BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian setalah pemberian postes dan angket self-confidence akhir di akhir pelaksanaan penelitian, dan temuantemuan yang ditemukan selama pelaksanaan penelitian berlangsung yang mendukung terhadap pembuktian hipotesis. Hasil penelitian ini diolah menggunakan perhitungan statistik dan digambarkan secara deskriptif sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan. A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemapuan berpikir kreatif matematis dan hasil angket self-confidence. Pengujian yang dilakukan terhadap instrumen tes terdiri pengujian skor pretes, pengujian skor postes dan pengujian gain yang diperoleh dari skor pretes dan postes. Kemudian dihitung nilai gainnya, sedangkan untuk angket self-confidence yang akan diuji adalah hasil angket awal, hasil angket akhir dan gain dari selisih angket awal dan angket akhir. Perhitungan statistik yang dilakukan adalah statitik deskriptif dan uji perbandingan dua rata-rata. Untuk uji perbandingan dua rata-rata, sebelumnya di perlukan syarat yaitu data harus normal dan homogen. Maka sebelum dilakukan uji perbandingan dua rata-rata, terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas pada data yang diperoleh.

2 51 Jika data yang diperoleh berdistribusi normal namun tidak homogen, maka tidak dapat melakukan uji perbandingan dua rata-rata. Uji ini diganti dengan uji t. Jika data yang diperoleh ternyata tidak normal, baik homogen atau tidak homogen, maka akan dihitung menggunakan statistik nonparametrik. Uji yang dilakukan adalah uji Mann-Whitney a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Hasil tes kemampuan berpikir keratif matematis dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan skor dari pretes dan postes yang diberikan kepada kelas kontol dan eksperimen. skor tersebut diolah dan dikaji sesuai dengan pengolahan data yang telah dirancang dalam metode penelitian. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis 1 dan menganalisa penyebab dan hal-hal yang terkait. Sebelum pembuktian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan disajikan rangkuman skor yang diperoleh dari pretes dan postes pada kedua kelas, gain yang diperoleh. Berikut data skor yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16: Tabel 4.1 Daftar Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Tes Kelas Konvensional Kelas Model-Eliciting Activity Pretes Postes <g> Pretes Postes <g> N X min X maks X 10,92 20,34 0,34 11,54 25,07 0,48 s 6,02 9,45 0,26 3,83 4,69 0,14 Keterangan: Skor total = 40 N = Jumlah siswa X min = Skor terkecil X maks = Skor terbesar X = Rata-rata s = Deviasi standar

3 52 Tabel 4.2 Rekapitulasi gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis Tingkat N-Gain Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Frekuensi % Frekuensi % Tinggi 5 13,51 3 7,32 Sedang 12 32, ,24 Rendah 21 54,05 1 2,44 Jumlah Tabel 4.3 N-Gain Pada Tiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen Indikator No Soal rata-rata Pretes Postes N-Gain Kriteria Fluency 1 5,366 7,463 0,452 Sedang Flexibility 2 0,976 4,098 0,346 Sedang Originality 3 1,781 5,463 0,448 Sedang Elaboration 4 3,450 8,049 0,702 Tinggi Bila dilihat, selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol adalah 9,42. Sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas eksperimen adalah 15,53. Ini menandakan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Selain itu rata-rata postes untuk kelas eksperimen adalah 25,07 lebih tinggi dari setengah skor total, yaitu 40:2 =20. Artinya pencapaiannya cukup, namun belum memuaskan. Bila diperhatikan tabel 4.1, skor terendah adalah 7 dari skor maksimal 40, lebih rendah dari kelas eksperimen. ada hal yang cukup menarik untuk skor tertinggi, skor tertinggi dari postes justru berada di kelas kontrol. Skor tertinggi dikelas eksperimen hanya 36 dari skor maksimal 40. Sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol mencapai skor 38 dari skor maksimal 40.

4 53 Berdasarkan hasil pretes dan postes, terlihat kelas eksperimen lebih meningkat. secara deskriftif dapat digambarkan melalui diagram berikut: Skor Tes 20 Pretes Postes 10 0 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Gambar 4.1 Diagram perbandingan rata-rata pretes dan postes Rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen pada Tabel 4.1 sama-sama berkategori sedang karena berada dalam rentang antara 0.3 dan 0.7. Namun rata-rata gain kelas eksperimen lebih besar dari pada gain pada kelas kontrol. Tingkat gain ternormalisasi pada kategori sedang ke atas, kelas kontrol memiliki 17 orang berkategori rendah dari 37 orang siswa atau 45,94%. Sedangkan tingkat gain ternormalisasi pada kelas eksperimen, terdapat 40 siswa dari 41 siswa, atau 97,56% berkategori sedang keatas. Pada tabel 4.3, Peningkatan yang tinggi hanya terjadi pada elaborasi. Sedangkan peningkatan fluency, flexibility dan originality hanya meningkat pada level sedang.

5 54 Berdasarkan perbedaan rata-rata N-Gain dan perbedaan banyaknya siswa yang berada pada kategori gaain sedang ke atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan (N-Gain) kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Namun, untuk pengujian hipotesis tidak cukup hanya dengan perbedaan rata-rata N-Gain. Perlu diuji melalui perhitungan statistik. Tabel 4.4 Uji-uji kemampuan berpikir kreatif matematis Objek Taraf signifikansi yang Uji yang Alat Uji diperolah tiap kelas dilakukan Kelas Signifikansi Keterangan Pretes Kolmogorov- Kontrol 0,014 Tidak normal Uji Normalitas Smirnov eksperimen 0,012 Tidak normal Uji kesamaan kontrol dan Tidak ada Mann-Whitney 0,154 rata-rata eksperimen perbedaan Gain Uji Normalitas Kolmogorov- kontrol 0,070 Normal Smirnov eksperimen 0,105 Normal Uji Homogenitas Homogenity of variance kontrol dan eksperimen 0,000 Tidak Homogen Uji perbandingan rata-rata t kontrol dan eksperimen 0,003 Kelas esperimen lebih tinggi Hipotesis diterima Tolak H 0 jika taraf signifikansi < 0,05 Agar lebih jelas akan dijelaskan pengolahannya lebih rinci. Perhitungan statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat SPSS 16. Perhitungannya melalui tahap-tahap berikut. 1. Menguji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes Skor yang dihasilkan dari pretes diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, baik siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. kemampuan awal yang ingin diketahui adalah apakah ada perbedaan kemampuan antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

6 55 Dari data yang diperoleh terlebih dahulu akan diuji normallitasnya. Untuk menguji normalitasnya,digunakan uji Komolgrov-Smirnov (KSZ), dengan bantuan SPSS 16. Diperoleh hasilnya (output) sebagai berikut: Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampaun Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kolmogorov-Smirnov Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0, ,014 Eksperimen 0, , Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,161 dan signifikansi sebesar 0,014. taraf signifikansi (0,014) lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. artinya data dar kelas kontrol tidak normal 2. Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,158 dan taraf signifikansi sebesar 0,012. taraf signifikansinya (0,012) lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan yaitu 0,05. artinya data dari kelas eksperimen tidak normal. Karena data tidak normal, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji yang dilakukan diawali dengan hipotesis berikut: H 0 = Tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. H 1 = Terdapat perbedaan kemapuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tolak H 0 jika taraf signifikansi yang di peroleh lebih kecil dari 0,025.

7 56 Perhitungan dibantu menggunakan SPSS 16. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Mann-Whitney Pretes menggunakan SPSS 16 Uji Mann-Whitney Hasil hitung (U) z hitung Signifikansi 634,5 1,425 0,154 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,154, lebih besar dari 0,05. artinya, H 0 diterima. tidak ada perbedaan kemampaun awal pada kedua kelas. Siswa pada kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan yang sama. 2. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis penelitian 1 dalam penelitian ini adalah Penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. Maka hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H 0 : μ 1 = μ 2, Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas kontrol. H 1 : μ 1 > μ 2, Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengolahan gain, walaupun rata-rata menunjukan kategori sedang untuk kedua kelas, namun nampak perbedaan. Rata-rata gain kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata gain kelas kontrol. Selain itu gain

8 57 siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapat kategori sedang keatas dari pada kelas kontrol. Namun itu saja tidak cukup. Untuk lebih meyakinkanakan, nilai gain akan diuji menggunakan statistik. Pertama, uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Komolgrov-Smirnov, dengan bantuan SPSS 16. Hasil ujinya sebagai berikut: Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Gain Kemampaun Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kolmogorov-Smirnov Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0, ,071 Eksperimen 0, , Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,137 dan taraf signifikansi sebesar 0,71. taraf signifikansi (0,71) lebih besar dari taraf signifikansi yang di perbolehkan yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas kontrol normal. 2. Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,125 dan taraf signifikansi 0,125. taraf signifikansi yang diperoleh lebih bear dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas eksperimen berdisitribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut:

9 58 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Homogeneity of Variance Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 Hasil hitung Signifikansi (df 1) (df 2) 15, ,000 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,000, lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data tidak homogen. Uji dilanjutkan dengan uji t. uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H 0 : μ 1 = μ 2, H 1 : μ 1 > μ 2, Tolak H 0 jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji t Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Uji t t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 2,871 57,181 0,06 Uji hipotesis yang dilakukan, adalah uji satu pihak (1-tail). Sedangkan Output SPSS menggunakan uji dua pihak, maka perlu dilakukan perhitungan lanjutan untuk uji satu pihak. Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS, diperoleh nilai signifikansi 0,06. Untuk uji satu pihak nilai signifikansi di bagi dua, menjadi 0.003, lebih kecil dari 0,05. Dari hasil signifikansi tersebut H 0 ditolak, artinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

10 59 Dengan demikian hipotesis penelitan 1 ditolak. Artinya terbukti bahwa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. b. Hasil Angket Self-Confidence Hasil Angket self-confidence dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan skor dari angket awal dan angket akhir yang diberikan kepada kelas kontol dan eksperimen. skor tersebut diolah dan dikaji sesuai dengan pengolahan data yang telah dirancang dalam metode penelitian. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebanaran hipotesis 2 dan menganalisa penyebab dan hal-hal yang terkait. Sebelum pembuktian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan disajikan rangkuman skor yang diperoleh dari angket awal dan angket akhir pada kedua kelas, serta gain yang diperoleh seteleh dikonversi sebelumnya. Berikut data skor yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16 : Tabel 4.10 Daftar Rekapitulasi Skor Angket Self-Confidence Angket Kelas Konvensional Kelas Model-Eliciting Activity Angket Awal Angket Akhir <g> Angket Awal Angket Akhir <g> N X min 52,78 81,42 59,66 82,32 0,25 X maks 101,65 112,67 105,22 124,99 0,35 X 83,37 96,47 83,34 101,80 S 9,42 8,74 0,14 8,75 10,64 0,21 Keterangan: Skor maksimal ideal = 135 N = Jumlah siswa X min = Skor terkecil dari seluruh X maks = Skor terbesar dari seluruh siswa X = Rata-rata s = Deviasi standar

11 60 Tabel 4.11 Rekapitulasi gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Tingkat N-Gain Frekuensi % Frekuensi % ,32 Tinggi 12 31, ,02 Sedang 26 68, ,66 Rendah Jumlah Terlihat dari rata-rata angket awal kelas kontrol dan kelas kesperimen tidak berbeda. Sama-sama 83. Skor tertinggi dan skor terendahnyapun, dari masing-masing kelas, tidak jauh berbeda. Sehingga dapat di simpulkan secara kasat mata bahwa kedua kelas memiliki tingkat self-confidence yang sama. Bila di cermati skor rata-rata sudah melebihi setengah dari skor total. Artinya sudah mencapai taraf self-confidence yang cukup tinggi. Dari tabel 4.16 terlihat rata-rata (mean) dari angket akhir self-confidence terdapat perbedaan antara kelas kontol dan eksperimen. Kelas kontrol medapatkan rata-rata (mean) 96,47. Kelas eksperimen mendapatkan rata-rata (mean) 101,80. Dapat disimpulkan secara kasat mata bahwa hasil angket akhir kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Bila kita pehatikan deskriptif perbandingan rata-rata angket awal dan angket akhir akan terlihat perbedaan peningkatannya untuk setiap kelas. Jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

12 61 Skor Angket rata-rata angket awal rata-rata angket akhir 0 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Gambar 4.2 Perbandingan rata-rata angket awal dan akhir secara deskriptif Rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol berkategori rendah dan kelas eksperimen sama-sama berkategori sedang. Tingkat gain ternormalisasi pada kategori sedang ke atas, kelas kontrol memiliki 12 orang berkategori rendah dari 37 orang siswa atau 31.58%. Sedangkan tingkat gain ternormalisasi pada kelas eksperimen, terdapat 19 siswa dari 41 siswa, atau 46.34% berkategori sedang keatas. Berdasarkan hasil pengolahan gain, walaupun rata-rata menunjukan kelas kontrol berkategori rendah, sedangkan kelas eksperimen berkategori sedang Selain itu gain siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapat kategori sedang keatas dari pada kelas kontrol. Namun itu saja tidak cukup. Untuk membuktikan hipotesis 2, perlu perhitungan statistik. Perhitungan statistik yang dilakukan dirangkum dalam tabel berikut:

13 62 Objek Angket awal Tabel 4.12 Uji-uji untuk mengukur self-confidence Taraf signifikansi yang Uji yang Alat Uji diperolah tiap kelas Keterangan dilakukan Kelas Signifikansi Kolmogorov- Kontrol 0,200 Normal Uji Normalitas Smirnov eksperimen 0,200 Normal Uji Homogenity of kontrol dan 0,803 Homogen Homogenitas variance eksperimen Uji kontrol dan Tidak ada perbandingan Uji t 0,991 eksperimen perbedaan rata-rata Gain Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov Uji Homogenity of Homogenitas variance Uji perbandingan rata-rata t kontrol dan eksperimen Hipotesis diterima Tolak H 0 jika taraf signifikansi < 0,05 kontrol 0,200 Normal eksperimen 0,067 Normal kontrol dan 0,041 Tidak eksperimen Homogen 0,0115 Kelas esperimen lebih tinggi Agar lebih jelas, akan dijelaskan lebih rinci tahap-tahap pelaksanaannya. Perhitungan statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat SPSS 16. Perhitungannya melalui tahap-tahap berikut. 1. Menentukan tingkat self-confidence awal Skor yang dihasilkan dari angket awal self-confidence diperlukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri awal siswa, baik siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Ingin diketahui apakah ada perbedaan kemampuan antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun, sebelumnya skor tersebut terlebih dahulu dikonversi dan diuji normalitas dan homogenitasnya. Konversi menggunakan bantuan program Excel Succesive Detail. Dapat dilihat dilampiran.

14 63 Perhitungan statistic diawali dengan uji normalitas dan homogenitas. Untuk menguji normalitasnya,digunakan uji Komolgrov-Smirnov (KSZ), dengan bantuan SPSS 16. Diperoleh hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Angket Awal Self-Confidence. Kelas Kolmogorov-Smirnov Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0, ,200 Eksperimen 0, , Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,095 dan signifikansi sebesar 0,20. taraf signifikansi (0,20) lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. artinya data dari kelas kontrol normal 2. Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,086 dan taraf signifikansi sebesar 0,20. teraf signifikansinya (0,20) lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan yaitu 0,05. artinya data dari kelas eksperimen normal. Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance. Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Angket Awal Self-Confidence. Homogeneity of Variance Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 Hasil hitung Signifikansi (df 1) (df 2) 0, ,803 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,803, lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data homogen.

15 64 Uji dilanjutkan dengan uji perbandingan dua rata-rata. Uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H 0 = Tidak ada perbedaan tingkat self-confidence awal yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. H 1 = Ada perbedaan tingkat self-confidence awal yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tolak H 0 jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05) Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Perbandingan Dua Rata-Rata Angket Awal Self-Confidence Uji t t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 0, ,991 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,991, lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). H 0 diterima, artinya tidak ada perbedaan tingkat selfconfidence awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Terbukti bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat self confidence yang sama. 2. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis penelitian 2 dalam penelitian ini adalah Penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan self-confidence siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. Maka hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

16 65 H 0 : β 1 = β 2, Peningkatan self-confidence siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan peningkatan selfconfidence siswa kelas kontrol. H 1 : β 1 > β 2, Peningkatan self-confidence siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada peningkatan self-confidence siswa kelas kontrol. β = rata-rata self-confidence Pertama, uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Komolgrov-Smirnov, dengan bantuan SPSS 16. Hasil ujinya sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Gain Self-Confidence Kelas Kolmogorov-Smirnov Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0, ,200 Eksperimen 0, , Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,101 dan taraf signifikansi sebesar 0,200, lebih besar dari taraf signifikansi yang di perbolehkan yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas kontrol berdistribusi normal. 2. Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,133 dan taraf signifikansi 0,067. taraf signifikansi yang diperoleh lebih bear dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas eksperimen berdisitribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance. Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut:

17 66 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Gain Self-Confidence Homogeneity of Variance Hasil hitung Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 (df 1) (df 2) Signifikansi 4, ,041 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,041, lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data tidak homogen. adalah: Uji dilanjutkan dengan uji t. uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya H 0 : β 1 = β 2, H 1 : β 1 > β 2, Tolak H 0 jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari signifikansi 0,05 Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.19 Hasil Uji t Peningkatan Self-Confidence Uji t t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 2,331 71,116 0,023 Uji hipotesis yang dilakukan, adalah uji satu pihak (1-tail). Sedangkan Output SPSS menggunakan uji dua pihak, maka perlu dilakukan perhitungan lanjutan untuk uji satu pihak. Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS, diperoleh nilai signifikansi 0,023. Karena uji yang digunakan uji satu pihak, maka signifikansi yang diperoleh dibagi dua, menjadi 0,0115. H 0 ditolak, artinya peningkatan self-confidence kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

18 67 Dengan demikian hipotesis penelitan 2 ditolak. Artinya terbukti bahwa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan self-confidence siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. c. Deskripsi Penelitian Untuk gambaran deskriptif, akan dipaparkan bagaimana proses pelaksanaan penelitian berlangsung. Diceritakan pula temuan-temuan yang muncul saat penelitian, apa temuannya, bagaimana kemunculannya, dan bagaimana dampaknya. Semua gambaran yang dipaparkan ini merupakan pendukung dari hasil pembuktian hipotesis. 1. Pertemuan pertama Pertemuan pertama ini merupakan pertemuan yang perlu banyak persiapan. Pada pertemuan pertama ini siswa pertama kali belajar menggunakan pendekatan model-eliciting activities. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama ini cukup banyak, sehingga guru harus mempersiapkan strategi yang benar-benar bagus. Pertemuan pertama ini siswa belajar tentang menggambar garis singgung pada satu titik pada lingkaran dan satu titik di luar lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activities.

19 68 Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Karena ini hari pertama, setiap kelompok menanyakan cara menjawab tiap poin yang ada dalam LKS. Semua kelompok merasa kesulitan. Sebetulnya apa yang terjadi pada pertemuan pertama sudah diprediksi oleh guru, guru sudah mengantisipasi. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menggambar garis singgung lingkaran dari satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran. Langkah-langkah yang diharapkan dibangun oleh siswa adalah: a) Membuat garis antara titik pusat misalkan O dan titik di sisi lingkaran M. b) Membuat dua buah busur yang saling berpotongan, dengan pusat O dan M. c) Tarik garis antara titik potong dua busur sehingga memotong garis OM d) Beri nama titik potong garis misalkan titik P e) Membuat busur dengan pusat di titik P dan jari-jari dari P ke O. memotong lingkaran. f) Menarik garis dari titik M ke titik potong lingkaran O dan busur P Siswa merasa bingung bagaimana menyusun langkah-langkahnya. Beberapa kelompok langsung membuat langkah-langkah seperti ini: a) Hubungkan titik pusat (misalkan titik O) dengan titik pada sisi lingkaran (misalkan titik A) hingga membentuk jari-jari. b) Buat garis di titik A yang tegak lurus dengan jari-jari OA. c) Terbentuklah garis singgung lingkaran.

20 69 Guru langsung mengantisipasi. guru mengingatkan materi yang terkait dengan menggambar garis singgung pada satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran, yaitu menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka. Menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka pernah dipelajari di kelas 7. Setelah siswa diberi petunjuk, beberapa kelompok mulai menggambar dan membuat langkah-langkah sesuai yang diharapkan. Namun, masih ada beberapa kelompok yang masih belum bisa. Kelempok tersebut lupa cara menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka. Guru mendatangi meja kelompok yang belum bisa, dan memberi sedikit contoh. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar. Kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 2. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua masih merupakan pertemuan yang perlu banyak persiapan. Pada pertemuan kedua siswa masih belajar menggunakan pendekatan model-eliciting activity. Materi yang dipelajari pada pertemuan ini juga cukup banyak, sehingga guru harus mempersiapkan strategi yang tidak kalah bagus dengan pertemuan sebelumnya. Pertemuan kedua ini siswa belajar tentang menghitung panjang garis singgung yang melalui satu titik di luar lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam

21 70 pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Setiap kelompok masih menanyakan cara menjawab tiap poin yang ada dalam LKS. Semua kelompok masih merasa kesulitan. Apa yang terjadi pada pertemuan pertama sudah memberikan gambaran tentang hal yang akan terjadi dan diprediksi oleh guru. Guru sudah mengantisipasi. dalam LKS siswa diharuskan menyusun model untuk menghitung garis singgung lingkaran yang melalui satu titik diluar lingkaran. Model yang dibuat berasal dari konsep Pythagoras. Bentuk model yang yang diinginkan adalah: d = O 2 r 2 d = Panjang garis singgung O= Jarak titik pusat lingkaran dan titik di luar lingkaran r = Jari-jari lingkaran Sama dengan pertemuan pertama, Siswa merasa bingung bagaimana menyusun modelnya. Guru membiarkan siswa untuk berfikir sejenak sebelum memutuskan untuk memberi petunjuk. Setelah menunggu sejenak ada satu kelompok yang mulai mendapatkan gagasan yang bagus. Kelompok tersebut menemukan petunjuk dari seketsa gambar yang telah dibuat mereka. Mereka menemukan konsep Pythagoras.

22 71 Melalui konsep tersebut, mereka dapat membuat model dan menyelesaikan masalah-masalah dalam LKS. Namun, nampaknya kelompok lainnya masih perlu bantuan dalam mencari ide. Guru pun akhirnya memberikan petunjuk sesuai rencana, yaitu memberikan sketsa gambar yang menampakkan konsep Pythagoras. Pada akhirnya semua kelompok selesai. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan model (rumus) menghitung panjang garis singgung lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran, dan mengakhiri kegiatan pembelajaran. 3. Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga, terlihat setiap kelompok sudah terbiasa dengan pendekatan model-eliciting activity. Hanya tiga kelompok dari sepuluh kelompok yang masih perlu dibantu dalam pengerjaannya. Ketiga kelompok tersebut anggota kelompoknya terdiri dari anak-anak yang sebelumnya kurang aktif. Namun guru tidak terlalu sulit dalam memberi petunjuk pada ketiga kelompok tersebut. Pertemuan ketiga siswa belajar tentang menggambar garis singgung persrsekutuan dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity.

23 72 Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menggambar garis singgung persekutuan dua lingkaran. Siswa tidak lagi terlihat bingung bagaimana menyusun langkah-langkahnya. Siswa dapat menggamabar dengan baik karena sudah punya pengalaman saat menggambar sebelumnya. Guru tidak begitu banyak membantu. Bagi kelompok yang belum mengerti, guru mengingatkan cara menggambar garis singgung pada pertemuan pertama. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung persekutuan dua lingkaran kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 4. Pertemuan keempat Pada pertemuan keempat, sama seperti pertemuan ketiga. Namun siswa telihat dapat mengerjakan soal dalam LKS tanpa banyak bertanya, dan dapat mengerjakan dengan cepat. Pertemuan keempat ini siswa belajar tentang menghitung panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan Model-eliciting activity.

24 73 Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun model untuk menghitung panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar. kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 5. Pertemuan kelima Pertemuan kelima siswa belajar tentang menghitung panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. dalam LKS siswa diharuskan menyusun model (rumus) untuk menghitung panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar, kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran.

25 74 6. Pertemuan keenam Pada pertemuan keenam ada hal yang unik. Saat itu ada satu kelompok yang sebagaian besar anggotanya masuk terlambat dikarenakan ada tugas pramuka sehingga sisa anggota kelompoknya digabung dengan kelompok lain. Setelah seperempat jam pelajaran kelas berjalan, anggota kelompok yang diluar tadi masuk kelas dan langsung membentuk kelompok sendiri dan langung mengerjakan sendiri. Hebatnya lagi mereka mengerjakan LKS lebih cepat dari kelompok lain tanpa bantuan guru. Pada pertemuan keenam siswa belajar tentang menghitung panjang lilitan minimal. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menghitung panjang lilitan minimal. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar, kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran.

26 75 B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengamatan saat pelaksanaan penelitin, ada beberapa temuan yang cukup menarik untuk dikaji. Temuan-temuan ini dikaji berdasarkan pengamatan saat penelitian, diskusi dengan guru, dan obrolan dengan siswa yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya, karena penemuan-penemuan yang ada ini muncul begitu saja tanpa perencanaan. a. Kajian Temuan dan Pembahasan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Diterimanya hipotesis 1, tidak terlepas dari proses pelaksanaan penelitian di lapangan. Kegiatan belajar pembelajaran tidak pernah lepas dari faktor guru, siswa, materi, dan interaksi antara ketiganya. Namun dalam penelitian ini faktor yang lebih diamati adalah siswa, materi dan interaksi antara keduanya yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis. Interaksi siswa dengan materi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama baik. Siswa begitu antusias terhadap materi yang diberikan. Semangat siswa begitu tinggi. Terlihat dari keaktifan mereka dalam memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas, serta dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa untuk memunculkan kemampuan kreatif perlu kegiatan yang didalamnya terdapat eksplorasi, penemuan, diskusi, proyek dan pemecahan masalah. Penerapan pendekatan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas memberikan dampak yang cukup signifikan pada kedua kelas. Penerapan pendekana model-eliciting activities pada kelas eksperimen

27 76 memberikan suasana yang berbeda. Siswa diharuskan membangun rumus dan cara-cara sendiri yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa dituntut untuk berpikir lebih keras dan berbeda dari biasanya. dengan cara ini siswa terlatih untuk berpikir kreatif. Sebagai contoh siswa diharuskan mencari cara untuk menggambar garis singgung dengan benar. Sesuai penjelasan yang disajikan dalam kajian pustaka, Herman von Helmholtz, (dalam Surya:2011) membagi langkah proses kreatif dalam tiga tahap, yaitu saturasi, inkubasi dan iluminasi. Dalam menyelesaikan masalah ini siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang menggambar garis singgung melalui diskusi antara anggota kelompok. Setalah itu siswa akan masuk ketahap inkubasi. Masa inkubasi tiap siswa dalam kelompok berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Bagi siswa yang lambat guru sudah membuat persiapan untuk membantu (dapat dilihat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen pada lampiran). Siswa tidak langsung diberi tahu, namun diberi petunjuk-petunjuk yang mengarah pada jawaban. Sehingga siswa tetap mengalami tahap iluminasi. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa di kelas kontrol hanya diberikan masalah yang cara penyelasaiannya sudah diberi tahu oleh guru. Jadi kegiatan siswa hanya menyelesaikan masalah biasa. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kreatif matematik kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tentang berpikir kreatif matematis, ada beberapa hal yang menarik perhatian peneliti untuk dikaji, diantaranya:

28 77 1. skor tertinggi pretes kelas kontrol lebih tinggi dari skor tertinggi kelas eksperimen 2. skor terkecil postes kelas kontrol lebih kecil dari kelas eksperimen 3. skor tertinggi postes kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen 4. rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol peneliti akan kaji satu persatu. 1. Skor tertinggi pretes kelas kontrol lebih tinggi dari skor tertinggi kelas eksperimen Hal ini merupakan fenomena yang cukup unik terjadi dalam penelitian. Hal ini memberikan dugaan seolah-olah kelas yang dijadikan kelas kontrol lebih tinggi kemampuannya dari pada kelas eksperimen dan terkesan bertentangan dengan pembuktian hipotesis. Namun sesungguhnya tidak demikian. Skor tertinggi pretes pada kelas kontrol merupakan hasil pekerjaan anak yang cukup menonjol dikelas. anak tersebut memang berbeda dari yang lainnya. Di SMP Negeri 1 Cipanas mengadakan program kelas unggulan pada tiap tinggkat. Program kelas unggulan adalah program kelas yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berada diatas rata-rata. Program tersebut ada pada tiap tingkat, dimulai kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Berdasarkan informasi dari guru, anak tersebut pernah masuk kelas unggulan di kelas 1, namun karena ada satu pelajaran yang nilainya turun dan kurang memenuhi starndar program kelas unggulan, maka saat naik ke kelas 2, anak tersebut keluar dari kelas unggulan dan ditempatkan di kelas yang menjadi kelas kontrol. Selain itu perlakuan guru terhadap anak tersebut berbeda dari

29 78 anak yang lain di kelas. Anak tersebut selalu diberi porsi latihan yang lebih banyak, karena jika disamakan dengan anak yang lain, anak tersebut cenderung merasa bosan. 2. Skor terkecil postes kelas kontrol sangat kecil Metode ekspositori memberikan kesempatan siswa untuk aktif. Pembelajaran tidak sepenuhnya didominasi oleh guru. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua siswa dapat kesempatan untuk aktif. Terutama apabila harus bersaing dengan anak-anak yang memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. Ada beberapa siswa yang tetap pasif. Jumlah siswa dikelas mencapai 38 siswa, ini membuat guru sulit untuk membuat seluruh siswa aktif, karena tidak mungkin guru memperhatikan siswa satu-persatu. Guru hanya bisa mengakomodir siswa-siswa yang menunjukan keaktifannya, maka dari itu ada beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan dalam pembelajaran. Itu sebabnya peningkatan yang tejadi di kelas kontrol tidak sebaik kelas eksperimen. 3. Skor terbesar postes kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen Hal ini menggambarkan seolah-olah membantah hasil pembuktian hipotesis. Namun tidak demikian. Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran dikelas kontrol, ada beberapa anak yang memiliki keaktifan, serta antusiasme yang lebih tinggi dari kelas eksperimen, tidak heran bila mereka memiliki nilai yang lebih baik. Namun itu hanya sebagian kecil siswa.

30 79 4. Rata-rata skor postes kelas eksperimen secara deskriptif lebih tinggi dari kelas kontrol. Pembelajaran model-eliciting activities, memposisikan siswa dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan masalah. hal ini memberikan kesempatan bagi masing masing siswa untuk mengeksplorasi sendiri materi yang sedang dipelajari. Masing-masing siswa juga memiliki kesempatan untuk aktif dalam kelompok. Selama pembelajaran terlihat tidak ada siswa yang tidak mengutarakan pendapat. Bila dilihat hasil LKS siswa, nampak semua kelompok menjawab dan mengisi LKS dengan lengkap. Artinya semua kelompok mengkaji dengan baik metri yang dipelajari. Walaupun tidak menonjol, namun merata. Hampir seluruh siwa dapat mengerjakan soal tes. Berdasarkan peningkatan yang terjadi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Ada beberapa hal yang harus dikaji, yaitu: a. Tingkat N-gain tinggi pada kelas kotrol lebih banyak. Dari pada kelas eksperimen. Hal ini seolah olah membantah hipotesis. Namun tidak demikian. memang untuk beberapa anak, lebih menikmati pembelajaran meggunakan model konvensional. Siswa dapat mendapatkan materi dengan mudah tanpa harus banya berfikir. Dalam mengerjakan latihan, siswa tidak perlu berpikir lebih. Siswa cukup mengikuti arahan dan petunjuk dari guru. Anak-anak yang mengalami peningkatan yang tinggi di kelas kontrol memang cukup unik, karena saat berbicang dengan guru, saat belajar dengan

31 80 guru kelas, anak tersebut tidak terlalu aktif. Namun pada saat pelaksanaan pebelajaran, anak tersebut lebih aktif. Mungkin merasa mendapatkan suasana baru, belajar dengan guru yang baru. b. Tingkat N-gain sedang pada kelas eksperimen sangat banyak. Hal ini merupakan dampak dari pembelajaran yang merata. Hampir setiap siswa mendapatkan kegiatan yang sama, dan memiliki kesempatan untuk aktif yang sama dalam kelompoknya. Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian, tebukti bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan model-eliciting activities dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. namun peningkatan yang terjadi tidak merata pada tiap indikator. Hal ini menimbulkan pertanyaan, yaitu: 1. mengapa pendekatan model-eliciting activities hanya baik dalam meningkatkan elaboration? Jawab: berdasarkan kajian yang peneliti lakukan, peningkatan yang terjadi pada indikator ini (elaboration), terjadi karena dampak dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Salah satu keunggulan pendekatan modeleliciting activities dapat membuat siswa memahami materi lebih mendalam, sehingga mampu mengembangkan konsep yang sudah ada untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit atau permasalahan materi lain yang berhubungan dengan materi yang sudah dikuasai. 2. Mengapa peningkatan flexibility, fluency dan originality hanya mencapai kategori sedang?

32 81 Jawab: Berdasarkan pengamatan peneliti, mengeluarkan gagasan, memikirkan cara menyelesaikan masalah yang beragam, dan memunculkan sesuatu yang baru merupakan hal yang tidak biasa bagi siswa. Karena siswa terbiasa berpendapat dan memecahkan masalah sesuai pendapat dan cara dari guru. Selain itu, untuk meningkatkan flexibility, fluency dan originality tidak bisa dalam waktu yang cepat, perlu waktu lebih dari satu bulan. Maka dari itu peningkatan yang terjadi belum maksimal. b. Kajian Temuan dan Pembahasan Data Hasil Angket Self-Confidence Diterimanya hipotesis 2, tidak terlepas dari proses pelaksanaan penelitian di lapangan. Kegiatan belajar pembelajaran tidak pernah lepas dari faktor guru, siswa, materi, dan interaksi antara ketiganya. Namun dalam penelitian ini faktor yang lebih diamati adalah siswa, materi dan interaksi antara keduanya yang mendukung terhadap peningkatan self-confidence. Untuk meningkatkan self-confidence perlu kegiatan yang didalamnya terdapat dinamika atau interaksi kelompok (Suhardita: 2011). Interaksi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama baik. Siswa begitu antusias terhadap materi yang diberikan. Semangat siswa begitu tinggi. Terlihat dari keaktifan mereka dalam memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas, serta dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Penerapan pendekatan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas memberikan dampak yang cukup signifikan pada kedua kelas. Penerapan

33 82 pendekana model-eliciting activities pada kelas eksperimen memberikan suasana yang berbeda. Interaksi siswa dalam kelas kontrol cukup tinggi, namun masih didominasi oleh anak-anak tertentu. Masih ada sebagian anak yang tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan keaktifan mereka. Lain dengan kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran model-eliciting activities. Siswa harus berdiskusi dalam membangun model sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan berinteraksi dengan baik. Anak yang jarang memiliki kesempatan berpendapat memiliki kesempatan untuk berpendapat, walaupun prosesnya bertahap. Pada awal pembelajaran terlihat anak yang tergolong memiliki rasa percaya diri yang baik masih mendominasi. Namun pada pembelajaran berikutnya perlahan lahan siswa yang tidak terbisa berbicara mulai mengutarakan pendapatnya. Sehingga rasa percaya diri masing-masing siswa dapat muncul sedikit demi sedikit. Selama pelaksanaan penelitian, tugas guru (peneliti) di kelas eksperimen hanya memantau, dan membantu seperlunya. Semua kegiatan sepenuhnya dalam kendali siswa. Dengan keadaan seperti itu guru (peneliti) memiliki kesempatan untuk mengamati setiap kegiatan yang terjadi dikelas. Ada beberapa hal yang menjadi temuan dari data hasil angket selfconfidence. Diantaranya: 1. Rata-rata gain self-confidence pada kelas kontrol 2.5 (rendah) dan 3.4 (sedang)

34 83 Pada tabel 4.9 terlihat tingkat rata-rata self-confidence awal siswa dari kedua kelas 83 lebih tinggi dari setangah skor ideal (135) yaitu 67,5. Hal ini berarti pada kondisi awal sebelum diberikan perlakuan self-confidence siswa sudah baik. Berdasarkan diskusi dengan guru bimbingan konseling di sekolah baiknya self-confidence siswa diantaranya disebabkan oleh adanya kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Adanya kegiatan tersebut memungkinkan terjadinya interaksi sosial sehingga memupuk self-confidence siswa. Kondisi self-confidence siswa yang terlihat sudah baik menyebabkan peneliti sulit untuk lebih meningkatkannya. Maka dari itu rata-rata N-gain pada Tabel 4.9 hanya 0,251 (rendah) untuk kelas kontrol dan 0,345 (sedang) untuk kelas eksperimen. 2. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat self-confidence tinggi di kelas kontrol. Berdasarkan pengamatan peneliti saat pelaksanaan penelitian, interaksi siswa yang terjadi dikelas, didominasi dengan interaksi antara guru dan siswa. Itu pun hanya siswa tertentu. Interaksi siswa hanya terjadi antara teman sebangku. Hal ini berakibat peningkatan self-confidence tidak ada yang mengalami peningkatan yang tinggi. 3. Terjadi peningkatan self-confidence di kelas kontrol Pembelajaran konvensional yang saya gunakan adalah ekpositori, didalam pembelajaran ini siswa mengalami interaksi sosial. Interaksi tersebut terjadi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Interaksi siswa dan guru terjadi dalam bentuk Tanya jawab, sedangkan interaksi siswa dengan siswa terjadi dalam

35 84 bentuk diskusi dengan teman sebangku. Ada kalanya dalam kelomok. Namun, porsi interaksinya masih terbatas. Interaksi akan terjadi hanya pada saat-saat guru memberikan kesempatan. C. KETERBATASAN Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan. Diantanya: a. Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan model-eliciting activities merupakan hal yang baru bagi siswa, maka dalam pelaksanaanya peneliti banyak melakukan penyesuaian-penyesuaian agar siswa tidak sulit untuk beradaptasi. Namun, penyesuaiannya tidak keluar dari prinsip-prinsip dari pendekatan model-eliciting activities. b. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam waktu 1 bulan, sehingga peningkatan yang terjadi belum maksimal, hanya cukup untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. c. Penelitian ini hanya bertujuan melihat apakan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan model-eliciting activities dapat lebih menigkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan self-confidence siswa SMP dari pada pembelajaran konvensional. Jika ingin melihat pencapaiannya perlu dilakukan penelitian yang lebih lama dari penelitian ini. d. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-confidence dalam penelitian ini hanya baru menggunakan angket. Untuk memperkuat hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat ukur lain.

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok kedua sebagai kelompok Kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok kedua sebagai kelompok Kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Disain penelitian ini adalah disain eksperimen berbentuk disain kelompok sebanyak 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh berasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket siswa dan lembar observasi.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs Dede Siti Nurjanah Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Subang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dengan analisis data yang diperoleh, perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa pengujian-pengujian dengan perhitungan statistika melalui teknik analisis data yang telah dijelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan Collaborative Problem Solving.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan 6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam 18 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Hasil Belajar a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Hasil analisis data yang diperoleh merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut diperoleh dari hasil pretes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut diperoleh dari hasil pretes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data kemampuan koneksi matematis siswa kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 52 siswa dengan terdiri dari dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Pada penjelasan pada bab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think 78 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di MIN Punggung Lading Pariaman Selatan smester genap tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil pretes dan hasil postes pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian akan menjawab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah dikemukakan pada BAB I bahwa penelitian ini bertujuan untuk menelaah kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi pembelajaran dan pembahasannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan data hasil skala sikap siswa. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang membandingkan keefektifan pembelajaran kelompok eksperimen yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen. Subjek yang dipilih tidak dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Data Bagian ini merupakan deskripsi dan analisis data dari instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter komunikatif/bersahabat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang aktivitas siswa dalam belajar matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI). 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pembelajaran matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretes dan postes menjadi standar yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) yang dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester genap SDN Kandangan 03 yang berjumlah 25 siswa dan SDN Polosiri 01 yang

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 1 Tambakdahan) Anggun Fuji Lestari, S.Pd Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran pelaksanaan pembelajaraan dengan umpan balik dan tanpa umpan balik serta perbedaan

Lebih terperinci

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Menurut Arifin (2011: 74), Metode eksperimen kuasi disebut juga

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 585-592 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan 80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arifin (2011: 68), metode eksperimen merupakan cara praktis untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan, terdapat dua jenis data yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang berada di kelas reguler yaitu yang bukan merupakan kelas unggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Dan Data Penelitian 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Strategi Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan langkah-langkah penyelidikan yang tepat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, sebab dalam penelitian ini diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena penelitian ini akan melihat pengaruh penerapan metode inkuiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 12

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 12 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Kelas di SMP Negeri 1 Bandarlampung terdiri dari sembilan kelas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di Jl. Panglima Polem No. 5 Segalamider, Kota Bandarlampung. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model bahan ajar matematika berkarakter yang dikembangkan berdasarkan learning obstacle siswa dan karakter yang dapat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan 80 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian yang telah penulis lakukan di SMPN 1 Batang Anai terdiri dari tiga kelas sampel, yaitu dua kelas sebagai kelas eksperimen dan satu

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Indikator Berpikir Kreatif Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 42

DAFTAR TABEL. 1. Indikator Berpikir Kreatif Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 42 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif... 25 2. Kriteria N-gain... 42 3. Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 42 4. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 45 5. Kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat dengan perlakuan terhadap variabel bebas untuk melihat hasilnya pada variabel terikat dengan pengambilan sampel tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan Pendekatan dalam pembelajaran matematika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan bahan ajar matematika berkarakter yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan disposisi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Menurut Sugiyono (2012:3) menyatakan bahwa Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 7 BAB III METODE PENELITIAN A. POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan subyek dalam suatu penelitian. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 3 Garut. Sedangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... halaman i ii iii iv vi x xiii xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Dalam penelitian ini kelas eksperimen maupun kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang keefektifan pembelajaran model kooperatif tipe TAI dengan pendekatan CTL dan pembelajaran konvensional. Selain itu akan diperbandingkan

Lebih terperinci

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pamona Utara yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman no 21 Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba instrumen, hasil penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah data hasil observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang disertai dengan LKS pemecahan masalah terhadap kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemaparan mengenai hasil penelitian yang telah didapatkan dan pembahasan akan dipaparkan lebih rinci pada Bab ini, pemaparan ini berlandaskan pada tujuan penelitian

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Nonequivalent Groups Pretest-Posttets

Gambar 3.1. Nonequivalent Groups Pretest-Posttets 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain eksperimen kuasi, karena penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen 2 Salatiga yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No. 111b Kecamatan Tingkir Salatiga.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitiaan adalah siswa kelas 6 SDN Kutowinangun 12 dan SDN 03 Kutowinangun. Jumlah subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester genap

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester genap 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester genap SMP Negeri 7 Kotabumi tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Terpilihnya metode kuasi eksperimen karena peneliti tidak memilih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa nilai pretest dan posttest siswa dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data tersebut kemudian dianalisis melalui

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang 28 BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arifin (011:68), metode eksperimen merupakan cara praktis untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I Erma Monariska Universitas Suryakancana ermamonariska@gmail.com ABSTRAK Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang aktivitas siswa dalam belajar matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP Oleh: Dwi Endah Pratiwi (1) Karso (2) Siti Fatimah ABSTRAK (2) Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N I BERGAS yang beralamat di Karangjati, Kec. Bergas, Kab. Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel dari kelas VII. Untuk mendapatkan kelas yang akan dijadikan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi

Lebih terperinci

MENERAPKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

MENERAPKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP MENERAPKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP Indra Siregar STKIP Sebelas April Sumedang E-mail: dracakep@yahoo.co.id ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental dengan bentuk desain Nonequivalent Control Group Design, dimana subyek penelitian tidak dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB di SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2013/2014. Kelas VIIIA sebagai kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang berlokasi di Desa Karangjati. Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2011: 72) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data penelitian yang dideskripsikan yaitu data pemahaman konsep siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai LKS di kelas VIII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan self confidence siswa melalui pembelajaran dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematis siswa dan data hasil skala sikap.

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-97 Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming Sindy Artilita 1 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk: 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen, pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi Eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek

Lebih terperinci