BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Sugiarto Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan sebagai penyebab utama terjadinya kesakitan dan kematian, serta tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Virus Hepatitis B (VHB) dapat menyerang semua umur dan semua suku bangsa, bahkan dapat menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis (Siregar, 2001). Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit hati akut maupun kronis (WHO, 2008). World Health Organization memperkirakan lebih 2 milyar penduduk dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dimana 378 juta atau 4,8% terinfeksi yang bersifat carier kronis dengan angka kematian 620,000 jiwa setiap tahun. Lebih dari 4,5 juta kasus infeksi baru virus hepatitis B terjadi setiap tahun, dan ¼ dari kejadian kasus tersebut berkembang menjadi penyakit hati sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler primer (Franco et al., 2012). Penyakit hepatitis B saat ini sudah menjadi penyakit endemis di berberapa negara termasuk Indonesia. Angka prevalensi infeksi virus hepatitis B di Indonesia antara 3-20% (Fauzah, 1997). Hal ini berhubungan dengan penularan virus hepatitis B secara vertikal dari ibu dengan HBsAg positif kepada bayi yang dilahirkannya terjadi sebanyak 25-45%. Penularan secara horizontal terjadi pada anak sebanyak 25-50%. Anak terinfeksi sebelum usia 5 tahun dengan daya tular tertinggi pada usia 3-5 tahun 66,7%. Keadaan ini menjadi penting, semakin muda usia terinfeksi VHB maka efek carier kronis semakin menetap (Gunawan, 1991). Indonesia digolongkan ke dalam kelompok daerah endemisitas sedang sampai tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap hepatitis B (Soejoenoes, 2001). 1
2 2 Jumlah kasus hepatitis B di Provinsi Jawa Tengah yang terlaporkan oleh kabupaten/kota dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Distribusi kasus hepatitis B dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini: Hepatitis B Sumber: profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Gambar 1. Distribusi Kasus Hepatitis B Tahun Provinsi Jawa Tengah Prevalensi hepatitis B di Kabupaten Magelang tidak diketahui secara pasti karena belum pernah dilakukan survei kasus hepatitis B dan survei serologi. Jumlah kasus hepatitis B terlaporkan di Kabupaten Magelang tahun 2011 sebanyak 51 kasus dengan diagnosis HBsAg positif. Kejadian kematian akibat infeksi virus hepatitis B di Kabupaten Magelang termasuk 10 besar jumlah kematian di ruangan rawat inap rumah sakit yang terdiagnosis sirosis hepatis, (Dinkes Kab. Magelang dan Medical Record RSUD Muntilan, 2012). Data kesakitan dan kematian karena infeksi hepatitis B tersebut tidak menjelaskan apakah penyebabnya virus hepatitis B atau penyebab lainnya karena data di atas hanya bersumber dari data pelayanan sehingga jauh dari angka kejadian kasus yang sebenarnya. Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian pada bayi dan anak balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), maka dilaksanakan program imunisasi rutin dan tambahan seperti imunisasi Hepatitis B.
3 3 Cakupan imunisasi dasar hepatitis B di Kabupaten Magelang di atas 95% dan diharapkan terbentuknya respon imun yang optimal. Cakupan imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini : Cakupan Imunisasi HB 0-7 hr 98,7 94,4 95,9 DPT/HB 1 103,1 99,4 98,5 DPT/HB 3 102,5 99,2 99,4 Sumber: Laporan Cakupan Imunisasi Dinas Kesehatan Kab. Magelang Gambar 2. Cakupan Imunisasi Bayi Hepatitis B Tahun Kabupaten Magelang Risiko kronisitas hepatitis B jauh lebih besar apabila infeksi virus terjadi pada masa awal kehidupan dibandingkan bila infeksi pada usia dewasa. Infeksi virus hepatitis B pada masa bayi risiko kronisitas 90-95%, dimana 25-30% diantaranya berkembang menjadi sirosis hepatis atau karsinoma hepatoseluler. Umumnya infeksi virus hepatitis B tidak menampakkan gejala klinis (asimtomatik), sehingga sulit diketahui. Ini menyebabkan tingginya angka penyakit hati kronis dan keganasan hati pada orang dewasa (Dusheiko, 2007). Pencegahan primer dengan vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh tetap menjadi kekuatan utama dalam pengendalian infeksi virus hepatitis B pada orang-orang yang rentan, memutus transmisi penularan dan mengobati infeksi kronis. Vaksinasi telah tersedia selama lebih dari dua dekade, karena risiko tinggi infeksi virus hepatitis B banyak Negara Asia telah mengadopsi vaksinasi massal sejak tahun 1980 (Marfin & Gubler, 2005).
4 4 World Health Organization (WHO) pada tahun 1997 mengembangkan strategi upaya pengendalian efektif untuk menurunkan angka infeksi hepatitis B kronis melalui Expended Program Immunization (EPI). Hasilnya WHO merekomendasikan pemberian vaksin hepatitis B yang terintegrasi ke dalam program imunisasi nasional suatu negara. Indonesia secara nasional melaksanakan imunisasi massal hepatitis B pada tahun Awalnya diberikan 3 dosis dengan jadwal pemberian HB1 umur bayi 3 bulan, HB2 umur 4 bulan dan HB3 umur 9 bulan. Keadaan ini menggambarkan sebagian besar bayi lahir di rumah, biasanya baru dibawa ke puskesmas atau posyandu pada usia 2-3 bulan. Melihat jadwal di atas maka bayi tidak terlindung dari penularan hepatitis B secara vertikal. Sehingga hal ini menyebabkan carier pada anak-anak, serta tidak terlindungi dari penularan secara horizontal selama 2-3 bulan pertama usia bayi (Herawati, 1999). Pada tahun 2006 Departemen Kesehatan menginstruksikan pemakaian vaksin HB Uniject yang diberikan 0-7 hari setelah bayi lahir, guna memutus rantai penularan VHB dari ibu ke anak. Sedangkan introduksi vaksin DPT/HB dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi hepatitis B, difteri, pertusis dan tetanus secara nasional, mengurangi trauma suntikan berulang pada bayi serta upaya meningkatkan respon imun terhadap hepatitis B. Diharapkan hasilnya memberikan perlindungan jangka panjang karena penggabungan DPT/HB menyebabkan terjadinya kinetik respon pada hepatitis B (komponen pertusis yang ada didalam vaksin DPT bersifat sebagai adjuvant bagi hepatitis B (Depkes RI, 2009). Satu seri vaksinasi hepatitis B yang tepat dapat membentuk respon imun yang cukup 95% orang sehat. Pada umumnya respon vaksin terhadap bayi dan anak yang sehat sangat baik untuk menghasilkan titer antibodi yang tinggi walaupun dengan dosis yang lebih rendah dari orang dewasa (Depkes RI, 2009). Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram dan bayi prematur usia kehamilan <37 minggu waktu lahir berada pada risiko lebih besar terjadinya sakit. Kemampuan bayi untuk menanggapi dan mengembangkan kekebalan protektif sesudah menerima vaksinasi belum optimal terutama pada sistem
5 5 kekebalan selular dan humoral dibandingkan dengan bayi berat lahir normal dan lahir cukup bulan 37 minggu (Saari, 2003). Peneltian yang sama Schillie & Murphy, (2013) dan Golebiowska et al., (1999) menemukan bahwa bayi berat lahir rendah <2000 gram memiliki proporsi median respon antibodi lebih rendah 93% dibanding bayi berat lahir 2000 gram setelah vaksinasi hepatitis B 3 dosis. Soares et al., (2002) menemukan bayi prematur umur kehamilan <37 minggu memiliki titer anti-hbs lebih rendah dibandingkan bayi lahir cukup bulan 37 minggu. Peneltian berbeda Ome et al., (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat respon antibodi setelah vaksinasi dasar hepatitis 3 dosis antara bayi prematur <37 minggu 93,4% dibandingkan dengan bayi lahir cukup bulan 37 minggu 95,2% dan tidak ada hubungan berat lahir terhadap titer anti-hbs. Bayi berat lahir rendah dan bayi prematur pembentukan respon imun kurang dibawah ambang pencegahan (<10 IU/L) bila dibandingkan bayi berat lahir normal dan matur terhadap imunisasi hepatitis B (IDAI, 2011). Bayi berat lahir rendah juga berpengaruh pada serokonversi. Pada pemberian vaksin hepatitis B dan diprediksi titer antibodi anti-hbs menurun bila dibandingkan dengan bayi berat lahir normal. Bayi berat lahir rendah adalah faktor yang paling penting diantara karakteristik bayi baru lahir utama lainnya pada tubuh dan kapasitas pertumbuhan organ, yang mempengaruhi pada pertumbuhan bayi pada periode sesudah lahir. Pertumbuhan di dalam rahim yang tidak optimal berimplikasi pada kehidupan dewasa (Donma & Donma, 2003). Kondisi yang mempengaruhi keberhasilan tanggap kebal atau respon imun setelah vaksinasi hepatitis B pada bayi dengan berat lahir rendah adalah status pejamu seperti umur, jenis kelamin, kenaikan berat badan 6 bulan pertama kehidupan. Ada perbedaan jenis kelamin pada respon imun, perempuan mempunyai respon imun yang baik dari pada laki-laki (Fauzah, 1997).
6 6 Penelitian Floreani et al., (2004), menemukan bahwa perempuan memiliki respon imun bertahan lebih lama terhadap titer anti-hbs dibandingkan pada laki-laki. Dukungan nutrisi pada bayi dan anak sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti kenaikan berat badan pada 6 bulan pertama kehidupan yang mempengaruhi respon imun (Gad & Shah, 2007). Pada bayi berat lahir rendah akan terjadi pertumbuhan kejar (catch up) dalam 6 bulan pertama setelah lahir, setelah itu tidak akan terjadi lagi pertumbuhan kejar. Oleh karena itu usaha untuk mencapai pertumbuhan kejar yang optimal sebaiknya difokuskan pada periode 6 bulan pertama menurut Nestle, (1990) dalam (Sriyono, 1994). Keadaan gizi yang buruk menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifiknya rendah, immunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesa antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang akibatnya respon terhadap vaksin atau toxoid berkurang (Judarwanto, 2009). Pengkuran respon imun dengan melihat titer antibodi berdasarkan ada tidaknya pembentukan antibodi dilakukan dengan 2 klasifikasi <10 IU/L adalah anti-hbs negatif atau golongan respon imun negatif dan 10 IU/L anti-hbs positif atau golongan respon imun positif yang memberikan perlidungan terhadap antigen HBsAg (Zhu et al., 2011). Pendekatan utama yang paling efektif untuk mengurangi infeksi virus hepatitis B adalah pencegahan primer melalui vaksinasi massal pada bayi baru lahir dan anak-anak secara berkesinambungan, memutus rantai infeksi dengan mengetahui metode penularan. Bayi berat lahir rendah perlu diupayakan menerima dosis dan jadwal vaksin hepatitis B yang tepat. Dampak bayi berat lahir rendah terhadap tanggap kebal vaksin hepatitis B perlu diamati. Kejadian BBLR cenderung ada pada setiap kelahiran bayi, di Kabupaten Magelang kelahiran bayi dengan BBLR tahun 2011 adalah sebanyak
7 7 927 bayi atau 4,4% dan tahun 2012 adalah 862 bayi atau 4,3%, hal ini secara substansial meningkatkan risiko infeksi penyakit kronis di masa dewasa kehidupan anak. Pengamatan setelah vaksinasi dasar hepatitis B diharapkan tingkat perlindungan di atas 95%, atau titer anti-hbs mencapai perlindungan optimal. Peneltian serologi pada anak setelah menerima vaksinasi dasar hepatitis B serta dalam rangka menilai dampak BBLR terhadap tanggap kebal vaksin hepatitis B perlu diamati. Untuk melihat tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal, serta faktor yang mempengaruhi pembentukan respon imun vaksin hepatitis B penting dilakukan penelitian tentang tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal setelah vaksinasi dasar hepatitis B di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas : 1. Transmisi VHB secara vertikal yaitu penularan dari ibu ke bayi pada masa perinatal terjadi 25-45%. 2. Transmisi VHB secara horizontal yaitu penularan dari anak ke anak 25-50% terinfeksi sebelum usia 5 tahun. 3. Daya tular tertinggi terjadi pada usia 3-5 tahun 66,7% keadaan ini menjadi penting semakin muda usia terinfeksi VHB maka risiko efek kronisitas semakin menetap. 4. Melihat dan mengetahui penelitian terdahulu, setelah vaksinasi dasar hepatitis B pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal ada yang mempengaruhi, ada pula yang tidak mempengaruhi respon imun setelah vaksinasi hepatitis B. Untuk memutus rantai penularan infeksi VHB secara horizontal dibutuhkan tanggap kebal optimal melalui vaksinasi dasar hepatitis B pada anak umur bulan, sehingga dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan penelitian adalah:
8 8 Apakah tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah sama dibandingkan bayi berat lahir normal setelah pemberian satu seri vaksinasi dasar hepatitis B?. Faktor apa saja yang berhubungan pembentukan tanggap kebal atau respon imun?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum : Melihat bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal terhadap tanggap kebal setelah vaksinasi dasar hepatitis B dan faktor lain yang berhubungan terhadap pembentukan tanggap kebal. 2. Tujuan Khusus : a. Melihat hubungan bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal terhadap tanggap kebal setelah vaksinasi dasar hepatitis B. b. Melihat hubungan jenis kelamin bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal terhadap tanggap kebal setelah vaksinasi dasar hepatitis B. c. Melihat hubungan umur kehamilan bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal terhadap tanggap kebal setelah vaksinasi dasar hepatitis B. d. Melihat hubungan berat badan 6 bulan pertama kehidupan pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal terhadap tanggap kebal setelah vaksinasi dasar hepatitis B. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Program Kesehatan Memberikan tambahan data Evidence Based Medicine (EBM) pada program imunisasi tentang tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal setelah vaksinasi dasar hepatitis B dan potensi penyabab kegagalan pembentukan anti-hbs yang memadai, sebagai upaya dalam pencegahan dan perlindungan terhadap infeksi hepatitis B yang menjadi tujuan utama program imunisasi.
9 9 2. Manfaat bagi Masyarakat Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mendapatkan upaya vaksinasi hepatitis B sebagai upaya perlindungan dan proteksi terhadap bahaya infeksi horizontal hepatitis B sehingga masyarakat dapat menjaga dan mempertahankan kesehatannya. 3. Manfaat bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan, pengalaman dan memperkaya wawasan ilmiah serta sebagai salah satu cara untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan teori yang didapat di bangku kuliah sekaligus wujud pengabdian kepada masyarakat. E. Keaslian penelitian 1. Lau et al., (2000), penelitian ini tentang response of preterm infants to hepatitis B vaccine in Hongkong. Tujuan adalah membandingkan respon imun bayi prematur dengan berat lahir <2000 gram di imunisasi hepatitis B dengan bayi berat lahir normal menurut dua periode waktu saat bayi lahir dan 1 bulan dan berat badan mencapai >2000 gram. Persamaan penelitian adalah mengukur respon imun dengan melihat titer anti-hbs dan usia kehamilan. Perbedaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu berat lahir, umur vaksinasi, status HBsAg ibu, dan status HBsAg bayi. Subjek penelitian bayi prematur, desain penelitian crossectional. Hasil adalah respon imun bayi prematur yang diberi 3 dosis vaksin hepatitis B di mulai berat lahir 1000 gram, 2000 gram lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal. 2. Kim et al., (2013), penelitian tentang immunogenicity of hepatitis B vaccine in pretem infants in Philadelphia. Tujuan adalah menentukan respon imun vaksin hepatitis B pada bayi prematur ketika dosis pertama saat lahir dan vaksinasi ditunda sampai selesai perawatan di rumah sakit pada BBLR dan dosis ke 2, 3 umur 1 dan 6 bulan. Persamaan penelitian ini adalah mengukur titer anti-hbs dan umur kehamilan. Perbedaan terletak pada variabel penelitian yaitu berat lahir, nilai apsgar score, ras, penggunaan steroid, jumlah transfusi, dan infeksi bakteri sebelum inisiasi vaksinasi. Desain penelitian
10 10 crossectional. Hasil 87 bayi menyelesaikan penelitian dengan dosis pertama vaksin diberikan usia bayi rata-rata 5 minggu dengan barat lahir rata-rata gram. 90% atau 78 bayi menanggapi vaksin hepatitis B dengan titer antibodi anti-hbs 10 miu/ml dan 10% atau 9 bayi seronegatif titer anti-hbs <10 miu/ml atau tidak menanggapi vaksin hepatitis B. 66% atau 49 bayi sudah serokonversi pada 6 bulan pemberian dosis ke 2 vaksin hepatitis B. Tidak ada perbedaan titer anti-hbs sehubungan dengan perbedaan usia kehamilan, berat lahir, pemberian steroid, infeksi bakteri dan transfusi. 3. Sampana, (2000) Tesis dengan judul perbandingan tanggap kebal imunisasi hepatitis B pada bayi yang diimunisasi hepatitis B dosis ke-1 umur 0-7 hari dan umur 3 bulan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan. Tujuan mengetahui metode pelaksanaan imunisasi hepatitis B pada bayi yang tanggap kebal paling baik dan faktor risiko yang berhubungan dengan kegagalan pembentukan antibodi yang mencukupi terhadap virus hepatitis B pada bayi yang telah diimunisasi hepatitis B dosis ke-3. Persamaan penelitian mengukur titer anti-hbs. Perbedaan penelitian variabel peneltian intervensi 2 jadwal vaksinasi, tanggap kebal bayi diimunisasi hepatitis B unur 0-7 hari dan >7 hari, dosis ke 2, 3 sesuai jadwal imunisasi rutin. Desain penelitian quasi eksperimental. Hasil titer anti-hbs seroprotektif pada anak yang telah menjalankan program imunisasi hepatitis B 3 dosis lengkap sebesar 95,50%. Perlindungan vaksin hepatitis B bila disuntikan pada bayi umur 0-7 hari sebesar 100%, bila disuntikan pada bayi umur >7 hari tingkat perlindungan sebesar 90,28%. 4. Soares et al., (2002) penelitian tentang immunigenecity of hepatitis B vaccine in preterm and full term infants vaccinated within the first week of life. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi dan membandingkan tingkat serokonversi pasca vaksinasi pada bayi lahir prematur dan bayi lahir cukup bulan di Brazil. Persamaan penelitian mengukur titer antibodi anti-hbs dan umur kehamilan <37 minggu dan 37 minggu. Perbedaanya adalah variabel independen usia ibu, berat lahir. Desain penelitian adalah case control. Hasil 110 bayi menyelesiakan penelitian 57 bayi lahir cukup bulan dan 53 bayi lahir
11 11 prematur. 98,2% atau 56 bayi cukup bulan menanggapi pada 3 dosis rekombinan vaksin hepatitis B. 77,4% atau 41 bayi prematur menanggapi vaksin hepatitis B atau serokonversi CI 95% 63,7-87,1, p = 0,001. Probabilitas dari setiap bayi menunjukkan serokonversi pada bayi cukup bulan adalah 16,4 kali lebih besar serokonversi dari pada bayi prematur OR = 16,36 CI 95% 2,04-35,75. Rerata titer anti-hbs signifikan lebih tinggi bayi cukup bulan 537,5 miu/ml dibandingkan bayi prematur 186,6 miu/ml dengan p = 0,0001. Tidak ada korelasi antara titer anti-hbs dengan usia kehamilan r = 0,22, p = 0,05 dan berat lahir r = 0,26, p = 0, Gad & Shah, (2007) penelitian tentang special immunization concideration of the preterm infants in Mariland. Tujuan penelitian adalah memberikan rekomendasi untuk imunisasi hepatitis B pada bayi prematur dengan berat <2000 gram pada ibu HBsAg negatif ditunda sampai bayi mencapai >2000 gram atau sampai usia 2 bulan. Persamaan penelitian ini adalah melihat respon imun dengan mengukur anti-hbs dan berat badan 6 bulan pertama kehidupan. Perbedaan terletak pada subjek penelitian dengan bayi dengan berat badan sangat rendah dari <1000 gram, gram dan >1500 gram, penggunaan steroid pada bulan-bulan pertama kehidupan. Desain penelitian adalah crossectional. Hasil tingkat respon imun protektif setelah 3 dosis vaksin meningkat dengan berat lahir bayi <1000 gram, <1500 gram memiliki tingkat respon lebih rendah 52% dan 68% dibandingkan dengan bayi berat lahir bayi >1500 gram memiliki tingkat respon imun protektif 84%. Penggunaan steroid dan kurangnya kenaikan berat badan 6 bulan pertama kehidupan berhubungan dengan kurangnya respon imun setelah 3 dosis vaksin hepatitis B. Data ini mendukung rekomendasi untuk menunda vaksinasi hepatitis B pertama bayi berisiko rendah tertular hepatitis B terutama pada bayi dengan berat lahir <1700 gram.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi hepatitis B merupakan masalah global, diperkirakan 6% atau 387 juta dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et al., 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum hepatitis ialah peradangan yang terjadi pada liver atau hati. Istilah hepatitis sendiri berasal dari kata hepa (hati/liver) dan itis (peradangan). Hepatitis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus dan menyeluruh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus (HBV) yang berpotensi menjadi kronis, sirosis, kanker hati atau dapat berakhir dengan kematian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak dari hepatitis akut yang berhubungan dengan virus pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37). Vaksin mutakhir
Lebih terperinciHasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 600.000 orang meninggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam Sustainable Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit khususnya penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sudah terinfeksi, lebih dari 350 juta jiwa telah terinfeksi VHB kronis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus Hepatitis B (VHB) merupakan penyakit infeksi utama dunia yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, meskipun saat ini sudah tersedia vaksin yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Menurut SDKI (Survei
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN
i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Gita Ria Utami 201410104285
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tetanus maternal dan neonatal merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu dan neonatal akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak bersih. Tetanus Neonatorum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciKusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**
PERILAKU KELUARGA DALAM PELAKSANAAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI UMUR 0-7 HARI (Behavior of Family in Practice Hepatitis B Immunization at Baby 0-7 Days Old) Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit campak sangat berbahaya karena dapat menyebabkan cacat dan kematian yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama dan dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas
Lebih terperinciPemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Prematur
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 163-167 Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Prematur Ismalita Hepatitis B (HB) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization
Lebih terperinciVolume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI
SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
Lebih terperinciPerencanaan Program Kesehatan: na i lisis M asa h a Kesehatan Tujuan Metode
Perencanaan Program Kesehatan: Analisis i Masalah Kesehatan Bintari Dwihardiani 1 Tujuan Menganalisis masalah kesehatan secara rasional dan sistematik Mengidentifikasi aktivitas dan strategi yang relevan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas
1 BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia meskipun vaksin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak yang dikenal sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90% anak yang tidak kebal akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. 7 2.1.2 Imunisasi
Lebih terperinciPuskesmas Bilalang Kota Kotamobagu
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, difteri merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38
Lebih terperinciIMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017
IMUNISASI Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA SWIM 2017 FK UII (Simposium & Workshop Imunisasi) Sabtu, 14 Oktober 2017 Di Hotel Eastparc Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,5, Yogyakarta IMUNISASI Cara meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Virus campak menular melalui udara ketika penderita batuk atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan UNICEF pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Akibatnya,
Lebih terperinciJurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN ANTARA USIA, STATUS GIZI, DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN CAMPAK BALITA
HUBUNGAN ANTARA USIA, STATUS GIZI, DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN CAMPAK BALITA Husnul Khotimah Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung husnul.khotimah@gmail.com Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maternal and Neonatal Tetanus (MNT) merupakan masalah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maternal and Neonatal Tetanus (MNT) merupakan masalah penyebab kematian di banyak negara berkembang. Pada bulan Desember 2010 masih terdapat 38 negara yang belum mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Secara khusus hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program imunisasi sangat penting bagi individu guna tercipta kekebalan agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat (population immunity),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dibidang kesehatan (Depkes, 2007). masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan dibidang kesehatan adalah mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Pembangunan kesehatan menitik beratkan pada program-program yang mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional dalam Millenium Development Goal s (MDG s). Salah satu tujuan MDG s adalah menurunkan 2/3
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap
16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2010. Angka ini sama dengan AKN pada tahun 2007 dan hanya menurun 1 point
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia ikut andil pembangunan kesehatan dalam rangka merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Salah satunya adalah Agenda ke 4 MDGs (Menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. Secara global, angka kejadian penyakit diare sekitar 1,7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak menurut rekomendasi WHO adalah memberikan hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, meneruskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Menurut laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57 negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia lebih dari 20 juta setiap tahunnya dilahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang kejadian BBLR 16,5%, 2 kali lebih tinggi dibandingkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk menilai kesejahteraan suatu negara dilihat dari derajat kesehatan masyarakatnya, selain indikator
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan, yang meliputi indikator angka harapan
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016
HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016 Bina Aquari Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Email : binaplb2201@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Lebih terperinci