BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geoid adalah bidang ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level / msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1994). Geoid dapat digunakan untuk aplikasi di bidang ilmiah maupun praktis. Aplikasi geoid di bidang ilmiah diantaranya untuk penentuan datum tinggi, sedangkan di bidang praktis diantaranya untuk memperoleh tinggi ortometrik dari tinggi geometrik hasil pengukuran GPS (Global Positioning System). Penentuan tinggi ortometrik (H) dari tinggi geometrik (h) dapat dilakukan apabila diketahui data tinggi/undulasi geoid (N). Undulasi geoid merupakan jarak vertikal antara bidang geoid dan elipsoid (Bajracharya, 2003). Hubungan geometris antara tinggi ortometik, tinggi geometrik dan undulasi dapat dilihat pada Gambar I.1. Gambar I.1. Hubungan geometrik antara topografi, geoid dan ellipsoid (Barthelmes, 2009) Ada beberapa metode dalam penentuan model geoid, diantaranya yaitu metode geometrik dan gravimetrik (Risdianto, 2014). Metode geometrik dilakukan dengan menggunakan data GPS-levelling, yaitu selisih antara tinggi elipsoid dari pengukuran GPS dengan tinggi ortometrik dari pengukuran sipat datar (Hofmann dan Moritz, 2006). Metode gravimetrik, yaitu penentuan model geoid dengan menggunakan data gayaberat. 1

2 2 Penentuan geoid lokal secara gravimetrik teliti membutuhkan data yang meliputi tiga komponen, yaitu komponen gelombang panjang (long-wavelength), komponen gelombang menengah (medium-wavelength) dan komponen gelombang pendek (short-wavelength). Komponen gelombang panjang bersumber dari, data Model Geopotensial Global (MGG). Komponen gelombang menengah, bersumber dari data gayaberat teristris. Komponen gelombang pendek bersumber dari, data DTM (Digital Terrain Model). Dari ketiga komponen tersebut data MGG memberikan kontribusi nilai dan kesalahan yang paling signifikan. Sedangkan dari dua komponen yang lain relatif kecil (Schwartz et al, dalam Vanicek dan Christou,1994). Data MGG yang digunakan dalam pemodelan geoid dipengaruhi oleh penggunaan nilai degree dari MGG tersebut. Penggunaan nilai degree 120 MGG EGM96 pada pemodelan geoid kota semarang dengan jarak distribusi antar titik gayaberat sekitar 1,9 kilometer, memberikan kontribusi ketelitian yang lebih baik dibandingkan penggunaan degree maksimal MGG EGM96 dan EGM2008 (Rastawira, 2013). Penggunaan degree maksimum MGG EGM2008, pada wilayah yang memiliki data gayaberat yang sangat renggang memberikan kontribusi yang baik pada ketelitian model geoid lokal yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena kekosongan data akan tertutupi dengan nilai gayaberat yang didapat dari kontribusi gelombang panjang (Prima, 2010). Berdasarkan pemaparan diatas, dalam penelitian ini telah dilakukan evaluasi pengaruh penggunaan variasi degree MGG sebagai komponen gelombang panjang, terhadap ketelitian geoid lokal untuk wilayah cukup luas dengan distribusi gayaberat terestris relatif merata dengan studi kasus provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). I.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini masalah yang dapat diidentifikasi adalah belum diketahui nilai degree EGM2008 yang memberikan kontribusi optimal pada ketelitian model geoid lokal wilayah cukup luas dengan distibusi gayaberat terestris relatif merata.

3 3 I.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang bisa disusun dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik data anomali free air yang tersebar di provinsi DIY? 2. Bagaimana model geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG dengan studi kasus provinsi DIY? 3. Berapa nilai degree yang paling optimal untuk geoid lokal dengan studi kasus provinsi DIY? I.4. Cakupan Penelitian Cakupan dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: Secara geografis Provinsi Daerah 1. Daerah penelitian meliputi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan koordinat BT BT dan LS LS. 2. Variasi degree yang digunakan adalah degree 360, 540, 720, 1080, 1440, 1800, 2160 dan Nilai undulasi geometrik dari GPS-Sipat Datar diasumsikan sebagai nilai geoid yang benar dan tidak terdapat kesalahan dalam penghitungannya selanjutnya digunakan sebagai kontrol pemodelan geoid gravimetrik. 4. Metode hitungan geoid gravimetrik provinsi DIY dilakukan menggunakan 2D FFT (Fast Fourier Transform) dengan pendekatan bidang spheris. I.5. Tujuan Penelitian Tujuan atau produk akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik data anomali free air yang tersebar di provinsi DIY 2. Menentukan model geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG pada studi kasus provinsi DIY 3. Menentukan nilai degree yang paling optimal untuk geoid lokal pada studi kasus provinsi DIY

4 4 I.6. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mengetahui nilai degree yang tepat dalam pemodelan geoid lokal yang akan membantu untuk memperoleh ketelitian model geoid yang optimal. 2. Dapat membantu praktisi dalam proses transformasi tinggi geometrik ke tinggi ortometrik. 3. Menyediakan model geoid lokal dari berbagai variasi degree MGG EGM2008 pada wilayah provinsi DIY yang bisa dimanfaatkan untuk aplikasi geodesi. I.7. Tinjauan Pustaka Sideris, dkk., pada tahun 1997 melakukan penelitian terhadap penghitungan defleksi vertikal menggunakan metode FFT (Fast Fourier Transform) dengan pendekatan bidang datar dan bola (spheris). Dalam penelitian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan penghitungan metode 1D FFT pendekatan spheris, 2D FFT pendekatan bidang datar, dan 2D FFT pendekatan bidang spheris. Dalam penelitiannya diperoleh bahwa metode 1D FFT dengan pedekatan bidang spheris memiliki keunggulan hasil penghitungan defleksi vertikal memiliki tingkat akurasi yang tinggi, namun kelemahannya dalam proses data membutuhkan waktu yang lama dibandingkan metode FFT lain. Penghitungan dengan Metode 2D FFT dengan pendekatan bidang datar memiliki keunggulan dalam proses data yang sangat cepat sehingga tidak membutuhkan waktu lama, namun kelemahannya tingkat presisi penghitungan yang dihasilkan rendah. Sedangkan penghitungan dengan metode 2D FFT pendekatan bidang spheris memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi dan kecepatan proses data yang tinggi. Sehingga dengan penelitian ini diperoleh hasil bahwa penghitungan dengan metode 2D FFT pendekatan spheris lebih tepat dan cepat bila dibandingkan dengan metode lain. Fitri (2008) melakukan penelitian tentang evaluasi model geoid global terbaik untuk wilayah sumatera, jawa, sulawesi selatan dan sulawesi tenggara. Dalam penelitian tersebut model geopotensial global yang digunakan meliputi EGM96, EIGEN-CG03C, EIGEN-GL04C, ITG-GRACE03, AIUB-CHAMPOIS, GGM02C

5 5 DAN EGM2008. Evaluasi model geoid global dilakukan dengan membandingkan nilai undulasi global dengan undulasi geometrik secara absolut maupun relatif. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan model geoid global terbaik untuk semua wilayah adalah EGM2008. Prima (2010) melakukan penelitian tentang penentuan model geoid jawa dengan variasi degree EGM2008. Metode yang digunakan dalam pemodelan adalah 2D FFT (Two Dimension Fast Fourier Transform) dengan pendekatan spheris, yang diterapkan dengan teknik remove-store. Variasi degree yang digunakan, yaitu 360, 720, 1080, 1440, 1800, 2160 dan Kemudian model geoid yang dihasilkan dari masing-masing degree yang digunakan untuk mencari korelasi antara kenaikan nilai degree dan sebaran data gaya berat terhadap ketelitian model geoid. Hasil ketelitian menunjukkan bahwa ketelitian maksimum geoid jawa adalah 0,596 m yang diperoleh dari degree Pada penelitian ini, penentuan geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG dengan studi kasus provinsi DIY menggunakan data gayaberat teristris sebagai komponen gelombang menengah dengan interval ± 1,5 kilometer. Sebagai komponen gelombang panjang yang digunakan adalah model geoid global EGM2008, sedangkan komponen gelombang pendek menggunakan data SRTM30plus. Proses penghitungan geoid gravimetrik menggunakan metode 2D FFT dengan pendekatan bidang spheris. I.8. Landasan Teori I.8.1. Sistem Tinggi Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang referensi (Basuki, 2006). Bidang referensi yang biasa digunakan adalah bidang elipsoid dan bidang geoid (Anam, 2005). Bidang geoid merupakan bidang ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level / msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1993). Bidang geoid digunakan untuk keperluan praktis di lapangan. Tinggi diukur sepanjang garis arah gayaberat (unting-unting) yang melalui titik yang bersangkutan (abidin, 2000). Tinggi yang bereferensi terhadap bidang geoid disebut dengan tinggi ortometrik (H), sedangkan

6 6 tinggi yang bereferensi terhadap bidang elipsoid disebut tinggi geometrik (h) (Anam, 2005). Gambar I.1. menunjukkkan hubungan dua buah sistem tinggi yaitu tinggi ortometrik (H) dan tinggi geometrik (h). Beda jarak antara dua sistem tinggi tersebut adalah nilai undulasi (N). Nilai undulasi merupakan jarak vertikal antara bidang geoid dan elipsoid atau hasil pengurangan antara tinggi geometrik (h) dengan tinggi ortometrik (H), dapat dituliskan seperti persamaan 1.1 (Barthelmes, 2009): N = h H... (I.1) I.8.2. Gayaberat Hukum gravitasi newton menyatakan setiap benda yang mempunyai massa yang ada di alam semesta akan saling tarik menarik satu sama lainnya dengan gaya yang besarnya sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jika massa bumi M E, unit massa m o, dan K konstanta gravitasi yang besarnya 6,6742 x m 3 kg -1 s -2, dan r jarak antara M E dan m o, maka Hofmann dan Moritz, 2006) : besar gaya gravitasi bumi ditulis sebagai berikut (modifikasi G = K M E m o r (I.2) Satuan internasional untuk gaya gravitasi adalah newton (Hofmann dan Moritz, 2006). Gayaberat adalah resultan antara gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang terjadi pada suatu titik (Heiskanen and Moritz, 1967). Satuan gayaberat dinyatakan dengan cm/detik 2 = 1 gal, untuk harga yang biasanya dijumpai dalam pengukuran digunakan satuan miligal (1 mgal), 1 mgal = 10-3 Gal (Siagian, 1992). Gambar I.2 menunjukkan garis arah gaya berat (g) searah dengan unting-unting (plumbline), garis arah gravitasi (G) menuju pusat massa bumi dan garis arah gaya sentrifugal (f) tegak lurus dengan sumbu rotasi bumi.

7 7 Gambar I.2. Gaya sentrifugal (modifikasi Hofmann dan Moritz, 2006). Keterangan Gambar I.2. : 1. Elipsoid. 2. Meridian Greenwich. 3. Bidang ekuator. Gaya sentrifugal pada unit massa didefinisikan (Hofmann dan Moritz, 2006) : f = ω 2 p.... (I.3) ω adalah kecepatan sudut rotasi bumi (rad/s) dan p = (x 2 + y 2 ) 1/ (I.4) adalah jarak dari sumbu rotasi bumi. Vektor f memiliki arah vektor p = [x, y, 0] (I.5) I.8.3. Anomali Gayaberat Definisi Anomali gayaberat secara umum adalah perbedaan gayaberat ukuran dengan gayaberat teoritis (Pick dkk, 1973). Gayaberat ukuran tidak dapat secara langsung dibandingkan dengan gayaberat normalnya, maka gayaberat ukuran perlu direduksi ke geoid Reduksi gayaberat. Hasil pengukuran gayaberat merupakan nilai gayaberat yang berada di permukaan bumi. Dalam studi penentuan geoid yang diperlukan adalah nilai gayaberat yang berada di geoid, oleh karena itu nilai gayaberat hasil pengukuran harus direduksi. Metode reduksi yang digunakan pada penelitian ini

8 8 adalah reduksi free air. Reduksi free air hanya memperhitungkan ketinggian tanpa memperhitungkan massa batuan antara geoid dan topografi (Hofmann dan Moritz, 2006). Nilai gayaberat di geoid ditulis dalam rumus berikut (Hofmann dan Moritz, 2006) : ɡ 0 = ɡ + F.... (I.6) keterangan : ɡ 0 ɡ F : gayaberat di geoid (mgal) : gayaberat di permukaan bumi (mgal) : reduksi free air (mgal) Persamaan reduksi free air adalah : F= + 0,3086H.... (I.7) Keterangan : F : reduksi free air (mgal) H : tinggi ortometrik (m) Gayaberat normal. Gayaberat normal adalah nilai gayaberat yang dihitung menggunakan ellipsoid sebagai bidang referensinya. Pada penelitian ini model ellipsoid yang digunakan adalah ellipsoid WGS84. Menurut Clair dan Michell (1979), rumus umum gayaberat normal adalah : ɤ = ɤ E (1 + β 1 sin 2 φ - β 2 sin 2 2φ)..... (I.8) Keterangan : ɤ : gayaberat normal ɤ E φ β 1 dan β 2 : gayaberat normal di ekuator : lintang : konstanta yang besarnya berbeda untuk setiap model ellipsoid Anomali gayaberat free air. Untuk memperoleh gayaberat di geoid dikenal beberapa cara reduksi, maka penamaan anomali gayaberat sesuai dengan nama reduksinya. Untuk penelitian ini digunakan reduksi free-air sehingga anomali yang digunakan adalah anomali gayaberat free-air. Menurut Pick dkk (1973) anomali gayaberat rumusnya adalah : ɡ = ɡ 0 - ɤ.... (I.9)

9 9 Anomali gayaberat free air ( ɡ FA ) : ɡ FA = (ɡ + 0,3086H) - ɤ (I.10) I.8.4. Penentuan Geoid Gravimetrik Penentuan geoid secara gravimetrik dilakukan dengan menggunakan data gayaberat. Pada Gambar I.3, suatu titik P di geoid diproyeksikan menjadi titik Q di elipsoid referensi. Jarak PQ merupakan undulasi atau tinggi geoid (N), sedangkan sudut yang terbentuk antara garis n dan n merupakan defleksi vertikal (ε). Gambar I.3. Hubungan antara geoid dan elipsoid referensi. (Hofmann dan Moritz, 2006) Pada hubungan antara geoid dan elipsoid terdapat perbedaan kecil antara potensial gayaberat di permukaan bumi/titik pengukuran (W) dan potensial gayaberat normal (U) yang disebut dengan anomali potensial (T), sehingga pada titik P berlaku persamaan berikut (Hofmann dan Moritz, 2006), T P = W P U P U P = U Q + U n (I.11) Q N = U Q γn..... (I.12) W P = U P + T P = U Q γn + T P..... (I.13) Pada Gambar I.3, titik Q merupakan proyeksi titik P sepanjang normal elipsoid dan karena elipsoid didefinisikan mewakili geoid sehingga keduanya akan memiliki potensial yang sama (U Q =W P =W O ), maka diperoleh persamaan berikut, T = γn atau N = T/γ..... (I.14) Persamaan (1.14) ini terkenal dengan nama persamaan Brun s (Hofmann dan Moritz, 2006) yang menyatakan hubungan antara undulasi geoid (N) dengan anomali potensial (T). Selanjutnya dengan memperhatikan Gambar I.3 maka g P adalah vektor

10 10 gaya berat dari P dan γ Q adalah vektor gayaberat normal dari Q, sehingga besarnya perbedaan antara kedua vektor tersebut merupakan anomali gayaberat ( g) dengan persamaan sebagai berikut (Hofmann dan Moritz, 2006), g = g P - γ Q.. (I.15) Persamaan yang digunakan untuk menghitung anomali potensial sebagai fungsi anomali gayaberat adalah persamaan matematis Stokes sebagai berikut (Hofmann dan Moritz, 2006), T = R 4π g. S Ψ dσ... (I.16) σ Bila nilai T pada persamaan (I.16) disubtitusi ke persamaan Brun s (I.14) maka akan diperoleh persamaan berikut (Hofmann dan Moritz, 2006), N = R 4πγ σ g. S Ψ dσ.. (I.17) Persamaan (I.17) disebut sebagai persamaan Stokes yang dapat digunakan dalam menghitung undulasi geoid (N) dari data anomali gayaberat. I.8.5. Penentuan Geoid Lokal Dalam perhitungan undulasi geoid dilakukan dengan menggunakan persamaan Stokes. Persamaan Stokes yang digunakan untuk menghitung nilai undulasi pada area yang kecil menggunakan pendekatan bidang datar. Persamaan Stokes perlu dimodifikasi terlebih dahulu, sehinga menjadi persamaan berikut (Vanicek dan Christou, 1994) : N 1 2 E g l o Dalam hal ini, l 1 dxdy S g l 2 o. (I.18) 2 2 x x 1/ P y y P.... (I.19) Keterangan (Vanicek dan Christou, 1994) : o g : anomali gayaberat ( x, y ) : koordinat titik-titik data yang dimiliki ( x P, S E y P ) : koordinat titik hitung : operator stokes : luas

11 11 Pada persamaan (I.18) ini belum optimal dalam penghitungan, sehingga harus dilengkapi dengan data dari komponen lainnya. Dalam memodelkan geoid lokal maka tiga komponen harus diperhitungkan (Gambar I.4). Komponen tersebut adalah komponen gelombang panjang (long-wavelength) yang diperoleh dari model geopotensial global (MGG); komponen gelombang menengah (medium-wavelength) yang diperoleh dari data gayaberat lokal; dan komponen gelombang pendek (shortwavelength) yang diperoleh dari data tinggi topografi dalam bentuk model terrain digital (MTD). Gambar I.4. Kontribusi berbagai jenis data terhadap penentuan geoid regional (Modifikasi Vanicek dan Christou, 1994) Keterangan : N GM N G N H : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang panjang (m) : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang menengah (m) : indirect effect (m)

12 12 Pada gambar I.4 merepresentasikan kontribusi ketiga jenis data untuk menentukan undulasi. Penentuan undulasi geoid N dapat dilakukan menggunakan metode remove restore (Vanicek dan Christou, 1994) yang dapat ditulis dalam persamaan, g = g FA - g GM - g H..... (I.20) N NGM N g N H... (I.21) Persamaan (I.20) disebut remove dan persamaan (I.21) disebut restore. Metode remove merupakan pengurangan data anomali free air dari efek komponen gelombang panjang (MGG) dan gelombang pendek (topografi). Undulasi geoid gravimetrik N dapat diperoleh dengan melakukan restore persamaan (I.21). Metode restore dilakukan dengan cara memasukkan kembali kontribusi MGG dan topografi (indirect effect) terhadap nilai residual undulasi sehingga menghasilkan nilai undulasi. Residual anomali gayaberat diperoleh dari data anomali free air dikurangi efek komponen gelombang panjang (MGG) dan efek gelombang pendek (topografi). Persamaan untuk menghitung residual anomali gayaberat dapat ditulis (Srinivas dkk, 2012), g res = g obs - g GGM - g RTM... (I.22) Keterangan (Srinivas dkk, 2012): g : residual anomali gayaberat g obs : anomali gayaberat free air g GGM : anomali gayaberat dari komponen gelombang panjang g : anomali gayaberat dari komponen gelombang pendek I Hitungan kontribusi MGG. Model geopotensial yang digunakan sebagai data masukan adalah EGM2008. EGM2008 merupakan model geopotensial global terbaru yang memiliki degree dan orde 2159 dan tambahan koefisien sampai degree 2190 (Borge, 2013). Kontribusi dari (Vanicek dan Christou, 1994), g dan N model geopotensial sebagai berikut... (I.23)

13 13 N GM R n n max C nm cos m Snm sin m P nm sin n 2 m 0.. (I.24) Keterangan: C nm, S nm : koefisien potensial fully normalized geopotential dari potensial anomali P nm n max n,m ǵ R : fully normalized Legendre function : derajat maksimal dari model geopotensial : derajat dan orde dari model geopotensial : gayaberat rata-rata : jari-jari rerata bumi ( meter) ( φ, λ) : lintang dan bujur geosentrik Hitungan kontribusi terrain. Koreksi terrain merupakan koreksi yang diberikan karena pengaruh penyebaran densitas batuan yang tidak teratur pada suatu wilayah. Salah satu metode koreksi terrain yang biasa digunakan pada penentuan geoid adalah Residual Terrain Model (RTM) (Forsberg, 1984). Metode RTM ini dikenalkan oleh Forsberg tahun 1984 (Bajracharya, 2003). Pada metode RTM, densitas topografi akan diseimbangkan antara anomali densitas negatif dan anomali densitas positif, yang merepresentasikan area topografi yang berada di atas atau di bawah bidang topografi referensi (Forsberg, 1984). Pada metode RTM permukaan tinggi rerata yang halus digunakan sebagai referensi untuk mendefinisikan densitas batuan sampai dengan bidang referensi. Metode RTM dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut (Forsberg, 1994) : Keterangan : P(x, y, z) Q(x, y, z) ρ z K href : titik yang dihitung (pada topografi) : titik pada tinggi muka rata-rata (titik integrasi) : massa jenis batuan : nilai tinggi pada tinggi muka rata-rata : konstanta gravitasi : nilai tinggi referensi.. (I.25)

14 14 hp : nilai tinggi pada titik yanng dihitung Selain koreksi terrain dengan RTM, dirumuskan pula formula untuk menghitung koreksi akibat adanya ketidakseragaman massa batuan penyusun bumi. Koreksi ini disebut dengan indirect effect (Kasenda, 2009). Koreksi indirect effect ini diberikan kepada data gayaberat yang telah direduksi sebelum menjadi geoid (cogeoid) (Bajracharya, 2003). Gambar I.6. Ilustrasi Indirect effect (Modifikasi Bajracharya, 2003) Keterangan : N H P : Indirect effect : titik pengamatan dibidang topografi 2003) : Indirect effect pada geoid dapat dihitung dengan formula Brun s (Bajracharya, N H = T γ Keterangan : N H T γ (I.26) : Indirect effect : beda potensial gayaberat di geoid : gayaberat normal

15 15 I.8.6. Penghitungan Undulasi Geoid dengan 2D FFT Nilai undulasi geoid dapat dihitung menggunakan formula Stokes dengan metode 2D FFT pendekatan bidang spheris (Sideris, 2008). Formula Stokes yang telah diturunkan dengan menggunakan pendekatan bidang spheris atau bola dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut (Sideris, 2008) : Keterangan : φ j,λ i φ l,λ k φ, λ O M R S : koordinat data ukuran : koordinat titik dari undulasi yang dihitung : spasi grid dari lintang dan bujur : jumlah paralel pada grid : jumlah meridian pada grid : jari-jari rerata bumi ( meter) : operator stokes... (I.27) I.8.7. Kontrol Nilai Undulasi Gravimetrik Undulasi dapat ditentukan dengan 2 metode, yaitu : N geometrik = h H N gravimetrik = 1 2 E g l o 1 dxdy S g l... (I.28) o... (I.29) Kedua nilai tersebut idealnya sama. N geometrik memiliki ketelitian tinggi sehingga banyak digunakan sebagai kontrol untuk penentuan geoid gravimetrik (yildiz dkk, 2011), sehingga dalam penelitian ini untuk menentukan ketelitian nilai undulasi gravimetrik yang dihasilkan maka dikontrol dengan nilai undulasi geometrik. I.8.8. Interpolasi Kriging Interpolasi kriging adalah metode geo-statistik yang digunakan untuk memprediksi nilai sebuah titik dari nilai observasi di sekitarnya dan memiliki bobot sesuai dengan kovarian spasialnya. Interpolasi kriging dapat mengestimasi titik baru

16 16 dari titik-titik yang ada dengan cara melakukan pembobotan secara linear(bohling, 2005). Interpolasi kriging dapat digunakan untuk memprediksi nilai yang belum diketahui dengan menggunakan persamaan matematis : Z x 0 = Keterangan n i=1 w x 0 Z x i... (I.30) Z x 0 : nilai prediksi yang belum diketahui. Z x i : nilai yang sudah diketahui. w x 0 : bobot interpolasi. I.8.9. Model Geopotensial Global EGM2008 Model geopotensial global EGM2008 merupakan Model geopotensial global yang dipublikasikan oleh National Geospatial-Intellegence Agency (NGA). Model geopotensial global ini, mengandung informasi mengenai data koefisien harmonik bola, yaitu orde (n), degree (m), koefisien potensial normal penuh (C, S) dan standar deviasinya (sigma C, sigma S) (Pavlis, dkk, 2008). Model geopotensial ini, lengkap dengan koefisien harmonik degree dan orde 2159 dan memuat tambahan sampai degree EGM2008 sudah memiliki anomali gayaberat dengan grid 5 x5 yang telah ditingkatkan berdasarkan pengukuran dari satelit GRACE (Pavlis, 2012, dalam Borge 2013). Konstanta WGS84 digunakan untuk mendefinisikan referensi ellipsoid dan bidang gayaberat normal. Konstanta tersebut adalah (NGA, 2008) : a. Setengah sumbu panjang ellipsoid WGS 84 (a) = m b.flattening ellipsoid WGS 84 (f) = 1/298, c. Konstanta gayaberat (GM) = 3, x m 3 s -2 d.kecepatan sudut rotasi bumi (ω) = x radian/sec I Standar Deviasi Varian dinyatakan dengan rumus (Walpole, 1993), τ 2 = n i=1(x i μ ) 2 n... (I.31) Standar deviasi dinyatakan dengan rumus (Walpole, 1993),

17 17 n (x τ = i μ) 2 i=1 n... (I.32) Keterangan rumus : τ 2 τ x i μ n : Varian : Standar Deviasi : data ke i : rerata data : jumlah data Standar deviasi digunakan sebagai kriteria untuk menilai ketelitian data pengamatan. Terdapat dua istilah tentang ketelitian, yaitu akurasi dan presisi. Akurasi atau kesaksamaan adalah tingkat kedekatan nilai-nilai pengamatan terhadap nilai sebenarnya. Presisi atau ketelitian adalah tingkat kedekatan nilai-nilai pengamatan satu sama lain, yang dapat dihitung besar-kecilnya standar deviasi (τ) dari pengamatan. Apabila data pengamatan mempunyai nilai standar deviasi yang kecil, berarti data tersebut teliti (Basuki, 2006). I Gravsoft Gravsoft adalah sebuah paket program yang dikembangkan oleh Rene Forsberg dari National Space Institute(DTU-Space) Denmark dan C.C Tscherning dari Niels Bohr Institute, University of Copenhagen. Program gravsoft dalam menghitung data masukan (input) dan keluaran (output) dengan format list file atau grid. beberapa program dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel. I.1

18 18 Kelompok program Tabel I.1. Contoh program pada gravsoft dan fungsinya Nama Fungsi program Interpolasi dan gridding Integrasi prisma terrain Metodemetode Fourier Seleksi dan format ulang data GEOGRID GEOIP TCGRID TC GEOEGM SPFOUR GCOMB G2SUR kuadrat terkecil kolokasi (kriging) atau prediksi bobot rata-rata dari format titik-titik ke gridgrid. termasuk juga menginterpolasi nilai yang tidak diketahui pada grid, prediksi titik atau profil interpolasi (linier atau spline) dari grid-grid ke titik-titik atau grid ke grid program pendukung untuk membuat grid-grid rerata dan rerata permukaan terrain untuk metode RTM pada TC integrasi prisma dari efek terrain (topografi, topografi-isostasi, RTM dan koreksi terrain klasik Evaluasi model gayaberat Spherical multi-band FFT untuk penentuan geoid, upward continuation dan efek terrain menambahkan atau mengurangi dan mengkombinasikan dua grid meliputi koreksi khusus seperti pemisahan geoid-quasi geoid konversi dari format grid pada Gravsoft ke format data surfer (*.grd) I.9. Hipotesis Pada pemodelan geoid, komponen gelombang panjang dari data MGG memberikan kontribusi nilai dan kesalahan yang paling signifikan. Ketelitian undulasi geoid dapat ditingkatkan dengan penggunaan degree MGG yang rendah,

19 19 pengambilan data gayaberat yang dirapatkan dengan rerata jarak 3 kilometer (km), dan penggunaan DTM dengan spasi 1 km atau lebih kecil pada seluruh wilayah pegunungan (Schwartz et al, dalam Vanicek dan Christou,1994). Berdasarkan hal tersebut, hipotesis penelitian adalah pada wilayah dengan data gayaberat yang terdistribusi merata dan rapat, nilai degree MGG rendah yang digunakan akan menghasilkan ketelitian geoid yang semakin besar.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 PEMODELAN GEOID LOKAL KOTA SEMARANG BERDASARKAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBALGRACE Risa Ayu Miftahul Rizky, Bambang Darmo Yuwono, Muhammad Awaluddin Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS BAB III PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS 3.1 Penentuan Model Geoid Lokal Delta Mahakam Untuk wilayah Delta Mahakam metode penentuan undulasi geoid yang sesuai adalah metode kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kadaster menjadi bagian aspek pertanahan yang bersifat legal dan teknis yang dapat didekati dengan bidang ilmu mengenai penentuan posisi dan lokasi, seperti ilmu Geodesi.

Lebih terperinci

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Enira Suryaningsih dan Ira Mutiara Anjasmara Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai STUDI PENENTUAN TINGGI ORTHOMETRIK MENGGUNAKAN METODE GPS HEIGHTING (STUDI KASUS: KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN BANDARA ABDURAHMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Geodesi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran bumi, termasuk penentuan medan gaya berat bumi beserta variasi temporalnya. Salah satu representasi

Lebih terperinci

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah Infromasi Personal Isna Uswatun Khasanah ST., M.Eng S1 Teknik Geodesi UGM S2 Teknik Geomatika UGM Email : ikhasanah31@gmail.com Hp : 085310591597 / 085729210368 Outline

Lebih terperinci

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam BAB I PENDAHLAN ntuk keperluan rekayasa di wilayah kerja TOTAL E&P INDONESIE dengan luas area 60 km x 90 km di daerah Delta Mahakam, Kalimantan Timur, diperlukan titik-titik yang tinggi ortometriknya diketahui.

Lebih terperinci

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara Reza Mohammad Ganjar Gani, Didin Hadian, R Cundapratiwa Koesoemadinata Abstrak Jaring Kontrol

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015 PEMODELAN GEOID INDONESIA DENGAN DATA SATELIT GOCE Maylani Daraputri, Yudo Prasetyo, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI DATA GAYABERAT UNTUK PEMETAAN GEOID DENGAN METODE REMOVE-RESTORE DI WILAYAH SELAT SUNDA DAN SEKITARNYA SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI DATA GAYABERAT UNTUK PEMETAAN GEOID DENGAN METODE REMOVE-RESTORE DI WILAYAH SELAT SUNDA DAN SEKITARNYA SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI DATA GAYABERAT UNTUK PEMETAAN GEOID DENGAN METODE REMOVE-RESTORE DI WILAYAH SELAT SUNDA DAN SEKITARNYA SKRIPSI TAJUDIN NOOR 0706262842 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Pemodelan Geoid Lokal D.I. Yogyakarta menggunakan Metode Fast Fourier Transformation dan Least Square Collocation

Pemodelan Geoid Lokal D.I. Yogyakarta menggunakan Metode Fast Fourier Transformation dan Least Square Collocation Pemodelan Geoid Lokal D.I. Yogyakarta menggunakan Metode Fast Fourier Transformation dan Least Square Collocation Bagas TRIARAHMADHANA*, Leni S. HELIANI**, Nurrohmat WIDJAJANTI** *Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013 PEMODELAN GEOID KOTA SEMARANG Tanggo Rastawira 1 ) Ir. Sutomo Kahar, M.Si. 2 ) L.M. Sabri, S.T., M.T. 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Diponegoro 2) Dosen Pembimbing I Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

PEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS

PEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS RP 35121000 TUGAS AKHIR RG141536 PEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS CHANDRA WIDIPERMANA NRP 3513100011 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Muhammad Taufik Ira Mutiara Anjasmara,S.T.,M.Phil.,Ph.D.

Lebih terperinci

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Nama : Muhamad Aidil Fitriyadi NPM : 150210070005 Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Jenis proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah Geodesi Fisis Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat Isna Uswatun Khasanah 4/6/2016 Geofis Minggu 2,3 - Teknik Geodesi- FTSP ITP-2016 1 Statistik Pengumpulan Tugas1 Jumlah

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016 PEMODELAN GEOID LOKAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Studi Kasus: Universitas Diponegoro Semarang Galih Rakapuri, Bambang Sudarsono, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Daerah dan data penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder gayaberat di daerah Bogor pada tahun 2008-2009 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia Bandung dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal Pertemuan 3 Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal Koordinat 3D Koordinat 3D Koordinat 3D Pernyataan lintang Pernyataan bujur dan Tinggi λ (Bujur) = sudut yang dibentuk antara meridian suatu titik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat BAB II DASAR TEORI Pada bab II ini akan dibahas dasar teori mengenai sistem referensi koordinat, sistem koordinat dan proyeksi peta, yang terkait dengan masalah penentuan posisi geodetik. Selain itu akan

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR HAK CIPTA... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 buah pulau (Kahar, dkk., 1994). Indonesia setidaknya memiliki lima buah pulau besar yaitu Pulau

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI 2.1 Teori Gravitasi Newton 2.1.1 Hukum Gravitasi Newton Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya antara

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR Undulasi geoid dalam tugas akhir ini dihitung menggunakan program aplikasi berbahasa FORTRAN, yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak

Lebih terperinci

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002). III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun

Lebih terperinci

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Dasar Metode Gravitasi Metode gravitasi merupakan salah satu metode survei geofisika yang memanfaatkan sebaran densitas di permukaan bumi sebagai bahan studi untuk

Lebih terperinci

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2. III. TEORI DASAR A. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 1. Teori gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat Geosentrik Sistem Koordinat Toposentrik Sistem Koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan survei Global Navigation Satellite System (GNSS) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi GNSS merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya

Lebih terperinci

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI Geoid dan ellipsoida merupakan bidang 2 yang sangat penting didalam Geodesi. Karena masing 2 bidang tersebut merupakan bentuk bumi dalam pengertian fisik dan dalarn pengertian

Lebih terperinci

By. Y. Morsa Said RAMBE

By. Y. Morsa Said RAMBE By. Y. Morsa Said RAMBE Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinatkoordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Jenis sistem koordinat:

Lebih terperinci

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR DAFTAR NOTASI η = vektor orientasi arah x = posisi surge (m) y = posisi sway (m) z = posisi heave (m) φ = sudut roll (rad) θ = sudut pitch (rad) ψ = sudut yaw (rad) ψ = sudut yaw frekuensi rendah (rad)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI Dadan Ramdani 1 Abstract GPS is used increasingly and commonly in the last past year in all aspect of live. But the

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Dekonvolusi Gayaberat Secara Umum Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter fisis bumi dengan metode yang tidak langsung. Konsep

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori 18 III. TEORI DASAR 3.1. Hukum Newton Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton menyatakan bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI Dadan Ramdani Staf Balai Penelitian Geomatika BAKOSURTANAL Jln. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong e-mail: dadan@bakosurtanal.go.id

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 2 DATA DAN METODA BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas 1 Vol. XVII ISSN: 1410-3125 Januari 2013 Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Hary Nugroho, Rinaldy Jurusan Teknik Geodesi, Institut

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA

PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA Enos 1, Rochman Djaja 2, Dadan Ramdani 3 ABSTRAK Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit sampai saat ini,

Lebih terperinci

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996 PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 2, 2004, 145-157 145 Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996 Hasanuddin Z. Abidin 1), Heri Andreas 1), Dinar

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR III.1 Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) atau sering juga disebut DEM, merupakan

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada tahun 1973. Saat ini, satelit altimetri mempunyai

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE

PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE STUDI KASUS : WILAYAH INDONESIA ABDULLAH SUSANTO 3506 100 035 PEMBIMBING : DR. Ir. M. TAUFIK 1955 0919 1986 03 1001 EKO YULI HANDOKO 1974 0727 2000 03 1001 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Konsep Geodesi untuk Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Konsep Geodesi untuk Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Konsep Geodesi untuk Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Geodesi Menurut definisi klasik dari F.R. Helmert, Geodesi adalah sebuah sains dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi. Pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PRESENTASI TUGAS AKHIR PRESENTASI TUGAS AKHIR KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA Oleh : Putra Nur Ariffianto Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Data Gayaberat Daerah pengukuran gayaberat yang diambil mencakup wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten dan Sleman,Yogyakarta. Dengan batas

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh III. TEORI DASAR 3.1 Prinsip Dasar Gayaberat Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan adanya variasi medan gravitasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis pelaksanaan penelitian sarta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada bab III. Analisis dilakukan terhadap

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

GEODESI DASAR DAN PEMETAAN

GEODESI DASAR DAN PEMETAAN GEODESI DASAR DAN PEMETAAN KONSEP TAHAPAN PEMETAAN 2 PENGOLAHAN DATA PENYAJIAN DATA PENGUMPULAN DATA PETA MUKA BUMI FENOMENA MUKA BUMI INTERPRETASI PETA 1 Sistem Perolehan Data 3 Pengukuran terestrial

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Berikut beberapa pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan pasut laut [Djunarsjah, 2005]:

BAB II DASAR TEORI. Berikut beberapa pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan pasut laut [Djunarsjah, 2005]: BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasang Surut Laut Pasut laut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa dan luar

Lebih terperinci

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n ) Proseding Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan BerkelanjutanBandung 3 Desember 2007 ISBN : 978-979-799-255-5 Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Wilfried Suhr Gambar 1. Waktu-waktu kontak dalam peristiwa transit Venus.

Wilfried Suhr Gambar 1. Waktu-waktu kontak dalam peristiwa transit Venus. TUGAS I ASTROFISIKA (FI 567) BESARAN MENDASAR DALAM ASTRONOMI & ASTROFISIKA: Penentuan 1 AU SEMESTER GANJIL 2014 2015 DOSEN: JUDHISTIRA ARIA UTAMA, M.SI. (KODE: 2582) Dalam aktivitas laboratorium astronomi

Lebih terperinci

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Bab II TEORI DASAR 2.1 Batas Daerah A. Konsep Batas Daerah batas daerah adalah garis pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah administrasi adalah wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan METODE PENELITIAN Lokasi Penelitan Penelitian ini dilakukan pada perairan barat Sumatera dan selatan Jawa - Sumbawa yang merupakan bagian dari perairan timur laut Samudera Hindia. Batas perairan yang diamati

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Sistem satuan

Lebih terperinci

K NSEP E P D A D SA S R

K NSEP E P D A D SA S R Mata Kuliah : Sistem Informasi Geografis (SIG) Perikanan. Kode MK : M10A.125 SKS :2 (1-1) KONSEP DASAR DATA GEOSPASIAL OLEH SYAWALUDIN A. HRP, SPi, MSc SISTEM KOORDINAT DATA SPASIAL SUB POKOK BAHASAN 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi sumber daya alam umumnya memerlukan biaya sangat mahal. Oleh karena itu biasanya sebelum melakuka kegiatan eksplorasi dilakukan survey awal, survey

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten Selatan yang terletak pada koordinat 6 o 30 00-7 o 00 00 LS dan 106 o 00 00-106 o

Lebih terperinci

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai salah satu situs warisan budaya dunia, Candi Borobudur senantiasa dilakukan pengawasan serta pemantauan baik secara strukural candi, arkeologi batuan candi,

Lebih terperinci

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT PENGOLAHAN DATA KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT KOREKSI LINTANG KOREKSI UDARA BEBAS KOREKSI BOUGER KOREKSI MEDAN ANOMALI BOUGER ANOMALI UDARA BEBAS KONVERSI HARGA

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di setiap tempat di permukaan bumi berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pantai Teritip hingga Pantai Ambarawang kurang lebih 9.5 km dengan koordinat x = 116 o 59 56.4 117 o 8 31.2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Candi Borobudur adalah salah satu karya besar nenek moyang bangsa Indonesia. Candi Borobudur merupakan candi terbesar di dunia dan sudah ditetapkan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data DEM/DTM Untuk mengetahui kualitas, persamaan, dan perbedaan data DEM/DTM yang akan digunakan untuk penelitian, maka dilakukan beberapa analisis. Gambar IV.1.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

Proyeksi Peta. Tujuan

Proyeksi Peta. Tujuan Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang bentuk permukaan bumi Memahami proyeksi dari peta bumi (3D) ke peta topografi

Lebih terperinci

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA Oleh : Gusti Ayu Esty Windhari Dosen Tetap pada Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci