BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil (Depkes, 2008). Lebih 90 negara dengan populasi penderita 40% dari penduduk dunia menderita malaria. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan yang dikeluarkan pada Desember 2013 mencatat bahwa masih terdapat 207 juta kasus malaria di tahun 2012 dengan perkiraan kasus kematian sebanyak 627 ribu yang didominasi oleh anak-anak (WHO, 2013). Demikian pula halnya dengan negara Indonesia, menurut Leihad (2011), sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota merupakan daerah endemik malaria. Perkiraan persentase penduduk yang berisiko tertular penyakit ini adalah sebesar 42,42 %. Menurut laporan UNICEF, malaria telah menyebabkan lebih dari orang Indonesia meninggal dan antara 10 sampai 12 juta orang jatuh sakit setiap tahunnya (UNICEF, 2009). Wilayah terbesar yang masih mempunyai masalah dengan malaria adalah kawasan Timur Indonesia yang mencakup seluruh wilayah baik dari tingkat desa sampai tingkat Propinsi, yang tersebar dari Nusa Tenggara Timur ke Maluku sampai Papua. Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu (Arsin, 2012): 1) Plasmodium Falciparum yang menyebabkan malaria tropica dimana pasien dapat mengalami berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dan lain-lain; 2) Plasmodium Vivax yang menyebabkan malaria jenis tertiana dimana pasien malaria merasakan demam muncul setiap hari ketiga dan merupakan penyebab kira-kira 43% kasus penyakit malaria pada manusia; 3) Plasmodium Ovale yang menyebabkan malaria jenis malaria pernisiosa, namun malaria jenis ini jarang sekali dijumpai, 1

2 2 umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat; 4) Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria jenis malaria quartana, dimana pasien akan merasakan demam setiap hari keempat dan menyebabkan kira-kira 7% penyakit malaria didunia. Gambar 1.1 merupakan contoh citra parasit malaria. Gambar 1.1 Citra jenis parasit malaria (Ghaffar, 2004) Penyakit malaria mempunyai gejala awal antara lain adalah demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala yang hebat, badan terasa lemah, mual-muntah dan tidak nafsu makan, kuning pada mata, air seni berwarna teh tua serta wajah pucat karena kurang darah. Apabila tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, dapat terjadi kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Diagnosis pada seseorang yang terjangkit malaria adalah berdasarkan gejalanya. Dugaan malaria semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya pasien telah mengunjungi daerah endemik malaria. Untuk memperkuat diagnosis maka harus dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan ada tidaknya parasit plasmodium pada sampel darah. Sampai saat ini pemeriksaan standar untuk diagnosis malaria aktif adalah dengan menggunakan alat mikroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis mempunyai kepekaan baik dan dapat mengidentifikasi jenis parasit dan pengaruhnya akan tetapi memerlukan tenaga ahli mikroskopik yang terlatih dan memakan waktu yang relatif panjang untuk mendapatkan hasil pemeriksaan (Tuti

3 3 & Worowijat, 2009; Tuti, 2010; Poespoprodjo, 2011). Namun, karena situasi serta kondisi sebagian besar laboratorium untuk daerah-daerah terpencil di Indonesia belum memadai maka hal ini berimbas pada reliabilitas hasil pemeriksaan yang masih rendah (koefisien kesepakatan Kappa < 0,61) (Tuti & Worowijat, 2009). Contohnya adalah dari hasil evaluasi program pemantapan mutu eksternal laboratorium kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar (Arum et.al., 2006). Oleh sebab itu, kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif dan mudah dilakukan (Arum et.al., 2006). Diagnosis yang tepat sangat diperlukan terkait dengan akurasi data untuk menentukan kebijakan program, menentukan pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat dan benar, evaluasi pengobatan dan resistensi antimalaria (Pusarawati & Tantular, 2006). Agar analisis dapat dilakukan dengan mudah oleh tenaga paramedis nondokter, maka diperlukan sistem analisis dan interpretasi penyakit malaria berbasiskan komputer. Sistem pendeteksi parasit malaria berbasiskan komputer pada umumnya dibangun melalui beberapa tahap pemrosesan, yaitu: akuisisi citra, pra-pengolahan citra, segmentasi citra, ekstraksi ciri dan klasifikasi. Untuk itu perlu dilakukan digitalisasi sampel citra preparat darah pasien, yang selanjutnya data citra digital tersebut disiapkan untuk proses berikutnya yaitu proses pra pengolahan citra. Hasil proses ini, citra dalam bentuk data digital siap untuk dianalisis dan diinterpretasikan dengan bantuan komputer dengan menggunakan teknik pengolahan citra dan pengenalan pola. Proses-proses yang dilakukan tersebut diatas tentunya memerlukan suatu algoritme penyelesaian sehingga sistem yang dibangun memiliki tingkat kehandalan yang baik. Pada spesifikasi perangkat keras komputer yang sama, hal yang paling berpengaruh terhadap waktu proses adalah banyaknya perangkat lunak atau program yang aktif secara bersamaan pada saat pengujian. Oleh karena itu, kebenaran suatu algoritme harus

4 4 diuji dengan jumlah masukan tertentu untuk melihat kinerja algoritme. Evaluasi dapat berupa waktu yang diperlukan untuk menjalankan algoritme dan ruang memori yang diperlukan untuk struktur datanya (Liu, 1985; Sedgewick & Flajolet, 2013). Besaran yang dipakai untuk menerangkan model penilaian waktu/ruang algoritme adalah dengan menggunakan kompleksitas algoritme. Salah satu permasalahan penting dalam bidang pengolahan citra dan pengenalan pola adalah bagaimana mengekstraks dan menemukan ciri (feature) yang relevan dari citra agar objek dapat dikenali. Tujuan utama dari ekstraksi ciri adalah untuk memperoleh ciri-ciri yang terdapat pada objek di dalam citra untuk mengenali objek tersebut. Proses ini berkaitan dengan kuantisasi karakteristik citra ke dalam sekelompok nilai ciri yang sesuai. Ciri-ciri umum yang digunakan untuk mengenali satu atau beberapa objek di dalam citra adalah ukuran, posisi atau lokasi, dan orientasi atau sudut kemiringan objek terhadap garis acuan yang digunakan. Ciri hasil proses ekstraksi dapat bersifat relevan, tidak relevan dan redundan. Oleh karena itu, diperlukan proses menyeleksi dan mereduksi dimensi ciri menjadi sekumpulan bilangan yang lebih sedikit tetapi representatif (Guyon & Elisseeff, 2003). Pola citra antar parasit malaria berbeda, hal ini bergantung pada jenis parasitnya. Untuk membedakan pola satu dengan yang lain diperlukan suatu ciri untuk masing-masing pola. Penelitian terkait ciri yang digunakan untuk mendeteksi dan menganalisis parasit malaria antara lain adalah ciri histogram (Premaratne et.al., 2006; J. Somsekar, 2011; Makkapati & Rao, 2011; Mandal et.al., 2010) dan ciri morfologi (Anggraini et.al., 2011; Edison et.al., 2011; Savkare & Narote, 2011; Soni, 2011). Ciri histogram yang digunakan oleh para peneliti tersebut diekstraks dari citra plasmodium falciparum pada aras keabuan. Sedangkan untuk ciri morfologi, proses segmentasi objek parasit malaria pada citra terlebih dahulu dilakukan guna memperoleh ciri yang dimaksud. Selain pencarian ciri khas dari jenis-jenis parasit malaria, metode klasifikasi juga turut berpengaruh pada hasil pendeteksian. Keberhasilan pendeteksi parasit malaria dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi mesin pembelajaran (machine learning) (Khan et.al., 2011). Premaratne et.al

5 5 (2006) dan J. Somsekar (2011) menggunakan jaringan syaraf tiruan propagasi balik untuk mengklasifikasi plasmodium falciparum. Adapun sistem pengklasifikasi lain yang dipakai untuk mengklasifikasi dan mendeteksi parasit malaria adalah jaringan syaraf tiruan multilayer perceptron (MLP) (Díaz et.al., 2009), support vector machine (SVM) (Soni, 2011), k-nn (Khan et.al., 2011), dan piksel Bayesian (Le et.al., 2008). Hasil penelitian yang telah diperoleh dari peneliti-peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa sensivitas dari sistem pendeteksi sangat beragam tergantung pada jenis ciri dan metode pengklasifikasi yang dipakai untuk mendeteksi parasit. Díaz et.al (2009) melaporkan sensitivitas yang diperoleh dalam mendeteksi parasit malaria sebesar 94%, lebih besar dari Khan et.al (2011) yang memperoleh sensivity sebesar 85,5%, Makkapati & Rao (2011) sebesar 83%,Tek et.al (2009) sebesar 74%, Wahab et.al (2008) sebesar 92%, dan Ross et.al (2006) sebesar 85%. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan hasil analisis dan interpretasi citra preparat darah pasien pengidap parasit malaria terus dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah memperoleh ciri dan pola-pola dari citra parasit malaria. Berdasarkan ciri dan pola ciri tersebut diharapkan akan meningkatkan sensitivitas dari sistem identifikasi jenis parasit malaria. 1.2 Perumusan Masalah Ekstraksi ciri merupakan proses penting dalam pengenalan pola/objek. ekstraksi ciri bertujuan untuk memperoleh ciri-ciri yang terdapat pada objek di dalam citra untuk mengenali objek tersebut. Proses ini berkaitan dengan kuantisasi karakteristik citra ke dalam sekelompok nilai ciri yang sesuai. Ciri yang baik adalah yang bersifat relevan dan tidak redundan. Korelasi kuat dari piksel-piksel pada suatu citra pada dasarnya menggambarkan bahwa piksel yang dekat dengan piksel tetangganya mempunyai data ciri yang sama. Oleh karena itu, relasi antar piksel tetangga merupakan karakteristik penting yang dapat digunakan sebagai ciri khas suatu objek citra termasuk citra parasit malaria. Ciri yang banyak digunakan untuk mengenali parasit

6 6 malaria pada citra biasanya berasal dari citra yang telah berubah dari citra berwarna ke citra beraras keabuan. Namun, citra berwarna tidak banyak dimanfaatkan untuk mendapatkan ciri yang khas dari objek parasit malaria. Selain pencarian ciri khas dari jenis-jenis parasit malaria, metode klasifikasi juga turut berpengaruh pada hasil pendeteksian. Keberhasilan pendeteksi parasit malaria dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi mesin pembelajaran sehingga diharapkan mampu memberikan analisis dan interpretasi yang lebih baik serta mampu memperbaiki sensitivitas hasil klasifikasi. 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai sistem untuk mendeteksi, mengklasifikasi dan menganalisis parasit malaria telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berbagai metode pengolahan citra untuk mendapatkan ciri yang dikombinasikan dengan teknik klasifikasi tertentu banyak diterapkan dalam upaya mendapatkan akurasi yang baik agar dapat digunakan dalam membantu penegakan diagnosis. Premaratne et.al (2006) membangun suatu perangkat-lunak untuk menganalisis parasit plasmodium falciparum. Pada sistem yang dibangunnya, citra yang diduga mengandung parasit plasmodium falciparum diubah ke dalam citra beraras keabuan. Sebelum ditentukan ciri tekstur yang akan digunakan dalam mendeteksi parasit plasmodium falciparum menggunakan pengklasifikasi jaringan syaraf tiruan tipe propagasi balik, citra terlebih dahulu ditapis menggunakan tapis median guna menghilangkan derau yang terjadi pada saat akuisisi citra. Selain menggunakan ciri tekstur, ciri warna dan geometri pun dapat dijadikan ciri masukan pada sistem klasifikasi jaringan syaraf tiruan tipe propagasi balik (Khan et.al., 2011). Penerapan metode yang sama juga dilakukan oleh (Edison et.al., 2011), namun obyek yang digunakan adalah parasit plasmodium vivax. Sedangkan Ma et.al (2010) menggunakan alihragam Hough untuk mendeteksi tepi sel dan infeksiparasit yang ada dalam darah namun tetap menggunakan tapis median untuk menekan objek palsu pada citra. Penggunaan tapis juga dilakukan oleh Díaz et.al (2009) guna mengoreksi beda pencahayaan pada citra yang dihasilkan. Tapis yang digunakan adalah tapis

7 7 lolos rendah. Normalisasi warna dilakukan untuk mengelompokkan piksel eritrosit atau latar belakang dari objek yang diteliti yaitu parasit plasmodium falciparum. Normalisasi warna juga dilakukan oleh Mandal et.al (2010). Metode yang sama juga dilakukan oleh Savkare dan Narote (2011), namun pada sistem yang dibangunnya menambahkan operasi Laplacian pada tapis median sedangkan pendeteksi tepi yang digunakan adalah pendeteksi tepi dengan operator Prewitt. Sedangkan ciri matematis morfologi digunakan sebagai input pada metode klasifikasi SVM. Sistem klasifikasi lain yang digunakan untuk mendeteksi malaria adalah sistem klasifikasi Bayesian. Tek et.al (2010) membangun sistem yang sama untuk mendiagnosa malaria dengan ciri yang digunakannya adalah ciri histogram. Metode segmentasi citra dapat digunakan sebagai metode pendeteksi parasit malaria (J. Somsekar, 2011). Metode segmentasi citra yang telah digunakan untuk mendeteksi parasit plasmodium falciparum adalah metode segmentasi Normalized cut (Mandal et.al., 2010), metode segmentasi Otsu (Anggraini et.al., 2011). Berbeda dengan peneliti lainnya, Makkapati & Rao (2011) menggunakan metode segmentasi warna dimana citra warna yang dihasilkan diubah ke ruang warna HSV dengan menghitung ambang kejenuhan optimal dari objek yang mengandung warna yang sama. Sedangkan Le et.al (2008) melakukan perbandingan hasil pembacaan manual dan otomatis dari metode segmentasi yang dilakukannya. Analisis citra plasmodium falciparum dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis matematika morfologi. Sio et.al (2007) menggunakan pendeteksi tepi dan pemisah rumpun piksel pada citra untuk menghitung jumlah parasit plasmodium falciparum. Sensivitas dari sistem pendeteksi sangat beragam tergantung pada jenis ciri dan metode pengklasifikasi yang dipakai untuk mendeteksi parasit. Last (2001) mendefinisikan sensitivitas sebagai probabilitas alat ukur/uji untuk mendiagnosis suatu subjek sebagai positif dengan benar. Hasil uji dengan sensitivitas tinggi bermanfaat untuk menyingkirkan kemungkinan suatu penyebab penyakit. Sensitivitas terbaik dari pendeteksi parasit malaria yang dilaporkan oleh Díaz

8 8 et.al (2009) sebesar 94%, lebih besar dari Khan et.al (2011) yang memperoleh sensivitas sebesar 85,5%, Makkapati & Rao (2011) sebesar 83%,Tek et.al (2009) sebesar 74%, Wahab et.al (2008) sebesar 92%, dan Ross et.al (2006) sebesar 85%. Maka dalam penelitian ini yang dilakukan adalah mencari ciri-ciri yang dapat mewakili jenis parasit malaria. Ciri khas dari masing-masing jenis parasit malaria berasal dari ruang warna RGB dimana vektor ciri yang diekstrak dari ruang warna ini merupakan ciri orde-1, orde-2 dan kombinasi dari keduanya yang dibandingkan dengan vektor ciri dari ruang warna HSV, YIQ dan YCrCb. Adapun keaslian penelitian ini adalah. 1) Citra yang digunakan adalah citra pada ruang warna RGB. Penggunaan ruang warna RGB didasari hasil penelitian Benco & Hudec (2007) yang mengungkapkan bahwa vektor ciri yang diekstrak dengan menggunakan metode gray level coocurance matric (GLCM) dari masing-masing kanal ruang warna RGB mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan ruang warna HSV dan abu-abu. Dari masing-masing kanal pada ruang warna RGB tersebut kemudian diperoleh ciri yang diekstraks menggunakan ciri tekstur statistik orde-1 dan orde-2. Ciri orde-1 dan orde-2 yang diperoleh untuk citra berwarna memiliki kemampuan untuk mengenali objek yang diklasifikasi, namun kombinasi dari vektor ciri orde-1 dan orde-2 ternyata dapat meningkatkan tingkat akurasi pengenalan (Xi Liu et al., 2009). Ini yang berbeda dengan beberapa peneliti terdahulu yang menggunakan ciri histogram dan tekstur pada citra aras keabuan (Premaratne et.al., 2006; J. Somsekar, 2011; Makkapati & Rao, 2011; Mandal et.al., 2010) dan ciri morfologi (Anggraini et.al., 2011; Edison et.al., 2011; Savkare & Narote, 2011; Soni, 2011) serta berbeda dengan penelitian yang dilakukan Makkapati dan Rao (2011) yang menggunakan citra warna HSV. Ruang warna HSV banyak digunakan untuk klasifikasi citra dengan metode klasifikasi terbimbing back propagation, namun untuk objek plasmodium ternyata sensitivitas pengenalannya sebesar 83%, sedangkan untuk citra dengan aras

9 9 keabuan memiliki sensitivitas 94%. Dengan menggunakan ciri yang berasal dari ruang warna tersebut diharapkan dapat meningkatkan sensitivitas identifikasi. 2) Penelitian ini menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil (least square estimation (LSE)) sebagai metode pemilih ciri, dimana pada penelitian sebelumnya tidak ditemukan langkah untuk menyeleksi ciri yang akan digunakan pada metode klasifikasinya. Seleksi ciri berbasis LSE digunakan karena metode ini mempunyai efisiensi kompleksitas waktu komputasi yang signifikan yaitu sebesar O(N) (Mao, 2005) dengan hasil klasifikasi yang sama dibanding dengan metode branch and bound, best first search, beam search, dan random forest yang memiliki kompleksitas waktu komputasi sebesar O(2 N ) maupun menggunakan metode relief dan DTM yang memiliki kompleksitas waktu komputasi O(N 2 ) (Dash & Liu, 1997). 3) Untuk metode klasifikasi, penelitian ini menggunakan metode learning vector quantization (LVQ) dengan pembanding fuzzy learning vector quantization (FLVQ) dan metode cross entropi (CE). Penggunaan metode klasifikasi LVQ dikarenakan metode ini memiliki kelebihan antara lain: mudah diterapkan untuk masalah klasifikasi multi-kelas, kompleksitas algoritma dapat disesuaikan selama pelatihan sesuai kebutuhan (Witoelar et al., 2007), sederhana dan cepat (Nova & Estévez, 2013). Sebagai metode pembanding, FLVQ yang merupakan pengembangan dari algoritme LVQ memanfaatkan teori fuzzy (Karayiannis & Pai, 1999; Pedrycz, 1992). Pemanfaatan teori fuzzy pada pembentukan vektor masukan bertujuan agar distribusi frekuensi data masukan dapat direpresentasikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki akurasi pada metode LVQ pada penelitian ini. Penggunaan metode CE sebagai metode baru (Santosa & Willy, 2011) dalam klasifikasi berbeda dengan algoritme lain dari jenis ini, seperti algoritme genetika. Metode CE alami sesuai dengan masalah klasifikasi dan mudah digunakan. Metode CE sesuai untuk solusi optimal dalam batas sampel yang besar (Mannor et al., 2005). Dengan memanfaatkan penerapan algoritme adaptive pada kejadian stokastik yang kompleks (Rubinstein & Kroese,

10 ), metode CE dicoba diterapkan untuk klasifikasi parasit malaria pada penelitian ini. Dari pemaparan diatas, penggunaan ruang warna RGB dan metode seleksi ciri guna memperoleh ciri yang dapat merepresentasikan pola dari masing-masing jenis parasit malaria diharapkan mampu meningkatkan sensitivitas hasil identifikasi. Hasil uji dengan sensitivitas tinggi bermanfaat untuk menyingkirkan kemungkinan suatu penyebab penyakit lainnya. Dengan demikian kontribusi dari penelitian ini adalah melakukan perbaikan dan meningkatkan sensitivitas hasil identifikasi yang dapat mengenali 4 jenis plasmodium dari parasit malaria dengan memanfaatkan ciri yang berasal dari ruang warna RGB dan waktu komputasi identifikasi yang cepat. 1.4 Tujuan penelitian Tujuan penelitian untuk disertasi yang akan dilakukan ini sebagai berikut. 1) Melakukan ekstraksi dan menganalisis ciri statistik orde pertama dan kedua berdasar ruang warna citra RGB untuk mendapatkan ciri yang dapat mewakili klas-klas dari parasit malaria. 2) Melakukan identifikasi citra parasit malaria dengan metode klasifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan sensitivitas dari hasil identifikasi. 3) Menganalisis unjuk kerja dari purwarupa pendeteksi malaria dari segi waktu komputasi yang dibutuhkan untuk melakukan identifikasi. 1.5 Manfaat Penelitian yang Diharapkan Manfaat yang didapat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah: 1) Bagi ilmu pengetahuan memberikan sumbangan pemikiran dan pustaka mengenai implementasi teknik pengolahan citra pada bidang medis kepada peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya untuk mengidentifikasi parasit malaria. 2) Bagi pelayanan kesehatan, pengembangan purwarupa dari metode yang telah diteliti dapat menambah keakuratan dan kecepatan dalam menganalisis dari para petugas analis dan surveyor penyakit malaria di daerah endemik malaria terutama di wilayah Indonesia bagian Timur dengan sarana laboratorium yang terbatas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksinya parasit malaria terhadap sel darah merah. Parasit malaria tergolong jenis parasit dari genus Plasmodium,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK Jurnal Dinamika, April 2017, halaman 18-29 P-ISSN: 2087-889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 08. No.1 PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produk industri dirancang untuk melakukan fungsi atau tugas tertentu dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Seorang pengguna (user) produk industri memiliki harapan

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan dewasa ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang terus berkembang. Pengembangan teknologi yang erat kaitannya dengan dunia kesehatan atau dunia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI...

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI... XIV ABSTRACT...XV BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam seperti halnya hewan lain juga tidak terlepas dari serangan penyakit. Antisipasi untuk mencegah dan mengenali gejala penyakit yang berbahaya sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PENYEBARAN MALARIA YANG BERGANTUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN NYAMUK SKRIPSI. Oleh : Renny Dwi Prastiwi J2A

ANALISIS MODEL PENYEBARAN MALARIA YANG BERGANTUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN NYAMUK SKRIPSI. Oleh : Renny Dwi Prastiwi J2A ANALISIS MODEL PENYEBARAN MALARIA YANG BERGANTUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN NYAMUK SKRIPSI Oleh : Renny Dwi Prastiwi J2A 004 039 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1 DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ Muhammad Imron Rosadi 1 Prodi Teknik Informatika, Universitas Yudharta Pasuruan Purwosari 67162 Pasuruan Jawa Timur 1 Email : Imron_uyp@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau kadar eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia merupakan kondisi terjadinya penurunan Haemoglobin (hb), hematokrit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Menurut laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57 negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk. 6 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi makhluk hidup, khususnya manusia. Dengan kondisi tubuh yang sehat, maka kita dapat melakukan aktifitas kita dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan syaraf tiruan merupakan bidang ilmu yang banyak digunakan dalam melakukan pengenalan pola suatu obyek. Banyak obyek yang dapat digunakan untuk pengenalan pola

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi manusia. Kondisi tubuh yang sehat tidak saja membuat seseorang mampu bekerja dengan baik, namun juga dapat

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama mortalitas di dunia (sekitar 13% dari seluruh penyebab mortalitas), diperkirakan angka mortalitas sekitar 7,9 juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendarahan Otak adalah suatu kondisi dimana terdapat darah di jaringan otak baik itu di dalam otak (Intracerebral) maupun diantara lapisan-lapisan pelindung otak (Cranial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

DETEKSI PENYAKIT KULIT MENGUNAKAN FILTER 2D GABOR WAVELET DAN JARINGAN SARAF TIRUAN RADIAL BASIS FUNCTION

DETEKSI PENYAKIT KULIT MENGUNAKAN FILTER 2D GABOR WAVELET DAN JARINGAN SARAF TIRUAN RADIAL BASIS FUNCTION 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kulit merupakan pelindung tubuh kita pertama kali dari benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Kulit terdiri dari lapisan epidermis berupa lapisan kulit mati dan dermis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prakteknya, bidang kedokteran dan biologi mengandalkan visualisasi untuk mempelajari struktur anatomi tubuh dan sel maupun fungsi biologis untuk mendeteksi serta

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah jenis kanker yang dimulai pada sel-sel payudara sebagai sekelompok sel kanker, yang kemudian dapat menyerang jaringan di sekitarnya atau menyebar

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra pada masa sekarang mempunyai suatu aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang antara lain bidang teknologi informasi, arkeologi, astronomi, biomedis,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat adalah tingkat kesehatan yang tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berupaya setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia.

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu biomedikal telah mendorong banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan alat bantu diagnosa berbasis komputer. Salah satunya yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan pada bagian tubuh tertentu. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya, dengan kecerdasannya ini manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran penyakit malaria sangat diperlukan bagi penduduk maupun daerah yang masuk pada wilayah endemis malaria, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu cara diagnosis suatu penyakit ataupun keadaan kondisi tubuh secara umum oleh tenaga medis pada pasien, yaitu membutuhkan informasi berupa jumlah dan komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Afrika, India, Ganna, Nigeria dan Indonesia (WHO, 2013; Chedi,

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS FRAKTUR BATANG (DIAFISIS) PADA TULANG PIPA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN SUPPORT VECTOR MACHINE

PENENTUAN JENIS FRAKTUR BATANG (DIAFISIS) PADA TULANG PIPA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pengolahan citra digital terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi tersebut dapat digunakan untuk memudahkan dan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia

1.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian tugas akhir, pernyataan permasalahan yang timbul dari latar belakang tersebut, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tahapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit demam dengue atau demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Telah diketahui bahwa gangguan pendengaran (hearing impairment) atau ketulian (deafness) mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, masyarakat maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka tentang identifikasi iris mata ataupun identifikasi citra digital sudah pernah dilakukan sebelumnya, berikut merupakan tabel perbandingan terhadap

Lebih terperinci

11 BAB I 12 PENDAHULUAN

11 BAB I 12 PENDAHULUAN 11 BAB I 12 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negeri penghasil rempah-rempah seperti jahe, pala, merica, cengkeh dan kunyit. Selain rempah-rempah, Indonesia juga dikenal

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina dan perkembang-biakannya sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang kwh-meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pemakaian energi listrik pada suatu bangunan atau gedung [1]. Berdasarkan sistem pembayarannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita dan ibu

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasitik yang ditularkan oleh nyamuk dan sepenuhnya dapat dicegah dan diobati. Tahun 2014, WHO melaporkan bahwa penularan malaria masih ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet berkembang dengan sangat pesat dan sangat mudah sekali untuk mengaksesnya. Akan tetapi, didalamnya terdapat banyak konten yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di dunia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Masalah Penggunaan citra digital telah menjadi semakin popular akhir-akhir ini. Hal ini menyebabkan program pengolah grafis untuk memanipulasi citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, khususnya di puskesmas sangat sulit dijumpai tenaga ahli kesehatan (spesialis), padahal orang tua sangat membutuhkan dokter spesialis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Retrival Citra Saat ini telah terjadi peningkatan pesat dalam penggunaan gambar digital. Setiap hari pihak militer maupun sipil menghasilkan gambar digital dalam ukuran giga-byte.

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR. Website:

PENYAKIT MENULAR. Website: PENYAKIT MENULAR Penyakit Menular Penyakit menular memberikan Informasi insiden, period prevalence dan prevalensi penyakit secara klinis dengan/tanpa informasi laboratorium yang digali melalui kuisioner.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci