DEMOKRASI DAN P O L I T I K D E S A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEMOKRASI DAN P O L I T I K D E S A"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN DASAR Modul 5 DEMOKRASI DAN P O L I T I K D E S A Edisi Desember 2016 LAKPESDAM P B N U

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 SENI MEMFASILITASI Pendekatan Fasilitasi Kemampuan daya serap manusia atas informasi Proses perubahan sosial dari pelatihan/ kegiatan yang partisipatoris Hal yang penting untuk diperhatikan... 4 MODUL 5 DEMOKRASI DAN POLITIK DESA... 6 Topik 1 Peta Sosial Politik Desa... 7 Topik 2 Demokratisasi Desa Topik 3 Rencana aksi : Pelibatan seluruh stakeholder desa dalam advokasi regulasi dan anggaran bagi pengelolaan energi terbarukan di desa BAHAN BACAAN Pemetaan stake holder Demokrasi di Desa Tema : Rencana Aksi REFERENSI

3 KATA PENGANTAR Paragraf 1 Paragraf 2 Paragraf 3 2

4 SENI MEMFASILITASI Memfasilitasi itu seperti menari, atau menyanyi. Memfasilitasi harus dilakukan dengan penghayatan dan kegembiraan 1. Pendekatan Fasilitasi Ada 2 pendekaan yang biasa dipakai dalam memfasilitasi yaitu pendekatan konvensional dan partisipatoris. (a) (b) Gambar 1 (a) Pendekatan Konvensional, (b) Pendekatan Partisipatoris Pendekatan konvensional adalah suatu proses fasilitasi dimana proses berjalan satu arah. Fasiliator ( atau orang yang memfasilitasi) menjadi narasumber atau pusat segala informasi, sementara peserta/partisipan menjadi pihak yang menerima informasi. Pendekatan konvensional ini dahulu banyak dipakai oleh guru ketika menerangkan pelajaran pada muridnya di kelas. Pendekatan partisipatoris adalah suatu proses fasilitasi dimana semua orang baik fasilitator maupun peserta adalah nara sumber. Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan dan pengalaman, karenanya Pendekatan partisipatorps ini sesunguhnya sebuah langhah penghargaan kepada setiap peserta. Pendekatan partisipatoris memungkinkan semua orang berkontribusi, berperan dan belajar sesuai dengan kemampuan dan pengalaman masing masing. Fasilitator, selain sebagai nara sumber sebagaimana peserta, Fasilitator membantu mengatur alur informasi sehingga semua informasi dari semua peserta tidak tercerai berai dan melebar kemana mana. Fasilitator membantu peseta untuk fokus pada setiap topik dalam pelaihan. 2. Kemampuan daya serap manusia atas informasi Berdasarkan penelitian, aktivitas selama pelatihan mempengaruhi kemampuan menyerap dan mendistribusikan kembali informasi yang didapat selama pelatihan. Gambar berikut menjelaskan bila seorang hanya mendengarkan selama pelatihan, maka dia hanya mampu menyerap 20% informasi yang disampikan selama pelatihan. Orang hanya mempu menyerap 50% informasi yang didengar dan dilihat. Peserta yang hanya melihat, mendengar atau membaca saja tergolong dalam kategori peserta pasif. Apabila diminta untuk menyampaikan ulang informasi yang didapat, maka dia kan bisa menjelaskan saja tetapi tidak cukup memahami apa yang dijelaskan. Semakin aktif sesorang dalam pelatihan baik itu mendengar, melihat, menulis dan melakukan praktek, makin banyak informasi yang diingat. Beitu juga kemampuan dalam melakukan analisa, mendefinisikan dan melakukan evaluasi. 3

5 Mampu Mengingat... Mampu Melakukan... 10% dari yang dibaca 20% dari yang didengar 30% dari yang dilihat 50% dari yang dilihat dan didengar Pasif Mendefinisikan Menjelaskan Mendemonstrasikan Mengaplikasikan 70% dari yang dikata kan dan dituliskan 90% dari yang dilakukan Aktif Menganalisa Mendefinisikan Mengkreasi Mengevaluasi 3. Proses perubahan sosial dari pelatihan/ kegiatan yang partisipatoris Perubahan yang bisa diharapkan dari pelatihan atau kegiatan yang partisipatoris dimana setiap orang belajar dengan lagsung praktek (learning by doing), melakukan refleksi kritis atau belajar dari pengalaman riil baik yang dialami sendiri atau dari pengalaman pihak lain, untuk menyusun agenda perubahan menuju kondisi yang lebih baik secara bersama sama. 4. Hal yang penting untuk diperhatikan 1. Memahami tujuan dan isi materi yang akan disampaikan 2. Suasana. Seorang fasilitator mengerti bagaimana menciptakan suasana yang nyaman dan memungkinkan setiap orang bisa berpartisipasi aktif selama pelatihan. 3. Setting waktu dan tempat. Dengan mempertimbangkan target peserta, Fasilitator 4

6 a. memastikan waktu kegiatan yang memungkinkan untuk diikui oleh calon peserta. fasilitator memastikan waktu pelatihan yang memadai dan efektif artinya tidak terlalu panjang tetapi hasilnya memadai. b. Tempat pelatihan terjangkau c. Pengaturan tempat duduk/ seting ruangan diatur dalam suasana yang menungkinkan setiap peserta bisa saling berinteraksi/ terhubung/melihat. Misalnya dengan mengatur tempat duduk melingkar atau berbentuk U 4. Memilah informasi yang harus disampaikan dan didiskusikan selama pelatihan. Tidak semua informasi harus disampaikan dalam pelatihan. Pilihlah poin penting yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Bahan atau materi yang lain bisa menjadi bahan bacaan yang memperkaya peserta.. metode partisipatoris justru menekankan agar peserta menemukan sendiri kesimpulan yang benar slama proses pelatihan 5. Memilih Metode. Pilih metode yang sederhana, yang i. membuat setiap orang terlibat secara aktif serta ii. mampu menggali pendapat dan infomasi yang dimiliki peserta serta mengelaborasi pengalaman peserta 6. Menghindari dominasi salah satu kelompok/pihak, dan mendorong perempuan dan kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif dan mengemukakan pendapat. i. Misalnya dalam setiap kelompok, memastikan semua anggota kelompok punya hak yag sama untuk mengemukakan pendapat. ii. Setiap orang menghargai pendapat yang disampaikan oleh peserta lain iii. Setiap kelompok terdiri dari lak laki dan perempuan. iv. Apabila pelatihan hanya ditujukan kelompok gender tertentu, misalnya kelompok perempuan atau kelompok laki laki saja, pastikan bahwa semua orang baik muda atau lansia ( bila ada) bisa berpartisipasi aktif. 5

7 MODUL 5 DEMOKRASI DAN POLITIK DESA Tujuan : Membangun pemahaman peserta tentang demokrasi dan politik desa serta keterlibatan warga didalamnya 6

8 Topik 1 Peta Sosial Politik Desa Tujuan instruksional umum Peserta mengetahui peta stakeholder di desa dengan relasi sosial politiknya Tujuan instruksional khusus 1. Peserta dapat mengidentifikasi berbagai stakeholder di desa dengan relasi sosial politiknya 2. Peserta dapat mengidentifikasi berbagai kepentingannya di desa Isi/materi 1. pemetaan stake holder 2. pemetaan kepentingan di desa Sarana dan prasarana yang dibutuhkan 1. Whiteboard 2. Spidol 3. Metaplan 4. Proyektor 5. Laptop Metode 1. Explorasi partisipatif 2. diskusi interaktif Materi Pendukung Time (Waktu yang dibutuhkan) : 100 menit PROSES Persiapan Fasilitator mempersiapkan perlengkapan pelatihan seperti spidol, meta plan, plano/white board/papan tulis/flip chart, juga materi dan alat bantu yang diperlukan Pengantar 10 menit 1. Fasilitator membuka sesi dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan memaparkan tujuan pelatihan secara ringkas 2. Fasilitator mengajak peserta membuat kesepakatan tentang aturan pelatihan seperti waktu, juga apa saja yag boleh dilakukan selama pelatihan. Tuliskan kesepatan dalam plano dan tempelkan di dinding Diskusi interaktif, 90 menit 1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang siapa stake holder atau para pihak yang memiliki kepentingan terkait pengelolaan energi terbarukan di desa. 7

9 Kehadiran UU Desa memperkuat desa setidaknya dilihat dari beberapa hal. Dari sisi politik, desa menjadi arena bagi warga untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dari sisi kewenangan, desa mempunyai kewenangan asal usul, desa berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berskala lokal yang ditetapkan menurut peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Dari sisi pembangunan, desa merupakan subyek pemberi manfaat yang mampu menjalankan emansipasi lokal dalam pelayanan public dan pengembangan aset lokal. Dari sisi keuangan, Negara melakukan redistribusi anggaran desa yang bersumber dari APBN dan APBD untuk membiayai kewenangan desa dengan jumlah anggaran yang signifikan. Di desa juga terdapat banyak pihak yang masing masing memiliki kepentingan. Sesi ini akan mencoba melihat siapa saja pihak pihak di desa terkait dengan pembangunan energi terbarukan Stake holder / pemangku kepentingan Stakeholder atau pemangku kepentingan dimaknai sebagai setiap individu atau organisasi yang dapat memberikan dampak positif atau pun negatif atau mereka yang terkena dampak dari apa yang dilakukan oleh organisasi, perusahaan, institusi atau pemerintah dan pihak-pihak yang membutuhkan 3. Fasilitator kemudian mengajak peserta membuat pengelompokkan stakeholders dan mencatat dalam kertas plano atau white board / papan tulis. Pengelompokan ini bisa dibagi dengan kategori sbb: a. Kelompok A yang terkena dampak langsung : kelompok inilah yang terkena dampak langsung dari kebijakan pemerintah Desa b. Kelompok B yang memiliki kewenangan melakukan atau menciptakan perubahan karena mempunyai otoritas formal : kelompok ini misalnya pemerintah desa c. -Kelompok C yang mempunyai kepedulian kepada permasalahan warga, mempunyai kepedulian sosial atau kepentingan umum. Misalnya organisasi warga, LSM, ormas, kelompok kepentingan lain d. kelompok D yang berada di luar desa tetapi mempunyai kepentingan /kepedulian /sumberdaya yang bisa dimobilisasi untuk tujuan organisasi warga tersebut. Misalnya swasta, NGO, dll Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D dst dst dst dst 4. Identifikasi kepentingan para pihak dalam kelompok tersebut apakah mendukung, netral atau menolak program energi terbarukan. Beri simbol D untuk dukung, N untuk netral dan T untuk tolak pada masing masing pihak yang telah diidentifikasi pada tabel diatas. 8

10 5. Peserta selanjutnya dibagi menjadi 4 kelompok, masing kelompok terdiri dari laki laki dan perempuan. 6. Setiap kelompok diminta untuk melakukan identifikasi/pemetaan kepentingan masing masing pihak sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya. apakah posisi mereka netral, mendukung atau menolak program ekonomi hijau yang digulirkan berdasarkan lembar kerja.5.1. Gunakan pengelompokan para pihak untuk pemetaan kepentingan. Kelompok 1 akan melakukan pemetaan kepentingan pihak pihak yang termasuk dalam kelompok A, kelompok 2 memetakan kepentingan pihak pihak yang termasuk kelompok B kelompok 3 akan mendiskusikan kepentingan para pihak yang termasuk dalam kelompok C kelomk 4 akan memetakan kepentingan para pihaj yang termasuk dalam kelompok D Kelompok Nama kelompok/ pihak yang berkepentingan Lembar Kerja 5.1 Peta kepentingan Kepentingan Sumber daya terhadap isu Perkiraan tingkat kepentingan kelompok terhadap isu Perkiraan sumber daya yang dimiliki kelompok Kapasitas untuk memobilisasi sumber daya Perkiraan bgm dan seberapa mudah kel tersebut memobilissai sumber daya Posisi terhadap isu Perkiraan posisi kelompok dalam suatu isu 7. Lakukan diskusi selama 20 menit. 8. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok untuk mepresentasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian. Waktu presentasi kelompok masig masing 5 menit 9. Setelah presentasi kelompok minta tanggapan dari peserta lain. apakah ada penyangkalan atau tambahan informasi yang mendukung hasil diskusi satu kelompok. 10. Lakukan presentasi kelompok secara bergiliran. 11. Setelah semua kelompok melakukan presentasi kunci sesi dengan memaparkan slide urgensi pemetaan peran stake holder untuk merumuskan kebijakan desa Urgensi pemetaan peran stake holder Proses ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi baik perorangan maupun kelompok yang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tindakan yang akan dilakukan organisasi warga tersebut serta mengelompokkannya sesuai dengan dampak dari tindakan yang akan dilakukan. 9

11 Pemetaan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan infomasi yang akan digunakan untuk mengadakan perencanaan sebelum tindakan dilakukan agar dapat dilakukan usaha-usaha preventif dengan mempertimbangkan semua pihak yang terlibat 10

12 Topik 2 Demokratisasi Desa Tujuan instruksional umum Peserta mampu memahami arti penting usaha bersama sebagai dasar pengembangan ekonomi kerakyatan Tujuan instruksional khusus 1. Peserta mengetahui peran strategis warga dalam proses pengambilan keputusan di desa 2. Peserta mengetahui berbagai peluang sebagai wadah partisipasi warga dalam pengambilan keputusan di desa. 3. Peserta mengetahui teknik dan metode pelibatan warga secara partisipatif dalam proses pengambilan keputusan di desa Isi/materi 1. Ruang publik dalam UU Desa 2. Peran strategis masyarakat 3. Hak dan Kewajiban desa/ masyarakat 4. Langkah strategis untuk transformasi desa Sarana dan prasarana yang dibutuhkan 1. Whiteboard/ plano 2. Spidol 3. Metaplan 4. Proyektor 5. Laptop Metode 1. Diskusi interaktif 2. Bermain peran Materi Pendukung Time (Waktu yang dibutuhkan) : 90 menit PROSES Persiapan Fasilitator menyiapkan perlengkapan permainan, plano, metaplan, spidol, Pengantar, 10 menit 1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini dengan singkat 2. Fasilitator memberi paparan singkat tentang demokrasi dan pentingnya keterlibatan masyarakat Demokrasi di Desa bertumpu pada tiga unsur utama yaitu partisipasi masyarakat, keterbukaan, dan perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Partisipasi masyarakat sudah terlihat dalam proses pemilihan kepala desa (Pilkades) sampai pada tahap keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Perwakilan BPD diwujudkan melalui peran BPD untuk mendorong agar Kepala 11

13 Desa dan jajarannya selalu membuka ruang bagi rakyat di desa untuk mendialogkan berbagai kebijakan desa yang memiliki dampak terhadap masyarakat Desa. Sejak berlakunya UU No 6 tahun 2014 tentang Desa, terdapat penegasan komitmen politik dan konstitusional bahwa Negara melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, mandiri dan demokratis sehingga menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. UU Desa memberikan kesempatan keleluasaan kepada Desa untuk bisa mengatur sendiri desanya sesuai dengan cita-cita warga Desa. Dengan dukungan kewenangan dan salah satu pendistribusian keuangan dari Dana Desa (DD) yang cukup besar, Desa bisa mewujudkan kesejahteraan warganya secara bertahap. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak hanya diserahkan kepada pemerintah desa semata tetapi juga dibutuhkan partisipasi warga masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses penyelenggaran pemerintah desa. 3. Fasilitator bertanya pada peserta siapa saja yang pernah mengikuti Musrenbang /Musyawarah Desa? Berapa banyak peserta yang pernah menjadi peserta Musrenbang / musyawarah desa? 4. Tanyakan pengalaman 1 peserta laki laki dan 1 orang perempuan yang pernah mengikuti Musyawarah desa/ musdes. 5. Berdasarkan pengalaman mereka, tanyakan siapa saja pihak yang terlibat dalam musdes. Catat dalam plano/ white board Bermain Peran Musrenbang 80 menit 1. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk bermain peran. 2. Diskusikan dengan peserta siapa yang akan menjadi kepala desa,sekretaris desa, dan ketua BPD, 3. Setelah ditentukan 3 orang tersebut, peserta yang lain akan memainkan peran sesuai dengan kertas peran yang dibagikan oleh fasilitator. 4. Selanjutnya fasilitator menjelaskan cara bermain musdes kepada masing masing orang/pihak yang terlibat dalam permainan. Gunakan alat bantu B.5.4 Panduan bermain peran 5. Peserta yang tidak mendapatkan peran, akan menjadi warga yang tidak bisa ikut dalam musrenbang. 6. Bermain peran dilakukan dalam waktu 30 menit Refleksi permainan 7. Diskusikan apa pembelajaran dari bermain peran tadi. Catat dalam kertas plano atau white board/ papan tulis. a. Apakah semua usulan bisa di terima dan diprogramkan b. Usulan siapa yang menjadi prioritas? 12

14 c. Petakan siapa pihak pihak yang tidak bisa terlibat dalam musrenbang. ( pihak yang terekslusi). Apakah kepentingan mereka terwakili? Diskusi interaktif 8. Fasilitator mengajak peserta melihat kembali kelembagaan desa atau organisasi sosial kemasyarakatan yang ada di desa. Siapa saja yang menjadi anggota /menduduki jabatan dalam kelembagaan desa atau organisasi sosial kemasyarakatan yang ada. Apakah laki laki dan perempuan? kelembagaan Desa yang bisa terlibat 9. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk memetakan apa saja ruang publik atau pertemuan pertemuan yang ada desa/ dusun/jorong/kampung, baik yang bersifat umum maupun yang berbasis keangotaan. Tulis dalam plano ( misalnya Musdus, musdes, rapat RT/RW, PKK, arisan, pengajian dll) Ruang Publik/ Ruang sosial yang ada di desa 10. Tanyakan juga siapa saja warga masyarakat yang bisa terlibat dalam rapat rapat/ pertemuan petemuan tersebut dan siapa yang tidak bisa terlibat 11. Tanyakan juga kepada peserta, apa dampak dari tidak bisa terlibat dalam musdes/ musdus. ( misalnya: apakah kepentingannya bisa diakomodir dalam musdes dan masuk dalam perencanaan desa?). tanyakan kepada peserta yang menjadi difabel yang tidak bisa terlibat dalam musdes. 12. Selanjutnya paparkan slide tentang peran strategis masyarakat dalam pengambilan keptusan desa 13

15 Paparan Mandat Pasal 79 UU No 6/2014 Tentang Desa : O Desa berdaulat dengan memiliki perencanaan desa yang komprehensif, integratif dan terukur O Perencanaan desa diwujudkan dalam bentuk RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) dan RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) O Perencanaan desa dimulai dengan Musdes dan dokumennya ditetapkan dengan Perdes O Desa hanya memiliki satu perencanaan pembangunan, yaitu RPJMDesa (6 tahunan) dan RKPDesa (1 tahunan) Peran Strategis Masyarakat dalam pengambilan Keputusan Desa Pengertian musyawarah Desa/ Musdes Salah satu ajang untuk berdemokrasi bagi masyarakat desa adalah musyawarah. Kebiasaan musyawarah sudah terjadi di semua tingkatan yaitu baik dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau sebutan lainnya, kampung, dusun, jorong, nagari atau desa. Musyawarah pada tingkatan desa biasa di sebut Musyawarah Desa(MD) atau sebutan lainnya. Musdes dalam amanat UU Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. Hal yang bersifat strategis (pasal 54 UU No 6/2014 Tentang Desa) : Penataan desa; Perencanaan desa; Kejasama Desa; Rencana investasi yang masuk ke Desa; Pembentukan BUM Desa; Penambahan dan pelepasan Aset Desa; Kejadian luar biasa. Hak dan kewajiban Desa Hak Desa: 1. Mengatur dana mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa; 2. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa; 3. Mendapatkan sumber pendapatan. Kewajiban Desa : 1. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat deas dalam rangka kerukunan nasional dan kualitas kehidupan masyarakat Desa; 2. Meningkatkan kualitas kehiduopan masayarakat Desa; 3. Mengembangkan kehidupan demokrasi; 4. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; 5. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa. 14

16 Hak dan kewajiban masyarakat Desa Hak masyarakat: 1. Meminta dan mendapatkan informasi daripemerintah Desa serta mengawasikegiatanpenyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; 2. Memperoleh pelayanan yang sama dan adil; 3. Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaankemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; 4. Memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi: i. Kepala Desa; ii. perangkat Desa; iii. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau iv. anggota lembaga kemasyarakatan Desa. 5. Mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa. Kewajiban Masyarakat Desa : 1. Membangun diri dan memelihara lingkungan Desa; 2. Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan 3. Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik; 4. Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa; 5. Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; 6. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. Langkah Strategis untuk Transformasi Desa: 1. Penataan Kepemimpinan Desa 2. Penataan Kelembagaan & Peraturan Desa 3. Perbaikan Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan: 4. Pembaruan Penganggaran: 5. Pengembangan Usaha dan Investasi 6. Penata-usahaan (tertib administrasi keuangan) 7. Pengawasan jalannya kegiatan pemerintahan dan pembangunan Tahapan Kerja: 1. Pembentukan kader dan kelompok peduli 2. Pengembangan kapasitas 3. Pembentukan kader dan kelompok peduli 4. Melakukan Langkah Strategis untuk Transformasi Desa Srategi pelibatan masyaraat dalam Pengambilan Keputusan Desa 1. Keterwakilan dalam BPD 15

17 2. Peningkatan kapasitas 3. Pengorganisasian 4. Keterlibatan dalam musyawarah desa (Penjelasan untuk Pasal 54: 1); 5. Memastikan kegiatan-kegiatan yang berkepentingan dengan kelompok marginal (perempuan, miskin, petani, dll) menjadi bagian dari Lembaga Kemasyarakatan Desa 6. Memastikan keikutsertaan kelompok-kelompok seperti Kader Hijau ini dalam berbagai Musyawarah Desa Penyelenggaraan Musdes Perencanaan 13. Fasilitator mengunci topik ini dengan menyampaikan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses mengupayakan kebijakan desa yang berpihak pada kebutuhan masyarakat Musyawarah desa menjadi ajang yang strategis dalam pelaksanaan pemerintahan Desa. Melalui Musyawarah Desa inilah berbagai keputusan penting dalam pelaksanaan pemerintahan desa di tetapkan. Untuk itu keterlibatan warga desa menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. Partisipasi masyarakat tidak hanya demi kepentingan masyarakat untuk terlibat dalam proses pemerintahan desa karena bisa ikut merencanakan kebutuhan masyarakat sendiri, mendorong pelaksanaan pemerintah yang demokratis, transparan, berkeadilan juga meminimalkan penyimpangan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah desa. Di satu sisi tetapi pemerintah desa sendiri juga diuntungkan dari keterlibatan masyarakat karena pemerintah desa bisa lebih demokratis, akuntabel, transparan dalam melaksanakan pelayananan masyarakat, menghindari peluang penyimpangan anggaran dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ruang pulik yang ada merupakan potensi untuk meningatkan kapasitas masyarakat, juga menggalang dukungan bagi isu / masalah yang belum masuk 16

18 dalam perencanaa pembangunan desa. Ruang ruang publik yang ada juga bisa menjadi ruang diskusi dalam menjalankan peran pengawasan pembangunan di desa. ALAT BANTU Alat Bantu B.5.4. Panduan bermain Peran Musrenbang Drama Musrenbangdes Desa Tenggiri Peran yang dimainkan : 1. Kepala Desa 2. Sekretaris Desa 3. Ketua BPD 4. Anggota BPD 5. Ketua PKK 6. Ketua Pokja 4 PKK/ Ketua Posyandu 7. Guru PAUD 8. Ketua Gapoktan/ Kelompok Tani Nelayan 9. Juragan Kapal 10. Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun Kader Hijau 14. Tokoh agama 15. Karang taruna Gambaran Kondisi Desa : Desa Tenggiri adalah desa nelayan yang berada di Pesisir Utara Pulau terpencil. Mayoritas penduduknya adalah Nelayan tangkap dan buruh nelayan 85% (5% Nelayan besar, 80% Nelayan kecil dan buruh nelayan), Petani Tambak skala Kecil 10%, Pegawai Negeri/ Swasta 5%. Dilihat dari tingkat kesejahteraan, Lebih dari 60% penduduknya masuk dalam kategori Prasejahtera. Tidak ada listik PLN di desa, pasar dan pom bensin/ solar terdekat harus ditempuh dengan perahu selama 60 menit Prioritas Program : 1. Perbaikan infrastruktur jembatan dan jalan desa 2. Pembentukan Koperasi Nelayan di desa 3. Pendirian Kelompok Usaha Bersama Perempuan Nelayan 4. Pembangunan gedung PAUD Catatan : Minta setiap peserta untuk mengusulkan kepentingan kelompok masing masing. Peserta pelatihan yang tidak mendapat peran terlibat dalam musdes menjadi Topik warga 3 masyarakat miskin, difabel, lansia, mereka menjadi pengamat dalam permain musdes. 17

19 Topik 3 Rencana aksi : Pelibatan seluruh stakeholder desa dalam advokasi regulasi dan anggaran bagi pengelolaan energi terbarukan di desa Tujuan instruksional umum Peserta mengetahui upaya apa saja yang diperlukan bagi pelibatan warga dalam advokasi regulasi dan anggaran di desa Tujuan instruksional khusus 1. Peserta mengetahui arti pentingnya regulasi dan anggaran desa bagi keberlanjutan pengelolaan energi terbarukan di desa 2. Peserta dapat merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk advokasi regulasi dan anggaran di desa untuk pengelolaan energi terbarukan di desa Isi/materi 1 penyusunan rencana aksi Sarana dan prasarana yang dibutuhkan 1. Whiteboard 2. Spidol 3. Metaplan 4. Proyektor 5. Laptop Metode diskusi Materi Pendukung Time (Waktu yang dibutuhkan) : 2 Jam PROSES Persiapan Fasilitator mempersiapkan perlengkapan pelatihan seperti plano, spidol, metaplan, dll Pengantar Fasilitator menjelaskan secara singat tujuan dari topik ini Paparan Regulasi Regulasi atau di sebut juga pengaturan dibutuhkan oleh masyarakat agar tata kehidupan, hubungan di dalam masyarakat menjadi lebih tertib, aman dan harmonis. Regulasi juga memastikan bahwa hak seseorang tidak dilanggar oleh orang lain. 18

20 Regulasi atau pengaturan ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Pengaturan yang tertulis contohnya Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah, Peraturan Desa. Sementera yang tidak tertulis misalnya tata karma, tata susila, hukum adat dll. Peraturan Desa/ Perdes Peraturan Desa (Perdes) menurut pasal 1 angka 7 UU No 6/2014 tentang Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepekati bersama Badan Permusyawaratn desa (BPD) Perdes di susun secara demokratis dan partisipatif melaui proses penyusunan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Disini masyarakat mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberi masukan kepada BPD maupun kepala desa dalam proses penyusunan Perdes Eksistensi Peraturan Desa (perdes) dijamin pasal 69 Uu No 6/2014 tentang Desa,oleh karenanya Perdes diakui keberadannya dan memounyai kekuatan hukum mengikat karena di jamin eksistensinya oleh pasal 69 tersebut. Kewenangan Desa Desa mempunyai kewenangan untuk menyusun regulasi desa sebagai konsekwensi atas penetapan kewenangan yang melekat pada desa. Sebagaimana di atur dalam pasal 19 UU No 6/2014, kewenangan Desa o meliputi kewenangan berdasarkan hak asal usul; o kewenangan lokal berskala Desa; o kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan o kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Manfaat perdes Perdes sebagai pedoman kerja atau bahan acuan bagi semua pihak dalam penyelenggaraan kegiatan di desa, bermanfaat untuk : 1. Terciptanya tatanana kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang di desa 2. Mmeudahkan desa untuk mencapai tujuannya, sebagai payung hukum dalam pelaksanaan kegiatan atau program-pprgramnya 3. Sebagai acuan dalam rangka pengendalian danpengawasan 4. Sebagai dasar pengenaan sanksi atau hukuman 5. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kesalahan Fungsi Perdes 1. Pengaturan mengenai kewenangan desa 2. Sebagai pembvatas apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh pemerintah desa maupun masyarakat 3. Menegaskan pola-pola hubungan antar lembaga di desa 4. Mengatur pengelolaan barang-barang public di desa 5. Mengatur aturan main kompetisi politik 19

21 6. Memberikan perlindungan terhadap lingkungan 7. Menegaskan sumber-sumber penerimaan desa 8. Memastikan penyelsaian masalah dan penanganan konflik Prinsip dalam penyusunan perdes 1. Perdes harus bersifat kosntitusional, artinya membatasi yang berkuasa dan melindungi yang lemah 2. Tidak bertentangan dengan peraturan di atasnya 3. Menciptakan ketertiban 4. Memudahkan, artinya memberi ruang kepada masyarakat untuk mengembangakn kreasi, potensi, inovasi dan mendapatkan akses serta memberi insentif 5. Membatasi artinya mencegah eksploitasi terhadap sumber daya alam dan warga masyarakat 6. Membatasi penyalahgunaan kekuasaan dan mencegah dominasi 7. Mendorong pemberdayaan masyarakat artinya memberi ruang partisipasi masyarakat dan melindungi minoritas Anggaran Desa Anggaran hakikatnya adalah uang rakyat yang harus dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemaslahatan masyarakat. Anggaran juga merupakan instrument fiscal untuk mensejahterakan rakyatnya sehingga dibutuhkan tata kelola yang baik untuk menentukan arah kebijakannya. Anggaran juga berfungsi untuk menjamin terpenuhinya hak-hak rakyat serta untuk membiayai pelayanan publik. Anggaran bisa dipastikan untuk membiayai kebutuhan masyarakat tanpa mengesampingkan kebutuhan perempuan, masyarakat marginal juga untuk memastikan perlindungan terhadap lingkungan salah satunya alokasi anggaran bagi keberlanjutan pengelolaan energi terbarukan di desa Ssumber pendapatan desa yaitu (pasal 72 UU No 6 /2014 tentang Desa) 1. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; 2. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 10% dari dana transfer ke daerah (ini berarti dana transfer ke daerah adalah 110% yang terbagi 100% untuk daerah dan 10% untuk desa) 3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; 10% dari Pajak dan Retribusi Daerah 4. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota; 10% dari DAU + DBH 5. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; 6. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan 7. Lain-lain pendapatan desa yang sah Pengawasan dan Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat dan perempuan 20

22 Memastikan kegiatan-kegiatan yang berkepentingan dengan kelompok perempuan menjadi bagian dari Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana yang diatur pada Pasal 94; Memastikan keikutsertaannya dalam berbagai Musyawarah Desa, sebagaimana diatur pada: Pasal 54: 2 (penataan Desa; perencanaan Desa; kerja sama Desa; rencana investasi yang masuk ke Desa; pembentukan BUM Desa; penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan kejadian luar biasa. Perencanaan APBDesa (Pasal 73 dan 74: 1); dan Penyelenggaraan musrenbang (Pasal 80: 2) Pengawasan dan partisipasi masyarakat (dalam UU No 6/2014 tentang Desa) Pasal 26: 4, huruf p. Kepala Desa wajib memberikan informasi kepada masyarakat desa. Pasal 68, ayat 1, huruf a. Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dst Pasal 82, o Ayat 1, Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. o Ayat 2, Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Pasal 86, ayat 1, Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Diskusi Fasiliator selanjutnya mengajak peserta untuk merancang rencana kerja masyarakat untuk kesuksesan program energi hijau dalam hal ini advokasi regulasi dan anggaran di desa untuk pengelolaan energi terbarukan. Langkah advokasi yang bisa dilakukan misalnya Langkah Advokasi Strategi advokasi terdiri dari tahapan penting dalam mengembangkan kerja advokasi. Tahapannya bisa dilakukan sebagai berikut: 1. -Identifikasi dan analisis isu 2. -Merumuskan goal dan tujuan advokasi 3. -Identifikasi dan analisis target audiens dan stakeholders 4. -Memilih pesan dan taktik advokasi 5. -Mengembangkan rencana kerja advokasi 6. -Monitoring dan evaluasi Diskusikan Langkah apa yang harus dlakukan oleh masyarakat / kader hijau untuk melakukan advokasi regulasi anggaran 21

23 Rencana Kerja... BAHAN BACAAN 5.1. Pemetaan stake holder Organisasi warga atau civil institution sebagai sebuah institusi lokal yang dibentuk secara mandiri oleh warga untuk memperhatikan isu-isu publik serta sebagai wadah representasi dan partisipasi warga untuk memperjuangkan hak dan kepentingan mereka(warga). Organisasi warga tersebut sebagai arena representasi dan partisipasi warga baik perempuan, warga miskin untuk memperjuangkan kepentingan dan hak dasar. Tentunya partisipasi yang dilakukan adalah partisipasi aktif. Melalui organisasi warga, warga sendiri bisa melakukan pembelajaran, membangun kesadaran kolektif, mendorong kepedulian dan kepemilikan atas desa. Sementara juga bisa memainkan politik representasi dalam ajang musyawarah desa, mendorong pemerintah desa memberikan pelayanan publik yang memadai. Juga bisa mendorong pengunaan anggaran desa demi kepentingan layanan dasar dan mendorong perubahan penyelenggaraan pemerintah desa yang lebih transparan, maju, berkeadilan dan mewujudkan kesejahteraan warganya. Meskipun tidak mudah untuk berperan dan terlibat aktif dalam mendorong penyelenggaraan pemerintah Desa yang menjadi keinginan warga, tetapi bukan suatu hal yang mustahil dilaksanakan. Apalagi UU Desa juga menjamin hak warga untuk menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaankemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Hal mendasar yang biasanya dilakukan sebelum organisasi warga mengambil peran untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintah desa adalah melakukan pemetaan stakeholders. Proses ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi baik perorangan maupun kelompok yang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tindakan yang akan dilakukan organisasi warga tersebut serta mengelompokkannya sesuai dengan dampak dari tindakan yang akan dilakukan. Pemetaan ini perlu dilakukan untuk medapatkan infomasi yang akan digunakan untuk mengadakan perencanaan sebelum tindakan dilakukan agar dapat dilakukan usaha-usaha preventif dengan mempertimbangkan semua pihak yang terlibat. Stakeholder atau pemangku kepentingan dimaknai sebagai setiap individu atau organisasi yang dapat memberikan dampak positif atau pun negatif atau mereka yang terkena dampak 22

24 dari apa yang dilakukan oleh organisasi, perusahaan, institusi atau pemerintah dan pihakpihak yang membutuhkan. Pentingnya Pemetaan Stakeholders Dalam konteks di Desa, terdapat berbagai stakeholders Desa dengan berbagai kepentingan yang perlu dikenali dan pahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan (misalnya organisasi warga Kader Hijau). Identifikasi dan kajian dengan siapa kita berbicara, bekerjasama penting untuk dilakukan sebelum menentukan langkah kebijakan organisasi. Pemetaan ini bisa juga membantu menentukan siapa yang menjadi sasaran dari setiap kegiatan (misalnya advokasi), juga untuk menentukan cara komunikasi, mengemas pesan yang tepat untuk setiap stakeholders. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pemetaan stakeholders 1. Membuat pengelompokkan stakeholders Pengelompokan ini bisa dibagi dengan kategori sbb: -Kelompok yang terkena dampak langsung : kelompok inilah yang terkena dampak langsung dari kebijakan pemerintah Desa -Kelompok yang memiliki kewenangan melakukan atau menciptakan perubahan karena mempunyai otoritas formal : kelompok ini misalnya pemerintah desa -Kelompok yang mempunyai kepedulian kepada permasalahan warga, mempunyai kepedulian sosial atau kepentingan umum. Misalnya organisasi warga, LSM, ormas, kelompok kepentingan lain -kelompok yang berada di luar desa tetapi mempunyai kepentingan /kepedulian /sumberdaya yang bisa dimobilisasi untuk tujuan organisasi warga tersebut. Misalnya swasta, NGO, dll 2. Identifikasi kepentingan Stakeholders Petakan keberadaan kelompok tersebut kemudian mereka, apakah mendukung, netral, atau menentang. identifikasikan kepentingan 3. Pendalaman Mendalami kepentingan masing-masing stakeholders Perlu dicari tahu persepsi setiap kelompok stakeholders tentang tingkat dukungan atau perlawananya terhadap tujuan kita (organisasi warga/kader hijau) 23

25 5.2. Demokrasi di Desa Demokrasi di Desa bertumpu pada tiga unsur utama yaitu partisipasi masyarakat, keterbukaan, dan perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Ketiga hal tersebut idealnya sudah dilaksanakan di desa. Partisipasi masyarakat sudah terlihat dalam proses pemilihan kepala desa (Pilkades) sampai pada tahap keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Keterbukaan bertumpu pada relasi kultural antara Kepala Desa dengan rakyatnya yang (seharusnya) selalu membuka diri terhadap masyarakat desa atas seluruh kebijakan yang dikeluarkan desa. Memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat Desa untuk terlibat aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. Perwakilan BPD diwujudkan melalui peran BPD untuk mendorong agar Kepala Desa dan jajarannya selalu membuka ruang bagi rakyat di desa untuk mendialogkan berbagai kebijakan desa yang memiliki dampak terhadap masyarakat Desa. Sejak berlakunya UU No 6 tahun 2014 tentang Desa, terdapat penegasan komitmen politik dan konstitusional bahwa Negara melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, mandiri dan demokratis sehingga menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yanga dil, makmur dan sejahtera. Kehadiran UU Desa ini memperkuat desa setidaknya dilihat dari beberapa hal. Dari sisi politik, desa menjadi arena bagi warga untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dari sisi kewenangan, desa mempunyai kewenangan asal usul, desa berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berskala lokal yang ditetapkan menurut peraturan perundangaundangan yang berlaku. Dari sisi pembangunan, desa merupakan subyek pemberi manfaat yang mampu menjalankan emansipasi lokal dalam pelayanan public dan pengembangan aset lokal. Dari sisi keuangan, Negara melakukan redistribusi anggaran desa yang bersumber dari APBN dan APBD untuk membiayai kewenangan desa dengan jumlah anggaran yang signifikan. UU Desa memberikan kesempatan keleluasaan kepada Desa untuk bisa mengatur sendiri desanya sesuai dengan cita-cita warga Desa. Dengan dukungan kewenangan dan salah satu pendistribusian keuangan dari Dana Desa (DD) yang cukup besar, Desa bisa mewujudkan kesejahteraan warganya secara bertahap. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak hanya diserahkan kepada pemerintah desa semata tetapi juga dibutuhkan partisipasi warga masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses penyelenggaran pemerintah desa. Partisipasi kerap dimaknai sebagai bentuk keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah atau kepentingan eskternal atau pengaruh yang datang dari luar. Keterlibatan sukarela ini tentunya ada pamrihnya yaitu demi maksud dan tujuan tertentu yaitu demi terciptanya cita-cita bersama dalam rangka pemenuhan hak dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi selain kehadiran fisik juga menekankan pada partisipasi untuk bersuara, mengontrol pembuatan akebijakan public di desa dan menghormati hak dasar masyarakat teruatma warga miskin, perempuan, minoritas. 24

26 Demokrasi melalui partisipasi masyarakat merupakan keharusan dalam UU Desa, sekaligus keharusan dalam penyelenggaran desa. Dengan kata lain, demokrasi atau kuasa rakyat atau rakyat berdaulat secara politik merupakan jantung UU Desa Demokrasi Deliberatif & Ruang Publik dalam UU Desa -Azas rekognisi dan subsidiaritas (Pasal 3, butir a. dan b.) -Keterwakilan cq. BPD (Pasal 55 65) -Musyawarah Desa, sebagaimana diatur pada: Pasal 54: 2 (penataan Desa; perencanaan Desa; kerja sama Desa; rencana investasi yang masuk ke Desa; pembentukan BUM Desa; penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan kejadian luar biasa. Perencanaan APBDesa (Pasal 73 dan 74: 1); dan Penyelenggaraan musrenbang (Pasal 80: 2) -Pengawasan Pasal 26: 4, huruf p. Kepala Desa wajib memberikan informasi kepada masyarakat desa. Pasal 68, ayat 1, huruf a. Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dst Pasal 82, Ayat 1, Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. Ayat 2, Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Pasal 86, ayat 1, Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Peran Strategis masyarakat dalam pengambilan keputusan desa Pengertian musdes Salah satu ajang untuk berdemokrasi bagi masyarakat desa adalah musyawarah. Kebiasaan musyawarah sudah terjadi di semua tingkatan yaitu baik dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau sebutan lainnya, kampung, dusun, jorong, nagari atau desa. Musyawarah pada tingkatan desa biasa di sebut Musyawarah Desa(MD) atau sebutan lainnya. MD merupakan institusi dan proses demokrasi deliberative yang berbasis desa. Musyawarah sendiri sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sejak turun temurun, tradisi lokal yang sudah mendarah daging. Dalam proses musyawarah yang di kenal dengan nama rebug desa di Jawa, Saniri di Maluku, Paruman di Bali, Kerapatan Adat Nagari di Sumbar, sudah seringkali dilakukan untuk membahas sebuah permasalahan dan menyelesaiakan permasalahan yang muncul di desa. Masyarakat sudah terbiasa bertemu, berkumpul, bermusyawarah untuk merencanakan banyak hal. Artinya kebiasaan musyawarah sudah menjadi hal yang biasa, sudah dilakukan dan terus dilakukan. Terbukti musyawarah telah mampu menyelesaikan berbagai persoalan, menyelesaikan konflik dan menghasilkan keputusan yang penting untuk kepentingan masyarakat. Meskipun belum semua musyarawah tersebut melibatkan stakeholder di desa tetapi utamanya tradisi bermusyawarah sudah ada dan menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari. Musdes dalam amanat UU Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. Hal yang bersifat strategis (pasal 54 UU No 6/2014) meliputi : 25

27 -Penataan desa; -Perencanaan desa; -Kejasama Desa; -Rencana investasi yang masuk ke Desa; -Pembentukan BUM Desa; -Penambahan dan pelepasan Aset Desa; -Kejadian luar biasa. MD menjadi ajang yang strategis dalam pelaksanaan pemerintah Desa. Melalui MD inilah berbagai keputusan penting dalam pelaksanaan pemerintahan desa di tetapkan. Untuk itu keterlibatan warga desa menjadi hal yang mutlak dan tidak bisa tidak harus dilakukan. Partisipasi masyarakat tidak hanya demi kepentingan masyarakat untuk terlibat dalam proses pemerintahan desa karena bisa ikut merencanakan kebutuhan masyarakat sendiri, mendorong pelaksanaan pemerintah yang demokratis, transparan, berkeadilan juga meminimalkan penyimpangan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah desa. Di satu sisi tetapi pemerintah desa sendiri juga diuntungkan dari keterlibatan masyarakat karena pemerintah desa bisa lebih demokratis, akuntabel, transparan dalam melaksanakan pelayananan masyarakat, menghindari peluang penyimpangan anggaran dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hak dan kewajiban Desa Hak Desa: 1)Mengatur dana mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa; 2).Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa; 3). Mendapatkan sumber pendapatan. Kewajiban Desa : 1).melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat deas dalam rangka kerukunan nasional dan kualitas kehidupan masyarakat Desa; 2). Meningkatkan kualitas kehiduopan masayarakat Desa; 3). Mengembangkan kehidupan demokrasi; 4). Mnegembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; 5).Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa. Hak dan kewajiban masyarakat Desa Hak masyarakat: 1).Meminta dan mendapatkan informasi daripemerintah Desa serta mengawasikegiatanpenyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; 2). Memperoleh pelayanan yang sama dan adil; 3).Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaankemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; 4). Memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi: a. Kepala Desa; 26

28 b. perangkat Desa; c. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau d. anggota lembaga kemasyarakatan Desa. 5). Mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa. Kewajiban Masyarakat Desa : 1). Membangun diri dan memelihara lingkungan Desa; 2). Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik; 3). Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa; 4). Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; 5). Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. Langkah Strategis untuk Transformasi Desa: 1).Penataan Kepemimpinan Desa 2).Penataan Kelembagaan & Peraturan Desa 3).Perbaikan Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan: 4).Pembaruan Penganggaran: 5).Pengembangan Usaha dan Investasi 6).Penata-usahaan (tertib administrasi keuangan) 7).Pengawasan jalannya kegiatan pemerintahan dan pembangunan Tahapan Kerja: Pembentukan kader dan kelompok peduli Pengembangan kapasitas Pembentukan kader dan kelompok peduli Melakukan Langkah Strategis untuk Transformasi Desa Strategi Pelibatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan : 1).Keterwakilan dalam BPD 2).Peningkatan kapasitas 3).Pengorganisasian 4).Keterlibatan dalam musyawarah desa (Penjelasan untuk Pasal 54: 1); 5)Memastikan kegiatan-kegiatan yang berkepentingan dengan kelompok marginal (perempuan, miskin, petani, dll) menjadi bagian dari Lembaga Kemasyarakatan Desa 6).Memastikan keikutsertaan kelompok-kelompok seperti Kader Hijau ini dalam berbagai Musyawarah Desa 27

29 5.3. Tema : Rencana Aksi Regulasi Regulasi atau di sebut juga pengaturan dibutuhkan oleh masyarakat agar tata kehidupan, hubungan di dalam masyarakat menjadi lebih tertib, aman dan harmonis. Regulasi juga memastikan bahwa hak seseorang tidak dilanggar oleh orang lain. Regulasi atau pengaturan ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Pengaturan yang tertulis contohnya Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah, Peraturan Desa. Sementera yang tidak tertulis misalnya tata karma, tata susila, hukum adat dll. Kewenangan Desa dan Kedudukan Peraturan Desa Peraturan Desa (Perdes) menurut pasal 1 angka 7 UU No 6/2014 tentang Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepekati bersama Badan Permusyawaratn desa (BPD) Eksistensi Peraturan Desa (perdes) dijamin pasal 69 Uu No 6/2014 tentang Desa,oleh karenanya Perdes diakui keberadannya dan memounyai kekuatan hukum mengikat karena di jamin eksistensinya oleh pasal 69 tersebut. Desa mempunyai kewenangan untuk menyusun regulasi desa sebagai konsekwensi atas penetapan kewenangan yang melekat pada desa. Sebagaimana di atur dalam pasal 19 UU No 6/2014, kewenangan Desa meliputi kewenangan berdasarkan hak asal usul; kewenangan lokal berskala Desa; kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. Perdes di susun secara demokratis dan partisipatif melaui proses penyusnan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Disini masyarakat mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberi masukan kepada BPD maupun kepala desa dalam proses penyusunan Perdes Manfaat perdes Perdes sebagai pedoman kerja atau bahan acuan bagi semua pihak dalam penyelenggaraan kegiatan di desa, bermanfaat untuk : 6. Terciptanya tatanana kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang di desa 7. Mmeudahkan desa untuk mencapai tujuannya, sebagai payung hukum dalam pelaksanaan kegiatan atau program-pprgramnya 8. Sebagai acuan dalam rangka pengendalian danpengawasan 9. Sebagai dasar pengenaan sanksi atau hukuman 10. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kesalahan Fungsi Perdes 9. Pengaturan mengenai kewenangan desa 10. Sebagai pembvatas apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh pemerintah desa maupun masyarakat 11. Menegaskan pola-pola hubungan antar lembaga di desa 28

30 12. Mengatur pengelolaan barang-barang public di desa 13. Mengatur aturan main kompetisi politik 14. Memberikan perlindungan terhadap lingkungan 15. Menegaskan sumber-sumber penerimaan desa 16. Memastikan penyelsaian masalah dan penanganan konflik Prinsip dalam penyusunan perdes 8. Perdes harus bersifat kosntitusional, artinya membatasi yang berkuasa dan melindungi yang lemah 9. Tidak bertentangan dengan peraturan di atasnya 10. Menciptakan ketertiban 11. Memudahkan, artinya memberi ruang kepada masyarakat untuk mengembangakn kreasi, potensi, inovasi dan mendapatkan akses serta memberi insentif 12. Membatasi artinya mencegah eksploitasi terhadap sumber daya alam dan warga masyarakat 13. Membatasi penyalahgunaan kekuasaan dan mencegah dominasi 14. Mendorong pemberdayaan masyarakat artinya memberi ruang partisipasi masyarakat dan melindungi minoritas Anggaran Desa Anggaran hakikatnya adalah uang rakyat yang harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan masyarakat. Anggaran juga merupakan instrument fiscal untuk mensejahterakan rakyatnya sehingga dibutuhkan tata kelola yang baik untuk menentukan arah kebijakannya. Anggaran juga berfungsi untuk menjamin terpenuhinya hak-hak rakyat serta untuk membiayai pelayanan publik. Pada hakikatnya seluruh penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa dibiayai oleh anggaran dari beberapa sumber yaitu (pasal 72 UU No 6 /2014 tentang Desa) 8. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; 9. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; % dari dana transfer ke daerah (ini berarti dana transfer ke daerah adalah 110% yang terbagi 100% untuk daerah dan 10% untuk desa) 11. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; % dari Pajak dan Retribusi Daerah 13. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota; 10% dari DAU + DBH 14. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; 15. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan 16. Lain-lain pendapatan desa yang sah Kehadiran UU Desa yang telah hadir memberikan kesempatan dan kewenangan besar kepada desa untuk membangun desanya. Salah satunya tentang konsolidasi keuangan dan aset desa. Sebagaimana yang ditegaskan dalam UU Desa yang memberikan pengakuan negara atas Desa melalui asas rekognisi dan subsidiaritas yaitu adanya pengakuan atas kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal desa. Otomatis dengan 29

31 adanya kewenangan juga di barengi dengan pendistribusian sumber pendapatan desa langsung ke desa yang dikelola secara mandiri oleh desa. UU Desa melakukan redistribusi ekonomi dalam bentuk alokasi dana dari APBN maupun APBD. Maka terjadilah konsolidasi keuangan dan aset desa. Sehingga dengan konsolidasi keuangan dan aset desa diharapkan kekayaan desa dapat digunakan dan dikembangkan secara optimal. Sebagaimana diamanatkan dalam UU 6 tahun 2016 tentang Desa, berdasarkan pasal 72, pendapatan desa, salah satunya bersumber dari Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Anggaran bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Besaran alokasi anggaran yang peruntukkannya langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap.. JIka merujuk hal tersebut, setiap desa akan mempunyai pendapatan desa yang bersumber dari APBN atau kucuran Dana Desa (DD) berkisar antara Rp 1,4 M/ tahun. Tetapi untuk tahun pertama, masih berkisar 3,235% dari total transfer ke daerah atau baru sekitar Rp 20,7 T. Sementara tahun 2016, sekitar 6% yaitu Rp 46, 9 T. Uang Rp 1,4 M/tahun, disatu sisi cukup besar manakala hampir semua desa di Indonesia selama ini hanya menerima ADD berkisar ratusan juta saja, tetapi DD tersebut kalau sudah implementasi penyelenggaraan desa tentu saja tentu tidaklah terlalu besar. Pengawasan dan Partisipasi Masyarakat Partisipasi atau keterlibatan aktif masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintah desa salah satunya dalam proses penganggaran adalah sebuah keniscayaan. Masyarakat bisa terlibat sejak proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang merupakan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. (gambar : Siklus Perencanaan Pembangunan dan Anggaran Desa) 30

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA ) DENGAN

Lebih terperinci

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimban: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG

JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG Nomor : 050/ Rembang, Juni 2017 Sifat : Penting Lampiran : 1 (satu) bendel Perihal : Petunjuk Teknis Musdes dan Penyusunan RKPDesa Kepada Yth. : 1. Camat Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KERTAK EMPAT KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DESA KERTAK EMPAT KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN DESA KERTAK EMPAT KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DESA) TAHUN 2017 2022 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDES) TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA 1/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) ~ paling sedikit, pemungutan suara dinyatakan sah pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SINDANGLAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

KEPALA DESA SUMBERBERAS KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SUMBERBERAS NOMOR 2 TAHUN 2018

KEPALA DESA SUMBERBERAS KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SUMBERBERAS NOMOR 2 TAHUN 2018 KEPALA DESA SUMBERBERAS KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SUMBERBERAS NOMOR 2 TAHUN 2018 SALINAN T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2018-2023 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA 11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG HUBUNGAN LEMBAGA DESA DENGAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT - 270 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.7, 2014 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif LATAR BELAKANG MASALAH Definisi Desa menurut UU Desa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. BAB V PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pasal 24 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. tertib penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

PERBEKEL TEGAK KABUPATEN KLUNGKUNG PERATURAN DESA TEGAK NOMOR :... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN

PERBEKEL TEGAK KABUPATEN KLUNGKUNG PERATURAN DESA TEGAK NOMOR :... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN PERBEKEL TEGAK KABUPATEN KLUNGKUNG PERATURAN DESA TEGAK NOMOR :... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2015-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL TEGAK Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GIRIPANGGUNG, Menimbang : a. bahwa atas dasar hasil

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci