BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar1. 1 Jumlah Pengangguran di Indonesia dari Februari Agustus 2015

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya bertambah. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan menimbulkan suatu permasalahan, salah satunya adalah menyempitnya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran. Kondisi tersebut tentu saja akan berdampak buruk bagi pembangunan dan stabilitas nasional. Gambar1. 1 Jumlah Pengangguran di Indonesia dari Februari Agustus 2015 Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik Indonesia) (2015) Berdasarkan grafik diatas, data BPS (Badan Pusat Statistik Indonesia), jumlah pengangguran pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, mengalami peningkatan 320 ribu jiwa dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 7,24 juta orang. Sementara jika dibandingkan dengan Februari 2015 bertambah 110 ribu jiwa. Pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Agustus 2015 menjadi 6,4 persen dibanding Agustus 2014 yang hanya 5.65 persen. Kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global seperti pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan memperhadapkan para lulusan perguruan tinggi untuk bersaing secara bebas dengan para lulusan perguruan tinggi 1

2 2 asing. Pengangguran ini bukanlah hasil sebuah pilihan untuk tidak bekerja, tetapi akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan, terutama di kota-kota besar. Masalah-masalah diatas sebenarnya dapat diperkecil dengan cara berwirausaha. Sebelumnya dalam pidatonya pada acara National Summit pada tahun 2009, mantan Presiden SBY pernah menjelaskan bahwa kewirausahaan menjadi salah satu kunci yang diperlukan dalam mencapai tujuan program yang disebutnya pro-growth (pertumbuhan), pro-job (lapangan kerja), dan pro-poor (pengurangan kemiskinan). Entrepreneurship merupakan salah satu pilihan yang rasional mengingat sifatnya yang mandiri, sehingga tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang ada. Nistorescu dan Ogarca (2011:251) menyebutkan bahwa entrepreneurship secara universal diakui sebagai pilar perekonomian, faktor kunci untuk pengembangan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu Lambing dan Kuehl (2007:2) juga menyebutkan bahwa entrepreneurship merupakan sumber kekuatan ekonomi suatu negara. Dari definisi diatas maka entrepreneurship merupakan suatu solusi untuk mengatasi masalah perekonomian negara. Sementara Zoltan Acs (Dzulkifli, 2010) menambahkan bahwa kewirausahaan sekarang ini menjadi pusat (jawaban) dari berbagai pertanyaan mengenai kebijakan yang terkait dengan ilmu dan teknologi, keberlanjutan, kemiskinan, sumber daya manusia, penyerapan tenaga kerja, dan keunggulan komparatif regional. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk menangkap setiap peluang yang ada dalam dunia bisnis. Apabila Indonesia mampu melahirkan para entrepreneur yang tangguh maka sebagian besar permasalahan ekonomi akan dapat diatasi. Entrepreneur sendiri merupakan seseorang yang berusaha membuat kombinasi baru terhadap produk, proses, pasar, struktur organisasi dan pemasok (Lambing dan Kuehl, 2007:16). Dengan adanya entrepreneur yang tangguh dalam pasar akan membantu pembangunan perekonomian suatu negara dan juga menciptakan kemandirian ekonomi nasional. Ciputra (2009:32) juga menerangkan bahwa wirausaha merupakan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, karena dengan hanya berbekal ijazah tanpa kecakapan entrepreneurship, siapkanlah diri untuk antri pekerjaan karena saat ini pasokan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan peluang kerja yang tersedia.

3 3 Namun pada kenyataannya saat ini jumlah populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 0,43 % dari total populasi usia produktif, angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 %, Malaysia 5 %, dan Thailand 3 %, padahal idealnya jumlah wirausaha harus mencapai 2% dari total penduduk (SWA, 2015). Ini berarti Indonesia membutuhkan sekitar 3,7 juta wirausaha baru untuk mencapai angka ideal. Padahal Indonesia menghasilkan sekitar 700 ribu sarjana baru setiap tahunnya, dan memiliki kemampuan untuk melipatgandakan perekonomian Indonesia dan menekan jumlah pengangguran apabila mampu meningkatkan jumah wirausaha. Di tahun 2011 tercatat lebih mahasiswa mengikuti program sarjana wirausaha namun hanya 5.000an yang merealisasikannya. Dari 4,8 juta mahasiswa hanya 7,4 persen yang meminati wirausaha (Kemenkop UKM, 2012) Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas yang membantu pendidikan dan kemajuan perkembangan generasi muda, serta berhasil dalam menciptakan pendidikan berkualitas yang selaras dengan kebutuhan industri saat ini dan menciptakan mahasiswa lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global. Universitas Bina Nusantara yang tumbuh dari sekolah tinggi berbasis teknologi informasi, kini menjadi salah satu standar pemeringkatan universitas di tingkatan global. Untuk mempersiapkan lulusannya agar memiliki daya saing dan inovasi, Universitas Bina Nusantara saat ini memiliki fokus untuk mendorong dan mendukung para lulusannya untuk menjadi Entrepreneur atau wirausaha. Zimmerer (2008) menyatakan salah satu pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka. Pihak perguruan tinggi perlu menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang konkrit berdasar masukan empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha (Wu & Wu, 2008; Suherti &Sirine, 2011) Sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang menjadi standar bagi perguruan tinggi lainnya, Universitas Bina Nusantara dengan fokus mendorong para lulusannya untuk memiliki daya saing menargetkan setidaknya 2 dari 3 lulusannya akan menjadi seorang Entrepreneur atau bekerja di perusahaan Global.

4 4 Praktik dari target tersebut dilakukan dengan membuat suasana yang kondusif bagi tumbuhnya mahasiswa yang ingin membuka usaha, baik secara infrasutruktur dengan adanya BEC (Binus Entrepreneursip Center), dukungan para dosen entrepreneurship dan juga dosen mata kuliah lain yang selalu mendorong mahasiswa untuk kreatif dan inovatif dan juga suasana kampus yang baik selain itu Universitas Bina Nusantara juga mendukung secara program seperti membuat mata kuliah Entrepreneurship. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Ibu Indriana selaku Operational Section Head di Binus Entrepreneurship Center jumlah target mahasiswa yang terealisasi menjadi wirausaha di tahun 2014 adalah sebesar 15%. Dimana dibandingkan dengan target Universitas Bina Nusantara yaitu 2 dari 3 lulusannya akan menjadi seorang Entrepreneur atau bekerja di perusahaan Global, persentase 15% masih terbilang kecil. Hal ini diperkuat dengan data mahasiswa Manajemen yang mengambil program start up dan telah dinyatakan lulus pada tahun 2013 hanya berjumlah 9 mahasiswa dari total populasi 856 mahasiswa manajemen semester akhir yaitu berarti hanya berkisar sebesar 1% dari total populasi, sedangkan pada tahun 2014 hanya berjumlah 10 mahasiswa dari total populasi 715 mahasiswa manajemen semester akhir yaitu berarti hanya berkisar sebesar 1.4% dari total populasi (sumber : School of Business Management Universitas Bina Nusantara). Perbandingan jumlah mahasiswa start up dari tahun 2013 hingga 2014 dapat terlihat pada gambar 1.2. di bawah ini. Gambar 1. 2 Jumlah Mahasiswa Start Up Sumber : School of Business Management Universitas Bina Nusantara (2015)

5 5 Dimana diketahui bahwa jurusan Manajemen diharapkan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai entrepreneurship dibandingkan jurusan lain dan sedangkan dari data dan diagram 1.2 diketahui bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan pada jumlah mahasiswa manajemen semester akhir yang terdaftar di SOBM melakukan start up dari periode 2013 hingga Kewirausahaan sebagai perilaku yang terencana terkait dengan intensi yang dimiliki oleh seseorang. Krueger dan Carsrud (Vemmy,2012:119), menekankan bahwa intensi berwirausaha merupakan prediktor terbaik untuk perilaku berwirausaha. Selanjutnya Choo dan Wong (Vemmy, 2012:119) menyatakan bahwa intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha. Hasil penelitian Gorman et al. serta Kourilsky dan Walstad (Mopangga, 2014:79) juga menyatakan intensi berwirausaha pada diri mahasiswa adalah sumber berdirinya suatu usaha baru. Lee dan Wong (Mopangga, 2014:79) Intensi berwirausaha (entrepreneurial intention) dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang. Melihat dari pentingnya peran mahasiswa sebagai pelopor dalam mengembangkan semangat entrepreneurship dan rendahnya jumlah mahasiswa yang menjadi entrepreneur di Universitas Bina Nusantara khususnya pada jurusan manajemen pada semester akhir, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha. Metode Principal Factor Analysis digunakan untuk menerangkan struktur hubungan di antara variabelvariabel yang diamati dengan jalan membangkitkan beberapa faktor yang jumlahnya lebih sedikit dari pada banyaknya variabel asal (yang pada penelitian ini akan dieksplorasi dengan menggunakan metode in depth interview) misalnya dari 15 variabel menjadi 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable). Dengan melakukan penelitian menggunakan metode Principal Factor Analysis, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan Manajemen khususnya semester akhir Universitas Bina Nusantara dengan lebih ringkas sehingga pada akhirnya dapat menjadi acuan atau pertimbangan bagi Universitas Bina Nusantara dalam membuat atau merancang strategi untuk meningkatkan jumlah wirausaha mahasiswa jurusan Manajemen.

6 6 Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN ANGKATAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL FACTOR ANALYSIS Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang nantinya akan dicari penyelesaiannya. 1. Apa saja faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen angkatan Universitas Bina Nusantara? 2. Apa saja faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen angkatan Universitas Bina Nusantara setelah direduksi menggunakan metode Principal Factor Analysis? 1.3. Ruang Lingkup Masalah umum dalam topik penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor pembentuk intensi berwirausaha dan hasil reduksinya pada mahasiswa jurusan manajemen angkatan Universitas Bina Nusantara. Agar pembahasan topik penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut : 1. Objek penelitian ini adalah faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen Universitas Bina Nusantara. 2. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa/i manajemen dengan usia 20 tahun atau lebih yaitu mahasiswa/i jurusan manajemen angkatan yang berkuliah di Universitas Bina Nusantara. 3. Hasil analisis hanya digunakan sebagai informasi atau acuan dalam pengambilan keputusan bagi pihak universitas Tujuan Penelitian Tujuan Dari Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen angkatan Universitas Bina Nusantara.

7 7 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen angkatan Universitas Bina Nusantara setelah direduksi menggunakan metode Principal Factor Analysis Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi universitas dalam menetapkan strategi dari faktor-faktor yang telah didapatkan untuk membentuk intensi berwirausaha para mahasiswa khususnya jurusan Manajemen. 2. Bagi Penulis Membantu peneliti dalam menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk intensi berwirausaha pada mahasiswa jurusan manajemen Universitas Bina Nusantara dan hasil reduksi faktor pembentuk intensi berwirausaha menggunakan metode Principal Factor Analysis. Dengan demikian dapat menjadi saran dalam pengembangan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan teoritis yang telah dipelajari saat kuliah. 3. Bagi Pembaca Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi pihak yang tertarik dengan bidang penelitian ini State of the Art Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai referensi yang akan dijelaskan sebagai berikut: Penelitian pertama adalah penelitian dari Journal of Economics, Business and Management, Vol. 4, No. 2, February 2016 yang ditulis oleh Mai Ngoc Khuong dan Nguyen Huu An. Dalam penelitian tersebut, metode yang digunakan adalah factor analysis, multiple regressions dan path analysis dan menghasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada mahasiswa yaitu faktor prior entrepreneurial experience, external environment, perceived feasibility dan personal trait. Faktor prior entrepreneurial experience merupakan kontak dengan edukasi

8 8 kewirausahaan sebelumnya. Faktor external environment meliputi general environment (demografi, socio-cultural, tren teknologi) dan task environment (supplier, competitor, customer). Faktor perceived feasibility merupakan kepercayaan diri untuk memulai suatu usaha bisnis. Faktor personal trait meliputi kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan otonomi, dan tingkat energy. Penelitian kedua adalah penelitian dari International Journal of Business and Social Research, Volume 05, Issue 03, 2015 yang ditulis oleh Richard Denanyoh, Kwabena Adjei dan Gabriel Effah Nyemekye. Dalam penelitian tersebut, metode yang digunakan adalah uji korelasi pearson dan menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan intensi berwirausaha yaitu Educational Support, Family Support dan Structural Support. Faktor Educational Support merupakan dukungan pengetahuan yang diberikan universitas mengenai kewirausahaan. Faktor Family Support merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga dan teman untuk berwirausaha. Faktor structural support merupakan dukungan dari konteks budaya, sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Penelitian ketiga adalah penelitian dari International Journal of Engineering and Management Sciences,Vol 5 (3) 2014 yang ditulis oleh Darmanto Susetyo & Prasilowati Sri Lestari. Dalam penelitian tersebut, metode yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modelling) dan menghasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan yaitu faktor locus of control, risk taking propensity, subjective norms, entrepreneurial attitude dan self efficacy. Faktor locus of control meliputi keyakinan bahwa kerja keras akan menentukan keberhasilan, tidak menyerah pada kegagalan dan percaya pada kemampuan dibandingkan faktor keberuntungan. Faktor risk taking propensity meliputi kecenderungan berani mengambil resiko, bersedia mencoba hal baru, bersedia menggunakan metode baru, dan mengelola pinjaman investasi. Faktor subjective norms meliputi percaya pada peran keluarga pada start up bisnis, percaya akan dukungan dari orang terpenting serta percaya akan dukungan dari teman. Faktor entrepreneurial attitude meliputi membuat bisnis itu menarik, nyaman dengan pengembangan bisnis baru, cara pandang yang serius terhadap pengembangan bisnis, pandangan positif terhadap pengembangan bisnis. Faktor self-efficacy meliputi kepercayaan akan kemampuan diri dalam memulai suatu usaha, yakin memiliki kepemimpinan dan mental wirausaha, serta mampu memanfaatkan peluang. Sebagai

9 9 hasil akhir, Faktor locus of control dan risk taking propensity merupakan faktor yang paling mempengaruhi intensi berwirausaha. Penelitian keempat adalah penelitian dari International Journal of Social, Education, Economics and Management Engineering Vol.8 No yang ditulis oleh Abir S..., Eyad B. Al Zadjali, dan Zahran S. Al-Salti. Penelitian ini merupakan tinjauan pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha yaitu Personality Traitsrelated factors, Contextual-related factors, Motivational-related factors, dan Personal Background related factors. Faktor Personality trait related meliputi kepercayaan diri, kecenderungan mengambil resiko, kebutuhan akan pencapaian, internal locus of control, inovatif dan otonomi. Faktor contextual related meliputi budaya, sosial, ekonomi, politik dan dukungan. Faktor motivational-related meliputi keinginan akan pendapatan lebih tinggi, keinginan akan keamanan, keinginan akan status. Faktor personal background related meilputi usia, jenis kelamin, edukasi, latar belakang keluarga, dan pengalaman bisnis. Penelitian kelima adalah penelitian dari Intenational Journal of Business and Management Invention. Volume 2 Issue 4 April 2013 yang ditulis oleh Kenneth Chukwojioke Agbim, Godday Oriemgbe Oriarewo dan Michael Owocho. Metode penelitian yang digunakan adalah perhitungan mean, standard deviation dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah faktor kreativitas, akses pada modal, latar belakang keluarga, efikasi diri, pengalaman bisnis, pengaruh dari teman, pembelajaran kewirausahaan, kecenderungan mengambil resiko, usia, kursus yang dipelajari serta etnis. Dimana faktor yang paling mempengaruhi intensi berwirausaha adalah faktor kreativitas. Selain itu, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa intensi berwirausaha meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian keenam adalah penelitian dari Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012 yang ditulis oleh Rano Aditia Putra. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis faktor Principal component analysis. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang menentukan intensi berwirausaha adalah faktor lingkungan, faktor harga diri, faktor peluang, faktor kepribadian, faktor visi serta faktor pendapatan dan percaya diri. Faktor lingkungan meliputi dorongan saudara, pola pikir orang tua, karena praktek lapangan wirausaha dan dorongan dari orang tua. Faktor harga diri meliputi menjaga gengsi, pekerjaan orang tua, kebanggan mampu

10 10 berusaha sendiri dan latar belakang pendidikan orang tua. Faktor peluang meliputi keyakinan memiliki kemampuan melihat peluang dan kemampuan mencari peluang. Faktor kepribadian meliputi keyakinan memiliki mental wirausaha, memiliki rasa percaya diri akan berhasil berwirausaha dan keyakinan memiliki ketrampilan kepemimpinan. Faktor visi meliputi kemampuan selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan. Faktor pendapatan dan percaya diri meliputi keuntungan yang bisa sangat tinggi, memiliki akses mudah untuk modal, dan keyakinan usaha masih bisa terus dikembangkan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan oleh peneliti. Peneliti dalam hal ini selain menggunakan metode in depth interview, juga menggunakan metode Principal Factor Analysis. Perbedaan lainnya adalah peneliti menemukan faktor baru dari melakukan In Depth Interview yaitu memiliki antusiasme untuk menjadi wirausaha, memiliki karakter mandiri, peka terhadap situasi dan kondisi pasar, memiliki imajinasi yang kuat dan orisinil, memperhitungkan resiko dalam pengambilan keputusan, memiliki kegigihan, memiliki standar etika yang tinggi, keinginan akan karir yang lebih memuaskan, keinginan untuk menjadi bos diri sendiri, keinginan untuk menjalankan ide dan konsep baru, keinginan untuk membangun jangka panjang, keinginan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat baru, dan kemampuan untuk mendapatkan sumber daya, memiliki pengetahuan untuk mengidentifikasi masalah, mengetahui cara mengembangkan model bisnis. Kemudian setelah mereduksi faktor-faktor tersebut menjadi faktor yang baru dengan menggunakan Principal Factor Analysis, penelitian ini menemukan 3 faktor baru yaitu Environmental Support Factors,Entrepreneurial Self-Confidence Factors dan Prosperous and Prestige Motivation Factors. Penelitian ini tentunya didukung oleh teori-teori yang akan dijelaskan secara detail pada bab 2.