digunakan memiliki head maksimum mencapai 30 m. Jadi headloss yang terjadi tidak terlalu berdampak buruk pada aliran air disepanjang pipa pada mesin pemanenan udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini.

54 D. WAKTU DAN KECEPATAN UDANG/IKAN PINDAH DARI TANGKI HISAP KE TANGKI PEMANENAN Pengukuran waktu dan kecepatan komoditas udang/ikan pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan dilakukan untuk mengetahui keseragaman komoditas tersebut pada saat turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan. Komoditas yang diujikan yaitu udang dan ikan mas. Pengukurannya diambil dari seekor komoditas udang/ikan mas yang dihisap satu persatu. Waktu dan kecepatan untuk seekor udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan diperoleh hasil yang berbeda-beda di setiap pengujian. Hasilnya ada yang lebih lambat dan ada juga yang lebih cepat. Waktu terlama turunnya seekor udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan terukur 163 detik, dengan jarak turunnya 0.93 m kecepatan yang dihasilkan sebesar m/detik. Sedangkan waktu tercepat turunnya seekor udang terukur 14 detik, dengan jarak 0.93 m menghasilkan kecepatan turun sebesar m/detik. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4. Untuk satu ekor udang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan selambat-lambatnya membutuhkan waktu selama 163 detik atau 2 menit 43 detik. Maka proses pengeluaran udang dari tangki pemanenan ke wadah penampungan dapat dilakukan selambat-lambatnya setelah waktu 163 detik atau 2 menit 43 detik tersebut. Dan sebaliknya proses pengeluaran udang dari tangki pemanenan ke wadah penampungan tidak boleh kurang dari 14 detik. Karena waktu tercepat turunnya satu ekor udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan adalah 14 detik. Karena hasil waktu dan kecepatan turunnya seekor udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan berbeda-beda. Maka dapat diperkirakan jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan akan berbeda-beda juga di setiap kali pemanenan dengan jumlah yang banyak dan jumlah udang yang turun akan bisa lebih sedikit dan bisa juga lebih banyak. Berikut Gambar 25 udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan. Gambar 25. Udang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan

55 Tabel 4. Waktu dan Kecepatan Turun Udang Dari Tangki Hisap Ke Tangki Pemanenan Ulangan Jumlah udang yang dimasukkan (ekor) Waktu udang turun (detik) Jarak turunnya udang (m) Kecepatan udang turun (m/detik) Rata-rata Waktu dan kecepatan turunnya seekor ikan mas juga sama dengan udang yaitu berbeda-beda di setiap kali pengujian. Hasil yang diperoleh terlihat waktu tecepat turunnya seekor ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan tercatat 13 detik. Dan dengan jarak turunnya 0.93 m menghasilkan kecepatan sebesar m/detik. Sedangkan waktu terlama yang diperoleh adalah 155 detik, dan dengan jarak turun 0.93 m dapat dihasilkan kecepatan turunnya sebesar m/detik. Hasil pengujian waktu dan kecepatan turunnya ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil waktu tercepatnya seekor ikan mas turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan, maka proses pengeluaran ikan mas dari tangki pemanenan ke wadah penampung tidak boleh kurang dari 13 detik. Dan sebaliknya dari hasil waktu terlamanya, proses pengeluaran ikan mas dari tangki pemanenan ke wadah penampungan dapat dilakukan selambat-lambatnya setelah waktu 155 detik atau 2 menit 35 detik. Berikut kondisi ikan mas yang turun ke tangki pemanenan dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26. Ikan mas turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan

56 Tabel 5. Waktu dan Kecepatan Turun Ikan Mas Dari Tangki Hisap Ke Tangki Pemanenan Ulangan Jumlah ikan yang dimasukkan (ekor) Waktu ikan turun (detik) Jarak turunnya ikan mas (m) Kecepatan ikan mas turun (m/detik) Rata-rata Dari ke-15 ulangan yang diujikan pada komoditas udang dan ikan mas, waktu dan kecepatan turunnya setiap ekor komoditas tersebut tidak terlalu berbeda jauh. Hasil kecepatan rata-rata turunnya udang dari tangki hisap ke tangki pemanenan diperoleh sebesar m/detik. Sedangkan kecepatan rata-rata turunnya ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan sebesar m/detik. Selisih rata-rata kecepatan turunnya juga tidak berbeda jauh. Namun dari hasil ini menunjukkan udang lebih cepat turun dari pada ikan mas. Oleh karena itu, ikan mas memiliki naluri untuk turun lebih lama daripada udang dan sebaliknya udang memiliki naluri untuk turun berdiam diri di dasar air lebih cepat dari pada ikan mas. Setelah melihat semua waktu dan kecepatan turunnya seekor udang dan ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan ada yang lebih cepat dan ada juga yang lebih lambat. Maka setiap ekor komoditas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan tersebut tidak akan seragam. E. PERBANDINGAN JUMLAH KOMODITAS YANG PINDAH DARI TANGKI HISAP KE TANGKI PEMANENAN Pengukuran jumlah komoditas yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan dipergunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari rancangan mesin pemanen yang bekerja secara semi kontinyu dengan tipe rancangan berbentuk vertikal. Komoditas yang terhisap dari tambak diharapkan turun dari atas ke bawah dengan memanfaatkan tingkah lakunya yang cenderung dibawah atau sifatnya yang cenderung dibawah untuk menghindari gangguan dari lingkungan sekitar. Data yang diperoleh dari hasil pengujian berupa jumlah komoditas yang turun ke tangki pemanenan dan jumlah komoditas yang masih ada di dalam tangki hisap. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali ulangan dengan mempergunakan jumlah sampel komoditas sebanyak 250 ekor. Beberapa komoditas yang diujikan adalah udang dan ikan mas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah udang yang turun ke tangki pemanenan mencapai

57 sebagian dari udang yang masih tertinggal di tangki hisap. Hasilnya yaitu jumlah udang yang turun dari 250 ekor udang yang di panen mencapai 85 ekor dengan persentase %, dan jumlah udang yang masih tertinggal di dalam tangki hisap yaitu 165 ekor dengan persentase %, dengan waktu turun sama dengan waktu panen yaitu 44 detik. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 27. Adapun keseluruhan dapat lengkap pengujian jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan dapat dilihat pada Lampiran 9. Jumlah udang di tangki hisap (ekor) Jumlah udang di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) (ekor) 34% 66% Gambar 27. Persentase jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan Dengan waktu panen 44 detik udang dapat turun ke tangki pemanenan mencapai setengahnya dari jumlah udang yang ada di tangki hisap yaitu 34,04 %. Hasil jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan sudah cukup tinggi, karena dengan waktu yang cukup singkat jumlah udang yang turun ke tangki pemanenan sudah mencapai setengahnya dari jumlah udang yang masih tertinggal di tangki hisap. Jadi, cukup efisien untuk mesin pemanen yang bekerja secara semi kontinyu. Oleh karena itu, mekanisme yang dirancang pada mesin pemenen udang/ikan tipe vertikal ini sudah dapat dikatakan cukup bekerja dengan baik untuk komoditas udang. Sifat dan tingkah laku dari udang itu sendiri terlihat bergerak ke dasar tangki setelah masuk terhisap oleh pompa. Hal ini juga sesuai dengan kecenderungan udang yang aktif bergerak di dasar air. Berikut Gambar 28 kondisi udang di tangki hisap dan tangki pemanenan. a b Gambar 28. Kondisi udang di dalam tangki hisap (a) dan di dalam tangki pemanenan (b)

58 Untuk hasil data pemanenan ikan mas menunjukkan persentase ikan mas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan sangat kecil sekali. Dimana jumlah rata-rata ikan mas yang turun dari 250 ekor udang yang dipanen hanya mencapai 32 ekor dengan persentase 12.92%, dan jumlah ikan mas yang masih ada di dalam tangki hisap yaitu 217 ekor dengan persentase %, dengan waktu turun sama dengan waktu panen yaitu 664 detik. Hasil data persentase panennya dapat dilihat pada Gambar 29 berikut ini. Adapun keseluruhan data lengkap pengujian jumlah ikan mas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan dapat dilihat pada Lampiran 11. Jumlah Ikan mas di tangki hisap (ekor) Jumlah Ikan mas di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) (ekor) 13% 87% Gambar 29. Persentase jumlah udang yang turun dari tangki hisap ke tangki Hasil pemanenan ikan mas sedikit berbeda dengan udang. Dengan waktu pemanenan yang cukup lama yaitu 664 detik atau 11 menit 4 detik, komoditas yang turun hanya mencapai 13 %. Seharusnya dengan waktu yang lebih lama, ikan mas dapat turun lebih banyak. Dari data sebelumnya, bahwa seekor ikan mas membutuhkan waktu terlama turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan selama 155 detik atau 2 menit 35 detik. Hasil antara pemanenan untuk satu ekor ikan mas tidak berbanding lurus dengan pemanenan ikan mas yang berjumlah banyak, dalam pengujian ini berjumlah 250 ekor. Jadi lamanya pemanenan yang dilakukan tidak berpengaruh pada turunnya ikan mas dari tangki hisap ke tangki pemanenan yang akan dipanen pada mesin pemanen udang/ikan yang berjalan secara semi kontinyu ini. Oleh karena itu, mekanisme yang dirancang pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal ini belum dapat dikatakan bekerja dengan baik untuk komoditas ikan mas. Walaupun dapat dipanen dengan mesin pemanen yang bekerja secara semi kontinyu ini, ikan mas yang dihisap akan menumpuk di dalam tangki hisap yang dapat menyebabkan kematian pada komoditas itu sendiri. Tingkah laku ikan mas setelah masuk terhisap ke dalam tangki cenderung bergerak mengelilingi dinding-dinding tangki. Tingkah lakunya ini bertolak belakang dengan sifat ikan mas yang cenderung bergerak ke bawah saat berada di dalam tambak. Hal ini juga berlaku dengan ikan-ikan sejenisnya seperti ikan nila, dan ikan lele, karena tingkah lakunya hampir sama. Berikut Gambar 30 kondisi ikan mas di tangki hisap dan tangki pemanenan.

59 a Gambar 30. Kondisi ikan mas di dalam tangki hisap (a) dan di dalam tangki pemanenan (b) Faktor yang menyebabkan komoditas yang berada di tangki hisap hanya sedikit yang turun ke dalam tangki pemanenan yaitu terlalu jauhnya jarak penghubung yang berfungsi sebagai saluran turunnya komoditas antara tangki hisap dengan tangki pemanen, sifat dan tingkah laku dari komoditas itu sendiri yang tidak bergerak ke dasar tangki. Faktor lain adalah kebiasaan komoditas yang hidup berkoloni. Dari perbandingan jumlah komoditas yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan terlihat udang lebih banyak turun dari pada ikan mas. Hal ini juga membuktikan hasil dari waktu dan kecepatan turunnya udang dan ikan mas dipembahasan sebelumnya, yang menjelaskan udang memiliki naluri yang lebih tinggi untuk turun ke dasar air daripada ikan mas. Namun dari hasil sedikitnya jumlah salah satu komoditas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan dalam hal ini adalah ikan mas, menyebabkan mesin pemanen yang bekerja secara semi kontinyu untuk memanen udang/ikan ini belum efektif digunakan untuk pemanenan. b F. TINGKAT KELULUSAN HIDUP KOMODITAS Pengukuran tingkat kelulusan komoditas dipergunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perancangan mekanisme sistem pemanenan baru pada mesin pemanen udang/ikan tipe vertikal yang bekerja secara semi kontinyu. Data yang diperoleh dari hasil pengujian berupa jumlah komoditas yang berhasil dipanen dengan kondisi hidup, kondisi mati, dan kondisi cacat. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali ulangan dengan mempergunakan jumlah sampel komoditas sebanyak 250 ekor. Komoditas yang diujikan adalah udang dan ikan. Udang yang diujikan pada mesin pemanen tipe vertikal ini berukuran panjang 2-3 cm dan lebar cm. Ukuran udang yang diambil disesuaikan dengan diameter saluran penghisapan ¾ inchi atau cm. Adapun ukuran udangnya dapat dilihat pada Gambar 31 berikut ini.

60 Gambar 31. Ukuran udang yang diujikan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kelulusan udang dalam kondisi hidup hampir mendekati sempurna yaitu 99.16%, komoditas dengan kondisi mati sebesar 0.84%, dan komoditas dengan kondisi cacat sebesar 0.08%, dengan waktu pemanenan rata-rata 44 detik. Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil tingkat kelulusan hidup komoditas pada mesin pemanen yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun hasil pengujian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah pemanenan dilakukan udang yang dipanen masih dalam kondisi baik. Berikut Gambar 32 kondisi udang yang masih hidup dan masih terlihat segar. Gambar 32. Kondisi udang yang masih hidup setelah pemanenan Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada pengujian ini adalah kondisi sistem yang belum 100% vakum. Faktor lain yang menyebabkan adanya komoditas yang mati atau cacat adalah tersangkut pada jaring pada saat mekanisme sistem penghisap bekerja dan terjepit di dalam kran pemisah antara tangki hisap dengan tangki pemanenan saat dilakukan buka tutup kran. Selain itu juga diakibatkan dari kondisi udang yang sudah tidak dalam kondisi yang baik, karena dipergunakan berulang-ulang pada saat pengujian. Kondisi udang yang mengalami cacat seperti terpotongnya bagian dari tangan udang yang dapat dilihat pada Gambar 33 berikut ini.

61 Gambar 33. Kondisi udang yang cacat saat pemanenan Adapun untuk ikan mas yang diujikan adalah yang berukuran panjang 2-5 cm dan lebar berkisar cm. Ukuran ikan yang diambil disesuaikan dengan diameter saluran penghisapan ¾ inchi atau cm. Adapun ukuran ikannya dapat dilihat pada Gambar 34. Dari hasil data pemanenan, tingkat kelulusan hidup ikan mas cukup tinggi yaitu 99,72%, dengan kondisi ikan mas yang mati 0,28%. Dalam pemanenan ini tidak terdapat ikan mas yang kondisinya cacat. Hasil tingkat kelulusannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Ikan mas yang mati dikarenakan kondisi ikan yang sudah stress akibat digunakan secara berulang-ulang saat pengambilan data pemanenan. Kondisi ikan mas yang terlihat masih hidup saat pemanenan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 35. Gambar 34. Ukuran ikan yang diujikan (a) Gambar 35. Kondisi ikan mas yang masih hidup di tangki isap (a), dan tangki pemanenan (b) (b)

62 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal sudah bekerja dengan baik, karena hasil tingkat kelulusan hidup komoditas sudah hampir mendekati sempurna dengan udang mencapai %, dan ikan mas mencapai %. 2. Mesin pemanen udang/ikan yang dirancang untuk bekerja secara semi kontinyu sudah cukup efisien untuk memanen udang, karena dengan sifat dan tingkah lakunya yang cenderung bergerak ke bawah udang dapat dipanen di dalam tangki pemanenan setelah dibiarkan turun dari tangki hisap yang dirancang vertikal. Sedangkan untuk memanen ikan dengan mesin pemanen udang/ikan yang dirancang untuk bekerja secara semi kontinyu belum cukup efisien, karena sifat dan tingkah lakunya yang diharapkan turun dari tangki hisap ke tangki pemanen tidak tercapai. Karena salah satu komoditas yang diujikan tidak efisien dalam pemanenan, maka mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu tipe vertikal dengan mekanisme hisap vakum ini belum dapat diaplikasikan untuk pemanenan dalam tambak perikanan. B. SARAN 1. Perlu dilakukan pengukuran berupa waktu turunnya semua udang/ikan yang dipanen dari tangki hisap ke dalam tangki pemanenan dengan sendirinya. 2. Perlu dilakukannya pengujian dalam pemanenan udang/ikan dengan jumlah yang banyak, untuk mengetahui tingkah laku komoditas dalam mesin pemanen udang/ikan yang bekerja secara semi kontinyu ini. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut dalam pembuatan mesin pemanen udang/ikan semi kontinyu. Karena pembuatan mesin pemanen udang/ikan tidak bisa hanya mengandalkan naluri atau sifat dan tingkah laku dari komoditas yang dipanen. Akan tetapi harus adanya upaya untuk mendorong komoditas tersebut agar semakin mudah untuk dipanen.

63 DAFTAR PUSTAKA Anwar, SN Letak Mulut Bubu dan Tigkah Laku Udang Karang Hijau Pasir [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gumilang, T.J Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap Pada Mesin Pemanen Udang Dan Ikan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hamdani, C Rancang bangun pompa pemanen udang jenis sentrifugal dengan sudu ulir mengerucut [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karim, A Modifikasi dan Uji Teknis Pompa Pada Mesin Pemanenan Udang / Ikan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khairuman, Amri, K Budi Daya Udang Galah Secara Intensif. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Manurung, R Optimalisasi Kinerja Model Mesin Pemanen Udang Dan Ikan Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mechram, S Penentuan Head Loss Emitter, Tipe Selang Kecil Dari Bahan Lokal Sepanjang Pipa Lateral Pada Sistem Irigasi Tetes. Teknologi Pertanian 9 (2) : Soraya, S Tingkat Kelulusan Hidup Udang Windu Pada Uji Kinerja Mesin Pemanen Udang [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suyanto, R, Enny, PT Panduan Budi Daya Udang Windu. Jakarta : Penebar Swadaya. [KKPRI] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Statistik Volume Ekspor Hasil Perikanan. http: //statistik.kkp.go.id/index.php/dashboard/detail/18/statistik-volume- Ekspor-Hasil-Perikanan/?iframe=true&width=100%&height=95%. [09 Agu 2012]

64 Lampiran 1. Hasil pengujian tingkat kelulusan udang (Hamdani, 2005) Ulangan Jumlah Udang Udang Hidup Udang Mati Udang Cacat Lolos (tidak terhisap) Waktu (detik) , , , ,57 Rata-rata 22,5 1 5,75 0,75 63,76 Persentase 0,750 0,033 0,192 0,025

65 Lampiran 2. Tingkat kelulusan komoditas jenis ikan mas (Gumilang, 2011) Ulangan Jumlah Komoditas Komoditas Hidup Komoditas Mati Komoditas Cacat* Rata-rata 247,3 0,9 1,7 Persentase 98,9% 0,4% 0,7% *: termasuk komoditas yang tertinggal di dalam sistem dan keluar dari jaring.

66 Lampiran 3. Debit air pada mesin pemanen udang/ikan tipe vertikal. Ulangan Head hisap (cm) Volume air (liter) Waktu (detik) Debit pompa (liter/detik) ,99 0, ,21 0, ,09 0, ,29 0, ,98 0, ,13 0, ,31 0, ,82 0, ,96 0, ,99 0, ,78 0, ,81 0, ,76 0, ,77 0, ,97 0, ,63 0, ,74 0, ,02 0, ,88 0, ,81 0, ,81 0, ,87 0, ,00 0, ,05 0, ,92 0, ,07 0, ,92 0, ,17 0, ,22 0, ,85 0, ,03 0,496 Rata-rata 0,506 Nilai debit (Q (liter/detik)) diperoleh dengan mempergunakan persamaan:

67 Dari hasil nilai debit ini dapat diperoleh kecepatan aliran air dengan menggunakan persamaan : Diameter pipa yang digunakan cm = m

68 Lampiran 4. Kecepatan aliran yang terjadi pada saluran hisapan dan pada tangki hisap. Aliran air Penampang 1 v 1 v 2 v 1 Penampang 2 Diasumsikan dalam kondisi vakum kecepatan pada penampang hidraulik yang masuk ke dalam tangki sama dengan yang keluar dari tangki, karena diameter penampangnya sama. Dari data yang diperoleh diketahui : Debit aliran (Q) : liter/detik = 5.06 x 10-4 m 3 /detik Kecepatan aliran yang keluar dari tangki (v) : m/detik Diameter penampang 1 (d 1 ) : x 10-2 m Penampang 2 : Diameter tutup tangki (d t ) : 35 x 10-2 m Diameter alas tangki (d a ) : 30 x 10-2 m Tinggi tangki (t) : 35 x 10-2 m Luas penampang 1 berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan persamaan: Sehingga : ( ) ( ) ( ) Penampang hidraulik 1 merupakan saluran masuknya air ke tangki hisap. Jika diasumsikan dalam kondisi vakum kecepatan aliran yang masuk ke dalam tangki sama dengan kecepatan yang keluar dari tangki, maka kecepatan aliran pada penampang 1 (v 1 ) = m/detik Luas penampang 2 berbentuk trapesium dapat dihitung dengan persamaan: ( ) Sehingga : ( )

69 Berdasarkan hukum kekekalan massa, maka : Sehingga : Kecepatan aliran yang dihasilkan pada penampang hidraulik 2 adalah

70 Lampiran 5. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik. Untuk penampang hidraulik pertama Diketahui : Kecepatan aliran (v 1 ) : m/detik (Lampiran 4) Diameter pipa (d 1 ) : cm = m Kekentalan kinematik air : Untuk mendapatkan nilai bilangan Reynold, digunakan persamaan: Karena nilai Re > 2300, maka jenis aliran yang terjadi adalah turbulen. Untuk penampang hidraulik kedua Diketahui : Kecepatan aliran (v 2 ) : m/detik (Lampiran 4) Tinggi tangki (t) : 35 cm = 0,35 m Kekentalan kinematik air : Untuk mendapatkan nilai bilangan Reynold, digunakan persamaan: Karena nilai Re < 2300, maka jenis aliran yang terjadi adalah laminer.

71 Lampiran 6. Tekanan yang terjadi pada saluran hisap dan pada tangki hisap. Penampang 1 Penampang 1 Aliran air F 1 P 1 P 2 F 2 P 1 F 1 Penampang 2 Diasumsikan tidak ada gaya yang hilang pada saat aliran air masuk ke dalam tangki dengan yang keluar dari tangki. Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Sedangkan tekanannya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Sehingga : Diketahui : Daya hisap pompa (h) : 9 m Massa jenis air (ρ) : 1000kg/m 3 Percepatan gravitasi (g) : 9.81 m/detik 2 Diameter penampang 1 : x 10-2 m Diameter penampang 2 : 0.35 m Nilai tekanan yang diperoleh adalah : Tekanan yang dihasilkan di dalam penampang 1 merupakan tekanan yang dihasilkan oleh pompa, tekanannya dapat dihitung dengan persamaan : Tekanan yang dihasilkan di dalam penampang 2 : Luas penampang hidraulik 1 :

72 Luas penampang hidraulik 2 : ( ) ( ) Tekanan yang hilang dari penampang hidraulik 1 ke penampang hidraulik 2 adalah

73 Lampiran 7. Kehilangan tekanan (head loss) disepanjang pipa pengeluaran Besarnya kehilangan tekanan dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan kehilangan tekanan sepanjang pipa utama, pipa lateral dan kehilangan yang diakibatkan oleh sambungan dan belokan. Diketahui : Debit (Q) : liter/detik Diameter pipa : cm Head maksimum pompa : 30 m Kekentalan kinematik air : Tabel. Nilai koefisien gesekan untuk sambungan pipa Sambungan Kr Stop kran (Globe Valve Open) 7.8 Elbows Standart 0.9 Sambungan / socket 0.04 R Sock (Sudden Contractionas) 1"-3/4" /4"-1/2" Tee fitting, flow 90 degrees 1 Sumber : McNally Institute, 2003 dalam Mechram 2008 Sketsa aliran air di sepanjang pipa Aliran air menuju tambak 157 cm 75 cm Aliran air menuju tangki pemanenan 17 cm 17 cm 17 cm Pompa Ditanya : kehilangan tekanan (head loss) yang terjadi? Jawab : Head loss yang terjadi di sepanjang pipa air dari pompa menuju tambak Persamaan Darcy-Weisbach untuk head loss di sepanjang pipa lateral adalah : dengan : H f = head loss akibat gesekan pipa (m) L = panjang pipa (m)

74 D = diameter pipa (mm) Q = debit (L/jam) f = koefisien gesekan : untuk pipa-pipa licin, koefisien gesekan ditentukan berdasarkan persamaan Blasius (Howel et al dalam Mechram 2008) sebagai berikut : (turbulen) (laminer) Perhitungan nilai f : Nilai kecepatan diperoleh dengan mempergunakan persamaan: Dimana: Luas penampang pipa : A 1 = 3,14 x (0,9525 x 10-2 ) 2 = 0, m 2 Kecepatan aliran yang dihasilkan : v 1 = (0, m 3 /detik)/0, m 2 v 1 = 1,776 m/detik Bilangan Reynold unutk aliran dalam pipa : = 0, x = Jenis aliran yang terjadi adalah turbulen karena nilai Re > Maka nilai f dapat diperoleh : Perhitungan nilai H f : Head loss yang terjadi pada ukuran pipa 17 cm Karena ukuran pipa setelah terjadi belokan juga 17 cm maka Head loss yang terjadi pada ukuran pipa 157 cm

75 Head loss yang terjadi karena adanya belokan (Elbows Standart) Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Keller dan Bliesner, 1980 dalam Mechram 2008) : Karena belokan ada 2 maka Head loss yang terjadi karena adanya stop kran Jadi total head loss yang terjadi di sepanjang pipa air dari pompa menuju tambak adalah Head loss yang terjadi di sepanjang pipa air dari pompa menuju tangki pemanenan Persamaan Darcy-Weisbach untuk head loss di sepanjang pipa lateral adalah : Head loss yang terjadi pada ukuran pipa 17 cm Karena ukuran pipa setelah terjadi belokan juga 17 cm maka Head loss yang terjadi pada ukuran pipa 75 cm Head loss yang terjadi karena adanya belokan (Elbows Standart) Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Keller dan Bliesner, 1980 dalam Mechram 2008) : Karena belokan ada 2 maka Jadi total head loss yang terjadi di sepanjang pipa air dari pompa menuju tambak adalah

76 Lampiran 8. Kapasitas unit pemanen udang/ikan Diketahui: Ukuran udang yang digunakan : panjang 3cm, lebar 0.5 cm, tebal 0.5 cm Ukuran ikan mas yang digunakan : panjang 4cm, lebar 1.5 cm, tebal 0.5 cm Perbandingan komoditas dan air untuk pemanenan : 1:4 Diameter selang : Panjang selang : 157 cm Diameter atas tangki hisap : 35 cm Diameter bawah tangki hisap : 30 cm Tinggi : 35 cm Diameter atas corong tangki hisap : 30 cm Diameter bawah corong tangki hisap : cm Sudut kemiringan : 30 0 Diameter saluran penghubung kedua tangki : cm Tinggi : 50 cm Diameter bawah tangki pemanenan : 25 cm Diameter bawah tangki pemanenan : 22 cm Tinggi : 25 Diameter atas corong tangki pemanenan : 22 cm Diameter bawah corong tangki pemanenan : 5.08 cm Sudut kemiringan : 30 0 Perhitungan : Volume Tangki Hisap 17.5 cm 35 cm 15 cm α y T tot T p α x tan α = y/x = 35/( ) = 14 α = 86 0 T tot = tan 86 x 17.5 = 250 cm = 2.5 m T p = = 215 cm = 2.15 m

77 Volume Corong Tangki Hisap 15 cm 30 0 T tot T p 11 cm y 30 0 x tan 30 = y/x = y/15 y = x 15 = 8.7 cm = m tan 30 = y/x = y/11 y = x 11 = 2.9 cm = m Volume Tangki hisap dan corong : Saluran penghubung Kedua tangki : Volume Tangki Pemanenan 12.5 cm 25 cm α 11 cm y T tot T p α tan α = y/x = 25/( ) = 16.7 α = T tot = tan 86.6 x 12.5 = 210 cm = 2.1 m T p = = 185 cm = 1.85 m

78 Volume Corong Pemanenan 11 cm T tot T 2.54 cm p y tan 30 = y/x = y/11 y = x 11 = 6.35 cm = m tan 30 = y/x = y/2.54 y = x 2.54 = cm = m Volume tangki pemanenan dan corong : Jadi Volume unit pemanen total : Kapasitas udang yang dapat ditampung di tangki hisap: Perbandingan udang dan air : 1:4 Volume udang : Jumlah udang yang dapat ditampung menjadi: Kapasitas ikan yang dapat ditampung di tangki hisap: Perbandingan ikan dan air : 1:4 Volume ikan mas : Jumlah ikan mas yang dapat ditampung menjadi :

79 Kapasitas udang yang dapat ditampung di tangki pemanenan: Perbandingan udang dan air : 1:4 Volume udang : Jumlah udang yang dapat ditampung menjadi: Kapasitas ikan yang dapat ditampung di tangki hisap: Perbandingan ikan dan air : 1:4 Volume ikan : Jumlah ikan mas yang dapat ditampung menjadi :

80 Lampiran 9. Contoh perhitungan kapasitas pemanenan Luas tambak : 200 m2 Udang yang terdapat dalam tambak : 100 kg (Hamdani, 2005) Asumsi massa jenis udang : 0.74 kg/liter (Hamdani, 2005) Pompa yang dipergunakan; Kapasitas pompa : 30 liter/menit = 0.5 liter/detik Perbandingan udang dan air untuk pemanenan : 1 : 4 Perhitungan: Udang di dalam tambak = 100 kg = 100 kg / 0.74 kg/liter = liter Perbandingan udang dan air 1 : 4 = liter : liter Volume total = liter Waktu pemanenan = = jam = 22.5 menit Kapasitas pemanenan = = 266,7 kg/jam

81 Lampiran 10. Perbandingan jumlah udang yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan Ulangan pemanenan Jumlah udang (ekor) Jumlah udang di tangki hisap (ekor) Jumlah udang yang hidup di tangki isap (ekor) Jumlah udang yang mati di tangki isap (ekor) Jumlah udang di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) (ekor) Jumlah udang yang hidup di tangki pemanenan (ekor) Jumlah udang yang mati di tangki pemanenan (ekor) Jumlah udang yang cacat (ekor) * Rata-rata 164,90 163,90 1,00 85,10 84,00 1,10 0,20 Persentase 65,96% 65,56% 0,40% 34,04% 33,60% 0,44% 0,08% *Termasuk yang tersangkut pada jaring 65

82 Lampiran 11. Tingkat kelulusan hidup udang Ulangan pemanenan Jumlah udang (ekor) Jumlah total udang yang hidup selama pemanenan (ekor) Jumlah total udang yang mati (ekor) Jumlah udang yang cacat (ekor) * Waktu total pemanenan (detik) Rata-rata 247,90 2,10 0,20 44,20 Persentase 99,16% 0,84% 0,08% *Termasuk yang tersangkut pada jaring 66

83 Lampiran 12. Perbandingan jumlah ikan mas yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan Ulangan pemanenan Jumlah Ikan mas (ekor) Jumlah Ikan mas di tangki hisap (ekor) Jumlah Ikan mas yang hidup di tangki isap (ekor) Jumlah Ikan mas yang mati di tangki isap (ekor) Jumlah Ikan mas di tangki pemanenan (yang turun /dipanen) (ekor) Jumlah Ikan mas yang hidup di tangki pemanenan (ekor) Jumlah Ikan mas yang mati di tangki pemanenan (ekor) Jumlah Ikan mas yang cacat (ekor) * Rata-rata 217,70 217,10 0,60 32,30 32,20 0,10 0,00 Persentase 87,08% 86,84% 0,24% 12,92% 12,88% 0,04% 0,00% *Termasuk yang tersangkut pada jaring 67

84 Lampiran 13. Tingkat kelulusan hidup ikan mas Ulangan pemanenan Jumlah ikan mas (ekor) Jumlah total ikan mas yang hidup selama pemanenan (ekor) Jumlah total ikan mas yang mati (ekor) Jumlah ikan mas yang cacat (ekor) * Waktu total pemanenan (detik) Rata-rata 249,30 0,70 0,00 664,20 Persentase 99,72% 0,28% 0,00% *Termasuk yang tersangkut pada jaring 68

85 69

86 70

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Mesin pemanen udang dan ikan memang telah ada dibuat dengan tujuan untuk meninggkatkan efisiensi dan efektivitas pemanenan namun masih memiliki kendala, yaitu tingkat kecacatan

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU Oleh : RAMLI MANURUNG F14102115 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR OPTIMALISASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN TELANAI INDAH KOTA JAMBI SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HITLER MARULI SIDABUTAR NIM.

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Ikan Tingkah Laku Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Ikan Tingkah Laku Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ikan Ikan merupakan salah satu mahluk hidup bertulang belakang (vertebrata) yang termasuk ke dalam kelompok poiklilotermik (berdarah dingin), hidup di dalam air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) Agus Panduwinata 1, Siswoyo Soekarno 2, Tasliman 3 1 Dept of Agricultural Engineering, FTP, Universitas

Lebih terperinci

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB III SET-UP ALAT UJI BAB III SET-UP ALAT UJI Rangkaian alat penelitian MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida. Pengamatan pembentukan micro bubble yang terjadi di daerah

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN SERI NAMA : YUFIRMAN NPM : 20407924 PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT JURUSAN TEK NIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2014 LATAR BELAKANG Pompa adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan mengacu pada Standar API 610 tentang pengujian pompa pada kondisi kavitasi dan tinjauan literatur penelitian-penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET 1 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENDEKATAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC PADA SISTEM PENGHISAPAN MESIN PEMANEN IKAN DAN UDANG AYNAL FUADI

PENDEKATAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC PADA SISTEM PENGHISAPAN MESIN PEMANEN IKAN DAN UDANG AYNAL FUADI PENDEKATAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC PADA SISTEM PENGHISAPAN MESIN PEMANEN IKAN DAN UDANG AYNAL FUADI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun yang akan dibahas dalam perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. 3.2. Alat Penelitian Sling pump skala laboratorium terdiri dari motor listrik, reducer, rangka sling

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. 13 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Proses modifikasi dan pengujian alat pemipil jagung dilakukan di Laboratorium Daya,

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Kahar 1 1 Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian KutaiTimur, Sangatta, Kalimantan Timur Email: kahar37@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Asep M. Tohir 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PERANCANGAN ALAT UJI GESEKAN ALIRAN DI DALAM SALURAN

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PERANCANGAN ALAT UJI GESEKAN ALIRAN DI DALAM SALURAN Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PERANCANGAN ALAT UJI GESEKAN ALIRAN DI DALAM SALURAN Jhon Fiter Siregar dan Jorfri B. Sinaga Jurusan Teknik Mesin, UNILA Gedung H Fakultas Teknik, Jl. Sumantri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Gambar 3.1 Skema Pembuatan Biogas 3.1 Menentukan Volume Digester Dalam menentukan besarnya volume digester yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu denah

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA 48 ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA Sandi Setya Wibowo 1), Kun Suharno 2), Sri Widodo 3) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar email:sandisetya354@gmail.com

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA POMPA REKONDISI TIPE VERTIKAL API 610 OH-4 MODEL 3900L DI PT.Y DENGAN CAE

PERBANDINGAN KINERJA POMPA REKONDISI TIPE VERTIKAL API 610 OH-4 MODEL 3900L DI PT.Y DENGAN CAE Volume 1 No.1 Juli 2016 Website : www.journal.unsika.ac.id Email : barometer_ftusk@staff.unsika.ac.id PERBANDINGAN KINERJA POMPA REKONDISI TIPE VERTIKAL API 610 OH-4 MODEL 3900L DI PT.Y DENGAN CAE Fatkur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Air 3.1.2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS Edi Widodo 1,*, Indah Sulistiyowati 2 1,2, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jl. Raya Gelam No. 250 Candi Sidoarjo Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOT MARHUALA SARAGIH NIM. 080401147 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG PUNGKY ADI NUGRAHA NRP : 0821039 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa T., M.T. ABSTRAK Kota Bandung sebagai ibukota

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tenaga angin di Indonesia belum begitu optimal, walaupun di beberapa daerah sudah

Lebih terperinci

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS Oleh : REZA NUGRAHA F14102050 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI

Lebih terperinci

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL 3.1 Metode Perancangan Pada Analisa Impeller Didalam melakukan dibutuhkan metode perancangan yang digunakan untuk menentukan proses penelitian guna mendapatkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Jones Victor Tuapetel 1), Diyan Poerwoko 2) 1, 2) Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia E-mail: jvictor_tuapetel@yahoo.com,

Lebih terperinci