BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai kekayaan berupa sumber daya alam maupun sumber

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai kekayaan berupa sumber daya alam maupun sumber"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang berlimpah untuk mencapai pembangunan nasional, namun permasalahan yang dihadapi Indonesia yakni belum mampu mengoptimalkan kekayaan tersebut secara maksimal demi kesejahteraan rakyat. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak dan panjang garis pantai km didukung potensi kelautan dan perikanan, pertambangan, perhubungan laut, industri maritim, ekowisata, jasa kelautan dan energi sumber daya mineral yang yang melimpah. Sumber daya hayati terumbu karang mencapai 500 jenis spesies dan spesies ikan jenis, budidaya (12,4 juta hektar), perikanan tangkap (6,8 juta ton), cadangan minyak bumi (9,1 milyar barel), cekungan minyak dan gas/migas sampai 70 persen (Kemenperin,2014: 1). Indonesia juga merupakan negara terluas ketiga dunia dalam kepemilikan hutan tropis dan peringkat pertama di Asia Pasifik (Forest Watch Indonesia, 2014: 88), bahkan Kawasan Hutan Negara Tesso Nilo di Riau dengan luas hektar memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (Forest Watch Indonesia, 2014: 25). Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak jiwa ( Bonus demografi yang melimpah dapat menjadi modal pembangunan apabila disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Komposisi penduduk produktif Indonesia (usia

2 2 tahun) berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebesar 66,09 persen (BkkbN, 2013: 5). Angka ini menunjukkan meningkatnya usia produktif, menurunnya penduduk usia tidak produktif dan peningkatan jumlah angkatan kerja. Sumber daya manusia yang kurang optimal menyebabkan bonus demografi yang melimpah ini justru menjadi beban. Hal ini disebabkan adanya ketimpangan antara jumlah lapangan kerja yang tersedia dan jumlah pencari kerja. Tabel I.1 Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia, Februari 2015 Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014 Agustus 2014 Februari 2015 Angkatan kerja (juta) 125,3 121,9 128,3 Bekerja (juta) 118,2 114,6 120,8 Menganggur (juta) 7,1 7,2 7,4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 69,2 % 66,6 % 69,5 % Tingkat Pengangguran Terbuka 5,7 % 5,9 % 5,8 % Rasio pekerjaan vs penduduk 65,2 % 62,6 % 65,5 % Sumber: diolah dari Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Februari 2015 (BPS, 2015) Kesenjangan angkatan kerja dan lapangan kerja ini terjadi karena jumlah pertumbuhan angkatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja khususnya di sektor formal. Penduduk yang bekerja dikategorikan dalam sektor formal dan informal. Kategori pekerjaan formal meliputi berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan kategori pekerjaan informal meliputi pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja keluarga serta pekerja bebas di sektor pertanian dan non pertanian.

3 3 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tenaga kerja Indonesia masih didominasi sektor pekerjaan informal, berdasarkan hasil Sakernas Februari 2015 dari 120,85 juta orang yang bekerja, sebanyak 51,85 persen atau 62,66 juta orang merupakan penduduk yang bekerja di sektor informal (BPS, 2015: 27). Tabel I.2 Penduduk Indonesia Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, (persen) Status Pekerjaan Utama Februari 2014 Agustus 2014 Februari 2015 Formal 46,41 46,76 48,15 Informal 53,59 53,24 51,85 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: diolah dari Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Februari 2015 (BPS, 2015) Meningkatnya jumlah pekerja sektor informal menggambarkan fenomena bahwa sektor informal berperan penting dalam menunjang sektor perekonomian Indonesia. Sektor informal mampu menyediakan alternatif peluang kerja untuk pekerja yang tidak terakomodasi dalam sektor pekerjaan formal. Berkembangnya sektor informal di Indonesia disebabkan sektor informal tidak memerlukan ketrampilan khusus (skill), modal besar dan pendidikan tinggi. Prioritas pembangunan Indonesia selain menciptakan kesempatan kerja demi kesejahteraan rakyat, juga memprioritaskan pembangunan fisik di berbagai sektor, termasuk pembangunan sarana prasarana seperti jalan-jalan, perumahan, gedung, jembatan, dan lain-lain. Pembangunan sarana fisik tentu membutuhkan material seperti batu dan pasir sebagai bahan baku pembangunan. Pasir Merapi banyak dicari pembeli karena kualitasnya bagus untuk campuran bahan bangunan. Pasir Merapi memiliki kandungan silika (SiO) yang tinggi yang menjadikan kualitasnya baik. Pola Silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir

4 4 menyerap partikel lebih baik daripada pasir biasa. Pasir Merapi juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir Merapi sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk campuran bahan bangunan (Aisyah dan Purnamawati: 28). Pasir Merapi merupakan hasil material vulkanis erupsi Gunung Merapi. Erupsi Gunung Merapi membawa dampak negatif dan dampak positif. Salah satu erupsi terbesar adalah erupsi Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010, menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di 4 (empat) kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman. Penghitungan kerusakan dan kerugian diukur menggunakan penghitungan dampak ekonomi. Hasil penghitungan menggunakan data per 31 Desember 2010 sehingga belum mencakup kerugian dan kerusakan akibat banjir lahar dingin. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun. Jumlah nilai kerusakan adalah Rp 1,69 trilyun (47 persen), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp 1,87 trilyun atau sebesar 53 persen (BNPB, 2011: 20). Tabel I.3 Hasil Penilaian Kerusakan dan Kerugian Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 No. Sektor Kerusakan Kerugian Total (Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta) 1 Pemukiman , , ,14 2 Infrastruktur , , ,10 3 Ekonomi , , ,17 4 Sosial , , ,20 5 Lintas sektor , , ,00 Total , , ,61 Sumber: BNPB, data per Februari 2011

5 5 Pada tahun 2010 terjadi sekitar 644 kejadian bencana di Indonesia dengan total kerugian dan kerusakan diperkirakan lebih dari Rp 15 trilyun rupiah (BNPB, 2011: 6). Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 mencapai 23,73 persen dari total kerugian dan kerusakan yang diakibatkan kejadian bencana di Indonesia tahun Erupsi Gunung Merapi menimbulkan kerusakan dan kerugian materiil bahkan korban jiwa, namun masyarakat masih bertahan di sekitar Gunung Merapi karena Gunung Merapi memberikan banyak manfaat. Erupsi Gunung Merapi mengakibatkan melimpahnya material lahar berupa material pasir dan batuan bernilai ekonomi tinggi yang tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Magelang. Volume luapan pasir tahun 2010 di satu lokasi yaitu Kali Putih, Kabupaten Magelang saja terdapat material pasir sebesar ,561 m 3. Disertasi Rosalina Kumalawati berjudul Pengelolaan Daerah Rawan Bencana Lahar Pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang, mengestimasi potensi keuntungan material pasir tahun 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang adalah sebesar Rp ,00 dengan estimasi harga Rp ,00 per meter kubik. Tabel I.4. Potensi Keuntungan Material Pasir Tahun 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang Volume Material ( m 3 ) Harga Material (Rp/m 3 ) Jumlah Harga Material (Rp) , Sumber: Kumalawati, 2014: 170

6 6 Kali Putih merupakan salah satu anak sungai yang berhulu di Gunung Merapi, selain itu masih ada beberapa sungai lain di tiga kabupaten yang berhulu di Gunung Merapi. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 memiliki dampak besar bagi sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Data BPPTK tahun 2011 mennjukkan Gunung Merapi mengeluarkan material piroklastik hasil erupsi mencapai 99,03 juta m 3 yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten (Aisyah dan Purnamawati, 2012: 26). Tabel I.5 Volume Endapan Piroklastik yang Berpotensi Menjadi Lahar Akibat Erupsi Merapi 2010 Kabupaten Nama Kali Volume ( x m10 6 m 3 ) Klaten Kali Woro 7,28 Total Kabupaten Klaten 7,28 Sleman Kali Gendol 34,00 Kali Opak 2,24 Kali Kuning 3,73 Kali Boyong 2,40 Kali Bedog-Bebeng-Krasak 10,81 Total Kabupaten Sleman 53,18 Magelang Kali Putih 8,22 Kali Lamat 1,38 Kali Apu-Pabelan 20,86 Kali Senowo 4,36 Kali Trising 3,75 Total Kabupaten Magelang 38,57 Total 99,03 Sumber: Aisyah dan Purnamawati, 2012: 26 Penelitian Rosalina Kumalawati sebelumnya hanya mengkalkulasi potensi keuntungan harga material lahar yang berupa pasir, padahal material lahar lainnya juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Berdasarkan data volume endapan piroklastik yang berpotensi menjadi lahar akibat Erupsi Merapi 2010, diperoleh nilai potensi keuntungan material hasil Erupsi Merapi tahun 2010 sebesar 5,94

7 7 trilyun rupiah lebih. Jumlah nilai potensi keuntungan material hasil Erupsi Merapi tahun 2010 ini lebih besar dibandingkan nilai kerugian (loss) erupsi Merapi 2010 sebesar 3,56 trilyun rupiah. Tabel I.6. Potensi Keuntungan Material Erupsi Merapi Tahun 2010 Volume Material (juta m 3 ) Harga Material (Rp/m 3 ) Jumlah Harga Material (Rp) 99, Sumber: diolah dari Kumalawati, 2014: 170 Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 berdampak pada kehidupan masyarakat di Kabupaten Magelang. Masyarakat Kabupaten Magelang di sekitar Gunung Merapi sebagian besar menggantungkan hidup dari kekayaan sumber daya alam yang ada dalam bentuk lahan (pertanian) dan mineral (tambang batu dan pasir) di sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 mereka kehilangan sumber penghasilan karena lahan pertanian mereka tertutup material lahar. Aktivitas masyarakat yang masih terus berjalan adalah pertambangan pasir. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, lahan pertanian tertutup material lahan sehingga kegiatan masyarakat yang masih adalah pertambangan batu dan pasir (Komala, 2014: 170). Truk-truk pasir banyak yang mengantri di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi, namun yang menambang bukan berasal dari masyarakat Kabupaten Magelang melainkan masyarakat dari luar daerah. Keuntungan penjualan material lahar Gunung Merapi justru dinikmati masyarakat di luar Kabupaten Magelang dan perusahaan tambang. Masyarakat Kabupaten Magelang yang terkena dampak langsung bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 justru mendapat keuntungan paling sedikit dari lahar erupsi Gunung Merapi tahun 2010.

8 8 Tabel. I.7 Keuntungan Lahar Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 No Keuntungan Lahar Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase 1 Masyarakat Kabupaten Magelang 96 9,40 2 Masyarakat di luar Kabupaten Magelang ,14 3 Perusahaan tambang ,46 Jumlah ,00 Sumber : Kumalawati, 2014 : 170 Bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 membawa dampak semakin berlimpahnya sumber daya alam batu dan pasir di Kabupaten Magelang. Daerah yang membutuhkan material pasir bukan hanya daerah Magelang saja, oleh karena itu perlu sarana transportasi untuk mendistribusikan ke berbagai daerah lainnya. Kabupaten Magelang menjadi lalu lintas angkutan truk pasir Merapi dengan berbagai jenis ukuran truk pasir. Ribuan truk pasir mengambil pasir di Kabupaten Magelang setiap harinya. Terdapat banyak bisnis penambangan pasir di Kabupaten Magelang, baik di hulu maupun di hilir sungai karena banyaknya permintaan pasir Merapi dari luar daerah. Komoditi pasir di Kabupaten Magelang berlimpah akibat erupsi Merapi, namun justru fenomena yang terjadi, harga pasir per truk yang dibayar oleh konsumen justru lebih tinggi. Harga satu truk pasir bervariasi, tergantung jauh dekatnya dari lokasi penambangan. Harga jual pasir dari perusahaan adalah Rp /truk dan ditambah Rp untuk sopir backhoe, sedangkan penjualan ke konsumen bervariasi antara Rp Rp tergantung jarak yang ditempuh seperti Semarang, Purwodadi, Boyolali, Sragen, Solo dan lain-lain (Suhartini, 2006: 231). Harga jual pasir dari penambangan manual seharga pasir Rp per rit pasir dengan rincian Rp untuk penambang pasir, Rp untuk pemilik lahan, dan Rp untuk desa (Iswardoyo,2013: 92)

9 9 Tingginya harga jual pasir Merapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya disebabkan banyak sekali pebisnis pasir Merapi yang terlibat dalam jual beli pasir, mulai dari penambangan sampai ke pedagang besar ataupun pembeli. Pebisnis pasir Merapi tersebut adalah Asosisi Pengusaha Penambangan Pasir Merapi, Persatuan Penambang Merapi Magelang (PPMM), pengusaha penambangan, LSM "Punokawan" (paguyuban penyenggrong pasir), "Bolo Roda" Merapi ( paguyuban sopir truk pasir), pemilik alat berat, serta sopir truk pengangkut pasir Merapi. Faktor lain yang mempengaruhi harga pasir per truk dari penambang pasir sampai ke pembeli yaitu praktek pungutan-pungutan selama perjalanan dari lokasi penambangan pasir sampai konsumen yang menambah biaya distribusi, sehingga harga komoditi pasir menjadi mahal sampai di level konsumen. Aparat dalam menjalankan tugasnya sering menarik uang ekstra dari layanan yang diberikan kepada warga masyarakat untuk kepentingan pribadi, hal inilah yang disebut dengan pungutan liar atau pungli (Wibawa, dkk: 2013: 75). Sopir truk masih leluasa membawa truk dalam kondisi melebihi muatan dengan memberikan salam tempel di jembatan timbang. Aturannya setiap truk muatan yang melewati jalan raya melebihi muatan dikenakan biaya kelebihan tarif, namun kenyataannya banyak truk yang melewati jembatan timbang tidak melalui proses penimbangan muatan dengan menyerahkan sejumlah uang kepada petugas dengan nominal uang yang sudah menjadi kesepakatan dengan petugas yang berjaga di jembatan timbang.

10 10 Toleransi jumlah barang yang diizinkan (JBI) kendaraan ekspedisi sebesar persen, artinya truk dengan sumbu tunggal 16 ton masih diizinkan melintas di jalan yang direncanakan untuk beban sumbu tunggal 8-10 ton (Wibawa, dkk: 2013: 74). Konsekuensi truk-truk pasir berkelebihan muatan ini adalah rusaknya jalan yang disebabkan beban jalan raya melebihi ambang batas beban yang melebihi kualitas jalan. Kondisi jalan rusak parah karena setiap harinya dilalui truk pengangkut pasir dengan kapasitas melebihi 5-20 meter kubik (Hidayat, 2009: 81). Praktek truk-truk pasir berkelebihan muatan ini dilakukan untuk menutupi pengeluaran operasi yang disebabkan adanya praktek pungutan liar. Keuntungan diperoleh petugas razia jalan raya maupun preman yang mangkal pada titik-titik tertentu. Minimnya pengetahuan sopir truk terhadap peraturan jenis pungutan menjadikan mereka rentan menjadi korban praktek pungli. Semakin banyaknya jumlah armada truk pasir yang melintas dan beroperasi di Kabupaten Magelang menandai pergeseran mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor pertambangan. Pergeseran ini disebabkan oleh faktor kerusakan lahan pertanian yang menyebabkan penurunan hasil produksi atau bahkan tidak bisa ditanami lagi. Di Jawa Tengah, wilayah yang terkena dampak erupsi Merapi meliputi 3 (tiga) kabupaten, yakni Kabupaten Klaten, Magelang dan Boyolali. Data luasan lahan pertanian yang terkena dampak erupsi Merapi terbesar adalah di Kabupaten Magelang, seperti terlihat pada tabel berikut:

11 11 Tabel I.8 Kerusakan Lahan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010 Lokasi Luasan (Ha) Kabupaten Magelang (Kec. Sawangan, Dukun dan Srumbung) Kabupaten Boyolali (Kec. Musuk, Cepogo dan Selo) Kabupaten Klaten (Kec. Kemalang) 708 Sumber : Departemen Pertanian, 2014: 93 Walhi Yogyakarta menyatakan bahwa penambangan di Merapi sudah overcapacity suplai. Material yang dikeluarkan letusan Merapi hanya mampu memberikan daya dukung sebesar 2,5 juta m 3 per tahun, sementara permintaan dan eksploitasi pasir Merapi mencapai 6-9 juta m 3 per tahun (Hidayat, 2009: 81). Kegiatan penambangan pasir di Kabupaten Magelang tidak sebanding dengan kerugian ekonomi (economic loss) yang ditanggung Pemerintah Kabupaten Magelang. Tabel 1.9. Kerugian Pemerintah Kabupaten Magelang di Kawasan Pertambangan Pasir di Kawasan Merapi, November 1998 Oktober 2000 Macam Beban Kerugian Nilai (Rp) Kerusakan jembatan Kerusakan jalan Pemeliharaan sabo dam Kerugian lingkungan lain 10 persen Jumlah Sumber: Studi Pentamben dan P4N UGM, 2000 dalam Kuswijayanti, dkk,2007: 57 Economic loss aktivitas penambangan pasir Merapi di Kabupaten Magelang tidak berimbang dengan retribusi yang diterima. Perhitungan Net Present Value terhadap pendapatan dan kerugian aktivitas pertambangan pasir di kawasan Merapi memperlihatkan bahwa pada tahun 2006, estimasi pendapatan Pemerintah Kabupaten Magelang dari retribusi pertambangan pasir sebesar Rp , sementara estimasi kerugian akibat aktivitas pertambangan pasir

12 12 sebesar Rp ,- (berupa kerusakan jalan, jembatan, sabo-dam, serta kerugian lingkungan lain). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa aktivitas pertambangan pasir sebenarnya lebih banyak mendatangkan kerugian terhadap lingkungan daripada keuntungan ekonomi yang dihasilkan (Kuswijayanti, dkk,2007: 57). Masyarakat Kabupaten Magelang di wilayah yang terdampak banyak yang berpindah mata pencaharian di sektor pertambangan. Sektor pertambangan di Kabupaten Magelang ini membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan mengurangi tingkat pengangguran. Petani di desa-desa yang terdampak erupsi Gunung Merapi tahun 2010 banyak yang mengkonversikan lahan pertanian menjadi lahan penambangan pasir dikarenakan pendapatan dari bertani dirasa sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Salah satu pekerjaan informal yang diminati adalah sebagai sopir truk pasir. Profesi sebagai sopir, baik itu sopir bis, sopir angkot, sopir truk tronton maupun sopir truk pasir masih dianggap pekerjaan kelas rendah, sebab pekerjaan sebagai sopir tidak memerlukan modal dan hanya membutuhkan ketrampilan sederhana yaitu keahlian mengemudikan truk. Dampak bencana erupsi Merapi tahun 2010 berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi. Sebelum bencana erupsi tahun 2010, kegiatan ekonomi masyarakat lokal bertumpu pada kegiatan agrikultur, namun erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menghancurkan aset ekonomi masyarakat, seperti lahan pertanian, infrastruktur pertanian dan peternakan, sumber air bersih, dan hewan ternak. Masyarakat

13 13 kehilangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian yang menjadi tumpuan hidup sebelumnya (Wimbardana, dkk, : 2014: 6). Masyarakat di sekitar Gunung Merapi beralih bekerja sebagai individu maupun sebagai buruh di perusahaaan tambang untuk menambang di bantaran sungai yang bermuara di Gunung Merapi (Wimbardana, dkk, : 2014: 13). Keberadaan sopir truk pasir di Kabupaten Magelang merupakan dampak dari melimpahnya sumber daya alam pasir di Kabupaten Magelang, terlebih lagi setelah bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 banyak petani yang lahan pertaniannya tertimbun material sehingga tidak dapat diolah dan beralih pekerjaan di sektor pertambangan. Hasil penelitian sejenis dengan judul Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri, diperoleh data kuli angkut pasir dan sopir rata-rata menerima upah sebesar Rp /truk. Upah Rp / truk terbagi atas Rp untuk 2 kuli angkut pasir atau Rp untuk tiap 1 kuli angkut pasir per truk. Sisanya upah sebesar Rp untuk sopir truk pasir untuk tiap truk (Iriani, 2013: 48). Upah kuli angkut pasir dan sopir tersebut belum termasuk berbagai pungutan baik itu pungutan resmi maupun pungutan liar. Pendapatan mereka hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar saja. Pendidikan dan kesehatan merupakan barang mahal bagi sopir truk pasir, belum menjadi kebutuhan pokok mereka. Kenaikan harga bahan pokok juga mempengaruhi penurunan daya beli sopir truk. Kondisi pendapatan yang tidak stabil dari sopir truk ini berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga.

14 Permasalahan Penelitian dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yakni banyak sopir truk pasir yang menggantungkan hidup sepenuhnya menjadi sopir. Adapun pertanyaan penelitian ini meliputi: 1. Apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan sopir truk pasir di Kabupaten Magelang? 2. Berapa tingkat pendapatan sopir truk pasir di Kabupaten Magelang? 3. Seberapa besar kontribusi tingkat pendapatan sopir truk pasir terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga di Kabupaten Magelang? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pemberdayaan sumber daya manusia guna mendukung ketahanan ekonomi rumah tangga dapat diketahui tingkat keasliannya dari penelitian sejenis terdahulu. Penelitian tentang ketahanan ekonomi rumah tangga, tingkat pendapatan dan studi tentang sopir truk pasir telah banyak dilakukan, namun penelitian Kontribusi Tingkat Pendapatan Sopir Truk Pasir Dalam Mendukung Ketahanan Ekonomi Rumah Tangga ( Studi di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah Pasca Erupsi Gunung Merapi Merapi Tahun 2010) belum pernah dilakukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan daftar penelitian sebagaimana tabel di bawah ini:

15 No. Peneliti/Tahun/Jurusan Judul Tujuan Metode/Alat Kesimpulan 1 Ujianto Singgih Prayitno (2004) Disertasi Program Studi Ilmu Sosiologi FISIP Universitas Indonesia 2 Roki Rikardo Saputra (2011) Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas 3. Diah Arifika (2012) Tesis Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin (Studi Sosiologi Pada Komunitas Bantaran Sungai Ciliwung) Lika-Liku Perjalanan Sopir Truk (Studi Kasus: 7 Orang Sopir Truk Trayek Bukittinggi-Jakarta) Kajian Dampak Bencana Lahar Dingin Pasca Letusan Gunungapi Merapi Terhadap Ketahanan Sosial Ekonomi (Studi Kasus Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah) 1. Untuk mengetahui apakah ada peran modal sosial terhadap ketahanan ekonomi keluarga, terutama menghadapi kondisi ekonomi keluarga yang memburuk. 2. Untuk mengetahui apakah modal sosial masyarakat menjadi tidak bekerja. Untuk medeskripsikan alasan-alasan sopir truk Bukittinggi-Jakarta asal Bukittinggi melakukan jajan di perjalanan. 1. Mengetahui perubahan kesejahteraan rumah tangga korban bencana lahar dingin. Gabungan metode kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. 1. Meskipun tidak ada modal sosial yang secara spesifik muncul di kalangan masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung, namun mereka memiliki ketersediaan modal sosial yang cukup baik. 2. Kebersamaan, saling pengertian, dan kepercayaan terhadap sesama anggota keluarga merupakan faktor penting yang mendukung ketahanan ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal yang menjadi alasan sopir truk melakukan jajan di jalan antara lain: alasan melepas ketegangan di perjalanan, alasan keamanan dan untuk beristirahat. Pengetahuan sopir truk akibat seks menyimpang sangat kurang, dikarenakan pendidikan yang tidak terlalu tinggi dan kurangnya mengakses informasi. Metode survei Dari hasil penelitian diketahui terjadinya perubahan kesejahteraan masyarakat. Perubahan kondisi sosial ditandai dengan kualitas kesehatan menurun, prestasi pendidikan menurun dan interaksi sosial melemah. 15

16 16 No. Peneliti/Tahun/Jurusan Judul Tujuan Metode/Alat Kesimpulan 4. Dwi Siswanto (2013) Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember 5. Dinniya Iriani (2013) Skripsi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Sopir Angkutan Pedesaan Terminal Arjasa Kabupaten Jember Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri 2. Mengetahui implikasi perubahan kesejahteraan terhadap ketahanan sosial ekonomi masyarakat Dusun Gempol. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan sopir angkutan pedesaan di terminal Arjasa Kabupaten Jember. 1. Mengidentifikasi proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri. 2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri. 3. Mengestimasi nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri Penurunan kesejahteraan ini berimplikasi terhadap ketahanan sosial ekonomi masyarakat korban bencana yang rendah selama tinggal di Huntara. Metode Eksplanatori Faktor curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, dan pengalaman kerja secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan sopir angkutan pedesaan di terminal Arjasa Gabungan metode kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir illegal di kelurahan Semampir yakni pengusaha tambang pasir, buruh tambang pasir, kuli angkut pasir, sopir truk pasir dan preman yang bertugas menjaga keamanan area tambang.

17 No. Peneliti/Tahun/Jurusan Judul Tujuan Metode/Alat Kesimpulan 6. Fanny Kartika Oktavianti (2014) Tesis Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Pendapatan Pembudidaya Ikan Anggota Kelompok Wirausaha Pemuda dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Ekonomi Keluarga (Studi di Kelompok Wirausaha Pemuda Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah) 1. Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi budidaya ikan dengan menggunakan kolam maupun keramba. 2. Menghitung dan menganalisis besarnya pendapatan dari kelompok maupun perorangan. 3. Mengetahui implikasi dari pendapatan pembudidaya ikan terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan wawancara terstruktur, observasi dan studi pustaka. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan Kelompok Wirausaha Pemuda (KWP) yakni, perbedaan bantuan modal yang diberikan, pengalaman budidaya ikan, dan tingkat kematian ikan. 2. Kontribusi rata-rata pendapatan dari usaha budidaya ikan perikanan sebesar 56 persen dan dari hasil analisis pendapatan dengan menggunakan standar UMK Kota Palangka Raya, jumlah anggota kelompok dari KWP yang masuk kategori miskin dan tidak miskin adalah berimbang atau sama yakni sebanyak 15 orang atau sebesar 50 persen. 3. Kegiatan dari budidaya ikan dengan menggunakan kolam maupun keramba dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompok dan memenuhi kebutuhan hidup, serta meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga dari anggota KWP. 17

18 18 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang dan meneliti tingkat pendapatan sopir truk pasir dalam mendukung ketahanan ekonomi rumah tangga dengan responden sopir truk pasir yang berdomisili di wilayah Kabupaten Magelang. Penelitian terdahulu seperti Ujianto Singgih Prayitno (2004) meneliti ketahanan ekonomi keluarga miskin dikaitkan dengan modal sosial, Roki Rikardo Saputra (2011) meneliti lika-liku perjalanan sopir truk dikaitkan dengan perilaku seks menyimpang, Diah Arifika (2012) meneliti kajian dampak bencana lahar dingin pasca letusan Gunung Merapi terhadap ketahanan sosial ekonomi, Dwi Siswanto (2013) meneliti tingkat pendapatan sopir angkutan, Dinniya Iriani (2013) meneliti nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas penambangan pasir illegal dan Fanny Kartika Oktavianti (2014) meneliti implikasi dari pendapatan pembudidaya ikan terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Sejauh ini belum ada penelitian yang menganalisis tingkat pendapatan sopir truk pasir dikaitkan dengan ketahanan ekonomi rumah tangga. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan sopir truk pasir di Kabupaten Magelang. 2. Menganalisis tingkat pendapatan sopir truk pasir di Kabupaten Magelang. 3. Menganalisis kontribusi tingkat pendapatan sopir truk pasir terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga di Kabupaten Magelang. 18

19 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi dan wawasan mengenai kehidupan sopir truk pasir dan ketahanan ekonomi rumah tangga sopir truk pasir dalam bertahan hidup dan mengatasi berbagai persoalan hidup rumah tangga mereka. 2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi praktisi dalam kebijakan pertambangan di Kabupaten Magelang, termasuk kebijakan pungutan pajak mineral bukan logam dan batuan, kebijakan penataan dan penertiban kawasan pertambangan pasir Merapi, serta kebijakan dalam pengaturan rute dan tonase truk pasir di Kabupaten Magelang.

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk., 2000). Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah merupakan modal dasar pembangunan nasional dalam hal pengembangan wisata alam dan devisa Negara dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah seyogyanya dilakukan dengan mengacu pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di suatu lokasi tertentu. Di samping itu, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai letak sangat strategis, karena terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan juga terletak

Lebih terperinci

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA BENCANA BANJIR LAHAR DI KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG Rosalina Kumalawati 1, Ahmad Syukron Prasaja 2 1 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat serbaguna dalam kehidupan. Selain sebagai sumber daya penghasil kayu dan sumber pangan yang diperlukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai pelaksana roda pemerintahan dalam suatu Negara wajib menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup warga negaranya. Peran aktif pemerintah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lereng Gunungapi Merapi merupakan daerah yang dipenuhi oleh berbagai aktivitas manusia meskipun daerah ini rawan terhadap bencana. Wilayah permukiman, pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN Aufa Khoironi Thuba Wibowo Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works PENGENDALIAN SEDIMEN Aliran debris Banjir lahar Sabo works 29-May-13 Pengendalian Sedimen 2 Aliran Lahar (Kawasan G. Merapi) G. Merapi in action G. Merapi: bencana atau berkah? G. Merapi: sabo works 6-Jun-13

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penilaian kelayakan sistem Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Gunungapi Merapi dikenal sebagai gunungapi teraktif dan unik di dunia, karena periode ulang letusannya relatif pendek dan sering menimbulkan bencana yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di sepanjang sungai yang dilalui material vulkanik hasil erupsi gunung berapi. Beberapa waktu yang lalu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 No. 63/11/63/Th XVI /05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2012 sebesar 71,93 persen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN No 56/11/14/Tahun XIII, 5 November 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau sebesar 4,30 persen, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang di bawahnya dari bagian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011 No.061/11/63/Th. XV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2011 mencapai 1,92 juta orang, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa Lampiran 7 Seri Tlogolele Dam Kali Apu, simbol persahabatan manusia dengan Gunung Merapi Posted on September 20, 2013 http://suprihati.wordpress.com/2013/09/20/dam-kali-apu-simbol-persahabatandengan-gunung-merapi/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Sengi yang terletak di lereng Gunung Merapi memiliki banyak potensi sumber daya alam. Kesuburan tanah dan ketersediaan debit air yang melimpah dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera. Sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk mengendalikan aliran sedimen akibat erupsi gunung api. Daerah aliran sungai bagian hulu di sekitar gunung api aktif

Lebih terperinci

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letusan Gunung Merapi Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia rawan akan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas gunungapi. Salah satu gunungapi aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunungapi Merapi dengan ketinggian 2968

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. batas-batas administratif sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Jumoyo merupakan salah satu desa di Jawa Tengah yang terletak di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran pemuda dalam pembangunan sangat penting karena dianggap berada dalam usia yang produktif untuk menunjang berbagai aktivitas pembangunan di berbagai sektor. Pemuda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website,  2011) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 No. 064/11/63/Th. XIX, 06 November 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 Kalimantan Selatan mengalami TPT sebesar 4,77 persen. Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan sektor ekonomi secara keseluruhan mengalami peningkatan (Berz, 1999; World Bank, 2005 dalam Lowe,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dipengaruhi (www.carapedia.com).

BAB II KAJIAN TEORI. dipengaruhi (www.carapedia.com). 11 A. Deskripsi Teori BAB II KAJIAN TEORI 1. Kajian Dampak Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik akibat positif maupun akibat negatif. Pengaruh sendiri adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak melakukan kegiatankegiatan dalam pembangunan khususnya kegiatan di bidang ekonomi. Pergerakan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 33/05/73/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, mereka harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DI DUSUN PASEKAN DESA GONDOWANGI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal

BAB I PENDAHULUAN. berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang kaya akan sumberdaya alam berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal dari Gunung Merapi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 69/11/73/Th. IX, 5 Nopember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2015 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1 1.2.Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015 JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 Volume 13 Nomor 1 Juni 2015 EVALUASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BANJIR LAHAR PASCAERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Agung Dwi Sutrisno, Ag. Isjudarto Jurusan Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Brosot, secara administratif terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Brosot merupakan akses masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut: 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Desa Argomulyo merupakan salah satu desa di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

Lebih terperinci

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 100 101 A Identitas responden Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA NO VARIABEL INDIKATOR NO BUTIR PERTANYAAN 1. Kondisi Demografis (variabel mata pencaharian dan pendapatan tercover di bagian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN No.49/12/14/Th. XI, 1 Desember 2010 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2010 mencapai 2.377.494 orang atau bertambah 116.632 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci