OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.) HAVEEL LUTHFYRAKHMAN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.) HAVEEL LUTHFYRAKHMAN A"

Transkripsi

1 OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.) HAVEEL LUTHFYRAKHMAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ABSTRACT HAVEEL LUTHFYRAKHMAN. DOSAGE OPTIMIZATION OF FERTILIZER AND CHICKEN MANURE IN HYBRID TOMATO CULTIVATION. (Supervised by ANAS DINURROHMAN SUSILA) The objective of this research was know the effect of fertilizer and manure to growth and productivity of hybrid tomato (Lycopersicon esculentum Mill. L).This research obtained at Pasir Sarongge Experimental Field University Farm Bogor Agricultural University, Cipanas, from February to July The experimental design used was Completely Randomized Block Design, with two factors and three repetitions. First factor was manure dosages which were 0, 10, 20, and 30 ton ha -1. Second factor was fertilizer dosages which were 0%, 75%, and 150% of recommended dosage. Recommended dosage use was 100 kg ha -1 N, 100 kg ha - 1 P 2 O 5, and 50 kg ha -1 K 2 O, recommendation from Ministry of Agriculture (2002). Plant height showed quadratic response to manure at 2 and 4 week after transplanted (WAT), then linier at 6 WAT. As to fertilizer, plant height showed no response at 2 WAT yet showed linier response at 4 and 6 WAT. Interaction between manure and fertilizer happened at 8 WAT. Manure gave linier response to number of leaves at 2, 4, and 8 WAT but not significant at 6 WAT. Fertilizer gave no significant response at number of leaves. Manure gave quadratic response as fertilizer gave linier response to fruit weight per plot, fruit weight per hectare estimation, and relative yield. Optimal manure dosage given from this research was ton ha -1. Maximum fruit weight per plot was kg per plot. Maximum fruit weight per hectare estimation was ton ha -1. Manure gave linier response to fruit weight per plot of grade A and B. Fruit weight per plot of grade C, fruit diameter, and average fruit weight was not affected by manure or fertilizer given.

3 RINGKASAN HAVEEL LUTHFYRAKHMAN. Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.). (Dibimbing oleh ANAS D. SUSILA). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk anorganik dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat hibrida (Lycopersicon esculentum) yang dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB, Cipanas, Bogor pada bulan Februari hingga Juli Penelitian menggunakan Faktorial Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang ayam yang terdiri atas 0, 10, 20 dan 30 ton ha -1. Faktor kedua adalah dosis pupuk anorganik yang terdiri dari 0%, 75% dan 150% dosis anjuran. Dosis anjuran sesuai rekomendasi Deptan (2002) adalah 100 kg ha -1 N, 100 kg ha -1 P 2 O 5 dan 50 kg ha -1 K 2 O. Tinggi tanaman menunjukkan respon kuadratik terhadap pupuk organik pada 2 dan 4 MST, serta linier pada 6 MST, sedangkan pupuk anorganik tidak berpengaruh pada 2 MST, namun memberikan respon linier pada 4 dan 6 MST. Interaksi antara pupuk organik dan anorganik terjadi pada 8 MST. Pupuk organik memberikan respon linier terhadap jumlah daun pada 2, 4 dan 8 MST, namun tidak berpengaruh pada 6 MST. Pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Pupuk organik memberikan respon kuadratik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif sedangkan pupuk anorganik memberikan respon yang linier. Dosis optimal pupuk organik yang disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebesar ton ha -1. Bobot buah per petak maksimal adalah kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar masksimal sebesar ton ha -1. Pupuk organik memberikan respon linier terhadap bobot buah per petak kelas A, kuadratik pada kelas B. Pupuk anorganik memberikan respon linier terhadap bobot buah per petak kelas A dan kelas B. Bobot buah per petak kelas C, diameter buah dan bobot buah rata-rata tidak dipengaruhi oleh pupuk organik dan anorganik yang diberikan.

4 OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor HAVEEL LUTHFYRAKHMAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul : OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.) Nama : HAVEEL LUTHFYRAKHMAN NIM : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungbalai Karimun, Propinsi Kepulauan Riau pada tanggal 13 Agustus Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Abdul Rasyidin dan Ibu Ermalia. Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 030 P.N. Timah Tanjungbalai Karimun, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2 Tanjungbalai Karimun. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 4 (Binaan) Karimun pada tahun Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur BUD dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura dan Perancangan Percobaan. Pada tahun 2009/2010 penulis menjadi staff Departemen Informasi dan Komunikasi Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi).

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alah SWT. atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.). Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Pasir Sarongge, Cipanas, Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada Bapak Anas D. Susila selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi penelitian ini dan Ibu Tatiek Kartika Suharsi sebagai dosen pembimbing akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi dan pegawai kebun Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB, Bapak Juhana yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang membaca. Bogor, Februari 2012 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Tomat... 3 Pupuk Kandang Ayam... 4 Pupuk Anorganik... 6 BAHAN DAN METODE... 8 Tempat dan Waktu Percobaan... 8 Bahan dan Alat... 8 Metode Pelaksanaan... 8 Pelaksanaan Penelitian... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Hasil Analisis Tanah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Bobot Buah Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 27

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Analisis Kandungan Hara Pupuk Kandang Ayam Petelur Analisis Tanah Lokasi Percobaan Pasir Sarongge, Cianjur Respon Tinggi Tanaman (cm) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik pada 2, 4 Dan 6 MST Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada Tinggi Tanaman Umur 8 MST Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Respon Bobot Buah Per Petak (kg), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (ton) dan Hasil Panen Relatif (%) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Respon Diameter Buah Rata-rata (mm) dan Bobot Buah Rata-rata (gram) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik... 24

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada Tinggi Tanaman Umur 8 MST Respon Bobot Buah Per Petak (A), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (B) dan Hasil Panen Relatif (C) pada Berbagai Taraf Dosis Pupuk Organik Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Berbagai Taraf Dosis Pupuk Organik (ton ha -1 )... 23

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Data Cuaca Harian di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung Data Cuaca Bulanan di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung Konversi Hasil Panen Perpetak ke Estimasi Hasil Perhektar Konversi Estimasi Hasil Perhektar ke Hasil Panen Relatif Kondisi Tanaman pada 0 MST (a), 5 MST (b), 10 MST (c) dan 15 MST (d) Kecacatan Buah yang Disebabkan Kondisi Lingkungan: Cracking Konsentris (a), Cracking Radial (b), Catface (c), Blossom End Rot (d) dan Malformasi Buah (e).. 36

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat merupakan salah satu sayuran yang umum dikonsumsi di dunia. Hal ini dikarenakan tomat bisa dikonsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Tiga produk olahan tomat yang utama adalah tomato preserves, dried tomatoes dan tomatoes based food (Costa and Heuvelink, 2005). Produksi tomat di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton dan telah mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2006 (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat domestik. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan rata-rata produktivitas tertinggi yaitu sekitar 20 ton ha -1. (Deptan, 2011). Kesadaran terhadap pentingnya pertanian berkelanjutan dan kesulitan untuk mendapatkan serta mahalnya harga pupuk anorganik pada kalangan petani mengarahkan penelitian kepada pemanfaatan limbah organik yang murah, tersedia dan ramah lingkungan yang bisa digunakan sebagai pupuk organik. Salah satu sumber pupuk organik yang umum adalah pupuk kandang ayam. Menurut Odoemena (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsurunsur hara makro dan mikro yang mampu meningkatkan kesuburan tanah serta menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman. Menurut Kandil and Gad (2010) pada tanah lempung berpasir dan tingkat kesuburan yang rendah pemupukan dengan kotoran ayam bisa meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan kualitas hasil panen tomat. Urutan perlakuan yang berpengaruh dari yang paling besar adalah pemberian kotoran ayam, farmyard manure, pupuk NPK mineral, kompos hasil pertanian. Kotoran ayam dan farmyard manure memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap bobot basah dan kering brangkasan, produktivitas dan kualitas buah tomat dibandingkan kontrol berupa perlakuan pupuk NPK. 1

13 2 Penelitian ini akan mengombinasikan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk kandang ayam dalam produksi tanaman tomat dalam upaya mengetahui dosis yang memberikan pertumbuhan dan hasil panen maksimal. Menurut Ogbomo (2011) pemberian pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik lebih baik dibandingkan hanya pemberian salah satu pupuk organik atau pupuk anorganik saja. Kombinasi pupuk anorganik dan organik merupakan perlakuan yang paling efektif untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang optimal dalam budidaya tomat. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat hibrida. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Terdapat dosis pemupukan anorganik yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 3. Terdapat interaksi antara pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan sistematika tumbuhan tingkat tinggi, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut; divisi: Spermatophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Dycotiledoneae, ordo: Tubiflorae, famili: Solanacae, genus: Lycopersicon, spesies: Lycopersicon esculentum (Jones, 2008). Tanaman tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh pada hari panjang maupun pendek, tanaman tomat tumbuh di suhu rata-rata di atas 16 C. Untuk pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan perkembangan warna buah, suhu optimum yaitu C pada siang hari dan C pada malam hari (Csizinszky, 2005). Tomat merupakan tanaman dengan tipe fotosintesis C3. Tipe penyerbukannya adalah penyerbukan sendiri. Tumbuh baik pada tanah dengan ph an tingkat kesuburan tanah sedang hingga tinggi. (Jones, 2008) Berdasarkan pertumbuhannya tanaman tomat dibedakan atas determinate dan indeterminate. Pada tipe pertumbuhan determinate bunga terletak pada ujung tanaman. Pertumbuhan tanaman dan tunas terhenti setelah terjadi pembungaan. Pada tipe pertumbuhan indeterminate, pertumbuhan tanaman dan tunas tetap terjadi dan tidak terhenti setelah terjadi pembungaan (Jones, 2008). Penanaman benih tomat pada umumnya melalui persemaian. Menurut Csizinszky (2005) tingginya harga benih hibrida, panen yang lebih cepat, tampilan dan tegakan tanaman muda yang lebih baik dan manajemen gulma serta organisme pengganggu tanaman yang lebih mudah menjadikan indirect seeding lebih dianjurkan daripada penanaman langsung di lapangan. Tanaman tomat biasa digunakan sebagai tanaman model untuk mempelajari fisiologi, seluler, biokimia dan genetik karena mudah tumbuh, siklus hidupnya pendek dan mudah dimanipulasi. Tanaman tomat merupakan salah satu alat untuk menggali pengetahuan dalam budidaya tanaman hortikultura (Costa dan Heuvelink, 2005). 3

15 4 Pupuk Kandang Ayam Jenis tanah Andosol pada dataran tinggi termasuk di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat umumnya mempunyai porositas tinggi, bersifat masam, dan daya serap P yang tinggi. Pemberian bahan organik tidak hanya menambah unsur hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar, dan memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan ph, KTK, serapan hara menurunkan Al-dd, serta struktur tanah menjadi remah (Dzajuli dan Pitono, 2009). Menurut Ouda & Mahadeen (2008) konduktivitas listrik tanah dan bahan organik tanah meningkat seiring dengan penambahan dosis pupuk organik, namun tidak berpengaruh terhadap ph tanah. Menurut Supardi (1983) tiga hal yang menonjol dari pupuk kandang selaku pembawa hara: (a) kelembaban dan kadar hara yang sangat beragam, (b) kadar hara yang secara relatif rendah bila dibandingkan dengan pupuk buatan, dan (c) nisbah hara yang tidak seimbang, dengan fosfor lebih rendah daripada nitrogen dan kalium. Kerapatan isi dari pupuk kandang yang rendah merupakan satu hal yang tidak menguntungkan, karena hanya akan memperbesar biaya penanganan dan penyebaran. Menurut Singer dan Munns (2006) karena kandungan nutrisi yang relatif rendah dan sifatnya yang meruah, pupuk kandang umumnya digunakan hanya untuk pertanian di sekitar area pupuk tersebut diproduksi. Menurut Odoemena (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang ayam mampu meningkatkan kesuburan tanah serta menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara dalam jumlah yang tinggi. Aplikasi pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman. Kandungan hara pupuk kandang ayam petelur berdasarkan hasil analisis Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB dalam Suradi (2002) disajikan pada Tabel 1.

16 5 Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Pupuk Kandang Ayam Petelur Kandungan C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn Hara (%) (%) (%) (%) (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) Nilai Hasil analisis Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, 2002 Menurut Suradi (2002) secara umum tidak terdapat pengaruh yang berbeda antara pemberian pupuk kandang ayam yang berasal dari ayam petelur dan ayam pedaging terhadap pertumbuhan dan produksi empat varietas tomat. Penelitian tersebut dilaksanakan di Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi berada pada ketinggian m di atas permukaan laut dengan jenis tanah Andosol. Menurut Kandil and Gad (2010) pada tanah lempung berpasir dan tingkat kesuburan yang rendah pemupukan dengan kotoran ayam bisa meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan kualitas hasil panen. Urutan perlakuan yang berpengaruh dari yang paling besar adalah pemberian kotoran ayam, farmyard manure, pupuk NPK mineral, kompos hasil pertanian. Kotoran ayam dan farmyard manure memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap bobot basah dan kering brangkasan, produktivitas dan kualitas buah tomat dibandingkan kontrol berupa perlakuan pupuk NPK. Menurut Tonfack et al. (2009) pada daerah tropis dengan jenis tanah Andosol yang rendah akan kalium dan posfor serta kelebihan Mg, aplikasi kotoran unggas dalam dosis yang cukup dan waktu yang tepat mampu mempertahankan hasil panen tomat. Hasil panen tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik. Menurut Ghorbani et al. (2008) pemberian kotoran unggas menurunkan serangan penyakit dibandingkan perlakuan pupuk yang lain, ditunjukkan oleh 80% tanaman tomat yang sehat. Pemberian pupuk organik berupa kotoran unggas menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kesehatan tanaman, kualitas pascapanen dan daya simpan buah tomat. Walaupun secara umum pemberian pupuk organik memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman tomat dan daya simpannya, kotoran unggas menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibandingkan pupuk organik lainnya terhadap daya simpan buah tomat dan hasil panen yang layak dipasarkan setelah penyimpanan selama enam minggu. Percobaan dilakukan

17 6 pada tanah lempung liat berpasir dengan ph 7 hingga 8. Perlakuan meliputi kotoran sapi, domba dan unggas, pupuk hijau, sampah rumah tangga dan pupuk anorganik berupa urea dan superposfat. Menurut Herencia (2007) pada penelitian yang dilakukan di dalam rumah kaca penggunaan pupuk organik dalam jangka waktu panjang mampu meningkatkan kesuburan tanah, serta hasil panen dan nutrisi yang dikandung oleh buah tidak berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik. Menurut Ewulo et al. (2008) pada tanah yang cukup asam, dengan kandungan bahan organik tanah, N, P, Ca dan Mg yang rendah, kotoran unggas mampu meningkatkan bahan organik tanah, N dan P. Kepadatan tanah berkurang dan kelembaban meningkat seiring dengan peningkatan dosis kotoran unggas yang diberikan. Aplikasi kotoran unggas meningkatkan konsentrasi N, P, K, Ca dan Mg pada daun tomat, tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, jumlah dan bobot buah. Dengan menggunakan uji lanjut Duncan (DMRT) hasil panen relatif dari perlakuan aplikasi 25 ton ha -1 kotoran unggas merupakan yang terbaik dan berbeda nyata terhadap kontrol tanpa pemberian kotoran unggas. Menurut Ayeni et al. (2010) pada tanah yang cukup asam dan rendah kandungan bahan organik, N dan P, pemberian 20 ton ha -1 kotoran unggas tidak berbeda nyata dengan perlakuan 300 kg ha -1 NPK pada variabel kandungan N, P dan K tanaman serta hasil panen. Pupuk Anorganik Pupuk anorganik dibuat oleh industri. Beberapa dari pupuk anorganik merupakan hasil tambang dan sebagian lain dibuat di pabrik. Sebagian besar larut cepat dalam tanah untuk memberikan respon pertumbuhan yang cepat. Namun beberapa pupuk kimia dibuat slow-release. Pupuk anorganik umumnya memiliki hara yang dapat digunakan dalam proporsi yang tinggi dibandingkan dengan yang dikandung pupuk organik (Plaster, 1992). Sebagian besar pupuk anorganik melepaskan ion-ion hara dalam waktu yang cepat. Untuk menurunkan kecepatan pelepasan hara terkadang pupuk dibuat dalam bentuk granul, pellet atau coated. High-analysis fertilizer (pupuk dengan

18 7 persentase kandungan hara tinggi) menguntungkan karena tidak meruah dan akan mempermudah transportasi dan distribusi (Singer and Munns, 2006). Pupuk anorganik memiliki beberapa dampak negatif jika diberikan tidak tepat dosis, konsentrasi, waktu dan cara. Beberapa dampak dari penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat yaitu eutrofikasi sungai, air tanah dan polusi pada lahan yang bukan lahan pertanian akibat kesuburan yang tidak diinginkan. Pupuk juga bisa merusak tanaman dan mikroba tanah, dikarenakan keracunan ion hara ataupun bahan pembawa. Pupuk anorganik juga bisa meningkatkan keasaman tanah (Singer and Munns, 2006).

19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Kegiatan penelitian dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB, Cipanas, Bogor selama lima bulan dari Februari hingga Juli Lokasi memiliki ketinggian m dpl. Bahan dan Alat Penelitian menggunakan benih tomat varietas hibrida Marta F1. Bahan tanam lain yang digunakan adalah pupuk Urea 46% N, KCl 60% K 2 O, SP 36 36% P 2 O 5 dan pupuk kandang kotoran ayam petelur, pestisida dengan bahan aktif Famoxadona 22.5% + Cimoxanilo 30%. Peralatan yang digunakan antara lain alat pertanian pada umumnya dan alat pemeliharaan, tray 72 lubang, meteran, timbangan, jangka sorong dan label. Metode Pelaksanaan Penelitian faktorial ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk anorganik dengan taraf 0% dosis anjuran (tanpa pupuk anorganik), 75% dosis anjuran (Urea g + SP g + KCl 52.5 g per petak), dan 150% dosis anjuran pupuk anorganik (Urea 255 g + SP g + KCl 105 g per petak). Dosis anjuran rekomendasi dari Deptan (2002) adalah 100 kg ha -1 N, 100 kg ha -1 P 2 O 5 dan 50 kg ha -1 K 2 O. Sedangkan faktor kedua adalah pupuk kandang ayam dengan empat taraf, yaitu 0 ton ha -1 (tanpa pupuk kandang ayam), 10 ton ha -1 (7.5 kg per petak), 20 ton ha -1 (15 kg per petak) dan 30 ton ha -1 (22.5 kg per petak). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Satu unit percobaan terdiri dari 20 tanaman tomat, dengan sampel pengamatan setiap unitnya berjumlah 5 tanaman sehingga jumlah tanaman yang diamati berjumlah 180 tanaman. Petak yang digunakan sejumlah 36 petak dengan luas masing-masing petak 1.5 x 5 m. Petak percobaan berupa bedengan dengan lebar 0.9 m, tinggi 0.2 m dan jarak antar bedeng 0.6 m. 8

20 9 Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan analisis regresi. Jika interaksi yang diamati berpengaruh nyata, akan dilihat efek pupuk anorganik dalam setiap level pupuk organik. Pelaksanaan Penelitian Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan secara manual. Tanah diolah dan dibentuk menjadi bedengbedeng. Pada saat pengolahan tanah diberikan pupuk kandang sesuai dosis perlakuan. Pupuk kandang ayam diberikan sesuai perlakuan dengan cara disebar merata di atas bedengan yang sudah terbentuk kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul agar pupuk kandang ayam dan tanah tercampur. Pemupukan anorganik dilakukan dua kali. Pada saat pindah tanam diberikan pupuk Urea dan KCl setengah dari dosis masing-masing perlakuan, serta pupuk SP36 sebanyak dosis penuh masing-masing perlakuan. Pada 4 minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea dan KCl setengah dosis perlakuan. Pupuk diaplikasikan melingkar pada setiap satu tanaman. Benih tomat disemai di dalam tray dengan media campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Tanah yang digunakan merupakan tanah yang diambil dari lahan yang bukan merupakan area pertanian. Media yang telah dicampur dihaluskan kemudian dianginkan selama tiga hari. Tray diletakkan di dalam rumah plastik, penyiraman dilakukan dua kali sehari. Bibit dipindahkan ke lapangan pada umur 20 hari atau 4-5 helai daun sudah tumbuh. Bibit ditanam dengan jarak tanam 0.6 m x 0.5 m. Bibit ditanam pada lubang tanam, satu bibit per lubang tanam. Pengajiran dilakukan pada satu minggu setelah tanam. Pengajiran dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah. Dilakukan pengikatan tanaman ke ajir sebanyak empat kali. Pengikatan menggunakan tali rapia dan dilakukan secara manual. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan secara manual menggunakan gembor jika tidak terjadi hujan selama dua hari berturut-turut. Penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali dengan cara

21 10 manual. Pewiwilan dilakukan dengan membuang daun-daun yang sudah rusak akibat layu, sudah tua maupun terkena penyakit serta tunas air. Upaya pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kuratif, yaitu dilakukan pengendalian jika pada lahan telah terjadi serangan hama dan penyakit yang diperkirakan perlu adanya tindakan pengendalian. Pestisida yang digunakan adalah pestisida dengan bahan aktif Famoxadona 22.5% + Cimoxanilo 30% dengan dosis 4 gram ha -1 dan konsentrasi 2.5 gram liter -1 dengan volume semprot 160 liter hektar -1. Penyemprotan dilakukan pada 5, 7 dan 9 MST. Pemanenan dilakukan dua kali seminggu pada saat buah mencapai tahap breakers. Tahap breakers merupakan tahap di mana kurang dari 10% permukaan buah tomat telah berubah warna dari hijau menjadi merah. Panen pada tahap breakers umum digunakan untuk buah tomat yang akan dipasarkan dalam keadaan segar yang akan didistribusikan ke berbagai wilayah. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali untuk pertumbuhan vegetatif, peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan terhadap produktivitas dilakukan pada saat tanaman tomat dapat dipanen dengan peubah meliputi bobot perbuah, diameter buah, bobot buah pertanaman, bobot buah per petak. estimasi bobot buah per hektar, dan pengkelasan buah. Peubah tinggi tanaman diukur dua minggu sekali sejak dua hingga delapan minggu setelah transplant dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang sudah terbuka sempurna. Bobot buah rata-rata diukur satu persatu menggunakan timbangan. Diameter buah rata-rata diukur satu persatu dengan menggunakan jangka sorong. Buah yang diamati untuk peubah bobot buah dan diameter buah rata-rata adalah buah hasil dari tanaman contoh. Hasil pertanaman dihitung dari total bobot buah pertanaman contoh. Hasil per petak didapat dari bobot total buah dari masingmasing petak kemudian dikonversikan ke estimasi hasil per hektar.

22 11 Estimasi hasil per hektar dikonversi ke hasil panen relatif (%). Hasil panen relatif (%) merupakan perbandingan antara estimasi hasil panen per hektar suatu perlakuan dengan estimasi hasil per hektar yang tertinggi dari semua perlakuan yang diberikan (di mana 0 = tanpa hasil dan 100 = hasil panen tertinggi). estimasi hasil per hektar perlakuan x Hasil panen relatif (%) = x 100% estimasi hasil per hektar perlakuan tertinggi Dilakukan pengkelasan terhadap buah tomat hasil panen dengan deskripsi kelas sebagai berikut; kelas A: diameter >60 mm dan keadaan buah mulus, kelas B: diameter mm dan keadaan buah mulus atau sedikit rusak, kelas C: diameter <40 mm atau buah rusak layak konsumsi (Nurtika dan Abidin, 1997). Pengkelasan dilakukan dengan melakukan pengukuran buah hasil panen satu persatu menggunakan jangka sorong dan pengamatan visual untuk menilai mutu buah. Pengkelasan bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas buah yang dihasilkan dan kelayakan buah untuk didistribusikan ke pasar.

23 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika dari Maret sampai Juli 2011, suhu rata-rata di Pasir Sarongge adalah 20 C, suhu maksimum 27 C, dan suhu minimum 15 C. Kelembaban relatif rata-rata adalah 78%. Lama penyinaran ratarata adalah 48% atau 4.8 jam perhari. Lama penyinaran yang dimaksud adalah persentase lama penyinaran matahari persepuluh jam. Penyakit yang teramati pada petak percobaan adalah layu bakteri, dan ToMV. Layu bakteri disebabkan oleh Phytophtora infestans. ToMV atau Tomato Mozaic Virus dengan gejala tanaman kerdil, daun berbercak kekuningan, berkerut, dan keriting (Jones, 2008). Hama yang menyerang petak percobaan antara lain belalang (Oxya sp.), ulat buah (Helicoperva zea), dan ulat (Spodoptera sp.). Intensitas serangan yang terjadi pada lahan percobaan adalah sebesar 5%. Pada saat pembentukan buah, teramati kecacatan pada buah. Beberapa dari kecacatan ini seperti cracking, catfacing, blossom end rot, dan malformasi buah. Intensitas serangan yang terjadi adalah sebesar 3%. Hasil Analisis Tanah Karakteristik tanah lokasi dilaksanakan penelitian disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menggambarkan karakteristik fisika dan kimia dari tanah yang digunakan dalam penelitian. Tanah temasuk kelas tekstur liat akibat fraksi liat yang mencapai 70%, fraksi debu hanya 16% dan fraksi pasir hanya 14%. 12

24 13 Tabel 2. Analisis Tanah Lokasi Percobaan Pasir Sarongge, Cianjur 2011 Ciri Tanah Nilai Interpretasi Tekstur: pasir debu 14 % 16 % liat liat 70% ph tanah 5.7 cukup masam C 3.86 % rendah N 0.41 % sedang C/N 9 rendah P 2 O ppm tinggi K 2 O Morgan 169 ppm sedang Ca cmol c /kg tinggi Mg 1.28 cmol c /kg sedang Na 0.2 cmol c /kg rendah KTK cmol c /kg tinggi KB >100% tinggi Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor, Kemasaman tanah (ph) 5.7 (cukup masam), kandungan karbon (C) 3.86 % (rendah), kandungan nitrogen (N) 0.41% (sedang) serta nisbah karbon dan nitrogen (C/N) sebesar 9 (rendah). Kandungan P 2 O ppm (sangat tinggi) dan 169 ppm K 2 O (sedang) cmol c /kg Ca (tinggi), 1.28 cmol c /kg Mg (sedang), 0.33 cmol c /kg K (rendah) dan 0.2 cmol c /kg Na (rendah). Kapasitas tukar Kation (KTK) 15.7 cmol c /kg (tinggi) dan kejenuhan basa (KB) >100% (tinggi). Menurut Jones (2008) tanaman tomat tumbuh baik pada tanah dengan ph 5.5 sampai 6.8, namun ph yang optimal adalah 6.0 sampai 6.5. Secara umum, tanaman tomat akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, tanah dengan interpretasi kandungan hara makro P, K, Ca dan Mg sedang hingga tinggi. Tanaman tomat membutuhkan tanah yang mengandung hara mikro Fe, Mn dan Zn dalam jumlah yang tinggi, sedangkan hara makro N, Mg, P, S dan hara mikro B dan Cu dalam jumlah sedang. Dinilai dari kesesuaiannya, lahan yang digunakan cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman tomat.

25 14 Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Pertumbuhan vegetatif diamati dengan mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman tomat pada beberapa tingkat umur dan pada beberapa perlakuan dosis pupuk organik dan pupuk anorganik masing-masing disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta jumlah daun disajikan pada Tabel 5. Perlakuan pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 hingga 6 MST (Tabel 3). Pupuk organik berupa pupuk kandang ayam memberikan respon kuadratik pada 2 dan 4 MST serta respon linier pada 6 MST. Pupuk anorganik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST, namun memberikan respon linier pada 4 dan 6 MST.. Tabel 3. Respon Tinggi Tanaman (cm) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik pada 2, 4, 6 dan 8 MST Perlakuan Pupuk Organik (ton ha -1 ) Taraf Minggu Setelah Tanam (MST) Respon L**Q* L**Q** L** - Pupuk Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) Respon tn L** L* - Interaksi tn tn tn * Keterangan: * berbeda nyata pada taraf p<0.05 ** berbeda nyata pada taraf p<0.01 L linier Q kuadratik tn tidak nyata Interaksi antara pupuk organik dengan anorganik terjadi pada 8 MST. Tidak terdapat interaksi antara pupuk organik dan pupuk anorganik yang diberikan terhadap tinggi tanaman pada 2, 4 dan 6 MST. Karena terdapat

26 15 interaksi pada minggu ke 8, maka respon tinggi tanaman pada setiap taraf dosis pupuk organik dan anorganik dibahas terpisah, disajikan pada Tabel 4. Pupuk Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada Tinggi Tanaman (cm) Umur 8 MST Pupuk Organik (ton ha-1) Respon L** L** tn Keterangan: * berbeda nyata pada taraf p<0.05 ** berbeda nyata pada taraf p<0.01 L linier Q kuadratik tn tidak nyata Pengaruh interaksi pupuk organik dengan anorganik pada tinggi tanaman umur 8 MST disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 1. Pupuk anorganik sebanyak 0% dan 75% dosis anjuran menunjukkan respon yang linier, sedangkan pupuk anorganik 150% dosis anjuran tidak berpengaruh nyata. Pada respon yang ditunjukkan oleh 0% dan 75% dosis anjuran, penambahan dosis pupuk organik akan menurunkan kebutuhan terhadap pupuk anorganik. Pada 8 MST tinggi tanaman 120 cm dapat dicapai dengan pemberian 75% dosis anjuran pupuk anorganik dan ton ha -1 pupuk organik. Tinggi tanaman 120 cm pada 8 MST juga bisa diperoleh dengan pemberian pupuk anorganik 0% dosis anjuran dan pupuk organik sebanyak ton ha -1. Berdasarkan hasil penelitian, pupuk anorganik 75% dosis anjuran masih lebih baik dibandingkan 0% dosis anjuran. Pada hasil penelitian ini belum terdapat titik potong antara respon pupuk anorganik 0% dan 75% dosis anjuran. Namun jika dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis pupuk organik yang lebih tinggi, kemungkinan akan diperoleh titik potong di mana pada dosis tertentu pupuk organik, pupuk anorganik 0% dosis anjuran akan menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan pupuk anorganik 75% dosis anjuran.

27 Tinggi Tanaman (cm) y = 0,570x + 109,9 R² = 0,464 y = 0,912x + 92,61 R² = 0, tanpa pupuk anorganik , Linear (tanpa pupuk anorganik) Linear ( ,5) Pupuk Organik (ton ha -1 ) Gambar 1. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada Tinggi Tanaman Umur 8 MST Pada variabel tinggi tanaman, pupuk organik mampu meningkatkan ketersediaan dan efisiensi penyerapan hara dari pupuk anorganik yang diberikan ke tanah sehingga kebutuhan akan pupuk anorganik menurun. Hara yang ditambahkan ke tanah bisa dimanfaatkan dengan lebih baik oleh tanaman. Pada penelitian ini, interaksi antara pupuk organik dan pupuk anorganik hanya terjadi pada variabel tinggi tanaman 8 MST, sehingga secara umum belum bisa disimpulkan bahwa penambahan pupuk organik mampu menurunkan kebutuhan pupuk anorganik. Belum bisa diketahui bagaimana efek kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap budidaya tomat hibrida secara umum. Penelitian ini juga mengamati respon jumlah daun pada setiap taraf dosis pupuk organik dan anorganik yang disajikan dalam Tabel 5. Pupuk organik yang diberikan memberikan respon yang linier terhadap jumlah daun pada 2, 4 dan 8 MST serta tidak berpengaruh nyata pada 6 MST. Pupuk anorganik yang diberikan tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat. Tidak terdapat interaksi antara pupuk organik dengan anorganik yang diberikan pada jumlah daun yang diamati pada penelitian ini.

28 17 Tabel 5. Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Perlakuan Organik (ton ha -1 ) Minggu Setelah Tanam (MST) Taraf Respon L** L** tn L* Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) Respon tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn Keterangan: * berbeda nyata pada taraf p<0.05 ** berbeda nyata pada taraf p<0.01 L linier Q kuadratik tn tidak nyata Bobot Buah Pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap bobot buah per petak (kg), estimasi bobot buah per hektar (ton) dan hasil panen relatif (%) disajikan pada Tabel 6. Pupuk organik yang diberikan pada percobaan ini memberikan respon kuadratik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif, sedangkan pupuk anorganik menunjukkan respon yang linier. Tidak ada interaksi di antara perlakuan dosis pupuk yang diberikan sehingga hanya dibahas efek tunggal yang dihasilkan oleh pupuk organik dan anorganik. Respon pupuk organik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif disajikan pada Gambar 2. Pupuk organik yang diberikan berpengaruh terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif. Ketiga variabel tersebut menunjukkan respon kuadratik terhadap peningkatan dosis pupuk organik yang diberikan. Respon kuadratik yang ditunjukkan menandakan bahwa terdapat dosis optimal di mana

29 18 penambahan dosis pupuk organik justru akan menurunkan hasil panen relatif. Penambahan dosis pupuk organik melebihi dosis optimal akan menyebabkan kelebihan hara yang berakibat pada penurunan hasil panen. Tabel 6. Respon Bobot Buah Per Petak (kg), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (ton) dan Hasil Panen Relatif (%) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Perlakuan Taraf Bobot Buah Perpertak (kg) Estimasi Bobot Buah Per Hektar (ton) Hasil Panen Relatif (%) Organik (ton ha -1 ) Respon L**Q* L**Q* L**Q* Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) Respon L** L** L** Interaksi tn tn tn Keterangan: * berbeda nyata pada taraf p<0.05 ** berbeda nyata pada taraf p<0.01 L linier Q kuadratik tn tidak nyata Pada Gambar 2 disajikan respon bobot buah per petak (a), estimasi bobot buah per hektar (b) dan hasil panen relatif (c) pada berbagai taraf dosis pupuk organik. Respon kuadratik yang ditandai dengan adanya titik balik pada kurva menunjukkan bahwa ada dosis optimal yang akan menghasilkan bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif yang maksimal. Pada Gambar 2.A disajikan pola respon kuadratik yang ditunjukkan oleh bobot buah per petak terhadap penambahan dosis pupuk organik. Bobot buah per petak maksimal yang diperoleh pada penelitian ini adalah kg buah tomat segar per petak. Respon estimasi bobot buah per hektar terhadap penambahan dosis pupuk organik ditampilkan pada gambar 2.B. Estimasi bobot buah per hektar maksimal yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar ton per hektar.

30 19 Bobot Buah Perpetak (kg) y = -0,010x 2 + 0,517x + 10,73 R² = 0, Pupuk Organik (ton ha -1 ) (A) Estimasi Bobot Buah Perhektar (ton) y = -0,014x 2 + 0,689x + 14,31 R² = 0, Pupuk Organik (ton ha -1 ) (B) Hasil Panen Relatif (%) y = -0,044x 2 + 2,145x + 44,52 R² = 0, Pupuk Organik (ton ha -1 ) (C) Gambar 2. Respon Bobot Buah Per Petak (A), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (B) dan Hasil Panen Relatif (C) pada Berbagai Taraf Dosis Pupuk Organik

31 20 Pada Gambar 2.C digambarkan pola respon kuadratik yang ditunjukkan oleh hasil panen relatif terhadap penambahan dosis pupuk organik. Dosis optimal pupuk kandang ayam adalah sebesar ton ha -1. Dosis optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan regresi yang diperoleh dari analisis statistik. Peningkatan pemberian dosis pupuk organik melebihi ton ha -1 justru akan menurunkan hasil panen tomat. Koefisien determinasi atau r square dari ketiga persamaan tergolong rendah yaitu hanya sebesar 36.3%. Koefisien determinasi sebesar 36.3% berarti bahwa persamaan regresi yang diperoleh mampu menjelaskan sebaran data yang diperoleh dengan ketepatan sebesar 36.3%. Perkiraan bobot buah panen yang akan diperoleh jika diberikan dosis tertentu pupuk organik dengan menggunakan persamaan regresi yang tercantum pada Gambar 2 akan memiliki peluang ketepatan 36.3%. Persamaan mampu menjelaskan 36.3% pengaruh pupuk organik terhadap hasil panen relatif, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar persamaan. Angka koefisien determinasi yang rendah bisa dikarenakan berbagai faktor, di antaranya pupuk anorganik yang diberikan, faktor lingkungan atau galat yang ditimbulkan oleh lingkungan serta kurangnya sampel data yang diamati. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pada Tabel 6 dan Gambar 2 analisis dilakukan terhadap efek tunggal dari pupuk organik terhadap hasil panen relatif karena tidak terdapat interaksi antara pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap hasil panen relatif. Meskipun tidak terdapat interaksi, titik-titik sebaran data pada Gambar 2 tetap dipengaruhi oleh perlakuan pupuk anorganik. Misalnya pada perlakuan pupuk organik 0 ton ha -1, titik-titik data pengamatan yang dimasukkan merupakan hasil panen relatif perlakuan pupuk organik 0 ton ha -1 pada berbagai taraf dosis pupuk anorganik. Penambahan jumlah sampel yang diamati akan menghasilkan titik-titik hasil pengamatan yang lebih banyak, dengan penambahan sampel diharapkan angka koefisien determinasi bisa meningkat. Hasil panen buah segar tomat sebanyak ton ha -1 masih tergolong rendah karena berdasarkan deskripsi varietas potensi hasil tomat hibrida Marta adalah sebesar ton ha -1 namun masih lebih tinggi dibandingkan

32 21 produktivitas rata-rata Jawa barat yaitu 20 ton ha -1. Salah satu faktor yang paling mungkin menyebabkan rendahnya hasil adalah faktor lingkungan yang tidak bisa dikendalikan, seperti lama penyinaran matahari, curah hujan yang tinggi dan suhu di lokasi penelitian. Penyinaran matahari yang terlalu singkat mengakibatkan menurunnya kemampuan fotosintesis dan transpirasi tanaman. Penurunan kemampuan tanaman dalam berfotosintesis dan bertranspirasi akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil tanaman tomat. Menurut Jones (2008) meskipun lama penyinaran tidak berpengaruh terhadap pembungaan tanaman tomat, lama penyinaran sangat berpengaruh terhadap hasil. Curah hujan yang terlalu tinggi juga bisa menjadi penyebab rendahnya hasil. Tanaman tomat membutuhkan air yang banyak, namun tidak dalam jumlah yang berlebihan. Akar tanaman tomat tidak mampu berfungsi dengan baik pada kondisi tergenang (anaerobik). Apabila air di sekitar akar sangat banyak, pertumbuhan tanaman tomat akan terhambat, muncul bunga terlambat, bunga sedikit dan jumlah buah akan menurun. Ketika jumlah air tersedia tidak konsisten, akan banyak terjadi kecacatan pada buah seperti cracking dan blossom-end-rot. Secara umum suhu yang dibutuhkan tanaman tomat agar tumbuh, berkembang dan berbuah dengan baik adalah 18.5 C dan 26.5 C. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika, dari Maret sampai Juli 2011 suhu rata-rata di Pasir Sarongge adalah 20 C, suhu maksimum 27 C, dan suhu minimum 15 C. Suhu minimum di lokasi penelitian berada di bawah rentang suhu yang dibutuhkan tomat untuk tumbuh, berkembang dan berbuah dengan baik. Pupuk anorganik yang diberikan memberikan respon linier terhadap hasil per petak, estimasi hasil per hektar dan hasil panen relatif. Respon linier menunjukkan bahwa belum bisa ditentukan dosis optimal karena variabel yang diamati masih akan meningkat seiring penambahan dosis pupuk anorganik yang diberikan. Respon yang masih linier bisa dikarenakan dosis pupuk anorganik yang digunakan kurang tinggi, rentang dosis yang digunakan terlalu sedikit atau jaraknya terlalu jauh.

33 22 Pengkelasan Buah Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap bobot buah per petak berdasarkan kelas. Dilakukan pengkelasan terhadap buah tomat hasil panen dengan deskripsi kelas sebagai berikut; kelas A: diameter >60 mm dan keadaan buah mulus, kelas B: diameter mm dan keadaan buah mulus atau sedikit rusak, kelas C: diameter <40 mm atau buah rusak layak konsumsi. Pengkelasan terhadap buah dilakukan untuk mengetahui kelayakan buah untuk didistribusikan ke pasar. Buah dengan kelas A lebih ditujukan untuk supermarket atau pasar yang akan memberikan harga jual tomat yang tinggi. Kelas B ditujukan untuk pasar rakyat. Sedangkan kelas C untuk pasar rakyat namun dengan harga jual yang lebih rendah dibandingkan kelas B. Berdasarkan hasil analisis (Tabel 7), pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot buah kelas A dan B, namun tidak berpengaruh terhadap bobot buah kelas C. Dosis pupuk organik memberikan respon linier pada bobot buah kelas A dan kuadratik pada bobot buah kelas B, sedangkan dosis pupuk anorganik memberikan respon linier pada bobot buah kelas A maupun kelas B. Tabel 7. Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Perlakuan Organik (ton ha -1 ) Taraf Bobot Buah Per Petak (gram) Kelas A Kelas B Kelas C Respon L* L**Q** tn Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) Respon L** L** tn Interaksi tn tn tn Keterangan: * berbeda nyata pada taraf p<0.05 ** berbeda nyata pada taraf p<0.01 L linier Q kuadratik tn tidak nyata

34 23 Respon bobot hasil kelas A, B dan C (gram) pada berbagai taraf dosis pupuk organik (ton ha -1 ) disajikan pada Gambar 3. Bobot buah kelas A masih menunjukkan respon yang linier, sehingga kemungkinan total bobotnya akan terus meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk organik yang diberikan. Sedangkan bobot buah kelas B menurun apabila dosis yang diberikan sudah melewati dosis optimal bagi buah kelas B yaitu sebesar 19,99 ton ha -1. Pupuk organik yang diberikan tidak berpengaruh terhadap bobot buah kelas C. Bobot hasil (gram) y = x x R² = y = 73.30x R² = Grade A Grade B Grade C Linear (Grade A) Poly. (Grade B) Pupuk Organik (ton ha -1 ) Gambar 3. Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Berbagai Taraf Dosis Pupuk Organik (ton ha -1 ) Ukuran Buah Berdasarkan hasil analisis (Tabel 8) tidak terdapat pengaruh dari pupuk organik dan anorganik terhadap variabel diameter dan bobot buah rata-rata. Pengamatan terhadap diameter dan bobot buah rata-rata diamati pada setiap buah hasil panen pada semua tanaman contoh. Tidak ada perbedaan diameter dan bobot buah yang dihasilkan oleh berbagai taraf dosis pupuk organik dan anorganik. Meskipun berpengaruh terhadap bobot buah kelas A dan kelas B, pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik yang diberikan ternyata tidak berpengaruh terhadap diameter dan bobot buah rata-rata. Hal ini dikarenakan buah kelas A dan kelas B yang dihasilkan jumlahnya tidak terlalu berbeda jauh berbeda sehingga analisis

35 24 statistik menyatakan tidak ada pengaruh nyata yang dihasilkan oleh perlakuan pupuk organik dan anorganik. Tabel 8. Respon Diameter Buah Rata-rata (mm) dan Bobot Buah Rata-rata (gram) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik Perlakuan Taraf Diameter Buah Bobot Buah Rata-rata (mm) Rata-rata (gram) Organik (ton ha-1) Respon tn tn Anorganik (N-P 2 O 5 -K 2 O kg ha -1 ) , Respon tn tn Interaksi tn tn Keterangan: tn tidak nyata Pembahasan Dosis optimal diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Pemupukan harus tepat dosis agar tanaman tidak kekurangan atau kelebihan hara. Menurut Taiz and Zeiger (2002) respon hasil terhadap pemupukan membentuk kurva di mana respon pertumbuhan atau hasil terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama adalah zona defisiensi dimana peningkatan ketersediaan hara secara langsung berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan atau hasil. Saat ketersediaan hara terus meningkat, terdapat titik kritikal dimana penambahan nutrisi tidak lagi berhubungan dengan penambahan pertumbuhan atau hasil namun terefleksi pada meningkatnya konsentrasi pada jaringan. Zona ini disebut zona kecukupan. Jika konsentrasi pada jaringan terus meningkat melewati zona kecukupan, pertumbuhan dan hasil akan menurun akibat keracunan (zona toksik). Dosis optimal pupuk kandang ayam petelur yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah ton ha -1. Bobot buah per petak maksimal yang diperoleh adalah kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar adalah ton ha -1 buah tomat segar. Rekomendasi yang didapatkan dari penelitian ini bisa digunakan untuk daerah di sekitar lokasi dilaksanakan

36 25 penelitian atau daerah-daerah lain yang jenis tanahnya relatif sama dengan tanah di lokasi pelaksanaan penelitian ini. Rekomendasi dosis optimal pupuk kandang ayam ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap berbagai variabel pertumbuhan dan hasil panen. Dosis yang direkomendasikan merupakan dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap hasil panen relatif (Tabel 6) tanpa mengesampingkan variabel-variabel lain seperti tinggi tanaman (Tabel 3), jumlah daun (Tabel 5), hasil per petak dan estimasi hasil panen per hektar (Tabel 6) serta bobot buah kelas A, B dan C (Tabel 7). Rekomendasi dosis optimal pupuk kandang ayam masih memiliki angka koefisien determinasi yang rendah. Untuk mendapatkan angka koefisien determinasi yang lebih tinggi diperlukan penelitian lanjutan untuk menambah jumlah sampel sehingga rekomendasi dosis memiliki angka kepercayaan yang tinggi dan bisa dilepaskan ke petani. Penggunaan hasil panen relatif dalam menentukan dosis optimal bertujuan agar peneliti lain bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai tambahan data. Dosis pupuk anorganik terbaik belum bisa ditentukan dari penelitian ini. Secara umum pupuk anorganik masih menunjukkan respon linier terhadap tinggi tanaman (Tabel 3), hasil panen relatif, hasil per petak dan estimasi hasil panen per hektar (Tabel 6) serta bobot buah kelas A dan B (Tabel 7). Respon linier menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk anorganik masih akan meningkatkan hasil pengamatan terhadap variabel-variabel tersebut. Namun pupuk anorganik yang diberikan tidak berpengaruh terhadap variabel jumlah daun (Tabel 5), bobot buah kelas C (Tabel 7), serta diameter dan bobot buah rata-rata (Tabel 8). Pada penelitian ini, interaksi antara pupuk organik dan pupuk anorganik hanya terjadi pada variabel tinggi tanaman 8 MST, sehingga secara umum belum bisa disimpulkan bahwa penambahan pupuk organik mampu menurunkan kebutuhan pupuk anorganik. Belum bisa diketahui bagaimana efek kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap budidaya tomat hibrida secara umum.

37 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini telah mendapatkan dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Namun untuk pupuk anorganik, belum ditemukan adanya dosis optimal yang memberikan pengaruh terbaik. Interaksi antara pupuk organik dan anorganik yang diberikan hanya terjadi pada variabel tinggi tanaman saat 8 MST. Dosis pupuk kandang ayam optimal adalah ton ha -1. Bobot buah per petak maksimal adalah kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar masksimal sebesar ton ha -1. Dosis optimal ditentukan dari dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap hasil panen relatif. Dengan pemberian pupuk kandang ayam sebanyak dosis optimal yang disarankan, pertumbuhan tanaman tomat cukup baik, bobot buah kelas A dan kelas B yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Dosis pupuk kandang yang diberikan tidak berpengaruh terhadap diameter dan bobot buah rata-rata. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini dengan perlakuan dosis pupuk kandang ayam petelur untuk menambah nilai koefisien determinasi sehingga rekomendasi dosis bisa lebih diterima oleh pengguna. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian dengan dosis pupuk anorganik yang lebih tinggi, rentang kelas yang lebih banyak atau jarak yang lebih kecil agar bisa diperoleh dosis pupuk anorganik terbaik. Penelitian sebaiknya dilakukan di lokasi yang berdekatan atau pada jenis tanah yang relatif sama. 26

38 DAFTAR PUSTAKA Ayeni, L. S., Omole T. O., E. O. Adeleye and S. O. Ojeniyi Integrated application of poultry manure and NPK fertilizer on performance of tomato in derived savannah transition zone of Southwest Nigeria. Science and Nature 8(2): Badan Pusat Statistik Produksi Sayuran di Indonesia. Costa, J. M. and E. Heuvelink Introduction: The tomato crop and industry In E. Heuvelink (Eds.). Tomatoes, Crop Production Science in Horticulture:13. CABI Publishing, Wallingford, UK Csizinszky, A. A Production in the open field In E. Heuvelink (Eds.). Tomatoes, Crop Production Science in Horticulture:13. CABI Publishing, Wallingford, UK [Deptan] Departemen Pertanian Budidaya Tomat. Dirjen Bina Produksi Hortikultura Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman. [Deptan] Departemen Pertanian Produktivitas Tomat menurut Provinsi. Dirjen Bina Produksi Hortikultura Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman. Djazuli, M. dan J. Pitono Pengaruh jenis dan taraf pupuk organik terhadap produksi dan mutu purwoceng. Jurnal LITTRI 15(1): Ewulo, B. S., Ojeniyi S. O., and Akanni, D.A Effect of poultry manure on selected soil physical and chemical properties, growth, yield and nutrient status of tomato. Afr. J. Agric. Res. 3(9): Ghorbani, R., A. Koocheki, M. Jahan, and G.A. Asadi Impact of organic amendments and compost extract on tomato production and storability in agroecological systems. Agron. Sustain. Dev. 28: Gomez, K. A. dan A. A. Gomez Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. (Endang S. Dan Justika S. B., Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 p. Herencia, J. F., J.C. Ruiz-Porras, S. Melero, P. A. Garcia-Galavis, and E. Morillo Comparison between organic and mineral fertilization for soil fertility levels, crop macronutrient concentrations and yield. Agron. J. 99(4): Jones, J. B Tomato Plant Culture: in the Field, Greenhouse and Home Garden. Taylor and Francis Group. USA. 399 p. Kandil, H. and N. Gad Response of tomato plants to sulphur and organik fertilizer. Int. J. Academic Res. 2(3):

39 28 Nurtika, N. dan Z. Abidin Budidaya tanaman tomat Dalam A. S. Duriat (Ed). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung Odoemena, C. S. I Effect of poultry manure on growth, yield and chemical composition of tomato (Lycopersicon esculentum, Mill) cultivars. Int. J. Natur. Appl. Sci. 1(1): Ogbomo, L. K. E Comparison of growth, yield performance and profitability of tomato (Solanum lycopersicon) under different fertilizer types in humid forest ultisols. Int. Res. J. Agric. Sci. Soil Sci. 1(8): Ouda, B. A. and A.Y. Mahadeen, Effect of fertilizers on growth, yield, yield components, quality and certain nutrient contents in broccoli (Brassica oleracea). Int. J. Agri. Biol. 10: Plaster, J. E Soil Science and Management. Delmar Publishers Inc.. New York, USA. 514 p. Singer, J. and D. N. Munns Soils: an Introduction. Pearson Education, Inc.. New Jersey. 446 p. Supardi, G Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 588 hal. Suradi Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dengan Pemberian Perekat Pestisida dan Pupuk Kandang Ayam. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45 hal. Taiz, L. and E. Zeiger Plant Physiology, third edition. Sinaeur. Sunderland. 690 p. Tonfack, L. B., A. Bernadac, E. Youmbi, V. P. Mbouapouognigni, M. Ngueguim, and A. Akoa Impact of organic and inorganic fertilizers on tomato vigor, yield and fruit composition under tropical andosol soil conditions. Fruits 64(3):

40 29 LAMPIRAN

41 30 Lampiran 1. Data Cuaca Harian di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung Tanggal Suhu Rata-rata RH Maret CH Penyinaran Matahari Suhu Rata-rata RH April CH Penyinaran Matahari (ºC) (%) (mm) (%) (ºC) (%) (mm) (%) Sumber: Stasiun Cuaca, Pasir Sarongge, Cipanas Keterangan: RH kelembaban relatif CH curah hujan Penyinaran matahari diukur dari jam

42 31 Lampiran 1. Data Cuaca Harian di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung (lanjutan) Tanggal Suhu Rata-rata RH Mei CH Penyinaran Matahari Suhu Rata-rata RH Juni CH Penyinaran Matahari (ºC) (%) (mm) (%) (ºC) (%) (mm) (%) Sumber: Stasiun Cuaca, Pasir Sarongge, Cipanas Keterangan: RH kelembaban relatif CH curah hujan Penyinaran matahari diukur dari jam

43 32 Lampiran 1. Data Cuaca Harian di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung (lanjutan) Tanggal Suhu Rata-rata RH Juli CH Penyinaran Matahari (ºC) (%) (mm) (%) Sumber: Stasiun Cuaca, Pasir Sarongge, Cipanas Keterangan: RH = kelembaban relatif CH = curah hujan Penyinaran matahari diukur dari jam

44 33 Lampiran 2. Data Cuaca Bulanan di Lokasi Penelitian Selama Penelitian Berlangsung Bulan Maret April Mei Juni Juli Curah hujan (mm) Hari hujan (hari) Suhu rata-rata ( C) Kelembaban relatif (%) Penyinaran matahari (%) Sumber: Stasiun Cuaca, Pasir Sarongge, Cipanas Lampiran 3. Konversi Hasil Panen Perpetak ke Estimasi Hasil Perhektar Estimasi Hasil Perhektar = Hasil Panen Perpetak x m2 Luas Petak x Jumlah Tan. Perpetak Jumlah Tan. yang Hidup = 20 kg x m2 20 x 7,5 m2 19 = 28,07 ton ha -1 Proses perhitungan di atas dimisalkan hasil panen perpetak sebanyak 20 kg dengan 19 dari 20 tanaman perpetak yang hidup.

45 34 Lampiran 4. Konversi Estimasi Hasil Perhektar ke Hasil Panen Relatif Contoh tabel: perlakuan estimasi hasil perhektar (ton) P1 U1 20 P1 U2 24 P1 U3 22 P2 U1 21 P2 U2 18 P2 U3 28 P12 U3 21 Untuk mencari hasil panen relatif dari perlakuan P1 U1, di mana P2 U3 merupakan perlakuan yang menghasilkan estimasi hasil perhektar tertinggi, proses perhitungan adalah sebagai berikut: Hasil Panen Relatif P1 = = Estimasi Hasil Perhektar P1 U1 Estimasi Hasil Perhektar P2 U x 100% x 100% = 71,42 %

46 a b c d Lampiran 5. Kondisi Tanaman pada 0 MST (a), 5 MST (b), 10 MST (c) dan 15 MST (d) 35

47 36 a b c d e Lampiran 6. Kecacatan Buah yang Disebabkan Kondisi Lingkungan: (a) Cracking Konsentris, (b) Cracking Radial, (c) Catface, (d) Blossom End Rot dan (e) Malformasi Buah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.)

Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.) Optimasi Dosis Pupuk dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.) Dosage Optimization of Inorganic Fertilizer and Chicken Manure in Hybrid Tomato Cultivation (Lycopersicon

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) The Addition of Anorganic and Liquid Organic Fertilizer to the Growth

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dilakukan mulai Desember 2006 sampai dengan Desember 2007. Percobaan dilaksanakan di dua tempat. Percobaan lapang dilakukan di kebun percobaan Sustainable Agriculture

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Tujuan Penelitian.. 4 1.3 Landasan Teori. 5 1.4 Kerangka Pemikiran. 7 1.5 Hipotesis...12 II. TINJAUAN PUSTAKA... 13 2.1

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman bawang merah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci