NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika"

Transkripsi

1 ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika QUROTUN A INI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2

3 ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta) Oleh: Qurotun A ini 1 dan Masduki 2. 1 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, qurotunqurobo@yahoo.com 2 Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Surakarta, masdukiums.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru serta strategi guru untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual. Informan dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara dan angket sebagai metode pokok. Metode bantu berupa dokumentasi. Analisis data secara kualitatif melalui 4 alur yaitu pengumpuan data, reduksi data, display data, menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap guru memiliki permasalahan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual, selain itu guru juga memiliki strategi sendiri dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Dari data yang diperoleh permasalahan yang paling banyak dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual, sedangkan strategi yang paling sering dipakai oleh semua guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengucapkan salam dan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran matematika, permasalahan guru, kompetensi spiritual, kurikulum 2013 PENDAHULUAN Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada tahun ajaran 2013/ 2014 adalah kurikulum Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

4 sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 terdiri dari dua kompetensi pokok yakni kompetensi inti dan kompetensi dasar. Lampiran Permendikbud Nomor 70 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/ MK menyebutkan bahwa rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti- 1 (KI- 1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, 2. Kompetensi Inti- 2 (KI- 2) untuk kompetensi inti sikap sosial, 3. Kompetensi Inti- 3 (KI- 3) untuk kompetensi inti pengetahuan, 4. Kompetensi Inti- 4 (KI- 4) untuk kompetensi inti ketrampilan. Dari keempat kompetensi inti di atas, kompetensi spiritual merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk peserta didik. Kompetensi spiritual merupakan suatu nilai yang bersifat religius, dengan kata lain pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau berdasarkan ajaran agama. Dengan adanya kompetensi spiritual peserta didik diharapkan mampu menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia dan taat terhadap nilai-nilai ajaran agamanya. Spiritual merupakan dorongan seseorang untuk selalu taat kepada sang pencipta- Nya. Spiritual seseorang dapat ditingkatkan jika lingkungannya dapat mendukung. Dalam hal ini, lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap spiritual siswa. Lingkungan sekolah yang juga berperan dalam spiritual siswa adalah guru. Oleh karena itu, guru harus mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena banyak nilai- nilai spiritual yang pelaksanaannya menggunakan ilmu matematika. Misalnya aturan- aturan dalam zakat mal menggunakan materi pecahan. Begitu pula dengan matematika yang dapat dikembangkan dengan nilainilai spiritual. Misalkan dalam mempelajari matriks, dapat melihat shaf sholat berjamaah untuk mengetahui letak baris dan kolom matriks. Namun, dalam praktiknya masih banyak guru matematika yang mengalami permasalahan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis termotivasi melakukan penelitian untuk menganalisis permasalahan guru dalam menerapkan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada

5 pembelajaran matematika. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta, (2) Permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul berupa tulisan, kata- kata, atau gambar. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. Waktu penelitian selama 3 minggu. Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta yang terdiri dari 9 guru. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) metode pokok berupa: (a) wawancara untuk mengetahui permasalahan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika, (b) angket untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual padda pembelajaran matematika, (2) metode bantu berupa dokumentasi untuk memperoleh data nama guru, nomor induk pengajar, dan foto. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk mengetahui strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Sedangkan, triangulasi sumber ditujukan untuk mendapatkan data mengenai permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan penelitian,peneliti menyusun instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dang angket. Pertanyaan yang disusun untuk wawancara sebanyak 8 nomor, sedangkan angket yang disusun sebanyak 20 nomor. Setelah pedoman wawancara dan angket disusun, angket disebarkan kepada guru matematika kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta dengan jumlah 9 guru namun yang menyerahkan angket hanya 8 guru. Selanjutnya, dilaksanakan wawancara setelah angket tersebut sudah diisi oleh guru. Berdasarkan angket dan wawancara tersebut, maka diperoleh data:

6 a. Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika adalah: 1. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran Salam dan berdoa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan secara rutin. Hal ini juga diperintahkan di dalam Al- Qur an surat Al Anbiyya ayat 88 yang berbunyi Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. Oleh karena itu doa dan salam sangat diperlukan pada pembelajaran matematika. Karena, salam dan doa di awal pembelajaran akan membuat siswa lebih tenang dan siap untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan salam dan doa ketika akhir pembelajaran akan membuat siswa bersyukur akan ilmu yang didapatkan. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al- Muttaqin Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa nilai- nilai ibadah yang diterapkan secara terus menerus mengajarkan manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nilai- nilai ibadah akan melahirkan generasi yang adil jujur, dan suka membantu sesamanya. 2. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik Memotivasi siswa merupakan salah satu strategi yang banyak digunakan guru untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Karena memotivasi siswa secara rutin maka siswa akan terdorong semangatnya untuk selalu menjadi pribadi yang lebik baik dalam segala hal. Terjemahan QS.Ar Ra d ayat 11 yang berbunyi Bagi manusia ada malaikatmalaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Oleh karena itu, seorang guru jika menginginkan siswanya memiliki pribadi yang selalu lebih baik, maka sudah seharusnya guru selalu memotivasi siswanya tersebut. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Keke T

7 Aritonang (2008) yang berjudul Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa yang menyatakan bahwa sudah menjadi tugas bagi guru agar berusaha membangkitkan minat dan motivasi siswa. Sehingga proses belajar mengajar meyang efektif tercipta di dalam kelas dan mencapai suatu tujuan sebagai hasil dari pembelajaran. 3. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya Menanamkan tanggung jawab merupakan strategi yang diterapkan guru matematika, guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran. Hal ini diterapkan untuk memberikan kesadaran akan kewajibannya sebagai umat beragama untuk selalu menjalankan ibadahnya sesuai yang diajarkan di dalam ajaran agamanya. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asnawan (2012) yang berjudul Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua. Dalam penelitiannya beliau menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab materi maupun rohani merupakan suatu kebutuhan baik bagi akal maupun kesadaran. Selain itu, tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan dan mengutuk faktor- faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan. Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang guru menumbuhkan tanggung jawab ibadah terhadap siswanya agar spiritual yang dimiliki siswa semakin meningkat. Dengan keadaan tersebut diharapkan terciptanya generasi muda yang berilmu dan memiliki kompetensi spiritual yang baik. 4. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas materi- materi tertentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan antara materi dengan kompetensi spiritual. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual siswa, diyakini dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi spiritual yang baik. Hal ini juga berkaitan dengan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengkaitkan materi sesuai dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini, kehidupan nyata yang berkaitan dengan spiritual.

8 Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana (2012) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning menyebutkan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran maka kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya guru dalam pembelajaran matematika mengkaitkan antara materi dengan kompetensi spiritual. Dengan hal tersebut diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dan kompetensi spiritual siswa semakin meningkat. 5. Memberikan teladan yang baik bagi siswa Memberikan teladan yang baik merupakan strategi yang paling mudah dalam mengimplementasikan kompetensi sppiritual pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena siswa sekarang sangat sulit untuk diberikan nasehat atau diceramahi, namun mereka akan sangat mudah untuk meneladani. Ketika guru memerintahkan untuk sholat berjamaah, namun guru tersebut tidak melaksanakan sholat berjamaah maka siswa tersebut kemungkinan besar tidak melaksanakan sholat berjamaah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Djuwariyah (2011) yang berjudul Hubungan Kontrol Diri Guru Dengan Intensi Melakukan Kekerasan Terhadap Siswa menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki kontrol diri yang baik karena apa yang diucapkan dan dilakukan akan menjadi rujukan bagi anak didik bahkan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru selalu menjaga sikap dan perilakunya dihadapan siswa. Ketika guru menginginkan siswanya memiliki sikap dan perilaku yang baik, maka guru juga harus memiliki sikap dan perilaku yang baik. b. Permasalahan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika 1. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik. Karakter siswa merupakan ciri khas perilaku yang membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui karakter siswa merupakan hal yang paling utama untuk menemukan strategi guru dalam mnegimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika.

9 Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Walid (2011) yang berjudul Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi Islam menyebutkan bahwa karakter yang mulia berarti bahwa individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai- nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati- hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/ efisien, menghargai waktu, pengabdian/ dedikatif, pengendalian diri, produktif, remah, cinta keindahan, sportif, tabah terbuka, tertib. Individu tersebut juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik/ unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Untuk mengurangi permasalahan dengan karakter siswa, maka sebaiknya guru memahami karakter- karakter siswanya. Setelah mengetahui karakter siswanya, guru baru dapat mencari strategi yang tepat guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. 2. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat. Waktu belajar atau jam pelajaran merupakan salah satu kunci sukses atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Jam pelajaran bertujuan untuk membangun kedisiplinan siswa dan kondisi yang nyaman dalam belajar. Salamah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak menyebutkan bahwa jam belajar masyarakat merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan budaya belajar dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang ideal yang dapat mendorong proses belajar mengajar anak sebagai warga masyarakat desa/ kota dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman, tertib dan menyenangkan. Beliau juga menyimpulkan bahwa adanya korelasi positif antara jam belajar masyarakat dengan prestasi belajar anak. Oleh karena itu, waktu yang sedikit tersebut dirasa sangat sulit untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Karena, dengan materi yang sangat banyak guru dituntut untuk menyelesaikan semua materi

10 dengan waktu yang singkat. Dengan hal tersebut, guru memutuskan untuk lebih memfokuskan kompetensi pengetahuan saja, kompetensi spiritualnya hanya sebagai selingan pada saat pembelajaran matematika. Mengenai hal tersebut, guru sebaiknya memanfaatkan waktu sebaik- baiknya. 3. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual dibutuhkan referensi dan kajian yang lebih banyak lagi tentang hal- hal tersebut. Kemampuan guru dalam mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual bergantung pada pengetahuan yang dimiliki mengenai spiritual tersebut. Mengkaitkan antara materi matematika dengan kompetensi spiritual merupakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran. Elvinawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Ketahun Bengkulu Utara menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini, guru masih kesulitan dalam mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan referensi yang dimiliki guru. Serta, semenjak kompetensi spiritual diterapkan masih sangat sulit menemukan referensi yang mengkaitkan antara kompetensi spiritual dengan pembelajaran matematika. 4. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi yang memiliki kompetensi spiritual yang baik. Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu utama yang paling menentukan tingkat spiritual siswa. Apabila siswa berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki spiritual yang baik, maka siswa tersebut juga memiliki spiritual yang baik begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan faktor pendukung utama terhadap spiritual siswa. Endang Purwaningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Mengatasi Degradasi Nilai Moral menyatakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama

11 bagi anak, keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam penyadaran, penanaman, dan pengembangan nilai moran sosial dan budaya. Nilainilai yang dapat ditanamken orang tua kepada anak- anaknya seperti ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada orang tua, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, kepedulian pada orang laun dan sebagainya. Oleh karena itu, sebaiknya pihak guru maupun sekolah menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga siswa. Hal ini ditujukan guna menjalin kerjasama antara guru maupun pihak sekolah dengan keluarga siswa untuk mengawasi dan meningkatkan spiritual siswa. 5. Untuk sekolah yang tidak berlatar belakang agama, guru akan merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa yang berbeda- beda agamanya Banyak sekolah yang tidak berbasis agama. Guru di sekolah tersebut khususnya guru matematika merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual. Hal ini dikarenakan dalam satu kelas, siswa tidak berasal dari satu agama saja, namun beraneka ragam agama dan budaya. Ketika guru mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual, guru tidak bisa mengkaitkannya dengan hal-hal yang menjurus ke satu agama saja. Karena hal tersebut menunjukkan rasa tidak toleransi antar siswa maupun siswa dengan guru. Sedangkan guru hanya mengerti agama yang dianutnya saja. Hal ini sangat menjadi problematika seorang guru dalam mengimplmentasikan kompetensi spiritual padad pembelajaran matematika. Untuk mengurangi hal- hal tersebut guru seharusnya mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual dengan hal- hal yang umum saja guna menunjukkan rasa toleransi terhadap siswanya yang berbeda- beda agama tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Toto Suryana (2011) yang berjudul Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama yang menyatakan bahwa kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolahan maupun guru harus mencari strategi lain guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika dengan mempertimbangkan beraneka ragamnya agama yang dianut siswa. Dengan hal

12 tersebut, diharapkan terwujudnya toleransi antara guru dengan siswa ataupun siswa yang berbeda keyakinan pada setiap pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat diambil kesimpulan permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikkulum 2013 pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. 1. Strategi guru matematika kelas X untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika adalah: a. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran. b. Mengucapkan doa sebelum dan sesudah pembelajaran. c. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. d. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. e. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas materi- materi tetrtentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan antara materi dengan kompetensi spiritual. f. Memberikan teladan yang baik bagi siswa. 2. Permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika kelas X dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah: a. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik. b. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat.

13 c. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. d. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi yang memiliki kompetensi spiritual yang baik. e. Untuk sekolahan yang tidak berlatarbelakang agama, guru akan merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa yang berbeda- beda agamanya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disimpulkan di atas, maka peneliti mengajukan sejumlah saran. Bagi Kepala Sekolah sebaiknya lebih mengawasi dan menganjurkan kepada para guru untuk lebih serius dalam mengimplementasikan spiritual pada pembelajaran, selain itu Kepala Sekolah sebaiknya menjalin hubungan yang baik dengan keluarga siswa untuk mengawasi spiritual siswa. Bagi guru, sebaiknya memperbanyak referensi tentang materi matematika yang dikaitkan dengan kompetensi spiritual dan sebaiknya guru menyadari bahwa spiritual siswa bukan hanya tanggung jawab guru agama, namun semua guru bertanggung jawab akan spiritual siswa. DAFTAR PUSTAKA Asnawan Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua. Jurnal Falasifa/ 3(1), pp Aritonang, Keke T Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur/ 1(10), pp Djuwariyah Hubungan Kontrol Diri dengan Intensi Melakukan Kekerasan Terhadap Siswa. Jurnal Pendidikan Islami/ 4(1), pp Elvinawati Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ketahun Bengkulu Utara. Jurnal Exacta/ 6(2), pp Hakim, Lukman Internalisasi Nilai- Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap Dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Agama Islam/ 10(1), pp

14 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/ MK. Purwaningsih Endang Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Mengatasi Degradai Nilai Moral. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora/ 1(1), pp Salamah Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak (Studi Korelasional Di Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta ). Jurnal Pembelajaran/ 5(1), pp Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/ MA. Suryana, Toto Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Pendidikan Agama Islam/ 9(2), pp Syahbana, Ali Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal Edumatica/ 2(1), pp Walid, Muhammad Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Agama Islam. Jurnal El- Qudwah/ 1(5), pp

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang memerlukan cara agar mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika RESPONS MAHASISWA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER SETELAH MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAM (Penelitian Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika PERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika Semester 1 Kelas D Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH 1 PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta 1) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI (Studi Kasus Sanggar Seni Sekar Jagad Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA KELAS VII SMP NEGERI 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA KELAS VII SMP NEGERI 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA KELAS VII SMP NEGERI 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERANAN KEGIATAN MORNING SPIRITUAL GATHERING (MSG) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB PADA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD Pencapaian Proses pendidikan yang berkarakter dalam kitab At-Tahliyatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR (Studi Kasus pada SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi)

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi) STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KURIKULUM 2013 DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KURIKULUM 2013 DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KURIKULUM 2013 DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Sasaran pendidikan adalah manusia, dengan tujuan menumbuhkembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan yang religius pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Oleh Dr. Siti Halimah, M.Pd. Disampaikan pada acara seminar dan tadabur

Lebih terperinci

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 Irfani ISSN 1907-0969 E ISSN 2442-8272 Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 INTEGRASI NILAI KARAKTER PADA MATA PELAJARAN UMUM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKTIVITAS SOSIAL DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK Kasim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas karena suatu jabatan profesional. Profesi guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN PKn Studi Kasus: Siswa Kelas VII B MTs Muhammadiyah 07 Klego Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEKUNTUM NAYSILA KARYA M. BUDI ANGGORO DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEKUNTUM NAYSILA KARYA M. BUDI ANGGORO DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEKUNTUM NAYSILA KARYA M. BUDI ANGGORO DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Marfuah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini berisikan uraian kesimpulan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu diajukan beberapa rekomendasi yang telah berpedoman pada hasil penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Kualitas pendidikan suatu negara merupakan indikator keberhasilan dari maju tidaknya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014) PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs 31. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PATROLI KEAMANAN SEKOLAH (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah di SMK Negeri 2 Sragen Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN KARAKTER PADA BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SMP/MTS KELAS VII

ANALISIS MUATAN KARAKTER PADA BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SMP/MTS KELAS VII ANALISIS MUATAN KARAKTER PADA BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SMP/MTS KELAS VII JURNAL Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan Oleh : ARIF

Lebih terperinci

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Fakultas Psikologi Disusun oleh: Ugulia Meri Susilowati F 100

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ISBN: 978-602-70471-1-2 69 PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ana.destya@gmail.com Abstrak Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia untuk memiliki suatu pengetahuan tertentu. Peranan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) salah satu isinya mengacu pada nilai-nilai ketuhanan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PPKN UNTUK PEMBINAAN KARAKTER SISWA

2015 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PPKN UNTUK PEMBINAAN KARAKTER SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah : Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk mengembangkan potensi yang ada, baik itu potensi yang ada dalam dirinya seperti sikap atau kemampuan dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL PADA KURIKULUM 2013 DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Bidayat al-hidayah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA 1 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Nacha Sumandari Universitas Jambi nachasumandari@gmail.com ABSTRAK Memudarnya nilai-nilai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian dengan judul implementasi pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH MINAT BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS SMA N 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMA SE-KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS MENGENAI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMA SE-KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS MENGENAI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMA SE-KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS MENGENAI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat

Lebih terperinci