BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat desa untuk melakukan upaya dalam pembangunan desa (Siagian, 1986 : 80). Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan juga upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pedesaan serta masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan berdasarkan pada potensi dan kemampuan pedesaan (Adisasmita, 2006 : 3). Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasional karena dengan pembangunan, kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia yang ada di pedesaan. Dalam pembangunan desa, pemerintah desa mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat di pedesaan. Upaya tersebut dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan pembangunan, pengarahan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyaluran aspirasi masyarakat (Adisasmita, 2006 : 11). Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan desa bersumber pada potensi masyarakat lokal, memprioritaskan kepentingan golongan miskin dan membangun dari bawah, dengan harapan agar kreativitas dan aktivitas masyarakat dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi. 1

2 2 Untuk mendukung tercapainya pembangunan pedesaan, maka konsep tersebut direalisasikan dengan cara membuka kesempatan kerja seperti padat karya, pengembangan industri kecil dan industri rumah tangga. Begitu pula halnya dengan potensi yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu yang memiliki ketrampilan dalam membuat petasan. Potensi itu direalisasikan dengan mendirikan industri petasan berskala rumah tangga yang penghasilannya sangat menjanjikan, mengingat pada bulan puasa dan tahun baru petasan sangat laku di pasaran. Potensi keberadaan industri petasan di Kecamatan Indramayu khususnya Desa Teluk Agung tidak didukung dengan kondisi lahan usaha yang efektif untuk suatu proses industri, mengingat industri ini tergolong ke dalam industri kecil dan dinilai sebagai industri yang ilegal. Tetapi hal itu tidak menyurutkan niat para perajin petasan untuk tetap memproduksi petasan. Oleh karena itu, dengan lahan yang terbatas perajin petasan tetap dapat menjalankan usahanya. Lahan yang terbatas sebagai kawasan industri di perkotaan, mengakibatkan munculnya suatu fenomena baru yaitu pembangunan industri di pedesaan. Kehadiran industri adalah sektor yang sangat diperlukan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih baik (Effendi, 1995 : 191). Pembangunan industri memiliki peranan yang signifikan bagi kemajuan suatu daerah, tidak terkecuali pembangunan industri di daerah pedesaan. Oleh karena itu, industrialisasi pedesaan merupakan bagian penting dalam strategi penanganan ketenagakerjaan di daerah. Dengan perkataan lain, dalam pembangunan industri di pedesaan dibutuhkan kebijakan yang mampu membuka

3 3 lapangan pekerjaan yang luas dan menitikberatkan pada pemberdayaan potensi masyarakat lokal. Pada dasawarsa , Indonesia mengalami proses perubahan sosial yang relatif tinggi sehingga mempunyai akibat yang luas. Keadaan ini ditandai dengan masuknya ekonomi dunia menuju ekonomi nasional yang diikuti oleh usaha-usaha besar melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Akan tetapi, perubahan itu juga memberikan berbagai macam dampak, baik yang positif maupun negatif. Salah satu hal yang terlihat antara lain, bahwa kondisi tersebut akhirnya membawa dinamika tersendiri, yang dengan leluasa membentuk masyarakat ekonomi baru baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, persaingan antara sektor ekonomi yang bercorak tradisional dengan ekonomi modern menjadi semakin tajam. Akibat sosial dari gejala ekonomi ini antara lain berupa dislokasi sosial, pengangguran, kriminalitas yang semakin meningkat, dan lainnya. Kehadiran industri di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan telah membawa perubahan ekonomi yang cukup berarti. Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan industri di pedesaan, peranserta masyarakat yang memiliki modal perlu diikutsertakan dalam program ini. Namun dalam hal ini, bukan hanya permodalan yang dibutuhkan dalam pembangunan industri pedesaan melainkan masyarakat juga harus dibimbing dan diberi ketrampilan agar siap untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan terampil. Begitupun halnya dengan keberadaan industri petasan di Kecamatan Indramayu, diharapkan dapat membuka banyak kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat Indramayu.

4 4 Ketrampilan membuat petasan sebenarnya merupakan hasil proses pembelajaran dari para perajin petasan di daerah Tegal, Jawa Tengah. Sebelum warga di Kecamatan Indramayu bisa meracik dan mengolah bahan baku mesiu sendiri, para perajin petasan di Indramayu terpaksa membeli mesiu matang hasil racikan perajin di Tegal. Setelah mereka bisa membuat petasan sendiri maka perajin di Kecamatan Indramayu tidak lagi membeli mesiu hasil racikan dari perajin petasan di Tegal. Perkembangan industri petasan semakin meningkat dengan pesat pada dekade 1970an, para perajin saling bersaing membuat petasan dengan ukuran besar. Pembuatan petasan dengan ukuran besar dilandasi karena para pengguna petasan pada saat itu banyak terdiri dari kalangan orang dewasa dan fungsinya masih sebatas hiburan semata. Adapun untuk perkembangan tahun berikutnya, para perajin hanya memproduksi petasan yang berukuran kecil (kurang lebih 5 cm) dan juga telah beralih fungsi menjadi konsumsi setiap warga, bahkan anak kecil juga ikut menjadi pengguna petasan. Adapun pertimbangan mengenai peralihan produksi jenis petasan didasarkan pada upaya untuk meminimalisir bahaya petasan mengingat setelah dua dekade perkembangan industri petasan yaitu tahun , pengguna petasan bukan hanya dari kalangan orang dewasa melainkan juga telah banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menarik minat pembeli, perajin biasanya menambahi bungkus petasan dengan merek-merek yang sudah melegenda seperti cap Kuda Terbang, Singa, dan merek-merek legendaris lainnya.

5 5 Adapun salah satu alasan Indramayu menjadi sentra industri petasan karena banyak perajin yang bisa membuat petasan dan dalam pembuatannya perajin petasan seperti dari Desa Lobener Lor, Lobener Kidul, Teluk Agung, Krasak, Jatisawit maupun Plumbon dan sekitarnya ini mempunyai daya kreasi yang mampu menciptakan aneka ragam jenis petasan, sehingga daya kreatifitas perajin Indramayu ini mampu mengalahkan `sang guru` dari Tegal. Kegiatan membuat atau memperjual-belikan petasan ini berlangsung musiman, dan biasanya para perajin mulai menunjukkan aktivitasnya sekitar tiga sampai lima bulan menjelang lebaran. Menjelang hari lebaran keberadaan petasan sangat mudah untuk dijumpai, mengingat pada saat itu petasan memang banyak diproduksi. Industri petasan sebenarnya merupakan suatu jenis usaha yang ilegal dan melawan hukum, karena petasan tergolong ke dalam kategori bahan peledak yang berbahaya. Hal itu berdasarkan atas adanya UU Darurat no 12 tahun 1951, yang menyatakan tentang pelarangan, pembuatan dan peredaran bahan peledak. Selain adanya UU Darurat no 12 tahun 1951, pada tahun 2003 PEMDA Kabupaten Indramayu juga mengeluarkan peraturan yang sama terkait dengan pelarangan pembuatan, dan peredaran petasan. Melihat hal ini, sebenarnya ada dua pihak yang bertentangan dengan keberadaan industri petasan ini, yaitu pihak penegak hukum dari kepolisian dan perajin petasan. Pihak pertama, dari kepolisian jelasjelas menganggap bahwa industri petasan merupakan industri yang terlarang dan bertekad akan memberantasnya tanpa alasan apapun. Pihak kedua, dari perajin petasan itu sendiri. Para perajin petasan berharap agar industri ini tidak ditutup dan tetap berjalan serta meminta usaha ini dilegalkan.

6 6 Sebenarnya masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tidak menginginkan menggeluti pekerjaan yang dianggap melanggar hukum tersebut, tetapi karena desakan ekonomi, mereka tidak lagi menghiraukan apakah pekerjaan tersebut melanggar hukum melainkan hanya memikirkan cara agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Terlepas dari semua itu, ada hal yang harus diperhatikan bahwa kesadaran hukum masyarakat Indramayu mengenai keberadaan UU Darurat no 12 tahun 1951 sangat lemah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai pembuat petasan atau mereka tahu dan sadar bahwa pekerjaan itu dilarang tetapi karena belum ada pilihan lain untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarganya maka dengan terpaksa tetap menekuni pekerjaan membuat petasan. Selain itu, adanya sikap mendua dari Pemda Kabupaten Indramayu sendiri yang menganggap bahwa industri ini membantu perekonomian bagi masyarakat Indramayu khususnya perajin petasan itu sendiri, tetapi niat baik PEMDA sendiri berbenturan dengan adanya UU Darurat no 12 tahun Dari pemaparan di atas, peneliti memfokuskan kajian pada permasalahan yang menarik untuk dibahas yaitu mengapa masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tetap memproduksi petasan meskipun terdapat larangan dari Pemerintah Daerah setempat?. Adapun mengenai alasan peneliti mengambil perkembangan dan peranan industri petasan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut. Diantaranya pertama, kurangnya penulisan sejarah tentang perkembangan dan peranan industri petasan bagi masyarakat Indramayu dalam rentang waktu yang merupakan salah satu sektor berhubungan

7 7 langsung dengan masyarakat. Kedua, pengambilan daerah Indramayu sebagai pusat kajian karena daerah ini merupakan salah satu sentra penghasil petasan terbesar di Jawa Barat, dan Desa Teluk Agung merupakan salah satu desa sentra industri petasan. Ketiga, industri ini menjadi salah satu mata pencaharian sampingan yang penghasilannya dapat disejajarkan dengan mata pencaharian utama mereka yaitu bertani. Keempat, yaitu meskipun industri ini dikategorikan sebagai industri terlarang dan melawan hukum, tetapi masyarakat setempat tetap menjalankan industri tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Indramayu. Terakhir, alasan lain yang menjadi pertimbangan adalah peneliti mengharapkan dengan mengkaji pembahasan ini semoga dapat menemukan jalan keluar baik bagi perajin petasan, aparat penegak hukum maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu itu sendiri. Mengenai pengambilan tahun kajian, peneliti mendasarkan tahun 1970 sebagai tahun awal kebangkitan kembali industri petasan. Tahun 2003 dijadikan sebagai akhir kajian, karena pada tahun itu perkembangan industri petasan mengalami masa yang sulit mengingat Polisi lebih gencar melakukan razia petasan. Pertimbangan pihak kepolisian melakukan razia adalah karena banyak jatuhnya korban akibat petasan tersebut, sebagai contoh terbakarnya bus Bhineka E-7756-HB akibat ledakan petasan yang menewaskan 13 orang penumpang di Desa Legok Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, pada tanggal 23 Agustus Sehingga dengan semakin gencarnya razia tersebut, membuat para perajin petasan berpikir ulang dalam memproduksi petasan meskipun pada kenyataannya mereka tetap memproduksi secara sembunyi-sembunyi. Hal itu

8 8 dilakukan agar usahanya tetap berjalan. Pada saat itu pula Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum. Dalam Peraturan daerah tersebut, Pasal 6 ayat 7 menyatakan tentang pelarangan membuat, menyiapkan, memperdagangkan dan membakar mercon/petasan dan sejenisnya. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang mengkaji permasalahan keberadaan industri petasan di mata hukum. Sekaligus juga ingin mengetahui apakah keberadaan industri petasan ini telah mengakibatkan terjadinya perubahan ekonomi khususnya bagi masyarakat Desa Teluk Agung dan umumnya bagi masyarakat Indramayu. Oleh karena itu, permasalahan tersebut dirumuskan dalam sebuah skripsi yang berjudul Sunyinya Suara Petasan (Kajian Terhadap Komunitas Perajin Petasan Di Indramayu Tahun ). 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang dipaparkan di atas terdapat satu permasalahan utama yang akan dikaji yaitu Mengapa masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tetap memproduksi petasan meskipun terdapat larangan dari Pemerintah Daerah setempat? Agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, penulis memberikan batasan permasalahan yang tertuang dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

9 9 1) Bagaimana perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung? 2) Bagaimana upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama tahun kajian? 3) Bagaimana kontribusi industri petasan terhadap kondisi ekonomi dan nilainilai moral masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu? 4) Bagaimana peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan industri petasan ini? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut, yakni untuk : 1) Mendeskripsikan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu. Disini penulis berusaha menggali dan memaparkan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu yang meliputi berbagai faktor untuk melihat peningkatan dan penurunan industri ini dari segi faktor modal, tenaga kerja, produksi, dan pemasarannya 2) Mendeskripsikan upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama tahun kajian, yang meliputi segala usaha pengusaha seperti halnya pengadaan bahan baku pembuatan petasan, perluasan jaringan pemasaran dan usaha untuk melegalkan industri petasan.

10 10 3) Menjelaskan kontribusi industri petasan terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama 33 tahun sebagai suatu pola pembangunan industri pedesaan di Indramayu. Adapun kontribusinya meliputi tingkat kesejahteraan yakni penghasilan berupa upah yang diterima oleh pekerja, keuntungan yang diperoleh pengusaha, munculnya tingkat pendidikan yang baru, gaya hidup yang mendekati konsumtif pada masyarakat sekitar, dan sebagainya 4) Menjelaskan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan pada industri petasan yang meliputi perhatian Pemda Kabupaten Indramayu terhadap industri petasan yang berupa penyuluhan tentang keamanan pembuatan petasan dan dikeluarkannya peraturan daerah (Perda) Kabupaten Indramayu mengenai keberadaan industri petasan, serta mewujudkan wacana tentang jalan keluar dalam menangani masalah pada industri petasan. 2. Manfaat Penelitian Adapun mengenai manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Memperkaya penulisan sejarah dalam rangka mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan sejarah lokal daerah Indramayu terutama sejarah industri kecil di Kabupaten Indramayu. 2) Memberikan wawasan tentang dinamika masyarakat Indramayu khususnya peran perajin di sekitar industri petasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

11 11 3) Memberikan solusi alternatif dalam menangani permasalahan industri petasan di Indramayu. 4) Memberikan bekal awal untuk penelitian lebih lanjut. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986 : 32). Sebagaimana dikemukakan pula oleh Ismaun (2005 : 35) bahwa metode ilmiah sejarah adalah proses untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peningggalanpeninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan datadata yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya. Adapun mengenai langkah-langkah dalam penelitian ini menurut Ismaun (2005 : 48-50) adalah sebagai berikut : 1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam tahap ini, penulis melakukan pencarian sumber-sumber sejarah baik yang berupa buku, dokumen, maupun artikel. 2. Kritik Sumber, merupakan langkah selanjutnya dari metode ilmiah sejarah yang dilakukan ketika sumber-sumber sejarah telah ditemukan. Kritik sumber terbagi menjadi dua macam, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal. Kritik Eksternal ditujukan untuk menilai otentisitas sumber sejarah. Dalam kritik

12 12 eksternal dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur, dan asal dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Kritik Internal lebih ditujukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, dan tanggung jawab. 3. Interpretasi adalah proses pemberian penafsiran atas fakta sejarah yang telah dikritisi melalui kritik sumber. Dalam hal ini, proses ini dilakukan untuk memberikan makna pada fakta sejarah agar dapat mendukung peristiwa yang dikaji. 4. Historiografi merupakan tahapan terakhir dari metode ilmiah sejarah dalam penulisan skripsi ini. Dalam historiografi ini, fakta yang telah melalui berbagai macam proses kemudian disusun menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh sehingga terbentuklah suatu skripsi. Untuk mendukung hasil sintesis, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu serumpun yang relevan dan terpadu. Dalam hal ini, penulis mengambil disiplin ilmu sosial yang berupa ilmu ekonomi dan sosiologi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber baik berupa buku, dan artikel yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yang kemudian dikaji untuk memperoleh jawaban dalam memecahkan permasalahan penelitian.

13 13 2. Studi Kearsipan/dokumentasi adalah mencari sumber arsip dan dokumendokumen baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 3. Wawancara, adalah suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan yang dilakukan melalui proses tanya-jawab dengan narasumber yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis banyak menggunakan sumber lisan melalui metode wawancara karena data yang dibutuhkan lebih banyak dari ingatan memori kolektif seseorang mengingat kajian penulis belum mendapat izin dari Pemerintah sehingga jarang sekali ditemukan data-data tertulisnya Sistematika Penulisan Adapun mengenai sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah mengapa memilih tema ini. Selain itu, bab ini memuat rumusan dan batasan masalah yang akan dibahas yang bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari garis yang telah ditetapkan. Bab ini juga memuat tujuan dan manfaat penelitian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab semua permasalahan yang telah ditentukan serta hal-hal apa saja yang bisa diambil dari penulisan ini, metode dan teknik penelitian yang bertujuan memberikan gambaran

14 14 tentang bagaimana langkah-langkah penulis dalam menyusun skripsi ini serta sistematika penulisan. Pada bab ini, penulis mencoba memberikan gambaran secara umum mengenai industri petasan dan peranan bagi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar kawasan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu Tahun Hal ini dimaksudkan agar penulisan skripsi ini bisa memberikan arah dan gambaran yang jelas melalui latar belakang yang disajikan pada awal bab ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menjelaskan secara singkat tentang sumber-sumber kepustakaan yang dijadikan sebagai bahan referensi dan kerangka dasar berpikir bagi penulis untuk dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh di lapangan yang berhubungan dengan pokok pembahasan yang juga disertai dengan analisis yang dapat mempermudah dalam pemecahan masalah tersebut. Adapun pokok kajian yang akan dibahas oleh peneliti adalah tentang pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan, pembangunan industri pedesaan, kebijakan pemerintah daerah terhadap industri kecil dan perubahan sosial. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan secara rinci tentang cara kerja penulis dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan sumber-sumber yang sesuai dengan

15 15 permasalahan yang dikaji. Dalam ilmu sejarah, langkah-langkah tersebut meliputi : Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. BAB IV PERUBAHAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN INDUSTRI PETASAN DI DESA TELUK AGUNG KECAMATAN INDRAMAYU TAHUN Bab ini merupakan bagian utama dari skripsi yang berisi tentang kajiankajian seperti yang telah dirumuskan dalam batasan masalah. Adapun batasan masalahnya yaitu menjelaskan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu, upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan selama tahun kajian , kontribusi industri petasan terhadap kehidupan ekonomidan nilai-nilai moral masyarakat Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu dan menjelaskan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan industri petasan di Indramayu. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian terakhir dari skripsi yang berisi pernyataan dan saran yang terangkum dari hasil analisis semua fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dari penulis yang diutarakan secara ringkas dan jelas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku ekonomi, pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menetapkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun 1985-1998 ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya terhadap masyarakat yang hidup di sekitarnya merupakan hal yang menarik karena moci merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal dan juga dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat desa bergantung kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis untuk mengumpulkan sumber berupa fakta dan data yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam memajukan sebuah Negara, pembangunan merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dari tahun ke tahun pembangunan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, makanan tidak sekedar bermakna

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, makanan tidak sekedar bermakna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern seperti saat ini, makanan tidak sekedar bermakna sebagai kata benda yang berfungsi hanya mengisi dan mengenyangkan perut. Namun, pemahamannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, dengan kekayaan alam dan penduduk yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pemikiran Gus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti, dengan judul skripsi Perkembangan Industri Bata Merah Antara Peluang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan metodologi penelitian dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul DAMPAK REVOLUSI BUNGA DI PORTUGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah (Serambi Mekkah) memiliki prinsip bahwa Syariat Islam merupakan satu kesatuan adat, budaya dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang berjudul Guru Dua Zaman : Kajian

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Kinerja Komisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang peneliti gunakan untuk mengkaji skripsi yang berjudul Pemikiran Imam Khomeini Tentang Wilayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam mengkaji mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru, maka akan kita peroleh suatu gambaran perkembangan yang taat asas. Maksudnya, produk unggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi Ibing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng nok, wuwung maupun genteng biasa bahkan genteng glasir. Pada tahu 1980an pabrik genteng mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tuntutan berbeda sesuai dengan zamannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL 1960-1997 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci