*Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "*Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, PERAN ORANG TUA DAN KETAATAN BERAGAMA DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA DI SMA DHARMA WANITA PINELENG Olfi Mamarodia*, Grace D. Kandou**, Pieter L. Suling* *Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Penyakit menular seksual, merupakan pandemi yang menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV/AIDS. Manado sebagai salah satu kota tujuan pariwisata di Sulawesi Utara tidak luput dari pengaruh modernisasi yang dapat memberi peluang terhadap perilaku penyimpangan remaja seperti penggunaan obat-obat terlarang dan perilaku seks pranikah yang menyebabkan resiko penyakit menular seksual. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di SMA Dharma Wanita Pineleng, pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SMA Dharma Wanita Pineleng dan sampel sebanyak 97 siswa. Pelaksanaan analisis data digunakan perangkat komputer SPSS (Statistical Packages for Servis Solution) versi 22 dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan p=0,000, sikap p=0,000, peran orangtua p=0,000 dan ketaatan beragama p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. Pada uji multivariate diperoleh nilai exponen beta tertinggi yaitu pengetahuan (5.946) sehingga variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng. Kesimpulan menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, peran orangtua dan ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Peran Orang Tua, Ketaatan Beragama,Tindakan Pecegahan Penyakit Menular Seksual ABSTRACT Sexually transmitted diseases, a pandemic that cause health problems, social and economic development in many countries and is one of the entrances of HIV. The existence of sexually transmitted infections has exercised a great influence in controlling HIV / AIDS. Manado as one tourism destination in North Sulawesi did not escape the influence of modernization can provide an opportunity to the behavior of adolescents irregularities such as the use of illegal drugs and premarital sexual behavior which causes the risk of sexually transmitted diseases. This research is analytic survey with cross sectional study conducted in SMA Dharma Wanita Pineleng, in October 2016 to January 2017.Populasi in this study are all students in high school Pineleng Dharma Wanita and a sample of 97 students. Implementation of data analysis used the SPSS (Statistical Packages for the Service Solution) version 22 and statistical tests using univariate, bivariate, and multivariate analyzes. The results showed that knowledge of p = 0.000, p = attitudes, the role of parents p = and p = religious observance <α = 0.05, which indicates there is a relationship between the religious devotion with STD prevention measures at high school students in the Dharma Wanita Pineleng, On multivariate test obtained the highest beta value exponent of knowledge (5946) so that the most dominant variable related to precautions sexually transmitted diseases in adolescents at high school Pineleng Dharma Wanita. Conclusions demonstrated an association between knowledge, attitudes, the role of parents and religious devotion with precautions sexually transmitted diseases in adolescents. The most dominant variable related to precautions sexually transmitted diseases in adolescents at high school Pineleng Dharma Wanita is knowledge about the prevention of sexually transmitted diseases. Keywords: Knowledge, Attitude, Role of Parents, Religious Observance, preventive measures Sexually Transmitted Diseases 103

2 PENDAHULUAN Penyakit menular seksual, merupakan pandemi yang menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV/AIDS. (Anonim, 2014) Penyakit menular terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan. (Djuanda, 2015) Perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual akan meningkat pesat. Menurut World Health Organization, (2013) lebih dari satu juta orang terinfeksi penyakit menular seksual setiap hari. Diperkirakan 499 juta kasus IMS (gonore, klamidia, sifilis dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun disamping 536 juta orang diperkirakan hidup dengan herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2). Sekitar 291 juta wanita memiliki human papilloma virus (HPV). Penyakit menular seksual memiliki dampak besar pada kesehatan seksual dan reproduksi seperti kematian janin dan bayi baru lahir. Sifilis dalam kehamilan menyebabkan janin dan kematian neonatal, bayi mengalami peningkatan risiko kematian akibat prematuritas, berat badan lahir rendah atau penyakit bawaan setiap tahun. IMS seperti gonore dan klamidia merupakan penyebab dari infertilitas, infeksi genital yang tidak diobati dapat menjadi penyebab sampai 85% dari infertilitas dan HIV pada wanita. (Anonim, 2013) Kelompok remaja dan dewasa muda (usia tahun) merupakan kelompok umur yang beresiko paling tinggi untuk tertular PMS. Tiga juta kasus baru tiap tahun terjadi pada remaja. Menurut WHO, remaja memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding kelompok umur lainnya. Satu dari 20 remaja tertular PMS setiap tahunnya, sementara hampir separuh kasus infeksi HIV baru berusia di bawah 25 tahun. PMS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak seksual seperti sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (multipartner) dan melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) (Anonim, 2013). Salah satu fase yang mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap penularan penyakit menular seksual ialah remaja. Masa remaja ialah suatu masa yang mempunyai mobilitas sosial 104

3 yang paling tinggi dibandingkan masa usia lainnya. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja memiliki keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Pada masa perkembangan, remaja mudah terpengaruh pada perilaku berisiko tertentu. (Sarwono, 2013) Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes) (Pieter & Lubis, 2011). Menurut Green perilaku manusia tersebut terbentuk dari tiga faktor meliputi: a). Faktor predisposisi yang dapat diwujudkan dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, b). Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik yang tersedia misalnya ketersediaan fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan c). Faktor pendorong yang terwujud dalam perilaku petugas kesehatan, pendapat, dukungan sosial, pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan maupun petugas yang lainnya sebagai kelompok panutan di masyarakat. Minimnya pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual dan pencegahannya menyebabkan penularan PMS pada remaja masih tetap tinggi. Purnamawati (2013), menjelaskan bahwa rendahnya pemahaman yang benar tentang penyakit menular seksual berdampak pada perilaku pencegahan pada kalangan wanita pekerja seks langsung lokalisasi di Kabupaten Karawang di wilayah kerja Puskesmas Cikampek. Penelitian yang dilakukan oleh Muin dkk (2013), pada remaja putri di SMA Nasional Makassar menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan perilaku pencegahan. Pengetahuan responden sebagian besar responden telah memahami bahwa penyakit menular seksual dapat dicegah dengan menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal dan bahwa menjaga kebersihan alat reproduksi bukan hanya tentang personal hygiene, tetapi juga termasuk untuk tidak melakukan hubungan seksual. Mulati, dkk (2016) meneliti Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lokalisasi Kalinyamat Bandungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku 105

4 PSK terhadap pencegahan PMS dilihat dari pengetahuan sebagian besar sudah mengetahui tentang pengertian, penyebab, jenis, tanda gejala dan pencegahan PMS, dari sikap yang dibagi menjadi beberapa kategori ada yang setuju dan tidak setuju, dari aktivitas terhadap pencegahan sebagian besar sudah memenuhi standar kesehatan. Hasil penelitian Febiyantin (2014) menunjukkan bahwa pengetahuan (p value = 0.001) berhubungan dengan kejadian IMS, sedangkan tingkat pendidikan (p value=0.582), sikap terhadap IMS dan pencegahannya (p value=0.233), tidak berhubungan dengan kejadian IMS. Penelitian tentang sikap yang dilakukan oleh Fadhilah dkk (2015), menyimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi, namun sikap positif tidak selalu diikuti dengan tindakan yang positif, tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMAN 5 Makassar. Peran orang tua juga dinilai memiliki hubungan dalam tindakan pencegahan infeksi menular seksual pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. Agama dapat mendukung perubahan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagrim (2011), pada mahasiswa Stikes Papua Kota Sorong menunjukkan ada hubungan antara ketidaktaatan beragama dengan perilaku berisiko penyakit menular seksual. Perubahan pola pergaulan yang telah mengabaikan norma agama disebabkan oleh perkembangan globalisasi, khususnya media informasi tidak hanya memberikan dampak positif maupun negatif. Dengan mudahnya mengakses situs-situs porno dapat menimbulkan hasrat seksual pada remaja yang akhirnya cenderung untuk berperilaku buruk jika tidak tahu tentang dampak dari perilaku seksual. SMA Dharma Wanita Pineleng merupakan salah satu SMA yang ada Pineleng, Kecamatan Pineleng dengan jumlah populasi siswa sebanyak 414 yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 112 siswa, kelas 2 sebanyak 175 siswa dan kelas 3 sebanyak 127 siswa. Beberapa kasus yang dilaporkan oleh guru seperti terdapatnya kasus free sex yang dilakukan oleh beberapa siswa, kehamilan pada siswa wanita, dan siswa yang menderita infeksi menular seksual. Manado sebagai salah satu kota tujuan 106

5 pariwisata di Sulawesi Utara tidak luput dari pengaruh modernisasi yang dapat memberi peluang terhadap perilaku penyimpangan remaja seperti penggunaan obat-obat terlarang dan perilaku seks pranikah yang menyebabkan resiko penyakit menular seksual. penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SMA Dharma Wanita Pineleng dan sampel sebanyak 97 siswa. Pelaksanaan analisis data digunakan perangkat komputer SPSS (Statistical Packages for Servis Solution) versi 22 dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di SMA Dharma Wanita Pineleng, pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.Populasi dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng. Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng. Tindakan Pencegahan PMS Pengetahuan Tidak Total Melakukan Melakukan Nilai p n % n % n % Baik 50 51, , ,5 0,000 Kurang Baik 2 2, , ,5 Total 52 53, , ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 81 responden (83,5%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 31 responden (32,5%), sedangkan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 16 responden (16,5%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 2 responden (2,1%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 14 responden (14,4%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. Hasil penelitian Febiyantin (2014) menunjukkan bahwa 107

6 pengetahuan (p value=0.001) berhubungan dengan kejadian IMS, sedangkan tingkat pendidikan (p value=0.582), sikap terhadap IMS dan pencegahannya (p value=0.233), tidak berhubungan dengan kejadian IMS. 2. Hubungan Antara Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng Tabel 2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng. Tindakan Pencegahan PMS Sikap Tidak Total Melakukan Melakukan Nilai p n % n % n % Baik 50 51, , ,4 0,000 Kurang Baik 2 2, , ,6 Total 52 53, , ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang bersikap baik sebanyak 78 responden (80,4%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 28 responden (28,9%), sedangkan jumlah responden yang bersikap kurang baik sebanyak 19 responden (19,6%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 2 responden (2,1%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 17 responden (17,5%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. 3. Hubungan Antara Peran Orangtua Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng. Tabel 3. Hubungan Antara Peran Orangtua Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng. Tindakan Pencegahan PMS Peran Orangtua Tidak Total Melakukan Melakukan Nilai p n % n % n % Baik 45 46, , ,0 0,000 Kurang Baik 7 7, , ,0 Total 52 53, , ,0 108

7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki peran orangtua baik sebanyak 66 responden (68,0%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 45 responden (46,4%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 21 responden (21,6%), sedangkan jumlah responden yang memiliki peran orangtua kurang baik sebanyak 31 responden (32,0%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 7 responden (7,2%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 24 responden (24,7%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara peran orangtua dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. Peran orang tua juga dinilai memiliki hubungan dalam tindakan pencegahan infeksi menular seksual pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. Mencegah terjadinya perilaku seks pra nikah membutuhkan hubungan yang erat antara orang tua dan remaja khususnya dalam hal komunikasi tentang masalah seksual dan perkembangannya sehingga remaja terhindar dari masalah kehamilan yang tidak diinginkan, seperti penyakit menular HIV/AIDS. Bila perilaku reproduksi remaja diterapkan pada lingkungan maka yang perlu diperhatikan adalah faktor keluarga yaitu peran orang tua, remaja yang berperilaku seks pra nikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang ercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak dan sebaliknya. Penelitian nasional di Amerika menunjukan bahwa anakanak yang bisa mengkomunikasikan secara terbuka dan jujur kepada orang tuanya tentang seks akan sangat mengurangi terjadinya hubungan seks sebelum menikah dibandingkan dengan yang tidak terbuka dengan orang tuanya. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat diperlukan untuk mencegah remaja melakukan perilaku seks pra nikah yang selanjutnya dapat mencegah terjadinya PMS. 109

8 4. Hubungan Antara Ketaatan Beragama Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng Tabel 4. Hubungan Antara Ketaatan Beragama Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng Tindakan Pencegahan PMS Ketaatan Beragama Tidak Total Melakukan Melakukan Nilai p n % n % n % Baik 46 47, , ,2 0,000 Kurang Baik 6 6, , ,8 Total 52 53, , ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang ketaatan beragama baik sebanyak 71 responden (73,2%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 46 responden (47,4%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 25 responden (25,8%), sedangkan jumlah responden yang ketaatan beragama kurang baik sebanyak 26 responden (26,8%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 6 responden (6,2%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 20 responden (20,6%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. Agama dapat mendukung perubahan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagrim (2011), pada mahasiswa Stikes Papua Kota Sorong menunjukkan ada hubungan antara ketidaktaatan beragama dengan perilaku berisiko penyakit menular seksual. Perubahan pola pergaulan yang telah mengabaikan norma agama disebabkan oleh perkembangan globalisasi, khususnya media informasi tidak hanya memberikan dampak positif maupun negatif. Dengan mudahnya mengakses situs-situs porno dapat menimbulkan hasrat seksual pada remaja yang akhirnya cenderung untuk berperilaku buruk jika tidak tahu tentang dampak dari perilaku seksual. Ketaatan agama yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa besar pelaksanaan ibadah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut. Melalui agama pula yang mengatur tingkah laku baikburuk manusia, secara psikologis 110

9 termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lainnya. Agama mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata karma, dan normanorma masyarakat lain. Aktivitas keagamaan sangat berhubungan aktivitas seksual pada siswa remaja putri, namun tidak pada siswa putra (Muhammad, et al. 2016). Dalam keagamaan, ada kegiatan spiritual yaitu semua kegiatan baik jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan rohani atau kata hati untuk mendapatkan ketenangan. Di Indonesia salah satu moral yang sangat penting adalah agama, dimana agama bisa sebagai salah satu faktor pengendali tingkah laku remaja. Orang agamais menemukan bahwa agama memiliki dampak positif bagi remaja, dimana setuju tidak membenarkan seks pra nikah. Para remaja yang sering mengunjungi acara keagamaan cenderung lebih banyak mendengar pesan-pesan agar menjauh dari seks pra nikah. Keterlibatan remaja dalam organisasi keagamaan ini akan meningkatkan peluang bagi mereka berkumpul dengan remaja-remaja yang tidak setuju dengan seks pra nikah. 5. Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng Variabel B S.E. Sig. Exp(B) Pengetahuan Sikap Peran orangtua Ketaatan beragama Pada uji multivariate diperoleh nilai exponen beta tertinggi yaitu pengetahuan (5.946) sehingga variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual. Saputri dan Hidayani (2015) dalam penelitian mereka terhadap seluruh siswa-siswi di SMP Negeri 5 Tangerang, Tahun 2014 yang berjumlah 172 orang menemukan remaja yang pernah melakukan perilaku seks pra nikah sebanyak 106 orang (61,6%). Pada hasil analisis bivariat didapatkan pengetahuan, peran orang tua dan sumber informasi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seks pra nikah pengetahuan, peran orang tua, dan informasi yang diberikan tentang seks belum optimal. 111

10 KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng. 2. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng 3. Terdapat hubungan antara peran orangtua dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng. 4. Terdapat hubungan antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng 5. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual SARAN Disarankan agar pihak sekolah melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di setiap jenjang sekolah lanjutan di mulai pada tingkat pertama (SMP) sederajat, sekolah menengah atas (SMA) dan kalau perlu pada jenjang pendidikan tinggi atau diploma, baik sekolah negeri atau swasta di Indonesia umumnya dan Kabupaten Minahasa pada khususnya, melalui metode peer education yang bersifat youth freendly (ramah terhadap remaja) dikembangkan dengan metode lain seperti pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama teater, dan lain lain, yang memuat materi dasar kesehatan reproduksi yang proporsional. DAFTAR PUSTAKA Anonimous Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines. Recommendations and Reports / Vol. 64 / No. 3. June 5, 2015 Department of Health and human Sevices. Centers For Disease Control And Prevention. Atlanta Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi. Kemenkes RI, ISSN Jakarta a. Sexually Transmitted Infections. The Importance Of A Renewed Commitment to STI Prevention And Control In Achieving Global Sexual And Reproductive Health. WHO (World Health Organization). 112

11 . 2013b. Infeksi Menular seksual Dan HIV/AIDS. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi. BKKBN Jakarta c. Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah. Buku Pegangan Guru. Fadhilah, N., Rismayanti, dan A. D. Sidik Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Siswa Di SMAN 5 Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Epidemiologi UNHAS. Makassar. Febiyantin, C., dan K. S. Kriswiharsi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) Usia Tahun Di Resosialisasi Argorejo Semarang Muhammad, N. A., K. Shamsuddin., Z. Sulaiman., R. M. Amin and K. Omar Role of Religion in Preventing Youth Sexual Activity in Malaysia: A Mixed Methods Study. J Relig Health. [Epub ahead of print] Muin, M., U. Salmah dan M. Sarake Hubungan Pengetahuan Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan Tindakan Kebersihan Alat Reproduksi External Remaja Putri di SMA Nasional Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Makassar. Mulati, T. S., Indarto dan P. Ratnasari Perilaku Pekerja Seks Komersial Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual Di Lokalisasi Kalinyamat Bandungan. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret, hlm 1-99 Saputri, J. I dan Hidayani Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pra Nikah Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol. 05, No. 01, Maret 2016 Sarwono, S. W Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. 113

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu masa saat individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder ketika telah

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL Nurlaili Irintana Dewi, 2012. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKS, DAN PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP TINDAKAN SEKS PRANIKAH SISWA SMK NEGERI 1 TOMPASOBARU E. Worotitjan*, J. Posangi***, A. J. M. Rattu**,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 9 MANADO. Junita Ch. Wenas*, Adisti A. Rumayar*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. AIDS, Sifilis, Gonorrhea dan Klamydia adalah merupakan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Antara sadar dan tidak,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Triany Mamangkey*, Grace.D. Kandou*, Budi Ratag* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG Minah, Ika Pantiawati, Yuli Trisnawati Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Email : icha.pewe@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pandangan bahwa hubungan seksual adalah tabu, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain. Menurut WHO remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri X Indramayu Yanuar Janatun

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85%nya berada di negara berkembang. Remaja memiliki peranan yang sangat penting akan keberlangsungan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL Ekawati, Dyah Candra Purbaningrum Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta, Jl.Ringroad Barat, Gamping Sleman Yogyakarta email: ekawati_1412@yahoo.com

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321)392028 MOJOKERTO KERANGKA ACUAN PENYULUHAN HIV/AIDS PADA SISWA SMP PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in X School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual adalah bagian dari infeksi saluran reproduksi (ISR) yang disebabkan oleh kuman seperti jamur, virus, dan parasit yang masuk dan berkembang biak

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 The Influence Factors Of Adolescent s Motivation In Preventing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan seksual tidak hanya terbatas secara genito-genital saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013 Artikel Article : Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado : The Relationship

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta sarwinantisyamsudin@yahoo.com Abstract: This study aims to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU MEMAKAI KONDOM UNTUK MENCEGAH IMS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU MEMAKAI KONDOM UNTUK MENCEGAH IMS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU MEMAKAI KONDOM UNTUK MENCEGAH IMS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012)

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012) Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi pada wanita akan berpengaruh pada fungsi reproduksinya dalam memperoleh keturunan dimasa yang akan datang. Masalah yang timbul akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas pada remaja adalah rasa ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Yuyun Elitasari 201410104324

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP SEKS PRANIKAH DI KELAS XII SMAN KUTOWINAGUN Evi Wahanani 1, Cokro Aminoto 2, Wuri Utami 3 1, 3 Jurusan Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak yang meliputi perubahan biologik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan seks merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yang telah mencapai kematangan fisik dan psikis baik pada wanita maupun laki-laki terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA KANJENG SEPUH GRESIK

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA KANJENG SEPUH GRESIK TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA KANJENG SEPUH GRESIK Wiwik Afridah 1, Ratna Fajariani 2 1Prodi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, 2Prodi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN NO TELP. (0361) 722475 EMAIL :puskesmasivdensel@gmail.com KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

Pengetahuan Agama Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja Kab. Barru

Pengetahuan Agama Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja Kab. Barru Pengetahuan Agama Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja Kab. Barru Religious Knowledge Associated with Sexual Behavior in Teens at SMAN 1 Riaja Soppeng District. Barru

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) (Studi Pada Wanita Pekerja Seks Komersial di Objek Wisata Pantai Pangandaran Kabupaten Pangandaran Tahun 2014) Herna Dwiatna Nurlina dan Siti

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Frisca Kalangie* Dina V. Rombot**, Paul A. T. Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta orang menjadi sakit dengan salah satu dari 4 PMS yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

Akademi Kebidanan dan Keperawatan Bhakti Husada Bekasi. Abstrak

Akademi Kebidanan dan Keperawatan Bhakti Husada Bekasi. Abstrak Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Kehamilan Yang Tidak Diinginkan Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Cikarang Utara Kab. Bekasi Tahun 2014 Relationship Of Knowledge

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di dunia termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan adanya program penanggulangan IMS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008. ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008. Diah Ayu Christa L, 2009 Tutor I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Tutor II: Rimonta F. Gunanegara,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsifungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan seharihari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas manusia merupakan salah satu dorongan naluriah yang paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas mengeksploitasi seks. Agama dengan

Lebih terperinci