BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan dilihat sebagai investasi sumber daya manusia yang selalu berkaitan dengan keperluan siswa / mahasiswa sebagai manusia maupun sebagai peserta didik. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Yogyakarta memiliki banyak perguruan tinggi di dalamnya, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta yang terkenal. Hal tersebut membuat Yogyakarta mendapatkan julukan sebagai kota pelajar. Salah satu perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta adalah Universtas Gadjah Mada. Dari data BPS tentang jumlah mahasiswa pada perguruan tinggi negeri di D.I. Yogyakarta tahun 2012/2013 mengungkapkan ada orang mahasiswa di D.I. Yogyakarta, dengan sebanyak orang menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Adanya keberadaan para mahasiswa inilah yang menciptakan munculnya berbagai berbagai macam usaha yang berkembang yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam hal ini terdapat beberapa lapangan usaha yang selalu berkaitan dengan keperluan pendidikan itu sendiri, seperti penyewaan rumah atau kamar, toko buku, toko pakaian, warung makan. Salah satu daerah yang menjadi ramai karena banyaknya mahasiswa adalah di Kecamatan Mlati Desa Sinduadi, tepatnya pada Dusun Pogung Kidul. Karena aksesibilitas menuju kampus yang cukup mudah dan dekat dengan daerah ini menjadikan ketiga dusun tersebut sebagai salah satu alternatif sebagai tempat tinggal. Banyaknya pendatang membuat penduduk membuat rumah mereka menjadi tempat kos. Hampir pada setiap rumah di 1

2 ketiga dusun dijadikan sebagai tempat kos, baik yang berbentuk asrama (putra / putri) maupun bentuk tempat kos yang menyatu dengan rumah induknya, ada yang sengaja menyewakan seluruh rumahnya untuk dijadikan kontrakan maupun yang membangun rumahnya menjadi bertingkat sebagai tempat kos. Dari keberadaan rumah kos inilah berbagai lapangan usaha baru biasanya diciptakan. Di sekitar lokasi kos umumnya terdapat warung-warung makan sederhana, toko, tempat fotocopy dan pengetikan. Salah satu usaha lain yang cukup berkembang disekitar tempat kos adalah usaha laundry. Saat ini telah banyak usaha laundry yang berkembang dipinggir jalan dengan tujuan untuk mempermudah akses bagi pengguna usaha jasa untuk menemukan dan memakai jasa usaha laundry. Aktivitas kerja yang tinggi dan padat memaksa seseorang untuk bergerak lebih cepat maupun mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih cepat. Sedikitnya waktu luang yang dimiliki memaksa seseorang untuk pandai-pandai dalam mengatur waktu sebaik mungkin. Memiliki kegiatan yang padat, seringkali orang merasa lelah dan ingin cepat beristirahat bila sesampainya di rumah. Hal ini terkadang membuat seseorang lupa dengan pekerjaan rumah mereka yang belum terselesaikan, namun menjadi suatu kebutuhan yang sangat berperan penting dalam kehidupan sehari hari seperti mencuci. Akibatnya, pekerjaan rumah menjadi terbengkalai dan menumpuk setiap harinya. Berkembangnya usaha laundry menjadikan pekerjaan rumah seperti mencuci yang sifatnya rutin dan berkelanjutan menjadi lebih mudah terselesaikan. Warga kota yang memiliki kesibukan cukup tinggi, usaha laundry sangat tepat untuk mengatasi masalah mencuci pakaian, selimut, dan lain-lain. Karena, di tempat laundry ini tidak hanya menawarkan jasa mencuci saja tetapi sekaligus dengan penyetrikaannya, dengan begitu pakaian menjadi bersih, harum dan rapi. Bagi mereka yang tidak memiliki kesibukan yang padat namun membutuhkan waktu untuk keperluan lainnya, dapat juga menggunakan usaha laundry untuk pengerjaan pencucian pakaian yang sekiranya memerlukan tenaga ahli untuk mengatasinya. Usaha 2

3 laundry menjadi sebuah jawaban bagi mereka yang membutuhkan untuk menangani pakaian yang nodanya sulit diatasi atau yang tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya pekerjaan pencucian dan penyetrikaan di rumah. Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai Kajian Usaha Laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati ini perlu dilakukan Rumusan Masalah Dengan semakin padat dan dinamisnya kinerja seseorang, menuntut agar seseorang dapat mengatur waktunya sebaik mungkin untuk bergerak lebih cepat. Sedikit sekali orang memiliki kemampuan manajerial dalam membagi waktunya. Aktivitas dan kesibukan kerja yang banyak dijumpai pada wilayah perkotaan seringkali menyebabkan warga kota yang umumnya berprofesi sebagai karyawan atau pegawai maupun pelajar yang tinggal ditempat kost sering tidak punya cukup banyak waktu untuk melakukan aktivitas harian yang dianggap sederhana namun membawa pengaruh besar seperti memasak ataupun mencuci. Faktor ini tidak luput dari pengamatan pelaku usaha dan menjadi salah satu alasan mendorong munculnya pendirian usaha laundry yang banyak berkembang disekitar kita, terutama pada kawasan kos. Para pelaku usaha melirik kesempatan untuk membuka usaha laundry sebagai salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan. Konsumen yang memerlukan usaha laundry untuk mempermudah masalah pekerjaan rumah tangga disela-sela waktu kerja atau kuliah yang cukup padat. Alasan kepraktisan serta biaya yang dipandang cukup murah membuat keberadaan usaha laundry semakin banyak ditemui di lingkungan sekitar. Hal ini menjadi dasar tersusunnya beberapa pertanyaan penelitian yakni : 1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 2. Bagaimana persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi jalannya usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 3

4 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui karakteristik pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 2. Untuk mengetahui persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi jalannya usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis Penelitian kajian usaha laundry di Dusun Pogung Kidul ini dapat bermanfaat sebagai bahan pengetahuan bagi pelaku usaha laundry, masyarakat dan pemerintah mengenai karakteristik usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi ataupun gambaran mengenai persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul. Selain itu, penelitian ini sebagai bentuk pemenuhan persyaratan akademik dalam menyelesaikan program S-1 Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Tinjauan Pustaka Telaah Kepustakaan Geografi industri adalah studi / kajian tentang susunan keruangan dari aktivitas industri (Johnston, 1981). Kajian utama dalam geografi industri adalah pola keruangan dari aktivitas industri, karakteristik industri serta hubungan aktivitas industri manufaktur terhadap fenomena lain disekitarnya. Dalam bahasa Inggris kata industri sering digunakan untuk menyebutkan aktivitas ekonomi. Pengertian industri secara makro adalah suatu kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. (Hasibuan, 1993). 4

5 Terdapat empat klasifikasi industri yakni : 1. Industri Primer Industri primer adalah industri yang mengolah material (bahan baku) langsung dari bumi (atau laut) dan produk akhirnya tanpa melalui proses dari pabrik. Yang termasuk kedalam sektor primer adalah pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. 2. Industri Sekunder Industri sekunder adalah industri yang mengambil bahan baku dari sektor primer dan memprosesnya menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. 3. Industri Tersier Industri tersier adalah industri yang menjual barang dari industri primer dan sekunder, serta menyediakan jasa / service. 4. Industri Kuarter Industri kuarter adalah industri yang menyediakan jasa dan informasi seperti konsultan bisinis, teknologi informasi dan komunikasi. Industri kuarter sering dikategorikan kedalam industri tersier karena sama-sama terfokus pada bidang jasa. Robbin & Coulter (2005) mengungkapkan kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan. proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk kreativitas, keinovasian, implementasi dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang 5

6 bersal dari individu, seperti toleransi, nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga. Verkoren (1991) mencatat terdapat tiga macam sektor usaha berdasarkan besar kecilnya usaha, status usaha dan karakteristik operasional, baik formal maupun informal yakni : 1. Sektor usaha perorangan (the individual enterprise sector) Mencakup perusahaan-perusahaan yang dioperasikan sendiri oleh pemiliknya, pada umumnya skala usaha kecil, penjualannya terbatas, bersifat musiman dan investasi yang kecil. 2. Sektor usaha keluarga (the family enterprise sector) Merupakan perusahaan-perusahaan kecil yang memiliki persamaan dengan sektor usaha perseorangan tetapi memperkerjakan anggota keluarga yang tidak dibayar sebagai tenaga kerja dan jenis produksinya bersifat tradisional. 3. Sektor usaha perusahaan yang berbadan hukum (the corporate enterprise sector) Memiliki ciri seperti mempunyai banyak tenaga kerja yang dibayar dengan gaji yang berbeda-beda, diawasi oleh pemerintah atau serikat pekerja, terdapat spesifikasi kerja yang jelas dan berproduksi secara massal. Departemen perindustrian mendefinisikan usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset lebih kecil dari 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan. Omset tahunan lebih kecil dari satu milyar Rupiah. Usaha kecil merupakan usaha yang dimiliki oleh orang Indonesia independen dan usaha ini tidak terafiliasi dengan usaha menengah ataupun besar. Usaha ini boleh memiliki badan hukum maupun tidak. Usaha kecil dianggap lebih menguntungkan karena memiliki sejumlah 6

7 fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang sulit dilakukan oleh usaha besar. Usaha kecil biasanya menggunakan teknik yang tradisional, sangat sederhana dan banyak menggunakan tenaga kerja bukan mesin. Selain itu pelaksanaan kegiatannya dapat dilaksanakan pada sela-sela waktu luang. Bale (1981) mengatakan terdapat enam faktor produksi yakni : 1. Modal (capital) Merupakan faktor awal yang penting dalam memulai suatu usaha karenanya modal berpengaruh sangat besar dalam jalannya suatu usaha. Modal dibagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal operasional (Djojodipuro, 1992) 2. Lahan (land) Dalam beberapa usaha lokasi menjadi sangat menentukan. Istilah lahan dapat menggambarkan keadaan topografi, cuaca dan tanah yang berada pada tempat tertentu. 3. Tenaga kerja (labour) Merupakan salah satu faktor yang terlibat secara langsung didalam proses produksi. 4. Kemampuan wirausaha (entrepeneur ability) Merupakan kemampuan seseorang dalam melihat peluang usaha dan bagaimana mengolah usaha tersebut. 5. Pasar (market) Terdapat beberapa konsumen membeli suatu barang di suatu lokasi. Alasan tersebut adalah faktor lokasi usaha yang strategis dan mudah dijangkau, desain toko yang menarik, kepuasan pembeli dalam hal pelayanan, harga, kemudahan sarana transportasi serta kelengkapan barang (Basu S.D dan T. Hani H, 2000). 6. Pengangkutan (transport) 7

8 Diperlukan untuk mendatangkan bahan baku dari sumbernya ke perusahaan dan untuk mengantarkan produk yang telah jadi ke konsumen atau pasar Penelitian Sebelumnya Ratna Fitria Ningrum (2008) dalam penelitiannya mengenai Usaha Kerajinan Sapu (Studi Kasus di desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah) menggunakan metode sensus sampel secara non random dengan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan yakni analisis regresi berganda, analisis korelasi product moment dari pearson, dan analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. Hasil penelitian yang didapat adalah nilai produksi dipengaruhi oleh bahan baku yang merupakan faktor yang berpengaruh, tingkat pendapatan yang cukup signifikan disebabkan oleh lama umur usaha yang dimiliki oleh pengusaha usaha, pemasaran produk didiominasai pada tingkat lokal. Beti Utari (2009) dengan penelitian Aktivitas Usaha Kerajinan Bambu di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode survei purposive sampel secara proporsional dengan teknik simple random sampling. Analisis yang digunakan yakni analisis regresi berganda, analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. Pada hasil penelitiannya didapatkan bahwa modal adalah faktor yang mempengaruhi faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap nilai produksi, lokasi pemasaran hasil usaha didominasi pada tingkat lokal, dan pendapatan dari hasil usaha mempengaruhi pendapatan rumah tangga pengrajin dan lebih besar dari pada aktivitas non usaha. Heri Susanto (2005) melalui penelitian Industri Kerajinan Agel di Desa Salam Rejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo menggunakan sensus sampel secara non random dengan teknik: purposive sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, tabel frekuensi, purposive sampling. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa jumlah modal adalah faktor yang sangat 8

9 mempengaruhi faktor produksi, tenaga yang diserap adalah tenaga kerja pada usia produktif, daerah pemasaran adalah lingkup internasional dengan nilai pemasaran terbesar. Lestari Ningsih (2010) dalam penelitian Kajian Perkembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan sensus sampel secara non random dengan purposive sampling. Menggunakan analisis regresi berganda, tabel frekuensi, dan analisis deskriptif. Penelitiannya mendapatkan hasil yakni krisis ekonomi mempengaruhi kondisi industri kecil dan rumah tangga, ada beberapa industri yang mampu bertahan dengan mengembangkan industrinya tetapi ada yang tidak mampu bertahan, jumlah industri kecil dan rumah tangga sesudah krisis di Kabupaten Sleman berkurang cukup banyak, sesudah krisis ekonomi terjadi variasi jenis industri di Kabupaten Sleman menjadi lebih beragam, jenis industri di Kabupaten Sleman mengelompok di satu wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra industri. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada lokasi, metode, tujuan, analisis dan hasil yang didapat. Lokasi penelitian terletak pada Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, dengan alasan pemilihan daerah penelitian yakni keberadaan usaha laundry di Dusun Pogung Kidul berlokasi di sekitar permukiman warga yang kebanyakan telah mengalihfungsikan tempat tinggal pribadi mereka menjadi kos-kosan. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui karakteristik pelaku usaha, persebaran usaha laundry dan faktor yang mempengaruhi jalannya operasional usaha. Dalam penelitian ini penentuan jumlah responden yang akan diwawancara ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan teknik sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Dari populasi sebanyak 53 usaha laundry didapatkan jumlah responden sebanyak 30 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis data tabel frekuensi, analisis data silang dan analisis deskriptif. 9

10 Tabel 1.1. Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan. No. Nama peneliti Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian 1. Metode yang digunakan adalah sensus 1 sampel secara non random dengan 1. Nilai produksi dipengaruhi oleh bahan baku yang merupakan Usaha Kerajinan Sapu (Studi teknik purposive sampling faktor yang berpengaruh. Ratna Fitria Kasus di desa Bojong, 2. Analisis regresi berganda, analisis 2. Tingkat pendapatan yang cukup signifikan disebabkan oleh lama Ningrum Kecamatan Mungkid, korelasi product moment dari pearson, umur usaha yang dimiliki oleh pengusaha usaha. (2008) Kabupaten Magelang, analisis deskriptif dengan tabel 3. Pemasaran produk didiominasai pada tingkat lokal. Propinsi Jawa Tengah) frekuensi 2 Beti Utari (2009) Aktivitas Usaha Kerajinan Bambu di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Survei purposive sampel secara proporsional dengan teknik simple random sampling 2. Analisis regresi berganda, analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. 1. Modal adalah faktor yang mempengaruhi faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap nilai produksi. 2. Lokasi pemasaran hasil usaha didominasi pada tingkat lokal. 3. Pendapatan dari hasil usaha mempengaruhi pendapatan rumah tangga pengrajin dan lebih besar dari pada aktivitas non usaha Heri Susanto (2005) Lestari Ningsih (2010) Ekasari Lieharyani Lokmansyah (2015) Industri Kerajinan Agel Di Desa Salam Rejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Kajian Perkembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Kajian Usaha Laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati 1. Sensus sampel secara non random dengan teknik: purposive sampling. 2. Analisis regresi berganda, tabel frekuensi, purposive sampling. 1. Sensus sampel secara non random dengan purposive sampling. 2. Analisis regresi berganda, tabel frekuensi, dan analisis deskriptif. 1. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Slovin dengan teknik simple random sampling. 2. Analisis yang digunakan adalah analisis data tabel frekwensi, analisis data silang dan analisis deskriptif 1. Jumlah modal adalah faktor yang sangat mempengaruhi faktor produksi. 2. Tenaga yang diserap adalah tenaga kerja pada usia produktif. 3. Daerah pemasaran adalah lingkup internasional dengan nilai pemasaran terbesar. 1. Krisis ekonomi mempengaruhi kondisi industri kecil dan rumah tangga, ada beberapa industri yang mampu bertahan dengan mengembangkan industrinya, tetapi ada yang tidak mampu bertahan. 2. Jumlah industri kecil dan rumah tangga sesudah krisis di Kabupaten Sleman berkurang cukup banyak. 3. Sesudah krisis ekonomi terjadi variasi jenis industri di Kabupaten Sleman menjadi lebih beragam. 4. Jenis industri di Kabupaten Sleman mengelompok di satu wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra industri. 1. Pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul merupakan golongan usia produktif (15 64 tahun) dengan 26,67% berada pada usia tahun, dengan jenis kelamin didominasi oleh perempuan 76,67%, sebanyak 66,67% berasal dari provinsi D.I.Y, dalam membuka usaha laundry sebanyak 66,67% membuka usahanya berdasarkan keputusan yang diambil sendiri, memiliki tingkat pendidikan SMA 56,67% dan memiliki beban tanggungan keluarga 10

11 1 orang. 2. Lokasi usaha laundry di Dusun Pogung Kidul 80% memiliki letak lokasi usaha di pinggir jalan, mengumpul pada Rw. 49, jarak dengan usaha laundry lainnya 50% berkisar meter dan seluruh usaha laundry berjarak 200 meter dengan permukiman warga. 3. Faktor yang mempengaruhi jalannya usaha laundry dalam penelitian ini adalah modal, status tempat usaha, pekerjaan lain dan layanan ekstra. Pemilik yang membuka usaha dengan modal sendiri sebanyak 76,67%, 66,67% status tempat usaha merupakan milik pribadi, 63,33% memiliki pekerjaan lain selain usaha laundry dan 60% tidak memiliki layanan antar jemput. Terdapat beberapa masalah dalam menjalankan usaha laundry, yang paling sering terjadi adalah tertukarnya pakaian dan hilang, pengeluaran rumah tangga tidak dapat terpenuhi hanya dengan pendapatan dari usaha laundry saja. 11

12 1.6. Kerangka Pemikiran Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi salah satu alasan bermunculannya berbagai jenis bidang usaha. Daerah-daerah yang padat permukiman terutama pada daerah yang dekat dengan kota atau institusi-institusi pembelajaran misalnya, salah satu usaha yang banyak dijumpai adalah usaha laundry. Usaha laundry berdiri karena dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni karakter pelaku usaha laundry, spasial dan factor operasional. Karakter pelaku usaha laundry mencakup umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, asal daerah dan faktor pengambil keputusan. Contohnya, untuk faktor pengambil keputusan apakah didalam keputusan pelaku usaha untuk mendirikan usaha laundry dipengaruhi oleh pendapat pribadi dirinya sendiri atau dipengaruhi oleh pendapat keluarga (orangtua, pasangan, kakak, adik dan lainnya) atau dipengaruhi oleh pendapat lain dari luar (teman, tetangga, rekan kerja dan lainnya). Faktor spasial mencakup keberadaan lokasi usaha, status jalan, ada tidaknya usaha laundry lain yang berada berdekatan dengan laundry tersebut, jumlah hunian baik tempat kos-kosan maupun kontrakan yang terdapat di area tersebut. Misalnya, untuk keberadaan lokasi usaha, apakah lokasi usaha laundry tersebut memiliki letak tempat yang strategis atau tidak, seperti berada di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan. Faktor yang mempengaruhi jalannya operasional usaha meliputi modal, pekerjaan sampingan, status tempat usaha, tarif laundry perkilogram, serta terdapat atau tidaknya layanan ekstra lainnya, misalnya ada laundry yang bersedia untuk menjemput cucian kotor dan mengantarkan cucian yang telah bersih kepada pelanggan sehingga pelanggan tidak perlu repot untuk keluar rumah membawa pakaian yang kotor tersebut. 12

13 Ketiga faktor tersebut yaitu karakter pelaku usaha laundry, spasial dan faktor operasional akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima. Dalam gambar 1.1 dapat dilihat lebih jelas mengenai alur kerangka pemikiran. Usaha laundry Karakter pelaku usaha laundry Karakter Daerah Usaha Faktor yang mempengaruhi jalannya usaha 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Jenis kelamin 4. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan 5. Asal daerah 6. Faktor pengambil keputusan 1. Lokasi usaha dengan jalan utama 2. Jarak usaha sejenis 3. Jarak hunian (kos/ kontrakan) di area tersebut 1. Modal 2. Pekerjaan sampingan 3. Status tempat usaha 4. Tarif / kg 5. Ada tidaknya layanan ekstra (jemput / antar) Tingkat Pendapatan Gambar 1.1 kerangka pemikiran penelitian 13

KAJIAN USAHA LAUNDRY DI DUSUN POGUNG KIDUL DESA SINDUADI KECAMATAN MLATI. Ekasari Lieharyani Lokmansyah

KAJIAN USAHA LAUNDRY DI DUSUN POGUNG KIDUL DESA SINDUADI KECAMATAN MLATI. Ekasari Lieharyani Lokmansyah KAJIAN USAHA LAUNDRY DI DUSUN POGUNG KIDUL DESA SINDUADI KECAMATAN MLATI Ekasari Lieharyani Lokmansyah lieharyanilokmansyah@gmail.com Rika Harini rikaharini@ugm.ac.id Abstract Pogung Kidul hamlet is one

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak sedikit berbagai usaha kecil bermunculan untuk turut bersaing dalam bisnis. Usaha Kecil tersebut biasanya muncul dengan berbagai inovasi baru. Dan terkadang lokasi

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK

PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK NAMA : ASAHI MISNA NIM : 10.11.4308 KELAS : S1 TEKNIK INFORMATIKA 2J PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK Bisnis laundry kiloan diyakini pertama kali muncul berasal dari kota Yogyakarta. Diawali dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG BISNIS BISNIS LAUNDRY

KARYA ILMIAH TENTANG BISNIS BISNIS LAUNDRY KARYA ILMIAH TENTANG BISNIS BISNIS LAUNDRY TOMY DWI CAHYONO 08.11.2155 S1 TI-6E S1-JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sadono sukirno (2006), menurutnya manajemen adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan para manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa laundry merupakan salah satu bentuk jasa yang sangat. berkembang pesat di era sekarang, apalagi di kota-kota besar seperti

BAB I PENDAHULUAN. Jasa laundry merupakan salah satu bentuk jasa yang sangat. berkembang pesat di era sekarang, apalagi di kota-kota besar seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang dulu. Mungkin ini disebabkan karena perkembangan zaman yang membuat semua menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan penting untuk suatu Negara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tempat kediaman yang dapat memenuhi syarat-syarat kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga tempat kediaman yang dapat memenuhi syarat-syarat kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Mulyani dan Frick, 2006) rumah tinggal yang biasa disebut dengan tempat tinggal bukan sekedar sebuah bangunan (structural), namun juga tempat kediaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, banyak ditemukan pelajar yang setelah lulus dari SMA atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, banyak ditemukan pelajar yang setelah lulus dari SMA atau 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, banyak ditemukan pelajar yang setelah lulus dari SMA atau yang sederajat melanjutkan sekolah di luar kota, bahkan ada yang di luar provinsi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS LAUNDRY KILOAN

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS LAUNDRY KILOAN KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS LAUNDRY KILOAN DI SUSUN OLEH NAMA : PAUL JACOB EZAU SUPIT. NIM : 11.02.8034. KELOMPOK : A KELAS : D3-MI-02. DOSEN : M. SUYANTO STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PKL muncul sebagai salah satu bentuk sektor informal perkotaan. Rachbini dan Hamid (1994) menyebutkan bahwa sektor informal secara struktural menyokong sektor formal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan. Untuk itu, kegiatan bisnis tersebut harus dapat memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan. Untuk itu, kegiatan bisnis tersebut harus dapat memberikan kepuasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi, kualitas dan pelanggan merupakan faktor yang penting. Biasanya kualitas yang baik akan diikuti oleh loyalitas pelanggan akan produk yang bersangkutan.

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA 13210978 PENDAHULUAN Melihat situasi sekarang ini banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO. Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM :

PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO. Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM : PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM : 10.12.4515 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, pembangunan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara Indonesia dalam melakukan pembangunan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar. jasa yang lebih menarik dan dibutuhkan oleh masyarakat sehingga menghasilkan income

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar. jasa yang lebih menarik dan dibutuhkan oleh masyarakat sehingga menghasilkan income 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha di Indonesia yang sangat ketat tidak membuat kompetitor bisnis mengurungkan niatnya membuka usaha baru atau memperbesar usahanya, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data BPS (2016), Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data BPS (2016), Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data BPS (2016), Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Menurut Data BPS ada tahun 2016, tingkat pengangguran terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN KASUS BAB IV PEMBAHASAN KASUS 4.1 Industri Penginapan Kota Medan Krisis global telah menerpa hampir semua sektor usaha di Indonesia. Satu per satu perusahaan jatuh-bangun dan ribuan karyawan terancam PHK (pemutusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang ini sudah menjadi salah satu kota tujuan wisata, Yogyakarta masih merupakan kota yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal pada dasarnya merupakan suatu wadah dasar manusia ataupun keluarga untuk melangsungkan hidup yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk di negara Indonesia semakin lama tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah diiringi dengan pertambahan angkatan kerja yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut setiap perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi secara signifikan terhadap cara

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Dampak Aktivitas Akademik Universitas Muhamamdiyah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Dampak Aktivitas Akademik Universitas Muhamamdiyah 7 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Dampak Aktivitas Akademik Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta Terhadap Nilai Penjualan (omset) UKM disekitarnya Untuk dapat menganalisa dampak aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan lingkungan eksternal dan internal karena merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan lingkungan eksternal dan internal karena merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN Dalam membangun dan menjalankan bisnis, perusahaan harus memperhatikan lingkungan eksternal dan internal karena merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor- faktor yang dianggap penting oleh konsumen dalam laundry

Lebih terperinci

Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY

Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Pendahuluan Pada tanggal 27 Mei 2006, terjadi sebuah peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah latar belakang fomal, bagian kedua adalah latar belakang material. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bahwa bumi dan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Eighteen Nineteen Laundry adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang melayani jasa penatu. Eighteen Nineteen Laundry berdiri pada bulan Juni 2016 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan dalam segala sektor terutama sektor industri. Namun

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan dalam segala sektor terutama sektor industri. Namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Saat ini Industri di indonesia berkembang semakin pesat, perusahaan di tuntut untuk selalu menyeimbangkan baik pada sisi sumber daya manusia nya, teknologinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

Perencanaan bisnis usaha laundry De Cuci

Perencanaan bisnis usaha laundry De Cuci Perencanaan bisnis usaha laundry De Cuci Edhi Rubiyantoko Universitas Tridinanti Palembang, Jln. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang Program Studi Manajemen Email : edhierubiyantoko@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang tengah dilakukan bangsa Indonesia membutuhkan banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde Baru, dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha mikro ini sangat membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat fenomena saat ini susahnya mencari pekerjaan formal, sehingga warga sekitar lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri merupakan suatu kegiatan yang penting bagi kehidupan manusia, karena sebagian besar kebutuhan hidup manusia seperti makanan, pakaian, sampai dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : CV. Waroenk Asia Solusindo Logo Perusahaan : Waroenk Laundry

BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : CV. Waroenk Asia Solusindo Logo Perusahaan : Waroenk Laundry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bisnis laundry kiloan merupakan bisnis yang mengenal masa krisis, bisnis laundry juga tidak mengenal tren karena laundry di era sekarang menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jumlah suatu penduduk semakin bertambah atau meningkat salah satu peyebabnya adalah urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia untuk memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, salah satunya adalah konsumsi barang dan jasa baik yang sifatnya primer, sekunder maupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum. 1 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut maka

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001 DAN TAHUN 2006

ANALISIS USAHA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001 DAN TAHUN 2006 ANALISIS USAHA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001 DAN TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

Company Profile. Keunggulan Shantika Nabilla

Company Profile. Keunggulan Shantika Nabilla Usaha laundry kiloan semakin berkembang di berbagai kota besar dan daerah, terutama yang berdekatan dengan kampus, kos-kosan mahasiswa/mahasiswi dan perkatoran. Menggunakan jasa laundry kiloan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia, pemerintah terus melakukan upaya percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang semakin meningkat setelah masuknya pengusaha-pengusaha Cina dengan mendirikan Lio

Lebih terperinci

Bisnis di sekitar kost

Bisnis di sekitar kost Abstraksi Dalam karya ilmiah ini akan di terangkan tentang peluang-peluang bisnis di area tempat kost, bagaimana memulai usaha di lingkungan kost. Dan dalam karya ilmiah ini diharapkan maha siswa dapat

Lebih terperinci

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT Kasus Pada Usaha Kecil Keripik Belut di Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta TAHUN 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin padatnya jadwal kegiatan masyarakat di Kota Medan membuat masyarakat membutuhkan tempat makan yang memiliki akses yang mudah untuk dikunjungi serta memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat. BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan bisnis di sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan perkembangan globalisasi, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu,- Geo yang berarti

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci