KATA PENGANTAR. Didik Suhardi, SH., M.Si NIP iii
|
|
- Handoko Iwan Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP iii
2
3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI...v BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Tujuan...2 C. Landasan Hukum...3 D. Sasaran dan Besar Dana...3 E. Persyaratan Penerima BSM...4 F. Waktu...4 BAB II MEKANISME PELAKSANAAN...5 A. Mekanisme Alokasi dan Seleksi...5 B. Mekanisme Penyaluran dan Pengambilan Dana...6 C. Informasi Penyaluran Dana Beasiswa...8 D. Pemanfaatan dan Pembatalan BSM...8 BAB III ORGANISASI PELAKSANA...11 A. Tingkat Provinsi...11 B. Tingkat Kabupaten/Kota...12 C. Tingkat Sekolah...12 BAB IV TATA TERTIB PENGELOLAAN...15 A. Tim Provinsi...15 B. Tim Kabupaten/Kota...15 C. Sekolah...15 BAB V MONITORING, SUPERVISI DAN PELAPORAN...17 A. Monitoring dan Supervisi...17 B. Pelaporan...19 BAB VI PENGAWASAN DAN SANKSI...23 A. Pengawasan...23 B. Sanksi...24 LAMPIRAN...29 v
4
5 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Disparitas partisipasi sekolah antar kelompok masyarakat di Indonesia masih cukup tinggi. Angka Partisipasi Kasar (APK) kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi secara umum lebih tinggi di semua jenjang pendidikan dibandingkan dengan APK bagi keluarga miskin. Untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat miskin, maka kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu meliputi peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerahdaerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat. Keadaan tersebut tentu perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan, serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam kesepakatan internasional seperti Education For All (EFA) dan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memberikan pendidikan yang merata pada semua anak, dimanapun, laki-laki dan perempuan. Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain. Biaya pendidikan untuk jenjang SMP mencapai sekitar 2,5 kali lipat biaya untuk jenjang SD. Keadaan tersebut tentu sangat berpengaruh pada rendahnya angka partisipasi pendidikan penduduk miskin terutama disebabkan oleh banyaknya putus sekolah dan angka tidak melanjutkan hingga ke jenjang SMA/SMK. Hal tersebut didukung oleh data SUSENAS 2003 yang mengungkapkan bahwa terjadinya putus sekolah sebagian besar (75,7 persen) disebabkan oleh alasan ekonomi baik karena tidak memiliki biaya (67,0 persen) maupun karena anak harus bekerja (8,7 persen). Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan mampu menjangkau pendidikan jika tidak dibantu oleh pemerintah. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 1
6 Sejak tahun 1998, untuk mencegah dampak negatif krisis ekonomi bagi masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan, melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, pemerintah memberikan beasiswa secara besar-besaran kepada siswa dari keluarga miskin yaitu sebanyak 1,8 juta siswa SD, 1,65 juta siswa SMP, dan 500 ribu siswa jenjang sekolah menengah. Sejak tahun 2001 jumlah penerima beasiswa terus ditingkatkan dengan adanya tambahan sumber biaya dari Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM). Meskipun program JPS telah berakhir pada tahun 2003, Pemerintah tetap melanjutkan pemberian beasiswa tersebut melalui PKPS BBM. Program JPS mendapat respon yang positif dari masyarakat dan secara signifikan berhasil mencegah siswa dari putus sekolah. Namun demikian program tersebut memiliki beberapa kelemahan terutama dalam penetapan sasaran beasiswa terutama di tingkat kabupaten/kota dan sekolah. Kelemahan lain yaitu satuan biaya beasiswa per siswa per bulan yang sejak tahun 1998 belum pernah mengalami peningkatan, yaitu untuk jenjang SMP satuan biaya per siswa sebesar Rp ,-/bulan. Saat ini satuan harga tersebut sudah tidak lagi memadai karena daya belinya tidak lagi sebesar pada tahun 1998 yang antara lain disebabkan oleh inflasi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Untuk itu tahun 2010, Pemerintah kembali memberikan beasiswa bagi siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa di SMP agar siswa dari keluarga miskin dapat terus melangsungkan pendidikannya. Maksud pemberian program Beasiswa Siswa Miskin (BSM) adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga miskin akan layanan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama. Buku petunjuk pelaksanaan ini disusun dalam rangka memberikan panduan bagi pelaksana program di berbagai tingkatan agar program BSM ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. B. Tujuan Tujuan dari program ini antara lain: 1. Membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa selama duduk di bangku sekolah. 2. Mencegah siswa dari kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan ekonomi. 2 Direktorat PSMP - QEC24711
7 3. Memberi peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan SMP. 4. Membantu kelancaran program sekolah. C. Landasan Hukum Landasan hukum dalam pelaksanaan Program Beasiswa Siswa Miskin didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah 5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah 7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 8. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan 9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 036/U/1995 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 10. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah 11. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah D. Sasaran dan Besar Dana Sasaran program Beasiswa Siswa Miskin adalah siswa miskin dan telah dibebaskan dari segala jenis iuran sekolah pada jenjang pendidikan SMP/SMPLB/SMP Satu Atap di seluruh wilayah NKRI. Sumber dana berasal dari Pemerintah Indonesia (rupiah murni) yang dengan jumlah sasaran secara nasional untuk tahun 2010 sebesar siswa, dan biaya satuan Rp / siswa/tahun. Jadi total dana yang dialokasikan untuk program Beasiswa Siswa Miskin selama 1 tahun tersebut secara nasional sebesar Rp ,- QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 3
8 E. Persyaratan Penerima BSM 1. Persyaratan Siswa Penerima BSM Penerima BSM adalah siswa SMP dan SMPLB negeri dan swasta kelas 7 (tujuh) sampai kelas 9 (sembilan) dari keluarga miskin: a. Yang terancam putus sekolah karena kesulitan biaya. b. Tidak sedang menerima beasiswa dari sumber lain. c. Telah dibebaskan dari segala jenis iuran sekolah. 2. Persyaratan Sekolah Peserta Program BSM F. Waktu a. Sekolah yang mempunyai siswa yang berasal dari keluarga miskin. b. Sekolah yang memiliki surat ijin operasional/kelembagaan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah umum. Pada Tahun Anggaran 2010, Beasiswa Siswa Miskin diberikan untuk periode Januari-Juni dan Juli-Desember (masing-masing 6 bulan). Siswa penerima BSM akan menerima dana BSM untuk 1 tahun. Khusus untuk siswa kelas 9 hanya mendapatkan BSM untuk 6 bulan. 4 Direktorat PSMP - QEC24711
9 A. Mekanisme Alokasi dan Seleksi BAB II MEKANISME PELAKSANAAN Pengalokasian jumlah siswa penerima BSM dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: Langkah 1 Tim Pusat menentukan alokasi jumlah siswa penerima BSM masing-masing provinsi. Langkah 2 Tim Provinsi menentukan alokasi jumlah siswa penerima BSM untuk setiap kabupaten/kota. Penetapan alokasi didasarkan pada indikator jumlah siswa dari keluarga miskin, jarak sekolah, dan indikator lokal lainnya. Langkah 3 Tim Kabupaten/Kota menetapkan sekolah calon penerima BSM. Penetapan ini didasarkan pada jumlah siswa miskin yang ada di masing-masing sekolah. Untuk keperluan tersebut, Tim Kabupaten/Kota meminta seluruh sekolah yang berhak menerima BSM untuk mengirimkan daftar siswa miskin yang akan diusulkan memperoleh beasiswa (Format BSM-01). Apabila Tim Kabupaten/Kota telah memiliki data siswa miskin, maka dapat langsung ke Langkah 4. Langkah 4 Tim Kabupaten/Kota menyelenggarakan rapat penetapan alokasi BSM di tiap sekolah. Jika alokasi BSM yang diterima kabupaten/kota mencukupi untuk seluruh siswa miskin yang diusulkan oleh sekolah, maka seluruh siswa yang diusulkan otomatis menerima BSM. Bila jumlah usulan dari sekolah melebihi alokasi kabupaten/kota, maka Tim Kabupaten/Kota menetapkan alokasi tiap sekolah dengan menggunakan mempertimbangkan tingkat kemiskinan sekolah (Format BSM-02). Indikator yang dapat digunakan untuk menetapkan alokasi BSM tiap sekolah antara lain: a. jumlah siswa di sekolah, b. jumlah siswa dari keluarga miskin di sekolah tersebut, c. jarak sekolah ke ibukota kabupaten/kota, atau d. indikator lokal lainnya (geografis, mata pencaharian, budaya, dll). QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 5
10 Disarankan Tim Kabupaten/Kota melakukan verifikasi keakuratan data usulan penerima BSM yang dibuat oleh sekolah. Langkah 5 Tim Kabupaten/Kota menerbitkan SK alokasi tiap sekolah penerima BSM yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan (Format BSM-03). Langkah 6 Surat Keputusan Penetapan Alokasi di tiap Sekolah dikirim ke Pengelola dana Dekonsentrasi Provinsi, lembaga penyalur (Kantor Pos KPRK/Bank) dan ke sekolah. Langkah 7 Sekolah yang telah menerima Surat Keputusan Alokasi penerima BSM dari Tim Kabupaten/Kota harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut: a. Kepala Sekolah bersama dengan dewan guru dan Komite Sekolah menyeleksi siswa penerima BSM. Indikator yang dapat dipakai adalah: 1. siswa yang berasal dari keluarga miskin 2. jarak tempat tinggal jauh dari sekolah, 3. yatim dan/atau piatu, 4. pertimbangan lain (misalnya kelainan fisik, korban musibah berkepanjangan, anak dari korban PHK, mempunyai lebih dari tiga orang bersaudara yang berusia di bawah 18 tahun, dan indikator lokal lainnya). 5. Diutamakan bagi siswa yang memiliki Kartu Miskin. Metode seleksi yang digunakan oleh sekolah untuk menentukan siswa penerima dana BSM ditunjukkan pada Lampiran 1. b. Hasil penetapan siswa penerima BSM tersebut dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Siswa Penerima BSM yang dilengkapi dengan lampiran Berita Acara dan Daftar Siswa Penerima BSM (Format BSM-04, Format BSM-05, dan Format BSM-06). B. Mekanisme Penyaluran dan Pengambilan Dana 1. Penyaluran Dana Beasiswa Siswa Miskin Dana beasiswa bagi anak miskin ada di DIPA Dinas Pendidikan Provinsi (Dekonsentrasi). Prosedur Penyaluran dan Pengambilan Dana BSM adalah sebagai berikut (Lampiran 2): 6 Direktorat PSMP - QEC24711
11 a. Pengelola dana dekonsentrasi Dinas Pendidikan Provinsi membuat MOU dengan lembaga penyalur (Kantor Pos Wilayah/Bank), tentang penyaluran dana Beasiswa Siswa Miskin. b. Pengelola dana dekonsentrasi mengajukan surat permohonan pembayaran langsung (SPP-LS) dana beasiswa sesuai dengan kebutuhan. c. Unit terkait di Dinas Pendidikan Provinsi melakukan verifikasi atas SPP-LS dimaksud, kemudian menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM-LS). d. Dinas Pendidikan Provinsi selanjutnya mengajukan SPM-LS dimaksud kepada KPPN Provinsi. e. KPPN Provinsi melakukan verifikasi terhadap SPM-LS untuk selanjutnya menerbitkan SP2D yang dibebankan kepada rekening kas negara. f. Dana BSM yang telah dicairkan dari KPPN ditampung di rekening pengelola dana dekonsentrasi provinsi sesuai dengan MOU dengan lembaga penyalur. g. Lembaga penyalur yang ditunjuk mentransfer dana BSM ke siswa. 2. Pengambilan Dana BSM Pengambilan Dana BSM dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengambilan dana BSM dilakukan di lembaga penyalur. Dana BSM harus disalurkan secara utuh, tanpa ada pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun, serta dalam bentuk apapun. b. Pengambilan dana BSM dilakukan sekaligus untuk 6 (enam) bulan dengan menandatangani bukti penerimaan yang disediakan oleh lembaga penyalur. c. Siswa mengambil secara langsung dana BSM di lembaga penyalur yang ditunjuk dengan membawa salinan SK Penetapan Siswa Penerima BSM dan lampirannya (Format BSM-04, Format BSM-05, Format BSM-06). d. Pengambilan dana BSM secara kolektif oleh Sekolah harus menggunakan Surat Kuasa kolektif yang sudah ditandatangani siswa penerima dana BSM (Format BSM-07) tanpa meterai, diketahui oleh Ketua Komite Sekolah. Pengambilan dana BSM secara langsung oleh siswa lebih diutamakan. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 7
12 e. Surat Kuasa kolektif harus dilengkapi dengan salinan SK Penetapan Siswa Penerima BSM dan lampirannya (Format BSM-04, Format BSM-05, Format BSM-06). f. Untuk pengambilan dana BSM secara kolektif oleh sekolah, maka sekolah harus menyerahkan dana BSM kepada siswa yang berhak paling lambat satu minggu setelah dana diambil dari lembaga penyalur, dengan membuat bukti penyerahan dana BSM yang ditandatangani oleh siswa penerima BSM (Format BSM-08). g. Dana BSM yang belum diambil oleh sekolah sampai dengan batas waktu yang ditentukan, dikembalikan oleh lembaga penyalur ke rekening pengelola dana dekonsentrasi untuk selanjutnya disetor ke Kas Negara. C. Informasi Penyaluran Dana Beasiswa 1. Pengelola dana dekonsentrasi Provinsi menginformasikan penyaluran dana beasiswa bagi anak miskin melalui Surat Pemberitahuan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan lembaga penyalur yang ditunjuk, serta pihak lain yang terkait. 2. Lembaga penyalur yang ditunjuk menginformasikan penyaluran dana kepada perwakilan lembaga penyalur di kabupaten/kota dengan tembusan kepada pengelola dana dekonsentrasi Provinsi. 3. Lembaga penyalur di tingkat kabupaten/kota menyampaikan informasi penyaluran dana kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan sekolah. 4. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan lembaga penyalur untuk kesiapan penyaluran dana dan menyampaikan informasi tentang jadwal penyaluran dana BSM kepada sekolah penerima BSM. D. Pemanfaatan dan Pembatalan BSM 1. Pemanfaatan dana BSM Dana BSM dimanfaatkan oleh siswa untuk pembiayaan keperluan pribadi siswa, terutama yang terkait dengan pendidikan. 2. Pembatalan BSM BSM dapat dibatalkan jika penerima BSM: a. Berhenti sekolah; b. Menerima beasiswa dari instansi/sumber lain; 8 Direktorat PSMP - QEC24711
13 c. Telah didakwa dan terbukti melakukan tindakan kriminal. d. Mengundurkan diri. e. Tidak lagi masuk dalam kriteria siswa miskin. Kepala Sekolah bersama dengan dewan guru dan komite sekolah bertanggung jawab dan berwenang untuk membatalkan BSM, serta memilih siswa pengganti penerima BSM yang dibatalkan, dan dituangkan dalam bentuk SK pengganti. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 9
14
15 A. Tingkat Provinsi 1. Organisasi Pelindung Gubernur Pengarah Ketua Bappeda Provinsi Penanggungjawab BAB III ORGANISASI PELAKSANA Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Pelaksana Program Beasiswa Siswa Miskin di tingkat Provinsi berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan Provinsi dan dilaksanakan oleh Program Dekonsentrasi SMP, yang untuk selanjutnya disebut Tim Provinsi. 2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Provinsi a. Mempersiapkan sekretariat dan perlengkapannya di provinsi. b. Menetapkan alokasi penerima BSM di tiap kabupaten/kota dan menuangkannya dalam SK Penetapan Alokasi Beasiswa Siswa Miskin. c. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program di tingkat provinsi. d. Menginformasikan proses penyaluran dana BSM kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sekolah dan masyarakat melalui surat pemberitahuan. e. Berkoordinasi dengan lembaga penyalur dan Tim Kabupaten/Kota dalam penyaluran dana. f. Menyalurkan dana BSM ke siswa penerima Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi ke kabupaten/kota dan sekolah. g. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat. h. Bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penyaluran dana. i. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan instansi terkait. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 11
16 B. Tingkat Kabupaten/Kota 1. Organisasi Pelindung Bupati/Walikota Pengarah Ketua Bappeda Kabupaten/Kota Penanggungjawab Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pelaksana Program Beasiswa Siswa Miskin di tingkat kab/kota berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Kab/Kota a. Mengajukan usulan jumlah siswa miskin kepada Tim Provinsi. b. Menetapkan alokasi penerima BSM untuk setiap sekolah berdasarkan alokasi dari provinsi dan menuangkannya dalam SK Penetapan Alokasi Penerima Dana BSM. c. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada sekolah penerima BSM. d. Melakukan koordinasi dengan Tim Provinsi dan lembaga penyalur, serta dengan sekolah dalam rangka penyaluran dana. e. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi ke sekolah. f. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat. g. Bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penyaluran dana di tingkat sekolah. h. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Tim Provinsi dan instansi terkait. C. Tingkat Sekolah 1. Organisasi Penanggungjawab Kepala Sekolah Pelaksana Guru dan Tata Usaha Sekolah 12 Direktorat PSMP - QEC24711
17 2. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah a. Menyeleksi siswa calon penerima BSM sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Menerbitkan Surat Keputusan (SK) siswa penerima BSM. c. Membatalkan bantuan apabila terdapat siswa yang tidak lagi memenuhi persyaratan dan membuat SK Pengganti. d. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat. e. Melaporkan data penerima BSM kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 13
18
19 A. Tim Provinsi BAB IV TATA TERTIB PENGELOLAAN 1. Tidak diperkenankan untuk merealokasi dana BSM yang telah ditetapkan oleh Depdiknas Pusat pada DIPA Provinsi. 2. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Tim Kab/Kota, sekolah dan siswa penerima BSM. 3. Diharuskan mengelola program secara transparan dan bertanggungjawab. 4. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang. 5. Tidak diperkenankan melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM. 6. Tidak diperkenankan mengurangi anggaran program sejenis dari APBD Provinsi yang telah dialokasikan sebelumnya karena adanya program BSM. B. Tim Kabupaten/Kota 1. Usulan data jumlah siswa miskin di tiap sekolah harus didasarkan pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun dari sekolah dan siswa penerima BSM. 3. Diharuskan mengelola program secara transparan dan bertanggungjawab. 4. Bersedia untuk di audit oleh lembaga yang berwenang. 5. Tidak diperkenankan melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM. 6. Tidak diperkenankan mengurangi anggaran program sejenis dari APBD Kabupaten/Kota yang telah dialokasikan sebelumnya karena adanya program BSM. C. Sekolah 1. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa miskin dengan maksud untuk memperoleh bantuan yang lebih besar. 2. Usulan siswa miskin harus didasarkan pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap siswa penerima BSM. 4. Diharuskan mengelola program secara transparan dan bertanggungjawab. 5. Mengumumkan daftar siswa penerima dana BSM di papan pengumuman sekolah. 6. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 15
20
21 BAB V MONITORING, SUPERVISI DAN PELAPORAN Agar program BSM berjalan lancar dan transparan maka perlu dilakukan monitoring, supervisi dan evaluasi yang dilakukan secara efektif dan terpadu. Berdasarkan sifatnya, kegiatan monitoring dapat dibedakan menjadi monitoring internal dan monitoring eksternal. Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi dan Tim Kabupaten/Kota. Monitoring internal ini bersifat supervisi klinis, yaitu melakukan monitoring dan ikut menyelesaikan masalah jika ditemukan permasalahan dalam pelaksanaan program BSM. Monitoring eksternal lebih bersifat evaluasi terhadap pelaksanaan program dan melakukan analisis terhadap dampak program, kelemahan dan rekomendasi untuk perbaikan program. A. Monitoring dan Supervisi Bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BSM. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BSM diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat. Komponen utama yang dimonitor antara lain: 1. Alokasi dana sekolah penerima bantuan 2. Penyaluran dan penyerapan dana 3. Pelayanan dan penanganan pengaduan 4. Administrasi keuangan 5. Pelaporan Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi, Tim Kab/Kota. 1. Monitoring oleh Tim Pusat a. Monitoring Pelaksanaan Program 1) Monitoring ditujukan untuk memantau: a) Penyaluran dana BSM b) Verifikasi data siswa penerima BSM. 2) Responden terdiri dari Tim Provinsi. 3) Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan dan paska penyaluran dana. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 17
22 b. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana 1) Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi, dan menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan. 2) Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan. 3) Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan akan dilakukan sesuai kebutuhan. 4) Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi. 5) Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan. 2. Monitoring oleh Tim Provinsi a. Monitoring Pelaksanaan Program 1) Monitoring ditujukan untuk memantau: 2) Penyaluran dan penyerapan dana BSM 3) Verifikasi data siswa penerima BSM 4) Responden terdiri dari: Tim Kab/Kota, sekolah, dan Kantor Pos/Bank. 5) Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana dan paska penyaluran dana b. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana 1) Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi, dan menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan. 2) Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan. 3) Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan akan dilakukan sesuai kebutuhan. 4) Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi. 5) Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan. 3. Monitoring oleh Tim Kabupaten/Kota a. Monitoring Pelaksanaan Program 1) Monitoring ditujukan untuk memantau: a) Penyaluran dana BSM kepada siswa oleh sekolah b) Penggunaan dana oleh siswa 18 Direktorat PSMP - QEC24711
23 B. Pelaporan 2) Responden terdiri dari Sekolah, siswa dan/atau orangtua siswa penerima bantuan, dan Kantor Pos/ Bank. 3) Monitoring akan dilaksanakan pada saat penyaluran dana dan paska penyaluran dana b. Monitoring Penanganan Pengaduan 1) Monitoring penanganan pengaduan bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang muncul di sekolah. 2) Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan akan dilakukan sesuai kebutuhan. 3) Respondennya disesuaikan dengan kasus yang terjadi. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program BSM, masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kab/Kota, Sekolah) diwajibklan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak terkait. Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan statistik penerima BSM, penyaluran dan penyerapan dana BSM, pemanfaatan dana oleh siswa penerima BSM, hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah. 1. Tim Pusat Pada setiap akhir semester, Tim Pusat harus melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan Program BSM, sejauh mana pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang telah dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan, hambatan apa saja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut, serta rekomendasi untuk perbaikan program di masa yang akan datang, baik program yang sama maupun program lain yang sejenis. Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah: a. Statistik Penerima BSM Statistik Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM tiap Provinsi dan tiap kab/kota, besar dana yang dialokasikan tiap provinsi dan tiap kabupaten/kota untuk setiap jenis sekolah, status sekolah, serta berapa dana yang telah diserap. Tim Pusat menyusun statistik penerima BSM berdasarkan data yang diterima dari Tim Provinsi. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 19
24 b. Hasil Monitoring dan Evaluasi Hasil monitoring dan evaluasi adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Tim Pusat. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi. c. Penanganan Pengaduan Masyarakat Tim Pusat merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya baik yang telah dilakukan oleh Tim Pusat maupun rekapitulasi penanganan pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Tim Provinsi. Laporan ini antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian. d. Kegiatan Lainnya Tim Pusat juga harus membuat laporan kegiatan yang berkait dengan pelaksanaan program BSM, seperti kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pengadaan, dan kegiatan lainnya. 2. Tim Provinsi Pada setiap akhir semester, Tim Provinsi harus melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program BSM, sejauh mana pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang telah dan tidak dikerjakan, hambatan apa saja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut, serta rekomendasi untuk perbaikan program di masa yang akan datang, baik program yang sama maupun program lain yang sejenis. Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah: Statistik Penerima BSM Statistik Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per kab/kota dan per sekolah, besar dana yang disalurkan per kab/kota dan per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah, serta berapa yang telah diserap. Tim Provinsi menyusun statistik penerima BSM berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Kantor Pos/Bank Wilayah Provinsi dan/atau Tim Kab/Kota (Format BSM-11). a. Hasil Monitoring dan Evaluasi Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Tim Provinsi. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, 20 Direktorat PSMP - QEC24711
25 waktu pelaksanaan, hasil monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi. b. Penanganan Pengaduan Masyarakat Tim Provinsi merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya baik yang telah dilakukan oleh Tim Provinsi maupun rekapitulasi penanganan pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Tim Kabupaten/Kota. Laporan ini antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian (Format BSM-12, BSM-13). c. Kegiatan Lainnya Tim Provinsi juga harus membuat laporan kegiatan yang berkait dengan pelaksanaan program BSM, seperti kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pengadaan, dan kegiatan lainnya. 3. Tim Kabupaten/Kota Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Tim PKPS-BBM Kab/Kota adalah yang berkaitan dengan: a. Statistik Penerima BSM Statistik Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per sekolah, besar dana yang disalurkan per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah, serta berapa yang telah diserap. Tim Kabupaten/Kota menyusun statistik penerima BSM berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Sekolah (Format BSM-10). b. Hasil Monitoring dan Evaluasi Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Tim Kabupaten/Kota. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi. c. Penanganan Pengaduan Masyarakat Tim Kabupaten/Kota merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya baik yang telah dilakukan oleh Tim Kabupaten/Kota maupun rekapitulasi penanganan pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Sekolah. Laporan ini antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian (Format BSM-12, BSM-13). QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 21
26 4. Sekolah Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Sekolah ke Tim Kab/Kota dan/atau didokumentasi oleh Sekolah meliputi berkas-berkas sebagai berikut: a. Kepala sekolah wajib mengumumkan kepada masyarakat di papan informasi sekolah mengenai dana BSM yang diterima (Format BSM- 09). b. Nama-nama siswa penerima BSM sesuai dengan Format BSM-6 dan BSM-8 c. Berita acara pengambilan dana di Kantor Pos/Bank oleh Sekolah dan berita acara penyerahan dana BSM kepada siswa. d. Lembar pencatatan pertanyaan/usul/kritik (Format BSM-12) e. (4) Lembar pencatatan pengaduan (Format BSM-13). f. Sekolah melaporkan SK siswa Penerima BSM dan Statistik Siswa Penerima BSM kepada Tim Kabupaten/Kota (Format BSM-04, Format BSM-05, Format BSM-06, Format BSM-07, dan Format BSM-08). 22 Direktorat PSMP - QEC24711
27 A. Pengawasan BAB VI PENGAWASAN DAN SANKSI Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya. Pengawasan terhadap pelaksanaan program BSM meliputi pengawasan melekat (Waskat), pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat. 1. Pengawasan Melekat Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, kab/kota maupun sekolah. Prioritas utama dari pengawasan dalam program BSM adalah pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah. 2. Pengawasan Fungsional Instansi pengawas fungsional yang melakukan pengawasan program BSM adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Depdiknas, serta Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Instansi tersebut bertanggung jawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit. 3. Pengawasan Masyarakat Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BSM, program ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka memotret pelaksanaan program BSM di sekolah, namun tidak melakukan audit. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BSM, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya. 4. Pengaduan Masyarakat Apabila masyarakat menemukan permasalahan yang perlu diklarifikasi atau penyimpangan dalam pengelolaan program dapat menyampaikannya melalui: QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 23
28 B. Sanksi Tim Pengaduan Direktorat Pembinaan SMP Kompleks Depdiknas Lt 15 Jalan Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta. pengaduan@dit-plp.go.id Telepon : , Faksimil : Waktu : Jam Kerja Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/atau siswa akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya: a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undangundang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja). b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu pengembalian dana BSM yang terbukti disalahgunakan kepada siswa yang berhak atau satuan pendidikan. c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BSM. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada Kab/Kota dan Provinsi, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan. 24 Direktorat PSMP - QEC24711
29 LAMPIRAN
30
31 Lampiran 1 Seleksi Siswa Penerima BSM PANDUAN PENETAPAN PENERIMA BEASISWA SISWA MISKIN I Tahap Pertama Menyusun daftar siswa kelas 7-9 yang dinilai berhak menerima beasiswa sesuai dengan kriteria: a. Yang terancam putus sekolah karena kesulitan biaya. b. Tidak sedang menerima beasiswa dari sumber lain c. Telah dibebaskan dari segala jenis iuran sekolah II Tahap Kedua Menyeleksi siswa dari daftar yang dihasilkan dari tahap pertama, sehingga diperoleh jumlah siswa penerima yang sesuai dengan alokasi penerima BSM yang telah ditetapkan. Adapun metode seleksi dilakukan sebagai berikut. A. Penetapan Variabel Seleksi Variabel yang dapat digunakan untuk seleksi penentuan siswa penerima BSM adalah: Siswa yang berasal dari keluarga miskin Jarak tempat tinggal jauh dari sekolah, Yatim dan/atau piatu, Pertimbangan lain (misalnya kelainan fisik, korban musibah berkepanjangan, anak dari korban PHK, mempunyai lebih dari tiga orang bersaudara yang berusia di bawah 18 tahun, dan indikator lokal lainnya), Diutamakan bagi siswa yang memiliki Kartu Miskin. B. Penilaian/Skoring Sekolah dan Komite Sekolah menentukan nilai dan bobot seluruh variabel yang digunakan sesuai dengan kondisi sekolah. Setelah penentuan tersebut proses penilaian dapat dilakukan seperti contoh pada tabel berikut. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 27
32 Belajar Untuk Masa Depanku No Variabel Bobot Nilai 1. Kondisi Keluarga: Memiliki Kartu Miskin Yatim/yatim piatu Penghasilan orangtua Jumlah saudara dan 4 1 s/d 4 1 s/d 4 1 s/d 4 2. Jarak rumah ke sekolah 2 1 s/d 4 3. Pertimbangan lain seperti kelainan 2 1 s/d 4 fisik, korban musibah berkepanjangan, anak dari korban PHK, dll 4. Berprestasi 1 1 s/d 4 Contoh metode pemberian dan perhitungan nilai adalah sebagai berikut. Penentuan nilai pada masing-masing kriteria ditentukan dengan kondisi daerah setempat. 1. Kondisi keluarga Memiliki Kartu Miskin Tidak memiliki Kartu Miskin diberi nilai 2. Memiliki Kartu Miskin diberi nilai 4. Yatim/yatim Piatu Siswa dengan orang tua yang masih lengkap diberi nilai 1 Siswa yatim diberi nilai 3 Siswa yatim piatu diberi nilai 4. Penghasilan Orangtua Siswa dari keluarga mampu diberi nilai 0. Siswa dari keluarga dengan pendapatan di atas UMR diberi nilai 1. Siswa dari keluarga dengan pendapatan rata-rata UMR diberi nilai 3. Siswa dari keluaraga dengan pendapatan di bawah UMR diberi nilai 4 Jumlah Saudara Tidak memiliki saudara di bawah 18 tahun diberi nilai 0. Memiliki 1 orang saudara di bawah 18 tahun diberi nilai 1. Memiliki 2 orang saudara di bawah 18 tahun diberi nilai 2. Memiliki 3 orang saudara di bawah 18 tahun diberi nilai 3. Memiliki >3 orang saudara di bawah 18 tahun diberi nilai Direktorat PSMP - QEC24711
33 2. Jarak rumah ke sekolah Kurang dari 500 m diberi nilai 0. Jarak 500 m s/d 1 km diberi nilai 1. Jarak 1 km s/d 2 km diberi nilai 2. Jarak 2 km s/d 3 km diberi nilai 3. Jarak >3 km diberi nilai Pertimbangan lain Tidak ada faktor pertimbangan lain diberi nilai 0. Siswa dengan kelainan fisik, atau korban musibah berkepanjangan, atau anak dari korban PHK, dll diberi nilai Berprestasi Tidak memiliki prestasi diberi nilai 0. Memiliki prestasi tingkat sekolah/kecamatan diberi nilai 1. Memiliki prestasi tingkat kabupaten/kota diberi nilai 2. Memiliki prestasi tingkat provinsi diberi nilai 3. Memiliki prestasi tingkat nasional/internasional diberi nilai 4. Nilai total siswa sesuai dengan kriteria siswa tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut: Nilai total = Nilai variabel x bobot variabel Jumlah total bobot seluruh variabel Berdasarkan nilai dari masing-masing siswa yang diusulkan, maka dapat disusun daftar siswa penerima BSM, yaitu siswa-siswa dengan nilai terbesar sejumlah alokasi siswa penerima BSM yang diperoleh oleh sekolah. QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 29
34 Belajar Untuk Masa Depanku Lampiran 2 Proses Penyaluran Dana BSM Dep. Keuangan Tim Pusat KPPN Provinsi SPP- LS SPM SP2D MekanismeDekon Tim Provinsi Lembaga Penyalur (Kantor Pos/Bank) Alokasi & penerima Alokasi kab /kota Jumlah siswa miskin Tim Kab /Kota Siswa menerima langsung Pengambilan k olektif o leh sekolah Alokasi sekolah Jumlah siswa miskin Siswa Penerima Sekolah Siswa menerima melalui sekolah Alur informasi /data Alur dana 30 Direktorat PSMP - QEC24711
35 QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 31 Daftar Siswa Miskin Yang Diusulkan Untuk Mendapatkan BSM Format BSM -01 Periode Nama Sekolah : Alamat : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Jenis Kelamin Kelas Nama No. Nama Siswa Pekerjaan orang tua L P Orangtua Jumlah Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Kab/Kota 200_ Komite Sekolah Kepala Sekolah, ( ) ( ) Belajar Untuk Masa Depanku
36 32 Bahan Rapat Tim Kabupaten/Kota Periode Nama Sekolah : Alamat : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Format BSM-02 Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Kab/Kota No Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Siswa Miskin Indikator lokal (sebutkan) Indeks Kemiskinan sekolah*) *) Indeks Kemiskinan Sekolah (IKS) diolah dari data-data yang tersedia pada kolom sebelumnya 200_ Tim Kabupaten/Kota, Direktorat PSMP - QEC24711 ( ) Belajar Untuk Masa Depanku
37 QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 33 Daftar Alokasi Penerima BSM untuk Setiap Sekolah Periode Lampiran SK. No. : Kabupaten/Kota : Kecamatan : No. Nama Sekolah Jumlah Alamat Status N S Jumlah Siswa Jumlah Penerima BSM (siswa) Format BSM-03 Diisi oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota Dikirim ke Sekolah, Lembaga Penyalur, dan Pengelola dekon Provinsi 200_ Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota, ( ) Jumlah Uang (Rp) Belajar Untuk Masa Depanku
38 Belajar Untuk Masa Depanku KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH... NOMOR:... FORMAT BSM-04 Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Kab/Kota dan Lembaga Penyalur TENTANG PENETAPAN SISWA PENERIMA BEASISWA SISWA MISKIN (BSM) TAHUN AJARAN... PERIODE... SEKOLAH... Menimbang : Mengingat : Memperhatikan : MEMUTUSKAN Menetapkan : Pertama : Kedua : Ketiga dst : Ditetapkan di : Pada tanggal : Mengetahui Ketua Komite Sekolah Kepala Sekolah Tembusan: dst 34 Direktorat PSMP - QEC24711
39 FORMAT BSM-05 Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Kab/Kota dan Lembaga Penyalur BERITA ACARA SURAT KEPUTUSAN Lampiran SK No.... Sekolah... Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun..., Kepala Sekolah... berdasarkan Surat Keputusan Nomor:..., bersama dengan Dewan Guru dan Komite Sekolah telah melakukan seleksi siswa penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM) Tahun Ajaran... periode... dengan berpedoman pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan tersebut, Kepala Sekolah menetapkan siswa penerima dana BSM untuk SMP... Tahun Ajaran... periode... seperti tertera pada Format BSM-06. No. Nama Jabatan Tanda Tangan QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 35
40 36 Daftar Siswa Penerima BSM Periode Lamp. SK Kepala Sekolah No. : Nama Sekolah : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Format BSM-06 Diisi oleh Kepala Sekolah Dikirim ke Lembaga Penyalur No. Nama Siswa Jenis Kelamin Kelas L P Jumlah Uang Surat Kuasa Pengambilan Beasiswa Tanda Tangan Siswa Jumlah 200_ Ketua Komite Sekolah Kepala Sekolah, Direktorat PSMP - QEC24711 ( ) ( ) Belajar Untuk Masa Depanku
41 FORMAT BSM-07 Diisi Kepala Sekolah dan Wakil Siswa Sebagai Syarat Pengambilan Dana di Lembaga Penyalur SURAT KUASA PENGAMBILAN BSM Yang bertandatangan di bawah ini, siswa penerima Beasiswa Siswa Miskin (daftar terlampir/format BSM-06), asal sekolah... dengan alamat sekolah... memberi kuasa kepada: Nama : NIP : Jabatan : Kepala Sekolah Alamat Sekolah : untuk mengambilkan dana BSM sebanyak... siswa, masing-masing Rp...=Rp... (...) di Kantor Pos/Bank... Demikian Surat Kuasa ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya _ Menerima Kuasa, Memberi Kuasa, (Kepala Sekolah) (Wakil dari Siswa) Mengetahui,... (Ketua Komite Sekolah) QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 37
42 38 LEMBAR Statistik Siswa SERAH Penerima TERIMA BSM DANA BSM PERIODE Periode Lamp. SK Kepala Sekolah No. : Nama Sekolah : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Format BSM-08 Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Kabupaten/Kota No. Nama Siswa Jenis Kelamin Kelas L P Jumlah Uang yang Diterima Siswa Tanda tangan siswa bukti penerimaan BSM*) Pekerjaan Orangtua Jumlah *) Khusus bagi pengambilan dana BSM secara kolektif 200_ Komite Sekolah Kepala Sekolah, Direktorat PSMP - QEC24711 ( ) ( ) Belajar Untuk Masa Depanku
43 FORMAT BSM-09 Diisi Kepala Sekolah Diberikan kepada Orangtua Siswa Ditempel di Papan Pengumuman Sekolah PENGUMUMAN SEKOLAH TENTANG PENERIMAAN DANA BSM Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota...Nomor... tanggal..., diberitahukan bahwa: Sekolah :... Alamat : memperoleh alokasi Beasiswa Siswa Miskin (BSM) untuk Tahun Ajaran..., periode..., untuk sejumlah... siswa, masing-masing menerima Rp /bulan yang dibayarkan sekaligus selama 6 bulan. Dana tersebut telah diserahkan kepada siswa pada tanggal... (daftar siswa penerima dana BSM terlampir/format BSM-08). Dana BSM digunakan oleh siswa untuk: a. pembelian buku, bahan dan alat tulis, dan sejenisnya b. pembelian seragam sekolah, tas sekolah, dan sejenisnya c. transportasi ke sekolah. Demikian untuk diketahui. Nama _ Tanda tangan (Kepala Sekolah) (Komite Sekolah) QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 39
44 40 Statistik Sekolah Penerima BSM Periode Provinsi : Kabupaten/Kota : Format BSM-10 Diisi oleh Tim Kabupaten/Kota Dikirim ke Tim Provinsi Tembusan Tim Pusat Status Jumlah Murid Jumlah Murid Penerima Beasiswa No NSS Nama Sekolah Kecamatan N S L P Total Laki-Laki (Kelas) Perempuan (Kelas) Total Total Total Pekerjaan Orang Tua Direktorat PSMP - QEC _ Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.. ( ) Belajar Untuk Masa Depanku
45 QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 41 Statistik Kabupaten/Kota Penerima BSM Periode Provinsi : No Kode Nama Kabupaten/Kota Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Provinsi.. Status N S L P Jumlah Siswa Total Laki-Laki (Kelas) Jumlah Siswa Penerima Beasiswa Perempuan (Kelas) Total Total Total 200_ Pengelola dana dekonsentrasi Provinsi.. Format BSM-11 Diisi oleh Tim Provinsi Dikirim ke Tim Pusat Pekerjaan Orang Tua Belajar Untuk Masa Depanku
46 Belajar Untuk Masa Depanku LEMBAR PENCATATAN PERTANYAAN/KRITIK/SARAN 1. Identitas Penanya/Pemberi Saran a. Nama :... b. Alamat : Tanggal Penerimaan Pertanyaan/Saran : 3. Uraian Pertanyaan/Saran: Penerima Pertanyaan/Saran : FORMAT BSM-12 Diisi Dinas Pendidikan Prov/Kab/Kota dan Sekolah untuk didokumentasi 5. Tindak Lanjut Saran: _ Melaporkan: UPM Prov/Kab/Kota/Sekolah, Direktorat PSMP - QEC24711
47 LEMBAR PENCATATAN PENGADUAN MASYARAKAT 1. Identitas Pengadu FORMAT BSM-13 Diisi Dinas Pendidikan Prov/Kab/Kota dan Sekolah untuk didokumentasi a. Nama :... b. Alamat : Tanggal Terima Pengaduan : Lokasi Kejadian a. Rt/Rw/Dusun :... b. Desa/Keluarahan :... c. Kabupaten/Kota :... d. Provinsi : Uraian Pengaduan: Tanggal Penyelidikan Dilakukan : Penyelidik : Temuan: Keputusan/Rekomendasi: Pelaksanaan Keputusan... QEC Panduan Pelaksanaan Beasiswa Siswa Miskin 43
48 Belajar Untuk Masa Depanku Tanggal pemberitahuan kepada Pengadu tentang keputusan/ dan pelaksanaan keputusan : Dokumen yang diterima: _ Melaporkan: UPM Prov/Kab/Kota/Sekolah, Direktorat PSMP - QEC24711
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 PENGANTAR Kemiskinan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014 DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi Direktorat
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR : 508 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHUN 2013
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR : 508 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciPanduan Pelaksanaan BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) APBNP TAHUN 2013
Panduan Pelaksanaan BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) APBNP TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Dengan disetujuinya APBN-Perubahan tahun 2013, dan adanya kebijakan kenaikan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
[ GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH BAGI SISWA KURANG MAMPU PADA SMA, MA, SMALB DAN SMK SE-PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN
Lebih terperinciPANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL MADRASAH TSANAWIYAH DAN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL MADRASAH TSANAWIYAH DAN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciINSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP - 1 (JANUARI-JUNI 2014) TAHUN ANGGARAN 2014
RESPONDEN KEPALA MADRASAH NEGERI INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP - 1 (JANUARI-JUNI 2014) TAHUN ANGGARAN 2014 RESPONDEN NAMA :... NIP :... JABATAN :... MADRASAH :... ALAMAT MADRASAH
Lebih terperinci2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per
No.478, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.07/2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI
Lebih terperinciBuku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang
Lebih terperinciInstrumen Monitoring Propinsi Tahap 1
Instrumen Monitoring Propinsi Tahap 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DANA BOS TAHUN ANGGARAN 2008 Monitoring and Evaluation Program to Support BOS Program INTERIM INDEPENDENT MONITORING NAMA PROPINSI:... Salam pembuka,...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP
PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 205 KATA PENGANTAR Dana BOS yang diterima oleh sekolah
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi
00 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DANA DEKONSENTRASI DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR
PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Salah satu tugas dan fungsi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH
Lebih terperinciINSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP - 1 (JANUARI-JUNI 2014) TAHUN ANGGARAN 2014
RESPONDEN KEPALA MADRASAH SWASTA INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP - 1 (JANUARI-JUNI 2014) TAHUN ANGGARAN 2014 RESPONDEN NAMA :... NIP :... JABATAN :... MADRASAH :... ALAMAT MADRASAH
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016
1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN
Lebih terperinci2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Ne
No.807, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. BOS. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR Undang-Undang Republik
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GRATIS PADA PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT KUSTA LAULENG KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
Lebih terperinci- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 28 Januari 2014 Direktur Pembinaan SMK Selaku Kuasa Pengguna Anggaran
KATA PENGANTAR Melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 80 Tahun 2013 tanggal 25 Juni 2013 diamanahkan agar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadikan Pendidikan Menengah
Lebih terperinciPROGRAM BEASISWA BIDIK MISI
KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 KATA PENGANTAR Mulai tahun anggaran
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2017 Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Intan Ahmad. ~ i ~
KATA PENGANTAR Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan berupaya mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK
PEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2014 KATA PENGANTAR Pemerintah melalui Direktorat
Lebih terperinciINSTRUMEN PEMANTAUAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) PADA MADRASAH TAHUN ANGGARAN 2016 RESPONDEN. Nama Responden :... Jabatan :... :...
RESPONDEN KEPALA MADRASAH SWASTA INSTRUMEN PEMANTAUAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) PADA MADRASAH TAHUN ANGGARAN 2016 RESPONDEN Nama Responden :...... Jabatan :... Madrasah :...... Alamat :...... Kecamatan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR
PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN STUDI GURU SMA KE JENJANG PENDIDIKAN S-1/D-IV
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN STUDI GURU SMA KE JENJANG PENDIDIKAN S-1/D-IV KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA
Lebih terperinciNo PS 2009 TAHUN Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO
No. 10 2 PS 2009 TAHUN 2009 Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO 9001-2008 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar i dan Menengah Departemen Pendidikan
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014 DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH PADA SATUAN PENDIDIKAN YANG BERBENTUK MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN), MADRASAH
Lebih terperinci2013, No
2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem
No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG
DRAFT BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195
Lebih terperinciPROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)
PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) PROGRAM KEGIATAN BANTUAN SISWA MISKIN MELALUI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN (BKM) DINAS PENDIDIKAN PROV.KALTENG Drs.DAMBER LIWAN KEPALA DINAS
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN
PANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN Jl. Pemuda No. 134 -
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Jln. Kusumanegara No. 9 Yogyakarta Telepon ( 0274 ) 512063 Faximile 581335 Website : disperindag.jogjaprov.go.id Kode Pos
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK 2013
PEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK 2013 DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2013 KATA PENGANTAR Pemerintah melalui
Lebih terperinciMENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010
MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH KEPADA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PELAYARAN (BP2IP) UNTUK BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN BAGI PESERTA
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH KEPADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNIK PAL SURABAYA UNTUK BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN BAGI PESERTA DIDIK YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016
KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2015 KESRA. Sumbangan. Masyarakat. Pengumpulan. Penggunaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5677) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (PPA)
PEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (PPA) DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketepatan sasaran serta ketepatan waktu penyaluran manfaat BSM dapat membantu keberlanjutan sekolah siswa dari
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM
Lebih terperinciPanduan Pelaksanaan BANTUAN SISWA MISKIN(BSM) APBNP TAHUN 2013
Panduan Pelaksanaan BANTUAN SISWA MISKIN(BSM) APBNP TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Dengan disetujuinya APBN-Perubahan tahun 2013, dan adanya kebijakan kenaikan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK
PEDOMAN UMUM BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2015 KATA PENGANTAR Pemerintah melalui Direktorat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinci2015, No Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1420, 2015 KEMEN-KKP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2015 TENTANG
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.
No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG PEJABAT PERBENDAHARAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSURAT EDARAN Nomor : 698/C/KU/2010
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Gedung E Lt 5, Komplek Kemdiknas Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp: (021) 5725610-5725613, 5725057,
Lebih terperinciPROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Lebih terperinciPERATURAN KUASA PENGGUNAANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN ANGGARAN 2017
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA NOMOR: 065/SK/R/III/2015
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA NOMOR: 065/SK/R/III/2015 TENTANG PEDOMAN BEASISWA DAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (BBP-PPA) UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 DI MADRASAH TAHUN ANGGARAN 2014
PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 DI MADRASAH TAHUN ANGGARAN 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 i ii PETUNJUK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2017... TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS UNTUK PENYELENGGARAAN PEMILIHAN
Lebih terperinciPEDOMAN BEASISWA PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (PPA) DAN BANTUAN BELAJAR MAHASISWA (BBM)
PEDOMAN BEASISWA PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (PPA) DAN BANTUAN BELAJAR MAHASISWA (BBM) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT KELEMBAGAAN TAHUN 2010 PEDOMAN
Lebih terperinciDRAFT PETUNJUK TEKNIS
DRAFT PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN DANA PENDIDIKAN PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK S-1/D-IV PADA JENJANG PENDIDIK ANAK USIA DINI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN
Lebih terperinci