BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoadmojo (2010) pada proses penginderaan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, apa penyebab penyakit TB, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya: orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M ( mengubur, menutup, dan menguras), tetapi juga harus dapat menjelaskan mengapa harus mengubur, menutup, dan menguras tempat tempat penampungan air tersebut. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi berarti orang yang telah memahami objek tersebut harus dapat mengaplikasikan atau menggunakan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi tertentu. Misalnya: seorang telah dapat memahami metodologi penelitian maka ia akan mudah membuat proposal penelitian. 4. Analisis (Analysis)

2 5 Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, dan kemudian mencari hubungan antara komponen komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya: seseorang yang dapat membedakan nyamuk Aedes agepty dengan nyamuk biasa, seseorang yang dapat membuat siklus hidup (flow chart) cacing kremi, dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan logis dari komponen komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya: seseorang yang dapat merangkum isi dari artikel yang telah dibaca atau didengarkan. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Misalnya: seseorang yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga (Notoatmodjo, 2010) Konsep Imunisasi Pengertian Menurut Hidayat (2005) dalam Asuhan Neonatus Bayi dan Balita (2010), imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak dia terpajan terhadap antigen serupa, dia tidak sakit (Ranuh, 2008). Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biayanya (Bart, 2000) Imunisasi aktif adalah stimulasi sistem imun untuk membentuk suatu pertahanan terhadap suatu penyakit seperti dengan pemberian vaksin atau toksoid. Imunisasi adoptif adalah imunisasi pasif dengan transfer limfosit yang tersensitisasi dari donor imun ke resipian yang sebelumnya non imun. Imunisasi

3 6 pasif adalah timbulnya reaktivitas imun spesifik pada individu yang sebelumnya tidak memiliki imunitas melalui pemberian sel limfoid tersensitisasi atau serum dari individu yang imun (Dorland, 2002) Tujuan Tujuan pemberian imunisasi untuk seseorang, yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat, dan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini hanya dapat dilakukan pada penyakit yang ditularkan melalui manusia seperti difteria (Matondang, 2008) Jenis vaksin Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan antibodi yang dimasukkan ke tubuh manusia melalui suntikan atau mulut (Muslihatun, 2010). Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: - Live attenuated - Inactivated (Juyitno, 2008). Vaksin life attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang telah dihasilkan masih dapat bereplikasi dan merangsang terbentuknya antibodi tetapi tidak menyebabkan penyakit. Vaksin ini berkembang biak dalam tubuh resipien, supaya dapat merangsang respon imun. Vaksin bersifat labil dan dapat rusak oleh cahaya atau panas. Walaupun dapat menyebabkan penyakit namun bersifat lebih ringan daripada penyakit alamiah dan hal ini disebut kejadian ikutan (adverse effect). Contoh vaksin dari virus hidup adalah campak, gondongan, rubela, polio, rotavirus, yellow fever. Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah BCG dan tipoid oral (Muslihatun, 2020). Virus atau bakteri ini dilemahkan di laboratorium dengan cara pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang

4 7 membutuhkan waktu selama 10 tahun untuk mengubah virus campak liar menjadi virus campak yang dapak divaksinasi ke tubuh manusia (Suyitno, 2008). Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan penanaman bahan kimia. Vaksin inactivated tidak dapat hidup atau berkembang biak sehingga seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik (Suyitno, 2008). Contoh vaksin yang berasal dari seluruh sel virus inactivated adalah influenza, polio, rabies, dan hepatitis A. Contoh vaksin yang berasal dari seluruh bakteri inactivated adalah pertusis, kolera, tifoid, dan lepra (Muslihatun, 2010) Aspek Imunologi Imunisasi Imunisasi menggambarkan proses menginduksi imunitas secara artifisial terhadap antigen dengan memberikan agen imnunobiologis. Pemberian bahan imunobiologis tidak dapat disamakan secara autonomis dengan perkembangan imunitas yang cukup (Bart, 2000). Dilihat dari cara timbulnya kekebalan pada imunisasi maka terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisaasi pasif (Matondang dan Siregar, 2008). Imunisasi aktif adalah induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhadap penyakit dengan pemberian vaksin atau toksoid yang merangsang sistem imun untuk menghasilkan antibodi dan respon imun seluler yang melindungi terhadap agen infeksi (Bart, 2000). Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Matondang dan Siregar, 2008). Imunisasi pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dari individu itu sendiri. Imunisasi pasif terjadi melalui pemindahan antibodi transplasenta pada janin (Bart, 2000). IgG biasanya efektif dalam darah, juga dapat melewati plasenta dan memberikan imunitas pasif kepada janin. Adanya transfer pasif tersebut dapat merugikan oleh karena IgG maternal dapat

5 8 menghambat imunisasi yang efektif pada bayi. Jadi sebaiknya imunisasi pada neonates ditunggu sampai antibodi ibu menghilang dari darah anak (Imunologi Dasar, 2009). Kekebalan yang terbentuk dari imunisasi pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh imunologik lainnya lebih pendek (Matondang dan Siregar, 2008). Pendekatan utama imunisasi aktif adalah menggunakan agen infeksi hidup yang dilemahkan dan dinonaktifkan atau diambil ekstrak antigennya. Vaksin hidup yang dilemahkan menginduksi respon imunologis yang lebih menyerupai respon imunologis pada infeksi alamiah daripada vaksin yang dininaktifkan atau vaksin mati. Vaksin mati terdiri atas seluruh organisme yang diinaktifkan (vaksin pertusis), eksotoksin yang didetoksifikasi saja (toksoid tetanus), endotoksin terikat pada protein pembawa atau bahan kapsul yang dapat larut (polisakarida pneumokokus), bahan kapsul gabungan (vaksin gabungan Hib) dan ekstrak dari komponen komponen organism (subunit influenza) (Bart, 2000) Respon Imun Respon imun adalah respon tubuh terhadap urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen (Ag) untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik dan mekanisme pertahanan tubuh spesifik. Mekanisme pertahanan non-spesifik disebut juga komponen non-adaptif atau innate artinya tidak ditujukan untuk satu antigen tapi untuk berbagai macam antigen. Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adaptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya. Hal ini disebabkan telah terbentuknya memori pada pemberian antigen pertama kali (Matondang dan Siregar, 2008). Bila pertahanan non-spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan oleh sel makrofag (APC = antigen presenting cell) pada sel T untuk antigen TD (T dependent)

6 9 sedangkan antigen TI (T independent) akan langsung diproses oleh sel B (Matondang dan Siregar, 2008). Mekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh antigen. Semua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut immunoglobulin (Ig) yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu lain dengan cara penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas seluler hanya dapat dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi oleh sel limfosit dan pada graft versus host disease (Matondang dan Siregar, 2008). Respon imun terdiri dari dua fase, yaitu fase pengenalan yang diperankan oleh APC, sel limfosit B, dan limfosit T dan fase efektor yang diperankan oleh antibodi dan limfosit T efektor (Matondang dan Siregar, 2008) Antigen sel T dependen dan sel T independen Pada umumnya pajanan antigen bersifat tergantung sel T (TD=T dependent antigen) yang akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan sel Th (T helper) melalui zat yang akan dilepaskan Th aktif. Antigen TD adalah antigen yang kompleks seperti bakteri, virus, dan antigen yang bersifat hapten. Sedangkan antigen yang tidak memerlukan sel T (TI = T independent antigen) untuk menghasilkan antibodi dengan cara langsung merangsang sel limfosit B misalnya antigen yang strukturnya sederhana dan berulang ulang, biasanya merupakan molekul besar dan menghasilkan IgM, IgG2 dan sel memori yang lemah. Contohnya polisakarida komponen endotoksin yang terdapat pada dinding sel bakteri (Matondang dan Siregar, 2008). Limfosit Th dapat mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul produk MHC (mayor histocompatibility complex) kelas I dan II yaitu molekul yang terdapat pada membran sel makrofag. Setelah antigen diproses oleh sel makrofag, antigen akan dipresentasikan bersama MHC kelas I atau kelas II kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR (T cell receptor). Kemudian

7 10 akan terjadi diferensiasi menjadi sel Th efektor, sel Tc efektor, sel Th memori dan sel Tc memori atas pengaruh sitokin berada di jaringan perifer. Sel Th efektor mengaktivasi makrofag. Peran utama dari Th adalah membantu sel limfosit B menghasilkan antibodi (Matondang dan Siregar, 2008). Bantuan tersebut berupa sitokin yang dilepas sel T setelah kontak dengan antigen (Imunologi Dasar, 2009). Terdapat dua jenis sel Th yaitu sel Th1 dan sel Th2 yang dapat dibedakan dengan sitokin yang dihasilkannya dan fungsi efektornya (Matondang dan Siregar, 2008). Sel Th1 memperantarai respon imun seluler sedangkan sel Th2 memperbanyak produksi antibody. Sel Th1 menghasilkan IL-2 dan interferon gamma dan sel Th2 menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-10 (Bart, 2000) Pajanan Antigen pada Sel B Pada antigen TD akan berikatan dengan immunoglobulin permukaan sel B dan dengan bantuan Th akan terjadi aktivasi enzim dalam sel B sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi dan membentuk sel B memori. Sedangkan antigen TI dapat secara langsung mengaktivasi sel B tanpa bantuan sel Th. Antibodi yang disekresi dapat menetralkan antigen sehingga virulensinya hilang ataupun berikatan dengan antigen sehingga lebih mudah difagositosis oleh makrofag dalam proses opsonisasi (Matondang dan Siregar, 2008). Proses pengikatan antibodi dengan antigen sehingga mempermudah lisis antigen oleh sel Tc disebut antibody dependent cellular mediated cytotoxity (ADCC). Hal yang diharapkan dari imunisasi adalah pembentukan sel memori sebagai hasil akhir dari aktivasi sel B. Sehingga bila kelak tubuh terpajan lagi dengan antigen serupa maka antibodi akan cepat berproliferasi dan berdiferensiasi melalui respon imun sekunder (Matondang dan Siregar, 2008). Respon imun sekunder terjadi dengan cepat, biasanya 4-5 hari (Bart, 2000). Antibodi yang terbentuk pada respon imun sekunder adalah IgG, dengan titer dan afinitasnya lebih tinggi serta phase lag lebih pendek. Sedangkan antibodi yang terbentuk pada respon imun primer (respon imun pada pajanan pertama) kebanyakan adalah IgM dan IgG dengan titer yang lebih rendah dibandingkan

8 11 dengan respon imun sekunder (Matondang dan Siregar, 2008). Pada respon imun primer, titer IgM akan turun setelah titer IgG naik selama minggu kedua sesudah pajanan antigen (Bart, 2000) Imunitas Seluler Imunitas seluler terdiri dari: - Proses fagositosis yang diperankan oleh sel dalam system retikuloendotelial. - Kemampuan sel tubuh dalam menolak dan mengeluarkan benda asing. - Timbulnya reaksi alergi pada kulit - Proses pengenalan antigen yang pernah terpajan sebelumnya dengan cepat (Ilmu Kesehatan Anak, 2005). Respons imun seluler diperankan oleh limfosit T yang dapat langsung melisis sel yang mengekspresikan antigen spesifik (sel Tc = sel T cytotoxic) atau mensekresi sitokin yang akan merangsang terjadinya proses inflamasi (Th = sel T helper) hipersensivitas tipe lambat. Sel Tc dan sel Th berperan pada mikroorganisme intraselular seperti infeksi virus, parasit, dan beberapa bakteri. Sel T sitotoksik akan melisis sel yang mengandung virus. Sel Th aktif juga merangsang sel Tc untuk mengenal antigen pada sel target bila berasosiasi pada molekul MHC kelas I (Matondang dan Siregar, 2008) Imunitas Humoral Imunitas humoral terkandung dalam immunoglobulin (Ilmu Kesehatan Anak, 2005). Respon immunoglobulin (Ig) pada sel limfosit B mengenal dan berinteraksi dengan epitop antigen. Pada awalnya immunoglobulin yang dihasilkan adalah kelas IgM dan pada perkembangan selanjutnya sel B juga menghasilkan IgG, IgA, dan IgD (Matondang dan Siregar, 2008) Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi Kualitas respon yang timbul tergantung dari faktor intrinsik Ag dan faktor faktor lain seperti:

9 12 - Jumlah dosis obat. - Cara pemberian antigen. Pada pemberian secara intradermal (id), intramuskular (im), subkutan (sc), organ sasaran adalah kelenjar limfoid regional. Secara intravenous (iv) berada di limpa, sedangkan pemberian secara oral akan ke plaque-peyer s, dan melalui inhalasi berada di jaringan limfoid brackhial. - Penambahan dengan zat yang bekerja sinergis dengan antigen, misalnya ajuvan atau antigen lain. - Sifat molekul antigen, jumlah protein, ukuran, dan daya larutnya. - Faktor genetik penjamu (Matondang dan Siregar, 2008) Status Imun Penjamu Jenis antibodi yang terdapat dalam tubuh mempengaruhi keberhasilan imunisasi (Muslihatun, 2010). Misalnya pada bayi yang semasa janin mendapatkan antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Bila vaksin virus campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan (Matondang dan Siregar, 2008). Hal yang serupa terjadi pada air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretorik (SIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi virus polio yang diberikan secara oral (Muslihatun, 2010). Bagian Alergi-Imunologi Bagian IKA FKUI/RSCM Jakarta, kadar SIgA polio pada ASI sudah tidak ditemukan lagi setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar SIgA yang tinggi terdapat pada kolostrum. Oleh karena itu vaksinasi polio yang diberikan pada masa pemberian kolostrum, hendaknya ASI tidak diberikan dua jam sebelum dan sesudah vaksinasi (Matondang dan Siregar, 2008). Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag, limfosit, imunitas seluler, dan imunitas humoral. Imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komplemen dan mobilitas makrofag juga berkurang sehingga respon terhadap vaksin dan toksoid juga berkurang (Matondang dan Siregar, 2008).

10 Faktor Genetik Penjamu Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respon imun manusia dapat dibagi menjadi respon baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Seseorang dapat memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tapi respon yang tinggi terhadap antigen lain. Oleh karena itu keberhasilan vaksinasi tidak dapat mencapai 100% (Matondang dan Siregar, 2008). Untuk keberhasilan imunisasi, seseorang harus berada dalam keadaan yang imunokompeten (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009) Kualitas dan Kuantitas Vaksin Beberapa faktor kuantitas dan kualitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasi seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian adjuvan yang digunakan, dan jenis vaksin (Matondang dan Siregar, 2008). Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun misalnya pada vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral hanya memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis yang terlalu tinggi menghambat sistem imun (Matondang dan Siregar, 2008). Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Respon imun sekunder memiliki reaksi imun yang lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi (Matondang dan Siregar, 2008). Adjuvan adalah bahan yang berbeda dari antigen yang berfungsi meningkatkan respon imun dengan mempertahankan antigen pada tempat suntikan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Vaksin hidup akan memberikan respon imun yang lebih kuat dibandingkan vaksin mati (Matondang dan Siregar, 2008). Besar molekul penting untuk menentukan kemampuan menginduksi respon imun. Molekul yang besar biasanya lebih imunogenik karena memiliki lebih banyak epitop. Pemberian vaksinasi secara subkutan dan intramuskular merupakan rute yang tersering untuk merangsang respon imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

11 Imunisasi Dasar Guna tercapainya universal child immunization, Indonesia menerapkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI). PPI diharapkan dapat menanggulangi penyakit infeksi di Indonesia seperti eradikasi polio, eliminasi tetanus maternal dan neonatal, reduksi campak, peningkatan mutu pelayanan imunisasi, standar pemberian suntikan yang aman dan keamanan pengelolaan limbah tajam PPI telah dikenal sejak tahun Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah BCG, polio, DTP, campak, dan hepatitis B (Ismael, 2008) Tuberkulosis Tuberkulosis adalah setiap penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Spesies penyebab penyakit paling sering adalah Mycobacteriun tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Tuberkulosis bervariasi secara luas dalam hal manifestasinya dan mempunyai kecenderungan kronisitas yang besar. Berbagai organ dapat terkena penyakit ini, namun paru merupakan organ utama yang terkena pada manusia. (Dorland, 2002). Tuberkulosis adalah penyakit utama pada anak yang kelima. Secara berurut penyakit pada anak di Indonesia adalah infeksi saluran pernafasan, penyakit saluran pencernaan, malnutrisi energi protein, defisiensi vitamin A, dan tuberkulosis (Hasan dan Alatas, 2005). BCG (Bacillus calmette guerin) adalah kuman tuberkulosis yamg dibiakkan oleh Calmette dan Guerin sehingga menghasilkan basil yang attenuated (Hasan dan Alatas, 2005). Imunisasi BCG diberikan pada bayi sebelum umur 3 bulan (Hadinegoro, 2008). Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan (Muslihatun, 2010). Seorang anak masih dapat menderita tuberkulosis primer walaupun telah mendapatkan vaksin BCG tetapi anak tersebut tidak akan mendapat komplikasi berat seperti meningitis dan tuberkulosis milier (Hasan dan Alatas, 2005). Para pakar menyatakan bahwa efektivitas vaksin untuk perlindungan penyakit hanya mencapai 40% dan sekitar 70% kasus tuberkulosis berat

12 15 (meningitis) ternyata mempunyai riwayat imunisasi BCG (Muslihatun, 2010). Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak diberikan pada pasien imunokompromais seperti pada penderita leukemia, anak yang sedang mendapatkan pengobatan steroid jangka panjang dan penderita HIV (Hadinegoro, 2008). Imunisasi BCG juga tidak boleh diberikan jika tes Mantoux lebih dari 5 mm, sedang menjalani pengobatan radiasi keganasan sumsum tulang atau sistem limfe, gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah menderita tuberkulosis, dan sedang hamil (Muslihatun, 2010). Imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada anak kurang dari 3 bulan (Muslihatun, 2010). Untuk anak umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin diberikan apabila uji tuberkulin menunjukkan hasil negatif (Hadinegoro, 2008). Bila anak pernah kontak dengan penderita TBC, maka berikan profilaksis INH terlebih dahulu (Muslihatun, 2010). Dosis imunisasi BCG yang diberikan pada anak kurang dari 1 tahun 0,05 ml, sedangkan dosis untuk anak diatas 1 tahun adalah 0,1 ml (Hadinegoro, 2008). Sistem imun mulai terbentuk 8-12 minggu setelah penyuntikan (Muslihatun, 2010). Sesuai anjuran WHO, vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio Musculus deltoideus (Hadinegoro, 2008). BCG diberikan rutin hanya bila tes tuberkulin negatif (Meadow dan Newell, 2005). Terdapat beberapa efek samping imunisasi BCG, yaitu: - Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus yang lama sembuh terutama bila tempat penyuntikan di subkutan bukan di intrakutan. - Pembengkakan kelenjar regional yang dapat pecah dan menimbulkan ulkus. - Terjadi infeksi sekunder dari ulkus yang terbentuk (Hasan dan Alatas, 2005). Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8 C, tidak boleh beku, dan vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Tiga minggu setelah penyuntikan akan timbul ulkus dengan diameter 4-8 mm yang akan sembuh dalam waktu 2-3 bulan. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul lebih besar. Kadang-kadang dijumpai limfadenitis supuratif di aksila atau leher. Apabila timbul fistul pada limfadenitis, maka dilakukan drainase dan diberikan obat anti tuberkulosis oral (Muslihatun, 2010).

13 Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit yang menginfeksi liver dan disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi akut hepatitis dapat menyebabkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, kecapekan, diare, muntah-muntah, jaundice, rasa sakit di otot, persendian, dan bagian perut. Sedangkan infeksi kronik hepatitis B dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, dan kematian (CDC, 2012). Indonesia termasuk negara dengan daerah endemis hepatitis B sedang sampai tinggi. Transmisi dapat terjadi melalui kontak perkutaneus, parenteral, dan melalui hubungan seksual. Virus hepatitis B juga dapat bertahan di permukaan suatu benda selama kurang lebih 1 minggu tanpa kehilangan daya tularnya (Hidayat dan Pujiarto, 2008). Jadwal imunisasi hepatitis B dilakukan sebanyak tiga kali. Imunisasi hepatitis B yang pertama dilakukan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan dengan imunisasi kedua dan ketiga saat bayi berusia dua bulan dan tiga hingga enam bulan. Dapat dikatakan juga jarak antara imunisasi hepatitis B pertama dengan kedua adalah 1 bulan, sedangkan jarak antara imunisasi hepatitis B kedua dengan yang ketiga adalah 2 hingga 5 bulan (Hadinegoro, 2008). Vaksin hepatitis B diberikan secara intramuskular. Pada bayi dan neonatus penyuntikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak-anak dan dewasa di region deltoid (Muslihatun, 2010). Setiap vaksin hepatitis yang diberikan dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai umur sehingga dapat menimbulkan respon antibodi yang cukup (Hidayat dan Pujiarto, 2008). Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi virus hepatitis B sekitar 90%- 95% dengan memori sistem imun yang menetap minimal hingga 12 tahun (Hidayat dan Pujiarto, 2008). Sebagian besar orang yang divaksin tidak mengalami efek samping (65%), tetapi sekitar 3% dari orang yang diimunisasi mengalami rasa sakit dan nyeri tekan ditempat suntikan (CDC, 2012).

14 Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) Difteri, pertusis dan tetanus (DPT) adalah produk polivalen yang mengandung toksoid Korinebakter difteri, Bordetela pertusis dan Klostridium tetani (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Difteri akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat sehingga terbentuk suatu selaput yang menyumbat saluran nafas. Toksik yang terbentuk pada selaput tersebut dapat diabsorbsi darah dan dibawa ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan komplikasi berupa miokarditis, neuritis, trombositopenia, dan proteinuria (Jumbelaka dan Hadinegoro, 2008). Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang bersifat toxic-mediated. Toksik yang dihasilkan menempel pada bulu getar saluran nafas dan merusak bulu getar tersebut. Bulu getar yang rusak menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas (Jumbelaka dan Hadinegoro, 2008). Pemberian vaksin pertusis mempunyai efek samping berupa demam ringan dan kadang terjadi ensefalitis dengan gejala hiperpireksia, status konvulsivus, dan penurunan kesadaran. Oleh karena itu, vaksinasi pertusis perlu dipertimbangkan lagi pada anak yang kejang dan mempunyai alergi (Hassan dan Alatas, 2005). Tetanus disebabkan oleh Klostridium tetani yang masuk ke tubuh manusia melalui luka dan suasana anaerob dengan penyebarannya melalui darah dan limfe. Toksik tetanus menempel di sistem saraf dan mempengaruhi pelepasan neurotransmitter, yang berakibat terjadi penghambatan impuls inhibisi. Akibatnya terjadi kontraksi serta spastisitas otot tak terkontrol, kejang dan gangguan system saraf otonom (Jumbelaka dan Hadinegoro, 2008). Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali setelah bayi berumur 2 bulan dengan interval 4 sampai 8 minggu. Interval terbaik adalah 8 minggu sejak imunisasi DPT yang terakhir diberikan, maka imunisasi DPT-1 pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan, dan DPT-3 pada umur 6 bulan. Sedangkan ulangan booster DPT diberikan satu tahun setelah DPT-3 dan DPT-5 pada saat umur 5 tahun atau pada usia masuk sekolah (Hadinegoro, 2008).

15 18 Vaksin DPT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular baik untuk imunisasi dasar maupun untuk ulangan (Hadinegoro,2008). Anak-anak dengan demam tinggi harus menunggu hingga demam hilang untuk imunisasi DTP. Anak yang mengalami reaksi alergi atau mengalami gangguan sistem saraf dalam waktu 7 hari setelah pemberian vaksin DPT-1 tidak boleh melanjutkan vaksin berikutnya. Vaksinasi DPT tidak dianjurkan untuk orang dewasa dan anak diatas 7 tahun. Dianjurkan vaksinasi DT (Difteri Tetanus) untuk usia 11 tahun keatas (CDC, 2007) Poliomielitis Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis yang menyerang medulla spinalis sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota gerak bawah. Virus polio umumnya menyebar secara oro-faecal, namun dalam beberapa kasus dapat menyebar secara oral ke oral. Poliomielitis sangat infeksius dari 7 sampai 10 hari sebelum dan setelah timbul gejala, tetapi virusnya dapat ditemukan di tinja dalam 3 minggu sampai 6 minggu (Suyitno, 2008). Vaksin poliomielitis yang digunakan adalah vaksin Salk (Inactivated Polio Vaccin) dan vaksin Sabin (Oral Polio Vaccin) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Di Indonesia jenis imunisasi polio yang digunakan adalah jenis Sabin yang telah dilaksanakan sejak tahun 1980 dan pada tahun 1990 telah mencapai UCI (universal of child immunization) (Suyitno, 2008). Vaksin Salk disuntikkan secara subkutan dengan jadwal imunisasi pertama saat anak berumur 3 bulan, yang kedua 4 minggu setelah imunisasi pertama, dan yang ketiga adalah 6 sampai 7 bulan sesudah imunisasi kedua (Hassan dan Alatas, 2005). Vaksin ini memberikan imunitas terhadap infeksi polio sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Vaksin Sabin diberikan secara oral sesuai dengan rute masuk alamiah virus (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Vaksin ini diberikan pertama kali sejak bayi dengan dosis 2 tetes. Virus vaksin ini menempel pada usus dan merangsang pembentukkan antibodi di saluran cerna dan di darah. Jadwal imunisasi yang diberikan pada vaksin Sabin dimulai pada saat lahir, kemudian

16 19 dilanjutkan dengan tiga kali imunisasi dalam rentan waktu 2 bulan. Setelah imunisasi keempat, maka dapat dilakukan imunisasi kelima dan keenam pada saat bayi berumur 1,5 tahun dan 5 tahun (Suyitno, 2008) Campak Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan dapat menginfeksi segala usia. Infeksi campak ditandai dengan gejala demam, batuk, flu, konjutivitis, dan kemerahan pada kulit yang menyeluruh (Medscape, 2012). Penyakit campak disebabkan oleh virus campak dari paramyxovirus yang sangat sensitif terhadap panas dan mudah rusak pada suhu 37 C. Campak umumnya ditularkan dari droplet infeksi (Soegijanto, 2008). Ruam timbul pada hari ketiga sampai hari keempat dari timbulnya demam. Ruam yang timbul berupa maculopapila eritematosa yang dimulai dari daerah leher, belakang telinga, perbatasan rambut di kepala, dan meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 24 jam. Setelah tiga atau empat hari ruam kemerahan itu akan berubah warna menjadi kecoklatan hingga kehitaman dan mengalami deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan (Soegijanto, 2008). Ada dua jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (Muslihatun,2010). Vaksin campak dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan pada umur 9 bulan (Hadinegoro,2008). Imunisasi ulangan perlu diberikan pada saat anak masuk SD atau usia 6 tahun (Muslihatun, 2010). Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker, pasien transplantasi organ, pasien yang mendapat pengobatan imunosupresi jangka panjang, dan anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat bisa mendapat imunisasi campak (Soegijanto, 2008). Reaksi KIPI pada imunisasi campak banyak ditemukan pada pemberian vaksin campak dari virus yang dimatikan. Gejala KIPI dari imunisasi campak berupa demam lebih dari 39,5 C pada hari kelima sampai hari keenam setelah imunisasi yang

17 20 berlangsung selama 2 hari dan gangguan sistem saraf pusat pada reaksi KIPI berat (Muslihatun, 2010) Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar Anak Ketidaktahuan ibu terhadap imunisasi dapat menyebabkan minimnya informasi tentang inunisasi pada anak (Ali, 2002). Hasil penelitian Tarigan (2011) yang dilakukan di Puskesmas Namorambe menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi anak. Namun ada hasil penelitian lain yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status imunisasi anak (Asrtianzah dan Margawati, 2011). Pengetahuan orang tua yang berhubungan dengan peningkatan status imunisasi anak dapat dimanfaatkan sebagai strategi dalam meningkatkan program imunisasi dasar anak. Strategi ini berasumsi bahwa anak yang tidak diimunisasi dengan benar dikarenakan orang tua tidak mendapatkan informasi yang cukup dan karena pandangan yang buruk mengenai imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakkit dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi prilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah Kata dasar dari patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional BCG (bacille calmette-guerin).: Vaksin hidup dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil tak virulen tapi masih mempunyai

Lebih terperinci

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017 IMUNISASI Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA SWIM 2017 FK UII (Simposium & Workshop Imunisasi) Sabtu, 14 Oktober 2017 Di Hotel Eastparc Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,5, Yogyakarta IMUNISASI Cara meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

Macam kekebalan : (cara timbul) 1.Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif, terpajan secara alamiah.

Macam kekebalan : (cara timbul) 1.Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif, terpajan secara alamiah. Definisi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit Tujuan Mencegah terjadinya penyakit tertentu

Lebih terperinci

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini Konsep dan Aplikasi Imunisasi dr. Riska Yulinta Viandini Pengertian Imunisasi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). 2.1.2 Faktor faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 9 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Imunisasi a. Pengertian Menurut Permenkes RI Nomor 42 Tahun 2013, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Dasar Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cakupan Program Imunisasi Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak,

Lebih terperinci

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN II.1 Definisi Vaksinasi Vaksinasi merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan pemberian vaksin kepada tubuh manusia atau

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Imunisasi: Apa dan Mengapa? Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS INFEKSI VIRUS Port d entree Siklus replikasi virus Penyebaran virus didalam tubuh Respon sel terhadap infeksi Virus

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Dasar a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Defenisi Imunisasi Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi

Lebih terperinci

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. 1.1. Imunisasi Imunisasi merupakan aplikasi prinsip imunilogi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. (Achmadi 2006: hal.38). Imunisasi berasal dari

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE yang terjadi setelah mukosa hidung terpapar alergen. 1,2,3 Penyakit

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipotesis Higiene Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi yang terjadi pada tiga puluh sampai empat puluh tahun terakhir, terutama di negara-negara

Lebih terperinci

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt. SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt. PENDAHULUAN Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya? Apa sih manfaat imunisasi? Dan kapan harus diberikan? Agar ibu tidak salah kaprah, silahkan simak tanya jawab seputar imunisasi dibawah ini. Mengapa anak perlu imunisasi? Karena usia anak-anak merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH PCD IMUNISASI

MAKALAH PCD IMUNISASI MAKALAH PCD IMUNISASI DISUSUN OLEH: Nama NIM Erni Setyawati 1720333697 Farell Anugrah 1720333698 Haris Indra Jaya 1720333699 Khoiril Liana 1720333700 PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXIII UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar penyakit tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Imunisasi a. Definisi Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indiarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tetanus maternal dan neonatal merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu dan neonatal akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak bersih. Tetanus Neonatorum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasai 1. Pengertian Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung BAB I PENDAHULUAN Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh.

Lebih terperinci

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK TENTANG UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK DI SUSUN OLEH : 1. ULVAH HASANAH 2. NUR JANAH 3. NUR ANITA 4. NURBIATI 5. FENI RAHMAWATI 6. FARIDAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Imunisasi 2.1.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga jika nanti terjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB II Jadwal Imunisasi

BAB II Jadwal Imunisasi BAB II Jadwal Imunisasi Jadwal imunisasi 1. 2. 3. 4. 5. Pedomana imunisasi nasional Jadwal imunisasi Jadwal imunisasi tidak teratur Vaksin kombinasi Imunisasi anak sekolah dan remaja Jadwal Imunisasi Imunisasi

Lebih terperinci

Media tertentu 1. udara (TBC, Influenza dll), 2. tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Tifus dll), 3.

Media tertentu 1. udara (TBC, Influenza dll), 2. tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Tifus dll), 3. PENYAKIT MENULAR Penyakit Menular Disebut juga penyakit infeksi Adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti

Lebih terperinci

MATURASI SEL LIMFOSIT

MATURASI SEL LIMFOSIT BAB 5 MATURASI SEL LIMFOSIT 5.1. PENDAHULUAN Sintesis antibodi atau imunoglobulin (Igs), dilakukan oleh sel B. Respon imun humoral terhadap antigen asing, digambarkan dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat.

Lebih terperinci

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan 1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan kelumpuhan yang lemas karena kekurangan sel-sel syaraf baik dalam sum sum tulang punggung maupun otak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium

Lebih terperinci

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena :

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena : HOST Pendahuluan Definisi Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi Penting dalam terjadinya penyakit karena : Bervariasi : geografis, sosekbud, keturunan Menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Konsep Umum Imunisasi adalah proses memicu sistem kekebalan tubuh seseorang secara artifisial yang dilakukan melalui vaksinasi (imunisasi aktif) atau melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang berlangsung sampai 14 hari lamanya. Saluran pernafasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS IMUNISASI ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI MEDAN. Oleh : MERY ANASTASIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS IMUNISASI ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI MEDAN. Oleh : MERY ANASTASIA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS IMUNISASI ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 064979 MEDAN Oleh : MERY ANASTASIA 090100169 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 HUBUNGAN TINGKAT

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Campak 2.1.1. Pengertian Campak Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan

Lebih terperinci