BAB III PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI 3.1. Uji Penelitian Suhu knalpot Penelitian dilakukan secara sistematik untuk mendapatkan data-data empiris pada perancangan alat "Perancangan Alat pemindah kalor pada knalpot kendaraan bermotor untuk hot box food delivery". Penulis melakukan observasi langsung dengan menggunakan knalpot costum (buatan) untuk motor matic yamaha mio Tempat Dan Waktu Tempat untuk mendapatkan data penelitian adalah jalan raya dengan jarak tempuh 10 Km, ini disamakan dengan cover area food delivery sejauh radius 10 km Pada uji penelitian, jalan raya yang digunakan dalam keadaan steril dari hambatan (macet dan lampu merah) untuk mendapatkan kecepatan yang konstan dan akurat Waktu uji penelitian, dilakukan diluar jam sibuk/kerja dimana lalu lintas tidaklah ramai Waktu dibatasi oleh jarak tempuh 10 Km FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 1

2 3.3. Objek Penelitian Yamaha Matic Mio Knalpot Costum 3.4. Alat Pengukur Suhu (termometer) Infrared thermometer digital / Digital Infrared Thermometer Gun dengan Laser Sight ( Non Kontak) untuk mengambil suhu dari kejauhan. Dengan rentang respon panjang, pengukuran akurat, dan segera. Gambar 3.1 : Infrared Thermometer Gun Digital Spesifikasi : - (Range: -50 to +550 C / -58 to F) - Accuracy ±1.5% or±1.5 C - Distance Spot Ratio 12:1 - Response Time & Wavelength 500ms & (8-14)um FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 2

3 3.5. Sistematis Pengujian Flow Chart 3.1 : Uji Penelitian 3.6. Laporan Pengujian Pengukuran suhu menggunakan alat ukur thermal gun yang ditembakkan ke permukaan material knalpot untuk mengetahui suhu pada knalpot. Motor dijalankan dengan kategori kecepatan : a) Rendah (20 Km/jam) b) Sedang (40 Km/jam) c) Tinggi (60 Km/jam) FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 3

4 Bagian yang diukur / ditembak thermal gun adalah pipe exhaust (leher), dengan suhu awal sebelum mesin dinyalakan adalah 30C. Untuk mengetahui peningkatan suhu pada knalpot dengan 3 kategori kecepatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini : Gambar 3.2 : Proses Penembakan Suhu pada Knalpot Tabel 3.1 : Kecepatan 20 Km/jam Dengan kecepatan (v) 20 km/jam Jarak (S) / (Km) Waktu (menit) Suhu (C) , FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 4

5 Grafik 3.1 : Kecepatan 20 Km/jam 200 Temperature Waktu (menit) Suhu ( C) , Jarak Tabel 3.2 : Kecepatan 40 Km/jam Dengan kecepatan (v) 40 km/jam Jarak (S) / (Km) Waktu (menit) Suhu (C) 1 1, , , , ,5 126 FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 5

6 Grafik 3.2 : Kecepatan 40 Km/jam Temperature Suhu ( C) Waktu (menit) ,5 3 3,6 6 7,5 9 10, , Jarak Tabel 3.3 : Keceapatan 60 Km/jam Dengan kecepatan (v) 60 km/jam Jarak (S) / (Km) Waktu (menit) Suhu (C) FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 6

7 Grafik 3.3 : Kecepatan 60 Km/jam Temperature Suhu ( C) Waktu (menit) Jarak 3.7. Analisa Pengujian Tabel 3.4 : Kesimpulan Uji Penelitian Kesimpulan Uji Penelitian FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 7

8 Kecepatan 20 Km/jam 1. Dikategorikan sebagai kecepatan rendah 2. Jarak tempuh 10 Km dibutuhkan waktu 30 menit 3. Naik & turun grafik relatif stabil dan besar perbedaan nya tidak terlalu jauh 4. Pemakaian bahan bakar lebih irit 5. Mesin tidak terlalu panas Kecepatan 40 Km/jam 1. Dikategorikan sebagai kecepatan sedang 2. Jarak tempuh 10 Km dibutuhkan waktu 15 menit 3. Naik & turun grafik besar perbedaan nya namun relatif stabil Kecepatan 60 Km/jam 1. Dikategorikan sebagai kecepatan tinggi 2. Jarak tempuh 10 Km dibutuhkan waktu 10 menit 3. Naik & turun grafik drastis perbedaan nya suhunya besar 4. Pemakaian bahan bakar lebih boros 5. Mesin cepat panas Dari uji penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa knalpot mempunyai potensi energi panas yang tersimpan dan dapat dimanfaatkan ke sebuah usaha lain yang dapat menghasilkan kerja. Dari data diatas diketahui FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 8

9 suhu maksimum knalpot dengan kecepatan rendah 20 km/jam adalah 174C dan kecepatan tinggi dengan suhu 234C. Maka nilai suhu tersebut dapat memenuhi pemanfaatan aplikasi praktis dari hukum termodinamika, yang menjelaskan hubungan antara panas, kerja mekanik, dan aspek-aspek lain dari energi dan perpindahan energi. Dengan kata lain energi ditransfer sebagai kalor dan sebagai kerja. Kerja dilakukan ketika energi ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain melalui cara-cara mekanis yang disebabkan oleh perbedaan temperatur. Dari uji penelitian diatas, kecenderungan pengaruh oli mesin dan sistem pendingin pada mesin motor, suhu tidak bertambah secara kontiniu atau berbanding lurus dengan jarak dan waktu, tetapi suhu gas buang hasil pembakaran dalam akan turun setelah lebih dari 200C dimana dikategorikan sebagai kecepatan sedang dan tinggi, dapat dilihat pada grafik kecepatan 40 Km dan 60 Km dimana suhu turun drastis, sedangkan kecepatan rendah (20 Km/jam) lebih stabil dan perbedaan naik turun suhu tidaklah terlalu jauh, fenomena tersebut terjadi pada jarak tempuh 4 km s/d 7 Km dimana kemampuan mesin mengeluarkan daya maksimum Konsep Desain Konsep desain awal alat "perancangan alat pemindah kalor pada knalpot kendaraan bermotor untuk hot box food delivery" adalah membuat hot box sebagai media penerima panas dari sistem yang akan dibuat, dan sistem pemindah kalor (heat transfer), kemudian merancang ulang atau memodifikasi sillincer pada kendaraan bermotor type matic. Dengan kriteria mampu menyerap FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 9

10 dan memindahkan panas hasil pembuangan gas buang pembakaran mesin kendaraan bermotor jenis matic. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, pemikiran-pemikiran umum yang mendasari perancangan alat ini ialah : Box menggunakan oven kompor berbahan seng dengan dimensi, yaitu : - Panjang : 378 mm - Lebar : 310 mm - Tinggi : 325 mm - Ketebalan : 1 mm Sistem penghubung menggunakan pipa Air Conditioner (AC) 1 PK berbahan tembaga Berdasarkan bentuk sillincer, digunakan bentuk silinder dengan diameter 106 mm, panjang 350 mm FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 10

11 Flow Chart 3.2 :Konsep Perancangan dan Penelitian START Perancangan Alat : 1. Hot Box 2. Pipa Penghubung Heat Transfer 3. Sillincer Pembuatan Alat : 1. Hot Box 2. Pipa Penghubung Heat Transfer 3. Sillincer Uji Penelitian Alat Statik Dinamic Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam 20 km/jam 40 km/jam 60 km/jam Metode LMTD FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 11

12 Kesimpulan & Saran Selesai 3.9. Perencanaan Alat 3.9a) Hot Box Perencanaan berdasarkan bentuk yang ideal untuk ditempatkan pada motor yamaha matic mio yang akan dijadikan uji coba penelitian, berbentuk kotak persegi dan mempunyai bobot kurang lebih 15 kg Tabel 3.5 : Komponen Hot Box No. 1. Box Komponen Gambar 2. Komponen Pendukung 1. Base Bracket 2. Styriofome 3. Alumunium Foil FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 12

13 4. Pipa Tembaga 5. Engsel 6. Knop pintu Gambar 3.3 : Perencanaan Hot Box Sumber : Autodesk Inventor b) Transfer Heat Pipe Untuk menyalurkan / memindahkan kalor dari sistem arbsorpsi knalpot maka dibutuhkan bahan yang konduktivitas nya baik dan jenis pipa yang fleksibel/elastis. Tabel 3.6 : Komponen Heat Transfer No. Komponen Gambar FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 13

14 1. Inner Pipe Cooper 2. Insulation Gambar 3.4 : Perencanaan Heat Transfer Pipe Sumber : Autodesk Inventor c) Alat Pemindah Kalor Pada Knalpot Untuk mendapatkan sumber energi panas pada knalpot maka dibutuhkan sistem penyerap atau penyimpan panas (arbsorpsi), panas FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 14

15 yang berkonduksi dengan dinding silinder knalpot harus diisolasi dengan lapisan glass wool agar dapat memenuhi hukum termodinamika. Tabel 3.7 : Komponen Alat Pemindah Kalor Pada Knalpot No Komponen Gambar 1. Muffler Modifikasi 2. Cooper Pipe C pipe Silincer Housing 5. Cup Silincer Housing 6. L pipe FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 15

16 Gambar 3.5 : Muffler Modifikasi Sumber : Autodesk Inventor Konsep Perencanaan FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 16

17 Gambar 3.6 : Perancangan Alat Pemindah Kalor Sumber : Autodesk Inventor Bahan-Bahan Pendukung Perancangan Tabel 3.8 : Bahan Pendukung No. Bahan Jumlah Fungsi Pendukung 1 Pipa tembaga ¼ inch = 10 meter 3/8 inch = 10 meter Penyerap dan pemindah kalor 2 Alumunium foil Lembaran : 1,5 Proses adiabatik meter Lakban : 1 rool 3 Skotlet 3 meter Melapisi bagian luar FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 17

18 box 4 Lakban 1 rool Perekat 5 Engsel slot 2 pcs Kunci box 6 Styriofome 3 pcs Proses adiabatik 7 Paku rivet 1 kotak Penguat konstruksi box 8 Nipple ¼ inch = 2 set Penghubung 3/8 inch = 2 set 9 Plat siku 3 meter Buat braket box 10 Baut + mur ½ lusin Penguat konstruksi box Peralatan Pendukung Perancangan Tabel 3.9 : Peralatan Pendukung No. Peralatan Jumlah Fungsi Pendukung 1 Amplas 2 lembar Mengahaluskan permukaan benda dan menghilangkan FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 18

19 kotoran (karat) 2 Spidol 2 pcs Alat tulis / sketsa /penanda 3 Meteran 1 pcs Alat ukur 4 Kunci pas / ring 1 set Melepas dan memasang baut dan mur 5 Obeng (+/-) 1 pcs Melepas dan memasang baut dan mur 6 Tang 1 pcs Penjepit 7 Palu 1 pcs Pemukul 8 Gergaji besi 1 pcs Alat potong 9 Bor Listrik 1 set Melubangi dan riveting 10 Flaring and cutting tool kit 1 set Chamfer pipa dan memotong pipa 11 Hand Tube Bender 2 set Membengkokkan pipa FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 19

20 Gambar 3.7 : Bor Listrik Gambar 3.8 : A. Flaring and Cutting Tool Kit, B. Hand Tube Bender Perancangan Dan Pembuatan Alat 3.13a. Hot Box Hot Box menggunakan barang jadi yang sudah ada di pasaran yakni oven kompor dengan ukuran, sebagai berikut: P= 378 mm L= 310 mm T= 325 mm FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 20

21 Gambar 3.9 : Oven Kompor Untuk memenuhi prinsip-prinsip thermodinamika, oven yang sudah jadi dimodifikasi bagian dalam dan luarnya dengan menambahkan komponenkomponen untuk mendukung proses adiabatik pada box. Komponen-komponen tersebut adalah : 1. Styriofome : sebagai media penghambat panas pada bahan yang dapat berkonduksi 2. Alumunium Foil : sebagai media penahan panas didalam box agar suhu dalam box tidak berubah dan tidak berpengaruh terhadap lingkungannya. 3. Skotlet Hitam : Untuk menyerap panas radiasi dari luar sehingga membantu peningkatan suhu dalam box hasil dari panas yang dikeluarkan pipa kondensasi dan mengurangi pelepasn kalor ka luar box. Skotlet juga digunakan untuk menutupi lapisan luar box agar bahan box yang terbuat dari seng terlindung dari karat, selain itu memperindah penampilan box. FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 21

22 Modifikasi Oven Kompor Box diisolasi dengan bahan-bahan isolator, yakni : 1. Styriofome dengan ukuran 374 mm x 250 mm x 250 mm, banyaknya 3 pcs dirancang sedemikian rupa agas dapat menahan perpindahan panas, yakni dengan meletakkannya pada sela antara dinding over bagian dalam. Gambar 3.10 : Styriofome Gambar 3.11 : Perancangan Styriofome Sumber : Autodesk Inventor FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 22

23 a) Alumunium Foil Bahan isolator untuk melapis dan menahan panas agar tetap di ruang dalam box Gambar 3.12 : Alumunium Foil lembaran dan lakban Gambar 3.13 : Perancangan Styriofome Sumber : Autodesk Inventor FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 23

24 b) Skotlet Hitam Pola skotlet dibuat berdasarkan dimensi box, skotlet diusahakan menutupi lapisan luar box dan pemasangannya harus teliti dan presisi. Gambar 3.14 : Perancangan Skotlet 3.13b. heat transfer pipe Transfer pipe berbahan tembaga karena konduktifitas nya yang baik, dalam perancangan ini menggunakan pipa AC 1 PK yang biasa digunakan pada sistem pendingin Air conditioner. FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 24

25 Gambar 3.15 : Selang AC 1 PK Untuk menghubungkan Pipa masuk dan keluar suhu dari sillincer ke box menggunakan Nipple yang disesuaikan ukurannya dengan pipa tembaga pada sillincer dan box. Gambar 3.16 : Nipple ¼ dan ¾ 3.13c. Alat Pemindah Kalor Pada Knalpot Pipa berdiameter 35 mm dengan ketebalan 1 mm dipotong sepanjang 350 mm, kemudian diberikan sekat berdiameter 100 mm untuk FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 25

26 membuat 3 partisi / ruang, yakni, Gambar 3. ), sekat tersebut telah diberikan lubang diameter 10mm untuk jalur heat pipe dan di rectangular dengan r = 35 mm berjumlah 6 lubang. a. Partisi untuk pipa perforasi, P : 100mm, Ɵ100mm b. Partisi untuk menyimpan / penyerap panas, P : 190mm, Ɵ100mm c. Partisi untuk C pipe depan, P : 50mm, Ɵ100mm Gambar 3.17 : Dimensi Muffler Sumber : Autodesk Inventor 2014 Pipa tembaga dirangkai mengelilingi inner pipe sepanjang ruang arbsorpsi, panas yang dikeluarkan secara konduksi melalui dinding sillinder lalu diserap oleh pipa tembaga yang kemudian merambat FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 26

27 dengan menggunakan prinsip-prinsip thermodinamika ke hot box melewati pipa AC 1 PK Gambar 3.18 : Muffler Modifikasi Sumber : Autodesk Inventor Muffler diisolasi dengan lapisan glass woll lalu ditutup tabung silinder berdiameter 106 mm dengan ketebalan 3 mm kemudian Sillincer dihubungkan bersama exhaust pipe sebagai penghubung antara ruang bakar dan sillincer. Gambar 3.19 : Knalpot Modifikasi Sumber : Autodesk Inventor 2014 FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 27

28 3.14. Konstruksi Alat Gambar 3.20 : Perancangan Hot Box Gambar 3.21 : Perancangan Heat Transfer Pipe FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 28

29 Gambar 3.22 : Perancangan Sillincer Gambar 3.23 : Aplikasi Alat Penelitian pada Motor Uji Alat Penempatan alat ukur pada alat uji dimaksudkan untuk mendapatkan nilai perpindahan panas yang terjadi dari knalpot ke dalam box. FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 29

30 Alat ukur yang digunakan adalah 1. Thermogun infrared digital 2. Termometer digital 3. Termometer air raksa Untuk mendapatkan T 1 mengunakan termometer air raksa yang dipasang pada exhaust Untuk mendapatkan T 2 menggunakan thermogun infrared yang ditembakan ke ujung knalpot Untuk mendapatkan t 1 menggunakan thermogun infrared yang di tembakkan ke permukaan pipa tembaga Untuk mendapatkan t 2 menggunakan thermometer digital yang dipasang pada box Gambar 3.24 : Penempatan Termometer pada alat Sumber : Paint FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 30

31 3.16. Metode Log Mean Temperature Difference (LMTD) Perhitungan menggunakan metode log mean temperature difference (LMTD) atau perbedaan temperatur rata-rata logaritmik yang merupakan bentuk perbedaan temperatur rata-rata yang digunakan dalam perhitungan laju aliran kalor pada penukar kalor dan dinyatakan Sebagai berikut : ΔT lm = (3.1) Pengukuran dilakukan secara observasi dengan 2 kategori, yakni : 3.16a. Pengukuran Statik (diam) Mesin motor dihidupkan selama 10 menit, pengamatan suhu terhadap sillincer dan knalpot dilakukan pada pagi,siang dan malam, didapat hasil pengukuran berikut : Tabel 3.10 : Pengukuran Statik 15 menit Pagi Siang Malam T 1 85C 93C 84C T 2 41C 43C 41C t 1 36C 37C 34C t 2 33C 36C 32C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 31

32 Perbedaan Temperature Rata-rata (LMTD) ΔT lm = PAGI ΔT lm = ( )( ) = ( ) = ( ) = ( ) = 146,03C SIANG ΔT lm = ( )( ) = ( ) = ( ) = ( ) = 151,93C MALAM ΔT lm = ( )( ) FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 32

33 = ( ) = ( ) = ( ) = 181,55C Tabel 3.11 : Hasil Pengukuran LMTD Statik Waktu Pagi Siang Malam Δlm 146,03C 151,93C 181,55C 3.16b. Pengukuran Dinamic ( bergerak ) Mesin dijalankan dengan kecepatan 20 km/jam (lambat), 40 km/jam (sedang), 60 km/jam (cepat), selama 10 menit. Tabel 3.12 : Pengukuran Dinamic PAGI 10 menit 20 km/jam 40 km/jam 60 km/jam SUHU LINGKUNGAN 30C 30C 30C T 1 72C 93C 98C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 33

34 T 2 41C 43C 45C t 1 36C 37C 43C t 2 33C 36C 36C SIANG 20 km/jam 40 km/jam 60 km/jam SUHU LINGKUNGAN 32C 33C 33C T 1 72C 98C 126C T 2 43C 45C 65C t 1 41C 40C 72C t 2 33C 38C 39C MALAM 20 km/jam 40 km/jam 60 km/jam SUHU LINGKUNGAN 29C 30C 30C T 1 60C 76C 98C T 2 43C 43C 52C t 1 40C 42C 44C t 2 33C 36C 39C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 34

35 Dari data penelitian pada tabel maka dapat dicari bentuk perbedaan temperatur rata-rata atau LMTD : PAGI KECEPATAN 20KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 94,936C KECEPATAN 40KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 151,93C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 35

36 KECEPATAN 60 KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 56,785C SIANG KECEPATAN 20KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 26,263C KECEPATAN 40KM/JAM ( ΔT lm = )( ) FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 36

37 = ( ) = ( ) = = 120,97C KECEPATAN 60 KM/JAM ( ΔT lm = )( ) ( ) = ( ) = ( ) = = 241,66C MALAM KECEPATAN 20KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 37

38 = = 36,87C KECEPATAN 40KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 10,85C KECEPATAN 60 KM/JAM ( ΔT lm = )( ) = ( ) = ( ) = = 236C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 38

39 Tabel 3.13 Pengukuran Dinamik LMTD Pagi Kecepatan Δlm 20 km/ jam 94,94C 40 km/ jam 151,93C 60 km/ jam 56,79C Tabel 3.14 Pengukuran Dinamik LMTD Siang Kecepatan Δlm 20 km/ jam 26,26C 40 km/ jam 120,97C 60 km/ jam 241,66C Tabel 3.15 Pengukuran Dinamik LMTD Malam Kecepatan Δlm 20 km/ jam 36,87C 40 km/ jam 10,85C 60 km/ jam 236C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 39

40 3.17. Perpindahan Kalor Konduksi Pada perhitungan ini, penulis mengambil data pengukuran statik dari tabel 3.10 pada kondisi pagi dan abel dinamic dari 3.12 pada kondisi pagi di kecepatan 20 km/jam. Menggunakan rumus konduksi : q = -ka 3.17a. Laju perpindahan kalor pada muffler Gambar 3.25 : Dimensi Muffler Modifikasi Sumber : Autodesk Inventor 2014 FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 40

41 Diketahui : K (konduktivitas bahan) = muffler : steel 73 W/m.C A = r 2 = 3,14 x 17,5 2 = 961,625 mm = 0,96m T 1 = 85C (Tabel 3.10) T2 = 41C (Tabel 3.10) Dx q = 340 mm = 0,34 m = -ka = -73 w/mc x 0,96 m = -73 w/mc x 0,96 m x 129,41 m = ,05 watt 3.17b. Laju perpindahan kalor pada pipa transfer Diketahui : K = cooper 385 W/m.C A = r 2 = 3,14 x 4,76 2 = 14,95 mm = 0,01495m atau 0,015 m T 1 T2 = 85C = 41C FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 41

42 Dx q = 650 mm = 0,65 m = -ka = -385 W/m.C x 0,015 m = -385 x 0,015 x 13,73 = -79,29 watt FT-Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana 42

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan kalor atau heat transfer adalah ilmu untuk meramalkan

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan kalor atau heat transfer adalah ilmu untuk meramalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpindahan kalor atau heat transfer adalah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material, dari termodinamika

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR 3.1 KONSEP DESAIN Pada desain alat ini, digunakan temperatur cool box tanpa beban, sekitar 2-5 0 C sebagai acuan. Desain ini juga merupakan perbaikan dari desain sebelumnya.berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Sampel Penelitian Bentuk penelitian ini adalah eksperimen untuk mengetahui produktifitas gas hidrogen dan gas oksigen selama proses elektrolisis. Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Konsep Desain Konsep desain awal coolbox berbasis hybrid termoelektrik adalah pengembangan dari desain sebelumnya. Adalah menambahkan water cooling pada sisi panas elemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

BAB IV LANGKAH PENGERJAAN

BAB IV LANGKAH PENGERJAAN BAB IV LANGKAH PENGERJAAN 4.1 Peralatan yang Digunakan Sebelum melakukan instalasi hal utama yang pertama dilakukan adalah menyiapkan peralatan. Peralatan yang digunakan pada instalasi sistem refrigerasi,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO

OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO 6307030004 LATAR BELAKANG Udara sejuk dalam ruangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu di jaman pemanasan global saat ini. Daya

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan mesin pendingin minuman dan makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam Modifikasi, baik teknik dan tahap tahap yang dilakukan untuk memodifikasi. Pada bab ini juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC CONVERTER PENGUJIAN EMISI

BAB III METODE PENELITIAN. berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC CONVERTER PENGUJIAN EMISI BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam pembuatan Tugas Akhir ini ada beberapa tahapan yang dilakukan, berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN Momentum, Vol. 9, No. 1, April 213, Hal. 13-17 ISSN 216-7395 ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN Sucipto, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Wahid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda Motor Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN

BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN Untuk mengetahui hubungannya perawatan rutin dengan kajian emisi kendaraan berdasarkan pada Standart uji SNI 09-2766-1992, maka pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HE Shell and tube Penukar panas atau dalam industri populer dengan istilah bahasa inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan dan bisa berfungsi

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL Fajar Sidik Irianto 1*, M.Dzulfikar 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

Lebih terperinci

CCTV Installation Guide

CCTV Installation Guide CCTV Installation Guide I. Persiapan 1.1 Mempersiapkan peralatan Berikut adalah peralatan yang harus disiapkan sebelum melakukan instalasi CCTV : 1. Obeng + Digunakan untuk memasang baut kamera, memasang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci