ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus Pantai Bandulu Anyer) RIRIE RAMDASARI ARIFIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus Pantai Bandulu Anyer) RIRIE RAMDASARI ARIFIN"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus Pantai Bandulu Anyer) RIRIE RAMDASARI ARIFIN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten: Kasus Pantai Bandulu Anyer adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Ririe Ramdasari Arifin H

3 RINGKASAN RIRIE RAMDASARI ARIFIN. Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer). Dibimbing Oleh RIZAL BAHTIAR. Perubahan iklim adalah kondisi cuaca yang semakin ekstrim, serta terjadinya perubahan musim dan meningkatnya curah hujan. Fenomena perubahan iklim global yang sedang terjadi akan mempengaruhi perubahan iklim lokal. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat merasakan fenomena perubahan iklim tersebut karena terletak di wilayah equator. Fenomena tersebut memberikan dampak terhadap berbagai sektor salah satunya sektor pariwisata pantai. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan akan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan pengunjung, baik nusantara maupun mancanegara. Hal ini dikarenakan kondisi iklim sangat berpengaruh dalam melakukan wisata outdoor terlebih lagi di sekitar pantai (Becken S dan John E, 2007). Kawasan Pantai Anyer merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan pemandangannya yang indah serta pasirnya yang putih membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Namun, beberapa tahun terakhir ini menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang jumlah kunjungan ke objek wisata ini mengalami penurunan yang diduga karena kondisi iklim yang semakin ekstrim dan tidak menentu. Maka, penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan di wisata pantai ini. Tujuan kedua untuk mengestimasi kerugian ekonomi pelaku objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Tujuan terakhir adalah untuk mengestimasi kerugian ekonomi total objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa tujuan adalah fenomena perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer telah terjadi serta memberikan pengaruh terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut. Indikator iklim yang digunakan adalah curah hujan, hari hujan serta ketinggian gelombang. Fenomena perubahan iklim lokal ini memberikan dampak bagi pelaku objek wisata yaitu pengelola pantai dan pedagang sekitar yang dikarenakan oleh menurunnya jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata ini. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai karena adanya penurunan jumlah tiket yang terjual akibat fenomena ini adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan kerugian yang ditanggung oleh pedagang akibat fenomena perubahan iklim lokal ini sebesar Rp ,00. Kerugian ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya perubahan iklim lokal merupakan kerugian yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta pelaku usaha lain di luar objek wisata. Kerugian pelaku usaha di luar objek wisata ini, yakni sebesar Rp ,00. Sedangkan kerugian

4 ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya fenomena perubahan iklim lokal adalah sebesar Rp ,00. Maka dari itu, Sosialisasi dari pemerintah mengenai fenomena perubahan iklim lokal serta resiko yang mungkin timbul kepada pihak pengelola pantai, pengelola hotel terutama pedagang agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim lokal dan memiliki rencana tanggap bencana serta sistem peringatan dini. Selain itu, Pemerintah serta stakeholder lainnya harus membantu pengelola pantai dan seluruh pelaku objek wisata pantai ini menyediakan sarana dan prasarana khususnya yang memerlukan modal besar. Hal ini berupa pembangunan fasilitasfasilitas yang tetap dapat digunakan oleh pengunjung walaupun kondisi iklim sedang hujan serta angin yang menyebabkan gelombang pasang semakin tinggi sehingga dampak dari perubahan iklim dapat diantisipasi. Menawarkan berbagai produk wisata tambahan dengan adanya perjalanan ekowisata, menampilkan atraksi seni dan budaya setempat oleh pihak pengelola pantai maupun hotel serta kegiatan the way of life atau pengunjung dapat mengunjungi desa-desa di sekitar objek wisata untuk dapat mengetahui tata cara hidup suatu masyarakat. Kata kunci: Perubahan iklim lokal, Pariwisata, Kerugian ekonomi

5 ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus Pantai Bandulu Anyer) RIRIE RAMDASARI ARIFIN H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer) Nama NRP : Ririe Ramdasari Arifin : H Menyetujui, Pembimbing Rizal Bahtiar, S. Pi, M. Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : Tanggal Lulus: 21 Juni 2011

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT, karena atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Mamah, Bapak, Kakak, Adik, Nenek, Tante Eda, Tante Efa dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan curahan kasih sayang, insipirasi hidup, dukungan, motivasi dan do a yang tulus. 3. Bapak Rizal Bahtiar, SPi, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama. 5. Bapak Novindra, S.P sebagai dosen penguji wakil departemen. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 7. Pengelola objek wisata Pantai Bandulu Anyer dan pengelola hotel di Kawasan Pantai Anyer, Banten yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 8. Adhitya Permadi untuk dukungan, bantuan dan kesabarannya. Sahabatku Citra Anggun P, Lorisa Ndela dan Lani. Kelompok KKP, teman satu bimbingan serta semua teman-teman di ESL44 untuk keceriaan, kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim lokal terhadap permintaan pariwisata di Pantai Anyer, Banten. Kajian yang dilakukan mengenai identifikasi perubahan iklim lokal serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pantai, kerugian ekonomi bagi pelaku objek wisata dan usaha lain diluar objek wisata, serta kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal. Maka, disusunlah skripsi ini dengan judul Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer). Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat semua pihak, khususnya bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Bogor, Juli 2011 Ririe Ramdasari Arifin

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv v vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Iklim Penyebab Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Lingkungan Dampak Perubahan Iklim terhadap Indonesia Interaksi Perubahan Iklim dan Pariwisata Pariwisata Permintaan Pariwisata Dampak dari Pariwisata Travel Cost Method (TCM) III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pegunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Tersebut Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Estimasi Kerugian Ekonomi Total dari Objek Pariwisata Pantai i

10 Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN Kondisi Umum Penelitian Fasilitas Pantai Bandulu Anyer Pengelolaan Aksesibilitas Karakteristik Responden Karakteristik Pengunjung Jenis Kelamin dan Usia Tingkat Pendidikan Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan Pekerjaan Pengunjung Persepsi Pengunjung terhadap Objek Wisata Karakteristik Pedagang Jenis Kelamin dan Usia Tingkat Pendidikan Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan Lama Berdagang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Jumlah Hari Hujan Curah Hujan Ketinggian Gelombang Persepsi Pedagang terhadap Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten Persepsi Pengunjung Mengenai Perubahan Iklim Lokal terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Identifikasi Pengaruh Curah Hujan terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Identifikasi Pengaruh Ketinggian Gelombang terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Pengaruh Fenomena Perubahan Iklim Lokal terhadap Kunjungan Wisatawan di Pantai Anyer, Banten Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Wisata Kawasan Pantai ii

11 Anyer, Banten (Khusunya Pantai Bandulu Anyer) Akibat Perubahan Iklim Lokal Estimasi Penurunan Pengunjung Pantai Bandulu Anyer Akibat Perubahan Iklim Lokal Estimasi Kerugian Pedagang Akibat Perubahan Iklim Lokal Metode Biaya Perjalanan Estimasi Kerugian Ekonomi Usaha Lain Akibat Adanya Perubahan Perubahan Iklim Lokal Estimasi Kerugian Ekonomi Total Objek Wisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Kebijakan dan Adaptasi Pelaku Objek Wisata terhadap Perubahan Iklim Lokal VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP iii

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Perekonomian Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Sosial-Budaya Manfaat dan Beban Pariwisata terhadap Dampak Pariwisata Matriks Pengumpulan Data Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis Tarif Masuk Pantai Bandulu Anyer Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jakarta Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jawa Barat Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Banten Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Luar Jawa Penurunan Jumlah Pengunjung Berdasarakan Zona Kerugian Ekonomi Usaha Lain di Luar Objek Wisata Kerugian Ekonomi Total iv

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Peta Letak Kawasan Pantai Anyer, Banten Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Usia Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jumlah Tanggungan Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik Pedagang Berdasarkan Usia Karakteristik Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Karakteristik Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang Grafik Hari Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten Grafik Curah Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten Grafik Ketinggian Gelombang Menurut Bulan di Pantai Anyer Perubahan Iklim Lokal Pantai Anyer yang Dirasakan Pedagang Iklim Buruk yang Mempengaruhi Keputusan Pengunjung Trend Curah Hujan dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun Trend Ketinggian Gelombang dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun Kunjungan Wisatawan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun Tingkat Hunian Hotel Kawasan Pantai Anyer Menurut Tahun Iklim Buruk dalam Seminggu yang Dirasakan Pedagang Sebaran Pengunjung Berdasarkan Zona v

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuesioner Penelitian Data Pendapatan Pedagang Data Pengeluaran Pengunjung vi

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim di dunia selalu berubah-ubah sejak jutaan tahun yang lalu. Wilayah yang dahulu tertutupi es, namun kini sebagian dari wilayah tersebut telah menjadi lebih hangat. Menurut United Nations Development Program (2007) suhu ratarata atmosfer telah mengalami fluktuasi secara musiman yang merupakan akibat dari radiasi matahari, misalnya akibat letusan gunung berapi secara berkala. Pembangunan ekonomi dunia yang semakin pesat mengakibatkan meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyebabkan suhu bumi semakin panas dan berdampak terhadap perubahan iklim. Berbagai aktivitas manusia merupakan penyumbang emisi GRK yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya perubahan iklim, antara lain berasal dari sektor industri serta transportasi. Indonesia merupakan salah satu negara yang akan sangat merasakan dampak dari perubahan iklim karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan dengan km garis pantai dengan dua pertiga lautan. Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa setiap saat di dalam wilayah negara ini terdapat musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan dan kekurangan air di wilayah lain terjadi banjir. Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit diprediksi jauh-jauh hari. Perubahan iklim global yang ekstrim ini diprediksi akan terus terjadi pada beberapa dekade yang akan datang. Iklim dunia 1

16 yang semakin tidak dapat terkontrol ini merupakan salah satu dampak dari pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan tidak ramah lingkungan, contohnya emisi yang berasal dari pembangkit listrik dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara yang merupakan sumber utama karbondioksida (CO 2 ). Dampak perubahan iklim global tentu saja berpengaruh terhadap iklim lokal yang ekstrim. Perubahan iklim lokal di Indonesia ini akan sangat mempengaruhi berbagai kehidupan yaitu perubahan musim dan curah hujan, peningkatan permukaan air laut, peningkatan suhu udara, penurunan produktivitas pertanian dan perikanan, perubahan tata guna dan penutupan lahan yang mengancam keanekaragaman hayati, pengurangan kuantitas dan kualitas air di Lombok dan Sumbawa, perubahan terhadap preferensi masyarakat terhadap permintaan tempat wisata alam dan sebagainya. Salah satu sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim lokal adalah pariwisata. Perubahan iklim lokal akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sektor pariwisata. Pengaruh yang dirasakan terhadap sektor pariwisata ini yaitu adanya perubahan preferensi pengunjung akan daerah tujuan wisatanya serta berubahnya daya tarik wisata yang dimiliki sehingga berakibat terhadap perubahan pengeloaan pariwisata. Adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung pada saat akan berwisata alam pantai yang dipengaruhi oleh angin, gelombang pasang, curah hujan yang tinggi serta panas yang terik. Sebaliknya, sektor wisata juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perubahan iklim, terutama emisi karbondioksida dari kegiatan pariwisata, karena sektor 2

17 pariwisata ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia yang berkembang dengan pesat. Menurut Becken S dan John E (2007) contoh emisi karbondioksida yang disumbangkan oleh pariwisata adalah pesawat yang digunakan sebagai alat transportasi untuk dapat mencapai tempat wisata yang akan didatangi. Dampak perubahan iklim global tentu saja berpengaruh terhadap iklim lokal yang ekstrim yang terjadi juga di Indonesia yang berdampak terhadap sektor wisata lokal. Indonesia sangat mengandalkan potensi sumber daya alam serta keanekaragaman hayati dan budaya yang kaya dalam mengembangkan kepariwisataan. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan pengunjung, baik nusantara maupun mancanegara. Salah satu sektor pariwisata yang mempunyai keterkaitan yang cukup signifikan antara perubahan iklim terhadap permintaan pengunjung adalah wisata alam pantai. Pantai merupakan salah satu wisata alam yang banyak digemari oleh pengunjung. Namun isu mengenai perubahan iklim lokal yang terjadi beberapa tahun terakhir ini diduga juga akan berpotensi mempengaruhi permintaan wisata alam pantai di Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung oleh pengunjung saat memilih wisata alam pantai dengan adanya perubahan iklim lokal yang ekstrim. Wisata alam pantai rentan terhadap pengaruh dari perubahan iklim, misalnya pada saat curah hujan tinggi serta angin dan ombak yang besar yang akan mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung terhadap aktivitas wisata alam pantai. Hal ini dikarenakan pada saat adanya perubahan iklim akan membuat iklim semakin ekstrim menjadi lebih buruk sehingga dapat menyebabkan kejadian ekstrim (bencana), seperti badai dan banjir. 3

18 Provinsi Banten sangat terkenal karena keindahan pantainya. Kawasan Pantai Anyer merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Serang. Panorama yang indah serta pasir pantainya yang putih menjadikan kawasan ini sering dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Kawasan Pantai Anyer, Banten merupakan salah satu pantai yang kaya akan sumberdaya yang menjadi salah satu pantai favorit yang sering dikunjungi oleh pengunjung. Salah satu pantai yang paling digemari di Kawasan Pantai Anyer, Banten adalah Pantai Bandulu Anyer. Hal ini dikarenakan belum pernah terjadi kecelekaan, tidak terdapat karang serta di Pantai Bandulu Anyer ini bukan hanya menawarkan kegiatan untuk berenang saja namun menawarkan juga beberapa wisata air seperti banana boat, jetsky dan bermain papan selancar. Wisata air yang ditawarkan oleh Pantai Bandulu Anyer ini dapat dinikmati pada saat cuaca yang mendukung, namun dengan adanya perubahan iklim lokal yang semakin ekstrim akan mempengaruhi terhadap keputusan pengunjung untuk berwisata karena resiko yang harus diambil oleh pengunjung sehingga dapat membatasi kegiatan wisata air. Oleh karena itu, dampak perubahan iklim lokal cenderung akan menimbulkan resiko terhadap keselamatan pengunjung pada saat cuaca semakin ekstrim sehingga dapat mempengaruhi permintaan akan wisata alam di Kawasan Pantai Anyer, Banten dan akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan pedagang sekitar pantai. 1.2 Rumusan Masalah Kemajuan pembanguanan ekonomi dunia yang semakin pesat memberikan dampak terhadap iklim dunia. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya pembakaran batubara dan minyak bumi secara besar-besaran serta adanya 4

19 pembabatan dan kebakaran hutan. Berbagai aktivitas tersebut dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim ini adalah peningkatan permukaan air laut, peningkatan suhu bumi, perubahan pola hujan, peningkatan suhu muka laut, penurunan produktivitas pertanian dan perikanan, perubahan tata guna dan penutupan lahan, pengurangan kuantitas dan kualitas air. Perubahan iklim global yang terjadi pada saat ini akan berdampak terhadap perubahan iklim lokal di Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkait dengan adanya perubahan iklim. Kawasan Pantai Anyer, Banten merupakan salah satu wisata alam pantai yang digemari oleh para pengunjung lokal dan asing karena keindahan pantainya dan berbagai wisata air yang ditawarkan. Kawasan Pantai Anyer ini berhadapan dengan Selat Sunda yang sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan iklim lokal. Fenomena dari perubahan iklim lokal sekitar Pantai Anyer, Banten yang terjadi ini dipengaruhi oleh kondisi iklim global. Perubahan iklim lokal ditandai dengan adanya perubahan suhu udara, perubahan curah hujan dan perubahan kecepatan angin yang mengakibatkan perubahan ketinggian gelombang. Adanya perubahan iklim lokal ini juga berpengaruh terhadap berbagai kegiatan wisata air di Kawasan Pantai Anyer, Banten termasuk di Pantai Bandulu Anyer. Fenomena perubahan iklim lokal juga diindikasikan dengan adanya perubahan gelombang, perubahan suhu air laut yang semakin meningkat, cuaca buruk dan peningkatan permukaan air laut, sehingga diperkirakan akan mempengaruhi keputusan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten. Indikasi adanya perubahan permintaan terhadap wisata alam di Kawasan Pantai Anyer, Banten ini berpengaruh terhadap pihak pengelola pantai 5

20 serta terhadap pendapatan masyarakat sekitar yang memanfaatkan Pantai Anyer, Banten sebagai mata pencahariannya. Permintaan terhadap tempat wisata alam erat hubungannya dengan iklim lokal. Hal ini dikarenakan adanya hubungan dari interaksi antara iklim dan pariwisata. Sehingga diperlukan informasi yang jelas untuk dapat mengendalikan efek dari perubahan iklim lokal ini, misalnya dengan mengurangi resiko yang diambil pengunjung dan memaksimalkan peluang dengan adanya manajemen dan instrumen yang sesuai. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan pantai Anyer, Banten serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut? 2. Berapa kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer akibat adanya perubahan iklim lokal? 3. Berapa kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut. 6

21 2. Mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten khusunya Pantai Bandulu Anyer akibat adanya perubahan iklim lokal. 3. Mengestimasi kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain, yaitu: 1. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dan aplikasi dari ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan yang telah dipelajari selama perkuliahan untuk diterapkan di lapangan. 3. Bagi pemerintah, analisis interaksi perubahan iklim terhadap permintaan wisata alam ini khususnya wisata alam pantai dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan mengenai dampak dari perubahan iklim terhadap pengelolaan sektor pariwisata. 4. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai sejauh mana dampak perubahan iklim lokal mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih tempat wisata alam pantai. Hal ini terkait dengan adanya berbagai resiko karena adanya perubahan iklim lokal. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji dampak dari interaksi perubahan iklim terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten. 7

22 Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu wisata alam pantai yang banyak diminati oleh pengunjung lokal dan asing. Dampak perubahan iklim lokal ini dilihat dengan adanya peningkatan curah hujan, lamanya hari hujan dan ketinggian gelombang yang merupakan indikator terjadinya perubahan iklim lokal yang mempengaruhi keputusan untuk datang ke objek wisata pantai. Data mengenai adanya perubahan iklim dilihat dari data lima tahun terakhir iklim di Provinsi Banten. Pengunjung yang berkunjung ke Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer akan dijadikan responden untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan iklim lokal terhadap keputusan mereka untuk tetap berwisata ke pantai serta pengeluaran pengunjung. Selanjutnya, pedagang sekitar Pantai Bandulu dijadikan pula sebagai responden untuk mengetahui penurunan pendapatan karena adanya perubahan iklim lokal. Selain itu, dibutuhkan data sekunder mengenai jumlah pengunjung yang menginap di Kawasan Pantai Anyer, Banten. Dampak dari perubahan iklim lokal terhadap permintaan wisata alam Pantai Anyer, Banten dilihat dengan adanya perubahan permintaan selama lima tahun terakhir serta persepsi pengunjung mengenai keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata di pantai pada saat cuaca lebih ekstrim dan adanya perubahan pendapatan pedagang sekitar serta kerugian yang dirasakan objek wisata. 8

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Iklim Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan (2009) iklim adalah suatu sistem energi yang memperoleh tenaga dari matahari. Iklim merupakan pola cuaca yang terjadi dalam jangka panjang. Menurut Handoko, dkk (2008) iklim adalah rata-rata jangka panjang dari kondisi atmosfer (cuaca) di suatu tempat. Secara singkat iklim dapat dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca. Cuaca dari suatu daerah akan berfluktuasi dalam rentang waktu detik sampai harian. Nilai rata-rata dari kondisi unsur-unsur cuaca pada jangka panjang merupakan gambaran dari kondisi iklim daerah tersebut. Menurut pakar iklim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. D. Murdiyarso dalam Diposaptono, dkk (2009) perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka panjang (50 sampai 100 tahun) yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Menurut Murdiyarso (2003) GRK seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), nitrous oksida (N 2 O) dan uap air (H 2 O) yang terdapat di atmosfer secara alami menyerap radiasi panas tersebut di atmosfer bagian bawah. Tanpa GRK alami tersebut suhu bumi akan menjadi 34 o C lebih dingin dari yang kita alami sekarang Penyebab Perubahan Iklim Menurut Aliadi, dkk (2008) gas rumah kaca (GRK) merupakan gas-gas yang menangkap panas dari matahari dan sebagian panas akan terperangkap di atmosfer akibat adanya beberapa jenis gas. Menurut Diposaptono, dkk (2009) perubahan iklim dicirikan dengan berubahnya nilai rata-rata dan keragaman dari unsur iklim yaitu perubahan curah hujan dan suhu udara. Berdasarkan data dari 9

24 beberapa waktu yang panjang akan diperoleh kecenderungan naik dari waktu ke waktu atau fluktuasinya semakin membesar atau kejadian anomali iklim semakin sering terjadi dibanding periode waktu sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa perubahan iklim sudah terjadi. Menurut Diposaptono, dkk (2009) unsur iklim yang berfungsi sebagai pengendali cuaca adalah suhu udara, curah hujan serta kenaikan muka air laut. Fakta menunjukan bahwa temperatur udara rata-rata pada tahun 1850 jauh berubah jika dibanding dengan saat ini. Fenomena perubahan suhu di muka bumi ini menunjukan telah terjadi perubahan temperatur rata-rata muka bumi. Sejak tahun 1940 selama 70 tahun, suhu udara rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0.5 o C. Kenaikan suhu udara rata-rata ini disebabkan oleh semakin meningkatnya GRK di atmosfer, diantaranya oleh CO 2 (Diposaptono et al, 2009). Aktivitas manusia membuat konsentrasi GRK semakin tinggi dan menyebabkan suhu permukaan bumi semakin panas sehingga terjadilah perubahan iklim (Aliadi et al, 2008). Menurut Handoko, dkk (2008) masalah utama dari perubahan ikim disebabkan oleh produksi karbon dioksida (CO 2 ) jauh lebih besar dibandingkan dengan kemapuan tumbuhan dan pepohonan yang menyerapnya dalam proses fotosintesis. Menurut Aliadi, dkk (2008) industri di Negara maju telah menyumbangkan emisi gas rumah kaca sebesar 70%, yang berasal dari sektor energi, transportasi, industri bangunan dan energi lain. Emisi yang dihasilkan oleh Negara berkembang hanya sebesar 30% dan lebih banyak berasal dari sektor non-energi seperti sampah, pertanian, penggunaan lahan serta penebangan hutan (Aliadi, 2008). Masalah perubahan iklim yang terjadi saat ini 10

25 semakin diperparah dengan semakin banyaknya pohon yang hilang yang seharusnya dapat menyerap karbon dioksida (CO 2 ) (UNDP, 2007). Menurut Aliadi, dkk (2008) Emisi pembangkit listrik serta kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara merupakan salah satu sumber utam karbon dioksida (CO 2 ) yang memiliki pengaruh terbesar terhadap perubahan iklim. Pemakaian pupuk buatan pada pertanian menghasilkan nitro oksida (N 2 O) selain itu, pembusukan pakan ternak, kotoran hewan, sampah organik, rawa serta persawahan akan melepaskan gas metana (CH 4 ). Hal tersebut menunjukan bahwa peternakan, sawah dan tempat pembuangan sawah ikut meningkatkan GRK. Aktivitas lain yang menghasilkan GRK yang menyerap panas dengan kekuatan yang sangat tinggi walaupun konsentrasinya rendah yaitu penggunaan beberapa jenis gas untuk Freon AC dan campuran kaleng semprot serta proses produksi beberapa industri, terutama peralatan listrik yang menghasilkan GRK Dampak Perubahan Ikim Global terhadap Lingkungan Menurut Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam Aliadi, dkk (2008) menyatakan bahwa selama tahun telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 o C, 3 o C dan jika terus berlanjut maka diperkirakan pada tahun 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Menurut Stern mantan ekonom kepala di Bank Dunia dalam Aliadi, dkk (2008) menunjukan bahwa resiko dari perubahan iklim skala internasional akan berdampak terhadap kerugian PDB global di kisaran 5-10 persen. 11

26 Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati. Sementara itu, daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama serta penyakit tanaman dan manusia. Peningkatan suhu akan mengubah pola dan distribusi hujan sehingga daerah yang kering akan semakin kering sedangkan daerah yang basah akan semakin basah sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu (Murdiyarso, 2003). Dampak negatif dari perubahan iklim terhadap lingkungan menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan (2009) yaitu: 1. Banjir semakin sering terjadi. 2. Badai besar di Amerika Serikat serta badai tropis sering terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan. 3. Musim kering dan kekurangan air di Afrika Utara, Eropa Selatan, Wilayah Timur Tengah, bagian barat Amerika Serikat, Afrika bagian selatan dan bagian timur laut Brazil. 4. Lelehan es Himalaya menyebabkan terjadinya kekurangan air di Sungai Indus, Gangga, Mekong, Yangtze dan Sungai Kuning. 5. Pemutihan terumbu karang Dampak Perubahan Iklim terhadap Indonesia Menurut Aliadi, dkk (2008) gejala perubahan iklim sudah terjadi di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan suhu minimum kota Polonia Sumatera Utara sebesar 0,17 o C dari tahun , peningkatan suhu maksimum di Denpasar hingga 0,87 o C per tahun serta menghilangnya salju di 12

27 Gunung Jayawijaya Papua. Hasil studi yang dilakukan oleh ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007) dalam Aliadi, dkk (2008) menyatakan bahwa permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm, jika suhu bumi semakin meningkat maka diperkirakan pada tahun 2050 daerah di Jakarta dan Bekasi akan terendam. Menurut UNDP (2007) perubahan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap perubahan musim dan curah hujan di berbagai daerah Indonesia, kejadian cuaca yang lebih ekstrim seperti badai dan longsor, kenaikan muka air laut yang akan mempercepat erosi di wilayah pesisir, intrusi air laut ke air tanah, merusak lahan rawa di pesisir dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Selain itu perubahan iklim yang terjadi akan memberikan dampak terhadap petani, dampak terhadap masyarakat nelayan, dampak terhadap masyarakat pesisir, dampak pada pemukiman kota, masalah kesehatan, kasus kekurangan gizi, sumber air berkurang serta kebakaran semakin sering terjadi. Konsekuensi-konsekuensi dari perubahan iklim untuk Indonesia menurut Handoko, dkk (2008) adalah sebagai berikut: 1. Perubahan musim dan curah hujan: Dalam beberapa tahun terakhir, petani di Jawa dan sumatera telah mengeluhkan kejadian cuaca yang tidak normal, yang permulaan musim bergeser hari lebih lambat dan musim kering sekitar hari lebih cepat. Di kemudian hari, daerah-daerah Indonesia yang berada di selatan garis khatulistiwa akan mengalami musim kering yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih pendek namun lebih intensif. Selain itu, cuaca menjadi lebih bervariasi dengan variabilitas curah hujan menjadi lebih tinggi. 13

28 2. Kondisi cuaca yang semakin ekstrim: Indonesia akan mengalami potensi bencana kekeringan dan banjir yang lebih sering dengan magnitude yang lebih tinggi karena cuaca yang ekstrim. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi mengakibatkan bencana tanah longsor pada berbagai daerah di Indonesia. 3. Kenaikan tinggi muka air laut: peningkatan suhu global mengakibatkan pencairan salju dan gleser di kutub utara dan selatan yang menyebabkan potensi kenaikan tinggi muka air laut antara cm. Hal ini akan mempercepat erosi pantai, intrusi air laut ke dalam air tanah, merusak lahanlahan basah di pantai, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. 4. Lautan yang menghangat: Air laut yang menghangat dapat menurunkan perkembangan plankton dan membatasi pasokan nutrisi bagi ikan, sehingga ikan akan bermigrasi ke daerah-daerah yang lebih dingin dan memiliki cukup pakan. Air laut yang menghangat juga dapat menyebabkan kerusakan coral. 5. Suhu udara semakin meningkat: kondisi ini dapat menurunkan pola-pola vegetasi serta distribusi serangga termasuk nyamuk, yang mampu bertahan pada daerah-daerah yang sebelumnya terlalu dingin Interaksi Perubahan Iklim dan Pariwisata Menurut Becken S dan John E (2007) terdapat beberapa interaksi antara pariwisata dan iklim. Hal ini dikarenakan iklim sangat memberikan resiko terhadap pariwisata. Sebagai salah satu contoh dari interaksi antara iklim dan pariwisata adalah pengunjung yang akan pergi bermain ski di Pegunungan Alpen pada saat musim dingin tetapi hanya terdapat sedikit salju atau pengunjung yang akan pergi ke pantai namun sedang terjadi hujan. Hal tersebut akan menyebabkan pengunjung tidak dapat berwisata karena kondisi iklim yang tidak sesuai. 14

29 Menurut Becken S dan John E (2007) perubahan iklim yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kejadian ekstrim seperti badai dan banjir. Bencana di tempat pariwisata tersebut memberikan resiko bagi pengunjung dan tempat pariwisata tersebut, seperti rusaknya sarana dan prasarana serta meningkatnya pengeluaran akibat kerusakan tersebut mengakibatkan tempat wisata menjadi sepi pengunjung sehingga tempat wisata mengalami kerugian. Selain itu, terdapat hubungan lain yang penting antara pariwisata dan iklim yaitu dalam sektor pariwisata menggunakan energi yang besar dan berkontribusi menyumbangkan emisi gas rumah kaca. 2.2 Pariwisata Menurut Suwantoro (2004) pariwisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan untuk karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar hanya ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan menghasilkan upah. Menurut UU RI nomor 10 tahun 2009 dalam Ismayanti (2010) tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai 15

30 fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Menurut Becken S dan John E (2007) pariwisata adalah Bisnis untuk beberapa kegiatan yang dapat menyenangkan orang lain dengan suatu format penggunaan daratan, suatu aspek/pengarah mobilitas dan juga pokok studi psikologis. Menurut Becken S dan John E (2007) tipe wisata dengan membedakan tujuannya dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Wisata domestik: Wisata yang dilakukan penduduk dari suatu negeri hanya berpergian di dalam negara itu, tetapi di luar lingkungan mereka sehari-hari. 2. Wisata internasional: Wisata yang dilakukan penduduk dari luar negeri yang berpergian ke suatu negara yang ditentukan, untuk jangka waktu lebih dari satu hari dan kurang dari satu tahun. 3. Wisata Inbound: Wisata yang dilakukan oleh bukan penduduk asli suatu negara yang berpergian ke tempat yang telah ditentukan yang merupakan luar lingkungan umum mereka didalam suatu negara. 4. Wisata Outbound: Wisata perjalanan kapal ke luar negeri oleh penduduk dari suatu area bepergian dan tinggal pada suatu tempat di luar area itu (dan diluar lingkungan umum mereka). Wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungil. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka disebut sebagai pelancong (Suwantoro, 2004). Sedangkan, menurut UU RI nomor 10 tahun 2009 dalam 16

31 Ismayanti (2010) mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang melakukan kegiatan wisata Permintaan Pariwisata Menurut Yoeti (2008) permintaan dalam pariwisata (tourist demand) dapat dibagi atas dua jenis, yaitu permintaan potensial (potential demand) dan permintaan aktual (actual demand). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup). Sedangkan yang dimaksud dengan permintaan aktual adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata (DTW) tertentu. Kedua bentuk permintaan ini perlu mendapat perhatian dalam perencanaan kegiatan promosi untuk menarik wisatawan berkunjung pada suatu DTW tertentu. Secara umum permintaan barang dan jasa pariwisata bergantung pada hal-hal sebagai berikut seperti, faktor ekonomi (pendapatan), struktur demografi, factor sosial dan budaya, motivasi untuk melakukan perjalanan wisata, kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata dan insentif untuk melakukan perjalanan wisata, perbandingan harga, daya tarik wisata, kemudahan berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, dan citra. Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa ciri atau karakter dari permintaan dalam pariwisata antara lain: 1. Sangat dipengaruhi oleh musim, sebagai contoh di Eropa, bila datang masa liburan sekolah musim panas misalnya, maka tempat-tempat liburan di pantai akan penuh sesak dipadati wisatawan, baik wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Sebaliknya di musim dingin, tempat-tempat liburan 17

32 musim dingin saat salju mulai berjatuhan, daerah pegunungan penuh sesak dengan wisatawan yang bermain ski. Pada musim ramai (peak season), permintaan akan naik hingga terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Sebaliknya, pada musim sepi (off-season) permintaan menurun. 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu, misalnya banyak terdapat pantai yang indah di Indonesia bahkan di Bali, namun wisatawan lebih tertarik untuk datang ke Pantai Kuta. 3. Tergantung pada besar/kecilnya pendapatan. 4. Bersaing dengan permintaan terhadap barang-barang mewah, sering terjadi persaingan antara akan melakukan perjalanan wisata atau membeli barangbarang mewah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Tergantung tersedianya waktu senggang, tersedianya waktu senggang banyak mempengaruhi permintaan terhadap pariwisata. 6. Tergantung teknologi transportasi. 7. Jumlah orang dalam keluarga. 8. Aksesibilitas, jarak antara negara asal wisatawan dan negara yang menerima kunjungan wisatawan juga mempengaruhi terhadap permintan untuk melakukan perjalanan wisata Dampak dari Pariwisata Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Kegiatan kepariwisataan dilakukan mulai dari keberangkatan hingga di daerah tujuan di seluruh penjuru dunia (Ismayanti, 2010). 18

33 Dampak pariwisata merupakan studi yang paling sering mendapatkan perhatian masyarakat karena sifat pariwisata yang dinamis dan melibatkan banyak kepentingan. Pariwisata melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat secara ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata adalah dampak terhadap ekonomi, terhadap sosial-budaya serta terhadap lingkungan (Ismayanti, 2010). 1. Dampak pariwisata terhadap ekonomi Pariwisata merupakan industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan dan cara hidup modern. Pariwisata memberikan keunikan tersendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena keempat faktor berikut. Pertama, pariwisata adalah industri ekspor fana. Segala yang terjadi di kegiatan pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata. Kedua, setiap kali wisatawan mengunjungi destinasi, mereka selalu membutuhkan barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih. Ketiga, pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah, terapi terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. Menurut UU nomor 10 tahun 2009 dalam Ismayanti (2010) tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaiatan dengan banyak sektor atau multisektor. Keempat, pariwisata merupakan ekspor yang sangat tidak stabil. Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman membuat industri ini mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti politik, sosial-budaya dan pertahanan keamanan. 19

34 Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Secara umum dampak tersebut dikelompokan menurut Cohen (1984) dalam Ismayanti 2010 seperti pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Perekonomian Keuntungan Kerugian 1. Kontribusi pariwisata dalam devisa pada neraca penerimaan negara. 1. Bahaya ketergantungan terhadap pariwisata. 2. Kontribusi pariwisata dalam devisa pada neraca penerimaan negara. 2. Peningkatan inflasi dan nilai lahan. 3. Menghasilkan lapangan pekerjaan. 3. Peningkatan frekuensi impor. 4. Meningkatkan struktur ekonomi. 4. Produksi musiman. 5. Membuka peluang investasi. 5. Pengembalian modal lambat. Sumber: Ismayanti, Dampak pariwisata terhadap sosial-budaya Pariwisata merupakan kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga memberikan pengaruh terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata mampu membuat masyarakat sekitar mengalami perubahan, baik ke arah perbaikan maupun ke arah penurunan dalam berbagai aspek. Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok organisasi dan kebudayaan. Dampak pariwisata terhadap sosial-budaya sebagai people impact menurut Wolf dalam Wall (1982) dalam Ismayanti (2010) berkaitan dengan pengaruh kepada masyarakat, tuan rumah dan wisatawan dalam perubahan kualitas hidup, baik secara positif maupun secara negatif. Secara umum dampak tersebut menurut dapat dikelompokan seperti pada Tabel 2 berikut. 20

35 Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Sosial-Budaya No Keuntungan No Kerugian 1 Pengetahuan dan wawasan 1 Penurunan harga diri masyarakat masyarakat setempat dan komersialisasi budaya 2 Masyarakat semakin sadar akan 2 Resiko menurunnya moral bangsa kekayaan budaya 3 Status sosial masyarakat 3 Wisata seks meningkat 4 Kebudayaan setempat menjadi 4 Penyebaran penyakit berkembang 5 Upaya konservasi dan preservasi 5 Kriminalitas meningkat 6 Revitalisasi cinderamata dan 6 Komodifikasi praktik dan kerajian lokal kebiasaan tradisional menjadi 7 Menghidupkan kembali pertunjukan seni dan ritual yang hampir punah pertunjukan yang ramah wisatawan 7 Kebudayaan setempat menjadi seni sampah 8 Pengenalan nilai dan praktik baru 8 Efek demontrasi yang bersifat negatif 9 Pariwisata mendorong untuk 9 Efek terhadap bahasa local menciptakan perdamaian dan saling memahami melalui interaksi lintas budaya 10 Pemberdayaan wanita dalam industri pariwisata 11 Citra masyarakat semakin terkenal 12 Kemampuan berbahasa menjadi lebih baik Sumber: Ismayanti, Dampak pariwisata terhadap lingkungan 10 Pola konsumsi baru yang terkadang banyak menggunakan produkproduk impor 11 Tekanan terhadap perubahan nilai sosial, cara berpakaian, adatistiadat dan norma tradisional 12 Pembenaran moral negatif ketika hal tersebut menjadi moral positif di budaya lain Pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan tersebut yang rapuh dan tak terpisahkan. Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk menikmatinya. 21

36 Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam dan lingkungan buatan. Secara teori, hubungan lingkungan alam harus mutual dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya saling mendukung dan menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru menimbulkan konflik. Pariwisata sering mengeksploitasi lingkungan. Tabel 3 berikut ini akan menjelaskan hubungan antara manfaat dan beban pariwisata terhadap lingkungan. 22

37 Tabel 3. Manfaat dan Beban Pariwisata terhadap Dampak Pariwisata Dampak Manfaat Beban Air 1. Program kebersihan dan 1. Polusi pembuangan limbah penghematan air 2. Penggunaan alat 2. Sulit mendapatkan air bersih 3. Gangguan kesehatan masyarakat transportasi air ramah lingkungan 4. Kerusakan vegetasi air 5. Estetika perairan berkurang 6. Makanan laut menjadi berbahaya Udara Pantai dan Pulau Pegununga n dan Area Liar Vegetasi Kehidupan Liar Situs Sejarah, Budaya dan Keragaman Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Sumber: Ismayanti, Penggunaan kendaraan ramah lingkungan 2. Penggunaan alat angkutan udara massal 1. Preservasi dan konservasi pantai dan laut 2. Kegiatan wisata ramah lingkungan 1. Reboisasi 2. Peremajaan pegunungan 1. Upaya biodiversitas 2. Reboisasi 3. Konservasi 1. Konservasi dan preservasi 2. Biodiversitas 3. Pembiakan satwa 4. Relokasi hewan ke habitat asli 5. Pembuatan peraturan tentang perubahan hewan 1. Konservasi dan preservasi 2. Renovasi 3. Manajemen pengunjung 1. Penataan kota atau desa 2. Pemberdayaan masyarakat 3. Manajemen pengunjung akibat air beracun 1. Polusi udara 2. Polusi suara 3. Gangguan kesehatan manusia 1. Lingkungan tepian pantai rusak 2. Kerusakan karang laut 3. Hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional. 4. Erosi pantai 1. Tanah longsor 2. Erosi tanah 3. Menipisnya vegetasi pegunungan 4. Polusi visual 1. Pembalakan Liar 2. Pembalakan pepohonanan 3. Bahaya kebakaran hutan 4. Koleksi tanaman untuk cinderamata 1. Pemburuan hewan sebagai cinderamata 2. Pelecehan satwa untuk fotografi 3. Eksploitasi hewan untuk pertunjukan 4. Gangguan reproduksi hewan 5. Perubahan insting hewan 6. Migrasi 1. Kepadatan di daerah wisata 2. Alterasi fungsi awal situs 3. Komersialisasi daerah wisata 1. Tekanan terhadap lahan 2. Perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersial 3. Kemacetan lalu lintas Polusi udara, polusi suara, dan polusi estetika 23

38 2.3 Travel Cost Method (TCM) Menurut Fauzi (2006), Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Prinsipnya, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi. Misalnya, seseorang yang ingin melihat keindahan pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Metode ini mengkaji berapa nilai yang diberikan konsumen terhadap suatu sumberdaya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Secara umum terdapat dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu: 1. Pendekatan sederhana melalui Zonasy 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey Pendekatan TCM melalui Zonasi adalah pendekatan yang relatif simple dan murah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survey. Dalam teknik ini, tempat rekreasi pantai dibagi ke dalam beberapa zona kunjungan dan 24

39 diperlukan data jumlah pengunjung pertahun. Sedangkan, pendekatan individual TCM seara prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey dan teknik statistika yang relatif kompleks. Menurut KLH (2010), terdapat hal yang penting dalam pendekatan metode biaya perjalanan ini adalah diketahuinya data berikut: 1. Biaya perjalanan dari kota asal pengunjung sampai di lokasi pariwisata. 2. Lamanya waktu menempuh perjalanan. 3. Pengeluaran konsumsi dalam perjalanan. 4. Lamanya tinggal di tempat tujuan. 5. Pengeluaran untuk hotel, makan-minum dan rekreasi lainnya selama di lokasi pariwisata. Menurut Haab dan Mc Conell (2002) dalam Fauzi (2006) terdapat dua tahap penting yang harus dilakukan dalam melakukan valuasi dengan metode TCM yaitu menentukan perilaku model itu sendiri dan menentukan pilihan lokasi. TCM yang dibangun harus ditentukan terlebih dahulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya atau apakah langsung membangun model perilaku. Setelah itu, apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan berkolerasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. 25

40 Menurut Haab dan McConnell (2002) dalam Fauzi (2006) agar penilaian terhadap sumberdaya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga diri rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal. 26

41 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan devisa negara cukup besar. Pariwisata dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tempat wisatanya yaitu wisata indoor dan wisata outdoor. Wisata outdoor merupakan wisata yang digemari wisatawan karena wisata ini berinteraksi langsung dalam menikmati keindahan alam. Wisata outdoor pantai pada saat sekarang menjadi salah satu tren tempat wisata yang digemari oleh wisatawan baik lokal, maupun mancanegara. Salah satu pantai yang sering dikunjungi karena keindahan pantainya adalah Pantai Anyer, Banten. Pantai yang berpasir putih ini berhadapan dengan Selat Sunda dengan pemandangan dari Gunung Anak Krakatau. Salah satu pantai yang diminati pengunjung di Kawasan Pantai Anyer, Banten adalah Pantai Bandulu Anyer yang menawarkan berbagai permainan wisata air mulai dari banana boat, jetsky dan permainan papan selancar. Isu global saat ini yang sedang terjadi yaitu peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia terutama berupa pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas pertanian, menghasilkan emisi berupa gas-gas rumah kaca yaitu CO 2, CH 4, N 2 O dan halocarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin). Gas-gas tersebut terakumulasi di atmosfer sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi seiring dengan perjalanan waktu yang dikenal dengan sebutan efek rumah kaca (ERK). Emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat di atmosfer disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Terjadinya perubahan iklim global ini akan berpengaruh terhadap perubahan iklim 27

42 lokal. Perubahan iklim lokal ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata. Perubahan iklim lokal yang terjadi mempunyai hubungan yang cukup erat terhadap wisata outdoor di Kawasan Pantai Anyer, Banten. Adanya perubahan iklim lokal dapat berdampak terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari perubahan iklim lokal yang terjadi. Sebagai contoh, curah hujan yang semakin tinggi akan menghambat pengunjung untuk menikmati objek wisata air seperti banana boat, jetsky dan papan selancar. Perubahan iklim lokal yang terjadi ini menyebabkan adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata air. Perubahan persepsi pengunjung terhadap wisata di Kawasan Pantai Anyer akibat perubahan iklim lokal mempunyai dampak terhadap pihak pengelola pantai serta dampak pula terhadap pendapatan pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer. Penurunan pengunjung yang datang ke Pantai Bandulu Anyer akan mempunyai dampak terhadap pedagang di sekitar pantai yang menjadikan pengunjung sebagai konsumennya. Selain itu, dampak dari perubahan iklim lokal mempunyai dampak terhadap kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata menuju ke pantai dengan mengestimasi biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pengunjung di luar objek wisata saat akan melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini akan melihat keterkaitan antara empat indikator yaitu perubahan iklim lokal, permintaan pengunjung, kerugian ekonomi pelaku pariwisata dan kerugian ekonomi total terhadap objek wisata di Pantai Anyer, Banten. Langkah pertama, 28

43 mengidentifikasi perubahan iklim lokal yang terjadi selama lima tahun. Data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dari berbagai instansi yang terkait. Kemudian, mengidentifikasi perubahan kunjungan wisata selama lima tahun serta keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai akibat adanya perubahan iklim lokal. Selanjutnya, akan dibandingkan keterkaitan antara perubahan kunjungan dengan perubahan iklim lokal dan akan disajikan dengan menggunakan tabel atau grafik dan dideskripsikan. Selain itu, hal ini dikuatan pula berdasarkan wawancara langsung dengan pengunjung mengenai keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata di pantai pada saat iklim sedang buruk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya bias. Langkah kedua, mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten khusunya Pantai Bandulu Anyer terhadap perubahan iklim lokal. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pedagang dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner serta dep interview. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata, objek wisata dan tempat penginapan. Selanjutnya data dianalisis dengan metode kuantitatif. Langkah terakhir, mengestimasi kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata Pantai Anyer, Banten. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada pengunjung untuk mengetahui pengeluaran mereka dalam melakukan kegiatan pariwisata di luar tempat wisata yaitu kerugian pihak usaha lain di luar objek 29

44 wisata, kerugian pedagang dan kerugian pihak pengelola. Selanjutnya, untuk mengestimasi kerugian pelaku usaha di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung di luar objek wisata pada saat akan melakukan kegiatan wisata. Terakhir, ditentukan kebijakan yang tepat untuk menanggulangi kejadian di atas. 30

45 Fenomena perubahan iklim lokal di Pantai Anyer, Banten Mempengaruhi kegiatan pariwisata di Pantai Anyer, Banten Mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut Mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal Mengestimasi kerugian ekonomi total terhadap objek pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal Kebijakan penanganan perubahan iklim lokal terhadap wisata pantai Sumber: Data Penulis, 2011 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 31

46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Lokasi ini dipilih secara sengaja atau purposive karena Pantai Anyer merupakan salah satu pantai yang digemari wisatawan lokal dan mancanegara. Pantai Anyer merupakan pantai yang memiliki keindahan akan pemandangannya serta terdapat berbagai objek wisata air. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Maret hingga April Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden yang terpilih. Responden terdiri dari pengunjung dan pedagang di sekitar tempat wisata yang dilakukan agar memperoleh data mengenai pengeluaran pengunjung untuk mengestimasi kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata serta mengetahui penurunan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata karena adanya perubahan iklim lokal. Data primer yang diperoleh dari pengelola hotel, pengelola pantai serta instansi lain yang relevan dengan penelitian dilakukan dengan dep interview. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, data iklim seperti curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang, data jumlah penjualan tiket masuk tempat wisata pantai, kunjungan pengunjung, pengunjung yang bermalam, harga penginapan dan harga objek wisata air. Data sekunder ini diperoleh dari Kantor Kecamatan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas 32

47 Pariwisata dan tempat penginapan selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, internet, jurnal serta instansi lain yang terkait dalam penelitian ini. Matriks pengumpulan data dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Matriks Pengumpulan Data Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan data Gambaran umum lokasi Primer, Sekunder Responden, Kantor Kecamatan Wawancara, obseravasi lapang, dan studi literatur Hari Hujan Sekunder BMKG Studi literatur Curah Hujan Sekunder BMKG Studi literatur Ketinggian Gelombang Sekunder BMKG Studi literatur Tiket masuk Sekunder Objek wisata Studi literatur wisata pantai pantai Kunjungan Sekunder Dinas Pariwisata Studi literatur wisatawan Harga penginapan Sekunder Tempat Penginapan Studi literatur Wisatawan yang Primer, Sekunder Tempat Wawancara, bermalam penginapan obseravasi lapang, dan studi literatur Harga objek Primer, Sekunder Responden Wawancara, wisata obseravasi lapang, dan studi literatur Pengeluaran wisatawan Primer Responden Wawancara, obseravasi lapang, Pendapatan pedagang Sumber: Data Penulis, Metode Penentuan Sampel dan studi literatur Primer Reponden Wawancara, obseravasi lapang, dan studi literatur Metode Pengambilan Sampel terhadap pengunjung dan pedagang dilakukan secara sengaja atau purposive dengan metode non-probability sampling. Teknik ini dilakukan karena daftar populasi untuk jumlah pengunjung yang datang serta pedagang di sekitar tempat wisata tidak diketahui dengan pasti. Responden yang dipilih yaitu pengunjung yang sedang melakukan aktivitas wisata 33

48 Pantai Anyer, Banten, usia dewasa (17 tahun keatas) serta pedagang di sekitar tempat wisata, dapat berkomunikasi dengan baik, sehat jasmani dan rohani serta bersedia untuk diwawancarai. Jumlah pengambilan sampel responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dari pengunjung dan 30 responden dari pedagang dengan asumsi jumlah tersebut sudah cukup untuk menjawab tujuan penelitian serta pihak pengelola hotel, pengelola pantai serta instansi yang terkait. 4.4 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan studi literatur, wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, dep interview dan observasi lapang. Data yang berhubungan dengan perubahan iklim dan jumlah kunjungan diperoleh melalui studi literatur dengan pencarian data sekunder yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Data yang berhubungan dengan pengeluaran pengunjung dan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner dengan yang bersangkutan dengan hal tersebut yaitu pengunjung dan pedagang serta dep interview dengan pihak pengelola pantai, hotel serta instansi yang terkait. 4.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang telah diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel Berikut adalah Tabel 5 mengenai matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, dan metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini. 34

49 Tabel 5. Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis Data Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis Data Mengidentifikasi Primer dan Sekunder Analisis deskriptif fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut kuantitatif Mengestimasi kerugian Primer dan Sekunder Analisis kuantitatif ekonomi terhadap pelaku pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal Mengestimasi kerugian Primer dan Sekunder Analisis kuantitatif ekonomi total akibat terjadinya perubahan iklim lokal terhadap objek pariwisata Pantai Anyer, Banten Sumber: Data Penulis, Indentifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Tersebut Identifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Pantai Anyer, serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Dampak dari perubahan iklim lokal dapat dilihat dari tren permintaan terhadap pariwisata Pantai Anyer, Banten yang dibandingkan dengan kondisi iklim di Pantai Anyer, Banten selain itu dilihat pula dari hasil wawancara dengan pengunjung. Data sekunder yang dibutuhkan sebagai indikator perubahan iklim lokal yaitu curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang selama lima tahun terakhir yang diperolah dari BMKG. Peningkatan curah hujan, jumlah hari 35

50 hujan serta ketinggian gelombang atau mengalami fluktuasi yang besar merupakan salah satu indikator terjadinya perubahan iklim lokal. Selain itu, data kunjungan wisatawan pertahun, akan sangat berguna untuk melihat tren permintaan terhadap pariwisata Pantai Anyer, Banten yang terjadi mengalami peningkatan atau penurunan yang diduga disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Selanjutnya, data tersebut akan disajikan dalam bentuk grafik. Hal ini, bertujuan untuk mempermudah analisis. Penurunan jumlah kunjungan pengunjung dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. PJK = Jknn n i=1 n Jkn i... (1) Keterangan : PJK Jkn i = Penurunan Jumlah Kunjungan (orang) = Jumlah Kunjungan normal, dimana i=1, 2,.., n(=4) Jknn = Jumlah Kunjungan ketika terjadi perubahan iklim lokal t = 4 tahun Data yang telah dikumpulkan akan dibuat hipotesis mengenai ada atau tidaknya perubahan dalam tren permintaan pariwisata tersebut selama lima tahun terakhir. Kemudian, hasilnya akan dibandingkan dengan data sekunder dari indikator perubahan iklim lokal, seperti curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang pada saat itu. Selain itu, dilakukan juga wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner terhadap pengunjung serta pedagang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana ketersediaan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata pantai ketika terjadi perubahan iklim lokal yang ekstrim serta perubahan iklim lokal yang dirasakan oleh pedagang. Selanjutnya, 36

51 dilakukan analisis mengenai dampak dari perubahan iklim lokal mempengaruhi keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Hasilnya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat diketahui fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Pantai Anyer, serta pengaruh dari fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Analisis kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal diestimasi dengan metode kuantitatif. Estimasi kerugian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan dari sisi objek wisata dan pedagang. Pendekatan dari sisi objek wisata dilakukan dengan mengestimasi penurunan penjualan tiket di tempat wisata dan penurunan tingkat hunian hotel di sekitar Kawasan Pantai Anyer, Banten. Data yang dibutuhkan yaitu data jumlah penjualan tiket dan data tingkat hunian hotel selama lima tahun. Penurunan jumlah penjualan tiket merupakan besaran yang mengukur jumlah penjualan tiket normal dikurangi jumlah penjualan tiket ketika terjadi perubahan iklim lokal yang dikalikan dengan harga tiket, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. PJT = Ptnn Ptn i n i=1 n X Pt.. (2) Keterangan : PJT Ptn i = Penurunan Jumlah Tiket (Rp) = Penjualan tiket normal, dimana i=1, 2,.., n(=4) 37

52 Ptnn P t t = Penjualan tiket wisata ketika terjadi perubahan iklim lokal = Harga tiket (Rp) = 4 tahun Penurunan jumlah wisatawan yang bermalam adalah besaran untuk mengukur tingkat hunian hotel pada kondisi normal dan setelah terjadi perubahan iklim lokal yang dikalikan dengan harga hunian, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. PTH = Wnn Wn i n i=1 n X Ph (3) Keterangan : PTH Wn i Wnn P h t = Penurunan Tingkat Hunian Hotel = Wisatawan yang bermalam pada kondisi normal, dimana i=1, 2,.., n(=4) = Wisatawan yang bermalam ketika terjadi perubahan iklim lokal = Harga Hunian = 4 tahun Pendekatan yang kedua dilihat dari sisi pedagang dilakukan dengan mengestimasi penurunan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Data primer yang diperoleh dengan melakukan teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Pedagang ini dibedakan menjadi dua yaitu pedagang tetap yang terdiri dari kios dan penyewaan alat wisata air serta pedagang musiman yang hanya datang pada hari sabtu dan minggu atau hari libur. Responden yang dibutuhkan adalah pedagang di sekitar tempat wisata pantai dilakukan untuk mengestimasi pendapatan yang hilang akibat dari perubahan iklim lokal. 38

53 4.5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Total dari Objek Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Analisis kerugian ekonomi total dari suatu objek pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat terjadinya perubahan iklim lokal yaitu mengestimasi kerugian yang dialami oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta pelaku usaha di luar objek wisata. Perubahan iklim lokal akan berdampak terhadap perubahan permintaan tempat wisata. Hal ini akan diikuti oleh adanya kerugian ekonomi total dari objek pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten. Estimasi kerugian ekonomi pelaku usaha di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi pengeluaran pengunjung saat melakukan kegiatan wisata yang dikeluarkan di luar objek wisata tersebut, kerugian pedagang serta kerugian yang ditanggung pihak pengelola pantai. Kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi pengeluaran pengunjung di luar objek wisata yang biasa digunakan dalam metode biaya perjalanan Langkah yang digunakan dalam mengestimasi pengeluaran pengunjung di luar objek wisata, yaitu: 1. Menentukan klaster asal wisatawan. 2. Membuat kuisioner. 3. Mentabulasi pengeluaran wisatwan dari rumah langsung ke objek wisata (hanya pengeluaran yang dikeluarkan pengunjung di luar objek wisata). 4. Menghitung total pengeluaran. 5. Nilai total seluruh wisatawan. Selanjutnya, diestimasi kerugian ekonomi pelaku usaha lain di luar objek wisata berdasarkan data dan informasi yang diperoleh serta menjumlahkannya dengan kerugian pihak pengelola pantai serta pedagang yang merupakan kerugian 39

54 ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten. 40

55 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Penelitian Pantai Anyer merupakan salah satu pantai yang digemari oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Pantai Anyer terletak di koordinat 6º Lintang Selatan dan 105º Bujur Timur. Secara administrative, Kawasan Pantai Anyer terletak di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Batas-batas Kawasan Pantai Anyer Kecamatan Anyer ini adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sunda Sebelah Timur berbatasan dengan Kosambi Ronyok Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Manis, Cikoneng, dan Bunihara Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda Sumber: Diakses 28 April 2011 Gambar 2. Peta Letak Kawasan Pantai Anyer, Banten Terdapat banyak pantai indah di sepanjang kawasan Pantai Anyer, salah satunya Pantai Bandulu. Pantai Bandulu ini dulu lebih dikenal dengan nama Pantai Sambolo yang merupakan salah satu objek wisata yang diunggulkan. Secara administratif objek wisata Pantai Bandulu ini terletak di Desa Bandulu, 41

56 Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Objek wisata ini berbatasan dengan Desa Cikoneng di sebelah utara, Desa Sindang Karya di sebelah timur, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kamasan dan sebelah barat dengan Selat Sunda. Pantai Bandulu ini terletak di sepanjang kawasan Anyer. Luas total lahan objek wisata ini sebesar m 2. Lokasi Pantai Bandulu ini bersebelahan dengan Hotel Patra Jasa dan Hotel Nuansa Bali. Awalnya pantai ini dikenal dengan nama Pantai Sambolo, namun pada tahun 2004 berpindah tangan sehingga namanya berubah menjadi Pantai Bandulu seperti nama desa dimana pantai ini berada. Lahan objek wisata ini merupakan perluasan lahan milik Perusahan Patra Jasa. Perusahaan Patra Jasa memberikan kepercayaan kepada CV. Putra Bandulu untuk mengelola objek wisata ini. Pihak pengelola menggunakan sistem sewa. Pantai Bandulu memiliki beberapa kelebihan sehingga menjadi pantai di kawasan Pantai Anyer yang paling banyak dikunjungi wisatawan (Amanda M, 2009). Beberapa kelebihan dari Pantai Bandulu ini adalah: 1. Keamanan, pantai ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung (tidak ada pengunjung yang meninggal karena terbawa arus). 2. Tidak ada karang di sepanjang pantai ini, sehingga sangat cocok untuk para pengunjung berenang karena tidak ada karang yang membahayakan. 3. Pihak pengelola selalu berusaha menjaga kebersihan pantai ini agar kenyamanan pengunjung dapat terjaga. Pantai Bandulu Anyer ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung dikarenakan adanya aturan yang cukup ketat terkait kegiatan wisata 42

57 yang dilakukan oleh pengunjung. Pada saat gelombang di laut sedang pasang setinggi 1 meter pengelola sudah mulai waspada dan lebih mengawasi kegiatan pengunjung hingga 3 meter maka tidak diperbolehkan melakukan kegiatan wisata air seperti Banana Boat dan Jetsky namun masih diperbolehkan berenang atau bermain hanya dipinggiran pantai saja. Kegiatan berenang dan bermain selancar hanya diperbolehkan hingga jarak 50 meter dari pinggir pantai dan sudah terdapat patok sebagai tanda batas maksimal serta adanya life guide yang selalu memantau. 5.2 Fasilitas Pantai Bandulu Anyer Pantai Bandulu Anyer merupakan salah satu pantai dikawasan Anyer yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini dikarenakan keindahan pasir putihnya serta tidak terdapat karang disepanjang pantai ini yang menjadikan Pantai Bandulu Anyer ini aman untuk para pengunjung yang berenang. Selain itu, Pantai Bandulu ini menawarkan berbagai fasilitas yang lebih baik dari pengelola pantai lainnya. Pengelola Pantai Bandulu Anyer ini menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan untuk memuaskan pengunjung yang menghabiskan waktunya untuk menikmati suasana pantai atau bermain wisata air di tempat ini. Fasilitas yang ditawarkan oleh objek wisata Pantai Bandulu Anyer ini adalah sebagai berikut: 1. Saung lesehan, saung yang terdapat di sepanjang pantai yang merupakan tempat untuk beristirahat dan meletakkan barang saat pengunjung berenang atau bermain di pantai. Saung ini disewakan dengan biaya Rp ,00 per saung. 43

58 2. Warung makan, merupakan warung yang menyajikan aneka makanan dan minuman yang memudahkan pengunjung untuk membeli makanan dan minuman. 3. Kios cinderamata, merupakan tempat penjualan souvenir atau cinderamata. 4. Mushola, merupakan sarana beribadah bagi umat Islam. 5. Penyewaan ban, dengan biaya Rp 5 000,00 per ban. 6. Penyewaan selancar, biaya Rp ,00 7. Penyewaan banana boat, biaya Rp ,00 per enam orang. 8. Penyewaan Jet sky, biaya Rp ,00 per trip. 9. Toilet, adapun biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan toilet ini adalah Rp 2 000,00 per orang. 10. Panggung hiburan, diperuntukan apabila ada permintaan pengunjung rombongan akan hiburan musik ataupun event. Adapun biaya yang dikenakan untuk penyewaan panggung ini sebesar Rp ,00 per meter. 11. Musik orgen atau dangdut dengan dua penyanyi, diperuntukan apabila ada permintaan dari pengunjung rombongan yang menginginkan hiburan musik. Biaya yang dikenakan sebesar Rp , Seni tradisional Banten (debus), diperuntukan apabila ada permintaan dari pengunjung rombongan yang ingin menyaksikan aksi dari seni tradisional debus. Biaya yang dikenakan sebesar Rp ,00. Objek wisata Pantai Bandulu Anyer ini memberlakukan tiket masuk sesuai dengan cara kedatangannya seperti pada Tabel 6 berikut. 44

59 Tabel 6. Tarif Masuk Pantai Badulu Anyer Jenis Kendaraan Tarif Masuk (Rupiah) Tanpa Kendaraan Per orang Kendaraan Roda Empat Sepeda Motor Izuzu Elef Bus Kecil Bus Besar Sumber: Pantai Bandulu Anyer, Pengelolaan Pantai Bandulu merupakan perluasan wilayah dari Perusahaan Patra Jasa. Objek wisata pantai ini dibuka sejak tahun 1998 yang pada awalnya dikelola oleh Bapak Warsito hingga tahun Pada tahun 2000 hingga 2001 objek wisata ini dikelola oleh Bapak Danu. Sejak tahun 2001 perusahaan ini memberikan kepercayaan kepada CV. Putra Bandulu yang dipimpin oleh Bapak Jumintra untuk mengelola objek wisata pantai ini hingga sekarang. Sistem yang digunakan adalah sistem sewa. Pembayaran sewa setiap tahunnya dibayarkan dengan sistem dua kali bayar. Awalnya pada tahun 2001 pada saat CV. Putra Bandulu mengelola Pantai Bandulu Anyer ini dikenakan biaya sewa sebesar 120 juta dalam setahun. Namun, biaya sewa objek wisata ini setiap tahunnya selalu meningkat sebesar 10%, sehingga pada tahun 2011, CV. Putra Bandulu dikenakan biaya sewa sebesar 240 juta dalam setahun. 5.4 Aksesibilitas Objek wisata Pantai Bandulu Anyer mempunyai jarak tempuh sekitar 30 km dari Cilegon, km dari Serang, 100 km dari Jakarta, km dari Bandung dan km dari Bogor. Waktu yang harus ditempuh dari Jakarta hingga Pantai Bandulu Anyer ini sekitar 4 hingga 4.30 jam. Namun, waktu yang harus ditempuh dari Cilegon dan Serang sekitar 1.30 hingga 2 jam. Aksesibilitas objek wisata Pantai 45

60 Bandulu Anyer ini dapat dikatakan relatif mudah karena dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi. Pengunjung dari luar kota dapat melewati jalur tol menuju Merak. Pengunjung yang berasal dari Cilegon, Serang dan sekitarnya dapat melalui jalur biasa (tidak melalui jalur tol) menuju arah Kawasan Pantai Anyer. Kemudahan aksesibilitas menuju lokasi ini diduga berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata Pantai Bandulu ini. 5.5 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu pengunjung Pantai Bandulu Anyer serta pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan, daerah asal dan pekerjaan. Selain itu, akan diidentifikasi persepsi pengunjung mengenai objek wisata yakni dari sumber informasi tentang objek wisata, sudah berapa lama mengetahui objek wisata ini, motivasi kunjungan serta aktivitas umum. Karakteristik sosial ekonomi pedagang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan lama berdagang Karakteristik Pengunjung Jenis Kelamin dan Usia Pengunjung kawasan wisata Pantai Bandulu Anyer yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Pengunjung dengan jenis kelamin laki-laki yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 80% atau sebanyak 80 orang dan 20% atau sebanyak 20 orang sisanya berjenis kelamin 46

61 perempuan. Jenis kelamin pengunjung ini mempengaruhi jenis kegiatan wisata yang dilakukan di Pantai Bandulu Anyer. Usia pengunjung berkaitan dengan kemampuan fisik responden dalam memilih aktivitas yang dilakukan selama kunjungan. 37% 18% 45% tahun tahun >50 tahun Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 3. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Usia Pada Gambar 3 dapat terlihat sebaran pengunjung berdasarkan usia yakni sebesar 45% atau sebanyak 45 orang pengunjung berusia antara tahun, 37% atau sebanyak 37 orang berusia antara tahun dan 18% atau sebanyak 18 orang berusia lebih dari 50 tahun. Sebagian besar pengunjung masih berusia relatif muda karena berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan selama kunjungan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir menunjukan pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh seseorang. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki. Jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan yang kemudian jumlah pendapatan berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang serta berpengaruh dalam melakukan aktivitas wisata di Pantai Bandulu Anyer. Pengunjung sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi (D3, D4, S1, S2, S3) sebesar 49 % atau sebanyak 49 orang, SMA sebesar 50% atau sebanyak 50 orang dan SMP hanya sebesar 1% atau sebanyak 1 orang. 47

62 49% 1% 50% SMP SMA Perguruan tinggi (D3, D4, S1, S2, S3) Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 4. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Gambar 4 tingkat pendidikan terakhir pengunjung yaitu SMA dan perguruan tinggi. Hal ini karena sebagian besar pengunjung berasal dari golongan mampu, sehingga memiliki jenjang pendidikan yang cukup tinggi Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan Status perkawinan dan jumlah tanggungan dapat menunjukan tingkat konsumsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan primernya. Seseorang yang sudah menikah dan memiliki anak, maka pendapatan yang diperolehnya digunakan untuk memenuhi konsumsi anggota keluarga. Jumlah tanggungan responden ditentukan istri, jumlah anak, dan jumlah anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap dan menjadi tanggungan. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 5. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jumlah Tanggungan Sebaran jumlah tanggungan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, sebesar 69% atau sebanyak 69 orang pengunjung telah menikah dan sebesar 31 % atau sebanyak 31 orang 48

63 belum menikah. Jumlah tanggungan pengunjung berjumlah empat orang sebesar 42% atau sebanyak 42 orang, sebesar 29% atau sebanyak 29 orang memiliki jumlah tanggungan tiga orang, sebesar 18% atau sebanyak 18 orang memiliki jumlah tanggungan lima orang, pengunjung yang memiliki jumlah tanggungan dua orang sebesar 7% atau sebanyak 7 orang dan sisanya 4% atau 4 orang merupakan pengunjung yang memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima orang Pekerjaan Pengunjung Pekerjaan pengunjung erat kaitannya dengan tingkat pendapatan seseorang yang pada akhirnya menetukan tingkat kesejahteraannya. Selain itu, pekerjaan seseorang pun mempengaruhi tingkat konsumsi dan keputusan untuk melakukan kegiatan di objek wisata. Sebaran pekerjaan dibedakan dalam beberapa kelompok sebaran. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 6. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil survei dapat dilihat pada Gambar 6 sebagian besar pengunjung adalah pegawai swasta sebesar 57% atau sebanyak 57 orang, sedangkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 25% atau sebanyak 25 orang, pelajar/mahasiswa sebesar 8% atau sebanyak 8 orang dan lainnya yang terdiri dari ibu rumah tangga, Sales Promotion Girls (SPG), sedang mencari pekerjaan, buruh pabrik, dan supir angkot sebesar 10% atau sebanyak 10 orang. 49

64 Persepsi Pengunjung terhadap Objek Wisata Objek wisata Pantai Bandulu Anyer merupakan salah satu pantai yang terdapat di Kawasan Pantai Anyer yang paling ramai dikunjungi pengunjung. Persepsi pengunjung mengenai objek wisata ini terdiri dari sumber informasi tentang objek wisata, sudah berapa lama mengetahui objek wisata ini, motivasi kunjungan, serta aktivitas umum. Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan terhadap pengunjung mengenai sumber informasi mengenai objek wisata pantai ini sebagian besar berasal dari media televisi sebesar 99% atau sebanyak 99 orang dan berasal dari teman sebesar 1 % atau sebanyak 1 orang. Keberadaan Pantai Bandulu Anyer ini ternyata sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat, baik yang berasal dari Cilegon, Serang dan sekitarnya ataupun yang berasal dari luar kota tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara langsung dengan pengunjung, sebagian besar pengunjung telah mengetahui objek wisata ini dari lebih 10 tahun lalu yaitu sebesar 45% atau sebanyak 45 orang. Sebesar 30% atau 30 orang pengunjung telah mengetahui objek wisata ini dari sekitar 1-5 tahun lalu dan sisanya sebesar 25% atau sebanyak 25 orang telah mengetahui objek wisata ini sejak 6-10 tahun. Motivasi pengunjung untuk berkunjung ke Pantai Anyer ini akan mempengaruhi aktivitas yang dilakukan di pantai ini. Sebagian besar pengunjung datang berkunjung ke Pantai Bandulu Anyer ini dalam rangka piknik atau kumpul keluarga sebesar 69% atau sebanyak 69 orang, untuk refreshing sebesar 30% atau sebanyak 30 orang dan lainnya sebesar 1% atau sebanyak 1 orang. Aktivitas yang dilakukan pengunjung di Pantai Bandulu Anyer berbeda-beda yaitu jalan-jalan, berenang, dan melakukan wisata air seperti banana boat, jetsky dan bermain 50

65 selancar agar bisa melakukan kegiatan ini harus didukung dengan kondisi cuaca yang baik. Berdasarkan hasil wawancara langsung yang telah dilakukan dengan pengunjung sebagian besar pengunjung melakukan kegiatan berenang yaitu sebesar 41% atau sebanyak 41 orang, jalan-jalan sebesar 30% atau sebanyak 30 orang dan sisanya melakukan wisata air sebesar 29% atau sebanyak 29 orang Karakteristik Pedagang Jenis Kelamin dan Usia Pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang merupakan pedagang yang berjualan di sekitar Pantai Bandulu Anyer. Jenis kelamin pedagang yang terdiri dari 70% atau sebanyak 21 orang laki-laki dan 30% atau sebanyak 9 orang perempuan. Jenis kelamin ini mempengaruhi jenis pekerjaan. Usia merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan termasuk untuk mengalokasikan pendapatan. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 7. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Usia Sebaran Usia pedagang disajikan pada Gambar 7 yakni, pedagang yang berusia antara tahun sebesar 56,67% atau sebanyak 17 orang dan antara tahun sebesar 43,33% atau sebanyak 13 orang. Hal ini dikarenakan banyak 51

66 pedagang yang tidak meneruskan sekolahnya, sehingga sudah banyak yang bekerja di usia muda Tingkat Pendidikan Pendidikan formal berpengaruh terhadap pemikiran dan pola pikir seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dan tindakan yang akan diambil untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Pada Gambar 8 dapat terlihat tingkat pendidikan pedagang, sebesar 50% atau sebanyak 15 orang memiliki latar belakang pendidikan SD, sebesar 43,33% atau sebanyak 13 orang memiliki pendidikan terakhir SMP dan SMA sebesar 6,67% atau sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 8 berikut tingkat pendidikan pedagang masih sangat rendah. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 8. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang masih rendah ini disebabkan oleh keadaan perekonomian yang tergolong masih rendah dan fasilitas pendidikan yang kurang ketika itu. Rendahnya pendidikan pedagang menyebabkan pemahaman, pola pikir serta keterampilan mereka masih sangat rendah Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan Status perkawinan pedagang yang sudah menikah sebesar 83,33% atau sebanyak 25 orang, sedangkan sisanya sebesar 16,67% atau sebanyak 5 orang 52

67 belum menikah. Jumlah tanggungan pedagang yang sudah menikah dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 9. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Pedagang yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak tiga orang sebesar 40% atau sebanyak 10 orang, jumlah tanggungan empat orang orang sebesar 32% atau sebanyak 8 orang, pedagang dengan jumlah tanggungan dua orang sebesar 20% atau sebanyak 5 orang dan masing-masing sebesar 4% atau 1 orang jumlah pedagang dengan jumlah tanggungan masing-masing sebanyak lima dan lebih dari lima orang Lama Berdagang Lama berdagang responden mempengaruhi persepsi pedagang mengenai kondisi cuaca di Pantai Bandulu Anyer selama 5 tahun terakhir serta bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan pedagang diperoleh sebaran lama berdagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer. 53

68 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 10. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang Gambar 10 menjelaskan mengenai lama berdagang pedagang di Pantai Bandulu Anyer. Sebagian besar pedagang telah berdagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer selama antara 6-10 tahun sebesar 46,67% atau sebanyak 14 orang, selama antara 1-5 tahun sebesar 40% atau sebanyak 12 orang dan selama lebih dari 10 tahun sebesar 13,33% atau sebanyak 4 orang. 54

69 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Jumlah Hari Hujan Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi dan Meteorologi (Staklim) Pondok Betung, jumlah hari hujan di Pantai Anyer, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dari tahun 2006 hingga tahun 2010 berfluktuatif. Pada tahun 2006, jumlah hari hujan di Pantai Anyer, Kabupaten Serang sebanyak 98 hari hujan. Jumlah hari hujan terus meningkat hingga tahun 2008 menjadi sebanyak 102 dan 112 hari hujan. Namun, pada tahun 2009, jumlah hari hujan di Pantai Anyer turun menjadi 85 hari hujan. Tahun 2010, hari hujan di Pantai Anyer kembali meningkat drastis menjadi sebanyak 129 hari hujan. Hujan sering terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret dari data yang diperoleh. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi dan Meteorologi Pondok Betung telah terjadi pergeseran bulan jumlah hari hujan terbanyak (puncak musim hujan). Pada tahun 2007, puncak musim hujan ini terjadi pada bulan Desember. Namun, pada tahun 2006 jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret, yang seharusnya sudah masuk musim pancaroba (pergantian musim dari musim hujan ke musim kemarau). Pada tahun 2008 hingga 2010, jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari dan Februari. 55

70 Sumber: Stasiun Klimatologi dan Meteorologi Pondok Betung, 2011 Gambar 11. Grafik Hari Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten Gambar 11 menunjukan bahwa jumlah hari hujan di Pantai Anyer mengalami turun naik. Gambar 11 juga menunjukan puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret. Pada tahun 2006 jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret, yakni sebanyak 21 hari hujan. Jumlah hari hujan terbanyak pada tahun 2007 yaitu bulan Desember sebanyak 19 hari hujan. Pada bulan Februari 2008 merupakan terjadinya jumlah hari hujan terbanyak sebesar 22 hari hujan. Pada tahun 2009, jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari yakni sebanyak 19 hari hujan. Pada tahun 2010, jumlah hari terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 20 hari hujan. Jumlah hari hujan yang semakin panjang setiap bulannya, bahkan semakin meningkat hingga tahun 2010 ini mengakibatkan terjadinya musim hujan yang semakin panjang. Menurut wawancara langsung dengan penanggung jawab Staklim Pondok Betung biasanya musim hujan di Pantai Anyer, Banten dipengaruhi oleh adanya angin barat yang selalu datang setiap bulan desember hingga februari. Namun, beberapa tahun ini karena adanya fenomena perubahan iklim global yang mempengaruhi iklim lokal di daerah Pantai Anyer mengakibatkan musim hujan yang lebih panjang dengan adanya jumlah hari hujan 56

71 yang meningkat. Hal ini juga dipengaruhi karena adanya gangguan dinamika atmosfer yaitu adanya indikasi La Nina sehingga curah hujan meningkat. Musim hujan yang semakin panjang yang tidak dapat diprediksi lagi ini berpotensi terhadap permintaan pengunjung di Pantai Anyer yang semakin menurun hingga tahun Curah Hujan Jumlah curah hujan di Pantai Anyer dari tahun 2006 hingga tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, merupakan jumlah curah hujan terendah sebesar mm dan curah hujan tertinggi pada tahun ini terjadi pada bulan Desember sebesar 356 mm. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010, yakni sebesar mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari. Untuk lebih jelasnya data mengenai perkembangan curah hujan dari tahun 2006 hingga tahun 2010 di Pantai Anyer, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini. Sumber: Stasiun Klimatologi dan Meteorologi Pondok Betung, 2011 Gambar 12. Grafik Curah Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten Berdasarkan Gambar dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, jumlah curah hujan di Pantai Anyer mengalami peningkatan menjadi sebesar mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 334 mm. Jumlah curah hujan di Pantai Anyer terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 57

72 2010. Pada tahun 2008, jumlah curah hujan meningkat menjadi sebesar mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 580 mm. Jumlah curah hujan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi mm dan jumlah curah tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 609 mm. Pada tahun 2010, jumlah curah hujan terus meningkat menjadi sebesar mm dengan jumlah curah hujan tertinggi pada bulan Januari yakni sebesar 572 mm. Curah hujan yang terus meningkat sepanjang tahun ini merupakan indikasi dari adanya perubahan iklim yang mempengaruhi iklim lokal di Pantai Anyer, Banten. Curah hujan yang terus meningkat dari tahun 2006 hingga 2010 di Pantai Anyer, Banten akan berpengaruh terhadap aktivitas yang akan dilakukan pengunjung di objek wisata ini Ketinggian Gelombang Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Serang, ketinggian rata-rata gelombang di Pantai Anyer Banten mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini. Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Serang, 2011 Gambar 13. Grafik Ketinggian Gelombang Menurut Bulan di Pantai Anyer Ketinggian gelombang harian di Pantai Anyer, Banten dari tahun 2006 hingga 2010 berkisar antara cm. Sedangkan, ketinggian gelombang 58

73 menurut bulan selama lima tahun berkisar antara cm. Ketinggian maksimum terjadi pada bulan Desember 2010 yakni setinggi 120 cm. Ketinggian gelombang minimum terjadi pada bulan Juni 2006 yakni setinggi 50 cm. Ketinggian gelombang rata-rata maksimum biasanya terjadi pada bulan Januari hingga Maret, namun pada tahun 2010 ketinggian maksimum terjadi pada bulan Desember Ketinggian Gelombang ini biasanya dapat diperkirakan oleh pengelola pantai dan pedagang di sekitar pantai, namun akhir-akhir ini ketinggian gelombang di Pantai Anyer, Banten sudah sulit diprediksi. Pada tahun 2010 gelombang di Pantai Anyer, Banten mulai tinggi dari bulan Oktober hingga April yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang meningkat yang menyebabkan terbentuknya gelombang pasang yang semakin tinggi. Ketinggian gelombang di Pantai Anyer, Banten ini berpengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk datang ke objek wisata ini karena ketakutan mereka terhadap tingginya gelombang pasang di sekitar pantai Persepsi Pedagang terhadap Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten Berdasarkan hasil survei dan wawancara langsung dengan pedagang, sebesar 66,67% atau sebanyak 20 orang pernah mendengar istilah mengenai perubahan iklim dan sebesar 33,33% atau sebanyak 10 orang tidak pernah mendengar istilah mengenai perubahan iklim. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang relatif masih rendah sehingga kurang mengerti mengenai apa yang dimaksud dengan perubahan iklim, namun mereka lebih mengenal dengan istilah perubahan cuaca. Walaupun pengetahuan dari pedagang masih rendah mengenai perubahan iklim, namun mereka merasakan adanya perubahan 59

74 iklim di Kawasan Pantai Anyer, Banten yang semakin tidak menentu selama beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan pedagang sebesar 73,33% atau sebanyak 22 orang telah merasakan adanya perubahan iklim di pantai ini dan sebesar 26,67% atau sebanyak 8 orang tidak merasakan adanya perubahan iklim di pantai ini. Perubahan iklim yang dirasakan pedagang selama beberapa terakhir ini, sebesar 22,73% atau sebanyak 5 orang merasakan perubahan iklim dari dua tahun lalu, sebesar 22,73% atau sebanyak 5 orang merasakan perubahan ilklim dari tiga tahun lalu, sebesar 18,18% atau sebanyak 4 orang merasakan perubahan iklim dari satu tahun lalu, sebesar 18,18% atau sebanyak 4 orang merasakan perubahan iklim dari lima tahun lalu, sebesar 13,64% atau sebanyak 3 orang merasakan perubahan iklim dari empat tahun lalu dan sisanya sebesar 4,54% atau sebanyak 1 orang merasakan perubahan iklim lebih dari lima tahun lalu. Perubahan iklim yang dirasakan pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer berbeda-beda seperti pada Gambar 14 sebagai berikut. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 14. Perubahan Iklim Lokal di Pantai Anyer yang Dirasakan Pedagang Sebesar 52,50% atau sebanyak 16 orang merasakan adanya ombak yang semakin besar dan tinggi, sebesar 35% atau sebanyak 11 orang merasakan adanya 60

75 curah hujan yang meningkat dan sebesar 12,50% atau sebanyak 3 orang merasakan adanya suhu yang meningkat. Sebagian besar dari pedagang merasakan adanya perubahan iklim yang terjadi di Pantai Anyer, khususnya Pantai Bandulu Anyer Persepsi Pengunjung Mengenai Fenomena Perubahan Iklim Lokal terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Berdasarkan hasil wawancara langsung terhadap responden mengenai persepsinya mengenai perubahan iklim lokal, hampir semua responden pernah mendengar istilah mengenai perubahan iklim. Sebesar 91% atau sebanyak 91 orang pernah mendengar dan mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan iklim. Mayoritas pengunjung mengetahi apa yang dimaksud dengan perubahan iklim. Hal ini dibuktikan dengan penjelasan yang diberikan oleh pengunjung yang mendekati dengan fenomena-fenomena yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Menurut pengunjung perubahan iklim merupakan cuaca yang semakin tidak menentu, musim hujan yang semakin panjang, gelombang yang semakin tinggi, serta efek rumah kaca. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden sebagian besar dari mereka tidak mencari informasi mengenai iklim terlebih dahulu saat akan datang ke tempat wisata Pantai Bandulu Anyer. Sebesar 85% atau sebanyak 85 orang tidak mencari informasi terlebih dahulu dan sebesar 15% atau sebanyak 15 orang mencari informasi terlebih dahulu dari media televisi ataupun internet mengenai kondisi iklim di Pantai Bandulu Anyer. Namun, jika mereka mendapatkan informasi terlebih dahulu bahwa kondisi iklim di Pantai Bandulu Anyer sedang buruk maka semua responden menyatakan tidak akan datang ke objek wisata ini. Sebagian besar pengunjung yang tidak mencari informasi terlebih dahulu 61

76 mengenai kondisi iklim di Pantai Bandulu Anyer, bukan berarti bahwa kondisi iklim tidak mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata pantai. Hal ini telah dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu sebesar 97% atau sebanyak 97 orang menyatakan bahwa kondisi iklim mempengaruhi keputusan mereka untuk melakukan kegiatan wisata pantai. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung di Pantai Bandulu Anyer ini berbeda-beda. Sebesar 41% atau sebanyak 41 orang pengunjung melakukan kegiatan berenang, sebesar 30% atau sebanyak 30 orang hanya berjalan-jalan disekitar Pantai Bandulu Anyer dan sebesar 29% atau sebanyak 29 orang melakukan kegiatan wisata air, seperti banana boat, jetsky dan selancar. Menurut Becken S dan John E (2007) kondisi iklim yang buruk akan mempengaruhi keputusan pengunjung untuk tidak melakukan kegiatan wisata tersebut karena tidak dapat melakukan kegiatan wisata. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 15. Iklim Buruk yang Mempengaruhi Keputusan Pengunjung Gambar 15 menjelaskan mengenai indikator iklim buruk yang mempengaruhi keputusan pengunjung di pantai ini berbeda-beda tergantung dari persepsi mereka mengenai seberapa besar resiko yang harus ditanggung mereka jika tetap melakukan kegiatan wisata pantai tersebut. 62

77 Sebesar 43% atau sebanyak 43 orang menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melakukan kegiatan wisata pantai bahkan berada di sekitar pantai. Ombak yang semakin besar dan tinggi juga menjadi salah satu hal yang ditakuti pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pantai. Hal ini dibuktikan sebanyak 56% atau sebesar 56 orang menyatakan tidak akan melakukan kegiatan wisata pantai saat ombak sedang besar dan tinggi. Sisanya sebesar 1% atau sebanyak 1 orang memilih suhu yang meningkat semakin panas yang mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata pantai. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara langsung terhadap pengunjung wisata pantai, maka dapat terlihat adanya keterkaitan antara perubahan iklim lokal terhadap keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata di pantai. Kondisi iklim lokal seperti musim hujan yang semakin panjang, curah hujan yang semakin tinggi hingga gelombang yang besar dan tinggi akan sangat mempengaruhi keputusan pengunjung untuk tidak datang ke objek wisata pantai ini. Menurut Becken S dan John E (2007) bahwa dampak dari perubahan iklim sangat memberikan resiko terhadap sektor pariwisata. Hal ini berdampak pada keputusan pengunjung untuk tidak memilih pantai sebagai tempat tujuan wisata mereka karena adanya resiko yang lebih besar terhadap keselamatan mereka yang harus ditanggung dengan adanya perubahan iklim lokal maka akan mempengaruhi permintaan terhadap wisata pantai tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh fenomena perubahan iklim lokal terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Kawasan Pantai Anyer khususnya Pantai Bandulu Anyer. 63

78 Identifikasi Pengaruh Curah Hujan terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Berdasarkan data dari Staklim Pondok Betung Curah hujan di Pantai Anyer semakin meningkat setiap tahunnya. Curah hujan yang semakin meningkat ini memberikan pengaruh terhadap permintaan pengunjung di Pantai Anyer, Banten. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan pengunjung Pantai Bandulu Anyer yang merupakan salah satu pantai yang paling ramai dikunjungi wisatawan di Kawasan Pantai Anyer. Sebesar 43% atau sebanyak 43 orang menyatakan bahwa curah hujan yang meningkat akan mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melakukan kegiatan wisata di objek wisata ini. Bahkan jika mereka terlebih dahulu mendapatkan informasi bahwa kondisi iklim di objek wisata ini sedang buruk dikarenakan curah hujan yang tinggi, maka semua responden menyatakan tidak akan datang ke objek wisata ini. Menurut Becken S dan John E (2007) pada saat pengunjung akan berwisata ke pantai, namun dalam keadaan hujan sehingga pengunjung tidak dapat berwisata. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi akan mengganggu aktivitas mereka saat berada di pantai karena memiliki resiko yang lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, maka terdapat keterkaitan antara ketinggian curah hujan terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten sehingga berpotensi mempengaruhi jumlah kunjungan Pantai Anyer. Curah hujan dan jumlah kunjungan mempunyai hubungan linier yang menjelaskan adanya keterkaitan antara keduanya seperti dapat dilihat pada Gambar

79 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011 Gambar 16. Trend Curah Hujan dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, BantenMenurut Tahun Pada kondisi normal, curah hujan mencapai mm dalam setahun, dimana pengaruh curah hujan tersebut berdampak terhadap penurunan pengunjung. Pada saat curah hujan dalam kondisi normal, pengunjung diperkirakan mencapai orang, dan akan terus mengalami penurunan seiring dengan terus meningkatnya curah hujan Identifikasi Pengaruh Ketinggian Gelombang terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) Ketinggian gelombang yang fluktuatif dan semakin tidak menentu di Pantai Anyer, Banten berdasarkan data yang didapat dari BMKG Serang akan mempengaruhi keputusan pengunjung untuk tidak datang ke Pantai Anyer, Banten. Berdasarkan hasil observasi lapang yang dilakukan terhadap responden di Pantai Bandulu Anyer ternyata terdapat keterkaitan antara permintaan pengunjung objek wisata pantai ini dengan ketinggian gelombang atau yang biasa disebut dengan ombak di pantai ini. Pengelola Pantai Bandulu Anyer juga memberikan larangan untuk tidak melakukan aktivitas wisata air seperti banana boat, Jetsky dan selancar pada saat ketinggian ombak lebih dari 3 m dan hanya boleh bermain di pesisir pantai saja. Namun, menurut pengelola Pantai Bandulu Anyer pada saat 65

80 ketinggian ombak mulai mencapai 1 m, pengelola pantai sudah harus lebih waspada karena pasang yang sudah semakin tinggi dan mulai tidak memperbolehkan pengunjung untuk bermain wisata air pada ketinggian 3m. Pengaruh dari ketinggian gelombang di pantai terhadap permintaan pengunjung dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Sebanyak 56% atau sebesar 56 orang menyatakan tidak akan melakukan kegiatan wisata pantai saat ombak sedang besar dan tinggi. Menurut hasil wawancara dengan pengunjung hal ini dikarenakan pengunjung takut untuk berada di sekitar pantai saat gelombang sedang tinggi karena resiko yang besar menyangkut keselamatan. Bahkan jika pengunjung mengetahui informasi bahwa ombak di pantai ini sedang tinggi sebelum datang ke objek wisata pantai ini maka semua responden menyatakan tidak akan datang ke pantai ini. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara ketinggian gelombang di pantai dengan keputusan pengunjung objek wisata pantai ini yang mengakibatkan adanya pengaruh terhadap jumlah kunjungan di Pantai Anyer. Ketinggian gelombang dan jumlah kunjungan mempunyai hubungan linier yang menjelaskan adanya keterkaitan antara keduanya seperti dapat dilihat pada Gambar 17. Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011 Gambar 17. Trend Ketinggian Gelombang dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun 66

81 Pada saat ketinggian gelombang mencapai satu meter maka jumlah pengunjung menjadi sebesar orang. Hal ini dikarenakan pada saat gelombang mencapai ketinggian satu meter, kondisi tersebut merupakan kondisi normal bagi pengunjung. Namun, jika ketinggian gelombang terus meningkat maka akan berdampak terhadap penurunan jumlah kunjungan yang semakin besar Pengaruh Fenomena Perubahan Iklim Lokal terhadap Kunjungan Wisatawan di Pantai Anyer, Banten Perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer diduga akan berpotensi mempengaruhi permintaan wisata di objek wisata pantai ini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengunjung di Kawasan Pantai Anyer khususnya Pantai Bandulu Anyer mengenai adanya hubungan antara keputusan mereka datang ke objek wisata pantai dengan kondisi iklim di tempat tersebut. Adanya indikasi perubahan iklim lokal salah satunya dibuktikan oleh tanda-tanda adanya curah hujan yang semakin meningkat, jumlah hari hujan yang lebih panjang serta gelombang yang besar dan tinggi yang didapat dari Staklim Pondok Betung. Hal tersebut sangat mempengaruhi keputusan pengunjung untuk datang ke Kawasan Pantai Anyer seperti pada sub-bab yang telah dibahas sebelumnya. Kondisi iklim yang semakin buruk dan tidak menentu yang merupakan salah satu indikasi adanya perubahan iklim lokal akan mengakibatkan adanya potensi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Anyer, Banten ini. Kenaikan curah hujan, jumlah hari hujan serta ketinggian gelombang memberikan pengaruh terhadap kunjungan wisatawan Pantai Anyer, Banten dari tahun 2006 hingga tahun Hal ini dibuktikan dari data kunjungan wisatawan ke Kawasan Pantai Anyer, Banten yang mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir seperti pada Gambar 18 sebagai berikut. 67

82 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011 Gambar 18. Kunjungan Wisatawan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun Menurut Disbudpar Kabupaten Serang kunjungan wisatawan Pantai Anyer, Banten mengalami naik turun selama lima tahun terakhir diduga dipengaruhi oleh kondisi iklim yang tidak menentu. Jumlah kunjungan pada tahun 2006 yakni sebesar orang, sedangkan pada tahun 2007 sebesar orang. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan meningkat menjadi sebesar orang. Jumlah kunjungan pada tahun 2009 yakni sebesar orang serta pada tahun 2010 sebesar orang. Data jumlah kunjungan pengunjung yang diperoleh dari Disbudpar dari tahun 2006 hingga 2010 tersebut dimasukkan ke dalam Persamaan 1 sehingga diperoleh penurunan jumlah kunjungan sebanyak orang yang berkunjung ke Kawasan Pantai Anyer, Banten yang dipengaruhi oleh iklim yang tidak menentu karena adanya perubahan iklim lokal. 6.2 Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Wisata Kawasan Pantai Anyer (Khususnya Pantai Bandulu Anyer) Akibat Perubahan Iklim Lokal Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pelaku wisata Kawasan Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer yakni pengelola Pantai Bandulu Anyer, pedagang di sekitar pantai dan pengelola hotel di Kawasan Pantai Anyer. 68

83 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat penurunan pengunjung yang datang ke Pantai Bandulu Anyer ini. Hal ini dikarenakan kegiatan outdoor yang dilakukan di pantai sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Menurut Becken S dan John E (2007) curah hujan yang tinggi dan ombak yang tinggi dan besar berpengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk tidak datang ke objek wisata pantai ini sehingga berpotensi terhadap penurunan jumlah tiket yang terjual. Hal ini merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh pihak pengelola pantai. Adanya penurunan jumlah pengunjung di pantai ini berpengaruh terhadap penurunan pendapatan pedagang di sekitar pantai karena berkurangnya konsumen yang membeli barang dagangan mereka. Hal tersebut merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh pedagang karena adanya perubahan iklim. Namun, adanya perubahan iklim lokal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel. Berdasarkan hasil observasi lapang, menurut pihak pengelola hotel perubahan iklim lokal memberikan pengaruh terhadap tingkat hunian, namun tidak signifikan. Sumber: Pengelola Hotel Kawasan Pantai Anyer, 2011 Gambar 19. Tingkat Hunian Hotel Kawasan Pantai Anyer Menurut Tahun Berdasarkan dari data hotel di Kawasan pantai Anyer tingkat hunian relatif naik setiap tahunnya, namun ada penurunan pada saat tahun 2007 yang 69

84 disebabkan oleh isu tsunami dan Desember 2010 karena isu Gunung Krakatau seperti pada Gambar 19. Curah hujan yang meningkat, jumlah hari hujan yang meningkat serta gelombang yang tinggi tidak terlalu berpengaruh bagi pengunjung hotel. Menurut pihak pengelola hotel hal ini dikarenakan sebagian besar dari pengunjung hotel yang datang lebih banyak melakukan kegiatan indoor atau di sekitar hotel saja. Menurut pengelola hotel penurunan tingkat hunian yang signifikan lebih diakibatkan karena adanya isu tsunami Estimasi Penurunan Pengunjung Pantai Bandulu Anyer Akibat Perubahan Iklim Lokal Berdasarkan hasil survei dan wawancara langsung dengan pengelola Pantai Bandulu Anyer menyatakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata ini dari tahun 2006 hingga tahun Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan cuaca di Pantai Anyer yang semakin tidak menentu akibat adanya perubahan iklim lokal. Jumlah kunjungan Pantai Bandulu Anyer pada tahun 2006 yakni sebesar orang, tahun 2007 menurun menjadi sebesar orang, tahun 2008 jumlah kunjungan menjadi sebesar orang, tahun 2009 terjadi penurunan menjadi sebesar orang dan pada tahun 2010 jumlah kunjungan Pantai Bandulu Anyer sebesar orang. Penurunan jumlah pengunjung Pantai Bandulu Anyer dari tahun 2006 hingga tahun 2010 sebanyak orang yang diperoleh dengan memasukkan data jumlah pengunjung pantai dari tahun 2006 hingga 2010 ke dalam Persamaan 1. Penurunan jumlah pengunjung ini mengakibatkan adanya penurunan pendapatan yang diterima oleh pengelola Pantai Bandulu Anyer. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai ini didapat dari 70

85 penurunan jumlah tiket (PJT) yang terjual yakni rata-rata jumlah pengunjung dari tahun 2006 hingga tahun 2009 dikurang dengan kunjungan pada tahun 2010 setelah penurunan jumlah pengunjung Pantai Bandulu Anyer ini dikalikan dengan harga tiket masuk ke pantai ini. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pengelola Pantai Bandulu Anyer sebagai pelaku wisata karena adanya perubahan iklim lokal diperoleh dengan memasukkan data jumlah kunjungan Pantai Bandulu Anyer dari tahun 2006 hingga 2010 dengan harga tiket masuk per orang sebesar Rp 2 500,00 ke dalam Persamaan 2 sehingga dapat diperoleh hasil yakni sebesar Rp ,00 yaitu kerugian yang dialami oleh pihak pengelola pantai karena adanya perubahan iklim lokal sebesar Rp ,00. Iklim di Kawasan Pantai Anyer yang semakin tidak menentu berdampak terhadap kerugian yang harus ditanggung oleh pihak pengelola sebagai pelaku wisata Estimasi Kerugian Pedagang Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Berdasarkan hasil survei dan wawancara langsung dengan pedagang, mereka merasakan adanya penurunan pendapatan pada saat terjadi perubahan iklim yang semakin ekstrim dan tidak menentu. Perubahan iklim lokal yang dirasakan di Kawasan Pantai Anyer ini berdasarkan data dari Staklim Pondok Betung adalah curah hujan yang semakin tinggi, jumlah hari hujan yang meningkat dan ketinggian ombak yang semakin meningkat. Pada saat kondisi iklim buruk seperti pada curah hujan yang tinggi, jumlah hari hujan yang meningkat dan ketinggian ombak yang semakin meningkat sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Menurut pengelola pantai jumlah pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer sebanyak 115 orang yang terdiri dari 65 pedagang tetap dan 50 pedagang asongan atau musiman. Pedagang tetap terdiri dari kios dan 71

86 penyewaan alat wisata air, sedangkan pedagang musiman merupakan pedagang yang datang setiap sabtu, minggu dan hari libur. Semua pedagang merasakan adanya penurunan pendapatan mereka pada saat iklim di pantai berubah menjadi ekstrim seperti pada Lampiran 2. Kondisi iklim yang buruk yang dirasakan pedagang dalam seminggu berbeda-beda seperti pada Gambar 20. Sebesar 36,67% atau sebanyak 11 orang merasakan adanya iklim yang buruk dalam seminggu sebanyak dua hari, sebesar 36,67% atau sebanyak 11 orang merasakan adanya iklim yang buruk dalam seminggu sebanyak tiga hari dan sebesar 26,66% atau sebanyak 8 orang merasakan adanya iklim yang buruk dalam seminggu sebanyak dua hari. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 20. Iklim Buruk dalam Seminggu yang Dirasakan Pedagang Penurunan pendapatan pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer akibat adanya perubahan iklim lokal dibedakan menjadi dua yaitu penurunan pedagang tetap yang terdiri dari warung kios dan penyewaan alat wisata air serta pedagang musiman. Penurunan pendapatan pedagang diperoleh dengan mengestimasi selisih antara pendapatan pedagang per hari pada saat kondisi iklim normal dan ketika kondisi iklim berubah menjadi buruk. Selisih pendapatan per hari pada saat kondisi iklim berubah akibat adanya perubahan iklim lokal tersebut kemudian dikalikan dengan kondisi iklim buruk yang dirasakan pedagang dalam seminggu. 72

87 Setelah itu baru didapat penurunan pendapatan dalam seminggu akibat terjadinya iklim lokal yang kemudian dikonversi dalam hari dan tahun. Penurunan pendapatan yang dirasakan oleh pedagang tetap di sekitar pantai yakni sebesar 26,45% atau sebesar Rp ,00 per hari. Penurunan pendapatan per tahun karena adanya perubahan iklim lokal terhadap pedagang tetap di Pantai Bandulu Anyer adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan kerugian pedagang tetap di sekitar Pantai Bandulu Anyer per tahun sebesar Rp ,00. Penurunan pendapatan pedagang tetap merupakan selisih pendapatan pedagang pada saat iklim buruk dikurang dengan pendapatan pada saat iklim baik seperti pada Lampiran 2. Selisih tersebut merupakan kerugian yang harus ditanggung pedagang tetap pada saat iklim buruk akibat adanya perubahan iklim lokal. Penurunan pendapatan pedagang tetap di pantai ini yakni penurunan pendapatan per tahun dikalikan jumlah pedagang tetap sebanyak 65 orang sebagai berikut: Kerugian pedagang tetap = Selisih pendapatan per tahun X jumlah pedagang = Rp ,00 X 65 = Rp ,00 Penurunan pendapatan yang dirasakan oleh pedagang musiman sebesar 23,36% atau sebesar Rp 5 850,00 per hari. Penurunan pendapatan per tahun karena adanya perubahan iklim lokal terhadap pedagang musiman adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan kerugian pedagang musiman Pantai Bandulu Anyer sebesar Rp ,00 pertahun. Penurunan pendapatan pedagang musiman yakni selisih pendapatan pada saat iklim buruk dikurang dengan pendapatan pada saat iklim baik seperti pada Lampiran 3. Selisih tersebut merupakan kerugian yang harus ditanggung pedagang musiman pada saat iklim buruk akibat adanya 73

88 perubahan iklim lokal. Penurunan pendapatan pedagang musiman di pantai ini yakni penurunan pendapatan per tahun dikalikan jumlah pedagang musiman sebanyak 50 orang sebagai berikut: Kerugian pedagang musiman = Selisih pendapatan per tahun X jumlah pedagang = Rp ,00 X 50 = Rp ,00 Kerugian total pedagang di Pantai Bandulu Anyer yaitu penjumlahan kerugian pedagang tetap dan musiman yakni sebesar Rp , Metode Biaya Perjalanan Metode biaya perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya (Fauzi, 2006). Prinsip dalam metode ini yaitu mengkaji biaya yang harus dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi. Pengunjung membutuhkan berbagai keperluan dalam melakukan kegiatan wisata seperti biaya akomodasi, konsumsi, penyewaan alat, souvenir dan lain-lain. Berbagai keperluan yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan wisata tersebut membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di luar objek wisata Pantai Bandulu Anyer ini terdiri dari biaya perjalanan, konsumsi dari rumah, biaya toilet dan lainnya seperti pada Lampiran 3. Biaya perjalanan mempunyai proporsi yang cukup besar dari seluruh struktur pengeluaran pengunjung. Hal ini disebabkan pengunjung yang berasal dari luar Pantai Anyer, bahkan dari luar kota. Hal tersebut berpengaruh terhadap biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung untuk menuju objek wisata Pantai 74

89 Bandulu Anyer. Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan selama pulang-pergi. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi, biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar serta membayar tol. Pengeluaran pengunjung Pantai Bandulu Anyer yang dikeluarkan di luar objek wisata dibedakan berdasarkan zonasy. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kota asal pengunjung dibedakan menjadi empat zona. Zona tersebut adalah Jakarta, Jawa Barat, Banten serta Luar Jawa. Berdasarkan system zonasy tersebut proporsi biaya perjalanan dari masing zona berbeda-beda yakni sebagai berikut: 1. Proporsi biaya perjalanan pengunjung Zona Jakarta Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pengunjung yang berasal dari Jakarta, proporsi biaya perjalanan yang harus dikeluarkan pengunjung untuk mencapai objek wisata Pantai Bandulu Anyer sebesar 33%. Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk konsumsi dari rumah sebesar 20%. Proporsi biaya yang dikeluarkan untuk penginapan sebesar 44%. Sedangkan biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk biaya toilet sebesar 1%. Sisanya biaya yang digunakan untuk keperluan lainnya sebesar 2%. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan pengunjung yang berasal dari Jakarta untuk satu kali kunjungan di luar objek wisata sebesar Rp ,00. Proporsi pengeluaran pengunjung Zona Jakarta dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. 75

90 Tabel 7. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jakarta Biaya Proporsi (%) Perjalanan 33 Konsumsi dari rumah 20 Penginapan 44 Toilet 1 Lainnya 2 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, Proporsi biaya perjalanan pengunjung Zona Jawa Barat Proporsi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berasal dari Jawa Barat untuk mencapai Pantai Bandulu Anyer berbeda dengan pengunjung yang berasal dari Jakarta yakni sebesar 49%. Proporsi biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi dari rumah sebesar 18%. Biaya penginapan yang dikeluarkan pengunjung zona Jawa Barat sebesar 30%. Proporsi biaya toilet sebesar 1%. Sisanya sebesar 2% biaya yang digunakan untuk keperluan lainnya. Rata-rata pengeluaran pengunjung di luar objek wisata yang berasal dari Zona Jawa Barat untuk satu kali kunjungan sebesar Rp ,00. Proporsi biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berasal dari Zona Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut. Tabel 8. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jawa Barat Biaya Proporsi (%) Perjalanan 49 Konsumsi dari rumah 18 Penginapan 30 Toilet 1 Lainnya 2 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah,

91 3. Proporsi biaya perjalanan pengunjung Zona Banten Berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara dengan pengunjung dari Zona Banten sebesar 45% dikeluarkan untuk biaya perjalanan seperti pada Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk konsumsi pengunjung saat melakukan aktivitas di tempat wisata konsumsi yang dibawa dari rumah sebesar 43%. Biaya yang dikeluarakan pengunjung untuk penginapan sebesar 6%. Biaya toilet yang dikeluarkan pengunjung adalah sebesar 3%. Sisanya sebesar 3% dikeluarkan pengunjung untuk biaya keperluan lainnya. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengunjung di luar objek wisata yang berasal dari Zona Banten yaitu sebesar Rp ,00 untuk satu kali kunjungan. Tabel 9. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Banten Biaya Proporsi (%) Perjalanan 45 Konsumsi dari rumah 43 Penginapan 6 Toilet 3 Lainnya 3 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, Proporsi biaya perjalanan pengunjung Zona Luar Jawa Proporsi biaya perjalanan yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengunjung yang berasal dari Zona Luar Jawa sebesar 85%. Sedangkan, rata-rata pengeluaran pengunjung di luar objek wisata yang berasal dari Zona Luar Jawa sebesar Rp ,00. Sebesar 15% pengunjung mengeluarkan biaya untuk penginapan. Proporsi struktur pengeluaran pengunjung objek wisata ini yang berasal dari Zona Luar Jawa dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut. 77

92 Tabel 10. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Luar Jawa Biaya Proporsi (%) Perjalanan 85 Konsumsi dari rumah 0 Penginapan 15 Toilet 0 Lainnya 0 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, Estimasi Kerugian Ekonomi Usaha Lain Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Kegiatan wisata membutuhkan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya perjalanan, konsumsi dari rumah, biaya toilet dan lainnya. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk mencapai Pantai Bandulu Anyer menyebabkan adanya kegiatan transaksi di luar objek wisata. Transaksi ini antara pengunjung dengan pihak yang menyediakan kebutuhan yang diperlukan oleh pengunjung tersebut dari rumah ke tempat objek hingga sampai di rumah kembali. Hal tersebut berarti bahwa telah terjadi arus uang mulai dari rumah, selama perjalanan mencapai objek wisata Pantai Bandulu Anyer hingga perjalanan pulang kembali ke rumah. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata Pantai Bandulu Anyer ini menciptakan aliran uang yang berasal dari pengunjung mulai dari rumah hingga pulang kembali menuju rumah atau biaya yang dikeluarkan di luar objek wisata. Hal ini memberikan keuntungan terhadap usaha lain di luar objek wisata yang dilalui oleh pengunjung saat akan datang ke objek wisata. Perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten berdampak terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pantai yang akhirnya berdampak pada potensi penurunan permintaan pengunjung terhadap objek wisata pantai ini. Menurut Becken S dan John E (2007) hal ini 78

93 dikarenakan adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung oleh pengunjung jika melakukan kegiatan wisata di sekitar pantai pada saat iklim sedang buruk. Perubahan iklim lokal menyebabkan iklim semakin tidak menentu yakni curah hujan yang semakin tinggi, jumlah hari hujan yang meningkat, serta ketinggian gelombang yang meningkat dan semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menurut data yang diperoleh dari pengelola Pantai Bandulu Anyer telah terjadi penurunan jumlah pengunjung dari tahun 2006 hingga tahun Penurunan jumlah pengunjung ini akan berdampak terhadap penurunan aliran uang dari pengunjung selama melakukan kegiatan wisata mulai dari rumah hingga kembali menuju rumah di luar objek wisata. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan 100 orang responden diperoleh sebaran pengunjung berdasarkan zona. Sebesar 49% atau sebanyak 49 orang berasal dari Zona Banten, sebesar 32% atau sebanyak 32 orang berasal dari Zona Jakarta, sebesar 18% atau sebanyak 18 orang berasal dari Zona Jawa Barat dan sebesar 1% atau sebanyak 1 orang berasal dari Zona Luar Jawa seperti pada Gambar 21 sebagai berikut. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 21. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Zona Estimasi kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata dapat dilakukan dengan cara mengalikan proporsi sebaran pengunjung berdasarkan zona dengan 79

94 penurunan jumlah kunjungan dari tahun 2006 hingga 2010 akibat adanya perubahan iklim sebesar orang. Tabel 11. Penurunan Jumlah Pengunjung Berdasarkan Zona Zona Proporsi Pengunjung Penurunan Pengunjung Banten 49% Jakarta 32% Jawa Barat 18% Luar Jawa 1% Total 100% Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Penurunan jumlah kunjungan berdasarkan asal pengunjung kemudian dikalikan dengan rata-rata pengeluaran pengunjung di luar objek wisata berdasarkan Zona seperti pada Tabel 12 di bawah ini sebagai berikut. Tabel 12. Kerugian Ekonomi Usaha Lain di Luar Objek Wisata Zona Penurunan Pengunjung (orang) Rata-rata Pengeluaran Pangunjung Kerugian Usaha Lain di Luar Objek Wisata (rupiah) (rupiah) Banten Jakarta Jawa Barat Luar Jawa Total Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa adanya perubahan iklim lokal mengakibatkan adanya kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata Pantai Bandulu Anyer sebesar Rp , Estimasi Kerugian Ekonomi Total Objek Wisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal Perubahan iklim lokal yang terjadi di objek wisata Pantai Anyer, Banten akan mengakibatkan adanya kerugian ekonomi yang ditanggung objek wisata tersebut. Kerugian ekonomi total objek wisata Pantai Anyer, Banten akibat perubahan iklim lokal ini terdiri dari kerugian yang dialami oleh pengelola pantai, 80

95 pedagang serta usaha lain di luar objek wisata. Kerugian ekonomi total objek wisata tersebut akibat adanya perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer yakni sebesar Rp ,00 seperti pada Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 13. Kerugian Ekonomi Total Pihak Kerugian Ekonomi (rupiah) Pengelola Pantai Pedagang Usaha lain di luar objek wisata Total Sumber: Data Primer Diolah, Kebijakan dan Adaptasi Pelaku Objek Wisata terhadap Perubahan Iklim Lokal Perubahan iklim lokal di Pantai Anyer, Banten mengakibatkan adanya kerugian ekonomi total yang harus ditanggung oleh pihak pengelola pantai, pedagang dan pengunjung objek wisata tersebut. Menurut Becken S dan John E (2007) kerugian ekonomi total terhadap objek wisata pantai ini akan terus meningkat akibat perubahan iklim lokal apabila tidak ada penanggulan yang tepat. Sedangkan sektor wisata pantai merupakan salah satu sektor yang memberikan pemasukan terhadap devisa negara, maka dari itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan adaptasi dari pelaku objek wisata agar objek wisata pantai tetap menjadi tujuan wisata favorit yang dipilih masyarakat. Kebijakan tersebut untuk menanggulangi perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten dengan kegiatan wisata pantai indoor. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi lapang yang telah dilakukan bahwa pada saat terjadi kenaikan curah hujan, lamanya hari hujan serta ketinggian ombak di sekitar pantai tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di sekitar Kawasan Pantai Anyer, Banten. Hal ini dikarenakan, menurut pihak 81

96 pengelola hotel sebagian besar pengunjung hotel hanya ingin sekedar berlibur menikmati keindahan pantai dari hotel. Sehingga sebagian besar dari pengunjung hotel yang datang lebih banyak melakukan kegiatan indoor atau di sekitar hotel saja. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan adaptasi dari pelaku objek wisata yaitu: 1. Sosialisasi dari pemerintah mengenai fenomena perubahan iklim lokal serta resiko yang mungkin timbul kepada pihak pengelola pantai, pengelola hotel terutama pedagang agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim lokal dan memiliki rencana tanggap bencana serta sistem peringatan dini. 2. Meningkatkan ketahanan dan infrastruktur pariwisata jangka panjang. 3. Menawarkan berbagai produk wisata tambahan dengan adanya perjalanan ekowisata, menampilkan atraksi seni dan budaya setempat oleh pihak pengelola pantai maupun hotel serta kegiatan the way of life atau pengunjung dapat mengunjungi desa-desa di sekitar objek wisata untuk dapat mengetahui tata cara hidup suatu masyarakat. 4. Pihak pengelola hotel lebih meningkatkan fasilitas dalam hotel seperti adanya kolam renang, arena permainan bermain anak, arena permainan outbond, tempat karaoke, menara pandang untuk menikmati pemandangan dan lain sebagainya. 5. Pihak pengelola di Kawasan Pantai Anyer, Banten sebaiknya menambah fasilitas permainan outbond sehingga pada saat gelombang tinggi dan bila pengunjung tidak dapat bermain wisata air, maka pengunjung dapat tetap melakukan aktivitas di pinggiran pantai dan menambah jumlah saung agar 82

97 pada saat sedang terjadi hujan pengunjung dapat tetap menikmati keindahan pantai. 6. Mengadakan promo harga, yaitu menaikkan harga tiket pada saat peak season dan menurunkan harga pada saat low season. Hal tersebut dilakukan agar jumlah pengunjung objek wisata Pantai Anyer, Banten tidak mengalami penurunan akibat adanya perubahan iklim lokal sehingga tidak menimbulkan adanya kerugian ekonomi yang harus ditanggung oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta usaha lain di luar objek wisata. 83

98 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Fenomena perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten, kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten telah terjadi. Hal ini berdasarkan dari data yang telah diperoleh dari Staklim Pondok Betung dan BMKG Kabupaten Serang serta wawancara terhadap pedagang di sekitar pantai. Fenomena perubahan iklim lokal ini meliputi meningkatnya curah hujan, meningkatnya hari hujan dan meningkatnya ketinggian gelombang. Perubahan iklim lokal tersebut berdampak terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pantai Hal ini telah dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu sebesar 97% atau sebanyak 97 orang pengunjung menyatakan bahwa kondisi iklim mempengaruhi keputusan mereka untuk melakukan kegiatan wisata pantai. 2. Perubahan iklim lokal yang telah terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten ini mempengaruhi keputusan pengunjung untuk datang ke objek wisata ini. Adanya penurunan jumlah kunjungan pengunjung objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten ini berdampak pula terhadap penurunan jumlah tiket yang terjual di Pantai Bandulu Anyer. Penurunan jumlah tiket tersebut merupakan kerugian yang dialami oleh pihak pengelola pantai karena adanya perubahan iklim lokal, yakni sebesar Rp ,00. Selain itu penurunan permintaan pengunjung terhadap objek wisata pantai ini berdampak pula terhadap penurunan pendapatan pedagang di sekitar pantai. Kerugian yang dialami oleh seluruh pedagang di Pantai Bandulu Anyer ini akibat perubahan iklim lokal sebesar Rp ,00. Sedangkan fenomenaa perubahan 84

99 iklim lokal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di Kawasan Pantai Anyer, Banten. 3. Perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten ini juga berdampak terhadap kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengunjung diperoleh hasil bahwa keadaan iklim di pantai ini mempengaruhi keputusan mereka untuk berwisata ke objek wisata pantai ini sehingga memberikan dampak terhadap kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata. Kerugian ekonomi yang ditanggung pelaku usaha lain di luar objek wisata karena pengunjung tidak dapat berwisata ke pantai ini pada saat curah hujan meningkat, hari hujan yang meningkat serta ketinggian gelombang yang semakin meningkat, yakni sebesar Rp ,00. Sedangkan kerugian total yang merupakan dampak dari perubahan iklim lokal, yakni sebesar Rp , Saran 1. Diperlukan sosialisasi mengenai perubahan iklim kepada para pedagang, pihak pengelola pantai serta pengelola hotel baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka dapat memahami dan mampu merespon dampak perubahan iklim serta memiliki rencana tanggap bencana serta sistem peringatan dini. 2. Pihak pengelola pantai maupun hotel menawarkan berbagai produk wisata tambahan dengan adanya perjalanan ekowisata, menampilkan atraksi seni dan budaya setempat oleh pihak pengelola pantai maupun hotel serta kegiatan the way of life atau pengunjung dapat mengunjungi desa-desa di sekitar objek wisata untuk dapat mengetahui tata cara hidup suatu masyarakat. Mengadakan 85

100 promo harga yaitu menaikkan harga pada saat peak season dan menurunkan harga pada saat low season, sehingga tidak terjadi over capacity pada saat musim liburan dan tidak terjadi kerugian pada saat low season. 3. Pemerintah serta stakeholder lainnya harus membantu pengelola pantai dan seluruh pelaku objek wisata pantai menyediakan sarana dan prasarana khususnya yang memerlukan modal besar. Hal ini berupa pembangunan fasilitas-fasilitas yang tetap dapat digunakan oleh pengunjung walaupun sedang terjadi hujan serta angin yang menyebabkan gelombang pasang semakin tinggi sehingga dampak perubahan iklim dapat diantisipasi dengan baik dan pendapatan para pedagang tidak mengalami penurunan. 4. Diperlukannya penelitian lanjutan untuk keterkaitan mengenai faktor cuaca yang menyebabkan penurunan permintaan pengunjung, kerugian ekonomi pelaku objek wisata, kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata serta kerugian ekonomi total terhadap perubahan iklim yang dilakukan dengan uji statistik serta menggunakan data dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga keterkaitannya lebih terlihat. 86

101 DAFTAR PUSTAKA Aliadi et al Perubahan Iklim Hutan dan Redd: Peluang atau Tantangan?. CSO Network on Forestry Governance and Climate Change, The Partnership for Gonernance Reform. Bogor. Amanda M Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal (Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Ketinggian Gelombang Pantai Anyer BMKG. Serang. Becken S, John E, Hay Tourism and Climate Change : Risks and Opportunities. Climate Change, Economies, and Society. UK. Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. DNPI. Jakarta. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jumlah Kunjungan Pantai Anyer Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Serang. Diposaptono S, Budiman, F Agung Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau. Ilmiah Populer. Bogor. Fauzi A Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Handoko Y, Sugiarto, Syaukat Y Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Stategis : Telaah Kebijakan Independen dalam Bidang Perdagangan dan Pembangunan. Seameo Biotrop. Bogor. Diakses pada tanggal 28 April

102 Ismayanti Pengantar Pariwisata. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai. Jakarta. Murdiyarso D Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Kompas. Jakarta. Suwantoro, Gamal Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Stasiun Klimatologi Curah Hujan Pantai Anyer Stasiun Klimatologi. Pondok Betung Jumlah Hari Hujan Pantai Anyer Stasiun Klimatologi. Pondok Betung. United Nations Development Programme Sisi Lain Perubahan Iklim. DNPI. Jakarta. Yoeti O Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. Kompas. Jakarta. 88

103 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Hari/Tanggal:. INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Darmaga Bogor Telp. (0251) , Fax (0251) KUESIONER PENELITIAN UNTUK WISATAWAN Nomor Responden :... Nama Responden :... Alamat Responden : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA DI PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus Pantai Bandulu Anyer) oleh Ririe Ramdasari Arifin, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Wisatawan 1. Jenis kelamin: L/P 2. Usia:...tahun 3. Pendidikan formal? a. SD/Sederajat c. SMA/Sederajat e. Lainnya, sebutkan b. SMP/Sederajat d. Perguruan tinggi 4. Dari siapa Anda mengetahui tempat ini: a. Brosur d. Surat kabar b. Teman/ Saudara e. Radio c. TV f. Lainnya, sebutkan.. 5. Sudah berapa lama Anda tahu tempat wisata ini?... tahun 6. Apa motivasi Anda berkunjung ke tempat ini? a. Piknik/ kumpul keluarga c. Refreshing b. Pendidikan dan penelitian d. Lainnya, sebutkan.. 7. Sudah berapa kali Anda mengunjungi tempat ini? a. 1 Kali b. 2 Kali c. 3 Kali d.. Kali A2. Sosial-Ekonomi 8. Apakah Anda sudah menikah? a. Sudah b. Belum 9. Jika sudah, berapa jumlah keluarga yang Anda tanggung?.. orang 89

104 10. Pekerjaan Anda saat ini? a. Pelajar/ Mahasiswa c. TNI/ Polisi e. Lainnya, sebutkan... b. PNS d. Pegawai Swasta. B. Persepsi Pengunjung terhadap Perubahan Iklim 11. Apakah Anda pernah mendengar mengenai perubahan iklim? a. Ya b. Tidak 12. Apakah yang Anda ketahui tentang perubahan iklim? Apakah Anda mencari informasi mengenai iklim di tempat wisata ini sebelum Anda berwisata ke sini? a. Ya b. Tidak 14. Apakah kondisi iklim mempengaruhi keputusan Anda untuk berwisata ke tempat ini? a. Ya b. Tidak, alasan. 15. Apakah Anda tahu apa yang terjadi di panta jika iklim sedang buruk? a. Ya b. Tidak 16. Kegiatan apakah yang akan Anda lakukan di tempat ini? a. Jalan- jalan d. Naik perahu b. Berenang e. Melakukan wisata air (Banana boat, speed boat, dll) c. Memancing f. Lainnya, sebutkan. 17. Menurut Anda iklim buruk seperti apa yang akan mempengaruhi Anda untuk tidak melakukan kegiatan wisata di tempat ini?(pilihan boleh lebih dari satu) a. Suhu meningkat menjadi panas b. Curah hujan meningkat c. Angin kencang d. Ombak tinggi dan besar 18. Apakah Anda akan tetap melakukan kegiatan tersebut apabila iklim sedang buruk? a. Ya b. Tidak 19. Jika Ya, apakah ada biaya tambahan jika melakukan kegiatan wisata tersebut pada saat iklim sedang buruk? a. Ya, sebutkan untuk apa dan berapa. b. Tidak 20. Apakah jika anda mendapatkan informasi terlebih dahulu bahwa iklim di tempat wisata ini sedang buruk, apakah Anda akan tetap berwisata ke tempat ini? a. Ya, alasan... b. Tidak C. Biaya Perjalanan 21. Kedatangan Anda ketempat ini bersama siapa? a. Sendiri c. Rombongan b. Keluarga d. Teman 22. Jika Anda tidak sendiri, berapa jumlah anggota rombongan yang ikut bersama Anda? orang 23. Kira-kira barapa jauh jarak dari rumah Anda menuju Pantai Anyer, Banten?... km 90

105 24. Jenis kendaraan apa yang Anda gunakan ke tempat ini? a. Pribadi d. Kendaraan umum b. Sewa e. Lainnya, sebutkan 25. Berapakah waktu yang Anda bututhkan dari tempat tinggal Anda langsung ke tempat ini? jam 26. Apakah terjadi kemacetan saat Anda menuju tempat ini? a. Ya, berapa jam?. Jam b. Tidak 27. Apakah Anda mengeluarkan biaya tambahan saat sedang terjadi kemacetan? a. Ya, sebutkan Rp. b. Tidak 28. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk berwisata ke tempat ini? 1. Transportasi Rp. 2. Konsumsi Rp. 3. Penginapan Rp. 4. Dokumentasi Rp. 5. Penyewaan alat untuk wisata air ( Banana boat, speed boat, selancar, ban, perahu, dll ) Rp. 6. Souvenir/Oleh-oleh Rp. 7. Biaya parker Rp. 8. Lainnya, Rp... 91

106 Hari/Tanggal:... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Darmaga Bogor Telp. (0251) , Fax (0251) KUESIONER PENELITIAN UNTUK PEDAGANG Nomor Responden :... Nama Responden :... Alamat Responden : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA DI PANTAI ANYER, BANTEN (Kasus: Pantai Bandulu Anyer) oleh Ririe Ramdasari Arifin, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Pedagang 1. Jenis kelamin: L/P 2. Usia:...tahun 3. Pendidikan formal? a. Tidak bersekolah c. SMP/Sederajat e. Lainnya, sebutkan... b. SD/Sederajat d. SMA/Sederajat 4. Jumlah Tanggungan: orang 5. Pekerjaan Anda sebagai pedagang apa?.. 6. Sudah berapa lama Anda berdagang di tempat ini?... tahun B. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Pedagang 7. Apakah Anda pernah mendengar mengenai perubahan iklim? a. Ya b. Tidak 8. Jika Ya, apakah yang Anda ketahui tentang perubahan iklim? 9. Apakah Anda merasakan adanya perubahan iklim di tempat ini? a. Ya b. Tidak 10. Jika Ya, apakah yang Anda rasakan? ( pilihan boleh lebih dari satu) a. Suhu meningkat menjadi panas b. Curah hujan meningkat c. Angin kencang d. Lainnya, sebutkan Sejak kapan Anda merasakan iklim tidak menentu?.. tahun 92

II. TINJAUAN PUSTAKA. (2009) iklim adalah suatu sistem energi yang memperoleh tenaga dari matahari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (2009) iklim adalah suatu sistem energi yang memperoleh tenaga dari matahari. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Iklim Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan (2009) iklim adalah suatu sistem energi yang memperoleh tenaga dari matahari. Iklim merupakan pola

Lebih terperinci

Bab 10. Dampak Industri Pariwisata Terhadap Ekonomi, Sosio-Budaya dan Lingkungan

Bab 10. Dampak Industri Pariwisata Terhadap Ekonomi, Sosio-Budaya dan Lingkungan Bab 10 Dampak Industri Pariwisata Terhadap Ekonomi, Sosio-Budaya dan Lingkungan 1 Tujuan Instruksional a. Memahami bahwa Kepariwisataan memberikan pengaruh terhadap Ekonomi, Sosial Budaya dan Lingkungan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL MAKALAH PEMANASAN GLOBAL Disusun Oleh : 1. MUSLIMIN 2. NURLAILA 3. NURSIA 4. SITTI NAIMAN AYU MULIANA AKSA 5. WAODE FAJRIANI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang disusunnya makalah ini

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Nama NIM Tugas :Wiwi Widia Astuti :E1A012060 :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) SYAMSUL WAHID S 15B08063_Kelas C PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI GEJALA PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL A. Kompetensi Dasar 3.9

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA. DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA...8 5W 1H BENCANA...10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA...11 SEJARAH BENCANA INDONESIA...14 LAYAKNYA AVATAR (BENCANA POTENSIAL INDONESIA)...18

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi sudah ada sejak jaman dahulu. Bumi merupakan sebuah tempat hunian yang di dalamnya terdapat makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Bentuk bumi tidaklah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL? APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL? Temperatur rata-rata global 1856 sampai 2005 Anomali temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada temperatur rata-rata dari

Lebih terperinci

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim atau Climate change adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya intensitas efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA Mekamisme yang terjadi pada sistem alam sangat luar biasa rumitnya. Ekosistem mempunyai keseimbangan

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM Faktor cuaca/iklim belum mampu direkayasa manusia kecuali dalam skala mikro seperti pembuatan rumah kaca. Setiap organisme kehidupannya mempunyai keadaan cuaca/iklim

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA Jaka Waluya *)

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA Jaka Waluya *) DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA Jaka Waluya *) ABSTRAK Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara alami CO 2 mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup. Tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup di bumi memerlukan makanannya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki berbagai macam agama seperti agama islam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, isu lingkungan merupakan masalah utama di dunia. Isu lingkungan ini muncul karena semakin banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci