BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo adalah ibu kota Provinsi Gorontalo. Kota ini memiliki luas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo adalah ibu kota Provinsi Gorontalo. Kota ini memiliki luas"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Letak Geografis Kota Gorontalo Kota Gorontalo adalah ibu kota Provinsi Gorontalo. Kota ini memiliki luas wilayah 64,79 km², 0,55% dari luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis, Kota Gorontalo terletak antara LU dan BT. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango di sebelah utara, kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango di sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, serta kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo disebelah barat. Sejak terbentuknya Provinsi Gorontalo, pada tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah kecamatan di Kota Gorontalo sehingga bertambah menjadi 6 kecamatan yang sebelumnya memiliki 3 kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Kota Selatan 2. Kecamatan Kota Utara 3. Kecamatan Kota Barat 4. Kecamatan Kota Timur 5. Kecamatan Kota Tengah 6. Kecamatan Dungingi Lalu terjadi pemekaran wilayah lagi pada Maret 2011 menjadi 9 kecamatan, antara lain: 29

2 1. Kecamatan Kota Selatan 2. Kecamatan Kota Utara 3. Kecamatan Kota Barat 4. Kecamatan Kota Timur 5. Kecamatan Kota Tengah 6. Kecamatan Dungingi 7. Kecamatan Dumbo Raya 8. Kecamatan Hulonthalangi 9. Kecamatan Sipatana Adapun tempat atau lokasi yang menjadi pusat perkumpulan Geng Motor di Kota Gorontalo adalah di Jln. Raden Saleh, Jln. Jend. Sudirman, Jln. Nani Wartabone, dan Jln By pass Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur dan Taman Kota Damay. Inilah yang menjadi tempat-tempat strategis untuk menjadi tempat nongkrong yang paling di dominasi oleh Geng Motor. Lokasi penelitian yang difokuskan oleh peneliti adalah di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo karena aktivitas-aktivitas balapan liar yang dilakukan oleh geng motor paling marak dilakukan di jalan Jendral Sudirman dan Jalan Raden Saleh kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Geng Motor melakukan balapan liar di daerah sini alasannya pertama karena dekat dengan pusat wisata publik anak muda sampai dengan yang tua atau bisa dikenal dengan tempat nongkrong. Tempat nongkrong yang dimaksud adalah GBC (Gorontalo Business Park), dan di dalamnya ada beberapa tempat orang berkunjung salah satunya adalah tempat karaoke yang bernama Inul Vista Karaoke, Selain itu 30

3 daerah tersebut merupakan daerah kantor dinas dan swasta seperti Dinas Pariwisata Kota Gorontalo, Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Kantor BKKBN, Dinas Tata Riang dan Taman Kota Gorontalo, Kantor Asuransi Bumi putra, Kantor PLN cabang Gorontalo, dan Kantor Asuransi Jasa Raharja,. Yang kedua adalah tempat paling strategis bagi Geng Motor dalam melakukan aktivitasnya adalah depan rumah adat dulohupa, tempat ini yang menjadi lokasi utama penelitian karena balapan liar atau geng motor berkumpul paling dominan didaerah sini. 4.2 Pembahasan Sejarah Geng Motor Sejarah awal geng motor di Indonesia bermula ketika ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker, Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuhorang pemuda yang sama-sama hobi balap. Nama Moonraker diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar 31

4 kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang Hell Angel, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat. Berbicara tentang Geng Motor di Kota Gorontalo memang tidak sama dengan Geng Motor yang berada di kota-kota besar lainnya. Karena berdasarkan pengamatana awal oleh peneliti, Geng Motor di kota Gorontalo aktivitasnya hanya melakukan balapan liar dan aksi coret-coret dinding. Awalnya di Kota Gorontalo belum ada yang namanya Geng Motor, tapi yang ada hanya klub-klub sepeda balap yang namanya FRT ( Fox Racing Team). Dan akhirnya klub sepeda balap ini menjelma menjadi sebuah Geng Motor yang klasifikasi motor dan umur para pengendara motor tersebut berbeda-beda jenis, sehingga muncullah Geng Motor lainnya dari tahun ke tahun. Fenomena Geng Motor di Kota Gorontalo memang sudah tidak asing lagi di mata masyarakat Kota Gorontalo, bahkan ada juga kejadian perkelahian antara warga setempat dengan Geng Motor. Kejadian perkelahian itu terjadi pada bulan puasa hari sabtu malam tahun Disitu aktivitas balapan liar yang dilakukan oleh Geng Motor dibubarkan oleh masyarakat setempat dengan cara menghadang mereka ketika mereka balapan liar. Setelah insiden tersebut selama beberapa minggu aktivitas Geng Motor tersebut berhenti, karena mereka takut dengan amarah warga sekitar. 32

5 4.2.2 Pelaku dan Aktivitas Geng Motor di Kota Gorontalo Para pelaku Geng Motor di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun memang sangat meningkat tajam. Karena peminat atau para pelaku geng motorbanyak di dominasi oleh pelajar SMP sampai dengan pegawai negeri swasta. Berikut daftar jumlah pelanggaran Balap Liar sejak bulan januari sampai dengan bulan oktober 2013 yang terjadi di jalan Raden Saleh, jalan Jendral Sudirman, jalan Nani Wartabone jalan by pass dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Gorontalo Resor gorontalo Kota: 1.1 Tabel I Pelaku Balapan Liar oleh Geng Motor No Pelaku Instansi Jumlah 1 Pelajar Smp s/d SMA 17 2 Swasta - 15 Jumlah 32 Sumber: Data Kepolisian Republik Indonesia daerah Gorontalo kota Gorontalo. Berdasarkan daftar diatas, kita bisa lihat bahwa para pelaku geng motor yang selalu melakukan balapan liar meningkat. Karena balapan liar ini selalu didominasi oleh pelajar, dan biasanya mereka hanya mengikuti ajakan temanteman yang sudah lama bergelut di dunia balapan liar, dan juga swasta yang dimaksudkan dalam pelaku diatas adalah pekerja yang hanya bekerja di bengkel dan dealer motor. Yang menjadi alasan utama bagi swasta mengikuti balapan liar 33

6 adalah, kebanyakan dari mereka adalah mantan pembalap liar sebelum mereka bekerja di bengkel atau dealer motor tersebut dan mereka hanya ikut ambil andil dalam hal ini.swasta atau pengangguran mereka hanya mencari kesenangan saja atau menyalurkan hobi mereka sejak lama. Bahkan balapan liar ini menjadi ladang mata pencaharian mereka dengan cara taruhan. Taruhan dalam hal ini, mereka bisa disebut hanya ingin mencari kesenangan saja mereka. Adapun istilah yang sering digunakan dalam balapan liar seperti yang dikutip dalam wawancara seorang pelaku balapan liar bernama Indra seperti berikut ini: Biasa torang kalau bataru paling sadiki itu 100ribu, itupun kalu Cuma mocari doi mo minum akan. Paling tinggi bataru itu 1 ikat atau 1 juta rupiah, disini sow yang paling susah mo balapan liar, karena harus mo ba tune up motor baru tes di jalan. Baru kalu somo balap torang suit, disini siapa yang mo lapas lampu. 1 Artinya bahwa dalam taruhan ini paling rendah taruhan kami yaitu berjumlah Rp , itu hanya untuk mencari uang buat minum minuman keras. Dan yang paling tinggi itu berjumlah Rp , dan disini tingkat paling susah dalam balapan, dimana motor harus di tune up dan di tes di jalan. Setelah deal untuk taruhan, mereka suit untuk siapa yang lepas lampu. Inilah yang menjadi alasan anak muda atau pelaku membentuk geng motor karena selain bisa menyalurkan hobi balapan liar, mereka bisa update tentang kejadian-kejadian balapan-balapan resmi, aksesoris-akseroris motor yang membuat tampilan motor semakin mantap dijalanan ketika balapan liar. Adapun 1 Wawancara dengan Indra pada tanggal 17 bulan oktober

7 juga yang menjadi salah satu alasan mereka adalah menjadi salah satu keasyikan tersendiri dan sarana ajang cari teman. Dan juga bahwa kurangnya sarana prasarana untuk mereka ada juga yang menjadi alasan mereka melakukan balapan liar adalah untuk mencari teman-teman dari luar Kota Gorontalo. Bukan hanya itu, tetapi geng motor juga menjadi ajang taruhan yang dapat menghasilkan uang. Kita ketahui bersama bahwa taruhan juga merupakan candu yang mampu membuat orang berangan-angan untuk menang, dan keasyikan dalam nikmat taruhan tersebut. Taruhan juga menurut meraka ada ajang untuk berbagi, ketika menang maka uang dipakai untuk berpesta dengan teman-teman sejawat, sehingga potensi untuk mendapatkan teman sangat terbuka. Inilah realitas remaja urban yang menurut beberapa masyarakat cukup memprihatinkan. Namun dibalik itu semua mereka menemukan hal-hal baru yang mereka anggap sebagai ketenangan yang tidak pernah ditemukan di dalam keluarga. Hal-hal demikian mereka temukan di jalanan dengan cara balapan liar. Kenapa harus dijalan raya dan menggangu aktivitas istirahat orang? Karena mereka suka memacu motornya dengan kecepatan tinggi, apalagi balapan liar dilakukan sampai pada pagi dini hari. Yang kedua adalah lomba legal seperti kejurnas dan kejurda sangat jarang dilaksanakan, sehingga mereka melakukan balapan liar dijalanan raya dan biasanya jalan lurus yang padat penduduk. Seperti wawancara dengan salah satu pelaku geng motor yang yang sering melakukan balapan liar bernama Taufik Yasin, salah satu remaja yang kehidupannya hampir selalu melakukan balap liar di jalanan. 35

8 Torang balapan liar karena tidak ada tampa yang bias torang mopake untuk latihan balap. Seharusnya pemerintah kota boleh kase sadia tampa seperti itu macam di Sentul Bogor.dan juga pemerintah tahu dengan torang pe hobi bagini, sapa tau torang boleh bawa nama gorontalo. 2 Dari hasil wawancara yang penulis temukan dilapangan yakni, mereka balapan liar kareana tidak ada sarana prasarana untuk mereka latihan balap. Dalam hal ini, taruhan atau judi sudah tidak menjadi hal yang biasa bagi mereka, bahkan biasanya bukan hanya dari kalangan pelajar atau swasta yang menjadi pelaku pembalap liar yang mengikuti taruhan ini karena biasanya dari pengemudi kendaraan lainnya seperti pengemudi bentor biasanya mengikuti taruhan ini tapi hanya untuk mereka sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya Geng Motor adalah sebagai berikut: A.Keluarga Keluarga adalah faktor yang pertama dalam hal atau menyebabkan Geng Motor karena orang tua terlalu mengekang aktivitas anak tersebut. Karena biasanya anak tersebut tidak mau terlalu dikekang rasa keingin tahuannya atau rasa ingin mencoba mereka. Berdasarkan wawancara dengan saudara Dion: ana balapan liar memang sering di larang oleh orang tua, tapi kalau terlalu dikekang ana juga tidak mau karena ana juga hanya ingin mencoba apa yang ana ingin tau. Jadi ana tidak mau dikekang 2 Wawancara Upik pada tanggal 19 oktober

9 oleh orang tuadan juga orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga lupa akan anaknya sendiri. 3 Artinya saya tidak mau dikekang terus oleh orang tua, karena saya hanya ingin mencoba apa yang menjadi rasa keingin tahu. Jadi saya tidak mau dikekang oleh orang tua dan orang tuda terlalu sibuk dengan pekerjaan pribadi sehingga lupa akan kebutuhan atau aktivitas anaknya sendiri. Jadi faktor ini yang menjadi alasan utama anak mengikuti balapan liar, dan juga modernitas serta perkembangan dunia industrialisasi membuat orang tua lebih menyibukkan diri belomba-lomba mencari uang. keadaan ini mengakibatkan peranan keluarga dalam mengontrol anak menjadi lemah B. Pendidikan Pendidikan adalah faktor kedua yang dalam hal ini menjadi salah satu penyebab adanya Geng Motor karena dalam hal pergaulan disekolah yang menjadi topik pembicaraan mereka hanya berbicara tentang balapan liar. Karena dalam wawancara dengan saudara Ewin: Biasanya torang disekolah pada waktu istirahat itu ba kumpul di kantin dan hanya bicara tentang balapan liar, aksesoris motor, dan cara membuat motor. Biasanya juga guru menegur dengan torang pe aktivitas karena memang berpengaruh pada torang pe nilai di sekolah karena Cuma fokus dibalapan liar. Kalau soal ajakan mereka biasanya hanya mendengar pembicaraan, dan mereka mengikuti yang mereka dengar 4 3 Wawancara dengan Dion pada tanggal 15 November Wawancara dengan Ewin pada tanggal 15 november

10 Artinya mereka kalau disekolah pada waktu istirahat mereka hanya berkumpul dikantin dan berbicara tentang balapan, aksesoris motor yang baru, atau cara membuat motor menjadi laju. Dan, soal ajakan mereka hanya bertanya dan mereka hanya menyuruh silahkan mencoba daripada banyak tanya. Jadi, disinilah ajakan-ajakan atau doktrin-doktrin ajakan bagi mereka yang ingin mencoba. Dan juga, aktvitas balapan liar ini sangat berpengaruh pada pendidikan mereka yang membuat pendidikan mereka terpuruk drastis, sehingga mereka banyak yang terlalu apatis dengan pendidikan mereka sehingga mereka mencoba hal-hal yang ingin mereka luapkan dari sekolah ke jalanan tanpa aturan yang bisa mengatur mereka. Dan juga, Dalam institusi sekolah telah terjadi pergeseran nilai, dimana moralitas serta budi pekerti di sekolah-sekolah mulai luntur, kurang ditanamkan lagi. Bahkan materi tentang pelajaran agama juga semakin dikurangi waktu jam belajarnya. C. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial ada faktor ketiga dalam hal penyebab Geng motor. Karena lingkungan tempat anak bergaul dengan teman-teman terlalu banyak dengan aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa dibilang negatif misalnya menegak minuman keras. Berangkat dari hal inilah mereka mencoba beberapa hal yang baru yaitu balapan liar sehingga hal-hal seperti ini berulang-ulang secara terus menerus sampai mereka masuk dalam keanggotan Geng Motor dan melakukan kebiasaan mereka yaitu balapan liar. Ada pula yang disebabkan oleh lingkungan sosial mereka adalah mendapat sebuah pengakuan dari sahabat-sahabat mereka perilaku menyimpang harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang 38

11 tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketika remaja memperoleh pengakuan diri dari lingkungan sosialnya dengan berbagai aktivitas dan dapat beraktualisasi diri pada aktivitasnya tersebut maka hal ini akan membantu remaja menghindarkan diri dari komunitas geng motor Fenomena sosial terjadi dikalangan anak muda atas tindakan anarkis geng motor. Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat takut. Adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang mampu merobohkan lawan, merusak harta benda orang lain, merampok, merusak fasilitas umum, merupakan musibah bagi masyarakat. Masyarakat sudah jenuh, bahkan muak dengan perilaku destruktif yang dipertontonkan anggota geng motor. Sudah banyak korban atas aksi kawanan geng motor yang mengakibatkan rasa takut dikalangan masyarakat. Ketakutan atas geng motor sudah menghantui masyarakat, tak ada lagi kedamaian di keheningan malam, karena selalu pecah oleh raungan motor dan suara ribut tawuran. Tak pernah berani keluar malam hari karena di lingkungan sekitar yang marak aktifitas geng motor. Geng motor yang sudah terlanjur berbuat anarkis menjadi tidak takut untuk mengulanginya lagi. Lama kelamaan gerombolan geng motor ini akan tumbuh menjadi sebuah kelompok besar. Kelompok yang akan menjalani atau mengisi kehidupannya berdasarkan peraturannya sendiri tanpa mengindahkan peraturan yang dibuat pemerintah. Karena mereka ada bukan sebagai pendukung pemerintahan. Dampak yang kian meluas akibat dari tindakan geng motor ini telah mulai mengusik kenyamanan masyarakat dimana kepercayaan terhadap 39

12 pihak keamanan yang berwenang mulai diragukan dengan kenyataan belum mampunya mengatasi yang namanya geng motor ini. Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend dan mode yang sedang berlangsung saat itu. Maka dari itu aksi brutal itu perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Tindakan yang dilakukan geng motor belakangan ini kian meresahkan warga. Geng motor kini memang menjadi salah satu perhatian utama pihak berwenang karena tindakan mereka kian berani. Jika geng motor tersebut tidak diantispasi sejak dini, dikhawatirkan kelompok-kelompok tersebut bisa kian besar menjadi sebuah jaringan kriminal terorganisisasi. Indikasi itu mulai muncul dengan tindak penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng motor akir-akir ini. Kalau geng motor brutal itu tidak segera dibubarkan maka akan sangat membahayakan karena terdapat solidaritas sempit yang telah didoktrinkan kepada setiap anggota geng motor tersebut, sehingga mengarah pada tindakan kriminal. Aktivitas Geng Motor di Kota gorontalo setiap malam kamis dan malam minggu, sering melakukan balapan liar di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Berbeda dengan pada malam-malam biasanya, daerah seputaran lokasi balapan liar sangat sunyi, karena kativitas anak muda khusunya gorontalo paling banyak hanya pada malam kamis dan malam minggu. Ada pula yang sering melakukan balapan liar di sore hari lokasinya di jalan by pass Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur kota Gorontalo. 40

13 Dan pada biasanya mereka hanya kumpul-kumpul bersama, dan ada pula yangmenegak minuman keras. Pada aktivitas malam kamis hanya di dominasi oleh pelajar SMP, SMA dan pengangguran. Mereka hanya melakukan balapan yang biasa dikenal dengan drag race atau balapan lurus berjarak sekitar 201 meter. Dan biasanya mereka hanya mengetes laju dari motor pribadi dalam artian bahwa sampai dimana skill mengendarai motor pribadi. Sedangkan pada malam minggu mereka balapan liar sampai pada pagi hari atau sekitar pada pukul 4.00 wib, dan aktivitas balapan liar paling ramai ketika diadakan pada bulan puasa, karena semua anak muda yang di dominasi oleh pelajar sampai dengan pegawai negeri swasta berkumpul dilokasi tersebut, dan juga mereka balapan liar bahkan sambil taruhan sampai pada waktunya sahur. Dan, biasanya hanya ada yang menonton aksi balapan liar dan ada juga yang terpancing adrenalin mereka untuk mengikuti balapan tersebut. Adapun pada malam-malam biasanya mereka hanya duduk-duduk nongkrong sambil minum minuman keras bersama teman-teman geng motor lainnya, ada pula yang berpasang-pasangan. Ini yang menjadi aktivitas Geng motor pada malam-malam biasa dan pada malam kamis atau malam minggu. Bahkan pernah ada aktivitas Geng Motor tersebut bentrok dengan pengemudi bentor yang sama-sama nongkrong di tempat yang sama hanya berjarak 200 meter pada sabtu malam bulan juli tahun Pengemudi bentor di dominasi oleh orang tua melakukan pemukulan pada Geng Motor tersebut karena menyambar teman mereka yang berjoget karena sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan para pengemudi bentor tersebut memakai setengah badan jalan di depan 41

14 Gelanggang Remaja Kota Gorontalo. Kejadian tersebut di bubarkan oleh kepolisian setempat dan langsung membubarkan kedua belah pihak dengan menangkap pelaku dan korban dan menyita puluhan motor dan beberapa botol minuman keras. Kenakalan remaja berasal dari suku kata nakal, artinya bahwa mereka sedang mencari identitas diri.kehadiran geng motor melengkapi salah satu bentuk kenakalan remaja yang cukup meresahkan, setelah selama ini masyarakat sudah banyak dipusigngkan aksi dalam bentuk lain, seperti tawuran antar pelajar, balapan liar,sampai hal-hal yang menjurus kriminal. Dari fenomena-fenomena sosial tersebut banyak orang menyatakan bahwa perilaku destruktif remaja ini erat kaitannya dengan model pendidikan saat ini, yang cenderung mengedepankan nilai akademik,daripada penanaman budi pekerti. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebutkemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu.melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusifdan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatanperbuatan negatif yang melanggar aturandan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalanremaja.kenakalan remaja dalam studi masalah 42

15 sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturansosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpangdapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yangtidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlumembedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yangdisengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada,perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahuiaturan.hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalahmengapa seseorang. Hal ini disebabkan karena padadasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasitertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yangberwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahandiri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahunsangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapatdikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: menegak minuman keras dan kebut-kebutan di jalan sampai pada 43

16 perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminallainnya yang sering diberitakan media-media masa. Tugas utama fenomenologi sosial adalah mendemonstrasikan interaksiinteraksi resiprokal di antara proses-proses tindakan manusia, penstrukturan situasional, dan konstruksi realitas. Tidak seperti kaum positivis yang melihat setiap aspek sebagai suatu faktor kasual, fenomenolog melihat bahwa semua dimensi sebagai pembentuk realitas. Biasanya, para fenomenolog menggunakan istilah refleksivitas untuk menandai cara ketika dimensi-dimensi unsur pokok berfungsi, baik sebagai fondasi maupun konsekuensi dari seluruh aspek kehidupan manusia. Geng Motor merupakan sebuah bentuk perlawanan dari anak muda, karena berdasarkan realitas yang ada, Geng Motor dibentuk untuk sebuah kekuasaan tersendiri untuk mereka sendiri tanpa sebuah aturan dan terstruktur dengan baik menurut mereka sendiri dan secara realita hal ini terjadi karena setiap makhluk individu ingin melakukan sebuah percobaan menurut mereka sendiri itu ingin dirasakan dan memiliki rasa keingin tahu yang tinggi. Kenakalan remaja demikianlah yang tidak hanya mengkhawatirkan masyarakat secara luas, akan tetapi mereka takut akan tindakan yang menjurus ke hal-hal yang kriminal. hal ini merupakan salah satu fase dimana seseorang atau setiap insan manusia paham akan sesuatu karena kejadian seperti ini pasti terjadi dan pasti hilang begitu saja di masyarakat secara luas.faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif. Remaja pada umumnya lebih suka memacu kendaraan 44

17 dengan kecepatan tinggi. Dalam hemat penulis, kejadian yang terjadi dalam dunia remaja juga merupakan suatu masa transisi identitas jiwa remaja yang hampir terjadi pada setiap manusia saat mereka berada pada masa tersebut, sehingga bukanlah hal yang tabu lagi jika diperhadapkan pada realitas tersebut. Masa muda merupakan masa dimana seseorang mempunyai tantangan hidup. Tidak terkecuali bagi kalangan pelajar yang sedang menjalani masa mudanya tersebut, mereka tentu ingin mencari media penyampaian hasrat masa muda mereka untuk menunjukan jati diri mereka terhadap orang lain. Ada pelajar yang menyalurkan hasratnya tersebut kedalam hal-hal atau kegiatan positif seperti kegiatan olahraga, aktif dalam organisasi maupun mengasah kemampuan akademik. Hal ini merupakan fenomena nyata yang terjadi di sekitar kita yang harur kita teliti dan amati terhadap perkembangan para pelajar saat ini. Dilihat dari dari sisi negatif penyaluran hasrat masa muda yang dilakukan oleh para pelajar, terdapat kasus yang menarik yang selama ini sering terjadi menimpa kaum pelajar yang ada di terjadi di perkotaan yakni maraknya perilaku menyimpang yang sapai pada tindakan kriminal akibat memasuki dunia geng motor. Hal ini merupakan potret buram dunia pendidikan di Indonesia karena generasi penerusnya lebih tertarik kepada hal seperti itu dibandingkan dengan mengenyam pendidikan dengan sungguh-sungguh. Sebagian masyarakat lebih memandang hal-hal demikian sebagai penyimpangan. Tetapi disatu sisi, ini juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang terdapat pada remaja terutama dalam dunia otomotif, sehingga hal tersebut memiliki deskripsi negatif dan juga positif tergantung dari sisi apa mereka 45

18 memandang. Dalam hemat penulis, perlu juga ada perhatian yang lebih intens dari pemerintah untuk mendiagnosa lebih kritis lagi hal-hal yang berkaitan dengan remaja, terutama dalam hal ketersediaan fasilitas untuk mengembangkan bakat mereka dalam dunia otomotif. Penyediaan fasilitas sangat perlu untuk meminimalisir balap liar yang terjadi di beberapa titik yang menjadi sentrum berkeliarannya remaja yang ugal-ugalan di jalanan. Pola interaksi individu yang egonya tercerabut dari komunitasnya dan informasi yang terbuka. Perkembangan dunia sosial dewasa ini menggambarkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya peniruan atas perilaku bisa dengan mudah dilakukan. Terlebih lagi menyangkut motivasi dan rasionalisasi tindakan dari satu ke orang lain. Dengan demikian halnya untuk sering, lama, dan intesifnya pergaulan dalam kelompok yang mendukung nilai-nilai penyimpangan, maka akan udah tercerap dalam dirinya. Kekosongan moral dan disorientasi nilai yang dialami ego inilah yang dapat menjelaskan mengapa sebuah ideologi atau sistem nilai tertutup bersifat etnosentris, fasitis, fundamentaslis menimbulkan pesona luar biasa pada manusia-manusia yang terisolasi satu sama lain. Mereka mengisi kekosongan moral dalam dirinya dengan suara kelompok atau otoritas di luar diri mereka sebagai subtitusi kesadaran moralnya. Bergabung dengan massa dan bersama-sama melakukan tindakan destruktif merupakan bentuk penegasan kelompok. Realitas seperti ini menjadi persoalan yang senantiasa terus berkembang dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, kemajuan teknologi yang jauh meninggalkan kemapuan kebanyakan orang untuk 46

19 mengecapnya, menjadi beberapa hal faktor pendorong terakumulasinya kejahatan demi kejahatan. Disebabkan oleh energi ekonomi dan sumber daya ekonomi terkonsentrasi di wilayah perkotaan, dengan jumlah penduduk yang berlebih, sementara tidak semua penduduk mampu mengakses energi dan sumber daya tersebut, pun mendorong lahirnya tindakan-tindakan kekerasan dengan derajat agresivitas yang sangat tinggi. Ketika agregasi kepentingan masyarakat kota tidak menemukan saluran yang legal, maka ditempuhlah jalan-jalan yang ilegal. Praktik-praktik manipulasi, mewabahnya korupsi, kolusi, dan konspirasi. Dan pada saluran yang lain akan menciptakan kekerasan, kejahatan yang tinggi menjadi fenomena umum yang nyaris menjadi sebuah kewajiban. Kota terus berdiam dari berbagai patologi yang menimbunnya. Realitas remaja yang bergulat dalam dunia balap, jika diterawang cukup meresahkan masyarakat luas. Tetapi inilah realitas masyarakat urban yang kehidupan remaja cukup memprihatinkan, rekonstruksi lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam membentuk identitas remaja itu sendiri, perlu juga sebuah desain progres untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja tersebut minimal dapat diminimalisir, semua elemen yang berkaitan dengan masalah tersebut harus lebih aktif dalam melihat hal-hal demikian, tak heran jika memasuki masa-masa remaja hampir setiap orang yang pernah hidup di masa itu akan mengalami kegalauan identitas. Fenomena geng motor merupakan realitas remaja yang melakukan aktivitas di malam hari demi untuk menemukan sebuah suasana nyaman menurut mereka, sehingga mereka lebih menemukan dunianya di jalan dibanding dengan 47

20 di tempat lain, walaupun resiko yang akan dialami cukup besar, tetapi itulah sebuah keindahan menurut mereka. Interpretasi menganai kenakalan yang dialamatkan kepada remaja yang melakukan aktivitas balap liar memang sudah sering dilontarkan kepada mereka yang sering melakukan tak sedikitpun dihiraukan karena mereka menemukan kenyamanan ketika berada di jalanan. Dalam hemat penulis, jalanan bukan lagi merupakan sebuah areal atau tempat bersemayamnya kendaran yang lalu lalang, tetapi lebih dari sebuah konstruksi arena pencarian jati dan pembentukan identitas diri para remaja yang sering menghabiskan malam-malamnya di jalanan. Realitas generasi saat ini memang cukup memprihatinkan dalam sebuah keberlanjutan estapet generasi penerus, tetapi inilah fenomena yang terjadi dijalanan yang sering penulis temukan di lapangan. Jalanan sudah merupakan ruang penyalur bakat bagi generasi yang punya keinginan untuk menjadi seorang pembalap, sehingga balap sudah bukan sekedar olahraga ataupun keahlian tetapi lebih dari itu, balap liar sudah meresap menjadi hobi dari sebagian remaja yang menekuninya. Banyak hal-hal baru yang mereka temukan di jalanan, bahkan jalan bagi mereka sudah menjadi rumah yang memberi banyak ketenangan dikala mereka membutuhkan sesuatu. Masa remaja merupakan masa yang banyak memiliki keinginan dan angan-angan besar untuk menjadi sesuatu, sehingga meraka sangat cepat men-transfer hal-hal yang mereka anggap sesuai dengan keinginannya, walaupun hal demikian dapat membahayakan hidup maupun masa depan mereka sendiri, tetapi itulah realitas kehidupan remaja. gejala aksi brutal geng motor hal ini dikarenakan pengaruh keadaan atau suasana yang hampir 48

21 disemua kota besar dan negara di dunia itu muncul. keadaan ini juga merupakan gambaran atau semacam penegasan identitas dari kelompok tertentu. Penegasan ini bisa saja berupa ketidakpuasan, atau bisa saja hanya mencari sesuatu untuk melepaskan unek-unek dalam kelompok geng motor yang ujung-ujungnya berbuat keonaran. Masa-masa transisi dan kegalauan identitas yang mereka alami membuat mereka nyaman, karena kehidupan remaja sangat identik dengan kehidupan hurahura. Mereka menikmati masa-masa remaja itu hanya sekali dan tak ingin melewatkannya begitu saja. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dimana tidak bisa disebut orang dewasa namun juga tidak bisa disebut sebagai anak-anak. Pada masa remaja ini sering kali terjadi krisis identitas, pencarian identitas diri remaja yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Dengan dorongan hasrat kesenangan membuat mereka merasa nyaman tanpa memikirkan sedikitpun bahaya yang dihadapi, walaupun harus kejar-kejaran dengan pihak kepolisian dan pihak yang berwenang lainnya. Tetapi tak pernah mereka hiraukan, demi mendapatkan nikmatnya kebersamaan dan bisa mereka bilang asyik di jalanan. Mereka menganggap tak akan menemukan hal-hal demikian di tempat lain, karena hanya dengan temanteman yang ada di jalanan membuat mereka menemukan eksistensi diri sebagai remaja yang menikmati hari-hari dengan senang-senang. Realitas generasi muda telah dikonstruksi oleh gemerlapnya kota, sehingga menjadikan hari-hari mereka penuh dengan keinginan untuk mencari kebebasan. 49

22 Kota adalah imajinasi. Kota adalah mimpi yang yang ada dalam benak setiap orang. Mungkin demikian satu ungkapan yang bisa menggambarkan betapa ruang yang satu ini menjadi demikian menyihir. Tak aneh karenanya berbondong-bondong manusia merangsek dan tersedot kedalamnya. Beragam imajinasi yang tersuguhkan di kota menambah daya tariknya yang tak dijumpai di kota, janji akan kesejahteraan ekonomi dan ruang yang menyediakan kesetaraan bagi berbagai kalangan. Kota juga merupakan sebuah impian dari semua pendatang, karena mereka menganggap kota bisa menjawab semua keluh kesah mereka yang mereka bawa dari kampung. Tapi fenomena-fenomena inilah yang kota janjikan kepada mereka berupa sebuah kemewahan itu tidaklah menjanjikan lagi sebuah keistimewaan lagi bagi mereka, karena pendatang-pendatang baru atau kaum urbanisasi dari desa ke kota tidak akan menyediakan sebuah lahan kosong tersendiri lagi bagi mereka. Pembentukan geng motor oleh anak muda terdorong dari pemikiran-pemikiran dari dunia barat, akan tetapi dari segi kriminalitas geng motor yang ada di Indonesia dan di dunia barat tentu berbeda jauh. Dengan adanya globalisasi, peranan kota-kota menjadi semakin penting di dalam menyebarluaskan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin majunya teknologi membawa dampak yang sangat sgnifikan pada sendisendi kehidupan. Dalam makna yang lebih luas, globalisasi sendiri merupakan transformasi sosial, kultural, ekonomi dalam lingkup global. Perubahan perilaku, gaya hidup dan struktur masyarakat ke arah konvergensi global telah, sedang, dan akan menembus batas-batas etnik, wilayah, dan bahkan negara. 50

23 Kota sebagai pusat kegiatan sosial, politik, ekonomi dan kultural akan mengalami dampak globalisasi paling nyata, karena di sana terdapat konsentrasi tempat tinggal penduduk tersebsar dan intensitas komunikasi paling tinggi. Akibatnya introduksi peradaban, gaya hidup yang telah berkembang di negaranegara Barat sangat cepat ditiru oleh masyarakat kekotaan yang kemudian akan dengan cepat pula menyebar ke daerah-daerah di sekitarnya. Sayangnya, tidak semua gaya hidup barat cocok dengan kondisi lokal negara berkembang, sehingga dampat negatif dari globalisasi akan lebih menonjol dari dampak positifnya. Hal inilah yang menjadi daya tarik kalangan anak muda dalam geng motor, karena tidak semua geng motor didominasi oleh anak-anak dalam kota, bahkan didominasi oleh anak-anak dari luar kota misalnya dari kabupaten. Begitu juga para pelaku geng motor, mereka mengetahui bahwa semua pergaulan atau semua hal-hal yang mengenai motor, mereka bisa update di kota yang modernisasinya menjadi luar biasa. Dalam hemat penulis, kota juga merupakan sebuah sentrum untuk merekonstruksi kebebasan individual dari generasi muda penikmat dunia motor. Geng motor di Gorontalo sering beroperasi pada malam hari, karena gemerlapnya malam memberi inspirasi tersendiri bagi penikmat motor. Dunia malam juga memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakat yang menganggap bahwa malam sangat identik dengan kekerasan, sehingga terkadang persepsi masayarakat yang general melihat bahwa dunia malam sangat identik dengan maraknya kekerasan Karena itu, orang-orang miskin datang dan menetap di kota-kota, dan permukiman kumuh merupakan pilihan yang rasional karena kendala sosial. Tentu 51

24 saja, kenyamanan juga tak terjamin disana. Kedamaian akan dihadapkan pada kekacauan. Antara keramahan dan kriminal hanya berjarak tipis. Membayangkan kota tentu ada beragam motif tindak kriminal di sana. Tengok saja ragam acara di televisi kita dewasa ini seperti buser, fakta, tikam, TKP adalah nama-nama program televisi yang menayangkan beragam tindak kriminal kejahatan. Hampir tiap hari kita disuguhi berita-berita kejahatan yang nyaris tiada henti. Ingatan kita seperti keranjang yang siap menampung segala macam bentuk informasi kejahatan. Dari sekian jenis kejahatan itu, yang paling menimbulkan ketakutan masyarakat adalah kejahatan kekerasan. Kejahatan yang memberi ancaman langsung terhadap kerusakan harta benda, fisik, dan nyawa manusia. Pencopetan, pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, adalah sederet kecil tindak kriminalitas di kota yang saban hari bisa kita temui. Dibumbui dengan segala bentuk kekerasan, jumlah dan jenisnya pun semakin meningkat dari waktu ke waktu. Geng motor di dunia barat cenderung menjurus ke hal-hal yang negatif seperti narkoba, pembunuhan, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Sedangkan geng motor di Indonesia, terfokus pada balapan liar. Di dalam balapan liar juga ada yang namanya taruhan atau judi, dan yang menjadi pendorong utama utama anak muda atau pelaku geng motor itu hanya sebatas kesenangan. Akan tetapi kondisi seperti inilah yang sering meresahkan masyarakat karena berimbas pada faktor-faktor pendorong anak muda membentuk geng motor yaitu keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial.apabila kita pandang dari diferensiasi (perkembangan) sosial, sudah jelas memang, kelompok geng motor adalah 52

25 produk budaya barat Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogin, misalnya masyarakat urban, kota-kota besar dan metropolis, perangai anti sosial dan kejahatan itu berkembang dengan cepatnya. Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-norma dan sanksi sosial yang semakin longgar serta macam-macam sub-kultur dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua faktor itu memberikan pengaruh yang mengacau, dan memunculkan disorganisasi dalam masyarakatnya. Tak ayal, anggota kelompok genk motor dengan tingkah laku yang abnormal (cenderung brutal) ini sebenarnya merupakan dampak dari faktor-faktor diatas. Maraknya kejahatan menghiasi setiap sudut kota, semakin menambah carut-marutnya raut kota di saat malam hari, dibeberapa negara sudah menjadi sebuah hal yang bisa jika diperhadapkan dengan kejahatan-kejahatan malam yang menghiasi kota-kota besar. Terutama juga di Indonesia, lebih khususnya di Gorontalo banyak kejadian-kejadian yang terjadi bukan hanya di siang hari tapi lebih marak jika disaat malam. Misteri kejahatan di balik gemerlapnya malam sudah menjadi perbincangan hampir di seluruh penjuru. Sehingga bukanlah sebuah asumsi lagi, melainkan telah menjadi sebuah dinamika. Menyikapi maraknya kejahatan kekerasan yang melanda, kota-kota besar di Amerika Serikat (AS), misalnya direktur federal bureu of investigation (FBI), Louis J Frech, dalam tulisannya berjudul Responding ti Violent Crime in America i (Buletin FBI, Law Enforment, 1994) mempertengahkan suatu istilah yang mungkin tepat untuk menggambarkan realitas kejahatan yang tengah berkembang. Istilah itu: epidemic of violence (wabah kekerasan). Fenomena ini juga terjadi di 53

26 kota-kota dunia, termasuk Indonesia. Pun demikian dengan yang disampaikan Ronny R Nitibaskara, Guru Besar kriminologi Universitas indonesia dengan kejahatan kekerasan (violence crime). Kota Roma, Italia, adalah satu contoh dimana tindak-tindak jahat adalah hal biasa. Seorang Andreotti, mantan Perdana Menteri italia menyatakan demikian, Tak sampai di situ penguasa yang terpilih selama tujuh kali berturut-turut ini dengan berangnya berkata Jangan mencari malaikat di Italia (roma meski di sini banyak gereja, jangan pula mencari setan disini. Patung malaikat bisa ditemukan dan dibeli di sembarang tempat, termasuk di tepi jalan. Tetapi patung setan, tak usahlah dicari. Cerita Andreotti seolah membenarkan berbuat salah dan jahat adalah biasa bagi orang Italia. Karenanya berkembang pula ungkapan jika ada enam ribu orang bersalah, akhirnya tak seoranpun dinyatakan bersalah. Begitu muda kesalahan itu dihapus dan dilupakan. Jika menengok kembali pada realitas kehidupan geng motor bisa dikatakan kehidupan menyimpang, karena sistem sosial yang ada dimasyarakat ada yang namanya re-generasi. Kekosongan moral dan disorientasi nilai yang dimiliki oleh anak muda inilah yang dapat menjelaskan mengapa sebuah ideologi atau sistem nila anak muda bersifat luar biasa terhadap makhluk individu lainnya. Anak muda kemiduain hanya mengisi kekosongan moralitas dalam dirinya sendiri diluar kesadaran mereka sendiri dan mereka bersama melakukan sebuah tindakan dimana merupakan sebuah bentuk dari penegasan diri sendiri. Peran teknologi dan ekonomi yang sudah mendunia yang terfokus pada wilayah perkotaan memberi imbas pada pola hidup individu yang dari perkembangan dunia sosial dewasa memberi kemungkinan-kemungkinan terjadinya peniruan atas perilaku yang bisa 54

27 dengan mudah dilakukan seperti Geng motor Indonesia mengikuti perkembangan geng motor dari dunia barat. Lahan atau sarana prasarana yang tidak terpenuhi inilah yang mendorong tingkat perilaku menyimpang di daerah perkotaan, dan kondisi subyektif yang menimbulkan keterbatasan ruang. Namun berbeda dengan kaca mata sosiologis dalam memandang kenapa aksi brutal geng motor ini muncul. Pertama: ada perubahan sosial (social change), artinya seluruh aspek kultur maupun struktur masyarakat sudah mulai berubah. Baik keluarga dan masyarakat secara keseluruhan terjadi perubahan sosial. Menilik kekerasan, kejahatan, atau tindak kriminal tidak lepas dari pembacaannya melalui realitas tatanan sosial masyarakat.. oleh karena sebab itu, tentu kita sepakat manusia mempunyai kemampuan luar biasa dalam bidang daya cipta dan daya khayal. Begitu juga bahwa kehidupan manusia bisa bersifat spontan, berpetualang dan bebas berkreasi apapun. Tetapi kita perlu bertanya dari manakah asal kemampuan dan daya yang luar biasa pada manusia itu. Tradisi pemikiran barat mendorong kita untuk menanggap naluri-naluri yang lebih halus dalam manusia sedikit banyak dipengaruhi dan dikondisikan oleh kerumitankerumitan organisasi sosial yang ada di dalam masyarakat. Seolah-olah sifat masyarakat ialah menghancurkan segala sesuatu yang segar dan asli dalam semangat manusia. Masyarakat kita hanyalah menindas kecendrungankecendrungan alamiah dari orang-orang yang hidup didalamnya, sekaligus membatasi tindakan potensial manusia. Salah satu prestasi manusia yang paling mengesankan dalam masyarakat adalah masyarakat memungkinkan sejumlah besar manusia dan tinggal bersama- 55

28 sama dalam satu ruang yang relatif sempit tanpa saling berhimpitan. Namun begitu, jika manusia hidup dalam ruang, ia menjadi manusia yang mementingkan kepentingannya sendiri dan hanya dituntut oleh rasa keterdesakan batinnya, maka kita akan diadapkan pada gambaran desak-mendesak dan kekacauan yang mungkin tak bisa terbayangkan oleh kita. Tetapi kita mempunyai aturan-aturan kehidupan sosial yang sesederhana seperti seorang manusia menginginkan kehidupan pribadinya. Dalam konteks inilah keberadaan aturan kadang membatasi orang, namun ia tetap berperan menjaga keselarasan dalam pola hubungan antar manusia. Dengan begitu jika kita menyepakati adanya aturan dan ia mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan manusia, dengan sendirinya akan ada yang lebih ditegakkan. Perilaku yang mana pula yang dianggap menyimpang oleh masyarakat. Pertanyaanya yang timbul kemudian seperti apa perilaku menyimpang itu?. Dalam hemat penulis, hal Ini sebenarnya perlu adanya kerja sama antar pihak, baik penegak hukum maupun pihak-pihak terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya dalam institusi kepolisian, lemahnya penegakan hukum serta faktor tidak berjalannya sistem menjadi faktor penting dalam proses penegakan hukum. Dengan lemahnya penegakan hukum dan tidak maksimalnya proses keberlanjutan sistem yang sehingga menyebabkan polisi gagap dalam membaca perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat dan terlalu apatis dengan fenomena seperti ini. Dalam hal inisebenarnya perubahan anak remaja dengan prilaku yang di timbulkan secara sadar maupun tidak sadar mungkin ingin menunjukkan identitas diri (menunjukkan keberadaan dia sebagai 56

29 anak muda yang ingin diperhatikan dan ingin menonjol). Namun jalan yang mereka tempuh lain, justru mengarah pada penyimpangan sosial. Awalnya mereka membentuk perkumpulan berawal dari kegiatan seperti trek-trekan atau pacu motor. Ada juga karena kebiasaan mengompas dalam lingkungan sekolah hingga akhirnya perilaku menyimpang ini di internalisasikan dalam kelompok geng motor. Akhirnya, kelompok geng motor ini merasa bebas dan lupa akan tanggung jawab dari kebebasan itu. Pada awal peristiwa seperti ini, polisi tidak ada bertindak dan kurang antisipatif. Sehingga gerombolan geng motor makin menjadi-jadi melakukan tindakan aksi-aksi yang sering terjadi di kota-kota besar lainnya seperti balapan liar, taruhan dan lain sebagainya.ketika para remaja tersebut beraktualisasi dan sudah berada di dalam kelompok geng motor maka secara perlahan mereka akan menerima nilai-nilai yang ada dalam kelompok geng motor tersebut. Nilai-nilai ini antara lain adalah solidaritas dan juga rasa senasib sepenanggungan, serta rasa tanggung jawab bersama meskipun dalam hal-hal yang salah. Nilai-nilai di dalam kelompok geng motor ini awalnya disosialisasikan kemudian diterima oleh seluruh anggota geng motor dan dijadikan sebagai acuan atau pedoman serta akan menjadi nilai kolektif yang harus dipatuhi setiap anggotanya. Karena telah terpengaruh nilai-nilai kolektif tersebut serta keinginan remaja untuk membuktikan bahwa mereka bisa berperan dan beraktualisasi diri di dalam kelompoknya maka remaja sering kali kehilangan kepribadian diri, keyakinan diri, serta kesadaran diri. Dikhawatirkan fenomena geng motor akan menjadi ritual baru para remaja kota yang akan berimbas pada 57

30 krisis generasi, minimal ini akan menjadi sebuah evaluasi kritis dalam fenomenafenomena yang terjadi sekarang. 58

FENOMENA GENG MOTOR (Studi Kasus Di Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo) Moh. Hidayat Ahmad, Farid Th. Musa S.Sos., MA,Funco Tanipu S.T.

FENOMENA GENG MOTOR (Studi Kasus Di Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo) Moh. Hidayat Ahmad, Farid Th. Musa S.Sos., MA,Funco Tanipu S.T. FENOMENA GENG MOTOR (Studi Kasus Di Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo) Moh. Hidayat Ahmad, Farid Th. Musa S.Sos., MA,Funco Tanipu S.T., MA ABSTRAK Moh. Hidayat Ahmad, Fenomena Geng Motor di Kota Gorontalo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergaulan anak muda tentu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergaulan anak muda tentu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergaulan anak muda tentu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, karena anak muda kebanyakan yang sering melakukan beberapa kegiatan berbau positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yara Andita Anastasya,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yara Andita Anastasya,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geng motor sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Bandung. Geng motor dipandang negatif karena banyak melakukan kejahatan yang menimbulkan kerugian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia otomotif di Indonesia semakin bertambah maju dan berkembang sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil dengan merk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena memprihatinkan yang terjadi pada bangsa ini adalah meningkatnya angka kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Komnas Perlindungan Anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang komunitas klub motor mengingatkan kita kepada orangorang yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor ini memang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah masalah perkotaan yang sangat kompleks. Salah satu ciri negara berkembang adalah pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI tahun 1945), mengatur setiap tingkah laku warga negaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang dibuat anak mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR 0 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERAN BK TERHADAP TAWURAN PELAJAR DI INDONESIA Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum 11001192 Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVARSITAS AHMAD DAHLAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB II WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG. adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif

BAB II WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG. adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif BAB II WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya permasalahan yang dibahas adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM HIBAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM HIBAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM HIBAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FAKTOR TEMAN SEBAYA DALAM KENAKALAN REMAJA (STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GENG MOTOR DI KOTA BANDUNG) Oleh : Ketua Anggota : Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kepadatan lalu lintas yang disebabkan mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang lebih lambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau sebaliknya setiap penjahat memiliki zamannya sendiri, sehingga baik modus operandi kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun

BAB IV ANALISIS DATA. berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan dan salah satunya adalah permasalahan sosial. Masalah sosial selalu dijadikan topik pembicaraan di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman sekarang globalisasi menimbulkan berbagai tantangan yang semakin berat. Cepatnya perubahan yang terjadi akibat globalisasi berdampak dalam berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahngunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (selanjutnya disebut narkoba) merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam proses peralihan tersebut, masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu memproduksi film sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi adegan-adegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan beberapa teori yang berkaitan, pada tahap berikutnya penulis memaparkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral maupun krisis ekonomi hingga saat ini masih terus berjalan dan seakan-akan susah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Kusumah Pendahuluan Pergeseran tata nilai dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

FAJAR DWI ATMOKO F

FAJAR DWI ATMOKO F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman??

Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman?? Tema : Pengaruh Kemajuan Teknologi Bagi Remaja Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman?? Globalisasi. Sebuah istilah yang pastinya sering kita dengar, memiliki arti suatu proses di mana antarindividu,

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang menyebabkan banyak orang merasa takut dan hidupnya tidak nyaman. Tindak kriminal terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era perkembangan zaman saat ini, seseorang dituntut untuk mobilitas yang tinggi. Dengan didukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. Seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang tercatat telah mencapai 237,6 juta jiwa, dimana 26,67% atau 63,4 juta diantaranya merupakan penduduk usia remaja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebagai berikut: 1.1.1 Hubungan antar kaum muda di Kecamatan Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yan cepat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yan cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia melahirkan generasi dengan perilaku dan sikapsikap baru. Gaya hidup manusia yang semakin lama semakin berkembang sesuai dengan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun masyarakat yang belum maju. Hal ini

Lebih terperinci

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : NETRALIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tujuan negara yang tertera pada UUD 1945 bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perkotaan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Sebagai suatu lingkungan binaan, kota selalu diisi oleh manusia dengan berbagai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan bapak) sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting bagi proses sosialisasi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional, eksistensinya sangat urgensif dalam rangka mewujudkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pekerjaan, kemunculan komuitas hobi ini menjadi hal yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia pekerjaan, kemunculan komuitas hobi ini menjadi hal yang menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini semakin pesat dan sarat akan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di berbagai sektor. Salah satu yang mulai

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM MAKALAH PANCASILA OLEH NAMA : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : 11.12.5657 JURUSAN : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) KELAS : 11 (S1-SI)05 DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PRILAKU MENYIMPANG

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur juga mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang diperlukan untuk melanjutan sistem pemerintahan demi memajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem

Lebih terperinci