BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ada perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principals) dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ada perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principals) dengan"

Transkripsi

1 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Teori Agensi Pemilihan teori keagenan ini didasarkan pada pengembangan awal teori keagenan yang merupakan teori yang dikembangkan dari kenyataan bahwa selalu ada perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principals) dengan pengelola (agent), meskipun tujuannya tetap sama, yaitu untuk mencapai kemakmuran para shareholders dan stakeholders. Dalam teori ini digambarkan mengenai hubungan yang terjalin dan perbedaan kepentingan di antara kedua pihak tersebut, sehingga akan berdampak pada proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta pelaporan yang dilakukan oleh pengelola (manajemen) terhadap pemilik. Teori keagenan ini dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak atau perjanjian yang dilakukan oleh satu atau lebih orang (principals) untuk mengikat orang lain (agent) agar mengelola pelayanan dalam aktivitas perusahaan di mana pihak agent memiliki otoritas atas pengelolaan tersebut. Teori ini muncul karena adanya pemisahan antara pemilik suatu sumber daya (principals) khususnya modal dengan pengelola (agency) dari sumber daya tersebut. Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa salah satu asumsi utama dari teori keagenan merupakan tujuan principal dan konflik agen. Dalam teori keuangan, asumsi dasar yang merupakan tujuan utama bagi perusahaan adalah maksimisasi 10

2 11 kesejahteraan pemegang saham. Berdasarkan pengertian tersebut menurut peneliti, teori keagenan merupakan teori yang menggambarkan hubungan antara pemilik organisasi (principals) dengan pengelola (agent) dimana keduanya memiliki kepentingan yang berbeda namun dengan tujuan akhir yang sama yaitu mencapai kemakmuran para stakeholders. Namun demikian, akibat adanyaperbedaan kepentingan, maka cara pandang pemilik dan pengelola terhadap situasi dan kondisi keuangan perusahaan akan mengalami perbedaan pula. Lebih lanjut Jassim, et al.(1988) mengemukakan bahwa hubungan antara agen dan principal memberi konsekuensi bahwa manajemen yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan keputusan secara sadar harus bertindak dalam kontek yang memberi keuntungan kepada principal. Tetapi dalam pelaksanaanya timbul permasalahan dimana terdapat ketidakseimbangan penerimaan informasi karena satu pihak dalam hal ini agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan principal dan pihak agen tidak mau mengungkapkan seluruh informasi yang dimilikinya untuk keuntungan pribadinya. Ada beberapa konflik yang mungkin terjadi bila terdapat pemisahan antara kepemilikan dengan pengelola perusahaan. Sebagaimana Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, dimana pemegang saham adalah pemilik perusahaan. Pemegang saham mendelegasikan wewenang kepada manajemen dengan harapan manajemen bertindak atas kepentingan pemegang saham. Agar dapat berfungsi dengan baik, manajemen perlu diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan,

3 12 dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang berhubungan dengan pengawasan disebut biaya agensi. Biaya agensi dapat berkurang dengan adanya hutang. Karena bila perusahaan menggunakan pendanaan dari hutang, kreditur juga melakukan pengawasan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa teori agensi (agency theory) dimaksudkan setiap individu cenderung untuk memaksimalkan utilitasnya, dimana terdapat hubungan atau kontrak antara principal dan agen. Principal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas dalam rangka memenuhi kepentingan principal Teori Signalling Teori sinyal (singnalling theory) membahas bagaimana seharusnya sinyalsinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Connelly et al. (2011) dalam Signaling Theory: A Review and Assessment menjelasakan bahwa teori sinyal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Artinya, mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul karena adanya informasi asimetris antara perusahaan (manajemen) dengan pihak luar, dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pihak luar seperti investor dan kreditor.

4 13 Kurangnya informasi yang diperoleh pihak luar tentang perusahaan menyebabkan pihak luar melindungi diri dengan memberikan nilai rendah untuk perusahaan tersebut. Menurut Gumanti (2009), bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetris, salah satu caranya adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar berupa informasi keuangan yang dapat dipercayasehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Laporan tentang kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan. Lebih lanjut, Connelly et al. (2011) menyebut motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan diharapkan dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang saham. Publikasi laporan keuangan tahunan yang disajikan oleh perusahaan akan dapat memberikan sinyal pertumbuhan deviden maupun perkembangan harga saham perusahaan Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan adalah harga saham. Keberhasilan tersebut ditujukan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor berupa capital gain dan citra yang lebih baik, disamping juga bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Di lain sumber, dikemukakan bahwa harga saham merupakan harga yang ditentukan secara lelang kontinu (Susanto. 2002). Harga tersebut dibentuk oleh

5 14 pasar saham melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahaan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun (Sartono, 2001). Menurut Anoraga dan Pakarta (2006), harga saham ada 3 (tiga) macam yaitu: 1. Harga nominal adalah harga yang tertera dalam sertifikat saham, 2. Harga perdana adalah harga saham pada saat dicatat di bursa efek untuk pertama kalinya, dan 3. Harga pasar adalah harga jual saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran investor tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa harga saham adalah nilai saham yang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli saham pada mekanisme pasar tertentu dan juga merupakan harga jual dan dari investor yang satu ke investor lainnya. 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya, bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Menurut Sartono (2001), investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi

6 15 harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha (business combination) Earning Per Share 1. Pengertian Earning Per Share Laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. EPS sama dengan deviden saham umum dibagi jumlah lembar saham umum, (Darmadji dan Hendy, 2001). Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Menurut Tandelilin (2001), ada beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya, tapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Lebih lanjut Halim (2003), mengemukakan bahwa EPS merupakan perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar. Dari paparan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh pemegang saham dari saham yang (perusahan) tanamkan di bursa.

7 16 2. Pengukuran Earning Per Share Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuanganperusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS perusahaanbersangkutan dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkanlaporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Merujuk kajian Tandelilin (2001) yang menyatakan bahwa ekspektasi untuk memperoleh pendapatanyang lebih besar di masa mendatang berpengaruh positif terhadap harga saham DividendPer Share 1. Pengertian Dividend Per Share Dividen merupakan suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya baik dalam bentuk tunai maupun saham. Weston dan Copeland (1996) menjelaskan dividen adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang akan ditahan sebagai laba ditahan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Simamora (2000) menjelaskan semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. Selanjutnya Hanafi dan Halim (2005), menjelaskan bahwa dividen tersebut adalah kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Para investor yang mengharapkan dividen biasanya berinvestasi untuk jangka panjang dan mempunyai ketertarikan khusus dengan perusahaan tersebut. Pemegang

8 17 saham lebih memilih dividen dibagikan dalam bentuk uang tunai dibandingkan capital gain. Sehingga dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. 2. Pengukuran Dividend Per Share Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per lembar saham yang dimiliki dapat dilihat dalam rasio Dividend Per Share (DPS) Indeks LQ45 Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada bulan Februari 1997 dengan ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Indeks LQ45 secara rutin diperbarui dengan memantau pekembangan kinerja emiten emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45, yakni setiap 3 (tiga) bulan sekali, sementara penggantian saham akan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali pada awal bulan Februari dan Agustus ( 2016). Indeks LQ45 sebagai salah satu jenis kontrak indeks saham yang dimiliki Bursa Efek Indonesia (BEI) yang paling likuid terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kritria pemilihan. Selain

9 18 penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten emiten tersebut juga mempertimbangkan kapaitalisasi pasar. Sebagaimana kriteria kriteria indeks LQ45 telah mempertimbangkan faktor faktor sebagai berikut: 1. Masuk dalam rangking 60 (enam puluh) terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir); 2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata rata kapitalisasi pasar selama 12 tahun terakhir); 3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun Bursa Efek Jakarta (BEJ) minimal 3 (tiga) bulan; 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. Lebih lanjut, indeks LQ45 tersebut memiliki faktor faktor yang berperan dalam pergerakan kapitalisasi pasar, diantaranya: 1. Tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI) sebagai patokan portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia; 2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko; 3. Saham saham penggerak indeks yang notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ; Di samping itu, pengungkapan laporan tersebut juga memiliki pengaruh terhadap naiknya indeks LQ45 diantaranya: 1. Adanya penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia; serta

10 19 2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45 ke zona positif. 2.2 Penelitian Terdahulu Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan untuk dijadikan landasan berikut komparasi dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Lihat Tabel 1 berikut: Tabel 1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel Metode Hasil 1. Yanti dan Suryanawa (2013) 2. Devi dan Sutrisno (2015) Earning Per Share dan Dividend Per Share, Harga saham PBV, EPS, dan DER, Kebijakan Deviden, Harga Saham 3. Bakar (2014) Earning Per Share danharga saham 4. Marcellyna (2013) Earning Per Share danharga saham Uji regresi linier berganda dan uji residual. Ordinary Least Square (OLS). Analisis regresi liniersederhana, Uji analisis regresi sederhana dan uji (one-sample T test) EPS dan DPS mampu mempengaruhi harga saham secara parsial. Hasil uji residual menunjukkan bahwa DPS tidak dapat memoderasi hubungan antara EPS terhadap harga saham. PBV (+) DPR PBV dan EPS (+) Harga saham DPR (+) Harga saham. Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham. Perubahan Earning Per Share akan diikuti oleh perubahan harga Saham di bursa. Earning per share memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di BEI

11 20 Lanjutan Tabel 1 Penelitian Terdahulu 5. Sukarman dan Khairani (2013) Earning Per Share dan Dividend Per Share, Harga Saham Sumber: kajian empiris,diolah Penulis Uji Regresi Linier Berganda Secara simultan Earning Per Share dan Dividend Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham persahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial, hasil penelitian menunjukan Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan tehadap harga saham, sedangkan Dividend Per Share tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Tabel 1 dijelaskan bahwa penelitian yang relevan digunakan dalam kajian studi ini diantaranya hendak mengkaji pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), dan harga saham dengan ragam variabel masing-masing kajian empiris yang digunakan. Atas dasar hal ini, maka dapat dikemukakan persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Persamaan penelitian dapat dilihat pada penggunaan variabel Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), dan harga saham. Namun, perbedaan penelitian ini terdapat pada indikator dari faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), dan harga saham, berikut

12 21 objek yang diteliti dimana dalam tataran ini peneliti hendak memfokuskan pada Indeks LQ Model Konseptual Sejalan dengan tujuan penelitian dan kajian teori yang telah dipaparkan di muka, selanjutnya akan diilustrasikan dalam kerangka berpikir mengenai Earning Per Share (EPS), harga saham dan Dividend Per Share (DPS) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45, yakni: DPS EPS HS Gambar 1 Model Konseptual 2.4 Pengaruh Antar Variabel Berikut pengaruh antar variabel dalam penelitian ini sebagaimana kerangka berpikir yang telah diilustrasikan di atas: 1. Pengaruh Earning Per Share (EPS)terhadap Dividend Per Share (DPS) Dividen merupakan salah satu tujuan investor dalam melakukan investasi.hal ini sesuai dengan signalling theory, yang menyebutkan bahwa

13 22 informasi yang diumumkan oleh emiten berkaitan dengan informasi perusahaan dapat menjadi sinyal positif maupun negatif, yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham dari emiten tersebut. Sebagaimana Yanti dan Suryanawa (2013), bahwa kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba melalui EPS mempengaruhi Dividend Per Share (DPS). Lebih lanjut, Sukarman dan Khairani (2013) menyebut bahwa DPSmenunjukkan adanya perubahan pembukuan dalam perkiraan ekuitas pemegang saham pada neraca perusahaan. Proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan tetap sama. Akuntansi membedakan dividen saham menjadi dividen saham persentase kecil dan dividen persentase besar. Setidaknya ada 3 (tiga) pandangan tentang pengaruh kebijakan DPS terhadap harga saham, yaitu: a. Kebijakan deviden tidak relavan Perubahan harga saham oleh pengumuman dividen dan karenanya menganggap dividen penting, sebab masalah ini berawal dari ketidakhatihatian dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen. b. Deviden yang tinggi meningkatkan nilai harga saham Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting secara tidak langsung mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang diharapkan yang sama apakah pendapatan datang melalui perolehan modal atau melalui dividen. Tapi, dividen lebih bisa meramalkan daripada perolehan modal dan manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor

14 23 kurang yakin menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dividen. c. Dividen rendah meningkatkan nilai saham Bagaimana dividen yang rendah mempengaruhi harga saham menyatakan bahwa dividen memang merugikan investor. Argumen ini sebagian besar didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan perolehan modal. Dalam hal pajak memaksimumkan pengembalian setelah pajak kita, bukannya pengembalian sebelum pajak. Investor mencoba menunda pajak saat memungkinkan. Saham yang memungkinkan penundaan (dividen rendah-perolehan modal tinggi) mungkin akan menjual pada harga premi relatif terhadap saham yang mensyaratkan pemajakan saat ini (dividen tinggi-perolehan modal rendah). Dengan cara ini, kedua saham bisa memberikan pengembalian setelah pajak yang dapat dibandingkan. Ini menyatakan bahwa kebijakan membayar dividen rendah akan mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi. Artinya, dividen tinggi merugikan investor sementara dividen rendah dan retensi (toleransi) tinggi membantu investor. Inilah logika yang mendasari kebijakan dividen rendah. 2. Pengaruh Earning Per Share (EPS)terhadap harga saham Penelitian terdahulu menyebut bahwa semakin tinggi nilai EPS menyebabkan semakin besar laba sehingga mengakibatkan harga pasar saham naik karena permintaan dan penawaran meningkat (Yanti dan Suryanawa, 2013).

15 24 Jika laba perusahaan tinggi maka para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan (Devi dan Sutrisno, 2015). Umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Bakar, 2014; Marcellyna, 2013). Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan (Sukarman dan Khairani, 2013) Sehingga dari penjelasan ini dapat diketahui hubungan antara EPS dengan harga pasar saham sangat erat. EPS menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh investor dari saham yang ditanamkan. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham. Di samping, rasio tersebut mampu digunakan untuk memprediksi harga saham dimasa mendatang.

16 25 3. Pengaruh Dividend Per Share (DPS)terhadap harga saham Tiap perusahaan pada dasarnya menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda. Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (Nurmala, 2006). Setidaknya ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi penentuan harga saham yaitu besarnya dividen per lembar saham yang diberikan,waktu dividen per lembar saham dibagikan, dan risiko yang terkait dengan dividen. Menurut Sukarman dan Khairani (2013), bahwa apabila DPS yang diterima naik tentu saja hal ini akan sangat mempengaruhi harga saham di pasar modal, karena naiknya dividend per sharekemungkinan besar akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Yanti dan Suryanawa (2013), bahwa DPS merupakan rasio yang manggambarkan berapa jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistibusikan. Semakin besar tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan devidend per sharebagi pemegang saham, maka akan memberikan korelasi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berimbas pada harga saham.

17 26 4. Devidend Per Share (DPS) memediasi pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham Penelitian terdahulu menyebut bahwa semakin tinggi nilai EPS menyebabkan semakin besar laba sehingga mengakibatkan harga pasar saham naik karena permintaan dan penawaran meningkat (Yanti dan Suryanawa, 2013). Jika laba perusahaan tinggi maka para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan (Devi dan Sutrisno, 2015).Sehingga dari penjelasan ini dapat diketahui hubungan antara EPS dengan harga pasar saham sangat erat. EPS menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh investor dari saham yang ditanamkan. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham. Di samping, rasio tersebut mampu digunakan untuk memprediksi harga saham dimasa mendatang. Dividen merupakan salah satu tujuan investor dalam melakukan investasi.hal ini sesuai dengan signalling theory, yang menyebutkan bahwa informasi yang diumumkan oleh emiten berkaitan dengan informasi perusahaan dapat menjadi sinyal positif maupun negatif, yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham dari emiten tersebut. Sebagaimana Yanti dan Suryanawa (2013), bahwa kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba melalui EPS mempengaruhi Dividend Per Share (DPS). Tiap perusahaan pada dasarnya menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda. Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para

18 27 investor, dan secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (Nurmala, 2006). Sehingga dari penjelasan diatas hubungan Earning Per Share (EPS) dengan harga saham yang di mediasi Dividend Per Share (DPS) akan berpengaruh positif dan berpengaruh naiknya permintaan dan penawaran meningkat terhadap harga saham. 2.5 Perumusan Hipotesis Berdasarkan pemaparan gambar kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: H1.Earning Per Share (EPS)berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS)pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 tahun H2.Earning Per Share (EPS)berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 tahun H3.Dividend Per Share (DPS)berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 tahun H4. Dividend Per Share (DPS) memediasi pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. URAIAN TEORITIS 1. Saham a. Pengertian saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi jual beli saham perusahaan tersebut di pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi jual beli saham perusahaan tersebut di pasar modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan cerminan nilai perusahaan, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi. maka nilai perusahaan juga baik dan begitu juga sebaliknya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share (EPS) dan return on equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan property and real

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan semakin bertumbuhnya

Lebih terperinci

Earning Per Share adalah Rasio antara pendapatan setelah pajak dengan. jumlah saham yang beredar (Sawidji Widiatmojo, 2005:97).

Earning Per Share adalah Rasio antara pendapatan setelah pajak dengan. jumlah saham yang beredar (Sawidji Widiatmojo, 2005:97). 2.2. Kerangka Pemikiran Earning Per Share adalah Rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (Sawidji Widiatmojo, 2005:97). Earning Per Share (EPS) sebagai ukuran profitabilitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) yang tinggi. Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) yang tinggi. Tinggi rendahnya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu sarana investasi yang banyak diminati para investor. Salah satu tujuan investor membeli saham adalah untuk memperoleh tingkat keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit di prediksi oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan BAB 1 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Salah satu tujuan utama bagi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peran yang penting dalam kegiatan perekonomian khususnya di Indonesia. Secara keseluruhan perkembangan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya pertumbuhan usaha yang semakin pesat, sehingga menyebabkan persaingan antar bidang usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia mendapat pengaruh negatif dari krisis keuangan global pada awal tahun 2008 yaitu berupa krisis energi dan krisis komoditas. Krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan

Lebih terperinci

PENGARUH EARNING PER SHARE TERHADAP DIVIDEND PER SHARE DAN HARGA SAHAM. Dini Nurlayli Putri Suwitho

PENGARUH EARNING PER SHARE TERHADAP DIVIDEND PER SHARE DAN HARGA SAHAM. Dini Nurlayli Putri Suwitho PENGARUH EARNING PER SHARE TERHADAP DIVIDEND PER SHARE DAN HARGA SAHAM Dini Nurlayli Putri dininrlputri@gmail.com Suwitho Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research

Lebih terperinci

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu: merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. d. Laporan Arus Kas Arus Kas Aktual, yang berlawanan dengan laba bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan.pasar Modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:1) Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan.pasar Modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:1) Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga. Pasar modal

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor), dapat menyalurkan dananya dengan berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor), dapat menyalurkan dananya dengan berinvestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Dan Harga Saham 2.1.1.1 Saham Saham merupakan surat berharga jangka panjang yang diterbitkan perusahaan (emiten) ke publik untuk diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu jenis pasar dimana para investor melakukan kegiatan menjual atau membeli sekuritas atau surat-surat berharga. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah kebijakan dividen. Kebijkan dividen adalah presentase laba yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah kebijakan dividen. Kebijkan dividen adalah presentase laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Horner (2005:12), kebijakan penting ketiga dalam manajemen keuangan adalah kebijakan dividen. Kebijkan dividen adalah presentase laba yang dibayarkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen II. LANDASAN TEORI 2.1 Kebijakan Dividen 2.1.1 Pengertian Dasar Dividen Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan cermat dan sigap dalam mengembangkan perusahaannya. Apalagi sekarang sudah memasuki era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito dan Martono, 2005) mengemukakan terdapat beberapa tujuan berdirinya sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meraih pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meraih pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meraih pendapatan dan laba setinggi-tingginya, atau mencari sumber dana dengan seefesien mungkin. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia secara efektif, dengan di dukung oleh sumber-sumber lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia secara efektif, dengan di dukung oleh sumber-sumber lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan di dukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal pada manajer

BAB I PENDAHULUAN. memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal pada manajer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal berperan penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara, karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat menghubungkan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) Oleh RUSLI KARYANA NPM. 083403153 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini cukup pesat, maka dibutuhkan ketepatan dalam mengambil keputusan investasi. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan go publik yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini situasi dalam perokonomian yang semakin terbuka, mendorong perkembangan dunia usaha. Hal tersebut menyebabkan perusahaan semakin terdorong untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap hari aktivitas manusia selalu berhubungan dan bergantung pada berbagai jenis jasa, seperti jasa transportasi, telekomunikasi, hiburan, pendidikan, jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa perusahan-perusahaan yang berdiri di Indonesia, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar, dimana perusahaan besar di Indonesia berawal dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal adalah suatu penanaman modal yang diberikan oleh perseorangan atau perusahaan atau organisasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Investor dan analis sekuritas memiliki cara-cara tersendiri untuk menentukan saham yang akan dibelinya, namun umumnya tidak terlepas dari analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang diberikan kepada para pemegang saham yang menanamkan modalnya di perusahaan. Namun, peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini keberadaan pasar modal memiliki peran yang cukup vital

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini keberadaan pasar modal memiliki peran yang cukup vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini keberadaan pasar modal memiliki peran yang cukup vital dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki peranan sebagai jembatan untuk mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham mempunyai daya tarik bagi investor karena dengan investasi berupa saham, investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan berupa capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perekonomian yang terus berkembang, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perekonomian yang terus berkembang, perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perekonomian yang terus berkembang, perusahaan harus dapat mempertahankan keberadaanya dalam dunia usaha. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal dewasa ini telah menjadi salah satu indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih beberapa alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, membahas masalah yang sama, namun berbeda. Penelitian yang menjadi acuan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.4 Landasan Teori 2.4.1 Teori Signalling Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam menunjang pertumbuhan perusahaan, karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam menunjang pertumbuhan perusahaan, karena pasar modal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu tempat terjadinya transaksi antara perusahaan yang membutuhkan dana dengan para investor yang ingin menginvestasikan dananya. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan bidang keuangan yang harus selaras dan serasi dengan memaksimalisasi keuntungan suatu perusahaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambilnya.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambilnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap investor yang membeli sejumlah saham saat ini memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambilnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu dengan cara jual

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan usaha di Indonesia mendorong perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan usaha di Indonesia mendorong perusahaan untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan usaha di Indonesia mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja usahanya. Peluang untuk meningkatkan kinerja usaha dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Sutrisno (2001) menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan investasi, investor memerlukan tempat berinvestasi yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi sesuai yang diinginkan

Lebih terperinci

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Fica Marcellyna (ficamarcellyna@ymail.com) Titin Hartini Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak: Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Bird In The Hand Theory Teori bird in the hand adalah salah satu teori dalam kebijakan dividen, teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon (1956) dan John Lintner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan sebagai agent.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan lembaga perantara antara investor dengan emiten untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Net Profit Margin Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Bastian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan tambahan modal, sedangkan bagi investor dengan membeli saham dan menanamkan modalnya di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan deviden merupakan kebijakan suatu perusahaan mengenai pembagian kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, 2002 532). Kebijakan dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya para calon investor dan perusahaan yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci