BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pembuatan Produk Cylinder Comp. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5 (Astrea Supra dan Honda Win) dari awal kedatangan part sampai terbentuknya sebuah mesin motor adalah melewati 3 tahapan dan dapat di gambarkan sebagai berikut : Casting Cyl. Comp. (oleh sub cont. PT PARIN) Machinning process (oleh PT. AHM) Assembling Engine (oleh PT. AHM) Gambar 4.1 Flow Process Pembuatan Cylinder Comp Aliran Proses Machinning di Line 3 PT AHM Secara garis besar flow proses machinning Cylinder Comp. dapat di gambarkan sebagai berikut :

2 47 Machining 1 ROUGH TURNING TONGTAI Inspection LEAK TESTER COSMO Machining 2 FINE TURNING TONGTAI Machining 7 ROUGH & FINE BORING NISSIN Machining 3 TAP & DRILL TOYOSK Machining 4 MULTI REAMING TOYOSK Machining 8 FINE HONING NISSIN Cleaning WASHING Machining 5 MULTI DRILL TOYOSK Machining 6 VISUAL CHECK MULTI TAPPING TOYOSK DELIVERY Gambar 4.2 Flow proses machining Cylinder Comp.

3 48 Sedangkan posisi penempatan mesin-mesin produksi secara garis besar ditunjukkan seperti gambar di bawah : St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 St. 7 St. 8 St. 9 St. 10 St. 1 St. 2 LINE 3 MACHINNING Gambar 4.3 Lay out mesin pada proses machining Cylinder Comp Di bawah ini penjelasan singkat mengenai spesifikasi mesin produksi yang digunakan per stasiun serta jenis alat potong (Tools) : Tabel 4.1 Spesifikasi mesin dan tools pada proses machining Stasiun Nama proses Spec. mesin Tools 1 Rough Turning Tongtai Insert 2 Fine Turning Tongtai Insert 3 Drilling Tapping Center Toyosk Straigh Drill, Mill Cuter 4 Multi Reaming Toyosk Step Reamer, End Mill 5 Multi Drilling Toyosk Spot Milling Cutter, Step Drill 6 Multi Tapping Toyosk Cutting Tap 7 Leak Tester Cosmo - 8 Rough & Fine Boring Nissin Insert (R&F) 9 Fine Honing Nissin Diamond Ledge Nissin F 10 Washing - Spray Gun Setelah mengetahui aliran proses dari proses machining Cylinder Comp., di bawah ini akan dijelaskan secara singkat definisi dari masing-masing proses tersebut.

4 49 1. Rough Turning Proses pertama adalah Rough Turning. Bagian utama yang diproses adalah pemakanan permukaan (item 2), pemakanan ketinggian Cylinder (item 3), pembuatan Chamfer (item 5), pembuatan groove (item 6) Gambar 4.4 Proses Rought Turning. Tabel 4.2 Kontrol kualitas pada proses rough turning Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Diameter Height Height Roughness S Snap Gauge Micrometer Micrometer Roughness tester 1/25 1/100 1/100 1/100 5 Chamfer terproses Visual 1/100 6 Groove terproses Visual 2/Shift

5 50 2 dan 3). 2. Fine Turning Proses ini adalah pemakanan pada kedua permukaan secara bersamaan (item Gambar 4.5 Proses fine Turning Tabel 4.3 Kontrol kualitas pada proses fine turning : Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Height Height Roughness S 0 Block Gauge & Dial Test Indikator 0 Block Gauge & -0.1 Dial Test Indikator RoughnessTest 1/25 1/100 2/Shift 3. Drilling Tapping center Pada proses ketiga ini dilakukan proses drilling kedua sisi, untuk membuat lubang baut yang akan mengikat cylinder comp pada Crank Case. Lubang drill ini akan tembus dengan lubang hasil proses drilling berikutnya. Pada proses ini dibuat lubang dengan multi drill dan satu profil step pada daerah oil hole.

6 51 S102 S103 S105 S101 S104 S112 S201 S204 S206 S202 S203 Gambar 4.6 Proses drilling Tapping Center Tabel 4.4.a Kontrol kualitas pada proses drilling tapping Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Diameter 8 Through Gauge S201,S101 0 '1/25 Depth Diameter Tembus Visual S102,S202,S Through Gauge Diameter 7.5 '1/25 S203,S104,S Diameter 6.5 Plug Gauge S206 0 '1/25 Depth Diameter Tembus Visual Diameter 5.1 Plug Gauge S105 0 '1/25 Depth Diameter Tembus Visual Diameter 19 Vernier Caliper S112 Panjang B Min 35 Vernier Caliper '1/25 0 Kedalaman 1 Dial test Indikator - 0.2

7 52 Tabel 4.4.b Kontrol kualitas pada proses drilling tapping center (lanjutan) Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Diameter Reamer 8H8 Depth Plug Gauge '1/25 0 S102, S Depth Reamer 7 Depth Plug Gauge '1/25 0 Chamfer Terproses Visual Semua Diameter Reamer 8H8 Depth Plug Gauge '1/25 0 S203, S Depth Reamer 7 Depth Plug Gauge '1/25 0 Chamfer Terproses Visual Semua Diameter 9 Depth Plug Gauge '1/25 0 S Depth 5 Depth Plug Gauge '1/ Multi Reaming Pada intinya proses ini adalah menghaluskan beberapa permukaan lubang drilling awal yaitu untuk dudukan pin dowel pada saat Cylinder Comp dipasang pada Crank Case dan Cylinder Head Gambar 4.7 Proses Multi Reaming

8 53 Tabel 4.5. Kontrol kualitas pada proses Multi Reaming Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Diameter Reamer 8H8 Depth Plug Gauge '1/25 0 S102, S Depth Reamer 7 Depth Plug Gauge '1/25 0 Chamfer Terproses Visual Semua Diameter Reamer 8H8 Depth Plug Gauge '1/25 0 S203, S Depth Reamer 7 Depth Plug Gauge '1/25 0 Chamfer Terproses Visual Semua Diameter 9 Depth Plug Gauge '1/25 0 S Depth 5 Depth Plug Gauge '1/ Multi Drilling Pada proses ini intinya yaitu pembuatan lubang awal untuk lubang ulir pada sisi samping Cylinder Comp sebagai tempat baut pengikat Leg Shield (sayap samping) motor. S113 S114 S115 Gambar 4.8 Proses Multi Drilling

9 54 Tabel 4.6. Kontrol kualitas pada proses Multi drilling Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Diameter Reamer 6,8 S113 0 Plug Gauge 1/25 Depth Tembus Visual '1/25 Diameter Step Depth Plug Gauge 0 '1/25 S Depth 22 Depth Plug Gauge 0 '1/25 Diameter Depth Plug Gauge 0 '1/25 Depth Depth Plug Gauge 0 '1/25 Diameter Step Depth Plug Gauge 0 '1/25 S Depth 22 Depth Plug Gauge 0 '1/25 Diameter Depth Plug Gauge 0 '1/25 Depth Depth Plug Gauge 0 '1/25 6. Multi Tapping Pada proses ini yang utama yaitu proses pembuatan ulir pada lubang proses sebelumya sebagai tempat baut pengikat Leg Shield (Sayap samping) motor.

10 55 S115 S113 S105 S114 Gambar 4.9 Proses Multi tapping Tabel 4.7 Kontrol kualitas pada proses Multi tapping Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Semua Diameter Tap M8xP1.25 Tread Plug Gauge S113 Depth Tembus Visual Semua Depth Tread Plug Diameter Tap M6xP1.0 Semua S114 Gauge Depth Tread Plug Depth 18 Semua 0 Gauge Semua Diameter Tap Ulir M6xP1.0 Tread Plug Gauge S Depth Tread Plug Depth 20 Semua 0 Gauge Semua Diameter Tap Ulir M8xP1.25 Tread Plug Gauge S105 Depth Tembus Visual Semua 7. Leak tester Benda kerja hasil proses seluruhnya dicek terhadap kebocoran pada daerah lubang saluran oli, dan beberapa lubang seperti lubang bolt stud dan

11 56 lubang chain. Leak tester dilakukan dengan menggunakan angin dengan tekanan 0,5 kg/cm 2. S201 S112 S204 S204 Gambar 4.10 Area yang dicek kebocoran Tabel 4.8 Kontrol kualitas pada proses Leak Tester Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Lubang Bolt Stud S201 & Oli Naik Tidak bocor Cosmo Semua S112 Lubang Oli Turun Tidak bocor Cosmo Semua S207 Ruang Cam Chain Tidak bocor Cosmo Semua S204 Lubang Bolt Stud Tidak bocor Cosmo Semua 8. Rough and Fine boring Pada proses machining pertama sampai dengan proses machining keenam, titik referensi yang diambil adalah titik pusat dari diameter lubang bakar. Sedangkan machining Rough and Fine boring ini titik referensinya berubah dengan titik referensi proses machining sebelumnya, yaitu lubang reamer pada sisi A. Proses boring pada lubang bakar ini terdiri dari 2 langkah, langkah pertama

12 57 adalah proses roughing dan proses berikutnya adalah proses finishing sampai didapat diameter ruang bakar sebesar 50 dengan toleransi 0,030 sampai dengan 0,001. Untuk pengecekan kualitas distandarkan 1 kali pengecekan setiap 25 hasil proses dengan bore gauge. Gambar 4.11 Proses Rough and Fine Boring A Tabel 4.9 Kontrol kualitas pada proses Rough and Fine Boring Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Bore Gauge & 50 1 Diameter Ring Gauge 1/25 2 Kekasaran <12.5 S Roughtness Test 2/Shift 3 4 Kesilindrisan Kebulatan Bore Gauge & Ring Gauge Bore Gauge & Ring Gauge 1/25 1/25 9. Proses outomatic honing Untuk memperoleh toleransi yang lebih teliti yang disyaratkan untuk ruang bakar, dilakukan proses Honing. Dalam proses ini akan didapat

13 58 diameter yang lebih teliti yaitu diameter 50 dengan toleransi + 0,015 dan + 0,005 serta kebulatan max 0,01. Gambar Proses automatic honing.

14 59 Tabel 4.10 Kontrol kualitas pada proses Honing Nomor Item Standard Alat Ukur Metode Air Jet & 50 1 Diameter (Finish) Ring Gauge Semua 2 Roughness Max 1.6 Roughtness Test 2/Shift Air Jet & 3 Kesilindrisan Max 0.01 Ring Gauge Semua 4 Kebulatan Max 0.01 Air Jet & Ring Gauge Semua 5 Ketegak lurusan 0.03/100 Taper Gauge 1/ Washing Pada proses ini Cylinder Comp. yang telah melewati proses machining dicuci dengan air dan oli untuk menghilangkan scrap maupun cairan coolant. 11. Visual check Sebelum dikirim ke bagian assembling engine, Cylinder Comp dicheck secara visual. Pengecekan ini terutama terhadap bagian permukaan lubang pembakaran terhadap goresan atau keretakan selain itu juga adanya kemungkinan adanya porosity.

15 Delivery Setelah dinyatakan lolos kualitas, Cylinder Comp dikirim ke bagian assembling. Untuk mengatasi karat, terutama di permukaan ruang bakar, Cylinder Comp dicelupkan ke cairan anti karat Cacat proses machining Didalam proses machining sering ditemukan adanya cacat. Secara garis besar cacat dibedakan menjadi dua jenis: 1. Cacat dimensi Cacat dimensi adalah cacat yang disebabkan dimensi part yang terbentuk tidak sesuai dengan standar yang terdapat dalam drawing part serta toleransi standard dari proses. Contoh dari cacat dimensi antara lain : ketinggian minus, diameter lubang blong, oval, kedalaman lubang tidak standard, posisi lubang bergeser, dimensi ulir NG, dan lain-lain. 2. Cacat Visual Cacat visual adalah cacat yang dapat terlihat langsung dengan indera penglihatan. Contoh dari cacat visual antara lain : permukaan tidak terproses / termakan sehingga warna hitam kelihatan (black surface), keropos (porosity), permukaan kasar / bergelombang, part gompal, drill patah di dalam lubang, dan lain-lain..

16 Sistem Produksi dan Metode Kontrol Kualitas Sistem produksi pada seksi Machinning Cylinder Comp. menggunakan sistem ban berjalan atau konveyor dimana prosesnya berurutan dari stasiun satu ke stasiun dua dan seterusnya, dan bukan menggunakan sistem batch atau lot. Hal ini berarti terdapat adanya hubungan erat antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun berikutnya dimana hasil proses stasiun pertama akan mempengaruhi hasil proses stasiun ke dua dan seterusnya. Sedangkan metode kontrol kualitas sendiri dilakukan oleh operator masing-masing stasiun sesuai prosedur yang ditetapkan. Selain itu Seksi Quality Control Operation juga melakukan back up kontrol kualitas untuk melakukan beberapa item pengukuran yang tidak dapat dilakukan di line produksi Data Frekwensi Cacat Produksi Berikut ini adalah data hasil produksi Machinning dan data jumlah cacat hasil produksi diperoleh dari laporan bulanan produksi. Data ini merupakan data historic rekapan laporan bulanan selama periode Januari September tahun 2004.

17 62 Tabel 4.11 Frekwensi Cacat Produksi Stasiun Jenis cacat Bulan Sub % Jenis Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Total Reject Tinggi 95 ( - ) Tebal 69 ( - ) M01 Sirip gompal Dia 54.5 blong Groving besar Tinggi 95 ( - ) M02 Tebal 69 ( - ) Face gelombang Lubang collar dalam M03 Lubang collar geser Drill patah Lub tak tembus / Reamer kedalaman M04 Reamer geser Reamer blong Milling dalam M05 Posisi lub PGR geser Drill patah M06 Dimensi ulir " NG " Tap M6 patah Dimensi FB blong M07 Black surface FB Berulir Oval Dimensi honing MO8 Gores Kasar Oval Total Reject Machinning Total Produksi Persen Reject Machinning

18 Pengolahan Dan Analisa Data Pengolahan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : Membuat Diagram Prosentase Kontribusi Cacat Pembuatan diagram prosentase kontribusi cacat diperlukan untuk memperlihatkan semua frekwensi masing-masing jenis cacat yang ada. Diagram prosentase kontribusi cacat untuk produksi periode Januari September 2004 adalah sebagai berikut : Gambar Diagram Prosentase Kontribusi Cacat Diagram Pareto Dari data yang diperoleh dari Dept. Produksi terdapat 28 jenis cacat. Namun tidak semua jenis cacat tersebut menjadi target penulis untuk ditanggulangi, melainkan target penulis adalah menanggulangi jenis cacat yang

19 64 paling dominan dari 5 besar jenis cacat. Dalam diagram pareto ini dapat diurutkan 5 besar jenis cacat berdasarkan prosentase frekwensi kejadian dari yang terbesar sampai yang terkecil. Tabel 4.12 Lembar Data untuk Pembuatan Diagram Pareto Urutan Frekwensi Frekwensi Persentase Persentase Jenis Kumulatif dari total (%) kumulatif (%) kerusakan Black Surface FB Lubang Collar geser Tap M6 patah Dimensi Fine Boring Dimensi Honing Total Gambar Diagram Pareto

20 65 Dari Diagram Pareto di atas terlihat jelas bahwa Cacat Black Surface menempati peringkat pertama berdasarkan frekwensi kejadiannya, dan hal ini yang mendasari penulis untuk mengetahui apa penyebabnya dan sekaligus mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut Perbandingan Antara Proporsi Cacat Black Surface dengan Standard Pabrik Tabel 4.13 Lembar Data untuk Pembuatan Diagram Proporsi Cacat Black Surface Pengamatan Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat Proporsi Produk Cacat Bulan Black Surace Black Surface Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Target Reject Max 0.01 Langkah langkah Perhitungan : Menghitung proporsi produk cacat Black Surface setiap bulannya : 71 Misal : Bulan Januari : = dan seterusnya untuk bulan Februari-September

21 66 Proporsi produk cacat Black Surface antara bulan Januari September 2004 dibandingkan terhadap standard pabrik dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Gambar Diagram Proporsi Cacat Black Surface Dari diagram untuk cacat Black Surface di atas terlihat bahwa proporsi cacat Black Surface berurutan dari bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September tahun 2004 berada di atas standard pabrik yaitu max 1%. Selanjutnya penulis mencoba membuat peta pengendali P model harian/individu untuk proposi cacat Black Surface per bulan September untuk melihat apakah data selama bulan September berada di dalam batas pengendalian statistik atau tidak.

22 67 Tabel 4.14 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol P Model Harian / Individu Pengamatan Jumlah Jumlah Cacat Proporsi Cacat UCL LCL hari ke- Produksi Black Surface Black Surface Jumlah A. Proporsi Peta Kontrol P Model Harian / Individu Langkah langkah Perhitungan : Menghitung proporsi produk cacat Black Surface setiap pengamatan : 20 Misal : hari ke-1 = = dan seterusnya sampai hari ke-20 Menghitung Central Line untuk Peta P Model Harian / Individu 575 CL = = Menghitung garis batas pengendalian Peta P Model Harian / Individu untuk pengamatan hari ke-1

23 68 UCL = ( ) = LCL = ( ) = Menghitung garis batas pengendalian Peta P Model Harian / Individu untuk pengamatan hari ke-2 UCL = ( ) = LCL = ( ) = Dan seterusnya sampai data ke-20. Apabila proporsi dari Cacat Black Surface setiap hari diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini : Gambar Peta Kontrol P Proporsi Cacat Black Surface

24 69 Dari peta kontrol terlihat bahwa selama bulan September ternyata cacat Black Surface per harinya melampaui standard Pabrik (UCL berada di atas Standar Pabrik) dan terdapat data di luar kontrol statistik pada hari kerja ke-16, 17, 18, 19 dimana trennya cenderung naik dan melampui UCL, maka dapat diduga bahwa di dalam proses pasti terdapat masalah. Dan hal ini yang mendasari penulis untuk manganalisa faktor penyebab cacat dan sekaligus mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut sehingga diharapkan pada bulan selanjutnya proporsi cacat Black Surface dapat berkurang agar masuk standard pabrik. 4.3 Hasil Analisa Cacat Produksi Hasil pengukuran pengendalian proses produksi machining dengan peta kontrol P model harian memperlihatkan dengan jelas bahwa proses produksi berlangsung dengan kontrol kurang baik. Pengembangan hasil temuan masalah dari pengolahan data akan dilakukan dengan metode analisa Fish Bone dan 5 Why Definisi Masalah Ilustrasi cacat Black Surface Cacat black surface merupakan istilah cacat yang sering digunakan pada Cylinder Comp. dimana terdapat sebagian area pada dinding diameter utama silinder yang tidak terproses (tidak termakan oleh proses boring), sehingga dinding silinder masih utuh dan masih berwarna hitam.

25 Black Surface (Dinding Silinder tidak termakan proses boring) 1 2 Gambar 4.17 Cacat Black Surface Analisa Penyebab Cacat Black Surface dengan Diagram Sebab Akibat Manusia Mesin Setting Mesin Konsentrasi Bushing Spindle Aus Kondisi Tool Mesin Sering terabaikan Cacat Black Surface Metode TPM Sering digetok Metode Pemasangan part pada Jig Pengecekan 3 shift sekali Metode pengecheckan posisi antar center Metode Gambar Diagram Sebab Akibat

26 71 Prinsip yang digunakan untuk membuat sebab akibat ini adalah hasil pengamatan dari penulis, selain itu juga sumbang saran atau brainstorming dari para operator di lapangan. Dalam menentukan faktor faktor penyebab utama dari cacat black surface ini, untuk memudahkan pengamatan dilakukan terhadap faktor faktor utama yang mempengaruhi berlangsungnya proses produksi yaitu : manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan. Dari kelima faktor tersebut diatas, hanya ada 3 faktor yang menyebabkan terjadinya cacat tersebut, yaitu : manusia, mesin, dan metode. Manusia Operator yang kurang kontrol, ceroboh dan terburu-buru dalam melakukan pekerjaan, selain itu biasanya tenaga kerja yang bekerja pada shift 3 merasa kelelahan karena mengantuk disamping itu kelelahan akibat kerja yang monoton, sehingga menyebabkan turunnya kinerja operator. dan hal inilah yang sering mengakibatkan rusaknya suatu produk. Mesin Berhubung kapasitas produksi unit yang terus meningkat sehingga memaksa mesin-mesin produksi untuk berjalan non stop sehingga seringkali pemakaian tool mesin dipaksakan sampai melebihi standar lifetime yang ditetapkan, akibatnya banyak bagian mesin yang aus dan tidak terkontrol hingga akhirnya menyebabkan gerakan - gerakan yang oblak, tidak center, dan lain-lain. Dan hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada produk yang dihasilkan.

27 72 Metode Pada saat penempatan part pada jig, operator kadang-kadang memaksakan pemasangan part pada jig dengan cara digetok dengan keras sehingga mengakibatkan jig labil dan menyebabkan hasil proses machining bergeser. Selain itu juga metode penggantian tool mesin yang sering terlambat dari jadwal yang sudah ditetapkan. Disamping itu untuk metode pengukuran tidak adanya pengecheckan jarak antar center pada diameter hasil machinning. Dari ketiga faktor penyebab di atas, dan dari pengamatan di lapangan serta brainstorming dari para operator yang sering menjadi penyebab dominan terjadinya kesalahan adalah mesin produksi karena untuk line machinning tipe GN5 ini adalah line yang umurnya paling tua karena sejak tahun 1996 mesinmesin produksinya tidak dilakukan peremajaan sehingga banyak bagian spindle mesin yang sudah aus dan tentunya akan menyebabkan proses tidak stabil. Faktor material dan lingkungan tidak dapat dikatakan sebagai faktor penyebab dengan alasan sebagai berikut : Material yang digunakan merupakan material yang sudah lolos pemeriksaan kelaikan pakai pada awal proses machinning. Bila ada material yang reject, maka akan langsung langsung terdeteksi pada awal proses. Sedangkan faktor lingkungan dengan alasan sebagai berikut : Kondisi lay out line machinning yang sudah tertata dengan rapi dan penerangan yang ideal.

28 Analisa Penyebab Cacat Black Surface dengan Analisa 5 Why Sumber penyebab cacat Black Surface disinyalir berasal dari stasiun 3 (M03) yang memproses lubang no 1,2,3,4 karena basic proses pada Fine Boring adalah lubang 1 dan 3. Sehingga hasil proses di Fine Boring di stasiun 8 (M08), tergantung dari proses M03. Selain itu proses penyetingan di Mesin Fine Boring sendiri selama ini memakai sistem getok (menggetok Jig) sehingga Jig di Fine Boring menjadi labil juga. Apabila digambarkan dengan diagram 5 Why adalah sebagai berikut : Mengapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Maka : Metode 5 why Reject black JIG fine pemasangan posisi antar spindel mesin perlu surface tinggi boring labil setting digetok lubang drill M03 labil (aus) perbaikan Labil (TPM) Gambar Diagram 5 Why

29 Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan dugaan dimana mesin M03 merupakan sumber penyebab terjadinya cacat black surface maka penulis melakukan pengukuran pada hasil proses dari mesin M03 sebelum perbaikan dan sekaligus dibuat peta kontrol X-R untuk mengetahui penyebaran datanya apakah masuk dalam kontrol statistik. Atau tidak. Adapun area dimensi yang dicek adalah dimensi area a dan b dimana ukuran spesifikasi yang distandarkan masing-masing adalah 22 ± dan 26 ± a:22± b:26± Gambar Posisi koordinat pada pengukuran hasil machining M03 (proses drilling)

30 75 a. Pembuatan Peta Kontrol X-R pada area (a) sebelum perbaikan Tabel 4.15 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (a) Langkah langkah Perhitungan : Menghitung Range (R) = Xmax Xmin Contoh R ke-1 = = 25 Dan seterusnya sampai R ke-20 Menghitung rata-rata Range ( R ) = R total : jml hari = 20 = 428 / 20 = 21.4 (sebagai CL pada peta R) Menghitung X = X total : jml hari = = / 20 = (sebagai CL pada peta Xrata-rata)

31 76 Untuk membuat X Control Chart UCL = X + A2. R = x 21.4 = LCL = X - A2. R = x 21.4 = Untuk membuat R Control Chart UCL = D4. R = x 21.4 = LCL = D3. R = 0 Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini : Gambar Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (a) sebelum perbaikan

32 77 Gambar Grafik Peta Kontrol R pada area (a) sebelum perbaikan b. Pembuatan Peta Kontrol X-R pada area (b) sebelum perbaikan Tabel 4.16 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (b) Langkah langkah Perhitungan : Menghitung Range (R) = Xmax Xmin Contoh R ke-1 = = 34 Dan seterusnya sampai R ke-20

33 78 Menghitung rata-rata Range ( R ) = R total : jml hari = 20 = 563 / 20 = (sebagai CL pada peta R) Menghitung X = X total : jml hari = = 899 / 20 = (sebagai CL pada peta Xrata-rata) Untuk membuat X Control Chart UCL = X + A2. R = x = LCL = X - A2. R = x = Untuk membuat R Control Chart UCL = D4. R = x =

34 79 LCL = D3. R = 0 Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini : Gambar Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (b) sebelum perbaikan Gambar Grafik Peta Kontrol R pada area (b) sebelum perbaikan

35 80 Dari grafik peta Kontrol X rata-rata dan R baik baik pada area (a) maupun (b) terlihat seluruh data hasil observasi pengukuran berada dalam batas pengendali statistik, namun pada peta X rata-rata garis batas pengendali atas (UCL) jatuhnya berada di atas toleransi atas produk (USL), hal ini mengindikasikan bahwa dimensi hasil machining M03 tersebut cenderung terkumpul berada di batas atas toleransi. Hal ini diperkuat dengan beberapa produk hasil pengukuran dimensinya keluar dari batas atas standard toleransi. Untuk itu permasalahan hasil machining yang cenderung mendekati batas atas toleransi tersebut harus segera diperbaiki agar tidak terdapat part yang keluar dari toleransi sehingga diharapkan penyebaran datanya semuanya mendekati spesifikasi nominal.

36 Tahap Perbaikan (Improve) Analisa Tahap Perbaikan dengan Metode 5W-2H Untuk melakukan perbaikan terhadap akar-akar setiap permasalahan, akan dilakukan dengan menggunakan metode 5W-2H, yaitu What (apa)?, Why (Mengapa)?, Where (di mana)?, When (kapan)?, Who (siapa)?, How (bagaimana)?, How much (berapa)?. Berikut ini adalah metode 5W-2H untuk cacat Black Surface : 1. Why : Mengapa perlu penanggulangan Penanggulangan atas cacat black surface adalah sangat perlu, karena cacat ini paling mendominasi dari keseluruhan jenis cacat yang ada. Jadi dengan menanggulangi faktor faktor penyebab terjadinya cacat ini maka perusahaan dapat mengurangi jumlah cacat produk secara keseluruhan seminimal mungkin, dan hal ini juga memberikan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi yang cukup berarti. 2. What : Apa yang harus diperbaiki Faktor paling dominan yang selama ini menyebabkan terjadinya cacat black surface adalah faktor mesin, sedangkan faktor lainnya ( faktor manusia dan metode ) dapat diatasi selanjutnya. Untuk mendapatkan kestabilan proses pada mesin

37 82 produksi maka perlu diintensifkan penerapan metode TPM (Technic Preventive Maintenance). 3. Where : Dimana penanggulangan dilaksanakan Dalam hal ini penanggulangan dilakukan di Dept. Machining Line 3 dan khususnya dapat dilakukan di stasiun M03 4. When : Kapan penanggulangan akan dilaksanakan Langkah langkah penanggulangan dapat dilakukan secepatnya, hal ini akan sangat efektif karena untuk meningkatkan produktivitas kerja. 5. Who : Siapa yang melaksanakan Pelaksanaan dari rencana penanggulangan itu harus dilakukan kerjasama antara operator operator yang terkait dengan bagian pengendalian kualitas, dalam hal ini bagian Quality Control dan bagian Process Engineering untuk berkoordinasi dengan baik untuk menetapkan dan melaksanakan periode dan proses dari metode TPM tersebut. 6. How : Bagaimana pelaksanaannya Pelaksanaan penanggulangan mengikuti rencana penanggulangan yang telah ditetapkan yaitu :

38 83 Untuk faktor mesin dan peralatan Penjadwalan pemeriksaan keadaan mesin dan peralatan oleh teknisi maintenance yang professional dan berpengalaman untuk menjaga tools agar senantiasa dalam kondisi baik untuk digunakan. Selain itu juga sebaiknya setiap operator memeriksa sendiri peralatan sebelum digunakan sehingga diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk faktor manusia Operator hendaknya diberikan peringatan terus menerus ( melalui poster atau tanda tertentu ) sehingga dalam pemasangan part di jig, tidak diperkenankan untuk menggetok jig. Untuk faktor metode Selama ini metode frekwensi pengukuran posisi antar lubang dowel yang menjadi basic proses proses fine boring hanya dilakukan pada awal berjalannya shift (waktu kerja). Maka sekarang ini frekwensi pengukuran ditambah pada waktu tengah jam kerja untuk memastikan bahwa proses masih stabil. 7. How much : Berapa banyak manfaat / biaya. Manfaat : jumlah produk cacat Black Surface akan turun sesuai target yang diharapkan., kondisi tool mesin akan lebih termonitor sehingga capabilitas proses akan menjadi lebih baik.

39 84 Biaya : biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, karena hanya menggganti part-part mesin yang bermasalah (bushing aus) Analisa Perbaikan Dengan PICA Setelah membuat analisa 5W-2H, pada tahap improvement ini dibuat juga PICA (Problem Identification Corective Action). Dengan PICA ini akan diuraikan rancangan detail pekerjaan untuk analisa perbaikan.

40 Hasil Uji Coba Setelah Perbaikan Setelah penulis melakukan analisa terhadap kemungkinan kemungkinan penyebab terjadinya cacat black surface pada proses machining Cylinder Comp maka di sini akan dipaparkan hasil uji coba setelah perbaikan, dimana data yang ditampilkan adalah data pada bulan Oktober 2004 sampai dengan Juni Adapun hasil dari uji coba tersebut dapat di tabelkan sebagai berikut :

41 86 Tabel 4.18 Data frekwensi cacat setelah perbaikan Stasiun Jenis cacat Bulan Sub % Jenis Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Total Reject Tinggi 95 ( - ) Tebal 69 ( - ) M01 Sirip gompal Dia 54.5 blong Groving besar Tinggi 95 ( - ) M02 Tebal 69 ( - ) Face gelombang Lubang collar dalam M03 Lubang collar geser Drill patah Lub tak tembus / Reamer kedalaman M04 Reamer geser Reamer blong Milling dalam M05 Posisi lub PGR geser Drill patah M06 Dimensi ulir " NG " Tap M6 patah Dimensi FB blong M07 Black surface FB Berulir Oval Dimensi honing MO8 Gores Kasar Oval Total Reject Machinning Total Produksi Persen Reject Machinning Perbandingan Hasil Uji Coba dengan Standard Pabrik Pembandingan antara hasil uji coba dengan Standard Pabrik adalah sangat perlu, karena dengan adanya pembandingan akan dapat dilihat apakah perbaikkan proses yang telah dilakukan telah masuk dalam range dari Standard Pabrik tersebut. Adapun hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

42 87 Gambar Diagram Proporsi Cacat Black Surface setelah perbaikan Melihat dari hasil perbandingan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil perbaikan yang dilakukan penulis telah membuahkan hasil dimana cacat Black Surface yang tadinya melampui standard pabrik kini telah berada dalam range standard yang diitetapkan pabrik.. Selanjutnya penulis membuat peta pengendali P model harian/individu untuk proposi cacat Black Surface per bulan November 2005 untuk mengkonfirmasi apakah data cacat selama bulan November berada di dalam batas pengendalian atau tidak.

43 88 Tabel 4.19 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol P Model Harian / Individu Setelah Perbaikan Pengamatan Jumlah Jumlah Cacat Proporsi Cacat UCL LCL hari ke- Produksi Black Surface Black Surface Jumlah Langkah langkah Perhitungan : Menghitung proporsi produk cacat Black Surface setiap pengamatan : 1 Misal : hari ke-1 = = dan seterusnya untuk pengamatan ke-2 sampai ke-20 Menghitung Central Line untuk Peta P Model Harian / Individu 48 CL = = 0.002

44 89 Menghitung garis batas pengendalian Peta P Model Harian / Individu untuk pengamatan hari ke-1 UCL = ( ) = LCL = ( ) = (dianggap nol) 1067 Dan seterusnya sampai data ke-20. Apabila proporsi dari Cacat Black Surface setiap hari selama bulan November diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini : Gambar Peta Kontrol P Proporsi Cacat Black Surface setelah perbaikan Dari konfirmasi dengan peta pengendali P model harian/individu selama bulan November di atas, jumlah cacat Black Surface per harinya berada di dalam batas pengendalian statistik dan sekaligus UCL data berada di bawah standard pabrik.

45 90 Selain itu untuk memperkuat dugaan bahwa mesin produksi yang tadinya bermasalah dan sekarang telah diperbaiki maka di sini penulis melakukan konfirmasi lagi dengan data ukur hasil proses mesin M03 setelah mengalami beberapa item perbaikan yaitu : penggantian bushing spindle yang aus, memperketat program preventive maintenance serta memperhatikan proses pemasangan benda kerja pada jig, maka di bawah ini ditampilkan peta kontrol X- R untuk mengetahui trend penyebaran datanya apakah masuk dalam kontrol statistik atau tidak. Adapun area dimensi yang dicek adalah dimensi area (a) dan (b) dimana ukuran spesifikasi yang distandarkan masing-masing adalah 22 ± dan 26 ± mm. a. Pembuatan Peta Kontrol X-R pada area (a) setelah perbaikan Tabel 4.20 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (a) setelah perbaikan Langkah langkah Perhitungan : Menghitung rata-rata Range ( R ) = R total : jml hari = 20

46 91 = 502 / 20 = 25.1 Menghitung X = X total : jml hari = 7 + ( 1) = 42 / 20 = 2.1 Untuk membuat X Control Chart UCL = X + A2. R = x 25.1 = LCL = X - A2. R = x 25.1 = Untuk membuat R Control Chart UCL = D4. R = x 25.1 = LCL = D3. R = 0 Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini :

47 92 Gambar Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (a) setelah perbaikan Gambar Grafik Peta Kontrol R pada area (a) setelah perbaikan

48 93 b. Pembuatan Peta Kontrol X-R pada area (b) setelah perbaikan Tabel 4.21 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (b) setelah perbaikan Langkah langkah Perhitungan : Menghitung rata-rata Range ( R ) = R total : jml hari = 20 = 498 / 20 = 24.9 (sebagai CL pada peta R) Menghitung X = X total : jml hari = 2 + ( 2) ( 2) 20 = 26.6/ 20 Untuk membuat X Control Chart = 1.33 (sebagai CL pada peta X rata-rata) UCL = X + A2. R = x 24.9 =

49 94 LCL = X - A2. R = x 24.9 = Untuk membuat R Control Chart UCL = D4. R = x 24.9 = LCL = D3. R = 0 Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini : Gambar Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (b) setelah perbaikan

50 95 Gambar Grafik Peta Kontrol R pada area (b) setelah perbaikan Dari grafik peta Kontrol X rata-rata dan R baik baik pada area (a) maupun (b) setelah mesin diperbaiki terlihat bahwa seluruh data hasil observasi pengukuran berada dalam batas pengendali statistik, dan pada peta X rata-rata garis batas pengendali atas (UCL) yang tadinya jatuh berada di atas toleransi atas produk (USL) sekarang sudah berada di bawah USL, hal ini mengindikasikan bahwa dimensi hasil machining M03 sekarang sudah terdistribusi normal (penyebarannya mendekati spesifikasi nominal) dan tidak ditemukan produk yang dimensinya keluar dari kedua batas toleransi. Karena mesin sudah diperbaiki dan dari grafik Kontrol X rata-rata dan R terlihat seluruh data hasil observasi pengukuran berada dalam batas pengendali statistik, maka untuk perhitungan kapabilitas proses boleh dilakukan.

51 96 c. Perhitungan Kapabilitas Proses Pada Mesin Setelah Mengalami perbaikan Tabel 4.22 Data hasil pengukuran dan pengukuran Capabilitas Proses Mesin M03 setelah perbaikan Posisi Sb. Y Dow el atas Sb. Y Dow el baw ah (Posisi a) (Posisi b) SU No. Nominal SL s Cp CPL CPU Cpk

52 97 Langkah langkah perhitungan Cp, CPL, CPU dan Cpk untuk area (a) : Menentukan rata-rata data ( X ), X = (X1+X2+...+Xn) / n = ( (-0.012)) / 30 = Menentukan simpangan baku (s), s = ( Xi X )2 n 1 = (( )2 + ( ) ( )2) /(30 1) = Menetukan Indeks KapabilitasProses (Cp) Cp = USL LSL 6s Dimana USL : Upper Specific Limit (toleransi atas) LSL : Lower Specific Limit (toleransi bawah) = ( ( 0.050)) 6* = 1.39 (mampu / capable) Menentukan Indek kapabilitas bawah (Lower Capability Index atau CPL) X LSL CPL = {( 3* s = {( )} )} ( 0.050) 3* = 1.36 (proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi bawah / LSL)

53 98 Menentukan Indek kapabilitas atas (Upper Capability Index atau CPU) USL X CPU = {( 3* s )} = {( )} 3* = 1.42 (proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi atas / USL) Menentukan Indek Performansi Kane(Cpk) Cpk = min {CPL ; CPU } = min { 1.36 ; 1.42 } = 1.36 Langkah langkah perhitungan Cp, CPL, CPU dan Cpk untuk area (b) : Menentukan rata-rata data ( X ), X = (X1+X2+...+Xn) / n = ( (-0.012) +...+(-0.012)) / 30 = Menentukan simpangan baku (s), s = ( Xi X )2 n 1 = (( 0.01 ( 0.005))2 + (( ( 0.005)) (( ( 0.005))2) /(30 1) =

54 99 Menetukan Indeks KapabilitasProses (Cp) Cp = USL LSL 6s Dimana USL : Upper Specific Limit (toleransi atas) LSL : Lower Specific Limit (toleransi bawah) = ( ( 0.050)) 6 * = 1.41 (mampu / capable) Menentukan Indek kapabilitas bawah (Lower Capability Index atau CPL) X LSL CPL = {( 3* s )} ( 0.050) = {( )} 3* = 1.27 (proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah / LSL) Menentukan Indek kapabilitas atas (Upper Capability Index atau CPU) USL X CPU = {( 3* s = {( )} ( 0.005) 3* )} = 1.55 (proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi atas / USL) Menentukan Indek Performansi Kane(Cpk) Cpk = min {CPL ; CPU }

55 100 = min { 1.27 ; 1.55 } = 1.27 Adapun ketentuan dari nilai CP adalah sebagai berikut : Cp > 1.33, maka proses dianggap mampu (capable) Cp = , maka proses dianggap mampu namun perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati 1.00 Cp < 1.00, maka proses dianggap tidak mampu (not capable) Jika CPL >1.33, proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL). Jika 1.00 < CPL < 1.33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL), namun perlu pengendalian ketat apabila CPL telah mendekati Jika CPL < 1.00, proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL). Jika CPU > 1.33, proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL). Jika 1.00 < CPU < 1.33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL), namun perlu pengendalian ketat apabila CPU telah mendekati Jika CPU <1.00, proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL) Dari hasil pengukuran Kapabilitas proses pada mesin M03 setelah mengalami perbaikan diperoleh Nilai Cp pada kedua area pengukuran (area a dan b) dengan nilai Cp 1.33 dan Cpk 1.00 maka dapat dikatakan bahwa kestabilan proses baik, telah terfokus, dan dapat diprediksi.

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN CACAT BLACK SURFACE PADA PROSES MACHINING CYLINDER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 1 BAB PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA.1. Pengumpulan Data Data-data yang diambil berasal dari PT. Astra Honda Motor pada seksi Machining Cylinder Comp 3 pada Plant 3 di Cikarang, MM20. Data-data dikumpulkan

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan PENGUMPULAN DATA - Aliran Proses - Data historik cacat machinning hasil audit

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 MENGATASI REJECT FACE KASAR CYLINDER COMP TYPE KTMK DAN KTLM PT. ASTRA HONDA MOTOR Suprapto NIM : 0800786691

Lebih terperinci

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM :

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : 21410759 LATAR BELAKANG Cylinder block merupakan komponen utama dari sebuah engine yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Crank case L dan R terpasang pada Jig & Fixture

Gambar 4.2 Crank case L dan R terpasang pada Jig & Fixture BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Survey Lapangan 4.1.1. Proses Machining Crank Case Crank Case merupakan bagian utama penyusun mesin yang berfungsi sebagai rumah pelindung atau tempat menempelnya komponen-komponen

Lebih terperinci

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT.

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7 Nama : Ismail nur Dwianto NPM : 23411729 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. Latar Belakang Front Axle merupakan unit poros penggerak roda

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES MACHINING UNTUK MENGURANGI JUMLAH CLAIM MARKET CYLINDER HEAD PADA PT YMIM

ANALISIS KAPABILITAS PROSES MACHINING UNTUK MENGURANGI JUMLAH CLAIM MARKET CYLINDER HEAD PADA PT YMIM ANALISIS KAPABILITAS PROSES MACHINING UNTUK MENGURANGI JUMLAH CLAIM MARKET CYLINDER HEAD PADA PT YMIM Irma Agustiningsih Imdam, Saraswati Program Studi Teknik dan Manajemen Industri Irma_ai72@yahoo.com

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Nama PROSES PEMESINAN CRANKCASE TIPE CB 150R DI PT. ASTRA HONDA MOTOR : Ega Febi Kusmawan NPM : 22411331 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Pareto Chart Setelah dilakukan pengumpulan data pengolahan data pada bab sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisa dan pembahasan. Analisa data atribut dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa hasil data Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data maka akan dianalisa untuk menentukan prioritas perbaikan item dari problem sehingga akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari data produktifitas seksi PCF berdasarkan project yang diperoleh pada project pembuatan die Pakistan, Yaris, dan D38A dapat dituangkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Model FAST adalah metode sederhana yang dapat menunjukkan fungsi dan hubungan antar fungsi-fungsi tersebut. Model FAST yang dibuat pada penelitian ini menjelaskan bahwa hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT. SURYA TOTO INDONESIA, TBK.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT. SURYA TOTO INDONESIA, TBK. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT. SURYA TOTO INDONESIA, TBK. Mohamad Solihudin 1), Lien Herliani Kusumah ) 1),) Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK

ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK Mochammad Hatta Jurusan Teknik Industri Universitas 45 Surabaya Mochammad_hatta@walla.com Siti Lestariningsih,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Aspek Pasar 4.1.1 Potensi Pasar Aspek pasar adalah salah satu faktor dominan dalam penentuan suatu proyek atau investasi yang akan dilakukan. PT. Astra Honda Motor

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENGUKURAN CYLINDER HEAD DENGAN MENGGUNAKAN GAGE REPEATABILITY DAN REPRODUCIBILITY PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR Disusun Oleh : Nama : Ghina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya di peroleh hasil bahwa data yang telah di kumpulkan layak untuk di olah dalam proses pengolahan data, dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk) PENINGKATAN DAYA SAING PENGRAJIN INDUSTRI KECIL RUMAH TANGGA PEDESAAN DI KABUPATEN SIDOARJO MELALUI PENINGKATAN KUALITAS YANG BERKESINAMBUNGAN Erni Puspanantasari Putri Teknik, UNTAG Surabaya e-mail: Nantasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Jenis Cacat PT. Duta Abadi Primantara adalah perusahan yang memproduksi jenis kasur spring bed dengan type King Koil. Pada tipe

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. BMC dalam pembuatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 16949: 2002 UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF100

PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 16949: 2002 UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF100 PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 1699: UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF1 (Studi Kasus Valve Inlet Bengkok di PT Astra Honda Motor) Naniek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Laporan tugas akhir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Garuda Metalindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.produk utama dari perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools BAB V ANALISA HASIL 5.1 Tahap Analisa Setelah mengetahui dan menemukan banyaknya kerusakan yang ditemukan pada proses produksi, maka anggota team perbaikan yang terdiri dari Industrial Enggineering, Quality

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 1-8 ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Awaliyah, M. Novitasari Mara, Shantika Martha INTISARI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Crankshaft merupakan salah satu unit komponen dari mesin motor bakar yang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Crankshaft merupakan salah satu unit komponen dari mesin motor bakar yang 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Teknis Crankshaft Proses pengumpulan data teknis line 3 produksi crankshaft sunter meliputi part crankshaft dan kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 29, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 29, 2015 1 / 22 Control

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis hasil pengamatan proses yang

BAB V ANALISA DAN HASIL. Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis hasil pengamatan proses yang BAB V ANALISA DAN HASIL Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis hasil pengamatan proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab IV. Dimana ditemukannya adanya kemungkinan terjadinya penyebab khusus

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL

PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE 12110-14301 DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL Nama : Ryan Antono NPM : 26411508 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. Latar Belakang Piston merupakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOLAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) (Studi Kasus : DI UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU) Siti Nandiroh 1*,Eko Winardi 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR Anggara Hayun A 1 ABSTRACT Time process to make molding is highly influenced by machining process. So to increase

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 PROSES No JENIS DEFECT JAN FEB MAR APR 1 Tidak Sempurna 5,614 5,582 5,839 6,397 2 Coating NG 1,903 2,141 1,943 2,538 3 Pinhole 892 901 289 3,548 4 Misrun (Bolong)

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Kata kualitas memiliki definisi yang sangat beraneka ragam. Para pakar kualitas memberikan definisi masing-masing, antara

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Debrina Puspita Andriani *1), Destantri Anggun Rizky 2), Unggul Setiaji 3) 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Mohamad Solihudin Program Studi Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana e-mail: soleh0282@gmail.com Received: August 2,

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas yang baik adalah barang yang lebih kuat, barang yang lebih awet, dan sebagainya, ataupun yang lebih umum

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006 / 2007 ANALISA KUALITAS, STUDI KASUS CLAIM PLATE OIL SEPARATOR BOCOR type CUB 100cc di PT. ASTRA HONDA MOTOR

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data dilakukan di perusahaan manufaktur piston selama bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Piston Federal Izumi khusus diciptakan sebagai suku cadang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pengolahan data telah diperoleh bahwa data yang telah dikumpulkan layak untuk diolah. Untuk itu hasil akhir dara data yang telah diproses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : 1. Pada Batch pertama, yakni produksi pada tanggal 21

Lebih terperinci