BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis Kementerian Pertanian disusun sebagai perwujudan amanah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Peraturan Presiden RI Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Dalam RPJPN yang saat ini memasuki tahap ke-3 ( ) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sedangkan RPJMN sebagai tahapan ketiga dari RPJPN , memproritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumberdaya maritim dan kelautan. Pada RPJMN tahap-3 ( ), sektor pertanian tetap menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Pada RPJMN , NAWA CITA menjadi agenda prioritas Kabinet Kerja dengan mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Peningkatan kedaulatan merupakan salah satu bagian dari Agenda 7 Nawa Cita yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Menindaklanjuti amanah Nawa Cita, Kementerian Pertanian menitikberatkan Strategi pembangunan pertanian selama periode pada 7 (Tujuh) Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP), yaitu (1) Peningkatan ketersediaaan dan pemanfaatan lahan; (2) Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian; (3) Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit; (4) Penguatan kelembagaan petani; (5) Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian; (6) Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergy; (7) Penguatan jaringan pasar produk pertanian. Selain tujuh strategi utama, terdapat 9 strategi pendukung, yaitu: (1) Penguatan dan peningkatan kapasitas SDM Pertanian; (2) Peningkatan dukungan perkarantinaan; (3) Peningkatan dukungan inovasi dan teknologi; (4) Pelayanan informasi publik; (5) Pengelolaan regulasi; (6) Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi; (7) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

2 Pengelolaan perencanaan; (8) Penataan dan penguatan organisasi; dan (9) Pengelolaan sistem pengawasan. Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian tidak sedikit dan tidak mudah untuk dihadapi. Tantangan dan sekaligus isu strategis yang dihadapi pembangunan pertanian antara lain: keterbatasan luas baku lahan untuk setiap komoditas, masih banyak jaringan irigasi yang rusak, terbatasnya ketersediaan dan penggunaan benih unggul, perubahan iklim, bencana alam, serangan hama dan penyakit, masih kurangnya populasi ternak, masih terbatasnya kapasitas kelembagaan petani, makin berkurangnya tenaga kerja pertanian, terbatasnya modal petani, kondisi perekonomian global yang melemah, gejolak harga pangan global, peningkatan jumlah penduduk, distribusi pangan yang belum bisa merata, serta panjangnya rantai tata niaga komoditas pertanian. Sementara itu, pada aspek manajemen isu strategis yang dihadapi antara lain: pengurangan anggaran (self blocking) dan perubahan susunan organisasi dan tata kerja di daerah sebagai tindak lanjut UU 23/2016 yang mengamanatkan perampingan organisasi di daerah. Pengurangan APBN Kementerian Pertanian mengakibatkan beberapa kegiatan tidak dapat direalisasikan di tahun Perubahan Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) sesuai PP 18/2016 mengakibatkan banyak terjadi pergantian pejabat dan petugas, sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi terkendala. Permasalahan pada aspek manajemen ini telah menjadi perhatian dan telah pula dilakukan beberapa upaya tindak lanjut. Kementerian Pertanian di tahun 2016 telah menetapkan arah pelaksanaan program dan kegiatan, maupun target yang ingin dicapai yaitu: (1) Meningkatnya produksi padi, jagung, kedelai, daging dan gula; (2) Terjaminnya distribusi pangan; (3) Meningkatnya akses dan pemanfaatan pangan dan gizi; dan (4) Meningkatnya konsumsi pangan lokal; (5) Stabilnya produksi cabai dan bawang merah; (6) Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing; (7) Tersedianya bahan baku bioindustri dan bioenergi; (8) Meningkatnya kualitas sumberdaya insani petani; (9) Meningkatnya pendapatan keluarga petani; (10) Meningkatnya Kualitas Layanan Publik Kementerian Pertanian; (11) Meningkatnya akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian Selanjutnya, untuk menghadapi isu strategis dan permasalahan yang dihadapi, Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya sebagai kegiatan terobosan. Selama tahun , berbagai kegiatan terobosan tersebut meliputi: (1) bantuan alat mesin pertanian sebanyak lebih dari 180 ribu unit (antara lain: traktor, rice transplanter, combine harvester), (2) rehab jaringan irigasi tersier seluas 3,05 juta ha, (3) pengembangan sumber-sumber air seperti embung, long storage, dan dam parit sebanyak unit, (4) penggunaan benih unggul padi, jagung, kedelai, cabai, dan bawang merah pada areal seluas 7 juta ha, (5) perluasan luas tanam dan luas panen padi melalui peningkatan indeks pertanaman menjadi IP 1,73 (naik 2,95%), (6) perluasan luas tanam dan luas panen jagung melalui penanaman jagung di lahan sawit (terintegrasi) seluas 233 ribu ha (naik 100%), (7) pengembangan lahan rawa lebak seluas 367 ribu ha, (8) pelaksanaan sapi indukan wajib bunting (SIWAB) yang telah memperoleh 1,5 juta kelahiran anak sapi, (9) asuransi pertanian untuk areal padi seluas ha, (10) pengembangan lumbung pangan di 5 provinsi, (11) pembangunan Toko Tani Indonesia (TTI) sebanyak unit, dan (12) pengendalian impor, terutama komoditas padi, Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

3 jagung, kedelai, cabai, bawang merah, dan daging sapi. Berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut terbukti telah memberikan dampak yang sangat positif, antara lain: (1) produksi padi tahun 2016 sebesar 79,1 juta ton GKG atau naik 4,97% dari tahun 2015 sebesar 75,4 juta ton, (2) produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,2 juta ton atau naik 18,10% dari tahun 2015 sebesar 19,6 juta ton, (3) produksi bawang merah sebesar 1,3 juta ton atau naik 5,74% dari tahun 2015 sebesar 1,2 juta ton, (4) produksi aneka cabai sebesar 2,1 juta ton atau naik 9,95% dari tahun 2015 sebesar 1,9 juta ton, (5) impor jagung turun sebanyak 66,6% (3,22 juta ton tahun 2015 menjadi 1,07 juta ton tahun 2016), (6) impor bawang merah turun sebanyak 93,2% (17,43 juta ton tahun 2015 menjadi 1,19 juta ton tahun 2016), dan (7) impor beras medium turun 100% (1,15 juta ton tahun 2015 menjadi nol di tahun 2016), (8) Nilai Tukar Petani (NTP) naik 0,06% (101,59 tahun 2015 menjadi 101,66 tahun 2016), (8) Nilai Tukar Usaha Pertanian naik 2,31% (107,45 tahun 2015 menjadi 109,93 tahun 2016), dan (9) jumlah penduduk miskin turun 1,51% (17,94 juta jiwa tahun 2015 menjadi 17,67 juta jiwa tahun 2016). Pencapaian berbagai indikator sukses pembangunan pertanian di atas ditempuh melalui pelaksanaan sebelas program yaitu: (a) Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan, (b) Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura, (c) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komodutas Perkebunan Berkelanjutan, (d) Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, (e) Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, (f) Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan, (g) Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, (h) Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan, dan Pelatihan Pertanian, (i) Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati, (j) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pertanian, serta (k) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian. Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pertanian tahun 2016, Kementerian Pertanian memperoleh alokasi pagu APBN senilai Rp ,-. Dalam pelaksanaannya, Kementerian Pertanian mendapatkan self blocking sebesar Rp ,-. Sampai dengan 31 Desember 2016, realisasi serapan APBN Kementerian Pertanian mencapai Rp ,-, ditambah dengan self blocking, realisasi menjadi Rp ,- atau 97,52% Tujuan Buku laporan ini disusun dengan tujuan dapat memberikan informasi atau gambaran terhadap capaian-capaian kinerja Kementerian Pertanian, meliputi indikator makro, capaian produksi pertanian, realisasi output kegiatan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama kurun waktu Tahun Sasaran Diharapkan laporan ini dapat menyajikan informasi kepada publik, petani dan pelaku agribisnis, perencana dan pelaksana pembangunan pertanian di pusat maupun daerah mengenai keberhasilan dan kendala yang dihadapi Kementerian Pertanian dalam Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

4 mencapai sasaran. Selain itu diharapkan laporan ini dapat memberikan umpan balik dan perbaikan perencanaan bagi para pemangku kebijakan. II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.1. Visi dan Misi Kabinet Kerja telah menetapkan visi yang harus diacu oleh Kementerian/Lembaga, yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong". Dengan memperhatikan visi pemerintah tersebut dan mempertimbangkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, maka visi Kementerian Pertanian adalah: "Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani" Makna dari visi adalah : - Kedaulatan Pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang akan memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya lokal. - Kesejahteraan petani merupakan kondisi hidup layak bagi petani dan keluarganya sebagai aktor utama pelaku usaha pertanian yang diperoleh dari kegiatan di lahan dan usaha yang digelutinya. Dalam rangka mewujudkan visi ini maka misi Kementerian Pertanian adalah : 1. Mewujudkan ketahanan pangan dan gizi 2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Pertanian 3. Mewujudkan kesejahteraan petani 4. Mewujudkan Kementerian Pertanian yang transparan, akuntabel, profesional dan berintegritas tinggi Makna dari misi adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan ketahanan pangan dan gizi adalah melaksanakan pembangunan dalam rangka meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan sebagai pemenuhan konsumsi pangan dan gizi masyarakat. 2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Pertanian adalah mendorong komoditas pertanian memiliki keunggulan bersaing dan nilai yang lebih baik dari hasil produksi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi 3. Mewujudkan kesejahteraan petani adalah Meningkatkan kesejahteraan petani dengan melakukan perlindungan dan pemberdayaan petani 4. Mewujudkan Kementerian Pertanian yang transparan, akuntabel, profesional dan berintegritas tinggi adalah Meningkatkan tatakelola organisasi Kementerian Pertanian dalam mewujudkan organisasi yang transparan, akuntabel, professional dan berintegritas tinggi dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

5 2.2. Tujuan Pembangunan Pertanian Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Pertanian, maka tujuan pembangunan pertanian periode yang ingin dicapai yaitu: 1. Terwujudnya swasembada padi jagung, kedelai serta meningkatnya produksi daging dan gula 2. Terpenuhinya akses pangan masyarakat terhadap pangan 3. Bergesernya budaya konsumsi pangan 4. Meningkatnya stabilisasi produksi dalam rangka stabilisasi harga 5. Berkembangnya komoditas pertanian bernilai ekonomi 6. Mendorong majunya agrobioindustri 7. Meningkatnya kualitas dan pendapatan petani 8. Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian 2.3. Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan gambaran kondisi yang akan dicapai hingga tahun Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam dalam periode adalah : 1. Meningkatnya produksi padi, jagung, kedelai, daging dan gula 2. Terjaminnya distribusi pangan 3. Meningkatnya akses dan pemanfaatan pangan dan gizi 4. Meningkatnya konsumsi pangan lokal 5. Stabilnya produksi cabai dan bawang merah 6. Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing 7. Tersedianya bahan baku bioindustri dan bioenergi 8. Meningkatnya kualitas sumberdaya insani petani 9. Meningkatnya pendapatan keluarga petani 10. Meningkatnya kualitas aparatur dan layanan kelembagaan Pertanian 11. Meningkatnya akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian Keterkaitan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pertanian Tahun dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pertanian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

6 Seluruh sasaran strategi dijalankan secara berkesinambungan selama periode Untuk mengukur pencapaian pelaksanaan strategi atas visi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian menetapkan indikator kinerja beserta target kinerjanya, seperti yang disampaikan pada tabel 2. Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Sumber: Renstra Kementerian Pertanian Tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

7 Indikator sebagaimana tabel 2 merupakan indikator yang tertera di Renstra Kementerian Pertanian tahun , dengan target sebanyak 54 indikator. Indikator-indikator tersebut tidak semuanya menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) karena bisa menjadi target kinerja program atau kegiatan. Sebagai tindak lanjut, maka telah ditetapkan Permentan No. 68/2016, tentang IKU dengan indikator-indikator yang menjadi dasar penyusunan perjanjian kinerja. Permentan IKU membatasi indikator yang ada di Renstra untuk level Kementerian Strategi Pencapaian Sasaran Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, maka Kementerian Pertanian menyusun dan melaksanakan Empat Kebijakan Membangun Pertanian sebagai berikut : 1. Melakukan upaya percepatan peningkatan produksi melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya pertanian 2. Melaksanakan koordinasi kebijakan di bidang peningkatan diversifikasi pangan dan pemantapan ketahanan pangan 3. Membangun dengan pendekatan kawasan, pengarusutamaan gender dan menjalin kerjasama internasional 4. Memperkuat faktor pendukung kesuksesan pembangunan pertanian Berdasarkan keempat kebijakan tersebut, Kementerian Pertanian menetapkan beberapa langkah strategis, yaitu: 1. Upaya khusus percepatan peningkatan produksi melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya pertanian, meliputi: Meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan lahan Meningkatkan infrastruktur dan sarana pertanian Mengembangkan dan memperluas logistik benih/bibit Mendorong penguatan kelembagaan petani Memperkuat kelembagaan penyuluhan Mengembangkan dan mendorong pembiayaan pertanian Memperkuat jaringan pasar produk pertanian Melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penanganan pasca bencana alam serta perlindungan tanaman Mengelola dan mendorong pemanfaatan subsidi dan kredit pembiayaan usaha pertanian Mendorong upaya perlindungan usaha pertanian melalui asuransi pertanian Meningkatkan dukungan inovasi dan teknologi 2. Melaksanakan koordinasi dalam peningkatan diversifikasi pangan dan pemantapan ketahanan pangan, meliputi Koordinasi, perumusan dan pelaksanaan kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan serta penguatan kelembagaan pangan Mendorong kemandirian pangan di level kabupaten dan keluarga Menciptakan kegemaran konsumsi pangan berbahan sumberdaya lokal 3. Membangun dengan pendekatan kawasan, pengarusutamaan gender dan menjalin kerjasama internasional, meliputi: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

8 Mengembangkan kawasan pertanian Mendukung pengembangan kawasan perbatasan dan daerah tertinggal Mendukung pembangunan desa dan kawasan desa Fokus komoditas strategis Mengimplementasikan Pengarusutamaan gender Melakukan kerjasama bilateral, regional dan internasional 4. Penguatan faktor pendukung kesuksesan pembangunan pertanian, meliputi: Meningkatkan kapasitas SDM pertanian Meningkatkan layanan perkarantinaan Mengelola regulasi Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Mengelola perencanaan yang efisien Mengelola sistem pengawasan Mengelola dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Mendorong berkembangnya bioindustri dan bioenergi Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian Pertanian, maka akan dilaksanakan 12 program yang dijalankan oleh 11 eselon I yang berada di Kementerian Pertanian seperti pada tabel 3. Tabel 3. Struktur Program dan Eselon I Kementerian Pertanian No Program Eselon I 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Sekretariat Jenderal Teknis Lainnya Kementerian Pertanian 2 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat Jenderal Aparatur Kementerian Pertanian 3 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Ditjen Tanaman Pangan Hasil Tanaman Pangan 4 Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Ditjen Hortikultura Hortikultura 5 Program Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Ditjen Perkebunan Berkelanjutan 6 Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 7 Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Sarana Pertanian 8 Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio- Industri Berkelanjutan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9 Program Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan, dan Pelatihan Pertanian Sumber: Kementerian Pertanian, 2016 Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Badan Ketahanan Pangan Badan Karantina Pertanian 10 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 11 Program Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati 12 Program Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

9 3.1. Produk Domestik Bruto Pertanian III. KONTRIBUSI PERTANIAN TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL Sektor Pertanian dalam arti luas (subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian; Kehutanan dan Penebangan Kayu; dan Perikanan) merupakan salah satu sektor penting sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Nilai PDB Sektor Pertanian dalam arti luas untuk periode tahun yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) (tabel 4) menunjukkan tren yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian sektor ini memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Tabel 4. Produksi Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (Tahun Dasar 2010) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Ket : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Berdasarkan data dari BPS tren perkembangan PDB atas dasar konstan dan pertumbuhan sektor pertanian tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

10 Tabel 5. Produksi Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan, Tahun (Tahun Dasar 2010) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Ket : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Berdasarkan tabel 5, pada Tahun 2016 PDB sektor pertanian dalam arti sempit tumbuh sebesar 3,16%. Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor peternakan (4,03%), disusul dengan sub sektor perkebunan (3,50%), jasa pertanian dan perburuan (3,18%), sub sektor tanaman hortikultura (2,69%) dan sub sektor tanaman pangan (2,53%). Kontribusi PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) terhadap PDB nasional pada Tahun 2016 tersebut mencapai 10,21% Neraca Perdagangan Pertanian Gambar 1. Aktivitas Bongkar Muat Peti Kemas Secara keseluruhan neraca perdagangan sektor pertanian masih berada pada posisi surplus. Kinerja ini dicapai sumbangan sub sektor perkebunan yang memiliki surplus perdagangan relatif besar. Sementara itu sub sektor lainnya pada posisi defisit. Keragaan nilai neraca perdagangan pertanian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

11 Tabel 6. Volume dan Nilai Ekspor Impor Pertanian, Tahun Sub Sektor Pertanian Volume (Ton) Tahun Ekspor Impor Neraca Nilai (US$ 000) - Ekspor Impor Neraca Sumber : BPS, diolah Pusdatin-Kementan, 2016 Berdasarkan tabel 6, neraca perdagangan sektor pertanian mengalami surplus selama tiga tahun terakhir, meskipun menurun tiap tahunnya. Hal ini tidak terlepas dari dampak situasi perekonomian dunia yang mengalami perlambata 3.3. Investasi di Sektor Pertanian Gambar 2. Menteri Pertanian Berfoto Bersama Menteri Lingkungan dan Pangan Denmark Berdasarkan data investasi yang diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi di sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan) mengalami peningkatan baik dalam Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal asing (PMA). Namun, dari sisi nilai investasi dan kontribusi terhadap total investasi, peningkatan hanya berlaku pada penanaman modal dalam negeri. Penurunan nilai invesatasi dan kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) ini merupakan akibat menurunnya investasi asing untuk sub sektor tanaman pangan dan perkebunan. Hal ini terjadi karena masih ada sejumlah kendala bagi investor pertanian di Indonesia, salah satunya adalah persoalan lahan, infrastruktur, dan birokrasi. Namun pemerintah terus melakukan perbaikan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan mengidentifikasi dan mencari jalan pemecahan hal-hal yang menjadi hambatan, agar calon investor tertarik untuk menanaman modal nya di Indonesia. Tabel 7 dan 8 menyajikan rincian investasi di sektor primer dan pertanian dalam arti luas, dan kontribusi investasi pertanian terhadap total investasi, baik PMDN maupun PMA. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

12 Tabel 7. Perkembangan Nilai Realisasi Investasi PMDN Menurut Sektor Tahun (Rp Milyar) Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 No. Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, 2016 Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi (Rp,Miliar) (Rp,Miliar) (Rp,Miliar) A Sektor Primer , , ,65 1. Tanaman Pangan , , ,30 dan Perkebunan 2.Peternakan , , , Kehutanan 9 0, , , Perikanan 11 21, ,6 19 2, Pertambangan , , ,57 B Sektor Sekunder , , ,69 C Sektor Tersier , , ,51 D Uraian Jumlah seluruh sektor Kontribusi Sekt, Pertanian , , ,85 8,56% 6,89% 9,93% Tabel 8. Perkembangan Nilai Realisasi Investasi PMA Menurut Sektor Tahun Tahun 2014 Tahun 2015 (Rp Milyar) Tahun 2016 No A B C D Uraian Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi (US$ Juta) (US$ Juta) (US$ Juta) Sektor Primer , , ,94 1. Tanaman Pangan dan Perkebunan , , ,1 2.Peternakan 26 30, , ,9 3.Kehutanan 28 53, ,2 4. Perikanan 47 35, , ,3 5. Pertambangan , , ,3 Sektor Sekunder , , ,6 Sektor Tersier , , ,6 Jumlah seluruh sektor Kontribusi Sekt,Pertanian 7,84% 7,33% , , ,66% Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

13 3.4. Angkatan Kerja Pertanian Gambar 3. Mekanisasi Sektor Pertanian Dilihat dari aspek penyerapan tenaga kerja, kecenderungan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data SAKERNAS BPS 2016 (Tabel 9 ), dalam tiga tahun terakhir ( ) terlihat jelas bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mempunyai kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 pangsa pertanian terhadap total angkatan kerja sebesar 31,98% namun pada tahun 2016 turun menjadi 30,11% (Tabel 9). Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Indonesia, Bekerja Non Pertanian Tidak Bekerja Angkatan Pangsa Pertanian Terhadap Total Tahun Pertanian Kerja Luas Angkatan Kerja (Juta Orang) (%) (2/5)x ,97 75,66 7,24 121,87 31, *) 37,75 77,07 7,56 122,38 30, **) 37,77 82,36 7,03 125,44 30,11 Sumber : *) BPS, SAKERNAS Agustus 2016 Meskipun mengalami penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, pendapatan atau produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2014, PDB pertanian dibanding total tenaga kerja sektor pertanian sebesar Rp ,- per orang per tahun dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2016 menjadi sebesar Rp ,-. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan petani dari tahun ke tahun semakin meningkat, dimana dapat dikatakan bahwa kesejahteraan petani juga mengalami peningkatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tingkat pendapatan tenaga kerja pertanian selama 3 (tiga) tahu terakhir dapat dilihat pada tabel.10. Tabel 10. Tingkat Pendapatan Tenaga Kerja Pertanian dan Non Pertanian Tahun PDB Pertanian PDB Non Pertanian Keterangan :PDB Harga Konstan 2010 *)Angka Sementara **)Angka sangat sementara Tenaga Kerja Pertanian Tenaga kerja Non Pertanian Pendapatan Pertanian Pendapatan Non Pertanian (satuan Rp Miliar) (Jiwa) (Rp/KapitaTK/Tahun) Rasio (Pertanian/ Non Pertanian) , , ,60 0, *) , , ,40 0, **) , , ,66 0,27 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

14 3.5. Inflasi Salah satu kebijakan prioritas di bidang pangan adalah menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok dan penting di tingkat konsumen dan produsen. Tujuan utama kebijakan ini adalah untuk menjaga harga pangan yang wajar, stabil, dan terjangkau di tingkat konsumen dan menjamin harga produk pangan dan pendapatan di tingkat petani. Tujuan penting lainnya adalah menjaga harga pangan yang meningkat terus menerus sehingga mengakibatkan inflasi. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga umum dari barang dan jasa secara terus menerus selama periode tertentu. Produk bahan makanan, apabila harganya naik secara terus menerus dalam periode tertentu, akan menyumbang terhadap terjadinya inflasi. Selain itu, kenaikan bahan pangan pokok dapat memicu kenaikan harga barang-barang lain, sehingga inflasi akan semakin tinggi. Inflasi yang tinggi dapat mengganggu perkembangan ekonomi nasional, diantaranya nilai riil pendapatan dan tabungan masyarakat menurun (daya beli) dan proporsi kemiskinan meningkat. Selama periode tahun inflasi tahunan berkisar antara 3,02-8,36, dengan ratarata 4,91. Pada tahun 2016 inflasi umum sebesar 3,02 dan inflasi untuk bahan makanan sebesar 5,69 (Tabel 11). Besaran inflasi yang relatif ringan, juga sumbangan dari kelompok bahan makanan yang relatif kecil, membuktikan iklim kondusif bagi pembangunan ekonomi nasional. Tabel 11. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Nasional Tahun 2016 (2012=100) No Inflasi Nasional Andil Inflasi Th Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Umum 8,36 3,35 3,02 0,51-0,09 0,19-0,45 0,24 0,66 0,69-0,02 0,22 0,14 0,47 0,42 1 Bahan Makanan 10,57 4,93 5,69 0,46-0,12 0,14-0,22 0,05 0,34 0,23-0,13-0,01-0,03 0,36 0, Bulan Makan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8,11 6,42 5,38 0,09 0,11 0,06 0,06 0,10 0,11 0,09 0,06 0,06 0,04 0,05 0,08 7,36 3,34 1,9 0,13-0,11-0,02-0,03 0,01 0,04 0,06 0,10 0,07 0,14 0,04 0,04 4 Sandang 3,08 3,43 3,05 0,02 0,04 0,04 0,02 0,03 0,04 0,03 0,03 0,01-0,02 0,00-0,03 5 Kesehatan 5,71 5,32 3,92 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 4,44 3,97 2,73 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,09 0,04 0,01 0,00 0,01 7 T ransport, Komunikasi dan Jasa Keuangan 12,14-1,53-0,72-0,21-0,03-0,04-0,29 0,04 0,12 0,22-0,19 0,04-0,01 0,01 0,02 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

15 3.6. Konsumsi Konsumsi pangan yang cukup dalam jumlah, beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) untuk setiap penduduk diperlukan agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif. Para ahli gizi dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) ke-x tahun 2012 yang dikukuhkan oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, menetapkan Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 2150 Kkal/Kap/Hari dengan Angka Kecukupan Protein (AKP) sebesar 57 gram/kapita/hari. Dalam periode , rata-rata konsumsi energi/kapita sebesar 2065 Kkal/kapita/hari dan protein sebesar 60 gram. Konsumsi energi masih lebih rendah dari AKE yang dianjurkan (2150 Kkal/hari), namun sejak tahun 2013 menunjukkan trend meningkat. Konsumsi protein sudah lebih tinggi dari AKP yang dianjurkan (57 gram/kapita/hari), dengan trend meningkat. Perkembangan konsumsi energi dan protein serta skor PPH tahun ditunjukkan dalam Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Konsumsi Pangan Energi dan Protein serta Nilai PPH Tahun No Uraian Tahun Konsumsi energi (kkal/kap/hari) Konsumsi protein (gram/kap/hari) 56,6 58, Skor Pola Pangan Harapan 83,4 85,2 86 Sumber: AKG 2150 Kkal/Kap/Hari dan AKP 57 gram/kap/hari, berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) X, Tahun 2012 Kualitas konsumsi pangan perseorangan dapat diukur dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Berdasarkan tolak ukur PPH tersebut, selama periode rata-rata skor PPH per tahun sebesar 84,86, sedangkan angka PPH tahunan berfluktuasi dengan trend meningkat. Skor ideal PPH adalah 100 dan sasaran pencapaian PPH untuk tahun 2016 adalah 86,20. Dengan demikian skor PPH yang diperoleh telah mencapai 99,7%. Pemenuhan pangan yang cukup dan berkualitas secara terus menerus diupayakan oleh pemerintah, antara lain melalui peningkatan produksi pangan, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok, mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan dan diversifikasi pangan, serta peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi kepada masyara Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

16 IV. KINERJA PRODUKSI PANGAN POKOK DAN STRATEGIS Komitmen Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan saat ini difokuskan pada pencapaian swasembada pangan, khususnya untuk swasembada tujuh komoditas, yaitu padi, jagung, kedelai, daging sapi/kerbau, tebu, cabai, dan bawang merah. Padi (beras) masih dianggap sebagai komoditas strategis yang dominan dalam ekonomi Indonesia disebabkan beras merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia, berkaitan erat dengan kebijakan moneter, dan menyangkut masalah sosial politik. Jagung merupakan pangan alternatif bagi masyarakat dan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia bagian Timur. Selain itu jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak. Kedelai merupakan produk pertanian strategis yang digunakan untuk berbagai produk pangan maupun olahan (tahu/tempe). Daging sapi/kerbau serta gula tebu merupakan pangan strategis yang sebagian besar diusahakan oleh peternakan dan perkebunan rakyat. Sedangkan cabe dan bawang merah merupakan dua komoditas strategis karena merupakan komoditas hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat serta menjadi perhatian serius pemerintah karena keduanya memberikan andil yang cukup signifikan dalam menentukan inflasi. Bila dilihat dari aspek ketahanan pangan, kondisi pangan strategis nasional selama tahun 2016 baik. Hal ini ditunjukan dari capaian kinerja pangan strategis yang meningkat signifikan dibandingkan tahun Bahkan produksi padi, jagung meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun 2015, namun demikian untuk kedelai capaiannya sedikit menurun dibandingkan tahun 2015, karena tahun 2016 terjadi La-Nina atau iklim basah secara agroekosistem kurang cocok untuk budidaya kedelai. Peningkatan produksi khususnya padi tahun 2016 menyebabkan Indonesia tidak mengimpor beras seperti tahun-tahun sebelumya. Di samping itu, capaian produksi daging sapi, cabai dan bawang merah menunjukkan hasil yang positif. Keragaan capaian produksi komoditas pangan strategis disampaikan sebagai berikut : 4.1. Padi Produksi padi tahun 2016 (press rilis Angka Prakiraan Produksi Dirjen Tanaman Pangan, tanggal 1 November 2016), produksi padi tahun 2016 mencapai 79,141 juta ton gabah kering giling (GKG), luas panen 15,036 juta ha, dan produktivitas 52,64 ku/ha. Bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2015, mengalami kenaikan 3,744 juta ton (4,97%). Bila dibandingkan terhadap target tahun 2016 sebesar 76,220 juta ton, capaian produksi padi pada tahun 2016 mencapai 103,83%. Capaian produksi ini merupakan angka tertinggi selama lima tahun terakhir, setelah tahun 2015 yang mencapai 102,66%. Peningkatan produksi padi tahun 2016 ini disebabkan meningkatnya luas panen dibanding tahun 2015 seluas 919 ribu ha (6,51%), akibat dari upaya khusus yang dilakukan Kementerian Pertanian dan pengawalan yang intensif sampai tingkat Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

17 lapang. Peningkatan produksi padi tidak terlepas dari peran produktivitas dan luas panen. Gambar 4 memperlihatkan bahwa luas panen dan produktivitas juga menunjukkan tren meningkat seiring dengan meningkatnya produksi padi. Gambar 4. Perkembangan Realisasi Produksi, Produktivitas, dan Luas Panen Padi Tahun Selain kenaikan luas panen, kenaikan produksi padi disumbang oleh kenaikan produktivitas di sejumlah wilayah, terutama sentra produksi padi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Di samping mengandalkan sentra produksi padi di Pulau Jawa, Menteri Pertanian pun mendorong wilayah lain di luar Jawa untuk meningkatkan produktivitasnya, seperti Pulau Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan. Keberhasilan pencapaian kinerja produksi padi tidak terlepas dari komitmen pimpinan yang tinggi dalam pelaksanaan strategi, program kerja maupun kegiatan yang berhubungan dengan produksi padi. Berbagai kebijakan di tahun 2015 dan dilanjutkan di tahun 2016 telah terbukti memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi padi. Kebijakan pengadaan dengan pola penunjukan langsung telah berdampak pada penyaluran benih dan pupuk dapat tepat waktu/musim. Kebijakan bantuan benih tidak di lokasi existing telah berdampak pada luas tambah tanam. Perbaikan jaringan irigasi pertanian telah berhasil meningkatkan Indek Pertanaman (IP). Penggunaan alsintan oleh petani telah mempercepat waktu olah tanam, tanam, panen dan pasca panen, meningkatkan efisiensi biaya serta mengurangi kehilangan hasil (losses). Penggunaan pola tanam jajar legowo dan benih unggul juga telah meningkatkan produktivitas padi. Satu hal yang perlu disampaikan bahwa meskipun tahun 2015 terjadi El Nino yang mengakibatkan musim kemarau yang lebih panjang dan tahun 2016 terjadi La Nina yang mengakibatkan musim hujan yang lebih panjang, namun produksi padi masih tetap dapat meningkat. Tabel 13 memperlihatkan bahwa peristiwa El Nino 2015 jauh lebih kuat dibandingkan El Nino 1998, begitu pula peristiwa La Nina 2016 juga jauh lebih kuat dibandingkan La Nina Di tahun 1999, penduduk Indonesia berjumlah 204,78 juta jiwa, dan pada tahun tersebut dilakukan impor beras sebesar 5,04 juta ton. Tahun 2016, penduduk Indonesia meningkat menjadi 258,48 juta jiwa, dan tidak ada impor beras di tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

18 Tabel 13. Dampak El Nino dan La Nina terhadap Impor Beras Uraian Penduduk (Juta Jiwa) Kejadian Elnino/Lanina El-Nino El-Nino La-Nina El-Nino La-Nina Kekuatan SST ANOM ( o C) (1.92) 2.95 (0.72) Dampak Impor Beras (ton) 405,947 7,100,679 5,043,877 1,154,807 0 Sumber El-Nino/ La-Nina: : NCEP/NOAA, 2016, Prediksi 2016/2017: IRI For Climate and SocietySST ANOM: Sea Surface Temperatur Anomaly Bila dibandingkan terhadap kebutuhan, dengan capaian produksi padi tahun 2016 sebesar 79,14 juta ton, maka terdapat surplus 12,187 juta ton beras. Produksi padi tahun 2016 (Angka Prakiran Produksi 2016) sebesar 79,141 juta ton GKG tersebut setara dengan 46,029 juta ton beras tersedia. Berdasarkan perhitungan dengan konsumsi beras perkapita/tahun 124,89 kg, dan jumlah penduduk 258,705 juta jiwa, maka kebutuhan beras mencapai 33,842 juta ton (termasuk untuk benih, pakan, industri dan tercecer). Tabel 14. Produksi dan Kebutuhan Beras Tahun 2016 No Uraian Neraca Tahun 2016*) 1 Produksi Padi (000 Ton GKG) Beras Tersedia (000 Ton) Konsumsi Beras (000 Ton) Surplus/Defisit (000 Ton) *) Produksi tahun 2016 = Angka Prakiraan Produksi 2016 Gambar 5. Mentan Lepas Ekspor Beras Perdana ke PNG ditargetkan ton hasil panen dimusim hujan 2017 (Gambar 5). Terpenuhinya kebutuhan beras di dalam negeri, memberikan dampak tidak adanya impor beras di tahun 2016, bahkan kita dapat melakukan ekspor ke negara tetangga, seperti Papua Nugini. Pada awal tahun 2017, Menteri Pertanian bersama Gubernur Papua, Lukas Enembe, dan Bupati Merauke, Fredikus Gebze melakukan pelepasan ekspor perdana beras ke Papua Nugini di Merauke. Beras yang diekspor merupakan beras premium sebanyak 1 truk dan Perkembangan harga gabah ditingkat petani juga perlu dimonitor setiap saat mengingat komoditas tersebut sangat strategis bagi bangsa dan negara, karena merupakan komoditas makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Selain itu, gabah merupakan komoditas pangan yang paling banyak dibudidayakan oleh mayoritas petani Indoensia. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

19 Terganggunya kondisi ketersediaan, pasokan dan harga gabah dapat mempengaruhi berbagai aspek, baik ekonomi, politik, maupun ketahanan nasional. Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap komoditas gabah, antara lain melalui penentuan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ditingkat petani. Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Kebijakan Perberasan yang sudah diterbitkan sebanyak 8 (delapan) kali sejak tahun 2002 sampai Kebijakan perberasan sangat efektif dalam mengendalikan stabilitas harga di tingkat petani, baik gabah ataupun beras. Upaya lain yang dilakukan untuk menahan harga gabah jauh di tingkat produsen adalah kegiatan menyerap gabah langsung dari petani. Program serap gabah (SERGAB) ini dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian bersama dengan BULOG, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pemerintah Daerah setempat, serta TNI AD. Penyerapan gabah langsung kepada petani ini memotong mata rantai tata niaga beras menjadi lebih pendek, memberikan jaminan harga beli gabah di tingkat produsen (petani), dan menjaga stabilitas harga beras di masyarakat. Jaminan harga beli di petani akan mendorong kegairahan menanam dan bertani yang pada akhirnya akan menjamin ketersediaan dan kedaulatan pangan nasional. Perkembangan serap gabah petani selama (tiga) tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Realisasi Serap Gabah Petani Tahun Sumber: Kementan dan Bulog, Jagung (per 29 Desember 2016 dalam ton setara beras) BULAN REALISASI SERAP GABAH TAHUN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Angka Prakiraan Produksi jagung tahun 2016 (press rilis Angka Prakiraan Produksi Dirjen Tanaman Pangan, tanggal 1 November 2016) sebesar 23,165 juta ton pipilan kering (PK), luas panen 4,385 juta ha, dan produktivitas 52,83 ku/ha. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015, mengalami peningkatan 3,552 juta ton (18,11%). Kenaikan tersebut karena peningkatan produktivitas. Produksi jagung tahun 2016 mencapai 108,48% dibandingkan terhadap target (21,354 juta ton GKG), demikian juga capaian luas panen 105,56%, dan produktivitas 102,77% (Tabel 16). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

20 Tabel 16. Capaian Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Jagung Tahun 2016 No. Uraian ATAP 2015 Sasaran 2016 Angka Prakiraan 2016 Capaian Angka Prakiraan 2016 Thd ATAP 2015 Sasaran 2016 (% ) Selisih (% ) Selisih 1. Produksi (000 Ton) , , Luas Panen (000 Ha) , , Produktivitas (Ku/Ha) 51,78 51,41 52,83 102,03 1,05 102,77 1,43 Perkembangan produksi jagung periode menunjukan pertumbuhan yang positif, dari 19,01 juta ton pada tahun 2014 menjadi 23,16 juta ton tahun Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen dari 3,84 juta ha tahun 2014 menjadi 4,38 juta ha tahun Disamping itu, peningkatan produksi juga didukung oleh kenaikan produktivitas dari 49,54 ku/ha tahun 2014 menjadi 52,64 ku/ha tahun 2016 (Gambar 6). Gambar 6. Perkembangan Realisasi Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Jagung Tahun Integrasi perkebunan kelapa sawit dan jagung merupakan salah program unggulan Kementerian Pertanian dengan target terjadi tambahan luas tanam jagung sebesar 1 juta hektar hingga akhir tahun Di tahun 2016 telah dilaksanakan integrasi jagung dan sawit di lahan seluas Ha (Gambar 7). Selain kelapa sawit, integrasi juga dilakukan dengan tanaman karet. Peningkatan produksi jagung yang sangat signifikan di tahun 2016 ini memberikan dampak menurunnya volume impor jagung sebesar 62,9% dibanding tahun 2015 (Pusdatin, 2016). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

21 Gambar 7. Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dan Jagung di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Apabila dibandingkan dengan total kebutuhan jagung nasional tahun 2016 sebesar 17,68 juta ton PK (termasuk untuk benih, pakan, industri dan tercecer), produksi jagung (Angka Prakiraan Produksi Tahun 2016) sebesar 23,16 juta ton, maka terdapat surplus 5,48 juta ton. Namun demikian, walaupun surplus juga ada impor, terutama dalam memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang relatif tetap setiap bulan sementara produksi berfluktuasi (musiman), serta sebagian mutu produk belum memenuhi standar industri pakan. Tabel 17. Produksi dan Kebutuhan Jagung Tahun 2016 No Uraian Neraca Kebutuhan Tahun 2016*) 1 Produksi (000 Ton PK) Kebutuhan (000 Ton) **) Surplus/Defisit (000 Ton) *) Produksi tahun 2016 = Angka Prakiraan Produksi Tahun 2016 **) Kebutuhan termasuk kehilangan akibat tercecer 4.3. Kedelai Produksi kedelai tahun 2016 (press rilis Angka Prakiraan Produksi, Dirjen Tanaman Pangan, tanggal 1 November 2016) mencapai 886 ribu ton biji kering (BK), luas panen 588 ribu ha, dan produktivitas 15,06 ku/ha. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar 963 ribu ton, terjadi penurunan 77,61 ribu ton (8,06%). Penurunan produksi kedelai disebabkan karena penurunan luas panen 26 ribu ha (4,24%) dan produktivitas 0,62 ku/ha (3,98%). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

22 Tabel 18. Capaian Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2016 No. Uraian ATAP 2015 Sasaran 2016 Angka Prakiraan 2016 Capaian Angka Produksi 2016 Thd ATAP 2015 Sasaran 2016 (%) Selisih (%) Selisih 1. Produksi (000 Ton) ,94 (77,61) 59,04 (614) 2. Luas Panen (000 Ha) ,76 (26,06) 61,69 (365) 3. Produktivitas (Ku/Ha) 15,68 15,74 15,06 96,02 (0,62) 95,70 (0,68) Sumber: BPS,2016 Bila dibandingkan terhadap target tahun 2016 sebesar 1,5 juta ton BK, capaian produksi kedelai pada tahun 2016 hanya mencapai 59,04%. Belum tercapainya target produksi kedelai tahun 2016, disebabkan luas panen yang masih kurang 365 ribu ha dari target 953 ribu ha. Tidak tercapainya luas panen akibat kondisi iklim yang relatif basah sepanjang tahun, dan harga yang kurang memberi keuntungan bagi petani, sehingga petani memilih menanam padi atau jagung atau komoditas lain yang lebih menguntungkan. Demikian juga dengan produktivitas yang masih belum mencapai target (15,74 ku/ha). Produksi kedelai tahun 2014 hingga tahun 2016 mengalami fluktuasi, mengalami kenaikan pada tahun 2015, turun kembali pada tahun Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kedelai Tahun dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Perkembangan Realisasi Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Kedelai Tahun Bila dibandingkan dengan kebutuhan, produksi kedelai tahun 2016 belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional sebesar 2,724 juta ton BK (termasuk untuk benih, industri dan tercecer), sehingga masih defisit 1,838 juta ton BK, dengan sebaran bulanan defisit sepanjang tahun. Selama periode tahun bila dibandingkan dengan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

23 kebutuhan tahunan, terjadi defisit setiap tahun dan kekurangan tersebut dipenuhi dari impor (Tabel 19). Tabel 19. Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Kedelai Tahun 2016 No Uraian Neraca Kebutuhan Tahun 2016*) 1 Produksi (000 Ton BK) Kebutuhan (000 Ton) Surplus/Defisit (000 Ton) (1.838) *) Produksi tahun 2016 = Angka Prakiraan Produksi Tahun Tebu Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis Kementerian Pertanian yang ditargetkan untuk dapat meningkatkan produksi dalam negeri sebagaimana diamanahkan dalam Renstra Kementerian Pertanian Tahun Target produksi gula tebu pada Tahun 2016 adalah 2,80 juta ton hablur. Realisasi produksi gula tebu hingga akhir Tahun 2016 mencapai 2,223 juta ton Hablur atau sekitar 79,39% dari target Tahun 2016 (Gambar 9). Gambar 9. Capaian Produksi Gula Tebu Tahun Dibandingkan tahun 2015, capaian kinerja produksi gula tebu tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 274 ribu ton hablur atau 10,97%. Pada tahun 2015 produksi gula tebu Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

24 mencapai 2,497 juta ton Hablur atau 84,07% dari target sebesar 2,972 juta ton hablur (Gambar 10). Gambar 10. Perkembangan Realisasi Produksi, Produktivitas dan Luas Areal Gula Tebu Tahun Lambatnya pertumbuhan produksi gula tebu seperti digambarkan di atas dipengaruhi oleh pertumbuhan luas areal tebu dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir relatif stabil. Bahkan luas areal gula tebu mengalami penurunan dari Ha pada tahun 2014 menjadi Ha pada Tahun Di lain pihak perluasan areal tanam menjadi faktor penting dalam peningkatan produksi gula tebu, karena produktivitas tebu (ku/ha) relatif stagnan. Akar permasalahan yang menjadi penyebab tidak tercapainya produksi gula tebu antara lain: (1) pola tanam petani yang kurang seragam, (2) masih terbatasnya penggunaan bibit unggul tebu, (3) makin berkurangnya areal tanam tebu, (4) kecilnya luas lahan tebu petani, (5) jatuhnya harga gula tebu, (6) makin meningkatnya volume gula impor, (7) terbatasnya peran kelembagaan petani tebu, (8) kurang transparannya perhitungan rendemen tebu, (9) terbatasnya penyuluh perkebunan. Pola tanam yang kurang seragam, terbatasnya penggunaan bibit unggul, menurunnya areal tanam tebu nasional, dan semakin kecilnya luas lahan tebu petani merupakan permasalahan dari aspek budidaya. Kalah bersaing dengan komoditas pangan lain, maka lahan tebu semakin tergeser ke lahan marjinal, tegalan dan lahan kering, serta jauh dari lokasi pabrik gula. Hal ini mengakibatkan sulitnya waktu pemanenan dan semakin menurunnya produksi tebu petani. Masuknya gula impor dengan harga murah mengakibatkan harga gula tebu produksi dalam negeri menjadi kalah bersaing. Di sisi lain, petani berada pada posisi tawar yang tidak kuat, ditambah kelembagaan petani tebu masih kurang berperan. Kurangnya jumlah petugas penyuluh tanaman tebu, juga menyebabkan budidaya tebu yang dilakukan petani tidak sesuai standar teknis. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

25 Berdasarkan analisis akar permasalahan tersebut, solusi yang dapat diusulkan sebagai rekomendasi untuk dilakukan antara lain: (1) melakukan penataan pola tanam tebu, (2) mendorong petani menggunakan bibit unggul, (3) mengembangkan varietas unggul tebu, (4) mengoptimalkan pengembangan tebu di lahan kering, (5) mengendalikan impor gula, (6) mendorong pemberdayaan kelembagaan petani tebu, (7) mendorong pabrik gula untuk transparansi perhitungan rendemen, (8) mengendalikan harga jual gula tebu, dan (9) meningkatkan dukungan penyuluh perkebunan untuk komoditas tebu. Selain kegiatan tahun 2016, pencapaian kinerja produksi gula di tahun 2016 sebagian juga merupakan dampak dari kegiatan sejenis yang dilakukan di tahun 2015 antara lain: rawat ratoon, perluasan lahan tebu, pengawalan kebun benih tebu, pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan, serta bantuan peralatan (seperti: traktor, dump truck, truk bak kayu, grab loader, dan pompa air) Daging Sapi dan Kerbau Produksi daging sapi/kerbau secara nasional tahun 2016 mencapai 561,1 ribu ton (angka sementara) atau 95,25% dari target 0,589 juta ton karkas. Produksi tahun 2016 meningkat 3,5 persen dari tahun 2015 sebesar 542,1 ribu ton. Selama kurun waktu , capaian produksi daging menunjukkan tren positif, dengan peningkatan rata-rata 2,8% per tahun. Pencapaian kinerja produksi daging sapi dan kerbau tahun 2014 hingga tahun 2016 disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Capaian Kinerja Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun Selama 3 (tiga) tahun terakhir, produksi daging sapi dan kerbau mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Dibandingkan tahun 2015, produksi tahun 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

26 mengalami kenaikan sebesar 19 ribu ton. Pencapaian kinerja produksi daging sapi dan kerbau sangat dipengaruhi oleh populasi sapi dan kerbau. Gambar 12. Populasi Sapi dan Kerbau Tahun Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 12, perkembangan populasi sapi dan kerbau selama menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 populasi sapi dan kerbau sebanyak 16,56 juta ekor kemudian meningkat menjadi 18,01 juta ekor di tahun Untuk mendukung pencapaian produksi daging sapi dan kerbau, Kementerian Pertanian melakukan berbagai kegiatan pendukung di tahun 2016, seperti Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB), Sinkronisasi Birahi, Produksi Semen Beku, Peningkatan status Kesehatan Hewan, Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia, Pengembangan Sentra Peternakan Rakyat (SPR), dan Peningkatan Produksi Pakan Ternak. Untuk menata tataniaga dan distribusi ternak sapi menjadi lebih baik, pada tahun 2016 mulai dioperasikan kapal ternak. Kapal ternak Camara Nusantara I (CN 1) pertama kali berlayar dari NTT ke Tanjung Priok pada tanggal 2 Februari 2016 dengan mengangkut 353 ekor ternak. Pelayaran secara kontinu dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai tanggal 2 Februari 2016 hingga pelayaran ke 24 pada tanggal 27 Desember Kapal CN 1 bertujuan untuk: (a) Memperlancar pengangkutan dan pendistribusian ternak secara cepat; (b) Merubah struktur pasar, sehingga terjadi peningkatan harga di tingkat peternak dan penurunan harga daging di tingkat konsumen; (c) Menyediakan kapal khusus ternak yang didesain memenuhi standar Internasional yaitu mengimplementasikan prinsip animal welfare selama perjalanan; (d) Meningkatkan efisiensi distribusi ternak antar pulau dengan kapal khusus ternak, sehingga biaya transportasi dapat diturunkan; (e) Menata tataniaga dan distribusi ternak sapi menjadi lebih baik. Sapi yang diperdagangkan, mulai dari peternak, pedagang dan menjadi produk daging sampai ke konsumen, dapat dengan mudah ditelusuri dan tercatat dengan baik; (f) Memberikan insentif dan motivasi bagi peternak untuk meningkatkan produktivitas ternak. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

27 Total jumlah muatan ternak tahun 2016 yang diangkut dengan Kapal Ternak CN 1 dari Provinsi NTT sebanyak ekor yang berasal dari Pelabuhan Tenau sebanyak ekor (jenis sapi Bali) dan dari Pelabuhan Waingapu sebanyak 658 ekor (jenis sapi SO). Perusahaan pengirim (pengguna kapal) terdiri dari 39 perusahaan yang semuanya sudah memenuhi persyaratan sebagai calon pengguna kapal ternak (shipper). Perusahaan penerima/pembeli ternak terdiri dari 2 perusahaan BUMN/BUMD dan 9 perusahaan swasta; Sepanjang tahun 2016, data menunjukkan bahwa proses perijinan pengeluaran ternak selalu mengalami keterlambatan sehingga proses loading ternak ke kapal ternak Camara Nusantara 1 juga mengalami keterlambatan. Untuk mulai berlayar, rata-rata kapal mengalami keterlambatan selama 6 jam dibandingkan dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh PT. PELNI. Jumlah ternak setiap pengapalan rata-rata 500 ekor kecuali pada beberapa pelayaran yaitu ke 9, 12, 13, 16, 17 dan 24. Gambar 13. Kunjungan Menteri Pertanian di Kapal Ternak Camara Nusantara 1 Akar permasalahan tidak tercapainya target produksi daging sapi dan kerbau di tahun 2016 yaitu gangguan reproduksi pada indukan ternak sapi, pemotongan betina produktif, produktivitas sapi dan kerbau dengan BSC yang masih rendah, skala kepemilikan peternak yang kecil, ternak sebagai usaha sampingan, kekurangan jumlah SDM tenaga teknis repoduksi (IB, PKb, dan ATR), dan kurangnya sarana dan prasarana. Untuk menjawab berbagai permasalahan tersebut, disusunlah solusi sebagai rekomendasi perbaikan antara lain: (1) penanggulangan reproduksi dan perbaikan pakan terutama pada indukan sapi, (2) penanganan pemotongan sapi betina produktif, (3) perbaikan pakan sapi, (4) penguatan kelembagaan peternak, (5) pelatihan dan bimbingan teknis, dan (6) penyediaan dan distribusi sarana dan prasarana semen beku, N2 Cair, dan kontainer 4.6. Cabai Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

28 Komoditas aneka cabai (cabai besar dan cabai rawit) merupakan komoditas hortikultura yang kesehariannya tidak lepas dari kehidupan rumah tangga serta industri, baik dikonsumsi dalam keadaan segar maupun olahan. Hasil dari upaya khusus peningkatan produksi cabai pada tahun 2016 berdasarkan angka prognosa adalah sebagai berikut; (1) Produksi cabai besar mencapai ton, meningkat 9,76% apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2015, (2) Produksi cabai rawit mencapai ton atau meningkat 9,54% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015, (3) Luas panen cabai besar meningkat 3,84% dan luas panen cabai rawit meningkat 3,71% dibandingkan luas panen tahun 2015, (4) rata-rata produktivitas cabai besar selama tiga tahun terakhir sebesar 8,71 ton/ha sedangkan cabai rawit sebesar 6,40% ton/ha. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Cabai Besar Perkembangan Produksi dan Luas Panen Cabai Rawit Gambar 14. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Cabai Besar dan Cabai Rawit Tahun Dalam kurun beberapa waktu terakhir ini kedua komoditas tersebut juga menjadi perhatian pemerintah karena memberikan andil dalam fluktuasi perekonomian nasional, terutama dalam hal inflasi. Dilatarbelakangi dari permasalahan tersebut, Kementerian Pertanian menjadikan stabilnya produksi bulanan cabai menjadi salah satu sasaran strategis selama periode Tahun yang harus dicapai yang keberhasilannya dapat diukur melalui koefisien variasi produksi bulanan cabe besar dengan target 15 dan cabe rawit 17 di tahun Capaian coefisien variasi (cv) produksi bulanan cabai besar tahun 2016 adalah 14,85 atau 101% lebih tinggi dari koefisien variasi yang ditargetkan yaitu 15. Koefisien Variasi produksi cabai rawit tahun 2011 hingga 2016 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Produksi bulanan dan Coefisien Variasi Cabe Besar Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

29 Bulan Sumber: Ditjen Hortikultura, 2016 Produksi (Ton) * Jumlah Rata-rata Standart Baku Koefisien Variasi 10,83 15,19 14,30 12,11 19,15 14,85 Tabel 20 memperlihatkan bahwa produksi cabai besar tahun 2016 mencapai ton, meningkat 9,76% dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar ton. Meskipun demikian, produksi bulanan cabai besar bervariasi tiap bulannya. Produksi di bulan Januari merupakan produksi yang terendah dikarenakan memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 20, produksi cabai besar di bulan Juli dan Desember yang merupakan hari Raya Idul Fitri dan Natal mengalami peningkatan, sehingga kebijakan pola tanam yang diterapkan oleh Kementerian Pertanian merupakan suatu keberhasilan dan langkah nyata, karena mampu menciptakan kondisi pasar dan pasokan yang cukup kondusif dalam menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional. Keseimbangan supply demand cabai besar tahun 2016 terlihat dalam tabel 21. Tabel 21. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Besar Tahun 2016 Bulan Produksi (Ton) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jumlah Kehilangan (Ton) Kebutuhan (Ton) Konsumsi langsung Horeka dan Warung Industri dan Benih Total Neraca (Ton) (5.129) (2.572) Sumber: Data olahan Ditjen Hortikultura, 2016 Terlihat pada tabel 21, bahwa meskipun produksi cabai besar bervariasi tiap bulannya, ketersediaan produksi cabai besar cukup merata tercukupi sepanjang tahun, sehingga tidak ada impor cabai segar di tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

30 Capaian coefisien variasi (cv) produksi bulanan cabai rawit tahun 2016 adalah 19,68 atau 84,23% lebih tinggi dari koefisien variasi yang ditargetkan yaitu 17. Koefisien Variasi produksi cabai rawit tahun 2011 hingga 2016 disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Produksi bulanan dan Coefisien Variasi Cabe Rawit Bulan Sumber: Ditjen Hortikultura, 2016 Produksi (Ton) * Jumlah Rata-rata Standart Baku Koefisien Variasi 16,64 17,40 11,96 17,42 18,84 19,68 Jika dilihat dari tabel 22, produksi cabai rawit tahun 2016 mencapai ton atau meningkat 9,53% dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar ton. Meskipun demikian, produksi bulanan cabai besar bervariasi tiap bulannya. Produksi di bulan Januari merupakan produksi yang terendah dikarenakan memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi. Dibandingkan dengan cabai besar, produksi cabai rawit cenderung lebih tinggi koefisien variasinya dikarenakan lebih rentan terhadap cuaca dan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman). Keseimbangan supply demand cabai rawit tahun 2016 terlihat dalam tabel 23. Tabel 23. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Rawit 2016 Bulan Produksi (Ton) Kehilangan (Ton) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jumlah Konsumsi langsung Horeka dan Kebutuhan Warung (Ton) Industri dan Benih Total Neraca (Ton) (3.431) Bulan Tanam Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Luas Tanam (Ha) Sumber: Data olahan Ditjen Hortikultura, 2016 Sebagaimana terlihat pada tabel 23 meskipun produksi cabai rawit bervariasi tiap bulannya, ketersediaan produksi cabai rawit merata tercukupi sepanjang tahun. Stabilnya produksi bulanan aneka cabai tidak lepas dari terobosan kebijakan dan strategi Kementerian Pertanian melalui; 1) peningkatan produktivitas, produksi, kualitas dan daya saing melalui penumbuhan pengembangan kawasan baru, 2) pengembangan aneka cabai dalam polybag di wilayah JABODETABEK melalui kegiatan berbasis urban farming, 3) pengembangan pekarangan untuk aneka cabai, pembagian benih cabai bermutu pada Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

31 daerah sentra utama yang digunakan untuk mendukung penanaman off season, 4) manajemen pengaturan pola tanam mendukung produksi merata sepanjang tahun di 33 provinsi, 4) pengembangan kawasan budidaya aneka cabai pada saat musim kemarau melalui Gerakan Tanam Cabai di musim Kemarau (GTCK), 5) peningkatan mutu melalui penanganan pascapanen, 6) peningkatan kapabilitas SDM, 7) Sinergisme penelitian dan pengembangan, 8) optimalisasi industri perbenihan, 9) perlindungan hortikultura, dan 10) dukungan kebijakan lintas sektoral dan akses permodalan. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi cabai antara lain: (1) masih terbatasnya areal tanam cabai rawit, (2) masih terbatasnya pemanfaatan teknologi budidaya cabai rawit yang sesuai GAP (good agricultural practices), (3) terbatasnya penggunaan sarana dan prasarana budidaya cabai rawit, (4) terbatasnya informasi pasar dan permodalan yang dimiliki petani. Berdasarkan permasalahan diatas, maka solusi yang dapat diusulkan sebagai rekomendasi perbaikan ke depan antara lain: (1) perluasan areal tanam, terutama di luar Jawa, (2) bantuan sarana dan prasarana usaha bertanam cabai rawit, (3) sosialisasi penerapan GAP dalam budidaya cabai rawit, (4) dan peningkatan kapasitas petani dan pelaku usahatani cabai rawit Bawang Merah Melalui upaya khusus pengembangan bawang merah yang secara intensif dilakukan sejak tahun 2015, produksi komoditas ini dapat ditingkatkan secara signifikan. Berdasarkan angka prognosa tahun 2016, pada tahun 2016 produksi bawang merah diperkirakan mencapai ton, meningkat sebesar 5,39% dibandingkan dengan produksi tahun Sedangkan rata-rata produktivitas bawang merah sebesar 10,19 ton/ha (Gambar 15.) Gambar 15. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Bawang Merah Tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

32 Perkembangan produksi bawang merah dipengaruhi pula oleh perubahan luas panen yang terjadi di provinsi sentra produksi. Karena produktivitas relatif stagnan, luas panen menjadi faktor yang cukup dominan dalam peningkatan produksi bawang merah. Sama seperti komoditas cabai, beberapa waktu terakhir ini bawang merah juga menjadi perhatian pemerintah karena memberikan andil dalam inflasi. Sehingga Kementerian Pertanian menjadikan stabilnya produksi bulanan bawang merah menjadi salah satu sasaran strategis selama periode Tahun yang harus dicapai yang keberhasilannya dapat diukur melalui koefisien variasi produksi bulanan bawang merah dengan target 20 pada tahun Capaian coefisien variasi (cv) produksi bulanan bawang merah mencapai nilai 19,79 atau 105% lebih rendah dari target 20, sehingga masuk kategori sangat berhasil. Koefisien variasi produksi bawang merah tahun 2011 hingga 2016 disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Produksi Bulanan dan Koefisien Variasi Bawang Merah Bulan Sumber: Ditjen Hortikultura, 2016 Produksi (Ton) * Jumlah Rata-rata Standart Baku Koefisien Variasi 34,92 30,11 22,29 26,02 25,12 19,79 Jika dilihat dari tabel 24, pola tanam reguler yang umum dilakukan oleh petani bawang merah adalah pada Bulan April-September, dengan waktu panen raya pada bulan Juni dan Agustus. Bulan Oktober-Januari dikenal sebagai bulan off season, dimana petani tidak banyak melakukan penanaman sehingga mengakibatkan berkurangnya pasokan di bulanbulan tersebut. Kondisi ini ikut berimbas kepada ketidakstabilan harga baik di tingkat petani maupun harga yang diterima oleh konsumen. Pada tahun-tahun sebelumnya, langkah yang paling mudah ditempuh adalah dengan membuka keran impor sebagai upaya stabilisasi. Masuknya bawang merah impor memberikan pukulan yang cukup telak bagi petani bawang merah karena harga jual bawang merah petani jatuh ke level paling rendah seperti yang terjadi pada Tahun 2012 yaitu Rp /Kg. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian besar serta efek traumatik yang mendalam bagi petani bawang merah. Petani enggan untuk kembali menanam bawang merah dan memilih untuk bertanam komoditas lainnya yang lebih aman, produksi bawang merah menjadi berkurang dan harga menjadi naik. Meskipun produksi bawang merah diketahui surplus di tiap tahunnya, namun jumlah produksinya belum merata sepanjang waktu, sehingga solusi impor menjadi jalan pintas untuk meredam gejolak harga. Petani bawang merah menderita karena kebijakan ini. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

33 Peningkatan produksi bawang merah ini tidak terlepas dari beberapa upaya khusus yang telah dilakukan sejak tahun 2015 untuk memperluas pertanaman dan meningkatkan produksi bawang merah melalui: 1) Pengembangan dan penumbuhan kawasan pada sentra produksi dengan penekanan pada pengembangan berbasis kelompok tani di pulau Jawa dan Indonesia Timur, 2) Pengembangan perbenihan dengan kemandirian benih, 3) Pengelolaan sistem produksi merata sepanjang tahun, melalui produksi di luar musim (off season)di sentra utama yang didukung oleh teknologi pengairan dan budidaya off season,pengembangan sentra produksi di luar Pulau Jawa serta pengaturan pola produksi, 4) Penerapan sistem jaminan mutu pada proses produksi, 5) Peningkatan usaha penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran produk, melalui fasilitasi bantuan sarana pasca panen dan pengolahan hasil (bangsal pascapanen, cold storage, alat pengolahan hasil skala home industry), fasilitasi kemiraan dan jaringan usaha, 6) Peningkatan kapabilitas SDM, melalui optimalisasi dan sinkronisasi kegiatan penyuluhan dan kelembagaan tani (asosiasi/gapoktan/koperasi tani), 7) Sinergisme penelitian dan pengembangan, melalui dukungan penelitian off season, studi kelayakan usaha, dukungan kebijakan dan pengembangan di daerah, dan 8) Pembatasan impor bawang merah Gambar 16. Menteri Pertanian Melakukan Panen Bawang Merah Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

34 V. KINERJA PROGRAM KEMENTERIAN PERTANIAN Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan satu program yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan. Kegiatan didalamnya meliputi delapan kegiatan utama, yaitu: (1) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (2); Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia; (3) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan; (4) Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI; (5) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; (6) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih; (7) Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan, dan (8) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. Pagu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016 awal sebesar Rp.8,015 triliun, dan setelah revisi penghematan menjadi Rp.7,607 triliun. Anggaran tersebut dialokasikan dalam bentuk dana di pusat, dana dekonsentrasi, dan tugas pembantuan yang dikelola oleh 210 Satker (Pusat, UPT Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan) Kabupaten/Kota yang tersebar di 34 provinsi. Dalam rangka penghematan anggaran, sesuai Inpres Nomor 8 Tahun 2016, tanggal 26 Agustus 2016, terdapat anggaran yang tidak dapat dicairkan (self blocking) sebesar Rp.2,764 triliun, sehingga anggaran yang efektif dapat digunakan sebesar Rp.4,843 triliun. Realisasi anggaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan pada posisi 31 Desember 2016 telah mencapai 62,18%, sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel. 25 sebagai berikut: Tabel 25. Realisasi Serapan Anggaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan, Berdasarkan KegiatanUtama Tahun No KEGIATAN Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT dan DPI Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen TP Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Pengembangan Peramalan Serangan OPT Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Jumlah Pagu DIPA (Rp.000) Realisasi 2016 (Rp.000) % , , , , , , , , , , , , , , , , , ,49 Keterangan: *) pagu berdasarkan hasil revisi APBN penghematan Posisi laporan s.d 31 Desember 2016 Self Blocking (Rp.000) Pagu dikurangi self Blocking % Realisasi setelah Self Blocking Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

35 Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan delapan kegiatan utama tersebut: 1. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Pada tahun 2016 kegiatan Pengelolaan Tanaman Aneka Kacang dan Umbi meliputi kegiatan penerapan budidaya kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Realisasi kegiatan penerapan budidaya kedelai mencapai ha atau 92,74% dari target ha, dimana kegiatan ini pada tahun 2016 menghasilkan luas panen ha, produktivitas 14,67 ku/ha dan produksi ton. Realisasi kegiatan penerapan budidaya ubi kayu mencapai ha (65,84%) dari target seluas ha. Alokasi kegiatan pengembangan ubijalar tahun 2016 seluas ha dengan realisasi mencapai ha (87,63%) dan realisasi pelaksanaan pertanaman pengembangan Kacang Tanah mencapai 100% atau seluas 550 ha. Tabel 26. Realisasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi Tahun 2016 (Posisi laporan: s.d Desember 2016) No. Uraian Target Realisasi (Ha) (Ha) (%) 1 Penerapan Budidaya Kedelai ,74 2 Penerapan Budidaya Akabi Lainnya ,81 - Penerapan Budidaya Ubikayu ,84 - Penerapan Budidaya Ubijalar ,63 - Penerapan Budidaya Kacang Tanah ,00 Sumber: Ditjen tanaman Pangan, 2016 Capaian produksi komoditas kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah pada tahun 2016 mengalami penurunan dibanding dengan capaian tahun realisasi produksi kedelai baru mencapai 885,58 ribu ton atau 59,07 % dari produksi yang ditargetkan yaitu 1,5 juta ton dan mengalami penurunan sebesar 8,06% dibanding tahun 2015 yaitu sebesar 963,18 ribu ton. Produksi ubi kayu pada tahun 2016 mencapai ,50 ribu ton atau 85.8 % dari target sebesar 24,052 ribu ton dan mengalami penurunan sebesar 5,3% dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar ,96 ribu ton. Produksi ubi jalar pada tahun 2016 mencapai 2.083,65 ribu ton atau % dari target sebesar ribu ton dan juga mengalami penurunan sebesar 7,85% dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar ,96 ribu ton. Produksi Kacang tanah pada tahun 2016 mencapai 560,94 ribu ton atau 83,1% dari target sebesar 675 ribu ton dan mengalami penurunan sebesar 7,3% dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar 605,13 ribu ton. Perkembangan capaian produksi tanaman akabi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 27 berikut : Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

36 Tabel 27. Perkembangan Capaian Produksi Tanaman Akabi Tahun No. Komoditas Target (ribu ton) 1 Kedelai ,18 885,58 2 Ubi Kayu , , ,50 3 Ubi Jalar 2.444, , , ,65 4 Kacang Tanah ,9 605,13 560,94 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Permasalahan yang menyebabkan menurunnya produksi pada tahun 2016 antara lain: a) Kedelai - penurunan areal tanam kedelai; - rendahnya harga jual di tingkat petani; - rendahnya partisipasi petani dalam menanam; - ketersediaan teknologi dan rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani. b) Ubi Kayu - Ubi kayu hanya merupakan tanaman sela atau tumpangsari yang hasilnya dianggap sebagai hasil sampingan; - Masih sedikitnya pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis ubikayu; - Penggunaan varietas lokal dan kurangnya pengetahuan petani terhadap budidaya ubikayu menyebabkan hasil yang diperoleh kurang memiliki nilai ekonomi. c) Ubi Jalar - Ketersediaan lahan; - Keterbatasan biaya dan daya jual yang kurang menguntungkan bagi petani dibandingkan tanaman pangan lainnya. d) Kacang Tanah - ketersediaan benih varietas unggul yang belum merata di seluruh daerah; - sebagian besar petani belum menjadikan kacang tanah sebagai komoditas yang bernilai bisnis (hanya mengisi kekosongan lahan). 2. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Kegiatan pengelolaan tanaman serealia meliputi kegiatan penerapan budidaya padi dan jagung. Realisasi tanam penerapan budidaya padi seluas ha atau mencapai 97,85% dari target ha, realisasi panen 595 ribu ha, dengan produktivitas sebesar 64,28 ku/ha dan produksi sebesar ton. Realisasi panen masih rendah karena data laporan realisasi panen dari daerah yang diterima sampai dengan akhir Desember masih sangat rendah + 27,01% dari total areal tanam. Pelaksanaan penerapan budidaya padi 2016 sebagian besar mengalami mundur tanam karena kendala penyediaan benih subsidi dan faktor iklim, sehingga belum seluruh areal yang ditanam telah dipanen. Alokasi kegiatan penerapan budidaya jagung tahun 2016 seluas ha, Realisasi tanam mencapai ha atau 99%. Beberapa faktor penyebab Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

37 yang menjadi kendala kegiatan penerapan budidaya jagung antara lain: adanya self blocking anggaran dalam rangka penghematan, menyebabkan daerah yang sudah lewat jadwal tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan; petani memilih menanam padi karena iklim yang mendukung; tidak adanya kepastian penyaluran benih bersubsidi oleh PT SHS, terutama benih jagung hibrida, petani tidak mampu membeli secara swadaya. Capaian kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia (padi dan jagung) terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 28. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2016 No. Uraian Target Realisasi (Ha) (Ha) (%) 1 Penerapan Budidaya Padi ,85 2 Penerapan Budidaya Jagung ,00 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Produksi padi pada tahun 2016 mencapai target yang direncanakan, dimana dari target produksi padi sebesar 76,22 juta ton GKG Kementerian Pertanian dapat merealisasikan sebesar 79,14 juta ton GKG atau sebesar 103,83%, lebih baik jika dibanding tahun 2015, yang hanya mencapai 75,4 juta ton GKG. Capaian kinerja ini juga lebih baik jika dibanding capaian kinerja tahun 2014 yang hanya mencapai 70,85 juta ton. Produksi jagung pada tahun 2016 sebesar 23,16 juta ton pipilan kering telah melebihi jumlah produksi yang ditargetkan pada tahun 2016, yaitu sebesar 21,65 juta ton pipilan kering atau tercapai sebesar 106,97%. Capaian produksi jagung tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2015, yaitu sebesar 19,61 juta ton pipilan kering atau 18,11% dan merupakan pencapaian produksi tertinggi selama 5 tahun terakhir. Tabel 29. Perkembangan Capaian Produksi Tanaman Serealia Tahun No. Komoditas Target (juta ton) 1 Padi 76,22 70,85 75,4 79,14 2 Jagung 21,65 19,01 19,60 23,16 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Keberhasilan pencapaian kinerja produksi padi tidak terlepas dari komitmen pimpinan yang tinggi dalam pelaksanaan strategi, program kerja maupun kegiatan yang berhubungan dengan produksi padi. Kenaikan produksi padi tersebut disumbang oleh kenaikan produktivitas di sejumlah wilayah, terutama sentrasentra pertanian, seperti Jawa Barat. Di samping mengandalkan sentra-sentra pertanian di Pulau Jawa, Menteri Pertanian pun mendorong wilayah lain di luar Jawa untuk meningkatkan produktivitasnya, seperti Pulau Kalimantan. Selain itu, Kementerian Pertanian tengah melaksanakan program pembangunan pertanian sebagai penggerak ekonomi di wilayah perbatasan. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

38 3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Dalam rangka meningkatkan produksi dan produktifitas, salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Untuk meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat ditempuh antara lain melalui: perbanyakan benih dari varietas unggul yang telah dilepas, baik melalui perbanyakan benih sumber maupun Benih Sebar (BR), pemberdayaan penangkar benih, bantuan benih padi inbrida mendukung Pengembangan Jaringan Irigasi, seribu desa mandiri benih, serta fasilitasi bantuan benih pemerintah (benih bersubsidi, CBN). Kegiatan perbanyakan benih sumber tahun 2016 terdiri dari kelas BD dan BP untuk komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar dengan target seluas 534 ha. Realisasi sampai dengan Desember 2016 mencapai 368,5 ha (69,01%), dengan rincian benih padi seluas 196 ha (80,99%), jagung 36 ha (62,07%), kedelai 125,5 ha (58,64%), kacang tanah 8 ha (100%), kacang hijau 1 ha (10%), ubi kayu 2 ha (100,00%). Pada tahun 2016 Perbanyakan benih padi dan jagung pada tahun 2016 tidak mencapai target. Di tahun 2016 Perbanyakan benih sumber padi terealisasi 196 ha atau 85% dari target 231 ha, sedangkan benih sumber jagung terealisasi 36 ha atau 78,26% dari target 46 ha. Tabel 30. Realisasi Perbanyakan Benih Sumber Tahun 2016 NO KOMODITAS KELAS RENCANA REALISASI BENIH TANAM TANAM % 1 Padi BS-BD ,96 BD-BP ,61 2 Jagung BS-BD ,11 BD-BP ,50 3 Kedelai BS-BD 53 31,5 59,43 BD-BP ,39 4 Kacang Tanah BS-BD ,00 BD-BP ,00 5 Kacang Hijau BS-BD ,00 BD-BP 8 0 0,00 6 Ubi Kayu BD-BP ,00 Jumlah ,5 69,01 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Dalam rangka meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat khusus untuk komoditas padi dan jagung, tahun 2016 Kementerian Pertanian memberikan bantuan benih padi inbrida dan jagung hibrida melalui DIPA Satker Pusat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dengan target masing-masing ton untuk luasan ha dan ton untuk luasan ha. Kontrak bantuan benih padi inbrida sebesar ton setara luas ha, sampai dengan 31 Desember 2016 terealisasi ton (70,38%) dari kontrak. Sementara kontrak bantuan benih jagung hibrida ton setara luas ha, terealisasi ton (93,19%) dari kontrak. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

39 Tabel 31. Realisasi Bantuan Benih DIPA Pusat Tahun 2016 (Posisi laporan: s.d Desember 2016) No. Komoditas Rencana Kontrak Realisasi (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (%) 1 Padi Inbrida ,39 2 Jagung Hibrida ,19 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Di samping itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga mengelola anggaran subsidi benih (BA ) yang dilaksanakan melalui pola Public Service Obligation (PSO) oleh PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani, Sampai dengan 31 Desember 2016 realisasi daftar usulan pembelian benih bersubsidi (DUPBB) sebesar ton (43,97%) dari target ton), sedangkan realisasi penyaluran/penjualan benih bersubsidi sebanyak ton (43,08% dari target ton, atau 97,99% terhadap DUPBB). Tabel 32. Realisasi Penyaluran/Penjualan Benih Bersubsidi Tahun 2016 (Posisi laporan: s.d Desember 2016) Realisasi Fisik NO KOMODITAS Alokasi (Kg) (Kg) DUPBB % Thd Pagu (KG) Penjulalan % Thd Pagu % Thd DUPBB 1 PADI INBRIDA , ,81 98,17 2 PADI HIBRIDA , ,99 87,03 3 KEDELAI , ,49 99,62 JUMLAH , ,08 97,99 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2016 Permasalahan pelaksanaan subsidi benih antara lain: 1) penyediaan benih bersubsidi belum tepat: varietas, waktu, lokasi, dan jumlah, 2) modal kerja PT Sang Hyang Seri terbatas sehingga menghambat kerjasama penyediaan benih dengan mitra kerja (penangkar benih setempat), 3) SDM PT Sang Hyang Seri kurang, sehingga mempengaruhi kelancaran proses penjualan dan penyaluran benih bersubsidi, 4) sebagian petani kurang berminat membeli benih bersubsidi karena terbiasa dengan benih gratis. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

40 4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan serangan OPT (PPHT-SL) dan mengurangi resiko kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim (PPDPI) (banjir/kekeringan), maka pada Tahun 2016 dilaksanakan kegiatan PPHT-SL, Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan gerakan pengendalian OPT. Kegiatan PPHP-SL direncanakan sebanyak ha (556 unit) padi, 465 ha (31 unit) jagung dan 210 hektar (21 unit) kedelai yang tersebar di 33 provinsi. Output dari kegiatan PPHT yaitu terlaksananya kegiatan PPHT sejumlah ha (586 unit) di 33 provinsi. PPHT padi dengan realisasi ha (539 unit) atau 96,94% dari target ( ha/556 unit), PPHT jagung dengan realisasi 420 ha (28 unit) atau 90,32% dari target (465 ha/31 unit) dan PPHT kedelai dengan realisasi 190 ha (19 unit) atau 90,48% dari target (210 ha/21 unit). Hasil (outcome) dari kegiatan PPHT tahun 2016 adalah (a) menurunnya penggunaan pestisida kimia sintetis, meningkatnya perkembangan musuh alami dan meningkatnya penggunaan pengendali ramah lingkungan di 539 hamparan pertanaman padi, 28 hamparan pertanaman jagung dan 19 hamparan pertanaman kedelai, (b) tersosialisasinya PPHT kepada masyarakat di sekitar hamparan dan (c) ditetapkannya Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk Musim Tanam (MT) berikutnya. Kegiatan PPDPI pada tahun 2016 dilaksanakan sebanyak 29 unit (290 ha) atau 90,63% dari target 32 unit (320 ha) di 16 Provinsi. Namun, ada 3 unit yang tidak dapat dilaksanakan karena terjadi pemotongan anggaran (self blocking) yaitu di Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Maluku. Output dari kegiatan PPDPI tahun 2016 adalah 29 kelompok tani telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan antisipasi dan adaptasi DPO, diterapkannya upaya antisipasi dan adaptasi DPI seluas 290 hektar dan diterapkannya budidaya tanaman sehat sesuai iklim setempat pada 29 kelompok tani. Hasil (outcome) dari kegiatan PPDPI tahun 2016 yaitu (a) terwujudnya penerapan upaya antisipasi dan adaptasi DPI sesuai dengan spesifik lokasi, (b) terwujudnya penurunan kerusakan tanaman akibat dampak perubahan iklim, (c) diterapkannya budidaya tanaman sehat sesuai iklim setempat pada 29 kelompok tani dan (d) mampu mengamankan 75% produksi tanaman padi. Kegiatan gerakan pengendalian OPT pada tahun 2016 direncanakan sebanyak ha (562 kali) padi, ha (104 kali) jagung,750 ha (50 kali) kedelai dan TNI 760 ha (19 kali) yang tersebar di 33 provinsi. Output dari kegiatan gerakan pengendalian yaitu terlaksananya kegiatan gerakan pengendalian sejumlah ha (524 kali) di 33 provinsi. Gerakan pengendalian padi dengan realisasi ha (424 kali) atau 75,44% dari target ( ha/562 kali), gerakan pengendalian jagung dengan realisasi ha Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

41 (62 kali) atau 59,62% dari target (3.120 ha/104 kali), gerakan pengendalian kedelai dengan realisasi 435 ha (29 kali) atau 58,00% dari target (750 ha/50 unit) dan gerakan pengendalian bersama TNI dengan realisasi 360 ha (9 kali) atau 47.37% dari target (760 ha/19 kali). Hasil (outcome) dari gerakan pengendalian OPT dapat mengamankan produksi pertanaman padi seluas ha, jagung seluas ha, kedelai seluas 435 ha dan TNI seluas 360 ha. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Disamping itu, dalam rangka peningkatan produksi dan keamanan pangan serta terjaganya kelestarian lingkungan Kementerian Pertanian melalui Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Dalam melaksanakan pengujian, laboratorium pada Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman sebagai laboratorium penguji telah menerapkan sistem mutu sesuai dengan SNI ISO/IEC : 2008 (ISO/IEC 17025:2005). Output yang dihasilkan berupa sertifikat LHP sebanyak dengan capaian % dari target LHP, dan 2) Pelatihan Instrumen Laboratorium dan Manajemen, dalam rangka meningkatkan SDM personil Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman selama kurun waktu Januari-Desember 2016, personil yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 92 personil dari target 80 personil (115,00%). Tabel 33. Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016 (Posisi laporan: s.d Desember 2016) No. 1 Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) Realisasi Realisasi % - Padi (Unit) ,94 - Jagung (Unit) ,32 - Kedelai (Unit) ,48 2 Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI) (Unit) ,63 3 Gerakan Pengendalian - Padi (Kali) ,84 - Jagung (Kali) ,62 - Kedelai (Kali) ,06 - Gerakan bersama TNI (Kali) ,11 4 Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Pangan a. Pengujian Mutu : ,28 - Persiapan dan Pelaksanaan Pengujian ,28 - Pemantauan Pestisida, Pupuk dan Produk (Prov.) ,00 b.pelatihan Instrumen Lab & Manajemen (orang) ,00 Jumlah Total Kegiatan T arget Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

42 5. Pengembangan Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Pencapaian kinerja pada tahun 2016, realisasi 100% dari target 10 metode. Outcome yang diperoleh yaitu diperolehnya metode yang aplikatif dalam pengujian mutu benih dan telah dimanfaatkan oleh laboratorium daerah/bpsbtph. Kegiatan-kegiatan pendukung metode pengujian mutu benih antara lain: 1) Fasilitasi Penerapan Sistem Mutu, di 8 laboratorium, realisasi 100,00%, Outcome yang diperoleh yaitu terlaksananya standardisasi penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih di 8 laboratorium BPSB-TPH, 2) Pelaksanaan Uji Profisiensi, capaian 137,14% dari target 35 laboratorium, Outcome yang diperoleh yaitu data unjuk kerja/kinerja laboratorium peserta sebanyak 48 laboratorium lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Tingginya realisasi disebabkan keikutsertaan Instansi lain diluar ruang lingkup Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Pakan dan laboratorium penguji benih swasta; 3) Pelayanan pengujian mutu benih, jumlah sampel yang diuji sebanyak sampel dari target sampel atau 184,30%, outcome yang diperoleh yaitu meningkatnya pelayanan pengujian mutu benih kepada pelanggan baik internal maupun eksternal, 4) Uji petik mutu benih yang beredar, Uji petik Tahun 2016 dilaksanakan untuk komoditas tanaman pangandi 9 provinsi yaitu Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, DI Jogjakarta, Banten, dengan jumlah total sampel yang telah diperoleh sebanyak 111 sampel benih tanaman pangan, capaian 111% dari target. 6. Pengembangan Peramalan Serangan OPT Dalam meningkatkan akurasi pengamatan dan peramalan OPT, pada tahun 2015 telah berhasil dikembangkan model teknologi Pengamatan Peramalan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT) sebanyak 15 model yang terdiri dari 10 model pada tanaman padi, 2 model pada jagung dan 3 model pada kedelai. Model peramalan tersebut merupakan pelengkap dari model yang selama ini telah dikembangkan dan diaplikasikan di lapangan. 7. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Alokasi bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tahun 2016 sebanyak unit dengan rincian sarana pascapanen padi unit, yang terdiri dari power thresher 3.208, combine harvester kecil unit, combine harvester sedang unit, combine harvester besar 446 unit, vertical dryer beserta bangunan 5 unit, RMU/Penggilingan 23 unit, Pengering padi 20 unit, polisher 22 unit dan destoner 2 unit. Sarana pascapanen jagung unit, terdiri dari sarana pascapanen 82 unit, Corn Combine Harvester 177 unit, Corn Sheller unit dan vertical dryer jagung 15 unit, sarana pascapanen kedelai unit berupa power thresher multiguna, sedangkan sarana angkut 719 unit. Sampai dengan Desember 2016 realisasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan mencapai unit (98,29% dari target), dengan rincian sarana Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

43 pascapanen padi unit (98,86%), yang terdiri dari power thresher unit (96,57%), combine harvester kecil unit (100,05%), combine harvester sedang unit (100%), combine harvester besar 428 unit (95,96%), vertical dryer beserta bangunan 5 unit (100%), RMU/Penggilingan 23 unit (100%), dan polisher 22 unit. Realisasi sarana pengolahan dan pemasaran hasil jagung terealisasi unit (95,12%), terdiri dari Corn Combine Harvester 177 unit (100%), Corn Sheller unit (96,17%) dan vertical dryer jagung 15 unit (100%). Untuk sarana pascapanen kedelai berupa power thresher multiguna terealisasi seluruhnya (100%), sedangkan sarana angkut terealisasi diatas target 737 unit (102,50%). Tabel 34. Realisasi Bantuan Sarana Pengolahan Hasil dan Pemasaran Tahun 2016 (Posisi laporan: s.d Desember 2016) Jenis Kegiatan Pengadaan Target (unit) BASTB Unit % Sarana Pascapanen (Pusat + TP Provinsi) ,29 I Pusat ,31 1 Combine Harvester Kecil ,00 2 Combine Harvester Besar ,00 3 Power Thresher ,00 4 Sarana Pascapanen Jagung*) II Daerah (TP Provinsi) ,56 1 Combine Harvester Kecil ,05 2 Combine Harvester Sedang ,00 3 Combine Harvester Besar ,53 4 Power Thresher ,38 5 Vertical Dryer Padi + Bangunan (Kap 30 ton) ,00 6 Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,6-6 ton) ,00 7 Pengering Padi*) RMU ,00 9 Polisher ,00 10 Destoner*) Gudang/Lantai Jemur Corn Combine Harvester ,00 13 Corn Sheller ,17 14 Vertical Dryer Jagung + Bangunan Kap (3,5-6) ,00 15 Power Thresher Multiguna ,00 16 Sarana angkut ,50 Keterangan: *) Penghematan Penghematan (unit) Realisasi Penyaluran Permasalahan umum yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah pelaksanaan lelang pengadaaan barang terpusat pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) di Sekretariat Daerah Provinsi, yang mengakibatkan antrian proses pengadaan memerlukan waktu yang cukup lama Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura Program Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2016 adalah Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura. Pencapaian Program tersebut dilaksanakan melalui pelaksanaan enam kegiatan utama yang dilaksanakan pada unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai berikut; 1) Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat; 2) Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura; 3) Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura; 4) Dukungan Manajemen dan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

44 Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura; 5) Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura; 6) Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura. Alokasi anggaran pada tahun 2016 untuk pelaksanaan program dan kegiatan hortikultura adalah sebesar Rp ,- dan sampai dengan tanggal 13 januari 2017 realisasi keuangan mencapai Rp ,- atau 90,24%. sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel 35. Tabel 35. Realisasi Serapan Anggaran Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun REALISASI 2016 NO. KEGIATAN PAGU DIPA (Rp.000) (Rp.000) % 1 Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat 2 Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura 3 Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura , , ,62 4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura ,74 5 Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura 6 Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura TOTAL Sumber: Ditjen Hortikultura, , , ,85 Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan enam kegiatan utama tersebut: 1. Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat Pada Tahun 2016, target pengembangan kawasan untuk cabai adalah seluas ha dan telah terealisasi seluas ha (94%), target pengembangan kawasan bawang merah seluas ha terealisasi seluas ha (92%), target kawasan sayuran lainnya seluas ha terealisasi seluas ha (80%). Sedangkan target pengembangan kawasan tanaman obat seluas 91 ha terealisasi seluas 79 ha (86.8%), yang tersebar di 19 kabupaten di 8 propinsi yang terdiri dari komoditas tanaman jahe seluas 81 ha dan kapulaga seluas 10 ha. Pengembangan jahe merupakan salah satu fokus pengembangan tanaman obat di Indonesia, mengingat komoditas ini memiliki permintaan yang sangat tinggi untuk konsumsi segar dan bahan baku industri jamu maupun minuman herbal. Melalui pelaksanaan program dan kegiatan sayuran dan tanaman obat di tahun 2016, diharapkan dapat tercapai peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat. Indikator kinerja untuk mengukur capaian kinerja hortikultura salah satunya melalui pengukuran capaian produksi cabai, bawang merah, kentang, sayuran lainnya dan tanaman obat. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

45 Selain pengembangan kawasan, terdapat pula kegiatan peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat melalui pelaksanaan kegiatan Desa Organik berbasis sayuran dan tanaman obat dengan target sebanyak 150 desa dan telah terealisasi sebanyak 148 Desa (98,7%). Untuk capaian produksi cabai besar, cabai rawit dan bawang merah terdapat peningkatan produksi pada komoditas tersebut di tahun 2016, dengan capaian produksi masing-masing sebesar ton, ton, ton dan peningkatan masing-masing sebesar 9.8%, 9.5%, 5.4% dibandingkan capaian produksi tahun Sedangkan untuk produksi kentang tahun 2016 mencapai ton meningkat 5,77% dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ton, rata-rata produktivitas kentang mencapai 16,73 ton/ha. Peningkatan produksi kentang dikarenakan adanya peningkatan permintaan terlebih saat hari raya keagamaan, serta permintaan akibat berkembaangnya industri rumah tangga untuk kentang olahan seperti kentang goreng, keripik kentang. Selain itu, peningkatan ketersediaan benih kentang semakin memudahkan dan menarik petani untuk melakukan budidaya kentang dikarenakan keuntungan usahanya yang menjanjikan. Untuk produksi sayuran lainnya terealisasi produksi sebesar ton meningkat 0,11% apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ton.capaian produksi sayuran lainnya ini merupakan capaian produksi dari 21 jenis sayuran selain cabai besar, cabai rawit, bawang merah dan kentang, yaitu meliputi bawang putih, bawang daun, kol/kubis, kembang kol, petsai/sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, paprika, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, melinjo, petai dan jengkol. Belum optimalnya peningkatan produksi sayuran lainnya disebabkan oleh adanya dampak perubahan iklim, serangan hama, bencana banjir di beberapa kawasan pengembangan sayuran lainnya, dan adanya alih komoditas di beberapa sentra sayuran. Penyumbang terbesar atas pencapaian produksi sayuran lainnya adalah komoditas kol/ kubis, tomat, petsai atau sawi, bawang daun, terung dan wortel. Selanjutnya, pada tahun 2016 realisasi produksi tanaman obat adalah sebesar ton, meningkat 9,46% bila dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ton. Selama tahun 2011 hingga 2016 rata-rata pertumbuhan produksi tanaman obat adalah sebesar 13,73%. Peningkatan produksi tanaman obat dipengaruhi oleh adanya program saintifikasi jamu di puskesmas dan Rumah Sakit, gaya hidup masyarakat yang kembali ke alam (back to nature), meningkatnya permintaan dari industri jamu terutama di Pulau Jawa dan semakin maraknya pengobatan berbasis herbal dan pelayanan kecantikan berbasis jamu. Trend positif tersebut mendorong masyarakat untuk berbudidaya tanaman obat secara swadaya. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

46 Tabel 36. Perkembangan capaian produksi cabai besar, cabai rawit, sayuran lainnya dan kentang No. Komoditas (ribu ton) 1 Cabai Besar cabai Rawit Sayuran Lainnya Kentang Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Dalam upaya pencapaian stabilnya produksi aneka cabai, bawang merah serta komoditas unggulan lainnya seperti kentang dan jeruk, maka Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura melaksanakan kegiatan pengembangan sistem perbenihan hortikultura dengan tujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih bermutu pada pengembangan hortikultura. Bantuan pengembangan sistem perbenihan dialokasikan melalui dana dekonsentrasi untuk kegiatan di Balai Benih Induk Hortikultura serta Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Hortikultura. Kegiatan tersebut meliputi produksi/perbanyakan benih Kentang, Bawang Merah, Jeruk, serta Tanaman buah lainnya. Total bantuan produksi benih kentang pada Tahun 2016 sebanyak knol terealisasi sebanyak knol, produksi benih bawang merah dengan target sebanyak kg terealisasi sebanyak kg, selanjutnya untuk produksi benih jeruk dengan target sebanyak pohon telah terealisasi sebanyak pohon, produksi benih tanaman buah lainnya dengan target sebanyak pohon terealisasi sebanyak pohon. Bantuan untuk produksi benih juga diberikan kepada penangkar dalam bentuk fasilitasi bantuan penangkar benih sebanyak 55 kelompok terealisasi 40 kelompok, dan penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura sebanyak 107 lembaga telah terealisasi sebanyak 107 lembaga. Disamping itu pula, ditargetkan dalam melepas sebanyak 149 varietas baru terealisasi 125 varietas dan bantuan untuk sertifikasi dan pengawasan peredaran benih hortikultura sebanyak unit, telah terealisasi sebanyak unit.laporan realisasi output fisik ini berdasarkan laporan sementara sampai dengan tanggal 13 Januari 2017, dikarenakan cut off pelaporan fisik dan keuangan 2016 berakhir di tanggal 20 Januari 2017 maka masih akan ada perubahan terhadap capaian realisasi fisik tersebut. Kinerja perbenihan hortikultura dapat diukur melalui persentase peningkatan ketersediaan benih hortikultura pada tahun bersangkutan. Ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2016 dibandingkan dengan ketersediaan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut; 1) ketersediaan benih bawang merah meningkat 3,90%, 2) ketersediaan benih kentang meningkat 1,92%, 3) ketersediaan benih jeruk meningkat 2,96 %, 4) ketersedian benih cabai meningkat 14,40%. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

47 Gambaran perkembangan ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2015 dan tahun 2016 disajikan pada Tabel berikut. Tabel 37. Perkembangan Ketersediaan Benih Hortikultura Tahun 2015 dan 2016 No Komoditas 1 Benih bawang merah (kg) Ketersediaan benih ,90 2 Benih kentang (kg) ,92 % kenaikan ketersediaan benih 3 Benih cabai (kg) ,40 3 Benih jeruk (batang) Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura, ,96 Secara umum ketersediaan benih pada 2016 mengalami peningkatan. Namun diakui bahwa tidak semua mengalami peningkatan sebesar 4% sebagai angka yang dipakai referensi ketersediaan benih hortikultura. Peningkatan ketersediaan benih paling tinggi adalah pada benih cabai. Dengan adanya peningkatan ketersediaan benih tersebut, dapat digambarkan bahwasanya masyarakat khususnya petani hortikultura sudah mulai memahami dan manfaat penggunaan benih bermutu. Kondisi ini memacu penangkar dan atau produsen benih untuk meningkatkan produksi benih hortikultura sesuai dengan keinginan pasar dari segi jumlah dan jaminan mutu benih. 3. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Dalam rangka pengamanan produksi hortikultura khususnya cabai dan bawang merah, Kementerian Pertanian telah menggalakkan model gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan pada tanaman cabai dan bawang merah. Gerakan pengendalian OPT pada tahun 2016 dilaksanakan sebanyak 287 kali. Tujuan dari gerakan pengendalian OPT antara lain; 1) Membuat model gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan pada tanaman cabai dan bawang merah yang efektif dan efisien, 2) Memberikan masukan (seperti teknologi dan rekomendasi/saran pengendalian yang terbaru, tepat, efektif dan efisien yang mampu diterapkan di lapangan) dan koreksi terhadap upaya-upaya pengendalian OPT hortikultura yang telah dilakukan. Gambar 17. Pertanaman Bawang Merah Sebelum dan Sesudah Penanaman yang Diaplikasikan Perangkap Likat Kuning Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

48 Kegiatan pengembangan sistem perlindungan lainnya yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2016 adalah fasilitasi sarana prasarana laboratorium dan klinik PHT sebanyak 119 unit. Disamping itu, dalam rangka menangani perubahan iklim pada pengembangan hortikultura, Kementerian Pertanian telah berhasil menyediakan 15 rekomendasi atas dampak perubahan iklim tersebut. Berlakunya pasar bebas memberikan peluang mengalirnya arus ekspor dan impor komoditi termasuk hortikultura. Bersamaan dengan itu pula terbuka peluang masuk dan menyebarnya suatu jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) antar negara, termasuk OPT yang ada dalam status OPT karantina (OPTK). Oleh karena itu untuk melindungi tanaman dari ancaman OPTK, Kementerian Pertanian telah menetapkan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Sanitary and Phytosanitary (SPS) termasuk di dalamnya peraturan untuk mencegah masuk dan menyebarnya OPT berbahaya dari wilayah dan negara lain, dimana pelaksanaan SPS memperhatikan aturan pada Internasional Standard for Phytosanitary Measures (ISPM).Keberhasilan Kementerian Pertanian dalam menangani kasus bakteri E. Chrysanthemi pada pengembangan cabai ini merupakan perwujudan dukungan pemerintah terhadap perlindungan tanaman dan pengamanan produksi pangan Indonesia. 4. Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura Komoditas hortikultura unggulan yang mendapat perhatian utama pada level nasional setelah cabai dan bawang merah adalah jeruk, mangga,manggis, nenas, salak, pisang, krisan dan anggrek. Produksi buah unggulan nasional selama tahun 2015 dan 2016 berfluktuasi, seperti dapat dilihat pada tabel 38. Tabel 38. Capaian Produksi Komoditas Hortikultura Unggulan Tahun 2015 dan 2016 Produksi Pertumbuhan No Komoditas Satuan (2016 thd 2015) *) % 1 Jeruk Ton ,51 2 Mangga Ton ,07 3 Manggis Ton ,15 4 Nenas Ton ,79 5 Salak Ton ,21 6 Pisang Ton (13,86) Keterangan: *) Produksi 2016 merupakan angka prognosa Produksi Jeruk tahun 2016 berdasarkan angka prognosa adalah sebesar ribu ton, lebih tinggi capaiannya dibandingkan dengan produksi jeruk di tahun 2015 sebesar ribu ton dengan peningkatan produksi sebesar 3,51%. Peningkatan produksi jeruk merupakan hasil dari pengembangan kawasan yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010 yang sudah mulai menghasilkan. Selain itu, adanya pengelolaan kebun yang intensif dan penerapan budidaya berdasarkan SOP dan GAP serta Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

49 penanganan pascapanen yang benar (GHP) juga menjadi faktor pengungkit naiknya produksi jeruk. Produksi manggis tahun 2016 sebesar ton telah melebihi produksi tahun 2015 yaitu ton atau pertumbuhan produksi meningkat sebesar 11,15%. Rata-rata produktivitas manggis selama enam tahun terakhir adalah sebesar 8,41%. Peningkatan produksi ini disebabkan adanya peningkatan produktivitas pada pertanaman, pengelolaan kebun pada kawasan manggis yang semakin intensif akibat dorongan harga dan permintaan pasar yang semakin meningkat serta iklim dan cuaca yang mendukung saat pembuahan. Pada tahun 2016 produksi mangga sebesar ribu ton. Angka produksi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ribu ton atau terjadi peningkatan sebesar 0,07%. Peningkatan produksi mangga antara lain disebabkan adanya dukungan kegiatan pemeliharaan untuk kebun buah mangga existing pada sentra-sentra produksi mangga seluas 155 ha. Selain itu, peningkatan produksi juga merupakan dampak dari penanaman yang telah dilakukan sejak pengembangan di tahun 2010 yang telah mulai berbuah di sentra produksi mangga di Sumedang, Indramayu, Majalengka, Cirebon, Kuningan, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan dan Probolinggo. Sedangkan, untuk komoditas salak pada tahun 2016 terealisasi sebesar ton, atau meningkat 2,21% dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ton. Peningkatan produksi salak disebabkan oleh penerapan budidaya yang baik dan benar sesuai SOP dan GAP khususnya pada kelompok tani yang mendapat fasilitasi bantuan untuk rehabilitasi pohon salak yang terkena dampak bencana alam di Sleman dan Magelang. Untuk produksi nenas tahun 2016 mencapai ribu ton, lebih tinggi daripada capaian produksi tahun 2015 sebesar ribu ton atau meningkat 3,79%. Keberhasilan peningkatan produksi nenas ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas panen di Kediri, Blitar, Pemalang dan Kubu Raya. Sedangkan untuk komoditas Pisang, produksi pada tahun 2016sebesar ton, mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ton. Penurunan produksi pisang disebabkan adanya alih fungsi lahan, serta banyaknya pertanaman baru dengan hasil produksi yang belum maksimal. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

50 Gambar 18. Perkembangan Produksi Buah Unggulan Tahun 2015 dan 2016 Selain sayuran dan buah, pemerintah juga memberikan perhatian pada pengembangan komoditas florikultura dan tanaman obat. Kedua jenis tanaman ini memiliki potensi besar dalam pasar domestik dan internasional. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian memberikan fasilitasi bantuan untuk pengembangan florikultura seluas m 2, dengan rincian komoditas krisan seluas m 2 di Kab. Cianjur, Kota Tomohon dan Kab.Lombok Timur. Disamping itu, terdapat pula pengembangan komoditas Dracaena seluas m 2 di Kab. Sukabumi, tanaman hias landscape seluas m 2 di Kota Mataram, dan Melati seluas m 2 di Kabupaten Batang, Tegal, dan Pemalang. Kegiatan pengembangan kawasan florikultura tersebut di atas diharapkan dapat memberikan dampak pada peningkatan produksi florikultura nasional. Produksi florikultura mencapai ribu tangkai, lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun 2015 sebesar ribu tangkai atau terjadi peningkatan sebesar 0,27%. Rata-rata pertumbuhan produksi florikultura dalam enam tahun kebelakang adalah sebesar 10,43%. 5. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Produk hortikultura memiliki sifat dan karakteristik tidak tahan lama, bulky, perishable, mudah rusak dan nilai ekonomis produknya tergantung pada tingkat kesegarannya sehingga perlu penanganan panen dan pascapanen yang baik.dalam upaya mempertahankan kualitas produk hortikultura tesebut, diperlukan tindakan yang dapat memperpanjang umur simpan poduk segar hortikultura serta mempertahankan value dari poduk tersebut. Selain penanganan pascapanen, pengolahan produk segar juga merupakan upaya untuk menjaga kualitas poduk agar dapat bertahan lebih lama dan menambah nilai tambah dan daya saing dari produk segar hotikultura tersebut. Dalam upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hortikultura, Kementerian Pertanian pada tahun 2016 melakukan upaya dan bantuan fasilitasi berupa pengadaan Bangsal Pascapanen dengan target sebanyak 29 unit terealisasi sebanyak 26 unit di 25 provinsi, Cold Storage sebanyak 1 unit di Kab. Probolinggo, Sarana Prasarana Pengolahan dengan target sebanyak 159 unit terealisasi sebanyak 124 unit di 24 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

51 provinsi dan Sarana Prasarana Pascapanen dengan target sebanyak 408 unit, terealisasi sebanyak 362 unit pada 32 provinsi, Fasilitasi Hortipark sebanyak 5 lokasi.laporan realisasi output fisik ini berdasarkan laporan sementara sampai dengan tanggal 13 Januari 2017, dikarenakan cut off pelaporan fisik dan keuangan 2016 berakhir di tanggal 20 Januari 2017 maka masih akan ada perubahan terhadap capaian realisasi fisik tersebut. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka dilakukan pengawalan melalui pembinaan peningkatan nilai tambah dan daya saing hotikultura sebagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan penanganan pascapanen dan pengelolaan hasil hortikultura agar dapat memenuhi standar produk yang dibutuhkan oleh konsumen dalam dan luar negeri Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan melaksanakan satu program yaitu Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Kegiatan didalamnya meliputi delapan kegiatan utama, yaitu: (1) Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Pengembangan Tanaman Semusim; (3) Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar; (4) Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan; (8) Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah; (9) Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; dan (10) Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan. Pagu Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2016 awal sebesar Rp1,192 triliun, dan setelah revisi penghematan menjadi Rp1,086 triliun. Anggaran tersebut dialokasikan dalam bentuk dana di pusat, dana dekonsentrasi, dan tugas pembantuan yang dikelola oleh Satker (Pusat, UPT Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian yang membidangi perkebunan) Kabupaten/Kota yang tersebar di 34 provinsi. Dalam rangka penghematan anggaran, sesuai Inpres Nomor 8 Tahun 2016, tanggal 26 Agustus 2016, terdapat anggaran yang tidak dapat dicairkan (self blocking) sebesar Rp106,3 miliar. Realisasi anggaran Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan pada posisi 31 Desember 2016 telah mencapai 96%, sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel.39 sebagai berikut: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

52 Tabel 39. Realisasi Serapan Anggaran Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun No Realisasi Nama Kegiatan / Output Pagu Block Amount Pagu setelah Blokir RP % PAGU % Blokir Peningkatan Produksi dan ,44 96,00 Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 1 Pengembangan Tanaman Rempah ,34 94,88 dan Penyegar 2 Pengembangan Tanaman Semusim ,85 99,87 3 Pengembangan Tanaman Tahunan ,77 97,31 dan Penyegar 4 Penanganan Pasca Panen dan ,44 97,51 Pengembangan Usaha 5 Dukungan Perlindungan Perkebunan ,65 97,11 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan ,05 93,45 Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan ,72 93,36 Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 8 Pengembangan Tanaman Semusim ,37 97,13 dan Rempah 9 Dukungan Pengolahan dan ,87 93,67 Pemasaran Hasil Perkebunan 10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan ,09 93,18 Sumber: Ditjen Perkebunan, 2016 Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan kegiatan utama tersebut: 1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar Pencapaian kinerja output pada kegiatan Tanaman Rempah dan Penyegar mencapai 96,61% dengan penyerapan anggaran sebesar 91,88%, tingginya pencapaian fisik kegiatan didukung oleh keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan komoditas utamanya yaitu pengembangan kopi, teh, kakao, lada dan cengkeh. Pelaksanaan dari kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Kopi Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi. Produksi kopi tahun 2016 ditargetkan sebesar 738 ribu ton kopi berasan, sementara realisasi produksi kopi sebesar 639,3 ribu ton (86,58%). Apabila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2015 sebesar 639,4 ribu ton, maka produksi tahun 2016 turun 0,12%. Gambaran produksi dan luas areal kopi tahun disajikan pada Gambar 19. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

53 Gambar 19. Produksi dan Luas Areal Kopi Tahun Produksi kopi dalam tiga tahun terakhir ini menunjukkan trend penurunan, sempat mencapai produksi tinggi di tahun 2014 sebanyak 643,8 ribu ton, produksi kopi terus mengalami penurunan tiap tahunnya hingga mencapai 639 ribu ton di tahun Penurunan produksi kopi sangat dimungkinkan mendapat pengaruh dari luas areal kopi yang terus berkurang selama enam tahun kebelakang. Pengembangan kawasan kopi seluas 6 ribu Ha yang dilakukan di di tahun 2016 diharapkan dapat meningkatkan produksi kopi di tahun-tahun mendatang. Sebagai negara pengekspor kopi, perkembangan nilai dan volume ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir. Perkembangan nilai dan volume ekspor kopi dapat dilihat dalam gambar 20 dibawah ini. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Tahun Volume (Ton) Nilai (USD 000) Gambar 20. Nilai dan Volume Ekspor Kopi Tahun Volume dan nilai ekspor kopi tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun Banyak faktor yang memengaruhi penurunan ekspor kopi salah satunya adalah penurunan produksi yang disebabkan oleh cuaca. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

54 Kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk mencapai target produksi kopi tahun 2016 antara lain: 1) Intensifikasi Tanaman Kopi Intensifikasi Tanaman Kopi Rakyat bertujuan untuk meningkatkan kualitas budidaya usaha tanaman kopi dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman kopi yang lebih baik. Dalam kegiatan intensifikasi, tanaman kopi mendapatkan perlakuan khusus meliputi pemupukan memakai pupuk yang seimbang serta pemberantasan hama dan penyakit dengan efektif. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian melaksanakan intensifikasi tanaman kopi arabika seluas Ha dan kopi robusta seluas 2300 Ha. 2) Perluasan Tanaman Kopi Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi, pada tahun 2016 perluasan kopi seluas 80 Ha. 3) Pembangunan Kebun Induk Kopi Dalam pengembangan kopi, benih yang digunakan merupakan klon unggul yang memiliki produktivitas yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, dalam proses produksi benih kopi, keberadaan sumber benih kopi memiliki pernan penting. Pada tahun 2016, dilaksanakan pembangunan sumber benih kopi di 18 Kabupaten yang ada di 10 Provinsi seluas 19 Ha yang tersebar di 11 Kabupaten sentra produksi. 4) Kegiatan Pendukung Lainnya Dalam peningkatan produksi kopi nasional dilaksanakan pula kegiatan pendukung lainnya yang berupa pendampingan dan pengawalan, pelatihan penumbuhan kebersamaan 3155 orang petani kopi, serta pelatihan penguatan kelembagaan terhadap 360 petani kopi. b. Teh Produksi teh saat ini mencapai 144 ribu ton yang menempatkan Indonesia sebagai Negara produsen terbesar ketujuh dunia. Produksi teh di tahun 2016 ini meningkat 11 ribu ton (2,07%) dibanding produksi tahun Meskipun demikian, produksi teh di tahun 2016 ini belum dapat mencapai target yaitu sebesar 160 ribu ton biji kering (90%). Gambaran produksi dan luas areal teh tahun disajikan pada Gambar 21. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

55 Gambar 21. Produksi dan Luas Areal Teh Tahun Produksi teh dalam enam tahun terakhir ini mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Walaupun mengalami penurunan di tahun 2015, produksi teh mengalami peningkatan di tahun Luas areal teh yang semakin menurun karena alih fungsi lahan, menjadi faktor utama produksi teh sukar untuk meningkat. Meskipun dengan adanya kegiatan pengembangan kawasan teh seluas 2 ribu Ha produksi dan produktivitas teh di tahun 2016 dapat meningkat. Sebagai salah satu produsen teh terbesar di dunia, komoditas teh Indonesia juga merupakan andalan ekspor perkebunan. Perkembangan ekspor teh selama 3 tahun terakhir dapat terlihat dalam gambar 22. Gambar 22. Nilai dan Volume Ekspor Teh Tahun Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi teh tahun 2016 antara lain: 1) Intensifikasi dan Rehabilitasi Tanaman Teh Intensifikasi dan rehabilitasi merupakan upaya untuk meningkatkan keragaam pertanaman dan pengutuhan kawasan teh. Selain itu kegiatan ini juga dapat meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu teh melalui penerapan teknologi budidaya anjuran. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian telah Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

56 melaksanakan kegiatan intensifikasi seluas Ha dan rehabilitasi tanaman teh seluas 650 Ha di 6 Kabupaten pada 4 Provinsi. 2) Kegiatan pendukung lainnya Dalam peningkatan produksi teh nasional dilaksanakan pula kegiatan pendukung lainnya yang berupa pendampingan dan pengawalan. c. Kakao Hingga saat ini produksi kakao mencapai 657 ribu ton yang menempatkan Indonesia sebagai Negara produsen terbesar ketiga dunia setelah Pantai gading dan Ghana. Produksi kakao di tahun 2016 ini meningkat 63 ribu ton (10,70%) dibanding produksi tahun Suatu peningkatan yang signifikan jika dilihat dari luas areal yang turun 8 ribu Ha di tahun Meskipun demikian, produksi kakao di tahun 2016 ini belum dapat mencapai target yaitu sebesar 831 ribu ton biji kering (78,33%). Gambaran produksi dan luas areal kakao tahun disajikan pada Gambar 23. Gambar 23. Produksi dan Luas Areal Kakao Tahun Produksi kakao dalam tiga tahun terakhir ini mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Walaupun mengalami penurunan pada tahun 2015, namun, produksi kakao kembali mengalami peningkatan di tahun Luas areal kakao yang semakin menurun menjadi faktor utama produksi kakao sukar untuk meningkat. Meskipun dengan adanya kegiatan pengembangan kawasan kakao seluas 203 ribu Ha dan teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian (teknologi fermentasi biji kakao kering, teknologi pengendalian terpadu hama PBK dan penyakit busuk buah kakao), produksi dan produktivitas kakao di tahun 2016 dapat meningkat. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

57 Sebagai komoditas perkebunan andalan ekspor, selama 3 tahun terakhir volume ekspor kakao Indonesia mengalami fluktuasi. Volume dan nilai ekspor Tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun 2015 karena penyerapan industri pengolahan cokelat di dalam negeri meningkat. Pada saat yang sama, impor biji kakao turun yang menandakan industri pengolahan mulai memprioritaskan biji kakao produksi lokal. Perkembangan nilai dan volume ekspor kakao dapat dilihat dalam gambar 24. Gambar 24. Nilai dan Volume Ekspor Kakao Tahun Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi kakao tahun 2016 antara lain: 1) Intensifikasi Tanaman Kakao Pengembangan tanaman kakao dapat dilakukan melalui intensifikasi. Intensifikasi ini dilakukan pada kebun-kebun kakao eks lokasi peremajaan dan rehabilitasi Gernas Kakao yang masih eksis. Pada tahun 2016 ini dilaksanakan intensifikasi tanaman kakao seluas Ha di 66 Kabupaten yang terdapai di 17 Provinsi. 2) Peremajaan Tanaman Kakao Peremajaan kakao dapat dilakukan pada kebun-kebun kakao yang tidak produktif di sentra pengmbangan kakao. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian melakukan peremajaan tanaman kakao seluas 7350 Ha di 24 Kabupaten yang terdapat di 8 Provinsi. 3) Perluasan Tanaman Kakao Salah satu upaya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu komoditas kakao berkelanjutan adalah melalui kegiatan perluasan tanaman kakao. Kegiatan ini dilaksanakan pada beberapa provinsi di Indonesia yang masih memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan komoditas tersebut, dengan dukungan ketersediaan lahan cukup luas yang secara teknis memenuhi Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

58 syarat dan SDM yang memadai. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan perluasan tanaman kakao seluas 1420 Ha di 7 Provinsi. 4) Pembangunan Kebun Induk Dan Entres Dalam pengembangan kakao, benih yang digunakan merupakan klon unggul yang memiliki produktivitas yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, dalam proses produksi benih kakao, keberadaan kebun induk dan entres benih kakao memiliki pernan penting. Pada tahun 2016, dilaksanakan pembangunan sumber benih kakao seluas 43 Ha yang tersebar di 11 Kabupaten. 5) Kegiatan Pendukung Lainnya Dalam peningkatan produksi kakao nasional dilaksanakan pula kegiatan pendukung lainnya yang berupa pendampingan dan pengawalan, pengembangan desa kakao di 2 Kabupaten, intregasi tanaman kakao dan ternak di 8 kelompok tani, pelatihan penumbuhan kebersamaan 90 orang petani kakao, serta pelatihan penguatan kelembagaan terhadap petani kakao. d. Lada Indonesia merupakan negara penghasil lada terbesar kedua di dunia. Pada 2014, produksi lada Indonesia mencapai 87 ribu ton atau memiliki pangsa sebesar 18,8 persen di pasar dunia. Luas lahan lada Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yaitu 168 ribu hektare pada tahun Sempat mengalami penurunan di tahun 2015, produksi lada Indonesia meningkat 0,8% menjadi 82 ribu ton di tahun Tantangan dalam pengembangan produksi lada dalam negeri dikarenakan kurangnya minat kaum muda dalam membudidayakan lada. Gambaran produksi dan luas areal lada tahun disajikan pada Gambar 25. Gambar 25. Produksi dan Luas Areal LadaTahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

59 Disamping konsumsi lada dalam negeri terus meningkat seiring menjamurnya bisnis restoran dan kuliner, permintaan lada untuk ekspor juga cenderung mengalami peningkatan terutama ke negara Eropa dan Asia. Perkembangan ekspor lada selama 3 tahun terakhir dapat terlihat dalam gambar 26. Gambar 26. Nilai dan Volume Ekspor Lada Tahun Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi kakao tahun 2016 antara lain: Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan Petani Lada, Perluasan Tanaman Lada, Pembangunan Kebun Induk Tanaman Lada, Pemeliharaan BPT dan PIT Lada yang telah ditetapkan, dan Pemeliharaan Kebun Induk Tanaman Lada Tahun kedua. e. Cengkeh Meski bukan berstatus sebagai negara eksportir cengkeh terkemuka dunia, tapi Indonesia terkenal sebagai negara penghasil cengkeh nomor satu di dunia. Hingga saat ini produksi cengkeh mencapai 139 ribu ton. Memasuki tahun 2016 ini, petani cengkeh sedang bersemangat menanam karena harga cengkeh tinggi dan penyerapan dari pasar domestik relatif stabil. Saat ini harga cengkeh bisa mencapai Rp per kilogram (kg) atau sama dengan harga cengkeh di pasar ekspor. Gambaran produksi dan luas areal cengkeh tahun disajikan pada Gambar 27. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

60 Gambar 27. Produksi dan Luas Areal Cengkeh Tahun Potensi besar ternyata dimiliki komoditas cengkih. Ada dua item yang diminta oleh para eksportir yaitu atas cengkih dan gagang cengkih. Perkembangan ekspor cengkeh selama 3 tahun terakhir dapat terlihat dalam gambar. Gambar 28. Nilai dan Volume Ekspor Cengkeh Tahun Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi cengkeh tahun 2016 antara lain: Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan Petani Perkebunan, Intensifikasi Tanaman Cengkeh, Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan Petani Cengkeh, Rehabilitasi Tanaman Cengkeh, Perluasan Tanaman Cengkeh, Pascapanen Tanaman Cengkeh, Pembangunan Kebun Induk Tanaman Cengkeh, Pemeliharaan BPT dan PIT Cengkeh yang telah ditetapkan, Pemeliharaan Kebun Induk Tanaman Cengkeh Tahun kedua. 2. Pengembangan Tanaman Semusim Tanaman semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun tersebut, atau tanaman tahunan yang biasa dipanen cepat sebelum musim berakhir. Jenis tanaman semusim yang dikembangkan oleh pemerintah dalam Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

61 5 tahun terakhir renstra adalah tanaman tebu, tembakau dan kapas. Sedikitnya jumlah komoditas tanaman semusim yang dikembangkan karena 3 komoditas inilah yang masih eksis ditengah masyarakat dan produk dari ketiga tanaman sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pelaksanaan dari kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Tebu Tebu merupakan tanaman pangan strategis karena produk gula merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat dan sangat dibutuhkan. Besarnya konsumsi gula belum bisa dipenuhi dari dalam negeri sehingga masih banyak produk gula impor yang beredar di masyarakat terutama pada industri Mamin. Target produksi gula tebu pada Tahun 2016 adalah 2,80 juta ton hablur. Realisasi produksi gula tebu hingga akhir Tahun 2016 mencapai 2,223 juta ton Hablur atau sekitar 79,39% dari target Tahun Gambaran produksi dan luas areal tebu tahun disajikan pada Gambar 29. Gambar 29. Produksi dan Luas Areal Tebu Tahun Dibandingkan tahun 2015, capaian kinerja produksi gula tebu tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 274 ribu ton hablur atau 10,97%. Lambatnya pertumbuhan produksi gula tebu seperti digambarkan di atas dipengaruhi oleh pertumbuhan luas areal tebu dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir relatif stabil. Bahkan luas areal gula tebu mengalami penurunan dari Ha pada tahun 2014 menjadi Ha pada Tahun Di lain pihak perluasan areal tanam menjadi faktor penting dalam peningkatan produksi gula tebu, karena produktivitas tebu (ku/ha) relatif stagnan. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

62 b. Tembakau Produksi tembakau mengalami fluktuasi selama tiga tahun terakhir. Sempat mengalami penurunan di tahun 2015, produksi tembakau Indonesia meningkat 1,2% menjadi 196 ribu ton di tahun Gambaran produksi dan luas areal tembakau tahun disajikan pada Gambar 30. Gambar 30. Produksi dan Luas Areal Tembakau Tahun Sebagai bahan baku utama industri rokok, rata-rata produksi tembakau di dalam negeri selalu di bawah 200 ribu ton per tahun. Padahal permintaan berkisar 320 ribu ton per tahun. Sehingga ada kekurangan (shortage) sekitar 120 ribu ton dari permintaan industri sebesar 320 ribu ton. Kekurangan pasokan tembakau ini dilatarbelakangi beberapa faktor, antara lain keterbatasan modal, teknik pertanian tradisional yang tidak efisien, kurangnya dukungan teknis dan infrastruktur pertanian, serta minimnya akses pasar secara langsung oleh petani sehingga keuntungan berkurang. Kunci utama meningkatkan produktivitas tembakau adalah meningkatkan sumber daya manusia, jaringan kemitraan bisnis, dan peningkatan daya saing. Salah satunya melalui program kemitraan dengan petani tembakau. Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi tembakau tahun 2016 antara lain: Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan Petani Perkebunan dan Penanaman Tanaman Tembakau. c. Kapas Tanaman kapas lebih dikenal sebagai penghasil serat bahan baku tekstil. Selain serat kapas yang dihasilkan, biji kapas juga dapat menghasilkan minyak, protein, dan lemak. Produksi kapas pada tahun 2016 sebesar 715 ton mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2015 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

63 (5%). Gambaran produksi dan luas areal kapas tahun disajikan pada Gambar31 Gambar 31. Produksi dan Luas Areal Kapas Tahun Produksi kapas dalam negeri masih jauh dari pemenuhan kebutuhan rata-rata nasional yang mencapai 500 ribu ton per tahunnya. Hingga saat ini, produksi kapas Indonesia hanya bisa memenuhi sebanyak 2,5 persen dari kebutuhan nasional. Sisanya dipenuhi melalui impor. Permasalahan dalam pengembangan kapas antara lain luasan penguasaan lahan petani yang terbatas dan keterbatasan modal maupun pemilikan aset yang dimiliki petani. Banyaknya lahanlahan produktif yang tidak diusahakan dan dibiarkan tanpa diolah disebabkan karena tidak adanya sarana untuk menggarap usahataninya juga menjadi salah satu kendala. Terutama pada lahan-lahan perkebunan yang rata-rata di luar Jawa kepemilikannya bisa lebih dari satu hektar. Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi kapas tahun 2016 antara lain: Pemberdayaan Pekebun dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Kapas dan Penanaman Tanaman Kapas. 3. Pengembangan Tanaman Tahunan Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan meliputi kegiatan revitalisasi perkebunan, Pengembangan komoditas Ekspor, penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi), pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dan dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan. Pengembangan komoditas tanaman tahunan tahun 2015 difokuskan pada 5 komoditas utama yaitu Sagu, Kelapa, Kelapa Sawit, Karet, Kemiri Sunan dan Jambu Mete. Kelapa Sawit menjadi komoditas utama dan sekaligus pemberi/kontributor utama devisa negara sekaligus citra perkebunan Indonesia. Pelaksanaan dari kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan dapat dijabarkan sebagai berikut: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

64 a. Kelapa Sawit Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BioFuel) sebagai bahan bakar lain, Presiden menginstruksikan antara lain kepada Menteri Pertanian untuk mengambil langkah-langkah percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati diantaranya mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya. Saat ini kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang potensial sebagai penghasil bioenergi. Indonesia yang merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan komoditas kelapa sawit sebagai Bahan Baku Bio Industri dan Bioenergi. Pada tahun 2016, produksi kelapa sawit Indonesia mencapai ribu ton CPO atau 105,44% dari target ribu ton CPO, sehingga masuk kategori sangat berhasil. Capaian produksi kelapa sawit tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kinerja produksi tahun 2015, yaitu sebesar ribu ton CPO atau 4,68% dan merupakan pencapaian produksi tertinggi selama 3 tahun terakhir. Capaian produksi dan luas areal kelapa sawit 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Produksi dan Luas Areal Kelapa Sawit Tahun Gambar 32 memperlihatkan bahwa produksi kelapa sawit mengalami peningkatan tiap tahunnya seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit. Sempat terkena dampak fenomena El Nino yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu, produksi komoditas kelapa sawit mengalami peningkatan karena ditopang oleh produksi sekitar 1 juta hektar tanaman sawit muda yang tahun ini mulai menghasilkan. Sebagai komoditas perkebunan andalan ekspor, selama 3 tahun terakhir volume ekspor kelapa sawit Indonesia mengalami fluktuasi. Nilai ekspor kelapa sawit cenderung mengalami penurunan karena terpengaruh oleh harga sawit internasional. Perkembangan nilai dan volume ekspor kelapa sawit dapat dilihat dalam gambar 33. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

65 Gambar 33. Nilai dan Volume Ekspor Kelapa Sawit Tahun Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian untuk mencapai produksi kelapa sawit antara lain perluasan areal seluas 820 Ha, pendampingan dan pengawalan, serta pengembangan kelembagaan usaha tani sawit. b. Kelapa Sebagai negara tropis yang sangat luas, Indonesia adalah surga bagi pohon kelapa. Pohon ini dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dari pulau Sumatera hingga Papua. Luas perkebunan kelapa di Indonesia saat ini mencapai 3,53 juta hektar (Ha) yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 3,5 juta Ha; perkebunan milik pemerintah seluas 3 ribu Ha; serta milik swasta seluas 29 ribu Ha. Dari segi produksi, capaian tahun 2016 ini sebesar ribu ton atau 86,27% dari target yang ditetapkan (3.355 ribu ton). Gambaran produksi dan luas areal kelapa tahun disajikan pada Gambar 34. Gambar 34 Produksi dan Luas Areal Kelapa Tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

66 Produksi kelapa dalam enam tahun terakhir ini menunjukkan trend penurunan, sempat mencapai produksi tertinggi tahun 2012 sebanyak ribu ton, produksi kelapa terus mengalami penurunan tiap tahunnya hingga mencapai ribu ton di tahun Penurunan produksi kelapa sangat dimungkinkan mendapat pengaruh dari luas areal kelapa yang terus berkurang selama lima tahun kebelakang. Pengembangan kawasan kelapa yang dilakukan di di tahun 2016 diharapkan dapat meningkatkan produksi kelapa di tahun-tahun mendatang. Kementerian Pertanian melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan produksi kelapa tahun 2016 antara lain: Peremajaan Tanaman Kelapa seluas 9630 Ha di 39 Kabupaten pada 12 Provinsi, Perluasan Tanaman Kelapa di 19 Kabupaten pada 7 Provinsi, Pembangunan Kebun Sumber Benih seluas 232 Ha di 19 Kabupaten pada 7 Provinsi, pendampingan dan pengawalan, pelatihan penumbuhan kebersamaan 626 orang petani kelapa, serta pemberdayaan kelembagaan terhadap petani kelapa di 4 Kabupaten terpilih. c. Karet Karet merupakan komoditas perkebunan andalan ekspor Indonesia. Permintaan karet ke beberapa negara di Amerika dan Eropa selama 5 (lima) tahun terakhir cukup meningkat. Berdasarkan angka prognosa tahun 2016, produksi karet mencapai ribu ton, lebih kecil dibandingkan target tahun 2016 sebesar ribu ton (91,86%) atau masuk dalam kategori Berhasil. Selama periode 2011 hingga 2016, produksi karet mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari trend produksi karet setiap tahunnya. Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2014, namun trend produksi karet secara umum terus meningkat hingga tahun 2016 meningkat 0,39% dibanding produksi tahun Ilustrasi capaian produksi dan luas areal karet tahun disajikan pada Gambar 35. Gambar 35. Produksi dan Luas Areal Kelapa Tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

67 Sebagai komoditas perkebunan andalan ekspor, selama 3 tahun terakhir volume ekspor karet Indonesia mengalami fluktuasi. Nilai ekspor karet cenderung mengalami penurunan karena terpengaruh oleh harga karet internasional. Perkembangan nilai dan volume ekspor karet dapat dilihat dalam gambar 36. Gambar 36.Nilai dan Volume Ekspor Karet tahun Kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk mencapai target produksi karet tahun 2016 antara lain: Peremajaan Tanaman Karet di 18 Kabupaten di 10 Provinsi di Indonesia dengan total lahan seluas 3469 Ha, Perluasan Tanaman Karet di 3 Kabupaten yang ada di 3 Provinsi dengan total lahan seluas 450 Ha, Pembangunan Sumber Benih Karet di 18 Kabupaten yang ada di 10 Provinsi seluas 21 Ha, pendampingan dan pengawalan, pelatihan penumbuhan kebersamaan 657 orang petani karet, serta pengembangan kelembagaan dan usahatani karet. 4. Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas "melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha". Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen semusim, rempah, penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen semusim, rempah, penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan criteria di bidang pascapanen semusim, rempah, penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 4. Pemberian bimbingan usaha teknis dan evaluasi di bidang pascapanen semusim, rempah, penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

68 Serapan dan capaian fisik kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha yaitu: a. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%. b. Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha dengan serapan sebesar 93,81% dan capaian fisik 94,69% Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melaksanakan satu program yaitu Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat. Kegiatan didalamnya meliputi lima kegiatan utama, yaitu: (1) Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal; (2) Peningkatan Produksi Pakan Ternak; (3) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan; (4) Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak; (5) Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal); (6) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan; (7) Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak. Pagu Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2016 sebesar Rp ,-. Realisasi anggaran Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat pada posisi 31 Desember 2016 telah mencapai 67,95%. sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel 40. Tabel 40.Realisasi Serapan Anggaran Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun No. KEGIATAN PAGU DIPA REALISASI 2016 (Rp.000) (Rp.000) % 1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak ,38 2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan ,78 3 Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak ,24 4 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) ,67 5 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan ,75 6 Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak ,66 Total ,95 Sumber: Ditjen PKH, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

69 Berikut adalah capaian kinerja terkait pelaksanaan kegiatan utama tersebut: 1. Peningkatan Produksi ternak Dengan Pendayagunaan Sumber daya Lokal Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Perbibitan Ternak bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi: 1) Peningkatan Produksi Bibit Unggul Kambing; 2) Fasilitas PNBP UPT Perbibitan; 3) Pembinaan dan Koordinasi Perbibitan dan Produksi Ternak; 4) Pengawasan Bibit Ternak; 6) Penetapan Wilayah Sumber Bibit; 5) Koordinasi Teknis Perbibitan dan Produksi Ternak 2. Peningkatan Produksi Pakan Ternak Realisasi kegiatan peningkatan produksi pakan ternak salah satunya adalah Pengembangan Hijauan Pakan Ternak pada Hektar. Hijauan pakan merupakan makanan pokok sapi/kerbau. Diperlukan hijauan pakan yang bermutu dan tersedia dalam jumlah cukup. Pada TA 2016 Capaian Indikator Kerja Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) sebesar Ha atau 95,09% dari target Ha. Indikator kerja ini didukung oleh 7 (tujuh) kegiatan : 1) Pengembangan Padang Penggembalaan (Pastura) di UPT ; 2) Pengembangan Kebun HPT di UPT ; 3) Penguatan Sumber Bibit/Benih HPT di UPTD ; 4) Pengembangan Unit Usaha HPT ; 5) Pengembangan Padang Penggembalaan; 6) Pemeliharaan Padang Penggembalaan ; 7) kegiatan Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Berkualitas (Gerbang Patas). 3. Pengembangan Integrasi Tanaman-Ruminansia Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang dilahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah, karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. Pada TA 2016 dilaksanakan kegiatan pengembangan integrasi tanaman-ruminansia ditargetkan 483 kelompok dan terealisasi 404 kelompok (83,64%). Namun Karena kebijakan penghematan (self blocking) dari jumlah 404 kelompk tersebut sebanyak 113 kelompok yang mendapatkan alokasi sapi indukan bunting, sedangkan selebihnya hanya mendapatkan sarana pengolah pakan. Pada tahun 2015 target kelompok penerima bantuan lebih besar yaitu 638 kelompok dengan realisasi sebesar 562 kelompok (88.09%). 4. Pengembangan Unit Usaha Bahan Pakan (UBP), Unit Pengolah Pakan (UPP), dan Lumbung Pakan (LP) Ruminansia. Kegiatan UBP, UPP, dan LP ruminansia bertujuan untuk menyediakan pakan ternak sepanjang tahun dengan memanfaatkan sumber daya daerah. Capaian kegiatan pengembangan UBP dan UPP Ruminansia tahun 2016 sebesar 100% yang masingmasing terdiri dari 180 ton dan 60 ton. Sedangkan LP Ruminansia baru mencapai Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

70 89,58% (688 Ton) dari target sebanyak 768 Ton. Tidak tercapainya sasaran output tersebut dikarenakan terdapat penghematan pada 5 (lima) kelompok, yaitu masingmasing 1 kelompok di Kab. Tasikmalaya, Banten, Jambi dan Prov. Sultra 2 kelompok. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan 5. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Realisasi kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan adalah (1) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan strategis melalui distribusi vaksin sebanyak 8,5 juta dosis, (2) Penyidikan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan banyak sampel yang dilaksanakan delapan Balai Besar/Balai veteriner, (3) Produksi Vaksin dan Bahan Biologik oleh Pusat Veterinaria Farma Surabaya sebanyak 7,5 juta dosis, (4) Penanganan Gangguan Reproduksi (Gangrep) pada ekor sapi betina. Peningkatan status kesehatan hewan sebagai indikator kinerja dalam mencapai sasaran program peningkatan daya saing peternakan. Peningkatan status kesehatan hewan didukung oleh Indikator Kerja dan Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK). Indikator Kerja terdiri atas: 1) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan 2) Penyidikan Penyakit dan Obat Hewan 3) Produksi Vaksin dan Bahan Biologik 4) Penanganan Gangguan Reproduksi Pada tahun 2016 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan sebanyak dosis dari target dosis tercapai 100%. Penyidikan Penyakit dan Obat Hewan sebanyak sampel dari target sampel tercapai 100%. Produksi Vaksin dan Bahan Biologik sebanyak dosis dari target dosis tercapai 118,92% namun untuk beberapa vaksin terutama untuk penyakit prioritas (Rabies, Brucellosis, Anthrax dan Hog Cholera) masih belum dapat disediakan sebagaimana yang dibutuhkan. Penanganan Gangguan Reproduksi sebanyak ekor dari target ekor tercapai 107,77%, Pada tahun 2016 peningkatan status kesehatan hewan dari target 73% tercapai 76,57% yang tergambarkan dari wilayah yang telah dibebaskan dari PHMSZ yang terdiri atas : 1) Wilayah bebas Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis (PHMSZ) (provinsi/kabupaten/kota/pulau); 2) Wilayah Pengendalian Anthrax (provinsi/kabupaten/pulau); 3) Menurunnya angka kasus PHMSZ dan Gangguan Reproduksi (kasus); 4) Menurunnya angka kematian (%); 5) Peningkatan kesehatan hewan pemasukan dan pengeluaran (%); 6) Peningkatan mutu vaksin dan obat hewan (%); 7) Peningkatan keamanan bahan pakan asal hewan (%); 8) Peningkatan volume ekspor obat hewan (ton). 6. Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak Realisasi kegiatan penyediaan benih dan bibit serta peningkatan produksi ternak tahun 2016 adalah (1) Produksi Benih Ternak Dosis/Embrio yang terdiri dari semen beku dan 960 embrio. Produksi semen beku dilaksanakan oleh Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sebesar dosis dan Balai Inseminasi Buatan Lembang dosis, sedangkan embrio Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

71 diproduksi oleh Balai Embrio Ternak Cipelang;, (2) Produksi Calon Indukan/Calon Bibit/Bakalan sebanyak Ekor oleh tujuh Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak; (3) Penguatan Sarana dan Prasarana Sentra Peternakan Rakyat (SPR) dapat direalisasikan di 50 Lokasi SPR, (4) Konsolidasi penguatan kapasitas pada peternak (5) Optimalisasi Reproduksi sebesar Ekor, dan (6) Penambahan ternak sapi indukan impor sebanyak 1725 ekor yang disebar ke Propinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau. a. Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB) Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik (teknologi) untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Melalui IB diharapkan terjadi peningkatan populasi dan mutu genetik sapi. Pada TA 2016, dilaksanakan kegiatan optimalisasi IB sebanyak 2 juta dosis dan terealisasi sebanyak 2,2 juta dosis (112,68%). a. Sinkronisasi Birahi Sinkronisasi birahi adalah penyerentakan birahi pada beberapa ekor betina. Tujuannya yaitu untuk memanipulasi proses reproduksi dari beberapa betina sehingga mengalami birahi secara serentak. Manfaat sinkronisasi birahi antara lain: menghemat biaya dan mengurangi waktu menemukan hewan birahi. Pada TA 2016 dilaksanakan kegiatan sinkronisasi birahi sebanyak ekor dan terealisasi (107,77%).Hal ini disebabkan karena adanya sisa obat dan hormon kegiatan tahun 2015 sehingga dapat menambah pelayanan penangganan ganguan reproduksi. b. Produksi Semen Beku Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) diperlukan produksi semen beku yang berkualitas dan dalam jumlah cukup. Pada TA 2016 dilaksanakan kegiatan produksi semen beku sebanyak 5 juta dosis dan terealisasi 3,5 juta dosis (69,55%). c. Peningkatan Kapasitas Petugas IB, dan ATR Selain mutu semen beku yang digunakan serta kondisi sapi, keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) sangat ditentukan faktor petugas atau pelaksana IB beserta sistem IB itu sendiri. Peran aktif inseminator dalam memberikan penyuluhan dan sosialisasi sangat diharapkan oleh peternak dalam memahami tentang Inseminasi Buatan, karena masih banyak peternak yang belum paham tentang program tersebut. Pada TA 2016, dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas petugas Inseminasi Buatan (IB), Asisten Teknis Reproduksi (ATR), dan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) sebanyak 550 orang dan terealiasi sebanyak 567 orang (103,09%). Bila dibandingkan dengan tahun 2015, maka capaian tahun 2016 meningkat. Pada tahun 2015 dari target orang terealisasi sebanyak orang (92.82%). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

72 d. Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBNP Tahun 2016 Pada tahun 2016,Kegiatan pengembangan budidaya ternak sapi potong, sapi perah, dan kerbau dilakukan di 27 propinsi. Pengembangan budidaya ternak sapi potong di 188 kabupaten/kota dapat terealisasi 820 kelompok atau ekor. Pengembangan budidaya ternak Sapi perah di 2 Propinsi dapat tereralisasi di 3 kabupaten pada 3 kelompok atau 37 ekor. Sedangkan pengembangan budidaya ternak Kerbau pada 1 kelompok atau 13 ekor. e. Pengembangan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) SPR berangkat dari filosofi bahwa pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang mensejahterakan peternak rakyat hanya dapat diperoleh apabila pemerintah dan para pihak melakukan berbagai upaya yang memperhatikan prinsip satu manajemen, pengorganisasian (konsolidasi) pelaku, dan pemberdayaan peternak dalam rangka terwujudnya populasi ternak berencana. SPR adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan dalam suatu kawasan peternakan sebagai media pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang di dalamnya terdapat satu populasi ternak tertentu yang dimiliki oleh sebagian besar peternak yang bermukim di satu desa atau lebih, dan sumber daya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air dan bahan pakan). Pada tahun 2016, dalam rangka mendorong peningkatan populasi sapi/kerbau, di lakukan pendekatan pengembangan sentra peternakan rakyat di 50 kawasan peternakan pada 17 propinsi. Gambar 37. lokasi SPR Cinagarogo Subang 7. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) SPR berangkat dari filosofi bahwa pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang mensejahterakan peternak rakyat hanya dapat diperoleh apabila pemerintah dan para pihak melakukan berbagai upaya yang memperhatikan prinsip satu manajemen, pengorganisasian (konsolidasi) pelaku, dan pemberdayaan peternak dalam rangka terwujudnya populasi ternak berencana. SPR adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan dalam suatu kawasan peternakan sebagai Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

73 media pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang di dalamnya terdapat satu populasi ternak tertentu yang dimiliki oleh sebagian besar peternak yang bermukim di satu desa atau lebih, dan sumber daya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air dan bahan pakan)realisasi kegiatan Penjaminan Produk Hewan yang ASUH adalah (1) Peningkatan pemenuhan persyaratan produk hewan yang ASUH pada 68 Unit Usaha peternakan, (2) Penerapan Kesejahteraan Hewan di 24 Unit RPH, (3) Pencegahan Penularan Zoonosis pada 16 Unit. 8. Pengolahan dan Pemasaran hasil Peternakan Kapal Ternak Kapal ternak Camara Nusantara I (CN 1) pertama kali berlayar dari NTT ke Tanjung Priok tanggal 2 Februari 2016, mengangkut 353 ekor ternak. Pelayaran secara kontinue dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai tanggal 2 Februari 2016 hingga pelayaran ke 24 pada tanggal 27 Desember Kapal CN 1 bertujuan untuk : a. Memperlancar pengangkutan dan pendistribusian ternak secara cepat. b. Merubah struktur pasar, terjadi peningkatan harga di tingkat peternak dan penurunan harga daging di tingkat konsumen. c. Kapal khusus ternak didesain memenuhi standar Internasional yang mengimplementasi prinsip animal welfare selama perjalanan. d. Efisiensi distribusi ternak, secara ekonomis distribusi ternak antar pulau dengan kapal khusus ternak dapat memangkas biaya transportasi. e. Tataniaga dan distribusi ternak sapi menjadi tertata dengan baik, karena sapi yang diperdagangkan mulai dari peternak, pedagang dan menjadi produk daging sampai ke konsumen mudah ditelusuri dan tercatat dengan baik. f. Memberikan insentif dan motivasi bagi peternak untuk meningkatkan produktivitas ternak. Harga daging sapi ditingkat konsumen diharapkan lebih terjangkau dan stabil sehingga daging sebagai sumber protein hewani dapat diakses oleh masyarakat secara luas dan konsumsi protein hewani perkapita dapat ditingkatkan Penyediaan Dan Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pertanian Pembangunan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian merupakan bagian integral yang memiliki fungsi strategis dan penting dalam mendukung pembangunan pertanian nasional, melalui program penyediaan infrastruktur lahan dan air, penyediaan pembiayaan petani, penyediaan pupuk dan pestisida serta dukungan alat dan mesin pertanian yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dan dampak positif terhadap peningkatan produktifitas dan produksi pertanian serta kesejahteraan petani. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2016 didukung melalui program kegiatan strategis, antara lain : (1) Pengembangan Jaringan Irigasi, (2) Perluasan Sawah, (3) Penyaluran Pupuk Bersubsidi, (4) Bantuan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

74 Alat dan Mesin Pertanian (TR2, TR4, Pompa Air, Rice Transplanter), dan (5) Asuransi Usaha Tani (Asuransi Usaha Tani Padi/AUTP dan Asuransi Usaha Ternak Sapi/AUTS). Dukungan alokasi anggaran pada awal Tahun 2016 adalah sebesar Rp namun dalam perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan yang disebabkan kondisi ekonomi makro Indonesia yang kurang mendukung dimana penurunan harga komoditas ekspor dan melesetnya target penerimaan pajak yang berdampak pada pencapaian pendapatan negara, mengakibatkan diberlakukannya kebijakan penghematan anggaran termasuk di sektor pertanian cq. Ditjen PSP menjadi Rp ,-dan melalui kebijakan Self Blocking sesuai Surat Menteri Keuangan No S-851/MK.02/2016 tanggal 30 September 2016 tentang Luncuran Kegiatan dalam APBNP TA 2016, sehingga anggaran kembali turun menjadi Rp Capaian anggaran Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian dapat dilihat sebagaimana tabel berikut : Tabel 41. Capaian Anggaran Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen PSP Tahun 2016 REALISASI 2016 % REALISASI PAGU DIKURANGI SELF NO. KEGIATAN PAGU DIPA (Rp.000) SELF BLOCKING (Rp.000) SETELAH SELF (Rp.000) % BLOCKING BLOCKING 1 Irigasi Pertanian , , Perluasan dan Perlindungan , , Lahan 3 Alat dan Mesin pertanian , ,74 4 Dukungan Manajemen dan ,24 Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura , Pupuk dan Pestisida , ,36 6 Pembiayaan Pertanian , ,44 JUMLAH , ,11 Berikut capaian kegiatan stategis pendukung program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian : 1. Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian Dalam upaya pengelolaan air irigasi untuk pertanian, program kerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Irigasi Pertanian adalah : 1) Terwujudnya pengembangan sumber air irigasi alternatif dalam skala kecil, baik yang bersumber dari air tanah maupun air permukaan sebanyak unit; 2) Terwujudnya optimalisasi pemanfaatan air irigasi melalui kegiatan pengembangan jaringan irigasi seluas ha; 3) Terwujudnya kegiatan pengembangan irigasi rawa seluas seluas ha; 4) Terwujudnya upaya konservasi air dalam rangka pemanfaatan curah hujan efektif dan aliran permukaan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan sebanyak unit serta pelaksanaan penyebaran informasi perubahan iklim dan pelaksanaan training adaptasi perubahan iklim di 34 provinsi; 5) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

75 Terlaksananya pembinaan dan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air (P3A) untuk mendorong pola pengelolaan irigasi partisipatif di 34 provinsi, serta ter updated nya data P3A sebagai bagian dari proses pembinaan usaha ekonomi dan pengembangan jaringan irigasi di tingkat usaha tani; 6) Pengembangan basis data sistem pengelolaan dan pemanfaatan air melalui inventarisasi, validasi, dan konsolidasi data dan informasi pengelolaan dan pemanfaatan air di 34 provinsi serta peningkatan sarana dan prasarana pengolahan data dan informasi. a. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) Rehabilitasi Jaringan irigasi Tersier merupakan kegiatan perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi guna mengembalikan/meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula sehingga dapat berdampak pada penambahan luas areal tanam dan/atau meningkatkan Intensitas Pertanaman ,478,182 2,458, , , , , , ,000 - Total 3,327,822 2,906, Gambar 38. RJIT di Desa Rambi-gundam, Rambipuji, Jember, Jatim (IP). Pada tahun 2016,jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi Tersier di 26 Provinsi dan 230 Kabupaten mencapai sebesar ha atau 98,30% dari target ha. Sedangkan capaian pada tahun 2015 mencapai ha, sehingga apabila dilihat dari pencapaian target renstra sebesar 3,332,435 ha, sampai dengan Tahun 2016 telah dilaksanakan seluas ha atau 87,05 %. Tabel 42. Capaian Kegiatan & Target Pengembangan Jaringan Irigasi Periode TA Renstra Tahun Target Realisasi % b. Pengembangan Irigasi Perpompaan/ Perpipaan Kegiatan Pengembangan Irigasi Perpompaan/Perpipaan merupakan salah satu bentuk upaya pengembangan sumber air irigasi untuk usaha pertanian mendukung sub sektor tanaman pangan. Kegiatan irigasi perpompaan/perpipaan dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP) sebesar 0,5 pada lahan sawah serta meningkatkan ketersediaan air sebagai suplesi pada lahan pertanian. Hal ini perlu dilakukan mengingat beragamnya kondisi dan potensi daerah, yang berdampak pada beragamnya perkembangan teknologi irigasi yang berkembang di setiap daerah. Kegiatan irigasi perpompaan/perpipaan untuk sub sektor tanaman Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

76 pangan merupakan kegiatan baru yang dialokasikan pada TA.2016, karena pada tahun-tahun sebelumnya hanya dibatasi untuk mendukung sub sektor hortikultura, perkebunan dan peternakan. Pada TA 2016, jumlah bangunan dan peralatan pelengkapnya pemanfaatan sumber air yang dibangun melalui kegiatan Pengembangan Irigasi Perpompaan/Perpipaan di 30 Provinsi dan 254 Kabupaten yang berhasil dikembangkan adalah sebanyak unit atau 99,55 %dari target unit. Berdasarkan target renstra kegiatan Pengembangan perpompaan/perpipaan sebesar unit, telah dilaksanakan kegiatan Pengembangan Perpompaan/Perpipaan pada tahun 2016 sebanyak unit atau baru mencapai 28,25%. Tabel 43. Matrik Capaian Kegiatan & Target Pengembangan Perpompaan/Perpipaan Periode TA Tahun Renstra Target Realisasi % ,691 1, , ,750 - Total 5,441 1, c. Pengembangan Irigasi Rawa Kegiatan Pengembangan Irigasi Rawa dimaksudkan untuk pembangunan, perbaikan dan penyempurnaan jaringan irigasi tersier/kuarter dan bangunan pelengkapnya yang mengalami kerusakan, serta sarana pendukung lainnya yang diperlukan guna meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi sehingga lahan rawa dapat dimanfaatkan secara optimal. Kegiatan pengembangan irigasi rawa merupakan kegiatan baru yang dilaksanakan TA 2016 seluas Ha di Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Pada TA 2016, jumlah luas areal lahan rawa yang jaringan irigasi dibangun/direhabilitasi melalui kegiatan Pengembangan Irigasi Rawa di 2 Provinsi dan 7 Kabupaten adalah sebesar ha atau 75,26 % dari target ha. Untuk kegiatan Pengembangan Irigasi Rawa, besarnya kegiatan dan anggaran yang ditunda bayar/diluncurkan pada Tahun 2017 mencapai seluas ha dengan nilai Rp Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

77 Tabel 44. Matrik Capaian Kegiatan & Taget Pengembangan Perpompaan/Perpipaan Periode TA Renstra Tahun Target Realisasi % ,000 60, , , ,000 - Total 200,000 60, d. Pengembangan Embung/ Dam Parit/ Long Storage Gambar 39. Dam Parit di Desa Manisharjo, Ngrambe, Ngawi Pengembangan Embung/Dam Parit/ Long Storage bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan ketersediaan sumber air di tingkat usaha tani sebagai suplesi air irigasi untuk komoditas Tanaman Pangan dan mengurangi resiko terjadinya kegagalan panen akibat kekeringan pada lahan usaha tani di musim kemarau. Pada TA 2016, jumlah bangunan fisik konservasi air yang berhasil dibangun dalam rangka antisipasi perubahan iklim melalui kegiatan Pengembangan Embung/Dam Parit/Long Storage di 32 Provinsi dan 253 Kabupaten adalah sebanyak unit atau 93,91% dari target 1.909unit. Berdasarkan Renstra , target kegiatan Pembangunan embung/dam parit/long storage sebesar unit, sampai dengan tahun 2016 telah dilaksanakan sebanyak unit atau 54,33 %dari target tersebut. Tabel 45. Matrik Capaian Kegiatan & Taget Pengembangan Embung/Dam Parit/Long Storage Periode TA Tahun Renstra Target Realisasi % ,145 1, Total 4,020 2, Dalam upaya pelaksanaan dan pencapaian kinerja pembangunan prasarana dan sarana pertanian tahun 2016, secara umum masih mengalami berbagai hambatan/kendala, sehingga pencapaian target sasaran strategis belum 100%. Dalam rangka meningkatkan kinerja di tahun mendatang, maka perlu diketahui faktor yang menjadi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

78 pelaksanaan kegiatan tahun 2016 agar dapat disempurnakan untuk kegiatan TA Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : 1) Kendala Administrasi a. Terjadinya perubahan struktur organisasi baik di Pusat maupun di beberapa satker daerah pelaksana kegiatan sehingga terjadi perubahan pejabat pelaksana kegiatan seperti Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara yang menyebabkan kegiatan tidak bisa segera dilaksanakan. b. Adanya perubahan akun sesuai PMK 168/2015 dari Bantuan Sosial menjadi Bantuan Pemerintah, dalam Bantuan Pemerintah kelompok penerima bantuan diharuskan membentuk Unit Pengelola Keuangan dan Kegiatan (UPKK), sehingga memerlukan waktu sosialisasi yang lebih lama dalam rangka pemahaman dan dokumentasi UPKK. c. Pencairan Bantuan Pemerintah bertahap, Tahap I sebesar 70% dan Tahap II sebesar 30% setelah prestasi pekerjaan mencapai 50%. d. Kebijakan anggaran nasional yang mengharuskan adanya penghematan anggaran di tahun berjalan, sehingga mengakibatkan adanya revisi DIPA/POK, relokasi kegiatan, keterlambatan pencairan dana dan tunda bayar/luncuran pada TA ) Kendala Teknis a. Masih terbatasnya basis data sistem pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai dasar penentuan lokasi pengembangan irigasi pertanian. b. Keterbatasan petugas pelaksana kegiatan, secara kuantitas maupun kualitas pada tingkat kabupaten dan provinsi. c. Adanya pengaruh faktor alam (iklim) yang mempengaruhi tahap pelaksanaan kegiatan konstruksi sehingga penyelesaian kegiatan terlambat. d. Adanya realokasi kegiatan antar provinsi dan kabupaten. Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, maka diperlukan upaya tindak lanjut dan tindakan antisipatif ke depan sebagai berikut : 1) Aspek Administratif a. Percepatan pelaksanaan kegiatan dengan koordinasi, sosialisasi dan pembinaan yang lebih intensif. b. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral untuk sinergitas pelaksanaan kegiatan di lapangan. c. Meningkatkan sistim monitoring dengan instrumen yang lebih sesuai untuk pendataan sesuai kebutuhan. d. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk melakukan percepatan Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota. e. Mengoptimalkan sistem pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini. 2) Aspek Teknis a. Melakukan koordinasi lintas kementerian (Kemenko Bidang Perekonomian, Bappenas, Kemen PUPR, Pemda, dan Kementan) untuk Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

79 mensinergikan perencanaan pengelolaan irigasi dalam mendukung swasembada pangan. b. Meningkatkan pembinaan untuk pelaksanaan kegiatan teknis sesuai pedoman yang telah ditentukan dan RUKK yang telah dibuat. Apabila ada perubahan, agar dapat segera merevisi RUKK. c. Meningkatkan persiapan antisipatif terhadap pengaruh iklim dalam pelaksanaan kegiatan, dengan mengatur rencana pelaksanaan seefektif mungkin. d. Dalam pembinaan ke daerah menekankan agar identifikasi calon petani dan calon lokasi dapat dilakukan pada tahun sebelumnya sehingga proses penyelesaian administrasi kegiatan dapat dipercepat. 2. Perluasan Dan Perlindungan Lahan Pertanian Salah satu permasalahan utama dan penting dalam pembangunan pertanian saat ini adalah terjadinya penurunan kondisi sarana dalam prasarana pertanian, terutama menurunnya jumlah lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Penurunan jumlah dan kualitas lahan menyebabkan menurunnya produksi pertanian. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam menangani aspek pengelolaan lahan guna mendukung peningkatan produksi pertanian. Ketersediaan lahan merupakan salah satu faktor utama dan strategis dalam pembangunan pertanian dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional, serta meningkatkan produksi pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan). Pelaksanaan Kegiatan Perluasan dan Perlindungan Lahan dalam rangka pembangunan prasarana dan sarana pertanian dilaksanakan oleh Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan dengan sasaran strategis dan indikator kinerja yang telah ditetapkan seperti tercantum pada tabel sebagai berikut : Tabel 46. Pencapaian/realisasi anggaran dan fisik dari Kegiatan Perluasan dan Perlindungan Lahan Tahun 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

80 No. Fisik Keuangan Pagu Setelah Fisk Keuangan Bloking (Rp) (Ha) (Rp) (Ha) % (Rp) % % stlh bloking 1 Perluasan Sawah 130,867 2,537,369,675,000 2,413,594,611, , ,378,924,366, Kegiatan Optimasi Lahan Pertanian Pra Sertifikasi Lahan Pertanian Target Realisasi 4, ,273,047,000 18,257,139,900 4, ,67 15,490,908,216 72, ,407 16,000,000,000 12,681,327,000 60, ,561,113, a. Perluasan Sawah Perluasan Areal Sawah adalah suatu usaha penambahan luasan/baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan dengan kondisi yang belum dan atau lahan terlantar yang dapat diusahakan untuk usahatani sawah. Upaya penambahan baku lahantanaman pangan melalui perluasan sawah sangat penting dalam upaya mempercepat Gb 40.Cetak Sawah pencapaian surplus beras dan swasembada beras berkelanjutan. Pada TA. 2016, pembangunan fisik perluasan sawah dilaksanakan dengan pola swakelola dengan instansi pemerintah lainnya yaitu Direktorat Zeni dan Komando Daerah Militer TNI Angkatan Darat. Komponen kegiatan perluasan sawah yang dibiayai melalui anggaran tersebut terdiri ; (1) Pelaksanaan Kegiatan Perluasan Sawah, (2) Operasional Kegiatan Perluasan Sawah, (3) Dokumen Lingkungan, (4) Pengawasan Kegiatan Perluasan Sawah, dan (5) Bantuan saprodi Mendukung Kegiatan Perluasan Sawah. Realisasi kegiatan perluasan sawah sampai dengan akhir tahun anggaran 2016 mencapai ha dari target seluas Ha (98,65). Secara fisik, pelaksanaan kegiatan perluasan sawah masih terus berjalan, sehingga sampai batas waktu penyusunan pelaporan ini, target penyelesaian fisik tidak dapat tercapai100 % yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1) Hasil SID yang dijadikan acuan untuk pelaksanaan konstruksi cetak sawah masih kurang akurat. 2) Penetapan CP/CL belum sepenuhnya mengikuti ketentuan dalam pedoman teknis, sehingga masih ada beberapa lokasi mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

81 3) Penyelesaian pengerjaan fisik terlambat, hal ini dikarenakan kurangnya ketersediaan alat berat, sulitnya mobilisisasi alat berat ke lokasi, terutama lokasi yang terletak di daerah kepulauan, faktor terjadinya banjir, serta beberapa lokasi yang mempunyai vegetasi sangat berat. 4) Sawah yang sudah selesai dicetak tidak bisa segera ditanami, hal ini disebabkan antara lain kondisi lokasi yang terkena banjir, kebiasaan petani yang tidak mau melakuknan pertanaman diluar kebiasaan musim tanam di wilayah setempat. 5) Masih ada beberapa lokasi yang terdapat tumpukan sisa land clearing dan masih berada di lokasi sawah. b. Optimasi Lahan Pertanian Luas Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa Terpadu Tahun 2016 mencapai 4.279,5 ha dari target 4.779,5 ha (89,53%). Realisasi fisik dan keuangan tidak dapat mencapai 100% disebabkan oleh :(1) Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mendapatkan alokasi kegiatan seluas 500 ha direvisi menjadi 480,5 ha namun tidak dapat melaksanakan kegiatan karena lokasi tergenang banjir, sehingga dana yang sudah masuk ke rekening kelompok tani dikembalikan ke kas negara, (2) Kabupaten Banyuasin sampai dengan bulan Desember ini masih dalam tahap penyelesaian kegiatan fisik. Terlambatnya pengerjaan fisik di lapangan disebabkan karena tertundanya pencairan anggaran akibat revisi DIPA. c. Pra Sertifikasi Lahan Pertanian Kegiatan Pra Sertifikasi lahan pertanian dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Tahun 2016 yaitu tercapainya jumlah bidang tanah petani yang di pra sertifikasi dengan target 80,000 paket dengan alokasi anggaran Rp ,-. Selanjutnya target tersebut mengalami perubahan karena kebijakan penghematan anggaran menjadi paket dengan anggaran Rp ,-. Realisasi kegiatan pra sertifikasi lahan pertanian Tahun 2016 berdasarkan pagu revisi sebesar Rp ,- atau sebesar 91,17 %. Sedangkan realisasi fisik sudah mencapai paket atau 95,21 %. d. RPP Jaminan Perlindungan Lahan Pertanian Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian merupakan salah satu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Bidang Perekonomian yang dipantau oleh Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk : a. menghindari rataan dan ketimpangan distribusi kepemilikan lahan, b. memberikan jaminan luasan lahan untuk usaha tani dan c. memberikan kemudahan bagi petani memperoleh tanah negara bebas yang diperuntukkan atau ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian dan lahan terlantar yang potensial sebagai lahan pertanian. Dengan penetapan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

82 RPP ini diharapkan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya berkewajiban menetapkan sumber daya lahan pertanian melalui konsolidasi lahan pertanian (pengendalian alih fungsi lahan pertanian, pemanfaatan lahan pertanian yang terlantar) dan jaminan luasan lahan pertanian. Pencapaian RPP Jaminan Perlindungan Lahan Pertanian Tahun 2016 yaitu : telah terbitnya hasil harmonisasi RPP tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian melalui surat Kementerian Hukum dan HAM No. PPE.PP.C tanggal 23 Desember 2016 dan telah disampaikan kepada Presiden RI melalui Sekretariat Negara sesuai Surat Menteri Pertanian RI No. 188/SR.010/M/12/2016 tentang RPP Jaminan Luasan Lahan Pertania. e. Inventarisasi Lahan Pertanian Kegiatan inventarisasi lahan pertanian dimaksudkan untuk mengumpulkan data lahan pertanian baik sawah maupun non sawah yang bersumber dari instansi terkait di daerah. Data yang telah terkumpul yaitu data luas tanam, data produksi, data luas lahan pertanian yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Data luas lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang sudah diperdakan ataupun belum berdasarkan dari RTRW Dinas Bappeda. 3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian Alat dan mesin pertanian merupakan sarana yang penting untuk mendukung peningkatan produksi, mutu hasil dan pendapatan petani. Peran alat dan mesin pertanian menjadi sangat penting dengan meningkatnya luas areal tanam, areal panen dan produksi pertanian serta tuntutan pemanfaatan teknologi mekanisasi pertanian, maka kebutuhan alat dan mesin pertanian Gambar 41. Mentan di Lampung, terus meningkat. Untuk itu, masih di perlukan dukungan kebijakan pemerintah dalam fasilitasi alat dan mesin pertanian. Pada Tahun 2016, dukungan anggaran terbagi atas dana Satker Pusat dan dana Satker Dekon/TP. Dari dana Pusat digunakan untuk mendukung kegiatan Belanja Alat Dan Mesin Pertanian, fasilitasi Bantuan Alat Dan Mesin Pertanian dan Layanan Perkantoran, sedangkan dana Satker TP Provinsi digunakan untuk mendukung kegiatan Belanja Alat Dan Mesin Pertanian, Pendampingan TNI AD, Supervisi, dan Pembinaan Aspek Alsintan. Realisasi pencapaian kinerja penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian dana Satker Pusat tahun 2016 adalah sebagai berikut : Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

83 Tabel 47. Matrik Capaian Realisasi Fisik Penyediaan Bantuan Alsintan Satker Pusat TA Periode : S/D 31 Desember 2016 (Dalam Rp. 000) Nama Kegiatan VOLUME Awal VOLUME Blokir VOLUME SETELAH BLOKIR REALISASI % Thd Volume Awal % Volume Blokir Alsintan Pusat ,71 100,00 1. TR ,90 100,00 2. TR ,68 100,00 3. Pompa Air ,16 100,00 4. Rice Transplanter ,57 100,00 5. Excavator ,00 100,00 6. Handsprayer ,00 100,00 7. Tray ,89 100,00 Pencapaian kinerja realisasi fisik Direktorat Alat dan Mesin Pertanian dana satker TP Provinsi khususnya penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian adalah sebesar 100%. Selain Alsintan yang diadakan di Pusat dilakukan juga pengadaan di Daerah sebanyak unit yang terdiri dari Traktor Roda 2 sebanyak unit, Pompa Air sebanyak unit dan Rice Transplanter sebanyak unit. Penyediaan Alsintan tersebut sudah terealisasi seluruhnya (100%). Dukungan penggunaan alsintan saat ini sangat diperlukan mengingat kondisi sektor pertanian di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan semakin terbatasnya ketersediaan tenaga kerja, khususnya di daerah perdesaan. Pengurangan jumlah rumah tangga petani dan tingginya arus urbanisasi, ditambah dengan perubahan iklim yang Gambar 42. Mentan di Jawa Barat terjadi menyebabkan pola dan sistem budidaya semakin tidak teratur sehingga membutuhkan waktu pengelolaan yang semakin cepat. Diharapkan fasilitasi bantuan alsintan dapat meningkatkan mutu pengolahan tanah; peningkatan Indeks Pertanaman (IP); efisiensi biaya produksi; penyelamatan kehilangan hasil; peningkatan mutu hasil; dan peningkatan pendapatan petani. Hasil kajian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Kementerian Pertanian telah menunjukkan bahwa alsintan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak nyata terhadap peningkatan produksi komoditas padi. Artinya jika kita memberikan bantuan penyediaan alsintan kepada petani padi maka diyakini akan mampu memberikan kontribusi pada peningkatan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

84 produksi padi. Bentuk dukungan alsintan terhadap peningkatan produksi padi adalah sebagai berikut: 1) Dukungan Terhadap Peningkatan Intensitas Pertanaman dan Efisiensi Tenaga kerja Dukungan alsintan memungkinkan terjadinya peningkatan efisiensi tenaga kerja dan Intensitas Pertanaman (IP). Pemanfaatan alsintan secara optimal lebih jauh akan membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi seperti menurunnya pertumbuhan produksi tanaman pangan, produktivitas lahan dan meningkatnya alih fungsi lahan. Selain traktor, dukungan pompa irigasi memungkinkan terjadinya perubahan pola tanam (intensitas pertanaman) dari 1 kali setahun menjadi 2 kali atau lebih dalam setahun. Selain dapat memecahkan permasalahan kelangkaan air, pompa air irigasi sekaligus dapat meningkatkan kesempatan kerja, karena bertambahnya jumlah areal tanam per tahun. Dalam hal ini, efisiensi yang dilakukan pompa dapat berupa penghematan jumlah air atau tenaga kerja yang digunakan untuk usaha tani, atau dapat pula berupa peningkatan indeks pertanaman (IP) yaitu dengan semakin meningkatnya jumlah frekuensi tanam per tahun per satuan luas dan waktu. 2) Dukungan Terhadap Upaya Menekan Urbanisasi/Meningkatkan Daya Tarik Bekerja di Sektor Pertanian Dewasa ini SDM pertanian di pedesaan mengalami penurunan sehingga perlu upaya menarik tenaga potensial pedesaan untuk tidak keluar (urban) dari desa/daerah masing-masing dan bekerja di sektor pertanian. Alsintan merupakan salah satu dari upaya tersebut. Jika upaya sosialisasi alsintan tidak dilakukan, maka tidak tertutup kemungkinan pada waktu mendatang akan terjadi kesulitan dalam mencari tenaga kerja pedesaan ini. 3) Dukungan Terhadap Upaya Menekan Biaya Produksi Efisiensi sebagai akibat penggunaan alsintan dalam proses produksi akan menurunkan biaya produksi per satuan luas dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Mengingat strategisnya peranan alsintan dalam memberikan dukungan pada tercapainya sasaran pembangunan pertanian secara luas, maka untuk meningkatkan kemampuan pencapaian sasaran produksi tanaman pangan, maka langkah operasional kebijakan pengembangan alsintan pra panen di Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan alsintan pengolahan lahan (traktor roda 2 dan traktor roda 4), rice transplanter, dan pompa air. Kebijakan pengadaan alsintan oleh pemerintah dilakukan melalui dana/anggaran yang berasal dari APBN (Dana Pusat dan Tugas Pembantuan) dan APBD. Selain itu pengadaan juga dapat melalui cara swadaya dan kerjasama dengan swasta. Agar pengadaan, peredaran, dan penggunaan alsintan oleh petani dapat mengarah kepada alsintan yang berkualitas dan sesuai dengan Standar Nasional (SNI), maka ditetapkan Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran, dan Penggunaan Alsintan melalui Permentan No. 65/Permentan/OT.140/12/2006 yang selanjutnya Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

85 ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah (Bupati/Walikota) untuk menetapkan petugas pengawasnya. Dalam menyusun kebutuhan alsintan dilakukan melalui perhitungan estimasi kontribusinya terhadap peningkatan produksi padi. Misalnya penggunaan traktor roda 2 diasumsikan memiliki kontribusi terhadap peningkatan IP sebesar 34% sd 41%. Sedangkan pompa air diasumsikan memiliki kontribusi terhadap peningkatan IP sebesar 24% sd 28%. Dengan menghitung alsintan yang tersedia (existing) dan luas cakupan (coverage area) maka akan diketahui berapa besar kontribusi alsintan terhadap produksi padi. Asumsi kontribusi traktor roda 2 dan pompa air terhadap produksi padi adalah sebagai berikut: Tabel 48. Kontribusi Alsintan Terhadap Pencapaian Surplus Beras Tahun No TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air 1 Ketersediaan alsintan (unit) Luas cakupan (ha) Kontribusi Peningkatan IP 0,34 0,24 0,35 0,25 0,37 0,26 0,39 0,27 0,41 0, URAIAN TAHUN 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Kontribusi Thd Produksi (ton beras) Produksi Nasional (ton beras) Kontribusi (%) 19,47 13,83 19,88 13,99 20,25 14,12 20,55 14,23 20,81 14,30 Sumber Data : Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, 2016 Sebagai gambaran kondisi Alsintan di Indonesia (existing) berdasarkan bantuan alsintan dari APBN dari tahun 2011 sd 2016 seperti pada Tabel berikut : Tabel 49. Matrik Bantuan Alsintan dari APBN Tahun 2011 s.d 2016 TAHUN N0 JENIS ALSINTAN TOTAL APBN KTNGENSI REFOC APBNP 1 Traktor Roda Pompa Air Traktor R4 TP Traktor R4 Bun Rice Trans Chopper Cultivator JUMLAH Sumber Data : Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen PSP 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

86 4. Fasilitasi Pupuk Dan Pestisida Pengembangan dan penyediaan prasarana dan sarana pertanian pada aspek pupuk dan pestisida adalah : a. Memfasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga). b. Meningkatkan pengawasan atas penyediaan, penyimpanan dan penggunaan pupuk dan pestisida. c. Meningkatkan pelayanan pendaftaran pupuk dan pestisida. d. Mendorong peran serta masyarakat dan stakeholder terkait dalam penyediaan dan pengawasan pupuk dan pestisida. Kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di lini IV. Sasaran kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi adalah diterapkannya pemupukan berimbang spesifik lokasi di tingkat petani, untuk mendukung peningkatan produktivitas dan produksi serta memperbaiki kualitas hasil komoditas pertanian. Pupuk yang disubsidi adalah Urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk organik yang diproduksi oleh BUMN Pupuk dengan rincian jumlah pupuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 60/Permentan/SR.310/12/2015 tanggal 3 Desember 2015 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggara 2016 dan perubahannya Nomor 59/Permentan/SR.310/12/2016 tanggal 2 Desember 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor60/Permentan/SR.310/12/2015 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016 dan penganggaran sesuai DIPA Pupuk Bersubsidi adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel 50. Alokasi dan HET Pupuk Bersubsidi Tahun 2016 PERMENTAN No. 60/Permentan/SR.310/12/2015 Tanggal 3 Desember 2015 JENIS PUPUK ALOKASI (ton) JENIS PUPUK ALOKASI (ton) ANGGARAN sesuai DIPA Nomor : SP DIPA /2016 PUPUK (Rp) UREA 4,100,000 UREA 4,140,472 12,144,462,794,000 SP ,000 SP ,000 3,173,935,082,000 ZA 1,050,000 ZA 1,050,000 2,264,835,252,000 NPK 2,550,000 NPK 2,700,000 11,380,952,738,000 ORGANIK 1,000,000 ORGANIK 779,528 1,099,007,684,000 JUMLAH 9,550,000 JUMLAH 9,550,000 30,063,193,550,000 Sumber: Ditjen PSP, 2016 PERMENTAN No. 59/Permentan/SR.310/12/2016 Tanggal 2 Desember 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

87 Capaian penyerapan pupuk subsidi tahun 2016 adalah sebesar 96,31 % atau tersalurkan sebanyak ton. Tabel 51. Capaian penyerapan pupuk subsidi tahun 2016 KEGIATAN FISIK KEUANGAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % * Pupuk Bersubsidi (Ton) 9,550,000 9,197, ,063,193,551,000 26,853,260,074, Pupuk Urea 4,140,472 4,024, ,144,462,794,000 10,674,063,958, Pupuk SP36 880, , ,173,935,082,000 2,934,115,262, Pupuk ZA 1,050,000 1,001, ,264,835,252,000 1,986,294,162, Pupuk NPK 2,700,000 2,643, ,380,952,738,000 10,409,351,954, Pupuk Organik 779, , ,099,007,684, ,434,736, Sumber: Ditjen PSP, 2016 Kontribusi kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi bagi peningkatan produksi padi adalah jaminan ketersediaan pupuk yang dapat menjaga/meningkatkan produktivitas padi di areal sawah yang mendapatkan pupuk. Capaian penyerapan pupuk subsidi tahun 2016 lebih besar bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 dan Penyerapan pupuk subsidi tahun 2014 dan 2015 masing-masing ton dan ton. Setiap tahun, Menteri Pertanian perlu menetapkan Kebutuhan dan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi di setiap tahunnya. Draft Peraturan Menteri Pertanian TA dalam proses pengajuan untuk mendapat penetapan lebih lanjut. Dalam draft tersebut kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2017 diusulkan sebanyak ton yang terdiri dari Pupuk Urea sebanyak ton; Pupuk SP-36 sebanyak ton; Pupuk ZA sebanyak ton; Pupuk NPK sebanyak ton dan Pupuk Organik sebanyak ton. Kegiatan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) Mendukung Desa Organik Kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) mendukung desa organik merupakan kegiatan bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat tani sebagai salah satu upaya memperbaiki kesuburan lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Diharapkan dengan adanya bantuan pemerintah berupa Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), petani dapat memproduksi dan menggunakan pupuk organik insitu secara optimal. Bantuan yang diberikan dalam kegiatan UPPO antara lain bangunan rumah kompos, bak fermentasi, alat Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

88 pengolah pupuk organik (APPO), kendaraan roda 3, bangunan kandang ternak komunal, ternak sapi dan bantuan pakan selama 6 bulan. Pembangunan UPPO diarahkan pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran ternak/limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada kawasan sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternakan. Pada tahun 2016 target untuk pembangunan UPPO adalah 575 unit yang tersebar di 25 provinsi, 158 kabupaten. Secara fisik dan keuangan telah berhasil dengan capaian 100%. Tabel 52. Capaian UPPO tahun Realisasi Kegiatan UPPO Sumber: Ditjen PSP, 2016 Kontribusi dari kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) adalah memenuhi kebutuhan pupuk organik insitu oleh dan untuk petani, utamanya untuk mendukung kegiatan SRI di lokasi setempat atau masyarakat sekitarnya. Selain itu juga menyediakan fasilitasi terpadu untuk pengolahan bahan organik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) menjadi kompos (pupuk organik), memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian serta melestarikan sumberdaya lahan pertanian dan lingkungan. 5. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian Sektor pertanian memiliki potensi yang besar dalam memberikan kontribusi pembangunan nasional. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan adanya dukungan aspek pembiayaan yang berasal dari beberapa sumber permodalan/pembiayaan sehingga tercapai tujuan pembangunan pertanian yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam melaksanakan usaha taninya adalah kesulitan dalam akses terhadap sumber-sumber atau fasilitasi pembiayaan serta keterbatasan lembaga sosial ekonomi yang mampu menyediakan modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani. Kegiatan utama yang dilaksanakan antara lain: (1) Fasilitasi pengembangan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan, (2) Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintan mengenai Unit Khusus Pertanian, (3) Peningkatan kemampuan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A), dan (4) Pelaksanaan asuransi pertanian. Pencapaian sasaran kegiatan diukur melalui Peningkatan Fasilitasi Pembiayaan, Pemberdayaan Kelembagaan, dan Permodalan Pertanian, serta Peningkatan Perlindungan terhadap Resiko yang menjadi tanggungjawab Direktorat Pembiayaan. Pencapaian sasaran kegiatan Fasilitasi Pembiayaan yaitu meningkatnya fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

89 peningkatan perlindungan terhadap risiko gagal panen melalui asuransi pertanian diukur berdasarkan indikator jumlah asuransi pertanian dan jumlah asuransi ternak sapi. a. Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Pada tahun 2016, capaian jumlah asuransi pertanian (AUTP) sesuai target dalam perjanjian kinerja tercapai selus Ha dari target seluas Ha (100%). Sedangkan capaian setelah pemblokiran (selfblocking) adalah seluas Ha dari target Ha (125%). Capaian jumlah asuransi pertanian tahun 2016 seluas Ha bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 seluas ,55 Ha, mengalami peningkatan sebesar Ha atau 114,13%. Pencapaian kinerja jumlah asuransi pertanian secara umum berhasil, namun dalam pelaksanaan asuransi pertanian (AUTP) di lapangan, beberapa kendala dan permasalahan masih ditemukan selama proses pelaksanan kegiatan, sebagai berikut : Tidak adanya dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk mengawal program asuransi pertanian Petugas Propinsi/Kabupaten Kota belum memfokuskan program asuransi pertanian sebagai program utama yang penting dalam upaya perlindungan terhadap petani Petani belum sepenuhnya memahami manfaat dari program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), sehingga belum banyak petani yang menjadi peserta AUTP secara sukarela. Terbatasnya tenaga/petugas, baik di Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota, termasuk tenaga/petugas dari PT. Jasindo yang menangani pelaksanaan program AUTP Untuk itu telah dilakukan upaya tindak lanjut sebagai berikut : Mengusulkan penyediaan dana operasional di Propinsi/Kabupaten/ Kota untuk pengawalan pelaksanaan program asuransi pertanian di TA Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi tentang peningkatan pemahaman bagi para Petugas di Propinsi/Kabupaten Kota sehingga menempatkan program asuransi pertanian sebagai program utama yang penting dalam upaya perlindungan petani Mendorong Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menambah petugas pelaksana program AUTP Meningkatkan sosialisasi melalui media cetak, elektronik dan sosialisasi secara langsung melalui pertemuan sampai tingkat desa. Mendorong Jasindo untuk menambah petugas yang membantu pelaksanaan AUTP. Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat mendampingi dan memberikan pemahaman terkait teknis pertanian. Capaian Jumlah Asuransi Pertanian tahun 2016 yaitu seluas Ha bila dibandingkan dengan target jangka menengah seluas Ha, maka Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

90 baru mencapai 8,33% dan masih terdapat kekurangan seluas Ha yang harus terwujudkan di periode ke depan. Untuk pencapaian kekurangan target jangka menengah, maka pada tahun 2016 selalu dilakukan pendampingan oleh petugas pusat, daerah dan pihak Jasindo dalam rangka sosialisasi dan percepatan pelaksanaan kegiatan AUTP. Kontribusi dari kegiatan asuransi pertanian dalam mendukung program swasembada pangan adalah mitigasi gagal panen seluas Ha melalui pembayaran premi asuransi gagal panen seluas Ha. b. Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) Pada tahun 2016, capaian jumlah asuransi ternak sapi sesuai target dalam perjanjian kinerja tercapai sejumlah ekor dari target sejumlah ekor (100%). Kegiatan asuransi ternak sapi merupakan program baru yang dilaksanakan sebagai bagian dari program kegiatan prasarana dan sarana pertanian pada tahun 2016.Walaupun pencapaian kegiatan ini mencapai 100%, namun beberapa kendala dan permasalahan masih ditemukan dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah tidak adanya dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk mengawal program asuransi usaha ternak sapi. Untuk itu telah dilakukan upaya mengusulkan dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung pembinaan, pendampingan, dan pengawalan program asuransi ternak sapi di TA Kontribusi dari kegiatan asuransi ternak sapi adalah mendukung program swasembada daging melalui mitigasi terjadinya kerugian peternak sapi akibat hal-hal yang diluar kendali petani/peternak untuk ternak sejumlah ekor sapi melalui pembayaran premi asuransi ternak sapi. Pengembangan Pembiayaan Program Pertanian melalui Kredit Program (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu skema kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi yang diberikan kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak termasuk sektor pertanian, namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Skema kredit ini disalurkan oleh Bank maupun Lembaga Keuangan bukan Bankyang ditunjuk, dengan pola penjaminan, yang dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah, lembaga penjamin dan perbankan, dengan imbal jasa penjaminan disediakan Pemerintah. Pada tahun 2016 Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp. 100 Triliun untuk program KUR termasuk untuk sektor pertanian di dalamnya. Untuk sektor pertanian, alokasi program KUR tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemberian kredit kepada Usaha Mikro dan retail yang menjalankan usaha di sektor pertanian. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

91 Realisasi penyaluran KUR sektor pertanian per Desember tahun 2016 oleh perbankan sebesar Rp. 16,36 Trilyun atau 17% dari target keseluruhan KUR sebesar Rp. 100 trilyun. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 dimana realisasi penyaluran KUR sektor pertanian dan kehutanan tercapai sebesar Rp. 9,38 Trilyun, maka capaian realisasi KUR sektor pertanian tahun 2016 ini meningkat sebesar 6,98% dari tahun Rendahnya realisasi KUR sektor pertanian ini disebabkan oleh beberapa hal berikut : 1) Luas kepemilikan lahan pertanian yang kecil dan petani kebanyakan merupakan petani gurem 2) Belum terakomodirnya masa tenggang waktu (grace period) untuk pengembangan usaha di sektor peternakan dan perkebunan, yang nantinya akan berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 3) Adanya program kredit sejenis yang dikeluarkan oleh Bank dengan bunga yang lebih rendah 4) Proses approval dari Kementerian Keuangan terhadap calon debitur yang didaftarkan melalui SIKP online sering memakan waktu lama. 5) Kodefikasi terhadap usaha tani yang tersedia dalam sistim SIKP relative sempit, sehingga pengelompokan usaha tani dari calon debitur dimasukkan dalam sektor perdagangan. Kontribusi kegiatan kredit program melalui KUR dalam dukungan sawsembada pangan adalah membantu permodalan petani/peternak melalui subsidi suku bunga dalam menjalankan usaha pertaniannya. Apabila kredit diterima tepat waktu maka dampaknya dapat membantu meningkatkan produktivitas usaha tani yang dilaksanakan. Pengembangan Pembiayaan Program Pertanian Melalui Penyusunan RPP Unit Khusus Pertanian Permodalan sebagai elemen penting dalam pembangunan pertanian, masih terbatas ketersediaannya oleh pemerintah, di sisi lain dukungan lembaga perbankan masih rendah rata-rata setiap tahun hanya sekitar 5% membiayai sektor pertanian. Persoalan mendasar yang dihadapi petani dalam akses permodalan kepada lembaga perbankan masih rendah karena perbankan menerapkan azas prudential (character, capital, condision, capacity dan collateral/ 5C). Prinsip 5C sulit dipenuhi petani subsistence di pedesaan yang tidak memiliki sertifikat sebagai jaminan dan sebagian tidak memiliki lahan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berusaha di bidang pertanian, di sisi lain tidak tersedianya Bank Pertanian maka Pemerintah berupaya menciptakan payung hukum guna melindungi dan memberdayakan petani melalui UU No. 19 tahun 2013 pasal 87. Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1992 pasal 5 juncto Undang-undang No. 10 tahun 1998 tercantum Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut agar dapat dapat dilaksanakan secara operasional perlu pengaturan lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

92 Dasar pelaksanaan penyusunan RPP Unit Khusus Pertanian, sebagai berikut 1) Surat Mensesneg No. B-681/M.Sesneg/D-4/PU.02/07/2014 Tanggal 4 Juli 2014 Perihal Persetujuan untuk menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Unit Khusus Pertanian serta Prosedur Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Usaha Tani; 2) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1018/Kpts/OT.160/10/2014 Tanggal 2 Oktober 2014 tentang Pembentukan Tim Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Unit Khusus Pertanian serta Prosedur Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Usaha Tani sebagai Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani; 3) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 360/Kpts/HK.000/5/2016 tentang Program Legislasi Pertanian Tahun 2016 Tanggal 31 Mei 2016 bahwa Ditjen PSP menjadi Penanggung Jawab Pembentukan Unit Khusus Pertanian; Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pembentukan Unit Khusus Pembiayaan merupakan salah satu Target Kantor Staf Presiden (KSP) Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan melaksanakan satu program yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Madyarakat. Kegiatan didalamnya meliputi tiga kegiatan utama, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan; dan (3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; Pagu Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 awal sebesar Rp 705,86 Miliar dan setelah revisi penghematan menjadi Rp 671,86 Miliar. Dalam rangka penghematan anggaran, sesuai Inpres Nomor 8 Tahun 2016, tanggal 26 Agustus 2016, terdapat anggaran yang tidak dapat dicairkan (self blocking) sebesar Rp 34 Miliar. Realisasi anggaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat pada posisi 31 Desember 2016 telah mencapai 95,05%, sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel 53. sebagai berikut. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

93 Tabel 53. Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan Per Kegiatan Tahun 2016 No Kegiatan Pagu Anggaran (Rp. milyar) Realisasi (Rp. milyar) Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan 193,19 184,35 95,42 Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 244,40 228,99 93,69 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 149,45 144,33 96,57 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya 84,91 80,92 95,30 % Total 671,86 638,58 95,05 Sumber: BKP, 2016 Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan kegiatan utama tersebut: 2. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Pada tahun 2016, Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan meliputi kegiatan peningkatan ketersediaan pangan yang beragam dan penurunan jumlah penduduk rawan pangan. Keberhasilan dari peningkatan ketersediaan pangan yang beragam dapat diukur melalui skor PPH Ketersediaan dan Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan. a. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2014 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan minimal kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari untuk protein. Ketersediaan energi selama kurun waktu sudah jauh di atas rekomendasi WNPG X tahun 2012 dengan rata rata kkal/kapita/hari. Secara nasional, ketersediaan energi dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

94 Tabel 54. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani * K e t Kerangan : * NBM 2016 Perkiraan Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP). Kementerian Pertanian Skor PPH Keters ediaa n Berdasarkan tabel 54 ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,6 persen per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar karena adanya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan energi secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan pangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk diekspor. Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 89,91 gram/kapita/hari. Namun ketersediaan protein tersebut mengalami penurunan rata-rata 1 persen per tahun. Upaya dalam peningkatan ketersediaan protein antara lain : (1) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya peningkatan produksi komoditas yang mengandung protein nabati dan hewani, (2) sosialisasi dan promosi terkait dengan ketersediaan protein di tingkat rumah tangga. Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan hewani memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok pangan hewani. Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan. Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun menunjukkan skor rata-rata 88,09 dengan kecenderungan meningkat rata-rata 0,5 % per tahun. Skor PPH tingkat ketersediaan dari NBM tahun 2016 adalah 85,24, apabila dibandingkan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

95 4,48. Penurunan tersebut disebabkan oleh: (1) mulai tahun 2014 perhitungan angka PPH ketersediaan telah menggunakan angka ketersediaan energi kkal/kapita/hari sesuai dengan rekomendasi WNPG X tahun sebelumnya angka ketersediaan energi kkal/kap/hari; (2) pemindahan kandungan gizi komoditas rumput laut yang sebelumnya masuk ke dalam kelompok hewani. di masukan ke kelompok nabati. Untuk mencapai keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan adalah menigkatkan ketersediaan kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah. b. Ketersediaan Pangan Strategis Ketersediaan pangan strategis sangat diandalkan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Pangan strategis dapat diartikan sebagai pangan yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Komoditas pangan strategis terdiri dari beras, jagung, kedelai, gula pasir, cabai, bawang merah, daging sapi. Komoditas-komoditas ini dibutuhkan setiap saat dan sangat penting perannya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Kurangnya ketersediaan bahan pangan strategis dan gejolak harga yang tidak wajar sangat mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan pangan strategis diperlukan upaya-upaya khusus dalam kegiatan budidaya, pasca panen maupun distribusinya. Tabel. 55 berikut menggambarkan kemampuan produksi nasional dalam memenuhi ketersediaan pangan strategis pada tahun 2015 dan Tabel 55. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun *) No Komoditas Produksi (000 ton) Ketersediaan Bahan Makanan (000 ton) Produksi Ketersediaan (000 ton) Produksi terhadap Ketersediaan (%) Beras Jagung Kedelai (1.851) 34 4 Gula Pasir (3.599) 41 6 Cabai (72) 96 7 Bawang Merah Daging Sapi (26) 94 Catatan: *) Angka Sementara Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

96 Produksi dalam negeri maupun dari impor dimanfaatkan juga untuk berbagai kebutuhan seperti pakan, bibit dan diolah untuk industri. Sedangkan ketersediaan bahan makanan sudah termasuk impor dan setelah dikurangi ekspor. Untuk ketersediaan komoditas beras, jagung dan bawang merah, seluruhnya bersumber dari produksi dalam negeri. c. Penurunan Penduduk Rawan Pangan Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan masalah yang berkaitan dengan pencapaian pembangunan dan kesejahteraan suatu wilayah. Tingkat perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori kurang dari 1400 kkal (70 persen AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun ditunjukkan pada gambar 43. Gambar 43. Perkembangan Kerawanan Pangan di Indonesia Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun Keterangan: Sangat rawan : Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG, Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

97 Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada grafik diatas terlihat bahwa penduduk rawan pangan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejak tahun Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan, Lumbung Pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-kantong kerawanan pangan tingkat wilayah. FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periodepengambilan data setiap 2-3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara periodik (bulanan) dan terus menerus. Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan rawan pangan, salah satu kegiatan yang dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan adalah Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri Pangan. Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari desadesa atau kampung-kampung terpilih (terdiri dari 5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat miskin di daerah rawan pangan menjadi kaum mandiri. Tujuan umum kegiatan KMP adalah mewujudkan ketahanan pangan masyarakat berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan. Secara keprograman, kegiatan KMP dilaksanakan melalui 5 tahapan yang meliputi: Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian dan Keberlanjutan (Exit Strategy). Untuk mendukung kegiatan pemberdayaan dalam KMP maka dialokasikan dana bantuan sosial bansos/bantuan pemerintah (banper) serta anggaran pembinaan dan pendampingan bagi daerah. Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dimulai pada tahun 2013 di Kawasan Perbatasan, Kepulauan dan Papua-Papua Barat yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan perekonomian kawasan adat di Papua-Papua Barat; (2) mengembangkan perekonomian kawasan perbatasan antar negara; dan (3) mengembangkan cadangan pangan masyarakat kawasan kepulauan. Perkembangan Kawasan Mandiri Pagan dapat dilihat pada tabel 56. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

98 Tabel 56. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun Tahun Total Rata-rata/ tahun Bansos/Banper (juta) Penerima Manfaat Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Sasaran kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di tahun 2016 berada di 192 kawasan di 145 Kabupaten/Kota pada 31 Provinsi yang terdiri dari 107 Kawasan Kepulauan, Perbatasan, Papua dan Papua Barat serta 85 KMP. Beberapa usaha yang sudah dijalankan Kawasan Mandiri Pangan adalah pengadaan saprodi, dagang hasil bumi, simpan pinjam, pembuatan produk turunan pertanian, penggemukan ternak dan masih banyak lagi usaha yang bertujuan sebagai sumber pendapatan anggota kelompok. Sumber penghasilan ini dipergunakan sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk pelaksanaan kegiatan KMP tahun 2016 (yakni KMP yang dimulai pada tahun 2015) terdapat perbedaan antara target dan capaian, dimana target pelaksanaan KMP diawal tahun 2016 adalah sebanyak 192 kawasan dan terealisasi sebanyak 181 kawasan atau 94,27 persen (yang terdiri dari 103 Kawasan Kepulauan. Perbatasan, Papua dan Papua Barat dan 78 KMP di provinsi lainnya). 3. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Pada tahun 2016, Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan meliputi kegiatan stabilisasi harga pangan strategis, penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), Cadangan Pangan Pemerintah, dan Toko Tani Indonesia (TTI). Pelaksanaan dari kegiatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Stabilisasi Harga Pangan strategis Salah satu permasalahan di dalam permbangunan ketahanan pangan adalah distribusi pangan dari daerah sentra produksi ke konsumen yang belum optimal. Masalah jaringan distribusi pangan seringkali menjadi penyebab ketidaklancaran pasokan pangan khusus pada daerah-daerah defisit pangan yang wilayahnya sulit dijangkau. Jaringan distribusi dan perdagangan antar pulau menjadi sangat penting perannya dalam perdagangan hasil pertanian, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Kondisi ini tentu akan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

99 memicu terjadinya gejolak harga pangan. Perkembangan harga pangan strategis perlu dimonitor setiap saat mengingat komoditas tersebut merupakan kebutuhan pangan pokok mayoritas masyarakat Indonesia dan banyak dibudidayakan oleh mayoritas petani Indoensia. Terganggunya kondisi ketersediaan, pasokan dan harga pangan strategis dapat mempengaruhi berbagai aspek, baik ekonomi, politik, maupun ketahanan nasional. Pangan strategis tersebut antara lain beras, jagung, kedelai, bawang merah, dan cabai merah. Perkembangan harga pangan strategis di tingkat produsen dapat dilihat pada tabel.. Tabel 57. Harga Pangan Di Tingkat Produsen Dan Bahan Pangan Strategis Di Tingkat Konsumen Tahun 2016 Harga Komoditas Pangan Strategis (Rp/Kg) Bulan Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan Harga Beras Medium di Penggilingan Jagung Pipilan Kering (JPK) di Petani Kedelai Biji Kering (KBK) di Petani Bawang Merah di Petani Cabai Merah Keriting di Petani Jan 4,659 5,548 8,992 3,937 7,092 22,065 Feb 4,555 5,441 9,018 4,054 7,367 19,783 Mar 4,196 5,187 8,809 3,573 6,765 28,179 Apr 4,057 5,077 8,620 3,441 6,634 15,525 May 4,104 5,074 8,598 3,460 6,741 19,835 Jun 4,135 5,032 8,572 3,431 6,673 20,328 Jul 4,168 5,087 8,709 3,439 6,528 23,764 Aug 4,226 5,119 8,673 3,465 6,528 23,351 Sep 4,240 5,111 8,554 3,509 6,660 27,348 Oct 4,281 5,154 8,651 3,469 6,511 27,943 Nov 4,305 5,173 8,706 3,480 6,523 36,938 Dec 4,292 5,236 8,754 3,567 6,842 30,150 25,77 22,28 27,26 15,97 28,27 22,62 23,16 25,31 27,14 34,42 32,64 40,87 Pokok- Rata- Rata Maksi mal Minim al 4,268 5,187 8,721 3,569 6,739 24,601 4,659 5,548 9,018 4,054 7,367 36,938 4,057 5,032 8,554 3,431 6,511 15,525 27,14 40,87 15,97 Pertb/ bl (%) (0.71) (0.51) (0.24) (0.81) (0.27) CV (%) Sumber: Panel Harga Badan Ketahanan Pangan, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

100 Berdasarkan tabel 56 dapat disampaikan sebagai berikut: Selama Tahun 2016 sebagian besar petani di lokasi panel menjual gabah dalam bentuk GKP dan GKG. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.057/kg s.d Rp 4.659/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,71 persen dan harga GKP tahun 2016 cenderung stabil koefisien varian (CV) sebesar 4,15 persen. Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 5.032/kg s.d Rp 5.548/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 dan harga terendah pada bulan Juni Sama halnya dengan perubahan harga GKP, harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,51 persen dan harga GKG tahun 2016 relatif stabil koefisien varian (CV) 3,01 persen. Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.556/kg s.d Rp 9.018/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Septermber Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,24 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan koefisien varian (CV) sebesar 1,74 persen. Harga gabah dan beras dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. Harga jagung pipilan kering di tingkat petani berkisar antara Rp 3.431/kg s.d Rp 4.054/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Juni Perubahan harga jagung pipilan kering relatif kecil, yaitu turun 0,81 persen dan harga jagung pipilan kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 5,77 persen. Harga jagung dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. Harga kedelai biji kering di tingkat petani berkisar antara Rp 6.511/kg s.d Rp 7.367/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Oktober Perubahan harga kedelai biji kering relatif kecil, yaitu turun 0,27 persen dan harga kedelai biji kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 3,85 persen. Harga kedelai dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. Bawang merah di tingkat petani berkisar antara Rp /kg s.d Rp /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 dan harga terendah pada bulan April Perubahan harga bawang merah sebesar 5,97 persen dan harga bawang merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 23,57 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

101 Cabai merah di tingkat petani berkisar antara Rp /kg s.d Rp /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Desember 2016 dan harga terendah pada bulan April Perubahan harga bawang merah sebesar 8,20 persen dan harga bawang merah tahun 2016 berfluktuasi sebesar 23,90 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen. b. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelompoktani/gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Badan Ketahanan Pangan menyalurkan dana Bantuan Pemerintah dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik. Realisasi Dana Bantuan Pemerintah untuk Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2016 sebesar 24,1 M (95,83 %) dari target 25,15 Milyar yang terdiri dari Tahap Penumbuhan sebesar 14,7 M (98,00 %) untuk 98 Gapoktan dari target 15 Milyar untuk 100 Gapotan dan Tahap Pengembangan sebesar 9,45 M (93,10 %) untuk 189 Gapoktan dari target 10,15 Milyar untuk 203 Gapoktan. c. Pengembangan Kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat pada tahun 2016 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi sebanyak 54 unit lumbung yang masuk tahap pengembangan. Tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana bantuan pemerintah. Tahap Pengembangan dilaksanakan di 4 provinsi yang dialokasikan dana Bantuan Pemerintah sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK bidang Pertanian Tahun 2013 dan DAK Tahun 2014 sebanyak 54 kelompok. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

102 Dana bantuan pemerintah tersebut dipergunakan untuk pengisian cadangan pangan. Kegiatan yang telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember terdiri dari kegiatan Pemantauan, Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi dalam kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. Tiap-tiap kelompok lumbung akan mendapatkan bantuan pemerintah sebesar 20 juta pada tahap pengembangan wajib untuk mengalokasi dana tersebut untuk pengisian. Sehubungan dengan pemanfaatan dana tersebut maka perlu dilakukan pemantauan ditingkat bawah. Hal ini dimaksudkan agar diketahui sejauh mana dana tersebut sebagai penyediaan stock cadangan pangan telah dimanfaatkan dan sejauh mana perkembangan modal tersebut dapat dihasilkan. Disamping itu kegiatan pemantauan ini juga guna mewujudkan sistem kendali dan kontrol yang baik ditingkat pengelola lumbung pangan. Kelompok sasaran penerima dana bantuan pemerintah tahun 2016 yang telah memasuki tahap pengembangan adalah sebanyak 54 unit lumbung yang tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, dan Papua dengan anggaran sebesar Rp. 1,08 milyar dan telah terealisasi sebesar Rp 1,02 milyar (94,44%) untuk 51 kelompok lumbung pangan d. Toko Tani Indonesia Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan melakukan terobosan sebagai solusi permanen dalam mengatasi gejolak harga pangan antara lain melalui pembentukan Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dalam rangka stabilisasi harga pangan khususnya pangan pokok strategis seperti beras, cabe merah, bawang merah, daging sapi, daging kerbau, gula, dan minyak goreng. Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, mendorong rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, menjaga harga konsumen yang dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), membangun informasi pasar antar wilayah sehingga dapat berjalan dengan baik, mencegah terjadinya Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Adapun tujuan kegiatan TTIC adalah: (1) Menyediakan produk pangan berkualitas dengan harga yang layak; (2) Memperpendek rantai jalur distribusi pangan; dan (3) Menstabilkan harga pangan. Penerima manfaat kegiatan TTIC adalah Masyarakat sebagai konsumen dan produsen, Petani, Poktan, Gapoktan, pengusaha penggilingan padi, koperasi, distributor, dan agen. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

103 Pada tahun 2016, telah dikembangkan 1320 TTI di 493 Gapoktan (Gambar..). Gambar 44. Toko Tani Indonesia 4. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan. Pada tahun 2016, Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan meliputi kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar. Keberhasilan dari konsumsi pangan yang beragam dapat diukur melalui skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pelaksanaan dari kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi pangan penduduk per kapita per hari di tingkat rumah tangga dilihat dari masing-masing kelompok pangan menunjukkan hal yang belum beragam dan bergizi seimbang. Konsumsi kelompok pangan padi-padian mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami penurunan dari tahun Walau demikian, penurunan tersebut masih melebihi konsumsi ideal. Di sisi lain, konsumsi kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan serta sayur dan buah mengalami peningkatan meskipun konsumsinya masih lebih rendah dibandingkan konsumsi ideal. Perkembangan konsumsi pangan penduduk Indonesia tahun dapat dilihat pada tabel 58. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

104 Tabel 58. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun Kelompok Bahan Pangan I. Padi-padian II. Umbi-umbian III. Pangan Hewani IV. Minyak dan Lemak V. Buah/biji berminyak VI. Kacang-kacangan VII. Gula VIII. Sayuran dan buah IX. Lain-lain Total Energi Skor PPH Sumber: BKP, 2016 Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya. Meskipun tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu, di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lainlainbelum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production) sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi ditingkat pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; dan (d) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior. Salah satu indikator konsumsi pangan secara kualitatif dapat diukur dengan pencapaian skor PPH. Sejalan dengan kuantitas konsumsi pangan yang belum dapat memenuhi kecukupan yang dianjurkan, maka kualitas konsumsi pangan berfluktuasi antar tahun dan masih belum mencapai 100 sesuai dengan PPH Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

105 ideal. Selama periode kualitas konsumsi pangan penduduk terus mengalami peningkatan dari 83,4 pada tahun 2014 menjadi 86 pada tahun 2016 Untuk meningkatkan skor PPH diperlukan usaha yang optimal dan paralel antara ketersediaan pangan, akses pangan dan perubahan pola konsumsi pangan masyarakat yang mengarah pada pola anjuran PPH. Pencapaian skor PPH merupakan kegiatan lintas sektor yang dipengaruhi oleh kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian melalui program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat telah mengalokasikan kegiatan berupa: 1) Pemberdayaan Pemanfaatan Pekarangan Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. KRPL ini memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit dapat menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayur, buah-buahan, tanaman rempah dan obat, serta bahan pangan hewani (Gambar 45). Gambar 45. Pemanfaatan Pekarangan dalam konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 2) Gerakan Diversifikasi Pangan Dalam gerakan diversifikasi pangan dilaksanakan kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penganekaragaman pangan. Pada tahun 2016 kegiatan ini dilaksanakan di 35 lokasi serta melibatkan pimpinan daerah. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

106 b. Pengawasan Keamanan dan Mutu Pangan. Keamanan Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga turut mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu pada jaminan keamanan bagi konsumen. Masalah keamanan pangan segar telah menjadi perhatian dunia mengingat bahan pangan segar adalah produk yang memiliki karakteristik mudah rusak akibat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobiologi. Keamanan pangan tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan manusia, akan tetapi juga menentukan nilai ekonomi dari bahan pangan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional telah ditetapkan persyaratan keamanan pangan segar serta penting pula terus dikuatkan unit kerja atau kelembagaan yang mempunyai peran penting dalam pengawas keamanan pangan. Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2016, salah satunya adalah pengawasan pada proses produksi (On Farm), yaitu dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta surveilens oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah/Pusat (OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima 3 diberikan kepada produk pertanian yang memenuhi persyaratan dilihat dari aspek keamanan pangan; Sertifikasi prima 2 dilihat dari aspek keamanan dan mutu pangan; serta prima 1 dari aspek keamanan dan mutu pangan serta sosial dan lingkungan. Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar dengan sertifikasi prima, dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing house) dan pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP. Pengawasan ini bersifat sukarela, dimana hanya rumah kemas/pelaku usaha yang menginginkan produknya didaftar Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terdapat 2 Program pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian pada tahun 2016 yaitu : 1. Program Peningkatan Penyuluhan dan Pelatihan Pertanian yang mana pencapaiannya dilakukan melalui 4 (empat) kegiatan utama yang dilaksanakan pada unit eselon II sebagai berikut : 1) Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian; 2) Revitalisasai Pendidikan Pertanian; 3) Pemantapan Sistem Penyelidikan Pertanian; 4) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Penyuluhan SDM Pertanian. 2. Program Pendidikan Pertanian dengan satu kegiatan utama yang dilaksanakan pada unit eselon II yaitu Kegiatan Pendidikan Menengah Pertanian. Alokasi anggaran pada tahun 2016 untuk pelaksanaan program dan kegiatan Badan penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian adalah sebesar Rp Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

107 ,- dengan realisasi keuangan mencapai Rp ,- atau 94,06%. sedangkan realisasi anggaran menurut kegiatan utama dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 59. Capaian Anggaran Program Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian, BPPSDMP Tahun 2016 REALISASI 2016 NO. PROGRAM KEGIATAN PAGU DIPA (Rp.000) (Rp.000) % 1 Program Peningkatan Penyuluhan dan Pelatihan Pemantapan Sistem Pendidikan Pertanian 2 Pertanian Revitalisasi Pendidikan Pertanian serta Pengembangan Standardisasi dan Sertifikasi Profesi SDM Pertanian 3 Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Penyuluhan SDM Pertanian 5 Program Pendidikan Pertanian Pendidikan Menengah Pertanian TOTAL , , , , , ,04 Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan 5 (lima) kegiatan utama tersebut: 1. Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian Pemantapan sistem pelatihan pertanian dilakukan melalui kegiatan Diklat Pertanian Bagi Aparatur dan Non Aparatur, Replikasi Program Read, Penguatan Kelembagaan Pelatihan Pertanian, Peningkatan Ketenagaan Pelatihan Pertanian, dan Fasilitasi Dan Pengembangan Standardisasi Dan Sertifikasi Profesi Pertanian. Fasilitasi aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui diklat didukung oleh kegiatan Diklat dalam Jabatan dan Diklat Teknis Pertanian mendukung UPSUS Pajale. Pada tahun 2016 dari target orang yang meningkat kapasitasnya terealisasi sebanyak orang atau %. Fasilitasi non aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui diklat didukung oleh kegiatan Diklat Kewirausahaan dan Diklat Teknis Pertanian (Teknis Tanaman Pangan; Teknis Perkebunan; Teknis Hortikutura; Teknis Mendukung Nilai Tambah dan Daya Saing Pertanian). Pada tahun 2016 dari target orang yang meningkat kapasitasnya telah terealisasi sebesar orang atau sebesar %. Program READ bertujuan untuk memperbaiki mata pencarian kaum miskin perdesaan secara berkelanjutan, adapun tujuan yang hendak di capai adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan perbaikan pengelolaan sumber daya alam di 30 (tiga puluh ) desa sasaran di provinsi Kalimatan Barat dan provinsi NTT. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

108 Penguatan kelembagaan pelatihan pertanian diperuntukan bagi pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya (P4S) yang saat ini berjumlah P4S yang tersebar di seluruh Indonesia dibawah binaan 10 UPT Pelatihan lingkup Badan PPSDMP, yang terdiri dari: 1. Penataan dan akreditasi UPT pelatihan pertanian pusat dan daerah; 2. Pemberian penghargaan kepda 9 P4S berprestasi, 3 P4S dari masingmasing klasifikasi P4S (pemula, Madya dan Utama) 3. Pemberdayaan sumber daya manusia melalui diklat bagi petani di P4S Pada tahun 2016 dari total P4S ditargetkan 285 unit meningkat kompetensinya melalui kegiatan penguatan kelembagaan pelatihan pertanian, dan sampai dengan akhir tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 365 unit (128.07%). Peningkatan Ketenagaan Pelatihan Pertanian dilakukan melalui serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas ketenagaan pelatihan pertanian yang terdiri dari tenaga widyaiswara, tenaga teknis diklat, instruktur P4S dan pengelola P4S. Pada tahun 2016 untuk tenaga fungsional widyaiswara yang meningkat profesionalismenya ditargetkan berjumlah 440 orang dan telah terealisasi sebanyak 414 orang (94.09%), tenaga teknis kediklatan yang meningkat kopetensinya ditargetkan sebanyak dan telah terealisasi sebanyak orang (105.60%) dan jumlah instruktur P4S dan petani yang terfasilitasi dan dikembangkan dari target 101 orang telah terealisasi 108 orang atau %. Fasilitasi Dan Pengembangan Standardisasi Dan Sertifikasi Profesi Pertanian meliputi: 1). Sertifikasi kompetensi merupakan proses pemberian sertifikat yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI)/standar Internasional. Sertifikasi kompetensi dimaksudkan untuk memberikan pengakuan dan penghargaan kompetensi, serta jaminan dan pemeliharaan untuk kompetensi, untuk mewujudkan sistem sertifikasi kompetensi yang berkualitas. 2.) Sertifikasi kopetensi merupakan proses pemberian sertifikat yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui ujian kompetensi, sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)/Standar Internasional dan/standar khusus. Sertifikasi kompetensi dimaksudkan untuk memberikan pengakuan dan pengesahan untuk mewujudkan sistem sertifikasi kopetensi yang berkualitas, penyelenggaraan sertifikasi mengacu pada pedoman penyelenggaraan sertifikasi kompetensi SDM Pada tahun 2016 dari target orang yang mendapatkan sertifikasi Profesi bidang pertanian telah terealisasi sebesar 93.01% atau sebanyak orang. 2. Revitalisasi Pendidikan Pertanian Fokus kegiatan Revitalisasi Pendidikan Pertanian pada tahun 2016 terdiri atas: a) Pendidikan Pasca Sarjana Bagi Aparatur Pertanian; b) Aparatur Pertanian yang mengikuti pendidikan Kedinasan; c) Fasilitasi dan Pengembangan Kelembagaan; c) Fasilitasi dan Pengembangan Ketenagaan; d) Dokumen Program dan Kerjasama Bidang Pendidikan Pertanian yang dihasilkan. Secara rinci kegiatan revitalisasi pendidikan sebagai berikut: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

109 Kegiatan pengembangan kapasitas aparatur pertanian melalui program tugas belajar S2 dan S3 dilaksanakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian cq. Pusat Pendidikan Pertanian bekerjasama dengan sembilan perguruan tinggi negeri mitra. Perguruan tinggi tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Gajah Mada, Universitas Sebelas Maret, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2016 jumlah peserta tugas belajar adalah 280 orang dari target 280 orang yang tersebar di 9 perguruan tinggi mitra. Adapun data peserta tugas belajar S2 dan S3 periode tercantum pada tabel berikut. Tabel 60. Jumlah Peserta Tugas Belajar S2 dan S3 Tahun 2012 s.d 2016 Tahun Program S3 Program S2 Total Mahasiswa Lulusan Mahasiswa Lulusan Total Sumber: BPPSDMP, 2016 Selain memfasilitasi pendidikan Pascasarjana bagi aparat pertanian, Pusdiktan melalui STPP juga menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi pertanian. Terdapat enam STPP yang tersebar diseluruh Indonesia yaitu : STPP Medan, STPP Bogor, STPP Magelang, STPP Malang, STPP Gowa dan STPP Manokwari. Program studi yang ditawarkan oleh STPP tersebut adalah: Penyuluhan Pertanian, Penyuluhan Perkebunan dan Penyuluhan Peternakan. Pada Tahun 2016 jumlah SDM pertanian yang mengikuti pendidikan tinggi berjumlah 2150 orang. Dalam rangka penguatan dan pengembangan kelembagaan pendidikan pertanian, Pusdiktan pada tahun anggaran 2016 memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan pengembangan kelembagaan pertanian, yaitu a) Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Pendidikan Gambar 46. Mahasiswa STPP Magelang Pertanian, b) Pengelolaan mendengarkan sesi kuliah umum Pangkalan Dikti, c) Fasilitasi Penjaminan Mutu, d) Manajemen Pengelolaan Lahan Praktik dan e) Pembinaan dan Pengembangan Unit Produksi. Dari target 6 unit lembaga pendidikan yang terfasilitasi dan dikembangkan terealisasi sebanyak 6 unit (100%). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

110 Selain kegiatan penguatan dan pengembangan kelembagaan, pada tahun 2016 dilaksanakan juga kegiatan pengembangan ketenagaan dalam rangka Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi dan menengah pertanian. Pada tahun 2016, Pusdiktan memfasilitasi dan melaksanakan 19 kegiatan pengembangan ketenagaan pertanian, yaitu: a) Peningkatan Profesionalisme, b) Pendidikan Guru Pertanian, c) Fasilitasi Bimtek Program Keterampilan Dasar Teknis Instruksional (Pekerti) dan Applied Approach Bagi Dosen, d) Fasilitas tenaga Pendidik Berprestasi Tahun 2016, e) Penilaian dan Penetapan Angka Kredit dosen, f) Workshop pengembangan Karya Ilmiah Tenaga pendidik, g) Magang teknis Bagi Dosen STPP, h) Bimtek Pendidikan Guru Pertanian Program Induksi, i) Bimtek Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP), j) Workshop Pengembangan metoden Pembelajaran di STPP, k) Pengembangan Karya Inovatif Mahasiswa STPP, l) Temu teknologi Mahasiswa STPP, m) Pengembangan Kerjasama Dalam Negeri, n) Pengembangan Kerjasama Luar Negeri, o) magang Bagi Guru SMKPP Bidang Produktif, p) Workshop Manajemen Kepala Sekolah, q) Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Tenaga Pendidik dan r) Pengembangan Karya Ilmiah Bagi Tenaga Pendidik. Pada tahun 2016 terdapat 499 orang tenaga pendidikan pertanian yang terfasilitasi dan dikembangkan dari target 499 orang (100%). Guna mendukung penyelenggaraan pendidikan tinggi pertanian dan pendidikan menengah pertanian Pusdiktan pada tahun anggaraan 2016 juga melakukan fasilitasi kegiatan-kegiatan yang menghasilkan Dokumen Program dan Kerjasama Bidang Pendidikan Pertanian yang dihasilkan. Kegiatan tersebut adalah : a) Koordinasi Penyiapan Program, Kegiatan dan Anggaran 2017; b) Penyusunan Petunjuk Penulisan Jurnal Teknologi, c) Penyusunan dan Pengembangan Database Pendidikan Pertanian (SITEK), d) Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembasngan E- Learning di STPP, e) Pengembangan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri, f) Penyusunan Bahan dan Evaluasi dan Laporan, g) Program Retuling (Pemagangan) di Perkebunan Kelapa Sawit. Fasilitasi pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi didukung dengan kegiatan (a) Pengembangan E-learning di STPP; (b) Assesment dan Bencmarking Penyelenggaraan Pendidikan di STPP; (c) Koordinasi Teknis Pendidikan Tinggi Pertanian; (d) Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan, Pengawalan Ujian dan Wisuda Fasilitasi bagi pengembangan ketenagaan pendidikan tinggi didukung dengan kegiatan (a) Peningkatan Profesionalisme Staff; (b) Pengembangan Karya Ilmiah Dosen; (c) Fasilitasi Dosen STPP Teladan Tahun 2016; (d) Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Guru dan Dosen. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

111 3. Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian Kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian (Bakorluh, Bapeluh dan BP3K) dalam pelaksanaannya didukung oleh beberapa di beberapa tingkatan kelembagaan penyuluhan sebagai berikut: Gambar 47. Penyuluhan pertani di Kecamatan a. Pilang Kenceng, Kabupaten Madiun a).kelembagaan Penyuluhan Tingkat Provinsi, dengan kegiatan temu koordinasi pemantapan sistem penyuluhan pertanian tingkat provinsi, pengembangan database penyuluhan pertanian tingkat provinsi, pembinaan dan supervisi penyelenggaraan penyuluhan pertanian di kab/kota, adminitrasi kegiatan, dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan di provinsi. Pada tahun 2016 terdapat 34 unit kelembagaan penyuluhan tingkat propinsi yang terfasilitasi; b).kelembagaan Penyuluhan di Tingkat Kabupaten/ Kota dengan kegiatan temu teknis penyuluhan pertanian tingkat kab/kota; pengembangan database penyuluhan pertanian tingkat kab/kota; monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan kab/kota; adminitrasi kegiatan; dan pembinaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Pada tahun 2016 terdapat 514 unit kelembagaan penyuluhan tingkat kab/kota yang terfasilitasi; c). Peningkatan Kapasitas Balai Penyuluhan di Kecamatan sebagai POSKO Program dan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pertanian, dengan kegiatan temu teknis penyuluhan di kecamatan; penyusunan rencana kerja di tingkat kecamatan; rembug tani; percontohan/demplot; latihan, kunjungan dan supervisi (LAKUSUSI); Farmer s Field Day; Operasionalisasi BP3K; pengolahan database; dan adminitrasi BP3K. Pada tahun 2016 terdapat unit kelembagaan penyuluhan tingkat kecamatan yang terfasilitasi Selain itu terdapat kegiatan fasilitasi dan pengembangan kelembagaan petani yang mana didukung oleh kegiatan-kegiatan yang antara lain: a.) Fasilitas dan pengembangan kelembagaan petani dan ekonomi dicapai dengan dukungan kegiatan: (i) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani; (ii) Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani; (iii) Peningkatan kelas dan kemampuan kelompok tani; (iv) Pendampingan penyusunan RDK/RDKK. Pada tahun 2016 terdapat unit kelembagaan petani yang terfasilitasi. b.) Pengawalan dan pendampingan penyuluh di lokasi sentra produksi pangan dicapai dengan adanya fasilitasi bagi kegiatan pendampingan proses pembelajaran dalam bentuk kursus tani dalam rangka meningkatkan kemampuan kelompok tani menerapkan teknologi (padi, jagung dankedelai). Pada tahun 2016 dari terdapat WKPP yang terkawal dan didampingi di sentra pangan. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

112 Pada tahun 2016 kegiatan fasilitasi bagi penyuluh pertanian yang mana telah terbayarkannya BOP bagi orang penyuluh pertanian, Honor dan BOP THL- TB PP bagi orang dan penumbuhan dan pemberdayaan penyuluh swadaya sebanyak orang. Selaian itu dilakukan juga fasilitasi bagi materi penyuluh dalam bentuk kegiatan (a) Langganan Tabloid Pertanian bagi Penyuluh Pertanian PNS; (b) Langganan Majalah Pertanian bagi Kelembagaan Penyuluhan Provinsi, Kab/Kotam dan Kecamatan; (c) Penyusunan dan Penyebarluasan Materi Penyuluhan Tingkat Provinsi; (d) Penyusunan dan Penyebarluasan Materi Penyuluhan Tingkat Kabupaten/Kota; (e) Penyusunan dan Penyebaran Media Informasi Spesifik Lokasi BP3K; dan (f) Langganan Majalah Kebijakan Pertanian bagi Kelembagaan Provinsi dan Kab/Kota. 4. Pendidikan Menengah Pertanian Capaian kegiatan utama Pendidikan Menengah Pertanian didukung oleh beberapa kegiatan yang antara lain: a. Pendidikan Menengah Bagi Generasi Muda Pertanian; b. Fasilitasi Dan Pengembangan Kelembagaan SMK-PP; c. Fasilitasi Dan Pengembangan Ketenagaan Smk-PP. Fasilitasi bagi generasi muda pertanian yang mengikuti pendidikan menengah pertanian dicapai dengan kegiatan: Peningkatan Kompetensi Generasi Muda di Bidang Perkebunan, di Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, di Bidang Peternakan, Fasilitasi Pertukaran Siswa SMK-PP ke Luar Negeri, Bantuan Praktek Siswa. Pada tahun 2016 dari terget orang generasi muda yang mengikuti pendidikan terealisasi sebanyak orang atau 114 %. Fasilitasi pengembangan kelembagaan menengah dicapai dengan dukungan kegiatan: Pembinaan dan Pengembagan Unit Produksi di SMK-PP, Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan di SMK-PP, Pengawalan Pengembangan SMK-PP Unggulan, Koordinasi Teknis Pendidikan Menengah Pertanian, Pembindaan Generasi Muda Pertanian Melalui Sakataruna Bumi, Fasilitasi Keikutsertaan SMK-PP dalam Gelar Inovasi Teknologi Pada tahun 2016 dari target 84 unit kelembagaan SMK-PP yang difasilitasi dan dikembangkan terealisasi 84 unit atau 100% Fasilitasi pengembangan ketenagaan pendidikan menengah dicapai dengan kegiatan: Pendidikan Profesi Guru Pertanian, Pengembangan Karya Ilmiah bagi Tenaga Pendidikn, Magang bagi Guru SMK Bidang Produktif, Fasilitasi Tenaga Pendidik Berprestasi, Fasilitasi Pertukaran Pendidik dan Tenaga Kependidikan ke Luar Negeri. Jumlah ketenagaan SMK-PP yang di fasilitasi dan dikembangkan mencapai 402 orang dari target 402 orang (100%). Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

113 5.8. Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio Industri Berkelanjutan Pada tahun 2016 Badan penelitian dan Pengembangan pertanian melaksanakan satu program yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Kegiatan didalamnya meliputi dua belas kegiatan utama dengan alokasi anggaran Rp ,-. Realisasi sampai dengan Desember 2016 sebesar atau 67,95%. Rincian Kegiatan utama berikut alokasi anggaran dan realisasi masing-masing kegiatan dapat dilihat pada tabel 61. Tabel 61. Realisasi Serapan Anggaran Program Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan, Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun No. KEGIATAN PAGU DIPA REALISASI 2016 (Rp.000) (Rp.000) % 1 Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian ,30 2 Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian ,02 3 Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian ,06 4 Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian ,51 5 Penelitian/Perekayasaan dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian ,53 6 Penelitian/Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ,43 7 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura ,12 8 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan ,81 9 Penelitian dan Pengembangan Peternakan ,58 10 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan ,70 11 Pengembangan Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian ,65 12 Dukungan Manajemen. Fasilitasi dan Instrumen Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan Litbang ,87 Pertanian Total ,72 Sumber: Badan Litbang Pertanian, Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan yang dihasilkan pada TA.2016 adalah 17 VUB yang terdiri dari 6 VUB padi, 4 VUB kedelai, 1 VUB kacang hijau, 1 VUB ubijalar, 2 VUB jagung, 1 VUB sorgum, dan 1 VUB gandum. Realisasi pelaksanaan kegiatan telah dihasilkan 21 varietas unggul baru dengan rincian terdiri dari 6 VUB padi, 4 VUB kedelai, 2 VUB kacang hijau, 2 VUB ubijalar, 5 VUB jagung, 1 VUB sorgum, dan 1 VUB gandum. Sedangkan, jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan yang telah dirakit adalah 21 paket teknologi tanaman pangan Untuk benih sumber, pelaksanaan kegiatan sampai saat ini telah dihasilkan total 232,47 ton benih sumber terdiri dari 143,73 ton benih sumber padi, 35,02 ton benih jagung dan serealia lainnya, serta 53,72 ton benih kedelai dan benih aneka kacang dan umbi. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

114 2. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura Varietas Unggul Baru (VUB) Hortikultura terdiri dari : VUB tanaman sayuran berjumlah 4 VUB yang mana 2 VUB sudah keluar SK nya yaitu VUB Kentang Dayang SumbiAgrihort dan VUB Mentimun Hibrida Litsa 2, sedangkan 2 CVUB sudah melalui proses pendaftaran Gambar 48. Varietas Unggul Benih Bawang Merah Bauji dan masih terdapat beberapa perbaikan makalah yaitu CVUB Cabai merah Besar hibrida InataAgrihorti dan CVUB Bawang Merah ViolettaAgrihorti. VUB tanaman buah tropika berjumlah 2 CVUB, yang mana melebihi target yaitu 1 VUB pepaya yang diberi nama (DapinaAgrihorti). Saat ini naskah CVUB ini sedang dalam proses perbaikan setelah di evaluasi oleh Tim Penilai dan pendaftaran Varietas Hortikultura (TP2VH). CVUB lainnya untuk tanaman buah tropika yaitu CVUB Mangga Gadung 21. Calon VUB ini telah dievaluasi dan dimuat dalam web Direktorat Perbenihan, apabila tidak ada sanggahan maka tinggal menunggu SK pelepasan varietas. VUB Jeruk sudah dilepaskan sebanyak 1 VUB dengan nama Jeruk pamindoagrihorti. Pendaftaran 5 VUB tahun 2016 sedang diproses di PVTPP (Pendaftaran Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian) Kementerian Pertanian berupa VUB krisan, yaitu varietas Reena Agrihort, Zarina Agrihort, Safira Agrihort, Padmini Agrihort, dan Yozita Agrihort. 12 VUB lainnya sedang dalam proses pengusulan pendaftaran, sehingga diperkirakan sebanyak 17 VUB dari tanaman hias sudah siap. Pada tahun 2016 benih sumber Puslitbang Hortikultura terdiri dari : G0 kentang; kg bawang merah; 32 kg cabai; 303 kg sayuran potensial; batang buah tropika dan subtropika serta tanaman jeruk; planlet tanaman hias dan stek tanaman hias dengan rincian sebagai berikut : a. Benih Sumber (BS) tanaman sayuran : BS kentang sebanyak 105,95 G0; BSbawangmerah sebanyak atau; benih sumber cabai merah sebanyak 32,14 kg; Benih sumber sayuran potensial sebanyak 357,06kg b. Benih sumber buah tropika dan buah subtropika serta tanaman jeruk sebanyak batang. c. Benihsumbertanamanhiassebanyak planlet; Benih sumber krisan sebanyak stek. 3. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Sampai dengan akhir TA 2016 telah dihasilkan 13 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 157%). Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2016 beserta keunggulannya adalah sebagai berikut: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

115 Tebu Varietas POJ Agribun Kerinci merupakan hasil seleksi dan evaluasi tebu lokal Kerinci berdasarkan penilaian daya kepras (jumlah anakan), produksi, rendemen, sifat lepas pada pelepah daun (klenthek), preferensi petani dan luasan areal penanaman. Tidak seperti di daerah lain, tebu di kabupaten Kerinci mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat lokal kabupaten Kerinci untuk menghasilkan gula merah. Potensi produksi mencapai 109 ton/ha/tahun, potensi hasil gula merah rata-rata 12,03 ton gula merah/ha/tahun, dan rendemen 11-12%. Berbeda dengan Gambar 49. Varietas Tebu di Jawa, tebu dataran tinggi di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi dipanen secara selektif. Dengan sistim panen tebang pilih petani tidak perlu melakukan bongkar ratun. Varietas ini toleran terhadap penyakit mosaik dan cocok untuk dataran tinggi di Propinsi Jambi, Sumatera dan Aceh. Kenaf Kenafindo 1 Agribun berasal dari galur 9011/G M Blk dan merupakan hasil seleksi populasi dasar dari persilangan G4 dengan KK60 yang dilanjutkan dengan silang balik dengan tetua G4. Potensi produksi serat 3,727 ton per ha, 18,2 % lebih tinggi dibandingkan KR15; beradaptasi luas, duri pada batang relatif sangat sedikit, moderat tahan terhadap kekeringan, moderat tahan terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap hama AmrascabiguttulaIshida, dan rentan terhadap serangan nematoda puru akar. Kenafindo 2 Agribun berasal dari galur IDN-09-HCAN dan merupakan hasil seleksi massa negatif dari aksesi IDN-09-HCAN Potensi produksi serat 3,521 ton per hektar, 11,7 % lebih tinggi dibanding KR 15; beradaptasi luas, moderat tahan terhadap kekeringan, tahan terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap hama AmrascabiguttulaIshida, dan rentan terhadap serangan nematoda puru akar. Jet 1 Agribun berasal dari klon IDN-09-JCUR-0184, potensi produksi biji kering 2.331,35 kg dengan rata-rata 1.085,87 kg/ha/th (37,91% lebih tinggi dibandingkan IP-3A), kadar minyak biji 37,44%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim kering. Jet 2 Agribun berasal dari klon /4, potensi produksi biji kering 2.636,30 kg dengan rata-rata 1.078,70 kg/ha/th (37,00% lebih tinggi dibandingkan IP-3A) berkadar minyak35,80%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim kering. Dengan keunggulan minyak bijinya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

116 baku Biofuel dan kemampuannya untuk dikembangkan di wilayah beriklim kering, maka kedua varietas unggul jarak pagar ini berpotensi untuk dikembangkan di wilayah Indonesia Timur yang beriklim kering, khususnya daerah-daerah yang masih kekurangan pasokan listrik, karena biofuelnya dapat dimanfaatkan untuk mesin pembangkit listrik. Sisal Varietas H ini memiliki potensi produksi serat kering per ha per tahun ,763 kg, peka terhadap penyakit Fusariumsp. Varietas ini dapat dikembangkan pada berbagai jenis lahan. Kelapa Kelapa Dalam Sri Gemilang berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, adaptif pada lahan pasang surut. Potensi produksi kopra > 3 ton/hektar/tahun, kadar minyak 65,19%, protein 8,96%, galaktomanan 1,7%, fosfolipid 0.04%. Kadar minyak, protein dan galaktoman relatif lebih tinggi dari varietas yang telah dilepas sedangkan kadar fosfolipid lebih rendah atau sama dengan varietas unggul lainnya. Hasil observasi menunjukkan tidak ditemukan serangan hama Sexavasp dan Brontispasp, terdapat serangan hama Oryctessp dan Aceryasp dengan tingkat serangan rendah/ringan. Tidak ditemukan gejala serangan penyakit utama gugur buah dan busuk pucuk serta SteemBleeding. Potensi benih untuk pengembangan atau peremajaan butir per tahun. Varietas ini telah menyebar di daerah Parit SialangKrubuk, Desa Hidayah, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Kelapa Puan Kalianda termasuk tipe kelapa Dalam dengan karakteristik morfologi yang lebih besar dibandingkan kelapa kopyor tipe Genjah asal Pati, Jawa Tengah. Ukuran buah relatif besar dan kuantitas endosperm lebih banyak dibanding buah kelapa Genjah kopyor Pati. Kandungan lemak tak jenuh dan asam laurat daging buahnya lebih tinggi dibanding kelapa Genjah kopyor Pati. Kuantitas daging buah kelapa kopyor Kalianda bervariasi antara skor 1-9, lebih tinggi dibanding kelapa Genjah Kopyor Pati yang hanya memiliki skor 1-6. Kadar gula total berkisar dari %, protein % dan lemak total 12, %. Jumlah Pohon Induk Terpilih (PIT) sebanyak 123 pohon, memiliki potensi benih sebanyak butir. Jumlah total benih kopyor alami (heterozigot) pertahun sebanyak butir dapat digunakan untuk pengembangan pada lahan seluas 53 ha. Varietas Kelapa Puan Kalianda sudah menyebar di wilayah Provinsi Lampung dan sekitarnya. Potensi penyebaran pada sentra produksi kelapa di wilayah Sumatera. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

117 Pala Pala Fak-fak memiliki habitus tanaman relatif lebih tinggi dan besar, daun lebih panjang dan lebih lebar dibanding pala lainnya. Tinggi tanaman berkisar meter, lingkar batang cm., lebar kanopi 2.5m 3.9m jumlah lingkaran percabangan dalam batang tanaman dan jumlah cabang dalam satu lokus adalah 3 6 buah. Bentuk daun lonjong langsing sampai lonjong agak lebar. Biji pala Fakfak berbentuk lonjong panjang dengan variasi lonjong agak langsing atau agak gemuk. Bagian pangkal biji lebih lebar dari bagian ujung biji, bobot biji basah per butir > 10 gram, jumlah biji basah per kg basah dari berbagai PIT adalah butir. Bunga (fuli) lebih tebal yang merupakan ciri khas pala fakfak. Kandungan minyak atsiri biji pala tua 2,71 5,37%. Kadar oleoresin biji 14 %, dan oleoresinfuli 13,0 15,2 %. Serai Dapur Varietas Sitralina 1 Agribun berasal dari aksesi Cyci 009 hasil seleksi serei dapur yang berasal dari DIY. Produksi bobot kering 3.67 g, mutu (kadar minyak 0.31% dan sitral 74.81%) dan memiliki dua karakter pembeda yaitu ujung batang daun yang melengkung dan lebar daun yang sempit dan kaku. Habitus agak merumbai pada ujung, panjang daun (cm) , lebar daun cm, tebal daun cm, warna batang abu-abu keunguan/gpg 183 D, karakteristik mutu 0.31 %, kadar cytrall %. Bobot basah batang per rumpun 6.07 kg, bobot kering batang per rumpun 3.67 g, produktivitas batang basah 2.74 ton/ha, produktivitas minyak 110 kg/ha. Beradaptasi baik di dataran rendah sampai tinggi. Temulawak Xanthorina 1 dan 2 Pengembangan temulawak mendatang diarahkan ke lahan marjinal karena pengunaan lahan subur bersaing dengan komoditas pangan dan hortikultura. Oleh karena itu koleksi plasma nutfah dari berbagai daerah dan koleksi yang telah ada dan dipunyai Balittro (sebanyak 28 nomor aksesi) dilakukan seleksi untuk memperoleh nomor-nomor yang potensial yang cocok untuk dibudidayakan di lahan marginal. Sebanyak enam nomor seleksi kemudian telah dilakukan uji adaptasi di tiga lokasi yaitu di Cibinong, Banten dan Bantul selama dua musim tanam selama tahun Potensi produksi nomor-nomor harapan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

118 tersebut adalah ton/ha. Potensi produksi tiga varietas temelawak yang sudah dilepas adalah (13,7 33,1 ton/ha). Kakao Varietas BL 50 Kakao unggul di Kabupaten Lima puluh Kota mempunyai karakter bentuk buah berukuran cukup besar, lonjong, licin mengkilat agak beralur samar,ujung buah runcing, leher botol tidak ada, pangkal buah membulat, dengan panjang cm, berdiamter cm. Warna buah merah marun dan berbuah sepanjang tahun dengan jumlah buah/pohon/tahun dapat mencapai buah/tahun. Potensi produksi/hektar/tahun 2,67 kg/pohon atau 3,3733 kg/ha/thn dengan populasi 1100 pohon/ha. PodIndex buah. Varietas ini terlihat agak tahan Busuk Buah Kakao (BBK), Agak tahan Penyakit Buah Kakao (PBK) dan agak tahan VascularSteakDieback (VSD) 4. Penelitian dan Pengembangan Peternakan Pada tahun 2016 telah dihasilkan 26 galur harapan ternak dan tanaman pakan ternak, meliputi 2 galur sapi potong, 2 galur kambing potong, 3 galur kambing perah, 3 galur domba, 4 galur ayam, 3 galur itik, 1 galur entog, 5 galur kelinci dan 3 galur tanaman pakan ternak. Pada tahun 2016 telah dihasilkan 26 galur harapan ternak dan tanaman pakan ternak, meliputi 2 galur sapi potong, 2 galur kambing potong, 3 galur kambing perah, 3 galur domba, 4 galur ayam, 3 galur itik, 1 galur entog, 5 galur kelinci dan 3 galur tanaman pakan ternak. Output yang kedua adalah 35 jenis teknologi meliputi teknologi veteriner (teknologi diagnosis, vaksin dan obat, teknologi informasi epidemiologi dan inovasi teknologi pengendalian penyakit hewan strategis; teknologi pakan; teknologi budidaya ternak dan teknologi reproduksi Output yang ketiga adalah 26 galur bibit unggul ternak ruminansia, ternak unggas, aneka ternak dan TPT; ekor bibit unggul ternak serta batang bibit TPT. 5. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Bioteknologi dan Pengembangan Sumberdaya Genetik Pertanian Adapun rincian kegiatan dan capaian kegiatan penelitian antara lain: a. Jumlah SDG yang Terkarakterisasi dan Terdokumentasi, realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2016 sebanyak 1502 aksesi. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

119 b. Jumlah Galur Harapan Unggul Tanaman sebanyak 58 galur. c. Jumlah Teknologi Berbasis Bioteknologi dan Bioprospeksi, realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2016 sebanyak 7 teknologi. 6. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Peta/informasi Geospatial Sumber Daya Lahan Pertanian, telah menyelesaikan seluruh kegiatan survey lapangan, pengeolahan data dan analisis di laboratorium dan telah dihasilkan 957 peta yang terdiri dari: 485 atlas Peta Tanah, 236 atlas Peta Kesesuaian Lahan dan 236 atlas Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan (RPL). Sistem informasi pertanian, telah menyelesaikan seluruh kegiatan dan telah menghasilkan 10 sistem informasi pertanian. Teknologi pengelolaan lahan, air, iklim, dan lingkungan pertanian mendukung Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan, telah menyelesaikan seluruh kegiatan penelitian dan telah menghasilkan 33 teknologi. Formula (pupuk anorganik, pupuk organik, pupukhayati, pembenah tanah, dan pestisida) dan produk pertanian (perangkat uji dan instrumen lainnya)yang ramah lingkungan; telah melakukan seluruh kegiatan penelitian, dan telah menghasilkan 6 formula. 7. Penelitian/Perekayasaan dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian Sasaran utama kegiatan penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian adalah dihasilkannya teknologi mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, pemanfaatan sumberdaya pertanian serta peningkatan kualitas dan nilai tambah produk dan limbah pertanian dengan harga dan kualitas bersaing, berbahan baku lokal, ramah lingkungan dan berhasil guna. Berikut rincian teknologi mekanisasi mendukung program strategis Kementan yaitu : 1. Rekayasa dan Pengembangan Mesin untuk Penyiapan Lahan Rawa Pasang Surut. 2. Rekayasa Prototipe Mesin Tanam Padi Jajar Legowo Tipe Mini untuk Lahan Sempit dan Berbukit. 3. Rekayasa Prototipe Mesin Panen Padi Tipe Mini Combine Harvester untuk Lahan Rawa Pasang Surut. 4. Pengembangan Basis Data dan Pemetaan Mekanisasi Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. 5. Rekayasa dan Evaluasi Prototipe Mesin Panen Jagung Tipe Kombinasi (Corn Combine Harvester). 6. Pengembangan Mesin Panen Tebu di Lahan Kering. 7. Pengembangan Paket Teknologi Alsin untuk Penerapan Core Sampling di Pabrik Gula. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

120 8. Rekayasa dan Pengembangan Komponen Dasar dan Manajemen Manufacture Teknologi Inovasi Prototipe Mini Combine Harvester dan Jarwo Transplanter. 9. Rekayasa dan Pengembangan Penggilingan Padi Mobile untuk Peningkatan rendemen dari 56% menjadi 62%. 8. Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Indikator teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) (Target 21 teknologi, Realisasi 21 Teknologi). Indikator ini dicapai melalui kegiatan sebagai berikut : a. Bioindustri Padi Terpadu Menghasikan Beras Premium, Beras IGr, Pupuk Silika dan Biopestisida untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi (Target 2 teknologi; Realisasi 2 teknologi). b. Integrasi Teknologi Hulu Hilir untuk Pangan Pokok dan Pakan pada Bioindustri Jagung (Target 2 teknologi; Realisasi 2 teknologi). c. Penanganan Cabai Segar dan Pengolahan Bawang Merah Menuju Swasembada Nasional (Target 3 Teknologi; Realisasi 3 teknologi). d. Pengembangan Produksi Gelatin Dari Limbah Pemotongan Ternak dan Biosensor untuk Deteksi Cepat Kesegaran Daging (Target 2 Teknologi; Realisasi 2 Teknologi). e. Teknologi Enzimatis dan Purifikasi untuk Meningkatan Rendemen Gula Kristal dan Kualitas Gula Cair Tebu (Target 2 Teknologi; Realisasi 2 Teknologi). f. Teknologi Produksi Starter Kering Fermentasi dan Formula Cokelat Granul Instan untuk Peningkatan Flavor dan Nilai Tambah Kakao (Target 2 Teknologi; Realisasi 2 Teknologi). g. Teknologi Proses Produksi Enzim Lignoselulase dari Mikroba Indigenous untuk Bioetanol (Target 2 Teknologi; Realisasi 2 Teknologi h. Teknologi Kemasan Aktif Antietilen-Antimikroba dengan Atmosfer Termodifikasi untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Tropis Potensial Ekspor (Target 2 Teknologi h. Teknologi Penanganan dan Pengendalian Kontaminan Mikotoksin pada Pala dan Kakao (Target 2 Teknologi; Realisasi 2 Teknologi). 9. Penelitian/Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Gambar 50. Raker PSEKP Kementan Kegiatan Utama PSEKP pada TA meliputi: (1) Kegiatan penelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan (2) Jalinan kerjasama penelitian; dan (3) Penerbitan publikasi ilmiah (media cetak dan website). Kegiatan penelitian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

121 sosial ekonomi dan kebijakan pertanian bertujuan menghasilkan 22 rumusan rekomendasi kebijakan pertanian : (a) mendukung komoditas tanaman pangan strategis dengan 10 target rekomendasi kebijakan; (b) mendukung komoditas tanaman hortikultura strategis dengan 1 target rekomendasi kebijakan; (c) mendukung komoditas ternak strategis dengan 1 target rekomendasi kebijakan; (d) terkait dengan isu-isu komoditas strategis dengan 7 target rekomendasi kebijakan; dan (e) terkait dengan isu-isu komoditas unggulan lainnya dengan 3 target rekomendasi kebijakan. Sementara itu target untuk jalinan kegiatan kerjasama penelitian yaitu 2 kerjasama penelitian dan target untuk penerbitan publikasi ilmiah adalah 18 penerbitan media cetak dan website. 10. Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Strategis Secara rata-rata, capaian fisik teknologi spesifik lokasi hingga triwulan IV mencapai 112,9% Teknologi Spesifik Lokasi lingkup BBP2TP meliputi: (a) Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) dan (b) Pengkajian Inhouse. a. Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) Kegiatan SDG di sebagian besar BPTP sudah melakukan karakterisasi komoditas dan evaluasi komoditas. Namun, perakitan dan pendaftaran varietas lokal belum semua dilakukan. Pada kebun koleksi sudah ada penambahan koleksi tanaman dan sudah ditata dengan cukup baik. Dalam kegiatan konsorsium SDG ini BBP2TP telah menyerahkan 864 materi genetik yang berasal dari 25 BPTP/LPTP kepada BB-Biogen untuk disimpan di Bank Gen Badan Litbang Pertanian. Komisi daerah SDG sudah terbentuk di 29 provinsi, kecuali Aceh, Maluku Utara, DKI, Sulawesi Tengah dan Kepulauan Riau. Workshop penulisan KTI khusus kegiatan SDG berhasil menghasilkan 53 buah naskah dan naskah sudah diperbaiki oleh semua peserta sesuai dengan saran dari evaluator. Untuk itu, telah disusun Buku Bunga Rampai dengan judul Potensi Sumber Daya Genetik Tanaman dan Ternak untuk Mendukung Pembangunan Pertanian yang berisi 21 buah naskah. b. Pengkajian In-House Pengkajian in-house dilaksanakan rata-rata sebanyak 5 judul kegiatan di masing-masing BPTP. Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai saat ini meliputi sosialisasi, advokasi, koordinasi dengan stakeholder terkait, kegiatan pemanenan dan pascapanen, uji laboratorium, dan penyusunan laporan akhir kegiatan. Kegiatan pengkajian di BPTP antara lain: Teknologi budidaya padi lokal (Sigupay) untuk lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

122 Teknologi kajian peningkatan efisiensi pemupukan melalui beberapa metode dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani jagung di NTB Teknologi sistem usahatani kedelai di bawah tegakan kelapa dalam dan jati muda untuk mendukung program swasembada kedelai di Jawa Barat Teknologi pengolahan cabai di DKI Teknologi peningkatan produktivitas dan kualitas bawang merah ramah lingkungan di Jambi Teknologi pengembangan budidaya tanaman tebu lahan kering di Kabupaten Dompu, NTB Teknologi spesifik lokasi kakao melalui introduksi klon-klon unggul di Gorontalo Teknologi peningkatan efisiensi reproduksi sapi melalui gertak birahi di Bali Teknologi pengelolaan sumber plasma nuftah SDG lokal di Bangka Belitung Teknologi Strategis yang Terdiseminasikan ke Pengguna Secara rata-rata, capaian fisik teknologi yang didiseminasikan hingga triwulan IV mencapai 100%. Kegiatan Teknologi strategis yang terdiseminasikan ke pengguna meliputi: (1) Peningkatan komunikasi dan koordinasi kelembagaan penyuluh, (2) Peningkatan kualitas karya tulis ilmiah (KTI) hasil pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi, (3) Koordinasi dan percepatan pengembangan Taman Agroinovasi dan Agrimart lingkup BBP2TP, (4) Koordinasi dan kajian dampak pendampingan kawasan pengembangan pertanian nasional padi, jagung dan kedelai, (5) Identifikasi calon lokasi, koordinasi, bimbingan dan dukungan teknologi UPSUS PJK, ASP, ATP dan Kementan pada komoditas utama, (6) Koordinasi dan kajian kinerja pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, (7) Koordinasi dan kajian kinerja pendampingan kawasan peternakan, (8) Koordinasi pendampingan dan pengawalan percepatan penerapan teknologi komoditas perkebunan rakyat, (9) Koordinasi kegiatan KATAM terpadu, (10) Pendampingan PUAP, (11) Peningkatan kinerja pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi, (12) Koordinasi kegiatan model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri, (13) Koordinasi dan percepatan pengembangan Taman Agroinovasi dan Agrimart lingkup BBP2TP, (14) Koordinasi dan kajian dampak pendampingan kawasan pengembangan pertanian nasional padi, jagung dan kedelai, (15) Koordinasi dan kajian kinerja pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, (16) Koordinasi dan kajian kinerja pendampingan kawasan peternakan Produksi Benih Sumber Padi, Jagung dan Kedelai Capaian fisik kegiatan produksi benih sumber padi, jagung dan kedelai lingkup BB Pengkajian hingga Triwulan IV Tahun 2016 sebesar ton atau 91,75% dari target, sedangkan realisasi anggaran sebesar 89,79%. Terdapat beberapa Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

123 kendala dalam pencapaian target produksi benih sumber, misalnya di Riau terdapat calon benih yang tidak lulus sertifikasi, dan di Kepri produksi tidak didaftarkan ke BPSB. Selain dua hal tersebut, sebagian besar diakibatkan oleh kondisi iklim, seperti musim kemarau yang panjang pada awal tanam dan tingginya curah hujan saat panen, adanya gangguan hama penyakit yang mengakibatkan beberapa varietas kurang optimal, proses pasca panen tidak sempurna (penjemuran tidak kering). Hal tersebut antara lain menjadi penyebab kegagalan semai/tanam, harus melakukan tanam ulang, daya tumbuh benih rendah, dan tidak lulus uji laboratorium. 10. Pengembangan Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kegiatan Pengelolaan Publikasi Hasil Litbang Pertanian menerbitkan publikasi Badan Litbang Pertanian tercetak baik yang bersifat ilmiah maupun semi ilmiah. Melalui kegiatan ini, Balitbangtantelah menerbitkan publikasi dengan realisasi output utama 195 judul artikel (102,09 persen) dari target 191 judul artikel, yaitu: a) pemberian insentif untuk 44 judul Karya Tulis Ilmiah yang terbit di jurnal internasional; b) Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian (JP3) Vol.35 No.1-4 Tahun 2016 memuat 20 judul artikel; c) Warta Litbang Pertanian Vol. 38 No. 1-6 Tahun 2016 memuat 55 judul artikel; d) Buletin Teknik Pertanian Vol.21 No.1-2 Tahun 2016 memuat 22 artikel; e) Jurnal Perpustakaan Pertanian (JP2) Vol. 25 No.1-2 Tahun 2016 memuat 10 artikel; f)indonesianjournal of Agriculture (IJA) Vol. 8 (2) 2015 dan Vol. 9 (1) 2016 memuat 18 artikel, g)indonesian Journal of Agricultural Science (IJAS) Vol. 17 No. 1-2, 2016 memuat 10 artikel, h)laporan Tahunan Badan Litbangtan 2015 memuat 12 artikel dan i)4 judul buku pertanian yang dicetak ulang. Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan telah melakukan pengembangan koleksi perpustakaan melalui pengadaan databaseonline/offline. Sampai dengan triwulan IV tambahan koleksi perpustakaan sebanyak 800 judul koleksi perpustakaan melalui pengadaan database jurnal onlineyaitu Science Direct (Agricultural and Biological Sciences; Physical Sciences and Engineering), SPRINGER Database (Life Sciences dan Biomedical Sciences) dan ACSESS (Crop, Soil, and Environmental Science) Program Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Untuk mendukung pencapaian swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan diperlukan upaya pencegahan masuk dan menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK)/ Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) dari tahun ke tahun senantiasa meningkatkan kualitas kinerjanya. Dalam melakukan tugas dan fungsinya BARANTAN melaksanakan program Peningkatan Kualitas karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati dan mendapatkan anggaran pada tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan realisasi pada tahun 2016 adalah Rp ,- (98,34 %) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

124 Dalam melaksanakan program BARANTAN memiliki 6 (enam) kegiatan utama, yaitu : 1. Peningkatan Kepatuhan Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi 2. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani 3. Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 4. Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 5. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan laboratorium Uji Standard dan Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian 6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina dan Pengawasan Keamanan Hayati Berikut adalah capaian kinerja terkait outcome dan output dari pelaksanaan kegiatan utama tersebut: 1. Peningkatan Kepatuhan, Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan. Beberapa bahan kebijakan pengawasan dan penindakan karantina hewan/karantina tumbuhan dan keamanan hayati yang telah disiapkan yang mencerminkan bidang kepatuhan sebagai berikut : 1. Kode Etik PPNS Badan Karantina Pertanian 2. Pedoman Kerja atas Perjanjian Kerjasama Barantan TNI AD 3. Juklak/Juknis Polsus Barantan Pada tahun 2016 telah ada 42 kali kasus pelanggaran UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Karantina Ikan dan Karantina Tumbuhan yang berhasil ditindaklanjuti di BKP Kelas I Mataram, BKP Kelas I Batam, BKP Kelas II Cilegon, BBKP Soekarno-Hatta, BBKP Surabaya, BKP kelas II Yogyakarta, BKP Kelas I Jambi, BKP Kelas II Tarakan dan SKP Kelas I Banda Aceh. Adapun yang telah mencapai P-21 sebanyak 17 kasus. Pada tahun 2016 beberapa peningkatan pencapaian kerjasama perkarantinaan penting terutama kerjasama internasional melalui kerjasama Bilateral, yaitu : Indonesia-Australia WGAFFC Indonesia-Australia, Indonesia-Selandia Baru WGAC Indonesia-Selandia Baru, Indonesia-Belanda, Indonesia-EU CEPA (IEU CEPA), Indonesia-EFTA CEPA (IEFTA CEPA), Indonesia-Australia CEPA (IA CEPA), Regional Comprehensif Economic Partnership - Sub Working Group on SPS (RCEP SWG-SPS); kerjasama Regional, yaitu : ASEAN China SPS Cooperation, ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area - Sub Committee on SPS (AANZFTA SC-SPS), ASEAN-Hongkong FTA-Working Group on SPS (AHK FTA WG SPS), Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) serta kerjasama Multilateral, yaitu : Sidang Komite SPS-WTO ke 65 dan 67, KTM WTO (Satgas G-33). Beberapa capaian sistem informasi perkarantinaan antara lain progress perbaikan dwelling time di pelabuhan besar khususnya di pelabuhan tanjung priok dengan rata-rata 0,803 jam. Selain itu Pembuatan Aplikasi E-Cert dengan Belanda, sejak September 2016 Aplikasi telah siap digunakan dan telah dilaunching oleh Menteri Perdagangan Belanda. Adapun proses pengembangan E-cert juga dilakukan dengan Australia dan New-Zealand. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

125 2. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani. Peningkatan sistem karantina hewan dan keamanan hayati hewani terus dilakukan dari tahun ketahun. Beberapa capaian kebijakan yang di hasilkan baik yang dalam bentuk konsep maupun yang telah implementasi tahun 2016 adalah : 1) Rancangan Permentan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Pengamanan Maksimum 2) Rancangan Permentan tentang TKH Pengeluaran Produk Hewan ke Luar Negeri 3) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 144/Kpts/KR.110/L/01/2016 tentang Pedoman Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan Karantina Tahun ) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 406/KPTS/KR.150/L3/2016 tentang Petunjuk Teknis Penentuan Lokasi dan Pembangun Instalasi Karantina Hewan Untuk Ruminansia 5) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 87/KPTS/KR.120/L/1/2016 tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan terhadap Hewan Penular Rabies 6) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 1209/KPTS/KR.110/L/8/2016 tentang Petunjuk Teknis Analisis Risiko Hama Penyakit Hewan Karantina 7) Dokumen Analisis Risiko Pemasukan Hewan yang meliputi Analisis Risiko terhadap BSE terkait Pemasukan Sapi dari Mexico dan Analisis Risiko terhadap Brucellosis terkait Pemasukan Sapi dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur 8) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 1237/KPTS/KR.140/L/8/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan Karkas, Daging Dan/Atau Jeroan Ke Dalam Wilayah. 3. Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Peningkatan sistem karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati terus dilakukan dari tahun ketahun. Beberapa capaian kebijakan yang di hasilkan tahun 2016 adalah : 1) Penyempurnaan Permentan 09 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan MP OPTK ke Dalam Wilayah RI 2) Pedoman Sistem Sertifikasi Fitosanitari Bahan Pakan Ternak Asal Tumbuhan Tujuan China 3) Dokumen Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) Benih : 106 Komoditas 4) Dokumen AROPT Non benih : 6 Komoditas 5) Dokumen Registrasi Lab Pengujian Keamanan PSAT 6) Rekomendasi Permohonan Pemasukan Agens Hayati ke dalam Wil RI Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

126 Dalam rangka dukungan akselerasi ekspor dan pengembangan akses pasar dengan Negara mitra dagang komoditas tumbuhan, antara lain sebagai berikut: 1) Buah Mangga, Pisang, Nanas ke Chile (Pendahuluan kunjungan delegasi) 2) Buah Naga ke Australia (Proses inisiasi IRA) 3) Buah Salak ke New Zealand (proses publik hearing stakeholder) 4) Buah Mangga ke Korea Selatan (penyiapan fasilitas HWT) 5) Buah Manggis ke China (pembahasan protokol ekspor oleh AQSIC) 4. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Standard dan Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian Dalam rangka Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standar Dan Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian beberapa output kegiatan antara lain : 1. Telah dilakukan pengembangan metode dan uji coba laboratorium di BBUS- KP yang umumnya masih dalam proses pelaksaan uji coba, yaitu : a) Pengembangan Metode Serologi dan Molekuler Untuk Deteksi Penyakit Squash Mosaic Virus Pada Jaringan dan Benih Tanaman Cucurbitae b) Uji coba metode deteksi Burkholdera glumae dari benih padi menggunakan media selektif c) Pengembangan Metode Analisis Multiresidu Pestisida pada PSAT dengan Metode Quechers (Acetonitrile extraction) dan Ethyl Acetate Extraction menggunakan GC MS dan LC MS MS d) Deteksi Metode HA dan RT-PCR untuk Mendeteksi Penyakit AI pada Burung dan Unggas e) Deteksi Penyakit Bovine Genital Campylobacteriosis menggunakan Metode Kultur f) Deteksi Cemaran Kimia Sulfit pada Sarang Burung Walet Dengan Metode Spectometric 2. Telah dilakukan uji terap teknik dan metode karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUT-TMKP), yaitu : a) Uji Terap perlakuan dingin untuk desinfestasi Bactrocera cucurbitae pada buah melon b) Perlakuan Iradiasi Sinar Gamma terhadap Penggerek Buah Mangga c) Perlakuan Ethyl formate terhadap Tungau dan Nematoda pada Bawang putih d) Uji Terap Perlakuan Sulfuryl Fluoride (SF) Pada Benih Jagung e) Perlakuan Posfin Formulasi Cair Terhadap Kutu Putih pada Buah Manggis Ekspor f) Perlakuan terhadap pakan ternak g) Teknik Pemusnahan Sesuai Animal Welfare Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

127 5. Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya Badan Karantina Pertanian pada tahun 2016 telah melakukan sertifikasi karantina komoditas tumbuhan dan produknya, dengan total kali dan melakukan sertifikasi karantina komoditas hewan dan produknya, dengan total frekuensi kali, sehingga secara keseluruhan total sertifikasi sebanyak kali. Frekuensi Penerbitan Sertifikasi Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan Pada Tahun dapat dilihat pada tabel 62. Tabel 62. Frekuensi Penerbitan Sertifikasi Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan Pada Tahun Sertifikasi Frekuensi Penerbitan (kali) Karantina Hewan Karantina Tumbuhan TOTAL Sumber Data: Badan Karantina Pertanian, 2016 Badan Karantina Pertanian tahun 2016 telah menerbitkan sertifikasi karantina komoditas tumbuhan dan produknya dengan frekuensi: (1) impor: kali; (2) ekspor: kali, (3) domestik masuk: kali, dan (4) domestik keluar kali, dengan total sertifikat sebanyak kali. Sedangkan frekuensi penerbitan sertifikasi untuk komoditas hewan dan produknya adalah: (1) impor: kali, (2) kali, (3) domestik masuk: kali, dan (4) domestik keluar: kali, dengan total sertifikat sebanyak kali. Total penerbitan sertifikasi untuk komoditas tumbuhan dan hewan beserta produksinya sebanyak kali. Dari hasil pemeriksaan terhadap media pembawa HPHK/OPTK maka Badan Karantina Pertanian telah mencegah masuk dan menyebarnya sejumlah HPHK/OPTK. Beberapa HPHK yang terdeteksi positif dan tercegah masuk maupun keluarnya di antar area sebagai berikut No Temuan HPHK MP HPHK Tempat Pemasukan/Pengelu aran 1 Brucellosis Sapi SKP Kelas ISamarinda 2. Septichaemia Epizootica Sapi BKP Kelas II Kendari (SE) dan Brucellosis 3. Brucellosis Sapi, Kambing BKP Kelas I Balikpapan 4. BVD Sapi BKP Kelas II Pangkal Pinang 5. Brucellosis Sapi BKP Kelas II Palu Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

128 6. Brucellosis Sapi SKP Kelas II Ende T a7. b8. e Trypanosomosis Trypanosomosis Avian Influinza (AI) Kuda Kerbau Unggas Dewasa Kecil dan BKP Kelas I Mataram BBKP Surabaya 9. Brucellosis Sapi SKP Kelas I Parepare l 10 Brucellosis Sapi SKP Kelas II Mamuju Trypanosomosis 11. Brucellosis - Sapi, Kerbau SKP Kelas I Sumbawa 6 Trypanosomosis - Kuda,Sapid dan Besar 3 Kerbau 12 Bovine Anaplasmosis Sapi BKP Kelas I Jambi. Bovine Babesiosis Rekapitulasi Temuan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Sumber: Badan Karantina Pertanian 2016 Sedangkan temuan atau deteksi positif OPTK untuk masuk dan menyebarnya ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia sebagai berikut : Tabel 64. Rekapitulasi Temuan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) No Temuan OPTK MP OPTK Negara Asal 1. Aphelenchoides besseyi Tempat Pemasukan Benih Padi Filipina BBKP Soekarno Hatta 2. Burkholderia glumae Benih Padi Cina BBKP Surabaya 3. Helminthosporium Bibit Scodlandia BBKP Tj Priok solani Kentang 4. Poronospora manshurica 5. Pseudomonas syringae pv. syringae 6. Pseudomonas viridiflava 7. Tilletia laevis Gandum Biji Argentina, Ukraina Kedelai Amerika BKP Kelas I BD Serikat Lampung, BBKP Surabaya Bibit Krisan Belanda BBKP Soekarno Hatta Benih Kubis Jepang BBKP Soekarno Hatta Bungkil Kedele Argentina BBKP Surabaya,BBKP Makassar, BKP Kelas II Cilegon BBKP Surabaya 8. Tilletia tritici Gandum Biji Ukraina BBKP Surabaya,BBKP Makassar, BKP Kelas II Cilegon 9. Asphodelus fistulosus Gandum Biji Australia BKP Kelas II Cilegon 10. Stenocarpella maydis Gandum Biji Amerika Serikat BKP Kelas II Cilegon Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

129 11. Dasheen Mosaic Potyvirus (DsMV) 12. Pantoea stewartii Subsp.stewartii Bibit Lily Benih Jagung Manis Benih Jagung Calla Belanda Thailand BBKP Soekarno Hatta BBKP Tanjung Priok 13. Sitophlius granarius Gandum Ukraina BKP Kelas II Cilegon 14. Ditylenchus dipsaci Bawang Cina BBKP Surabaya Putih Sumber: Badan Karantina Pertanian 2016 Pada tahun 2016, Badan Karantina Pertanian telah melakukan tindakan penahanan sebanyak kali, tindakan penolakan sebanyak kali dan tindakan pemusnahan sebanyak kali, sehingga total tindakan penahanan, penolakan dan pemusnahan sebanyak kali. Selain itu, telah juga dilakukan tindakan penahanan, penolakan dan pemusnahan kegiatan impor komoditas hewan. Total tindakan penahanan sebesar : kg, lembar, ekor, antara lain yaitu: daging sapi kg, daging unggas kg, unggas ekor, kulit sapi lembar dan kg, daging babi kg, dan telur unggas kg. Untuk total tindakan penolakan sebesar kg antara lain: daging sapi kg, daging babi 1063 kg, daging kerbau 140 kg, unggas 234 ekor, dan telur unggas kg. Total tindakan pemusnahan sebesar kg antara lain: daging sapi kg, daging kerbau 960 kg, daging babi 153 kg, unggas 735 ekor, kulit sapi 447 kg, dan telur unggas 47 kg. Adapun untuk komoditas tumbuhan, total tindakan penahanan komoditas tumbuhan impor sebesar kg, total tindakan penolakan kg, dan total tindakan pemusnahan kg. Untuk tindakan penahanan meliputi antara lain: gandum biji kg, kedele kg, dan buah segar kg Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pertanian Gambar 51. Menteri Pertanian membuka kegiatan Penerapan Revolusi Mental Keberhasilan pembangunan sektor pertanian yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pertanian, disamping ditopang fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, juga harus didukung fungsi pengawasan yang efektif. Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) merupakan lembaga pengawasan internal yang memiliki peran sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Inspektorat Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

130 Jenderal menjalankan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan program dan kegiatan di internal Kementerian Pertanian. Kontribusi Inspektorat Jenderal dalam pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian ditunjukkan dengan pemberian saran dan rekomendasi strategis untuk perbaikan tata kelola keuangan dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian, pengelola program (Eselon I) dan pengelola kegiatan (Eselon II). Pemberian rekomendasi strategis diarahkan pada on going process, sehingga perbaikan proses pembangunan pertanian dapat segera dilakukan oleh penggelola program dan kegiatan. Melalui rekomendasi strategis yang diberikan, diharapkan mampu mengiliminir risiko pembangunan pertanian di lapangansehinggaberdampak pada pencapaian hasil. Rekomendasi strategis tersebut dihasilkan melalui serangkaian kegiatan pengawasan intern berbasis risiko dan berbasis capaian (audit, reviu, pengawalan, evaluasi dan pengawasan lainnya) yang juga diarahkan pada pengawasan. Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sampai dengan Desember 2016, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian diperkuat oleh 301 pegawai dengan rincian sebagai berikut : 163 orang (54%) fungsional Auditor, 12 orang (4%) fungsional tertentu (fungsional kepegawaian, fungsional perencana, arsiparis dan pengelola PBJ), 21 orang (7%)pejabat struktural, dan 105 orang (35%) fungsional umum. Sesuai Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian Nomor B.2459/Kpts/PW.170/H/12/2015 tentang Arah Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian, dalam rangka efektivitas pelaksanaan program, maka Itjen Kementan menetapkan 3 (tiga) strategi pengawasan, yaitu: a. Peningkatan akuntabilitas pembangunan pertanian melalui audit program dan kegiatan tahun 2015, evaluasi program dan kegiatan tahun 2015, reviu LK tahun 2015 dan 2016, reviu RKA-KL tahun 2016 dan 2017, pemantauan program dan kegiatan tahun 2016, dan pengawalan program dan kegiatan tahun 2016; b. Peningkatan Maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) melalui diagnostic assessment SPIP, pemetaan kapasitas SPIP, pembinaan SPIP, dan evaluasi penerapan SPIP; c. Peningkatan kapabilitas Inspektorat Jenderal melalui peningkatan kompetensi dan ketaatan pada standard dan SOP berbasis risiko, peningkatan kapasitas information and communication technology (ICT), dan peningkatan sarana prasarana. 1. Program Pengawasan dan Realisasinya Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian selaku institusi yang berwenang melaksanakan kegiatan bidang pengawasan intern di lingkup Kementerian Pertanian, senantiasa bekerja secara optimal sesuai tugas dan fungsi yang di embannya dengan memperhatikan kondisi/kebutuhan organisasi yang ada dalam rangka mendukung optimalisasi pencapaian tujuan dan target/sasaran Kementerian Pertanian, melalui pelaksanaan kegiatan pengawasan yang terpadu dan terukur, seperti terlihat pada table berikut: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

131 Tabel No 65. Program Kerja Pengawasan dan Realisasinya Berdasarkan PKPT T.A Kegiatan Pengawasan Jumlah OP Target Jumlah Anggaran OP yang diaudit PKPT Jumlah OP Realisasi Jumlah Anggaran OP yang diaudit 1 Audit Kinerja Pusat dan Daerah 198 2,013,126,791, ,708,658,176,501 2 Audit Tujuan Tertentu 52 3,820,128, ,258,565,073 3 Audit Investigasi 21 2,775,146, ,163,150 4 Reviu Laporan Keuangan T ingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) 24 64,144,584,452, ,072,292,226,000 5 Reviu RKAKL TA ,214,246,984, ,107,123,492,000 6 Evaluasi SAKIP 24 64,144,584,452, ,072,292,226,000 7 Pendampingan/Pengawalan ,531,089,115, ,529,997,783,200 8 Kegiatan Pengawasan Lainnya ,261,495, ,525,736,362 Keterangan: OP= Obyek Pengawasan Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat bahwa Itjen Kementan telah melakukan audit kinerja terhadap total dana OP senilai Rp atau 100,09% dari target yang ditetapkan sebesar Rp a. Audit Kinerja (Audit Pengadaan Barang/Jasa) Audit Kinerja merupakan pemeriksaan yang bersifat operasional untuk menilai kinerja dari satuan kerja (satker) melalui indikator efisiensi, efektivitas, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Itjen Kementan pada tahun 2016 telah melaksanakan kegiatan audit kinerja dan audit barang/jasa penugasanpada satker pengelola dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan lingkup Kementan yang tersebar di 33 provinsi. Terlihat pada tabel 1, bahwa dari target rekomendasi sebanyak 638 rekomendasi tertera di dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2016, tercapai sebanyak rekomendasi (227,90%). Demikian halnya dengan realisasi capaian besaran dana OP yang diaudit belum mampu memenuhi target yang ditetapkan. Berdasarkan data pada tabel 1, target anggaran OP terperiksa sebesar Rp belum tercapai seluruhnya, mengingat realisasi pemeriksaan anggaran OP hingga akhir tahun mencapai Rp (84,88%). Tahun 2016 Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan kegiatan audit kinerja dengan realisasi sebanyak176op dari target sebanyak 198 Obyek Pengawasan (OP) pada dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan lingkup Kementan yang tersebar di 33 provinsi.bahwa realisasi capaian OP sebanyak total 176satker telah mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja. b. Audit Tujuan Tertentu Sesuai dengan Permentan No.43 Tahun 2015, fungsi Inspektorat Investigasi antara lain: pengawasan dengan Tujuan Tertentu (Audit Investigatif dan Audit Tujuan Tertentu), dan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, meliputi: Pembinaan Tekad Anti Korupsi dan Pembinaan Maturitas Penyelenggaraan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

132 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), serta Penilaian Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI-WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Capaian kinerja kegiatan pengawasan dengan Tujuan Tertentu, sebagai berikut: Tabel 66. Hasil Audit dengan Tujuan Tertentu Tahun 2016 Sumber: Itjen, 2016 Berdasarkan tabel di atas dikemukakan bahwa capaian kinerja kegiatan audit tujuan tertentu tahun 2016 telah menetapkan temuan senilai Rp ,34 dengan tindaklanjut senilai Rp ,34 sehingga masih tersisa saldo senilai Rp ,00 (48,30%). Tabel 67. Hasil Audit Investigasi Tahun 2016 Sumber: Itjen, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

133 Berdasarkan tabel di atas dikemukakan bahwa capaian kinerja kegiatan audit investigasi tahun 2016 telah menetapkan temuan senilai Rp ,54 dengan tindaklanjut senilai Rp ,54 sehingga masih tersisa saldo senilai Rp ,00 (67,59%). c. Reviu Laporan Keuangan Reviu bertujuan untuk membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi Laporan Keuangan (LK) Kementerian Pertanian, dan memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi keandalan dan keabsahan informasi LK Kementerian Pertanian serta pengakuan, pengukuran, pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada Menteri, sehingga dapat menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Pertanian yang berkualitas.metodologi reviu laporan keuangan Kementerian Keuangan dilakukan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan serta dengan menggunakan pendekatan berjenjang mulai dari UAKPA/B, UAPPA/B-W dan UAPPA/B-E1. Reviu dititikberatkan pada akun laporan keuangan yang mempunyai potensi tinggi terhadap kesalahan pencatatan transaksi keuangan. Reviu Laporan Keuangan dilakukan terhadap 49 laporan dengan hasil reviu antara lain unit Eselon I masih belum seluruhnya menerapkan PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, khususnya dalam merekonsiliasi internal UAPPA/B-E1 antara SAIBA dan SIMAK-BMN, terjadinya perbedaan nilai kas di bendahara pengeluaran, penyerahan belanja barang 526 belum seluruhnya didukung dengan BAST dari UAPP/B-E1 dan transfer masuk aset tetap dari satker in-aktif belum disajikan dalam catatan atas laporan BMN. d. Evaluasi SAKIP Tujuan dilaksanakannya reviu atas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah membantu penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan data/informasi kinerja Instansi Pemerintah sehingga dapat menghasilkan Laporan Kinerja yang berkualitas. Berdasarkan table dibawah ini, persentase rata-rata hasil evaluasi SAKIP Eselon I senilai 77,20% (BB = Sangat baik). Tabel 68. Hasil Penilaian Kegiatan Evaluasi SAKIP Tahun 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

134 Beberapa hal yang menjadi perhatian dari hasil evaluasi SAKIP adalah menyelaraskan sasaran secara berjenjang antara Renstra PK RKT, serta sasaran antara tingkat eselon II dengan eselon Idan tingkat kementerian;dalam penyusunan indikator utama tingkat eselon I perlu memasukkan indikator eselon II dibawahnya sebagai dasar pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam Renstra dan PK; serta melakukan pemantauan berkala terhadap capaian target yang telah ditetapkan. e. Pengawalan/Pendampingan Kegiatan pengawalan/pendampinganyang dilakukan Itjen bertujuan untuk membantu terealisasinya kegiatan strategis di mitra kerja sesuai ketentuan, dengan tetap menjunjung tinggi norma& ketentuan standar audit dan kode etik auditor. Tabel 69. Hasil Kegiatan Pengawalan Tahun 2016 Permasalahan umum yang telah diidentifikasi pada kegiatan pengawalan yaitu pimpinan satker/penanggungjawab kegiatan belum menerapkan SPI, PPK belum mempunyai sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa, PPK dan tim teknis tidak cermat dalam menetapkan HPSdan rancangan kontrak,informasi internal yang berkaitan dengan faktor-faktor penghambat keberhasilan belum diidentifikasi dan belum dilaporkan secara teratur kepada pimpinan, serta terdapat kekeliruan pemberian scoring pada saat verifikasi calon petani (CP)/calon lokasi (CL). f. Kegiatan Pengawasan Lainnya Kegiatan pengawasan lainnya diselenggarakan Itjen Kementan dalam 2 (dua) bentuk yaitu: a. Sosialisasi Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/PROTANI. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu: 1) Provinsi Jawa Barat bertempat di Bogor pada tanggal 25 april 2016 sampai dengan 26 april 2016 diikuti sebanyak 225 peserta. 2) Provinsi DIY dilaksanakan pada tanggal Mei 2016 diikuti sebanyak 312 peserta atau 104% dari target sebanyak 300 peserta. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

135 3) Provinsi DKI Jakarta bertempat di Auditorium Kementerian Pertanian pada tanggal November 2016 diikuti sebanyak 386 peserta. b. Penilaian Zona Integritas (ZI) menuju WBK dan Wilayah Birokrasi Bebas Bersih dan Melayani (WBBM). Penilaian ZI-WBK-WBBM tahun 2016 dilaksanakan pada 55 unit kerja pusat dan daerah. berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pada 55 unit kerja, sebanyak 41 unit kerja atau 74,55% dinyatakan dengan predikat WBK, dan sebanyak 9 unit kerja atau 16,36% dinyatakan dengan predikat WBBM, sedangkan sebanyak 5 unit kerja atau 9,09% belum memenuhi kriteria WBK-WBBM. 2. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Itjen Kementan telah melakukan pemantauan data hasil audit, baik hasil audit intern yakni audit kinerja, audit investigasi, maupun audit tujuan tertentu dan hasil audit ekstern yang dilakukan oleh BPK-RI maupun BPKP yang meliputi temuan awal, tindak lanjut dan saldo akhir temuan. a. Pemantauan Tindaklanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI yang dipantau sampai dengan bulan Desember Tahun 2016 adalah sebanyak 970 atau bertambah sebanyak 97 rekomendasi dari posisi Resume Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan per tanggal 31 Desember 2015 seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 70. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tahun 2016 Sumber: Itjen, 2016 Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang Telah Sesuai Terdapat tindak lanjut hasil pemeriksaan yang telah sesuai Tahun 2016 sebanyak 568 rekomendasi (58,56%) dengan nilai Rp ,27 juta Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

136 meningkat senilai Rp2.471,88 juta dari semester sebelumnya yaitu rekomendasi senilai Rp2.075,31 atas Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian TA 2015, senilai Rp180,50 juta atas Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan pada Sustainable Management 0f Agricultural Research and Technology Dissemination (SMARTD) Project Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 dan senilai Rp216,07 atas Laporan Hasil Pemeriksaan Pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2014 pada Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. 2) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang Belum Sesuai dan Dalam Proses Tindak Lanjut Terdapat tindak lanjut hasil pemeriksaan yang belum sesuai dan dalam proses tindak lanjut s.d. Semester II Tahun 2016 adalah sebanyak 282 rekomendasi (29,07%) dengan nilai Rp16.813,60 juta meningkat senilai Rp1.115,02 juta, dengan uraian sebagai berikut: a) Sejumlah Rp737,66 juta dari LHP atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian TA b) Senilai Rp150 juta merupakan sisa kelebihan transfer dana bantuan sosial uang di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang belum ditransfer ke kas Negara. c) Senilai Rp35,27 juta merupakan rekomendasi setoran atas pemahalan harga pengadaan pupuk NPK, sapi brahman cross, dan benih kapas. d) Senilai Rp257,10 juta merupakan rekomendasi untuk menarik kekurangan volume dan pungutan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. e) Kekurangan penerimaan PNBP senilai Rp295,29 juta. f) Sejumlah Rp376,55 juta dari LHP Laporan Keuangan Sustainable Management of Agricultural Research and Technology Dissemination (SMARTD) Project Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 yaitu kekurangan volume pekerjaan konstruksi pembayaran pengadaan peralatan laboratorium terpadu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). g) Sejumlah Rp815 ribu terhadap kekurangan PNBP dari Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2014 pada Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. 3) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang Belum Ditindaklanjuti Terdapat 78rekomendasi (8,04%) dengan nilai Rp905,012 jutayang belum ditindaklanjuti, diantaranya: a) Sebanyak 17 dari 56 rekomendasi senilai Rp861,60 juta yang berasal dari LHP atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian TA Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

137 b) Sebanyak 12 dari 23 rekomendasi yang berasal dari LHP PDTT atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan BA (Belanja Subsidi Pupuk) TA c) Sebanyak 11 dari 13 rekomendasi yang berasal dari Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja Atas Pengelolaan Penyaluran Pupuk Bersubsidi TA 2013 s.d Semester I 2015 pada Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Instansi Terkait Lainnya di Wilayah Provinsi DKI Jakarta, Aceh, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. 4) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Terdapat 42 rekomendasi dengan nilai Rp ,63 juta yang tidak dapat ditindaklanjuti. b. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Audit BPKP Tabel 71. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tahun 2016 Sumber: Itjen, 2016 Dari tabel diatas, jumlah hasil pemeriksaan BPKP dengan total temuan sebesar Rp ,45 dan telah ditindaklanjuti sebesar Rp ,68, sehingga masih terdapat sisa temuan yang belum ditindaklanjuti sebesar Rp ,77 atau 19,63%. c. Pemantauan TindakLanjut Hasil Audit Inspektorat Jenderal Sesuai dengan data tahun 2016 tersaji pada tabel dibawah ini, jumlah temuan kerugian negara hasil audit kinerja yang dilakukan oleh Itjen Kementan senilai Rp ,38, temuan tersebut telah ditindaklanjuti senilai Rp ,54, sehingga masih terdapat saldo temuan yang belum ditindaklanjuti senilai Rp ,84. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

138 Tabel 72. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tahun 2016 Sumber: Itjen, 2016 Dan untuk melihat perkembangan hasil pemantauan tindaklanjut per tahun anggaran, dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 73. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Per Tahun Anggaran Sumber: Itjen, 2016 Berdasarkan tabel diatas, nilai temuan kerugian negara pada tahun 2016 sangat rendah dibandingkan nilai temuan 4 tahun sebelumnya, namun masih menyisakan sisa tunggakan kerugian negara senilai Rp ,39. Secara total nilai temuan kerugian negara 5 tahun terakhir adalah senilai Rp ,38 dengan tindaklanjut sebesar Rp ,54 (82,67%) sehingga sisa temuan kerugian negara masih terdapat sebesar Rp ,84 (17,33%) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian Untuk mewujudkan Visi dan Misi serta Tujuan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, maka dilaksanakan program dan kegiatan yang menghasilkan output, outcome, benefit dan manfaat dari penyelenggaraan pelayanan manajemen dan pelayanan teknis pembangunan pertanian yang sejalan dengan prinsip tata kelola, tata penyelenggaraan dan kewenangan untuk mewujudkan Kementerian Pertanian sebagai organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dan hasil yang Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

139 telah dicapai sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 1. Koordinasi dan pembinaan perencanaan Kementerian Pertanian Pelaksanaan program dan kegiatan fungsi perencanaan Tahun 2016 yang dilakukan oleh Biro Perencanaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Wilayah 1) Penguatan Sistem Informasi Kawasan Pertanian (SIKP) Mendukung Swasembada Pangan Hasil dari analisis pemetaan kawasan pertanian yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal bekerjasama dengan Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, yang diakomodir dalam website SIKP, yaitu Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu Nasional skala 1: dan skala 1: Pembangunan website SIKP ini dilakukan Tim SIKP yang terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin), Pusat Sosial Ekonomi dan Kabijakan Pertanian (PSEKP), serta dari Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). 2) Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Hasil dari koordinasi ini yaitu telah diterbitkan: a) Permentan Nomor: 56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang Pedoman Pengembanagn Kawasan Pertanian, tanggal 29 November 2016 dan telah diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1832; serta b) Kepmentan Nomor: 830/Kpts/RC/040/12/2016 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional, tanggal 19 Desember ) Penyusunan Rancang Bangun Model Pembangunan Pertanian di Kawasan Perbatasan Rapat koordinasi pembangunan pertanian membahas kawasan perbatasan dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Auditorium Kantor Pusat Kementerian Pertanian yang dihadiri oleh Gubernur, Bupati dan Bappeda dan SKPD Lingkup Pertanian di Daerah Perbatasan dengan Narasumber Menteri Pertanian, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Asisten Teritorial Kasad. Hasil dari rakor adalah kesepakatan bersama (MoU) antara Menteri Pertanian, Menteri Desa, pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Asisten Teritorial Kasad dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). 4) Penguatan Basis Data Kawasan Peternakan Capaian dari ini adalah adanya data eksisiting maupun potensi yang terkait dengan pembangunan pertanian khususnya peternakan di lingkup Kementerian Pertanian komoditas sapi potong. meliputi terselenggaranya Rapat-rapat koordinasi rutin dan insidentil dalam bentuk rapat di kantor dan konsinyasi, telah terlaksanaya supervisi, terkumpulnya data dan informasi di pusat dan daerah serta menghadiri undangan pertemuan tingkat nasional dan regional dalam rangka Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

140 koordinasi pelaksanaan program dan lintas sektoral dan lintas jenjang pemerintahan yang terkait pengembangan kawasan pertanian khususnya peternakan. Output telah terselesaikannya Peta Atlas Potensi Kawasan Peternakan potong Skala 1: dan telah diekspose ke Instansi/lembaga terkait yang berhubungan dengan sub-sektor peternakan, dan dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun tingkat daerah. 5) Pengembangan Decision Support System (DSS) Perencanaan Pembangunan Pertanian Capaian dari ini adalah penguatan sumber daya manusia pertanian Aspek Sistem Informasi Geografis dan kewilayahan, dengan adanya seminar dan advokasi yang dilaksanakan dengan mengundang narasumber yang kompeten meningkatkan pemahaman perencana khususnya bagian Perencanaan Wilayah terhadap kebijakan nasional pembangunan pertanian dan prinsip-prinsip reformasi perencanaan dan penganggaran di bidang pertanian, meningkatnya kemampuan perencana terhadap metode, instrumen dan praktek analisis perencanaan wilayah berbasis sumberdaya lokal, meningkatnya kemampuan perencana terhadap peraturan perundangan dan manajemen pengembangan kawasan pertanian, adanya peninggkatan kemampuan sebagian perencana terhadap penguasan teknologi informasi modern yang berbasis spasial yang didapat dari Balai Diklat BIG. b. Kegiatan Penyusunan Kebijakan dan Program 1) Koordinasi Pengarusutamaan Gender Pada tahun 2016 Kementerian Pertanian telah melaksanakan pemantauan dan evaluasi yang responsif gender di delapan unit Eselon-I lingkup Kementerian Pertanian. Pemantauan dan evaluasi responsif gender bagi pelaksana dan penerima manfaat baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang pelaksanaannya secara bersama-sama dengan Eselon 1 lain. Ruang lingkup pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada delapan responsif gender, meliputi: Sekolah Lapang-Pengelolaan Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Pangan, SL-PHT Hortikultura, SL-PHT Perkebunan, Sarjana Membangun Desa (SMD), Sekolah Lapang-Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP), Desa Mandiri Pangan, Pengelolaan Irigasi Partisipatif dan Pelatihan Non Aparatur. Pada Tahun 2016 Pengarusutamaan Gender di Kementerian Pertanian mendapatkan Anugerah Parahita Ekapraya dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada peringatan Hari Ibu pada Tanggal 18 Desember 2016 di Istana Negara. 2). Koordinasi Perencanaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tenaga Kerja Pertanian (petani) merupakan asset yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian, hal ini berkaitan dengan target produksi yang telah ditetapkan. Koordinasi Perencanaan Tenaga Kerja ini telah dilaksanakan sosialisasi di 3 (tiga) provinsi untuk selanjutnya disusun telaahan tenaga kerja di Program SLPTT serta identifikasi/pengumpulan program/ strategis lingkup Kementerian Pertanian, rencana aksi (Renaksi) Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

141 3). Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim Sektor Pertanian Dampak perubahan iklim (DPI) di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya dan berdampak terhadap hasil pertanian pada khususnya. Efek yang sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian akibat perubahan iklim yaitu adanya perubahaan siklus musim dari musim kemarau ke musim penghujan. Perubahan siklus ini berpengaruh terhadap hasil panen pertanian dan perkebunan yang tidak sesuai lagi dengan waktu yang direncanakan serta peningkatan jenis hama yang disebabkan oleh meningkatnya temperatur/suhu udara. 4). Penyusunan Renstra Kementerian Pertanian Bentuk yang terus diupayakan dan dilaksanakan selain koordinasi adalah merencanakan, memfasilitasi, mendukung dan mengajak partisipasi masyarakat, pelaku usaha, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi dalam melaksanakan pembangunan pertanian. penyusunan Renstra ini antara lain dengan: a) Melaksanakan koordinasi dengan Eselon 1 lingkup Kementan untuk merencanakan dan menyusun ke daerah terkait arah kebijakan pembangunan pertanian nasional sesuai program masing-masing Eselon 1. b) Memfasilitasi - koordinasi pembahasan Renstra dari masing-masing Eselon 1 dengan para nara sumber dari para pakar tentang kebijakan pertanian nasional, Staf Ahli Menteri Pertanian maupun para ahli lain yang terkait tentang kebijakan. 5). Koordinasi Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Penyusunan Perjanjian Kinerja mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Melihat pentingnya penyusunan Perjanjian Kinerja ini untuk kedepannya penyusunan PK diarahkan untuk disusun mulai dari level eselon II sampai level eselon IV, dimana berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja disusun satu bulan setelah anggaran diterbitkan. 6). Rencana Kerja (Renja) Kementerian Pertanian Penyusunan Renja ini berpedoman pada Renstra dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program. Renja dituangkan dalam bentuk aplikasi yang dikirimkan ke Bappenas pada akhir bulan Maret setiap tahunnya, dan birisi tentang progam, sasaran indikator, target dan alokasi. Penyusunan Renja dilakukan bersama dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian terutama terkait dengan penetapan target dan alokasi anggaran. Penyusunan Renja ditetapkan berdasarkan RKP 2016 dan hasil pembahasan Trilateral Meeting. 7). Penyusunan dan Sosialisasi E-Proposal Untuk Perencanaan 2017 Sejak tahun 2013 Kementerian Pertanian dalam penyampaian proposal telah berbasis website (online). E-Proposal berbasis website ini diharapkan dapat memudahkan pengelolaan data dan informasi proposal secara efektif, efisien, Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

142 akuntabel dan transparan. Tahun 2016 merupakan tahun ke empat Kementerian Pertanian menggunakan mekanisme e-proposal sebagai sarana bagi pengusulan untuk perencanaan tahun Berbagai perbaikan telah dilakukan agar aplikasi e-proposal dapat lebih mudah digunakan dan lebih bermanfaat bagi perencanaan ke depan. 8). Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2016 Musrenbangtanas merupakan finalisasi dari Pra-Musrenbangtanas, dimana sebelumnya sudah tercapai kesepakatan antara pusat dan daerah terkait dengan kebutuhan, dimana kebutuhan tersebut merupakan usulan dari daerah yang disampaikan melalui e-proposal dan telah di bahas pada Pra-Musrenbangtanas. 9). Pengolahan dan Penyajian Data Pertanian Menyajikan tren capaian indikator makro pertanian tahun (PDB, Tenaga Kerja, Investasi Sektor Pertanian, Neraca Perdagangan Sektor Pertanian, Nilai Tukar Petani/NTP), dan menyajikan target, luas panen, produksi dan produktivitas tujuh komoditas utama (padi, jagung, kedelai, gula, cabe, bawang merah dan daging sapi). Di samping itu juga melaksanakan Pelatihan Pengolahan Data dan Informasi yang terkoneksi dengan sistem informasi digital berbasis Web. Dengan terlatihnya para Perencana pusat dan daerah, maka data dan informasi yang dibutuhkan pimpinan dapat tersedia secara cepat, tepat dan akurat. c. Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Anggaran 1) Tersusunnya APBN Perubahan 2016; Dokumen hasil penelitian dan reviu RKA KL APBN-P 2016; Rancangan APBN lingkup Kementan 2017; (4) Dokumen hasil revisi DIPA dan POK 2016; Terselenggaranya workshop penyusunan anggaran kementan berbasis kinerja 2017; Pembinaan teknis terkait pengelolaan anggaran, sosialisasi pedoman, percepatan serapan anggaran dan perbaikan permasalahan administrasi sistem penganggaran pertanian. 2) Terselenggaranya Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun 2017 yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Januari 2017 bertempat di Hotel Bidakara Jakarta dan dibuka oleh Presiden. Tema Rakernas adalah Bangun Lahan Tidur untuk Meningkatkan Ekspor dengan Pembangunan Infrastruktur Pertanian. 3) Disamping itu pengelolaan anggaran juga melakukan Workshop Percepatan Pelaksanaan Program, dan Anggaran Tahun Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Harian Kompas dalam penyelenggaraan Forum Pertanian Forum Pertanian dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 bertempat di Hotel Bidakara Jakarta. Tema Forum Pertanian adalah Peran Sektor Pertanian dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Acara dibuka oleh Menteri Pertanian RI. 4) Output lainnya adalah tersusunnya Standar Biaya Keluaran (SBK) Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2017 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.02/2016 tanggal 30 Juni Standar Biaya Keluaran Kementerian Pertanian yang sudah ditetapkan sebanyak 214 SBK. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

143 5) Capaian lainnya adalah tersusunnya Bahan Nota Keuangan dan Rancangan APBN 2017 Kementerian Pertanian yang berisikan: 1) Pelaksanaan program, kebijakan dan realisasi APBN yang mencakup: a) Kinerja perkembangan produksi komoditas pertanian; b) Kinerja capaian indikator makro pertanian; c) Kinerja pendukung peningkatan produksi pertanian; d) Pengawasan pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan akuntabel; dan 2). Rancangan APBN 2017 yang mencakup: a) Sasaran dan target pembangunan pertanian, b) Program dan rencana prioritas; c) Anggaran pembangunan pertanian; dan d) Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak. 6) Output terkait rekapitulasi jumlah DIPA Satuan Kerja lingkup Kementerian Pertanian TA 2017 sebagai dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan pertanian baik pusat maupun daerah. Berdasarkan data jumlah DIPA Satker Kementerian Pertanian cenderung menurun setiap tahun. Tahun 2011, jumlah DIPA Satker 2.455, tahun 2012 turun menjadi DIPA, tahun 2013 turun menjadi DIPA Satker, tahun 2014 naik menjadi DIPA Satker, tahun 2015 turun menjadi DIPA Satker, dan tahun 2016 turun menjadi DIPA Satker, namun jumlah DIPA Satker kembali naik pada saat pengurangan pagu dalam APBN-P, menjadi DIPA Satker. Perubahan jumlah DIPA Satker mengindikasikan peluang permasalahan aset BMN, selain itu berpeluang terjadi permasalahan adanya Satker in-aktif. 7) Kegiatan koordinasi dan identifikasi anggaran subsidi, kredit program dan asuransi pertanian. Capaian dari kegiatan ini adalah rekomendasi pemanfaatan subsidi (pupuk dan benih) dan asuransi pertanian serta perencanaan anggaran subsidi (pupuk dan benih) dan asuransi pertanian. ini dilaksanakan dalam bentuk FGD (Focus Group Decision) di beberapa Kabupaten terpilih. FGD subsidi (pupuk dan benih) dilaksanakan di 4 Provinsi yaitu: Jawa Tengah (Kab. Pati dan Kab. Kendal), Sulawesi Tengah (Kab. Palu dan Kab. Sigi), Sumatera Utara (Kab. Deli Serdang dan Kab. Batubara) dan Kalimantan Selatan (Kab. Tapin dan Kab. Barito Kuala) sedangkan FGD Asuransi Usaha Tani Padi dilaksanakan di 2 Provinsi yaitu: Banten (Kab. Tangerang), Sulawesi Selatan (Kab. Gowa). 8) Penyelenggaraan Workshop Regional Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian Tahun Workshop ini dilaksanakan di dua wilayah, yaitu wilayah Timur bertempat di Hotel Grand Pasundan - Bandung pada tanggal Maret 2016 dihadiri oleh peserta wilayah Indonesia bagian timur sebanyak 750 orang. Sedangkan untuk wilayah barat bertempat di Hotel Grand City Makassar pada tanggal Maret 2016 dihadiri oleh peserta wilayah indonesia bagian barat sebanyak 750 orang. 9) Terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 38/Permentan/RC.240/8/2016 tanggal 22 Agustus 2016 Tentang Revisi Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kedaulatan Pangan, Sub Bidang Pertanian Tahun 2016 dan terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/RC.240/12/2016 tanggal 19 Desember 2016 Tentang Petunjuk Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

144 Operasional Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian Tahun d. Kegiatan Evaluasi dan Pelaporan 1) Capaian kinerja evaluasi dan pelaporan tahun 2016 diantaranya adalah: (1) Dokumen pengukuran Indikator Kinerja baik triwulanan maupun tahunan; (2) Dokumen laporan bulanan Menteri, Setjen, Biro; (3) Dokumen laporan triwulanan ke Bappenas berdasarkan PP 39/2006 yang saat sekarang sudah menggunakan aplikasi e-monev; (4) Dokumen pemantauan dan evaluasi kinerja pembangunan pertanian yang di danai anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melalui aplikasi PMK 249/2011 yang disampaikan ke Kementerian Keuangan; (5) Laporan yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). 2) Laporan Kinerja Tahun 2016 terdiri dari LAKIN Kementerian Pertanian, Sekretariat Jenderal dan Biro Perencanaan Tahun Penyusunan dilaksanakan pada akhir tahun 2016 sampai dengan bulan Februari LAKIN Kementerian Pertanian telah diserahkan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sesuai waktu yang ditentukan. Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. 3) Laporan pemantauan dan evaluasi kegiatan yang didanai Dana Alokasi Khusus (DAK), alokasi DAK bidang pertanian dilaksanakan dalam rangka menyediakan infrastruktur dasar di bidang pertanian. Output kegiatan ini adalah (1) Tersedianya sumber-sumber air untuk irigasi dalam bentuk bangunan embung, long storage, sumur dangkal/dalam; (2) Terbangunnya Rumah Potong Hewan, Kantor BPP, Balai Perbibitan/Perbenihan; (3) Terbangunnya desa mandiri benih, laboratorium kesehatan hewan, lumbung pangan. 4) Laporan hasil evaluasi dampak subsidi pertanian, baik subsidi pupuk, benih, subsidi program, asuransi, alat mesin pertanian, sarana prasarana air irigasi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pertemuan FGD dan simulasi-simulasi. 5) Tersusunnya laporan bahan pimpinan diantaranya: (1) Bahan Raker DPR; (1) Bahan Sidang Kabinet; (3) Bahan Rakor Perekonomian; (4) Bahan pimpinan lainya seperti keynote speaker, pidato, rapim, dan lain-lain. 2. Peningkatan Kualitas Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan Kepegawaian Biro Organisasi dan Kepegawaian tahun 2016 telah melaksanakan kegiatan Peningkatan Kualitas Kelembagaan, Ketatalaksanaan, dan Kepegawaian Lingkup Kementerian Pertanian. Fokus kegiatan strategis dilakukan seiring dan sejalan dengan agenda reformasi birokrasi Kementerian Pertanian. Capaian kinerja kegiatan Biro Organisasi dan Kepegawaian adalah sebagai berikut : Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

145 a. Penguatan Kelembagaan Pusat dan Daerah (UPT) Penetapan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian telah ditindaklanjuti dengan penyusunan uraian tugas pekerjaan unit kerja eselon IV lingkup Kementerian Pertanian. Penyusunan dan pembahasan mengenai hal tersebut telah dilakukan secara intensif, yang melibatkan seluruh unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Hasil pembahasan telah menghasilkan 11 peraturan tentang uraian tugas pekerjaan unit kerja eselon IV lingkup Kementerian Pertanian. Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi UPT di lingkungan Kementerian Pertanian yang lebih efektif dan efisien, telah dilakukan evaluasi yang intensif atas seluruh Unit Pelaksana Teknis Eselon II lingkupkementerian Pertanian. Dasar hukum Penataan UPT Lingkup Kementerian Pertanian adalah Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 67 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Pemerintah. Pelaksanaan evaluasi organisasi UPT Kementerian Pertanian difokuskan pada UPT tingkat eselon II seperti balai besar, pusat, dan sekolah tinggi penyuluhan pertanian. Proses evaluasi organisasi dilakukan melalui kerja sama dengan Direktur Sinergi Consulting/PT Sinergi Pakarya sebagai pendamping dalam penyusunan bahan kajian evaluasi UPT Eselon II lingkup Kementerian Pertanian. Dalam rangka tindak lanjut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal 232 ayat (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Daerah diatur dengan peraturan pemerintah, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah tanggal 19 Juni 2016 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.010/08/2016 tentang Pemetaan Urusan Pemerintahan Bidang Pangan dan Pertanian. Peraturan ini memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada pemerintah daerah dalam menata SKPD secara efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan kemampuan daerah masing-masing, khususnya pada SKPD bidang pertanian. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.010/08/2016 digunakan sebagai penentuan besaran organisasi, untuk itu sebagai pedoman pembentukan organisasi bagi daerah telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas dan Fungsi Dinas Urusan Pangan dan Dinas Urusan Pertanian Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai Pasal 109 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah bahwa Pedoman Nomenklatur masing-masing urusan ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan LPNK yang membidangi urusan tersebut. b. Penguatan Ketatalaksanaan Dalam penyempurnaan sistem dan prosedur kerja di lingkungan Kementerian Pertanian, salah satu yang menjadi perhatian adalah penyusunan konsep perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/7/2014 Tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Lingkup Kementerian Pertanian. Pada peraturan tersebut, proses penyusunan konsep perubahan dititik beratkan pada beberapa pasal terkait yaitu; Ketentuan Pasal 17 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Sekretaris Jenderal menugaskan Kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi hukum dan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

146 tatalaksana untuk melakukan pemeriksaan kelengkapan dan penelaahan terhadap Rancangan Permentan dan/atau Rancangan Kepmentan. Ketentuan Pasal 18 ayat (2) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Dalam rangka penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi hukum dan tatalaksana dapat mengadakan koordinasi dengan Unit Kerja Eselon I Pengusul, Unit Kerja Eselon I terkait dan instansi terkait lainnya di luar Kementerian Pertanian. Penyelenggaraan workshop pemahaman penyusunan peta proses bisnis Kementerian Pertanian. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal April 2016 di Bogor Jawa Barat dengan peserta berasal dari unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan unit kerja biro/pusat lingkup Sekretariat Jenderal. Workshop ini berlangsung dengan dipandu oleh seorang praktisi peta proses bisnis yaitu Dr. Martinus Tukiran. Dalam kegiatan ini beliau menyampaikan paparan kepada seluruh peserta mengenai konsep pemikiran dalam menyusun peta proses bisnis yang efektif dan efisien. Penyatuan persepsi setiap peserta atas konsep peta proses bisnis menjadi sangat penting karena peta proses bisnis merupakan gambaran dari seluruh aktifitas yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan saling terkait antara proses bisnis satu dengan proses bisnis yang lainnya. Terdapat tiga pilar utama dalam konsep proses peta bisnis yaitu proses utama, proses pendukung, dan proses sumber daya. Selain itu terdapat konsep lainnya yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peta proses bisnis, yaitu penyusunan peta lintas fungsi, penyusunan SOP makro, dan penyusunan SOP mikro. Sebagai tindak lanjut dari workshop pemahaman penyusunan peta proses bisnis Kementerian Pertanian, telah dilaksanakan Workshop Penyusunan Cross Functional Map (Peta Lintas Fungsi) Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian pada tanggal 25 Oktober 2016 di Depok Jawa Barat dengan seluruh peserta yang hadir berasal dari unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan unit kerja Biro/Pusat lingkup Sekretariat Jenderal. Pertemuan ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dalam menyusun Peta Lintas Fungsi Kementerian Pertanian sehingga tidak terjadi tumpang tindih peran, tugas, dan fungsi masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian. Penyusunan Peta Lintas Fungsi Kementerian Pertanian tetap berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian. Setelah melalui beberapa kali pertemuan dan pembahasan yang berkenaan dengan Penyusunan Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian, kelompok kerja berhasil menyelesaikan Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian Tahun yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 718/Kpts/RC.020/10/2016. Keputusan Menteri Pertanian ini menjadi pedoman dan acuan bagi unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian dalam menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) terutama SOP Mikro. Terkait dengan tindaklanjut ketentuan Pasal 21 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, perlu ditetapkan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan urusan konkuren. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian telah menyampaikan matrik layanan utama urusan pemerintah konkuren yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dalam bidang pertanian dan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

147 pangan. Matrik lampiran pelaksanaan urusan pemerintah konkuren bidang pertanian dan pangan telah beberapa kali dilakukan pembahasan dengan seluruh unit kerja eselon I Kementerian Pertanian terkait. Hasil pembahasan telah disampaikan ke Kementerian Dalam Negeri melalui Surat Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Nomor B- 2039/OT.210/A2/12/2016 tanggal 1 Desember c. Peningkatan Kualitas SDM Aparatur Dalam rangka perencanaan penyusunan kebutuhan dan penyempurnaan e-formasi serta finalisasi peta jabatan, Kementerian Pertanian telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain: (1) Perencanaan Penyusunan Kebutuhan dan Penyempurnaan e-formasi Tahun 2016; (2) Finalisasi Peta Jabatan Di Lingkungan Kementerian Pertanian; (3) Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Manajerial Kementerian Pertanian; (4) Seleksi Terbuka Jabatan Struktural Lingkup Kementerian Pertanian; (5) Penilaian Prestasi Kerja Pegawai; (6) Evaluasi Kinerja Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Lingkup Kementerian Pertanian; (7) Pembinaan Jabatan Fungsional Bidang Pertanian. Target penyelenggaraan kegiatan Finalisasi Peta Jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian adalah membangun persepsi dan pemahaman yang sama dalam penyusunan peta jabatan ideal sesuai kebutuhan organisasi sehingga dapat mewujudkan visi dan misi Kementerian Pertanian. Sedangkan tujuannya adalah tersusunnya Rancangan Keputusan Menteri Pertanian tentang Peta Jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian. Tabel 74. Penyempurnaan Peta Jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian No Unit Kerja PETA JABATAN ES II UPT JUMLAH 1 Sekretaris Jenderal Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Ditjen Tanaman Pangan Ditjen Hortikultura Ditjen Perkebunan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Inspektur Jenderal Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9 Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Badan Ketahanan Pangan Badan Karantina Pertanian J U M L A H Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

148 Selama tahun 2016, Kementerian Pertanian telah melaksanakan penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil khususnya untuk seluruh jabatan struktural baik jabatan pimpinan tinggi maupun jabatan administrasi. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari identifikasi dan analisis jumlah jabatan struktural. Hasil identifikasi dan analisis penyusunan standar kompetensi jabatan manajerial di lingkungan Kementerian Pertanian berdasarkan eselonisasi adalah sebagai berikut: Tabel 75. Jumlah Jabatan Struktural Kementerian PertanianBerdasarkan Eselonering Jabatan ESELON JABATAN STRUKTURAL PUSAT UPT I/a I/b 5-5 II/a II/b III/a III/b JUMLAH IV/a IV/b V/a JUMLAH Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016 Sedangkan hasil identifikasi dan analisis penyusunan standar kompetensi jabatan manajerial di lingkungan Kementerian Pertanian berdasarkan unit kerja eselon I adalah sebagai berikut Tabel 76. Jumlah Jabatan Struktural Kementerian Pertanian berdasarkan Unit Kerja Eselon I NO UNIT KERJA JABATAN STRUKTURAL PUSAT UPT JUMLAH 1 Sekretariat Jenderal Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Ditjen Tanaman Pangan Ditjen Hortikultura Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

149 5 Ditjen Perkebunan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Inspektorat Jenderal Badan Litbang Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Badan Ketahanan Pangan Badan Karantina Pertanian JUMLAH Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016 Selanjutnya untuk memberikan gambaran yang sama dalam penyusunan Standar Kompetensi Manajerial telah diselenggarakan Bimbingan Teknis Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertanian. Bimbingan Teknis ini diselenggarakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Universitas Sebelas Maret. Pelaksanaan kegiatan penyusunan standar kompetensi manajerial jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian dilanjutkan dengan penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Pertanian tentang penetapan standar kompetensi manajerial jabatan struktural di lingkungan Kementerian Pertanian yang disusun dengan pendekatan unit kerja eselon I. Kementerian Pertanian telah menyelenggarakan seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi madya, jabatan pimpinan tinggi pratama, dan atase pertanian di kalangan PNS secara terbuka dan kompetitif dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sejak terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi pada Kementerian dan Lembaga, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan kebijakan antara lain: (1) Penyelenggaraan Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 53.1/Kpts/OT.160/1/2015; (2) Tim Pelaksana Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 55.1/Kpts/OT.160/1/2015; (3) Sekretariat Tim Pelaksana Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 55.2/Kpts/OT.160/1/2015; (4) Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 175/Kpts/OT.160/3/2015; (5) Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 351/Kpts/KP.290/6/2015; (6) Tim Evaluasi Kinerja Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

150 653/Kpts/OT.050/11/2015; (7) Panitia Seleksi Terbuka dan Kompetitif Jabatan Atase Pertanian di Lingkungan Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 198.1/Kpts/OT.050/3/2016. Terkait dengan pembinaan jabatan fungsional, Kementerian Pertanian selama tahun 2016 telah melakukan pengembangan terhadap jabatan fungsional bidang pertanian dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti Kementerian PAN dan RB serta Badan Kepegawaian Negara. Jabatan fungsional bidang pertanian yang dikembangkan antara lain: (1) Jabatan Fungsional Dokter Hewan Karantina; (2) Jabatan Fungsional Paramedik Karantina Hewan; (3) Jabatan Fungsional Analis Perkarantinaan Tumbuhan; (4) Jabatan Fungsional Pemeriksa Karantina Tumbuhan; (5) Jabatan Fungsional Pengawas Alat Mesin Pertanian. Terdapat beberapa inovasi dalam rancangan peraturan jabatan fungsional bidang karantina antara lain: (1) Penilaian angka kredit berbasis Sasaran Kerja Pegawai; (2) Formasi pejabat fungsional per jenjang dihitung dan ditetapkan secara dinamis berdasar beban kerja; (3) Angka kredit pemeliharaan dapat ditetapkan untuk seluruh janjang jabatan. Pengembangan jabatan fungsional pengawas alsintan dimulai dari penyusunan Naskah Akademik yang telah dikirimkan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara melalui surat Menteri Pertanian nomor 55/OT.120/M/5/2016 tanggal 2 Mei Selanjutnya telah dilakukan pembahasan dengan kesimpulan sementara usulan pengembangan jabatan fungsional disetujui untuk dilanjutkan proses uji beban kerja, dan secara resmi akan diterbitkan persetujuan teknis dari Kementerian PAN dan RB. Sebagai instansi pembina jabatan fungsional, Kementerian Pertanian memiliki kewajiban mengusulkan tunjangan jabatan fungsional bidang pertanian. Saat ini telah diusulkan 2 (dua) Rancangan Peraturan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan dan Jabatan Fungsional Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman. Rangkaian proses pembahasan telah selesai dilaksanakan, dan saat ini Rancangan sudah berada di Sekretariat Negara untuk proses penandatanganan Presiden. d. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi 1) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan aparatur pertanian kepada masyarakat, perlu ditempuh kebijakan bidang pertanian melalui Kegiatan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Bidang Pertanian tentang: (1) Sistem Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik), Kementerian Pertanian mengusulkan 8 UPT dengan 8 judul inovasi pelayanan publik secara online melalui program Sinovik. (2) Training Coaching & Mentoring melatih peserta dalam upaya menyelesaikan berbagai macam masalah sumber daya manusia dalam memimpin sebuah organisasi. (3) Pelatihan Auditor Standar Pelayanan Publik. (4) Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan dan Penetapan Penerapan Standar Pelayanan Publik di lingkungan Kementerian Pertanian diselenggarakan agar seluruh UKPP menyusun dan menerapkan standar pelayanan publik sesuai pedoman. (5) Pemberian penghargaan Abdi bakti tani kepada UKPP berprestasi bidang pertanian tahun 2016 sudah dilakukan sesuai Permentan Nomor 13/Permentan/KP.450/3/2015, dimulai seleksi awal sampai dengan ekspose di Kementerian Pertanian. Hasil penilaian ditetapkan dengan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

151 Keputusan Menteri Pertanian Nomor 792/Kpts/OT.050/11/2016 tentang Pemberian Penghargaan Abdibaktitani Kepada Unit Kerja Pelayanan Publik Berprestasi Bidang Pertanian Tahun Penghargaan Abdibaktitani yang diberikan berupa 2 (dua) Piala, 12 (dua belas) Plakat dan 12 (dua belas) Piagam. (6) Ekspose Pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2016 memaparkan hasil survey pengukuran IKM di lingkungan Kementerian Pertanian. Nilai IKM Kementerian Pertanian= 3,31, nilai konversi= 82,72, dengan kualitas pelayanan A (sangat baik). 2) Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Reformasi birokrasi dalam rangka membangun pemerintahan yang baik (Good Governance) berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang dijabarkan secara periode 5 tahunan pada road map reformasi birokrasi tahun dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun Dalam kurun waktu , Kementerian Pertanian telah melaksanakan beberapa agenda reformasi birokrasi yang meliputi 9 program dan 29 kegiatan. Berdasarkan Surat Menteri PANRB Nomor B/3194.1/M.PANRB/2015 Tanggal 30 September 2015, Hasil evaluasi Reformasi Birokrasi di Kementerian Pertanian Tahun 2015 menunjukkan hasil yang meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar dengan kategori BB (Sangat Baik). Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sasaran Reformasi Birokrasi Tahun dititik beratkan pada: (1) Birokrasi yang bersih dan akuntabel; (2) Birokrasi yang efektif dan efisien; dan (3) Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Dalam rangka pencapaian seluruh target sasaran reformasi birokrasi, telah disusun Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun melalui Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 2718 Tahun Dokumen ini merupakan acuan operasional pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun yang dijabarkan dalam 9 program dan 55 kegiatan. Seluruh program dan kegiatan reformasi birokrasi tersebut dilaksanakan oleh Tim RB Kementan sesuai dengan area perubahan masing-masing. Proses evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian tahun 2015 telah dilakukan oleh Tim Evaluasi Kemenpan RB, dari tanggal 2 Agustus 2016 sampai dengan 4 September Kegiatan evaluasi RB tersebut meliputi: (1) Survey reformasi birokrasi; (2) Evaluasi reformasi birokrasi; (3) Penyusunan lembar hasil penilaian RB dan eviden RB; (4) Tindak lanjut evaluasi RB; (5) Kunjungan lapangan ke beberapa UPT Kementan; (6) Mistery Shopper ke kantor pusat dan UPT Kementan; dan (7) Desk evaluasi. Hingga akhir tahun 2016, Tim Evaluasi RB Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara belum mengeluarkan Hasil Penilaian Capaian Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun Oleh karena itu, capaian hasil pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Pertanian tahun 2015 akan menggunakan Hasil Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

152 Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang dilakukan oleh Tim RB Kementan dan Inspektorat Jenderal Kementan dan akan disandingkan dengan capaian PMPRB tahun sebelumnya. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kementerian Pertanian dilakukan dengan mengacu pada Permenpan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB Instansi Pemerintah. Hasil PMPRB Kementan Tahun 2015 telah disampaikan kepada Menteri PAN dan RB pada tanggal 26 Agustus 2016 melalui Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Nomor B-3126/OT.240/A/08/2016. Capaian Hasil PMPRB Kementan Tahun 2015 dan 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 77. Capaian Hasil PMPRB Kementerian Pertanian Tahun No Komponen Penilaian Nilai Maksimal % Kenaikan Nilai Capaian % Capaian Nilai Capaian % Capaian (Penurunan) A PENGUNGKIT 1 Manajemen Perubahan 5 4,26 85,20% 3,39 67,80% 25,66% 2 Penataan Peraturan Perundang- 5 3,75 75,00% 4,59 91,80% -18,30% Undangan 3 Penataan dan Penguatan 6 4,83 80,50% 3,49 58,17% 38,40% Organisasi 4 Penataan Tata Laksana 5 4,46 89,20% 3,09 61,80% 44,34% 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15 14,32 95,47% 11,83 78,87% 21,05% 6 Penguatan Akuntabilitas 6 4,07 67,83% 2,72 45,33% 49,63% 7 Pegnuatan Pengawasan 12 10,39 86,58% 8,64 72,00% 20,25% 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan 6 5,63 93,83% 4,56 76,00% 23,46% Publik Sub Total Komponen Pengungkit 60 51,71 86,18% 42,31 70,52% 22,22% B HASIL 1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 20 15,2 76,00% 13,8 69,00% 10,14% 2 Pemerintah yang bersih dan bebas 10 7,25 72,50% 7,75 77,50% -6,45% KKN 3 Kualitas Pelayanan Publik 10 8,05 80,50% 8 80,00% 0,63% Sub Total Komponen Hasil 40 30,5 76,25% 29,55 73,88% 3,21% Indeks Reformasi Birokrasi 82,21 71,86 14,40% Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016 Tabel di atas menunjukkan bahwa Hasil Capaian PMPRB Kementerian Pertanian Tahun 2015 sebesar Jika dibandingkan dengan Capaian PMPRB Tahun 2014 sebesar 71,86, terdapat kenaikan sebesar 14,40%. Kenaikan yang besar terdapat pada 2 komponen pengungkit yaitu Penguatan Akuntabilitas (49,63%) dan Penataan Tata Laksana (44,34%). Hasil evaluasi juga menunjukkan terdapat penurunan Capaian Hasil Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

153 PMPRB Tahun 2015 pada komponen hasil (Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN) sebesar 6.45%. Seluruh komponen penilaian PMPRB tersebut telah didukung dengan dokumen-dokumen (evidence) sesuai area perubahan reformasi birokrasi terkait. 3. Pembinaan Hukum Bidang pertanian Dalam rangka mewujudkan layanan legislasi dan hukum, Biro Hukum melaksanakan kegiatan Pembinaan Pengelolaan layanan legislasi dan hukum, sebagai berikut: a. Penyusunan Produk Hukum Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Dalam kegiatan prolegtan tahun 2016 telah diterbitkan 1 (satu) Peraturan Pemerintah dan 69 (enam puluh sembilan) Peraturan Menteri Pertanian serta 840 (delapan ratus empat puluh) Keputusan Menteri Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2016 yang telah diterbitkan terdiri dari : a. Bidang Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Perkebunan telah menerbitkan 7 (tujuh) Permentan b. Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian telah menerbitkan 3 (tiga) Peraturan Menteri Pertanian c. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menerbitkan 10 (sepuluh) Peraturan Perundang-undangan d. Badan Manajemen dan Sumber Daya Manusia Pertanian telah menerbitkan 44 (empat puluh empat) Peraturan Menteri Pertanian e. Badan Karantina Pertanian telah menerbitkan 5 (lima) Peraturan Menteri Pertanian b. Penyusunan Naskah Perjanjian Selama tahun 2016, Kementerian Pertanian telah menghasilkan 459 (empat ratus lima puluh sembilan) naskah perjanjian. Naskah perjanjian tersebut dapat diklasifikasi berdasarkan kesepakatan bersama, perjanjian kerjasama, perjanjian hibah, nota kesepahaman, letter of understanding. c. Pemberian Pertimbangan dan Bantuan Hukum Maksud dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk memudahkan proses beracara di pengadilan terutama dalam penanganan perkara di Peradilan Umum(PN) dan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) agar dapat berjalan lancar sampai akhir penyelesaian perkara. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menginventarisasi, pengumpulan data dan informasi dari suatu perkara; persiapan pendukung yang meliputi keberadaan gugatan dengan memperhatikan kompetensi absolute dan kompetensi relative; proses pelaksanaan perkara di pengadilan; laporan pelaksanaan penanganan perkara; mengikuti dan menghadiri sidang-sidang. Dalam rangka pemberian pertimbangan dan bantuan hukum, pada tahun 2016 telah menyelesaikan 26 (dua puluh delapan) perkara perdata, 2 (dua) perkara Tata Usaha Negara. d. Pengujian Materiil Peraturan Perundang-undangan Bidang Pertanian Perkara Nomor 46 P/HUM/2014 tanggal 30 Juni 2014 mengenai uji materiil Pasal 15, Pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 18, Pasal 21 huruf e, huruf d, huruf Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

154 g, Pasal 24, Pasal 26 ayat (2), dan Pasal 59 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung tanggal 22 Oktober 2014 telah diberitahukan secara resmi kepada Kementerian Pertanian melalui Surat Mahkamah Agung R.I. Nomor 04/P.PTS/I/2016/46 P/HUM/2014 tertanggal 29 Januari 2016 hal Pengiriman Putusan Perkara Hak Uji Materiil Reg. No. 46 P/HUM/2014 amarnya menyatakan: Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Para Pemohon in casu Redatus Musa, Dkk. Dalam penanganan perkara Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi, bidang hukum Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan Eselon I terkait Lingkup Kementerian Pertanian dan Direktorat Litigasi Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku Kuasa Hukum Presiden R.I.. Kementerian Pertanian pada tanggal 29 Februari 2016 telah mendapatkan anugerah penghargaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-14.KP Tahun 2016 tentang Pemberian Anugerah Litigasi Konstitusi karena telah berpartisipatif dalam penanganan pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi. Gambar 52. Acara Penganugerahan Litigasi Konstitusi 29 Februari Pengelolaan Keuangan dan perlengkapan Kementerian Pertanian a. Pengelolaan Keuangan 1). Penetapan dan Revisi Calon Pejabat Pengelola Keuangan Lingkup Kementerian Pertanian Pada setiap awal tahun anggaran Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran (PA) berkewajiban menetapkan Pejabat Pengelola Keuangan yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bendahara. Penetapan tersebut dikhususkan bagi Satuan Kerja (Satker) Baru, mengingat pada saat ini penetapan Pejabat Pengelola Keuangan tidak terikat dengan tahun anggaran, artinya apabila tidak terjadi pergantian karena alasan yang diperkenankan maka penetapan tahun sebelumnya masih dapat digunakan sebagaimana mestinya. Sehingga pada tahun 2015 Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian tidak menerbitkan SK Penetapan Pejabat pengelola Keuangan yang baru, Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

155 Seiring dengan perjalanan waktu, dimana telah terjadi banyak pergantian Pejabat Pengelola Keuangan, karena adanya Mutasi/Alih Tugas, adanya Pejabat yang telah memasuki usia pensiun dan adanya perubahan Stuktur Organisasi. Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal Atas Nama Menteri Pertanian tahun 2015 telah menerbitkan SK Revisi sebanyak 59 SK yang terdiri dari SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan SK Bendahara, untuk Satker Pusat dan Vertikal. Pada tahun 2016 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tidak mengeluarkan SK Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan karena kewenangan penetapannya sudah dilimpahkan ke daerah. Gambar 53. Peningkatan SDM Pengelola Keuangan Satker Vertikal Lingkup Kementan Tahun ). Penanganan Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Tren data kerugian negara lingkup Kementerian Pertanian dari tahun ke tahun terus meningkat. Demikian juga dengan trend data kerugian negara triwulanan pada tahun 2016, dari triwulan I sampai dengan triwulan III mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Salah satu penyebabnya antara lain karena adanya kasus lama belum dapat terselesaikan namun terdapat penambahan jumlah kerugian negara yang baru. Berbagai upaya nyata telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dengan membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) yang beranggotakan dari Pejabat Bagian Keuangan dan Perlengkapan dan Bagian Evaluasi dan Pelaporan seluruh Eselon I. Dengan terbentuknya TPKN diharapkan dapat mengurangi jumlah kerugian negara berupa penyetoran ke kas negara. Namun di lapangan banyak ditemukan berbagai permasalahan yang sangat beragam dalam upaya penanganan penyelesaian kerugian negara tersebut. Upaya nyata lainnya pada tahun 2016 yaitu mulai disusunnya draft Permentan tentang tata cara penyelesaian kerugian negara. Dengan adanya Permentan tersebut diharapkan dapat dipahami dan dijadikan pedoman dalam upaya penanganan penyelesaian kerugian negara. 3). Penatausahaan Target PNBP Kementerian Pertanian Dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyampaian Rencana dan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak serta optimalisasi dan peningkatan akuntabilitas serta transparansi pengelolaan PNBP pada Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

156 Kementerian Pertanian guna menyusun perkiraan pagu definitif PNBP Tahun Anggaran 2017 untuk bahan penyusunan Pagu Indikatif APBN Tahun Anggaran 2017 sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan PNBP. Sehingga dilakukan kegiatan penyusunan target PNBP pada Kementerian Pertanian dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Target PNBP pada Kementerian Pertanian dengan Eselon I dan ditelaah bersama dengan Direktorat PNBP, DJA, telah didapatkan dan disepakati bahwa Target dan Pagu PNBP Tahun Anggaran 2017 pada Kementerian Pertanian sebesar Rp ,00 dan Pagu PNBP sebesar Rp ,00 yang terdapat diseluruh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, serta dengan detail target mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Pertanian dan telah ditetapkan dalam Nota Keuangan dan dituangkan dalam DIPA Kementerian Pertanian. b. Pengelolaan Perlengkapan 1). Pemanfaatan BMN Telah diproses perpanjangan perjanjian pinjam pakai tanah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur oleh Kementerian Pertanian untuk Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan berupa Tanah dan Bangunan di Desa Ketindan Kecamatan Lawang Kabupaten Malang seluas m 2 dengan Sertipikat Hak Pakai No. 7 Tahun 2005 dan 3 (tiga) unit bangunan seluas 800 m 2, terdiri dari 1). Rumah Dinas seluas 165 m 2 ;2) Ruang Belajar seluas 360 m 2 ;dan Asrama seluas 275 m 2, dengan Perjanjian Pinjam Pakai Nomor 020/9723/213.5/2016 tanggal 29 November Selama Tahun 2016 telah diterbitkan keputusan penetapan izin penghunian Rumah Negara Golongan I maupun Rumah Negara Golongan II sebanyak 10 usulan dari Badan Karantina Pertanian pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin dan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Gorontalo. 2). Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN Selama Tahun 2016 telah diproses dan diterbitkan persetujuan penghapusan dan pemindahtanganan BMN di lingkungan Kementerian Pertanian sebanyak 240 persetujuan senilai Rp Selain menghibahkan BMN, Kementerian Pertanian juga telah menerima hibah BMN dari Pemerintah Daerah yaitu hibah tanah seluas M 2 dari Pemerintah Provinsi Jambi sesuai Perjanjian Hibah Nomor 2124/NPHD/BPKAD.6.2/IX/2016 dan Nomor 08/MoU/HK.220/M/9/2016 tanggal 5 September 2016 serta Berita Acara Serah Terima Barang Milik Daerah 2125/BA/BPKAD.6.2/IX/2016 dan Nomor 09/MoU/HK.220/M/9/2016 tanggal 5 September Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian, yang secara operasional dilakukan di daerah-daerah, maka untuk mendorong percepatan pembangunan pertanian di daerah atau dalam rangka optimalisasi kegunaan BMN, terhadap BMN tersebut, dapat dilakukan pemindahtanganan atau pengalihan kepemilikan, diantaranya dalam bentuk hibah BMN. BMN yang dihibahkan salah satunya adalah BMN yang sejak awal perolehan direncanakan untuk dihibahkan kepada pemerintah daerah/masyarakat (MAK AKUN 526) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

157 Untuk kesamaan persepsi dalam pengelolaan BMN khususnya hibah BMN maka telah disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Hibah Barang Milik Negara Lingkup Kementerian Pertanian. Dalam rangka penyelesaian BMN yang telah dihentikan dari penggunaan, maka salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan barang milik negara, telah dilaksanakan workshop penghapusan BMN yang dilaksanakan pada tanggal 5 s.d. 7 Oktober 2016 di Bogor dengan melibatkan 90 satuan kerja di 7 Provinsi/Wilayah yang memiliki BMN yang dihentikan dari penggunaan pada Laporan BMN-nya. 3). Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian BMN Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/Permentan/-PMK.06/2012 telah ditetapkan ketentuan tentang Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara. Sehubungan itu, dalam rangka tertib pelaksanaan pengawasan dan pengendalian barang milik negara di lingkungan Kementerian Pertanian, telah disusun dan ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara Lingkup Kementerian Pertanian disempurnakan dengan Permentan 27 tahun 2015 tentang Pengawasan dan Pengendalian BMN. Telah diselenggarakan Rapat Penyusunan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pengelolaan Rumah Negara dengan melibatkan Biro Keuangan dan Perlengkapan, Biro Hukum dan Informasi Publik, Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan telah masuk dalam Program Legislasi Pertanian tahun ). Advokasi Penanganan BMN Bermasalah Dalam rangka mempertahankan Barang Milik Negara yang bermasalah pada Kementerian Pertanian yaitu dengan penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri dan Perkara Tata Usaha Negara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Selain itu sebagai salah satu upaya pencarian alternative penyelesaian permasalahan tersebut di atas, dilakukan penyelesaian aset yang bermasalah lingkup Kementerian Pertanian. 5). Pengamanan Fisik Dan Pengamanan Hukum Atas BMN Menempuh Jalur Hukum di Pengadilan Negeri. Pada tahun Tahun 2016 telah ditempuh upaya hukum berkaitan dengan gugatan perkara perdata, yaitu: 1) Sengketa tanah kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan komplek perumahan pegawai PPKS perkara perdata nomor 469/Pdt.G/2012/PN.Mdn., 2) Penertiban rumah dinas dengan gugatan perkara perdata nomor 396/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel., 3) Sengketa Lahan KP. Citayam gugatan perlawanan oleh Kementerian Keuangan perkara perdata nomor 26/Pdt.Plw/2006/PN.Dpk., 4) Permasalahan Rumah Negara di Komplek Cimanggu dengan gugatan perkara perdata nomor 64/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Sel.,5) Permasalahan Rumah Negara di Komplek Labor Diseminasi dengan gugatan perdata nomor 63/Pdt.G/2014/PN.PDG., 6) Sengketa Kepemilikan Tanahdi Desa Karang Sari, Kecamatan Cikarang (sekarang Cikarang Timur), Kabupaten Bekasi dengan gugatan Perdata perkara perdata nomor 362/Pdt.G/2009/PN.Bks 7) Permasalahan Rumah Negara di Komplek Labor Diseminasi dengan gugatan perdata nomor 134/Pdt.G/2014/PN.PDG., 8) Sengketa Lahan KP. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

158 Citayam perkara perdata nomor 519/Pdt.G/2014/PN.BDG., 9) Permasalahan Rumah Negara di Komplek Labor Diseminasi dengan gugatan perdata nomor 57/Pdt.G/2015/PN.PDG., 10) Sengketa Tanah di BOTU-UPT Sembawa diokupasi oleh masyarakat dengan gugatan perkara perdata nomor 34/Pdt.G/2011/PN.Sky., 11) Sengketa Kepemilikan Tanah di Samarinda dengan gugatan perkara perdata nomor 132/Pdt.G/2014/PN.Smr., 12) Sengketa Kepemilikan Tanah di Balai Karantina Pertanian Kelas IKupang gugatan perkara perdata nomor 92/Pdt.G/2015/PN.Kupang., 13) Sengketa Kepemilikan Tanah di Manado gugatan perkara perdata nomor 149/Pdt.G/2015/PN.Mdo., 14) Sengketa Lahan KP. Bacan gugatan perkara perdata nomor 3/Pdt.G/2016/PN.Lbh.- 15) Sengketa Lahan KP Makariki gugatan perkara perdata nomor 15/PDT.G/2011/PN.Msh.- 16) Permasalahan Rumah Negara di Rangkapan Jaya Pancoran Mas Depok Jawa Barat dengan gugatan perdata nomor 232/Pdt.G/2016/PN.Dpk. 6). Pengamanan Fisik Dan Pengamanan Hukum Atas BMN Menempuh Jalur Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dalam Pertimbangan dan Bantuan Hukum Tata Usaha Negara adalah bagian dari Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan hukum yang mengatur dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembaga-lembaga atau alat-alat administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi, wewenang masing-masing dan hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan Negara lain serta hubungan dengan masyarakat dalam melayani warga negara. Asas-asas dalam Hukum Admnistrasi Negara bisa disebut asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAIPB), dan karenanya menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintah, jika tidak dipenuhinya asas-asas tersebut dalam tindakan keputusan dapat menyebabkan timbulnya masalah. Pada tahun Tahun 2014& 2015 telah ditempuh upaya hukum berkaitan dengan gugatan Tata Usaha Negara, yaitu: (1) Perkara Tata Usaha Negara Nomor 08/G/2013/PTUN-PDG Sengketa Rumah Dinas dengan Objek Perkara Surat Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. (2) Perkara Tata Usaha Negara Nomor 82/G/2015/PTUN-JKT Sengketa Rumah Dinas dengan Objek Perkara Surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan. c. Pelaporan Keuangan Kementerian Pagu anggaran Sekretariat Jenderal tahun 2016 setelah revisi adalah sebesar RP ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (87,20%) dengan sisa anggaran sebesar Rp ,- (12,80%). Dari pagu anggaran yang diterima Sekretariat Jenderal tahun 2016 tersebut selanjutnya dialokasikan untuk mendanai 6 Biro dan 2 Pusat. Alokasi anggaran setiap Biro tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

159 Tabel 78. Realisasi Anggaran lingkup sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tahun 2016 REALISASI NO BIRO PAGU (Rp) % (Rp. Neto) 1 Biro Perencanaan ,68 2 Biro Organisasi&Kep ,20 3 Biro Hukum ,59 4 Biro KP ,96 5 Biro Umum&Pengd ,75 6 Biro Humas& IP ,72 7 Biro KLN ,80 - Attani Roma ,52 - Attani Brussel ,57 - Attani Tokyo ,26 - Attani Woshington ,30 8 Pusdatin ,88 9 PusatPVTPP ,68 JUMLAH ,20 Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Penyelenggaraan Ketatausahaan Kementerian Pertanian, Kerumahtanggaan dan Layanan Pengadaan Pelaksanaan kegiatan pada fungsi pelayanan umum dan pengadaan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut : a. Pengelolaan Arsip Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan disebutkan bahwa Pimpinan unit kearsipan bertanggung jawab terhadap ketersediaan, pengolahan, dan penyajian arsip inaktif untuk kepentingan penggunaan internal dan kepentingan publik, sedangkan Pimpinan unit pengolah bertanggung jawab terhadap ketersediaan, pengolahan, penyajian arsip vital, dan arsip aktif. Sesuai dengan peraturan tersebut di atas, ketersediaan arsip dinamis dibatasi pada ketersediaan arsip dinamis inaktif pada Pusat Arsip Kementerian Pertanian. Ketersediaan arsip ini diukur berdasarkan jumlah koleksi arsip inaktif koleksi Pusat Arsip Kementerian Pertanian yang telah ditata dan didata dibandingkan dengan keseluruhan arsip inaktif yang menjadi koleksi Pusat Arsip Kementerian Pertanian. Keseluruhan koleksi arsip inaktif Pusat Arsip Kementerian Pertanian sampai dengan Tahun 2016 sebanyak boks arsip. Angka ini diperoleh dari total keseluruhan volume arsip tertata yang ada di gedung arsip ditambah dengan total volume arsip belum tertata di gedung arsip. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

160 Total volume arsip tertata di gedung arsip sampai dengan Tahun 2016 sebesar boks arsip. Volume arsip tertata sebesar boks arsip diperoleh dari volume arsip tertata di gedung arsip sampai dengan Tahun 2015 ditambah jumlah arsip yang ditata pada periode Tahun 2016, arsip yang dipindahkan pada periode Tahun 2016, serta dikurangi arsip yang dimusnahkan dan diserahkan pada periode Tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Tabel sebagai berikut : Tabel 79. Arsip Tertata Tahun 2016 NO DATA ARSIP VOLUME 1 Jumlah arsip tertata di Gedung Arsip s.d akhir Tahun ,214 Boks 2 Jumlah Penataan arsip Tahun Boks 3 Jumlah pemindahan arsip Tahun ,168 Boks - Ditjen PKH = 622 BOKS - PVTPP = 1950 Boks - Ditjen Hortikultura = 2 Boks - Biro Umum dan Pengadaan = 24 Boks - Ex Ditjen PPHP = 2570 Boks 4 Jumlah arsip yang dimusnahkan 120 Boks 5 Jumlah arsip yang diserahkan 4 Boks Sumber: Biro Umum dan Pengadaan, 2016 Berdasarkan keterangan dan tabel tersebut diatas, total volume arsip tertata sampai dengan Tahun 2016 sebesar boks arsip dengan perhitungan sebagai berikut : (8,214 boks+ 393 boks + 5,168 boks) - (120 boks+4 boks) = boks Sedangkan total volume arsip belum tertata yang terdapat pada gedung arsip sampai dengan Tahun 2016 sebesar 1,479 boks arsip. Volume arsip belum tertata sebesar 1,479 boks arsip diperoleh dari volume arsip belum tertata di gedung arsip sampai dengan Tahun 2015 dikurangi volume arsip hasil penataan yang dilakukan pada periode Tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Tabel sebagai berikut : Tabel 80. Arsip Belum Tertata Tahun 2016 NO DATA ARSIP VOLUME 1 Jumlah arsip belum tertata di Gedung Arsip s.d akhir tahun ,872 Boks 2 Jumlah Penataan arsip tahun Boks Sumber: Biro Umum dan Pengadaan, 2016 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

161 Berdasarkan keterangan dan tabel tersebut diatas, total volume arsip belum tertata sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar 1,479 boks arsip dengan perhitungan sebagai berikut : 1,872 boks boks = 1,479 boks b. Tingkat Kepuasan Pengguna Sarana dan Prasarana Kantor Pusat Lingkup Sekretariat Jenderal Guna mengetahui tingkat kepuasaan dan sekaligus sebagai bahan masukan untuk peningkatan pelayanan Biro Umum dan Pengadaan Bagian Rumah Tangga melakukan jajak pendapat melalui kuesioner terkait Kepuasan Pengguna Sarana dan Prasarana Kantor Pusat lingkup Sekretariat Jenderal yang diedarkan dan diperoleh capaian nilai sebesar 74,81% dikategorikan Baik artinya kualitas pelayanan sarana dan prasarana berhasil meningkat sebesar 8,84% dari Tahun 2015 sebesar 65,97%, namun kegiatan ini masih dibawah target yang harus disamakan dengan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang ditargetkan sebesar 80% dan hal ini memang kami sadari bahwa target yang ditetapkan masih terlalu tinggi karena sifat pekerjaannya sebagian besar merupakan fisik bangunan dan oleh sebab itu kegiatan ini belum bisa tercapai karena masih banyak pekerjaan yang belum diakomodir. Kedepan Biro Umum dan Pengadaan akan memperbaiki kinerja sesuai target yang telah ditentukan. Tabel 81. Rekapitulasi Penilaian Sarana dan Prasarana Gedung A Kantor Pusat Kementerian Pertanian Tahun Anggaran No Komponen Skor Nilai Interval 1. Perparkiran 3,02 Konversi Klasifikasi 2. Keamanan 3,05 3. Kebersihan 2,98 4. Kelistrikan 2,98 2,51-3,25 62,51-81,25 B (Baik) Total Nilai 74,81 5. Air Bersih 2,94 Nilai Layanan Sarana dan Prasarana 2,99 Sumber: Biro Umum dan Pengadaan, 2016 Sebagai informasi pada Tahun 2016 alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan operasional layanan sarana dan prasarana di bidang kerumah tanggaan adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp ,- c. Tingkat Kepuasan Layanan Pengadaan Guna mengetahui tingkat kepuasaan dan sekaligus sebagai bahan masukan untuk peningkatan pelayanan, perlu dilakukan jajag pendapat terhadap kinerja layanan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

162 pengadaan oleh pihak-pihak terkait. Adapun hasil Tingkat Kepuasan Responden terhadap kinerja, rata-rata Baik dengan nilai 70,85, tetapi kegiatan ini masih dibawah target yang harus disamakan dengan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang ditargetkan sebesar 80% dengan kriteria: Tabel 82. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Layanan Pengadaan Barang No Komponen Skor Nilai Interval 1. Organisasi 2,65 Konversi Klasifikasi 2. Hubungan Kerja 2,79 3. Materi Layanan 2,93 4. Etika Layanan 2,97 2,51-3,25 62,51-81,25 B (Baik) Total Nilai 70,85 Nilai Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa 2,83 Sumber: Biro Umum dan Pengadaan, Pengembangan Kerja Sama Luar Negeri Untuk Bidang Pangan dan Pertanian dalam Kerangka Bilateral, Regional dan Multilateral Pada tahun 2016, Biro Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan berbagai kegiatan yang terdiri dari : a. Sidang RI Thailand (The 7th Joint Agriculture Working Group/ JAWG), Maret 2016, di Thailand Dalam pertemuan JAWG ke-7 ini telah disepakati bahwa dari 28 kegiatan dimaksud terdiri atas 11 proyek kegiatan dari kedua belah pihak telah selesai dilaksanakan, 6 proyek kegiatan masih dalam proses pelaksanaan, dan 11 proyek kegiatan telah dibatalkan. Adapun ke-6 proyek kegiatan yang akan ditindaklanjuti pada periode yaitu: (1) Training on Foot and Mouth Disease, (2) Integrated Pest Management and Post-Harvest Treatment on Mango and Mangosteen, (3) Technical Cooperation on Highly Pathogenic Avian Influenza Control to Facilitate Trade of Zebra Dove between Thailand and Indonesia, (4) Cervical and Laparoscopic Artificial Insemination in Goats, (5) Study Visit on Improving for Technical and Management Skills of Rice and Soybean Seed Grower, (6) Agricultural Extension Training Course in Kasetsart University Bangkok, Thailand. Kegiatan yang baru diusulkan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam pertemuan ini yaitu 7 usulan kegiatan dari 9 usulan yang disampaikan oleh pihak Thailand, dan 1 usulan kegiatan dari 4 usulan yang disampaikan oleh pihak Indonesia. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

163 Gambar 54. Sekjen Kementerian Pertanian sedang memimpin sidang JAWG RI Thailand dan menyerahkan Cendramata kepada Ketua Delegasi Thailand b. Sidang RI Turkey (The First Indonesia Turkey Steering Commitee Meeting), 7-9 April 2016, di Bali Kedua pihak sepakat untuk merumuskan rencana aksi yang lebih konkrit guna mengimplementasikan berbagai area kerja sama yang terdapat dalam MoU, khususnya kerja sama bidang peternakan, kesehatan hewan dan perkarantinaan; akses pasar komoditas pertanian antara kedua negara; kolaborasi kerja sama bidang perikanan; serta kerja sama penelitian dan penguatan kapasitas. Dalam hal ini, lembaga teknis terkait di kedua negara akan berkomunikasi secara intensif pada level operasional untuk merumuskan bentuk-bentuk kerja sama yang lebih formal. c. Sosialisasi Potensi Pertanian untuk Para Diplomatik RI yang akan ditempatkan di Negara Mitra Sekretariat Jenderal tahun 2016 telah melaksanakan sosialisasi potensi pertanian sebanyak 2 tahap sesuai dengan jadwal dari Kementerian Luar Negeri. Tahap ke-1 diikuti oleh 38 orang diplomat yang akan ditempatkan di negara kawasan Amerika, Eropa dan Pasifik dilaksanakan pada tanggal 9-13 Mei 2016 di Semarang dan Pati. Sementara untuk Tahap ke-2 diikuti oleh 30 orang diplomat yang direncanakan akan ditempatkan di negara kawasan Amerika, Asia, Pasifik, Afrika dan Timur Tengah pada tanggal Nopember 2017 di Pekanbaru. d. Sidang RI Kolombia (The Second Expert Group Meeting), dilaksanakan pada tanggal Juli 2016 di Kolombia Kedua pihak sepakat untuk mengembangkan kerja sama peningkatan nilai tambah komoditas sawit melalui penelitian bersama pemanfaatan produk sawit menjadi biodiesel dan ethanol. Khusus untuk pengembangan produk sawit menjadi biodisel, kedua negara sepakat untuk memberikan kontribusi 20% minyak sawit menjadi biodiesel (B20). Kerjasama penelitian tersebut difokuskan pada pengembangan varietas tahan penyakit dan berkadar oleat tinggi, selain melalui penelitian bersama kerjasama konkret dilakukan juga dengan pertukaran tenaga ahli dalam bidang kelapa sawit. Indonesia juga Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

164 menyampaikan kesiapanya untuk pertukaran material genetik unggul kelapa sawit yang telah teruji memeliki produktifitas yang tinggi di Indonesia dengan memperhatikan Phitosanitary dan Hak Kekayaan Intelektual. Gbr 55. Sidang Expert Group Meeting Kementerian Pertanian dan Pembangunan Daerah Kolombia Secara khusus, Pihak kolombia menyampaikan permohonannya terkait bantuan penigkatan kapasitas pengembangan kelapa sawitnya dalam bentuk pengembangan sistem perkebunan yang ramah lingkungan, berkelanjutan, berprouduktifitas tinggi serta zero waste production sebagaiman telah disepkati melalui standar ISPO. Menanggapi permohonan ini, indonesia menyatakan kesiapannya. Kedua pihak sepakat untuk pertukaran material genetik kakao dengan spesifik aroma Kolombia dan Karet lokal tahan penyakit yang merupakan tanaman spesifik wilayah amazon dengan varietas kakao dan karet Indonesia yang berproduktifitas tinggi e. Kunjungan kerja Menteri Pertanian di Taiwan pada tanggal 6 8 Nopember 2016 Gambar 56. Kunjungan Mentan ke Taiwan Tindak lanjut nyata dari komitmen dengan Taiwan telah dilaksanakan dalam bentuk pengiriman tenaga ahli irigasi dan hortikultura RI ke Taiwan pada tanggal Desember 2016 untuk melakukan identifikasi lessonlearned dan best practices pengembangan irigasi dan hortikultura modern di negara tersebut yang dapat diadopsi untuk mendukung pengembangan kedua sektor tersebut di Indonesia. Selain itu, juga telah disepakati kunjungan Tim Ahli Taiwan ke Indonesia pada tanggal 5-13 Januari Kunjungan kerja tersebut telah menghasilkan komitmen dukungan dari Council of Agriculture of Taiwan untuk pengembangan embung dan modernisasi hortikultura di Indonesia f. Sidang RI Australia (The-20 Working Group on Agriculture. Food and Forestry Cooperation), dilaksanakan pada tanggal 2 3 November 2016 di Manado, Indonesia Indonesia telah berhasil memasukkan buah manggis dan salak ke pasar Australia dan saat ini Indonesia berusaha untuk mendapatkan akses pasar buah mangga dan buah naga. Sedangkan untuk importasi gandum Australia ke Indonesia, telah dilaksanakan dengan baik dan gandum Australia tersebut diolah di Indonesia untuk pembuatan mie instan yang diekspor ke negara lain. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

165 Indonesia dan Australia telah menandatangani Memorandum of Understanding on Electronic Certification pada tahun 2016 dan Indonesia saat ini sedang melaksanakan uji coba untuk e-certification dimaksud yang peluncurannya akan dilaksanakan pada awal tahun 2017 dan Australia meminta Indonesia untuk memasukkan daging ke dalam ujicoba dimaksud. Indonesia menginformasikan tentang peraturan kehalalan yang diatur dalam Peraturan No. 33 tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI, demi menjamin keamanan dan kepastian produk-produk halal yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia termasuk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, produk kimia, produk yang dimodifikasi secara genetik, produk dan barang-barang konsumsi yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Peraturan ini diberlakukan sebanyak 3 (tiga) tahap mulai tanggal 1 November Kementerian Pertanian telah mengirimkan surat ke Kementerian Agama mengenai peraturan kehalalan dimaksud agar dapat diinformasikan lebih lanjut ke World Trade Organization (WTO). Australia Awards Information, Australia sebagai salah satu tujuan bagi pelajar Indonesia untuk meneruskan studi pendidikan telah memberikan 300 beasiswa Master dan Doktor untuk tahun Pihak Indonesia meminta agar Australia dapat membuka kesempatan kepada peserta tersebut pelatihan bahasa Inggris untuk mendapatkan nilai TOEFL yang sesuai dengan kualifikasi yang diminta oleh pihak Australia. Selain itu, Australia juga akan menginformasikan lebih lanjut data peserta Indonesia yang telah lulus dari universitas di Australia. g. Sidang RI Jepang (The Second Bilateral Forum for Agriculture Cooperation), dilaksanakan pada tanggal November 2016, di Tokyo, Jepang Terkait dengan akselerasi ekspor ayam segar dan produk turunannya, pihak Indonesia meminta dukungan kepada Pemerintah Jepang khususnya MAFF untuk menginformasikan dan mendorong calon pembeli di Jepang agar melakukan kesepakatan bisnis dengan keempat unit usaha pengolahan daging ayam yang telah disetujui mengekspor Heat Processed Chicken Products ke Jepang sejak tahun Mengingat Indonesia menjadi Ketua Forum Halal Dunia, maka jaminan halal merupakan keunggulan produk tersebut yang dapat menarik minat konsumen muslim di Jepang sekaligus persiapan pasokan produk halal dalam menghadapi Olimpiade tahun 2020 yang akan diselenggarakan di Jepang. Sesuai protokol yang telah disepakati, pihak Indonesia akan segera menyampaikan undangan kepada Tim Auditor MAFF Jepang untuk melakukan on-site surveilans terhadap 4 unit usaha pengolahan daging ayam pada Januari Sementara untuk ekspor buah mangga Indonesia ke Jepang masih diperlukan persyaratan perlakuan Vapour Heat Treatment (VHT). Untuk memulai export buah mangga dengan perlakuan VHT, maka kedua pengusaha kedua negara akan segera membangun fasilitas treatment di Indonesia dengan pengawasan Badan Karantina Pertanian. Untuk perlakuan Hot Water Treatment (HWT) yang telah dikembangkan Indonesia, pihak Jepang tidak keberatan menerima penggunaan HWT sepanjang data efikasi kajian teknis telah diterima MAFF Jepang. Dengan diterima HWT, maka penggunaan HWT sebagai pengganti VHT. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

166 Adanya keberatan pihak Jepang terhadap aturan Indonesia tentang pengawasan produk pertanian (buah dan sayuran) asal Jepang harus bebas dari cemaran radioaktif Ceassium 134 dan 137 akibat bencana Fukushima Daichi. Pihak Jepang melaporkan bahwa banyak negara mitranya telah mencabut aturan pembatasan tersebut setelah memberikan hasilhasil kajian yang dilakukan oleh ahli Jepang. Pihak Indonesia tidak keberatan sepanjang telah ada pernyataan resmi (deklarasi) dalam sidang WTO-SPS terkait jaminan keamanan pangan dan dukungan pernyataan dari Lembaga Internasional Atom dan Energi (IAEA Austria). Lembaga Badan Nasional Tenaga Nuklir dan Badan Karantina Pertanian segera melakukan kajian hasil laporan Jepang, untuk memberikan pertimbangan lebih lanjut. Pihak Jepang meminta pertimbangan terhadap pembatasan aturan investasi di Indonesia di bidang Hortikultura, mengingat pihak Jepang berkeinginan untuk melakukan investasi di Indonesia. Pihak Indonesia akan mempertimbangkannya dan untuk melakukan perubahan Undang-undang No. 13 tahun 2010 tersebut memerlukan waktu karena harus melalui proses parlemen. Kerjasama sektor pertanian khususnya terkait pemanfaatan peralatan pertanian (mekanisasi pertanian) antara Indonesia-Jepang, tim ahli kedua negara akan melakukan kajian teknis untuk penggunaan jenis-jenis peralatan pertanian yang sesuai dengan kondisi pola pertanian Indonesia dengan lokasi lahan terbatas dan kondisi fisik lahan bervariasi. Pihak Jepang menerima keinginan Indonesia untuk mempelajari sistem/kebijakan pemerintah Jepang dalam pengamanan mempertahankan lahan-lahan pertanian dan pola jaminan para petani. Pada saat ini di Indonesia dihadapi laju alih fungsi lahan begitu progresif, akibat perubahan lokasi-lokasi industri. Indonesia agar membuat Term of Reference termasuk pembebanan biaya pelaksanaan kegiatan tersebut di Jepang. Pihak Indonesia meminta kepada industri Jepang sebagai pemasok peralatan pertanian, agar menyediakan layanan perbaikan peralatan di Indonesia hingga tingkat perdesaan. Pihak Jepang akan mempertimbangkan dan berkonsolidasi dengan para pemasok peralatan pertanian antara lain: Yanmar, Kubota. h. The International Tripartite Rubber Council (ITRC) Special Meeting Pertemuan ini membahas mengenai keputusan diberlakukannya mekanisme pembatasan kuota ekspor karet alam / Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) tahun 2016 akan ditentukan pada joint meeting tanggal 28 Januari 2016 di Bangkok, Thailand. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mempercepat peluncuran pasar karet dari bulan Juni 2016 ke bulan Maret 2016 sesuai dengan permintaan dewan Menteri ITRC. Di lain pihak, Thailand dan Malaysia meminta waktu untuk melakukan persiapan peluncuran pasar karet sampai bulan Maret Negara anggota ITRC menyepakati draft Mou Antara Negara ITRC Dengan Viet Nam Mengenai Kerja Sama di Bidang Karet Alam yang akan menjadi diajukan kepada Viet Nam sebagai proposal kerja sama. Tiap negara anggota ITRC diminta untuk memberikan masukan sebelum tanggal 12 Februari Dari hasil pertemuan ITRC tersebut, perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut lingkup Kementerian Pertanian terutama dengan Ditjen Perkebunan mengenai kondisi perkaretan Indonesia saat ini dalam rangka menghadapi kebijakan ITRC berkaitan dengan turunnya Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

167 harga karet dunia untuk merencanakan kebijakan dalam negeri dalam membantu petani karet dalam Negeri. Diantaranya yang dapat direkomendasikan antara lain : (1) Melakukan peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu melalui sistem pertanian berbasis karet; (2) Melakukan pengembangan pemberdayaan petani untuk dapat mengakses ke berbagai kemudahan yang diperlukan (teknologi, permodalan, pasar, kemitraan, sumber benih, dll); (3) Mendorong percepatan penyediaan bahan baku karet alam Bahan Olah Karet (BOKAR) yang mudah dan berkualitas sesuai Permentan no. 38/2008 dan revisinya. i. APO (Asian Productivity Organization) yang berjudul Asian Food and Agribusiness Conference: Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive Agribusinesses Kegiatan APO (Asian Productivity Organization) yang berjudul Asian Food and Agribusiness Conference: Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive Agribusinesses telah dilaksanakan pada tanggal Maret 2016 di Hotel Horison, Bandung, Jawa Barat. Seminar tersebut bertujuan agar peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan saling bertukar informasi dalam mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, dan bagaimana menjalin kemitraan jangka panjang antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat dengan pendekatan Strengthening Public- Private-Sector Partnerships untuk memperkuat kerja sama bidang pertanian. Kegiatan ini diikuti 38 orang, yang terdiri dari 32 peserta asing yaitu Bangladesh, Fiji, Filipina, India, Korea Selatan, Kamboja, Laos, Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan peserta Indonesia berjumlah 6 orang; APO Conference menghadirkan 10 orang narasumber asing. Adapun tindak lanjut dari pertemuan tersebut yaitu perlunya dibentuk rencana aksi dan jadwal untuk mengaplikasikan rencana program Asian Food and Agribusiness Conference: Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive Agribusinesses di institusi masing-masing. j. Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-7 Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-7 telah dilaksanakan pada tanggal April 2016 di Astana, Kazakhstan. Pertemuan menyepakati hal-hal sebagai berikut perlunya upaya harmonisasi kebijakan-kebijakan yang telah ada untuk mengatasi berbagai permasalahan di tingkat nasional ke tingkat regional di masing-masing negara anggota OIC; upaya penguatan metode pengumpulan data statistik perdagangan produk pertanian baik intra Negara anggota OIC maupun dengan Negara non anggota OIC; dan laporan SOM khususnya terkait pencapaian ketahanan dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) fokus utama, yaitu kaitannya dengan penurunan efek negatif perubahan iklim, efisiensi pertanian, pemberdayaan perdesaan dan penurunan kehilangan hasil dan pemborosan pangan. Pada sesi General Assembly (GA) IOFS disampaikan sebanyak 31 dari 56 negara anggota OKI telah menandatangani statuta IOFS. Ada 5 negara baru yang menandatangani Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

168 statuta IOFS pada saat First Session Of The General Assembly (GA) of IOFS yaitu, Bangladesh, Qatar, Republik Mozambique, Republik Tajikistan, Kamerun, dan Kuwait. Posisi Delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut adalah sebagai observer. Diperlukan 10 negara untuk meratifikasi statuta IOFS tersebut, namun hingga saat ini tercatat baru 4 (empat) negara yang sudah meratifikasi yaitu Kazakhstan, Nigeria, Burkina Faso dan Kuwait. Oleh karena itu, negara yang sudah menandatangani statuta tersebut untuk mempercepat proses ratifikasinya. Adapun tindak lanjut pertemuan tersebut yaitu Indonesia mendukung upaya bersama negara anggota OIC untuk mengatasi masalah ketahan pangan di negara anggota. Kazakhstan sangat mengharapkan Indonesia terlibat lebih jauh dalam organisasi IOFS tersebut. Kementerian Pertanian Perlu segera menyampaikan hasil pertemuan ini kepada pihak-pihak terkait di Indonesia untuk pembahasan kajian lebih mendalam terkait kemungkinan bergabungnya Indonesia sebagai anggota IOFS. k. Pertemuan Special Senior Official Meeting of ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry ke-37 (37 th SSOM AMAF) dan Special Senior Official Meeting of ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry Plus Three (15 th SSOM AMAF+3), Agustus 2016, Filipina Gambar 57. Pertemuan Special Senior Official Meeting of ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry ke-37 (37 th SSOM AMAF), di Filipina Keseluruhan capaian subsidiary bodies dibawah AMAF serta pengembangan rencana kerjanya akan disampaikan kepada Menteri-Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN untuk pengesahan lebih lanjut pada pertemuan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) ke-38 yang akan dilaksanakan pada tanggal 6-7 Oktober 2016 di Singapura. Pada pertemuan tersebut para Menteri juga akan melakukan penandatanganan perjanjian pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Animal Health and Zoonoses (ACCAHZ), yang berfungsi sebagai pusat kerjasama dan koordinasi penanganan kesehatan hewan dan penanggulangan penyakit zoonosis di kawasan ASEAN. Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan identifikasi atas kepentingan Indonesia yang perlu terakomodasi dalam berbagai kerja sama pangan, pertanian dan kehutanan ASEAN dan mitranya, dengan memperhatikan Key Performance Indicators (KPIs) of the SPA-FAF Selain itu, terkait dengan berbagai inisiatif baru, Indonesia perlu mengkaji lebih mendalam terhadap usulan-usulan kerja sama tersebut, seperti pada bidang perbenihan, jejaring informasi, dan konservasi lahan pertanian. Hal ini dianggap penting sebagai salah satu upaya menyaring kegiatan yang tidak sesuai dengan arah tujuan pembangunan pangan, pertanian dan kehutanan nasional. Oleh karena itu, posisi Indonesia sebaiknya Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

169 tidak terlalu aktif dalam mendorong percepatan implementasi inisiatif-inisiatif baru dimaksud agar proses kajian internal dapat dilakukan secara komprehensif. l. Pertemuan Internasional Food Security Week (FSW) APEC dan Fourth APEC Food Security Ministerial Meeting (FSMM4), September 2016, Peru Pada pertemuan kali ini membahas empat hal utama yaitu kelanjutan dan perlindungan laut, perubahan iklim, kerja sama lintas fora dan pengembangan kapasitas. Indonesia memberikan perhatian khusus terkait kelanjutan dan perlindungan lingkungan laut agar konsep blue economy di APEC memiliki satu acuan bersama. OFWG rencananya akan membahas panduan perihal koordinasi dan komunikasi dengan APEC centers agar kegiatannya bersinergi dengan prioritas OFWG. Indonesia diharapkan untuk berperan dalam hal ini selaku pemilik APEC Ocean and Fisheries Information Center (AOFIC) yang berlokasi di Perancak, Bali. Indonesia menganggap IUU fishing sebagai Transnational Organized Crime, sehingga pada pertemuan OFWG berikutnya Indonesia akan mengajukan inisiatif kerja sama APEC untuk memberantas IUU fishing. Peran MOI SC dalam koordinasi inisiatif lintas fora akan mencerminkan peran kepemimpinan Indonesia dalam isu maritim. Isu Ketahanan pangan akan semakin mengemuka dalam agenda APEC kedepannya, terutama pada tiga hal utama yaitu pembangunan kelanjutan sektor pertanian dan perikanan, fasilitasi investasi dan pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan perdagangan dan pasar. Indonesia menyampaikan bahwa peran petani dan nelayan kecil sebagai investor terbesar harus ditingkatkan sebagai pilar ketahanan pangan sehingga harus didorong untuk lebih terbuka dalam hal fasilitasi infrastruktur dan investasi pertanian. Selain itu, Indonesia menyampaikan implementasi peningkatan sektor pertanian dan perikanan melalui public private partnership dalam pembentukan kemitraan teknologi dan capacity building bagi petani kecil agar dapat meningkatkan produksi pangan yang bernama Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISagro). 7. Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan Pertanian a. Pelayanan Permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman Tahun 2016, Pusat PVTPP menargetkan penerimaan permohonan Hak PVT sebanyak 60 permohonan varietas. Realisasi penerimaan permohoan Hak PVT sebanyak 42 permohonan (70% dari target). Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, permohonan Hak PVT mengalami penurunan 10,6% dari 47 permohonan di tahun 2015 menjadi 42 permohonan pada tahun Sedangkan penerbitan sertifikat Hak PVT pada tahun 2016 sebanyak 19 sertifikat, turun 40,6% dibandingkan penerbitan sertifikat pada tahun 2015 (32 sertifikat). Secara kumulatif, permohonan Hak PVT sejak tahun 2004 sampai dengan 2016 sebanyak 610 permohonan dengan rincian sebagai berikut: (a) 379 Permohonan yang telah mendapatkan sertifikat Hak PVT; (b) 24 Permohonan ditolak, karena tidak memenuhi syarat BUSS; (c) 111 Permohonan ditarik kembali, karena pemohon tidak memenuhi kelengkapan persyaratan/varietas dianggap tidak komersial; (d) 96 Permohonan dalam Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

170 proses (administrasi, pengumuman, pemeriksaan substantif). Secara rinci perbandingan realisasi penerimaan permohonan dan penerbitan sertifkat hak PVT tahun 2016 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 83. Tabel 83. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Sertifkat Hak PVT Tahun 2016 dan 2015 No. Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan 1 Tanaman Pangan Tanaman Sayuran Tanaman Hias Tanaman Buah Jenis Tanaman Tanaman Perkebun/Industri/kehut Tanaman Pakan Ternak TOTAL % Naik/Turun Permohonan % Naik/Turun Penerbitan Sertifikat Sumber: PPVTPP, 2016 Target ,6-40, b. Pelayanan Pendaftaran Varietas Lokal dan Hasil Pemuliaan Pendaftaran varietas tanaman pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 180 varietas, sedangkan realisasi permohonannya sebesar 138 varietas atau 76,7% dari target. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 29%. Adapun penerbitan Tanda Daftar Varietas Tanaman pada tahun 2016 mencapai 133 Tanda Daftar Varietas, mengalami peningkatan 27,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Perbandingan realisasi penerimaan permohonan dan penerbitan tanda daftar varietas tahun 2016 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 84. Tabel 84. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Tanda Daftar Varietas Tahun 2016 dan 2015 No Jenis Tanaman Permohonan Penerbitan TDV Permohonan Penerbitan TDV 1 Tan. Pangan Tan. Sayuran Tan. Buah Tan. Hias Tan. Obat/Rempah Tan. Bun/Industri Jumlah % Naik/Turun Permohonan Target , % Naik/Turun Penerbitan TDV Sumber: PPVTPP, ,9 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

171 c. Pelayanan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura Dalam Rangka Peredaran Benih Tahun 2016 permohonan pendaftaran varietas hortikultura ditargetkan sebanyak 200 permohonan, dan realisasi permohonannya mencapai 251 varietas atau 126% dari target permohonan. Sedangkan realisasi penerbitan Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Tanda Daftar Varietas Hortikultura hanya 149, sisanya masih dalam proses verifikasi Direktorat Jenderal Hortikultura. Dibandingkan dengan permohonan tahun 2015 mengalami penurunan 19%, dimana pada tahun 2015 mencapai 310 permohonan. Jenis varietas tanaman yang banyak dimohonkan pendaftaran adalah kelompok tanaman sayuran, yaitu 175 varietas atau 69,72% dari total permohonan tahun Rincian perbandingan realisasi penerimaan pendaftaran varietas tanaman hortikultura tahun 2016 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 85. Tabel 85. Perbandingan Realisasi Penerimaan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura Tahun 2016 dan 2015 No Permohonan Penerbitan TDV Permohonan Penerbitan TDV 1 Tanaman Buah Tanaman Sayuran Tanaman Hias Jenis Tanaman Tanaman Obat dan Rempah 2 JUMLAH Target % Naik/Turun Permohonan % Naik/Turun Penerbitan TDV -19,0-17,2 Sumber: PPVTPP, 2016 d. Pelayanan Perizinan Pertanian Bidang perizinan pertanian, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian meliputi : 1. Pelayanan Perizinan Pendaftaran Pupuk An-Organik dan Organik Pelayanan perizinan pendaftaran pupuk an-organik dan organik pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 305 surat permohonan, diterima permohonan pendaftaran sebanyak 819 permohonan (268,52% dari target), terdiri dari permohonan pupuk anorganik 517 dan pupuk organik 302. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, permohonan pendaftaran pupuk mengalami penurunan 11%, dimana permohonan tahun 2015 mencapai 921 permohonan. Adapun penerbitan izin pendaftaran pupuk tahun 2016 meningkat 52,9% dari 431 Surat Izin pada tahun 2015 menjadi 659 Surat Izin di tahun Tabel 86 merupakan perbandingan realisasi pelayanan pendaftaran pupuk dan organik dan organik tahun 2016 dan Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

172 Tabel 86. Perbandingan Realisasi Pelayanan Pendaftaran Pupuk An Organik dan Organik Tahun 2016 dan 2015 No Jenis Permohonan Target 2016 A B Pupuk An-Organik Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan Pendaftaran baru dan ulang Pupuk Organik Pendaftaran baru dan ulang JUMLAH A+B % Naik/Turun Permohonan % Naik/Turun Penerbitan Surat Izin Sumber: PPVTPP, ,1 52, Pelayanan Perizinan Pendaftaran Pestisida Pelayanan perizinan pendaftaran pestisida meliputi Pendaftaran Izin Tetap Baru dan Pendaftaran Izin Tetap Ulang serta pelayanan lain yang terkait. Target permohonan pendaftaran pestisida tahun 2016 sebanyak permohonan, sedangkan realisasi mencapai permohonan atau 173% dari target. Realisasi permohonan perizinan pestisida tahun 2016 mengalami peningkatan 18,9% dibandingkan tahun 2015, sedangkan realisasi penerbitan Surat Izin meningkat 36,2%. Perbandingan realisasi pelayanan pendaftaran pestisida Tahun 2016 dan 2015 disajikan pada Tabel 87. Tabel 87. Perbandingan Realisasi Pelayanan Pendaftaran Pestisida Tahun 2016 dan 2015 No Jenis Permohonan % Naik/Turun Penerbitan Surat Izin Sumber: PPVTPP, 2016 Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan 1 Pendaftaran Izin Tetap Baru Pendaftaran Izin Tetap Ulang Pendaftaran Izin Tetap Ekspor Pendaftaran Izin Tetap Bahan Teknis Pendaftaran Izin Percobaan Perpanjangan Izin Percobaan Pendaftaran Izin Perluasan Penggunaan Perubahan Nama Pestisida Perubahan Pemegang Pendafataran Perubahan Nomor Pendafataran Perubahan Dosis/konsentrasi Perubahan Kode/Bentuk Perubahan Bid.Penggunaan/Jenis/Komod Perubahan Cara Kerja Penamabahan/Perubahan Asal Bahan Ak Pembuatan Sertifikat JUMLAH % Naik/Turun Permohonan Target ,9 36, Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

173 3. Pelayanan Perizinan Pemasukan dan Pengeluaran Perbenihan Tanaman Pelayanan perizinan pemasukan dan pengeluaran perbenihan tanaman tahun 2016 ditargetkan sebanyak permohonan, meliputi perizinan pemasukan benih tanaman sebanyak 494 permohonan dan perizinan pengeluaran benih sebanyak 521 permohonan. Dari target tersebut terealisasi permohonan atau 133,7% dari target. Permohonan pemasukan benih mencapai 695 permohonan (141,8% dari target) dan pengeluaran sebanyak 655 atau 126% dari target. Secara keseluruhan permohonan yang diterima pada tahun 2016 mengalami peningkatan 19,7% jika dibandingkan tahun 2015 (1.128 permohonan). Adapun realisasi penerbitan Surat Izin pada tahun 2016 mencapai Surat Izin atau naik 8,8% dibandingkan tahun 2015 (1.022 Surat Izin). Perbandingan realisasi pelayanan perizinan pemasukan dan pengeluaran benih tanaman tahun 2016 dan 2015 disajikan di Tabel 88. Tabel 88. Perbandingan Realisasi Pelayanan Perizinan Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Tahun 2016 dan 2015 No Jenis Perizinan Target 2016 A PEMASUKAN Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan 1 Benih tan hortikultura Benih tan pangan Benih tan perkebunan Sumber daya genetik tanaman Benih rumput pakan ternak B Jumlah A PENGELUARAN 1 Benih tan hortikultura Benih tan pangan Benih tan perkebunan Sumber daya genetik tanaman Benih rumput pakan ternak Jumlah B TOTAL A+B % Naik/Turun Permohonan % Naik/Turun Penerbitan Surat Izin 19,7 8, Sumber: PPVTPP, Pelayanan Perizinan Peternakan Pelayanan perizinan peternakan meliputi pelayanan permohonan rekomedasi pemasukan/pengeluaran bibit/benih, pendaftaran pakan ternak, izin usaha obat hewan, pemasukan karkas daging dan olahannya, pemasukan ternak ruminansia besar, dan pemasukan/pengeluaran bahan pakan asal hewan. Pelayanan perizinan peternakan tahun 2016 ditargetkan sebanyak 600 permohonan, terdiri dari 400 rekomendasi (RPP) dan 200 surat izin. Realisasi permohonan bidang peternakan sebanyak 4.276, terdiri dari permohonan rekomendasi (946% dari target) dan 490 permohonan surat izin (245% dari target). Dari permohonan tersebut telah diterbitkan izin peternakan yang meliputi : 271 Tanda Daftar, 17 Izin Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

174 Usaha dan RPP. Perbandingan realisasi pelayanan perizinan peternakan tahun 2016 dan 2015 disajikan pada Tabel 89. Tabel 89. Perbandingan Realisasi Pelayanan Perizinan Peternakan Tahun 2016 dan 2015 No Jenis Perizinan Target Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan Jenis Izin 1 Pemasukan dan pengeluaran bibit/benih - Pemasukan bibit sapi RPP - Pemasukan bibit kerbau RPP - Pemasukan bibit kambing RPP - Pemasukan bibit kuda RPP - Pemasukan bibit DOC RPP - Pemasukan bibit DOD RPP - Pemasukan bibit kelinci RPP - Pemasukan benih (semen) RPP - Pemasukan benih (telur tetas) RPP - Pengeluaran benih (semen) RPP - Pengeluaran benih (telur tetas) RPP 2 Pendaftaran pakan ternak Tanda Daftar 3 Izin Usaha Obat Hewan Izin Usaha 4 Pemasukan karkas, daging, dan olahannya RPP 5 Pemasukan ternak ruminansia besar RPP 6 Pemasukan/pengeluaran bahan pakan asal hewan RPP - Pemasukan bahan pakan asal hewan RPP - Pengeluaran bahan pakan asal hewan RPP 7 Pengeluaran kambing RPP JUMLAH % Naik/Turun Permohonan RPP % Naik/Turun Permohonan Surat Izin dan Tanda Daftar % Naik/Turun Penerbitan RPP % Naik/Turun Penerbitan Surat Iziin dan Tanda Daftar Sumber: PPVTPP, Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat, Keprotokolan dan Hubungan Antar Lembaga, Serta Pengelolaan Informasi publik Bidang pertanian a. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat, Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat berupa Penyebarluasan Informasi Program Pembangunan Pertanian adalah meningkatnya pemberitaan positif Kementerian Pertanian telah tercapai berita (media cetak), berita (media online), 521 berita (media televisi) dengan capaian persentase 100 %. Tujuan utama dari kegiatan Peningkatan Pemberitaan Positif Program Pembangunan Pertanian adalah agar masyarakat dan stakeholder mengetahui manfaat yang diperoleh sehingga ikut serta ambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada Bidang Pelayanan Hubungan Masyarakat, antara lain: a. Analisis Pendapat Umum, dilakukan dengan menganalisis opini publik atau beritaberita pertanian yang bersumber dari media massa (surat kabar dan televisi) dituangkan dalam bentuk kliping berita harian, analisis berita, resume, telaahan isu pertanian, monitoring konten media (cetak, elektronik dan online) serta memberikan respon terhadap pemberitaan di media cetak. Berdasarkan penelaahan terhadap Kliping Berita Pertanian dan hasil monitoring pada media cetak, media online maupun media elektronik, tendensi/tone pemberitaan terhadap berita-berita terkait program kedaulatan pangan pada periode 2016, Untuk pemberitaan di media cetak yang bertendensi positif, sebanyak berita, 3803,1-6,0 2753,6-34,5 Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

175 pemberitaan yang bertendensi negatif sebanyak 262 berita dan pemberitaan yang bertendensi netral sebanyak berita. Sedangkan untuk pemberitaan di media online yang bertendensi positif, sebanyak berita, pemberitaan yang bertendensi negatif sebanyak 204 berita dan pemberitaan yang bertendensi netral sebanyak berita. Hal ini menunjukkan bahwa pemberitaan baik di media cetak maupun di media online selama tahun 2016, lebih bertendensi positif terhadap Kementerian Pertanian. Gambar 58. Jumlah pemberitaan berdasarkan tendensi di media tahun 2016 Sepanjang tahun 2016, untuk pemberitaan hasil create (inisiatif) Kementerian Pertanian sebanyak berita (media cetak), berita (media online) dan 521 berita (media televisi). Sedangkan target yang diharapkan untuk pemberitaan hasil create (inisiatif) Kementerian Pertanian, sebanyak berita (Media Cetak), berita (Media online), 50 berita (media TV). Hal ini menunjukkan bahwa capaian pemberitaan hasil create (inisiatif) selama tahun 2016 lebih dari 100%. Artinya ini baik untuk Kementerian Pertanian. Gambar 59. Pemberitaan hasil create (inisiatif) Kementerian Pertanian tahun 2016 b. Komunikasi dan pemberitaan di media elektronik, dilakukan untuk menyebarluaskan informasi, pelaksanaan program pembangunan pertanian melalui kemitraan dengan media elektronik (televisi dan media online) serta media sosial. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa: Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

176 1) dialog atau talkshow di televisi dan radio; 2) respon pemberitaan melalui filler di televisi; 3) iklan layanan masyarakat di media elektronik; 4) siaran langsung kegiatan pimpinan; 5) pengembangan konten situs web Sekretariat Jenderal; 6) publikasi program/kebijakan komoditas unggulan dan success story pertanian di media elektronik; 7) materi videotron. Untuk pengelolaan Media Sosial Kementerian Pertanian dimulai pada tahun 2016 berupa 4 akun Media Sosial yaitu akun Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Instagram), dan Kementerian Pertanian RI (Youtube). Adapun hasil capaian pengelolaan media sosial pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1) Facebook Fan Page Likes sebesar , Fans Increase sebesar 12.6%, Posts Sent sebesar 79, Impressions per post sebesar , dan Total Impression increase sebesar 271%. 2) Twitter Followers akun berjumlah selama tahun 2016 telah mengirimkan 145 tweets sent (30 plain text, 44 page links, dan 71 photo links), Organic Impressions, 4077 Total Engagements, 130 link clicks. Perilaku penggunaan berupa 45% conversation, 55% updates, 28% new contacts, dan 72% existing contacts. 3) Instagram Jumlah Followers sebanyak dan kenaikan total followers sebanyak 25,8%. 4) Youtube Akun Youtube Kementerian Pertanian RI telah mengunggah sebanyak 98 video dengan jumlah subscribers sebanyak 261, telah dilihat sebesar 3029 kali oleh pengguna Youtube selama menit. c. Komunikasi dan pemberitaan di media cetak, dilakukan dengan mengkomunikasikan kebijakan maupun program pembangunan pertanian kepada publik melalui media cetak, sehingga dihasilkan citra positif Kementerian Pertanian. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui konferensi pers, menyelenggarakan Chief Editor Meeting, peliputan kunjungan kerja Menteri Pertanian, dan pemberitaan liputan di media cetak. Selama tahun 2016 peliputan kegiatan kunjungan kerja Menteri Pertanian sebanyak 66 kali. Untuk konferensi pers sebanyak 26 kali Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

177 Gambar 60. Jumlah pemberitaan kementan di Media Cetak, Elektronik dan Online Periode b. Penyelenggaraan Keprotokolan dan Hubungan Antar Lembaga Dalam menyelenggarakan keprotokolan dan hubungan antar lembaga telah terlaksana kegiatan Menteri, Kementerian dan Hubungan Antar Lembaga. Capaian kinerja yang telah dilaksanakan sejak Tahun yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan Keprotokolan Menteri Untuk Kegiatan Keprotokolan Menteri yaitu terlaksananya dan terfasilitasinya pelaksanaan Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Propinsi/ Kabupaten/Kota untuk melakukan pelaksanaan program UPSUS, peninjauan, panen raya, tanam padi, serap gabah, dialog dengan petani dan penyuluh dan lainnya. Tabel 90. Rekap Kunjungan Kerja Menteri Pertanian Tahun No. Kegiatan Kabupaten/kota Sumber: Biro Humas dan IP, 2016 Jumlah Kegiatan kunjungan kerja menteri pertanian selama tahun 2011 sebanyak 73 kali kunjungan, 2012 sebanyak 72 kali kunjungan, 2013 sebanyak 95 kali kunjungan kerja, tahun 2014 sebanyak 91 kunjungan kerja dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 165 kali kunjungan kerja dan tahun 2016 sebanyak 149 kali kunjungan kerja dikarenakan adanya Program UPSUS. Untuk tahun 2016 selain melakukan kunjungan kerja dalam rangka program UPSUS dilakukan juga Rapat Koordinasi Pangan dengan melibatkan Gubernur, Wakil Gubernur Bupati/Walikota dan Dinas Kabupaten/Kota lingkup Propinsi. Seperti disajikan pada Grafik berikut ini: Gambar 61. Jumlah Kunjungan Kerja Menteri Pertanian Tahun Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

178 b. Kegiatan Keprotokolan Kementerian Untuk kegiatan Keprotokolan Kementerian yaitu terlaksananya kegiatan lingkup Kementerian Pertanian. meliputi: 1) Memfasilitasi terlaksananya Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian sebanyak 25 kali, 2) Memfasilitasi terlaksananya Rapat UPSUS sebanyak 10 kali 3) Memfasilitasi pelaksanaan Upacara hari besar Nasional sebanyak 8 kali 4) Acara-acara Kementerian lainnya seperti HPS, Pelantikan Pejabat Kementerian Pertanian, dan kegiatan lainnya c. Kegiatan Hubungan Antar Lembaga Untuk Kegiatan Hubungan Antar Lembaga yaitu terlaksananya kegiatan Kementerian Pertanian dengan DPR-RI/DPD-RI (Raker, RDP, Kunker). 1) Fasilitasi Kegiatan Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat Topik pembahasan Utama Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat yang rutin dilakukan adalah sebagai berikut: a) Untuk Tahun 2011 sebanyak 14 Raker dan 28 RDP dengan pembahasan antara lain Anggaran, Importasi Daging, Pengawasan Swasembada Gula, Target Produksi Padi, RUU Pangan. b) Untuk Tahun 2012 sebanyak 17 Raker dan 27 RDP dengan pembahasan antara lain Anggaran, Pengawasan Pupuk, Usulan Kenaikan HPP Gabah, Kesiapan Pemerintah Daerah Supply Pangan kepada BULOG, Pembahasan Konflik Perkebunan Kelapa Sawit di Ketapang, Masalah Sengketa Lahan Perkebunan, Distribusi Benih dari BLBU 2012, Subsidi Pupuk, Kelangkaan dan Tingginya Harga Daging Sapi, Kebijakan Subsektor Hortikultura c) Untuk tahun 2013 sebanyak 17 Raker dan 23 RDP dengan pembahasan antara lain Anggaran, Perkembangan mutasi dan penanggulangan Flu Burung, Program Swasembada Daging dan Sapi, Pengawasan Impor Pangan dan Hortikultura, Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Evaluasi Ketersediaan Pupuk, Evaluasi Kinerja Badan Litbang Pertanian, RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani d) Untuk tahun 2014 sebanyak 14 Raker dan 17 RDP dengan pembahasan antara lain Anggaran, kelangkaan pupuk, penanggulangan banjir, pembahasan pengangkatan THL-TBPP menjadi CPNS, Kasus Importasi Beras, penyelesaian RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, RUU Peternakan dan Kesehatan Hewan, RUU Perkebunan e) Untuk tahun 2015 sebanyak 14 Raker dan 14 RDP dengan pembahasan antara lain Anggaran, Pembahasan THL-TBPP, Program Legislasi Nasional , Pengawsan terkait Bantuan Alat Mesin Pertanian, Dampak Kekeringan, Kelangkaan dan Mahalnya Daging Sapi dan Ayam, f) Untuk tahun 2016 sebanyak 14 Raker dan 13 RDP dengan pembahasan antara lain pembahasan RUU Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, pengawasan anggaran, Pelaksanaan distribusi pupuk, pengangkatan penyuluh dan lain-lain. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

179 Selengkapnya tersaji pada Gambar di bawah ini Raker RDP Gambar 62. Rekap Rapat Kementerian Pertanian dengan DPR/DPD-RI Tahun ) Penerimaan Audiensi Penerimaan Audiensi DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Unit Eselon II lingkup Setjen dan Unit Eselon I Permasalahan yang disampaikan oleh DPRD lebih fokus kepada Anggaran, Prasarana dan Sarana Pertanian (Pupuk, lahan, irigasi), Raperda terkait sektor pertanian, dan lainnya. Tabel 91. Rekap Penerimaan Audiensi DPRD No. Kegiatan DPRD Propinsi DPRD Kabupaten/kota Jumlah Sumber: PPVTPP, ) Terlaksananya kegiatan Pertemuan Antar Lembaga (menghadirkan 250 orang penyuluh/petani/gapoktan berprestasi untuk mengikuti Sidang Bersama DPR/DPD-RI dan Pidato Kenegaraan Presiden RI) bekerjasama dengan BPPSDMP. 4) Terlaksananya kegiatan Parlemen Remaja 2016 yang terdiri dari para pelajar SMA/SLTA/MA yang berprestasi dan aktif dalam organisasi siswa. Kegiatan ini bekerjasama dengan Humas Sekretariat Jenderal DPR-RI. 5) Menjadi peserta Pertemuan Tahunan Bakohumas dalan Anugerah Media Humas dan partisipasi dalam Forum Bakohumas dan Komunitas Tingkat Nasional ) Terlaksananya Kegiatan Fruit Indonesia 2016 kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor dengan menghadirkan KTNA. 7) Terlaksananya Kegiatan Gerakan Penanaman 50 juta Pohon Cabai di Pekarangan kerjasama antara Kementerian Pertanian dan TNI AD. 8) Terlaksananya pembuatan aplikasi Hubungan Antar Lembaga Online (HALO) untuk mempercepat proses pengiriman bahan Rapat Kerja Menteri Pertanian kepada pimpinan, anggota, sekretariat dan tenaga ahli Komisi IV DPR-RI. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

180 9. Pengelolaan Informasi Publik Bidang Pertanian Dalam melaksanakan Pengelolaan Informasi Publik Bidang Pertanian, telah terlaksana dengan capaian kinerjanya sejak tahun , yaitu sebagai berikut: a. Pelayanan informasi publik pada tahun 2016 terdapat permohonan informasi publik sebanyak 336 pemberitahuan serta 1 penolakan dari 136 orang pemohon. Pemohon informasi publik dapat menyampaikan permohonannya baik datang secara langsung ke Desk Pelayanan Informasi di lantai 1 Gedung Pusat Informasi Agribisnis maupun melalui aplikasi Silayan Online. Melalui Silayan Online, publik dapat menyampaikan permohonan informasi publik yang tidak atau belum dapat diakses dari website Kementerian Pertanian maupun dari SIMFORTA (Sistem Informasi Pertanian) dan dilayani petugas PPID dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sesuai Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Di Kementerian Pertanian, melalui Portal PPID di telah mencantumkan rata-rata pelayanan informasi publik, yaitu 3 hari 11 jam 25 menit 39 detik dengan pelayanan terlama 10 hari 23 jam 8 menit 18 detik, serta pelayanan tercepat yaitu 2 menit. Tabel 92. Jumlah Pemohon Informasi Publik pada PPID Utama Kementerian Pertanian Tahun Tahun Pemohon IP Permohonan IP Sumber: PPVTPP, 2016 Fluktuasi jumlah pemohon maupun jumlah informasi publik yang dimohon dari tahun 2010 sampai dengan 2016 tersaji pada Gambar. Gambar 63. Jumlah Pemohon dan Permohonan Informasi Publik Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

181 pada PPID Utama Kementan Tahun Kementerian Pertanian juga secara aktif mengikuti pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik yang diselenggarak oleh Komisi Informasi Pusat, yang pada tahun 2016 ini mendapatkan peringkat ketujuh. Meskipun peringkat Kementan menurun dibandingkan tahun 2015 yaitu peringkat ke enam, namun secara skor, nilai Kementerian Pertanian meningkat dari 87,542 menjadi 90, ,8 87,542 Nilai Hasil Pemeringkatan 90, Gambar 64. Nilai Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Pertanian Tahun Hal yang perlu diperbaiki dari hasil evaluasi pemeringkatan KIP tersebut adalah belum tersedianya Daftar Informasi Publik yang menyeluruh dari Kementerian Pertanian, belum terbukanya naskah-naskah perjanjian atau MoU, belum tersedianya SK terkait pejabat fungsional pengelola PPID serta akses pencarian informasi di website Kementan yang masih kurang cepat. Hal yang perlu diperbaiki dari hasil evaluasi pemeringkatan KIP tersebut adalah belum tersedianya Daftar Informasi Publik yang menyeluruh dari Kementerian Pertanian, belum terbukanya naskahnaskah perjanjian atau MoU, belum tersedianya SK terkait pejabat fungsional pengelola PPID serta akses pencarian informasi di website Kementan yang masih kurang cepat. b. Penyiapan penyajian, pemutakhiran, dan pengemasan informasi publik bidang pertanian yang terbarukan melalui multimedia berupa penyempurnaan Portal PPID pada dan SIMFORTA (Sistem Informasi Pertanian) yang dapat diakses pada penyediaan Iklan Layanan Masyarakat pada Videotron, juga pelaksanaan kajian pendahuluan TV Tani yang dapat diakses alamat streamingnya pada c. Penyiapan penyajian hasil pembangunan yang terbarukan melalui penyelenggaraan pameran dan peragaan, telah diselenggarakan pada kegiatan Partisipasi Pameran dan Promosi Pembangunan Pertanian Dalam menyelenggarakan penyajian hasil pembangunan yang terbarukan melalui penyelenggaraan pameran dan peragaan telah diselenggarakan sebanyak 19 kali partisipasi pameran lingkup Kementerian Pertanian dan lingkup Nasional pada tahun Dalam partisipasi tersebut, beberapa prestasi yang diraih adalah Kementerian Pertanian meraih Juara 1 stand terbaik pada The Indonesia GPR Summit 2016 (Serpong, Banten, 20 s.d. 21 April Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

182 2016), Kementerian Pertanian meraih Juara 2 stand terbaik kategori Umum pada Harkopnas Expo (Jambi, 21 s.d. 24 Juli 2016), serta Kementerian Pertanian meraih Juara Harapan III Kategori Stand Pameran Instansi pada Forum Bakohumas dan Komunitas Tingkat Nasional 2016 (Bandung, 17 s.d. 19 Nopember 2016). Selain itu, kegiatan Peragaan berupa re-desain ruang peragaan pada lantai dasar Gedung Pusat Informasi Agribisnis serta penyusunan Konsep Kerja: Corporate Branding Kementerian Pertanian melalui Peragaan Kinerja, Prestasi, dan Edukasi. d. Dalam Pengelolaan Sumberdaya Informasi Perpustakaan yaitu pengelolaan Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Setjen Kementan), telah dilaksanakan pengelolaan koleksi tercetak (buku) berjumlah 3740 judul yang berjumlah total 4603 eksemplar. Penambahan koleksi (buku) melalui pengadaan bahan koleksi perpustakaan pada tahun 2016 berjumlah 97 judul yang berjumlah total 163 eksemplar, serta buku hibah dari berbagai instansi lingkup Kementerian e. Pertanian maupun instansi lain berjumlah 177 eksemplar. Pengunjung Perpustakaan Setjen Kementan selama tahun 2016 telah melayani 367 orang dimana pada tahun ini lebih banyak orang yang dilayani daripada tahun-tahun sebelumnya. Tabel 93. Jumlah Pengunjung pada Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Tahun Tahun Pengunjung Perpustakaan Sumber: PPVTPP, 2016 Upaya peningkatan jumlah pengunjung adalah memaksimalkan layanan, dengan mengimplementasikan otomasi perpustakaan menggunakan SIMPERTAN (Sistem Informasi Perpustakaan Pertanian) yang merupakan aplikasi berbasis web yang dikembangkan oleh PUSTAKA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) yang berlokasi di Bogor untuk dapat diakses pada laman/link ini, yaitu f). Dalam melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik didukung SDM pengelola ketatausahaan termasuk kesekretariatan Jabatan Fungsional Pranata Humas serta pengelola Satker. Sebagai unit kerja yang baru terbentuk, Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik pada tahun 2016 menunjukkan pencapaian kinerja yang cukup baik sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu dengan pencapaian realisasi Rp ,- atau 93,72%. Hal ini merupakan pencapaian serapan anggaran tertinggi di lingkup Sekretariat Jenderal. Capaian kinerja selama tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan Workshop Koordinasi dan Komunikasi Publik Lingkup Kementerian Pertanian, (2 kali) Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

183 2) Melaksanakan Workshop Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai lingkup Biro, (1 kali) 3) Menyelenggarakan Pembinaan Mental dan Karakter pegawai Lingkup Biro, (1 kali) 4) Menyelenggarakan Pertemuan Penyusunan Anggaran tahun 2017 lingkup Biro, (1 kali) 5) Menyelenggarakan pertemuan penyusunan Pedum Pengelolaan Anggaran lingkup Biro, (1 kali) 6) Melaksanakan pertemuan sosialisasi e-personal lingkup Biro, (3 kali) 7) Melaksanakan kegiatan Sosialiasi Persiapan e-kinerja yang diikuti oleh seluruh pegawai lingkup Biro Humas dan Informasi Publik dimana pelaksanaan kegiatan tersebut di gedung Pusat Informasi Agribisnis Kementerian Pertanian yang Kaitannya antara Rencana Kerja Tahunan (RKT) dengan kegiatan tugas jabatan adalah RKT sebagai acuan untuk menyusun kegiatan tugas jabatan masingmasing PNS (1 kali) 8) Melaksanakan pertemuan koordinasi penyusunan kegiatan dan anggaran lingkup Biro, (1 kali) 9) Menyelenggarakan pertemuan dalam rangka koordinasi dan penyusunan laporan akhir tahun Lingkup Biro serta laporan kehumasan Lingkup Kementerian Pertanian, (1 kali) 10) Menyelenggarakan rapat-rapat internal Biro yang dilaksanakan dalam jam kerja maupun di luar jam kerja dalam kurun waktu 10 bulan. 11) Pada tahun anggaran 2016 Biro Humas dan Informasi publik telah melaksanakan pengadaan alat pengolah data sebagai sarana penunjang kegiatan perkantoran yang telah tersentral pada sub bagian tata usaha, sebanyak 138 unit, dan pengelolaan barang persediaan telah dilaksanakan secara satu pintu. f. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Sekretariat Pranata Humas tahun 2016 antara lain meliputi : 1) Melaksanakan Wokshop Nasional Komunikasi Publik, Lingkup Kementerian Pertanian, dengan tema Paradigma Baru Komunikasi Publik Kementerian Pertanian, dilaksanakan di IPB Convention Center Bogor, pada tanggal 31 Maret ) Melaksanakan Wokshop dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Media Sosial Lingkup Kementerian Pertanian, dengan tema Strategi Membangun Komunikasi Publik di Media Sosial, dilaksanakan di Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA), Komp. Kantor Pusat Kementerian Pertanian pada tanggal 1 April ) Memfasilitasi pengusulan DUPAK Pejabat Fungsional Pranata Humas pada bulan Juni 2016 dan Desember ) Memfasilitasi penerbitan PAK /HAPAK Pejabat Fungsional Pranata Humas pada bulan Agustus ) Memfasilitasi sidang terkait penilaian usulan DUPAK dan penetapan PAK pada bulan Juli ) Memfasilitasi pelaksanaan Diklat Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat Ahli, yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

184 . Komunikasi dan Informastika, yang berasal dari anggaran DIPA Biro Humas dan Informasi Publik, maunpun yang berasal dari anggaran Kementerian KOMINFO. 7) Berpartisipasi dan menyertakan pegawai Kementerian Pertanian pada Diklat Trainer of Trainee (TOT) Jabatan Fungsional Pranata Humas, yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian Komunikasi dan Informastika 8) Memberikan pembinaan terhadap pegawai fungsional pranata humas lingkup Kementerian Pertanian, khususnya mengenai pemahaman terhadap butir kegiatan dan Angka Kredit Jabatan Fungsional Pranata Humas 9) Pemutakhiran Data Base Jabatan Fungsional Pranata Humas. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

185 VI. PENUTUP Program pembangunan pertanian yang dilaksanakan pada tahun 2016 secara umum menunjukkan keberhasilan yang cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari beberapa hal, diantaranya: produksi, perdagangan, dan kesejahteraan petani. Untuk aspek produksi, dari tujuh komoditas pangan strategis, lima komoditas mengalami peningkatan produksi, dan hanya dua komoditas yang mengalami penurunan produksi. Kelima komoditas pangan strategis yang mengalami peningkatan produksi tersebut adalah padi (naik 4,97%); jagung (naik 18,10%); bawang merah (naik 5,74%); cabai (naik 9,95%); dan daging sapi (naik 3,7%). Sedangkan dua komoditas pangan strategis yang menurun produksinya adalah kedelai (turun 8,06%) ; dan gula tebu (turun 11%). Secara makro, terjadinya peningkatan produksi padi, jagung, bawang merah, dan cabai antara lain disebabkan oleh terjadinya peningkatan luas panen sebagai dampak dari adanya peningkatan luas tanam. Selain peningkatan luas tanam, peningkatan produksi komoditas strategis tahun 2016 juga dipengaruhi oleh kinerja pelaksanaan kegiatan-kegiatan utama didalam pembangunan pertanian, diantaranya : pengembangan padi, pengembangan jagung, integrasi jagung-sawit, perluasan sawah, perluasan lahan kering, perbaikan irigasi, optimasi lahan, desa mandiri benih, bangsal pasca panen hortikultura, peningkatan kemampuan lembaga tani, desa pertanian organik, pengadaan sapi indukan, SIWAB, pemberian bantuan alsintan, pengembangan sumber-sumber air dan asuransi pertanian. Adapun terhadap dua komoditas pangan strategis yang capaian produksinya mengalami penurunan, yaitu kedelai dan tebu, antara lain disebabkan oleh faktor cuaca dan harga jual komoditas yang kurang kompetitif. Upaya yang diambil untuk meningkatkan produksi kedelai dan tebu pada tahun 2017 adalah melalui pengembangan lahan tadah hujan untuk ditanami kedelai serta pembangunan embung dalam rangka menjaga ketersediaan air untuk pengairan. Pada sisi perdagangan dan kesejahteraan petani, indikatornya antara lain dicerminkan oleh nilai ekspor dan impor (perdagangan), Nilai Tukar Petani dan jumlah penduduk miskin (kesejahteraan). Nilai perdagangan sektor pertanian tahun 2016 menunjukkan nilai yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat terlihat dari nilai impor beberapa komoditas pangan strategis yang mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan tahun Beberapa komoditas strategis yang mengalami penurunan impor tersebut diantaranya : jagung (turun 66,6%); bawang merah (turun 93,2%); beras medium Bulog Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

186 (turun 100% atau sama sekali tidak ada impor beras). Disisi lain, ekspor beras justru mengalami kenaikan sebesar 43,7%. Untuk Nilai Tukar Petani (NTP), NTP tahun 2016 naik sebesar 0,06%. Begitu juga Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) naik sebesar 2,31%. Pada aspek kesejahteraan petani, dicerminkan oleh menurunnya jumlah penduduk miskin pada tahun 2016 yaitu sebesar 1,51% dan rasio gini di desa yang menurun 0,07 poin. Salah satu hal menarik yang menyita di penghujung tahun 2016 adalah melonjak tingginya harga cabai rawit merah, yang menyentuh harga Rp 100 ribu/kg (di wilayah Jabodetabek) dan menjadi salah satu faktor penyumbang inflasi. Naiknya harga cabai rawit merah tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya produksi di tingkat petani sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak mendukung, yaitu tingginya curah hujan. Langkah taktis yang ditempuh untuk menurunkan harga cabai dalam jangka pendek salah satunya adalah dengan melakukan realokasi distribusi cabai rawit merah dari wilayah yang memiliki stok produksi berlebih ke wilayah yang mengalami kekurangan stok produksi. Sedangkan terobosan yang dilakukan dalam rangka menjaga ketersediaan stok cabai rawit merah secara berkesinambungan adalah dengan turut melibatkan ibu-ibu PKK melalui Gerakan Tanam (Gertam) cabai yaitu membagikan benih cabai gratis untuk ditanam di rumah. Benih cabai tersebut dibagikan secara gratis melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) kepada ibu-ibu PKK yang ada di kawasan perdesaan dan perkotaan. Sehingga kebutuhan cabai rawit merah diharapkan Terkait prediksi iklim dan dampaknya terhadap perencanaan pembangunan pertanian tahun 2017, perkembangan iklim pada tahun 2017 diprediksi normal berdasarkan kondisi indeks ENSO yang netral dan Dipole Mode yang menunjukkan anomali positif namun masih dalam kisaran normal. Selanjutnya, prakiraan iklim selama Musim Kemarau (MK) 2017 terutama pada Bulan Mei sampai Oktober berada pada kondisi Normal, walaupun ada indikasi terjadinya El Nino lemah pada akhir MK 2017 (peluang rendah), sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan. Berdasarkan prediksi dari BMKG, awal MK 2017 di sebagian besar wilayah diprakirakan MUNDUR (39.9%), SAMA (37.3 %) dan MAJU (22.8 %). Awal MK akan terjadi mulai bulan Mei, Juni dan Juli 2017 (86.1%). Puncak Musim Kemarau 2017 diprakirakan dominan terjadi pada bulanjuli September Sedangkan untuk awal MH 2017/2018 diprediksi Normal, yaitu mulai November- Desember Curah Hujan (CH) Bawah Normal (terutama curah hujan 100 mm/bulan) pada MK 2017 diprediksi terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Lampung, Kalimantan Bagian Selatan dan Sulawesi bagian Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

187 selatan. Sedangkan curah hujan Normal dan Atas Normal diprediksi terjadi wilayah bagian utara khatulistiwa (Gambar ). MEI 2017 JUN 2017 JUL 2017 AGT 2017 SEP 2017 OKT 2017 Gambar 65. Prediksi curah hujan bulanan periode Mei sampai Agustus 2017 Hasil downscaling prediksi musim dari Climate Forecast System versi 2 dari NOAA menunjukkan Kejadian hari tanpa hujan lebih dari 10 hari berturut-turut oleh Badan Litbang Pertanian pada Mei sampai Agustus 2017 diprediksi mulai Bulan April di Bali dan Nusa Tenggara; dan kemudian terus meluas ke seluruh Pulau Jawa dan Lampung pada Bulan Juni. Pada Bulan Juli wilayah Kalimantan bagian Selatan dan Sulawesi bagian selatan diprediksi juga mengalami hari tanpa hujan > 10 hari berturut-turut. Selanjutnya pada Bulan Agustus meluas pada di sebagian besar Sulawesi, Maluku, Kalimantan Timur, dan Papua bagian selatan (Gambar ). Percepatan luas tambah tanam (LTT) pada MK 2017 harus lebih difokuskan pada daerah dengan sifat CH Atas Normal dan Normal (Provinsi-provinsi di Sumatera dan Kalimantan), dan menghindari wilayah yang prediksi berpeluang mengalami kejadian hari tanapa hujan > 10 hari berturut-turut. LTT dapat dilakukan di wilayah yang terjamin ketersediaan air irigasinya. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

188 Gambar 66. Prediksi hari tanpa hujan >10 hari berturut-turut Bulan Mei-Agustus 2017 Berdasarkan Sistem Informasi (SI) KATAM Terpadu, potensi luas tanam padi lahan sawah pada MK 2017 seluas 5,09 juta Ha terutama di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Berdasarkan prediksi tersebut, maka estimasi kebutuhan benih dan pupuk masing-masing sebesar 152 ribu ton benih padi, dan 1,53 juta ton pupuk urea, 1,40 juta ton pupuk organik, dan 1,02 juta ton NPK selama musim tanam April September Selanjutnya, awal tanam MK 2017 diprediksi pada Maret III-April, dan puncak tanam pada April II-III. Untuk sebagian besar wilayah Sumatera waktu tanam diprediksi sampai Agustus II-III. (Tabel ). Selanjutnya berdasarkan SI Katam, potensi luas tanam jagung di lahan sawah pada MK 2017 seluas 1,77 juta ha terutama di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sedangkan kedelai seluas 164 ribu ha terutama di Jawa, Bali, NTB dan NTT. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

189 Tabel 94. Terpadu Prediksi Waktu Tanam Padi Sawah Pada MK 2017 Berdasarkan SI Katam Beberapa rekomendasi adaptasi untuk MK 2017: 1. Optimalisasi pemanfaatan SI Iklim Pertanian (SIIP) seperti SI Katam Terpadu, SC, dan Si Sultan secara terintegrasi & sinergi dalam mendukung upaya percepatan LTT, antisipasi iklim ekstrim dan penetapan rekomendasi teknologi. 2. Pemantauan intensif dan langka antisipatif terpadu untuk: wilayah rawan kekeringan dan banjir. 3. Untuk mengoptimal luas tanam, maka untuk lahan yang tidak memiliki fasilitas irigasi teknis, perlu percepatan implementasi insfrastruktur air (embung, long storage, dam parit dan pompanisasi) untuk meningkatkan kapasitas ketersediaan air. 4. Pengembangan dan penerapan teknologi adaptasi --> varietas unggul yang toleran cekaman biotik (OPT) dan abiotik (kekeringan, rendaman, salinitas), amelioran (biochart, arang aktif, pupuk organik), system surjan di lahan rawa. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN Dr. Suswono, MMA Menteri Pertanian Republik Indonesia Disampaikan pada Seminar Nasional Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani VISI KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Mengukur KESEJAHTERAAN PETANI EKONOMI Pendapatan, NTP, NTUP NON EKONOMI Terhormat Diperhatikan Dilindungi dibutuhkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Musrenbang Regional Kalimantan Jakarta, 24 Februari 2015 AGENDA 7 NAWACITA : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

inside front cover FA_PENAS book.indd 2 5/1/17 11:09 PM

inside front cover FA_PENAS book.indd 2 5/1/17 11:09 PM inside front cover FA_PENAS book.indd 2 5/1/17 11:09 PM KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga buku Kinerja dan Fokus Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN PROGRAM SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA DAN DAGING SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Dialog dalam Rangka Rapimnas Kadin 2014 Hotel Pullman-Jakarta, 8 Desember

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pembangunan pertanian tahun 2014 merupakan tahun terakhir dalam pelaksanaan Renstra Kementerian Pertanian periode 2010-2014. Kementerian Pertanian pada periode 2010-2014 telah menetapkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2018 Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2017 xi KATA PENGANTAR Tahun 2017 adalah tahun ketiga pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

MATERI PEMBEKALAN FP2S. Kebijakan Pembangunan Pertanian: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

MATERI PEMBEKALAN FP2S. Kebijakan Pembangunan Pertanian: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis MATERI PEMBEKALAN FP2S Kebijakan Pembangunan Pertanian: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis A. Pendahuluan 1. Visi Kementerian Pertanian adalah terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN 2016-2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanallahu wa ta ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Rencana

Lebih terperinci

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 LOG O Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian Gedung A, Lantai 4, Ruang 442-447 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Menimbang

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Disampaikan pada: Rakor DKP Provinsi Jawa Tengah Rabu, 29 April 2015 1 I. PENDAHULUAN 2 Posisi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan Presentase hasil

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Analisis Kebijakan 33 Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Pendahuluan Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK) CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK) TRIWULAN I TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI PERTANIAN PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL (MUSRENBANGTANNAS) 2015 JAKARTA, 3-4 JUNI 2005

ARAHAN MENTERI PERTANIAN PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL (MUSRENBANGTANNAS) 2015 JAKARTA, 3-4 JUNI 2005 ARAHAN MENTERI PERTANIAN PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL (MUSRENBANGTANNAS) 2015 JAKARTA, 3-4 JUNI 2005 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Yang Saya Hormati,

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional

Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional Bahaya kelaparan? Di pulau Jawa yang subur dan kaya itu, bahaya kelaparan? Ya, saudara pembaca. Beberapa tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

Pangan Nasional Tahun

Pangan Nasional Tahun Ketahanan Pangan Nasional Tahun 23Pembangunan 2000-2004 Pendahuluan Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Pembangunan pertanian tahun 2010 merupakan tahun transisi pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 28 Oktober 2013 1. KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2 Ketersediaan

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TAHUN 2016

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi rahmat dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA Yogyakarta, 6 Februari 2007 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Yang Saya Hormati: Pimpinan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci